JURNAL HUKUM KAIDAH ISSN 1422-1255
VOL 4 NO. 1 FEBRUARI 2005
PENANGGULANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA DI KOMPLEK RUMAH SUSUN SUKARAME II KECAMATAN MEDAN AREA MEDAN
Oleh ROSWITA SITOMPUL, SH.MHum
Abstrak
Limbah adalah merupakan suatu problema yang harus ditanggulangi karena untuk menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan. Oleh sebab itu penanggulangannya harus dari diri sendiri terutama kesadaran bagi masyarakat. Penanggulangan limbah ini memerlukan biaya yang cukup besar, kelihatannya sangat sepele tetapi cukup rumit. Dari hasil penelitian di rumah susun Sukaramai II nyatanya masyarakatnya kurang menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan. Masyarakat masih seenaknya membuang sampah dimana mereka mau dan dan fasilitas tidak menunjang, terutama gerobak-gerobak pemungut sampah tidak dapat masuk kelokasi dan sampah di lantai pelunjakan atas tidak dapat diturunkan karena alat tempat pembuangan sampah tidak berfungsi akibatnya lantai 3 penuh dengan sampah, hal ini sudah tidak menunjang kesehatan lagi.
Kata Kunci : Penanggulangan, limbah, rumah tangga, rumah susun, komplex
A. Latar Belakang
Limbah rumah tangga bahagian terbesar dari limbah di kota-kota dan sebahagian besar berasal dari limbah dapur dan limbah pekarangan, oleh sebab itu maka 70% sampah berasal dari rumah tangga dan masalah sampah merupakan problema yang sangat rumit. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri, tidak seimbang dengan teknologi penanggulangan sampah yang dihasilkan. Oleh karena itu sampah erat sekali hubungannya dengan jumlah penduduk yang bertempat tinggal dan berkaitan pula dengan bentuk kehidupan, kegiatan industri dan usaha dari penduduk itu. Semakin banyak jumlah penduduk satu kota, maka semakin kompleks pula kegiatan dan usaha sehingga semakin besar pula masalah persampahan yang harus ditanggulangi, di pedesaan yang penduduknya relatif sedikit, dan usahanya masih sederhana sehingga masalah persampahan hampir tidak dirasakan. Mendaur ulang dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dengan menimbun dan melapukkannya sehingga sampah menjadi bahan yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman berlalu tanpa masalah. Setiap kegiatan produksi maupun konsumsi akan menghasikan sampah (limbah) yaitu benda yang tidak di manfaatkan lagi, sampah inilah yang cukup besar andilnya dalam hal pencemaran dan merusak lingkungan, sifat organik sampah
ditambah iklim panas dan ruang hidup yang lebih kecil di Negara kurang berkembang memerlukan pengumpulan yang lebih sering setiap satu atau dua hari dibanding dengan yang dilakukan di Negara industri (Outer Brigde, 1991: 35). Masalah kebersihan kedenganrannya sepele dan sangat sederhana sekali. Kita harus teringat kepada kebersihan rumah tangga, kantor dan lingkungan hidup jangkauannya sangat luas menyangkut semua aspek kehidupan manusia. Jika berbicara mengenai sampah, pasti dalam pemikiran kita sampah harus dibersihkan, ditangani dan tidak sembarangan di buang karena akan mencemari lingkungan, tapi dalam pelaksanaannya ternyata pendapat ini tidak didukung oleh aksi yang nyata, sehingga sebagaimana yang terlihat sekarang sampah masih berserakan dimana-mana, ini mungkin disebabkan fasilitas atau tempat pembuangan sampah yang terbatas dan kesadaran budaya malu yang masih rendah karena terhambat oleh keadaan dan management pengelolaan sampah yang belum baik dan kurangnya penyuluhan akan tetapi kita jangan lupa bahwa pembuangan/pemusnahan sampah memerlukan dana. Setiap Negara yang maju baik di bidang perekonomian, pembangunan Negara selalu di hadapkan kepada dampak negatif dari kemajuan yaitu yang menyangkut kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masalah sampah
sudah dapat ditanggulangi yaitu dengan menggunakan teknologi modern seperti yang telah banyak dilakukan oleh Negaranegara maju. Tetapi ada kesenjangan antara peningkatan masalah dengan kemampuan penanggulangannya termasuk teknologi modern dan keterbatasan dana yang dibutuhkan dalam rangka pengadaan sarana untuk menunjang keberhasilan pengelolaan sampah. Masalah inilah yang berat bagi pemerintah pada umumnya khususnya bagi penghuni komplek Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area. Masih rendah kesadaran masyarakat/pedagang mereka membuang sampah sembarangan tempat dan waktu sehingga setiap tempat terdapat sampahsampah yang berserakan menimbulkan kesan yang semraut dan tidak nyaman, Letak rumah yang cukup padat dan tidak beraturan serta penghuni yang banyak, yang mengakibatkan penanggulangan sampah tidak berhasil secara optimal serta kurangnya kesadaran bagi penghuni rumah susun, sulit dilakukan karena sarana angkutan tidak masuk kedalam, begitu juga dengan penarikan ristribusi sampah dari masyarakat belum terlaksana dengan baik.
terlaksana secara berhasil guna dan berdaya guna. Maka untuk mencapai ini diperlukan faktor-faktor penunjang yaitu peraturan perundang-undangan tentang penglolaan sampah dan tentang pelaksanaan pemungutan retribusi sampah. A. Metode Penelitian Penelitian ini untuk menganalisis pokok permasalahan yang dilakukan dengan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Kedua bentuk pendekatan itu di tujukan: Pertama, pendekatan yuridis normatif ditujukan terhadap kepustakaan hukum dengan cara: memilih bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan. Pendekatan yuridis sosilogis ditujukan terhadap kenyataan dengan cara melihat penerapan hukum yang terjadi, yang mana korelasinya dengan variable-variable penelitian digunakan analisis statistik untuk itu dipergunakan rumus korelasi Spearman. Vareabel-variabel indikator yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, lama bertempat tinggal, dan pegetahuan masyarakat tentang sampah.
Masyarakat di komplek rumah susun itu belum sadar akan kewajipannya dan apa yang telah di perbuat oleh Pemda Tkt II Medan dalam penanganan kebersihan di Komplek Rumah Susun Sukaramai II.
Untuk mengetahui korelasi antara variable indikator terhadap peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah maka disusun daftar pertanyaan (kuisioner) yang menggambarkan variable tersebut diatas.
Peranan masyarakat dan pemerintah harus diatur plaksanaannya menurut sistim terpadu, sehingga peranan itu dapat
Untuk setiap Jawaban responden diberikan skor 3. Skor 2, skor 1. Skor 3 untuk jawaban yang dinilai baik, skor 2
untuk jawaban yang dinilai sedang, skor 1 untuk jawaban yang dinilai kurang baik. Dalam penelitian ini respondennya adalah masyarakat rumah susun sebanyak 60 kepala keluarga.
B. Perumusan Masalah Yang merupakan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistim majemen pengelolaan sampah di Rumah Susun Sukaramai IIKec. Medan Area Medan. 2. Bagaimana tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolan sampah. 3. Bagaiman tingkat penerimaan retribusi sampah dari pelanggan. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini untuk menganalsis pokok permasalahan yang dilakukan dengan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologis, pendekatan dilakukan secara yuridis normatif ditujukan terhadap kepustakaan hukum dengan cara meneliti bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan sedangkan pendekatan yuridis sosiologis ditujukan terhadap kenyataan dengan cara melihat penerapan hukum yang terjadi. E.Pengertian Sampah Sudah lumrah bahwa masalah linkungan dibahas menurut cakupan permasalahan sumber daya alam dan permasalahan pemukiman.
Akan tetapi masalah lingkungan diperlakukan sebagai masalah sektoral yang seolah-olah memiliki dunianya sendiri. Sebagai sektor maka sering dipertentangkan dengan pembangunan sehingga orang seakan-akan dihadapkan pada pilihan antara lingkungan disatu pihak dengan pembangunan di pihak lain. Pada hal lingkungan marupakan masalah yang saling kait mengkait dengan pembangunan, akan tetapi pertimbangan lain yang mendorong dipadukannya lingkungan dengan pembangunan adalah keprihatinan terhadap kemampuan lingkungan untuk menopang pembangunan secara berkelanjutan. Apabila cara pembangunan seperti sekarang ini berlangsung terus merusak lingkungan maka kelangsungan pembangunan itu sendiri terancam dan kemungkinan meningkatkan kesejahteraan generasi masa depan juga terganggu. Oleh karena itu kemampuan sumber daya alam dan lingkungan dalam menopang proses masa depan perlu dilestarikan (Komisi Dunia Untuk Lingkungan dan pembangunan, 1998:13). Dalam praktek kehidupan kita sehari-hari setiap kegiatan yang menggunakan sumber daya, maka sampah selalu dihasilkan. Sampah terakumulasi didalam lingkungan dan sangat tergantung pada kemampuan lingkungan untuk mengasimilasikan jumlahnya akan makin bertambah dan tidak sepenuhnya dapat diresap oleh lingkungan. Maka perlu sekali adanya teknologi untuk pengelolaan sumber daya, seperti bentuk
model siklus keseimbangan bahan yang dianggap sebagai model alternatif dalam rangka melihat hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Sampah dan pengelolaannya merupakan masalah yang semakin mendesak dikotakota di Indonesia. Proses urbanisasi yang terus berlangsung dan masyarakat yang semakin konsumtif, menambah produksi dan kompleksnya komposisi sampah kota. Berbicara mengenai kebersihan lingkungan perkotaan dan pemukiman sudah barang tentu tidak lepas dari membicarakan masalah sampah. Sampah saat ini sudah merupakan benda yang sudah ditakuti dibenci dan bahkan perlu diperangi (Sa’id, 1987: 78). Menurut Azwar (1990:102) sampah (refuse) ialah sebahagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan Industri), tetapi yang bukan biologis (karena kotoran manusia tidak masuk kedalamnya) dan umumnya bersifat padat. Selanjutnya menurut Muthado (1998: 30) sampah organik meliputi limbah padat semi basah, berupa bahan- bahan organik yang umumnya berasal dari sektor pertanian dan makanan misalnya sisa dapur, sisa makanan, sisa sampah sayuran dan kulit buah-buahan yang semuanya mudah busuk. Sampah adalah sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya atau karena
pengolahan dan sudah tidak bermanfaat, sedang bila ditinjau dari segi sosial ekonomi sudah tidak ada harganya dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelesterian (Hadiwiyoto, 1983). F. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Badan pengolahan Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum dalam kebutuhan jasa sarana dan fasilitas dibidang kebersihan. Dengan didirikannya badan pengelolaan ini, diharapkan masalah penanggulangan sampah di Kompleks Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan dapat dilaksanakan secara profesional, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area dapat menjadi tempat pemukiman yang bersih, sehat tertib aman dan indah (bestari). G. Sistim Organisasi dan Manajemen. Masalah kebersihan di kompleks Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan dulunya menjadi tanggungjawab dari satu badan swasta yang mengelola rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan, tetapi sekarang sudah mengalami perobahan menjadi tanggungjawab penuh dari Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Madya Medan. Dengan mempertimbangkan ruang lingkup kegiatan serta tugas-tugas atau fungsi yang harus dilaksanakan maka dinas kebersihan membentuk struktur organisasi Badan Pengelolaan Rumah Susun
Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kepala Bahagian Pengelola Sei Keuangan Sei Penagihan Sei Pengawasan Staf Khusus Sei Umum a. Seksi Umum yang terdiri dari Sub Seksi Administrasi Umum Sub Seksi Pengadaan Sub Seksi Kepegawaian b. Seksi Keuangan yang terdiri dari Sub Seksi Kas atau Gaji Sub Seksi Pembukuan c. Seksi Penagihan yang terdiri dari Sub Seksi Penagihan diluar Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan. Sistem Organisasi Badan Pengelolaan Kebersihan Rumah Susun Sukaramai II Medan Area Medan terdiri dari unsur-unsur 1. Kepala Bahagian Pengelolaan 2. Sei Umum 3. Sei Keuangan 4. Sei Penagihan 5. Staf Pengawasan 6. Sie Khusus 7. Buruh
Dalam penentuan suatu wilayah operasional didasarkan pada wilayah Rumah Susun Sukaramai Kecamatan Medan Area Medan dan diluar Rumah Susun Sukaramai II Medan Kecamatan Medan Area. Hal ini dimaksud agar sarana dan fasilitas pengangkutan yang ada dapat beroperasi semaksimal mungkin serta dapat tercapai
trip angkutan sampai minimal yang ditargetkan, baik kenderaan bermesin maupun non mesin. Sub seksi penagihan untuk wilayah Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan, dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab secara tehnis adminisratif, teknis operasional kepada Kepala Bahagian Badan Pengelolaan Dinas Kebersihan Kotamadya Medan. H. Sistem Kepegawaian. Seirama dengan berkembangnya pembangunan perumahan di kompleks Rumah Susun Sukaramai II Medan Area Medan, maka badan pengelola harus membenahi hal-hal yang berhubungan dengan penataan kerja, pengaturan wewenang, tanggungjawab yang jelas berimbang serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan maka aspek personalia ini sangat mendapat perhatian. Untuk menangani perkembangan tersebut diprogramkan sistem pengelolaan limbah rumah tangga di bawah pimpinan Dinas Kebersihan melimpahkan wewenang kepada Kepala Bahagian Badan Pengelola sampah di Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan untuk berperan sesuai dengan bidang tugasnya yaitu mengelola dan menyiapkan saran kepada Dinas Kebersihan tentang formasi pengadaan dan penempatan, penggajian dan kesejahteraan dan keselarasan kerja, pembinaan karir dan pengembangan penilaian dan pemberhentian di bidang ketenaga kerjaan dan memulihkan displin kerja pegawai untuk mewujudkan efisiensi kerja.
Pengangkatan karyawan lepas dilakukan dengan terlebih dahulu mengseleksi para calon, team seleksi penilai yang telah ditunjuk oleh badan pengelola hasil seleksi. Hasil seleksi selanjutnya diajukan kepada Kepala Bahagian Badan Pengelola, untuk diseleksi lebih lanjut sebelum disyahkan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan Kepala Bahagian Badan Pengelola Kebersihan Kotamadya Medan. Unsur-unsur dinilai dan untuk diangkat menjadi karyawan lepas antara lain: 1. Disiplin 2. Prestasi Kerja 3. Loyalitas terhadap perusahaan 4. Dan Lain sebagainya. Sampai akhir bulan Januari 2003 Rumah Susun Sukaramai II Medan Area Medan telah mendaya gunakan tenaga kerja sebanyak 13 orang. Dari jumlah ini 12 orang merupakan tenaga harian lepas yang ditempatkan pada beberapa seksi. Sementera untuk kelancaran tugas dan fungsi yang ada pada Badan Pengelola Kebersihan Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan, maka kepada tenaga kerja diberikan tugas-tugas atau jabatan, pembahagian tersebut dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 1 Jumlah Karyaman Bulanan dan Tenaga Harian Lepas BPRSS II Kec Medan Area Medan Tugas Jabatan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kpl Bah Pengelola Sei Umum Sei Keuangan Sei Penagihan Staf Pengawasan Sei Khusus Buruh Harian Lepas Jumlah
Status Karyawan 1
THI -
F 1
1 1 2 1
-
1 1 2 1
1 -
12
1 12
7
12
19
Sumber: Badan Pengelola Kebersihan RSS II Kec Medan Area Medan
Tenaga harian lepas yang didayagunakan pada BPRSS II Kec Medan Area Medan terdiri dari beberapa jabatan atau tugas antara lain: 1. Tukang kereta sorong 4 2. Tukang sapu 4 orang 3. Tukang kebersihan taman 4. Tukang korek paret 1 orang 5. Mandor 1 orang 6. Supir 1 orang Seluruh tenaga harian lepas pada BPRSS II Kec Medan Area Medan tidak diberikan gaji tetapi honor harian sesuai dengan kehadiran mereka di lapangan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa tenaga kerja yang diserap oleh BPRSS II Kec Medan Area Medan, masih kurang memadai untuk mengelola sampah secara professional. Tetapi dari segi kwalitas tenaga kerja yang didaya gunakan cukup memadai karena pengelola sampah telah ditangani oleh
tenaga yang berpendidikan tinggi yaitu sarjana 1 orang, Sarjana Muda 1 orang, pendidkan SLTA 7 oarang, tingkat pendidikan SLTP sebanyak 2 orang, dan jumlah yang terbanyak adalah yang berpendidikan SD sebanyak 8 orang dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Jumlah Tenaga Kerja BPRSS II Medan Area Medan Menurut Pendidkan Tahun 2000-2003 No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan SD SMTP SMTA Program Diploma Sarjana
Jumlah
Karyawan
THL
F
5 1
8 2 2 -
1 1 1 2
1
-
7
12
1 1 12 19
Sumber: Badan Pengelola Kebersihan RSS II Kec Medan Area Medan
I. Sistem Pengelolan Sampah 1. Sistem Operasional Pertambahan Masyarakat di RSS II Medan Area Medan semakin berkembangnya usaha-usaha di masyarakat tentu akan berakibat makin banyaknya jumlah penghuni yang tentu pula jumlah sampah yang ditimbulkan oleh perkembangan di RSS II Kec Medan Area Medan. Sehingga untuk mencapai tempat yang bersih dan sehat badan pengelola RSS II Medan Area Medan menggunakan sistem operasional melalui beberapa tahapan. a. Pengumpulan sampah. Tempat pengumpulan sampah rumah tangga yang berupa bak sampah permanen disetiap siku bangunan RSS II Medan Area Medan setiap penghui akan membuang
sampah dari tempat corong segi empat yang jatuh tepat pada tempat penampungan sampah. RSS II Medan sudah tentu merupakan komplek terbuka bagi pemulung dan pencari makanan ternak mereka seenaknya masuk kedalam lingkungan RSS II tersebut. Sampah yang berada di komplek RSS ini setiap harinya diangkut dengan menggunakan kereta sorong dan truk sampah milik Dinas Kebersihan Medan, setiap penghuni mengumpukan sendiri sampahnya kedalam tempat tersedia. Sampah yang dikumpulkan kereta sorong dipindahkan ketempat pembuangan sementara/bak konteiner (transfer depo) (TD) yang telah disediakan satu lokasi dekat komplek RSS II. Dari satu lokasi TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sampah yang ada diangkat oleh Pemda cq Dinas Kebersihan Bestari baru dibuang ke TPA. Sampah yang berasal dari penyapuan jalan pada umumnya dilakukan secara manual oleh petugas penyapu jalan, kemudian dikumpulkan kereta sorong dan beca sampah kemudian dipindahkan ke TPS bak container terdekat. Sampah pasar (super market) di kumpulkan dengan kereta sorong dan truk sampah, sampah yang dikumpulkan dengan kereta sorong dipindahkan ke TPS transfer ocation (TL) yang telah tersedia lalu pihak Pemda lalu oleh Dinas Pemda dibuang ke TPA. Pengumpulan sampah yang dilakukan dengan kereta sorong sampah pada daerahdaerah tertentu seperti daerah tempat perbelanjaan dan jalan-jalan ramai yang
dilakukan dua kali sehari sedang daerah daerah lainnya dilakukan satu hari sekali. Waktu jadwal pengumpulan sampah dilakukan jam 6.30 wib sampai dengan pukul 12.30 wib sampah yang dikumpulkan melalui kereta sorong dari bak pengumpulan sementara dari sinilah truk Dinas Kebersihan membawanya ke TPA. Jumlah TPS di RSS II Pada tahun 20002003, ada 1 buah yang terdekat disekitar lokasi RSS II. Pada umumnya TPS berupa tempat penumpukan sampah sementara menunggu kedatangan Dinas Kebersihan Bestari. b. Pengangkutan Sampah Kegiatan pengangkutan sampah adalah kegiatan mengambil sampah dari TPS dibuang ke TPA, kegiatan pengangkutan sampah dilayani oleh truk. Adapun jenis truk yang ke TPS antara lain: truk konteiner, truk typer dan truk lama (dinas) Masyarakat penghuni RSS tidak pernah membuang sampah secara langsung ke bak kontainer. Kegiatan pengangkutan sampah yang dilakukan Perusahaan Daerah Kebersihan Bestari dengan dua cara: 1. Sistim Tranfer Location (TL) Sistim ini adalah meletakkan bak kontainer pada bangunan berlantai beton di daerah-daerah yang telah ditentukan, kemudian kereta sorong beca sampah dan masyarakat mengumpulkan sampah di lokasi tersebut. Transfer ke location ke TPA berlokasi di daerah dekat Komplek Rumah Susun Sukaramai II Kec. Medan Area Medan. Setelah penuh bak container diangkut dengan truk kontainer ke TPA dan transfer location ini
dibersihkan kembali agar terhindar dari sumber penyakit untuk masyarakat sekitarnya. 2. Sistem Kontainer Sistem in hampir sama dengan sistem bak terbuka, bedanya pada sistem ini tempat penampungan sementara berupa bak container (tempat yang agak terbuka yang terbuat dari besi), yang dapat langsung diangkat truk container dan sampahnya di buang ke TPA sehingga dapat menghemat waktu. Bak container merupakan tempat penampungan sampah yang diletakkan dekat lingkungan kompleks RS Sukaramai II dengan volume tampung 12 m3. c. Pembuangan Sampah Pembuangan sampah merupakan tahap akhir dari seluruh sistem pengelolaan sampah, dimana sampah-sampah dari seluruh tempat di Kota Madya Medan termasuk dari Kompleks rumah Susun Sukaramai II Kec Medan Area dikumpulkan di tempat pembuangan sementara, selanjutnya diangkut di buang ke tempat pembuangan akhir yang telah tersedia. Tempat pembuangan akhir umumnya berupa tumpukan sampah diatas tanah terbuka dan berlokasi jauh dari tempat pemukiman penduduk (300 m). Perusahaan Daerah Kebersihan Bestari mempunyai 2 lokasi tempat pembuang akhir (TPA) yaitu: 1. Desa Namobintang terletak di Kecamatan Pancur Batu Kab. Deli Serdang dengan Luas (14,8 ha). Dioperasikan sejak bulan Juli 1988 oleh Dinas Kebersihan Kotamadya Medan sebelum beralih menjadi Perusahaan Daerah Kebersihan
Bestari, hingga saat ini sistem pembuangan yang dipakai sistem Open Dumping (sampah diletakkan saja diatas tanah terbuka dan system Controlied Land Fill (sampah yang penuh di tutup/ditimbun dengan tanah dan kemudian diratakan lagi. Lokasi TPA di desa Namo Bintang disediakan untuk menampung sampah yang berasal dari bahagian Selatan atau dari wilayah operasi I, II, III dan wilayah IV jaraknya 15 KM.
2. Kelurahan Terjun. Kelurahan Terjun terletak di Kec.Labuhan dengan luas 10 Ha dioperasikan sejak 7 Januari 1993 hingga saat ini. Sistem pembuangan yang dipakai adalah sistem Controlled Land Fill dan sistem Sanitary Land (Sampah diolah dengan mengunakan air Lecthate (limbah menjadi air bersih daur ulang) hal ini membutuhkan biaya yang terlalu tinggi. Pembuangan sampah diatur sedemikian rupa, sehinga TPA tersebut dapat digunakan untuk waktu yang lebih lama sesuai dengan yang telah direncanakan/diprogramkan Perusahaan Daerah Kebersihan Bestari. Loksi TPA di Kel Terjun ini dipakai untuk menampung sampah yang berasal dari bah.utara khususnya dari wilayah III. Jarak TPA ini ke inti kota 16 KM. Dengan keterbatasan kemampuan saat ini proses pembuangan sampah baru dapat dilakukan dengan sistem Controlled Lang Fill dimana pembuangan sampah diatur sedemikian rupa, sehingga tempat pembuangan akhir dapat digunakan untuk waktu yang lama.
Demikian juga untuk peralatan yang digunakan di TPA hanya terdiri dari 2 (dua) unit bulldozer dan 6 unit skopel (Wheel Loader) yang digunakan untuk kedua TPA tersebut. Akan tetapi karena kedua lokasi ini sekarang, jalan masuk rusak berat sehingga pembuangan sampah ke TPA dipindahkan. Sistem operasional pengelolaan sampah di Kotamadya Medan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Alat berat yang dimiliki Perusahaan Daerah Kebersihan Bestari digunakan untuk meratakan sampah yang masuk ke TPA dan untuk mertakan tanah penutup sampah tersebut. Pada tahun 1898- 1998 pelayanan kebersihan masih diutamakan daerah inti kota karena peralatan masih terbatas, pada tahun 1993 dengan bertambahnya peralatan dari MUPP II( Medan Urban Develoment Project II) pelayanan sampah pinggiran kota sudah di angkut sehigga volume sampah yang diangkut ke TPA Semakin meningkat. 2. Fasilitas Angkutan Sampah . Untuk menanggulangi sampah di Komplek Rumah Susun Sukarame II alat pengangkutan yang digunakan adalah 4 unit kereta sorong dan 1 unit truk sampah dan 2 jenis angkut samapah yang dimiliki Badan
Pengelola Kebersihan bermesin dan tidak bermesin. Dari sejumlah 4 unit kereta sorong dan 1 unit truk angkutan sampah yang ada dan berlokasi RS Sukarame II Medan Area ini semua berfungsi dengan baik dan dapat beroperasi dengan baik puberoperasi meliputi 2Bhagian yakni daerah sekitar lokasi RS Sukarame II la. Tapi bila 1 unit truk sampah dan 4 unit kereta seorang beroperasi diseluruh RS Sukarame II akan tetapi 1 unit truk sampah itu beroperasi disekitar RS Sukarame II. Kereta sorong mengumpulkan sampah yang ada di bak sampah setiap rumah ke TPS (tempat pengumpulan sampah) sedangkan turk sampah mengumpulan sampah yang berasal dari sapuan dan pemangkasan taman serta pembangan bongkaran bangunan yang ada di RS Sukarame II langsung ke TPS atau bak container yang tersedia pada daerah masing-masing. Untuk mencapai daerah yang bestari di Kompleks SR Sukarame II Badan Pengelolaan Sukarame II mengadakan trip angkutan sampah minimal satu kali sehari yang diwajipkan pada angkutan sampah yaitu: a. Truk sampah 2 trip satu hari b. Kereta sorong 1 trip perhari. c. Setiap jenis angkutan sampah tersebut, kapasitas berbeda-beda demikian juga tanggung jawab angkutanya. Penetapan ukuran beban kerja itu berdasarkan kepada kelincahan dan keluwesan operasional dilapangan sebagai contoh: misalnya truk sampah diberi beban 2 trip perhari sedangkan kereta sorong diberi beban satu trip satu hari. Dengan pertimbangan bahwa
jenis kenderaan itu memerlukan waktu bongkar dan waktu muat dilapangan sedangkan truk sampahdan bekas pemangkasan taman serta bongkoran bangunan kebak container, transfer location atau tempat pembuangan sementara dengan beban 2 trip perhari. H. Sistem Penagihan Retribusi Sampah. Penagihan retribusi sampah merupakan sumber utama pendapatan Dinas Kebersihan untuk mendukung kegiatan pelayanan masyarakat di bidang persampahan/ kebersihan di RS Sukarame pada umumnya dan lingkungan pada khususnya. Diharapkan sumber dana itu dapat menutupi biaya pengelolaan sampah yang diperlukan. Pelaksanaan penagihan di RS Sukarame dibagi atas tipe-tipe rumah yang ada di RS Sukarame. Adapun biasanya retribusi sampah RS Sukarame tergantung pada tipe rumah tersebut, hal ini dapat pada table 4 Tabel 4 Besar Biaya Restribusi Tiap Tipe Rumah No 1 2 3
Tipe Rumah F 21 F 36 F4 Jumlah
Biaya Restribusi 3000 5000 10000
Kepatuhan masyarakat di RS SukarameII Kec. Medan Area Medan dalam pembayaran retribusi sampah belum seluruh masyarakat yang ada di RS Sukarame mememnuhi ketentuan ketentuan yang ada, masih ada beberapa anggota msyarakat yang tidak memnuhi kewajipan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan akan tetapi kompleks RS Sukarame IImendapat pengecualian bahwa penghuni Bumi Putra tidak dikenakan wajib bayar retribusi sampah. Kepatuhan sebahagian masyarakat tidak memenuhi retribusi sampah karena menurut masyarakat yang ada di RS Sukarame II pihak pengelola masih belum memberikan pelayanan yang baik kepada mereka. Dalam melaksanakan penagihan retribusi sampah, pengelola kebersihan atau dalam hal ini Dinas Kebersihan menerapkan penagihan retribusi sampah secara langsung kepada masyarakat yang ada di RS Sukarame II atau secara door to door. Pada setiap pembayaran yang dilakukan oleh wajib restribusi sampah petugas memberikan karcis yang dikeluarkan oleh Dinas Kebersihan sebagai tanda terima pembayaran retribusi kepada setiap pembayaran retribusi sampah. I. Sistem Penerimaan Retribusi Sampah. 1. Wajib retribusi Sampah. Salah satu factor yang mendukung untuk meningkatkan penerimaan uang rettribusi sampah dengan memperoleh dana wajib retribusi sampah yang sudah mendapat pelayanan sampah yang aktual dan lengkap sehingga memudahkan pengutipan retribusi sampah oleh petugas. Dengan adanya data tersebut besar potensi di tiap rumah RS Sukaranmai II dapat diketahui dan untuk menetapkan besarnya target bagi setiap tipe rumah yang akan dikutip oleh petugas maupun untuk mengadakan kerja sama antara para pihak
dengan masyarakat yang ada di RS Sukarame II Kec Medan Area Medan. Dari hasil yang didata petugas kebersihan Medan, sampai saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari nsini dapat dilihat tingkat kesadaran masyarakat di RS Sukaramai II tersebut sudah dapat menerima, akan tetapi bagi masyarakat penghuni tipe F 21, A6 dan A7 hanya 30% masyarakat yang membayar rettribusi sampah. Dari perkembangan jumlah wajib retribusi sampah yang membayar iuran RS Sukaramai terus meningkat tetapi jika dibandingkan dengan wajib retribusi sampah yang sudah mendapat pelayanan masih sangat jauh dari yang diharapkan, dimana para wajib retribusi sampah sudah mendapat pelayanan yang dilakukan setiap hari karena jadwal pelayanan setiap hari dilaksanakan. Keadaan mengakibatkan petugas kebersihan tidak dapat berbuat banyak untuk mencapai target yang diharapkan dan hanya berharap pada titik pulang pokok (break even point). Dalam melaksanakan kebersihan petugas kebersihan memprioritaskan kebersihan lingkungan dan pemukiman tempat tinggal masyarakat di RS Sukaramai II meskipun kurang kesadaran dari masyarakat RS Sukaramai di A6, A7 sehingga kita dapat mengatakan tidak ada partisipasi dari penghuni tersebut dalam menanggulangi sampah. 2. Tarif Retribusi sampah. Retribusi sampah adalah untuk menunjang pengadaan sarana dan fasilitas
dalam rangka keberhasilan pengelolaan sampah. Sejak bulan Februari 1993 diberlakukan Perda No 9 1992 tentang perubahan Perda No 15 Tahun 1981 mengenai pengelolaan kebersihan dan retribusi sampah yang didukung dengan Surat keputusan Walikotamadya Tkt II Medan No 188.342/050/SK/1992 tanggal 6 Juni 1992 dalam hal pelaksanaan Perda tersebut. 3. Hasil Penagihan Sampah.
Restribusi
Jika dilihat dari segi penerimaan restribusi sampah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan/kenaikan tetapi kenaikan itu masih rendah disebabkan beberapa hal antara lain: 1. Jumlah restribusi sampah terlalu rendah 2. Sarana dan fasilitas pengangkutan sampah masih kurang 3. Jumlah tenaga personil belum mencukupi dari yang dibutuhkan. 4 Pengawasan terhadap penerimaan uang retribusi sampah belum efektif dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini Dari data yang diperoleh kepatuhan masyarakat di kompleks RS Sukarame dalam membayar retribusi sampah dapat dilihat dalamtabel 5 dibawah ini Tabel 5 Kepatuhan Dalam Membayar Retribusi Sampah di RSS II Kecamatan Medan Area Medan Tahun 2000-2003 No
Type Rumah
1 2
F 21 F 36
Yang Memenuhi 3 18
Yang tdk Memenuhi 17 2
3
F4 Jumlah
20 41
0 19
Sumber: Perusahaan Daerah Kebersihan Kod.Madya Med
4. Biaya Operasional Pengelolaan Sampah. Dalam melaksanakan pengelolaan sampah Perusahaan Daerah Kebersihan Bestari membutuhkan biaya pengoperasian sarana, peralatan yang merupakan biaya operasional dan perawatan, biaya administrasi pengadaan, penyediaan alat-alat bahan-bahan dan biaya pemeliharaan. Dana retribusi yang ditarik adalam masyarakat belum sepenuhnya dapat menutupi biaya operasional yang dibutuhkan. Jadi tidak ada tambahan dari manapun baik dari pihak kelurahan karena mereka tidak memiliki biaya taktis untuk itu. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama 30 hari termasuk juga harihari libur diperoleh data sebagaiman penliti gambarkan dalam tabel 6 dibawah ini Tabel 6 Aktifitas Perusahaan Daerah Kebersihan Kotamadya Medan No
Katagori
1 2
1 hari kerja 2 hari kerja
Aktifitas Aktif 100% 80%
Tidak Aktif 0 20
Sumber: Perusahaan Daerah Kebersihan Kod.Madya Medan
5. Aspek Pengembangan. 1. Daur Ulang melalui produksi kompos.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan Bestari melalui subseksi perencanaan dan pengembangan adalah mengelola sampah menjadi pupuk kompos yang merupakan proses daur ulang sampah. 2. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah. Pengetahuan masyarakat tentang sampah tercermin dari berbagai hal diantaranya adalah jenis sarana penampungan sampah didalam dan diluar rumah. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pengetahuan masyarakat tentang sampah di rumah susun F 36 dan F 54 adalah sangat tinggi. Tingkat pengetahuan itu juga berhubungan dengan pendidikan, pendapatan, pekerjaandan lama tinggal menetap masyarakat di suatu daerah. Dimana semakin tinggi tingkat pegetahuan seseorang akan semakin tinggi pula pengetahuannya tentang sampah, demikian juga apabila semakin lama tinggal pada suatu daerah maka masyarakat akan semakin mencintai lingkungan tempat tinggal disuatu daerah maka masyarakat akan semakin mencintai lingkungan tempat tinggalnya, dengan demikian diharapkan peranan sertanya dalam pengelolaan sampah semakin tinggi. Tingkat pengelolaan semakin baik menyangkut sarana penampungan di dalam dan diluar rumah serta pembayaran retribusi juga dipengaruhi tingkat pendidikan dan status pekerjaan seseorang, walaupun hal tersebut tidak mutlak. Dari hasil analisis secara keseluruhan terhadap pengelolaan sampah dan hubungannya dengan variabel-variabel dan indikator diketahui bahawa peran sertanya
masyarakat di Kopleks Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan hanya pelayanan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Madya Medan, Cuma di lokasi F 21 ini belum ada kesadaran masyarakat dalam pembuangan sampah kita lihat dalam tabel dibawah ini Tabel 7 Kesadaran Masyarakat Dalam Membuang Sampah di Kompleks Rumah Susun No
Type Rumah
1 2 3
F 21 F 36 F 54 Jumlah
Yang Memenuhi 2 18 19 39
Yang tdk Memenuhi 18 2 1 21
Sumber : data primer.
Dari data yang diperoleh diatas jelas terlihat, bahwa kesadaran masyarakat sudah cukup baik dalam hal pembuangan sampah dan pembuangan limbah di tipe F 36 dan F 54. Disamping itu masih terdapat juga adanya keluhan-keluhan masyarakat Kompleks Rumah Susun Sukaramai II Medan Area Medan. Melalui tabel 8 diuraikan keluhankeluhan masyarakat RS Sukarame II Kec Medan Area Medan. Tabel 8 Keluhan Masyarakat Kompleks Rumah Susun Sukarame II Kecamatan Medan Area
No
Type Rumah
1
F 21
Yang Memenuhi 20
Yang tdk Memenuhi 0
2 3
F 36 F 54 Jumlah
2 1 23
19 18 37
Sumber : data primer
Dari data diatas dapat dilihat bahwa keluhan-keluhabn tersebut disebabkan, biaya restribusi terlalu mahal dan disamping itu masyarakat tidak merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak Perusahaan Daerah Kebersihan Kotamadya. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem management pengelolaan sampah di kompleks Rumah Susun Sukaramai II Medan Area Medan belum terlaksana secara efektif dan efisien oleh Perusahaan Daerah Kebersihan Bestari dimana beberapa tempat masih terlihat sampah berserakan. 2. Terdapat hubungan yang positif antara variable pendidikan, pekerejaan, pendapat, jumlah anggota keluarga, lama tinggal menetap dan pengetahuan masyarakat tentang sampah dan peran serta masyarakat dalam pengelolan sampah, dimana semakin baik atau tinggi suatu nilai variable kelompok masyarakat maka peran serta masyarakat tersebut dalam pengelolaan sampah juga semakin tinggi. 3. Wajib retribusi sampah telah memenuhi kewajipan rata-rata 85% pertahun menunjukkan bahwa wajib retribusi sudah agak membaik dan juga
jadwal pelayanan kebersihan sudah meningkat dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Kebersihan Kotamadya Medan. Saran Adapun saran yang peneliti ungkapkan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengatasi kelemahan sistem manajemen pengelolaan sampah di Komplek Rumah Susun Sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan, diharapkan agar pemerintah kota menetapkan keebijaksanaan bahwa hasil sampah seluruhnya digunakan untuk : a. Meningkatkan jumlah kwalitas dan kesejahtraan karyawan pengelolaan sampah b. Pengadaan prasarana pembuang an sampah 2. Retribusi sampah wajip dibayar, walaupun pelayanan sudah tidak dapat dilaksanakan setiap hari, karena ini menjadi kewajipan masyarakat untuk kebersihan lingkungan pada umumnya di Kompleks Rumah Susun sukaramai II Kecamatan Medan Area Medan. 3. Perda No.5 Tahun 1992 perlu di masyarakatkan didalam penyuluhanpenyuluhan untuk ketegasan dalam menerapkan sanksi yang jelas dan akurat terhadap pelanggarnya. 4. Sehubungan dengan masalah sampah merupakan masalah umum pada setiap kota di Indonesia, sebaiknya permasalahan sampah ditangani secara nasional sehingga ada kebijaksanaan keseragaman dalam pemecahannya.
Daftar Pustaka Amdi Amzah (1990), Dasar Dasar Hukum Perumahan, renika Cipta, Jakarta. Azrul A, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara, Jakarta. Departemen Sosial Republik Indonesia, Petunjuk Pelaksana dan Materi Bimbingan Tenaga Penyuluhan Sosial Kehidupan di Rumah Susun. BPEF. UGM, Yokyakarta. Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Madya Medan (1989), Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kotamadya Medan. Salim. E. (1990) Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3S, Jakarta. Sa’ id, E,G. (1987), Sampah Masalah Kita Bersama, MSP, Jakarta. Siegal, S. (1990) Statistik Non Para metric Untuk Ilmu-ilmu Sosial, PT. Gramedia., Jakarta. Soemarwoto. (1989), Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan Bandung. Soerjarni, M dan Bahrin S (1983) Manusia Dalam Keserasian Lingkungan, LPFE. UI, Jakarta. UU No 23 Tahun 1997 Lingkungan Hidup.