JURNAL HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI
Oleh DWI MARLIAWITA (1113054017)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL SKRIPSI
Judul Skripsi
: HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI
Nama Mahasiswa
: Dwi Marliawita
Nomor Pokok Mahasiswa
: 1113054017
Program Studi
: Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan
: Ilmu Pendidikan
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Bandar Lampung, Juni 2015 Peneliti,
Dwi Marliawita NPM 1113054017
Mengesahkan Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dra. Sasmiati, M.Hum NIP 19560424 198103 2 003
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd NIP. 19510507 198103 1 002
ABSTRAK HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI Oleh Dwi Marliawita1, Sasmiati2, Baharuddin Risyak3
The research problem of this study was the ability of early children to express language haven’t been developed. This study aimed to investigate the relationship between story telling method towards the skills to express the language in early childhood. This study used quantitative research and correlational method. The subject of this study was A group children in Mutiara Bangsaku kindergarden Bandar Lampung. Primary data were collected by observation while secondary data were colleted by documentation. The data was analyzed by using Correlation Spearman Rank. The result showed that there was positive relationship between story telling method and ability to express language in early childhood. The story telling method can be used as alternative learning activities in early childhood education, particularly in developing the ability to express language skills. Keywords : early childhood, express language, story telling method Masalah dalam penelitian ini adalah belum berkembangnya kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional. Subyek penelitian ini adalah siswa TK Mutiara Bangsaku kelompok A Bandar Lampung. Pengumpulan data primer menggunakan metode observasi dan pengumpulan data sekunder dengan metode dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan Korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. Oleh sebab itu hendaknya penggunaan metode bercerita dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran di PAUD, terutama dalam mengembangkan kemampuan mengungkapkan bahasa. Kata kunci : anak usia dini, kemampuan mengungkapkan bahasa, metode bercerita 1) 2) 3)
Mahasiswa Pembimbing 1 Pembimbing 2
PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu usaha dalam menjawab permasalahan serta berbagai tantangan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia pendidikan memiliki tujuan yang sangat penting, seperti yang tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 20 yang menjelaskan bahwa : Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan. Selanjutnya menurut Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 Bab 1, pasal 1, butir 14, tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Usia ini disebut dengan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan hanya datang sekali. Masa peka adalah suatu masa yang menuntut pengembangan seluruh aspek perkembangan yang sesuai
dengan tahapan usia anak agar dapat terstimulus secara baik. Aspek-aspek yang harus dikembangkan meliputi nilai dan moral agama, kognitif, fisik motorik, sosial emosional serta bahasa. Salah satu kemampuan yang harus dikembangkan pada anak adalah bahasa, karena kemampuan berbahasa merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh manusia. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi bagi setiap orang, tanpa bahasa seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam (Depdiknas, 2007:1) dijelaskan bahwa kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai tahap perkembangannya. Anak usia dini berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. (Jamaris, 2004:27) menjelaskan bahwa pada fase ini anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Sejalan dengan pendapat tersebut kemampuan berbahasa pada anak usia 4-5 tahun mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.58 Tahun 2009 meliputi 3 lingkup perkembangan yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Pada lingkup mengungkapkan
perkembangan bahasa ada
beberapa tingkat pencapaian perkembangan anak yang harus dicapai yaitu mengulangi kalimat sederhana, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menjawab pertanyaan sederhana, mengungkapkan perasaan dengan kata sifat, menyebutkan kata-kata yang dikenal, menyatakan alasan terhadap sesuatu dan dapat menceritakan kembali sesuatu yang diperdengarkan. Maka dari itu sebagai seorang guru harus mampu menstimulasi kemampuan anak dalam mengungkapkan bahasa secara optimal. Kemampuan Mengungkapkan Bahasa AUD Kemampuan mengungkapkan bahasa yaitu kemampuan yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Kemampuan mengungkapkan bahasa berada dalam fase bahasa ekspresif. (Moeslichatoen, 2004:55) menjelaskan bahwa bahasa ekspresif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Anakanak dapat berbicara sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa, dapat memahami kosa kata yang didengarkan dalam percakapan yang umum dikenal. Anak-anak belajar berbahasa, sebagaimana mereka memperoleh pengetahuan lainnya, yakni melalui pengalaman. Pada kemampuan mengungkapkan bahasa ada beberapa tingkat pencapaian perkembangan yang harus dicapai oleh anak yang meliputi mengulang kalimat sederhana, menjawab pertanyaan sederhana, mengungkapkan perasaan dengan kata sifat, menyebutkan katakata yang dikenal, mengutarakan
pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidak setujuan dan menceritakan kembali sesuatu yang diperdengarkan. Standar inilah yang dijadikan tolak ukur keberhasilan anak terhadap kemampuan mengungkapkan bahasa. Pada kemampuan mengungkapkan bahasa terdapat beberapa karakteristik yang harus diketahui sehingga mampu menstimulus kemampuan bahasa ekspresif secara optimal. Menurut (Jamaris, 2004:29) bahwa terdapat beberapa karateristik dalam kemampuan bahasa ekspresif anak pada usia 4-6 tahun yaitu: a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak ia telah dapat mengemukakan pendapat kepada orang lain. b. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintak bahasa yang digunakan. c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. d. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata. e. Lingkup kosa kata yang diucapkan anak menyangkut: warna, rasa, bau, kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan (kasar dan halus). f. Dapat berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain, berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. g. Percakapan yang dilakukan anak usia 4-6 tahun telah menyangkut
komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya. Karakteristik dalam kemampuan bahasa ekspresif dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak. Sehingga tujuan dari pembelajaran dapat menstimulus kemampuan bahasa ekspresif yang anak miliki secara optimal. Karakteristik dari bahasa ekspresif inilah yang dapat dijadikan sebagai landasan dari kemampuan mengungkapkan bahasa. Selain itu didalam pengembangan kemampuan mengungkapkan bahasa terdapat prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh (Depdiknas, 2001:14), sebagai berikut : 1. Sesuai dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat. 2. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai dengan potensi anak. 3. Tumbuh kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas. 4. Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. 5. Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan. 6. Guru menguasai pengembangan bahasa. 7. Guru bersikap normatif, model, contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar. 8. Bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak. 9. Tidak menggunakan huruf satusatu secara formal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa adalah bahasa lisan yang digunakan untuk menyampaikan keinginan, pendapat, gagasan, ide, maupun penolakan kepada orang lain sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami oleh lawan bicara. Dalam kemampuan berbahasa terdapat 3 lingkup perkembangan salah satunya yaitu kemampuan mengungkapkan bahasa. Kemampuan ini digunakan untuk menjalin komunikasi secara lisan dengan baik kepada orang lain. Metode Bercerita Dalam proses pembelajaran anak usia dini, ada beberapa metode yang dapat diterapkan salah satunya metode bercerita. Bercerita menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian disekelilingnya. Berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat berdasarkan pengalaman yang diperoleh. (Tarigan, 1981:35) menyatakan bahwa cerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian atau makna dengan jelas. Dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan suatu informasi kepada orang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PAUD metode bercerita dilaksanakan dalam upaya
memperkenalkan, memberi keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai aspek pada anak. Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Adapun tujuan dari metode bercerita menurut (Moeslichatoen, 2004:170) adalah sebagai berikut : a. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial. b. Anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. c. Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain. d. Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya. e. Anak dapat menjawab pertanyaan. f. Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain. Selain itu didalam metode bercerita terdapat beberapa tekhnik yang dapat digunakan seperti yang dikemukakan oleh (Moeslichatoen, 2004:158-160) antara lain sebagai berikut : a. Membaca langsung dari buku cerita
b. Bercerita degan menggunakan ilustrasi gambar dari buku c. Menceritakan dongeng d. Bercerita dengan menggunakan papan flannel e. Bercerita dengan menggunakan media boneka f. Dramatisasi suatu cerita g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan Berdasarkan penjelasan tokoh tersebut, macam-macam metode bercerita dapat dijadikan salah satu pilihan, sehingga penggunaan metode ini tidak membosankan bagi anak. Namun berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di TK Mutiara Bangsaku kelompok A yang terdiri dari usia 4-5 tahun. Dapat dikatakan bahwa kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia 4-5 tahun belum berkembang secara optimal. Rendahnya kemampuan tersebut dapat terlihat dari sebagian besar anak di kelas belum mampu mengulangi kalimat sederhana yang diberikan guru, banyak anak belum berani mengutarakan pendapatnya kepada orang lain, anak masih terlihat malu-malu ketika menjawab pertanyaan sederhana yang guru berikan, dan lebih dari sebagian anak di kelas belum berani ketika diminta untuk menceritakan kembali sesuatu peristiwa atau kejadian. Kondisi tersebut nampak pembelajaran yang terjadi di kelas masih mengedepankan kegiatan Calistung yang tidak sesuai dengan kebutuhan Pendidikan anak usia dini dimana pembelajaran yang seharusnya dilakukan yaitu melalui bermain, akibatnya anak tidak fokus dalam pembelajaran, pembelajaran yang dilakukan masih monoton sehingga
anak lebih cepat merasa jenuh dan bosan. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu kurangnya media pembelajaran yang dapat mendukung kemampuan mengungkapkan bahasa, hal ini menyebabkan anak tidak termotivasi untuk belajar secara aktif, kreatif dan menyenangkan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. METODE Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang bersifat non eksperimental dengan metode korelasional. Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya (Syaodih, 2007:56). Hubungan antara satu dengan variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikasi) secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Populasi dalam penelitian adalah semua anggota kelompok TK Mutiara Bangsaku kelompok A Bandar Lampung tahun ajaran 20142015. Sampling dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh (penuh) hal ini dikarenakan semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sehingga, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi sebanyak 30 anak. Variabel pada penelitian ini adalah metode bercerita (X) dan kemampuan
mengungkapkan bahasa pada anak usia dini (Y). Pengumpulan data primer menggunakan metode observasi dan pengumpulan data sekunder dengan metode dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui hubungan metode bercerita terhadap kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan analisis dengan menggunakan analisis tabel dan selanjutnya analisis hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rank untuk menguji hubungan kedua variabel dengan rumus
=1−
(Sugiyono, 2011:245).
(
∑
)
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian direkap. Berdasarkan data yang telah diperoleh tentang penerapan metode bercerita terlihat bahwa mayoritas anak (60,00) persen keterlibatannya tinggi dalam penerapan metode bercerita. Selanjutnya 33,33 persen anak keterlibatannya sedang dalam penerapan metode bercerita. Dan hanya 6,67 persen anak yang keterlibatannya rendah. Selain itu berdasarkan data yang telah diperoleh tentang kemampuan mengungkapkan bahasa dengan menggunakan metode bercerita terlihat bahwa mayoritas anak (60,00) persen kemampuan mengungkapkan bahasa Berkembang Sangat Baik (BSB), 16,67 persen anak yang keterlibatan kemampuan mengungkapkan bahasa Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan hanya
23,33 persen anak Berkembang (MB).
yang Mulai
Selanjutnya dari kedua data tersebut dianalisis menggunakan analisis tabel, dan hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 1 Tabel Silang Persentase Penerapan Metode Bercerita Terhadap Kemampuan Mengungkapkan Bahasa pada Anak Usia Dini Kemampuan Mengungkap kan Bahasa BSB
BSH
MB
BB
Jumlah
Penerapan Metode Bercerita Sangat Tinggi
18 (60%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
18 (60%)
Tinggi
0 (0%)
5 (16,67%)
5 (16,67%)
0 (0%)
10 (33,33%)
Sedang
0 (0%)
0 (0%)
2 (6,67%)
0 (0%)
2 (6,67%)
Rendah
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
7 (23,33%)
0 (0%)
30 (100%)
Jumlah
18 (60%)
5 (16,67%)
Sumber : Data Hasil Penelitian 2015 Dengan demikian berdasarkan analisis tabel silang mayoritas anak yaitu sebesar 60,00 persen keterlibatannya tinggi dalam penerapan metode bercerita dan kemampuan mengungkapkan bahasanya dapat Berkembang Sangat Baik (BSB). Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui asosiatif (hubungan) dengan Korelasi Spearman Rank untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan dapat diterima atau ditolak.
Setelah itu uji hipotesis dengan korelasi spearman rank menunjukan bahwa ada hubungan antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini yang ditunjukkan sebesar 0,91. Berdasarkan pedoman tingkat keeratan koefisien korelasi maka antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini memiliki hubungan yang kuat, dan bernilai positif. Dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu ada hubungan antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. Dengan demikian dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan metode bercerita dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Moeslichatoen, 2004:157) bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Metode ini dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberi keterangan atau penjelasan tentang hal yang belum diketahui sehingga dapat mengembangkan berbagai aspek yang ada pada anak. Sehingga aspek yang terdapat pada anak dapat terstimulus dengan baik secara optimal. Kegiatan ini memiliki peranan penting dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. hal ini dikarenakan bahasa dan pikiran merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Melalui pikiran anak dapat merespons
sesesuatu yang kemudian disampaikan melalui bahasa kepada seseorang. Sejalan dengan pendapat tersebut (Fadillah, 2012:172) mengemukakan metode bercerita ialah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian tersebut lalu disampaikan melalui tutur kata, ungkapan dan mimik wajah yang unik. Pemilihan metode ini sangat cocok untuk mengembangkan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini dikarenakan anak dapat dengan langsung terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan metode bercerita, aspek kemampuan mengungkapkan bahasa anak seperti menjawab pertanyaan sederhana yang guru berikan, menceritakan kembali dan mengungkapkan pendapatnya tentang cerita dapat terstimulus dengan baik dan menjadikan suasana belajar menyenangkan dan anak dapat dengan mudah memahami apa yang disampaikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini Kelompok A di TK Mutiara Bangsaku Bandar Lampung. Hal ini terlihat dari analisis data dengan menggunakan Korelasi Spearman Rank yang menjelaskan hubungan antara penerapan metode bercerita dengan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini sebesar
0,91. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum anak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan metode bercerita maka kemampuan mengungkapkan bahasanya dapat berkembang lebih baik. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan, disarankan bahwa : (1) Bagi guru, penerapan metode bercerita dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternatif dalam pembelajaran di PAUD terutama untuk meningkatkan kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak usia dini. (2) Bagi anak, anak memiliki kesempatan untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan bahasanya. (3) Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian sebaiknya menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga anak merasa senang, dan pengelolaan kelas lebih terorganisir dan lebih terencana. DAFTAR RUJUKAN Dapertemen Pendidikan Nasional. 2001. Didaktik Metodik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. Dapertemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan Taman KanakKanak dan Sekolah Dasar.
Fadillah, M. 2012. Desain Pembelajaran Paud. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Jamaris, M. 2004. Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta. Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:Rineka Cipta. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabet. Syaodih, N. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tarigan, H G. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilam Berbahasa. Bandung: Angkasa