Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013
PENGGUNAAN TONGKOL JAGUNG DAN PEPAYA SEBAGAI BAHAN DASAR PAKAN BUATAN BAGI PERKEMBANGAN LARVA Lalat Buah Bactrocera carambolae Drew dan Hancock (Diptera: Tephritidae) Sri Heriza, Toto Himawan dan Hagus Tarno Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145
ABSTRACT Research was conducted with preservation method in the plentiful number (rearing) in the Pest Laboratory, Plant Protection Department, Faculty of Agriculture, University of Brawijaya. This research objective to get information about the use of corncob and papaya as basic material for larvae development. Design that was used in this research was complete randomized design with three repeatition. This research used used five treatments that was food composition with wheat bran as control, corncob, corncob+coconut oil, papaya and papaya+bread yeast. The result showed that corncob and papaya could be used as basic material of artificial food for larvae of fruit fly development. Keywords: Corncob and papaya, artificial food, Bactrocera carambolae ABSTRAK Penelitian dilakukan dengan cara pemeliharaan dalam jumlah yang banyak (rearing) di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan infomasi tentang penggunaan tongkol jagung dan papaya sebagai bahan dasar pakan buatan bagi perkembangan larva. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan. Penelitian ini menggunakan lima perlakuan yaitu komposisi pakan berbahan dasar dedak gandum sebagai kontrol, tongkol jagung, tongkol jagung+minyak kelapa, pepaya, pepaya+ragi roti. Hasil penelitian menunjukkan tongkol jagung dan pepaya dapat dijadikan sebagai bahan dasar pakan buatan bagi perkembangan larva lalat buah. Kata Kunci : Tongkol jagung dan papaya, pakan buatan, Bactrocera carambolae PENDAHULUAN Lalat buah (Bactrocera carambolae) adalah salah satu hama yang menyebabkan rendahnya produksi buah–buahan. Kerusakan yang diakibatkan bersifat kuantitatif dan kualitatif. Kerusakan kuantitatif terjadi karena adanya penurunan jumlah hasil panen buah–buahan, dan kerusakan bersifat kualitatif
yaitu pada buah–buahan mengalami penurunan kualitas akibat kerusakan pada bagian tertentu atau seluruh bagian. Lalat buah dari marga Bactrocera merupakan hama yang merusak berbagai jenis buah–buahan di Indonesia. Intensitas kerusakan yang ditimbulkan di beberapa tempat sangat tinggi bahkan sering sampai
80
Heriza et al, Penggunaan Tongkol Jagung
menggagalkan panen (Kalshoven, 1981). Berbagai cara pengendalian telah dilakukan tetapi hasilnya belum memuaskan. Pengendalian akan memberikan hasil yang optimal apabila disertai dengan penelitian–penelitian dasar tentang lalat buah. Untuk itu diperlukan penelitian–penelitian yang mendasar terhadap lalat buah. Pengembangan pengendalian dengan teknik jantan mandul, pengembangan patogen serangga, teknik manipulasi hormon, untuk keperluan pengendalian hayati serta penelitian mengenai fisiologi, ekologi, genetika dan biologi dari lalat buah tersebut, diperlukan ketersediaan lalat buah dalam jumlah banyak. Ketersediaan lalat buah dalam jumlah banyak dapat dilakukan melalui pemeliharaan di laboratorium. Usaha pemeliharaan lalat buah dapat dilakukan dengan menggunakan pakan alami maupun pakan buatan. Dalam hal ini kualitas pakan perlu diperhatikan karena merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pemeliharaan dan pembiakan lalat buah. Pemeliharaan lalat buah menggunakan pakan alami masih dimungkinkan dilaksanakan pada skala kecil tetapi untuk pemeliharaan dalam skala besar menjadi tidak efisien. Kesulitan pemeliharaan lalat buah dengan pakan alami secara terus– menerus dalam jumlah banyak disebabkan keterbatasan ketersediaannya. Pakan alami seringkali tersedia hanya pada musim– musim tertentu saja. Selain itu, pakan alami seringkali terkontaminasi oleh mikroorganisme. Sehingga lalat buah yang dipelihara dengan pakan alami beresiko kematian yang tinggi. Penggunaan pakan buatan untuk mempertahankan kesinambungan pemeliharaan dalam jumlah banyak
lebih dimungkinkan, karena pakan buatan dapat tersedia kapanpun dan resiko terkontaminasi oleh mikroorganisme dapat diperkecil. Oleh karena itu penggunaan pakan buatan untuk pemeliharaan dan pembiakan lalat buah akan dapat menyediakan lalat buah secara massal dan dapat tersedia terus–menerus untuk keperluan penelitian di laboratorium maupun di lapangan. Dalam penyusunan pakan buatan bagi larva lalat buah seharusnya memenuhi standar komposisi pakan buatan. yang digunakan di banyak negara yaitu dengan menggunakan ragi roti, gula pasir, nipagen, sodium benzoate, HCl atau citric acid, dan air, dan perlu diperhatikan zat–zat lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan serangga antara lainbahan pengisi, bahan pengikat, pengatur pH, zat penghambat pertumbuhan jamur dan perangsang makanan (Hatmosoewarna, 1977). Pepaya merupakan salah satu jenis buah–buahan utama yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk dijadikan pakan buatan, karena pepaya tersedia pada sepanjang tahun dan keuntungan lain menggunakan buah segar seperti pepaya adalah bahwa tidak memerlukan penyesuaian pH. PH- nya berkisar antara 4-5,5, yang bisa menghambat kerja bakteri dan jamur pada pakan buatan tersebut (Rukmana, 2003). Di beberapa negara di dunia, tongkol jagung bisa dijadikan bahan dasar pakan buatan (Anonymous, 2002). Alasan ini didukung karena tongkol jagung sebagai bahan yang kurang termanfaatkan dengan umurnya yang pendek sehingga dimungkinkan ketersediaannya selalu ada secara terus–menerus.
81
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang mulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2005. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sodium benzoate, nipagen, gula, ragi roti, dedak gandum, tepung tongkol jagung, pepaya, minyak kelapa, aquades, protein hidrolisat dan serbuk gergaji. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari tiga kali ulangan dengan lima perlakuan, sebagai berikut: komposisi pakan berbahan dasar dedak gandum sebagai kontrol, komposisi pakan berbahan dasar tongkol jagung, komposisi pakan berbahan dasar tongkol jagung+minyak kelapa, komposisi pakan berbahan dasar pepaya, dan komposisi pakan berbahan dasar pepaya+ragi. Persiapan Penelitian Untuk pemeliharaan lalat buah dewasa digunakan sangkar berukuran 30cm x 30 cm x 20 cm yang dindingnya terbuat dari triplek. Sebagai sarana untuk aerasi dan masuknya sinar, sisi yang lainnya terbuat dari kain kassa. Dinding depan dibuat berbentuk pintu untuk memasukkan pupa dan makanan bagi lalat dewasa. Pada pintu atau dinding depan tersebut dibuat empat lubang dengan diameter 5 cm sebagai tempat pemasangan botol peneluran. Botol peneluran terbuat dari botol plastik bervolume 240 ml pada
bagian dalamnya dibuat lubang – lubang kecil dengan diameter 0,5 mm. Sebelum dipasang, botol peneluran diisi potongan spon jenuh air. Untuk menambah pencahayaan, diatas sangkar pemeliharaan dipasang lampu TL 20 watt pada ketinggian 20 cm di atas permukaan sangkar pemeliharaan. Pembuatan pakan untuk B. carambolae dilakukan dengan cara mendidihkan akuades yang telah dicampur dengan ragi roti (dengan berat sesuai dengan Tabel 1, kecuali perlakuan dengan menggunakan pepaya tanpa ragi roti) dipanaskan sampai mendidih kemudian setelah agak dingin dimasukkan sodium benzoate, nipagen, gula pasir, tepung tongkol jagung, atau pepaya sesuai dengan komposisi seperti yang tercantum dalam Tabel 1. Pakan jadi diletakkan pada nampan plastik berukuran 20 cm x 15 cm x 3 cm. Pengamatan Penelitian 1. Persentase Tetas Telur 2. Jumlah Larva yang Berhasil Menjadi Pupa 3. Berat Pupa 4. Jumlah Imago yang Keluar 5. Fekunditas Imago Betina Bactrocera carambolae 6. Kematian Imago Pertumbuhan Bactrocera carambolae Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis hasilnya dengan menggunakan uji F taraf 5% kemudian apabila berbeda dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Tetas Telur Rata-rata persentase telur yang berhasil menetas dihitung dari volume telur sebanyak 0,1 ml dengan tiga kali
82
83
Heriza et al, Penggunaan Tongkol Jagung
ulangan, hasilnya menunjukkan bahwa per 0,1 ml telur Bactrocera carambolae berisi rata-rata 5764 butir. Telur B. carambolae menetas dalam waktu 2 hari setelah diletakkan oleh imago betina. Dari Tabel 2 di atas menunjukkan rata-rata persentase tetas telur B. carambolae dari tiga kali ulangan adalah 74,499 ≈ 74,5%. Jumlah Larva yang Berhasil Menjadi Pupa Jumlah larva yang berhasil menjadi pupa dapat dilihat pada Tabel 3. Perbedaan jumlah pupa yang terbentuk diantara semua perlakuan dikarenakan perbedaan kandungan nutrisi yang terkandung dalam masingmasing komposisi pakan yang digunakan. Karena dalam pemeliharaan larva di laboratorium diperlukan zat-zat nutrisi tertentu, antara lain karbohidrat, lemak, protein dan vitamin (House,
1997). Demikian juga dikemukakan oleh Sikumbang et al.(2000) menjelaskan bahwa kandungan protein yang cukup untuk makanan larva lalat buah akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan larva. Hal ini berarti larva lalat buah memerlukan kandungan protein yang cukup aman tidak sampai berlebihan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Berat Pupa Hasil penimbangan terhadap berat pupa Bactrocera carambolae yang terbentuk dengan menggunakan timbangan elektrik menunjukkan ratarata berat pupa yang berbeda-beda pada semua perlakuan komposisi pakan buatan. Rata-rata berat pupa pada masing-masing perlakuan komposisi pakan dapat dilihat pada Tabel 4. , .
Tabel 1. Komposisi pakan buatan yang digunakan dalam penelitian Jenis Bahan
Sodium benzoate (g) Nipagen (g) Gula pasir (g) Ragi roti (g) Dedak gandum (g) Tongkol Jagung (g) Pepaya (ml) Aquades (ml)
Komposisi Pakan Buatan Dengan Bahan Dasar Dedak Tongkol Tongkol jagung+ Pepaya Pepaya+ ragi roti Gandum Jagung minyak kelapa 0,1 0,1 12 3,6 26,2 58
0,2 0,2 10,8 10,8 18,5 59,5
0,2 0,2 10,8 10,8 15,5 59,5
0,2 0,2 10,8 38,8 50
0,2 0,2 10,8 10,8 28 50
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013
Tabel 2.
Rata-rata jumlah telur, jumlah telur yang berhasil menetas dan persentase tetas telur dari 0,1 ml telur B. carambolae
Ulangan I II III Rata-Rata
∑ Telur (butir) 5999 6715 5062 5925
∑ Telur Menetas % Tetas Telur (butir) 4469 74,4957 5003 74,5048 3771 74,4962 4414 74,4989
Tabel 3. Rata-rata jumlah larva B. carambolae yang berhasil menjadi pupa yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar Bahan Dasar Pakan Buatan Dedak Gandum Tongkol Jagung Tongkol Jagung + Minyak Kelapa Pepaya Pepaya+ragi roti
Rata-Rata Jumlah Larva B. carambolae yang berhasil menjadi pupa *) (X ± S.E) 2110,00 ± 62,1480 a 3208,67 ± 33,8440 b 4325,00 ± 252,716 d 3401,33 ± 82,8700 c 4386,00 ± 230,616 d
Keterangan : *) angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P: 0,05)
Tabel 4. Rata-rata berat pupa B. carambolae yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar Bahan Dasar Pakan Buatan Dedak Gandum Tongkol Jagung Tongkol Jagung + Minyak Kelapa Pepaya Pepaya+ragi roti
Rata-Rata Berat B. carambolae (8g) *) (X ± S.E) 2110,00 ± 62,1480 a 3208,67 ± 33,8440 b 4325,00 ± 252,716 d 3401,33 ± 82,8700 c 4386,00 ± 230,616 d
Keterangan : *) angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P: 0,05)
Dari Tabel 4 rata-rata berat pupa pada masing-masing perlakuan terlihat adanya perbedaan. Pupa terberat pada pakan yang dicobakan yaitu pada pakan berbahan dasar tongkol jagung+minyak kelapa, dan diikuti dengan pakan berbahan dasar pepaya+ragi roti, tongkol jagung dan pepaya dan berat pupa terkecil pada perlakuan dengan bahan dasar dedak gandum. Berat pupa akan menentukan kualitas pupa yang terbentuk, semakin tinggi berat suatu pupa maka kualitas pupa yang terbentuk juga semakin baik.
Dalam hal ini pupa yang berkualitas baik akan menghasilkan kualitas imago yang baik pula, seperti dijelaskan Sikumbang et al.(2000), bahwa dengan kandungan nutrisi yang cukup untuk pakan larva B. carambolae akan memberikan kualitas hasil larva yang lebih baik dan akan menghasilkan kualitas pupa yang lebih baik dan pada akhirnya akan menghasilkan imago yang baik pula.
84
Heriza et al, Penggunaan Tongkol Jagung
Jumlah Imago yang Keluar Rata-rata jumlah pupa yang berhasil menjadi imago disajikan pada Tabel 5. Pada perlakuan dengan bahan dasar tongkol jagung+minyak kelapa memiliki berat pupa lebih tinggi diantara semua perlakuan, sedang jumlah imago yang terbentuk lebih banyak pada perlakuan dengan bahan dasar pepaya+ragi roti. Dalam hal ini pengaruh zat pakan yang digunakan sangat menentukan imago yang akan terbentuk, dan hal ini dijelaskan oleh Chapman (1969) yang menyatakan bahwa perbedaan perkembangan imago yang terbentuk dipengaruhi zat pakan (nutritional requirement) yang
terkandung dalam pakan yang digunakan. Adapun zat-zat nutrisi yang dibutuhkan imago untuk berkembang baik antara lain: protein, lemak dan air (Romoser, 1973). Pada penelitian yang dilakukan dapat diamati lamanya masa pupa adalah 5-10 hari. Dari hasil ini umur pupa yang dipelihara di laboratorium lebih singkat daripada umur pupa di lapang. Keadaan ini diungkapkan Putra (1997), yang menyatakan bahwa perkembangan pupa membutuhkan waktu sekitar 18 hari. Sehingga pupa yang diperoleh dari pemeliharaan larva pada pakan buatan lebih cepat proses perkembangannya daripada pupa yang hidup bebas di alam.
Tabel 5. Rata-rata jumlah pupa B. carambolae yang berhasil menjadi imago yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar Bahan Dasar Pakan Buatan
Dedak Gandum Tongkol Jagung Tongkol Jagung + Minyak Kelapa Pepaya Pepaya+ragi roti
Rata-Rata Jumlah B. carambolae yang berhasil menjadi imago (8g) *) (X ± S.E) 1769,33 ± 69,900 a 3020,00 ± 108,50 b 3677,67 ± 270,31 d 3146,00 ± 34,490 c 4126,00 ± 214,65 d
Keterangan : *) angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P: 0,05)
Fekunditas Imago Betina Bactrocera carambolae Telur Bactrocera carambolae dipanen setelah imago berumur 10 hari, dan telur dihitung tiap harinya sampai dengan hari ke 40. Berikut ini disajikan gambar rata-rata jumlah telur yang diletakkan oleh Imago Bactrocera carambolae yang dipelihara pada pakan buatan dengan bahan dasar yang berbeda. Dari Gambar 1 rata-rata imago betina meletakkan telurnya mulai pada waktu imago berumur 10 hari, kemudian terus meningkat tiap harinya sampai imago rata-rata berumur 16 hari, dan rata-rata
jumlah telur menurun pada hari-hari berikutnya. Akan tetapi pada perlakuan menggunakan bahan dasar tongkol jagung+minyak kelapa dan pepaya+ragi roti waktu imago berumur 29 hari terjadi peningkatan jumlah telur. Hal ini karena pengaruh faktor suhu pada waktu imago berumur 29 hari yang memungkinkan untuk memacu proses pembentukan telur tersebut. Telur dipanen mulai hari ke-10 setelah imago keluar dari pupa karena menurut Drew dan Hancock (1994) menjelaskan bahwa imago menjadi masak secara seksual dalam waktu 8-
85
86
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013
10 hari setelah muncul dari pupa. Imago menunjukkan aktivitas makan yaitu pada umur 8-12 hari, setelah itu
imago melakukan bertelur.
kopulasi
dan
200
Rata-rata Jumlah Telur B. carambolae
180
Pakan buatan berbahan dasar pepaya+ragi roti
160
Pakan buatan berbahan dasar pepaya
140 120
Pakan buatan berbahan dasar tongkol jagung+minyak kelapa Pakan buatan berbahan dasar tongkol jagung
100 80 60
Pakan buatan berbahan dasar dedak gandum
40 20 0 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Hari ke-
Gambar 1. Rata-rata Jumlah Telur yang Diletakkan Oleh Imago B. carambolae yang Larvanya Dipelihara Pada Pakan Buatan Dengan Lima Macam Bahan Dasar Lama Hidup Imago Bactrocera carambolae Pengamatan selama 30 hari terhadap kematian imago Bactrocera carambolae dapat menentukan lama hidup imago Bactrocera carambolae. Pengamatan terhadap lama hidup imago dihitung mulai dari umur pertama pupa menjadi imago sampai dengan imago tersebut mati. Rata-rata umur imago jantan dan betina masing-
masingnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Pertumbuhan Bactrocera carambolae Rata-rata siklus hidup per stadia B. carambolae disajikan pada Tabel 7. Dari perhitungan jumlah pupa yang berhasil menjadi imago yang dipelihara pada lima macam bahan dasar pakan buatan tersebut diperoleh
87
Heriza et al, Penggunaan Tongkol Jagung
Rata-rata umur imago
30
Dedak gandum
25
Tongkol jagung
20
Tongkol jagung+minyak kelapa Pepaya
15 10
Pepaya+ragi roti
5 0
Rata-rata umur imago
rata umur imago jantan bactrocera carambolae yang larvanya Gambar 2. Rata-rata dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar
30
Dedak gandum
25
Tongkol jagung
20
Tongkol jagung+minyak kelapa Pepaya
15 10 5 0
rata umur imago betina bactrocera carambolae yang larvanya Gambar 2. Rata-rata dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar
rata umur B. Carambolae pada masing-masing masing stadia yang larvanya Tabel 7. Rata-rata dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar
Stadia
Dedak Gandum
Telur Larva (hari) Larva Pupa (hari) Pupa Imago Rata-rata siklus hidup (hari)
2 5 10 17
Bahan Dasar Pakan Buatan Tongkol Tongkol Jagung+ Pepaya Jagung Minyak Kelapa 2 2 2 7 7 7 11 12 11 20 21 20
erbandingan jumlah imago jantan dan Perbandingan betina adalah 1 : 1. Perbandingan ini menunjukkan adanya keseimbangan populasi imago lalat buah B. carambolae pada masing masing-masing pakan tersebut.
Pepaya+ Ragi Roti 2 7 15 24
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Tongkol jagung dan pepaya dapat digunakan untuk menggantikan dedak gandum sebagai bahan dasar
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013
2.
pakan buatan larva Bactrocera carambolae. Rata-rata perkembangan larva yang baik diperoleh dari larva yang dipelihara pada pakan buatan dengan bahan dasar pepaya+ragi roti. DAFTAR PUSTAKA
Andrewartha, H. G. dan L. C. Birch. 1974. The Distribution and Abundance of Animal. The University of Chicago Press. Chicago and London. 782 hlm. Anonymous. 2002. Laboratory – Techniques for Tephritid Fruit Flies in Pacific Island Countries and Territories. http:www.Spc.Int/pacifly/frui t–fly–manual.20 Juli 2005. Ashraf, M., N. Tanaka dan E.J. Harris. 1978. Rearing of Oriental Fruit Flies ; a Need for Wheat Germ in Larval Diet Containing Bagasse, a Non- Nutritive Bulking Agent. Ann. Entomol. Soc. Am. 71: 674 – 676. Chapman, R.F. 1969. The Insects Structure and Function. American Elsevier Publishing. Co. Inc., New York. 901 hlm. Drew, R.A.I dan D.L Hancock. 1994. The Bactrocera dorsalis complex of Fruit Files (Diptera:Tephritidae:Dacinae ) in Asia. Bulletin of Entomological Research : Suplement Series Number 2 in Suplement 2. Department of Primmary Industries. Australia.. Hlm.11 – 13.
Hatmoesoewarno, S. 1977. Pemeliharaan Serangga dalam Hubungannya dengan Teknik Pemandulan Untuk Pemberantasannya. Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.90 hlm House, H. 1977. Nutrition of Natural Enemies. In R.L. Ridway dan S.B. Vinson (eds). Biological Control by Augmentation of Natural Enemies. Plenum Press. New York. Hlm.151181. Kakinohana, H. dan M. Yamagishi. 1980. The Mass Production of Melon Fly Techniques and Problems. The International Symposium on The Biology and Control of Fruit Flies. The Food and Fertilizer of Technology Centre. The University of The Ruyukyus. The Okinawa Prefectural Government. Japan. Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru- van Hoeve. Jakarta. 701 hlm. Kuswadi, A. N, Darmawi dan M. Indarwatmi. 1997. Biologi Lalat Buah Bactrocera carambolae dalam Biakan di Laboratorium dengan Makanan Buatan. Seminar Nasional Biologi XV.PEI dan Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm.1510 – 1514. Malavasi, A.D. Midgarden dan V. Kelmann. 2000. Status of The cooperative Republic of Guyana a Country Free of Bactrocera carambolae Fruit Fly. Carambolae Fruit Fly Programme in North of South
88
Heriza et al, Penggunaan Tongkol Jagung
America Georgetown. Guyana. Hlm.1 – 22. Patton, R. L 1963. Introductory Insect Physiology. W.B. Sanders Company, Philadelphia and London. 245 hlm. Putra, N. S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta. 64 hlm. Romoser, W.S. 1973. The Science of Entomology. Mac Millan Publishing Co. Inc., New York and London. 449 hlm. Ross, H.H.,C.A. Ross dan R.P. Ross. 1982. A Textbook of Entomology 4 th Edition. John Willey and Sons. New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore. 666 hlm. Rukmana, R. 2003. Pepaya Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.Hlm.32-33. Sikumbang, D., I. A. Nasution, M. Indarwatmi dan A. N. Kuswadi. 2000. Pemanfaatan Ragi Produk Lokal untuk Subsitusi Ragi Torula dalam Formulasi Makanan Buatan Larva Lalat Buah (Bactrocera carambolae Drew dan Hancock). Proc. Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. P3TIR – BATAN. Jakarta.
Singh, P. 1977. Artificial Diet for Insect, Mite and Spider. IFI/Plenum Press. New York. 594 hlm. Widarto, H. T dan T. S. Subahar. 1997. Daur Hidup Lalat Buah Belimbing (Bactrocera carambolae) Drew Hancock. Dalam Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. Bandung. Wigglesworth, V.B. 1950. The Principles of Physiology. Chapman and Hall. Ltd. London. 713 hlm.
89