Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
JURNAL EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENANGANI PESERTA DIDIK YANG TERISOLASI DI SMK NEGERI 2 KEDIRI THE EFFECTIVENESS OF COUNSELING TECHNIQUES WITH BEHAVIORAL TRAINING TO HANDLE ASSERTIVE LEARNERS ISOLATED IN THE STATE SMK 2 KEDIRI
OLEH: SANTI APRILIANA NPM: 11.1.01.01.0265
Dibimbing oleh: 1. Dr. Atrup, M.Pd, MM 2. Guruh Sukma Hanggara, M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
UN PGRI KEDIRI 2017 Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
simki.unpkediri.ac.id || 0||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
SURAT PERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Lengkap
: Santi Apriliana
NPM
: 11.1.01.01.0265
Telepon / HP
: 085645824122
Alamat surel (Email)
:
[email protected]
Judul artikel
: EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENANGANI PESERTA DIDIK YANG TERISOLASI DI SMK NEGERI 2 KEDIRI
Fakultas-Program Studi
: FKIP-Bimbingan dan Konseling
Alamat Perguruan Tinggi
: Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 76 Kediri, Jawa Timur
Dengan ini menyatakan bahwa: a. Artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas plagiarism; b. Artikel telah diteliti dan disetujui untuk ditertibkan oleh Dosen Pembimbing I dan II Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain, saya bersedia bertanggungjawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENANGANI PESERTA DIDIK YANG TERISOLASI DI SMK NEGERI 2 KEDIRI SANTI APRILIANA NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK 1 Dr. Atrup, M.Pd, MM dan Guruh Sukma Hanggara,M.Pd2 Email:
[email protected] UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK
Konseling adalah hubungan antara konselor dengan konseli, yang bertujuan untuk membantu konseli memahami pandangan hidupnya. Anak terisolasi adalah anak yang tidak mempunyai teman dalam pergaulannya karena ia tidak mempunyai minat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok sebagai proses bersosial. Anak seperti ini lebih tertarik untuk melakukan kegiatan seorang diri dan tidak pandai dalam segi pergaulannya antar sesama temanTeknik asertif adalah teknik yang membantu siswa untuk mengungkapkan segala perasaan yang ia alami dengan berani tanpa harus menyinggung hak orang lain. Perilaku terisolir siswa disebabkan karena adanya kekurangan yang dimiliki oleh seseorang, baik bersifat fisik maupun nonfisik, perilaku yang mencerminkan tidak sosial dikarenakan adanya perilaku tertentu yang bersifat negatif sehingga dijauhkan dari kelompoknya dan karena tidak adanya minat pada seseorang untuk bersosial dengan kelompoknya. Penelitian ini menggunakan Single Subject Design (SSD) dengan desain A-B-A karena yang diteliti adalah subjek tunggal. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan responden sebanyak 2 siswa yang terisolasir di SMK Negeri 2 Kediri. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas konseling behaviornal dengan teknik assertive training untuk menangani peserta didik yang terisolasi di SMK Negeri 2 Kediri kurang efektif. Hal ini dapat dilihat dari siswa SA mengalami perubahan ke arah positif dengan keaktifan SA mengikuti ekstrakurikuler pramuka di sekolah. Pada siswa MA tidak berhasil, hal ini dibuktikan dari hasil observasi akhir bahwa siswa MA tetap tidak bisa bersosialisasi dengan teman-temannya bahkan terlihat siswa jarang masuk sekolah bahkan pihak sekolah menyatakan bahwa siswa MA keluar dari sekolah. Berdasarkan simpulan hasil penelitian, direkomendasikan saran sebagai berikut. Sebaiknya dapat menggunakan strategi yang baik untuk mengatasi tiap-tiap siswa yang mengalami masalah, agar mereka mendapatkan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang tentunya berkaitan dengan efektivitas konseling behavioral dengan teknik assertive training untuk menangani peserta didik yang terisolasi. Peneliti dapat menggunakan teknik konseling untuk menangani peserta didik yang terisolasi dengan menyesuaikan masalah yang dialami oleh peserta didik karena teknik konseling behavioral dengan teknik assertive training kurang efektif. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik penelitian lain seperti pada penelitian PTK dan penelitian secara kuantitatif dengan menyesuaikan masalah yang dialami oleh peserta didik sehingga peserta didik dapat tertangani dengan baik sesuai yang diharapkan. Kata Kunci: Konseling Behavioral, Teknik Assertive Training, Peserta Didik Yang Terisolasi
Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
I.
hubungan sosialnya bertambah luas Yusuf ,
LATAR BELAKANG Sekolah
merupakan
yang
2005 (dalam Yunita, 2013: 1). Namun tidak
memberikan banyak ilmu dan pengetahuan
semua anak dapat bergaul dengan teman
kepada
sebayanya
siswanya
akademik
baik
maupun
wadah yang
bersifat
yang
diharapkan,
Di
beberapa anak mengalami kesulitan dalam
mulai
kehidupan sosialnya sehingga anak menjadi
mengikutsertakan dirinya dikehidupan lain
terisolasi. Anak terisolasi adalah anak yang
selain keluarganya. Menurut Hurlock, 1980
tidak memiliki teman sebayanya dalam
(dalam Yunita, 2013: 1) anak usia Sekolah
suatu
Dasar berada pada rentang usia 6-12 tahun.
(2011:98), anak terisolasi adalah anak yang
Pada usia ini dikenal dengan istilah “usia
tidak
berkelompok”
dengan
pergaulannya karena ia tidak mempunyai
adanya minat terhadap aktivitas teman-
minat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
teman dan meningkatnya keinginan yang
kelompok sebagai proses bersosial. Anak
kuat untuk diterima sebagai suatu kelompok
seperti ini lebih tertarik untuk melakukan
dan merasa tidak puas jika tidak bersama
kegiatan seorang diri dan tidak pandai dalam
teman-temannya. Dua atau tiga teman
segi pergaulannya antar sesama teman.
tidaklah cukup baginya, karena dengan
Berikut
demikian terdapat cukup teman untuk
terisolasi menurut Hurlock (2011:158) yaitu:
bermain dan berolah raga dan dapat
1. Penampilan diri yang kurang menarik.
memberikan kegembiraan. Dari pergaulanya
2. Kurang sportif.
dengan kelompok sebaya, anak belajar
3. Penampilan yang tidak sesuai dengan
lingkungan
sekolah
non-akademik.
seperti
ini,
karena
siswa
ditandai
aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti belajar memenuhi aturan-
kelompok. mempunyai
teman
dalam
standar teman 4. Perilaku
yang
mengganggu
belajar tidak tergantung pada diterimanya
memerintah,
dilingkungan,
kurang bijaksana
menerimanya
tanggung jawab, belajar bersaing dengan
Gunarsa
adalah beberapa ciri-ciri anak
aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar
Menurut
menonjolkan orang
tidak
lain,
bekerjasama
diri, suka dan
5. Mementingkan diri sendiri dan mudah
orang lain secara sehat.
marah
Perkembangan sosial pada anak-anak
6. Status sosioekonomis berada di bawah
Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga dia juga mulai membentuk 2 ikatan
sosioekonomis kelompok 7.
Tempat yang terpencil dari kelompok. Cohen
(dalam
Yunita,
2013:
2)
baru dengan teman sebaya (peer group) atau
menyatakan pula bahwa anak terisolasi
teman
adalah suatu sikap individu yang tidak dapat
sekelas,
sehingga
ruang
gerak
Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
menyerap dan menerima norma-norma ke
diri dan menghormati diri sendiri dan orang
dalam kepribadiannya dan ia juga tidak
lain. Dengan demikian disimpulkan bahwa
mampu untuk berperilaku yang pantas atau
perilaku asertif adalah perilaku sesesorang
menyesuaikan
dalam
diri
menurut
tuntutan
hubungan
antar
pribadi
yang
lingkungan yang ada. Sedangkan Walgito
menyangkut, emosi, perasaan, pikiran serta
(2012:50) pengertian siswa terisolasi adalah
keinginan dan kebutuhan secara terbuka,
siswa yang terasingkan atau ditolak oleh
tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau
teman-temannya.
tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan
Menurut Walgito (2012:51) bahwa keterisolasian
peserta
didik
dapat
diri sendiri dan orang lain. Kelebihan assertive training dibandingkan dengan
menyebabkan gangguan kemajuan dalam
teknik
yang
lain
adalah
lebih
dapat
bidang akademiknya. Sedangkan menurut
membantu klien belajar kemandirian sosial
Mappiare (2012:173) akibat dari pada anak
yang diperlukan untuk mengekspresikan diri
yang terisolasi adalah mereka akan dapat
mereka dengan tepat.
mudah frustasi yang menimbulkan rasa
Penelitian Lovita (2013) menyatakan
kecewa dan juga dapat membuat mereka
adanya siswa yang terisolasi dari teman
bertingkah
seperti
sebaya berdasarkan hasil sosiometri di SMA
menyendiri dan melamun, baik itu agresif
Negeri 12 Padang. Hasil tersebut sejalan
seperti menentang orang lain dan suka
dengan hasil penelitian Asiyah (2011)
mengkritik.
Analisa data tentang faktor penyebab anak
laku
luar
biasa
Dari beberapa penjelasan di atas dapat
terisolir dengan terapi realitas di Pondok
disimpulkan bahwa peserta didik yang
Pesantren Sabilul Ulum Al-Hidayah di
terisolir
dapat
dusun Duran Desa Karagpuri RT 04 RW. 01
menjadi
Kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo.
akan
Ini artinya hampir dapat dipastikan bahwa di
membuat mereka merasa tidak nyaman,
setiap sekolah terdapat anak-anak terisolir
tidak aman dan tidak enak dalam menjalani
yang secara teori mengalami gangguan
kehidupan sehingga mereka akan senantiasa
dalam proses sosialisasi”.
merasa tersiksa dan menderita. Oleh karena
Berdasarkan
dari
teman
menyebabkan terganggu
sebayanya
seorang
psikologisnya
anak yang
pengamatan
peneliti
itu peneliti memilih konseling yang dapat
selama melaksanakan Praktek Pengalaman
menghasilkan perubahan yang nyata dalam
Lapangan Bimbingan Konseling Sekolah
perilaku konseli. Untuk
itu
(PPLBKS) di SMKN Negeri 2 Kediri perlu
upaya
untuk
mengatasinya, salah satu menggunakan
terlihat adanya siswa yang terisolasi dari
assertive training. Assertive training adalah
teman sebaya. Berdasarkan fenomena yang
perilaku yang merefleksikan rasa percaya
terjadi
Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
dilapangan
maka
peneliti
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
mengangkat permasalahan ini untuk diteliti
yang menjadi sumber data adalah 2 siswa
dengan judul Efektivitas layanan konseling
yang terisolasir di SMK Negeri 2 Kediri
behavioral dengan teknik Assertive Training
dengan menggunakan teknik observasi dan
untuk
angket. Teknik pengumpulan data yang
menangani
peserta
didik
yang
terisolasi di SMK Negeri 2 Kediri.
digunakan adalah dengan analisis observasi dan angket. Teknik analisis yang dipakai dalam
II. METODE Jenis penelitian merupakan proses yang diperlukan
dalam
dan
dan regresi linear ganda. Sugiyono (2014:
pelaksanaan penelitian. Jenis penelitian yang
221) mengatakan bahwa teknik korelasi ini
digunakan adalah penelitian Single Subject
digunakan untuk mencari hubungan dan
desain
membuktikan
(SSD),
perencanaan
penelitian ini adalah teknik korelasi pearson
sehingga
peneliti
hipotesis
hubungan
dua
mengharapkan adanya perbedaan antara
variabel bila data kedua variabel berbentuk
sebelum diberikan perlakuan dan sesudah
interval atau ordinal, dan sumber data dari
diberi
Sedangkan desainnya
dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.
menggunakan A-B-A Single Subject Design
Data pada penelitian ini adalah data ordinal
karena yang diteliti adalah subjek tunggal.
merupakan data yang jaraknya sama, dan
perlakuan.
Subyek penelitian merupakan sumber
pada instrumen yang menggunakan skala
data yang akan diteliti yang berhubungan
ordinal data yang diperoleh adalah skala
dengan permasalahan penelitian. Menurut
berjenjang atau tingkatan.
Sugiyono (2014: 400) Dalam penelitian kualitatif,
data
dipilih
Sunanto
dkk
(2005:93),
secara
analisis data merupakan tahap terakhir
purposive dan bersifat snowball sampling.
sebelum menarik kesimpulan. Penelitian
Penentuan
pada kasus tunggal penggunaan statistik
masih
sumber
Menurut
sumber data, pada proposal akan
yang kompleks tidak dilakukan tetapi lebih
berkembang kemudian setelah penelitian
banyak menggunakan statistik deskriptif
berlangsung. Sumber data dipilih orang
yang sederhana sebab dalam penelitian
yang memiliki power dan memiliki otoritas
dengan desain kasus tunggal terfokus pada
pada situasi sosial atau objektif yang diteliti
data individu dari pada data kelompok
sehingga
(Sunanto dkk, 2005: 96).
kemana
bersifat
sementara,
mampu saja
dan
membukakan
peneliti akan
pintu
melakukan
pengumpulan data. Dalam penelitian ini Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
baik, meskipun subyek masih sangat
III. PEMBAHASAN HASIL Hasil perkembangan subjek MA dapat digambarkan
pada
grafik
batang
dan
rentan dengan kondisi yang dialami, adapun permasalahan yang terjadi pada
penjelasan di bawah ini:
subyek MA adalah keterbatasan fisiknya.
a. Subjek MA
Yang membuat subyek minder untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, subyek lebih suka menyendiri, oleh karena
itu
konseling
konselor
behavioral
memberikan dengan
teknik
assertive training. 3) Baseline A2 Pada fase baseline A2 peneliti melakukan Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Pada subjek MA Baseline A1-Intervensi B- Baseline A2
observasi
ulang
untuk
mengetahui
perubahan yang terjadi pada subyek 1) Baseline A1
selama 3 kali dengan skor 10-8-7, hal ini
Pada fase baseline peneliti hanya
dilakukan karena siswa yang terisolasi
melakukan observasi, dengan subjek.
mampu
Peneliti melakukan pendekatan kepada
konseling
subjek
berakhir subyek mengalami perkem-
dengan
berkomunikasi.
mencoba Peneliti
untuk
melakukan
bangan
berubah
ketika
diberikan
tetapi
setelah
konseling
atau
tidak,
sehingga
untuk
observasi baik di dalam kelas maupun
mengatasi siswa yang terisolasi harus
ketika di luar kelas. Hasil yang diperoleh
dilakukan
pada saat baseline sangat rendah hasil
melakukan pengamatan atau observasi
dapat diinterpretasikan yaitu dengan 3
tanpa diketahui oleh subyek. Kenyataan
kali sesi pada skor 5-6-5.
yang terjadi pada subyek MA mengalami
2) Treatment
penurunan
baseline
drastis,
A-B-A.
konseling
Peneliti
yang
Pada saat treatment berlangsung selama 5
dilakukan oleh peneliti hanya mampu
kali, subjek mengalami kenaikan dari
menangani masalah pada subyek saat
skor dari 6-7-7-8-11. Artinya pada
konseling berlangsung, setelah konseling
subjek terjadi kenaikan setelah dilakukan
berakhir subyek
konseling.
Subjek
sudah
mampu
berkomunikasi dengan konselor dengan Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
mengalami penurunan. Bahkan terlihat
tadinya
kurang
percaya
diri
dapat
bahwa subyek jarang masuk sekolah hasil
berubah setelah dilakukan konseling.
yang diperoleh berdasarkan baseline A2
Perubahan yang terjadi pada subyek SA
kepada subyek MA tidak berhasil.
adalah mau mengikuti ekstrakuliner. Subyek SA lebih percaya diri, hal ini
b. Subjek SA
terlihat bahwa subyek SA telah memiliki beberapa teman dan berkelompok dengan teman lainnya. 3) Baseline A2 Pada fase baseline A2 peneliti melakukan observasi
ulang
untuk
mengetahui
perubahan yang terjadi pada subyek Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Pada subjek SA Baseline A1-Intervensi B- Baseline A2
selama 3 kali dengan skor 14-16-18, hal ini dilakukan karena siswa yang terisolasi
1) Baseline A1 Pada
fase
melakukan
mampu baseline
peneliti
hanya
konseling
observasi,
kepada
pihak
berakhir
berubah
ketika
diberikan
tetapi
setelah
konseling
subyek
mengalami
sekolah dan subjek. Peneliti melakukan
perkembangan atau tidak, sehingga untuk
pendekatan
mengatasi siswa yang terisolasi harus
mencoba
kepada untuk
subjek
dengan
berkomunikasi
dan
dilakukan
baseline
A-B-A.
Peneliti
mencari informasi dari pihak sekolah.
melakukan pengamatan atau observasi
Peneliti melakukan observasi baik di
tanpa diketahui oleh subyek. Kenyataan
dalam kelas maupun ketika di luar kelas.
yang terjadi pada subyek SA mengalami
Hasil yang diperoleh pada saat baseline
kenaikan
drastis,
masih
dilakukan
oleh
rendah
hasil
yang
didapat
konseling peneliti
yang mampu
diinterpretasikan yaitu dengan 3 kali sesi
menangani masalah pada subyek saat
pada skor 6-7-7.
konseling berlangsung, setelah konseling
2) Treatment
berakhir subyek mengalami kenaikan ke
Pada saat treatment berlangsung selama 5
arah positif. Bahkan terlihat bahwa
kali, subjek mengalami kenaikan dari
subyek kini banyak memiliki teman
skor 7-7-8-9-12. Artinya pada subjek
setelah mengikuti ekstrakurikuler hasil
terjadi
yang diperoleh berdasarkan baseline A2
kenaikan
setelah
dilakukan
konseling. Subyek mengalami perubahan
kepada subyek SA berhasil.
yang baik ke arah positif, subyek yang Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
konseling
c. Guru Bimbingan konseling
behavioral
dengan
teknik
Kerjasama konselor dengan pihak
assertive training terlihat bahwa subyek kini
terkait dalam hal upaya identifikasi dan
banyak memiliki teman dengan mengikuti
pengembangan potensi sasaran pelayanan
ekstrakurikuler. Sedangkan pada siswa MA
masih
dari hasil observasi hingga tahap intervensi
kurang
karena
penggunaan
instrument jarang sekali digunakan. Hal
mengalami
perubahan
meskipun
tidak
inilah yang membuat konseling belum
signifikan tetapi setelah dilakukan observasi
berjalan secara optimal. Sehingga dengan
siswa MA mengalami perubahan ke arah
adanya penelitian ini guru bimbingan
negatif sehingga konseling yang diberikan
konseling merasa mendapatkan masukan
oleh siswa MA tidak berhasil. Hal ini
dengan demikian pengembangan potensi
dikarenakan ketika observasi terakhir siswa
siswa dapat terarah dengan baik.
MA jarang masuk dan pihak sekolah menyatakan bahwa siswa MA keluar dari sekolah. Perilaku siswa MA sangat aneh
Hasil angket Pada penelitian ini dijelaskan dan
perilakunya berubah-ubah sehingga dapat
diinterpretasikan di atas, hasil angket yang
dikatakan bahwa siswa MA benar-benar
diperoleh peneliti mendapatkan hasil apa
memiliki sikap negatif dengan perilakunya
adanya tetapi hasil angket dapat diperkuat
yang tidak suka bergaul dengan teman-
dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
temannya
peneliti
berinteraksi.
sehingga
hasil
angket
yang
diperoleh lebih valid.
Keabsahan dan Interpretasi Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan
oleh
peneliti
dengan
menggunakan SSD (single subyek design), bahwa
efektivitas
konseling
behavioral
dengan teknik assertive training untuk menangani peserta didik yang terisolasi di SMK Negeri 2 Kediri cukup efektif. Pada siswa SA mengalami perubahan ke arah positif dari yang awalnya merasa terisolasi karena suka menyendiri, pendiam dan kurang
bersosialisasi
setelah
dilakukan
Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
bahkan
susah
untuk
diajak
Peserta didik yang terisolir dari teman sebayanya dapat menyebabkan seorang anak menjadi terganggu psikologisnya yang akan membuat mereka merasa tidak nyaman, tidak aman dan tidak enak dalam menjalani kehidupan sehingga mereka akan senantiasa merasa tersiksa dan menderita. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lovita (2013) menyatakan adanya siswa yang terisolasi dari teman sebaya berdasarkan hasil sosiometri di SMA Negeri 12 Padang. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Asiyah (2011) Analisa data tentang faktor penyebab anak terisolir dengan terapi realitas di Pondok Pesantren simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sabilul Ulum Al-Hidayah di dusun Duran Desa Karagpuri RT 04 RW. 01 Kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo. Ini artinya
Diharapkan bagi guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan konseling behavioral dengan teknik assertive training
hampir dapat dipastikan bahwa di setiap sekolah terdapat anak-anak terisolir yang secara teori mengalami gangguan dalam proses sosialisasi”.
untuk menangani siswa yang terisolasi, agar mereka mendapatkan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas konseling behaviornal dengan teknik assertive training untuk menangani peserta didik yang terisolasi di SMK Negeri 2 Kediri efektif
IV. DAFTAR PUSTAKA
dan tidak efektif. Hal ini dapat dilihat dari siswa SA mengalami perubahan ke arah positif dengan keaktifan SA mengikuti ekstrakurikuler pramuka di sekolah. Pada siswa MA tidak berhasil, hal ini dibuktikan dari hasil observasi akhir bahwa siswa MA tetap tidak bisa bersosialisasi dengan temantemannya bahkan terlihat siswa jarang masuk sekolah bahkan pihak sekolah menyatakan bahwa siswa MA keluar dari sekolah. Saran Sebaiknya para memanfaatkan layanan
siswa dapat bimbingan dan
konseling ketika mengalami masalah baik masalah pribadi atau umum sehingga mereka mendapatkan solusi atas permasalahannya. Dengan demikian semangat belajar mereka yang rendah akibat persoalan pribadi dapat terselesaikan. Bagi pihak sekolah agar dapat bekerja sama dengan anak didiknya yang mengalami masalah, dengan mengarahkan siswa yang terisolasi kepada guru BK agar mereka mendapatkan solusi.
Santi Apriliana | NPM: 11.1.01.01.0265 FKIP – BK
A.T., Andi Mappiare. (2012). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers. Arisma, Yunita Ria Dwi; Kurniawan, Deny. 2013. Pembuatan media pembelajaran alat musik gamelan bebasis multimedia di sdn maguwoharjo 1. Skripsi Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM. Yogyakarta. Gunarsa, S. D. dan Ny Singgih D. G. 2013. Psikologi Anak bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock, E,B. (2011). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima (Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo) Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta. Sunanto, Juang. Dkk 2005. Pengantar Penelitian dengan Subyek Tunggal. Center For Research on International Cooperation In Education Development. University of Tsukuba. Walgito, Bimo. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit And
simki.unpkediri.ac.id || 9||