Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TUKANG CUKUR TENTANG HIV/AIDS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS MELALUI TRANSMISI PISAU CUKUR (Relationship Between Knowledge and Attitude Barbers on HIV / AIDS Behavioral Prevention of Transmission of HIV / AIDS Transmission Through Razors) Bayu Purnama Atmaja, Eko Rafi Ansari Email:
[email protected]
ABSTRACT Knowledge or cognitive domain is very important for the formation of one's actions barber where knowledge workers against HIV / AIDS is affecting the behavior of a barber in the use of a sterile razor to prevent HIV / AIDS transmission through razor and if necessary to change the behavior of the advance should be changed is the attitude barber on HIV / AIDS. AIDS is an acronym in the English Acquired Immunodeficiency Syndrome which is a collection of symptoms and infections resulting from the loss of the immune system due to infection of Human Immunodeficiency Virus (HIV). The purpose of this study was to determine the behavior of a barber in efforts to prevent the spread of HIV / AIDS transmission through razor in town Batulicin, Simpang Empat subdistrict, Tanah Bumbu regency. The method of this study is observational analytic cross-sectional approach. The experiment was conducted in the district of Simpang Empat, Tanah Bumbu district in April to May 2014. Sampling technique with a total sampling. Samples used as many as 20 peoples. Independent variables, knowledge and attitudes barber on HIV / AIDS, behavioral dependent variable transmission prevention of HIV / AIDS transmission through razor. The results of the study were tested with nonparametric tests Fisher's Exact Test with significance level α = 0.05. Based on the analysis we concluded there was no relationship between knowledge and attitudes barber on HIV / AIDS prevention behaviors of HIV / AIDS transmission through razor in town Batulicin, Simpang Empat, subdistrict Tanah Bumbu regency with P-value 1.000 knowledge variables (P> 0.05) and 0.521 attitudinal variables (P> 0.05). Keywords: Knowledge, attitudes, behaviors, HIV / AIDS. PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh atau imunitas manusia dan menyebabkan Aqciured ImmunodeficiencySymndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh telah membentuk antibodi (zat anti) terhadap virus. Mereka berpotensi sebagai sumber penularan bagi orang lain.
AIDS(AqcuiredImmunodeficiency Syndrome) atau sindroma defisiensi imun akut adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya (Soedarto, 2009). Penyakit AIDS bagaikan gunung es (ice berg phenomena) yang tampak hanya puncaknya saja. Operasionalnya ibarat salju yang menggelinding menerjang siapa saja yang tidak waspada. Di Indonesia
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
sendiri pada priode bulan Januari-Maret 2013 dilaporkan tambahan kasus HIV dan AIDS secara nasional yaitu : HIV 5369 dan AIDS : 460. Angka ini menambah jumlah kasus HIV/AIDS dari 1 Januari 1987 sampai dengan 31 Maret 2013 menjadi 147.106 yang terdiri atas HIV 103.759 dan AIDS 43.347 dengan 8,288 % kematian(Harahap, 2013). Ditjen PP & PL, Kemenkes, melaporkan kasus kumulatif HIV/AIDS pada priode 1 April 1987 sampai dengan 31 Maret 2013 tertanggal 17 Mei 2013, Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 penduduk berdasarkan provinsi, di Kalimantan Selatan dengan angka kejadian sebesar 3,69 % (Harahap, 2013). Laporan Perkembangan HIV dan AIDS Tahun 2002 – Maret 2013 Provinsi Kalimantan Selatan tertanggal 22 Juli 2013 jumlah kejadian kasus HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin tersebar di 13 kabupaten kota se Kalimantan Selatan. Jumlah kasus HIV pada laki-laki sebanyak 65 kasus, perempuan sebanyak241 kasus dan 45 kasus adalah tidak diketahui jenis kelaminnya. Jumlah kasus AIDS pada laki-laki sebanyak 176 kasus, perempuan sebanyak 103 kasus dan tidak diketahui 0 kasus. Total keseluruhan kejadian HIV/AIDS pada laki-laki dan perempuan maupun tidak diketahui adalah sebesar 630 kasus (KPA Tanah Bumbu, 2013). Dinas kesehatan provinsi Kalimantan Selatan melaporkan tertanggal 22 Juli 2013 jumlah kasus HIV/AIDS berdasarkan faktor resiko, yaitu seksual 512 kasus, perinatal 10 kasus, penasun 44 kasus, transfusi 2 kasus dan tidak diketahui 62 kasus (KPA Tanah Bumbu, 2013). Laporan Perkembangan HIV dan AIDS Tahun 2002 – Maret 2013 Provinsi Kalimantan Selatan tertanggal 22 Juli 2013 jumlah kejadian kasus HIV/AIDS berdasarkan kabupaten atau kota di Tanah Bumbu yaitu HIV : 162 kasus dan AIDS : 28 kasus. Berdasarkan laporan tersebut didapatkan terbesar angka prevalensi 0.7 % di Tanah Bumbu dari jumlah penduduk
Tanah Bumbu sebesar 277.924 jiwa (KPA Tanah Bumbu, 2013). Sementara itu seiring makin bertambahnya jumlah pengidap HIV/AIDS di Tanah Bumbu, bertambah pula jumlah para Pekerja Seks Komersial (PSK). Di Tanah Bumbu terdapat lokasi PSK berpraktik secara ilegal yang para pekerjanya berasal dari beberapa kabupaten di Jawa Timur. Apalagi dengan adanya penutupan lokalisasi PSK di Surabaya, para PSK itu berdatangan ke wilayah Tanah Bumbu. Di lokasi PSK yang dikenal dengan nama Kapis, sekitar 18 kilometer dari Batulicin Ibukota Tanah Bumbu, diperkirakan setidaknya terdapat kini 500-an PSK. Keberadaan dan bertambahnya para PSK di lokasi tersebut tentu semakin menambah kerawanan akan para pengidap HIV/AIDS yang baru. Ini belum terhitung para PSK yang beroperasi secara bebas di luaran yang berpraktik di hotel-hotel maupun penginapan. Ditambah keberadaan beberapa lokasi PSK di daerah kecamatan (Suryaputera, 2014). Pada dasarnya, transmisi HIV dimana – mana sama yaitu melalui hubungan seksual (homoseksual, heteroseksual), lewat darah (tranfusi darah, transplantasi organ dan penggunaan peralatan untuk lebih dari 2 orang seperti peralatan suntik, sikat gigi, tusuk gigi, pisau cukur dan peralatan lainnya yang digunakan dengan mengindahkan prinsip sterilisasi) dan perinatal (dari ibu kejanin atau anak melalui ASI). Waktu dari infeksi primer HIV hingga memunculkan manifestasi infeksi sekunder AIDS memerlukan waktu sekitar 3–13 tahun atau rata–rata 10 tahun (Nasronudin, 2007). Penyakit infeksi HIV/AIDS kini telah hadir ditengah – tengah masyarakat Tanah Bumbu, tetapi rupanya belum sepenuhnya diterima secara wajar seperti penyakit lain pada umumnya. Dampaknya ODHA (orang dengan HIV/AIDS) harus menanggung beban yang semakin berat, tidak saja akibat intervensi dari HIV kedalam tubuhnya, tetapi juga oleh stigma dan diskriminasi masyarakat. Hal tersebut
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
disebabkan oleh pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang kurang tentang HIV/AIDS. Mereka mengetahui kebanyakan AIDS diderita oleh orang yang memiliki perilaku kurang baik seperti PSK, suka seks bebas dan pecandu narkoba. Namun mereka kurang menyadari sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dan melakukan kegiatan dimasyarakat ada perilaku yang berpotensi menularkan HIV, contohnya bercukur dipangkas rambut umum. Kegiatan bercukur sudah menjadi kebutuhan setiap orang, khususnya kaum pria yang lebih sering menggunakan pisau cukur disetiap kegiatan bercukurnya. Maka dari itu perlu kiranya pemerintah daerah memantau kegiatan bercukur dan meningkatkan sosialisasi pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan umum dikalangan pencukur rambut terhadap HIV/AIDS. karena bercukur merupakan perilaku yang berpotensi menambah kejadian HIV/AIDS didaerah Kalimantan Selatan melalui transmisi pisau cukur yang pengelolaannya tidak memperhatikan prinsip sterilisasi. Tehnik sterilisasi peralatan yang baik dan aman juga perlu untuk disosialisasikan. Terkait dengan tindakan sikap adalah keteraturan perasaan dan pikiran seseorang yang kecenderungan bertindak terhadap aspek lingkungan. Seseorang yang memiliki sikap dan persepsi yang buruk terhadap suatu objek dapat disebabkan oleh pemahaman yang salah dan tersebar dimasyarakat. Sikap juga merupakan perasaan memihak (favourable) ataupun perasaan tidak memihak (unfavourable) terhadap suatu objek psikologis. Perilaku merupakan ekspresi dari sikap (Notoatmodjo, 2007).
Bumbu. Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu dari bulan April-Mei 2014. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional Populasi dalam penelitian ini yaitu Seluruh tukang cukur yang teridentifikasi menjalankan praktik cukur rambut (salon) maupun pangkas rambut(barbershop) di wilayah kota Batulicin, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu. Adapun pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan Cara sampling yang digunakan ialah non probability sampling dengan teknik sensus (total sampling). Instrument yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data ini ada dua yaitu menggunakan kuesioner dengan tehnik wawancara terstruktur untuk variabel independen dan lembaran observasi (checklist) untuk variabel dependen.Hasil penelitian diuji dengan tes nonparametrik Fisher Exact Test dengan taraf signifikansi α = 0,05. Berdasarkan hasil analisa diperoleh kesimpulan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tukang cukur tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur di kota Batulicin, kecamatan Simpang Empat, kabupaten Tanah Bumbu dengan P-value variabel pengetahuan 1,000 (P>0,05) dan variabel sikap 0,521 (P>0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Klasifikasi Umur Tukang Cukur Rambut. No.
Klasifikasi Umur
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1. 2.
20 – 40 tahun 40 – 65 tahun Jumlah
18 2 20
90 10 100
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di tempat praktik tukang cukur rambut wilayah kota Batulicin, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
Berdasarkan tabel 5.1. diperoleh informasi dari 20 responden, hampir seluruhnya (90%) sebanyak 18 responden berusia antara 20 – 40 tahun dan sebagian kecil (10%) sebanyak 2 responden berusia 40 – 65 tahun. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tukang Cukur Rambut. Jenis
Frekuensi
No.
Persentase (%) Kelamin
(f)
1.
Perempuan
1
5
2.L
Laki-Laki
19
95
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 5.2. diperoleh informasi 20 responden, bahwa hampir seluruhnya (95%) responden sebanyak 19 responden berjenis kelamin laki – laki dan sebagian kecil (5%) sebanyak 1 responden berjenis kelamin perempuan. Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tukang Cukur Rambut Tingkat Frekuensi Persentase No. Pendidikan (f) (%)
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Praktik Tukang Cukur Rambut No.
Jenis Frekuensi Persentase Praktik (f) (%)
1.
Salon
2.
Pangkas 16 Rambut
Jumlah
4
20 80
20
100
Berdasarkan tabel 5.4. diperoleh informasi dari 20 responden, bahwa hampir seluruhnya (80%) sebanyak 16 orang responden melaksanakan praktik pangkas rambut dan sebagian kecil (20%) sebanyak 4 responden yang melaksanakan praktik cukur rambut salon. Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepemilikan Tempat Praktik Tukang Cukur Rambut No.
Kepemilikan Frekuensi Persentase Tempat (f) (%)
1.
Pribadi
3
15
2.
Sewa
17
85
20
100
Jumlah
1.
SD
9
45
2.
Menengah Pertama
4
20
3.
Menengah Atas
6
30
Berdasarkan tabel 5.5. diperoleh informasi dari 20 responden, bahwa hampir seluruhnya (85%) sebanyak 17 responden atas kepemilikan tempat praktik sewa dan sebagian kecil (15%) sebanyak 3 responden dengan kepemilikan tempat praktik pribadi.
4.
Sekolah Tinggi
1
5
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ongkos Bercukur Rambut
20
100
No.
Ongkos Frekuensi Persentase Cukur (f) (%)
1.
10.000,- 6
30
2.
13.000,- 2
10
3
15.000,- 12
60
Jumlah
Berdasarkan tabel 5.3. diperoleh informasi dari 20 responden, bahwa hampir setengahnya (45%) sebanyak 9 responden berpendidikan SD dan sebagian kecil (5%) sebanyak 1 responden pendidikan tinggiD2 (ST).
Jumlah
20
100
Berdasarkan tabel 5.6. diperoleh informasi dari 20 responden, bahwa sebagian besar
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
responden (60%) sebanyak 12 responden memasang tarif bercukur rambut 15.000,dan sebagian kecil (10%) sebanyak 2 responden memasang tarif bercukur 13.000,-. Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Pengetahuan Tukang Cukur Rambut Tentang HIV/AIDS N o
Nilai Pengetahu an
1.
Baik
3
15
2.
Kurang
17
85
20
100
Frekuen si (f)
Jumlah
Persentas e (%)
Berdasarkan tabel 5.7. diperoleh informasi dari 20 responden, bahwa hampir seluruhnya (85%) sebanyak 17 responden berpengetahuan kurang tentang penyakit menular HIV/AIDS dan sebagian kecil (15%) sebanyak 3 responden berpengetahuan baik tentang penyakit menular HIV/AIDS. Perubahan skala pengukuran pengetahuan yang sebelumnya terdiri dari baik, cukup dan kurang menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang dikarenakan jumlah sampel yang tidak memadai (20 sampel). Sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan uji hipotesis Chi-square. Maka penelitian ini menggunakan uji alternatifnya yaitu Fisher Exact Tes dan hanya bisa dilakukan dengan syarat tabel kontagensi 2 X 2. Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Sikap Tukang Cukur Rambut Tentang HIV/AIDS No.
Nilai Sikap
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1.
Sikap Positif
13
65
2.
Sikap Negatif
7
35
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 5.8. diperoleh informasi nilai sikap dari 20 responden, sebagian besar (65%) sebanyak 13 responden memiliki sikap positif tentang penyakit menular HIV/AIDS dan hampir setengahnya (35%) sebanyak 7 responden memiliki sikap negatif tentang penyakit menular HIV/AIDS. Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Perilaku Tukang Cukur Rambut Dalam Upaya Pencegahan Penularan HIV/AIDS Melalui Transmisi Pisau Cukur No.
Nilai Perilaku
Frekuensi Persentase (f) (%)
1.
Perilaku Positif
2
10
2.
Perilaku Negatif
18
90
Jumlah
20
100
Berdasarkan tabel 5.9. diperoleh informasi nilai perilaku dari 20 responden, hampir seluruhnya (90%) sebanyak 18 responden berperilaku negatif atau tidak memperhatikan prinsip sterilisasi dalam penggunaan pisau cukur dan sebagian kecil responden (10%) sebanyak 2 responden memiliki perilaku positif dengan menggunakan pisau cukur baru untuk tiap pelanggan.
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
Tabel 5.10. Tabel Kontagensi (2X2) Pengetahuan Dengan Perilaku Tukang Cukur Rambut
Nilai Perilaku Perilaku Positif
Nilai Perilaku
Peril aku Posi Perilaku tif negatif Frek Frekuensi uens (%) i (%) Nilai Baik Peng etahu Kurang an Total
0 (0%) 2 (10%) 2 (10%)
Nilai Sikap
Total Frekuensi (%)
3 (15%)
3 (15%)
15 (75%)
17 (85%)
18 (90%)
20 (100%)
Berdasarkan tabel 5.10. diperoleh informasi dari 20 responden, yaitu sebagian kecil (15%) sebanyak 3 responden berpengetahuan baik tentang HIV/AIDS dengan perilaku negatif terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur, sebagian kecil responden (10%) sebanyak 2 responden berpengetahuan kurang tentang HIV/AIDS dengan perilaku positif terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur dan sebagian besar (75%) sebanyak 15 responden berpengetahuan kurang tentang HIV/AIDS dengan perilaku negatif terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test didapatkan nilai p-value (Exact Sig./2sided) 1,000 atau lebih dari 0,05 (1,000 > 0,05). Oleh karena itu, H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan tukang cukur rambut tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur. Tabel 5.11. Tabel Kontagensi (2X2) Sikap Dengan Perilaku Tukang Cukur Rambut
Total
Perilaku negatif
Total
Frekuens i (%)
F (%)
Sikap Positif
2 (10%)
11 (55%)
13 (65%)
Sikap Negatif
0 (0%)
7 (35%)
7 (35%)
2 (10%)
18 (90%)
F (%)
20 (100%)
Berdasarkan tabel 5.11. diperoleh informasi dari 20 responden, sebagian kecil responden (10%) sebanyak 2 responden memiliki sikap positif tentang HIV/AIDS dengan perilaku positif terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur, sebagian besar (55%) sebanyak 11 responden memiliki sikap positif tentang HIV/AIDS dengan perilaku negatif terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur dan hampir setengah (35%) sebanyak 7 responden memiliki sikap negatif tentang HIV/AIDS dengan perilaku negatif terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test didapatkan nilai p-value (Exact Sig./2sided) 0,521 atau lebih dari 0,05 (0,521 > 0,05). Oleh karena itu, H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara sikap tukang cukur rambut tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur. Hasil penelitian diuji dengan tes nonparametrik Fisher Exact Test dengan taraf signifikansi α = 0,05. Berdasarkan hasil analisa diperoleh kesimpulan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tukang cukur tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur di kota Batulicin, kecamatan Simpang Empat, kabupaten Tanah Bumbu dengan P-value variabel pengetahuan 1,000
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
(P>0,05) dan (P>0,05).
variabel
sikap
0,521
PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 5.8. diperoleh informasi nilai sikap dari 20 responden, sebagian besar (65%) sebanyak 13 responden memiliki sikap positif tentang penyakit menular HIV/AIDS dan hampir setengahnya (35%) sebanyak 7 responden memiliki sikap negatif tentang penyakit menular HIV/AIDS. Dari data tersebut diketahui sebagian besar responden (65%) memiliki sikap positif tentang HIV/AIDS. Menurut Allport “dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting” (Notoadmodjo, 2007). Pengetahuan yang benar akan membuat tukang cukur untuk berpikir dan berusaha mencegah penyebaran penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur. Dalam berpikir komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja, sehingga tukang cukur berniat untuk menggunakan pisau cukur yang steril untuk tiap pelanggan agar tidak terjadi penyebaran virus HIV melalui transmisi pisau cukur. Dari hasil wawancara dilapangan, sebagian besar responden menyatakan tidak setuju untuk penggunaan pisau cukur steril dengan cara satu kali pakai. hal ini dikarenakan penggunaan pisau cukur satu kali pakai akan memotong pemasukan mereka ditambah lagi hampir seluruh responden masih menyewa untuk tempat pelaksanaan praktik cukur rambutnya. Dan untuk penggunaan pisau cukur steril dengan cara disenfeksi menggunakan larutan (DTT) kimia Chlorin 0,5% ataupun Bayclean merupakan suatu cara yang merepotkan. Namun dari perolehan data dilapangan sebagian besar responden setuju untuk menggunakan pisau cukur steril dengan cara disenfeksi menggunakan larutan (DTT). Berdasarkan tabel 5.9. diperoleh informasi nilai perilaku dari 20 responden, yaitu hampir seluruhnya yaitu 18 orang
(90%) responden berperilaku negatif atau tidak memperhatikan prinsip sterilisasi dalam penggunaan pisau cukur dan sebagian kecil responden yaitu 2 orang (10%) memiliki perilaku positif dengan menggunakan pisau cukur baru untuk tiap pelanggan. Dari hasil wawancara beberapa responden mengatakan bahwa dalam penggunaan pisau cukur biasanya baru diganti apabila pisau sudah mulai terasa tumpul, karna jika pisau digunakan dalam keadaan tumpul maka akan membuat pelanggannya merasakan sakit. Responden lain juga ada yang mengatakan bahwa setiap hari ia hanya butuh satu pisau untuk mencukur seluruh pelanggannya dalam sehari. Seperti telah disebutkan diatas sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Jadi sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujud dalam tindakan diperlukan faktor lain seperti fasilitas dan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). Teori tersebut sesuai dengan penelitian ini. Dari data diatas diketahui hampir seluruhnya responden yaitu 18 orang (90%) memiliki perilaku negatif. Hal tersebut diduga disebabkan kurangnya motivasi responden dan juga kurangnya dukungan dan perhatian khusus dari pihak terkait dalam pelaksanaan praktik pangkas rambut yang aman untuk mencegah penyebaran HIV. Hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test didapatkan nilai p-value (Exact Sig./2sided) 1,000 atau lebih dari 0,05 (1,000 > 0,05). Yaitu H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan tukang cukur rambut tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur di kota Batulicin kecamatan Simpang Empat kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugianto Hadi dengan judul perilaku tukang cukur dalam pencegahan penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur dikota Malang pada tahun 2008, dengan hasil p-
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
value 0,57. Yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku (taraf signifikansi α = 0,05). Penelitian ini sejalan dengan pendapat Prabandari yang dikutip oleh Sugianto Hadi kedalam jurnalnya (perilaku tukang cukur dalam pencegahan penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur dikota Malang) bahwa, pengetahuan yang bagus tidak selamanya dapat terekspresikan dalam perilaku yang baik pula (Hadi, 2008). Karna masih ada elemen motivasi, dukungan dan fasilitas yang merupakan elemen – elemen penting yang dapat menunjang konsistensi pengetahuan dan sikap positif seseorang untuk terwujud dalam suatu tindakan positif pula. Hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test didapatkan nilai p-value (Exact Sig./2sided) 0,521 atau lebih dari 0,05 (0,521> 0,05). Yaitu H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara sikap tukang cukur rambut tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur di kota Batulicin kecamatan Simpang Empat kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Delista Christine Siwy dengan judul penelitian hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan pada mahasiswa angkatan 2010 fakultas kesehatan masyarakat universitas Sam Ratulangi Manado tahun 2013. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil p-value sebesar 0,357 (0,357 > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara sikap tentang HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian dari Elly Nurachmah pada tahun 2009 dengan judul faktor – faktor yang berhubungan dengan pencegahan HIV/AIDS dengan perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP. Yang hasilnya menunjukan p-value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan
pencegahan berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP (taraf signifikansi α = 0,05). Seperti telah disebutkan diatas sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Jadi sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujud dalam tindakan diperlukan faktor lain seperti fasilitas dan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). IMPLIKASI Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap tukang cukur rambut tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur di kota Batulicin kecamatan Simpang Empat kabupaten Tanah Bumbu. SARAN 1. Bagi responden penelitian Hendaknya tiap tukang cukur berperilaku positif, selain dapat mencegah penyebaran virus HIV mereka juga dapat memperoleh kepercayaan masyarakat tentang praktik cukur rambut yang aman, dengan harapan apabila mereka berperilaku positif maka akan semakin banyak orang yang percaya dengan kualitas pelayanannya, semakin banyak yang percaya maka akan semakin banyak pula yang berkunjung. Dengan kata lain berperilaku positif dapat meningkatkan penghasilan mereka. 2. Bagi instansi terkait Pemerintah atau instansi terkait dapat mengubah perilaku tukang cukur dengan cara paksaan dalam bentuk undang – undang atau peraturan – peraturan, sanksi – sanksi untuk mencegah penyebaran virus HIV/AIDS. Perlunya sosialisasi HIV/AIDS dari pemerintah ketukang
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
cukur untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka dalam berperilaku mencegah penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur. Dan pemerintah dapat memberikan reward (penghargaan) bagi tukang cukur yang berperilaku positif dalam penggunaan pisau cukur. Hal ini dapat menjadi contoh bagi tukang cukur lainnya dan sebagai motivasi untuk melaksanakan praktik cukur rambut yang bersih dan aman dari penularan penyakit. 3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama, yaitu perilaku tukang cukur dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur agar dapat memuat variabel independen motivasi, niat dan sumber informasi sebagai faktor yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku tukang cukur dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur di kota Batulicin kecamatan Simpang Empat kabupaten Tanah Bumbu. DAFTAR PUSTAKA Anonim (2014), Kabupaten Tanah Bumbu, http://id.wikipedia.org/wiki/Kabup aten_Tanah_Bumbu. 20 Juni 2014. Arikunto, Suharsini (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Dharma, Kelana Kusuma (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Trans Info Media. Jakarta. Wawan A. dan Dewi M. (2010). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia Dilengkapi Contoh Kuisioner. Nuha Medika. Yogyakarta.
Hadi, Sugianto (2008). Perilaku Tukang Cukur Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS Melalui Pisau Cukur Dikota Malang. http://poltekkesmalang.ac.id/bukafile.php?pillch=2 0091018. 28 Februari 2014. Harahap, Syaiful W. (2013). 147.106, Kasus HIV/AIDS yang Tercatat di Indonesia Sampai Maret 2013. http://www.aidsindonesia.com/2013/07/14 7106-kasus-hivaids-yang-tercatatdi.html. 28 Februari 2014. KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Tanah bumbu (2013). Laporan Perkembangan HIV-AIDS , Triwulant 1 Tahun 2013 Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas kesehatan provinsi Kalimantan Selatan.Banjarmasin. Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif (Colektor) (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA, NIC-NOC Edisi Revisi. Media Hardy. Jakarta. Nasronudin (2007). HIV dan AIDS (Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial). Airlangga University Press. Surabaya. Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Nugroho, Setiyo Adi (2013). Teka Teki Pisau Cukur Dapat Tularkan Hiv. http://kesehatan.kompasiana.com/ medis/2013/07/07/-teka-teki-pisaucukur-dapat-tularkan-hiv571686.html. 28 Februari 2014. Nurachmah, Elly (2009). Faktor – faktor yang berhubungan dengan pencegahan HIV/AIDS dengan perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP. http://www.google.com/url?sa=t&r ct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =1&cad=rja&uact=8&ved =http%3A%2F%2Fjournal.ui.ac.id. 28 Februari 2014.
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni (2012). Psikologi Keperawatan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sari, Dian maya (2013). Pangkas Rambut Dasar. Universitas Negeri Medan. http://digilib.unimed.ac.id/public/U NIMED-Course-28309BHN%20AJAR%20PEMANGKA SAN%20RAMBUT%20DASAR% 20OKE%20terbaru.pdf28 Februari 2014. Setyoadi dan Endang Triyanto (2012). Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita AIDS. Graha Ilmu. Yogyakarta. Siwi, Delista Christine (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV/AIDS Dengan Tindakan Pencegahan Pada Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. http://www.google.com/url?sa=t&r ct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =4&cad=rja&uact=8&ved=0CDgQ FjAD&url=http%3A%2F%2Ffkm. unsrat.ac.id. 06 April 2014. Soedarto (2009). Penyakit Menular di Indonesia (Cacing, Protozoa, Bakteri, Virus dan Jamur). Sagung Seto. Surabaya. Suryaputera, Imi (2014). Tanah Bumbu Teratas Jumlah Pengidap HIV/AIDS di Kalimantan. http://regional.kompasiana.com/20 14/01/14/tanah-bumbu-teratasjumlah-pengidap-hivaids-dikalimantan-624435.html. 28 Februari 2014. Tietjen, Linda, Debora Bossemeyer dan Noel Mcintosh (2004). Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Widodo (2005). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Kehamilan, Persalinan serta Komplikasinya
pada Ibu Hamil Nonprimigravidadi RSUPN Cipto Mangunkusumo. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta.