Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 111-116
ANALISIS KADAR ION TIMBAL (Pb) DAN ION KROMIUM (Cr) PADA RAMBUT PEKERJA PERBENGKELAN DI KOTA SAMARINDA THE ANALYSIS OF LEAD (Pb) AND CHROMIUM ION (Cr) ON THE HAIR OF WORKSHOP WORKERS IN SAMARINDA CITY
Sugiarti, Alimuddin, Rahmat Gunawan Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Mulawarman
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui kadar ion timbal dan ion kromium pada rambut pekerja perbengkelan dengan variasi umur dan lama bekerja dengan kadar ion timbal dan ion kromium pada rambut pekerja perbengkelan. Rambut yang sudah dikumpulkan dicuci kemudian diabukan dan dihomogenkan kemudian dianalisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Panjang gelombang untuk analisis logam timbal 283,3 nm dan untuk logam kromium 357,9 nm. Hasil menunjukkan analisis kadar ion timbal sampel pada rambut pekerja bengkel terendah 3,892 (mg/kg) yang tertinggi 48,814 (mg/kg) dan untuk kadar ion kromium sampel rambut pada pekerja bengkel terendah 1,578 (mg/kg) yang tertinggi 36,884 (mg/kg). Berdasarkan uji statistik analisis korelasi yang berhubungan positif umur dan lama bekerja dengan kadar ion timbal dan ion kromium pada rambut pekerja perbengkelan. Dengan Koefisien determinan besarnya kadar ion timbal berdasarkan hubungan lama bekerja 98,2 % dan untuk ion kromium 97,7 %, dan koefisien determinan berdasarkan hubungan umur dengan kadar ion timbal 78,2 % dan ion kromium 83,2 %. Kata Kunci: Rambut, Timbal, Kromium, Kofisien Korelasi Positif, Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) PENDAHULUAN Logam berat merupakan klasifikasi untuk logam yang menimbulkan toksisitas (Duffus, 2002). Keracunan logam berat dapat merusak sistem saraf pusat, menganggu komposisi darah, paru-paru, ginjal, hati dan organ-organ vital lainnya.Pencemaran udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor dapat berupa pencemar logam berat di udara. Manusia senantiasa terpapar logam berat dalam kehidupannya, salah satu faktor yang mempengaruhi manusia terpapar logam berat yaitu lingkungan tempat mereka tinggal dan bekerja. Pekerja perbengkelan merupakan salah satu orang yang merasakan dampak langsung dari pencemaran logam berat tersebut (Darmono, 1995). Polutan dapat berupa Pb dan Cr. Logam Cr merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat, dengan sifat ini logam Cr biasanya digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen mor motor dan knalpot sepeda motor. Timbal (Pb) dan krom (Cr) dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan secara inhalasi (dihirup) atau saluran pencernaan (digestif). Keracunan logam berat Pb dan Cr dapat merusak sistem saraf pusat, menganggu komposisi darah, paru-paru, ginjal, hati dan organ-organ vital lainnya. Pemaparan dalam jangka panjang dapat
menurunkan proses degenerative fisik, otak dan saraf. Alergi juga dapat timbul dan kontak berulang dengan beberapa logam tersebut dapat menimbulkan karsiogenetik (Palar, 1994). Kadar Pb dan Cr dalam rambut merupakan salah satu indikator terakumulasinya logam berat dalam tubuh. Beberapa logam berat seperti timbal (Pb), kromium (Cr) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam menyerang ikatan belerang dalam enzim. Hal ini mengakibatkan enzim yang bersangkutan tidak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga dapat bereaksi dengan logam berat. Kromium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat dapat mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977). Biondikator logam, indikator paparan jangka panjang bisa dianalisa melalui rambut, kuku, dan gigi. Namun rambut merupakan cara yang sangat baik dan efektif untuk memperkirakan kandungan logam berat di dalam tubuh hal ini disebabkan logam berat lebih bertahan lama didalam rambut, jumlah logam berat berkolerasi dengan jumlah logam yang 111
diabsorpsi oleh tubuh. Menurut Pettrucci (1982) dalam Subagiada (2006) gugusan-gugusan sulfhidril (-SH) dan sulfida sistin (-S-S-) dalam rambut mampu mengikat logam berat yang masuk ke dalam tubuh dan terikat di dalam rambut. Mengingat senyawa sulfida mudah terikat oleh logam berat, maka bila logam berat masuk ke dalam tubuh, logam-logam tersebut akan terikat oleh senyawa sulfida dalam rambut .Oleh karena itu, rambut dapat dipakai sebagai biopsi logam dilakukan dengan menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Dengan AAS dapat diketahui jumlah kadar logam di dalam sampel yang digunakan secara tepat dan akurat. Metode AAS berprinsip pada absorpsinya cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Transisi suatu elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, 2008). Prinsip dasar dari Atomic Absorption Spectrophotometer adalah tubrukan radiasi (cahaya) dengan panjang gelombang spesifik atom yang sebelumnya telah berada pada tingkat energy dasar (ground-state atom). Atom tersebut akan menyerap radiasi ini dan akan timbul transisi ke tingkat energi yang tinggi. Intensitas dari transisi tersebut berhubungan dengan konsentrasi awal atom pada tingkat energi dasar (Settle, 1997). Alat ini sangat sepesifik dimana batas deteksinya sangat rendah, dari satu larutan contoh dapat ditentukan langsung unsur lain tanpa pemisahan terlebih dulu data output data dapat dibaca langsung yang sangat ekonomosi (Tarigan, 1990). Pemilihan metode spektrometri serapan atom juga karena mempunyai sensitifitas tinggi, mudah, murah, sederhana, cepat, dan cuplikan yang dibutuhkan sedikit (Supriyanto, dkk., 2007). Dari uraian di atas menunjukkan perlunya dilakukan penelitian terhadap akumulasi logam berat terutama timbal dan kromium di dalam rambut karyawan bengkel. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kadar ion timbal (Pb) dan kadar ion kromium (Cr) yang ada pada rambut pekerja perbengkelan dan juga umur serta hubungan lama bekerja terhadap kadar ion timbal (Pb) dan kadar ion kromium (Cr) di dalam rambut pekerja perbengkelan di kota Samarinda. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar ion timbal (Pb) dan kadar ion kromium (Cr) di 112
dalam rambut dan mengetahui hubungan umur terhadap kadar ion timbal dan ion kromium dan juga lama bekerja dengan kadar ion timbal dan ion kromium pada karyawan bengkel di kota Samarinda. Penelitian ini diawali dengan cara pengambilan sampel yang merupakan padatan yaitu rambut dari pekerja bengkel yang berada di jalan Juanda, jalan M.Yamin dan Dokter Sutomo di kota Samarinda. Selanjutnya ditimbang 1 gr sampel rambut dicuci bersih menggunakan larutan pro aseton sebanyak dua kali pencucian, kemudian sampel rambut dikeringkan didalam desikator. Sampel rambut selanjutnya didekstruksi menggunakan alat furnace, setelah menjadi abu sampel rambut ditambahkan dengan pelarut HNO3 kemudian disaring menggunakan kertas watman didapatkan sampel rambut murni, selanjutnya sampel rambut murni dianalisis kadar ion timbal dan ion kromium menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan sampling, Atomic Absorption Spectrophotometer, kertas watman, lampu katoda berongga, timbangan analitik, furnace, labu ukur 25 mL, 10 mL, 100 mL, 1000 mL, batang pengaduk, hot plate, gelas beaker, desikator, cawan porselen, penjepit besi, corong kaca, pipet volume 10 mL dan seperangkat alat destruksi. Bahan-bahan Bahan-bahan yang dibutuhkan di dalam penelitian ini adalah sampel rambut, aseton pro analis, kertas saring, kantong plastik sampel, aquadest, HCl, HNO3, larutan standar Pb 1000 (mg/L) dan larutan standar Cr 1000 (mg/L) . Populasi Pekerja bengkel. Sampel Sampel penelitian adalah sampel rambut pekerja bengkel di kota samarinda yang terdiri dari rentang umur 18-39 tahun dan rentang lama bekerja antara 5 bulan hingga 15 tahun. Teknik Pengambilan sampel Pengumpulan sampel rambut pekerja bengkel diambil secara acak pada 3 lokasi yaitu di jalan Juanda, jalan M.Yamin, jalan Dokter Sutomo di kota Samarinda yang terdiri dari 11 orang. Setiap orang yang bersedia dijadikan responden diambil rambutnya kurang lebih 1-5 cm, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label atau kode sampel. Dilakukan juga 112
Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 111-116 pencatatan terhadap data pribadi responden berkaitan dengan nama, umur, pekerjaan, lama bekerja dan lokasi kerja. Kemudian sampel dibawah ke laboratorium untuk dianalisa. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas adalah kadar ion Pb dan ion Cr pada rambut. Variabel terikat Variabel terikat adalah umur dan hubungan lama bekerja pada pekerja bengkel. Prosedur Penelitian Pembuatan Larutan Baku Timbal (Pb) 100 (mg/L) (Standard Methods Edisi 22 ND Edition). Dari Larutan induk Pb 1000 (mg/L) diambil dengan pipet sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilakukan penambahan aquades hingga batas labu ukur sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 (mg/L). Pembuatan Larutan Baku Timbal (Pb) 10 (mg/L) (Standard Methods Edisi 22 ND Edition). Larutan induk Pb 100 (mg/L) diambil dengan pipet sebanyak 1 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilakukan penambahan aquades hingga batas labu ukur sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 10 (mg/L). Pembuatan Deret Variasi Konsentrasi Pb Dilakukan pembuatan larutan dengan deret variasi konsentrasi 0,05; 0,1; 0,25; 0,5; 1; 2 dan 4 (mg/L) dipipet masing-masing 0,25, 0,5, 1,25, 2,5, 5, 10, dan 20 mL larutan Pb konsentrasi 10 (mg/L) dan dimasukkan masing-masing kedalam labu ukur 50 mL dan ditambahankan dengan aquades mol hingga tanda batas. Pembuatan Larutan Standar Cr Pembuatan Larutan Baku Kromium (Cr) 100 (mg/L) (Standard Methods Edisi 22 ND Edition). Dari Larutan induk Cr 1000 (mg/L) diambil dengan pipet sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilakukan penambahan aquades hingga batas labu ukur sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 (mg/L). Pembuatan Larutan Baku Kromium (Cr) 10 (mg/L) (Standard Methods Edisi 22 ND Edition). Larutan induk Cr 100 (mg/L) diambil dengan pipet sebanyak 1 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilakukan penambahan aquades
hingga batas labu ukur sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 10 (mg/L). Pembuatan Deret Variasi Konsentrasi Cr Dilakukan pembuatan larutan dengan deret variasi konsentrasi 0,025; 0,5; 1; 2 dan 4 (mg/L) dipipet masing-masing 0,125, 2,5, 5, 10 dan 20 mL larutan Cr konsentrasi 10 (mg/L) dan dimasukkan masing-masing kedalam labu ukur 50 mL dan ditambahankan dengan aquades hingga tanda batas. Preparasi Sampel Rambut Sampel rambut dicuci menurut prosedur Ashraf, dkk. (1995) dalam Hidayati 2013. Ditimbang 1 gr sampel rambut kemudian dimasukkan kedalam gelas beaker 100 mL direndam dengan 10 mL aseton pro analis selama 15 menit sambil diaduk dengan pengaduk kaca, kemudian diikuti 3 kali pembilasan dengan aquades. Sampel rambut selanjutnya dicuci dan direndam kembali dengan 10 mL aseton pro analis, selama 15 menit sambil diaduk. Selanjutnya sampel dikeringkan pada suhu kamar selama 3 atau 4 hari dalam desikator vacum agar rambut benar-benar kering dan siap didekstruksi. Dekstruksi Sampel Disiapkan cawan porselen yang sudah bersih sesuai banyaknya sampel, sampel rambut yang sudah dikeringkan dimasukkan kedalam furnace. Kemudian dipanaskan selama 4 jam dengan suhu 600 °C, sampai diperoleh abu yang berwarna putih. Tambahkan 5 mL HNO3 ke dalam abu melalui dinding piala gelas dan panaskan diatas penangas air samapai abu larut .Pindahkan larutan secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 ml, kemudian impitkan dengan air suling. Saring dengan kertas saring dengan kertas watman, didapatkan sampel jernih. Larutan siap untuk dianalisa dengan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Pengukuran Kadar Sampel Pengukuran Kadar Sampel Timbal (Pb) Secara Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) (Standard Methods Edisi 22 ND Edition). Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) diatur dan dioptimalkan, dimana optimasi alat AAS yang dilakukan dengan cara dihidupkan dan dipanaskan selama kurang lebih 5 sampai 10 menit. Setelah itu dimasukkan larutan sampel standar ke dalam alat AAS untuk dinalisis. Kemudian dimasukkan larutan sampel rambut yang siap dianalisa. Diukur absorbansinya dengan panjang gelombang resonansi yang dapat dipakai pada penentuan kadar timbal yaitu 283,3 nm masingmasing sampel dilakukan pengulangan 3 kali. 113
Pengukuran Kadar Sampel Kromium (Cr) Secara Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) (Standard Methods Edisi 22 ND Edition). Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) diatur dan dioptimalkan, dimana optimasi alat AAS yang dilakukan dengan cara dihidupkan dan dipanaskan selama kurang lebih 5 sampai 10 menit. Setelah itu dimasukkan larutan sampel standar ke dalam alat AAS untuk dinalisis. Kemudian dimasukkan larutan sampel rambut yang siap dianalisa. Diukur absorbansinya dengan panjang gelombang resonansi yang dapat dipakai pada penentuan kadar kromium yaitu 357,9 nm masingmasing sampel dilakukan pengulangan 3 kali. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk melihat kadar ion timbal (Pb) pada rambut pekerja perbengkelan dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini:
No
Berat Sampel (g)
Volume Sampel (mL)
Abs
Kadar Sampel Ion Pb (mg/kg)
1.
1,0020
25
0,0154
3,892
2.
1,0006
25
0,0191
5,146
3.
1,0066
25
0,0314
9,313
4.
1,0062
25
0,0388
11,826
5.
1,0021
25
0,0462
14,419
6.
1,0021
25
0,0621
19,833
7.
1,0064
25
0,0610
19,375
8.
1,0020
25
0,0804
26,097
9.
1,0010
25
0,0942
30,844
10.
1,0010
25
0,0986
32,342
11.
1,0038
25
0,1471
48,814
Untuk melihat kadar ion kromium (Cr) pada rambut pekerja perbengkelan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1 dan 2 dari hasil analisis yang telah dilakukan menumjukkan didalam rambut karyawan bengkel di kota Samarinda terbukti mengandung ion Pb dan ion Cr. Kadar ion Pb dan ion Cr tersebut, melebihi ambang batas normal yang telah ditetapkan perbedaan kadar yang cukup tinggi ini diakibatkan dari beberapa faktor yaitu dari lama bekerja dan umur, dan faktor lain seperti gaya hidup yang tidak sehat dari setiap individu yang berbeda-beda, dengan
114
kebiasaan merokok serta makan dan minum dari produk kaleng yang mengandung logam berat.
No
Berat Sampel (g)
Volume Sampel (mL)
Abs
Kadar Sampel Ion Cr (mg/kg)
1.
1,0020
25
0,0066
1,571
2.
1,0006
25
0,0104
2,898
3.
1,0066
25
0,0181
5,538
4.
1,0062
25
0,0219
6,857
5.
1,0021
25
0,0207
6,466
6.
1,0021
25
0,0488
16,215
7.
1,0064
25
0,0478
15,798
8.
1,0020
25
0,0457
15,119
9.
1,0010
25
0,0597
20,004
10.
1,0010
25
0,0703
23,676
11.
1,0038
25
0,1087
36,884
Gambar 1 Hubungan Lama Bekerja Terhadap Kadar Ion Pb Dan Ion Cr
Gambar 2 Kurva Regresi Linier Hubungan Lama Bekerja Dengan Kadar Ion Pb Pada Rambut Pekerja bengkel
114
Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 111-116 kadar ion kromium (Cr) yang ada pada rambut mereka.
Gambar 3 Kurva Regresi Linier Hubungan Lama Bekerja Dengan Kadar Ion Cr pada Rambut Pekerja bengkel
Gambar 7 Kurva Regresi Linier Korelasi Kadar Ion Pb Terhadap Kadar Ion Cr Pada Rambut Pekerja Bengkel
Gambar 4 Hubungan Umur Terhadap Kadar Ion Pb Dan Ion Cr
Gambar 5 Kurva Regresi Linier HubunganUmur Dengan Kadar Ion Pb Pada Rambut Pekerja Bengkel
Gambar 6 Kurva Dengan
Regresi
Linier
Hubungan
Umur
Dari hasil analisis diatas yang telah dilakukan menumjukkan terdapat hubungan antara umur dan lama bekerja dari pekerja perbengkelan di kota Samarinda terhadap kadar ion timbal (Pb) dan
Faktor lain yang juga mempengaruhi banyaknya kadar ion Pb dibandingkan dengan kadar ion Cr yaitu, dari banyaknya materi logam Pb yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia dibandingkan dengan logam Cr. Dimana dapat kita ketahui bahwa asap dari hasil pembakaran kendaraan yang mengandung timbal yang beracun merupakan salah satu hasil polutan paling tinggi didunia. Ion timbal di udara terutama dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu dan partikel yang dapat terhirup oleh manusia. Selain itu ion timbal dalam air minum dapat bersasal dari kontaminasi pipa, solder dan kran air, ion timbal dalam makanan bersal dari kontaminasi kaleng makanan dan minuman dan ion timbal dalam cat adalah sumber utama timbal di rumah tangga. Tanah kebun dapat terkontaminasi cat yang tercuci oleh air hujan dan mencemari air tanah, sehingga kandungan timbal yang tinggi ditemukan dalam sayuran terutama sayuran hijau. Sedangkan untuk logam Cr sendiri merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih, juga digunakan sebagai alloy dan geretan (korek api). Secara kimia juga dapat kita simpulkan bahwa logam Pb lebih berpengaruh dibandingkan dengan logam Cr, dapat kita ketahui dengan melihat massa atom dari kedua logam tersebut, masaa atom logam Pb 207,2 dan massa atom pada logam Cr 51,9961 dimana masaa atom logam Pb lebih besar 115
dibandingkan logam Cr dengan masa atom yang lebih besar ini maka logam Pb lebih mampu berinteraksi dengan gugus sulfihidrin (-SH) pada disulfida sistin (-S-S) pada rambut. Reaksi yang
terjadi antara logam Pb dan juga logam Cr yang berikatan pada gugus sulfihidrin (-SH) pada disulfida sistin (-S-S) disebut juga reaksi asam basa lunak. Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat keras dan lunaknya berdasarkan pada polarisabilitas unsur yang pada akhirnya dikemukakanlah suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid Base (HSAB). Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan memiliki ukuran kecil merupakan basa keras, sebaliknya ligan-ligan dengan atom yang elektron terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa lemah. Syarat-Syarat Asam-Basa Lunak: a) Jari-jari atom besar b) Bilangan oksidasinya rendah c) Polaritasnya tinggi d) Elektronegatifitasnya rendah KESIMPULAN Kadar ion Pb yang ada pada rambut pekerja bengkel yaitu berkisar antara 3,892- 48,814 (mg/kg) dan untuk kadar ion Cr yang ada pada rambut pekerja bengkel yaitu berkisar antara 1,571-36,884 (mg/kg). Hal ini menunjukkan bahwa pada rambut pekerja bengkel mengandung ion Pb dan Ion Cr. Terdapat
DAFTAR PUSTAKA [1] Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia. [2] Darmono, 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi Seyawa Logam. Jakarta: UI Press. [3] Duffus, J. 2002. Heavy Metals. Scotland: IUPAC. [4] Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. [5] Manahan, S. E. (1977). Environmental Chemistry second edition. [6] Palar, H. 1994. Pencemaran Dan Toksiklogi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. [7] Settle, F. A. 1997. Handbook of Instrumental Techniques For Analytical Chemistry. New Jersey: Prentice-Hall. [8] Subagianda, K. 2006. Penentuan Kadar timbal (Pb) Dengan Bioindikator Rambut Pada Pekerja SPBU Di Kota Samarinda. Samarinda: Tesis Universitas Mulawarman. [9] Supriyanto, C., Samin, & Zainul, K. 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Prosding 3rd Seminar Nasional. Yogyakarta: BATAN. [10] Tarigan, Z. 1990. Prinsip Dasar Metode Analisa Anatomic Absorption Spectrophotometer Majalah Semi Populer, Vol. 14. Ambon: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
hubungan antara umur dan lama bekerja dari pekerja perbengkelan di kota Samarinda terhadap kadar ion timbal (Pb) dan kadar ion kromium (Cr) yang ada pada rambut mereka. UCAPAN TERIMA KASIH Laboratorium Analitik dan Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda, Beasiswa KBC (Kaltim Cemerlang), Beasiswa Bontang.
116
116