JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 1-6
PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, VOLUME PERDAGANGAN SAHAM, LABA PERUSAHAAN DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA DESI KURNIYANTI1, HASAN BASRI2, DAN FAISAL3 1
Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Dosen Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2,3
The purpose of this research is to examine the influence of financial leverage, trading volume activity, profit company, cash flow from operating activities both simultaneously and partially to stock return at manufacturing company listed in Indonesia stock exchange for 2010-2014 periods. This research uses secondary data, by using samples method and balanced data panel, there are 70 firm observations fulfilling the population criteria. To analyzing the data of this research uses standardized multiple regression model. The results show simultaneously financial leverage, trading volume activity, profit company, cash flow from operating activities have influence to stock return. The results show partially financial leverage have no influence to stock return, trading volume activity have influence to stock return, net income have no influence to stock return, cash flow from operating activities have influence to stock return. Keywords: Financial Leverage, TVA, Profit Company, Cash Flow Operation, and Return Stok
PENDAHULUAN Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor produktif. Para investor ingin agar investasi yang mereka tanamkan berkembang dengan baik dalam bentuk return yang akan mereka terima. Return dapat berupa return realisasi dan return expektasian (Hartono, 2009, p. 199). Return realisasi dapat diukur return total. Return total adalah keseluruhan investasi dalam suatu periode tertentu. Untuk itu para investor berkepentingan memperkirakan return dari investasi mereka. Laporan keuangan yang dipublikasi merupakan salah satu informasi penting bagi investor untuk menganalisa kinerja
manajement dan untuk memprediksi return yang akan diterima. Return saham dipengaruhi oleh banyak faktor yang oleh para investor dapat menjadi faktor-faktor yang menentukan di dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Di dalam laporan keuangan akan terlihat informasi mengenai financial leverage, volume perdagangan saham, laba perusahaan, arus kas operasi dan return saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari financial leverage, volume perdagangan saham, laba perusahaan dan arus kas operasi terhadap return saham. Baik secara simultan atau secara parsial. Artikel ini dimulai dengan pendahuluan. Kemudian pada bagian kedua akan dijelaskan kajian pustaka dan kerangka pemikiran
2
DESI KURNIYANT1, HASAN BASRI, DAN FAISAL
mengenai return saham, financial leverage, volume perdagangan saham, laba perusahaan dan arus kas operasi. Pada bagian ketiga dari artikel ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan. Pada bagian keempat mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Dan bagian kelima ditutup dengan kesimpulan dan saran mengenai penelitian ini. LANDASAN TEORI Return saham Return saham adalah hasil dari suatu investasi. Hartono (2009) Return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. return total adalah merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total terdiri dari capital gain ( loss) dan yield. Capital gain (loss) adalah selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga saham sekarang lebih tinggi dari harga saham yang lalu, maka itu berarti keuntungan modal (capital gain), jika tidak maka kerugian modal (capital loss). Yield adalah pembayaran deviden setiap periode dan semua komponen dari return yang merefleksikan arus kas atau pendapatan dalam suatu periode. Financial leverage Financial leverage suatu pengukuran dana dari pemilik dan dana yang didapatkan dari kreditor (Halim, 2007). Wild membagi rasio financial leverage ke dalam tiga bagian: 1. Debt to equity ratio, 2. Time Interest Earned, dan 3. Long Term Debt to Equity ratio. Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur hutang terhadap modal yang di miliki perusahaan. Volume Perdagangan Saham Volume Perdagangan Saham adalah suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan dipasar (Sutrisno, 2000). Volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari t (Halim dan Hidayat, 2000). Laba Perusahaan Laba Perusahaan adalah suatu informasi dari banyak informasi yang dapat digunakan oleh para
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
investor untuk memperkirakan nilai kinerja dari suatu perusahaan. Harahap (2007) Laba bersih adalah kelebihan penghasilan atas biaya periode akuntansi. Dalam penelitian ini menggunakan laba bersih. Wild et al (2005) laba bersih adalah laba dari bisnis perusahaan setelah bunga dan pajak. Arus Kas Operasi Aktivitas operasi adalah penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Niswonger et al (2003) arus kas dari aktivitas operasi adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Faktor pertama yang diperkirakan mempengaruhi return saham adalah financial leverage. Financial leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara pembiayaan atau pendanaan melalui hutang pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2010). Beberapa penelitian yang meneliti pengaruh financial leverage terhadap return saham diantaranya yang dilakukan oleh Yunina (2013) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap return saham. Kesimpulan yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) yang menyimpulkan bahwa DER(debt to equity) yang tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena semakin tinggi tingkat hutang menandakan beban bunga perusahaan akan semakin besar dan mengurangi keuntungan. Semakin tinggi hutang (DER) perusahaan cenderung menurunkan return saham yang diterima oleh para investor. Hal yang sama disimpulkan oleh Baroroh (2015) yang menyimpulkan bahwa DER bukan merupakan faktor yang signifikan terhadap return saham. Faktor kedua yang diperkirakan mempengaruhi return saham adalah volume perdagangan saham. Menurut Halim dan Hidayat (2000) Volume perdagangan adalah lembar saham yang diperdagangkan pada hari t. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yang (2013) menyimpulkan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh positif terhadap return on asset. Faktor ketiga yang diperkirakan mempengaruhi return saham adalah laba perusahaan. Menurut Wild, Subramayam dan Halsey (2005), laba bersih merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Yunina (2013) dan Takamatsu (2013) menyimpulkan bahwa laba
3
Volume 5, Nomor 1, Agustus DESI KURNIYANT1, HASAN2016 BASRI, DAN FAISAL
berpengaruh positif terhadap return saham. Hali ini berarti semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan, maka semakin tinggi return yang akan diterima oleh para investor. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Putri (2014) yang menyimpulkan bahwa laba berpengaruh negatif terhadap return saham. Hal ini berarti bahwa jika laba mengalami kenaikan maka return saham mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya. Faktor keempat yang diperkirakan mempengaruhi return saham adalah arus kas operasi. Menurut utomo (2013) arus kas bersih adalah selisih
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
bersih antara penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi selama 1 tahun buku, sebagaimana tercantum dalam laporan arus kas. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Hasrina (2009) dan Takamatsu (2013) menyimpulkan bahwa arus kas berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini berarti bahwa jika arus kas mengalami kenaikan, maka return saham juga mengalami kenaikan. Sebaliknya, jika arus kas mengalami penurunan maka return saham juga mengalami penurunan.
Gambar 1 Kerangka Penelitian Hipotesis Penelitian Berdasarkan pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Financial leverage,volume perdagangan saham, laba perusahaan, arus kas operasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. 2. financial leverage berpengaruh negatif terhadap return saham. 3. Volume perdagangan saham berpengaruh positif terhadap return saham. 4. Laba Perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham. 5. Arus Kas Operasi berpengaruh positif terhadap return saham.
METODE PENELITIAN Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berjumlah 135 perusahaan. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu mengambil keseluruhan populasi dengan menetapkan beberapa pertimbangan dan kriteria tertentu (Indriartono dan Supomo, 1999, p. 13). Kriteria penentuan target yang digunkan adalah: (1)Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari 2010-2014, (2)Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan per 31 desember dan laporan tahunan secara terusmenerus selama periode penelitian, (3)memiliki data lengkap yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini dan secara konsisten dipublikasikan pada BEI, (4)Perusahaan yang memiliki laba bersih positif. Berdasarkan kriteria
3
4
DESI KURNIYANT1, HASAN BASRI, DAN FAISAL
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
tersebut jumlah observasi perusahaan manufaktur dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 perusahaan yang diperoleh dari 14 perusahaan dengan masa pengamatan selama 5 tahun.
Persamaan regresi linier dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014, dan informasi yang diperoleh dari internet yang menyangkut penelitian ini.
Dimana : Y it a β1 β2β3β4 X1it X2it X3it X4 it е i t
Rancangan Pengujian Hipotesis Sebelum dilakukan pengujian hipotesa, perlu dilakukan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi tersebut merupakan model regresi yang baik atau tidak (Ghozali, 2009, P. 55). Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normalitas variabel pengganggu (residual). Residual variabel yang terdistribusikan secara normal akan terletak disekitar garis horizontal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal). Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi. Jika hal tersebut ditemukan, maka terdapat masalah multikolinearitas antara variabel independen tersebut dengan variabel independen lainnya. Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Jika varian dari residual satu observasi yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Uji autokerelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Teknik analisis data pada pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda yang merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh antara dua atau lebih variabel dan untuk melihat pengaruh secara parsial dan simultan. Pengolahan data menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS).
Yit = α + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3 it+ β4 X4it + еit
: Return Saham : Konstanta : Koefisien Regresi : Financial Leverage : Volume Perdagangan Saham : Laba Perusahaan : Arus Kas Operasi : error term : dimensi cross section : komponen time series
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS, hasil analisis regresi linier berganda terhadap variabel-variabel penelitian sebagai berikut: Y = -0,004 - 0,001X1 + 0,171X2 - 0,000761X3 + 0,00022X4 + ε Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel
B
T
Sig.
-0,004
-0,768
0,447
X1
-0,001
-0,227
0,821
X2
0,171
5,437
0,000
X3
0,000761
-1,449
0,155
X4
0,00022
0,038
0,038
(Constant)
R
RSquare
0,728
0,529
Sumber: Data sekunder diolah tahun 2016
Model Regression Residual Total
Tabel 2 Uji Signifikansi Simultan Sum of Mean Df F Sig. Squares Square ,026 4 ,007 10,962 ,000b ,023 39 ,001 ,049 43
Sumber: Data sekunder diolah tahun 2016
Dari uji F didapat nilai F sebesar 10,962 dan nilai signifikansi 0,000 yang berarti variabel financial leverage, volume perdagangan saham, laba perusahaan, dan arus kas operasi secara bersama-sama
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 5
DESI KURNIYANT1, HASAN BASRI, DAN FAISAL
mempengaruhi return saham, disebabkan signifikansi berada di atas 0,05. Nilai koefisien determinasi (R 2) sebesar 0,529. Hal ini menunjukkan bahwa variasi yang terjadi pada variabel return total (Y) sebesar 52,9% disebabkan oleh perubahan yang terjadi secara bersama-sama pada variabel financial leverage, volume perdagangan saham, laba perusahaan, dan arus kas operasi. Selebihnya sebesar 47,1% disebabkan oleh faktor-faktor lain dari variabel yang tidak termasuk dalam model penelitian ini. Hasil penelitian terhadap variabel financial leverage (X1) diperoleh nilai signifikansi = 0,821. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel financial leverage berpengaruh negatif terhadap return saham. Maka penelitian ini menolak hipotesis Ho2 atau menerima Ha2. Hal ini menunjukkan bahwa variabel financial leverage berpengaruh negatif terhadap return saham. Hipotesis Ho2 ditolak karena nilai signifikansi 0,821 berada diatas taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian terhadap variabel volume perdagangan saham (X2) diperoleh nilai signifikansi 0,000 yang berarti berada dibawah taraf signifikansi 0,05. Maka penelitian ini menerima hipotesis alternatif ketiga (Ha3) yang menyatakan variabel volume perdagangan saham berpengaruh positif terhadap return saham.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Hasil penelitian terhadap variabel laba perusahaan (X3) diperoleh nilai signifikansi 0,155 yang berarti berada diatas taraf signifikansi 0,05. Maka penelitian ini menolak hipotesis alternatif keempat (H04) yang menyatakan bahwa laba perusahaan berpengaruh negatif terhadap return saham. Hasil penelitian terhadap variabel arus kas operasi (X4) diperoleh nilai signifikansi 0,038 yang berarti berada dibawah taraf signifikansi 0,05. Maka penelitian ini menerima hipotesis alternatif keempat (Ha5) yang menyatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap return saham. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa secara simultan financial leverage, volume perdagangan saham, laba perusahaan dan arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEI, sedangkan secara parsial, financial leverage berpengaruh negatif terhadap return saham, volume perdagangan saham berpengaruh positif terhadap return saham, laba perusahaan berpengaruh negatif terhadap return saham dan arus kas berpengaruh positif terhadap return saham.
Januari, hal 69-85 DAFTAR PUSTAKA Baroroh, Tantri. (2005), “Analysis of Fundamental Factors, Foreign Exchange and Interest Rate on Stock Return (Studies in Manufacturing Companies Listed on Indonesia Stock Exchange for 2011-2013 periods) Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. (2010). Dasar-dasar manajemen Keuangan. Buku 1, 11th ed. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Dr imam, Mkom, Ak. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi kedua. Semarang: Universitas Diponegoro. Halim, Abdul dan Nasuhi Hidayat, (2000),”Studi empiris tentang pengaruh Volume Perdagangan dan Return terhadap Bid-Ask Spread Industri Rokok di Bursa Efek Jakarta dengan Model Koreksi Kesalahan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 3 No. 1,
Hasrina, Cut Delsie. (2009). Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham. Tesis. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Hartono, Jogiyanto (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Harahap, S. S, (2007). Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga. Indriartono, N dan Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta. Putri, D L P, (2014). Pengaruh Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER) dan Price To Book Value (PBV) terhadap Return Saham Perusahaan Consumer Goods Bursa Efek Indonesia. Jurnal Management & Kewirausahaan. Vol 2. No 18, November.
6
DESI KURNIYANT1, HASAN BASRI, DAN FAISAL
Sutrisno, Wang et al, (2000),”Pengaruh Stock Split terhadap likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta,” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol II, No. 2, Hal 1-13. Takamatsu, Renata Turola. (2013) Accruals, Persistance of Profit and Stock Returns in Brazilian Public Companies. Modern Economy, 4, 109-118. Utomo, Prihadi Yuni. (2013). Eviews: Buku Praktik Komputer Statistik II, Surakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Wild, John, J. Subramayam, K.R & Hasley, Robert, F. (2005). Financial Statement Analysis. Buku satu, Edisi delapan. Jakarta: Salemba Empat. Yunina, F, (2013). Pengaruh Risiko sistematik, leverage, dan Laba terhadap Return Saham pada Perusahaan Aneka Industri di Indonesia. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Unsyiah. Vol 2. No 2, Hal 57-58, Mei. Yang, Yong Jin. (2013) Volume Derivative Trading, Enterprice Value and The Return on Assets, Modern Economy, 4, 503-519.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 7-16
PENGARUH KEPUASAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA APARATUR PENGELOLA KEUANGAN PADA UNIVERSITAS SYIAH KUALA ALFI MAWADDAH1, DARWANIS2, DAN SYUKRIY ABDULLAH3 1
2,3
Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Staf Pengajar Prodi Magister Akuntansi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh
This study aimed to examine the effect of compensation satisfaction and discipline to the performance of the apparatus of financial management at the University of Syiah Kuala . The method used is the census that all elements of the population investigated one by one in the data collection . Data that are used are primary data. The analytical method used is multiple linear regression using SPSS . This research was conducted at the University of Syiah Kuala . Respondents are financial management amounted to 108 people . The results showed that the satisfaction of compensation and working discipline jointly affect the performance of the apparatus of financial management at the University of Syiah Kuala . Separately satisfaction compensation affect the performance of the apparatus . Labor discipline affect the performance of the apparatus of financial management at the University of Syiah Kuala Keywords: Compensation Satisfaction , Work Discipline , Performance
PENDAHULUAN Penilaian kinerja merupakan alat komunikasi yang ditetapkan oleh sebuah organisasi bagi karyawannya. Penilaian kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seseorang. Penilaian kinerja juga merupakan uraian sistematik tentang kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang/berkelompok (Sedarmayanti, 2007). Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yakni prestasi kerja atau prestasi yang ingin dicapai (Mangkunegara, 2008:67). Kinerja karyawan/pegawai sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Berdasarkan beberapa pendapat dapat diuraikan bahwa kinerja aparatur merupakan hasil kerja (output) atau prestasi kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang diraih pegawai atau karyawan
sesuai dengan beban kerja dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja aparatur pengelola keuangan pada Universitas Syiah Kuala belum begitu memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari realisasi keuangan Tahun 2014 sebesar 93%, Tahun 2013 sebesar 95% dan Tahun 2012 sebesar 88% (LRA Unsyiah). Pengelolaan keuangan juga harus disertai dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Renstra Unsyiah 2007-2012 menyebutkan bahwa sumber daya manusia Universitas Syiah Kuala telah memiliki jumlah dan kualitas yang relatif lebih baik, namun hal itu belum dikelola secara maksimal. Manajemen pengelolaan keuangan pada Universitas Syiah Kuala berkaitan dengan pelaksanaan pencairan dana yang sampai saat ini pencairan dana belum dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat. Masalah ini terjadi dalam pengelolaan dana PNBP yang terutama sumber dananya berasal dari SPP mahasiswa. Penggunaan dana SPP tersebut dalam proses pencairan terutama dalam pembayaran honorarium dan permintaan
8
ALFI MAWADDAH, DARWANIS, DAN SYUKRIY ABDULLAH
barang/perlengkapan sering terlambat. Walaupun sudah mengikuti struktur tarif dan standar biaya terkadang proses pembayaran juga bisa terlambat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja aparatur dalam pengelolaan keuangan masih belum sesuai harapan (Hairul, 2011) Kinerja aparatur dipengaruhi oleh kepuasan kompensasi (Djati dan Khusaini, 2003; Galung, 2009; Hairul, 2011). Untuk meningkatkan kinerja aparatur diperlukan suatu penghargaan atas penyelesaian tugastugas yang menyangkut dengan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku. Penghargaan yang diharapkan dapat berupa kepuasan kompensasi. Kepuasan kompensasi adalah tingkat kepuasan terhadap semua bentuk return baik finansial maupun non finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan (Rabindra dan Medonca, 1998 dalam Harnanik, 2005). Kompensasi dapat berupa finansial maupun non finansial. Kompensasi finansial berbentuk gaji, upah, bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan sosial karyawan, tunjangan, libur atau cuti tetapi tetap dibayar. Sedangkan dalam bentuk non finansial adalah tugas menarik, tantangan tugas, tanggung jawab tugas peluang, pengakuan, lingkungan pekerjaan yang menarik (Anthony dan Govendarajan, 2003). Kinerja aparatur ikut dipengaruhi oleh disiplin kerja (Wahyuningrum, 2008; Harlie, 2010; Suzanto dan Agus, 2013). Kedisiplinan adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu organisasi. Kedisiplinan kerja yang tinggi dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai, sehingga dengan adanya disiplin kerja yang baik diharapkan pegawai mampu meningkatkan hasil kerjanya sehingga tujuan organisasi tercapai. Disiplin pegawai khususnya pegawai negeri sipil (PNS) mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil sebagai pedoman dalam menegakkan disiplin, sehingga dapat menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas serta dapat mendorong pegawai negeri sipil (PNS) untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan latar belakang dan fenomena-fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepuasan Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Aparatur Pengelola Keuangan Pada Universitas Syiah Kuala”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
LANDASAN TEORI
Sedarmayanti (2007:311) mengungkapkan bahwa kinerja berarti sebagai hasil kerja/kemampuan kerja yang diperlihatkan seseoarang, sekelompok orang (organisasi) atas suatu pekerjaan, pada waktu tertentu. Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu karyawannya. Setiap organisasi maupun instansi akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan harapan apa yang menjadi tujuan akan tercapai.Sebagai salah satu unsur produksi, manusia berkedudukan sama dengan unsur lainnya, seperti teknologi dan biaya. Namun, manusia memiliki ciri unik, memiliki kepribadian yang aktif, banyak menggunakan intuisi, dinamis, bahkan sensitif dan sekaligus sebagai pengelola dan atau pengguna dua unsur produksi tadi, yaitu teknologi dan biaya untuk menghasilkan output tertentu. Aparatur Pemerintah adalah pekerja yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku (Setyawan, 2004:169). Berdasarkan pengertian di atas, maka aparatur pemerintahan merupakan seseorang yang digaji oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah secara teknis dengan berdasarkan ketentuan yang ada.Aparatur suatu instansi pemerintahan dalam menjalankan tugasnya harus dilandasi dengan rasa penuh tanggung jawab, agar terciptanya kualitas suatu kinerja yang optimal yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pada umunya. Suatu instansi pemerintah tidak akan lepas dari aparatur sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan. Kinerja aparatur dalam pengelolaan keuangan dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan dan output yang dihasilkan. Irawan (2000:588) menyatakan bahwa kinerja (performance) adalah hasil kerja yang konkrit, dapat diamati, dan dapat diukur. Artinya, kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dalam pelaksanaan tugas yang berdasarkan ukuran dan waktu yang telah ditentukan. Pada pengelolaan keuangan kinerja aparatur dapat diukur selain dari pada output yang dihasilkan yaitu berupa laporan keuangan juga ketepatan waktu yang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, serta pencairan realisasi anggaran dengan belanja. Kinerja aparatur dalam pengelolaan keuangan dapat dinilai dari hasil kerja yang telah dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan (Hairul, 2011).
Kinerja Aparatur Kinerja menunjuk kepada kadar pencapaian tugastugas yang membentuk sebuah pekerjaan seseorang. Kinerja merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan (Simamora, 2004:339).
Kompensasi dan Kepuasan Kompensasi Hasibuan (2007:117) mendefinisikan kompensasi sebagai semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima pegawai sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
5, Nomor 1, Agustus 2016 DAN SYUKRIY ABDULLAH 9 Volume ALFI MAWADDAH, DARWANIS,
kepada perusahaan. Kompensasi dalam makna luas berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial (financial reward) yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah organisasi. Kepuasan kompensasi adalah tingkat kepuasan terhadap semua bentuk return baik finansial maupun non finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan (Rabindra dan Medonca, 1998 dalam Harnanik, 2005). Sedangkan menurut Michael dan Harold (1993) dalam Djati dan Khusaini (2003) mengemukakan bahwa kepuasan kompensasi adalah kepuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterima dari perusahaan sebagai balas jasa atas kerja mereka. Kepuasan kompensasi terdiri dari beberapa unsur, unsur yang paling jelas adalah jumlah gaji yang diterima seseorang. Pada umumnya motivasi orang bekerja adalah untuk memperoleh kepuasan kompensasi dalam bentuk uang (Harnanik, 2005). Disiplin Kerja Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian disiplin kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukan ketaatan aparat pemerintahan atau karyawan terhadap peraturan organisasi. Apabila aparat pemerintahan sudah bisa membiasakan diri untuk disiplin dalam segala hal maka setiap pekerjaan yang dilakukan pasti akan cepat beres dan tertata dengan baik sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan etos kerja yang baik. Disiplin Pegawai Negeri Sipil mengikuti Peraturan Pemerintah RI No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil, yakni kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Hukuman dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS sebagaimana yang diatur dalam PP nomor 53 tahun 2010. Disiplin yang dimaksud dalam PP nomor 53 tahun 2010 adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuma disiplin. Peraturan Pemerintah tentang disiplin PNS ini
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 9
antara lain memuat kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran. Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk membina PNS yang telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri pada masa yang akan datang. Selain hal tersebut di atas, bagi PNS yang dijatuhi hukuman disiplin diberikan hak untuk membela diri melalui upaya administratif, sehingga dapat dihindari terjadinya kesewenang-wenangan dalampenjatuhan hukuman disiplin. Disiplin kerja pada hakekatnya adalah menumbuhkan kesadaran bagi para pekerja untuk melakukan tugas yang telah dibebankan, dimana pembentukannya tidak timbul dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk melalui pendidikan formal dan informal, serta motivasi yang ada pada setiap aparatur harus dikembangkan dengan baik. Dengan demikian semakin tingginya disiplin kerja pegawai yang didukung oleh keahlian, upah atau gaji yang layak, maka akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas dari instansi itu sendiri (Harlie, 2010). Kerangka Pemikiran Pengaruh Kepuasan Kompensasi terhadap Kinerja Aparatur Kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai bentuk balas jasa· atas pekerjaan yang dilakukan. Bentuk kompensasi tersebut adalah: reward; imbalan seperti uang pesangon, pensiun, uang liburan, dan tunjangan karyawan; uang lembur; promosi jabatan; tunjangan proteksi seperti asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, dll. Galung (2009) menemukan bahwa bahwa kepuasan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hairul (2010) juga menemukan hal yang sama bahwa kepuasan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja aparatur. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Faktor disiplin merupakan faktor yang menentukan bagi kinerja sebuah organisasi. Tanpa disiplin karyawan yang baik,sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin kerja yang baik akan sangat berpengaruh kepada kinerja pegawai Harlie (2010) menemukan bahwa disiplin kierja berpengaruh positif terhadap kinerja aparatur. Aparatur yang menegakkan disiplin kerja yang baik akan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Sehingga tujuan dari organisasi akan tercapai. Selanjutnya Wahyuningrum (2008) juga menemukan bahwa disiplin kerja berpengaruh terhadap
10
ALFI MAWADDAH, DARWANIS, DAN SYUKRIY ABDULLAH
kinerja. Suzanto dan Agus (2013) juga menemukan bahwa disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja aparatur. Hipotesis Penelitian Berdasarkan skema kerangka pemikiran tersebut, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini yaitu Kepuasan kompensasi dan disiplin kerja secara bersama-sama maupun parsial berpengaruh terhadap kinerja aparatur pengelola keuangan pada Universitas Syiah Kuala. METODE PENELITIAN Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengelola bagian keuangan pada Fakultas, Program D3, Program Pasca Sarjana, Unit Kerja dan Kantor Pusat Administrasi yang ada di Universitas Syiah Kuala berjumlah 108 orang dengan responden penelitian terdiri 10 Bendahara Pengeluaran Pembantu dan 70 Staf Bendahara Pengeluaran Pembantu dan 13 orang Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai dan 15 orang pengelola keuangan pada bagian keuangan Kantor Pusat Administrasi Unsyiah. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diberikan langsung kepada responden yang dituju. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden, biasanya dalam alternatif jawaban yang cukup jelas (Sekaran, 2006:82). Operasionalisasi Variabel 1. Kepuasan Kompensasi (X1) Kepuasan kompensasi adalah tingkat kepuasan terhadap semua bentuk return baik finansial maupun non finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan (Harnanik, 2005). Kepuasan kompensasi diukur dengan indikator kompensasi finansial dan non finansial yang diukur dengan skala likert lima point. 2. Disiplin Kerja (X2) Disiplin kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenangnya yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001). Disiplin kerja diukur tingkat ketepatan waktu dan tingkat kepatuhan kepada
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
peraturan yang diukur dengan skala likert lima point. 3. Kinerja Aparatur (Y) Kinerja aparatur adalah hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan). Indikator dan alat ukur yang digunakan adalah tingkat kualitas hasil kerja, tingkat kuantitas hasil kerja, tingkat kemampuan kerja sama dan tingkat inisiatif (Wahyuningrum, 2008). Rancangan Pengujian Hipotesis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda (multiple regression analysis) yang merupakan suatu teknik untuk menjelaskan dan menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Lind, et al. 2011:120). Metode data yang digunakan data primer, untuk menganalisis data dapat dilakukan setelah melalui tahap pemilihan dan pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian dikuantitatifkan terlebih dahulu sehingga menghasilkan angka-angka yang selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package Social Science) versi 18.0. Model analisis regresi yang digunakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Y = α + β1X1+ β2X2 + ε Keterangan: Y α β1β2 X1 X2 ε
= Kinerja Aparatur = Konstanta = Koefisien Regresi = Kepuasan Kompensasi = Disiplin Kerja = error term
Uji validitas dilakukan untuk mengukur konsep tertentu yang ingindiukur atau apakah kita mengukur konsep yang tepat dan keandalan dengan stabilitas dan konsistensi pengukuran serta untuk menguji seberapa baik suatu instrumen yang dibuat (Sekaran dan Bougie, 2010). Teknik pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan tingkat signifikansi 5% untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabelbebas dengan variabel terikat dengan cara mengkorelasikan antara skor item pertanyaan terhadap skor total. Apabila nilai total Pearson Correlation > 0,3 atau probabilitas kurang dari 0,05 maka item tersebut valid (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasilpengukuran tetap konsisten, jika dilakukan
5, Nomor 1, Agustus 2016 DAN SYUKRIY ABDULLAH 11 Volume ALFI MAWADDAH, DARWANIS,
pengukuran dua kali atau lebih. Keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi instrumen untuk mengukur konsep dan membantu menilai ketepatan sebuah pengukuran (Sekaran dan Bougie, 2010). Uji ini dilakukanpada pernyataanpernyataan yang sudah valid. Uji reliabilitas ini menggunakan rumus Cronbach’s Alphapada masingmasing instrumen dengan bantuan program SPSS. Apabila Cronbach’s Alpha memiliki nilai lebih besar dari 0,60, maka pada umumnyareliabilitas yang nilai r kurang dari 0,6 dikatakan kurang reliabel, antara 0,6 sampai 0,8 adalah cukup reliabel, dan di atas 0,8 suatu instrument dikatakan baik (Sekaran dan Bougie, 2010). Dari hasil print out SPSS versi 18.akan dapat dilihat dari Corrected Item-Total Correlation. Jika nilai rhitung< dari rtabel, maka nomor item tersebut tidak valid, sebaliknya jika nilai rhitung> dari rtabel, maka nomor item tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.Bagi nomor item yang tidak valid, maka nomor item yang memiliki nilai rhitung yang paling kecil dikeluarkan. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden dari jenis kelamin dapat dijelaskan bahwa sebanyak 59 atau 54,6% berjenis kelamin laki-laki dan 49 atau 45,4% berjenis kelamin perempuan. Dilihat dari usia dapat dijelaskan bahwa sebanyak 1 atau 0,9% berusia 18-30 tahun, 45 atau 41,7% berusia 31-40 tahun, 49 atau 45,4% berusia 41-50 tahun dan 13 atau 12% berusia lebih dari 50 tahun. Berdasarkan pendidikan terakhir dapat dijelaskan bahwa sebanyak 18 atau 16,7% SMU, 18 atau 16,7% D3, 50 atau 46,3% Sarjana dan 22 atau 20,4% Pasca Sarjana atau Doktor. Dari masa kerja dapat dijelaskan bahwa sebanyak 1 atau 0,9% sampai dengan 5 tahun, 37 atau 34,3% 6-10 tahun, 29 atau 26,9% S11-15 tahun dan 41 atau 38% lebih dari 15 tahun. Berdasarkan golongan kepangkatan dapat dijelaskan bahwa sebanyak 19 atau 17,6% golongan II, 84 atau 77,8% golongan III dan 5 atau 4,6% golongan IV. Dari latar belakang pendidikan dapat dijelaskan bahwa sebanyak 14 atau 13% berpendidikan akuntansi dan 94 atau 87% berpendidikan selain akuntansi. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berguna untuk memberikan gambaran atau deskripsi atas variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun variabel yang digunakan kepuasan kompensasi dan disiplin kerja sebagai variabel bebas (X) serta kinerja aparatur sebagai variabel
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
terikat (Y). Tabel 4.2 menunjukkan nilai statistik deskriptif dari masing-masing variabel. Tabel 1 Statistik Deskriptif Min
Max
Mean
Std. Deviation
108 2,13
4,88
3,9019
,60943
Disiplin Kerja 108 2,00 Kinerja 108 1,80 Aparatur Valid N 108 (listwise)
5,00
3,9884
,68135
5,00
4,0741
,68062
N Kepuasan Kompensasi
Nilai N menunjukkan jumlah data sebanyak 108 data. Nilai minimum menunjukkan nilai terendah atau terkecil dari deretan data dalam suatu variabel. Nilai minimum untuk variabel kepuasan kompensasi adalah sebesar 2,13, variabel disiplin kerja sebesar 2,00, dan variabel kinerja aparatur sebesar 1,80. Nilai maksimum menunjukkan nilai tertinggi atau terbesar dari deretan data dalam suatu variabel. Nilai maksimum untuk variabel kepuasan kompensasi adalah sebesar 4,88, variabel disiplin kerja sebesar 5,00, dan variabel kinerja aparatur sebesar 5,00. Nilai mean menunjukkan nilai rata-rata data dalam suatu variabel. Nilai mean untuk variabel kepuasan kompensasi adalah sebesar 3,90, variabel disiplin kerja sebesar 3,99 dan variabel kinerja aparatur sebesar 4,07. Nilai standartd deviation menunjukkan nilai dispersi atau tingkat penyebaran rata-rata data dalam suatu variabel. Nilai standar deviasi untuk variabel kepuasan kompensasi adalah sebesar 0,609, variabel displin kerja sebesar 0,681 dan variabel kinerja aparatur sebesar 0,680. Tabel. 2 Jawaban Responden terhadap Kepuasan Kompensasi RataPilihan Jawaban Pernyataan rata 1 2 3 4 5 1 6 14 77 11 3,86 2 8 12 54 34 4,10 3 5 22 54 27 3,96 4 10 7 56 35 4,07 5 4 8 22 47 27 3,79 6 4 28 11 40 25 3,50 7 4 4 8 67 25 3,97 8 4 4 7 68 25 3,98 Rata-rata 3,90 Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa untuk pernyataan pertama, tempat saudara bekerja struktur sistem penggajian dengan penggolongan yang jelas untuk setiap tingkatan kepangkatan pegawai sangat penting
11
12
ALFI MAWADDAH, DARWANIS, DAN SYUKRIY ABDULLAH
memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,86. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kedua, Panduan umum untuk membuat kebijaksanaan gaji yang adil dan anggaran yang layak dilakukan ditempat saudara bekerja memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,10. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan ketiga, pembayaran gaji tepat waktu sangat penting dalam memotivasi kinerja saudara memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,96. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan keempat, Insentif yang saudara terima diberikan harus sesuai dengan tanggung jawab dan beban kerja saudara memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,07. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kelima, Saudara berharap agar pimpinan dapat memperhatikan kompensasi (honorarium) yang memadai bagi pengelola keuangan memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,79 Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan keenam, Kompensasi yang sesuai dengan beban dan tanggungjawab saudara dapat memberikan kepuasan agar dapat bekerja lebih baik memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,50 Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Tabel. 3 Jawaban Responden terhadap Disiplin Kerja Pernyataan
1
Pilihan Jawaban 2 3 4
1
5
10
2
5
11
3
5
Rata-rata
7
32
54
4,11
6
32
54
4,10
33
45
30
3,97
4
1
32
46
29
3,94
5
1
32
45
30
3,95
6
1
32
46
29
3,94
7
1
33
45
29
3,93
8
1
32
46
29
3,94
Rata-rata
3,99
Pernyataan ketujuh, Saudara diberikan kesempatan oleh atasan untuk melanjutkan studi memperoleh nilai ratarata sebesar 3,97 Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kedelapan, Saudara diberikan kesempatan oleh atasan saudara untuk mengikuti pelatihan dan bimbingan teknis terhadap pekerjaan saudara memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,98 Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Untuk seluruh item pernyataan kepuasan kompensasi memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,90 untuk seluruh item pernyataan kepuasan kompensasi masuk dalam kategori baik.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Berdasarkan Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa untuk pernyataan pertama, saudara selalu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan pimpinan tepat pada waktunya memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,11. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kedua saudara selalu menyelesaikan pekerjaan dengan penuh tanggungjawab memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,10. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan ketiga, banyaknya saudara bersedia menerima sanksi apabila tidak menyelesaikan tugas tepat pada waktunya memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,97. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kempat, saudara selalu menjaga sikap yang baik di dalam lingkungan pekerjaan memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,94. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kelima, saudara harus selalu mematuhi perintah pimpinan memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,95. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan keenam, saudara mengetahui sepenuhnya peraturan yang ditetapkan unit kerja memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,94. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan ketujuh, saudara dituntun untuk melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur/peraturan yang ditetapkan oleh unit kerja memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,93. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kedelapan, peraturan tersebut mempermudah dan membantu Saudara dalam mengerjakan pekerjaan memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,94. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Untuk seluruh item pernyataan disiplin kerja memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,99. Untuk seluruh item pernyataan disiplin kerja masuk dalam kategori baik. Berdasarkan Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa untuk pernyataan pertama, tugas yang saudara kerjakan sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab yang diberikan oleh atasan memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,75. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kedua Pekerjaan saudara dalam pengelolaan keuangan dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan aturan yang telah ditetapkan memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,10. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut.
13 Volume ALFI MAWADDAH, DARWANIS, 5, Nomor 1, Agustus 2016 DAN SYUKRIY ABDULLAH
Tabel. 4 Jawaban Responden terhadap KinerjaAparatur Pilihan Jawaban Pern Ratayataan rata 1 2 3 4 5 1 3 11 26 38 30 3,75 2 5 11 6 32 54 4,10 3 1 9 1 74 23 4,01 4 7 61 40 4,24 5 3 1 68 36 4,27 Rata-rata 4,07 Pernyataan ketiga, pekerjaan yang saudara kerjakan dalam mengelola keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan selama satu periode tertentu memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,01. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan keempat, saudara mempunyai pemahaman tentang akuntansi dan mampu bekerja sama dengan pegawai yang lainnya dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan oleh atasan memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,24. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Pernyataan kelima, proses pencairan dana harus dapat dilaksanakan secara cepat dantepat memperoleh nilai ratarata sebesar 4,27. Hal ini menunjukkan bahwa responden menjawab setuju pada pernyataaan tersebut. Untuk seluruh item pernyataan kinerja aparatur memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,07. Untuk seluruh item pernyataan kinerja aparatur masuk dalam kategori baik. Hasil Pengujian Instrumen Hasil Uji Validitas Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa variabel kepuasan kompensasi, disiplin kerja dan kinerja aparatur memperoleh nilai rhitung lebih besar dari 0,300. Hal ini menunjukkan bahwa semua varabel dinyatakan valid dan dapat dilakukan proses selanjutnya. Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa variabel kepuasan kompensasi, disiplin kerja, dan kinerja aparatur memperoleh nila alpha diantara lebih besar dari 0.800. Dengan demikian pengukuran reliabilitas terhadap semua variabel penelitian menunjukkan pengukuran keandalan memenuhi kredibilitas Cronbach Alpha.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 13
Tabel 5 Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kompensasi (X1)
Disiplin Kerja (X2)
Kinerja Aparatur (Y)
Item K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Rhitung
Rtabel
Ket
0,596 0,554 0,625 0,465 0,739 0,741 0,813 0,811 0,485 0,483 0,876 0,904 0,893 0,904 0,902 0,904 0,826 0,890 0,874 0,685 0,417
0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas No 1 2 3
Variabel Kepuasan Kompensasi (X1) Disiplin Kerja (X2) Kinerja Aparatur (X3)
item
Cronbach Kehandalan Alpha
8
0,822
Handal
8
0,889
Handal
5
0,806
Handal
Hasil Pengujian Hipotesis Berdasarkan Tabel 7 dapat ditulis persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y= 1,184+0,415X1+0,319X2+ɛ Berdasarkan persamaan tersebut diketahui konstanta sebesar 1,184 bermakna bahwa jika variabel kepuasan kompensasi dan disiplin kerja dianggap konstan, maka besarnya nilai yang diperoleh dari variabel kinerja aparatur adalah sebesar 1,184.
14
ALFI MAWADDAH, DARWANIS, DAN SYUKRIY ABDULLAH
Model
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 7 Hasil Pengujian Hipotesis Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1,184 ,430 ,415 ,094 ,371
(Constant) 1 Kepuasan Kompensasi Disiplin Kerja ,319 ,084 a. Dependent Variable: Kinerja Aparatur
Hasil Pengujian Pengaruh Kepuasan Kompensasi terhadap Kinerja Aparatur Pengujian hipotesis kedua, yaitu pengaruh kepuasan kompensasi terhadap kinerja apaartur dilakukan dengan melihat koefisien regresi (β1). Berdasarkan Tabel 7, koefisien regresi (β1) untuk variabel kepuasan kompensasi (X1) sebesar 0,415, dimana β1 ≠ 0. Hasil pengujian ini menerima hipotesis alternatif bahwa kepuasan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja aparatur atau menolak hipotesis nol (Ho). Koefisien regresi (β1) kepuasan kompensasi (X1) sebesar 0,415. Artinya setiap 1 satuan perubahan dalam variabel kepuasan kompensasi akan meningkatkan kinerja aparatur sebesar 0,415 dalam satuan skala interval dengan asumsi variabel disiplin kerja (X2) dianggap konstan. Hasil Pengujian Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Aparatur Pengujian hipotesis ketiga, yaitu pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja aparatur dilakukan dengan analisis regresi liner berganda dengan bantuan SPSS. Untuk menguji pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja aparatur dilakukan dengan melihat koefisien regresi (β2). Berdasarkan Tabel 7, koefisien regresi (β2) disipin kerja sebesar 0,319, dimana β2 ≠ 0. Hasil pengujian menerima hipotesis alternatif yaitu disipilin kerja berpengaruh terhadap kinerja aparatur atau menolak hipotesis nol (H0). Koefisien regresi (β2) disipin kerja (X2) sebesar 0,319. Artinya setiap 1 satuan perubahan dalam variabel disiplin kerja akan meningkatkan kinerja aparatur sebesar 0,319 dalam satuan skala interval dengan asumsi variabel kepuasan kompensasi (X1) dianggap konstan. Pengaruh Kepuasan Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Aparatur Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kepuasan kompensasi dan disiplin kerja terhadap kinerja aparatur pengelola keuangan pada Universitas Syiah Kuala.
,319
t 2,753 4,389
Sig. ,007 ,000
3,775
,000
Berdasarkan hasil pengujian. nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,551 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 55,1%. Artinya variabel independen, yaitu kepuasan kompensasi dan disiplin kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan kinerja aparatur. Nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,304. Hal ini berarti sebesar 30,4% kinerja aparatur dipengaruhi oleh kepuasan kompensasi dan disiplin kerja, sedangkan sisanya 69,6% dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel lain yang diduga mempengaruhi kinerja aparatur adalah motivasi dan budaya organisasi. Pengaruh Kepuasan Kompensasi terhadap Kinerja Aparatur Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua yaitu kepuasan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja aparatur. Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima oleh seseorang sebagai imbalan atas pekerjaan yang mereka lakukan. Menurut Sedarmayanti (2007:239 Kepuasan kompensasi adalah kepuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterima dari tempat kerja mereka sebagai balas jasa atas kerja mereka (Mitchel dan Harold,1993 dalam Djati dan Khusaini, 2003). Pemberian kompensasi secara umum bertujuan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan dan menjamin terciptanya keadilan baik keadilan internal maupun keadilan eksternal. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hairul (2011) dan Galung (2009) yang menemukan bahwa kepuasan kompensasi berpengarh terhadap kinerja. Semakin meningkat kepuasana pegawai terhadap kompensasi yang diterimanya, akan memotivasi pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Pengaruh Disipin Kerja terhadap Kinerja Aparatur Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga yaitu disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja aparatur. Disiplin kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap
15
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 ALFI MAWADDAH, DARWANIS, DAN SYUKRIY ABDULLAH
peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenangnya yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001:291) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningrun (2008), Harlie (2010), Suzanto dan Agus (2013) yang menemukan bahwa disiplin kerja berpengaruh terhdap kinerja aparatur. Semakin baik ingkat disiplin kerja aparatur, semakin baik kinerja aparatur dalam mencapai tujuan-tujuan dari organisasi.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Hasil penelitian ini dapat menambah literatur akuntansi manajemen khusunya terkait dengan kinerja. KETERBATASAN
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya aparatur pengelola keuangan, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisir pada aparatur yang tidak sebagai pengelola keuangan DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Kepuasan kompensasi dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja aparatur. Kepuasan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja aparatur. Disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja aparatur. SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka diajukan saran-saran sebagai berikut: Saran Praktis Disiplin kerja dan kompensasi hendaknya dijadikan focus dalam program peningkatan kinerja peawai pengelola keuangan Universitas Syiah Kuala Dalam menegakkan disiplin kerja hendaknya Universitas Syiah Kuala dapat berlaku adil terhadap semua pegawai Untuk menjaga disiplin pegawai hendaknya Universitas Syiah Kuala dapat melakukan penegakan disiplin kerja terhadap pegawai yang melangar peraturan kerja Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi manajemen Universitas Syiah Kuala dalam merumuskan kebijakan untuk meningkatkan kinerja aparatur dilingkungan Universitas Syiah Kuala dengan mempertimbangkan kepuasan kompensasi yang diterima oleh aparatur dan disiplin kerja yang baik Saran Akademis Penelitian ini hanya menggunakan variabel kepuasan kompensasi dan disiplin kerja, diduga masih ada variabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja aparatur seperti motivasi dan budaya organisasi.
Anthony, R. N & Govindarajan, V. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. Jakarta:Salemba Empat. Bastian, I. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Byars & Rue, 2000, Human Resources Management, Fifth Edition. New York: McGraw- Hill, Inc. Dessler, Garry, 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia, jilid 2. Phenhallindo: Jakarta. Djati, P & Khusaini. 2003. Kajian terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen Organisasi, dan Prestasi Kerja, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.5, No.1:25-41. Galung. 2009. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Kepuasan Kompensasi terhadap Kinerja Auditor BPK-RI Perwakilan Provinsi Aceh. Tesis. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Hairul. 2011. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kepuasan Kompensasi terhadap Kinerja Aparatur dalam Pengelolaan Keuangan (studi pada UniversitasSyiah Kuala). Tesis. Banda Aceh: UniversitasSyiah Kuala. Handoko,T. 1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua, Cetakan Kedua. Jogjakarta: BPFE Harlie, M. 2010. Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Pengembangan Karier terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Pemerintah Kabupaten Tabalong di Tanjung Kalimantan Selatan. Jurnal Manajemen dan Akuntansi.Vol.III (2): 117-124.
15
16
ALFI MAWADDAH, DARWANIS, DAN SYUKRIY ABDULLAH
Harnanik. 2005. Analisis Hubungan Kepuasan dan KemajuanKarir, Kepuasanatas Beban Kerja, Kepuasan Atas Kelas dan Kepuasan atas Supervisi dengan Kepuasan Kompensasi. EKOBIS. Vol.6, No. 2:153-165. Hasibuan, M. S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara. Irawan, P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: STIA– LAN Press. Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi.Edisi Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Andi. Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. ----------------, A. A. Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mathis, R.L & Jackson J.H. 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku I Salemba Empat, Jakarta. Martoyo, S. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Mondy, R. W & Robert, M. N. 1993. Human Resource Management. Massachusetts: Allyn and Bacon. Purnomo, D. 2003. Hubungan Pelatihan dengan Pengalaman Kerja dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Perancang Peraturan Perundang-undangan pada Ditjen Peraturan Perundang-Undangan. Tesis. Jakarta: UniversitasIndonesia. Republik Indonesia. Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara -------------------------, 2013. Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2013 tentang Remunerasi/Tunjangan Kinerja --------------------------, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 107 tentang Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. --------------------------, 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 53 tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil. Rivai, V. 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta: Grafindo Sastrohadiwiryo, S. 2001. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Pendekatan Administratif dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Operasional. Bandung: PT. BumiAksara. Schuler, R.S & Jackson, S.E.. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia: menghadapi Abad Ke-21. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sedarmayati. 2007. Sumber Daya Manusia, Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju. Sekaran, U. 2006. Research Methods for Business, Edisi 4 buku 1, Terjemahan Yon, Kwan. Jakarta: Salemba Empat. ---------, U. 2006. Research Methods for Business, Edisi 4 buku 2, Terjemahan Yon, Kwan. Jakarta: Salemba Empat Setyawan, S. D. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kuanitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung Suzanto, B & Agus, M. Pengaruh Budaya Organisasional, Disiplin Kerja, dan Motivasi terhadap Kinerja Aparat Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung. Jurnal Ekonomi, Bisnis & Enterpreneurship. Vol.7(1):2019. Unaradjan, D. 2003. Manajemen Disiplin. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Wahyuningrum. 2008. Hubungan Kemampuan, Kepuasan dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Pegawai di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. http://eprints.undip.ac.id/17648/1/WAHYUNINGR UM.pdf diakses pada tanggal 15 Oktober 2013
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 17-28
PENGARUH SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi pada Lembaga Keuangan Mikro Di Banda Aceh) RAHMAH YULIANTI1, KHAIRUNA2 1,2
Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh (
[email protected];
[email protected]) Hp. 085260022613; 08126904447
The purpose of this study was to find whether the management accounting system affect the managerial performance of microfinance institutions (MFIs) in Banda Aceh. Management accounting systems have an indicator that Broad Scope, Timeliness, Aggregafion, dan Integration. While managerial performance indicators that have staffing, planning, supervising, representing, investigating, coordinating, negotiating, dan evaluating. The population in this study is MFI managers in Banda Aceh. Selection of the sample using census techniques and criteria in order to obtain 13 MFIs. Analysis of the data used is the linear regression analysis using SPSS. Data obtained from the distribution of questionnaires to respondents who are managers, which consists of general manager, operations manager, manager of credit / financing and unit manager. The results of this study found the accounting system management significantly influence the performance of managers in microfinance institutions (MFIs) in Banda Aceh. The results also showed that the value of R Square of 0.571 explaining that in this regression model accounting systems management capabilities in explaining the performance of managers of 57.1% and the remaining 42.9% is explained by other variables. The results of the regression equation in this study amounted to 84%. Results of regression coefficient of 84.9%. As for testing the hypothesis (t> t table) then the t test results in this study amounted to (3.825> 1.770) with a significant 0.00, this result states that management accounting systems have a significant effect on the performance manjer on Micro Finance Institutions (MFIs) in Kota Banda Aceh. Keywords : Management Accounting System, Managerial Performance, Microfinance Institutions (MFIs)
PENDAHULUAN Keberhasilan manajer suatu perusahaan akan ditentukan dari hasil kinerja manajerialnya, yaitu kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui sejauhmana tingkat pencapaian fungsi-fungsi manajemen mulai proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan pertanggungjawaban, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh seorang manajer. Lembaga Keuangan Mikro yang disingkat dengan nama LKM sebagai suatu organisasi yang kegiatan usahanya adalah upaya penyedia jasa keuangan, terutama simpanan dan kredit serta jasa
keuangan lainnya yang diperuntukkan pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha (Lincon,2008:23). LKM berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan berbagai jasa pinjaman, baik untuk kegiatan produksi yang dilakukan usaha mikro maupun untuk kegiatan konsumtif keluarga masyarakat miskin. Sebagai lembaga simpanan, LKM dapat menghimpun dana yang dijadikan persyarat bagi adanya kredit walaupun pada akhirnya sering kali jumlah kredit yang diberikan lebih besar dari dana
18
RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA
yang berhasil di himpun (Lincon,2008:23). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang LKM, LKM bertujuan untuk: a). meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat; b). membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas masyarakat; dan c). membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat; terutama masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah. Untuk mewujudkan keberhasilan LKM tidak lepas dari tanggung jawab manajer/pengurus atau orangorang yang ada dalam LKM tersebut. Segala kegiatan yang dilakukan oleh mereka harus bertujuan untuk kemajuan LKM. Manajemen mengharuskan secara terus menerus mengikuti perubahan yang terjadi, mengingat perkembangan di sektor lembaga keuangan semakin pesat dan kompetitif dalam persaingan, sehingga LKM ini dapat berkembang dalam lingkungan bisnis yang selalu berubah dengan cepat. Dalam hal ini manajemen harus mempunyai suatu alat untuk dapat membantu dalam perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, kordinasi dan pengawasan, yaitu melalui penilaian kinerja manajerial. (Hall, 2004). LKM di Kota Banda Aceh sebagai salah satu lembaga jasa keuangan mempunyai kegiatan pokok menerima simpanan dan menyalurkan kredit berupa kredit mikro kepada pengusaha mikro, kecil dan masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya. Aktivitas LKM ini sudah dikenal oleh masyarakat Banda Aceh sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha mikro di Banda Aceh dan sekitarnya. Perkembangannya menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Fenomena atau permasalahan yang terjadi dibalik peranannya yang strategis dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan, bahwa ternyata masih banyak LKM di Kota Banda Aceh belum berkembang dengan baik. Artinya manajer dari LKM tersebut belum mampu melaksanakan atau menjalankan fungsi dan peranan manajerialnya secara optimal. Data di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak LKM di Kota Banda Aceh mengalami pengembalian kredit tidak berjalan dengan lancar atau macet sehingga kegiatan operasional lembaga keungan tersebut macet atau tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Berikut ini beberapa LKM yang mengalami kredit macet dalam waktu tiga tahun terakhir. Untuk dapat meningkatkan kinerja manajeral lembaga keuangan tersebut, maka pihak manajer/pengurus LKM Banda Aceh berkewajiban mengoptimalkan peranan dan fungsi sistem akuntansi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
manajemen, karena faktor penyebab rendah kinerja manajerial LKM Banda Aceh diantaranya diprediksi disebabkan kurang berfungsinya sistem akuntansi manajemen sehingga manajemen tidak memiliki informasi dalam memprediksi konsekuensi yang terjadi atas berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan pada berbagai aktivitas seperti perencanaan, pengawasan dan pengambilan keputusan (Dwirandra, 2007). Dengan sistem akuntansi manajemen akan menghasilkan informasi untuk membantu peran manajer dalam perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, pemecahan masalah, pengawasan dan pengambilan keputusan. Salah satu fungsi sistem akuntansi manajemen adalah sebagai sumber informasi penting untuk membantu manajer mengendalikan aktivitasnya serta mengurangi ketidakpastian guna mencapai tujuan. LANDASAN TEORI Pengertian Kinerja Manajerial dan Sistem Akuntansi Manajemen Keberhasilan manajer perusahaan dalam mecapai tujuan sangat ditentukan dari hasil kinerja manajerialnya, yaitu kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian fungsifungsi manajemen mulai proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan pertanggung jawaban, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh seorang manajer. Menurut Rivai dan Basri (2005:14) bahwa kinerja manajerial merupakan ukuran seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Riyadi (2000) dalam Muslimin (2007:451) mendefinisikan kinerja manajerial sebagai kinerja manajer dalam kegiatankegiatan manajerial yang meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, dan perwakilan atau representasi. Selain itu, Weihrich dan Koontz (2005:27) mendefinisikan kinerja manajerial sebagai kinerja manajer dalam mengerti dan memahami fungsi manajer dalam mencapai sasaran kinerjanya, yang diukur dari dari kebehasilan manajer tersebut menjalankan aktivitas manajerialnya mulai dari : planing, organizing, stafing, leading dan controlling guna mencapai tujuan perusahaan. Penilaian Kinerja Manajerial Untuk mengetahui kinerja manajerial suatu organisasi adalah melalui proses evaluasi kinerja atau
5, Nomor 1, Agustus 2016 19 Volume RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA
penilaian kinerja, yaitu penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personilnya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Mulyadi (2000:419) penilaian kinerja manajerial adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan perannya didalam organisasi, karena pada dasarnya organisasi dioperasikan oleh sumber daya manusia, kinerja manajerial sebagai kemampuan manajer melaksanakan proses aktivitas manajerial secara efektif dan efisien yang meliputi aktivitas mulai dara Perencanaan (Planning), Investigasi (Investigating), Pengkoordinasian (Coordinating), Evaluasi (Evaluation), Pengawasan (Monitoring, Pengaturan Staf (Staffing), Negosiasi (Negotiating), Perwakilan (Representating). Kinerja manajerial dapat digambarkan sebagai fungsi respon individu terhadap kinerja yang diharapkan organisasi yang mencakup rencana kerja, proses kerja, proses pemberdayaan serta sesuatu dari individu itu sendiri . Seorang manajer diharapkan mampu menghasilkan kinerja manajerial yang berbeda dengan kinerja karyawan. Pada umumnya kinerja manajer bersifat abstrak dan komplek, sedangkan kinerja karyawan bersifat konkrit. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengarahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada dalam daerah wewenangnya. Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen. Hasil penelitian Chenhall dan Morris (1986), dalam Herdiansyah (2012:25), menemukan bukti empiris mengenai karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen yang bermanfaat yaitu broadscope, timeliness, aggregation, dan integration. Penelitian gul (1991), dan Agbejule (2005), dalam Herdiansyah (2012) bahwa keempat karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen tersebut diinteraksikan dengan perceived environmental uncertainty yang mempengaruhi kinerja manajerial. Chenhall dan Morris dalam Herdiansyah (2012:25) mengidentifikasi empat karakteristik informasi SAM yaitu sebagai berikut : 1. Broad scope Didalam sistem informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope adalah informasi yang memperhatikan focus, kuantifikasi, dan time horizon. Sistem akuntansi manajemen tradisionil memberikan informasi yang terfokus pada peristiwa-peristiwa dalam organisasi, yang
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dikualifikasikan dalam ukuran moneter, dan yang berhubungan dengan data historis, sedangkan lingkup akuntansi manajemen yang luas memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkup ekternal yang mungkin bersifat ekonomi seperti total penjualan pasar, dan pangsa pasar suatu industri, atau mungkin yang bersifat non ekonomi sepeti cita rasa konsumen, faktor demokrafi, tindakan pesaing dan perkembangan teknologi. Lingkup akuntansi manajemn yang luas mencakup ukuran non keuangan terhadap lingkungan karakteristik ekternal (Hansen dan Mowen, 2004). Disamping itu, lingkup sistem akuntansi manajemen yang luas akan memberikan estimasi tentang kemungkinan terjadinya peristiwa dimasa yang akan datang dalam ukuran probabilitas. 2. Timeliness. Timeliness menyatakan ketepatan waktu dalam memperoleh informasi mengenai suatu kejadian. Kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat atas suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh timeliness sistem akuntansi manajemn. Informasi yang timeliness meningkatkan fasilitas sistem akuntansi manajemen untuk melaporkan peristiwa paling akhir dan untuk memberikan umpan balik secara cepat terhadap keputusan yang telah dibuat. Dimensi timeliness mempunyai dua subdimensi yaitu frekuensi pelaporan dan kecepatan membuat laporan. 3. Aggregafion . Sistem akuntansi manajemen memberikan dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga berbagai aggregasi berdasarkan periode waktu atau area tertentu seperti pusat pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada berbgai format yang konsisten dengan model keputusan formal seperti analisa arus kas, yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan liner programming untuk penerapan anggaran , analisa biaya-volumelaba dan model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir agregasi informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya departemen produksi, daan informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal. Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas tetapi tetap mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi
19
20
RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA
itu sendiri. Dimensi aggregate merupakan ringkasan informasi menurut fungsi, periode waktu, dan model keputusan. 4. Integration. Aspek pengendalian suatu organisasi yang penting adalah koordinasi berbagai segmen dalam sub-sub organisasi. Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang membantu koordinasi mencakup spesifikasi target yang menunjukkan pengaruh interaksi segmen dan informasi mengenai pengaruh keputusan pada operasi seluruh subunit organisasi. Informasi yang mencerminkan kompleksitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dan bagian lain. Informasi terintegrasi mencerminkan adanya koordinasi antara segmen subunit satu dan lainnya dalam organisasi. Informasi akuntansi manajemen merupakan dasar untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam meningkatkan kinerjanya dan melaksanakan rencana mereka yang dituangkan dalam rencana kerja mereka masingmasing. Kesesuaian antara informasi dengan kebutuhan pembuatan keputusan akan meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Semua level manajer dalam meningkatkan kinerjanya harus mengetahui dan memahami bahwa sistem akuntansi manajemen akan menghasilkan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan, baik dalam organisasi bisnis maupun non bisnis. Sejalan dengan itu, Hansen dan Mowen (2004:25) menyatakan bahwa pada dasarnya informasi akuntansi manajemen membantu meningktakan kinerja manajer melalui perannya dalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan, dan dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen membantu mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Menurut Gorrison, Noreen, dkk (2006:37) berpendapat bahwa akuntansi manajerial membantu para manajer untuk memenuhi tanggungjawab/kinerjanya yang meliputi perencanaan, pengarahan dan pemberian motivasi, pengendalian. Nazaruddin (1998) dalam Marzuki (2011:42) menyatakan bahwa karakteristik sistem imformasi akuntansi manajemen yang handal (memiliki sifat broad scope, timelines, agregation, dan integration) akan dapat meningkatkan kinerja manjerial. Disamping itu, beberapa hasil penelitian, diantaranya Marina (2009) dan Solechan dan Setiawati (2009) menyimpulkan bahwa informasi akuntansi manajemen yang handal akan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
mempengaruhi secara positif dan signifikan kinerja seorang manajer. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa informasi sistem akuntansi manajemen mempengaruhi kinerja manajerial, karena dengan sistem akuntansi manajemen akan dapat mengevaluasi kinerja seorang manajer yaitu sejauh mana fungsi manajemen telah dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, pertanggungjawaban dan pengendalian. Dengan sistem akuntansi manajemen dapat membantu manajer mengidentiifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah sehingga kinerja dan beban tugas manajer dapat diselesaikan dengan baik guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan sektor lembaga yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi negara dimana dengan memberdayakannya secara efektif dapat menanggulangi masalah pokok dewasa ini yaitu: kemiskinan, pengangguran, dan penciptaan lapangan kerja (Ali, 2008: 5). Hal ini menurut Ali bukan hanya karena secara teoritis LKM memiliki keunggulan tetapi di atas itu semua, LKM memang pantas untuk diandalkan antara lain karena ketangguhan dan kelenturannya dalam merespon perubahan pasar. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik formal, semi formal, maupun informal adalah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan jasa keuangan untuk pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah (Krisnamurthi, 2002). Lembaga Keuangan Mikro mempunyai karakter khusus yang seusai dengan konstituennya, seperti : 1) Terdiri dari berbagai bentuk pelayanan keuangan, terutama simpanan dan pinjaman; 2) Diarahkan untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah; dan 3) Menggunakan sistem serta prosedur yang sederhana (Chotim dan Handayani, 2001). Informasi akuntansi manajemen merupakan dasar untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam meningkatkan kinerjanya dan melaksanakan rencana mereka yang dituangkan dalam rencana kerja mereka masingmasing. Kesesuaian antara informasi dengan kebutuhan pembuatan keputusan akan meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Semua level manajer dalam meningkatkan kinerjanya harus mengetahui dan memahami bahwa sistem akuntansi manajemen akan menghasilkan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan, baik dalam organisasi bisnis maupun non bisnis. Sejalan dengan itu, Hansen dan Mowen (2004:25)
21 Volume RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA 5, Nomor 1, Agustus 2016
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
menyatakan bahwa pada dasarnya informasi akuntansi manajemen membantu meningktakan kinerja manajer melalui perannya dalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan, dan dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen membantu mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Menurut Gorrison,Noreen,dkk (2006:37) berpendapat bahwa akuntansi manajerial membantu para manajer untuk memenuhi tanggungjawab/kinerjanya yang meliputi perencanaan, pengarahan dan pemberian motivasi, pengendalian. Nazaruddin (1998) dalam Marzuki (2011:42) menyatakan bahwa karakteristik sistem imformasi akuntansi manajemen yang handal (memiliki sifat broad scope, timelines, agregation, dan integration) akan dapat meningkatkan kinerja manjerial. Disamping itu, beberapa hasil penelitian, diantaranya Marina (2009) dan Solechan dan Setiawati (2009) menyimpulkan bahwa informasi akuntansi manajemen yang handal akan mempengaruhi secara positif dan signifikan kinerja seorang manajer. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa informasi sistem akuntansi manajemen mempengaruhi kinerja manajerial, karena dengan sistem akuntansi manajemen akan dapat mengevaluasi kinerja seorang manajer yaitu sejauh mana fungsi manajemen telah dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, pertanggungjawaban dan pengendalian. Dengan sistem akuntansi manajemen dapat membantu manajer mengidentiifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah sehingga kinerja dan beban tugas manajer dapat diselesaikan dengan baik guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN
KINERJA MANAJERIAL
Hipotesis penelitian sebagai berikut : Sistem akuntansi Manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Kota Banda Aceh. Rancangan Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka dilakukan pengujian hipotesis. Untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang diajukan. Karena penelitian ini menggunakan metode sensus, maka tidak dilakukan uji signifikansi baik t-test untuk pengaruh secara parsial maupun Ftest untuk pengaruh secara bersama-sama.
Kesimpulan penelitian diambil langsung dari nilai koefesien regresi masing-masing variabel independen. Untuk menguji pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan hipotesis nol (H0) dan Hipotesis alternatif (Ha) H0 : β, = Sistem Akuntansi manajemen tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada Lembaga Keuangan Mikro. Ha : paling sedikit ada satu βi (i=1,2) ≠ 0; sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada Lembaga Keuangan Mikro. Jika β= 0; H0 diterima Ha : paling sedikit ada satu βi (i=1,2,3) ≠ 0; H0 ditolak Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajemen Informasi akuntansi manajemen merupakan dasar untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam meningkatkan kinerjanya dan melaksanakan rencana mereka yang dituangkan dalam rencana kerja mereka masingmasing. Kesesuaian antara informasi dengan kebutuhan pembuatan keputusan akan meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Semua level manajer dalam meningkatkan kinerjanya harus mengetahui dan memahami bahwa sistem akuntansi manajemen akan menghasilkan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan, baik dalam organisasi bisnis maupun non bisnis. Sejalan dengan itu, Hansen dan Mowen (2004:25) menyatakan bahwa pada dasarnya informasi akuntansi manajemen membantu meningktakan kinerja manajer melalui perannya dalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan, dan dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen membantu mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Menurut Gorrison,Noreen,dkk (2006:37) berpendapat bahwa akuntansi manajerial membantu para manajer untuk memenuhi tanggungjawab/kinerjanya yang meliputi perencanaan, pengarahan dan pemberian motivasi, pengendalian. Nazaruddin (1998) dalam Marzuki (2011:42) menyatakan bahwa karakteristik sistem imformasi akuntansi manajemen yang handal (memiliki sifat broad scope, timelines, agregation, dan integration) akan dapat meningkatkan kinerja manjerial. Disamping itu, beberapa hasil penelitian,
21
22
RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA
diantaranya Marina (2009) dan Solechan dan Setiawati (2009) menyimpulkan bahwa informasi akuntansi manajemen yang handal akan mempengaruhi secara positif dan signifikan kinerja seorang manajer. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa informasi sistem akuntansi manajemen mempengaruhi kinerja manajerial, karena dengan sistem akuntansi manajemen akan dapat mengevaluasi kinerja seorang manajer yaitu sejauh mana fungsi manajemen telah dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, pertanggungjawaban dan pengendalian. Dengan sistem akuntansi manajemen dapat membantu manajer mengidentiifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah sehingga kinerja dan beban tugas manajer dapat diselesaikan dengan baik guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Hubungan Peran Keuangan Mikro terhadap Perkembangan Ekonomi. Secara praktek, lembaga mikro dan kecil yang menjadi bagian dari LKM merupakan kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan daerah (BPS, 2012: 19). Lembaga mikro dan kecil sangat memberikan kontribusi dalam pembangunan di Indonesia. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala dalam rangka pemberdayaan lembaga mikro dan kecil di antaranya yang paling utama yaitu masalah permodalan. Indikator Perkembangan ekonomi suatu wilayah terdiri dari empat yaitu : Pendapatan nasional riil pendapatan riil perkapita, kesejahteraan penduduk, tenaga kerja dan pengangguran. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah manajer LKM di Kota Banda Aceh. Pemilihan sampel menggunakan tehnik sensus dan kriteria sehingga diperoleh 13 LKM. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear dengan program SPSS. Data diperoleh dari pembagian Kuisioner kepada responden yang merupakan manager, yang terdiri dari manager umum,manager operasional, manager kredit/pembiayaan dan manager unit. Data diolah dengan menggunakan program Statistik Package For social Science (SPSS) versi 20.0. Adapun bentuk matematisnya regresi linier berganda sebagai berikut: Y = α + βX1 + ε
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Keterangan: Y α β X1 Ε
= Kinerja Manajerial = Konstanta = Koefisien Regresi = Sistem Akuntansi Manajemen = Error term
Untuk menguji pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan hipotesis nol (H0) dan Hipotesis alternatif (Ha) H0 : β, = Sistem Akuntansi manajemen tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada Lembaga Keuangan Mikro. Ha : paling sedikit ada satu βi (i=1,2) ≠ 0; sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada Lembaga Keuangan Mikro. Jika β= 0; H0 diterima Ha : paling sedikit ada satu βi (i=1,2,3) ≠ 0; H0 ditolak HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk menguji apakah skala pengukuran yang dibuat dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas item, yaitu untuk mengetahui apakah item-item pernyataan yang dimuat dalam kuesioner penelitian valid atau tidak. Pengujian validitas kuesioner didasarkan pada perbandingan nilai r hitung dan nilai r tabel. Nilai r hitung dicari dengan mencari nilai korelasi antara skor alternatif pilihan jawaban responden pada item pernyataan tertentu dengan total skor item dalam variabel terkait. Selanjutnya nilai korelasi hitung (r hitung) tersebut dibandingkan dengan nilai kritis r product moment (r tabel), dengan ketentuan apabila nilai (r hitung > r tabel), maka item pernyataan dalam variabel tertentu dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai r hitung < r tabel, maka item pernyataan dalam variabel tertentu dinyatakan tidak valid. Variabel Kinerja Managerial terdiri dari 5 (Lima) item pernyataan dilambangkan dengan K1, K2 hingga K5. Nilai r hitung untuk item pernyataan pertama (K1) menunjukkan angka sebesar 0,554. Angka ini lebih besar dari nilai r tabel pada n = 13 menunjukkan angka sebesar 0,514. Karena nilai r hitung > r tabel (0,506> 0,514) maka item pernyataan K1 dinyatakan valid. Nilai r hitung untuk item pernyataan kedua (K2), hingga item pernyataan ke Lima (K5) juga lebih
23 Volume RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA 5, Nomor 1, Agustus 2016
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan demikian dapat diartikan seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan variabel kinerja manajerial
dinyatakan valid. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji validitas dapat dilihat Tabel 1
Tabel 1 Hasil Uji Validitas No
Variabel
1
Kinerja
2
Sistem Akuntansi Manajemen
Item Pernyataan
Nilai R Hitung
K1 K2 K3 K4 K5 SAM1 SAM2 SAM3 SAM4 SAM5
0,554 0,699 0,801 0,629 0,795 0,744 0,821 0,732 0,613 0,756
Nilai R Tabel (n=13) 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer (Diolah), 2016
Tabel 1, memperlihatkan bahwa variabel Kinerja Manager terdiri dari 5 (Lima) item pernyataan, dilambangkan dengan K1, K2 hingga K5. Item pernyataan pertama yang berhubungan dengan variabel Kinerja (dengan kode item K1) menunjukkan nilai r hitung sebesar sebesar 0,554. Nilai ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel (pada n =13) yang menunjukkan angka sebesar 0,514. Dengan demikian dapat diartikan bahwa item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Begitu juga halnya untuk item pernyataan K2, K3 sampai K5 juga menunjukkan nilai r hitung lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel yang berarti semua item pernyataan pada variabel Kinerja manajer dinyatakan valid. Dengan demikian dapat diartikan bahwa item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Hasil Uji Reliabilitas Untuk menguji kehandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas. Tolok ukur reliabilitas adalah nilai cronbach alpha yang diperoleh melalui perhitungan statistik. Menurut Malhotra (2005:268), nilai alpha minimum yang diperoleh sebagai syarat kehandalan kuesioner adalah sebesar 0,60. Hal ini berarti bahwa apabila nilai cronbach alpha dibawah 0,60 maka kuesioner belum memenuhi syarat kehandalan. Hasil pengujian reliabilitas kuesioner untuk keempat variabel penelitian memperlihatkan menunjukkan nilai cronbach alpha masing-masing sebesar 0,715 untuk variabel Kinerja managerial, sebesar 0,664 untuk variabel Sistem Akuntansi
Manajemen seperti terlihat dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai cronbach alpha masing-masing variabel penelitian lebih besar dari 0,60. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian telah memenuhi syarat kehandalan. Dengan kata lain, kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang diteliti dinilai sudah menunjukkan ketepatan, keakuratan, atau konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan gejala yang berhubungan dengan variabel terkait.
No 1 2
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Jmlh Nilai Variabel Item Alpha Kinerja Managerial Sistem Akuntansi Manajemen
5 5
0,715 0,664
Ktrng Handal Handal
Sumber: Data Primer (Diolah), 2016.
Hasil Uji Asumsi Klasik Penggunaan regresi linier berganda sebagai peralatan analisis data mengharuskan adanya uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas dan uji heteroskesdastisitas. Sedangkan uji autokorelasi tidak digunakan, karena umumnya kasus autokorelasi hanya terjadi pada data time series (runut waktu) (Nachrowi dan Usman, 2005:135).
23
24
RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA
Hasil Uji Normalitas Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi secara normal atau tidak. Analisis terhadap normalitas data dapat dilakukan dengan melihat grafik normal probability plotyang membandingkan distribusi kumulatif data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif data normal. suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila normal P-P Plot tidak menyimpang jauh dari garis diagonal (Umar, 2008:181). Hasil pengolahan data memperlihatkan normal probability plot seperti Gambar 1
Gambar 1 Normal P-P Plot Regression (Uji Normalitas) Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa garis yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal. Hasil Uji Heteroskedastisitas Terakhir uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas. Hal ini didukung oleh pendapat Nachrowi dan Hardius (2005:130) yang menyatakan heteroskesdastisitas akan terdeksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis. Hasil pengolahan data memperlihatkan grafik scatterplot seperti ditunjukkan dalam Gambar .2.
Gambar 2 Grafik Scatterplot Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa grafik scatter plot tidak memiliki pola yang sistematis, dan titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat diartikan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Persepsi Responden terhadap Sistem Akuntansi Manajemen. Sistem Akuntansi Manajemen dijabarkan kedalam 5 (lima) item pernyataan. Masing-masing pernyataan diberikan alternative pilihan jawaban dari sangat tidak setuju (dengan skor 1) sampai jawaban sangat setuju (dengan skor 5). Perbedaan jawaban respondent erhadap item pernyataan yang berhubungan dengan system akuntansi manajemen dapat dilihat dari
25 Volume RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA 5, Nomor 1, Agustus 2016
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 25
jawaban masing-masing responden. Pada umumnya responden Lembaga tersebut dipersepsikan sudah memiliki rasa puas yang relatif baik. Kalaupun ada diantara responden yang dipersepsikan memiliki Sistem Akuntansi manajemen kurang baik, hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan responden, yakni responden yang pada lembaran penilaian sistem akuntansi manajemen mereka diberikan pilihan jawaban kurang setuju atau pun tidak setuju. Persepsi Respondenterhadap Variabel Kinerja Managerial Kinerja manajerial dijabarkan kedalam 5 (lima) item pernyataan. Masing-masing pernyataan diberikan alternative pilihan jawaban dari sangat tidak setuju (dengan skor 1) sampai jawaban sangat setuju (dengan skor 5). Perbedaan jawaban responden terhadap item pernyataan yang berhubungan dengan kinerja manajerial dapat dilihat dari jawaban masing-masing responden. Pada umum manager LKM Kota Banda
Aceh memilih alternatif pilihan jawaban setuju terhadap seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan Kinerja manajerial. Kalau pun ada di antara mereka yang menyatakan tidak setuju atau pun kurang setuju hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan responden. Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja manajerial pada LKM Kota Banda Aceh. Nilai koefisien regresi pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial (Y) sebesar 0,840. Nilai koefisien regresi sebesar 0,840 menunjukkan bahwa koefisien regresi pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial tidak sama dengan nol (β≠0), dengan berdasarkan pengujian hipotesis, bahwa sistem akuntansi manajemen (X) berpengaruh terhadap kinerka manajerial (Y).
Tabel 3 Regresi Sederhana a Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B
1
Std. Error
(Constant)
.840
.918
X
.849
.222
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .756
.915
.380
3.825
.003
a. Dependent Variable: Y Sumber: Data Primer (Diolah), 2016.
Berdasarkan bagian output SPSS di atas maka persamaan regresi yang memperlihatkan kinerja manajerial LKM Kota Banda Acehsebagai fungsi dari hasil sistem akuntansi manajemen dapat diformulasikan dalam persamaan berikut. Y = 0,840 + 0,849X + e Persamaan di atas memperlihatkan nilai konstanta sebesar 0,840. Secara statistik dapat diartikan bahwa apabila variabel X (Sistem akuntansi manajemen) bernilai 1 (satu), maka variabel nilai Y (kinerja manajemen) akan bernilai 0,840. Angka 0 ini(skor pilihan jawaban sangat tidak setuju) pada satuan skala Likert yang bermakna bahwa kinerja manajerial termasuk katagori sangat tinggi. Dengan demikian nilai konstanta tersebut dapat diinterpretasikan bahwa apabila nilai variabel sistem akuntansi manajemen menunjukkan 0,00 yang bermakna repondenmerasa puas yang sangat tinggi terhadap LKM, maka Kinerja manajerial LKM Kota Banda Aceh juga sangat tinggi.
Persamaan di atas memperlihatkan nilai koefisien regresi untuk variabel Sistem akuntansi manajemen (X) sebesar 0,849. Hal ini dapat diartikan setiap kenaikan skor variabel sistem akuntansi manajerial sebesar 1,00 pada satuan skala likert akan dapat meningkatkan skor kinerja manjerial sebesar 0,849. Dengan kata lain setiap peningkatan skor variabel sistem akuntansi manajemen sebesar 1% akan dapat meningkatkan skor kinerja manajerial sebesar 84,9%. Hal ini mengisyaratkan bahwa sistem akuntansi manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja manjerial pada LKM Kota Banda Aceh. Sehingga jelaslah bahwa semakin baik sistem akuntansi manajemen akan semakin tinggi pula kinerja manajerial tersebut. Sebaliknya apabila manajer memiliki sistem akuntansi manajemen yang rendah, maka kinerja manajerialnya juga akan rendah. Hubungan antara sistem akuntansi manajemen dengan kinerja manajerial tergolong sangat erat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) bernilai positif sebesar 0,756 (berada pada interval
26
RAHMAH YULIANTI, KHAIRUNA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
0,80-1,00; tolok ukur keeratan hubungan menurut Sugiyono, 2008). Selanjutnya besarnya pengaruh kedua variabel independen tersebut terhadap kinerja karyawan dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2). Bagian output SPSS yang memperlihatkan nilai koefisien korelasi (R) dan nilai koefisien determinasi (R2) seperti terlihat dibawah ini.
Model
Tabel 4 Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2) Std. Error R Adjusted R of the Square R Square Estimate a
1
selain variabel tersebut. Dengan kata lain, sebesar 57,1 persen sistem akuntansi manajemen pada LKM Kota Banda Aceh dipengaruhi oleh kinerja manjerial pada LKM tersebut. Sisanya sebesar 42,9 persen lagi dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel tersebut, seperti audit internal, sstem informasi akuntansi dan sistem informasi manajemen.
.756
.571
.532
Pembuktian Hipotesis Pembuktian hipotesis menggunakan peralatan statistik uji t untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap loyalitas pelanggan. Masing-masing pengujian tersebut dijelaskan dalam sub bab berikut. 1. Pengujian statistik uji t (Uji Secara Parsial) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,825 untuk variabel sistem akuntansi manajemen (X). Nilai t hitung tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t tabel (n=13) sebesar 1,770 sehingga dapat diartikan bahwa secara parsial variabel independen (Sistem Akuntansi Manajemen) berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada LKM Kota Banda Aceh. Secara parsial sistem akuntansi manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajemen pada LKM Kota Banda Aceh.
.27017
a. Predictors: (Constant), X Sumber: Data Primer (Diolah), 2016. Selanjutnya besarnya pengaruh kedua variabel independen tersebut terhadap kinerja karyawan dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,571, dapat diartikan sebesar 57,1 persen variasi yang terjadi pada variabel kinerja manajerial pada LKM Kota Banda Aceh dapat dijelaskan oleh variabel independen (sistem akuntansi manajemen). Sisanya sebesar 42,9 persen lagi (1-0,571) dijelaskan oleh variabel lain
Tabel 5 a Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
T
Sig.
Beta
(Constant)
.840
.918
X
.849
.222
.756
.915
.380
3.825
.003
a. Dependent Variable: Y Sumber: Data Primer (Diolah), 2016. KESIMPULAN 1. Sistem akuntansi manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja manjerial pada LKM kota Banda Aceh. Semakin tinggi system akuntansi manajemen, semakin tinggi pula kinerja mereka terhadap LKM tersebut. Sebaliknya manajer dengan kepuasan relatif rendah akan memiliki kinerja yang relatif rendah terhadap LKM. 2. Hasil pengujian statistik memperlihatkan nilai t hitung variabel lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial system akuntansi manajemen berpengaruh signifikan
terhadap kinerja manjerial pada LKM Kota Banda Aceh. Peningkatan system akuntansi secara nyata dapat meningkatkan kinerja manjerial LKM tersebut. SARAN 1. Bagi akademisi, variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat memperluas penelitian tentang kinerja manajerial dengan
Nomor 1, Agustus 2016BASRI, DAN FAISAL 27Volume DESI5, KURNIYANT1, HASAN
menambah variabel lain yang lebih baik, juga menambah jumlah sampel yang akan diteliti. 2. Saran praktis, hendaknya manajer dalam miningkatkan kinerjanya harus mempunyai target dan arah tujuan yang lebih baik dalam penggunaan mengenai sstem akuntansi manajemen, yang sangat membantu manajer dan para karyawan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengambilan keputusan yang berkualitas, sehingga LKM Banda Aceh dapat bersaing dan keberlanjutan hidup usahanya di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Bambang Ismawan. 2002. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Otonomi Daerah. Artikel Tahun II. No.1 Maret. Dwirandra, 2007. “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi dan Luas Lingkup Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial”. Buletin Studi Ekonomi. Vol.12. No2: 233-244 Garrison, E. & Noreen, E. W, 2006. Akuntansi Manajerial jilid 1 (edisi 11). (Alih bahasa Hinduan, N.) Jakarta:Salemba Empat. Garrison, E. J., & Noreen, E. W. 2006. Akuntansi Manajerial jilid 1 (edisi 11). (Alih bahasa Hinduan, N.) Jakarta:Salemba Empat. Hansen & Mowen, 2004, Akuntansi Manajemen, Jilid 1, Edisi 4, Jakarta : PT Glora, Aksara Pratama. Hall, Matthew. 2004. “The Effect of Comprehensive Performance Measurement Systems on Role Clarity, Psycological, Empowerment and Managerial Performance”. Accounting Organizations and Society, Vol.33, No.3: 141163. Lincon, Arsyad, 2008, Lembaga Keuangan Mikro Institusi Kinerja dan Sustanabilitas, Yogyakarta : CV Andi Offset. Marzuki, 2011, Pengaruh Lingkungan Pengendalian, Sistem Akuntansi Manajemen, dan Kapasitas Sumber Gaya manusia TerhadapKinerja manajerial (Studi Pada Lembaga keuangan Mikro di Kota Banda Aceh), Tesis Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 27
28
DESI KURNIYANT1, HASAN BASRI, DAN FAISAL
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 29-34
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDA ACEH SUFITRAYATI Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
[email protected]
The purpose of this study to find out the Internal Control System of the Government of Impact on the Quality of Local Government Finance Report Aceh.This research was held at the Office of the Mayor of Banda Aceh is located at Jln. TGK. Syech Mudawali 6 Banda Aceh. The variables studied were about Internal Control system on the Quality of Government Financial Statements Daerah. Population are Employees at the Finance and Evaluation of Financial Accountability Office of the Mayor of Banda Aceh totaling 34 Responden. used method Census, namely by taking all of the total population into sampel. the primary data is done by distributing questionnaires that are closed are prepared to all the respondents, analysis used simple linear regression analysis. In this discussion which becomes a constant value of 1.152 means that the absence of the internal control system of government, the quality of local government financial statements have no value for the internal control system of government 1,152.Pengaruh koefesiennya value is 0.377, meaning that any changes in the Internal Control System would be relatively Pemerintahmaka increasing the quality of the Regional Financial Statements, thus the higher the level of Government Internal Control System, the greater the effect in improving the quality of Local Government Finance Report of Banda Aceh. Key word : Internal Control Systems Of Government, Quality Of Government Financial Statements
PENDAHULUAN Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik adalah melalui penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda, seperti anggota legislatif, kreditor, karyawan dan masyarakat umum. Para pemakai laporan keuangan tersebut membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan untuk membuat penilaian, keputusan keuangan dan keperluan lainnya. Dalam hal ini akuntabilitas publik akan muncul apabila pemerintah daerah tidak mampu menyajikan informasi mengenai kinerja pemerintah secara relevan, andal, sederhana, dan mudah dipahami oleh masyarkat.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah bentuk laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun anggaran. Laporan keuangan tersebut pada dasarnya merupakan asersi atau pernyataan dari pihak manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak lain. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama suatu periode pelaporan. Informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah harus sesuai dengan kriteria nilai informasi yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan. Apabila tidak sesuai dengan perundang-undangan, maka akan mengakibatkan kerugian daerah, potensi kekurangan daerah, kekurangan penerimaan,
30
SUFITRAYATI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
kelemahan administrasi, ketidakhematan, ketidak efisienan, dan ketidakfektifan. Pengendalian intern dapat diarahkan yaitu untuk mendapatkan keyakinan yang wajar terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Ada banyak pihak yang mengandalkan informasi keuangan yang disajikan dan dipublikasikan oleh pemerintah daerah dengan kegunaan berbeda-beda, sehingga laporan yang disajikan tersebut harus berkualitas.Laporan keuangan dikatakan berkualitas jika laporan keuangan yang disajikan tersebut memenuhi syarat normatif yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. LANDASAN TEORI Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Definisi Sistem Pengendalian Intern menurut Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 60 Tahun 2008 adalah, proses yang integral pada tindakan dan kegiatanyang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Tujuan Pengendalian Internal menurut Mardi (2011:59) adalah: a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi c. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan d. Membantu menjaga kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Krismiaji (2005:97) mendefinisikan pengendalian intern Pemerintah sebagai suatu rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga dan melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat, memperbaiki efisiensi, dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian InternPemerintah, bahwa Sistem Pengendalian Intern (SPIP) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Komponen Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan, diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Menurut Winidyaningrum, (2010), jenis-jenis pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain sebagai berikut: a. Pengawasan intern Pengawasan intern dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control), atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh Inspektorat Jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia. b. Pengawasan ekstern Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini, di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), pengawasan intern pemerintah. c. Pengawasan preventif Pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan.. d. Pengawasan represif Pengawasan ini umumnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, dimana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan dan pengawasan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan keuangan pemerintah daerah yang komprehensif dapat menjadi fasilitas dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik. Laporan keuangan pemerintah daerah setidaknya terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan laporan surplus/defisit (laporan Laba/Rugi). Wiley (2002:89). Adapun tujuan dari pembuatan laporan keuangan pemerintah menurut Mahsun (2006: 123-124) adalah sebagai berikut: Kepatuhan dan pengelolaan Akuntabilitas dan pelaporan retrospektif Perencanaan dan informasi otorisasi
5, Nomor 1, Agustus 2016 31 Volume SUFITRAYATI
Kelangsungan Organisasi Hubungan masyarkat Sumber fakta dan gambaran Menurut Tantriani (2011) laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumberdaya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: a. Aset b. Kewajiban c. Ekuitas dana d. Pendapatan e. Belanja f. Transfer g. Pembiayaan h. arus kas. Komponen Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari: a. Laporan Realisasi Anggaran Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan yang terdiri dari pendapatan, belanja transfer dan pembiayaan. b. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekiutas dana. c. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menyajikan informsi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang mencakup dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas yang masuk ke bendahara umum.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
d. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kualitas laporan keuangan dapat dikatakan baik, apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, dan memenuhi kebutuhan pemakainya dalam pengambilan keputusan, bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material serta dapat diandalkan, sehingga laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Soimah (2014). Menurut Mahmudi (2010:11-12) laporan keuangan yangdisajikan pemerintah daerah dinilai berkualitas apabilia memenuhi ciri-ciri yaitu a. Relevan b. Andal c. Dapat Dibandingkan d. Dapat Dipahami. Mahmudi (2010:21) menyatakan, laporan keuangan bukan merupakan satu-satunya informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Terdapat informasi lain selain informasi akuntansi yang juga sangat membantu, misalnya laporan statistik, proyeksi dan prospektus, berita dimedia, hasil penelitian terkait dan sebagainya. Namun, keberadaan informasi keuangan tidak dapat diabaikan dan dihilangkan begitu saja, karena tanpa informasi tersebut keputusan yang diambil menjadi kurang berkualitas. Kerangka Pemikiran Tujuan sistem pengendalian intern menurut Ibnu (2013:65) salah satunya adalah untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Dengan sistem akuntansi, risiko terjadinya kekeliruan dankesalahan pencatatan atau perhitungan dapat diminimalisasi sehingga mengurangi kemungkinan pemerintah daerah mengalami kekeliruan. Suatu sistem yang berkualitas, dirancang, dibangun dan dapat bekerja dengan baik apabila bagian-bagian yang terintegrasi dengan sistem tersebut beroperasi sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Salah satu bagian didalam sistem informasi akuntansi yang menunjang kelancaran kerja sistem informasi akuntansi tersebut adalah pengendalian intern (internal control). Menurut Sukmaningrum (2011) pengaruh antara Sistem Pengendalian Intern dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yaitu :
31
32
SUFITRAYATI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
”Sistem pengendalian intern meliputi berbagai alat manajemen yang bertujuan mencapai berbagai tujuan yang luas. Tujuan tersebut yaitu menjamin kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, menjamin keandalan laporan keuangan dan data keuangan, memfasilitasi efisiensi dan efektivitas operasi-operasi pemerintah. Dengan demikian, pengendalian intern merupakan pondasi good governance dan garis pertama dalam melawan ketidakabsahan data dan informasi dalam penyusunan LKPD”. Berikut skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : Sistem Akuntansi Manajemen (X)
Kualitas Laporan KeuanganPemerintah Daerah (LKPD) (Y)
Skema Kerangka Pemikiran Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Berpengaruh Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Pemerintah Kota Banda Aceh”. METODE PENELITIAN Populasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Walikota Banda Aceh yang beralamat di Jln. Tgk. Syech Mudawali No.6 Banda Aceh. Dan variabel yang diteliti yaitu mengenai Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Populasi penelitian ini adalah seluruh Pegawai pada bagian Keuangan dan Evaluasi Pertanggungjawaban Keuangan Kantor Walikota Banda Aceh yang berjumlah 34 orang.Dalam penelitian ini menggunakan metode Sensus, yaitu dengan mengambil semua jumlah populasi menjadi sampel penelitian, Margono (2010:118) Seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Populasi dan sampel No Bagian Populasi 1 Keuangan 21 Evaluasi Laporan 2 pertanggungjawaban 13 Keuangan 34 Total Sumber: Subag Umum dan Kepegawaian Dinas walikota Banda Aceh 2015.
Data danTeknik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang bersifat tertutup yang telah dipersiapkan kepada seluruh responden yaitu 34 Pegawai. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2002:127). Skala Pengukuran Pertanyaan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Interval yaitu skala yang tidak hanya mengelompokan individu tertentu dan menentukan urutan kelompok, namun juga mengukur besaran (magnetude) perbedaan preferensi antar individu. Dimana jawaban masing-masing responden akan diberi skor (Sekaran, 2006:129). Definisi Dan Operasionalisasi Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. 1. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Variabel Independen) Kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Rai (2011:283) Indikatornya adalah : LKPD yang dibuat Relevan LKPD yang disusun Andal LKPD Dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya LKPD yang disusun Dapat dipahami Pemisahan wewenang dalam melakukan kegiatan 2. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (variabel dependen) Ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya, (SAP, 2010: 245). Indikatornya adalah : Laporan yang disusun sesuai dengan semestinya Informasi Laporan keuangan tidak ada yang dirahasiakan Laporan keuangan tidak berpihak pada siapa pun Laporan keuangan sudah relevan, akurat, bias dibandingkan dan bisa dipertanggungjawabkan Pengawasan yang efektif dan efesien
5, Nomor 1, Agustus 2016 33 Volume SUFITRAYATI
PeralatanAnalisa Data Peralatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Analisis ini bertujuan untuk melihat pengaruh SPIP terhadap kualitas LKPD pada Pemerintah Kota Banda Aceh. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2005 : 204) : Y = α + βX + Keterangan : Y X Α Β
= Kualitas Laporan keuangan = Sistem Pengendalian Internal = Konstanta = Koefisien Regresi = Standar Error
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan metode, prosedur serta ukuran yang telah ditentukan dengan jawaban responden menjawab setuju sebesar 52,9 %, 29,4% menjawab sangat setuju. Artinya sistem pengendalian pemerintah daerah telah dijalankan dan dibuat sesuai dengan prosedur yang seharusnya, tidak ada enyimpangan didalamnya. Selanjutnya bahwa 18% responden menjawaab Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah bermakna bahwa responden dalam penelitian ini menyatakan setuju jikalaporan keuangan yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan, relevan, akurat dan bisa dibandingkan dengan laporan sebelumnya dan 35% responden menjawab laporan keuangan yang diinformasikan tidak memihak pada siapa pun. Artiya laporan yang disediakan sudah sangat akurat. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini semuanya memiliki tingkat signifikansi dibawah 5%,maka item pertanyaan dinyatakan valid. Apabila r-hitung > dari r-tabel. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 34 responden, jadi nilai r-tabel nya adalah 0,329, dan semua hasil dari kedua variabel mendapat nilai koefesien korelasi lebih dari 0,329. Seperti pada pertanyaan pertama di variabel Kualitas laporan Keuangan Pemerintah (X) nilai koefesien korelasinya (r-hitung) sebesar 0,669. Regresi Linier Sederhana Untuk melihat Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, maka penelitian akan dilihat dari pengaruh variabel tersebut
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 1,152+ 0,377x+ Nilai konstanta sebesar 1,152 dapat diartikan bahwa tanpa adanya system pengendalian intern pemerintah, kualitas laporan keuangan pemerintah daerah telah ada nilai sebesar 1,152, dan sistem pengendalian intern adalah sebesar 0,377. Hasil Pengujian Hipotesis Koefesien (β) sebesar 0,377, berarti β ≠ 0, maka dapat disimpulkan hipotesis nol (Ho) ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh. Dalam pembahasan ini yang menjadi nilai konstanta sebesar 1,152 diartikan bahwa tidak adanya sistem pengendalian intern pemerintah, kualitas laporan keuangan pemerintah daerah telah ada nilai sebesar 1,152.Pengaruh Sistem pengendalian intern pemerintah nilai koefesiennya adalah 0,377, artinya bahwa setiap 100% perubahan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahmaka secara relatif akan meningkatkan Kualiatas Laporan Keuangan Daerah, dengan demikian semakin tinggi tingkat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah maka akan semakin besar pengaruhnya dalam meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh. Koefesien Korelasi (R) sebesar 0.780 yang menunjukkan bahwa derajat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 78,0%, artinya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mempunyai pengaruh yang erat terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh. Koefesien Determinasi (R2) sebesar 0,608 artinya sebesar 60,8 % perubahan-perubahan dalam variabel terikat (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam Faktorfaktor yang mempengaruhinya seperti Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 39,2% dijelaskan oleh faktorfaktor variabel lain diluar penelitian ini. Pengujian reliabilitas dengan cronbach alpha terhadap 10 pertanyaan yang telah dijawab responden maka di dapat nilai alpha untuk variabel sistem pengendalian intern pemerintah daerah = 0,689 dan
33
34
SUFITRAYATI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah = 0,706. Koefesien (β) sebesar 0,377, hipotesis nol (Ho) ditolak, dan hipotesis diterima.Artinya bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Pemerintah Kota Banda Aceh. Hasil penelitian menolak Ho dan menerima Ha. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebagai berikut: 1. Pengaruh Sistem pengendalian Intern Pemerintah, nilai koefesiennya adalah 0,377, maka secara relatif akan meningkatkan Kualiatas Laporan Keuangan Daerah, dengan demikian semakin tinggi tingkat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah maka akan semakin besar pengaruhnya dalam meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh. 2. Koefesien Korelasi (R) sebesar 0.780 yang menunjukkan bahwa derajat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 78,0%, artinya Sistem Pengendalian Intern Pemerintahmempunyai pengaruh yang erat terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh. 3. Koefesien Determinasi (R2) sebesar 0,608 artinya sebesar 60,8 % perubahan-perubahan dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel independen. Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 39,2% dijelaskan oleh faktor-faktor variabel lain diluar penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2002. “Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek” Rineka Cipta. Jurnal .Jakarta. Ibnu, Yosa (2013). Pengawasan Fungsional. Remaja Rosdakarya, Bandung. Krismiaji (2005).Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Erlangga.Jakarta Mahsun.(2006). Pengelolaan Keuangan Daerah. PT. Indeks. Jakarta Mahmudi. 2010. Analisa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Edisi Kedua. UPP STIM YPKN. Yogyakarta.
Mardiasmo.(2004). Akuntansi Erlangga. Yogyakarta
Sektor
Publik.
Margono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Mardi.(2011). Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 2006. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan KeuanganDaerah. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Rai, Gusti, I Agung. 2011. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta Sekaran, Uma (2006) Metodelogi Penelitian Bisnis. Edisi Ke-4, Jilid 2: Salemba Empat. Jakarta Sugiyono, (2005). Psikologi Abnormal. Edisi Ke-9: PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Wiley.(2002). Pengawasan Fungsional. Edisi Kedua. Yogyakarta
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 35-48
ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE ALTMAN Z-SCORE DAN SPRINGATE S-SCORE DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014) INDRAYANI1, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI2 1
Dosen FEB Akuntansi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Program Studi Akuntansi FEB Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
2
This research conducted to determine the difference of bankruptcy analysis of Altman and Springate method. It was a coparative researc. The population of this researc was all of company listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2014. The sample of this research was determined by using purpossive sampling method and there were 11 companies used as the sample. The data used in this research was secondary data taken on www.idx.co.id and analyzed using the technique of paired sample t-test by the help of SPSS. The result of this research indicated different result of the company bankruptcy between Altman and springate at manufacturing companies in 2012-2014. The result of bankruptcy model prediction found that in 2012-2013, there were manufacturing companies in grey area. In 2012, there were 8 companies, in 2013, there were 10 companies, and there were 111 companies those were predicted to be bankrupt. Meanwhile, the springate model found that there were only 2 health companies in 2012and there were 9 companies categorized on going to be bankrupt and there were 2 health companies in 2013. In 2014, there were 10 bankrupt companies and a health company. Therefore, the management of company should evaluate the financial condition. Besides, the performance of each company should be improved in order to eliminate the possibility of bankruptcy.
Keyword : Altman Z-Score, Springate S-Score, Bankruptcy
PENDAHULUAN Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan. Kebangkrutan telah menjadi masalah yang meresahkan bagi setiap perusahaan, karena masalah ini dapat terjadi kepada perusahaan-perusahaan pada saat yang tidak diduga. Penyebab kebangkrutan dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Pada masa krisis ekonomi global saat ini telah terjadi penurunan siklus ekonomi, penyebab utama kebangkrutan yang berasal dari faktor eksternal yaitu inflasi, sistem pajak dan hukum, depresiasi mata uang asing, dan alasan lainnya. Sedangkan faktor internal yaitu kurangnya
pengalaman manajemen, kurangnya pengetahuan dalam mempergunakan asset dan liabilities secara efektif dan efisien. Gamayuni (2011), mengemukakan bahwan krisis ekonomi global membawa dampak banyak perusahaan bangkrut. Diperlukan suatu early warning system yang dapat memprediksi kebangkrutan. Masalah prediksi kebangkrutan sudah lama dianalisis oleh kalangan akademisi. Dasar dalam mendiagnosa kebangkrutan adalah memonitor dan menguji kondisi finansial perusahaan dan tujuan utamanya adalah menemukan sinyal awal kebangkrutan dan membangun usaha untuk menghindari terjadinya kebangkrutan. Informasi dalam bentuk laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pengguna
36
INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuatan keputusan. Berdasarkan data kementerian perindustrian (kemenperin) menyatakan bahwa sektor industri manufaktur mengalami perlambatan pertumbuhan, pada triwulan I tahun 2014 pertumbuhan sektor manufaktur menurun menjadi 5,56% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2013 yang mecapai 6,86%. Perusahaan manufaktur yang akan diteliti menggunakan metode Altman dan Springate ialah perusahaan yang mengalami net income negatif. Penulis telah memilih 11 perusahaan manufaktur berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Berikut ini data net income perusahaan manufaktur periode 2012-2014. Dapat dilihat pada Lampiran I. Berbagai metode analisis dikembangkan untuk memprediksi awal kebangkrutan perusahaan. Model Altman Z-score dan Springate S-Score merupakan salah satu model analisis multivariate yang dapat digunakan untuk mengukur kesehatan financial suatu perusahaan. Prihadi (2010:335) Z-Score merupakan suatu persamaan multivariabel yang digunakan oleh Altman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Altman menggunakan model statistik yang disebut dengan analisis diskriminan, tepatnya adalah Multiple Discriminant Analysis (MDA). Seperti halnya Altman, model Springate adalah model rasio yang menggunakan MDA (multivariate discriminant analysis). Dalam metode MDA diperlukan lebih dari satu rasio keuangan yang berkaitan dengan kebangkrutan perusahaan untuk membentuk suatu model yang baik. Gamayuni (2012) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa Altman Z-score terbukti dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sedangkan Adnan (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kebangkrutan model altman Z-score dan Springate yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil pengujian kebangkrutan perusahaan antara model Altman dan Model Springate. Melihat hasil penelitian terdahulu, maka penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Adnan (2010) namun dengan industri yang berbeda. Hal ini dilakukan karena penelitian tentang perbandingan metode Altman dan Springate masih sangat terbatas. Dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini dilakukan modifikasi pada periode waktu yang diteliti dan objek penelitian. Di sisi lain, kedua model tersebut memiliki
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
perbedaan tingkat ketepatan prediksi. Hasil studi Altman mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95%, sedangkan model Springate dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5%.(Adnan, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode altman dan springate dalam membedakan perusahaan pada kelompok bangkrut dan tidak bangkrut dengan menggunakan hasil dari analisis diskriminan dalam memprediksikan kebangkrutan suatu perusahaan dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil prediksi kebangkrutan antara Model Altman dan Springate dalam memprediksi kebangkrutan. LANDASAN TEORI Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut (Kasmir, 2012:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan laporan keuangan menurut A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dalam Harahap (2006: 134), merumuskan empat tujuan laporan keuangan sebagai berikut : a) Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan. b) Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya. c) Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan. d) Membantu fungsi dan pengawasan sosial. Kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini dengan menganalisis laporan keuangan secara lebih cermat, (Prihadi, 2010: 332). Definisi kebangkrutan lainnya dikemukakan oleh Brigham dan Gapenski (2008:2-3) dalam Andy (2015) menyatakan bahwa kebangkrutan dapat diartikan dalam beberapa cara tergantung masalah yang dihadapi oleh perusahaan: a. Kegagalan Ekonomi (Economic Failure) Kegagalan ekonomi mengindikasikan bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biaya totalnya, termasuk biaya modal. Perusahaan yang mengalami kegagalan ekonomi dapat terus beroperasi selama pemilik perusahaan bersedia
5, Nomor 1, Agustus 2016 37 Volume INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih rendah. b. Kegagalan Usaha (Business Failure) Istilah business failure digunakan untuk mengelompokkan kegiatan bisnis yang telah menghentikan operasinya kemudian berakibat kerugian bagi para kreditur. Namun, tidak semua perusahaan yang menutup usahanya dianggap gagal. c. Insolvensi Teknis (Technical Insolvency) Insolvensi teknis merupakan keadaan dimana perusahaan dianggap tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Perusahaan dianggap mengalami insolvensi teknis jika tidak mampu membayar kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. d. Insolvensi dalam Kebangkutan (Insolvency in Bankruptcy) Hal ini terjadi ketika kewajiban total perusahaan melebihi nilai total aktivanya. Kondisi ini jauh lebih serius dari insolvesi teknis dan cenderung mengarah pada likuidasi. Kebangkrutan secara Resmi (Legal Bankruptcy)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
X4 : Market Value Of Equity To Book Value Of Debt (Harga pasar dariequity pemilik/total utnag) X5 : Sales To Total Assets (Penjualan/Total Aset) Hasil akhir berupa nilai Z akan dikelompokkan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Altman, yaitu: a. Z-Score > 2,99 Tidak bangkrut b. 1,81 < Z-Score < 2,99 Grey area c. Z-Score < 1,81 Bangkrut Sedangkan Springate (1978) menggunakan 19 rasio-rasio keuangan populer yang bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Sampel yang digunakan Springate berjumlah 40 perusahaan manufaktur yang berlokasi di Kanada, yaitu 20 perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan 20 yang dalam keadaan sehat. Springate akhirnya menemukan 4 rasio yang dapat digunakan dalam memprediksi adanya potensi (indikasi) kebangkrutan perusahaan yang menurut Ghodrati (2012) memiliki tingkat keakuratan hingga 92,5%. Springate merumuskan metodenya sebagai berikut:
S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D Sumber : Peter dan Yoseph 2011
Altman (1968) dalam Andy (2015) mengemukakan bahwa Altman adalah orang pertama yang menerapkan Multiple Discriminant Analysis. Analisa diskriman ini merupakan suatu teknik statistik yang mengindentifikasikan beberapa macam rasio keuangan yang dianggap memiliki nilai paling penting dalam mempengaruhi suatu kejadian, lalu mengembangkannya dalam suatu model dengan maksud untuk memudahkan menarik kesimpulan dalam suatu kejadian. Nurdin (2012) menjelaskan bahwa Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Dalam menyusun model Z-Score Altman mengambil Sample 66 perusahaan, yang terdiri dari 33 perusahaan yang bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut dengan lini industri dan ukuran yang sama. Formula Z-score Altman untuk perusahaan publik (Prihadi, 2010:336) adalah sebagai berikut:
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 +0,6 X4 + 1,0 X5 X1 : Working Capital To Total Assets (Modal Kerja/Total Aset) X2 : Retained Earning To Total Assets (Laba Ditahan/Total Asset) X3 : Earning Before Interest And Taxes To Total Assets (Laba sebelum bunga & pajak/total asset)
A : working capital / total assets (Modal Kerja/Total Aktiva) B : net profit before interest and taxes / total assets (Laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva) C : net profit before taxes / current liability (Laba sebelum pajak/liabilitas lancar) D : sales / total assets (penjualan terhadap total aktiva) Kriteria yang digunakan untuk dalam model Springate ini adalah: a) S-Score > 0,862 Tidak bangkrut b) S-Score < 0,862 Bangkrut Uraian masing-masing untuk variable Z-Score dan S-Score adalah sebagai berikut: a) Modal Kerja terhadap Total Aktiva Menurut Nurcahyanti (2015) Rasio ini merupakan ukuran bersih pada aset lancar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal kerja bersih adalah selisih antara aset lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan likuiditas suatu perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kesulitan likuiditas dapat dilihat dari pernurunan modal kerja. b) Laba Ditahan terhadap Total Aktiva Menurut Nurcahyanti (2015) Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas secara kumulatif. Laba
37
38
INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
ini menunjukkan adanya suatu keberhasilan dalam operasi perusahaan selama satu periode dan perusahaan dapat bertahan dari satu periode kerugian. Apabila perusahaan mengalami kerugian laba kumulatif menjadi turun sampai dengan mencapai negatif, akan menyebabkan nilai dari rasio ini menjadi negatif pula. c) Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva Menurut Nurcahyanti (2015) Rasio ini dihitung dangan cara membagi laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and taxes) dengan total aset perusahaan. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak. d) Harga Pasar dari Equity Pemilik terhadap Total Hutang Menurut Nurcahyanti (2015) Modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan keseluruhan lembar saham preferen dan biasa (market value of equity). Sementara total hutang (liabilities) meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukkan seberapa banyak aset perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari nilai pasar modal ditambah hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi aset dan perusahaan menjadi bangkrut. e) Laba Sebelum Pajak Terhadap Total Liabilitas Lancar Menurut Adhtya, dkk (2014) Rasio laba sebelum pajak terhadap total liabilitas lancar menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancarnya, sebelum membayar pajak. Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Rasio ini yang membedakan model Springate dengan model Altman. f) Penjualan terhadap Total Aktiva Menurut Nurcahyanti (2015) Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan aset untuk meningkatkan penjualan dan juga mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio ini cukup penting karena rasio penjualan terhadap total aset (sales to total assets) ini menjadi rangking kedua dalam kontribusi keseluruhan ketepatan model diskriminan. Model Altman atau Model Springate merupakan dua model persamaan analisis diskriminan yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
perusahaan. Namun, prediksi kedua model tersebut menunjukkan adanya perbedaan ketepatan prediksi terhadap kebangkrutan suatu perusahaan. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan rasio keuangan yang digunakan. Altman menggunakan lima jenis rasio keuangan yaitu (1) rasio modal kerja terhadap total aktiva, (2) rasio saldo laba terhadap total aktiva, (3) rasio laba sebelum bunga dan pajak terhada total aktiva, (4) rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku total hutang, dan (5) rasio penjualan terhadap total aktiva. Sedangkan Springate menggunakan empat jenis rasio keuangan yaitu (1) rasio modal kerja terhadap total aktiva, (2) rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva, (3) rasio laba sebelum pajak terhadap hutang lancar, dan (4) rasio penjualan terhadap total aktiva. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara analisis kebangkrutan metode Altman dan Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Ha :Terdapat Perbedaan yang signifikan antara analisis kebangkrutan metode Altman dan Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. METODE PENELITIAN Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sedangkan Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sejumlah 141 perusahaan. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan . Operasional Variabel Adapun operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut:
39 Volume INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI 5, Nomor 1, Agustus 2016
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 39
Tabel 1. Operasional variabel VARIABEL
INDIKATOR
Altman Z-Score
UKURAN
SKALA
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X1 = X3 +0,6 X4 + 1,0 X5
Rasio
X2 = X3 = X4 = X5 = Springate S-Score
S = 1,03A + 3,07B + A= 0,66C + 0,4D
Rasio
B= C= D=
Metode Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dengan menggunakan uji kolmogorv – smirnov. Data memiliki distribusi normal ditandai dengan asymp. Sig (2-tailed) > 0,05. b. Paired Sampel T-test Paired sampel T-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Penelitian ini menggunakan teknik
uji beda agar mengetahui apakah terdapat perbedaan secara statistik tingkat kebangkrutan model Altman Z-Score dan model Springate SScore pada perusahaan manufaktur tahun 20122014. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berikut merupakan hasil prediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdiri dari sebelas perusahaan periode 2012 yang diteliti dengan menggunakan metode Altman Z-sco
Tabel 2. Hasil Analisis Kebangkrutan Altman Perusahaan Manufaktur 2012 No
Kode
X1
X2
X3
1
IKAI
-0,205
-0,295
-0,065
2
JKSW
0,307
-1,719
3
AKKU
-0,477
4
SULI
5
X5
Z
Prediksi
0,435
0,397
-0,216
Bangkrut
-0,062
0,019
0,309
-1,922
Bangkrut
2,600
0,229
5,651
0,151
7,365
Tidak Bangkrut
-0,581
-1,234
-0,156
0,181
0,212
-2,619
Bangkrut
KBRI
0,027
-3,282
-0,041
14,828
0,060
4,259
Tidak Bangkrut
6
HDTX
-0,024
-0,166
0,010
0,002
0,632
0,405
Bangkrut
7
MYTX
-0,232
-0,674
-0,055
0,295
0,842
-0,385
Bangkrut
8
SSTM
0,221
-0,097
-0,032
0,299
0,684
0,887
Bangkrut
9
BIMA
-0,696
-2,306
0,458
0,269
2,433
0,042
Bangkrut
10
RMBA
0,252
0,188
-0,029
0,838
1,420
2,393
Grey Area
11
SCPI
0,377
-0,083
0,008
0,266
0,686
1,208
Bangkrut
Sumber: Data diolah, 2016
X4
40
INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
Dari perhitungan tabel 2 menunjukkan perusahaan manufaktur pada tahun 2012 memiliki nilai bobot perusahaan yang berada pada kisaran -2,619 sampai dengan 7,365. Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa terdapat delapan perusahaan manufaktur pada penelitian periode 2012 ini memiliki nilai Z-Score <1,81 artinya perusahaan-perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan yang sangat beresiko untuk menjadi bangkrut. Dan dua perusahaan manufaktur pada tahun 2012 yaitu PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU) dan PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) berada pada kondisi keungan yang baik, hal ini dibuktikan dengan perolehan ZScore > 2,99. Namun PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) ditahun 2012 masuk kedalam grey area karena mendapatkan nilai Z sebesar 2,399 hal ini berarti perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan (1,81
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
perusahaan-perusahaan lainnya yaitu sebesar -3,282, artinya bahwa selama itu pula perusahaan tidak pernah membukukan laba ditahan atau selalu mengakumulasikan rugi ditahan. Hal ini yang mengindikasikan bahwa kemampuan assetnya untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU) dalam rasio ini merupakan perusahaan yang memiliki nilai tertinggi yaitu 2,600. Earning before interest and taxes (X3) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari asset yang digunakan. Semakin kecil tingkat profitabilitas berarti semakin tidak efisien dan tidak efektif perusahaan menggunakan keseluruhan asset di dalam menghasilkan laba usaha begitu juga sebaliknya. Perusahaan dengan rasio X3 terendah adalah PT SLJ Global Tbk (SULI) sebesar -0,156. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola assetnya secara efektif. Perusahaan dengan rasio tertinggi adalah PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) yaitu sebesar 0,458. market value of equity to book debt (X4) digunakan untuk mengukur seberapa banyak asset perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada assetnya dan perusahaan menjadi bangkrut. Perusahaan dengan X4 terendah tahun ini adalah PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX) sebesar 0,002. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mangakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal sendiri dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainya. Perusahaan dengan rasio tertinggi adalah PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) dengan nilai 14,828. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut mengakumulasikan hutang terhadap modal sendiri lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaanperusahaan lainya. Sales to total assets (X5) mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan asset untuk menghasilkan penjualan. Perusahaan dengan X5 terendah adalah PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) dengan nilai rasio X5 sebesar 0,060 artinya perusahaan tersebut diindikasikan kurang efektif menggunakan asset untuk meningkatkan penjualan dibandingkan dengan perusahaanperusahaan lainnya. Dan rasio tertinggi tahun ini adalah PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) dengan nilai rasio X5 sebesar 2,433. Dalam rasio sebelumnya PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) selalu memperoleh nilai rasio yang rendah namun dalam rasio X5 ini hal itu tidak
40 Volume INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI 5, Nomor 1, Agustus 2016
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
terjadi, ini mengindikasikan bahwa PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) mampu menggunakan asset secara efektif untuk meningkatkan penjualannya ditahun ini. Pada tabel dibawah ini
merupakan hasil prediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdiri dari sebelas perusahaan periode 2013 yang diteliti dengan menggunakan metode Altman Z-score :
Tabel 3. Hasil Analisis Kebangkrutan Altman Perusahaan Manufaktur 2013 No
Kode
1
IKAI
2
X1
X2
X3
X4
0,011
-0,399
-0,025
0,400
JKSW
0,375
-1,859
-0,032
3
AKKU
-0,140
0,597
4
SULI
-0,639
5
KBRI
6
X5
Z
Prediksi
0,439
0,051
Bangkrut
0,022
0,349
-1,896
Bangkrut
0,049
1,641
0,139
1,953
Grey Area
-2,219
-0,075
0,175
0,189
-3,827
Bangkrut
0,027
-3,106
-0,038
4,548
0,015
-1,698
Bangkrut
HDTX
-0,232
-0,186
-0,119
0,383
0,444
-0,258
Bangkrut
7
MYTX
-0,266
-0,590
-0,007
0,203
0,907
-0,139
Bangkrut
8
SSTM
0,124
-0,114
-0,004
0,174
0,716
0,796
Bangkrut
9
BIMA
-0,127
-2,093
0,156
0,187
2,518
0,062
Bangkrut
10
RMBA
0,091
0,028
-0,107
0,494
1,329
1,421
Bangkrut
11
SCPI
0,432
-0,065
0,131
0,142
0,545
1,489
Bangkrut
Sumber: Data diolah, 2016
Kondisi perusahaan pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun ini semua perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel berada pada posisi berpotensi bangkrut dengan nilai bobot antara –3,827 sampai 1,953. Dan hanya ada satu perusahaan yang berada posisi grey area yaitu PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU) dengan nilai Z-score sebesar 1,953. Hal ini berarti dari 11 sampel yang diambil semuanya hampir mengalami kesulitan keuangan dan sangat berpotensi bangkrut yang dibuktikan dengan perolehan nilai ZScore <1,81. Berikut dapat dijelaskan indikator dari masing-masing rasio keuangan metode Altman. Working capital to total asset (X1). Dalam rasio ini ditahun 2013 PT SLJ Global Tbk (SULI) mendapat nilai rasio terendah dengan nilai negatif sebesar -0,639 yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tingkat likuiditasnya paling rendah diantara perusahaan-perusahaan lainnya. Terdapat kesamaan pada tahun sebelumnya, tahun 2013 dalam rasio X1 yang juga mendapat nilai tertinggi adalah PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) dengan nilai 0,432. Retained earning to total asset ratio (X2). Perusahaan dengan nilai rasio X2 terendah adalah PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) yang bernilai negatif yaitu sebesar -3,106. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan assetnya untuk
memperoleh laba ditahan sangatlah rendah. Sama seperti tahun sebelumnya yang memperoleh nilai tertinggi dalam rasio X2 adalah PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU) sebesar 0,597. Earning before interest and taxes ratio (X3). Perusahaan dengan rasio X3 terendah adalah PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX) sebesar -0,119 Hal ini berarti bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi adalah PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) sebesar 0,156. Market value equity to book value total debt ratio (X4). Perusahaan dengan X4 terendah tahun ini adalah PT Jakarta Kyoei Steel Work Ltd Tbk (JKSW) sebesar 0,022, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal sendiri dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainya. Perusahaan dengan rasio tertinggi pada tahun ini adalah PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) sebesar 4,548 . Sales to total asset ratio (X5). Sama dengan tahun 2012 perusahaan dengan X5 terendah pada tahun ini adalah PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) dengan nilai 0,015. Dan nilai rasio tertinggi tahun ini adalah PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) dengan nilai rasio sebesar 2,518.
41
42
INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Berikut merupakan hasil prediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdiri dari sebelas
perusahaan periode 2014 yang diteliti dengan menggunakan metode Altman Z-score :
Tabel 4. Hasil Analisis Kebangkrutan Altman Perusahaan Manufaktur 2014 No
Kode
X1
X2
X3
X4
1
IKAI
-0,065
-0,423
-0,007
0,275
2
JKSW
0,299
-1,641
-0,032
3
AKKU
0,363
-0,385
4
SULI
-0,099
5
KBRI
6
X5
Z
Prediksi
0,506
-0,022
Bangkrut
0,014
0,285
-1,751
Bangkrut
-0,054
0,889
0,047
0,299
Bangkrut
-2,313
-0,037
0,152
0,589
-2,799
Bangkrut
0,043
-1,899
-0,009
0,698
0,027
-2,191
Bangkrut
HDTX
-0,003
-0,127
-0,024
0,166
0,278
0,117
Bangkrut
7
MYTX
-0,386
-0,641
-0,069
0,081
1,043
-0,497
Bangkrut
8
SSTM
0,086
-0,135
-0,029
1,009
0,672
1,096
Bangkrut
9
BIMA
-0,069
-2,277
0,204
0,202
2,755
0,279
Bangkrut
10
RMBA
0,001
-0,197
-0,099
0,323
1,375
0,968
Bangkrut
11
SCPI
0,473
-0,084
-0,041
0,077
0,733
1,094
Bangkrut
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan perhitungan tabel 4 Kondisi perusahaan pada tahun 2014 hampir sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini semua perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel berada pada posisi berpotensi bangkrut dengan nilai bobot antara -2,799 sampai 1,096. Hal ini berarti dari 11 sampel yang diambil semuanya mengalami kesulitan keuangan dan sangat berpotensi bangkrut yang dibuktikan dengan perolehan nilai Z-Score <1,81. Berikut dapat dijelaskan indikator dari masing-masing rasio keuangan metode Altman. Working capital to total asset ratio (X1). PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX) merupakan perusahaan dengan rasio terendah dengan nilai negatif senilai -0,286 yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tingkat likuiditasnya paling rendah. Tahun 2014 ini rasio X1 yang mendapatkan nilai tertinggi adalah PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) dengan nilai 0,473. Retained earning to total asset ratio (X2). Perusahaan dengan nilai rasio X2 terendah adalah PT SLJ Global Tbk (SULI) bernilai negatif yaitu sebesar -2,313. Hal ini yang mengindikasikan bahwa kemampuan aktivanya untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah. Rugi usaha yang dialami perusahaan disebabkan karena penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi beban-beban yang harus ditanggung selama periode tersebut lebih mengarah kepada beban usaha dan biaya pokok penjualan. Sedangkan perusahaan yang memperoleh
nilai tertinggi dalam rasio X2 adalah PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) yaitu -0,084. Earning before interest and taxes ratio (X3). Perusahaan dengan rasio X3 terendah bernilai negatif adalah PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) sebesar -0,099. X3 bernilai sangat rendah disebabkan karena profitabilitas perusahaan pada tahun ini mengalami kerugian. Sama seperti tahun sebelumnya, perusahaan dengan rasio tertinggi adalah PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) sebesar 0,204. Market value equity to book value total debt ratio (X4). Perusahaan dengan X4 terendah yaitu PT Jakarta Kyoei Steel Work Ltd Tbk (JKSW) sebesar 0,014, hal ini mengindikasikan bahwa perusahan tersebut mangakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal sendiri dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainya. Dan perusahaan dengan rasio tertinggi adalah PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM). Sales to total asset ratio (X5). Perusahaan dengan rasio terendah tahun ini adalah PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) dengan nilai rasio X5 sebesar 0,027 artinya perusahaan dapat diindikasikan kurang efektif dalam penggunaan aktiva untuk meningkatkan penjualan. Perusahaan dengan X5 tertinggi adalah PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) dengan nilai rasio X5 sebesar 2,755.
5, Nomor 1, Agustus 2016 42 Volume INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
Berikut merupakan hasil prediksi kebangkrutan pada Perusahaan manufaktur yang terdiri dari sebelas
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
perusahaan periode 2012 yang diteliti dengan menggunakan metode Springate S-score :
Tabel 5. Hasil Analisis Kebangkrutan Springate Perusahaan Manufaktur 2012 No
Kode
A
B
C
D
S
Prediksi
1
IKAI
-0,205
-0,065
-0,165
0,397
-0,361
Bangkrut
2
JKSW
0,307
-0,062
-0,968
0,309
-0,389
Bangkrut
3
AKKU
-0,477
0,229
0,408
0,151
0,541
Bangkrut
4
SULI
-0,581
-0,156
-0,088
0,212
-1,051
Bangkrut
5
KBRI
0,027
-0,041
2,332
0,060
1,465
Tidak Bangkrut
6
HDTX
-0,024
0,010
0,003
0,632
0,261
Bangkrut
7
MYTX
-0,232
-0,055
-0,185
0,842
-0,193
Bangkrut
8
SSTM
0,221
-0,032
-0,074
0,684
0,354
Bangkrut
9
BIMA
-0,696
0,458
0,059
2,433
1,701
Tidak Bangkrut
10
RMBA
0,252
-0,029
-0,157
1,420
0,635
Bangkrut
11
SCPI
0,377
0,008
0,179
0,686
0,805
Bangkrut
Sumber: Data diolah, 2016
Dari perhitungan tabel 5 menunjukkan perusahaan manufaktur pada tahun 2012, berada pada posisi berpontensi bangkrut (< 0,862) yaitu 9 perusahaan kecuali pada PT SLJ Global Tbk (SULI) dengan nilai S-Score sebesar 1,465 dan PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) sebesar 1,701 (>0,862). Berikut dapat dijelaskan indikator kebangkrutan dari masing-masing rasio keuangan model Springate. Working capital to total asset ratio (X1). PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) memiliki rasio terendah dengan nilai negatif sebesar -0,696. Perusahaan dengan nilai X1 tertinggi adalah PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) yaitu sebesar 0,377. Net profit before interest and taxes to total asset ratio (X2). Perusahaan dengan rasio X2 terendah adalah PT SLJ Global Tbk (SULI) sebesar -0,156. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. Sedangkan perusahaan PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) Pada rasio ini memiliki nilai paling tinggi yaitu 0,458. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen dapat mengelola assetnya secara efektif.
Net profit before taxes to current liability X3. Perusahaan dengan rasio X3 terendah adalah PT Jakarta Kyoei Steel Work Ltd Tbk (JKSW) sebesar 0,968 Artinya PT Jakarta Kyoei Steel Work Ltd Tbk (JKSW) memperoleh laba sebelum pajak lebih rendah dari kewajiban lancar yang dimilikinya. PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) memperoleh nilai X3 tertinggi ditahun 2012 ini yaitu sebesar 2,332. Sales to total asset ratio X4. Perusahaan dengan X4 terendah adalah PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) sebesar 0,060 artinya perusahaan tersebut diindikasikan kurang efektif dalam penggunaan aktiva untuk meningkatkan penjualan dibandingkan dengan perusahaanperusahaan lainya. Dan nilai rasio tertinggi adalah PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) sebesar 2,433. Pada tabel dibawah ini merupakan hasil prediksi kebangkrutan pada Perusahaan manufaktur yang terdiri dari sebelas perusahaan periode 2013 yang diteliti dengan menggunakan metode Springate Sscore
43
44
INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 6. Hasil Analisis Kebangkrutan Springate Perusahaan Manufaktur 2013 No
Kode
A
B
C
D
S
Prediksi
1
IKAI
0,011
-0,025
-0,339
0,439
-0,114
Bangkrut
2
JKSW
0,375
-0,032
-0,849
0,349
-0,133
Bangkrut
3
AKKU
-0,140
0,049
0,038
0,139
0,087
Bangkrut
4
SULI
-0,639
-0,075
-0,344
0,189
-1,04
Bangkrut
5
KBRI
0,027
-0,038
-0,458
0,015
-0,385
Bangkrut
6
HDTX
-0,232
-0,119
-0,299
0,444
-0,624
Bangkrut
7
MYTX
-0,266
-0,007
-0,021
0,907
0,053
Bangkrut
8
SSTM
0,124
-0,004
-0,053
0,716
0,367
Bangkrut
9
BIMA
-0,127
0,156
0,190
2,518
1,481
Tidak Bangkrut
10
RMBA
0,091
-0,107
-0,276
1,329
0,115
Bangkrut
11
SCPI
0,432
0,131
0,032
0,545
1,086
Tidak Bangkrut
Sumber: Data diolah, 2016
Dari perhitungan tabel 6 menunjukkan bahwa nilai bobot perusahaan berada pada kisaran -1,040 sampai dengan 1,481. Kondisi perusahaan manufaktur pada tahun 2013 hampir sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini 9 perusahaan perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel berada pada posisi berpotensi bangkrut (<0,862). Kecuali PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) dan PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) yang memperoleh nilai lebih dari 0,862. Berikut dapat dijelaskan indikator kebangkrutan dari masing-masing rasio keuangan model Springate. Working capital to total asset ratio (X1). Ditahun 2013 PT SLJ Global Tbk (SULI) merupakan perusahaan dengan rasio terendah dengan nilai negatif sebesar -0,639. Sama seperti tahun sebelumnya PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) mampu mempertahankan kinerjanya dalam mengelola asset secara efektif. Perusahaan dengan nilai rasio tertinggi adalah PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) yaitu sebesar 0,432. Net profit before interest and taxes to total asset ratio (X2). Perusahaan dengan rasio X2 terendah bernilai negatif adalah PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX) sebesar -0.119, berarti pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif yang disebabkan karena probabilitas perusahaan pada tahunini mengalami kerugian. PT Primarindo Asia
Infrastructure Tbk (BIMA) memperoleh nilai rasio tertinggi yaitu sebesar 0,156. Net profit before taxes to Current Liability (X3). Perusahaan dengan rasio X3 terendah sama seperti tahun sebelumnya yaitu PT Jakarta Kyoei Steel Work Ltd Tbk (JKSW) sebesar -0,849. Perusahaan dengan nilai rasio tertinggi yaitu PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) sebesar 0,190. Sales to total asset ratio (X4). Nilai terendah pada tahun ini adalah PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) yaitu sebesar 0,015. Sama seperti tahun sebelumnya dalam rasio X4 PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) memperoleh nilai tertinggi yaitu 2,518, hal ini menunjukkan bahwa kinerja manajemen PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) baik dalam meningkatkan penjualan dengan pemanfaatan asset. Berikut merupakan hasil prediksi kebangkrutan pada Perusahaan manufaktur yang terdiri dari sebelas perusahaan periode 2014 yang diteliti dengan menggunakan metode Springate S-score :
44 Volume INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI 5, Nomor 1, Agustus 2016
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 7. Hasil Analisis Kebangkrutan Springate Perusahaan Manufaktur 2014 NO
Kode
A
1
IKAI
-0,065
2
JKSW
3
B
C
D
S
Prediksi
-0,007
-0,129
0,506
0,029
Bangkrut
0,299
-0,032
-0,162
0,285
0,217
Bangkrut
AKKU
0,363
-0,054
-0,183
0,047
0,106
Bangkrut
4
SULI
-0,099
-0,037
0,040
0,589
0,047
Bangkrut
5
KBRI
0,043
-0,009
-0,250
0,027
-0,138
Bangkrut
6
HDTX
-0,003
-0,024
-0,215
0,278
-0,107
Bangkrut
7
MYTX
-0,386
-0,069
-0,035
1,043
-0,215
Bangkrut
8
SSTM
0,086
-0,029
-0,050
0,672
0,235
Bangkrut
9
BIMA
-0,069
0,204
0,141
2,755
1,750
Tidak Bangkrut
10
RMBA
0,001
-0,099
-0,290
1,375
0,056
Bangkrut
11
SCPI
0,473
-0,041
-0,165
0,733
0,546
Bangkrut
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan perhitungan tabel 4.6 Pada tahun ini semua perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel berada pada posisi berpotensi bangkrut dengan nilai bobot antara -0,138 sampai dengan 1,750. Hal ini berarti dari 11 sampel yang diambil terdapat 10 perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan sangat berpotensi bangkrut yang dibuktikan dengan perolehan nilai S-Score <1,81. Kecuali PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) yang memperoleh nilai 1,750. Berikut dapat dijelaskan indikator dari masing-masing rasio keuangan metode Springate. Working capital to total asset ratio (X1). Ditahun ini PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX) merupakan perusahaan dengan rasio terendah dengan nilai negatif sebesar -0,386 yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tingkat likuiditasnya paling rendah diantara perusahaan-perusahaan lainnya. Perusahaan dengan nilai rasio tertinggi adalah PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk yaitu sebesar 0,473. Net profit before interest and taxes to total asset ratio (X2). Perusahaan dengan rasio X2 terendah
Tahun 2012 2013 2014 Jumlah
bernilai negatif adalah PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) sebesar -0,099. Sama seperti tahn sebelumnya, PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) memperoleh nilai rasio tertinggi yaitu sebesar 0,204. Net profit before taxes to Current Liability (X3). Perusahaan dengan rasio X3 terendah yaitu PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) sebesar -0,290, hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. Perusahaan dengan nilai rasio tertinggi yaitu PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) sebesar 0,141. Sales to total asset ratio (X4). Nilai terendah pada tahun ini yaitu PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) sebesar 0,027. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) memperoleh nilai rasio X4 tertinggi yaitu 2,518, hal ini menunjukkan bahwa kinerja manajemen PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk sangatlah baik dalam meningkatakn penjualan dengan pemanfaatan asset.
Tabel 8. Hasil Prediksi Kebangkrutan Z-Score Dan S-Score Periode 2012-2014 Model Altman Model Springate Tidak Tidak Grey Area Bangkrut Grey Area Bangkrut Bangkrut Bangkrut 2 1 8 2 0 9 0 1 10 2 0 9 0 0 11 1 0 10 2 2 29 5 0 28
Sumber: data diolah, 2016
45
46
INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan prediksi kebangkrutan selama 20122014. Sebagian besar berada pada kondisi berpotensi bangkrut. Perbedaan pada kedua metode tersebut disebabkan oleh perbedaan penggunaan rasio keuangan. Seperti pada model Springate rasio earning before taxes to current liability sedangkan Altman yang digunakan earning before interest taxes to total asset. Selain itu, perbedaan bobot yang diberikan pada setiap rasio yang dijadikan indikator juga sangat berpengaruh. Kedua analisis tersebut, terlihat bahwa Altman dengan Z-scorenya lebih ketat dalam menilai tingkat kebangkrutan dibandingkan Model Springate.
Pengukuran kedua metode ini menitik beratkan pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba rugi dengan menggunakan rasio profitabilitas. Uji Normalitas Data Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dengan asumsi jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal dan uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t berpasangan ( Paired Smple T-Test).
Tabel 9. One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test ALTMAN N
SPRINGATE
33
33
Mean
1.29
-1.02
Std. Deviation
3.909
1.810
Absolute
.240
.162
Positive
.240
.162
Negative
-.184
-.099
Kolmogorov-Smirnov Z
1.378
.929
Asymp. Sig. (2-tailed)
.045
.355
a
Normal Parameters
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. Sumber: hasil penelitian, data diolah (2016)
Berdasarkan hasil Kolmogorov-Smirnov Test pada hasil output spss yang dapat dilihat pada tabel 4.8 diatas, nilai K-S untuk Altman 1,378 dengan probability signifikan 0,045; nilai K-S untuk springate 0,929 dengan probability signifikan 0,355. Berdasarkan hasil Kolmogorov-Smirnov Test diatas, angka-angka probabilitas untuk altman dan springate diatas 0,05 (sig>0,05). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data-data variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal dan memenuhi uji normalitas.
Karena data berdistribusi normal maka digunakan ujiT (Paired Sample T Test). Pengujian Hipotesis Pada analisis statistik penulis menggunakan level of significance α = 5% (0,05). Melalui pengujian persyaratan data yang telah dinyatakan normal maka analisis statistik dalam penelitian ini adalah uji Paired Sample T Test yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
Tabel 10. Paired Sample T Test Metode Altman Z-Score dan Springate S-Score dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Paired Differences Std. Std. Error Mean Deviation Mean Pair 1
ALTMAN - SPRINGATE
Sumber: Hasil Penelitian, Data Diolah (2016)
2.311
3.923
.683
95% CI of the Difference Lower
Upper
.920
3.701
t
df
3.384 32
Sig. (2tailed) .002
5, NomorRAHMATIKA 1, Agustus 2016 47Volume INDRAYANI, TRI SUTRISNA PUTRI
Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa ratarata perbedaan metode Altman dan Springate sebesar 2.311 dengan simpangan baku sebesar 3.923. Hasil perbandingan penggunaan metode Altman dan Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan diperoleh thitung sebesar 3,384 dan ttabel (df=32, α = 5%) sebesar 2.036 (thitung > ttabel ) dengan probabilitas sebesar 0,002 yang jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05). Dengan demikian Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan metode Altman Z-Score dengan Springate S-Score dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pernyataan tersebut dibuktikan menurut kriteria pengujian dalam pengambilan keputusan yaitu: Menggunakan nilai signifikan / P-Value Jika nilai signifikan / P-Value > 0,05 ; maka Ho diterima Jika nilai signifikan / P-Value < 0,05 ; maka Ho ditolak Menggunakan perbandingan antara thitung dengan ttabel Jika thitung > ttabel ; maka Ho ditolak Jika thitung < ttabel ; maka Ho diterima Hasil penelitian diatas menunjukkan adanya perbedaan hasil prediksi kebangkrutan antara metode Altman dan Springate. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan penggunaan rasio keuangan dan kriteria kebangkrutan yang diterapkan antara Altman Z-score dan Springate S-Score. Seperti pada model Springate menggunakan rasio laba sebelum pajak terhadap total hutang lancar sedangkan Altman menggunakan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva. Selain itu, perbedaan bobot yang diberikan pada setiap rasio yang dijadikan indikator juga sangat berpengaruh. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitan yang dilakukan oleh Hafiz Adnan (2010) dan Kokyung (2014) yang menyatakan bahwa “Terdapat perbedaan hasil pengujian kebangkrutan perusahaan antara model Altman dan Model Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan”. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan hasil pengujian kebangkrutan perusahaan antara model Altman dan model Springate pada perusahaan manufaktur tahun 20122014.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 47
2. Hasil prediksi kebangkrutan menggunakan model Altman menunjukkan bahwa ditemukan metode Altman pada tahun 2012 dan 2013 ada satu perusahaan manufaktur yang berada pada grey area. Dan tahun 2012 ada delapan perusahaan, sepuluh perusahaan pada tahun 2013 dan sebelas perusahaan pada tahun 2014 yang diprediksikan dalam keadaan bangkrut. Ini ditandai dengan hasil nilai Z-Score yang dibawah 2,99. Hanya ada dua perusahaan yang berada pada kondisi sehat ditahun 2012. 3. Hasil prediksi kebangkrutan menggunakan model Springate menunjukkan bahwa ditemukan pada tahun 2012 dan 2013 terdapat sembilan perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan bangkrut dan dua perusahaan dalam keadaan sehat. sedangkan pada tahun 2014 terdapat sepuluh perusahaan dalam keadaan bangkrut dan satu perusahaan dalam keadaan sehat. SARAN 1. Bagi Pihak Perusahaan Dalam variabel yang digunakan dengan model Altman dan Springate memerlukan perhatian yang serius khususnya dari pihak intern perusahaan. Berdasarkan kesimpulan di atas maka sebaiknya pihak manajemen perusahaan lebih berhati-hati dalam hal manajemen assetnya jangan sampai arus modal kerja yang dihasilkan menjadi negatif. Biaya-biaya operasional perusahaan juga perlu diperhatikan penggunaannya agar lebih efisien jangan sampai lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan penelitian-penelitian selanjutnya dapat menggunakan model-model prediksi kebangkrutan lainnya. Untuk dapat dijadikan sebagai pembanding dalam memprediksi kebangkrutan.
DAFTAR PUSTAKA Adhtya, Murnie Dan Mandagie. (2014). Analisis Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score, Springate Dan Zmijewski pada Industri Perdagangan Ritel Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Adnan dan Arisudhana. (2010). Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score dan
48
INDRAYANI, RAHMATIKA TRI SUTRISNA PUTRI
Springate pada perusahaan industri property. Fakultas ekonomi Universitas Budi Luhur Jakarta. Andy, Oktavianus. (2015). Analisis Perbandingan Model Altman, Springate, Zmijewski, Dan Grover, Sebagai Prediktor Financial Distres.. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Gamayuni, Rindu Rika. (2011). Analisis Ketepatan Model Altman Sebagai Alat Untuk Memprediksi Kebangkrutan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI). Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulan: ISSN 1410-1831. Harahap, Sofyan Syafri. (2006). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2012). Analisis Laporan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Keuangan.
Kokyung, dan siti Khairani. (2014). Analisis Penggunaan Altman Z-Score dan Springate untuk mengetahui potensi kebangkrutan pada PT Bakrie Telecom Tbk. Jurusan Akuntansi STIE MDP. Nurcahyanti, wahyu. (2015). Studi komparatif model Z-Score Altman, springate dan zmijewski dalam mengindikasikan kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di BEI. Fakultas ekonomi jurusan Akuntansi Universitas negeri padang. Nurdin, Irsyad. (2012). Peranan Analsis Metode ZScore Dalam Memprediksi Kebangkrutan Suatu Perusahaan Dan Kaitannya Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public Di BEI . Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Siliwangi. Peter dan Yoseph. (2011). Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate Dan Zmijewski Pada PT.Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005-2009. Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 4 Tahun Ke-2 Januari-April. Prihadi, Toto. (2010). Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi. Penerbit PPM. Jakarta. www.idx.co.id www.kemenperin.go.id www.sahamoke.com
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 49-60
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) KABUPATEN ACEH UTARA (Studi Kasus pada Kecamatan Dewantara Tahun 2015) MUHAMMAD YUSRA1, MASRIADI2 1
Dosen FEB Akuntansi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Program Studi Akuntansi FEB Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
2
This research aimed to described accountability of management ADD in Subdistrict of Dewantara, Regency of North Acheh. This Research is conducted to aparatures of village in fifteen countryside in Subdistrict of Dewantara, Regency of North Acheh by doing interview as data collecting method. Method used in this research is descriptive qualitative method. Sampel used is countryside head, kaur of development and bursar in fifteen countryside in Subdistrict of Dewantara, Regency of North Aceh. Pursuant to result analyze, this research prove that principal applying of accountability by organizer of fund ADD in countryside have goodness. This matter is from existence of society participation at phase of deliberation of planning. Then at execution phase have as according to specified order. Then at responsibility phase have been put accross by enclosing various supporter document to be accurate responsibility
Keyword: Accountability And Allocation Of Countryside Fund
PENDAHULUAN Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian dana perimbangan pusat dan daerah yang ditujukan untuk desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan kemasyarakatan. ADD juga salah satu sumber pendapatan desa yang pada umumnya masih menjadi sumber pendapatan yang utama yang digunakan dalam penyelenggaran pemerintah desa. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya harus dapat berpedoman pada nilainilai good governance. ADD dari kabupaten diberikan secara lansung kepada desa untuk dikelola oleh Pemerintah Desa, dengan ketentuan 70% digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dan 30% digunakan untuk biaya operasional Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Sebagaimana tercantum ketentuan penggunaan pendapatan desa pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 pasal 100 disebutkan bahwa belanja desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan ketentuan:
1. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintah Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa; dan 2. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk : a. Penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa. b. Operasional Pemerintah Desa. c. Tunjangan dan operasional BPD. d. Insentif Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Alokasi ADD yang sesuai kebutuhan merupakan salah satu bentuk desentralisasi guna mendorong good governance, karena mendekatkan negara ke masyarakat dan sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat, yang akhirnya mendorong akuntabilitas, transparansi dan responsivitas pemerintah lokal. Good governance (Haryanto, 2007:9) sering diartikan sebagai tata kepemerintahan yang baik, dengan mengikuti kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan
50
MUHAMMAD YUSRA, MASRIADI
prinsip-prinsip dasar good governance. Salah satu aspek penting yang mampu mewujudkan Good Governance dan paling sering menjadi pembahasan publik adalah akuntabilitas. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja serta tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang meminta pertanggungjawaban (Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan RI, 2000:12). Akuntabilitas akan semakin membaik jika didukung oleh suatu sistem akuntansi yang menghasilkan informasi yang akurat, handal, tepat waktu, serta dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintahan Desa merupakan Pemerintahan yang paling bawah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat desa atas pengelolaan pemerintah desa sangat dibutuhkan. Tidak hanya dari masyarakat, kepercayaan jaga sangat dibutuhkan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi lagi yaitu pemerintah daerah dan pusat, karena dari pemerintahlah sebagian dana disalurkan ke desa, salah satunya adalah Alokasi Dana Desa yang bersumber dari dana perimbangan daerah yang cukup signifikan jumlahnya, sehingga perlu adanya penangan yang khusus baik dalam pengelolaan maupun pencataannya. Isu penting dalam pengelolaan keuangan negara saat ini adalah bagaimana mewujudkan akuntabilitas dan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap kinerja keuangan pemerintah. Akuntabilitas menunjuk kepada mekanisme yang diberikan kepada pejabat publik untuk dapat menjelaskan dan memastikan bahwa mereka telah bertindak dengan benar, berperilaku etis, serta bertanggungjawab atas kinerjanya. Akuntabilitas merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan good governance khususnya pada instansi pemerintah. Perwujudan akuntabilitas dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsipnya. Tujuan dari penerapan prinsip-prinsip tersebut agar pemerintah dapat meningkatkan kinerja secara efektif dan transparan didukung dengan komitmen yang kuat untuk melaksanakannya. Pada era demokrasi, di mana masyarakat selalu menuntut pemerintahan yang bersih, bertanggungjawab, dan transparan, kebutuhan terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah semakin tinggi. Tuntutan ini diarahkan pada semua tingkatan pemerintahan, mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah desa. Pemerintah desa saat ini mengelola
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dana yang bersumber dari APBN, yaitu Alokasi Dana Desa (ADD). Kecamatan Dewantara adalah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Utara yang menarik untuk dilakukan penelitian sehubungan dengan akuntabilitas pengelolaan ADD yang diberikan pada tahun 2015 disebabkan karena sesuai dengan laporan hasil pengawasan terhadap 15 desa di Kecamatan Dewantara pihak Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Sejahtera (BPMKS) menemukan cukup banyak temuan sehubungan dengan akuntabilitas pengelolaan ADD, diantaranya adalah: 1. Terdapat penggunaan dana desa tidak sesuai dengan APBDes; 2. Terdapat pembangunan fisik tidak sesuai dengan Rancangan Anggaran Biaya (RAB); 3. Terdapat laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran yang belum dibuat; 4. Terdapat Bendahara pengeluaran belum membuat register penutupan kas; 5. Terdapat pengelolaan barang tidak dilaksanakan secara optimal; 6. Terdapat penggunaan Pribadi Dana APBDes; 7. Terdapat Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial Tidak Sesuai Peraturan Perundangundangan: 8. Terdapat Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 2015; dan 9. Penyerahan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa pada setiap akhir tahun melewati batas waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan peraturan bupati Aceh Utara Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Keuangan Gampong, disebutkan bahwa dalam pelaksanaan Anggaran dan Belanja Desa (APBDesa) semua pengeluaran desa dilakukan melalui kas desa dengan didukung oleh bukti pengeluaran yang lengkap dan sah, selain itu Bendahara Desa wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran desa, dengan menggunakan sistem akuntansi yang berterima umum sesuai dengan Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP). Ditinjau dari hal tersebut maka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa di wilayah Kecamatan Dewantara belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku (akuntabilitas pengelolan keuangan desa), sehingga perlu untuk dikaji dan dianalisa bagaimana sebenarnya pengelolaan ADD pada tingkat implementasi di lapangan? Serta kendala-kendala apa yang dihadapi oleh para pelaku
5, NomorYUSRA, 1, Agustus 2016 51 Volume MUHAMMAD MASRIADI
atau aparat pengelola, serta bagaimana menemukan upaya pemecahan untuk mengatasi permasalahan/kendala adalah hal-hal yang mendorong untuk dilaksanakan penelitian di wilayah Kecamatan Dewantara. Penerapan prinsip akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ini dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan semua kegiatan, dan paska kegiatan sehingga pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) diharapkan dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan. LANDASAN TEORI Pertanggungjawaban pada organisasi pemerintah sangatlah diperlukan, terutama pertanggungjawaban kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan organisasi pemerintah pada dasarnya adalah suatu lembaga yang berorientasi kepada publik/masyarakat. Pengertian akuntabilitas menurut menurut Mardiasmo (2009), dalam Halim dan Theresia (2014:16), akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan atas aktifitas dan kinerja financial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas publik merupakan tujuan utama deri reformasi sektor publik,oleh karena itu akuntansi organisasi sektor publik merupakan sarana yang dapat berperan dan membantu organisasi sektor publik untuk mewujudka akuntabilitas publik. Mahsun (2014) juga membedakan akuntabilitas dalam arti sempit dan arti luas, akuntabilitas dalam pengertian yang sempit dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban yang mengacu pada siapa organisasi (atau pekerja individu) bertanggungjawab dan untuk apa organisasi bertanggungjawab. Sedang pengertian akuntabilitas dalam arti luas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agen) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Dalam Akuntabilitas publik ada dua macam akuntabilitas diantaranya Akuntabilitas Vertikal (vertical accountability) dan Akuntabilitas Horizontal (horizontal accountability) yang mempunyai definisi sebagai berikut: 1. Akuntabilitas Vertikal (vertical accountability) Pertanggungjawaban vertical (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit –unit
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. 2. Akuntabilitas Horizontal (horizontal accountability) Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggung jawaban pada masyarakat luas. Dimensi Akuntabilitas (Ellwood, Mardiasmo,2002) mengemukakan ada empat dimensi akuntabilitas, yaitu : 1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (Accountability for Probity and Legality), yaitu akuntabilitas yang terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. Untuk menjamin dijalankannya jenis akuntabilitas ini perlu dilakukan audit kepatuhan. 2. Akuntabulitas Proses (Process Accountability), yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat, responsif, dan biaya murah. 3. Akuntabilitas Program (Program Accountability), yaitu akuntabilitas yang terkait dengan perimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau apakah pemerintahan daerah telah mempertimbangkan alternativ program yang dapat memberikan hasil optimal dengan biaya yang minimal. 4. Akuntabilitas Kebijakan (Policy Accountability), yaitu akuntabilitas yang terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam terhadap DPRD sebagai legislatif dan masyarakat luas. Ini artinya, perlu adanya transparansi kebijakan sehingga masyarakat dapat melakukan penilaian dan pengawasan serta terlibat dalam pengambilan keputusan. 5. Keberadaan desa secara formal diakui dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 27 Tahun 2005 Tentang Desa. Berdasarkan ketentuan ini desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau
51
52
MUHAMMAD YUSRA, MASRIADI
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Desa secara administratif merupakan bentuk pemerintahan terkecil yang dipimpin oleh Kepala Desa dari sebuah pemilihan secara langsung. Desa merupakan suatu organisasi pemerintah yang secara politis memiliki kewewenangan tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau klompoknya. Dengan posisi tersebut desa memiliki peranan penting dalam menunjang kesuksesan pemerintah nasional secara luas, bahkan desa merupakan garda terdepan dalam menggapai keberhasilan dari segala urusan dan program dari pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa. Berdasarkan Peraturan Pemerinta Nomor 72 Tahun 2005 Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota. Alokasi Dana Desa (ADD) juga mempunyai tujuan yaitu: 1. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan, 2. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat, 3. Meningkatkan pembangunan infrastuktur perdesaan, 4. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan social,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat 6. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, 7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat, 8. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui badan usaha milik desa (BUMDesa). Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 dapat dilihat berdasarkan variabel independen utama dan variabel independen tambahan dengan rumus sebagai berikut: 1. Azas Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang sama untuk di setiap Desa atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD) minimal. Alokasi Dana Desa (ADD) variabel independen utama sebesar 70% dan variabel independen tambahan 30%. 2. Azas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi secara proporsional untuk di setiap Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa (ADD) Proporsional (ADDP), variabel proporsional utama sebesar 60% dan variabel proporsional tambahan sebesar 40%. Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDes oleh karena itu dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut: 1. Pengelolaan keuangan ADD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDes; 2. Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat; 3. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis, dan hukum; 4. ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali.
53 Volume MUHAMMAD MASRIADI 5, NomorYUSRA, 1, Agustus 2016
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena ingin mendeskripsikan gambaran yang senyatanya dari fenomena yang terjadi pada Akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa, (ADD) Tahun 2015 di Kecamatan Dewantara. Husaini dan Purnomo (2009:130) mendefinisikan penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menguraikan pendapat responden apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis dengan kata-kata yang melatar belakangi responden berperilaku seperti itu. Penelitian ini akan difokuskan pada penerapan prinsip akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pertanggungjawaban bahwa dalam pengelolaannya harus berdasarkan asas-asas pengelolaan keuangan desa. Adapun lokasi penelitian ini di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara yang terdiri dari 15 Desa. Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian ( semua elemen yang ada didalam wilayah penelitian). Sedangkan menurut Supranto (2009:22) populasi merupakan kumpulan dari seluruh elemen-elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain karena karakteristiknya berbeda-beda. Pada penelitian ini, populasi penelitian adalah seluruh pengelola Alokasi Dana Desa (ADD) pada 15 desa di wilayah Kecamatan Dewantara. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak Kantor Kecamatan Dewantara diketahui bahwa jumlah pengelola Alokasi Dana Desa (ADD) pada setiap desa adalah sebanyak 7 orang untuk setiap desa sehingga diperoleh populasi penelitian sebanyak ( 7 x 15 ) yaitu 105 orang. Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan mewakili kesuluruhan dari populasi tersebut (Arikunto, 2002:109). Dalam penelitian ini sampel akan dipilih dengan menggunakan metode Purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014:218-219) Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel untuk dijadikan sumber data dengan pertimbangan tertentu yaitu sumber data diasumsikan paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek yang sedang diteliti, dan sampel tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yg akurat. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
1. Data Primer Menurut Sugiyono (2014 : 137) berpendapat bahwa data primer adalah data yang diperoleh secara lansung di lapagan oleh peneliti sebagai objek penulisan. Metode wawancara mendalam atau in-depth interview dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam dengan metode wawancara antara informan yang akan diwawancarai dengan peneliti. Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh, dikumpulkan dan diolah dari hasil wawancara lansung dengan pihak Tim Pengelola ADD di desa-desa di Kecamatan Dewantara. Data primer ini berupa kata-kata maupun tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan ADD Tahun 2015 di Kecamatan Dewantara. 2. Data Sekunder Menurut Sugiyono (2014 : 137), data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak lansung oleh pengumpul data, misalnya melaui orangorang lain atau lewat dokumen. Data sekunder penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen Bagian Pemerintahan Desa dan dokumendokumen di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2014:224). Untuk memperoleh data yang lengkap maka penelitian menggunakan metode pengumpulan data untuk menunjang peneliti dalam dalam memperoleh pemahaman yang lebih lengkap tentang subjek yang diteliti. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengelolaan ADD sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunan di desa, sudah seharusnya dikelola berdasarkan asas-asas pengelolaan keuangan desa dan juga memegang teguh prinsip-prinsip yang merupakan indikator good governance. Oleh karena itu dalam menggambarkan akuntabilitas pengelolaan ADD, akan diuraikan lebih lanjut berdasarkan data dan informasi, sejauh mana indikator tersebut dijalankan. Tingkat akuntabilitas dalam pengelolaan ADD dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pedoman pelaksanaan penelitian kualitatif, dimana data yang dikumpulkan berupa pendapat-pendapat,
53
54
MUHAMMAD YUSRA, MASRIADI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
tanggapan, informasi konsep-konsep dan keterangan dalam bentuk uraian kata. Semuanya dipaparkan lalu disederhanakan untuk mengungkap masalah yang sedang detiliti. Hal ini penting dilakukan untuk mnyederhanakan dan menjelaskan bagian-bagian dari keseluruhan data melalui seleksi, klarifikasi dan kategori serta mengaitkan satu sama lain.
Dengan demikian tersusun suatu rangkaian deskriptif yang sistematis dan dapat memberikan makna dari setiap aspek yang diteliti. Adapun hasil reduksi dan ketegori yang telah penulis lakukan terhadap jawaban-jawaban responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tebel berikut ini :
Tabel 1 Hasil Reduksi Dan Kategori Jawaban Responden No
1.
2.
3.
4.
5.
Petanyaan Wawancara
Jawaban Responden
Kesimpulan
Tahap Perencanaan ADD (Transparansi/Partisipasi) Sesuai dengan Peraturan Bupati yang Dalam pengelolaan ADD setiap mengatakan bahwa dana ADD harus desa ditutut untuk terlebih dimusyawarahkan dengan BPD, ini dahulu harus melakukan Apakah setiap ada membuat tingkat partisipasi masyarakat musyawarahkan terhadap perencanaan pembangunan menjadi tinggi. Saat musyawarah desa pengelolaan ADD tersebut. Ini terlebih dahulu diadakan saja yang datang bisa sampai 30 orang. juga memberikan kesempatan musyawarah di desa? Itu kan tandanya masyarakat kepada masyrakat untuk terlibat ingin melihat langsung dan ingin lansung dalam proses menjadi saksi dari proses pengelolaan pengelolaan ADD. ADD ini. Sekdes merancang kemudian kepala desa mempelajari setelah itu baru dibahas dengan BPD (Tuha Peut) yang Bahwa dalam perencanaan sudah terintegrasi dengan APBDes lalu APBDes diadakan musyawarah Bagaimana proses dibahas di musrembangdes, dalam untuk dengan para stakeholders perencanaan APBDes dan musyawarah ini kami mengundang di desa untuk dapat mengambil siapa saja yang dilibatkan seluruh Aparatur Desa, BPD, PKK, langkah dalam hal apa saja yang disana? unsur Pemuda seperti Karang Taruna, akan di prioritaskan dalam Kelompok Tani. Setelah itu baru nanti di APBDes. bawa ke Kecamatan untuk di periksa lagi sebelum di bawa ke Kabupaten untuk disahkan. Secara umum masyarakat terlibat dalam penyusunan APBDes, walaupun tidak Bahwa masyarakat juga ikut Apakah masyarakat secara lansung, karena keinginan mereka terlibat dalam penyusunan dilibatkan dalam telah di sampaikan kepada Kadus, APBDes walaupun tidak secara penyusunan APBDes? kemudian dibahas dalam musyawarah lansung. lalu baru di implementasikan dalam RAPBDes. Seluruh anggota BPD diwajibkan untuk Bahwa BPD berperan penting Sejauh mana keikutsertaan ikut di setiap musyawarah perencanaan dalam perencanaan BPD (Tuha Peut) dalam pembangunan. Ini dilakukan supaya pembangunan, ini dilakukan setiap perencanaan dapat bersama-sama untuk memutuskan supaya tidak timbul Pembangunan? pembangunan apa yang akan kesalahpahaman nantinya antara dilaksanakan di desa. aparatur desa dengan masyarkat. Pemerintah desa telah memasang papan informasi dikantor desa yang memuat Apakah Pemerintah Desa seluruh rencana penggunaan ADD dan telah memberikan Informasi ini menunjukkan dana lain yang dikelola oleh pemerintah informasi hasil bahwa adanya penerapan prinsip desa. Hal ini untuk memberikan musyawarah desa tentang transparansi dalam perencanaan informasi kepada masyarakat yang ingin kegiatan yang akan ADD yang dapat diketahui oleh mengetahuinya, jadi nanti dalam dilaksanakan yang masyrakat secara umum. memper tanggungjawabkan juga tidak bersumber dari dana ADD? terlalu repot.
55Volume MUHAMMAD 5, Nomor 1,YUSRA, Agustus MASRIADI 2016
1.
2.
3.
1.
2.
3.
5.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 55
Tahap Pelaksanaan ADD (Transparansi/Partisipasi) Secara umum penyusunan anggarannya Bahwa pemerintah desa tidak Apakah penggunaan ADD itu ada aturan dari pemerintah untuk boleh membuat rencana sudah dilaksanakan sesuai proporsi rumusnya itu 30% untuk anggaran ADD diluar dari dengan proporsi yang telah operasional dan 70% untuk aturan yang telah ditetapkan ditetapkan? pemberdayaan masyarakat, oleh pemerintah. Dalam pelaksanaan ADD bendahara sudah membuat laporan penggunaan Penyusunan laporan ini penting Dalam melaksanakan ADD ADD setiap awal dan akhir tahapan dilakukan karena disamping apakah bendahara sudah kegiatan sesuai dengan format yang untuk menilai hasil yang sudah menyusun laporan dan diberikan, disamping itu ini juga penting dikerjakan juga perlu sebagai surat pertanggungjawaban untuk mengetahui hasil yang sudah syarat untuk pengajuan tahap penggunaan ADD? dikerjakan, juga sebagai syarat untuk selanjutnya. pengajuan anggaran tahap berikutnya. Pelaksanaan ADD didesa sangat Pelaksanaan ADD telah Apakah pelaksanaan ADD terbuka, karena setiap tiga bulan sekali dilakukan dengan prinsip tersebut sudah dijalankan masyarakat dan tokoh-tokoh didesa tranparansi dan partisipasi yaitu dengan prinsip selalu diajak untuk rapat walaupun adanya keterbukaan pemerintah Transparansi dan sekedar untuk evaluasi dari pelaksanaan desa dalam pelaksanaan ADD Partisipasi? kegiatan termasuk pengelolaan dana dan juga melibatkan masyarakat ADD ini. desa. Tahap Pertanggungjawaban ADD (Akuntabilitas) Bukti pengeluaran uang harus disertakan Pertanggungjawaban di setiap laporan pertanggungjawaban. Bagaimana pengeluaran ADD harus terlebih Tidak hanya itu tetapi juga harus pertanggungjawaban dalam dahulu dilengkapi dengan dilengkapi dengan bukti-bukti pengeluaran uang ADD? syarat-syarat yang telah pendukung lainnya seperti membuat ditetapkan. SPP dan Kwitansi. Pengelolaan administrasi keuangan Dalam pengelolaan disertai dengan bukti pendukung seperti administrasi keuangan Dalam pengelolaan administrasi nota dan kuitansi ditambah surat apakah setiap transaksi keuangan harus dilakukan pesanan dan surat perintah kerja dari keuangan ADD sudah sesuai dengan peraturan yang kepala desa untuk rekanan material (CV dilakukan sesuai dengan telah ditetapkan. atau toko bangunan) untuk kegiatan peraturan yang berlaku? fisik.
Kapankah biasanya laporan pertanggungjawaban tersebut dibuat?
Sistem pelaporan dilaksanakan secara berjenjang, dari tim Pelaksana Kegiatan tingkat Desa ke Tim Fasilitasi Kecamatan setelah itu baru ke Tingkat Kabupaten dengan menngunakan format yang telah ditetapkan, pelaporan tersebut dilaksanakan secara rutin, setiap bulan ,s akhir pelaksanaan tahapan kegiatan dan juga bendahara desa menyusun laporan pertanggungjawaban APBDes secara berkala dan pada akhir tahun.
Laporan pertanggungjawaban dibuat secara berkala yaitu bulanan dan setiap akhir kegiatan. Contohnya seperti Laporan Realisasi Penerimaan ADD, laporan Realisasi anggaran,dan laporan lainnya.
Apakah setiap surat pertanggungjawaban ADD yang dibuat desa sudah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan waktu yang ditetapkan?
Semua desa telah melakukan penyusunan laporan berkala dan laporan akhir pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Peraturan Bupati No. 9 Tahun 2015. Namun dalam proses administrasi pelaporannya (kelengkapannya dan ketepatan waktu pengumpulan) kurang baik, dikarenakan laporan ADD terintegrasi dengan APBDes sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk pembuatannya sedangkan perangkat desa yang membuat sangat terbatas jumlah dan ketrampilannya.
Proses pertanggungjawaban ADD sudah dilakukan dengan baik namun masih terdapat kendala yang berkaitan dengan keterbatasan jumlah perangkat dan ketrampilan pembuatannya yang belum maksimal.
56
MUHAMMAD YUSRA, MASRIADI
Dari tabel di atas dapat tergambar bahwa akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Dewantara yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban sudah dilaksanaakan dengan baik walaupun masih terdapat beberapa kendala pada setiap tahapannya. Untuk lebih jelasnya berikut uraian wawancara dengan responden dalam penelitian: Pada tahap awal perencanaan pembangunan yang memanfaatkan sumber dana ADD didesa, Adnan Usman yang merupakan seorang kepala desa mengungkapkan bahwa: “Dalam perencanaan pengelolaan ADG digampong, kami selalu lakukan musyawarah dengan Tuha Peut dan seluruh aparatur desa terlebih dahulu. Dalam rapat ini masyarakat umum juga ikut hadir dan dilibatkan. Hal ini dilakukan supaya tingkat partisipasi masyarakat menjadi tinggi.” Pernyataan sedikit berbeda diungkapkan oleh kepala desa lainnya yaitu Razali Yakob menyatakan bahwa: “Tata cara perencanaan digampong kami selalu mengedepankan musyawarah dan partisipasi, dimana kepala dusun menanyai tentang program apa yang akan dilaksanakan di dusunnya kepada masyarakat untuk di sampaikan dalam musrembangdes.” Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa desa-desa di Kecamatan Dewantara telah berhasil mengupayakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengelolaan ADD. Dari hasil wawancara juga memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan mekanisme dalam penyerapan aspirasi masyarakat, mekanisme pertama masyarakat datang langsung pada saat rapat dan mekanisme kedua kepala dusun dari setiap dusun melakukan penjaringan aspirasi masyarakat untuk disampaikan ke musrembangdes. Sedangkan informan lainnya mengungkapkan hal yang kurang lebih sama. Kemudian penulis menanyakan tentang proses perencanaan APBDes, tanggapan yang cukup mendetail diberikan oleh M. Dahlan seorang Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan di sebuah gampong di kecamatan Dewantara: “Sekdes merancang kemudian kepala desa mempelajari setelah itu baru dibahas dengan BPD (Tuha Peut) yang sudah terintegrasi dengan APBDes lalu dibahas di musrembangdes, dalam rapat kami mengundang seluruh Aparatur Desa, BPD, PKK, unsur Pemuda. Setelah itu baru di bawa ke Kantor Kecamatan untuk di periksa lagi sebelum di bawa ke Kabupaten untuk disahkan”. Dari jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa banyak stakeholder yang terlibat dalam proses
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
penyusunan APBDes, proses yang harus dilalui pun dimulai dari tingkat desa lalu ke kecamatan baru kemudian ke kabupaten untuk disahkan. Sedangkan informan lain memberikan jawaban yang sama. Ketika penulis menanyakan tentang partisipasi masyarakat dalam penyusunan APBDes Amri seorang bendahara gampong mengatakan: “Dalam hal penyusunan APBDes masyakat tidak dilibatkan namun pihak pemerintahan gampong terbuka jika ada masukan lain yang bermanfaat dari masyarakat”. Hal yang sedikit berbeda disampaikan oleh Yuslidar Yunus seorang kepala desa mengungkapkan: “Dalam penyusunan APBDes disini kami tidak melibatkan masyarakat secara langsung karena untuk perencanaan pembangunan di dusun mereka telah sampaikan ke kepala dusun (kadus) masing-masing.” Dari informasi tersebut disimpulkan bahwa masyarakat tetap terlibat walaupun tidak secara langsung karena keinginan mereka telah disampaikan kepada kadus masing-masing yang nantinya di bahas dalam musrembangdes sehingga dapat di implementasikan dalam RAPBDes untuk disahkan menjadi APBDes. Selain itu masih terdapat keterbukaan pemerintah gampong dalam menyerap keinginan masyarakat dalam proses penyusunan APBDes oleh para aparatur gampong. Kemudian penulis mengajukan pertanyaan terkait dengan keikutsertaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau Tuha Peut dalam setiap perencanaan pembangunan, Fauzi Ilyas seorang kaur pembangunan mengungkapkan bahwa: “Seluruh Anggota Tuha Peut kami wajibkan untuk hadir pada setiap ada musyawarah perencanaan pembangunan dengan uang ADD dan lainnya karena ini penting agar kami bisa bersama-sama memutuskan pembangunan apa yang akan dilaksanakan di desa dengan uang dana desa tersebut.” Pernyataan yang cukup menarik mengenai pentingnya keterlibatan tuha peut diungkapkan oleh Muzakir seorang bendahara gampong yaitu: “Kami selalu melibatkan Tuha Peut pada setiap ada rapat yang berkaitan dengan uang ADD baik pada rapat perencanaan maupun saat pertanggungjawaban. Ini kami lakukan karena Tuha Peut ini berperan penting dalam hal perencanaan, supaya nanti tidak timbul kesalah pahaman antara aparatur desa dengan BPD”. Dari kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa proses penyusunan APBDes melibatkan berbagai pihak baik dari aparatur desa, BPD atau Tuha Peut Gampong (TPG), maupun kalangan pemuda. Dalam hal pengawasan perencanaan peran
57 Volume MUHAMMAD MASRIADI 5, NomorYUSRA, 1, Agustus 2016
TPG sangat penting dalam penerapan transparansi pengelolaan dana. Sedangkan informan lainnya memberikan jawaban yang sama. Ketika penulis menanyakan tentang sosialisasi hasil musyawarah desa mengenai penggunaan dana ADD di desa Mansyurni seorang kepala desa mengungkapkan: “Pemerintah desa telah memasang papan informasi dikantor desa yang memuat seluruh rencana penggunaan ADD dan dana lain yang dikelola oleh pemerintah desa”. Hal ini tambahkan oleh Agustina seorang bendahara gampong yang mengungkapkan: “Pemasangan papan informasi untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang ingin mengetahuinya, jadi nanti dalam memper tanggungjawabkan juga tidak terlalu repot”. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal sosialisasi hasil rapat penggunaan ADD pemerintah desa telah melakukan upaya pemasangan papan pengumuman dalam rangka transparansi pengelolaan. Informasi ini juga menunjukkan bahwa adanya penerapan prinsip transparansi dalam perencanaan ADD yang dapat diketahui oleh masyrakat secara umum. Sedangkan informan lainnya mengatakan hal yang sama. Setelah mengajukan pertanyaan mengenai tahap perencanaan, penulis mengajukan pertanyaan tentang tahap pelaksanaan dana desa. Pertanyaan pertama penulis tentang proporsi penggunaan ADD yang diterapkan dan seluruh informan memberikan jawaban yang sama seperti Nasri Abdullah seorang kaur pembangunan yang menyatakan: “Secara umum penyusunan anggarannya itu ada aturan dari pemerintah untuk proporsi rumusnya itu 30% untuk operasional dan 70% untuk pemberdayaan masyarakat”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa tidak boleh membuat rencana anggaran ADD diluar dari aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kemudian penulis mengajukan pertanyaan selanjutnya tentang penyusunan laporan pertanggungjawaban dana ADD oleh bendahara. Hal ini ditanggapi dengan menarik oleh Tarmizi seorang bendahara gampong bahwa: “Dalam pelaksanaan ADD bendahara sudah membuat laporan penggunaan ADD setiap awal dan akhir tahapan kegiatan sesuai dengan format yang diberikan”. Hal ini memperlihatkan resposivitas dari bendahara gampong dalam upaya memenuhi kewajibannya dalam proses pertanggungjawaban dana desa. Selain itu Ainiah yang juga seorang bendahara gampong memberikan pernyataan serupa namun dengan penambahan: “disamping itu pembuatan laporang awal dan akhir juga penting untuk mengetahui hasil yang sudah
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dikerjakan, juga sebagai syarat untuk pengajuan anggaran tahap berikutnya”. Dari jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan laporan pertanggungjawaban dana desa penting dilakukan karena disamping untuk menilai hasil yang sudah dikerjakan juga perlu sebagai syarat untuk pengajuan tahap selanjutnya. Sedangkan informan lain memberikan jawaban yang serupa. Pertanyaan terakhir dalam tahap pelaksanaan ADD penulis ajukan tentang transparansi dan partisipasi dalam pelaksanaan ADD di desa. Dalam hal ini informan memberikan informasi yang cukup beragam, diantaranya Saiful Amri seorang kaur pembangunan di gampong mengemukan: “Pelaksanaan ADD didesa sangat terbuka, karena setiap tiga bulan sekali masyarakat dan tokoh-tokoh didesa selalu diajak untuk rapat walaupun sekedar untuk evaluasi dari pelaksanaan kegiatan termasuk pengelolaan dana ADD ini”. Pernyataan yang sedikit berbeda disampaikan oleh M. Dahlan yang juga seorang kaur pembangunan bahwa: Pelaksanaan ADD didesa terbuka, setiap akhir pelaksanaan program masyarakat dan tokoh-tokoh didesa selalu melakukan rapat untuk evaluasi dari pelaksanaan kegiatan tersebut”. Dari kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan ADD telah dilakukan dengan prinsip tranparansi dan partisipasi yaitu adanya keterbukaan pemerintah desa dalam pelaksanaan ADD dan melakukan evaluasi secara bersama-sama dengan masyarakat. Sedangkan informan lainnya mengutarakan hal yang sama. Setelah selesai dengan pertanyaan pelaksanaan ADD, penulis beralih ke pertanyaan mengenai pertanggungjawaban ADD. Pertanyaan pertama penulis tentang bagaimana pengeluaran dana ADD dipertanggungjawabkan. Jawaban dari informan relatif sama seperti yang diungkapkan oleh Agustina seorang bendahara gampong bahwa: “Bukti pengeluaran uang harus disertakan di setiap laporan pertanggungjawaban. Tidak hanya itu tetapi juga harus dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung lainnya seperti membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Kwitansi”. Namun pernyataan tersebut sedikit berbeda dengan Liauddin seorang kepala desa bahwa: “Setiap pengeluaran harus memiliki dokumentasi yang lengkap agar mudah dipertanggungjawabkan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertanggungjawaban pengeluaran ADD harus terlebih dahulu dilengkapi dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Sedangkan informan lain memberikan
57
58
MUHAMMAD YUSRA, MASRIADI
jawaban yang sama”. Kemudian penulis menanyakan tentang telah ditaati tidaknya peraturan yang berlaku tentang administrasi keuangan ADD. Razali Yakob memberikan jawaban: “Pengelolaan administrasi keuangan di desa sudah seperti aturan yang ditetapkan yaitu setiap transaksi disertai dengan bukti pendukung”. Pernyataan ini ditambahkan oleh Yuslidar Yunus bahwa: Pengelolaan administrasi keuangan disertai dengan bukti pendukung seperti nota dan kuitansi ditambah surat pesanan dan surat perintah kerja dari kepala desa untuk rekanan material. Pendapat yang sedikit berbeda dikemukan oleh M. Dahlan bahwa: “Dalam pengelolaan administrasi keuangan ADD kami berusaha semaksimal mungkin mengikuti aturan yang ada serta melakukan konsultasi ke kecamatan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pengelolaan administrasi keuangan harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Pertanyaan selanjutnya tentang waktu pembuatan laporan pertanggungjawaban. Nurimansyah Nusyah seorang bendahara gampong mengemukakan bahwa: “Sistem pelaporan dilaksanakan secara berjenjang, dari tim Pelaksana Kegiatan tingkat Desa ke Tim Fasilitasi Kecamatan setelah itu baru ke Tingkat Kabupaten dengan menngunakan format yang telah ditetapkan”. Pernyataan ini mendapat penambahan dari Adnan Usman bahwa: “Pelaporan pertanggung jawaban ADD dilaksanakan secara rutin, setiap bulan ,setiap akhir pelaksanaan tahapan kegiatan dan juga bendahara desa menyusun laporan pertanggungjawaban APBDes secara berkala dan pada akhir tahun”. Sedangkan informan lainnya mengungkapkan hal yang serupa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa laporan pertanggungjawaban dibuat secara berkala yaitu bulanan dan setiap akhir kegiatan. Contohnya seperti Laporan Realisasi Penerimaan ADD, laporan Realisasi anggaran,dan laporan lainnya. Pertanyaan terakhir penulis pada tahap pertanggungjawaban ADD adalah tentang pertanggungjawaban ADD yang dibuat desa sudah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan waktu yang ditetapkan. Pertanyaan ini ditanggapi oleh Ainiah sebagai berikut: “Semua desa telah melakukan penyusunan laporan berkala dan laporan akhir pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Peraturan Bupati No. 9 Tahun 2015. Namun dalam proses administrasi pelaporannya (kelengkapannya dan ketepatan waktu pengumpulan) kurang baik”. Hal ini dibenarka oleh Tarmizi yang menyatakan bahwa: “Pelaporan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
pertanggung jawaban telah dilakukan sesuai aturan, namun terdapat kendala dalam waktu dan kelengkapan dikarenakan laporan ADD terintegrasi dengan APBDes sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk pembuatannya sedangkan perangkat desa yang membuat sangat terbatas jumlah dan ketrampilannya”. Sedangkan informan lain mengungkapkan hal yang serupa. Sehingga dapat disimpulkan proses pertanggungjawaban ADD sudah dilakukan dengan baik namun masih terdapat kendala yang berkaitan dengan keterbatasan jumlah perangkat dan ketrampilan pembuatannya yang belum maksimal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif kualitatif atas hasil wawancara dengan informan dari 15 gampong di Kecamatan Dewantara dalam penelitian ini maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Penerapan prinsip akuntabilitas yang dilakukan oleh pengelola dana ADD di desa dapat dikatakan telah baik. Hal ini tercermin dari adanya partisipasi masyarakat pada tahap musyawarah perencanaan penggunaan ADD. Kemudian pada tahap pelaksanaan telah sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Lalu pada tahap pertanggungjawaban telah dilakukan dengan baik dengan melampirkan berbagai dokumen pendukung untuk akuratnya pertanggungjawaban. 2. Penyebab pengelola ADD dalam pengelolaannya belum memenuhi aturan yang berlaku dikarenakan keterbatasan kemampuan dan personel sehingga menyebabkan keterlambatan penyusunan pertanggungjawaban. SARAN Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan maka penulis menyarankan beberapa hal yang dapat menjadi masukan konstruktif bagi berbagai pihak diantaranya: 1. Bagi desa-desa di Kecamatan Dewantara untuk terus mengembangkan sumber daya manusianya agar mampu mengelola ADD dengan baik dan profesional. 2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat semakin dikembangkan dengan memperluas variabel penelitian maupun objek penelitian, dengan tujuan agar penelitian selanjutnya dapat semakin memberikan sumbangsih yang lebih besar dalam hal penerapan akuntabilitas di pemerintahan.
Volume 5, Nomor 1,YUSRA, Agustus MASRIADI 2016 59 MUHAMMAD
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 59
DAFTAR PUSTAKA Bastian Indra, (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Edisi Ketiga, Dosen Fakultas Ekonomi, Erlangga, UGM Yogyakarta. Hamdany, Ahamad F. (2012). Evaluasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas (Studi Pada Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang). Skripsi S1, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Halim, A. dan Theresia D. (2007). Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Haryanto, Sahmuddin, dan Arifuddin. (2007). Akuntansi Sektor Publik Edisi Pertama. Universitas Diponogoro. Semarang. http://www.tenagasosial.com/2014/05/makalah konsepakuntabilitas-dan.html Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan RI (2000), Akuntabilitas dan Good Governance, Modul 1-5, Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), LAN BPKP RI, Jakarta. Mardiasmo. (2002). Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Mardiasmo. (2009). Akuntansi Andi.Yogyakarta.
Sektor
Publik.
Moloeng, Lexy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Republik Indonesia (2015) Peraturan Bupati Aceh Utara Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Keuangan Gampong. Sekretariat Daerah Aceh Utara. Lhokseumawe. Republik Indonesia (2014) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Depdgri, Jakarta. Republik Indonesia (2014) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa. Depdagri, Jakarta.
Rosalinda (2014). Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus Desa Segodorejo dan Desa Ploso Kerep, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang). Jurnal Universitas Brawijaya. Premanita, Santri,. (2015). Akuntabilitas Keuangan Desa : Evaluasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Wonogiri Tahun 2014. Skripsi S1. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Subroto, Agus. (2009). Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-desa Dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008. Tesis S2 Universitas Diponegoro. Semarang. Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan keabsahan data. R&D. Alfabeta. Bandung. Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta, Bandung. Sumpeno, W. (2011).Perencanaan Desa Terpadu. Read. Banda Aceh. Thomas. (2013). Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan Sesayab Kabupaten Tana Tidung. eJournal Pemerintahan Integratif. Usman, Husaini dan Setiady Purnomo, (2009). Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta
60
MUHAMMAD YUSRA, MASRIADI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 61-72
PENGARUH KECUKUPAN MODAL DAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN RASIO KREDIT BERMASALAH SEBAGAI VARIABELMODERASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN (Studi Kasus Pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Periode 2011-2014) NUR AFNI YUNITA1, MITA YOLANDA2 1
Dosen FEB Akuntansi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Program Studi Akuntansi FEB Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
2
This research aimed to know the empirical evidence toward (1) the influence of Capital Adequacy (LDR) toward profitability (ROA) of Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, (2) the influence of PPA of Productive Assets (PPAPAP) toward profitability (ROA), (3) the influence of Non Performing Loan Ratio (NPL) toward relationship between Capital Adequacy (LDR) and Profitability (ROA), and (4) the influence of Non Performing Loan Ratio (NPL) toward relationship between PPA of Productive Assets (PPAPAP) and profitability (ROA). This was a qualitative research that used the secondary data, and the data wa time series. The object of this research was Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara during 2011-2014. The result of this research showed that Capital Adequacy influenced Profitability. PPA of Productive Assets influenced negatively toward Profitability. Non Performing Loan Ratio mediated the relationship between Capital Adequacy and Profitability. Non Performing Loan Ratio mediated the relationship between PPA of Productive Assets and Profitability.
Keywords: Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, PPA of Productive Assets, Return On Asset
PENDAHULUAN Menurut Sartono dalam Idamayanti (2014) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba yang ada hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dalam profitabilitas penelitian ini dapat diukur dengan ROA (Return On Assets). Menurut Kasmir dalam Nurhasanah (2012) menyatakan bahwa Return On Assets (ROA) adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank antara lain yaitu: CAR (Capital Adequacy Ratio), kredit bermasalah, LDR (Loan to Deposit Ratio), BOPO (Biaya Operasional dan
Pendapatan Opeasional), dan NIM (Net Interest Margin). Terjadinya suatu masalah yaitu Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) mengumumkan beberapa korporasi yang turun peringkat salah satunya adalah Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU) yang ditrurunkan menjadi “idA-” dari peringkat “idA”(Republika.co.id, Jakarta). Hal tersebut dikarenakan melemahnya ukuran bank (size bank) yaitu kualitas aset yang dimiliki Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU), rasio kredit bermasalah yang meningkat yang dapat di ukur dengan rasio NPL (Non Performing Loan) serta menurunnya tingkat permodalan bank yaitu kecukupan modal yang diukur dengan LDR (Loan to
62
NUR AFNI YUNITA, MITA YOLANDA
Deposit Ratio) selain itu pertumbuhan kredit dan pendanaan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU) juga mengalami stagnasi di tahuntahun terakhir yang mengakibatkan tingkat profitabilitas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU) menurun sehingga terjadi penurunan peringkat tersebut. Adapun peningkatan dan penurunan yang teradi pada profitabilitas BPDSU yaitu tahun 2011 menurn sebanyak 1,29%, tahun 2012 menurun 0,27%, tahun 2013 meningkat sebanyak 0,38%, tahun 2014 menurun sebesar0,77%. Pada kecukupan modal BPDSU tahun 2011 menurun sebesar 12,48%, tahun 2012 meningkat sebesar 23,34%, tahun 2013 meningkat sebesar 5,41% dan tahun 2014 menurun sebesar 11,42%. Untuk kredit bermasalah BPDSU tahun 2011 meninkat sebesar 0,16%, tahun 2012 menurun hanya sebanyak 0,07%, tahun 2013 meningkat kembali sebesar 1,16%, dan tahun 2014 meningkat sebesar 1,51%. Untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif tahun 2011 menurun sebesar 0,35%, tahun 2012 meningka sebesar 0,86%, tahun 2013 meningkat sebesar 0,84% dan tahun 2014 meningkat lagi sebesar 1,36%. Adapun tujuan penelitian ini yaitu: 1) untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal terhadap profitabilitas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara; 2) untuk mengetahui pengaruh penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap profitabilitasBank Pembangunan Daerah Sumatera Utara; 3) untuk mengetahui pengaruh rasio kredit bermasalah terhadap hubungan antara kecukupan modal dengan profitabilitas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara; 4) untuk mengetahui pengaruh rasio kredit bermasalah terhadap hubungan antara penyisihan penghapusan aktiva produktif dengan profitabilitasBank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. LANDASAN TEORI Adapun pengertian teori stewardship menurut FX Anton (2010:66) yaitu: Teori stewardship merupakan teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini memiliki dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
mencapai sasaran organisasinya.Dalam penelitian ini menggunakan teori stewardship karena penelitian ini membahas tentang peningkatan profitabilitas yang dilakukan suatu badan yaitu dalam bidang perbankan. Menurut UU RI Pasal 1 ayat 2 No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan mendefenisikan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir dalam Wijayanti (2014) jenis sumber dana bank yaitu dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang berasal dari masyarakat luas, dana yang bersumber dari lembaga lainnya. Menurut Alexandri dalam Wijayanti (2014) laporan keuangan bank adalah media yang dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari posisi keuangan, perhitungan laba rugi, dan ikhtisar laba di tahan. Menurut Brigham dan Houston dalam Darmayanti (2012) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan. Sedangkan menurut Mirawati (2013) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan gambaran yang mengukur seberapa mampu perusahaan menghasilkan laba dari proses operasional yang telah dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.Menurut Gitman (2012:79-82) ada beberapa jenis rasio dalam mengukur profitabilitas, antara lain yaitu: 1) Gross Profit Margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan; 2) Operating Profit Margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari penjualan sebelum bunga pajak; 3) Net Profit Margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari penjualan setelah bunga dan pajak; 4) Earning Per Share, rasio ini mengukur tingkat profitabilitas atau keuntungan dari tiap satuan lembar saham; 5) Return On Equity(ROE), rasio ini mengukur tingkat pengembalian modal sendiri atau investasi para pemegang saham biasa; 6) Return On Assets(ROA), rasio ini untuk mengukur efektivitas keseluruhan kinerja manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan ROA sebagai alat ukur profitabilitas.Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak atau Earning Before Tax (EBT) terhadap total aset. Menurut Gitman dalam Izati dan Farah (2014) menyatakan bahwa ROA merupakan mengukur
5, Nomor 1, Agustus 63 Volume NUR AFNI YUNITA, MITA 2016 YOLANDA
keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia, ROA juga disebut laba atas investasi. Semakin tinggi pengembalian perusahaan atas total aset maka semakin baik kinerja perusahaan.ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Menurut Lukman (2009:121) menyatakan bahwa kecukupan modal adalah modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Menurut Dian (2011), kecukupan modal merupakan salah satu indikator kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktiva sebagai akibat kerugian yang di derita bank dan digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya saat ditagih. Karena tingkat kecukupan modal juga dapat dilihat melalui aspek likuiditas, dan aspek likuiditas diukur dengan menggunakan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) maka peneliti menggunakan rasio LDR untuk mengukur tingkat kecukupan modal bank dalam penelitian ini sesuai dengan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya. Dimana menurut Nazaf (2014), LDR merupakan rasio yang mengukur tingkat penggunaan dana yang diterima masyarakat dalam bentuk kredit. Menurut Pasaribu dan Rosa(2011), LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. LDR dapat di formulasikan sebagai berikut:
Menurut Iman (2015) menyatakan bahwa Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) merupakan salah satu komponen dari laporan keuangan yang menggambarkan bagaimana kondisi (kualitas) aktiva produktif bank pada periode tertentu. Rasio yang digunakan dalam mengukur penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu dengan rasio PPAPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif). Menurut Putri (2010) menyatakan bahwa rasio PPAPAP menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menjaga kualitas aktiva produktif sehingga jumlah PPAP dapat dikelola dengan baik. Rasio PPAPAP ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Menurut Mahmoeddin (2010:3) menyatakan bahwa kredit bermasalah adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya. Menurut Ismail dalam Nurfadilla dan Ruzikna menyatakan bahwa kredit bermasalah dapat digolongkan pada kolektibilitas pada klasifikasi kurang lancar, diragukan, dan macet. Dari defenisi diatas peneliti menyimpulkan kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya pada bank seperti yang telah diperpanjangkan jangka waktunya, hal ini akan mengakibatkan kerugian pada bank.Rasio yang digunakan dalam mengukur rasio kredit bermasalah pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan NPL (Non Performing Loan). Menurut Restiyana (2011) menyatakan bahwa NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. Rasio NPL ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Untuk lebih mempermudah meliha suatu hubungan antar setiap variabel dapat digambarkan melalui kerangka konseptual yang tergambar dalam setiap penlitian. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
63
64
NUR AFNI YUNITA, MITA YOLANDA
Adapun hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: H1: Kecukupan modal berpengaruh terhadap profitabilitas bank. H2: Penyisihan penghapusan aktiva produktif berpengaruh terhadap profitabilitas. H3: Rasio kredit bermasalah berpengaruh terhadap hubungan antara kecukupan modal dengan profitabilitas bank. H4: Rasio kredit bermasalah berpengaruh terhadap hubungan antara penyisihan penghapusan aktiva produktif dengan profibilitas bank METODE PENELITIAN Pada penelitian ini akan membahas tentang tingkat profitabiltas yang diperoleh oleh bank. Objek penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU) yang sering kita dengar Bank Sumut yang berlokasi Jalan Imam Bonjol No 18, Medan,Telepon 061 - 4515100 (20152), FAX (061) 4512652, Sumatera Utara. Berupa laporan tahunan dari Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Periode 2011-2014 yang di ambil melalui kantor Majalah Infobank Jalan Arteri No. 123, Kebayoran Lama Utara, Jakarta 12241, Telepon (021) 7253127, FAX (021) 7253128, Email
[email protected] dan
[email protected]. Dalam penelitian ini tidak memiliki populasi dan sample dikarenakan hanya menggunakan satu objek bank saja. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan studi pustaka dan dokumentasi. Jenis data yang diambil peneliti dalam penelitian berdasarkan dengan kelompok jenis data yaitu: jika dilihat berdasarkan cara perolehan data ini merupakan data sekunder dikarenakan penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan dari Bank yang bersangkutan. Jika dilihat berdasarkan waktu pengumpulan data ini termasuk ke dalam data time series atau data seri waktu dimana data ini di ambil dari periode 2011-2014. Dan jika dilihat berdasarkan sifatnya ini merupakan data kuantitatif dikarenakan data ini menguji kembali dari teori-teori yang sudah ada dan data yang di analisis berupa data keuangan yang bersifat kuantitatif. Uji Deskriptif Menurut Narimawati (2008:21) menyatakan pengertian uji deskriptif adalah metode yang menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui pengungkapan berupa narasi, grafik maupun
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
gambar. Berdasarkan pernyataan tersebut adalah metode yang berisi mengungkapkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data yang aktual, yakni menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasikannya. Uji yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah uji deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau suatu masalah dan data yang diambil kemudian di analisis kebenarannya. Uji Asumsi Klasik Dalampenelitiankuantitatifyangmenggunakanregre silinierberganda haruslahmenggunakanujiasumsi klasik.Uji asumsi klasik yang digunakan dalampenelitianinidigunakanujinormalitas, uji autokorelasi¸ uji heteroskedastisitas, sedangkan untuk uji multikolinearitas tidak dilakukan karena penelitian ini menggunakan variabel moderasi sehingga dipastikan data yang diperoleh akan terjadi korelasi antar variabel bebas. Penjelasan uji tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah model regeresi telah memenuhi kriteria distribusi normal atau tidak. Data dalam penelitian ini akan di uji terlebih dahulu dengan grafik histogram, grafik normal probability plot dan uji KolmogrovSminov Test. Menurut Putri (2010) menyatakan bahwadistribusi data dapat dikatakan normal apabila nilai signifikan hitung >0,05 atau 5%. b. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda terdapat korelasi antara kesalahan pada periode sebelumnya. Regresi yang baik itu adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji Autokorelasi ini digunakan dengan uji Durbin-Watson. Jika nilai D-W di bawah -2 maka terdapat autokorelasi positif, jika nilai D-W antara -2 sampai 2 maka tidak terdapat autokorelasi dan jika nilai D-W di atas 2 maka terdapat autokorelasi negatif. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan model regresi linier saat pengamatan satu ke pengamatan lainnya. Pengujian ini dilakukan dengan grafik scatterplot dan glejser test. Metode Analisis Regresi Linear Berganda Menurut Krisnawati (2014) menyatakan bahwa analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dan menunjukkan arah
65 Volume NUR AFNI YUNITA, MITA2016 YOLANDA 5, Nomor 1, Agustus
hubungan antara variabel independen. Tujuan analisis regresi linear berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antar dua variabel atau lebih dan membuat prediksi nilai variabel terikat atas nilai variabel bebas. Sehingga analisis regresi linear berganda dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan: Y a b X1 X2
= Profitabilitas = Konstanta = koefisien regresi/ nilai parameter = Kecukupan modal = Penyisihan penghapusan aktiva produktif HASIL ANALISIS
Menurut Ghozali dalam Septriani dan Ramantha (2014) menaytakan bahwa MRA adalah salah satu alat khusus dalam pengujiam regresi linear berganda, yang dalam persamaan regresinya terkandung unsur interaksi. Penelitian ini dilakukan karena penelitian yang dilakukan menggunakan variabel moderasi dan menggunakan Program Statistical Package of Social Science (SPSS). Persamaan MRA sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X1*Z + β4X2*Z + ε Keterangan: Y = Profitabilitas yang di ukur dengan ROA α = parameter konstanta β1-β5 = Koefisien Regresi Berganda X1 = Kecukupan modal X2 = Penyisihan penghapusan aktiva produktif Z = Rasio kredit bermasalah X1*Z = Interaksi antara kecukupan modal dan rasio Kredit bermasalah X2*Z = Interaksi antara penyisihan Penghapusan aktiva produktif dan rasio kredit bermasalah
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 65
ε
= faktor lain yang mempengaruhi variabel Y
Uji Hipotesis Dalam penelitian ini menggunakan uji hipotesis yaitu uji secara parsial dengan melihat nilai β dan tingkat signifikannya 0.05. Uji hipotesis ini sebagai berikut: 1) Jika H1; β = 0 maka hipotesis ditolak, artinya kecukupan modal tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank, jika H1; β ≠ 0 maka hipotesis diterima, artinya kecukupan modal berpengaruh terhadap profitabilitas bank; 2) Jika H2; β = 0 maka hipotesis ditolak, artinya penyisihan penghapusan aktiva produktif tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank, Jika H2; β ≠ 0 maka hipotesis diterima, artinya penyisihan penghapusan aktiva produktif berpengaruh terhadap profitabilitas bank; 3) Jika H3; β = 0 maka hipotesis ditolak, artinya rasio kredit bermasalah tidak berpengaruh terhadap hubungan antara kecukupan modal dengan profitabilitas bank, Jika H3; β ≠ 0 maka hipotesis diterima, artinya rasio kredit bermasalah berpengaruh terhadap hubungan antara kecukupan modal dengan profitabilitas bank; 4) Jika H4; β = 0 maka hipotesis ditolak, artinya rasio kredit bermasalah tidak berpengaruh terhadap hubungan antara penyisihan penghapusan aktiva produktif dengan profitabilitas bank, Jika H4; β ≠ 0 maka hipotesis diterima, artinya rasio kredit bermasalah berpengaruh terhadap hubungan antara penyisihan penghapusan aktiva produktif dengan profitabilitas bank.
PEMBAHASAN Uji Deskriptif Statistik yang akan dibahas meliputi jumlah data (N), rata-rata sample (mean), nilai maksimum, nilai minimum, serta standar deviasi untuk masing-masing variabel, seperti terlihat pada tabel berikut:
66
NUR AFNI YUNITA, MITA YOLANDA
Loan to Deposit Ratio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif Non Performing Loan Return On Asset X1 * Z X2 * Z Valid N (Listwise)
N 16
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 1. Descriptive Statistics Minimum Maximum .6298 1.0731
Mean .837962
Std. Deviation .1256979
16
.0297
.0603
.042106
.0093977
16 16 16 16 16
.0234 .0234 .0153 .0007
.0603 .0564 .0541 .0034
.042106 .033331 .031536 .001643
.0101932 .0072537 .0113885 .0008328
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Grafik Histogram
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa grafik batang berada disekitar garis distribusi normal, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data juga berdistribusi dengan normal dan tidak terjadi pelanggaran asumsi normalitas. Grafik Normal Probability Plot
Berdasarkan gambar diatas maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi uji asumsi normalitas, hal ini terlihat dari titik-titik plot mengikuti garis diagonal yang menandakan bahwa data terdistribusi dengan normal. Uji Statistik Non- Parametik KolmogorovSmirnov Z Tabel 2. One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 16 Normal ParametersaMean .0000000 Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogrov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.00538941 .190 .097 -.190 .760 .611
a. Test distribution Normal. Sumber: data diolah SPSS 16.0 (2016)
Berdasarkan output diatas, diketahui bahwa besarnya nilai kolmogorov-Sminrnov Z adalah sebesar 0.760 dengan tingkat signifikan jauh diatas 0.05 yaitu sebesar 0.611. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang peneliti uji berdistribusi normal.
67 Volume NUR AFNI YUNITA, MITA2016 YOLANDA 5, Nomor 1, Agustus
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 67
Uji Autokorelasi
Model
R
R Square
1
.669a
.448
Tabel 3 Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .172 .0066007
Durbin-Watson 1.852
a. Predictors: (Constan), X1 * Z, Loan to Deposit Ratio, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif, Non Performing Loan, X2 * Z. b. Dependent Variable:Return On Asset Sumber: data diolah SPSS 16.0 (2016) Berdasarkan output tabel 4.3 diatas, diketahui nilai DW 1.852, selanjutnya nilai ini akan di bandingkan dengan tabel signifikan 5%, jumlah sample N=16 dan jumlah variabel independen 2 (K=2) = 2.16 maka diperoleh diperoleh nilai du 1.539 (dilihat dari tabel Durbin Watson). Nilai DW 1.852 dan kurang dari (4-
du) 4-1.539 = 2.461. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
Berdasarkan output scatterplot pada gambar diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Model 1 (Constant) Loan to Deposit Ratio Penyisiha Pengahpusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif Non Performing Loan X1 * Z X2 * Z a. Dependent Variabel: Abs_res Sumber: data diolah SPSS 16.0 (2016)
Uji Heteroskedastisitas Output Scatterplot
Uji Glejser Test Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas yang terjadi dalam proses estimasi parameter model penduga, dimana tidak ada nilai hitung yang signifikan atau nilai signifikan (Sig) lebih dari 0.05 (p>0.01). Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas.
Tabel 4 Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error -.008 .027 .026 .035
Standaridized Coefficients Beta
T
Sig.
.996
-.300 .734
.771 .480
-.462
.565
-1.325
-.818
.433
1.029 -.949 1.158
.835 .990 11.453
3.200 -3.296 .294
1.233 -.959 .101
.246 .360 .921
68
NUR AFNI YUNITA, MITA YOLANDA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 5 Model Summary
Model
1
R
.669
r Squar e
Adjuste dr Square
.448
.172
a
Std. Error of the Estimat e .006600 7
Sumber: data diolah SPSS 16.0 (2016)
Model 1 (Constant)
Uji Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 6 Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error .042 .013
Loan to Deposit Ratio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif a.
Hal ini berarti 44.8% profitabilitas (ROA) dapat dijelaskan oleh variasi variabel kecukupan modal (LDR), penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAPAP), rasio kredit bermasalah (NPL), X1*Z, X2*Z. Sedangkan sisanya 55.2% dapat dijelaskan dengan faktor lain diluar variabel penelitian. Hal ini berarti pengaruhnya tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah dalam setiap variabel bebas terhadap variabel terikat.
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
3.157
.008
.014
.018
.238
.752
.465
-.056
.245
-.073
-.229
.822
Dependent Variable: Return On Asset
Sumber: data diolah SPSS 16.0 (2016)
Dari tabel di atas, maka dapat disimpulkan analisis regresi linear berganda dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Y = 0.042 + 0.014X1 - 0.056 X2 1.
2.
3.
Nilai konstanta positif sebesar 0.042 menunjukkan pengaruh positif variabel independen. Jika variabel independen dianggap konstan maka profitabilitas bank yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) sebesar 0.042 atau 4.2%. Nilai koefisien regresi Loan to Deposit Ratio bernilai positif sebesar 0.014 menyatakan bahwa setiap peningkatan Loan tio Deposit Ratioadalah sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan profitabilitas yang diterima oleh Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara adalah sebesar 0.014. Rasio PPAPAP koefisiennya bertanda negatif sebesar -0.056 menunjukkan bahwa setiap peningkatan kenaikan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif adalah sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan profitabilitas yang diterima oleh Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Utara sebesar 0.056. Moderated Regression Analysis (MRA) Berdasarkan dari tabel 7, dapat disimpulkan moderated regression analysis dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini: 1. Nilai konstanta sebesar 0.016 artinya menunjukkan pengaruh positif variabel independen. Bila variabel independen dianggap konstan maka profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) sebesar 0.016 atau 1.6%. 2. Nilai koefisien regresi Loan to Deposit Ratio bernilai positif sebesar 0.112 menyatakan bahwa setiap peningkatan Loan tio Deposit Ratio adalah sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan profitabilitas yang diterima oleh Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara adalah sebesar 0.112. 3. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif koefisiennya bertanda negatif sebesar -3.182 menunjukkan bahwa setiap peningkatan kenaikan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif adalah sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan profitabilitas yang diterima oleh Bank
67 Volume NUR AFNI YUNITA, MITA2016 YOLANDA 5, Nomor 1, Agustus
4.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 69
Pembangunan Daerah Sumatera Utara sebesar 3.182. Nilai beta dari interaksi antara Loan to Deposit Ratio dengan Non Performing Loan bertanda negatif sebesar -2.326 menunjukkan dengan adanya Non Perfoming Loan maka memperlemah hubungan antara Loan to Deposit Ratio dengan profitabilitas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Artinya setiap peningkatan kenaikan Loan to Deposit Ratio terhadap profitabilitas adalah sebesar 1 satuan dan dengan adanya peningkatan kenaikan Non Performing Loan maka akan menurunkan profitabilitas yang diterima Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara sebesar 2.326.
Model 1 (Constant) Loan to Deposit Ratio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif X1*Z X2*Z a. Dependent Variable: Return On Asset
5.
Nilai beta dari interaksi antara Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif dengan Non Performing Loan bertanda positif sebesar 58.250 menunjukkan dengan adanya Non Perfoming Loan maka memperkuat hubungan antara Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktifdengan profitabilitas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Artinya setiap peningkatan kenaikan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produkif terhadap profitabilitas adalah sebesar 1 satuan dan dengan adanya peningkatan kenaikan Non Performing Loan maka akan tetap menurunkan profitabilitas yang diterima Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara sebesar 58.250.
Tabel 7 Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error .016 .028 .112 .056
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
1.948
.571 1.99
.579 .072
-3.182
1.156
-4.123
-2.752
.019
-2.326 58.250
1.454 22.531
-3.652 6.687
-1.600 2.585
.138 .025
Sumber: data diolah SPSS 16.00 (2016)
Uji Hipotesis Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas Karena nilai koefisien regresi kecukupan modal yang diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio tidak sama dengan nol yaitu β: 0.112 ≠ 0, maka hipotesis pertama diterima dan dapat diartikan bahwa kecukupan modal berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Pengaruh Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Profitabilitas Karena nilai koefisien regresi tidak sama dengan nol yaitu β: -3.182 ≠ 0, maka hipoetsis kedua diterima dan dapat diartikan bahwa Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.
Pengaruh Rasio Kredit Bermasalah Terhadap Hubungan Antara Kecukupan Modal dengan Profitabilitas Karena nilai koefisien regresi tidak sama dengan nol yaitu β: -2.326 ≠ 0, maka hipotesis ketiga diterima dan dapat diartikan bahwa rasio kredit bermasalah berpengaruh terhadap hubungan antara kecukupan modal dengan profitabilitas yang berarti bahwa rasio kredit bermasalah memperlemah hubungan antara kecukupan modal dengan profitabilitas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Pengaruh Rasio Kredit Bermasalah Terhadap Hubungan Antara Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dengan Profitabilitas Karena nilai koefisien regresi tidak sama dengan nol yaitu β: 58.250 ≠ 0, maka hipotesis keempat diterima dan dapat diartikan bahwa rasio kredit bermasalah berpengaruh terhadap hubungan antara penyisihan penghapusan aktiva produktif dengan profitabilitas Bank Pembangunan Daerah
70
NUR AFNI YUNITA, MITA YOLANDA
Sumatera Utara yang berarti rasio kredit bermasalah memperkuat hubungan antara penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap profitabilitas bank. KESIMPULAN Adapun kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tersebut yaitu sebagai berikut: 1. H1 diterima, variabel kecukupan modal yang diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dengan signifikansi 0.072 > 0.05. 2. H2 diterima, variabel penyisihan penghapusan aktiva produktif berpengaruh negatif terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dengan signifikansi 0.019 < 0.05. 3. H3 diterima, variabel rasio kredit bermasalah yang diproksikan dengan Non Performing Loan memediasi hubungan antara kecukupan modal dengan profitabilitas tidak berpengaruh pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dengan signifikan 0.138 > 0.05. 4. H4 diterima, variabel rasio kredit bermasalah yang diproksikan dengan Non Performing Loan memediasi hubungan antara penyisihan penghapusan aktiva produktif dengan profitabilitas berpengaruh dengan signifikan 0.025 < 0.05 pada Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. 5. Uji analisis regresi linear berganda dengan adanya moderasi sebagai berikut: ROA = 0.016 + 0.112 X1 - 3.182 X2 - 2.326 X1*Z + 58.250 X2*Z
SARAN
Adapun saran dalam penelitian ini yang disusun berdasarkan keterbatasan peneliti sebagai berikut: 1. Bagi objek penelitian (manajemen bank) BPDSU tetap menjaga kecukupan modal dengan penyaluran kredit (LDR) terhadap debiturnya dan menjaga agar tidak terjadi peningkatan kredit bermasalah dari tahun sebelumnya sehingga tidak terjadi pula penyisihan penghapusan aktiva produktif agar selalu berada pada peringkat yang terbaik dan tidak menurun serta agar bank selalu
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
2.
dalam kondisi yang sehat sehingga dapat terus dipercaya oleh nasabahnya. Bagi Peneliti selanjutnya a. Periode penelitian dapat diperluas lagi bukan hanya selama empat tahun dan dapat diperluas lagi bukan hanya pada satu Bank Pembangunan daerah (BPD) saja. b. Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah variabel penelitian lain yang memiliki nilai kontribusi yang lebih besar terhadap profitabilitas dan dapat diperluas lagi bukan hanya menggunkan variabel yang ada pada penelitian ini tetapi juga dapat menambahkan variabel lain. c. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan rasio yang dapat mengukur profitabilitas bank. DAFTAR PUSTAKA
Bastian Indra, (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Edisi Ketiga, Dosen Fakultas Ekonomi, Erlangga, UGM Yogyakarta. Anton, FX. (2010). Menuju Teori Stewardship Manajemen. Majalah Ilmiah Informatika Vo. 1 No 2 Mei 2010. Fakultas Ekonomi Universitas AKI. Semarang. Ardimas, Wahyu. (2012). Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Social Responbility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan pada Bank Go Public Yang Terdaftra di BEI. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Gunadarma. Jakarta. Azwir, Yacub. (2006). Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efesiensi, Likuiditas, NPL, Dan PPAP Terhadap ROA Bank. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang. Bank Indonesia. (1998). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bank Indonesia. Jakarta Bank
Indonesia. (2001). Surat Edaran Indonesia No 3/23/DPNP/2001. Indonesia. Jakarta.
Bank Bank
Bank
Indonesia. (2004). Surat Edaran Indonesia No 6/23/DPNP/2004. Indonesia. Jakarta
Bank Bank
Bank
Indonesia. (2011). Surat Edaran Indonesia No 13/24/DPNP 2011. Indonesia. Jakarta
Bank Bank
Darmayanti, Ni P.M. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva, Dan Struktur Aktiva Terhadap Keputusan Pendanaan pada
71 Volume NUR AFNI YUNITA, MITA2016 YOLANDA 5, Nomor 1, Agustus
Perusahaan Others Di BEI. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Bali. Firanto, Pandia. (2012). ManajemenDana dan Kesehatan Bank. Rineka Cipta Lamudi: Jakarta. Gitman, L.J dan Zutter, C.J. (2012). Principles of Managerial Finance. United States: Prentice Hall. Hanum, Zulia. (2009). Pengaruh Return On Asset (ROE), Return On Equity (Roe), Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011. Jurnal Manajemen & Bisnis, ISSN: 1693-7619, Vol 08 No 02 April 2009. Harningsih. (2012). Evaluasi Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Perusahaan Laba Pada Bank Umum Konvensional Di Indonesia. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Gunadarma. Depok. Hidayat, M.R dan Farida, T.K. (2014). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Dividend Payout Ratio (DPR) Terhadap Return Saham Perusahaan. Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom. Bandung. http://repository.widyatama.ac.id. Wijayanti, E. (2014). Bab II Tinjauan Pustaka. Diunduh 2014. http://www.republika.co.id, 2011. Jakarta. Idamayanti, Septa. (2014). Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return On Asset. Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran Semarang. Semarang. Iman, Amalia Nurul. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Pada Perbankan Syariah di indonesia. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang. Izati, Chaerunisa dan Farah Margaretha. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Basic Industry And Chemicals Di Indonesia. E-Journal Manajemen Fakultas Ekonomi ISSN: 2339-0824 Vol 1 No 2 September 2014 Hal 21-43. Universitas Trisakti. Jakarta. Karunia, Clorinda. (2013). Analisis Pengaruh Rasio Capital, Assets Quality dan Liquidity Terhadap Kineja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang terdaftar di Bursa Efek Inodensia (BEI) Periode 2007-2011.Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Surabaya. Surabaya.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 71
Krisnawati, Dina Ayu. (2014). Analisis Faktor PenentuProfitabilitas Bank Di Indonesia Dengan Metode Risk Based Bank Rating. Skripsi S1 Universitas Diponegoro. Semarang. Lukman, Dendawijaya. (2009). Manajemen Perbankan.Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Mahmoeddin, As. (2010). Melacak Kredit Bermasalah Cetakan Pertama. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Marwansyah, Sofyan dan Rani Kurniasari. (2014). Analisis Non Performing Loan Terhadap Return On Asset Pada Bank Mandiri Periode 20072012. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Moneter ISSN 2355-2700, Vol 1 No 1 April 2014. Jakarta. Mirawati.(2013). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Realestate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang. Nainggolan, Marnov P. P. (2009). Analisis Pengaruh LDR, NIM Dan BOPO Terhadap ROA Bank Umum Indonesia. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Medan. Narimawati, Umi. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Agung Media. Bandung. Nazaf, Feby Loviana. (2014). Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Tingkat Kecukupan Modal Perbankan. Skripsi S1. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Padang. Notoatmodjo.(2010). Metodologi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Penelitian
Nugroho, Aji. (2011). Analisis Pengaruh Rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Usaha Perbankan Di Indonesia Versi Majalah Infobank. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang. Nurhasanah, Rahmalia. 2012. Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Bandung. Pasaribu, Hiras dan Rosa Luxita Sari. (2011). Analisis Tingkat Kecukupan Modal Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas. Jurnal Telaah Dan Riset Akuntansi Vol 4 No 2 Juli 2011. Yogyakarta.
72
NUR AFNI YUNITA, MITA YOLANDA
Patriwan, Dwiatma. (2011). Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) Dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang. Purba, Daris. (2011). Pengaruh Kecukupan Modal, Likuiditas, Dan Efesiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Skripsi S1 Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. Putri, E.Y. (2010). Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Dan Ukuran Bank, Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Periode 20052007. Skripsi S1. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Rafsanjani, Muhammad Rizqi dan Ngadirin Setiawan. 2013. Perlakuan Akuntansi Kredit Bermasalah Setelah PSAK No 31 Efektif Dicabut Pada PT. Bank Tabungan Negara. Jurnal Nominal Vol 2 Nomor 1 Tahun 2013. Yogyakarta. Restiyana. (2011). Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR dan NIM Terhadap Profitability Perbankan. Universitas Diponegoro. Semarang. Riyadi, Slamet. (2014). Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, Financing To Deposit Ratio (FDR) Dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia. ISSN: 2252-6765, Accounting Analysis Journal 3. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Sam, Fatwal. (2012). Analisis Pengaruh LDR, NPL, dan ROA Terhadap CAR Pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Se-Indonesia Tahun 2007-2011. Universitas Hasanuddin.Makasar. Septiarini, N.L.S dan Ramantha, I.W. (2014). Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Rasio Penyaluran Kredit Terhadap Profitabilitas Dengan Moderasio Rasio Kredit Bermasalah. ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1 (2014): 192-206. Bali. Setyahafiz, Rizky Maghfiroh Nanda. (2011). Penggunaan Gross Profit Margin (GPM), Return On Assets (ROA). Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di bursa Efek Indonesia. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Surabaya.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Strada, Melya. (2006). Pengaruh tingkat penyisihan penghapusan aktiva produktif dan Net Capital Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Padjadjaran. Bandung. Sugiyono.(2013). Metode CVAlfabeta. Bandung.
Penelitian
Bisnis.
Sukma, Yoli Lara. (2013). Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal Dan Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Padang. Sulistiawati, Dhian Eka. (2011). Analisis Pengaruh CAR, LDR Dan PPAP Terhadap Kinerja Bank (ROA) Di Industri Perbankan Periode 20062008. Skripsi S1 Program Studi Akuntansi Universitas Stikubank. Semarang. Syafi’i, Muhammad. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio. Skripsi S1 Universitas Brawijaya. Malang. Syamsuddin, Lukman. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi dalam: Perencanaan dan Pengembalian Keputusan. Edisi Baru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Taufik, A Dharnaeivy. (2012). Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Hasa Mutia Dengan Metode CAMEL. Skripsi S1 Universitas Hasanuddin.Makasar. Taufik, A Dharnaeivy. (2012). Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Hasa Mutia Dengan Metode CAMEL. Skripsi S1 Fakultas Akuntansi Universitas Hasanuddin. Makasar. Widaningsih.(2012). Analisis Rasio Bermasalah.Unikom. Bandung.
Kredit
Widokarti, Joko Rizkie. (2012). Masalah Kredit Macet dan Pemecahannya. Universitas Terbuka.Batam. Widyasari, Ni Kadek Yuni dan Mimba, Ni Putu Sri Harta. (2015). Pengaruh Loan To Deposit Ratio Pada Profitabilitas Dengan Non Performing Loan Sebagai Pemoderasi. ISSN: 2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.2 (2015): 588-601. Universitas Udayana. Bali.
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 73-84
EVALUASI ATAS PERLAKUAN PERPAJAKAN TERHADAP TRANSAKSI TRANSFER PRICING BERDASARKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2011 (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI Tahun 2010-2014) RAZIF1, SITI RAHMAYANTI2 1
Dosen FEB Akuntansi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Program Studi Akuntansi FEB Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
2
Transfer pricing is a pricing on transactions for delivering goods or services to group members in a multinational company, where the specified transfer price can deviate from the fair market price along according to the group. But the transfer pricing practices are often misused so that the fraud in the transaction causes a lack of state revenue through taxes. This research was conducted to evaluate This study aimed to evaluate the tax treatment to the transaction of transfer pricing based on PER-32 / PJ / 2011 and to know the appropriateness of the transaction with the Principles of Fairness and Prevalence Enterprises (Arm's length principle / ALP). The population of this study was 142 companies listed on the Stock Exchange in 2010-2014 based on purposive sampling method the samples were 25 companies. The inspection of transfer pricing needs to be carried out by calculating the ratio of Finance to identify tax avoidance that occurs because of a special relationship. Transfer pricing was determined by several methods, this study used Transactional Net Margin method / TNMM by comparing the value of net operating income to sales. The results showed that the company did not conduct transactions in accordance with the Principles of Fairness and Prevalence (Arm's length principle / ALP) Enterprises. Directorate General of Taxation should increase supervisions related to regulations especially the application of the transfer pricings conducted by national and multinational companies which carried out their operations in Indonesia so that the taxpayer continues to carry out the tax obligations. Keyword:
Transfer Pricing, Relationship, Multinational Company, Principles of Fairness and Prevalence Enterprises, PER-32 / PJ / 2011
PENDAHULUAN Praktek transfer pricing ini dulunya hanya dilakukan oleh perusahaan semata-mata hanya untuk menilai kinerja antar anggota atau divisi perusahaan, tetapi seiring dengan perkembangan zaman praktek transfer pricing sering juga dipakai untuk manajemen pajak yaitu sebuah usaha untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus di bayar. Sering sekali istilah transfer pricing dikonotasikan dengan sesuatu yang tidak baik (sering disebut abuse of transfer pricing), yaitu suatu pengalihan penghasilan dari suatu
perusahaan dalam suatu negara dengan tarif pajak yang lebih tinggi ke perusahaan lain dalam satu grup di negara dengan tarif pajak yang lebih rendah sehingga mengurangi total beban pajak grup perusahaan tersebut. Beberapa penelitian mengenai transfer pricing telah banyak dilakukan, dalam penelitian Nurhayati (2013:44) menemukan bahwa praktik transfer pricing sering digunakan oleh banyak perusahaan sebagai alat untuk menghindari atau menggelapkan pajak dengan cara meminimalkan beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Dalam penelitian Yuniasih et.al.
74
RAZIF, SITI RAHMAYANTI
(2011:2) mengemukakan bahwa para ahli mengakui bahwa transfer pricing memungkinkan perusahaan untuk menghindari pajak berganda, tetapi juga terbuka untuk penyalahgunaan. Hal ini dapat digunakan untuk mengalihkan keuntungan ke negara yang tarif pajaknya rendah, dengan memaksimalkan beban dan pada akhirnya pendapatan. Pemerintah Indonesia sendiri mulai memperhatikan praktik transfer pricing pada tahun 1993, itu pun hanya diatur secara singkat melalui Kep-01/PJ.7/1993 dan SE-04/PJ.7/1993 berlandaskan pada pasal 18 ayat (2) dan (3) Undang-Undang nomor 7 tahun 1984 mengenai perlakuan perpajakan atas transaksi antar wajib pajak yang mempunyai hubungan khusus, kemudian disusul dengan KMK650/KMK.04/1994 tentang daftar tax haven countries. Pada tanggal 6 September 2010 telah diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 43/PJ/2010 tentang penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Kemudian terjadi perubahan atas peraturan sebelumnya pada tanggal 11 November 2011 dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 32/PJ/2011. Pada PER-32/PJ/2011 meralat pemakaian hierarchy of method ini dan menggantinya menjadi the most appropriate method. Dengan demikian Wajib Pajak tidak perlu mencoba setiap metode transfer pricing secara hierarkis tetapi langsung menggunakan metode yang tepat sesuai kondisi yang sesuai. Direktur Executive Center For Indonesian Taxation Yutinus Praswoto mengatakan, praktik transfer pricing lebih banyak dilakukan oleh perusahaan multinasional dalam meminimalisir setoran pajak ke negara. Berdasarkan data tahunan Global Financial Integrity yang menjelaskan uang ilegal yang keluar dari Indonesia bisa mencapai Rp150 triliun setiap tahunnya, sedangkan sebagian besarnya berasal dari penggelapan pajak. Menganalisis mengenai peraturan perpajakan menjadi hal yang menarik untuk diteliti berdasarkan peraturan yang sudah ada dan juga mengetahui bagaimana perlakuan perpajakan terhadap transaksi transfer pricing yang salah satunya dilakukan oleh perusahaan yang berada pada sektor manufaktur seperti penjelasan di atas yang menyebabkan kerugian negara setiap tahunnya. Penulis telah memilih 25 perusahaan manufaktur berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Berikut ini data analisis kesebandingan dengan Rasio Tingkat Pengembalian Penjualan perusahaan manufaktur periode 2010-2014. Melihat hasil penelitian terdahulu, penelitian ini
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Saraswati et.al., (2014). Dibandingkan penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan banyak sampel dengan periode penelitian yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas perlakuan perpajakan terhadap transaksi transfer pricing berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011. LANDASAN TEORI Harga Transfer (Transfer Pricing) Menurut Gunadi (2008:222), “transfer pricing merupakan jumlah harga atas penyerahan barang atau imbalan atas penyerahan jasa yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak dalam transaksi bisnis finansial maupun transaksi lainnya”. Sedangkan menurut Zain (2008:294), “harga transfer merupakan harga yang diperhitungkan untuk mengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar-pusat pertanggungjawaban laba atau biaya, termasuk determinasi harga untuk barang, imbalan atas jasa, tingkat bunga pinjaman, beban atas persewaan dan metode pembayaran serta pengiriman uang”. Organization For Economic Co-operation And Development (OECD) mendefinisikan transfer pricing sebagai harga yang ditentukan dalam transaksi antar anggota grup dalam sebuah perusahaan multinasional, dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar wajar sepanjang sesuai bagi grupnya. Hubungan Istimewa Hubungan Istimewa (transfer pricing) berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan adalah hubungan yang terjadi antara dua Wajib Pajak atau lebih yang menyebabkan pajak yang terutang diantara Wajib Pajak tersebut menjadi lebih kecil daripada yang seharusnya terutang. Hubungan Istimewa (Transfer pricing) dapat terjadi karena : 1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir, dan 2. Wajib Pajak yang memiliki hubungan kepemilikan yang berupa penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih secara langsung
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 75 RAZIF, SITI RAHMAYANTI
ataupun tidak langsung dengan Wajib Pajak lain dianggap memiliki Hubungan Istimewa. Hubungan Istimewa (Transfer Pricing) dapat juga terjadi diantara karena penguasaan suatu perusahaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan perusahaan. Hubungan Istimewa (Transfer Pricing) dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Perusahaan Multinasional Perusahaan multinasional menurut Martasari (2015:19) adalah “perusahaan yang beroperasi (memproduksi dan menjual barang atau jasanya) di lebih dari satu negara”. Terdapat dua aspek kepemilikan yang perlu dipertimbangkan, yaitu kepemilikan oleh pihak luar dan kepemilikan oleh pihak dalam. Pihak dalam adalah pemilik yang memiliki saham dan menjadi bagian sebagai manajer di perusahaan. Perusahaan multinational yang mengejar laba tinggi, akan mendapatkan masalah jika anak perusahaan mereka berada di negara yang tarif pajaknya tinggi. Sehingga salah satu cara untuk mengatasinya adalah membuat anak perusahaan di negara yang memberikan tarif pajak rendah ataupun negara yang berstatus tax haven country yaitu negara yang memiliki tarif pajak rendah atau tidak adanya kewajiban pembayaran pajak (Martasari, 2015:2). Pajak Undang-Undang No. 16 tahun 2009 pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Penghindaran Pajak Penelitian Rahayu (2010:64) menyebutkan dalam konteks praktik penghindaran pajak maka modus transfer pricing yakni dengan merekayasa pembebanan harga transaksi antara perusahaanperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dalam rangka meminimalkan beban pajak yang terutang secara keseluruhan atas grup perusahaan.
Metode Penentuan Harga Transfer (Transfer Pricing) Berdasarkan PER-32/PJ/2011 metode Penentuan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan75
Harga Transfer ada beberapa macam sebagai berikut. a. Metode Perbandingan Harga antara Pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP); b. Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM); c. Metode Biaya-Plus (Cost-Plus Method); d. Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM), dan e. Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin method/TNMM). Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s Length Principle/ALP) Berdasarkan PER-22/PJ/2013 bahwa transaksi antara pihak-pihak yang independen adalah transaksi yang mencerminkan kekuatan pasar (market force) dan mencerminkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle). Mengingat bahwa transaksi afiliasi yang melibatkan Wajib Pajak dengan pihak afiliasinya dapat digunakan sebagai alat untuk menghindarkan pajak, maka Direktur Jenderal Pajak diberi kewenangan untuk menguji penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) pada transaksi afiliasi tersebut. Perlu diketahui bahwa pada tahapan menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan PER-22/PJ/2013, Rasio Finansial (tingkat laba kotor/bersih) Wajib Pajak akan dibandingkan dengan Rasio Finansial (tingkat laba kotor/bersih) perusahaan-perusahaan pembanding, untuk menentukan kewajaran dan kelaziman usaha Wajib Pajak. Berikut adalah Rasio Finansial yang dapat digunakan sebagai dasar pembanding.
Undang-Undang Mengenai Transfer Pricing Peraturan-peraturan perpajakan yang terkait dengan perpajakan internasional (international taxation) meliputi (Setiawan, 2014:3): 1. Ketentuan Pasal 32A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, diatur bahwa pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak; 2. Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
76
RAZIF, SITI RAHMAYANTI
beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 dan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, diatur bahwa adanya suatu transaksi yang dikategorikan sebagai transaksi hubungan istimewa; 3. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Negara Mitra diatur mengenai Associated Enterprises (Hubungan Istimewa), dan
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER32/PJ/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa. METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sejumlah 150 perusahaan. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, maka dari itu terdapat kriteria
Variabel Transfer pricing (Y)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
tertentu dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2014. 2. Perusahaan sampel yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan asing dengan kepemilikan 25% atau lebih baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. 3. Perusahaan yang menyajikan laporan tahunan dalam satu jenis mata uang yaitu rupiah (Wijaya et.al., dalam penelitian Kiswanto dan Purwaningsih, 2014). Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan multinasional yang berada di Indonesia sehingga hanya digunakan mata uang rupiah. Selain itu, perubahan kurs yang berfluktuatif juga menjadi pertimbangan (Kiswanto dan Purwaningsih, 2014). 4. Perusahaan mengungkapkan transaksi transfer pricing dalam laporan tahunan (Wijaya et.al., dalam penelitian Kiswanto dan Purwaningsih, 2014). 5. Perusahaan sampel tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan (Yuniasih et.al., dalam penelitian Kiswanto dan Purwaningsih, 2014). Hal ini karena perusahaan yang mengalami kerugian tidak memiliki kewajiban perpajakan sehingga alasan pajak menjadi tidak relevan. Oleh karena itu perusahaan yang mengalami kerugian dikeluarkan dari sampel. 6. Perusahaan mempunyai kelengkapan data laporan keuangan selama periode penelitian. Adapun operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Definisi Indikator Organizaton for Economic CoMetode Laba Bersih operation and Development Transaksional (Transactional Net mendefinisikan transfer pricing Margin method/TNMM) sebagai penentuan harga dalam = Laba Bersih Operasi x 100% transaksi antar anggota grup Penjualan perusahaan multinasional yang dapat menyimpang dari nilai pasar wajar sepanjang cocok bagi grupnya (OECD dalam Saraswati et.al., 2014)
Skala Rasio
75 Volume RAZIF,5,SITI RAHMAYANTI Nomor 1, Agustus 2016
Metode Analisis Data Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui bermacam-macam materi dengan melakukan kajian-kajian yang menyangkut masalah transfer pricing. Data dicari dan ditemukan melalui kajian pustaka dari buku-buku, dokumen, literatur-literatur, peraturan-peraturan perpajakan dan catatan yang relevan dengan pembahasan. Penelitian ini termasuk kategori penelitian kuantitatif dengan prosedur kegiatan dan teknik penyajian finalnya secara deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang mengumpulkan, menyajikan serta menganalisis data sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2012:35), “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 77
mengetahui nilai suatu varibel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau dengan menghubungkan dengan variabel lainnya”. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perbandingan Penjualan antara Pihak yang Mempunyai dan Tidak Mempunyai Hubungan Istimewa Transaksi transfer pricing dalam bentuk penjualan dapat dilihat pada Tabel 2, dari transaksi penjualan tersebut peneliti dapat menganalisis perbedaan hasil penjualan yang dilakukan oleh perusahaan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa sebagai berikut:
Tabel 2. Analisis Transaksi Transfer Pricing Melalui Penjualan (dalam jutaan rupiah) Kode Perusahaan Periode 2010 2011 2012 2013 2014 AMFG 1. 1.885.198 2.008.868 2.072.871 2.343.723 2.685.257 2. 540.940 587.403 784.439 872.757 986.929 ASII 1. 3.004.000 8.963.000 11.349.000 12.902.000 16.273.000 2. 126.947.000 153.601.000 176.704.000 180.978.000 185.428.000 AUTO 1. 2.136.205 2.764.681 2.985.574 4.065.602 7.640.755 2. 4.118.904 4.598.978 5.291.911 6.636.386 4.614.672 BATA 1. 27.324 31.443 33.693 42.109 41.006 2. 616.864 647.148 717.755 860.349 967.721 BRNA 1. 70.915 114.644 217.238 266.411 293.631 2. 378.775 442.270 570.490 660.730 672.899 BTON 1. 23 76 36 2. 127.894 153.569 154.989 113.547 95.971 CPIN 1. 221.508 255.524 213.886 106.753 119.474 2. 14.856.314 17.702.448 21.097.039 25.556.239 29.030.801 DLTA 1. 1.808 1.672 859 400 844 2. 1.203.674 1.392.479 1.718.954 2.000.958 2.110.794 DVLA 1. 79.650 107.251 166.787 158.937 203.225 2. 849.546 865.045 1.020.577 1.075.607 1.017.730 GJTL 1. 330.589 604.185 730.705 852.125 892.214 2. 9.523.315 11.237.211 11.847.891 11.500.792 12.178.520 INDF 1. 1.293.051 1.811.527 2.142.011 2.444.333 5.024.582 2. 37.110.309 43.520.729 47.917.416 55.287.665 58.569.870 INTP 1. 325.677 210.311 67.975 140.126 156.504 2. 10.812.127 13.677.581 17.222.362 18.551.160 19.839.760 JPFA 1. 400.206 619.368 630.066 5.579.293 2. 13.955.792 15.232.861 17.213.334 20.782.019 24.458.880 KICI 1. 12.166 18.789 24.151 27.520 32.219 2. 68.622 68.728 70.636 71.509 70.752 KLBF 1. 2. 10.226.789 10.911 13.636.405 16.002.131 17.368.532 LION 1. 73.363 88.681 127.349 116.484 109.781 2. 134.469 179.733 206.572 217.190 267.841 LMSH 1. 73 233 157 192 236 2. 124.737 207.289 222.846 256.018 248.836
78
RAZIF, SITI RAHMAYANTI
MERK PICO PRAS SMCB SRSN TCID TOTO TSPC
1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
38.106 757.581 478.556 107.761 65.367 216.380 1.719.072 424.517 1.130 341.739 1.178.915 288.023 2.608.763 114.637 5.134.242
42.014 876.517 329.682 292.214 320.795 173.051 7.350.913 1.386 385.968 1.386.745 267.926 1.227.767 114.155 5.780.664
49.332 880.543 355.124 238.142 310.224 36.051 8.975.031 2.216 382.019 1.617.467 233.685 1.389.104 187.656 6.630.809
65.076 1.128.875 365.851 318.597 316.174 67.803 9.618.458 2.111 390.204 1.760.030 267.869 1.533.617 177.687 6.854.889
69.260 793.947 363.724 330.607 445.663 73.701 10.455.021 2.576 470.258 1.983.826 324.277 1.856.540 197.086 7.512.115
Sumber: Data diolah, 2011
Keterangan Tabel: 1. Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2. Pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa Setelah mencantumkan tabel diatas, peneliti menganalisis beberapa hal sebagai berikut: a. Pada 25 perusahaan sampel terdapat 4 perusahaan melakukan penjualan lebih besar kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perusahaan tersebut yaitu AMFG, PICO, TCID dan TOTO, dan b. Analisis sementara menemukan bahwa ada hal yang tidak wajar karena transaksi seharusnya dilakukan lebih besar kepada pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa agar tidak terjadi kecurangan dalam transaksi transfer pricing, namun hal ini belum dapat dipastikan terlebih dahulu sebelum menganalisis secara keseluruhan. Analisis Kesebandingan Transfer Pricing Berikut adalah hasil analisis kesebandingan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 25 objek penelitian. 1. AMFG memiliki hubungan istimewa dengan Asahi Glass Co. Ltd di Jepang dan memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata perusahaan sebanding. 2. ASII memiliki hubungan istimewa dengan Jardine Cycle & Carriage Ltd dan memiliki hasil analisis kesebandingan yang berada diantara rata-rata perusahaan sebanding. 3. AUTO memiliki hubungan istimewa dengan AOP Australia Pty. Ltd. (AAU) di Australia dan berdasarkan analisis kesebandingan transfer pricing tahun 2010 berada diatas rata-rata sedangkan tahun 2013 dan 2014 berada dibawah rata-rata perusahaan sebanding.
4. BATA memiliki hubungan istimewa dengan Bafin (Neverland) B.V. dan memiliki analisis kesebandingan diatas rata-rata perusahaan sebanding berturut-turut selama periode 2010 sampai dengan 2014. 5. BRNA memiliki hubungan istimewa dengan Hefei Paragon Plastic Packaging Co. Ltd. (HPPP) di Cina dan Berlina Singapore Pte. Ltd (BPL) di Singapura, kemudian memiliki hasil analisis kesebandingan pada tahun 2013 dibawah rata-rata perusahaan sebanding. 6. BTON memiliki hubungan istimewa dengan Positive Mind Limited dan Profit Add Limited dan memiliki hasil analisis kesebandingan pada tahun 2010 berada dibawah rata-rata dan tahun 2013 berada diatas rata-rata perusahaan sebanding. 7. CPIN memiliki hubungan istimewa dengan Charoen Pokphand International Group of Companies Ltd., di British Virgin Islands dan memiliki hasil analisis kesebandingan dari tahun 2010 sampai dengan 2013 yang berada diatas ratarata perusahaan sebanding. 8. DLTA memiliki hubungan istimewa dengan San Miguel Malaysia (L) Private Limited di Malaysia dan memiliki hasil analisis kesebandingan yang berada diatas rata-rata berturut-turut 2010 sampai dengan 2014. 9. DVLA memiliki hubungan istimewa dengan Blue Sphere Singapore Pte. Ltd. di Singapura dan memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata perusahaan sebanding pada tahun 2010, 2011, 2013 dan 2014. 10. GJTL memiliki hubungan istimewa dengan Denham Pte. Limited di Singapura dan memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata
79 Volume RAZIF,5,SITI RAHMAYANTI Nomor 1, Agustus 2016
perusahaan sebanding bertturut-turut selama periode 2010 sampai 2014. 11. INDF memilki hubungan istimewa Pacsari Pte., Ltd. (PPL), Indofood Singapore Holdings Pte., Ltd. (IHSPL), Ocean 21 Pte., Ltd. (Ocean 21), Drayton Pte., Ltd. (Drayton) dan Bogasari International Pte., Ltd. (BI) di Singapura. INDF memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata perusahaan sebanding periode 2010, 2013 dan 2014. 12. INTP memiliki hubungan istimewa dengan (Cayman Islands) Limited (ICI) di The Cayman Islands dan memiliki hasil analisis kesebandingan diatas rata-rata perusahaan sebanding berturut-turut selama periode 2010 sampai dengan 2014. 13. JPFA memiliki hubungan istimewa dengan Japfa Comfeed International Pte., Ltd. (JCIP) di Singapura dan memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata perusahaan sebanding berturut-turut selama periode 2011 sampai dengan 2014. 14. KICI memiliki hubungan istimewa dengan DK Lim & Sons Investment Pte.Ltd. dan memiliki hasil analisis kesebandingan diatas rata-rata selama tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014, kemudian hasil tahun 2010 berada dibawah rata-rata perusahaan sebanding. 15. KLBF memiliki hubungan istimewa dengan Kalbe Vision Pte. Ltd. (KV)(1) Singapura, Kalbe International Pte. Ltd. (KI)(1) Singapura dan Asiawide Kalbe Phillipines, Inc. (AKPI)(5)(e) Filipina, memiliki hasil analisis kesebandingan dengan yang berada pada rata-rata nilai perusahaan sebanding. 16. LION memiliki hubungan istimewa dengan Lion Holdings Pte. Ltd., di Singapura dan memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata perusahaan sebanding tahun 2014. 17. LMSH memiliki hubungan istimewa Lion Holdings Pte. Ltd., Singapura dan memiliki hasil analisis kesebandingan yang berada pada nilai ratarata perusahaan sebanding. 18. MERK memiliki hubungan istimewa dengan Merck Holding GmbH dan Merck KgaA di Jerman dan memiliki hasil analisis kesebandingan diatas rata-rata perusahaan sebanding periode 2010, 2011, 2013 dan 2014. 19. PICO memiliki hubungan istimewa dengan Hammond Holdings Limited dan memiliki hasil analisis kesebandingan yang berada dibawah rata-
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 79
rata secara berturut-turut selama 2010 sampai dengan 2014. 20. PRAS memiliki hubungan istimewa dengan PT. Enmaru International Venice Enterprises Holdings Ltd., di British Virgin Island dan memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata selama tahun 2010 dan 2011 sedangkan tahun 2012, 2013 dan 2014 berada diatas rata-rata perusahaan sebanding. 21. SMCB memiliki hubungan istimewa dengan Holderfin B.V., di Belanda dan memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata selama 2010 sampai dengan 2014. 22. SRSN memiliki hubungan istimewa dengan South East Unicorn Inc. dan memiliki hasil analisis kesebandingan yang berada diatas rata-rata perusahaan sebanding pada tahun 2013. 23. TCID memiliki hubungan istimewa dengan Mandom Corporation di Jepang dan memiliki hasil analisis kesebandingan diatas rata-rata perusahaan sebanding selama 2010 sampai dengan 2012. 24. TOTO memiliki hubungan istimewa dengan Toto Limited, Jepang dan memiliki hasil analisis kesebandingan yang berada pada rata-rata nilai perusahaan sebanding. 25. TSPC memiliki hubungan istimewa dengan Tempo Nagadi Asia Pte., Ltd di Singapura dan memiliki hasil analisis kesebandingan dibawah rata-rata perusahaan sebanding selama 2010 sampai dengan 2014. Penentuan Metode Transfer Pricing Prinsip kewajaran merupakan prinsip yang berpatokan terhadap nilai yang berlaku dipasaran atau nilai wajar. Setelah diketahui dari analisis kesebandingan, pembanding eksternal yang dapat mendukung kesebandingan kewajaran harga, maka setelah pemilihan perusahaan yang sebanding, metode Transactional Net Margin Method/ TNMM diaplikasikan pada informasi keuangan dari perusahaan yang sebanding dengan perusahaan yang menjadi sampel. Pendekatan yang dilakukan untuk penerapan metode Transactional Net Margin Method/ TNMM bukan menggunakan pendekatan harga transaksi melainkan lebih menekankan pada pendekatan pengujian laba. Berikut adalah kondisi yang tepat untuk menerapkan suatu metode harga transfer. 1. Comparable Uncontrolled Price/ CUP diterapkan pada kondisi transaksi atas barang/jasa yang dilakukan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak yang tidak mempunyai
80
RAZIF, SITI RAHMAYANTI
hubungan istimewa identik atau memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi dalam kondisi sebanding. Pada penelitian ini laporan keuangan perusahaan sampel didapat dari Bursa Efek Indonesia sehingga tidak diketahui seberapa besar transaksi atas barang/jasa. 2. Resale Price Method/ RPM diterapkan pada kondisi transaksi antara Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dan wajib pajak independen memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi. Tingkat kesebandingan tersebut berdasarkan hasil analisis fungsi, meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan berbeda serta pihak reseller tidak memberikan nilai tambah atas barang atau jasa yang dipasarkan. Pada penelitian ini tidak diketahui apakah perusahaan sampel merupakan perusahaan reseller karena hanya ada data eksternal dari database komersial. 3. Cost Plus Method/ CPM diterapkan pada kondisi menjual barang setengah jadi berdasarkan kontrak/perjanjian jangka panjang (long term buy and supply agreement) kepada pihak hubungan istimewa. Pada penelitian ini perusahaan sampel memiliki transaksi yang kompleks jadi tidak diketahui transaksi penjualan barang setengah jadi dari data internal dan juga perusahaan sampel berasal banyak sektor yang berbeda. 4. Profit Split Method/ PSM diterapkan pada kondisi tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara
No
1. 2. 3. 4.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
terpisah atas kegiatan transaksi dan terdapat barang tidak berwujud yang unik dalam transaksi tersebut. 5. Transactional Net Margin Method/ TNMM diterapkan transaksi yang terjadi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa bersifat kompleks dan berhubungan satu sama lain serta memberikan kontribusi yang khusus. Metode penentuan harga transfer ini sesuai dengan perusahaan sampel dikarenakan perusahaan berasal dari sektor yang berbeda-beda, dan metode penentuan harga transfer ini dilakukan dengan membandingkan presentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan presentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa lainnya. Analisis Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan berikut adalah hasil analisis transaksi transfer pricing perusahaan yang telah sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha, dan berada pada rentang wajar perusahaan sebanding selama 5 periode berturut-turut.
Tabel 3. Transaksi Transfer Pricing yang Sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Kode Perusahaan Sebelum Sesudah Rentang Wajar PER-32 PER-32 2010 2011 2012 2013 2014 ASII 11,05 12,96 12,09 11,50 10,96 6,71 - 13,17 KLBF 12,57 14,11 12,99 12,52 12,25 11,36 - 17,48 LMSH 4,56 5,25 18,50 5,61 2,97 2,11 – 28,37 TOTO 17,28 16,29 15,01 13,82 14,34 12,35 – 18,26
Sumber: Data Diolah, 2016
Hasil analisis lainnya berkaitan dengan transaksi transfer pricing perusahaan yang tidak sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha untuk
periode tertentu yang akan ditampilkan dalam tabel berikut.
79 Volume RAZIF,5,SITI RAHMAYANTI Nomor 1, Agustus 2016
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 4. Transaksi Transfer Pricing yang Tidak Sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Kode Perusahaan Sebelum Sesudah Rentang Wajar PER-32 PER-32 2010 2011 2012 2013 2014 AMFG 13,64 12,97 12,13 10,51 12,48 15,35 – 18,41 AUTO 18,24 14,95 13,00 10,27 9,38 11,71 – 15,38 BATA 9,46 8,34 9,22 4,91 7,01 1,30 BRNA 6,11 6,44 7,24 2,25 4,80 2,77 – 7,53 BTON 6,56 12,43 15,90 22,57 8,14 7,38 – 19,22 CPIN 14,65 13,15 12,57 9,85 5,99 4,33 – 6,28 DLTA 11,57 10,88 12,40 13,51 13,64 5,60 – 9,65 DVLA 11,93 12,43 13,69 11,41 7,33 12,89 – 17,48 GJTL 8,42 7,98 8,63 2,75 2,24 11,71 – 13,47 INDF 7,68 11,06 9,73 8,94 7,56 9,65 – 12,40 INTP 28,95 25,93 27,54 27,91 25,77 11,92 – 23,84 JPFA 6,87 4,15 6,04 3,09 1,51 6,28 – 11,24 KICI 4,03 0,40 2,38 7,49 4,56 0,50 - 1,77 LION 18,58 19,57 25,56 19,40 12,97 13,12 – 28,37 MERK 14,92 25,16 11,59 14,69 21,02 11,36 – 12,89 PICO 2,05 1,98 1,88 2,32 2,31 7,38 – 28,37 PRAS 0,10 1,37 13,36 27,56 24,96 12,88 – 13,17 SMCB 13,89 14,13 14,99 10,38 6,19 23,84 - 27,22 SRSN 2,86 6,19 4,41 11,51 3,05 0,87 - 8,83 TCID 8,96 8,46 8,14 7,91 7,57 3,95 – 7,95 TSPC 9,52 10,13 9,71 9,83 8,03 11,36 – 17,48
Sumber: Data Diolah, 2016
Analisis Keefektifan PER-32/PJ/2011 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PER-32 tidak efektif mengatasi masalah transfer pricing dikarenakan masih banyak hasil analisis kesebandingan yang tidak sebanding dengan perusahaan yang sebanding dan menghasilkan hasil yang tidak sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 21 perusahaan sampel yang tidak sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha, kemudian setelah terjadinya perubahan PER-32/PJ/2011 transaksi transfer pricing 21 perusahaan sampel sektor manufaktur tetap saja tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2013:44) bahwa transaksi yang terjadi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa biasanya sering memakai harga yang tidak wajar, yang tidak sama dengan harga yang terjadi dalam transaksi antar pihak yang independen.
No 1. 2. 3. 4.
Kode Perusahaan AMFG ASII AUTO BATA
Sehingga secara keseluruhan analisis kesebandingan memberikan hasil bahwa perusahaan tidak sebanding, serta memberikan gambaran transaksi perusahaan antara pihak yang mempunyai hubungan dan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa tidak sesuai dengan Analisis Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha yang mana secara tidak langsung menyatakan bahwa transaksi yang dilakukan perusahaan tidak sesuai dengan harga wajar yang seharusnya terjadi. Berikut adalah tabel yang akan memperlihatkan tingkat kewajaran yang menggambarkan keefektifan PER-32 dalam pengaturan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa.
Tabel 5. Analisis Keefektifan PER-32 Sebelum PER-32 Sesudah PER-32 Tidak Wajar Tidak Wajar Wajar Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar
Keefektifan Tidak Efektif Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif
81
82
RAZIF, SITI RAHMAYANTI
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
BRNA BTON CPIN DVLA DLTA GJTL INDF INTP JPFA KICI KLBF LION LMSH MERK PICO PRAS SMCB SRSN TCID TOTO TSPC
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Wajar Tidak Wajar Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Wajar Tidak Wajar
Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Wajar Tidak Wajar Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Tidak Wajar Wajar Tidak Wajar
Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Efektif Tidak Efektif Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Tidak Efektif Efektif Tidak Efektif
Sumber: Data Diolah, 2016
KESIMPULAN
SARAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan atas evaluasi perpajakan atas transaksi transfer pricing berdasarkan PER-32/PJ/2011, sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan istimewa pada semua objek penelitian dengan perusahaan multinasional. 2. Metode transfer pricing yang digunakan untuk menentukan harga transfer ialah metode TNMM (Transactional Net Margin Method), dimana Metode penentuan harga transfer ini sesuai dengan perusahaan sampel dikarenakan perusahaan berasal dari sektor yang berbeda-beda. Metode penentuan harga transfer ini dilakukan dengan membandingkan presentase laba bersih operasi terhadap penjualan atas transaksi antara pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa. 3. Transaksi transfer pricing yang dilakukan perusahaan manufaktur yang termasuk dalam objek penelitian dengan pihak hubungan istimewa tidak sesuai sepenuhnya karena masih terdapat 21 perusahaan yang tidak menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha. Sedangkan 4 perusahaan selama 5 periode penelitian berturutturut telah menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha yang mencerminkan harga wajar sesuai dengan PER-32/PJ/2011.
Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran-saran yang diajukan peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Bagi Penelitian Selanjutnya Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data eksternal yang kurang memadai dan data internal mengenai transaksi transfer pricing pada penjualan secara rinci tidak diketahui karena penelitian ini hanya menggunakan data laporan keuangan yang diunduh dari Bursa Efek Indonesia. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi data tidak hanya dari laporan keuangan saja. 2. Bagi Pemerintah Pemerintah maupun Direktorat Jenderal Pajak disarankan untuk terus meningkatkan pengawasan terkait dengan peraturan dan terutama penerapan transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan nasional dan multinasional yang melakukan operasinya di Indonesia agar Wajib Pajak terus melaksanakan kewajiban perpajakannya agar tidak terjadi kecurangan transfer pricing yang menyebabkan kerugian negara.
81 Volume RAZIF,5,SITI RAHMAYANTI Nomor 1, Agustus 2016
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
DAFTAR PUSTAKA Adinda, Smita. (2012). Analisis Penetapan Harga Pasar Wajar dalam Transfer Pricing Atas Intra-Group Management Service Di Indonesia. Skripsi S1 (Dipublikasikan). Program Studi Ilmu Adminstrasi Fiskal Universitas Indonesia. Depok. Ahmad, Kamaruddin. (2009). Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar Konsep Baiaya dan Pengambilan Keputusan, Edisis Revisi. Rajawali. Jakarta. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Darmadi, Hamid. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Konsep Dasar dan Implementasi). Alfabeta. Bandung. Gunadi. (2008). Pajak Internasional. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. Gusnardi. (2009). Penetapan Harga Transfer Dalam Kajian Perpajakan. Pekbis Jurnal Volume 1 Nomor 1. Maret 2009. Hal.36-43. Handayani, Desi dan Tobi Arfan. (2014). Pengaruh Transaksi Perusahaan Afiliasi Terhadap Tarif Pajak Efektif. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Volume 7. Bulan 2014. Hal.11-19. Hardianti, Eka Puji. (2014). Analisis Tindakan Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Yang Mempunyai Koneksi Politik (Studi Pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Hartati, Winda,. Desmiyawati dan Nur Azlina. (2014). Analisis Pengaruh Pajak dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing (Studi Empiris Pada Seluruh Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia). Universitas Riau. Riau. Hermawan, Asep. (2009). Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif (Edisi Revisi). Grasindo. Jakarta. Horngren, Charles T dan George Foster. (2008). Akuntansi Biaya (Suatu Pendekatan Manajerial), Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. http://dudiwahyudi.com/pajak/pajakpenghasilan/per-32pj2011-the-mostappropriate-method.html, diakses tanggal 15 Maret 2016.
pada
http://taxationindonesia.blogspot.com, diakses pada tanggal 15 Desember 2015.
IBFD. (2010). OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax Administrations July 2010. IBFD. Amsterdam. Kiswanto, Nancy dan Anna Purwaningsih. (2014). Pengaruh Pajak, Kepemilikan Asing, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer Pricing Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI Tahun 2010-2013. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Machfoedz, Mas’ud dan Mahmudi. (2009). Akuntansi Manajemen. Universitas Terbuka. Jakarta. Mardiasmo. (2011). Perpajakan, Edisi Revisi 2011. Penerbit Andi. Jakarta. Martasari, Zeliria. (2015). Pengaruh Karakteristik Keuangan dan Nonkeuangan Terhadap Transfer Pricing Pada Perusahaan Di Indonesia. Skripsi S1 (Dipublikasikan). Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang. Mauna, Boer. (2011). Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. PT Alumni. Bandung. Nurhayati, Indah Dewi. (2013). Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan Terhadap Transaksi Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi Volume 2 Nomor 1. April 2013. Rahayu, Ning. (2010). Evaluasi Regulasi Atas Praktik Penghindaran Pajak Penanaman Modal Asing. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 7 Nomor 1. Juni 2010. Hal.61-78. Universitas Indonesia. Depok. Rahmawati. (2015). Pengaruh Penghindaran Pajak dan Good Corporate Governance Terhadap Biaya Utang (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2013). Program Studi Akuntansi Universitas Negeri Padang. Padang. Republik Indonesia. (2011). PER-32/PJ/2011 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Direktur Jenderal Pajak. Jakarta. Republik Indonesia. (2013). PER-22/PJ/2013 Tentang Petunjuk Pemeriksaan Afiliasi.
83
84
RAZIF, SITI RAHMAYANTI
Direktur Jenderal Pajak. Jakarta. Republik Indonesia. (2013). Undang-Undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008. Direktorat Jenderal Pajak. Jakarta. Saraswati, Medianti Jipi,. Muhammad Saifi dan Dwiatmanto. (2014). Evaluasi Kewajaran Harga dan Kesesuaian Metode Transfer Pricing dengan Perdirjen Pajak Nomor PER-32/PJ/2011
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 85-90
PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk CABANG SIGLI UNIT MEUREUDU DAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI OFFICE MEUREUDU MARIANA Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
This study attempts to identify the effects return on investment, current ratio, debt to equity ratio of decision granting credits in PT. Bank Rakyat Indonesia (State), Tbk Branches Sigli Unit Meureudu and PT. Syariah Mandiri Bank Office Meureudu. Performed on 216 sample of 15 % 1.444 debtors units financial statements debtors analysis. The results showed return on investment, current ratio and debt to equity ratio simultaneously influences decision granting credit. A partial some very return on investment and debt to equity ratio influential significance of decision granting credit, while current the ratio will not affect decision granting credits. Key Words: Decision Granting Credit, Return On Investment, Current Ratio, And Debt To Equity Ratio
PENDAHULUAN Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (UU No. 10/1998. Dalam hal fungsinya sebagai salah satu badan penyedia dana dan pembiayaan pembangunan, antara lain dilakukan melalui kegiatan penyaluran kredit dan investasi (Karo-karo, 2011). Kegiatan pemberian kredit sangat membantu calon debitur mengatasi kekurangan modal dalam mengelola bisnisnya. Penyaluran kredit ada dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, serta kredit Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT), baik konsumtif ataupun investasi sesuai dengan tujuan penggunaan kredit oleh debitur (Matondang, 2011). Analisis laporan keuangan nasabah merupakan salah satu cara untuk mengetahui kelayakan debitur untuk memperoleh kredit. Laporan keuangan calon debitur tersebut dianalisis dengan menggunakan
teknik rasio keuangan. Analisis rasio ini akan menghasilkan angka-angka rasio dari laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak bank untuk menilai kondisi keuangan perusahaan dari segi aspek keuangan selain itu juga bank dapat memprediksi pendapatan calon debitur. Return on Investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi beban pajak). Penelitian Karo-karo (2011), memperoleh hasil bahwa Return on Investment tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan kredit modal kerja. Current ratio menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Penelitian Karo-karo (2011), memperoleh hasil bahwa current ratio tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan kredit modal kerja. Penelitian Sepriawan (2010) current ratio berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit. Debt to equity adalah pentunjuk kelayakan dan risiko keuangan perusahaan (Kasmir, 2014, p. 158).
86
MARIANA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Penelitian yang dilakukan Ustadi (1993), Sepriawan (2010) dan Matondang (2011), yang menemukan hasil bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan kredit. Penelitian ini dilakukan pada analisis kredit dua perbankan yang beroperasi di Kota Meureudu, yaitu pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Sigli Unit Meureudu dan PT. Bank Syariah Mandiri Office Meureudu dengan unit analisis laporan keuangan debitur. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1.444 debitur selanjutnya diambil 15% dari total populasi menjadi 216 responden. Menurut Arikunto (2006: 112), apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan populasi. Tetapi, jika jumlah subjek besar, dapat diambil antara 10-15% atau 1520% atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh return on investment, current ratio, debt to equity ratio terhadap pengambilan keputusan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk Cabang Sigli Unit Meureudu dan PT. Bank Syariah Mandiri Office Meureudu. LANDASAN TEORI Return on Investment Return Investment rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Return on Investment merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang mengukur seberapa besar keuntungan perusahaan yang diproksi dari besarnya tingkat pengembalian atas investasi perusahaan (Chiarella et. al., 1991). Current Rasio Melalui analisis current rasio akan diketahui kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban termasuk kewajiban untuk membayar bunga dan pokok kredit, termasuk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lainnya kepada para kreditur perusahaan (Harahap, 2007: 331). Debt to Equity Ratio Menurut Harahap (2007: 331), analisis debt to equity dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi leverage yaitu berapa besar modal sendiri yang dimiliki calon debitur untuk mendukung operasional perusahaan, apakah kondisi leverage masih berada pada tingkat yang wajar atau telah berada pada posisi yang mengkawatirkan.
Pengertian Pengambilan Keputusan Kredit Kredit menurut Kasmir (2014: 101), yaitu percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian (Kasmir, 2014: 101). Pengambilan keputusan kredit adalah semacam studi kelayakan atas perusahaan pemohon kredit (Firdaus dan Maya, 2009: 184). Pengambilan keputusan kredit adalah suatu pemeriksaan, penelitian, dan analisa terhadap kelengkapan, keabsahan, dan kelayakan berkas/surat/data data permohonan kredit calon debitur hingga dikeluarkannya suatu keputusan apakah kredit tersebut diterima atau ditolak (Djohan 2000: 97) Kerangka Pemikiran Pengaruh Return on Investment hadap Pengambilan Keputusan Kredit Return on Investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi beban pajak). Penelitian Karo-karo (2011), memperoleh hasil bahwa Return on Investment tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan kredit modal kerja. H1 : Return on Investment tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit. Pengaruh Current Rasio terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya yang jatuh tempo dengan dana yang tertanam dalam aktiva lancar. Penelitian Karo-karo (2011), memperoleh hasil bahwa current ratio tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan kredit modal kerja. Penelitian Sepriawan (2010) current ratio berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit. H2 : Current Rasio berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit. Pengaruh Debt to Equity Rasio terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Debt to equity adalah pentunjuk kelayakan dan risiko keuangan perusahaan (Kasmir, 2014, p. 158). Debt to equity berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit (Suroso, 2003; dan Septriawan, 2010). Apabila debt to equity ratio rendah maka semakin besar kemungkinan permohonan kredit untuk dikabulkan. Penelitian yang dilakukan Ustadi (1993), Sepriawan (2010) dan Matondang (2011), yang menemukan hasil bahwa debt to equity ratio
5, Nomor 1, Agustus 2016 87 Volume MARIANA
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan kredit. H3 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit. METODE PENELITIAN Jenis penelitian dan populasi Jenis dari penelitian ini adalah asosiatif causal. Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah yang diterima permohonan kreditnya diterima oleh perbankan PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk Cabang Sigli Unit Meureudu dan PT. Bank Syariah Mandiri Office Meureudu. Menurut Arikunto (2006: 112), apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan populasi. Tetapi, jika jumlah subjek besar, dapat diambil antara 10-15% atau 15-20% atau lebih. Dengan berpedoman pada pendapat di atas, maka penulis menetapkan sampel sebesar 15 % dari populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1.444 debitur selanjutnya diambil 15% dari total populasi menjadi 216 responden. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen (X1, X2, dan X3), cara ini digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara beberapa variabel bebas secara serentak terhadap variabel terkait dan dinyatakan dengan rumus. Persamaan regresi yang digunakan sebagai berikut:
Y= a+b1X1+ b2 X2+b3 X3 Keterangan:+e Y = a = b1, b2, b3, b4 = X1 = X2 = X3 = e =
Pengambilan keputusan kredit; Konstanta; Koefisien regresi; Return on Investment; Current Rasio; Debt to equity ratio; Error Terms.
Rancangan pengujian hipotesis secara bersamasama dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh semua variabel independen (return on investment, current rasio dan debt to equity ratio) secara bersama-sama terhadap variabel dependen berupa pengambilan keputusan kredit. Pengambilan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
keputusan dari rancangan pengujian hipotesis secara bersama-sama, sebagai berikut jika nilai F hitung < nilai F tabel atau p-value > 0,05 maka H0 diterima (Ha ditolak) dan jika F hitung > F tabel atau p-value < 0,05 maka H0 ditolak (Ha diterima). H0 diterima artinya secara simultan (bersama-sama) variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ha diterima artinya secara simultan (bersama-sama) variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama digunakan koefisiensi determinasi (R2). Nilai koefisensi determinasi berkisar antara 0 dan 1. Pengambilan keputusan dari rancangan pengujian hipotesis secara parsial, sebagai berikut jika nilai t hitung < nilai t tabel atau p-value > 0,05 maka H0 diterima (Ha ditolak) dan jika nilai t hitung > nilai t tabel atau p-value < 0,05 maka H0 ditolak (Ha diterima). H0 diterima artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ha diterima artinya secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Tujuan pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Santoso, 2015: 43-45). Pada penelitian ini untuk menguji normalitas digunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa nilai residual terdistribusi secara normal dan analisis regresi layak digunakan, karena nilai residualnya (Asymp. Sig. (2tailed))>0,050 yaitu sebesar 0,062 (lihat Tabel 1). Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal (Ghozali 2011: 91). Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF>10, terjadi multikolonieritas. Sebaliknya, jika VIF<10, tidak terjadi multikolonieritas (Wijaya, 2009: 119). Hasil uji multikolonieritas data untuk variabel return on
87
88
MARIANA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
investment, current rasio dan debt to equity ratio terhadap variabel pengambilan keputusan kredit disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 menunjukan hasil perhitungan nilai Tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF untuk semua variabel di bawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolonieritas dalam persamaan tersebut atau data memenuhi uji asumsi klasik multikolonieritas (Lihat Tabel 2).
Analisis Regresi Linier Berganda Hasil pengolahan data untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS versi 20.0. Berdasarkan Tabel 3 dapat dibangun sebuah persamaan regresi seperti berikut:
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013: 139). Hasil uji heteroskedastisitas data untuk variabel return on investment, current rasio dan debt to equity ratio dan pengambilan keputusan kredit. Dari gambar 1 scatterplots terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokadesitas pada model regresi sehingga model regresi layak digunakan untuk memperediksi pengambilan keputusan kredit berdasarkan variabel independen return on investment, current rasio dan debt to equity ratio. Menurut Ghozali (2013: 141), jika hasil grafik scatterplots titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokadesitas pada model regresi sehingga model regresi layak digunakan (Lihat Gambar 1).
Nilai F value sebesar 177,517 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 bermakna bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% atau 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel return on investment, current rasio dan debt to equity ratio dapat dipergunakan untuk memprediksi pengambilan keputusan kredit pada perbankan PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk Cabang Sigli Unit Meureudu dan PT. Bank Syariah Mandiri Office Meureudu. Nilai koefisien determinasi yang ditunjukan pada Tabel 3 sebesar 0,715 atau 71,5% bermakna bahwa variabel return on investment, current rasio dan debt to equity ratio mampu menjelaskan pengambilan keputusan pemberian kredit sebesar 71,5%. Kemampuan menjelaskan variabel independen ini lumanyan besar karena persentase yang lebih kecil, yakni 28,5%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.
Y= 0,580 - 0,177X1- 0,05X2-0,480X3 + e
Tabel 1 Uji Normalitas N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Standardized Predicted Value 216 0E-7 1,00000000 ,353 ,302 -,353 5,189 ,062
Sumber: Data Penelitian, diolah (2016)
Tabel 2 Uji Multikolonieritas Tolerance 0,967 0,931 0,924 Sumber: Data Penelitian, diolah (2016)
VIF 1,034 1,074 1,083
5, Nomor 1, Agustus 2016 87 Volume MARIANA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 89
Tabel 3 Hasil Regresi Linear Berganda Variable
Coeff..
Std. Error
t
Sig
,580
,014
42,059
,000
ROI
,177
,014
12,838
,000
CR
-005
,000
-,479
,632
DER
-,480
,029
-16,574
,000
(Constant)
F hitung = 177,517
Sig = 0,000 2
R = 0,849
R = 0,715
Adjusted R = 0,711
Sumber: Data Penelitian, diolah (2016)
Gambar 1 Uji heteroskedastisitas
Pengaruh Current Rasio terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Hasil pengujian secara parsial untuk current rasio sebesar 0,632 dengan besaran nilai t adalah -,479. Nilai tersebut lebih besar dari alpha 0,05 (0,632>0,05). Artinya return on investment tidak berpengaruh signifikansi terhadap pengambilan keputusan kredit. Hal ini dikarenakan debitur yang mengajukan pembayaran kredit tidak dalam jangka pendek, melainkan dalam jangka panjang.
Pengaruh Debt to Equity Rasio terhadap Keputusan Pemberian Kredit Nilai signifikansi untuk variabel debt to equity ratio adalah sebesar 0,000 dengan nilai t sebesar 16,574. Hal ini berarti debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikansi terhadap pengambilan keputusan kredit pada lembaga perbankan. Hal ini menunjukan rata-rata debitur yang mengajukan kredit dinilai berdasarkan kondisi leveragenya yaitu seberapa besar modal sendiri yang dimiliki calon debitur untuk mendukung usahanya.
90
MARIANA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
KESIMPULAN Return on investment, current rasio dan debt to equity ratiosecara bersama-sama berpengaruh terhadap pengambilam keputusan kredit; Return on investment berpengaruh signifikansi terhadap pengambilam keputusan kredit; Current rasio tidak berpengaruh terhadap pengambilam keputusan kredit; Debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikansi terhadap keputusan pemberian kredit; SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat di ajukan adalah sebagai berikut: Bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk Cabang Sigli Unit Meureudu dan PT. Bank Syariah Mandiri Office Meureudu dalam penyaluran kredit, sebaiknya mempertimbangkan hasil penelitian ini, karena dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan metode analisis lain yang berbeda, sehingga hasil yang diperoleh konsisten. Misalnya dengan memasukkan jumlah pengamatan yang lebih banyak dan memperpanjang rentang waktu penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anthony, R. N & Govindarajan, V. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. Jakarta:Salemba Empat. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cet. Ke 13. Jakarta: Rineka Cipta. Chiarella et al., 1991, Determinants Of Corporate Capital Structure. Australian Evidence, Version 2, May, Australia Djohan, Warman. 2000. Kredit Bank. Jakarta: Mutiara Sumber Widya Firdaus, Rachmat. Maya, Arianti. 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasi Lengkap dengan Analisis Kredit. Bandung: Alfabeta
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Cet. VII. Semarang: Universitas Dipenogoro. Harahap. Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. Karo-karo, Sastra. 2011. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Informasi Bukan Akuntansi terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Pada PT. Bank Sumut Cabang Imam Bonjol Medan. Tesis S2. Medan. Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Kasmir. 2014. Manajemen Perbankan. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. Matondang, Abdul Wahab. 2011. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Informasi Non Akuntansi terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Kupedes Modal Kerja Pada PT. Bank BRI Iskandar Muda Medan. Tesis S2. Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan. Santoso, Singgih. 2015. Multivariat. Jakarta: Komputindo.
Menguasai Statistik PT. Elex Media
Septriawan, Reza Mohammad. 2010. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Informasi Non Akuntansi terhadap Pengambilan Keputusan Kredit pada PT. Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Medan Petisah. Tesis S2. Medan: Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Suroso. 2003. Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Pengambilan Keputusan Kredit pada PT. Bank Mandiri. TBk Cabang Medan Imam Bonjol. Tesis. Medan. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Ustadi. 1993. Pengaruh Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan Kredit oleh Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM. Undang-Undang Perbankan
No.
10
tahun
1998
tentang
Wijaya, Tony. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN ISSN : 2301-4717
Volume 5, Nomor 1, Agustus 2016 p. 91-100
PENGARUH LABA AKUNTANSI DAN KOMPONEN ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014 DY ILHAM SATRIA1, SITTI HAFASAH2 1
Dosen FEB Akuntansi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Program Studi Akuntansi FEB Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
2
The purpose of this study was to analyze the influence of the accounting profit, cash flow, operating cash flows investing cash flows and funding influential simultaneously or parssial against the stock price on property companies listed on the Indonesia stock exchange. The data used in this research is secondary data in the form of annual report property companies listed on the Indonesia stock exchange from 2010-2014 in the annual source data comes from the Indonesia stock exchange (IDX). Sample a number of 10 companies. Methods of analysis used was multiple linear regression models. Based on the results of the study showed that the operating cash flows stock prices significantly. Accounting profit for the accounting profit, cash flow, investing cash flows and funding the simultaneous partial or no effect on stock prices significantly to property companies listed on the Indonesia stock exchange.
KeyWords: Accounting Profit, Flow, Operating Cash Flows Investing Cash Flows And Funding
PENDAHULUAN Sektor properti merupakan salah satu sektor yang paling diminati oleh para investor. Perkembangan dan pertumbuhan sektor properti di Indonesia secara langsung atau tidak akan berdampak pada perolehan laba atau keuntungan, perusahaan properti dan secara umum akan bermuara pada kinerja perusahaan. Secara logika semakin banyak jumlah properti yang dibangun dan terjual maka potensi meningkatnya laba juga semakin tinggi. Para investor sebelum terlibat investasi terlebih dahulu mencari informasi kinerja perusahaan agar investasi yang dilakukan memberikan mereka keuntungan. Beberapa hal yang menjadi penilaian utama yaitu laba akuntansi, arus kas dan harga saham. Penyataan Standar Akuntansi Keuangan 2013 menyatakan bahwa laba akuntansi atau penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Laba akuntansi menunjukkan ukuran tingkat pengembalian bagi para pemegang saham dan ukuran kinerja manajemen Dalam keseluruhan penilaian kinerja keuangan (Ang,2007:101). Jika laba akuntansi suatu perusahaan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut, dengan demikian harga saham yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin meningkat (Simamora,2000). Penelitian Hartadi (2000) yang menyatakan “adanya pengaruh yang signifikan antara perubahan laba akuntansi dengan perubahan harga saham, dengan kata lain adanya hubungan yang positif dari perubahan laba akuntansi terhadap perubahan harga saham.”
92
DY ILHAM SATRIA, SITTI HAFASAH
LANDASAN TEORI Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Menurut Husnan (2005:29), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi. Harga Saham Menurut pasal 1 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 mendefinisikan “Bursa efek sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/ atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek. ” Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder) (Samsul, 2006). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Bukti bahwa seseorang adalah pemegang saham juga dapat dilihat pada halaman belakang lembar saham apakah namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum. Pegertian laba Laba menurut Soemarsono (2000:234) adalah “Laba adalah selisih antara penerimaan atau pendapatan total dan jumlah seluruh biaya”. Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perusahaan pasti menginginkan adanya peningkatan laba yang diperoleh dalam setiap tahunnya. Pertumbuhan laba adalah peningkatan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Belkaouni (2003:34) mengemukakan bahwa “laba merupakan suatu pos dasar dan penting
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam pelbagai konteks.” Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi dan pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Sementara itu, Salvatore (2001:43) menyatakan bahwa; Laba yang tinggi merupakan tanda bahwa konsumen menginginkan output industri lebih banyak. Laba yang tinggi memberikan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan output dan lebih banyak perusahaan yang akan masuk ke industri tersebut dalam jangka panjang. Laba Akuntansi Laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan tentang bagaimana cara menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi tersebut memiliki beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim (2005:114) adalah : a) Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi. b) Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti. c) Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme. d) Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen. Pengertian Arus Kas Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan untuk mengetahui defisit dan surplus kas. Perusahaan yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga (efek atau marketable securities atau temporary investment) yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen. Pembelian efek dilakukan untuk menjaga likuiditas karena hakikatnya efek tersebut ialah uang tunai, artinya mudah dijual di pasar bursa dan untuk tujuan investasi sementara untuk memperoleh keuntungan atas dasar pembedaan harga jual dan harga beli.
93 Volume DY ILHAM SATRIA, SITTI2016 HAFASAH 5, Nomor 1, Agustus
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dilaporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan. Agar menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku. Komponen Arus Kas Laporan arus kas yang dipublikasikan melaporkan penerimaan kas dan pengeluaran kas baik dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Publikasi tersebut akan membantu menunjukkan bagaimana mungkin sebuah perusahaan yang melaporkan kerugian tetap dapat membeli aktiva tetap atau membayar dividen. Pelaporan kenaikan dan penurunan kas bersih menjadi berguna bagi investor, kreditor dan pihak lainnya ingin mengetahui apa yang sedang terjadi dengan sumber dana perusahaan yang paling likuid yaitu kas Kerangka Konseptual Menurut Sekaran (2006:127) mengemukakan bahwa “kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Berdasarkan Gambar 1, menunjukkan pengaruh laba akuntansi (X1), arus kas aktivitas operasi (X2), arus kas aktivitas investasi (X3) dan arus kas aktivitas pendanaan (X4) terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial. Pengujian secara simultan dilakukan dengan iji-F dan pengujian secara parsial dilakukan dengan uji-t.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 93
Gambar 1 Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN Populasi Dan Sampel Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses situs www.idx.co.id. Sementara Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi dengan menggunakan data kuantitatif. Definisi Operasional Variabel Harga Saham (Y) Harga pasar saham adalah nilai saham yang terjadi akibat diperjualbelikannya saham tersebut. Adapun penentuan harga jual saham yang diperdagangkan di pasar perdana ditentukan oleh emiten (issuing firm) dan penjamin emisi (underwriter). Jadi harga jual merupakan kesepakatan kedua belah pihak (harga yang terbentuk merupakan (negotiated price). Selain metode tersebut, terdapat cara lain untuk menentukan harga jual saham di pasar perdana, yaitu melalui competitive bidding. Laba Akuntasi (X1) Laba Akuntansi menurut PSAK 2 tahun 2009 adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Laba akuntansi diukur
94
DY ILHAM SATRIA, SITTI HAFASAH
berdasarkan laba bersih setelah pajak ( Net Income After Tax ) atau NIAT yaitu pendapatan bersih setelah pajak dengan memperhitungkan hak minoritas (minority interest) per 31 Desember yang dinyatakan dalam satuan Rupiah. Metode Analisis Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikoliniaritas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Uji Normalitas Uji asumsi klasik yang pertama adalah uji normalitas, dilakukan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak. Uji Multikolinearitas Uji multikoloniaritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat interkorelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi. Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui tidak adanya korelasi di antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode ti (sebelumnya) dalam model regresi Uji Heteroskedastisitas Uji ini muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang dianalisis tidak memiliki varian yang konstan dari suatu observasi Metode Analisis Data Penelitian ini akan mengggunakan metode regresi linier berganda untuk analisis pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat Y= a + b1X1 + b2X2 + b 3X3+ b 4X4+ e Keterangan : Y a b1 - b4 X1 X2 X3 X4 e
= Harga Saham = Konstanta = Koefisien Regresi = Laba Akuntansi = Arus Kas Operasi = Arus Kas Investasi = Arus Kas Pendanaan = variabel pengganggu
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji statistik terhadap regresi linier berganda bertujuan untuk membuktikan hipotesis ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan atau kuat maka dilakukan dengan uji t dan uji F. Pada penelitian ini digunakan model regresi berganda dengan variabel dependen berupa harga saham, dan variabel independen arus kas dan laba akuntansi Tabel 1 Hasil Regresi Linier Berganda Model Konstanta Laba Akuntansi (X1) Arus Kas Operasi (X2) Arus Kas Investasi (X3 Arus Kas Pendanaan (X4) (R) 0.472a
Sig (t) 0.103
thitung
ttabel
0.880
1.665
2.692
0.086
1.352
0.183
0.199
1.755
0.002
-0.005
-0.096
0.924
-0.136
-1.265
0.213
B
Adjstd (R2) 0.154
Sig (F)
Fhitung
Ftabel
0.021
3.224
2.56
Sumber: Output SPSS (2015), data diolah.
Berdasarkan dengan data yang ada pada Tabel 1 tersebut di atas, maka selanjutnya persamaan regresi dapat dijabarkan sebagai berikut : Y= 0.880 + 0.086X1+ 0.199X2- 0.005X3- 1.136X4 Dimana: Y X1 X2 X3 X4
= Harga saham = Laba Akuntansi = Arus Kas Operasi = Arus Kas Investasi = Arus Kas Pendanaan
Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan bahwa: Nilai konstanta (a) sebesar 0.880 artinya jika laba akuntansi dan komponen arus kas dianggap konstan, maka besarnya harga saham adalah sebesar 880 point pada sesi penutupan. Nilai koefisien laba akuntansi sebesar 0.086 menunjukkan hubungan positif yang memberi arti bahwa setiap peningkatan laba akuntansi sebesar 1%, maka akan meningkatkan harga saham sebesar 8,6 poin. Hal ini menunjukkan hubungan atau tidak
95 Volume DY ILHAM SATRIA, SITTI2016 HAFASAH 5, Nomor 1, Agustus
berpengaruh signifikan. Laba akuntansi berpengaruh tidak signifikan karena laba akuntansi yang diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai balas jasa telah menanamkan modalnya dalam perusahaan atau yang biasa disebut dengan dividen. Nantinya dividen tersebut merupakan salah satu komponen penyusun return saham selain capital gain. Investor lebih menilai pola dan kebijakan deviden didbandingkan laba akuntansi perusahaan. Nilai koefisien regresi arus kas operasi sebesar 0.199 menunjukkan hubungan positif yang memberi arti bahwa setiap peningkatan arus kas operasi sebesar 1%, maka akan meninggkatkan harga saham sebesar 19,9 poin. Nilai koefisien regresi arus kas investasi sebesar -0.005 menunjukkan hubungan negatif yang memberi arti bahwa penurunan arus kas investasi sebesar akan menurunkan harga saham sebesar 5 poin. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung dalam arus kas investasi mampu digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pasar modal karena masih dibandingkan factok fundamental yang menjadi penilaian investor seperti tingkat suku bunga dan manajerial perusahaan. Nilai koefisien regresi arus kas pendanaan sebesar -0.136 menunjukkan hubungan negatif yang memberi arti bahwa setiap penurunan arus kas pendanaan sebesar 1%, maka akan menurunkan harga saham sebesar 136 poin. Hal ini menunjukkan, investor melakukan penilaian terhadap operasi perusahaan untuk memastikan sumber daya perusahaan mampu mengelola perusahaan untuk mencapai profit. Dari Tabel 1 di atas, maka diperoleh nilai R = 0,472 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan antara laba akuntansi dengan komponen arus kas terhadap harga saham sebesar 47,2%. Sedangkan R2 = 0,223 yang diartikan bahwa variasi dari harga saham dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independent sebesar 22,3%, sedangkan sisanya sebesar 77,7% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini mengindikasikan bahwa variabelvariabel tersebut secara bersama-sama tidak berperan dalam pengambilan keputusan investor. Hal ini dimungkinkan karena variabel laba akuntansi, aliran kas total, aliran kas investasi, aliran kas pendanaan, dan ukuran perusahaan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 95
merupakan komponen basi (stale component) yang telah diantisipasi oleh pasar sebelum diumumkan. Nilai R Square yang kecil ini disebabkan karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang investor untuk membeli suatu saham hingga mampu mendongkrak harga saham di pasar modal. Disamping itu kondisi politik dan keamanan bangsa Indonesia mengalami ketidakstabilan, sehingga menyebabkan krisis kepercayaan pada para investor dalam berinveastasi akibatnya nilai saham di pasar modal Indonesia berfluktuasi tidak menentu. Penafsiran koefesien korelasi (R) yang dihitung maka dapat berpedoman pada ketentuan di bawah ini: Tabel 2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi Interval Koefesien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2005:183)
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui koefesien korelasi (R) sebesar 0,472% yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat harga saham adalah sedang. Pengujian Hipotesis Uji-t (Uji Parsial) Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini uji t bertujuan untuk menguji hipotesis yang dibuat, selanjutnya dilihat dari hasil uji parsial maka akan dapat disajikan hasil uji t yaitu sebagai berikut : 1. Pengujian parsial variabel Laba Akuntansi terhadap Harga saham Berdasarkan hasil olahan data diperoleh uji t hitung sebesar 1.352 dan sig 0,183 dan t tabel = 2.692. Oleh karena thitung = 1.352 <2.692 dan nilai sig sebesar 0,183> 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa menolak H1 artinya laba akuntansi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Tidak berpengaruhnya laba akuntansi terhadap harga saham perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan
96
DY ILHAM SATRIA, SITTI HAFASAH
pelaporan laba akuntansi mengandung komponen transitori. Komponen transitori adalah komponen penggangu dari laba yang dapat menurunkan relevansi nilai laba, seperti kesulitan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan bukan lagi laba tetapi komponen lainnya, atau subyek manipulasi bagi manajemen yang biasanya dilakukan melalui penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk transaksi yang sama untuk tujuan tertentu dan meningkatnya informasi penting lainnya yang bersifat non keuangan. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Keni (2008), Priyatin (2010) dan Hutabarat (2011) yang menyatakan tidak adanya pengaruh laba akuntansi terhadap harga saham dan menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayang Sari (2004), Lisytorini (2009) dan Novianti (2012). 2. Pengujian parsial variabel Arus Kas Operasi terhadap Harga saham Berdasarkan hasil olahan data diperoleh uji t hitung sebesar 1.755 dan sig 0,002 dan t tabel = 2.692. Oleh karena thitung = 1.755<2.692 dan nilai sig sebesar 0.002<0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa menerima H2 artinya arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berpengaruhnya arus kas operasi terhadap harga saham karena informasi arus kas operasi lebih berguna untuk memprediksi penyediaan arus kas untuk untuk membayar utang kepada kreditor dan dividen kepada investor, karena akan mempengaruhi keuntungan yang akan diterima oleh investor atas investasi saham. Sementara itu sebagian investor tidak selalu tertarik dengan keuntungan dari pembagian dividen dan lebih tertarik dengan keuntungan yang bersifat capital gain. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Keni (2008), Sinaga dan Pamuji (2008), Listyorini (2009) serta Novianti (2012) yang menyatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh terhadap harga saham. 3. Pengujian parsial variabel Arus Kas Investasi terhadap Harga saham Berdasarkan hasil olahan data diperoleh uji t hitung sebesar -0.096 dan sig 0,924 dan t tabel = 2.692. Oleh karena thitung = -0.096 <2.692 dan nilai sig sebesar 0,924 >0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa menolak H3 artinya arus kas investasi tidak berpengaruh signifikan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
terhadap harga saham perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tidak berpengaruhnya arus kas investasi terhadap harga saham karena arus kas investasi Arus kas investasi pada suatu perusahaan dapat benilai positif (surplus) ataupun negatif (defisit). Arus kas yang positif menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan pendapatan dari investasi yang dilakukan, sedangkan arus kas investasi yang negative menunjukkan bahwa perusahaan banyak menggunakan investasi, seperti membeli aktiva tetap jangka panjang, surat-surat berharga atau memberikan pinjaman kepada perusahaan lain, yang hasilnya diharapkan akan menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa nilai arus kas yang positif ataupun negatif tidak akan mempengaruhi tingkat keuntungan saham yang diterima oleh investor, karena kedua kondisi tersebut dapat menciptakan keuntungan bagi perusahaan, yang juga berdampak pada pembagian keuntungan tersebut dalam bentuk dividen. Oleh karenanya informasi arus kas investasi tidak dapat memengaruhi keputusan investor dalam investasi saham, sehingga arus kas investasi tidak berpengaruh terhadap harga saham. Jika dilihat dari nilai arus kas investasi yang negatif mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan masih berupaya melakukan investasi dan belum mendapatkan hasil dari investasi yang dilakukan. Jika dikaitkan dengan nilai yang negatif tersebut maka sebagian perusahaan bisa tergolong dalam kelompok growth, karena perusahaan banyak mengeluarkan dana untuk melakukan kegiatannya, atau dalam kelompok sustain tergantung dari kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan, dan reinvestasi yang akan diterima perusahaan. Hasil penelitian ini menunjuang penelitian yang dilakukan oleh Keni (2008), Listyorini (2009) dan Hutabarat (2011), Novianti (2012). 4. Pengujian parsial variabel Arus Kas Pendanaan terhadap Harga saham Berdasarkan hasil olahan data diperoleh uji t hitung sebesar -1.265 dan sig 0,213 dan t tabel = 2.692. Oleh karena thitung = -1.265<2.692 dan nilai sig sebesar 0,213>0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa menolak H4 artinya arus kas investasi pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
5, Nomor 1, Agustus 2016 97 Volume DY ILHAM SATRIA, SITTI HAFASAH
property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tidak berpengaruhnya arus kas pendanaan terhadap harga saham karena arus kas pendanaan lebih mencerminkan hubungan langsung dengan pendanaan perusahaan. Arus kas pendanaan yang potifif mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Sedangkan besarnya pengembalian pinjaman, penambahan modal disetor maupun pembayaran dividen kas sangat tergantung dari kebijakan perusahaan, sehingga kondisi arus kas pendanaan kurang mempengaruhi kinerja perusahaan pada umumnya dan akibatnya juga kurang dapat mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan. Hal inilah yang menjadikan arus kas pendanaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Keni (2008), Sinaga dan Pamuji (2008), Priyatin (2010), Hutabarat (2011).tetapi tidak didukung oleh Listyorini (2009). Uji-F (Uji Simultan) Uji serempak dengan menggunakan uji F maka diperoleh Fhitung = 3.224 dan F tabel yaitu sebesar 2,56 dan nilai sig = 0,021. Karena nilai F hitung = 3.224 > F tabel sebesar 2,56 dan selain itu nilai sig = 0.021>0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berpengaruhnya laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan terhadap harga saham dikarenakan, Hal tersebut membuktikan bahwa informasi laporan keuangan perusahaan digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Daniati (2006) yang menyatakan arus kas operasi, investasi, dan pendanaan, laba akuntansi berpengaruh terhadap harga saham. KESIMPULAN 1. Laba akuntasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan demikian hipotesis yang diajukan ditolak kebenarannya.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
2. Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima kebenarannya. 3. Arus kas investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan demikian hipotesis yang diajukan ditolak kebenarannya. 4. Arus kas pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan demikian hipotesis yang diajukan ditolak kebenarannya. 5. Laba akuntasi, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima kebenarannya. REKOMENDASI 1. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan pemilihan populasi dan sampel dari sektor lain seperti perusahaan manufaktur yang memiliki ikatan kerjasama dengan perusahaan properti karena hal ini berkemungkinan ikut berperan pada akuntansi perusahaan. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penambahan terhadap variabel independen yang bersifat fundamental seperti deviden dan suku bunga agar model regresi yang dihasilkan terlihat perbedaan factor kontribusi dan pengaruh dalam penentuan harga saham. DAFTAR PUSTAKA Adinda, Smita. (2012). Analisis Penetapan Harga Pasar Wajar dalam Transfer Pricing Atas Intra-Group Management Service Di Indonesia. Skripsi S1 (Dipublikasikan). Program Studi Ilmu Adminstrasi Fiskal Universitas Indonesia. Depok. Ang, Robert (2007). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. First Edition, Mediasoft: Jakarta. Ariadi (2009). Analisis Opini Going Concern pada Kondisi Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan (Analisis Nilai Probit): Studi Empiris pada Perusahaan Perdagangan Besar di BEI. Skripsi UIN. Arikunto (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
97
98
DY ILHAM SATRIA, SITTI HAFASAH
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: RinekaCipta.
Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Jakarta (BEJ). USU: Medan.
Belkaouni (2003). Teori Akuntansi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Hidayat (2008) “Analisis Pengaruh Arus Kas, Komponen Arus Kas, Dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Tahun 2003-2006 core.ac.uk/download/pdf/11723381.pdf
Cooper (2006). Metode Riset Bisnis, Volume 1. Edisi Sembilan, Alih Bahasa Budijanto dkk, McGraw- Hill Irwin. Jakarta. Gramedia. Clubb (2005). "An Empirical Study of the Information Content of Accounting Earnings, Funds Flow, and Cash Flow in the UK", Journal of Business Finance and Accounting, January, pp 35-52 Darmadji (2001). Pasar Modal di Indonesia,. Salemba Emapat, Jakarta Darmiati. (2014). Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Laba Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Tidak Dipublikasikan. Unimal, Lhokseumawe. Evi Mutia (2012). Pengaruh Informasi Laba Dan Arus Kas Terhadap Harga Saham. Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Ghozali (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. (Edisi Kedua), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Ghozali (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. (Edisi Keempat), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Gunawan (2000). Anggaran Perusahaan. Cetakan I. Yogyakarta: BPFE Hadi (2006). Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/ Kota Provinsi Jawa Tengah. http:// eprints.undip.ac.id /16947/ 1/ Analisis_Dampak_Desentralisasi_Fiskal_Te rhadap by_Hadi_Sasana_.pdf. Hapsari (2008) Pengaruh Informasi Laba Akuntansi, Komponen Arus Kas, Size Perusahaan, Dan Tingkat Leverage Terhadap Expected Return Saham. digilib.mercubuana.ac.id/manager/file.../Isi_ pustaka_479484936424.pdf. Harahap (2005). Teori Akuntansi, PT. Raja Grafindo Persada,. Jakarta Harahap (2010). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja. Grafindo Persada. Hartadi (2000). Analisis Pengaruh Keuangan dalam Memprediksi Perusahaan. USU Press: Medan.
Rasio Laba
Hasibuan (2009). Analisis Pengaruh Perubahan
Husnan (2005). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,. Edisi 5, UPP Yogyakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No.24. Jakarta : Salemba 4 Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan, (Edisi revisi) PSAK No.2. Jakarta : Salemba 4 Jogiyanto (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi II, BPFE-. UGM Kusno (2004). Analisis Pengaruh Perubahan Arus Kas dan Laba Akuntansi Terhadap Return Saham, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang Kieso,et al (2007). Akuntansi Intermediate Edisi 28 Jilid 1, Penerbit Erlangga. Jakarta. Miller and Rock (1985). Dividend Policy Policy Under Asymetric Information, Journal of Finance, Hal. 1031-1052. Leny
Sofyanti (2009). “Pengaruh Informasi Laporan Arus Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Livnat, Liunal & Zarowin (1990). Enomic consequences of real and Accrual-based earnings Management Activities. Accounting Working Paper. New York University. Manurung (1998). Memahami Seluk Beluk Investasi, PT. Adler. Jakarta. Bank Indonesia Muqodim (2005). Teori Akuntansi, Edisi 1. Ekonisia. Yogyakarta Mutia (2012). Earning Management dalam Penawaran Saham Perdana pada Tahun 2008-2010 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Vol 20 No 4 Desember 2012. Naimah (2009). Kandungan Informasi Laba Akuntansi dan Arus Kas Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi: Universitas Tarumanegara. Jakarta. Naimah (2000). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koofesien Respon Laba Dan
5, Nomor 1, Agustus 99 Volume DY ILHAM SATRIA, SITTI 2016 HAFASAH
Koofesien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi ke -9, padang. Noverio (2011). Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas, dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skirpsi Universitas Diponegoro, Semarang. Octavia (2008). Analisis Pengaruh Total Arus Kas, Komponen Arus Kas Dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Pangaribuan (2007). Analisis Hubungan Antara Laba Akuntansi Dan Kas Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ pada tahun 2002-2004. digilib.unimed.ac.id/.../UNIMEDUndergrad uate-30097-7.%20NIM Poppy Dian (2003). Nilai Tambah Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Operasi. Simposium Nasional Akuntansi VI (Surabaya). 304-313. Purwati (2005). Akuntansi Sektor Publik Edisi 2. Penerbit Andi. Yogyakarta PSAK No. 2 Tahun 2004. Standar Akuntansi Keuangan, (Edisi pertama) PSAK No.2. Jakarta : Salemba 4
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
99
100
DY ILHAM SATRIA, SITTI HAFASAH
Jurnal Akuntansi dan Keuangan