Jurnal
AgriTechno Publikasi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin
ISSN : 1979 - 7362 Volume 5, No. 1 September 2012
Jurnal AgriTechno Volume 5, No. 1, September 2012 ISSN : 1979 - 7362 Daftar Isi Uraian
Hal
Simulasi Tataguna Lahan Derdasarkan Tingkat Bahaya Erosi Di Sub Daerah Aliran Sungai Jeneberang Deni Indrowanto, Sitti Nur Faridah Dan Totok Prawitosari…………………
1
Uji Kinerja Pembangkit Listrik Sistem Hibrid Tenaga Angin – Matahari Di Kabupaten Bantaeng Mistianto, Ahmad Munir dan Abdul Waris………………………………..
12
Pengaruh Penambahan Lesitin Dan Suhu Conching Terhadap Sifat Reologi Pasta Kakao (Theobroma Cacao L) Budi Akra, Salengke, Dan Supratomo………………………………………….
23
Mempelajari Karakteristik Tingkat Kekerasan Padi Varietas Ciliwung Dan Ciherang Berdasarkan Letak Bulir Pada Malai Abdul basith, Junaedi Muhidong, dan Supratomo…………………………. 30 Pendugaan Pertumbuhan Bakteri Pada Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus Leopardus) Dan Ikan Baronang (Siganus Guttatus) Selama Penyimpanan Rina Apriana, Helmi A.Koto, dan Junaedi Muhidong……………………… 40 Teknologi Pengelolaan Serasah Tebu Dan Pengaruh Kompos Terhadap Tanaman Iqbal……………………………………………………………………. 46 Penerapan Sig Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Kacang Tanah Di Kabupaten Gowa Mahmud Achmad, Ahmad Munir dan Suhardi………………………………
53
Analisis Finansial Irigasi Airtanah pada Budidaya Padi Suhardi .................................................................................................................
64
Simulasi Fluktuasi Muka Air Tanah Di Daerah Pesisir Jeneponto Syamsuddin, Zulvyah Faisal, dan Suhardi.............................................................
73
ISSN: 1979-7362 PENGARUH PENAMBAHAN LESITIN DAN SUHU CONCHING TERHADAP SIFAT REOLOGI PASTA KAKAO (Theobroma cacao L) Budi Akra1, Salengke2, Dan Supratomo2 Alumni Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian, Unhas Makassar . 2 Staf Pengajar Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian, Unhas Makassar 1
Abstrak Pasta cokelat atau cocoa mass atau cocoa paste dibuat dari biji kakao kering melalui beberapa tahapan proses sehingga biji kakao yang semula padat menjadi produk cair atau semicair. proses conching adalah tahap yang sangat menentukan perubahan reologi pasta coklat dimana suhu, penambahan pengemulsi, dan lama proses conching mempengaruhi perubahan viskositas tampak pasta coklat dan parameter reologi selama proses conching . Lesitin merupakan pengemulsi alam yang paling umum digunakan. Lesitin berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan pasta sehingga mengurangi kekentalan pasta coklat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan viskositas, koefesien konsistensi, dan index aliran selama proses conching pasta coklat. Parameter perlakuan meliputi penambahan lesitin (0%, 0.4% , 0.8%), suhu conching (40°C, 50°C, 60°C dan 70°C) serta lama conching (3 sampai 24 jam dan pengukuran akhir pada jam ke 30). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan lesitin dan perlakuan suhu mempengaruhi penurunan viskositas mempengaruhi perubahan Nilai Index Aliran serta nilai konsistensi (K). Nilai Energi Aktivasi (Ea) untuk n sangat bervariasi sedangkan nilai Ea untuk K relatif lebih stabil selama proses conching Kata Kunci: Reologi, Lesitin, Suhu, Conching akan mempengaruhi rasa enak dan PENDAHULUAN kelembutan coklat ketika terasa pada lidah Proses pengolahan kakao (theobroma selama lemak dalam coklat tersebut meleleh cacao L) sangat menentukan mutu akhir oleh adsorpsi panas dalam mulut. Hal lain yang sangat berpengaruh pada yang dihasilkan. Proses pengolahan sangat menentukan cita rasa khas dari kakao sifat reologi pasta coklat adalah penambahan (theobroma cacao L), mengurangi dan pengemulsi pada pasta coklat. Pengemulsi menghilangkan cita rasa yang tidak berfungsi untuk menurunkan viskositas dan diinginkan. Salah satu bentuk pengolahan dapat mengikat atau menyimpan lemak pada biji kakao adalah pengolahannya menjadi cokelat sehingga tidak menimbulkan bunga pasta coklat. Pasta coklat berasal dari biji coklat. Pengemulsi yang umum digunakan Penambahan lesitin coklat yang dibuat jadi semi cair dan cair adalah lesitin. yang tahap akhirnya melalui proses (pengemulsi) pada proses conching akan mengurangi gesekan internal lemak coklat conching. Concing adalah tahapan tahapan proses sehingga mencegah terjadinya gumpalan. pengemulsi dapat pengerjaan flak cokelat kedalam bentuk Penambahan pasta secara terus menerus selama selang peningkatkan kualitas pelelehan dalam waktu tertentu. Alatnya disebut conche, mulut dan menambah lezat cita rasa coklat . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk yakni sebuah wadah logam yang berisi grinder besi yang berfungsi sebagai mengetahui perubahan sifat reologi pasta penggerinda (grinder) pasta. Proses coklat dengan penambahan lesitin selama conching akan mempengaruhi viskositas proses conching pada beberapa suhu. yang berarti akan mempengaruhi sifat reologi pasta coklat. Perubahan sifat reologi Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 23
ISSN: 1979-7362 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, berlangsung pada bulan November 2009-Januari 2010. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kakao (Theobroma cacao L.) kadar air maksimal 7% terfermentasi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, mesin penyangrai, mesin pemisah nib, mesin pemasta, mesin conching, viscometer DV-E, gelas ukur, dan alat tulis menulis. Proses conching dilakukan selama 30 jam untuk tiap sampel. Pengukuran nilai viskositas pasta dilakukan setelah 3 jam proses conching, selanjutnya dilakukan setiap jam sampai pada jam ke-30. Pengukuran nilai viskositas pasta dilakukan dengan menggunakan Viskometer DV-E dengan perlakuan suhu 40°C, 50°C, 60°C, 70°C dan penambahan lesitin 0,4%, 0,8%, serta tanpa penambahan untuk tiap-tiap suhu. Parameter yang dilakukan adalah mengamati perubahan pasta coklat dan mengetahui nilai viskositas tampak dan persen torsi untuk mengetahui hubungan antara shear rate dan shear stress dan dapat digunakan menghitung besarnya energy aktivasi (Ea) berdasarkan waktu conching. - Persiapan Bahan Biji kakao (theobroma cacao L) fermentasi disangrai selama 30 menit pada suhu 120°C untuk memperoleh aroma dan cita rasa yang khas. Selanjutnya pemisahan antara kulit biji dan biji (nib). Dilanjutkan dengan pelumatan (penghalusan) biji untuk menghasilkan pasta cokelat. - Pengukuran viskositas pasta coklat Menyiapkan pasta coklat untuk proses conching antara suhu 40°C, 50°C, 60°C dan 70°C, serta penambahan lesitin dengan konsentrasi 0% (kontrol), 0,4% dan 0,8% untuk tiap-tiap suhu conching. Kemudian melakukan proses conching selama 30 jam dan mengambil sampel setiap jam setelah 3 jam proses counching. Setelah itu mengukur nilai viskositas pasta coklat menggunakan
viscometer DV-E dengan tingkat kecepatan 5, 6, 10, 12, 20, 30, 50, 60, dan 100rpm dan mencatat nilai % torque yang ditampilkan dan kecepatan putaran untuk menentukan viskositas pasta dan menentukan hubungan antara suhu dan penambahan lesithin dengan viskositas. Hubungan antara viskositas tampak dan shear rate dapat diketahui melalui beberapa tahapan. Pertama menghitung shear stress rata-rata melalui persamaan: 𝜎𝑎 = 𝑘𝛼𝜎 (𝐶 ∗𝑑𝑖𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔) 𝜎𝑎 = shear stress rata-rata (Pa); dimana 𝑘𝛼𝜎 = shear stress conversion factor (Pa); 𝐶 = Konstanta pegas viskometer, tergantung pada model Brookfield yang digunakan; 𝑑𝑖𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 = % Torque yang ditampilkan pada Brookfield Viskometer (Briggs dan James, 1997). Kemudian menghitung flow behavior indeks melalui slop antara shear stress rata- rata dengan kecepatan putaran 𝑑 (𝑙𝑜𝑔10 𝜎𝑎 ) 𝑛= 𝑑 (𝑙𝑜𝑔10 𝑁) dimana 𝑛 = flow behavior index; 𝜎𝑎 = shear stress rata-rata (Pa); 𝑁 = kecepatan putaran (rpm) (Briggs dan James, 1997). Setelah mendapatkan nilai index aliran , shear rate dapat dihitung melalui persamaan: 𝛾̇ = 𝑘𝑁𝛾 (𝑁) dimana 𝛾̇ = shear rate (s -1); 𝑘𝑁𝛾 = shear rate conversion factor (min s -1), merupakan fungsi pada nomor spindle dan flow behavior index.; 𝑁 = kecepatan putaran (rpm) (Briggs dan James, 1997). Pengaruh suhu terhadap viskositas tampak dapat digambarkan dengan hubungan Arrhenius: η𝑎 = η∞𝐴 exp(𝐸𝑎 /𝑅𝑇) dimana η𝑎 adalah viskositas tampak pada suatu tetapan shear rate, η∞𝐴 adalah faktor frekuensi, 𝐸𝑎 adalah energy aktivasi (J mol-1), R adalah tetapan gas (J mol-1 K-1), dan T adalah suhu (K) (Rao, 1999).
Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 24
ISSN: 1979-7362 HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai viskositas pasta coklat dapat dibaca pada layar ( display ) viskometer dengan. Nilai viskositas pasta coklat secara grafik semaki lama semakin menurun. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3 dan 4. Nilai viskositas suhu 40°C menurun setiap jamnya. hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
diperoleh nilai viskositas = 22.6 Pa.s dan nilai shear rate = 1.81 1/s. Untuk penambahan lesitin 0.4%, hasil pengukuran awal jam ke 5 (5 rpm) diperoleh nilai viskositas = 40.8 Pa.s dan nilai shear rate = 1.90 1/s sedangkan pada jam ke 30 diperoleh nilai viskositas = 26 Pa.s dan nilai shear rate = 1.36 1/s. grafik viskositas kontrol 50 derajat celsius,
a.
40
grafik viskositas kontrol 40 derajat Celsius, 45
35
Viscosity, Pa.s
30
W ak tu 5 10 20 30
40
Viscosity, Pa.s
a.
W ak tu 5 10 20 30
35
30
25 20 15
25
10
20
5
15
0
10
10 10
0
20 Shear Rate, 1/s
30
40
45
35
Viscosity, Pa.s
W ak tu 5 10 20 30
60
W ak tu 5 10 20 30
40
b.
grarik viskositas 40 derajat celsius, lesitin 0,4%
Viscosity, Pa.s
30
grafik viskositas 50 derajat celsius, lesitin o,4%
40
70
b.
20 Shear rate, 1/s
50 40
30 25 20 15
30
10
20
0
10
10 0
10
20 Shear rate, 1/s
30
40
20 Shear rate, 1/s
30
40
grafik viskositas 50 derajat celsius, lesitin 0,8% W ak tu 5 10 20 30
50
grafik viskositas 40 derajat celsius, lestin 0,8% Wak tu 5 10 20 30
80
Viscosity, Pa.s
70
40
c.
60
Viscosity, Pa.s
90
c.
30
20
50 10
40
0
30 20 10
0
5
10 15 Shear rate, 1/s
20
25
Gambar 1. Grafik viskositas pada suhu 40°C, a .( 0% lesitin), b.(0.4% lesitin), c.(0.8% lesitin). Pengukuran nilai viskositas pada suhu 50°C (gambar 2) tanpa penambahan lesitin menujukkan bahwa nilai viskositas menurun berdasarkan lama proses counching, seperti yang tertera pada gambar 4. Hasil pengukuran awal jam ke 5 (5 rpm) diperoleh nilai viskositas = 38.6 Pa.s dan nilai shear rate = 1.82 1/s sedangkan pada jam ke 30
10
20 Shear rate, 1/s
30
40
Gambar 2. Grafik viskositas pada suhu 50°C, a.( 0% lesitin), b.(0.4% lesitin), c.(0.8% lesitin). Hasil pengukuran awal jam ke 5 (5 rpm) untuk suhu 50°C dengan penambahan lesitin 0.8% diperoleh nilai viskositas = 50.8 Pa.s dan nilai shear rate = 1.99 1/s sedangkan pada jam ke 30 diperoleh nilai viskositas = 28.8 Pa.s dan nilai shear rate = 1.96 1/s. Grafik penurunan tingkat viskositas pasta coklat pada suhu 60°C tanpa penambahan lesitin dapat dilihat pada gambar 3.
Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 25
ISSN: 1979-7362 grafik viskositas kontrol 60 derajat celsius
a
40
W ak tu 5 10 20 30
35
Viscosity, Pa.s
30 25 20 15 10 5 0
10
20 Shear rate, 1/s
30
40
grafik viskositas 60 derajat celsius, lesitin 0,4%
b.
50
Waktu 5 10 20 30
Viscosity, Pa.s
40
30
20
Pada pasta coklat yang diberi perlakuan suhu 60 °C pada saat proses conching memperlihatkan tekstur yang lebih halus dari perlakuan suhu 40°C dan 50°C. Penurunan nilai viskositas untuk suhu 70°C dapat dilihat pada gambar 4. dengan perlakuan tanpa penambahan lesitin (kontrol), penembahan lesitin 0.4% dan penambahan lesitin 0.8%. Pada gambar terlihat bahwa tingkat penurunan yang berbeda untuk setiap grafik. Hal ini disebabkan tingkat kehalusan pasta yang berbeda serta dan adanya pengaruh dari pemberian lesitin tersebut. grafik viskositas kontrol 70 derajat celsius
a 25 0
10
20 30 Shear rate, 1/s
40
50
Viscosity, Pa.s
0
grafik viskositas 60 derajat celsius, 0,8%
c..
Waktu 5 10 20 30
40 35
Viscosity, Pa.s
Waktu 5 10 20 30
30
10
20 15 10 5
30
0
25 20
b.
15
10
20 Shear rate, 1/s
30
40
grafik viskositas 70 derajat celsius, lesitin 0,4% Waktu 5 10 20 30
40
10
0
10
20 Shear rate, 1/s
30
40
Gambar
Viscosity, Pa.s
5
30
20
3. Grafik viskositas pada suhu 60°C, a.( 0% lesitin), b.(0.4% lesitin), c.(0.8% lesitin). Berdasarkan grafik diatas, untuk penambahan lesitin 0% pada jam ke 5 (5 rpm) diperoleh nilai viskositas = 37 Pa.s dan grafik viskositas 70, lesitin 0,8% nilai shear rate = 2.08 1/s sedangkan pada c. 35 jam ke 30 diperoleh nilai viskositas = 16 30 Pa.s dan nilai shear rate = 1.77 1/s. Untuk 25 penambahan lesitin 0,4% pada jam ke 5 (5 20 rpm) diperoleh nilai viskositas = 46 Pa.s 15 dan nilai shear rate = 2.047 1/s sedangkan pada jam ke 30 diperoleh nilai viskositas = 10 16.2 Pa.s dan nilai shear rate = 1.66 1/s. 5 Penambahan lesitin 0.8% pada jam ke 5 (5 0 10 20 30 40 Shear rate, 1/s rpm) diperoleh nilai viskositas = 39.8 Pa.s dan nilai shear rate = 1.79 1/s sedangkan Gambar 4. Grafik viskositas 70°C, a.( 0% lesitin), b.(0.4% lesitin), c.(0.8% pada jam ke 30 diperoleh nilai viskositas = lesitin). 12.1 Pa.s dan nilai shear rate = 1.55 1/s. 10
0
0
5
10
15 20 Shear rate, 1/s
25
30
35
Viscosity, Pa.s
Waktu 5 10 20 30
Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 26
ISSN: 1979-7362
Nilai index aliran (n) tanpa penambahan lesitin tidak memperlihatkan perubahan yang berarti dari jam ke jam selama proses conching. Seperti pada suhu 40°C nilai n pada awal perhitungan = 0.68, pada jam berikutnya nilai n = 0.69 dan jam berikutnya = 0.61. Hal tersebut jg terjadi pada grafik penambahan lesitin 0,4% . Grafik penambahan lesitin 0.8% memperlihatkan hal yang berbeda. Pada suhu 60°C mengalami kenaikan dari jam ke jam. Contohnya pada jam ke 5 nilai n = 0.61, pada jam ke 20 nilai n = 0.73 dan pada jam ke 30 nilai n = 0.74. Akan tetapi, tidak terjadi perubahan yang berarti pada suhu 40°C, 50°C dan 70°C
Grafik perhitungan nilai index aliran tanpa penambahan lesitin 0.85
Suhu 40 derajat celsius 50 derajat celsius 60 derajat celsius 70 derajat celsius
Index aliran (n)
0.80 0.75 0.70 0.65 0.60 0.55 0.50
b.
0
5
10
15 20 Lama Conching
25
30
grafik perhitungan nilai index aliran (n) dengan penambahan lesitin 0.4% Suhu 40 derajat celsius 50 derajat celsius 60 derajat celsius 70 derajat celsius
0.9
Index aliran (n)
Metode Mitschka (Mitschka method) dipergunakan untuk menghitung nilai index aliran (n) dan koefesien konsistensi (K) yang dapat diperoleh dari logaritma pada shear stress dan kecepatan putaran (rpm). Nilai index aliran (n) menggambarkan perubahan hubungan antara tegangan permukaan terhadap kecepatan putaran spindel selama proses conching berlangsung. Perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar 5.
a.
0.8
0.7
0.6
0.5 0
c..
5
10
15 20 Lama Conching
25
30
Grafik perhitungan nilai index aliran dengan penambahan lesitin 0.8% 1.0
Suhu 40 derajat celsius 50 derajat celsius 60 derajat celsius 70 derajat celsius
0.9
Index aliran (n)
Pada pengukuran viskositas untuk suhu 70°C memperlihatkan nilai viskositas yang lebih rendah dari 40°C, 50°C, 60°C dan terkstur yang lebih halus dan lebih encer serta tidak berpasir saat dikomsumsi. Penurunan nilai viskositas disebabkan oleh adanya perubahan ukuran partikel coklat yang semakin lama semakin mengecil dan tegangan permukaan semakin menurun pada coklat. Penurunan tegangan permukaan disebabkan oleh penambahan lesitin yang berfungsi untuk mengikat lemak sehingga mengurangi gesekan internal pada coklat. Index aliran (n) dan consistency cofficient (K)
0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3
0
5
10
15 20 Lama Conching
25
30
Gambar 5. Grafik nilai n, a.( 0% lesitin), b.(0.4% lesitin), c.(0.8% lesitin). Dari grafik nilai n berdasarkan penambahan lisithin tersebut memperlihatakan bahwa nilai index aliran (n) tidak dipengaruhi oleh lama proses conching kecuali pada penambahan lesitin 0.8% untuk suhu 60°C memgalami peningkatan. Dari keseluruhan data memperlihatkan nilai n kurang dari 1, hal tersebut menunjukkan bahwa pasta coklat sifat alirannya adalah pseudoplastic. Nilai log K merupakan prediksi nilai shear stress ketika kecepatan putaran spinde adalah nol selama proses conching berlangsung.
Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 27
ISSN: 1979-7362 Nilai log K memperlihatkan penurunan nilai yang tidak beraturan pada grafik tanpa penambahan lesitin. Pada grafik penambahan lesitin 0.4% terlihat penurunan nilai log K sedikit linear pada suhu 60°C. Pada penambahan lesitin 0.8% memperlihatkan penurunan grafik yang linear pada 50°C, 60°C dan 70°C. Nilai log K terendah pada akhir conching adalah suhu 70°C untuk kontrol yaitu 6.32, untuk penambahan lesitin 0.4% terendah pada suhu 70°C yaitu 4.1873465 dan pada penambahan lesitin 0.8% terendah pada suhu 60 °C yaitu 4.37. a.
Dari grafik nilai log K berdasarkan suhu tersebut memperlihatakan bahwa nilai log K dipengaruhi oleh lama proses conching. Semakin lama proses conching maka nilai log K semakin menurun. Penambah lesitin 0.8% perlakuan suhu 60°C memperlihatkan pengaruh yang besar pada penurunan grafik nlai K. Energi aktivasi (Ea) Energi aktivasi merupakan hasil perhitungan dari turunan persamaan Arhenius yang menggambarkan hubungan antara suhu dengan viskositas selama proses conching.
Grafik perhitungan nilai log K tanpa penambahan lesitin 22.5
Suhu 40 derajat celsius 50 derajat celsius 60 derajat celsius 70 derajat celsius
Consistensy coefficient (K)
20.0 17.5
Hasil perhitungan nilai energi aktivasi (Ea) pada proses cocnching pasta coklat dapat dilihat pada grafik dibawah ini
15.0
Garfik perhitungan nilai Energi Aktivasi (Ea)
12.5
100
nilai Ea untuk nilai K Ea untuk nilai n
10.0
80
7.5
60 0
5
10
15 20 Lama Conching
25
Nilai Ea
5.0 30
40 20 0
Grafik perhitungan nilai log K dengan penambahan lesitin 0.4%
b.
Suhu 40 derajat celsius 50 derajat celsius 60 derajat celsius 70 derajat celsius
Consistensy coefficient (K)
30 25
-40
0
5
10 15 20 Lama conching (jam)
25
30
20
Gambar 7. Grafik perhitungan nilai energi aktivasi (Ea)
15 10 5 0
0
5
10
15 20 Lama Conching
25
30
c.. Grafik perhitungan nilai log K dengan penambahan lesitin 0.8% Suhu 40 derajat celsius 50 derajat celsius 60 derajat celsius 70 derajat celsius
40 Consistensy coefficient (K)
-20
30
20
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa nilai n yang tidak stabil dan nilainya beragam. Pada pengukuran awal nilai n = -8.56 J mol-1 , pada pengukuran selanjutnya nilai n = 25.14 dan diakhir proses conching nilai n = 44.08 J mol-1. Sementara itu, nilai K lebih cenderung stabil dari awal sampai akhir proses conching. Pada awal conching nilai K = 6.33 J mol-1 dan pada akhir proses conching nilai K = 11.69 J mol-1.
10
0
0
5
10
15 20 Lama Conching
25
30
Gambar 6. Grafik nilai K, a.( 0% lesitin), b.(0.4% lesitin), c.(0.8% lesitin). Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 28
ISSN: 1979-7362 Rao, M Ananda. 1999. Rheology of Fluid and Semisolid Foos, Principles and Applications. An Aspen Publisher. Berdasarkan hasil yang diperoleh, Inc. Gaithersburg. Maryland maka dapat disimpulkan bahwa: KESIMPULAN
1. Suhu conching mempengaruhi sifat Sharma, Shri. K., Molvaney, Steven, J., Rizvi, Syed, S.H,. 2000. Food reologi pasta cokelat. Process Engineering. Cornel 2. Viskositas tampak dan koefisien University. New York. konsistensi cenderung turun selama proses conching tetapi index aliran Steef, J.F dan Briggs J.L. 1997. konstan. Research/Aplication Nota; Using 3. Pemberian pengemulsi (lesitin) Brookfield Data and Mitschka penurunan viskositas tampak pada suhu Metode to Evaluation Power Law dibawah 60°C tetapi cenderung Foods. Michigan State University. menaikkan viskositas dan koefisien East Lansing. konsistensi (K) pada suhu diatas 60°C. Steiner, E.H. 1958. A New Rheological Relationship to Express the Flow Properties of Melted Chocolate, Anonim A. Logikuliner-Chocolate, Part Rev Int Chocolatiere. Deux. http://www.jalansutra.or.id. Tanggal akses 01 Maret 2008. Wahyudi, T., dan Yusianto. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Penebar Swadaya. Anonim B. Process-Chocolate. Jakarta http://www.brookfieldengineering.com. Tanggal akses 10 Juni 2008. DAFTAR PUSTAKA
Beckett, S.T. 1999. Industrial Chocolate Manufacture and Use. Blackwell Science Ltd. Hartomo dan Widiatmoko. 1993. Emulsi dan Pangan Instan Berlesitin. Andi Offset. Yogyakarta. Mulato, S., S. Widyotomo, Misnawi, Sahali, dan E. Suharyanto. 2004. Petunjuk Teknis Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao. Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Manifie, W. Belnard. 1999. Chocolate, Cocoa and Confectinery Sains Technology. An Aspen Publication. London.
Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 29