1. Agen Pelindung Mukosa a
Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu, kecuali apabila pemeriksaan endoskopi atau sinar-X telah memperlihatkan kesembuhan (Basuki, 2008). 1) Farmakodinamik Sukralfat adalah suatu kompleks yang dibentuk dari sukrosa oktasulfat dan polialumunium hidroksida. Aktifitas sukralfat sebagai anti ulkus merupakan hasil dari pembentukan komplek sukralfat dengan protein yang membentuk lapisan pelindung menutupi ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan garam empedu. Percobaan laboratorium dan klinis menunjukkan bahwa sukralfat menyembuhkan tukak dengan tiga cara, yaitu (Basuki, 2008): a Membentuk kompleks kimiawi yang terikat pada pusat ulkus sehingga b c
merupakan lapisan pelindung. Menghambat aksi asam, pepsin, dan garam empedu. Menghambat difusi asam lambung menembus lapisan film sukralfat-
albumin. 2) Farmakokinetik Penelitian menunjukkan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu lama dalam saluran cerna sehingga menghasilkan efek obat panjang. Sukralfat sangat sedikit terabsorpsi di saluran pencernaan sehingga menghasilkan efek samping sistemik yang minimal (Basuki, 2008). 3) Indikasi Pengobatan jangka pendek (sampai 8 minggu) pada ulkus duodenum (tukak usus dua belas jari) (Basuki, 2008). 4) Interaksi obat Pemberian sukralfat dapat mengurangi absorpsi atau bioavaibilitas obatobatan
tertentu,
(ciprofloxacin,
yaitu
simetidin,
norfloxacin),
antibiotik
digoxin,
golongan
ketokonazol,
fluoroquinolon
fenitoin,
ranitidine,
tetraciclin, quinidine, L-thyroxin dan teofilin, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan dalam waktu 2 jam sebelum pemberian sukralfat (Basuki, 2008). 5) Efek samping Sangat jarang, yang relatif sering dilaporkan hanya konstipasi dan mulut terasa kering. Keluhan lainnya adalah diare, mual, muntah, tidak nyaman di
perut, flatulent, pruritus, rash, mengantuk, pusing, nyeri pada bagian belakang, dan sakit kepala (Basuki, 2008). Sukralfat harus diberikan secara hati-hati pada pasien gagal ginjal kronis dan pasien dialisis. Penggunaan obat ini selama kehamilan hanya dilakukan jika benar-benar diperlukan. Sukralfat harus diberikan secara hati-hati pada wanita yang sedang menyusui. Jika diperlukan antasida dapat diberikan, namun demikian sebaliknya tidak diberikan dalam jangka waktu 1½ jam sebelum atau sesudah pemberian sukralfat. Keamanan dan b
efektifitas pada anak-anak belum dapat ditetapkan (Basuki, 2008). Misoprostol Misoprostol merupakan analog prostaglandin E1 sintetik yang dipasarkan dalam dua bentuk sediaan, yaitu tablet 100 μg dan 200 μg. Nama kimianya adalah Methyl 7{3-hydroxy-2-[(E)-4-hydroxy-4-methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopentyl}heptanoate, dengan berat molekul 382,5g/mol. Misoprostol bersifat stabil dan larut dalam air. Formula empirisnya adalah C22H38O5 (Rahardjo, 2008). Indikasi yang diakui FDA adalah untuk pencegahan dan pengobatan ulkus lambung akibat pemakaian antiinflamasi nonsteroid. Indikasi ini didasarkan pada efeknya yang merangsang sintesis mukus dan bikarbonat di lambung dan mengurangi asam lambung. Pada organ reproduksi wanita, prostaglandin E1 merangsang kontraksi uterus. Sensitivitas uterus meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada serviks uteri, misoprostol menyebabkan peningkatan aktivitas kolagenase dan mengubah komposisi preoteoglikan sehingga menyebabkan pelembutan dan penipisan serviks. Di bidang obstetri-ginekologi, efek ini dimanfaatkan untuk aborsi selektif, induksi persalinan, dan untuk evakuasi uterus dalam kasus kematian janin intrauterin. Efek kontraksi uterus juga bermanfaat untuk mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum. Walaupun tidak satupun dari indikasi obstetri ini yang telah diakui FDA, namun pemakaian offlabel dapat dibenarkan dalam kondisi tertentu. Efek samping yang sering terjadi setelah pemakaian misoprostol antara lain mual, muntah, diare, kram perut, demam, dan menggigil (Rahardjo, 2008). Misoprostol dapat diberikan secara oral, sublingual, vaginal maupun rektal. Misoprostol sangat mudah diserap, dan menjalani de-esterifikasi cepat menjadi asam bebas, yang berperan dalam aktivitas kliniknya dan tidak seperti senyawa asalnya, metabolit aktifnya ini dapat dideteksi di dalam plasma. Rantai samping alfa dari asam
misoprostol menjalani oksidasi beta dan rantai samping beta menjalani oksidasi omega yang diikuti dengan reduksi keton untuk menghasilkan analog prostaglandin F (Rahardjo, 2008). Pada keadaan normal, misoprostol dengan cepat diabsorbsi setelah pemberian secara oral.Konsentrasi asam misoprostol didalam plasma mencapai puncak setelah kira-kira 30 menit dan akan menurun dengan cepat. Bioavailibilitas misoprostol menurun apabila diberikan bersamaan dengan makanan atau pada pemberian antasid.1 Setelah pemberian per oral, asam misoprostol mencapai kadar puncak (Tmaks) setelah 12±3 menit dengan waktu paruh 20-40 menit. Misoprostol terutama mengalami metabolisme di hati tetapi tidak menginduksi sistem enzim sitokrom hepatik P-450 sehingga interaksinya dengan obat-obat lain dapat diabaikan. Misoprostol diekskresikan melalui ginjal sekitar 80% dan melalui feses 15%. Sekitar 1% dari metabolit aktif akan diekskresikan juga di dalam urin (Rahardjo, 2008). Pada semua rute pemberian, absorbsi terjadi sangat cepat, tetapi yang paling cepat bila misoprostol diberikan secara oral (mencapai konsentrasi puncak setelah 12 menit, waktu paruh 20-30 menit. Setelah diabsorbsi secara ekstensif, misoprostol akan cepat dide-esterifikasi menjadi obat aktif, yaitu dalam bentuk asam misoprostol.Kadar puncak serum asam misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan (Rahardjo,2008).
c
Bismuth Bismuth subsalisilat adalah satu-satunya sediaan garam bismuth yang tersedia di Amerika Serikat. Mekanisme penyembuhan ulkus yang paling mungkin adalah melalui efek antibakteri, efek lokal gastroproteksi, dan stimulasi sekresi prostaglandin endogen. Garam bismuth tidak menghambat sekresi asam lambung atau pun menetralisasikannya. Garam bismuth subsalisilat dinyatakan aman dengan sedikit efek merugikan jika digunakan pada dosis yang direkomendasikan. Karena insufisiensi ginjal dapat menurunkan ekskresi bismuth, maka penggunaan bismuth pada pasien gagal ginjal harus disertai peringatan. Bismuth subsalisilat dapat meningkatkan sensitivitas terhadap salisilat dan penyakit pendarahan, sehingga harus ada peringatan terhadap pasien yang
juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam (Hakim,2007). Obat-obat golongan ini mempunyai masalah bioavailabilitas karena mengalami aktivitasi di dalam lambung lalu terikat pada berbagai gugus sulfhidril mukus dan makanan. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan dalam bentuk tablet salut enterik. Obatobat golongan ini mengalami metabolisme lengkap. Tidak ditemukan dalam bentuk asal di urin, 20% dari obat radioaktif yang ditelan ditemukan dalam tinja. Bismut subnitrat dapat membentuk lapisan pelindung yang menutupi tukak,lagi pula berkhasiat bakteriostatik terhadap H. pylori. Kini banyak digunakan sebagai eradikasi tukak, selalu bersama dengan dua atau tiga obat lain (Hakim, 2007). Pada penggunaan jangka panjang bismuth salisilat dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah dan dapat menimbulkan tumor karsinoid pada tikus percobaan. Pada manusia belum dapat dibuktikan (Hakim,2007).
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks