1
Judul Artikel :”MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MASALAH-MASALAH SOSIAL DI KELAS IV “ Nama Mahasiswa : Tita Ratnasari Nim
: 0903031
Pembimbing Ke:.Nenden Ineu. H Program Studi : PGSD Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas : UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Email penulis :
[email protected]
MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MASALAH-MASALAH SOSIAL DI KELAS IV
2
(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri Gudang II KecamatanTanjungsariKabupatenSumedang) ABSTRAK TITA RATNASARI 0903031
Penelitian ini dilatarbelakangi olehmasalahbahwasiswa SDN Gudang II di kelas IV saatpembelajaran IPS terlihatpasif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkankemampuanberpikirkritissiswamelalui model problem based learning.Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain Elliot. Sementara itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara dan pegamatan. Temuan di lapangan saat penelitian di antaranya siswa kurangmemilikikeberanianuntukbertanya, mengemukakanpendapatdanmemecahkanmasalah. Hasil peningkatandarikemampuanberpikirkritispadasiklus I: 56,76, Siklus II: 67,72, dansiklus III: 84,38. Adapunpeningkatanhasilbelajarpadasiklus I adalah 69,33, siklus II: 75,00 dansiklus III: 84,07. Dengan demikian peneliti merekomendasikan kepada guru untuk menggunakan model problem based learning sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikirkritissiswa. Kata Kunci: Siswa Kelas IV, SDN Gudang II, KemampuanBerpikirKritis, Model Problem based learning, IPS. A. Pendahuluan IPS
merupakansuatudisiplinilmu
yang
membahastentangkehidupanmanusia, baikitudengansesamanyamaupundenganlingkunganfisiknya.Hal tersebutmerupakansuatuhal
yang
terjadidalamkehidupansosial.Siswadituntutuntukmemilikikemampuansosial yang baik
agar
di
masamendatangdirinyasudahmemilikibekaluntukhidupbermasyarakat.Dalamkehid upanmasyarakatseringdijumpaimasalah-masalah yang harussegeradiselesaikan,
3
untukitusiswadituntut
pula
untukbelajarmenjadipemecahmasalahdalamlingkungansekitarnya. Masalahsosialmerupakansuatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.Masalah-masalah yang seringdijumpaidalamkehidupanmasyarakathendaknyasegeradipecahkanmelaluikeg iatanbersama
agar
masalahtersebuttidakmemberikandampak
yang
begitubesarbagikehidupansosial.Maslaahsosialinidalamkurikulumsekolahtertuang dalammatapelajaran IPS.Sejalan dengan pendapat Barr, Bartha, Shermis (Istiani et al, 2004: 43) bahwa ‘IPS merupakan ilmu yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan yang bersisikan aspek-aspek ilmu sejarah , ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, filsafat yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi.’ Untukmendidikanaksupayamenjadipemecahmasalah, makakemampuanberpikirkritissiswaharusditingkatkan.Ennis (Sapriya, 2009: 144) merumuskan istilah berpikir kritis (critical thinking) merupakan “istilah yang digunakanuntuk suatu aktivitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat keyakinan dan perilaku yang rasional.” Pengertian tersebut lebih menekankan kepada bagaimana cara-cara untuk membuat suatu keputusan atau berbagai pertimbangan. Beripikir kritis dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru akan suatu hal yang dipikirkannya. berdasarkan pendapat dari Edward Glasser (Fisher, 2008:3) yang mendefinisikan tentang berpikir kritis, yaitu
“suatu sikap mau
4
berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang” . Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya
dan
kesimpulan-kesimpulan
lanjutan
yang
diakibatkannya.Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa berpikir kritis itu merupakan sikap atau disposisi untuk berpikir secara lebih mendalam tentang berbagai masalah yang dihadapinya. Melaluipembelajaran
IPS,
siswadituntutuntukmemilikikemampuanberpikirkritispadamaterimasalahmasalahsosialdenganmenggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dipilihyaitu model Problem based learning. MenurutSanjaya, W (2006:214)bahwamodel Problem based learning merupakan “rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah,” Dari
uraiandiatas,
makapenulisbermaksudmelakukanpenelitiandenganmenggunakanjudul
“model
problem
based
learniguntukmenigkatkankemampuanberpikirkritissiswapadamaterimasalahmasalahsosial di kelas IV SD”. B. Tinjauan Pustaka Hakekat pembelajaran IPS : Pada dasarnya manusia belajar mulai dari lingkungannya dengan mempelajari apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Manusia belajar bertujuan untuk mencari tahu apa yang belum ia ketahui,
5
memahami apa yang belum ia pahami dan memperbaiki apa yang belum benar yang ada pada dirinya serta belajar bagaimana cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, baik itu dengan sesama manusia maupun dengan alam sekelilingnya. Hal-hal tersebut salah satunya tertuang dalam Ilmu sosial. Pada hakekatnya IPS merupakan bidang studi yang termuat dalam kurikulum sekolah baik itu di pendidikan dasar maupun pendidikan menengah yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat serta hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungannya baik sosial maupun phisik. Pada jenjang Pendidikan Dasar, IPS merupakan payung dari berbagai disiplin ilmu yang menaungi mata pelajaran Sejarah, Geografi dan ekonomi.
Berbeda dengan
pendidikan pada jenjang SMA, IPS dikemas secara terpisah dengan menyebut kelompok mata pelajaran pada program pengajaran umum, yaitu mata pelajaran ekonomi, sejarah, geografi dan sosiologi. Sejalan dengan pendapat Barr, Bartha, Shermis (Istiani et al, 2004: 43) bahwa ‘IPS merupakan ilmu yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan yang bersisikan aspek-aspek ilmu sejarah , ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, filsafat yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi.’Jika bercermin dari berbagai pengertian IPS di persekolahan, ilmu pengetahuan sosial berakibat kepada penekanan dalam mengembangkan sikap berfikir kritis siswa terhadap masalahmasalah sosial yang ada untuk dicari cara penyelesaian masalahnya tersebut. Tujuan pendidikan IPS menurut Jarolimek, Schuncke dan Hasan (Istiani et al, 2004: 46) meliputi aspekKeterampilan (Skill), khususnya yang berkenaan
6
dengan kemampuan dan ketarampilan IPS. Keterampilan IPS ini meliputi: keterampilan sosial (social skill), keterampilan belajar dan kebiasaan bekerja kelompok (group work skills), dan keterampilan intelektual (intelectual skill). 1.
Model Problem Based Learning Problem based learning merupakan “rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah,” (Wina
Sanjaya,
2006:214).Terdapat
lima
tahapan
pembelajaran
dengan
menggunakan model Problem based learning(PBL), diantaranya tahap: a.
Mengorganisasikan siswa kepada masalah.
b.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
c.
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
d.
Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran
e.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2.
Masalah – masalahSosial Masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh
suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama. 3.
BerpikirKritis Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin meluas, siswa SD
dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam kehidupannya. Perkembangan yang
7
terjadi terlihat dari berbagai hal, baik itu yang bersifat positif maupun negatif. Dengan melihat kondisi seperti itu, maka tugas dari seorang guru yaitu tidak hanya mengajar melainkan terus membimbing siswa agar siswa memiliki kemampuan atau keterampilan berpikir kritis. Hal tersebut tidak lain bertujuan untuk melatih siswa agar dapat memfilterisasi segala bentuk perubahan atau perkembangan
zaman
yang
terjadi.
Siswa
dituntut
untuk
mengadopsi
perkembangan yang memang benar dan tidak menerima perkembanganperkembangan yang dapat merugikan dirinya, bangsa dan Negara. Edward Glasser (Fisher, 2008:3) yang mendefinisikan tentang berpikir kritis, yaitu ‘suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang’.
C. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV di sekolah SD Negeri Gudang II KecamatanTanjungsariKabupatenSumedang dengan jumlah 30 siswa. Penulis tertarik
melakukan
penelitian
di
sekolah
ini
dikarenakan
kemampuan
berpikirkritissiswaterlihatsangatrendah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom-based action research). Penelitian tindakan kelas adalah “penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah pemecahan masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus” (Abidin, 2011:217).
8
Penelitianinidilaksanakandenganmenggunakan dikembangkanoleh
model
PTK
Elliot.Desainpenelitianiniterdiriatas
yang 3
siklusdengansetiapsiklusnyaterdiriatas 3 tindakan.Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi, 1. Model Problem based learning atau yang kita kenal dengan model pembelajaran berbasis masalah pada intinya dalam model ini guru bertugas sebagai fasilitator dan motivator
bukan sebagai pemberi informasi. Maka
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Problem based learning lebih terfokus kepada aktivitas atau kegiatan siswa (Student Centered) bukan pada guru (Teacher centered). Yang dilakukan oleh guru adalah menuntun siswa untuk merumuskan masalah yang ada kemudian membimbing siswa untuk memecahkan masalah tersebut. Hal yang terpenting dalam Problem based learning adalah segi proses bukan hasil dari belajar. Jika siswa dapat bekerja
dalam
kegiatan
proses
secara
maksimal
maka
hasil
dari
pembelajarannya pun akan optimal karena segi dari proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa. 2. Masalah sosial merupakan beberapa masalah atau kesenjangan yang dialami oleh masyarakat lingkungan sekitar yang tidak sesuai dengan harapan. 3. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kearah untuk mendorong suatupemikiran-pemikiran atau ide-ide baru yang lebih kreatif dan inovatif sehingga bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat luas. Untuk memperolehdata penelitian dan mampudipertanggungjawabkan, makadalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen, seperti penilaian proses,
9
lembar observasi, catatan lapangan, dokumentasi dan wawancara. Sementara itu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik observasi, teknik wawancara dan teknik tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, denganjenisteknikanalisis
datainteraktif.
Teknikiniterdiriatas
3
tahap,
di
antaranyatahapreduksi data, paparan data danpenarikankesimpulan.Miles dan Huberman, (Susilo, dkk, 2008:103)
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada pembelajaran IPS dengan materi masalah-masalahsosial. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gudang II pada siswa kelas IV yang berjumlah 30 siswa. Penelitian ini menggunakan desain Elliot yang dilakukan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri atas tiga tindakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Menulis Problem based learning, yang diharapkan dengan diterapkannya model tersebut
dapat
meningkatkan
kemampuan
terdiriatastigaindikator, mengemukakanpendapatdanbertanya.
berpikirkritis
siswa
yang
yaitumengajukanpertanyaan, Selama
3
bagimaterimengenaimasalahsosial.Padasiklus
sikluspenelitimembagiI
membahastentangkonsepmasalahsosial, kemiskinandankenakalanremaja.Padasiklus
II
membahastentangpenumpukansampah, kebakarandanpemborosanenergi.Sedangkanpadasiklus
III
10
membahastentangkerusakanfasilitasumum,
pencemaran
air
danpencemaranudara.Dalam setiap siklus penelitian ini dijabarkan melalui perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, analisis serta refleksi. Hal ini sesuai
dengan
desain
penelitian
Eliiot.Kemampuanberpikirkritissiswamaupunhasilbelajarsiswamengalamipeningk atandarisetiapsiklusnya.Hal tersebutdapatdilihatpadagrafikdibawahini.
Nilai Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis Setiap Siklus 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
84.38 67.72 56.76 Nilai Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis Setiap Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Perkembangan Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap Siklus
Nilai Rata-rata Evaluasi Akhir Setiap Siklus 100 80 60
75
84.07
69.33 Nilai Rata-rata Evaluasi Akhir Setiap Siklus
40 20 0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
11
Perkembangan Nilai Rata-Rata Evaluasi Akhir Setiap Siklus
Berdasarkangrafikdiatas, dapatdideskripsikanpeningkatankemampuanberpikirkritismaupunhasilbelajarsiswa yang diperolehdarihasilevaluasi.Peningkatankemampuanberpikirkritismengalamipening katanpadasiklus I: 56,76meningkatpadasiklus II menjadi 67,72 danpadasiklus III meningkatkembalimenjadi 84.38. sedangkanpeningkatanhasilbelajarpadasiklus I diperoleh rata-rata sebesar 69,33 , kemudianpadasiklus II: 75,00 danpadasiklus III 84,07. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, bahwa Model Problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa. Pada setiap siklusnya peneliti menggunakan masalah sebagai fokus materi yang akan dipelajari oleh siswa. Peneliti tidak sekedar menuntut siswa hanya untuk mendengarkan ataupun mencatat, akan tetapi menghendaki siswa dalam berpikir lebih tinggi untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya melalui kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memecahkan
masalah.
Untuk
menunjang
hal
tersebut,
maka
peneliti
menggunakan masalah-masalah konkrit yang ada di lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan pendapat Piaget (Karli dan Yuliariatiningsih, 2004 : 125) bahwa : Anak yang berada pada tahap operasional konkrit berpikir logis dengan menggunakan benda-benda konkret yang membantu siswa sehingga dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungan belajarnya, mengeksplorasi dengan objek yang dipelajari yang akan membantu proses berpikirnya, sehingga pembelajaran akan tertanam dalam pikirannya dan menjadi bermakna.
12
Keberhasilan pelaksanaan model ini tidak luput dari dukungan media pembelajaran. Dalam pembelajaran mengandung pesan-pesan yang harus diterima serta dipahami siswa. Dengan bantuan media pesan yang berupa isi pelajaran akan lebih mudah dicerna oleh siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne (Subana dan Sunarti, 2011:289) yang menyatakan bahwa ‘media adalah salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian’. Subana dan Sunarti (2011:288) menambahkan “kegunaan media adalah menyajikan hal-hal yang secara biasa tidak dapat disajikan karena berbagai sebab”. Sebab-sebab yang itu misalnya terlalu luas, besar, sempit, kecil, berbahaya, sudah lampau, atau belum terjadi, dan sebagainya.
E. Simpulan dan Saran Setelah melakukan penelitian mengenai penerapan model Problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikirkritis siswa, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut. 1.
Kemampuan berpikir kritis siswa melalui penggunaan model Problem based learning pada materi masalah sosial dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan dari setiap tindakan dan setiap siklusnya. Hal tersebut dapat digambarkan
padarata-rata
kemampuan
siswa
dalam
menunjukan
kemampuan berpikir kritis, seperti mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memecahkan masalah. Dari ketiga indikator berpikir kritis tersebut maka pada siklus I nilai rata-rata proses berpikir kritis siswa yaitu,
13
56,76, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 67,72 dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 84,38. 2.
Hasil belajar siswa pada materi masalah sosial dengan menggunakan model Problem based learning mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Hasil belajar ini ditunjukan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa secara individu pada setiap siklus. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh dalam setiap siklus, diantaranya pada siklus I yaitu 69,33, kemudian pada siklus II menigkat menjadi 75,00 dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 84,07. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai model
Problem
based
learning
untuk
meningkatkan
kemampuan
berpikirkritissiswapadamaterimasalah-masalahsosial, makaada beberapa hal yang penulis sarankan. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Perencanaan yang matang harus dibuat guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seperti media atau alat peraga yang menunjang proses pembelajaran, agar pembelajaran yang didapatkan siswa lebih bermakna. Selain itu hal tersebut dapat mengurang verbalisme siswa terhadap materi.
2.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, model Problem based learning sudah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa maka dari itu pembelajaran IPS diharapkan dapat menerapkan model Problem based learning.
3.
Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dan motivator bagi siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa dapat terfasilitasi oleh guru.
14
4.
Guru diharapkan mampu menarik minat siswa untuk selalu memiliki kemampuan berpikir kritis selama proses pembelajaran berlangsung melalui pemberian reward atau motivasi.
5.
Soal evaluasi yang diberikan sebaiknya bervariasi, artinya tidak hanya soal yang bersifat ingatan atau hapalan tetapi diberikan pula soal yang bersifat aplikatif sehingga siswa terbiasa menerapkan hal-hal yang telah dipelajari di kelas dalam kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut akan berdampak pada hasil belajar siswa yang aka meningkat. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press. Ahmadi, Aneka. (2010). Penerapan pendekatan Problem Based Learningdalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Skripsi: Tidak diterbitkan Aribowo, Budi. (2009). Masalah-masalah Sosial. [Online]. Tersedia: http://m.kompasiana.com/post/umum/2009/07/06/masalah-masalah-sosial/ Basrowi dan Suwandi. (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia Dani. (2012). MetodePembelajaran Problem Solving Dan Problem Based Learning.[online]. Tersedia: (http://krisdaning217.blogspot.com/2012/04/metode-pembelajaran-problemsolving-dan.html) Dahar. R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional. MediaMakmur Maju Mandiri.
(2006).
Kurikulum
2006.
Jakarta
:
Ferdynovrizal87. (2012). Model Problem Based Learning. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/95144411/Model-Problem-Based-Learning
15
Fisher, Alec. (2008). Berfikir Kritis. Jakarta. Erlangga. Hanafiah, N dan Suhana. (2009) Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama Himpunanan Peraturan Perundang-Undangan. SISDIKNAS. Bandung. Fokus Media
(2011).
Undang-Undang
Istianti,Tuti. dkk. (2004). Modul Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI Karli, H dan Yuliariatiningsih, M. S. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Bina Media Informasi. Liliskurniasih. (2010). Matematika (Berpikir Kritis). [Online]. Tersedia: http://liliskurniasih.wordpress.com/matematika/ Malalina dan Bidasari, F. (2011). Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). [Online]. Tersedia: http://yrmalalina.blogspot.com/2011/07/pendekatan-pembelajaranberbasis_15.html Purnamasari, Neng Cici. (2011). Model Konstruktivis Untuk Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Konsep Energi Bunyi. Skripsi: Tidak diterbitkan Rusmono. (2012) Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran BerorientasiStandar Proses Pendidikan.Jakarta : Pranada Media Group. Sapriya. (2011) Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sudirdjo, E. dan Sutardi,D. (2007) Pembaharuan dalam PBM. Bandung: UPI PRESS Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil ProsesBelajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suharsimi, Arikunto, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Susilo, Herawati,dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing
16
Yusuf Syamsu. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
RIWAYAT PENULIS
TitaRatnasaridilahirkan di Sumedang, padatanggal 21
Agustus
1992.Penulismerupakananakpertamadaritigabersaudara.Pen ulisdilahirkandaripasanganBapak Ate SetiawandanIbuYeni. Penulis bertempat tinggal di Dusun MancoRT 01 RW 01 Desa
Pasigaran
KecamatanTanjungsari
Kabupaten
Sumedang. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebbagai berikut. 1.
TK Melati lulusan 1997
2.
SD Negeri Mariuk lulusan tahun 2003
3.
SLTP Negeri 2Tanjungsari Kabupaten Sumedang lulusan tahun 2006
4.
SMA Negeri 1 TanjungsariKabupatenSumedanglulusan tahun 2009
5.
Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru.