JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS TOKO AYUHADA DI KOTA LANGSA) SKRIPSI
Diajukan Oleh :
SAFARIAH Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (S T A I N) Zawiyah Cot Kala Langsa Jurusan / Prodi: Syari’ah / Muamalat Program Strata Satu (S-1) NIM: 511000915
JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2014 – 2015
DAFTAR ISI Kata Pengantar…..…………………………………………. Daftar Isi…...………………………………………………… ABSTRAK…………………………………………………….
i iii iv
BAB I
PENDAHULUAN….………………….………….. A. Latar Belakang Masalah…….………………….. B. Pumusan Masalah……………………………… C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian…………….... D. Penjelasan Istilah………………………………. E. Kajian Pustaka ………………………………… F. Sistematika Pembahasan…….………………….
1 1 8 8 10 11 14
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG JUAL BELI A. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli………. B. Rukun Dan Syarat Jual Beli……………………. C. Jual Beli Yang Dilarang Dan Dibolehkan……… D. Hikmah Jual Beli……………………………….. E. Jual beli Boneka……….......……………………
15 15 22 30 34 35
BAB III METODELOGI PENELITIAN …………………. A. Pendekatan Penelitian…………………………… B. Lokasi Penelitian……………………………..… C. Jenis dan Sumber Data………………………. …. D. Tekhnik Pengumpulan Data……………………. E. Panduan Penulisan………………………………
39 39 39 40 41 43
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………… A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………. B. Praktek Jual Beli Boneka Di Toko Ayuhada Kota Langsa........………................... C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Boneka Di Toko Ayuhada Kota Langsa …………………........................... D. Analisis Peneliti…………………………………
44 44
BAB V PENUTUP ........................................................ ..... A. Kesimpulan...................................................... ..... B. Saran............................................................ ....
62 62 62
DAFTAR KEPUSTAKAAN............................................... .... DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
64
iii
44
49 54
Telah Dinilai Oleh Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, Dinyatakan Lulus Dan Diterima Sebagai Tugas Akhir Penyelesaian Program Sarjana (S-1) Dalam Ilmu Syariah
Pada Hari / Tanggal: Langsa, 07 Mei 2015 03 Sya’ban 1435 DI LANGSA Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi Ketua
Sekretaris
(ABDUL MANAF MA)
()
Anggota
Anggota
()
()
Mengetahui: Ketua Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa
(DR. H. ZULKARNAINI. MA) NIP. 19670511 199002 1 001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa dengan taufiq dan hidayah-Nya, skripsi ini telah dapat dirampungkan. Selanjutnya shalawat beserta salam penulis sampaikan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya, yang telah membawa ummatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Skripsi ini merupakan suatu persyaratan akademik sebagai tugas akhir dalam penyelesaian studi pada STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan para dosen STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa dan dukungan berbagai pihak lainnya, sudah pantasnya penulis sampaikan terima kasih kepada mereka. Seiring memanjatkan do’a kehadirat Illahi Rabbi, semoga kebajikannya itu menjadi amal shaleh dan mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Abdul Manaf, MA Sebagai pembimbing pertama dan Bapak Akmal S.H.I, M.E.I sebagai pembimbing kedua. Kepada kedua orang tua penulis, dan adik tercinta yang penulis sayangi yang besar jasanya dan senantiasa mendorong dan memberikan do’a kepada penulis agar studi yang penulis jalani dapat selesai dengan baik. Atas bantuan dan jasa baik tersebut hanya kepada Allah penulis serahkan semoga mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda dari-Nya. Sehingga skripsi ini telah dapat disusun dalam bentuk seperti ini. Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
i
menerima kritikan dari semua pihak, demi kesempurnaan skripsi ini serta pengetahuan di masa yang akan datang. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Langsa, 20 Februari 2015 penulis
SAFARIAH
ii
ABSTRAK Salah satu bentuk interaksi antara manusia yang paling sering dijumpai adalah jual beli. Dalam melakukan jual-beli tentunya ada ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Salah satu jual beli yang menjadi perdebatan di kalangan ulama adalah jual beli boneka (berhala). Sebagian ulama mengatakan sah berdasarkan hadist, dan sebagian ulama lainnya mengatakan jual beli boneka termasuk haram karena boneka termasuk berhala dengan didasari oleh beberapa firman Allah mengenai larangan untuk tidak membuat sesuatu yang berbentuk ciptaannya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa?, Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa, untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa. Jenis penelitian ini ialah field research (penelitian lapangan). Lokasi penelitian adalah pada Toko Ayuhada Kota Langsa.. Sumber Data yang digunakan ialah Sumber data primer dan sekunder. Tehnik Pengumpulan Data penelitian ini ialah Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Mengenai praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa bahwa boneka yang diperjualbelikan di Toko Ayuhada, di antaranya ada yang terbuat dari kapas yang memiliki kepala, dua tangan, dan dua kaki. Ada juga yang sempurna menyerupai manusia. Ada yang bisa bicara, menangis, atau berjalan. Ada juga yang terbuat dari kayu, karet, plastik, dan lain sebagainya. Mengenai jenis-jenis boneka yang dijual kebanyakan boneka yang sedang trend di masa kini dan boneka yang memang masih menjadi kegemaran anak-anak untuk memainkan boneka. Menurut pemilik toko menjual berbagai bentuk dan jenis boneka yang ada di tokonya tersebut hanyalah untuk melangsungkan kehidupan dengan cara melakukan jual beli, kemudian barang yang diperjual belikanpun sebagai sarana hiburan untuk anak-anak bukan untuk hal yang lain yang dilarang oleh agama Islam. Mengenai pandangan hukum Islam terhadap jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa hal tersebut dibolehkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah R.A dan pendapat dari Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanbali yang hanya mengharamkan membuat gambar dan patung kecuali namun tidak untuk boneka (mainan anak-anak). Dan boneka kebanyakan digunakan untuk mainan anak perempuan dalam rangka mendidik mereka supaya anak perempuan bisa jadi lebih penyayang. Namun aman dan lebih selamat, boneka tersebut tanpa wujud yang sempurna, tanpa kepala atau wajahnya dihilangkan.
iv
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apa yang dipahami dari sejarah peradaban ekonomi Islam, hakikatnya adalah memahami sejarah perjalanan panjang Islam yang titik puncaknya adalah sejarah hidup Rasullah SAW. Hanya Muhammad SAW. Sebagai tolak ukur yang nyata dari semua aspek perilaku kehidupan Islam. Adam Smith, tokoh ekonomi Barat dalam bukunya The Wealth of Nation, menyatakan bahwa ekonomi yang paling maju adalah ekonomi bangsa Arab yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdullah dan orang-orang sesudahnya.1 Ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan
hidup
manusia
human
atau
falah
yang
dicapai
dengan
mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar gotong royong dan partisipasi dengan mengikuti syariat Islam.2 Syariah Islam sebagai ad-din adalah agama universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dimuka bumi dan dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Komprehensif artinya bahwa Islam mempunyai ajaran yang lengkap dan sempurna. Kesempurnaan ajaran Islam dikarenakan Islam mengatur
seluruh
aspek
kehidupan
manusia
dan
tidak
hanya
aspek
1
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
2
Muhammad Hidayat, The Sharia Economic, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal. 23
hal. 15
1
2
spiritual/ibadah, tetapi juga aspek muamalah yang meliputi ekonomi, sosial, politik, hukum, dan sebagainya. 3 Konsepsi hukum dalam ajaran Islam berbeda dengan konsepsi hukum pada umumnya, khususnya hukum modern. Dalam Islam hukum dipandang sebagai bagian dari ajaran agama, dan norma-norma hukum bersumber kepada Agama. Umat Islam meyakini bahwa hukum Islam berdasarkan kepada wahyu illahi. Oleh karena itu disebut syariah, yang berarti jalan yang digariskan Tuhan untuk manusia. Namun demikian, syariah itu sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan sosial masyarakat manusia, diinterprestasi dan dijabarkan oleh aktivitas intelektual manusia dalam merespon berbagai problem yang dihadapi manusia dalam perkembangan masyarakat, sehingga terhimpun sejumlah ketentuan hukum ijtihad dan penafsiran manusia disamping ketentuan-ketentuan yang secara langsung ditetapkan oleh wahyu Illahi. Hukum syar’i secara harfiah berarti ketentuan, norma atau peraturan hukum Islam, dan merupakan satuan dari syariah.4 Oleh karena itu hukum Islam dinamakan juga dengan fikih, yang berarti pemahaman dan penalaran rasional. Fikih mengambarkan sisi manusia dari hukum Islam. Syariah atau fikih merupakan keseluruhan yang terdiri dari kumpulan berbagai satuan kaidah atau norma mengenai kasus-kasus individual. Satuan ketentuan atau kaidah mengenai suatu kasus disebut hukum syar’i atau hukum syara’. Sebagian dari kumpulan hukum syara’ ini diambil oleh Negara
3
Ibid, hal. 9
4
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal. 6
3
untuk dilegislasi dan dijadikan peraturan perundangan positif yang berlaku secara yuridis formal pada bidang-bidang hukum tertentu.5 Salah satu bentuk interaksi antar manusia yang paling sering dijumpai adalah jual beli. Oleh karena itulah Islam mengatur ini semua agar terwujud tatanan kehidupan yang berkeadilan. Termasuk rahmat Allah kepada segenap umat manusia adalah dihalal-kannya jual beli di kalangan mereka dalam rangka melestarikan komunitas Bani Adam hingga hari penghabisan. Serta melanggengkan hubungan antar mereka sebagai makhluk yang membutuhkan orang lain. Secara bahasa jual beli adalah pertukaran harta dengan harta. Secara syariat, makna (bai’) telah disebutkan beberapa definisinya oleh para fuqaha (ahli fiqh). Definisi terbaik adalah: Pertukaran/pemilikan harta dengan harta berdasarkan saling ridha melalui cara yang syar’i.6 Jual beli dianggap sah secara syar’i bila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Keridhaan kedua belah pihak penjual dan pembeli. 2. Yang melakukan akad jual beli adalah orang yang memang diperkenankan menangani urusan ini. 3. Barang yang diperjualbelikan harus halal dan ada unsur kemanfaatan yang mubah. 4. Barang yang diperjual belikan dapat diserahterimakan. 5. Akad jual beli dilakukan oleh pemilik barang atau yang mengantikan kedudukannya. 5
Ibid, hal.7
6
Ibid, hal. 45
4
6. Barang yang diperjualbelikan ma’lum atau diketahui zatnya, baik dengan cara dilihat atau dengan sifat dan kriterianya. Masing-masing syarat di atas mengandung sekian banyak permasalahan yang terkaitan dengan jual beli. Jika dirinci, akan diketahui mana mekanisme yang diperboleh-kan dan mana yang terlarang secara syar’i.7 Sebagai agama yang lengkap telah memberikan petunjuk lengkap tentang perdagangan,
termasuk
didalamnya
barang-barang
yang
tidak
boleh
diperjualbelikan. Sebagai muslim sudah sepantasnya kita mempelajari masalah ini agar terhindar dari perniagaan yang haram dan tidak di ridhai allah.. Namun dalam melakukan jual-beli, tentunya ada ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Seperti jual beli yang dilarang yang akan kita bahas ini, karena telah menyalahi aturan dan ketentuan dalam jual beli, dan tentunya merugikan salah satu pihak, maka jual beli tersebut dilarang.8 Salah satu jual beli yang menjadi perdebatan di kalangan ulama adalah jual beli boneka (berhala). Sebagian ulama mengatakan sah berdasarkan hadist, dan sebagian ulama lainnya mengatakan jual beli boneka termasuk haram karena boneka termasuk berhala dengan didasari oleh beberapa firman Allah mengenai larangan untuk tidak membuat sesuatu yang berbentuk ciptaannya.9
7
Nur Fadhil Lubis, Hukum Islam dalam Kerangka teori Fikih dan Tata Hukum Indonesia, (Medan: Pustaka Widyasarana , 1995), hal . 121. 8
9
Ibid, hal. 122.
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 129.
5
Para ulama seperti Imam Ibnu al-Arabi, Imam Nawawi, dan Imam As Qalani meriwayatkan adanya kesepakatan (ijma’) ulama mengenai keharaman membuat gambar/patung dari makhluk bernyawa. 10 Dalam Al-Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim) diriwayat-kan dari Ibnu ‘Umar bahwa nabi SAW bersabda:
ﻟﺒﺨﺎ
) ﻳﻘﺎ ﻟﻬﻢ ﺣﻴﻮ ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺘﻢ ﻴﺎﻣﺔ ﺑﻮ ﻳﻮ ﻟﻘ ﻟﺼﻮّ ﻳﻌﺬ ﻮ ﻫﺬ ( ﻣﺴﻠﻢ
Artinya: Orang-orang yang membuat gambar-gambar/patung ini akan disiksa di hari kiamat. Dikatakan pada mereka: hidupkan apa yang kamu ciptakan (H.R. Bukhari dan Muslim).11 Dari hadis diatas sebagian ulama berpendapat bahwa haram hukumnya memperjual belikan sesuatu atau benda yang mirip dengan makhluk ciptaannya. Penjualan boneka (berhala) haram hukumnya apabila mainan tersebut mirip dengan insan yang hakiki, bisa bersuara dan bisa menangis, atau hal-hal lain yang menyerupai ciptaan Allah , maka tidak boleh diperjualbelikan. Bila tidak terdapat hal-hal di atas, maka jumhur ulama memperbolehkannya, dengan dasar hadits A’isyah (Muttafaqun ‘alaih), bahwasanya dia biasa bermain dengan bonekaboneka wanita, dan Rasulullah biasa memanggil teman-teman wanita ‘Aisyah untuk bermain dengannya. Dalam riwayat Abu Dawud & An-Nasa`i disebutkan
10
Ibid, hal. 129.
11
Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Bukhari dan Muslim, (Bandung: Jabal, 2012),
hal. 254.
6
bahwa Aisyah membuat mainan kuda yang memiliki dua sayap dari sobekan kain.12 Dalam hadis Muttafaq Alaih dijelaskan tentang hukum jual beli arak, bangkai babi, dan patung berhala. Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah r.a, berkata: Ketika pembukaan kota Mekah, ia mendengar Rasulullah Saw yang ketika itu berada di Mekah bersabda:
ﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮ ﻋﺎ ﻊ ﺳﻮ ﻟﻠﱠ ﻪ ﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻧﻪ ﺳﻤ ﺪ ﻟﻠﱠ ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒ ( ﻨﺰﻳﺮ ﻷَﺻﻨﺎ) ﻟﺒﺨﺎ ﺔ ﻟﺨ ﻫﻮ ﺑﻤﻜﱠﺔ ﱠ ﻟﻠﱠﻪ ﺳﻮﻟﻪ ﺣﺮ ﺑﻴﻊ ﻟﺨﻤﺮ ﻟﻤﻴﺘ، ﻟﻔﺘﺢ Artinya: Dari Jabir bin Abdillah, sesungguhnya ia mendengar Rasululah SAW bersabda di Makkah saat Fathu Makkah:”Sesungguhnya Allah telah mengharamkan jual-beli arak, bangkai, babi, dan patung. (HR. Bukhari,)”13 Dari penjelasan hadist di atas para ulama sependapat bahwasanya menjual patung yang masih utuh bentuk tubuhnya haram hukumnya, tetapi kalau sudah dihancurkan dan pecahan-pecahannya masih dapat diambil manfaatnya maka hal tersebut dibolehkan. Menurut pendapat segolongan Syafi’iah dan Hanafiah, bahwa menjual patung yang dibuat dari mutiara-mutiara tidak sah.14 Adapun Illat pengharaman jual beli boneka, ada yang mengatakan karena tidak ada manfaatnya. Ada yang mengatakan bahwa dikarenakan apabila dipotong-potong bisa bermanfaat, maka memperjualbelikannya pun boleh. Yang lebih tepat adalah 12
Muhammad Afifuddin. Jual beli Sesuai Tuntunan Nabi (Bandung: Asy Syariah, 2008),
hal. 34. 13
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Al Bukhari, Shahih Al Bukhari, Bab Jual Beli Yang Dilarang. No hadist 2235, hal 481 14
hal. 255
Teungku Muhammad Hasbi Ash Sidieq, Mutiara Hadist, (Jakarta: Rizki Putra, 2003),
7
bahwa tidak boleh memperjualbelikannya dalam keadaan masih berbentuk patung karena dilarang. Dan boleh memperjualbelikan potongannya karena sudah bukan lagi patung dan sama sekali tidak ada larangan memperjualbelikan potongan patung.15 Setiap hukum haram yang diyakini seorang ahli fikih tidaklah mesti haram, akan tetapi haram itu adalah dalilnya telah tetap berdasarkan al-Qur’an, sunnah, ijma’, dan qiyas yang menguatkan hal itu. Apa yang menjadi perselisihan para ulama harus dikembalikan kepada Rasul. Sikap wara’ adalah kaidah dan pondasi agama. Dalam hadist dikatakan, “tinggalah yang membuatmu ragu”. Rasullah S.a.w. melihat sebutir kurma jatuh, beliau bersabda, “Jika bukan karna aku takut bahwa benda ini termasuk sedekah, niscaya aku makan”. Sikap mengharamkan yang halal dan membuang-buang harta, atau menganggap hal yang syubhat dan yang kau hindari sebagai sesuatu yang haram atas makhluk, bukanlah sikap wara’.16 Allah SW berfirman dalam surat An-Nahl ayat 116.
Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa-apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ini halal dan ini haram”, untuk mengadakan
15 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2011), hal. 312 16
Said abdul Azhim, Jual Beli, (Jakarta: Qisthi Press, 2008), hal. 206
8
kebohonagn terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengadangada kebohongan kepada Allah tiadalah beruntung”. 17 Dari beberapa penjelasan Ayat dan hadist diatas dapat diambil kesimpulan bahwa memainkan dan menjual boneka (berhala) haram hukumnya apabila mainan tersebut mirip dengan insan yang hakiki, bisa bersuara dan bisa menangis, atau hal-hal lain yang menyerupai ciptaan Allah. Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis merasa tertarik untuk menelitinya dengan judul: “Jual Beli Boneka Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Toko Ayuhada di Kota Langsa)”.
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang diteliti berdasarkan latar belakang penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa? 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa. 2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa Kegunaan penelitian dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
17
Depag RI, Al-Quran dan terjemahnnya (Jakarta: Pustaka agung Harapan, 2006), hal, 175.
9
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak, terutama penulis harapkan penelitian ini memberikan kegunaan antara lain: 1. Kegunaan Pengembangan Ilmu Kegunaan pengembangan ilmu ini diharapkan dapat berguna bagi : a. Bagi penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai hukum Islam terutama dalam hal jual beli/perdagangan boneka. b. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta informasiinformasi yang dibutuhkan bagi peneliti lain yang mempunyai bahasan yang sama, dan penulis harapkan hasil penelitian selanjutnya akan lebih baik. 2. Kegunaan Operasional Kegunaan operasional ini di harapkan dapat berguna bagi : a. Pengusaha/pedagang boneka Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui tentang hukum Islam mengenai perdagangan boneka. b. Bagi pihak terkait Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat dijadikan masukan atau gambaran bagi pihak lainnya mengenai ketentuan hukum Islam dalam masalah perdagangan boneka.
10
D. Penjelasan Istilah Untuk lebih mudah memahami maksud judul yang akan dibahas, maka penulis memberikan penjelasan istilah yang ada pada judul tersebut. 1. Jual beli Disini ada beberapa definisi jual beli yang dikemukakan oleh ulama fiqh. Dikalangan ulama Mazhab Hanafi terdapat dua definisi: a. “Saling tukar menukar harta dengan harta melalui cara tertentu”. b. “Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat”.18 Ulama Mazhab Maliki, Syafii, dan Hanbali, jual beli yaitu: “Saling tukar menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan”19 2. Boneka Tiruan anak untuk permainan anak-anakan.20 Dalam hal ini boneka yang diperjual belikan di Toko Ayuhada Kota Langsa 3. Hukum Islam Kata ‘Hukum Islam’ merupakan istilah khas Indonesia dalam sejarah perkembangan hukum Islam, ada tiga istilah yang dikenal saling berkaitan, yakni syariah, fikih, dan hukum Islam, ketiga istilah ini kadangkala digunakan untuk
18
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja grafindo persada, 2011), hal. 17.
19
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid...hal. 32.
20
Kamus besar bahasa Indonesia, ( Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008), edisi ke IV,
hal. 206.
11
menunjuk satu arti yakni hukum Islam, meskipun antara ketiganya mempunyai perbedaan.21 Para ahli hukum memberikan pengertian terhadap hukum Islam diantaranya apa yang dikemukakan oleh Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa hukum Islam adalah Koleksi daya upaya para ahli hukum Islam untuk menerapkan syari’at sesuai kebutuhan masyarakat.22 Dalam literatur Barat terdapat term ‘Islamic law’ yang secara harfiah dapat disebut hukum Islam. dalam penjelasan terhadap Islamic law sering ditemukan definisi keseluruhan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap muslim dalam segala aspeknya. Dari definisi ini terlihat bahwa hukum Islam itu mendekat kepada arti syari’at Islam.23
E. Kajian Pustaka Untuk menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tulis tertentu, maka perlu dilakukan kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah ada. Tema yang penulis angkat pada skripsi ini adalah tentang “Jual Beli Boneka Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Toko Ayuhada di Kota Langsa)”. Berikut ini penulis paparkan penelitian yang membahas tentang praktik jual beli boneka
21
Amir Syarifuddin, Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam (Cet. II; Padang: Angkasa Raya, 1993), hal 101 22
23
Hasbi Ash-Shiddeqy, Falsafah Hukum Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hal 49
Umar Syihab, Hukum Islam dan Tranpormasi Pemikiran (Cet. I, Semarang: Bina Utama, 1996), hal 40.
12
Pada penelitian yang pertama ditulis oleh Ahmad Sauki dengan judul Persepsi Pemahat Patung Terhadap Upah Mematung Dalam Perspektif Hukum Islam. Dalam penelitian ia menjelaskan bahwa menjelaskan mengenai persepsi para pemahat, mengenai upah yang diperoleh itu semata-mata digunakan untuk mempertahankan hidup diri dan keluarganya, didekati dengan pendekatan maqashid, maka kemaslahatan merupakan suatu keniscayaan. Maslahah di sini adalah menjaga tujuan syari’at. Adapun tujuan syari’at ada lima, menjaga agama (hifd al-din), menjaga jiwa (hifd al-nafs), menjaga akal (hifd al-‘aql), menjaga keturunan (hifd al-nasl) dan menjaga harta (hifd al-mal). Dalam usaha mewujudkan dan memelihara kelima unsur pokok (tujuan syari’at), yang dibagi menjadi tiga tingkat maqaashid atau tujuan syariat, yaitu; dharuriah, hajjiyah dan tahsiniyat.24 Pada penelitian yang kedua ditulis oleh Najid Anhar dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Jenitri Di Toko Sentral Jenitri Mertokondo Kebumen. Dalam penelitiannya ia menjelaskan bahwa jenitri adalah salah satu biji pohon yang keras. Barang tersebut di ekspor keluar negeri yang digunakan untuk acara ritual sesembahan para dewa yang dianggap suci dan asesoris patung. Dalam tinjauan hukum Islam jual beli ini dianggap batil dari segi akad. Dikarenakan barang yang diperual belikan untuk sesembahan kepada orang
24
Ahmad Sauki, Persepsi Pemahat Patung Terhadap Upah Mematung Dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: UIN, 2013)
13
kafir, itu artinya memberikan sarana kepada orang kafir untuk terus menuhankan tuhan selain Allah SWT.25 Pada penelitian yang ketiga ditulis oleh Husni dengan judul Praktik Jual Beli Mukhadharah Pada Desa Sungai Iyu Kecamatan Bendahara Di Tinjau Menurut Hukum Islam. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pandangan Islam terhadap praktek jual beli dengan sistem mukhadharah sangat jelas melarang praktek yang demikian, sesuai dengan beberapa hadis Nabi. Dan jumhur (Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah) berpendapat bahwa melarang mutlak praktek jual beli dengan sistem mukhadharah dengan bersandar pada hadis yang diriwayatkan oleh Anas RA.26 Dari ketiga penelitian di atas belum ada yang membahas mengenai praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada di Kota Langsa. Seperti penelitian yang pertama hanya menekankan pada upah dan pendapat pemahat patung, kemudian penelitian yang kedua menekankan pada jual beli jenitri yang dijadikan objek sesembahan bagi kaum kafir, kemudian penelitian yang ketiga menekankan pada jual beli ijon di daerah Desa Sungai Iyu. Sedangkan penelitian yang akan peneliti kaji disini adalah penekanan terhadap praktek jual beli boneka, kemudian menganalisa praktek tersebut dengan hukum Islam.
25
Najid Anhar, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Jenitri Di Toko Sentral Jenitri Mertokondo Kebumen, (Yogyakarta: UIN, 2013) 26
Husni, Praktik Jual Beli Mukhadharah Pada Desa Sungai Iyu Kecamatan Bendahara Di Tinjau Menurut Hukum Islam, (Langsa: STAIN, 2014)
14
F. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan dalam memahami kajian dalam karya tulis ilmiah ini, penulis mengarahkan pembahasan ke dalam lima bab. Masing-masing bab tersebut, terdiri beberapa sub bab, tentunya bab-bab pembahasan yang satu sama lain memiliki hubungan yang erat dan secara umum sistematikanya dapat digambarkan sebagai berikut: Bab satu merupakan pendahuluan sistematika dari skripsi yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Penjelasan Istilah, Kajian Pustaka, serta Sistematika Pembahasan. Bab dua merupakan gambaran umum jual beli yang meliputi pengertian jual beli dan dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, jual beli yang dilarang dan dibolehkan, hikmah pensyariatan jual beli dan jual beli boneka. Bab tiga metodelogi penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tekhnik pengumpulan data, dan panduan penulisan. Bab empat hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, kemudian praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa, kemudian tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa, dan analisis penulis. Bab kelima, merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran penulis.