Jounal Bimbingan Konseling, Volume 1 Nomer 1 2013, pp166-173 Januari
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DALAM BERINTERAKSI SOSIAL SISWA MADRASAH ALIYAH PURWOASRI – KEDIRI
Nikmatul Khotimah Elisabeth Christiana, S.Pd., M.Pd. Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menguji penggunaan konseling kelompok rational emotive behavior therapy dalam meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi sosial siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian preeksperiment design dengan jenis one-group pre-test and post-test design, dengan rancangan satu kelompok subyek. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri dalam berinteraksi sosial siswa. Subyek penelitian ini adalah tujuh siswa kelas X-3 MA Al-Hikmah Purwoasri-Kediri yang memiliki skor rasa percaya diri dalam berinteraksi sosial rendah. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistic non-parametric dengan menggunakan uji tanda. Dari hasil perhitungan diperoleh ρ < α. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang berbunyi “ada perbedaan yang signifikan pada skor rasa percaya diri dalam berinteraksi siswa kelas X-3 MA Al-Hikmah Purwoasri-Kediri antara sebelum dan sesudah penerapan konseling kelompok rational emotive behavior therapy” dapat diterima. Kata kunci : konseling kelompok rational emotive behavior therapy, rasa percaya diri dalam berinteraksi sosial.
luar keluarga. Anak-anak atau remaja menerima PENDAHULUAN
umpan balik tentang kemampuan-kemampuan
Remaja merupakan salah satu fase perkembangan yang paling menarik perhatian
mereka
dari
kelompok
teman
sebaya
dan penuh dengan beraneka ragam gejolak
(Santrock,2004:100). Dengan fungsinya yang
kehidupan. Murid-murid Madrasah Aliyah/MA
demikian, anak pada usia remaja di tuntut untuk
menurut perkembangan psikis dan fisiknya
mengoptimalkan kemampuan bersosialisasinya
berada pada fase remaja, yakni fase persiapan
guna masa mendatang.
dan transisi kearah kedewasaan, fungsi personal
Menurut Bonner (Santosa, 1999:15)
dan sosial guidance dalam hal ini membantu
mengatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu
anak didik melampaui fase remaja tanpa
hubungan
mengalami banyak kesulitan atau gangguan
individu/manusia dimana kelakuan individu
(Walgito,2004:56). Sejumlah penelitian telah
yang satu mempengaruhi, mengubah atau
merekomendasikan betapa hubungan sosial
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat
sebaliknya. Syarat terjadinya interaksi sosial
penting bagi perkembangan pribadi. Karena
adalah adanya kontak sosial dan komunikasi
teman sebaya menyediakan suatu sumber
sosial. Dengan demikian dalam interaksi sosial
informasi dan perbandingan tentang dunia di
diperlukan kemampuan dan keberanian untuk
166
antara
dua
atau
lebih
Jounal Bimbingan Konseling, Volume 1 Nomer 1 2013, pp166-173 Januari
mengadakan kontak sosial, namun akan terjadi
menginteraksikan individu dengan individu
kegagalan dalam berinteraksi sosial dalam
yang lain, agar di antara mereka saling dapat
bergaul jika individu tersebut merasa kurang
mengoreksi pikiran-pikiran yang irasional dan
percaya diri.
saling memberikan solusi pikiran yang rasional.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Dalam Bimbingan dan Konseling teknik yang
guru BK di MA Al-Hikmah Purwoasri- Kediri,
dapat diberikan pada individu yang memiliki
diperoleh informasi bahwa masih terdapat 45%
rasa percaya diri rendah dalam berinteraksi
dari 30 jumlah siswa kelas X-3 yang mengalami
sosial yakni, dengan memberikan konseling
gejala kurang percaya diri dalam berinteraksi
kelompok yang berorientasi pada kognisi. Pada
sosial. Guru BK menganggap kelas X-3 MA
penelitian
Al-Hikmah Purwoasri-Kediri adalah kelas yang
kelompok REBT. Tahapan pada pendekatan
siswanya rentan memiliki masalah kurang
konseling REBT yaitu menggunakan teori ABC
percaya diri seperti : siswa selalu didampingi
dimana dalam hal itu dapat di diskusikan
teman ketika menghadap guru, adanya siswa
sehingga tepat jika digunakan dalam setting
yang tidak berani menyapa bapak ibu guru dan
konseling kelompok. Untuk masalah kurang
karyawan di sekolah, serta adanya kelompok-
percaya
kelompok dalam pergaulan di sekolah. Siswa
nampaknya
yang mengalami kesulitan bergaul dengan
kelompok daripada konseling individu karena
teman sebaya disebabkan karena beberapa
hal itu merupakan masalah sosial yang bersifat
siswa merasa berbeda dengan teman yang lain
umum
baik
informasi dari para pelaku interaksi sosial akan
dalam
hal
penampilan,
kemampuan
ini
diri
menggunakan
dalam
tepat
sehingga
di
konseling
berinteraksi atasi
dalam
membutuhkan
banyak
ketidakbenaran
ekonomi. Akibatnya siswa yang memiliki rasa
irasional sehingga dapat di ubah menjadi
kurang percaya diri dalam berinteraksi sosial
rasional.
menyendiri
dan
sulit
beradaptasi
konseli
situasi
akademik maupun non akademik serta status
adalah cenderung tidak memiliki teman, suka
keyakinan
sosial
yang
Konseling kelompok REBT mengajak
dengan
anggota
kelompok
untuk
mengidentifikasi
lingkungan. Siswa yang memiliki rasa kurang
permasalahan secara bersama-sama yang di
percaya
tumbuh
akibatkan oleh keyakinan atau pemikiran yang
kembang anak tersebut dalam beraktifitas di
negatif dan mengubah proses berfikir yang
lingkungan sekitar yang dia tempati, baik di
negatif ke pemikiran yang lebih positif. Dalam
sekolah, keluarga, maupun masyarakat (Hakim,
konseling kelompok ini, anggota kelompok di
2002).
ajak untuk saling berinteraksi, sehingga anggota
diri
Rasa
akan
percaya
menghambat
diri
rendah
dalam
kelompok saling memberikan umpan balik yang
berinteraksi sosial dapat ditangani dengan
diperlukan untuk membantu mengatasi masalah
166
Penggunaan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Dalam Berinteraksi Sosial Siswa Madrasah Aliyah Purwoasri-Kediri
anggota yang lain. Selain itu, adanya interaksi
akan kemampuan untuk menyelesaikan suatu
di antara anggota kelompok akan menghasilkan
pekerjaan dan masalah dengan tenang untuk
peristiwa
bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
saling
memberi
dan
menerima
masukan antar anggota kelompok. Sehingga
Bonner (Santosa,1999:15) mengatakan
diharapkan para siswa yang memiliki rasa
bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan
percaya diri rendah akan secara berangsur dapat
antara dua atau lebih individu/manusia dimana
meningkat
dilakukannya
kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
konseling REBT secara bertahap. Mengacu
mengubah atau memperbaiki kelakuan individu
pada fenomena yang dipaparkan di atas maka
yang
akan dilakukan penelitian tentang “penggunaan
menyatakan bahwa: “Interaksi sosial adalah
konseling kelompok rational emotive behavior
cara-cara berhubungan yang dapat dilihat
therapy untuk meningkatkan rasa percaya diri
apabila orang perorangan dan kelompok-
dalam berinteraksi sosial siswa Madrasah
kelompok
Aliyah Purwoasri-Kediri”.
menentukan
Rasa Percaya Diri Dalam Berinteraksi Sosial
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi
seiring
dengan
Menurut Hakim (2002:6), rasa percaya
lain
apabila
atau
sosial
ada
sebaliknya.
saling
sistem
Suhanadji
bertemu
serta
dan
bentuk-bentuk
perubahan-perubahan
yang
diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan
segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan
yang telah ada”(2008:76). Walgito (Dayakisni
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
dan
untuk bisa mancapai berbagai tujuan dalam
merupakan suatu hubungan antara individu satu
hidupnya. Percaya diri berarti yakin akan
dengan individu lainnya dimana individu yang
kemampuannya untuk menyelesaikan suatu
satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya
pekerjaan dan masalah (Lie, 2003:4). Menurut
sehingga terdapat hubungan yang saling timbal
Hambly dalam Syaifullah (2010), percaya diri
balik”. Dari beberapa pendapat di atas dapat
merupakan keyakinan dalam diri seseorang
disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
untuk dapat menangani segala sesuatu yang ada
hubungan antara individu dengan individu
di hadapannya dengan tenang. Percaya diri
lainnya, kelompok dengan kelompok lainya,
merupakan keyakinan yang kuat dalam diri
dan individu dengan kelompok lainnya, yang
berupa perasaan dan anggapan bahwa dirinya
saling bertemu dimana kelakuan individu yang
dalam keadaan baik sehingga memungkinkan
satu
individu tampil dan berperilaku dengan penuh
memperbaiki
keyakinan. Berdasarkan pendapat yang telah
sehingga terdapat hubungan yang saling timbal
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
balik.
rasa percaya diri adalah keyakinan seseorang 51
Hudaniah,2009:119)
mempengaruhi, kelakuan
“Interaksi
mengubah, individu
sosial
dan lainnya
Jounal Bimbingan Konseling, Volume 1 Nomer 1 2013, pp166-173 Januari
Dari beberapa pendapat diatas dapat
dan reaksi antara individu satu dengan individu
disimpulkan bahwa rasa percaya diri dalam
yang lain saling mempengaruhi. Perilaku
berinteraksi sosial adalah keyakinan seseorang
interaksi sosial dapat dilihat pada indikator –
akan kemampuan diri untuk dapat berhubungan
indikator sebagai berikut: a. kemampuan dalam
dengan tenang antara individu dengan individu
bergaul,
lainnya, kelompok dengan kelompok lainnya,
kepemimpinan, d. inisiatif sosial, e. partisipasi
dan individu dengan kelompok lainnya yang
dalam kegiatan kelompok, f. tanggungjawab
saling bertemu dimana kelakuan individu yang
terhadap tugas, g.
satu
dan
teman. 3. Bentuk – bentuk interaksi sosial
lainnya
meliputi: a. kerjasama, b. persaingan, c.
sehingga terdapat hubungan yang saling timbal
pertentangna, d. persesuaian, dan e. asimilasi
balik untuk bisa mencapai berbagai kebutuhan
(Santosa, 199:29).
hidupnya.
Penerapan Konseling Kelompok REBT
mempengaruhi,
memperbaiki
mengubah,
kelakuan
individu
b.
keterbukaan
sikap,
c.
serta toleransi terhadap
Aspek-aspek kepercayaan diri. Lauster
Pendekatan rational emotive behavior
(1992) berpendapat bahwa kepercayaan diri
therapy adalah pendekatan behavior kognitif
yang sangat berlebihan, bukanlah sifat yang
yang menekankan pada keterkaitan antara
positif. Pada umumnya akan menjadikan orang
perasaan,
tersebut
berbuat
Pendekatan rational emotive behavior therapy
seenaknya sendiri. Hal ini menjadi sebuah
di kembangkan oleh Albert Ellis melalui
tingkah laku yang menyebabkan konflik dengan
beberapa tahapan. Pendekatan ini bertujuan
orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan
untuk mengajak individu mengubah pikiran-
diri yang positif adalah yang disebutkan sebagai
pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional
berikut: a. kognitif meliputi: 1) objektif, 2)
melalui teori ABCDE. Menurut Albert Ellis,
rasional, dan 3) realistis. b. afektif meliputi: 1)
manusia pada dasarnya adalah unik yang
keyakinan kemampuan diri, 2) optimis, serta 3)
memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional
bertanggungjawab.
dan irasional. Reaksi emosional seseorang
berhati-hati
dan
akan
Perilaku interaksi sosial. Menurut Bonner (Ahmadi,2007)
perilaku
interaksi
tingkah
laku
dan
pikiran.
sebagian besar disebabkan oleh evaluasi,
sosial
interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun
merupakan perilaku yang sudah menjadi satu
tidak disadari. Hambatan psikologis
pola yang relatif menetap, yang diperlihatkan
emosional tersebut merupakan akibat dari cara
individu di dalam interaksinya dengan orang
berpikir yang tidak logis dan irasional, yang
lain. Perilaku interaksi sosial merupakan aksi
mana emosi yang menyertai individu dalam
atau perangsang bagi timbulnya reaksi atau
berpikir penuh dengan prasangka, sangat
perilaku interaksi sosial pada orang lain. Aksi
personal, dan irasional. Konsep-konsep kunci
166
atau
Penggunaan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Dalam Berinteraksi Sosial Siswa Madrasah Aliyah Purwoasri-Kediri
teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang
teknik REBT, g. mengulas balik kegiatan dari
membangun
awal.
tingkah
laku
individu,
yaitu
Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional
METODE
consequence (C). Kerangka pilar ini yang
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
kemudian dikenal dengan konsep atau teori
pre
ABC.
rancangan one group pre-test and post-test, Teknik – teknik konseling kelompok
diantaranya: a. pendekatan kognitif
experiment
design
dengan
bentuk
yaitu rancangan yang memakai pengukuran
yaitu
awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test)
menunjukkan kepada konseli dengan cara cepat
untuk membandingkan keadaan sebelum dan
dan langsung apa yang merasa terus menerus
sesudah diberikan perlakuan. Subyek penelitian
katakan pada diri mereka sehingga menjadikan
ini adalah siswa kelas X-3 MA Al-Hikmah
diri mereka terganggu emosinya, b. pendekatan
Purwoasri-Kediri yang teridentifikasi memiliki
emotif yaitu menggunakan berbagai prosedur
rasa percaya diri rendah dalam berinteraksi
termasuk penerimaan tanpa bersyarat, bermain
sosial
peran rasional emotif, memberikan contoh atau
pemgukuran awal (pre-test). Metode yang
model,
latihan
digunakan untuk mengetahui tingkat rasa
melawan malu. Konseli di ajarkan tentang nilai
percaya diri dalam berinteraksi sosial siswa
penerimaan tanpa syarat meskipun tingkah laku
adalah
mereka mungkin sukar untuk menerima mereka
validitas
sebagai pribadi mempunyai nilai yang melekat
Kemudian
atau intrinsic, c. pendekatan behavior dimana
dengan nilai r tabel dengan taraf kesalahan 5%.
teknik
adalah
Dari perhitungan validitas 50 item angket,
reinforcement dan sosial modeling, dan lain-
terdapat 43 item yang valid dan 7 item yang
lain.
gugur. Uji reliabilitas menggunkana teknik
khayalan
yang
rasional
biasa
emotif
digunakan
yang
diketahui
menggunakan
angket.
menggunakan korelasi
setelah
dilakukan
Menghitung
product
tersebut
moment.
dibandingkan
Menurut Gladding (Nursalim,2007:67)
belah dua ganjil – genap Spearman Brown. Dari
mengemukakan suatu tahapan dalam konseling
perhitungan reliabilitas diperoleh r hitung =
kelompok menurut REBT diantaranya: a.
0,907. Katrena rhitung > rtabel
memperkenalkan teori REBT kepada konseli, b.
instrument dapat dikatakan reliabel.
berbagi masalah kepada sesama konseli, c.
HASIL DAN PEMBAHASAN
maka
menganalisis masalah menggunakna intervensi
Hasil analisis data menggunakan uji tanda
ABC, d. konseli saling memberikan umpan
menunjukkan arah perubahan yang positif
balik,
untuk
dikarenakan ada peningkatan skor dari pre-test
memperhatikan peristiwa di sini dan sekarang
(XB) ke post-test (XA). Dengan melihat tabel
bukan pada masa lampau, f. menggunakan
tes binomial dengan ketentuan N = 7 dan x = 0
e.
memotivasi
konseli
53
Jounal Bimbingan Konseling, Volume 1 Nomer 1 2013, pp166-173 Januari
(z), maka diperoleh p (kemungkinan harga di
mempengaruhi rasa peracaya diri siswa dalam
bawah Ho) = 0,008. Bila dalam ketetapan ɑ
berinteraksi
(taraf kesalahan) sebesar 5% adalah 0,05 maka
(Ghufron,2010) indikator rasa percaya diri
dapat disimpulkan bahwa harga 0,008 < 0,05,
dalam berinteraksi sosial meliputi: objektif,
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.
rasional, realistis, keyakinan kemampuan diri,
Sehingga dapat dikatakan bahwa konseling
optimis,
kelompok rational emotive behavior therapy
kemampuan dalam bergaul, keterbukaan sikap,
dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam
kepemimpinan, inisiatif sosial, partisipasi dalam
berinteraksi sosial siswa kelas X-3 MA Al-
kegiatan kelompok, tanggungjawab terhadap
Hikmah Purwoasri- Kediri. Hal ini terlihat dari
tugas, serta toleransi terhadap teman.
peningkatan skor rasa percaya diri siswa dalam
Hasil
sosial.
Menurut
bertanggungjawab,
penelitian
ini
lauster
dalam
didukung
hal
oleh
berinteraksi sosial antara sebelum dan sesudah
penelitian sebelumnya yakni penelitian yang
diberikan konseling kelompok REBT. Siswa
dilakukan oleh Evi Winingsih (2010), hasil
yang pada awalnya memiliki skor rasa percaya
penelitian
diri rendah dalam berinteraksi sosial menjadi
kelompok rasional emotif perilaku (berhasil)
meningkat,
dan
untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa
pembentukan perilaku baru, melalui proses
yang rendah. Artinya siswa diberikan konseling
konseling kelompok yang efektif dengan
kelompok rasional emotif perilaku dengan cara
mereduksi pikiran-pikiran irasional menjadi
memodifikasi keyakinan yang irasional menjadi
pikiran-pikiran yang rasional secara berkala dan
keyakinan yang rasional sehingga siswa akan
berkelanjutan.
menyadari bahwa rendahnya rasa percaya diri
Ellis
dengan
dalam
cara
perubahan
Latipun
disimpulkan
bahwa
konseling
(2008:117)
mereka disebabkan karena keyakinan yang
menyebutkan bahwa keyakinan yang rasional
irasional. Selanjutnya dari modifikasi tersebut
berakibat pada perilaku dan reaksi individu
secara simultan akan berpengaruh pada emosi
yang tepat, sedangkan keyakinan irasional akan
dan perilaku siswa menjadi lebih percaya diri.
berakibat pada reaksi emosional dan perilaku
Dengan demikian konseling kelompok
yang salah. Lebih lanjut Ellis mengatakan
REBT merupakan pendekatan yang dapat
bahwa karena manusia memiliki kesanggupan
meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam
untuk berpikir, maka manusia mampu “melatih
berinteraksi sosial, dengan cara mereduksi
dirinya sendiri untuk merubah dan menghapus
pikiran-pikiran
keyakinan – keyakinan yang menyabotase diri
pikiran rasional secara terus menerus dan
sendiri”.
berkelanjutan.
irasional
Proses
menjadi
mereduksi
pikiran-
pikiran
Keyakinan irasional dalam penelitian ini
irasional ini dilaksanakan dengan melakukan
adalah keyakinan terhadap diri individu yang
konseling kelompok, dalam proses konseling
166
Penggunaan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Dalam Berinteraksi Sosial Siswa Madrasah Aliyah Purwoasri-Kediri
kelompok akan tercipta dinamika kelompok
lebih
lanjut
untuk
membuktikan
bahwa
yang akan menimbulkan proses umpan balik
konseling kelompok REBT dapat mengatasi
antar anggota kelompok dalam pertukaran
permasalahan lain yang bersumber dari fikiran
pikiran antar anggota kelompok yang satu
irasional selain masalah rasa percaya diri
dengan yang lain, sehingga proses reduksi
rendah dalam berinteraksi sosial.
pikiran irasional akan berjalan dengan lancar.
Rasa percaya diri dalam berinteraksi
Berdasarkan analisis di atas terlihat bahwa
sosial sesungguhnya tidak hanya bisa diatasi
ketujuh siswa yang dijadikan subyek dalam
menggunakan
penelitian ini mengalami peningkatan rasa
REBT saja, melainkan bisa juga menggunakan
percaya diri dalam berinteraksi sosial. Siswa
teknik
memiliki keberanian untuk bergaul dengan
memusatkan
teman-temannya di sekolah secara luas, berani
mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran
menghadap guru seorang diri, berani memulai
atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-
pembicaraan, berani menatap lawan bicara,
keyakinan klien yang tidak rasional dan CR
berani bergaul dengan teman yang populer di
menggunakan asumsi bahwa respon-respon
sekolah, berani menyapa guru dan karyawan di
perilaku dan emosional yang tidak adptif
sekolah, serta berani ikut organisasi sekolah
dipengaruhi oleh keyakinan, sikap, dan kognisi
(OSIS).
klien
Siswa juga menjadi mampu berpikir
teknik
Cognitif
konseling
Restructuring perhatian
(Nursalim,
2005).
kelompok
(CR).
pada
CR upaya
Namun dalam
bahwa dirinya adalah individu yang memiliki
penelitian ini tidak diteliti, untuk itu sebaiknya
potensi yang besar untuk dikembangkan.
diteliti lebih lanjut. Selain itu konseling
Penelitian ini memiliki implikasi bagi
kelompok REBT juga hanya dapat mengatasi
pengembangan ilmu pengetahuan. Berdasarkan
permasalahan yang berasal dari keyakinan yang
seluruh uraian pembahasan di atas, maka hasil
irasional,
penelitian ini memberikan implikasi bahwa
permasalahan siswa terkait dengan rasa percaya
penggunaan konseling kelompok REBT dapat
diri dalam berinteraksi sosial juga didasarkan
meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam
pada adanya keyakinan irasional yang dimiliki
berinteraksi sosial. Hal ini secara otomatis,
para siswa sehingga pembentukan perilaku
menunjukkan
percaya diri dalam berintersksi sosial dapat
bahwa
konseling
kelompok
sehingga
bertahan
permasalahan lain yang bersumber dari adanya
kemungkinan
pikiran-pikiran
seperti
antecedent baru yang dialami siswa sehingga
masalah perilaku menarik diri (withdrawl),
mengakibatkan kembalinya keyakinan irasional.
kecemasan, perilaku tidak asertif dan lain-lain
Untuk itu sebaiknya diteliti lebih lanjut supaya
individu
(Darminto, 2007). Oleh karena itu perlu diteliti 55
tidak
pemecahan
REBT juga dapat digunakan untuk mengatasi
irasional
relatif
dalam
disebabkan
lama. karena
Hal
ini
adanya
Jounal Bimbingan Konseling, Volume 1 Nomer 1 2013, pp166-173 Januari
mengetahui sampai berapa lama efek pemberian
diharapkan memberikan post-test tidak hanya
konseling kelompok REBT.
satu kali. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa lama efek pemberian konseling kelompok REBT (melihat efektivitas jangka panjang pemberian perlakuan).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan
hasil
analisis
data DAFTAR PUSTAKA
menggunakan uji tanda diketahui ada perbedaanArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. antara skor pre-test dan post-test tentang rasa Corey, Gerald. 2001. Teori dan Praktek percaya diri dalam berinteraksi sosial siswa Konseling dan Terapi. Bandung: PT Rafika Aditama. kelas X-3 MA Al-Hikmah Purwoasri-Kediri. Darminto, Eko. 2007. Teori-teori Hal ini membuktikan ada perbedaan secara Konseling.Surabaya: Unesa University Press. signifikan antara skor pre-test dan post-test. Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Mengacu pada perolehan skor post-test yang Percaya Diri. Jakarta: Purwa Suara. lebih tinggi daripada skor pre-test dapat Lie, Anita. 2003. Menjadi Orang Tua Bijak 101 Cara menumbuhkan Percaya Diri Anak. disimpulkan bahwa penggunaan konseling Jakarta: PT Elex Media Kompotindo Kelompok Gramedia. kelompok REBT dapat meningkatkan rasa Nursalim, Moch. 2005. Strategi Konseling. percaya diri dalam berinteraksi sosial siswa Surabaya: Unesa University Press. Santosa, Slamet. 1999. Dinamika Kelompok. kelas X-3 MA Al-Hikmah Purwoasri-Kediri. Jakarta: Bumi Aksara. Saran Santrock, John. 2004. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Terjemahan Tri Wibowo BS. Bagi konselor sekolah yaitu dapat menerapkan Jakarta: Kencana. konseling kelompok REBT sebagai salah satu Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. alternatif untuk meningkatkan rasa percaya diri Syaifullah, Ach. 2010. Tips Bisa Percaya Diri. siswa dalam berinteraksi sosial. Kemudian bagi Jogjakarta: Gerai Ilmu. peneliti selanjutnya yaitu (a) peneliti mengharapkan
agar
peneliti
selanjutnya
menggunakan variabel terikat yang berbeda dengan variabel yang sudah digunakan dalam penelitian ini, (b) peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa diharapkan menambah
subyek
penelitian
pemberian
perlakuan
menambah
alat
yang
pengumpulan
dan
waktu
lebih
lama,
data
selain
penggunaan angket, (c) peneliti selanjutnya
166