PEMANFAATAN LINGKUNGAN ALAM BEBAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR ALTERNATIF ALAT PERMAINAN EDUKATIF DALAM UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN ANAK PAUD FAJAR SERUNAI KECAMATAN TABIR ULU KABUPATEN MERANGIN Joko Saputra ABSTRAK Lingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalam pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi tujuan pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak memahami dan menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup segala sumber yang ada dalam lingkungan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas sebagai sumber balajar alternatif alat permainan edukatif di Kelompok Bermain Fajar Serunai Kecamatan Tabir Ulu Kabupaten Merangin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis data dilakukan bersama dengan pengumpulan data, adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah guru Kelompok Bermain Fajar Serunai yang berperan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran sedangkan key informan dalam penelitian ini adalah kepala Kelompok Bermain Fajar Serunai. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data dan menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas adalah guru Kelompok Bermain Fajar Serunai menyesuaikan aspek tema yang akan diajarkan, menentukan lingkungan yang tepat, pengalaman sebelum memanfaatkan sumber alam sekitar sebagai alat permainan, dan penyediaan bahan alam bebas yang akan dijadikan sebagai sumber pembelajaran. dalam pelaksanaannya memberikan pemahaman kepada anak didik mencakup segala sumber yang ada dalam lingkungan alam, seperti lingkungan alam yang dapat diambil dari pembelajarannya yaitu segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam yang terdapat di sekeliling kita seperti air dengan tujuan mengajarkan kepada anak didik dapat mengetahui bahwa ada benda yang mengapung, tenggelam ataupun melayang di air. Bahwa permukaan air selalu datar, dan air selalu mengikuti bentuk wadahnya. Tumbuh-tumbuhan yaitu dengan cara bermain apotek hidup dengan memperkenalkan kepada anak didik berbagai manfaat tanaman obat-obatan seperti jahe, lengkuas, sirih, kunyit, dan kencur., Memanfaatkan barang-barang bekas yang sudah tidak digunakan seperti dengan memanfaatkan kardus dari bahan kardus yang sudah tidak digunakan lagi dapat dimanfaatkan untuk membuat balok kubus, rumah-rumahan, mobil-mobilan, angka-angka, huruf, dan puzzle.. Hasil pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas adalah dapat memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ada, sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru Kelompok Bermain Fajar Serunai yaitu dengan menyesuaikan aspek tema, menentukan lingkungan yang tepat, serta penyediaan alam bebas yang akan menjadi tempat proses pembelajaran. Pelaksanaannya dengan memberikan pemahaman kepada anak didik yang mencakup sumber yang terdapat di alam bebas. Hasil dari kegiatan pemanfaatan alam bebas terhadap anak didik adalah dapat memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam bebas sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kata Kunci
:
Pemanfaatan Alam Bebas, Sumber Belajar Alternatif APE
PENDAHULUAN Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 14 mengungkapkan bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Ini berdampak perlunya, model kurikulum Inovasi PAUD formal dan nonformal yang disusun berdasarkan kajian retrospektif dan reflektif, untuk membantu guru dan pengelola dalam pengembangan kurikulum. Pusat Kurikulum, sebagai salah satu unit yang berada pada Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 salah satu tugasnya adalah mengembangkan model-model yang diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan dari stakeholder. Kurikulum Inovatif PAUD disusun sebagai guideline bagi setiap praktisi dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini, terutama untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkan melalui penguasaan perencanaan yang di dasarkan pada filosofi tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 menjelaskan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Filosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah digagas pertama kali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan suatu bentuk model pendidikan yang dikenal dengan ‘pengajaran barang sesungguhnya’. Konsep ini menjadi salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada alam atau back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart (dalam Depdiknas, 2008:8), “Sumber utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar anak. Melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak dalam mengamati, menyelediki serta mempelajari lingkungan”. Peran pendidik dalam proses pembelajaran di Kelompok Bermain Fajar Serunai yang perlu lebih dikembangkan dalam pelaksanaan kegiatan adalah sebagai fasilitator kegiatan pengembangan. Sebagai fasilitator, pendidik anak usia dini harus memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya terutama pemanfaatan alam bebas sebagai sumber belajar alternatif alat permainan edukatif di Kelompok Bermain Fajar Serunai Kecamatan Tabir Ulu. Pada kenyataannya, proses pembelajaran yang dilaksanakan selalu dalam bentuk yang kurang memotivasi anak agar anak dapat belajar dan bermain sambil memanfaatkan kekayaan lingkungan alam disekitar dan dalam proses pembelajarannya anak-anak hanya diajarkan belajar sambil bernyanyi dan bermain permainan dengan menggunakan alat media yang telah ada di sekolah, sedangkan proses pembelajaran dengan pemanfaatan sumber lingkungan dan alam yang ada di luar sekolah belum terlaksana, apalagi terhadap pengembangan proses pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam untuk meningkatkan daya kecerdasan anak terhadap lingkungan alam. Lingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalam pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi tujuan pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak memahami dan menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup segala sumber yang ada dalam lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri), lingkungan keluarga dan rumah, tetangga (tetangga pedagang, tetangga dokter, tetangga peternak, dan petani), lingkungan
yang berwujud makanan, minuman serta pakaian, gedung atau bangunan, kebun, persawahan dan lain-lain. Menanggapi kondisi yang demikian, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang lebih jauh lagi serta dituangkan dalam sebuah skripsi yang diberi judul: “Pemanfaatan Alam Bebas Sebagai Sumber Balajar Alternatif Alat Permainan Edukatif Di Kelompok Bermain Fajar Serunai Kecamatan Tabir Ulu Kabupaten Merangin”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Peran guru PAUD Fajar Serunai dalam memanfaatkan alam bebas sebagai sumber balajar alternatif alat permainan edukatif serta faktor pendukung dan penghambatnya dalam pelaksanaan pemanfaatan alam bebas sebagai sumber belajar alternatif alat permaianan edukatif. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data-data dan informasi tentang: (1) Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas sebagai sumber balajar alternatif alat permainan edukatif di Kelompok Bermain Fajar Serunai Kecamatan Tabir Ulu Kabupaten Merangin. (2) Mendeskripsikan pelaksanaan pemanfaatan alam bebas sebagai sumber balajar alternatif alat permainan edukatif di Kelompok Bermain Fajar Serunai. (3) Mendeskripsikan hasil pembelajaran pemanfaatan alam bebas sebagai sumber belajar alternatif alat permainan edukatif di Kelompok Bermain Fajar Serunai.
KAJIAN PUSTAKA A. Alam Bebas Sebagai Sumber Belajar Lingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalam pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi tujuan pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak memahami dan menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup segala sumber yang ada dalam lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri), lingkungan keluarga dan rumah, tetangga (tetangga pedagang, tetangga dokter, tetangga peternak, dan petani), lingkungan yang berwujud makanan, minuman serta pakaian, gedung atau bangunan, kebun, persawahan dan lain-lain. Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis alam adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas dasar pandangan filosofis tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan lingkungan alam dengan berbagai variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia dini. Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di lingkungan masyarakat luas. Pandangan ini mempertegas bahwa sekolah (kurikulum: pembelajaran yang dilaksanakan) harus mampu membantu anak usia dini mengelaborasi dan mengeksplorasi lingkungan alam sebagai sumber belajar. Kegiatan pendidikan seperti ini sekaligus sebagai upaya memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam masa-masa bermain, bereksplorasi dan bereksperimen. Alat permainan edukatif tidak harus membeli, apalagi dengan dengan harga yang mahal. Alat permainan edukatif bisa dibuat dari bahan yang berserakan dan tak berguna di sekeliling kita. Bahkan, cara pembuatannya pun sering kali tanpa kesulitan yang berarti. Justru, dengan proses pembuatan alat bermain secara mandiri, daya kreativitas dapat meningkat secara otomatis (Suyadi, 2009:141) Kegiatan pembelajaran yang berbasis pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Autoactivity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak
sehingga dimungkinkan terjadi proses active learning (belajar secara aktif). Filosofis ini akan membantu pendidik merancang dan mengembangkan berbagai aktivitas yang memungkinkan anak terlibat secara aktif penuh (penuh keaktivitas) dalam interaksi pendidikan. Anak akan terlibat secara aktif dalam belajar melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan membuat laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran. Proses belajar seperti ini akan membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan proses yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan life skill. Sejak dini anak harus dikenalkan dengan alam sekitarnya. Pendidik mesti menanamkan cinta pada alam dengan menjelaskan manfaat alam yang baik bagi kehidupan manusia. Misalnya tanaman hijau itu perlu dijaga dan dirawat dengan baik untuk mencegah polusi udara. Tanaman juga banyak menghasilkan oksigen yang dihirup manusia, membuat sejuk udara dan enak dipandangan (Partini, 2010:107). Konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan yang berkembangan pada anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut sebagai perhatian spontan Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi lingkungan alam, baik secara individual maupun kelompok. Atas dasar inilah perlu dikembangkan kreativitas untuk membuat alat permainan edukatif sendiri dengan memanfaatkan barang-barang tidak terpakai di lingkungan sekitar. Bahkan, pembuatan alat permainan edukatif bisa memanfaatkan kekayaan alam bebas secara lebih luas. Dari kekayaan alam inilah jenis-jenis permainan edukatif dapat diciptakan dengan gaya khas, yakni berciri khas alam bebas. Alat-alat permainan ini tidak ditemui di pasar bebas, karena sifat kebaruannya yang sangat pendek. Artinya, alat-alat permainan edukatif beciri khas alam bebas sangat sulit diawetkan sehingga tidak dipasarkan. Sekedar contoh, permainan daun, apotek hidup, palawija, dan lain sebagainya (Suryadi, 2009: 141). Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah (Depdiknas, 2008:11-12): 1) Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya. 2) Membangun kemandirian anak Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. 3) Belajar dari lingkungan alam sekitar Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ada, sebagai sumber ilmu pengetahuan, sehingga memiliki ketajaman berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif. 4) Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya, melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya. 5) Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kultur
6)
7)
8)
9)
budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan mengeluarkan biaya yang mahal. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang komprehensif. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang terjadi/ada dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang lebih kompleks/sukar. Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru. Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning). Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak akan berusaha mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.
B. Alat Permainan Edukatif Lingkungan Alam Yang dimaksud dengan alat permainan edukatif adalah “Segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak” (Suyadi, 2009:53). Alat permainan edukatif (APE) dapat berupa apa saja yang ada di sekeliling kita, misalnya sapu, piring, gelas, sendok plastik,tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain. Bahkan diri kita sendiri dapat menjadi alat permainan edukatif. Misalnya kita bisa menirukan berbagai gerakan binatang dengan tanpa bantuan alat apapun. Kita juga dapat menghitung, menjiplak, mengecap dengan tangan dan jemari kita. Mengembangkan semua aspek dan kecerdasan pada anak usia dini, terutama pengembangan sains bisa dilakukan dengan berbagai cara yang salah satunya adalah dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif. Membuat APE untuk pengembangan sains tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal. Pembuatan APE dapat dilakukan dengan menggunakan biaya yang murah atau bahkan tanpa biaya sama sekali karena memanfaatkan bahan bekas. APE yang dibuat sendiri oleh guru dapat dimanfaatkan sesegera mungkin. Penggunaan APE dapat dikolaborasikan dengan metode atau model pembelajaran yang tepat hingga semua aspek dan kecerdasan anak dapat berkembang, termasuk pengembangan sains. Pembuatan APE harus disesuaikan dengan kebutuhan, kurikulum yang ada, dan karakteristik anak. Bahan yang digunakan pun tidak sulit didapat, bahkan dapat menggunakan barang bekas atau limbah rumah tangga. Yang perlu diperhatikan adalah, bahan yang digunakan harus aman bagi anak. APE harus dibuat semenarik mungkin hingga anak fokus pada proses pembelajaran dan dapat mengembangkan segala aspek dan kecerdasan anak. Menurut Sudono (2000: 34), Alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat seperti bongkar pasang,
mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk, mengetok, menyempurnakan suatu desain, atau menyusun sesuai bentuk utuhnya. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa APE merupakan alat permainan yang mempunyai nilai-nilai edukatif, yaitu dapat mengembangkan segala aspek dan kecerdasan yang ada pada diri anak. Alat permainan edukatif tidak harus membeli, apalagi dengan harga yang mahal. Alat permainan edukatif bisa dibuat dari bahan yang berserakan dan tidak berguna di sekeliling kita. Bahkan, cara pembuatannya pun sering kali tanpa kesulitan yang berarti. Justru, dengan proses pembuatan alat bermain secara mandiri, daya kreativitas dapat meningkat secara otomatis. Atas dasar inilah perlu dikembangkan kreativitas untuk membuat alat permainan edukatif sendiri dengan memanfaatkan barang-barang tidak terpakai di lingkungan sekitar. Bahkan pembuatan alat permainan edukatif bisa memanfaatkan kekayaan alam bebas secara lebih luas. “Dari kekayaan alam inilah jenis-jenis permainan edukatif dapat diciptakan dengan gaya yang khas alam bebas. Alat-alat permainan ini tidak akan ditemui di pasar bebas, karena sifat kebaruannya yang sangat pendek” (Suyadi, 2009: 141)
METODE PENELITIAN Sesuai dengan judul yaitu pemanfaatan alam lingkungan sebagai sumber belajar alternatif alat permainan edukatif di kelompok bermain Fajar Serunai Kecamatan Tabir Ulu maka penelitian yang dilakukan adalah kualitatif, karena permasalahan yang akan dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang proses pembelajaran pemanfaatan alam bebas sebagai sumber belajar alternatif alat pemainan edukatif. Selain itu peneliti juga menguraikan gambaran umum dari kelompok bermain Fajar Serunai Kecamatan Tabir Ulu Kabupaten Merangin. Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan rinci serta mendapatkan data yang mendalam dari fokus penelitian, maka data tersebut harus dapat dipahami dan ditafsirkan maknanya sesuai dengan peristiwa, interaksi dan tingkah laku manusia. Sutrisno (2004: 70) menyebutkan bahwa “penelitian kualitatif dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara kerja yang sistematis, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya”. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, antara lain: 1. Observasi Menurut Sugiyono (2010: 166): Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berpartisipasi), observasi yang secara overt obsevation and covert observation (terang-terangan dan tersamar), dan observasi unstructured observation (yang tak berstruktur). 2. Wawancara : Menurut Mukhtar, (2010 :89) “Wawancara adalah teknik untuk memperoleh informasi secara langsung melalui keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang dipandang dapat memberikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan”. 3. Dokumentasi : Dokumentasi adalah metode yang mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, gambar/foto, dan sebagainya yang berhubungan dengan
fokus penelitian. Metode ini dimaksudkan untuk melengkapi data dari observasi dan wawancara. Teknik Analisa Data Analisa data kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Moleong, 2010: 248). Analisis data dilakukan dalam proses pengamatan dan wawancara deskriptif, selanjutnya dilakukan analisis taksonomik yang berusaha merinci lebih lanjut, mengorganisasikan atau menghimpun elemen-elemen yang sama. “Analisis taksonomik dilakukan bersamaan dengan pengamatan terfokus dan wawancara struktural” (Moleong, 2010: 306). Dalam tahap ini terkait dengan fokus penelitian yaitu pemanfaatan lingkungan alam bebas sebagai sumber belajar alternatif alat permainan edukatif di Kelompok Bermain Fajar Serunai serta faktor pendukung dan penghambat dari pola pembelajaran. A. Teknik Penjaminan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan (trutworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong (2010: 324), “ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)”. Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan temuan hasil penelitian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Adapun teknik-teknik pemeriksaan yang digunakan untuk membuktikan derajat kepercayaan meliputi: 1) Perpanjangan Keikutsertaan; 2) Ketekunan Pengamatan; 3) Triangulasi; 4) Pengecekan Sejawat; 5) Kecukupan Referensial; 6) Kajian Kasus Negatif; 7) Pengecekan Anggota. Untuk membuktikan keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
HASIL PENELITIAN 1. Perencanaan Pembelajaran Dalam Pemanfaatan Alam Bebas Sebagai Sumber Belajar Alternatif Alat Permainan Edukatif Untuk meningkatkan mutu pendidikan anak, sangat diperlukan pemahaman yang mendasar mengenai perkembangan diri anak, terutama yang terjadi dalam proses pembelajarannya. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui ada atau tidaknya kesulitan yang dialami oleh si anak dalam proses belajarnya. Dengan pemahaman yang cukup mendalam atas proses tersebut diharapkan kita sebagai guru yang meliputi orang tua, pendidik di lembaga pendidikan, dan sebagai pemerhati pendidikan, mampu mengadakan eksplorasi, merencanakan, dan mengimplementasikan penggunaan sumber belajar dan alat permainan edukatif. Dalam perencanaan pembelajaran pemanfaatan alam bebas sebagai sumber belajar alat permainan edukatif (APE) bahan yang dijadikan sebagai sumber belajar harus valid, signifikan, dan bermakna atau sesuai tahap perkembangan intelektual anak. Seorang guru hendaknya selalu mengaitkan kegiatan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak dengan melaksanakannya melalui kegiatan bermain. Jadi pekerjaan bertumpu pada perhatian anak, bukan dari isi programnya saja. Disamping itu materi pembelajaran harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak yang bersangkutan. Untuk itu kegiatan pengembangan yang dilaksanakan hendaknya bersifat integratif.
Sebagaimana Dari hasil wawancara dengan ibu Hariah bahwa perencanaan pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas perencanaan yang dilakukan adalah menyesuaikan aspek tema yang akan diajarkan dengan maksud agar anak didik dapat mengerti manfaat yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran. Menurut Suyadi (2009:176) “Perencanaan adalah kegiatan atau agenda yang akan dicanangkan dan akan segera dilaksanakan”. Dalam konteks manajemen pemanfaatan alam bebas sebagai sumber belajar alternatif APE, agar menghasilkan perencanaan baik, maka perlu mempertimbangkan: i. Lingkungan Alam Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam yang sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi tanaman, binatang, hutan, kebun, kolam dan lain-lain. ii. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa bangunan atau benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi masjid, kantor pos, kantor polisi, perpustakaan, rumah sakit, dan supermarket. iii. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, peristiwa yang terjadi di masyarakat atau lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi tokoh masyarakat, pasar, banjir, kebakaran dan kultur budaya. Perencanaan pembelajaran merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetisi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut dan sisitematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya. Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Asmuni tentang perencanaan pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas sebagai sumber belajar alternatif pada Kelompok Bermain Fajar Serunai mengatakan perencanaan pembelajaran merupakan pedoman yang digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan dan menyajikan bahan pembelajaran, atau aktivitas kerja guru dan anak didik. Biasanya dalam merencanakan pembelajaran terlebih dahulu dimusyawarahkan bersama-sama guru yang lain maksud dari musyawarah tersebut untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang direncanakan dalam pemanfaatan alam bebas seperti, (a) menentukan dasar pelaksanaan, (b) menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (c) menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan, (d) menentukan personalia yang terlibat dalam kegiatan, (e) menentukan tempat atau lokasi dan sasaran kegiatan, (f) menentukan biaya yang mungkin akan timbul atau diperlukan dalam kegiatan tersebut, (g) menentukan alat atau sarana penunjang lainnya yang diperlukan, (h) menentukan kriteria keberhasilan kegiatan, (i) mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul dan alternatif pemecahannya, dan (j) menentukan evaluasi dan tindak lanjut kegiatan. 2. Pelaksanaan Pemanfaatan Alam Bebas Sebagai Sumber Belajar Alternatif Alat Permainan Edukatif Alam merupakan sarana bermain anak yang mampu meningkatkan daya eksplorasi anak. Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari lingkungan alam dalam pembelajaran anak, diantaranya 1) menanamkan nilai. Ketika menikmati alam, guru bisa memasukkan nilainilai yang dianggap penting. Misalnya perlunya menjaga kebersihan lingkungan. Tidak membunuh hewan, merawat tanaman dan sebagainya. 2) memberi kepuasan. Kepuasan yang didapat anak dengan bermain di alam bebas tidak akan sama dengan saat anak bermain di
taman bermain, di rumah, atau di mal. 3) lebih percaya diri. Anak-anak yang terbiasa bermain di alam bebas akan tumbuh lebih percaya diri, misalnya saat melihat katak di kubangan air, ia tidak merasa takut. Sebagai fasilitator, tentunya seorang guru pada kelompok bermain harus mampu memfasilitasi dan membimbing anak didik dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai minat dan kemampuannya. Apabila guru memiliki kemampuan dalam memanfaatkan lingkungan alam bebas ke dalam pendidikan anak usia dini, maka anak akan disuguhi pengalaman belajar yang bermakna, mengesankan, dan menyenangkan. Pengalaman belajar dengan karakteristik tersebut tentu sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi anak karena anak memperoleh pengalamannya secara kontekstual dan langsung yang berimplikasi pada pengembangan berbagai kemampuan anak secara menyeluruh. Dengan demikian kemampuan guru memahami dan menguasai pemanfaatan lingkungan alam bebas ke dalam PAUD merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan terhadap ibu Rosmani bahwa pemanfaatan alam bebas dalam proses pembelajaran dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak dengan tujuan untuk lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehariawal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam. Dengan memanfaatkan lingkungan alam tentu anak akan memperoleh sesuatu yang sangat berharga dari kegiatan belajarnya yang mungkin tidak akan ditemukan dari pengalaman belajar di kelas. Contohnya yang pernah diajarkan kepada anak didik adalah tentang pemanfaatan benda-benda yang sudah tidak berguna lagi disekitar kita untuk dijadikan alat permainan edukatif. Bahkan, cara pembuatannya pun sering kali tanpa kesulitan yang berarti. Justru, dengan proses pembuatan alat bermain secara mandiri, daya kreativitas dapat meningkat secara otomatis. Lingkungan alam di sekitar kita merupakan tempat yang menarik dimana anak-anak dapat belajar dan tumbuh. Anak-anak menunjukkan ketertarikan alami serta rasa ingin tahu ketika mereka bermain dengan memanfaatkan lingkungan alam disekitarnya. Anak-anak dapat mengembangkan semua aspek perkembangannya, sementara pendidik dapat meningkatkan pertumbuhan anak-anak melalui pengamatan dan berinteraksi melalui kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan. 3. Hasil Pembelajaran Pemanfaatan Alam Bebas Sebagai Sumber Belajar Alternatif Alat Permainan Edukatif Pembelajaran berbasis alam akan memberikan suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan yang berkembang pada anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut sebagai perhatian spontan. Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi lingkungan alam, baik secara individual maupun kelompok. Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Hariah bahwa dari hasil pembelajaran dengan pemanfaatan sumber alam bebas adalah mengajak anak didik untuk dapat mengenal lingkungan sekitarnya serta anak didik dapat mengetahui bahwa alam menyediakan kekayaan sumber belajar yang tak terbatas. Semua kekayaan alam tersebut dapat digunakan sebagai media bermain yang sangat mencerdaskan. Suyadi (2009:142) mengatakan: Kelebihan alam bebas sebagai sumber belajar adalah keleluasaan gerak anak, sehingga anak bisa berakrobat dan berlalu-lalang secara leluasa. Iklim
kebebasan inilah yang menjadi motivasi anak sehingga mereka mampu memerankan dirinya sebagai “pembelajar alami” maka anak tidak memerlukan alat-alat edukatif buatan pabrik. Anak-anak cukup dengan menggunakan perealatan sederhana yang ada di alam guna bermain. Konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna serta pembelajaran yang fungsional praktis. Melalui pembelajaran berbasis alam, anak dapat menemukan, memahami dan menerapkan secara langsung proses belajar pada berbagai aspek dalam kehidupan secara nyata. Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang berbagai hal akan memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan proses pembelajaran pemanfaatan alam terletak pada peningkatan optimalisasi seluruh potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai sumber belajar yang utama. Pembelajaran dengan pemanfaatan alam bebas diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam pembelajaran yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah persoalan kehidupan secara faktual. Anak diajarkan untuk berusaha memecahkan persoalan tersebut, baik secara individual maupun bekerja sama dengan teman-temannya.
PENUTUP B. Kesimpulan Dari uraian tentang Pemanfaatan Alam Bebas Sebagai Sumber Balajar Alternatif Alat Permainan Edukatif Di Kelompok Bermain Fajar Serunai Kecamatan Tabir Ulu Kabupaten Merangin, maka penulis memberi kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas adalah menyesuaikan aspek tema yang akan diajarkan, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan biaya yang diperlukan, menyediakan bahan alam yang akan dijadikan sebagai sumber permainan, serta menentukan evaluasi dan tindak lanjut kegiatan. 2. Pelaksanaan pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas adalah memanfaatkan sumber alam bebas dalam proses pembelajaran seperti lingkungan alam yang dapat diambil dari pembelajarannya yaitu sumber daya alam yang terdapat di sekeliling kita seperti air, hutan, tanah, batu-batuan, tumbuh-tumbuhan dan hewan, sungai, iklim, suhu udara, memanfaatkan dunia tumbuhan (sawah, kebun, dan tanaman lainnya), dunia hewan, interaksi sosial (pasar, kantor, dan sekolah), serta benda-benda cagar alam dan cagar budaya bahkan memanfaatkan barang-barang bekas yang sudah tidak digunakan lagi seperti gelas minuman yang terbuat dari plastik dan kantung plastik (kresek) dimanfaatkan untuk membuat hiasan. 3. Hasil pembelajaran dalam pemanfaatan alam bebas adalah untuk membentuk ketajaman berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif terhadap anak didik, membantu menumbuhkan aktivitas dalam diri anak sehingga terjadi proses belajar secara aktif, menyajikan kehidupan nyata dan penting bagi anak didik tentang lingkungan alam disekitarnya dan manfaat-manfaat yang ditemukan dari alam sekitar serta anak terlibat secara aktif dalam belajar melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. C. Saran
1.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan anak, sangat diperlukan pemahaman yang mendasar mengenai perkembangan diri anak, terutama yang terjadi dalam proses pembelajarannya dan sebagai seorang guru harus mampu merencanakan, dan mengimplementasikan penggunaan sumber belajar dan alat permainan edukatif yang berasal dari alam bebas. 2. Guru yang mengharapkan proses dan hasil pembelajaran supaya efektif, efisien, dan berkualitas, semestinya memperhatikan faktor media instruksional agar media instruksional yang digunakan dapat dimanfaatkan hingga mencapai tujuan yang ingin dicapai seperti segala jenis sarana pendidikan yang digunakan, peralatan fisik, dan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan pemanfaatan alam bebas sebagai sumber alternatif pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Depdiknas, 2008. Model Pembelajaran Berbasis Alam Pendidikan Anak Usia Dini Formal Dan Nonformal. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan. Eriyani, Elfa dkk. 2010. Panduan Penyusunan Skripsi. Bandung: STKIP YPM Bangko bekerjasama dengan YAF Publish. Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Partini, 2010. Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Grafindo Litera Media. Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan (untuk Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: PT. Grasindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suyadi, 2009. Permainan Edukatif yang Mencerdaskan (The Power of Smart Games for Children). Jogjakarta: Power Books (IHDINA). Undang-undang No. 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://artikel-duniapsikologi.blogspot.com/2008/12/kelompok-bermain.html