JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
ETOS KERJA PEDAGANG ETNIS MADURA DI PUSAT GROSIR SURABAYA DITINJAU DARI ETIKA BISNIS ISLAM
Muhammad Ersya Faraby Mahasiswa Program Studi S-1 Ekonomi Islam – Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Airlangga Siti Inayatul Faiza Departemen Ekonomi Syariah – Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Airlangga Email:
[email protected] ABSTRACT Natural resources have not been well managed in Madura and the low level of human resources leads to ethnic Madurese communities abroad to obtain a decent life by applying a high work ethic. This research aims to know the work ethic of ethnic Madurese in Central merchant Wholesale Surabaya reviewed from Islamic business ethics. Approach used in this research is qualitative approach to method case study is descriptive. Data done with interview observation and documentation against traders ethnic madura in central wholesale Surabaya. For data advocates derived from data given by centers management wholesale Surabaya. Besides is also study library and literature about ethos work ethnic Madurese and Islamic business ethics. The results obtained are the informants argued most of the Madurese ethnic merchants in wholesale center Surabaya interpret and apply the Madurese ethnic work ethic that is hard work and wander, as well as in implementing the work ethic they comply with Islamic business ethics. Keywords: work ethic, ethnic Madurese merchants, Islamic business ethics I. PENDAHULUAN
kota hampir dapat dipastikan ditemui
A. Latar Belakang
sebagian ketiga etnis tersebut, terutama
Penduduk Indonesia terdiri dari
kedua
etnis
yang
berbagai macam etnis dan suku bangsa
sangat
ulet
dalam
yang
informal sehingga kemandiriannya dalam
tersebar
Indonesia.
di
seluruh
Banyaknya
etnis
wilayah dan
suku
pertama.
Mereka
menekuni
sektor
bidang usaha tidak diragukan lagi. Khusus
bangsa yang ada di Indonesia tentunya
untuk
membawa
menjadi objek penelitian ini tidak sedikit
pengaruh
keanekaragamaan
besar
kegiatan
pada
ekonomi,
jumlah
pedagang
mereka
etnis
yang
Madura
yang
berurbanisasi,
sosial, maupun budaya. Mentalitas dan
kendati secara statistik jumlahnya tidak
pola kehidupan pun berbeda dari etnis
diketahui secara pasti. Etos kerja mereka
satu dengan etnis lainnya, termasuk di
yang sedemikian kuat bisa saja diperoleh
dalamnya adalah etos kerja. Etos kerja
secara genetik, atau terpola karena situs
pasti
individu
sosial-budaya yang melingkupi kehidupan
ataupun kelompok. Di Indonesia ada tiga
mereka sehari-hari. Atau mungkin pula
etnis yang dikenal banyak bergelut dalam
karena kombinasi keduanya (Triyuwono,
dunia usaha (bisnis), sekaligus sebagai
2009).
dimiliki
petualang
oleh
seorang
(perantau),
yakni
Minang,
Bagi orang Madura tidak ada
Madura, dan Bugis. Di berbagai sudut
pekerjaan
178
yang
bakal
dianggapnya
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
berat, kurang menguntungkan, atau hina,
ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam
selama
tergolong
berdagang (tabligh), memahami secara
maksiat, sehingga hasilnya akan halal dan
mendalam segala hal yang menjadi tugas
diridhoi
dan
kegiatannya
sang
bukan
Maha
Penciptanya.
kewajiban
setiap
pedagang
akan
(fathanah), konsisten dalam iman dan
dianggapnya sebagai rahmat dari Allah
nilai-nilai yang baik meskipun menghadapi
SWT, sehingga mendapatkan pekerjaan
berbagai godaan dan tantangan dalam
merupakan panggilan hidup yang bakan
berdagang (istiqomah).
ditekuninya
B.
Kesempatan
bisa
bekerja
dengan
sepenuh
hati.
Sebagai akibatnya orang Madura tidak
Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang
takut kehilangan tanah atau hartanya,
diatas,
akan
takut
adalah bagaimana etos kerja pedagang
kehilangan pekerjaannya. Menurut Rivai
etnis Madura di Pusat Grosir Surabaya
dkk (2012:12), Islam mewajibkan setiap
ditinjau dari etika bisnis Islam.
muslim
C. Tujuan Penelitian
tetapi
mereka
sangat
(khususnya)
tanggungan
untuk
mempunyai
bekerja.
Bekerja
maka
rumusan
masalahnya
Untuk mengetahui secara mendalam
merupakan salah satu sebab pokok yang
tentang
memungkinkan manusia mencari nafkah
Madura ditinjau dari etika bisnis Islam.
(rezeki). Allah melapangkan bumi dan
II. LANDASAN
seisinya dengan berbagai fasilitas yang
etos
kerja
pedagang
TEORI
etnis
DAN
PENGEMBANGAN PROPOSISI
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
A. Etika Bisnis Islam Syahatah dan Siddiq dalam Transaksi
mencari rezeki.
dan
Dalam bekerja seseorang harus mempunyai
etika.
seharusnya
diterapkan
Islam
menjelaskan
keharusan
dalam
bisnis
diperlukan karena pertama, terjadinya
bahwa
etika
kerusakan moral yang semakin meluas
mengatur semua aktivitas manusia yang
pada perusahaan akhir-akhir ini. Kedua,
disengaja,
studi
menunjukkan
karena
dalam
Bisnis
bisnis
dengan
Etika
Etika
bisnis
merupakan
etika
lapangan
dalam
berbisnis
menunjukkan
bahwa
aktivitas manusia yang disengaja, etika
kuatnya
hendaknya juga berperan dalam bisnis.
unggul
Aktivitas berdagang harus menggunakan
perusahaan. Berbisnis merupakan aktivitas
etika kerja Islam seperti yang dianjurkan
yang sangat dianjurkan dalam ajaran
Rasulullah SAW, yaitu bersikap jujur dalam
Islam. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun
berbisnis (siddiq), memiliki rasa tanggung
telah menyatakan, bahwa sembilan dari
jawab dan keterbukaan dalam setiap
sepuluh pintu rezeki adalah melalui pintu
(amanah),
berdagang (hadis). Artinya, melalui jalan
aktivitas
berdagang
pemberdayaan dapat
membawa
mengajak sekaligus memberikan contoh
perdagangan
inilah,
kepada pihak lain untuk melaksanakan
akan
dibuka,
179
dapat
etika nama
yang baik
pintu-pintu
rezeki
sehingga
akan
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
memperoleh nikmat dan karunia Allah
1. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis
SWT. Jual beli merupakan sesuatu yang
adalah kejujuran. Dalam beberapa
diperbolehkan, sebagaimana firman Allah
ayat, Allah SWT telah memerintahkan
SWT, dalam Surah Al-Baqarah ayat 275 :
untuk berlaku jujur. Dalam doktrin Islam, kejujuran
merupakan
syarat
fundamental dalam kegiatan bisnis.
Rasulullah
SAW
sangat
intens
menganjurkan kejujuran dalam aktivitas
bisnis.
Dalam
tataran
ini,
beliau
bersabda “Pedagang yang senantiasa
jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan
orang-orang yang mati syahid.” (HR.
Allażiina yakuluuna alrribbaa laa yaquumuna illa kamaa yaquumu alla zii yatakhabbatuhu alsysyaytaanu mina almassi zaalika bi-annahum qaaluuinamaa albay’u mislu alrribaa wa aahalla allaahu albay’a waharrama alrribaafaman jaa-ahu maw’izhatun min rabbihi faintahaa falahu maa salafa waamruhu ilaa allaahi waman’aada faulaaika ashhaabu alnnaatihum fihaa khaaliduuna
Tirmidzi). Rasulullah SAW sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan baru di bagian atas. 2. Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penbghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalmnya.”
keuntungan
sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga
Rasulullah
SAW
berorieantasi
ta’awun
kepada
sikap
orang
lain)
(menolong
sebagai implikasisosial kegiatan bisnis. 3. Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad
SAW,
sangat
intens
melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah
palsu
dalam
melakukan
transaksi bisnis. Praktik sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karena dapat meyakinkan
Menurut Rivai dkk (2012 : 39-44) menyebutkan,
sebanyak-banyaknya,
pembeli,
dan
meningkatkan
sangat
pada daya
gilirannya beli
atau
banyak memberikan petunjuk mengenai
pemasaran. Namun, harus disadari,
etika bisnis berikut ini adalah urainnya :
bahwa meskipun keuntungan yang
180
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
diperoleh berlimpah, tetapi hasilnya
sangat
tidak berkah.
mereka termasuk orang-orang yang
4. Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis, harus
bersikap
ramah
dibenci
oleh
Allah,
maka
celaka.
dalam
9. Bisnis
melakukan bisnis. Nabi Muhammad
tidak
boleh
menggangu
kegiatan ibadah kepada Allah SWT.
SAW, mengatakan, “Allah merahmati
10. Membayar
upah
sebelum
kering
seseorang yang ramah dan toleran
keringat karyawan. Nabi Muhammad
dalam
SAW
berbisnis”
(HR.
Bukhari
dan
bersabda,
“Berikanlah
upah
kepada karyawan, sebelum kering
Tarmizi).
keringatnya”.
5. Tidak boleh berpura-pura menawar
Hadis
ini
dengan harga tinggi, agar orang lain
mengindikasikan bahwa pembayaran
tertarik
upah
membeli
tersebut.
Sabda
dengan Nabi
harga
Muhammad,
“Janganlah kalian melakukan bisnis
dengan
penjual
boleh
Pembayaran
upah
ditunda-tunda. harus
sesuai
dengan kerja yang dilakukan.
najsya (seseorang pembeli tertentu, berkolusi
tidak
11.Tidak monopoli, salah satu keburukan
untuk
sistem
ekonomi
kapitalis
ialah
menaikkan harga, bukan dengan niat
melegitimasi monopoli dan oligopoli.
untuk membeli, tetapi agar menarik
Contoh
orang lain untuk membeli).”
eksploitasi
yang
sederhana
(penguasaan)
adalah individu
6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang
tertentu atas hak milik sosial seperti air,
lain, agar orang membeli kepadanya.
udara, beserta tanah dan kandungan
Nabi
bersabda,
isinya seperti barang tambang dan
“Janganlah seseorang di antara kalian
mineral. Individu tersebut mengeruk
menjual
keuntungan
Muhammad
dengan
SAW
maksud
untuk
secara
pribadi,
tanpa
menjelekkan apa yang dijual oleh
memberi kesempatan kepada orang
orang lain” (HR. Muttafaq’alaih).
lain. Ini dilarang dalam Islam.
7. Tidak melakukan ikhtikar. Ikhtikar ialah
12.
Tidak boleh melakukan bisnis dalam
(menumpuk dan menyimpan barang
kondisi eksisnya bahaya (mudharat)
dalam masa tertentu, dengan tujuan
yang dapat merugikan dan merusak
agar harganya suatu saat menjadi naik
kehidupan
dan keuntungan besar pun diperoleh).
Misalnya, larangan melakukan bisnis
Rasulullah SAW melarang keras perilaku
senjata
bisnis semacam itu.
(kekacauan)
8. Takaran, ukuran, dan timbangan yang benar.
Dalam
individu
di
saat politik.
dan
terjadi Tidak
sosial.
chaos boleh
menjual barang halal, seperti anggur
perdagangan,
kepada produsen minuman keras,
timbangan yang benar dan tepat
karena diduga keras mengolahnya
harus benar-benar diutamakan. Jelas
menjadi miras.
bahwa berbuat curang dalam berbisnis
181
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
13. Komoditi bisnis yang dijual adalah
kegiatan
barang yang suci dan halal, bukan
bekerja
yang
dapat
dilakukan oleh orang Madura. 2. Kar-ngakar colpe’
barang yang haram seperti babi,
(bekerja keras),
anjing, minuman keras, ekstasin dan
kerajinan bukanlah satu-satunya sifat
sebagainya. Nabi Muhammad SAW
etos kerja orang
“Sesungguhnya
bersabda,
Allah
dan
‘patung-patung’.”
yang
secara luas diakui, sebab keuletannya
mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi,
Madura
bekerja
(HR.
keras
(mencari
Jabir).
nyare
untuk
sesuap
kasap
nasi)
juga
dikagumi orang banyak.
14. Bisnis dilakukan dengan suka rela,
3.
tanpa paksaan.
Nyaronen (usaha yang diikhtiarkan), orang
15. Segera melunasi kredit yang menjadi
Madura
terkenal
mau
melakukan apa saja- berat
dan
kewajibannya. Rasulullah SAW memuji
susah atau ringan dan mudah, secara
seorang
muslim
fisik kotor atau bersih, terlihat hina atau
perhatian
serius
yang dalam
memiliki pelunasan
terkesan
utangnya.
atau
16. Memberi tenggang waktu apabila
mulia,
kecil-
selama
diketahuinya
diridhai oleh ajaran agama. 4. Jhak-ajhak
membayar. Sabda Nabi Muhammad
(kerja
SAW, Bahwa bisnis yang dilaksanakan
Keserampakan
bersih dari unsur riba.
banyak
(2007:348)
sama),
atau
orang
kebersamaan
dalam
menyatakan
B. Etos Kerja Etnis Madura Rifai
besar
bahwa segala sesuatunya halal dan
pengutang (kreditor) belum mampu
Menurut
berimbalan
menjawab,
kesepakatan
atau
penolakan, atau bertindak bersama-
mengungkapkan beberapa kata dalam
sama secara serentak.
bahasa
karena kerja sama pasti terjamin kalau
Madura yang memiliki arti
dan makna etos kerja dan hakikat karya
setiap
Orang Madura antara lain :
menyatukan
1. Bharenteng
(sangat
giat),
esempay
seperti
dapat diharapkan bahasa Madura
‘bersatu
menyediakan banyak
jatuh’).
ungkapan
5. Bhume
untuk menunjukkan sifat kerajinan dan
unsur
mau
bersikap
diri mara panebbha’
(seperti kita
Keberhasilan
sapu
teguh
Songennep
lidi
diikat-
bercerai
ta’
kita
abingker
kesungguhan bekerja. Tidak semua
(lisensi merantau), menyadari bahwa
ungkapan itu memiliki padanan dalam
pulaunya yang sempit dan tidak subur
bahasa Indonesia (dan juga bahasa
serta miskin sumber daya alam sangat
daerah
dijumpai
membatasi ruang gerak untuk mencari
kesulitan tidak sedikit dalam mencoba
sesuap nasi, dari awal orang Madura
menerjemahkannya. kerajinan
tidak sungkan alajar (berlayar-dengan
lain)
sehingga
dan
kata
182
lain
merantau)
untuk
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
mendapatkan
pekerjaan
di
Kerangka berpikir di bawah ini
luar akan
kampung halaman tempat kelahiran.. 6. Ajhar lara lapar (belajar berpayahpayah),
dalam
terdapat berbunyi
bahasa
ta’
syariah
yang
dibagi menjadi dua yaitu, ibadah dan
Madura
muamalah. Kemudian, penelitian ini lebih
yang
menekankan pada kehidupan muamalah
eghangse
yaitu aktivitas yang berhubungan antara
peribahasa tajhem
menggambarkan
(tajam tanpa diasah). Peribahasa itu
manusia
dimaksudkan
khususnya
untuk
dengan
manusia
dibidang
yang
ekonomi
lain, yang
menunjukkan adanya orang-orang
menjelaskan etos kerja dan etika bisnis
yang dapat menjadi pandai karena
Islam. Etos kerja terdiri dari pedagang dan
kesungguhannya belajar sendiri.
non pedagang. Dalam ekonomi Islam,
7. Asel ta’adhina asal (tidak lupa diri),
pedagang memiliki keterikatan dengan
karena pembawaan ebir (suka pamer)
etika
bisa menyebabkan
keuntungan yang halal dan berkah. Oleh
orang
bisnis Islam
dalam
memperoleh
Madura lupa diri, sifat ini biasanya
sebab
diperlihatkan oleh orang ghila anyar
bagaimana etos kerja pedagang etnis
(gila oleh barang baru), yang sampai
Madura ditinjau dari etika bisnis Islam
lupa
kesenangan
apakah telah diaplikasikan ke dalam
pada suatu barang yang baru saja
kegiatan berdagang etnis Madura di
daratan
karena
itu,
peneliti
ingin
mengetahui
didapatkan.
Pusat
Sejalan dengan itu, orang Madura
dilaksanakan, sehinga penilitian ini perlu
sangat efisien terhadap waktu dalam
dilakukan lebih lanjut. Kerangka berpikir
bekerja sebagaimana terungkap dalam
akan digambarkan sebagai berikut:
pepatah atolo ngèras mandi (berkeramas
Muamalah
sambil
mandi).
Dalam
Grosir
Surabaya
atau
belum
mengerjakan
sesuatu orang Madura selalu bersikap du’-
Manusia dengan manusia
nondu’ mèntè tampar (duduk menunduk memintal tali). Ungkapan ini bermakna bahwa meskipun kelihatan duduk, orang Madura tetap ulet dan rajin melakukan kegiatan yang bermanfaat. C. Proposisi Pedagang etnis Madura mampu
Sosial
Ekonomi
Politik
mengaplikasikan cara berdagang yang baik sesuai etika bisnis Islam. D. Kerangka Berpikir
Etos Kerja Etnis Madura
183
Lain-lain
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
ditinjau
dari
etika
bisnis
Islam?”.
Rumusan masalah \ tersebut menjadi
Bagaimana Etika Bisnis Islam ?
acuan dalam penelitian ini. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga
III.
Gambar 1.
tinggi dengan tujuan orang lain tertarik
Kerangka Berfikir
membeli barang tersebut, tidak boleh
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan
ikhtikar,
membayar
kering
keringat
upah
sebelum
karyawan,
tidak
memonopoli, tidak boleh melakukan digunakan
bisnis yang bahaya (mudharat), tidak
dalam penelitian ini adalah pendekatan
menjual barang yang haram, tidak ada
kualitatif
(1997:3)
paksaan dalam berbisnis, membayar
pendekatan
kredit, dan memberi tenggang waktu
kualitatif adalah suatu proses penelitian
kepada kreditor ketika berhutang yang
dan
berdasarkan
merupakan bagian dari tujuh belas
pada metodologi yang menyelidiki suatu
indikator etika bisnis Islam tidak diteliti.
fenomena, budaya sosial dan masalah
Ruang
manusia. Alasan penggunaan metode
informan
penelitian
kualitatif
Surabaya)
penelitian
ini
deskriptif.
mengungkapkan
yang
Spradley
bahwa
pemahaman
yang
tidak
deskriptif
karena
bertujuan
untuk
lingkup
ini
terbatas
bagi
Pusat
Grosir
hasil
yang
(pedagang apabila
didapatkan
telah
menerapkan
melakukan uji hipotesis dengan metode
kejujuran,
statistik atau ekonometri, karena bukan
signifikansi sosial kegiatan bisnis, tidak
untuk mencari hubungan atau pengaruh
melakukan
signifikansi..melainkan..lebih..fokus..untuk..
tamah, tidak menjelekkan bisnis orang
menguraikan..analisa.
lain, takaran,ukuran dan timbangan
Pendekatan.kualitatif.metode.deskriptif.ad
yang
alah.mengkomunikasikan..realita..dengan.
menganggu kegiatan ibadah kepada
.sudut
Allah SWT,dan bisnis yang dilaksanakan
pandangan
mengungkapkan
informan.
secara
Deskripsi
detail
suatu
bersih
kesadaran
sumpah
benar,
dari
palsu,
bisnis
unsur
tentang
riba
tidak
.
ramah-
boleh
Kemudian
kejadian dengan menunjukkan bagian-
informan tersebut telah menjalankan
bagian penting dalam kebudayaan itu
etos kerjanya sesuai dengan etika bisnis
(Spradley, 1997:33).
Islam.
B. Ruang Lingkup Penelitian
C. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian yang dimaksud adalah dalam rumusan
rangka
untuk
menjawab
masalah
yaitu,
Yin (2009: 114-123) menjelaskan tiga prinsip
dalam
melakukan
pengumpulan data, yaitu:
“Bagaimanakah etos kerja pedagang
1.
etnis Madura di Pusat Grosir Surabaya
184
Menggunakan Multisumber Bukti
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
Sebelum
melakukan
penelitian,
informasi
yang
didapatkan
selama
seorang peneliti harus mengetahui terlebih
penelitian: 1) Sebuah penelitian harus
dahulu jenis
memuat teori-teori yang relevan dengan
yaitu
model pengumpulan data,
dengan
permasalahan yang ditimbulkan pada
kasus yang diteliti. 2) Database yang
mengindentifikasi
akhirnya
dikumpulkan
dan
menetapkan
sehingga
model
harus
dapat
merupakan
mendukung
fakta
informasi
pengumpulan data yang sesuai., yang
yang diperoleh dari wawancara sumber.
perlu diperhatikan dalam menggunakan
3) Strategi pengumpulan data, seperti
Triangulation.
wawancara, harus berisi pertanyaan yang
multisumber Alasan
bukti,
yaitu
penggunaan
adalah
untuk
teknik
mendapatkan
sekaligus untuk menguji
konsisten, yaitu terdiri dari pertanyaan
triangulasi
yang sama yang diajukan kepada tiap-
data
tiap sumber. 4) Peneliti harus mampu
kredibilitas
data dan berbagai sumber data. Teknik
menghubungkan
triangulasi
semua informasi yang didapat selama
yang
digunakan
penelitian
ini
yakni
dalam
dan
menyampaikan
penelitian.
dengan
melakukan
observasi,
wawancara
mendalam,
dan
dokumentasi
Teknik analisis dalam penelitian ini
kepada informan yang dalam hal
dilakukan dengan metode kualitatif
ini
ialah
beberapa
pedagang
Madura yang ada di Pusat
D. Teknik Analisis
deskriptif,
etnis
peneliti
berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
Grosir
kejadian yang terjadi saat sekarang
Surabaya. 2.
karena
Mengumpulkan Database
dimana peneliti berusaha memotret
Mengumpulkan data tidak hanya berasal
peristiwa, dan kejadian yang menjadi
dari wawancara narasumber, tetapi juga
pusat perhatiannya untuk kemudian
berasal dari artikel, laporan maupun dari
dijabarkan
buku, sebagai data pendukung bagi
Tujuan
peneliti dalam mencari informasi yang
menganalisis data studi kasus dengan
diperlukan
cara membuat penjelasan (naratif),
agar
informasi
yang
Menjaga
perbandingan
adanya. ini
untuk
dan menggambarkan (deskripsi) kasus
didapatkan lebih jelas. 3.
sebagaimana
Keberadaan
yang bersangkutan dan membuktikan
Rantai
Bukti
proposisi teoritis yang telah dibuat, akhir
Seorang peneliti harus mampu menjaga
dari penelitian ini dengan membuat
keberadaan rantai bukti yang berasal dari
tulisan yang akan menggambarkan
berbagai informasi sumber yang dilakukan
detail dan mendalam mengenai objek
selama penelitian. Hal tersebut membantu
penelitian (thick description).
peneliti dalam membangun kesimpulan
Penelitian
yang
akan
disampaikan.
analisis
data
dalam
Beberapa
penelitian ini mengacu pada rangkaian
langkah dalam membuat laporan dari
kegiatan analisis data menurut Miles dan
185
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
Huberman (dalam Emzir, 2010:132) yang
atau
meliputi:
berkegiatan. Hasil wawancara keenam
1.
informan
Reduksi Data
sekelompok
yang
orang
dalam
merupakan
pedagang
Reduksi data meliputi proses pemilihan,
etnis Madura mengartikan makna “etos
pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi,
kerja” mereka adalah sebagai berikut :
dan pentransformasian data yang masih
1. Merantau
mentah
Masyarakat Madura perantauan adalah
dalam
catatan
lapangan.
Reduksi data terjadi secara kontinu yaitu
orang-orang
dari awal hingga akhir penelitian.
merantau atau keluar dari Pulau Madura
2.
untuk
Model Data atau Penyajian Data
Madura
yang
memperbaiki
sengaja
nasib
dan
Model atau penyajian data merupakan
ekonominya. Sampai tahun 2007, jumlah
suatu kumpulan informasi yang tersusun
masyarakat Madura berkisar 13,5 juta jiwa,
dan memungkinkan penarikan kesimpulan
dan hanya tiga juta yang tinggal di pulau
dan pengambilan tindakan. Penyajian
garam ini, Syukur (2007). Dari data yang
data
dijelaskan diatas dapat terlihat bahwa
dapat
berupa
matrik,
grafik,
jaringan, dan bagan.
masyarakat etnis Madura senang sekali
3.
merantau bahkan sudah menjadi budaya.
Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan
Sebagian dari seluruh konfigurasi kegiatan
Jika orang Madura pergi merantau maka
penelitian yang utuh dan dapat dilakukan
yang akan dituju pertama kali adalah
selama penelitian berlangsung. Verifikasi
sanak keluarganya yang lebih dahulu
ini dapat dilakukan sesingkat pemikiran
berada atau bermukim di sana.
kembali
yang
melintas
dalam
pikiran
Keuletan
masyarakat
Madura
peneliti.
perantauan yang seperti itu tidak cukup,
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
orang
membuktikan
A. Hasil wawancara Penelitian
ini
dilakukan
di
ekonomi
Pusat
secara
etnis Madura sebagai informan, serta dua
umumnya
diartikan
II
disebutkan sebagai
berani
dalam
terbuka
dengan
terang-terangan
melakukan
handphone di depan toko handphone atau
B. Etos Kerja Etnis Madura bab
pelaku
toko emas, menjual alat komunikasi seperti
mendapatkan
informasi yang lebih jelas dan akurat.
Dalam
secara
sebagai
transaksi bisnis (jual-beli) emas di depan
pegawai dan seorang anak dari salah untuk
dirinya
telah
pemodal besar. Misalnya ketika mereka
enam orang pedagang yang berasal dari
pedagang
perantauan
sangat
berkompetisi
Grosir Surabaya dengan mewawancari
satu
Madura
menjajakan
perangko
(termasuk
amplop dan kertas surat) di kawasan
etos
kantor pos dengan rasa percaya diri dan
sikap,
tanpa
pandangan, pedoman, atau tolak ukur
rasa
menderita
yang ditentukan dari dalam diri sesorang
malu
atau
kerugian.
takut
akan
Padahal
kemungkinan barang dagangannya tidak
186
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
akan laku sangat besar. Sifat polos, suara
tidak melupakan tanah kelahiran, dan
yang
jujur
mereka harus sukses di daerah rantauan
merupakan salah satu bentuk keseharian
untuk meningkatkan tingkat sosial di mata
yang bisa kita rasakan jika berkumpul
keluarga, tetangga maupun kerabat.
tegas, dan
ucapan
yang
dengan orang Madura baik itu di daerah
Hasil yang mereka dapatkan dari
sendiri maupun perantauan (Surabaya
kerja keras tidak hanya untuk kehidupan
Post, 18 Maret 2007).
duniawi saja tetapi juga dengan tidak
Budaya
sudah
lupa mengamalkan kehidupan akhirat,
melekat pada masyarakat etnis Madura
sehingga menjadi pedagang yang sukses
tetap
tidak
mereka
merantau
melupakan
dilahirkan
yang
asal
tempat
tidak hanya dimata keluarga, kerabat,
walaupun
mereka
atau tetangga saja tetapi juga menurut
sukses di daerah rantauan, ini terlihat dari
penilaian Allah SWT.
kebiasaan mereka kembali ke tanah asal
1.
Kerja Keras
dikenal dengan tradisi toron yang
Etnis Madura dikenal sebagai manusia
berarti turun (pulang kampung). Hal ini
sensitif dalam hal mempertahankan harga
juga diterapkan para informan maupun
diri.
masyarakat
mengorbankan nyawa pada hakikatnya
atau
etnis
Madura
perantauan
Peristiwa
lainnya dalam melakukan tradisi orang
adalah
Madura yaitu toron. Hanya saja perlu
harga
dipahami,
bahwa
toron
bagi
orang
carok
karena diri
yang
seringkali
bersentuhan
masing-masing
dengan
pihak
yang
terlibat, baik secara individu maupun
Madura tidak sekadar pulang kampung,
kelompok.
tetapi
(unjuk
kalangan mereka dapat disebabkan oleh
keluarga,
banyak faktor, antara lain adalah karena
ada
unsur
keberhasilan)
pamer
kepada
para
Etos
kerja
yang
tinggi
di
tetangga, dan masyarakat sekitar yang
"harga
menunjukkan bahwa seseorang merantau
dipahami dari pepatah "etembang noro'
jauh dari kampung halaman tidaklah sia-
oreng,
sia. Beragamnya oleh-oleh yang dibawa
lane'kene'."
pulang
dengan
daripada ikut orang lain lebih baik bekerja
sendirinya akan mengangkat harga diri
(usaha) sendiri walaupun hanya kecil-
dan
kecilan.
dan
akan
tampilan
dipuji
lingkungannya.
diri
oleh
oleh-oleh
sebagaimana
ango'an
alako
Triyuwono
dhibi'
(2009).
dapat
make Artinya,
dan
Para informan juga menerapkan
tampilan itu sebagai simbol keberhasilan
kerja keras dalam berdagang, beberapa
bisnis
ada yang memulai
yang
Karena
masyarakat
diri,"
mengandung
makna
usaha dari nol ada
keberhasilan meningkatkan kualitas hidup
pula yang turun-temurun dari keluarga.
di luar kampung halaman. Dari penjelasan
Perbedaan akan terlihat dari semangat,
diatas dapat diartikan bahwa sejauh
pemikiran, dan cara mengatasi masalah.
mereka merantau ke daerah orang lain
Orang Madura kebanyakan lebih memilih
masyarakat
bekerja
etnis
Madura
perantauan
187
sendiri
(mandiri)
di
bidang
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
apapun
asalkan
hasil,
2. Kesadaran tentang signifikansi sosial
sekalipun hanya sedikit. Asal saja halal
kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut
dan barokah. Betapa kuat semangat
Islam, tidak hanya sekedar mengejar
orang Madura untuk hidup mandiri dan
keuntungan
bekerja apa saja asalkan menghasilkan,
sebagaimana yang diajarkan Bapak
nampaknya memperkuat penilaian H.Afif
ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi
Hasan (tokoh muda Madura dan pebisnis
juga
konveksi)
ta’awun
yang
memperoleh
menyatakan
bahwa
sebanyak-banyaknya,
berorieantasi
kepada
sikap
orang
lain)
(menolong
antara etnis Madura dan Cina sekalipun
sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis.
pada keduanya ada titik persamaan,
Tegasnya, berbisnis bukan mencari
yakni pekerja keras dan ulet, namun ada
untung materiil semata, tetapi didasari
perbedaan. Antara lain, "orang Madura
kesadaran memberi kemudahan bagi
mencari kerja", sedangkan "orang Cina
orang lain dengan menjual barang
mencari uang." Ini mengandung makna
Rivai dkk (2012: 39). Dalam hal ini para
bahwa dalam bekerja, orang Madura
informan memberi kemudahan para
tidak
pembeli dengan cara memberikan
begitu
mempermasalahkan
hasil
yang besar.
hutang atau cicilan terhadap barang
C. Etika Bisnis Islam
yang akan dijual apabila pembeli
Menurut Rivai dkk (2012: 39-44) di
kekurangan
uang,
tetapi
hal
itu
dalam bab II menyebutkan, Rasulullah
dilakukan apabila para informan telah
SAW sangat banyak memberikan petunjuk
mengetahui asal usul pembeli atau
mengenai etika bisnis berikut ini adalah
yang sudah menjadi langganan.
urainnya : 1.
3. Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi
Bahwa
prinsip
essensial
dalam
Muhammad
SAW,
sangat
intens
pelaku
bisnis
bisnis adalah kejujuran. Dalam beberapa
melarang
para
ayat, Allah SWT
telah memerintahkan
melakukan
sumpah
palsu
dalam
untuk berlaku jujur. Rasulullah SAW sendiri
melakukan
transaksi
bisnis.
Praktik
selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau
sumpah palsu dalam kegiatan bisnis
melarang para pedagang meletakkan
saat ini sering dilakukan, karena dapat
barang busuk di sebelah bawah dan baru
meyakinkan
di bagian atas. Kejujuran juga terlihat dari
gilirannya
keenam
yang
atau
cara
disadari, bahwa meskipun keuntungan
informan
mengaplikasikannya
dengan
pembeli,
meningkatkan
pemasaran.
memberi informasi kepada para pembeli
yang
situasi keadaan barang, apabila barang
hasilnya tidak berkah.
tersebut
bagus
maka
dibilang
bagus
diperoleh
dan
pada
daya
Namun,
berlimpah,
beli harus
tetapi
4. Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis,
begitupun sebaliknya.
harus
bersikap
melakukan
188
bisnis.
ramah
dalam
Perilaku
ramah
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
tamah dalam berdagang juga terlihat
ditetapkan apabila pembeli mencicil
dari
barang yang akan dibeli.
keenam
infoman,
dengan
menerapkan ramah tamah mereka berharap pembeli
pelanggan tidak
pelayanan
senang
komplain
para
Konsep etika bisnis Islam yang
dan
dijelaskan Rivai juga terilhat dari hasil
terhadap
wawancara aktivitas berdagang para
informan,
serta
informan
yang
telah
menerapkan
kembali lagi untuk membeli barang
kejujuran, kesadaran tentang signifikansi
informan tersebut.
sosial kegiatan bisnis, tidak melakukan
5. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain,
agar
kepadanya.).
orang Dalam
hal
sumpah palsu, ramah-tamah, tidak boleh
membeli
menjelekkan bisnis orang lain, takaran,
ini
ukuran,
para
dan
timbangan
yang
benar,
informan tidak melakukan hal tersebut
bisnis tidak boleh menggangu kegiatan
karena menurut mereka rezeki sudah
ibadah kepada Allah SWT, dan bisnis yang
ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
dilaksanakan bersih dari unsur riba.
6. Takaran, ukuran, dan timbangan yang benar.
Dalam
perdagangan,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
timbangan yang benar dan tepat
A. Simpulan
harus benar-benar diutamakan. Jelas bahwa
diatas
dapat
ditarik simpulan pedagang etnis Madura
berbisnis sangat dibenci oleh Allah,
di Pusat Grosir Surabaya mengartikan dan
maka mereka termasuk orang-orang
menerapkan etos kerja etnis Madura yaitu
yang celaka.
bekerja keras dan merantau serta telah
tidak
curang
penjelasan
dalam
7. Bisnis
berbuat
Dari
boleh
menggangu
menerapkan etika bisnis Islam dengan
kegiatan ibadah kepada Allah SWT.
baik seperti kejujuran, kesadaran tentang
Keenam
telah
signifikansi sosial kegiatan bisnis, tidak
dengan
melakukan sumpah palsu, ramah-tamah,
untuk
tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain,
sholat di mushola PGS atau di
takaran, ukuran, dan timbangan yang
informan
menerapkan cara
hal
tersebut
menyempatkan
masjid depan PGS walaupun toko
benar,
keadaaan
pembeli,
kegiatan ibadah kepada Allah SWT, dan
serta mereka tidak lupa rutin dalam
bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur
urusan zakat, infaq, dan shodaqoh.
riba.
ramai
8. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih
B. Saran
dari unsur riba. Dalam hal ini keenam informan
bisnis tidak boleh menggangu
1. Bagi informan, dari hasil penelitian ini
tidak
malakukan
mereka
memberikan
mengartikan serta menerapkan etos kerja
penjelasan dengan tidak mengambil
seperti bekerja keras dan merantau, dan
kelebihan dari harga yang sudah
selalu istiqomah dalam menerapkan etika
praktik
riba,
hendaknya
189
informan
tidak
hanya
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
Baron and P. David. 2006. Business and it’s
bisnis Islam pada aktivitas dagangnya untuk memperoleh kesuksesan baik di
environment,
dunia maupun di akhirat.
Saddle River, New Jersey: Pearson
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
Education Inc.
atau
penelitian
bahan
referensi
selanjutnya.
Disamping
ed.
Upper
Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis.
penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
5th
bagi
Yogyakarta: Kanisius.
itu,
Carroll,
A.
and
B.
Buchholots.
2005.
tanpa mengubah tema dari penelitian ini,
Business and Society: Ethics and
disarankan agar penelitian selanjutnya
Stakeholder Management, Santa
menyempurnakan
Fe:
penelitian
dan
sehingga
dapat
College
Publication.
memperkaya dengan aspek-aspek yang lain
South-Western
Chaplin,
memperluas
J.P.
2001.
Kamus
(Terjemahan:
cakupan.
Psikologi
Kartono,
K).
Bandung: CV. Pionir Jaya. Daft, Richard L. 2007. Manajemen 6thed.
DAFTAR PUSTAKA Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2009.
Ahli
Bahasa
Oleh
Edward
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Tanujaya
Bandung: Pustaka Setia.
Jakarta: Salemba Empat.
Asifudin, Ahmad Janan. 2004. Etos Kerja
Elts, P. Van der. 1925. De Madoereezzen.
Managerial Ethics Hard Decisions
Al-Quran Indonesia, 2013. Tanpa Judul.
on
(http://www.alquran-
indonesia.com/,
diakses
2
Criteria.
Advance
Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif:
Amalia, Fitri. 2012. Implementasi Etika Bisnis Pedagang
Soft
Managemen Journal.
September 2013, jam 00: 52.
Pada
Tiolina.
Embse, Von der and Wagley, R.A. 1988.
University Press.
Islam
Shirly
De Taak 8: 421-428.
Islami..Surakarta: Muhammadiyah
(Online),
dan
Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Di
Grafindo Persada.
Bazar..Madinah..Depok..(Online),.
Faizah, Siti Inayah. 2012. Kewirausahaan
(https://www.google.com/#q=Im
dalam
Perspektif
plementasi+Etika+Bisnis+Islam+Pa
Budaya
(Studi
da+Pedagang+Di+Bazaar+Madin
Konstruktif
Wirausahawan
ah+Depok&spell=1,diakses
Tionghoa
Muslim).
22
Oktober 2013, jam 22.15).
Madura
Di
dan
Fenomenologi Etnis
Surabaya,
Universitas Airlangga (Tesis Tidak
Anjani, Sarah. 2012. Etos Kerja Pedagang Etnis
Agama
Diterbitkan).
Perkotaan.
Hageman, J. 1858. Bidragen tot de kennis
Surabaya, Universitas Airlangga
van
(Skripsi Tidak Diterbitkan).
Tijdschrift voor Nederlandsch Indië
de
residentie
20, 1: 321-352.
190
Madoera.
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
Handoko, Hani. (1993-2001). Manajemen Personalia
dan
Sumber
Manusia.
Yogyakarta:
Filsafat.
Daya
Keraf, A.Sonny. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan
BPFE-
dan et
Robert,
al.
2008.
tujuh.
Jakarta:
Kuntowijoyo.
1924.
De
stierenwedrennen
op
Agraris
Madjid, Nurcholis. 1995. Islam Agama
Dewi.
Kemanusiaan..Jakarta:
2002.
Paramadina.
Makalah.
Meredith, Geoffrey. 2002. Kewirausahaan
Mengapa dan Untuk Apa Orang Bekerja?.
Bali:
Teori
Universitas
dan
Praktek.
Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo
Udayana. Imron, D.Z. 1996. Peta Estetik Madura Masa
Mitis.
1903.
De
kerapan
sapie
lalu. Dalam Mahasin, A. et al.
(stierenwedren). Een Madureesch
(penyunting). Ruh Islam dalam
feest. Eigen Haard 21: 334-336.
Budaya
Bangsa:
Budaya
di
2.
Jawa.
Aneka
Moleong,
J.
Lexy.
Penelitian
Jakarta:
Indarti, Nurul dan Rostianti, Rokhima. Jurnal
Nadjib,
Ekonomika dan Bisnis Indonesia,
E.A.
Nazir,
Mohammad. Penelitian.
Dalam Empat Zaman: Pedagang,
Indonesia.
de.
Perkembangan Islam.
1989.
Ekonomi
Jakarta:
Kualitatif.
2005.
Madura
H.
Metodologi Bandung:
Folkore
Madura.
Yogyakarta: Progres.
Vol.23, No. 4, Oktober 2008. Jonge,
2008.
Remaja Rosda Karya.
Yayasan Festival Istiqlal: 293-299.
1988.
Metode
Jakarta:
Ghalia
Ni’am, Ulin. 2012. Etos Kerja Komunitas
Dan
Pedagang Etnis Sunda di Desa
KITLV-LIPI-PT
Besito..Kecamatan..Gebog..Kabu
Gramedia. the
paten..Kudus..(Online),.(https://w
Madurese. Dalam Dijk, K. Van,
ww.google.com/#q=Etos+Kerja+
Jonge,
Komunitas+Pedagang+Etnis+Sun
-----------------.
Kattsoff,
Masyarakat
Matabangsa.
Volken 60-8: 179-182. Manuati
Sosial
Madura 1850-1940. Yogyakarta:
Madoera. De Aarde en Haar
Iga
Perubahan
2002.
dalam
Salemba
Empat. H.,’t.
Relevansinya, Yogyakarta:
Kanisius.
Entrepeneurship: Kewirausahaan. Edisi
Tiara
Wacana Yogya.
Yogyakarta. Hisrich,
Yogyakarta:
1995.
Stereotypes
H.
De
&
of
Touwen-
Bouwsma, E. (penyunting). Across
da+di+Desa+Besito+Kecamatan+
Madura Strait: The Dynamic of an
Gebog+Kabupaten+Kudus,
Insular Society. Proceedings KITLV
diakses 22 Oktober 2013, jam
2: 7-24.
22.10).
Louis
O
and
Soemarjono.
Pent.
1996.
Nitisemito, Alex 1996. Manajemen
Soejono
Personalia (Manajemen Sumber
Pengantar
191
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
Daya Manusia). Kudus: Ghalia
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Indonesia.
Bandung: Alfabeta.
Ramiza,..Abu...2011...Sumpah..Palsu...(Onli
Surink, H.A. 1933. Zeden en gewoonten op
ne),.(http://aburamiza.wordpress.
‘t eiland Madoera. De Aarde
com/tag/sumpah-palsu/, diakses
Haar Volken 69-10: 195.
27 Oktober 2013, jam 15.48).
Suryana.
Rifai, Mien Ahmad. 2007. Manusia Madura.
2003.
Kewirausahaan.
Pertama.
Yogyakarta: Pilar Media.
Jakarta:
Edisi
Salemba
Empat.
Rivai, Veithzal. 2012. Islamic Business and
----------, 2011. Kewirausahaan Pedoman
Economic Ethics. Jakarta: PT Bumi
Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Aksara.
Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Rudito, Bambang dan Famiola.
Syahrial,
Muhammad.
Anakku
2011.
2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab
Maukah Kau jadi Pengusaha?
Sosial Perusahaan Indonesia. Bandung:
Mengapa harus jadi Pengusaha?.
Rekayasa Sains.
Seri 1. Jakarta: PT. Lentera Ilmu. Syamsuddin, Muh., "Agama dan Perilaku
Shatahah, Husain dan Siddiq. 2007. Transaksi dan Etika Bisnis Islam. dalam
Ekonomi
Kamus Al-Iqtishod wat-Tijaroh Aroby –
Yogyakarta",
Inglizy. Beirut – Libanon.
Penelitian Agama Vol. X No. 3
Migran
Madura
dalam
di
Jurnal
Slamet, E.J. 1996. Perilaku Ekonomi
September-Desember 2001, Pusat
Masyarakat Madura. Dalam Mahasin, A.
Penelitian IAIN Sunan Kalijaga
et al. (penyunting). Ruh Islam dalam
Yogyakarta.
Budaya Bangsa: 2 Aneka Budaya di Jawa.
Syukur,
William.
Sukma
“Membangun
Madura”. Makalah Disampaikan
Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal: 357-373. Spradley, James P. 1997. Metode
dalam
Acara
Kongres
Etnografi. Terjemahan oleh Misbah Zulfa
Kebudayaan Madura (KKM) I di
Elizabeth.
Sumenep, Madura, Jawa Timur
Yogyakarta:
Tiara
Wacana
Yogya.
tanggal 9-11 Maret 2007.
Subaharianto,
Andang,
dkk,
Tasmara, Toto. 2000. Etos Kerja Islami.
2004,
Tantangan Industrialisasi Madura Membentur
Kultur,
Jakarta: Gema Insani Pres.
Menjunjung
-----------------.
Leluhur, Malang: Bayumedia. Suhamijaya,
S.
Mental
2000.
Membina
Wirausaha.
2011.
Pendidikan:
Metode
Etos
Kerja
Islami.
Jakarta: Gema Insani Pres.
Sikap
Triyuwono, Iwan. 2009. Spiritualitas Etos Kerja
Jakarta:
dan
Etika
Bisnis
Oreng
Meddhurah. Malang: UIN Malang
Gunung Agung. Sugiyono,
2002.
Penelitian
Press.
Pendekatan
192
JESTT Vol. 1 No. 3 Maret 2014
Yin, Robert. 2009. Studi Kasus Desain dan Metode.
Jakarta:
PT.
/2011/12/22/pandangan-etikaterhadap-praktek-bisnis-yang-
Raja
Grafindo Persada. Yusanto,
Muhammad
curang/, diakses 10 Oktober 2013, Ismail
Muhammad
dan
jam 13.59).
Karebet
Widjajakusuma.
(http://rumaysho.com/hukumislam/muamalah/3438-tidak-
2002.
Menggagas Bisnis Islami. Jakarta:
amanah-dalam
Gema Insani.
hutang.html, diakses 13 Oktober 2013, jam 14.25).
(http://www.bappenas.go.id/files/6313/52 28/2378/etikabisniskkg2008112309 0506__1029__5.pdf, Oktober
2013,
diakses jam
melunasi-
(http://abuzuhriy.com/sedikit-nasehat-
3
kepada-pemberi-hutang-danpenghutang/, diakses 19 Oktober
22.06).
2013,
(http://t1t15.wordpress.com
193
jam
23.05).