JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT (Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)
ANNA GUSTINA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat; Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan adalah karya Saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
Anna Gustina
ABSTRAK ANNA GUSTINA. Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat; Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan. Dibimbing oleh Hj. AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan SUTISNA RIYANTO SUBARNA. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menggambarkan bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat serta mengkaji peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut, (2) Mengkaji peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon, (3) Mengkaji hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon. Penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat desa Negeri Katon, kecamatan Negeri Katon, kabupaten Lampung Selatan. Data primer dikumpulkan melalui metode survei, sosiometri dan wawancara mendalam. Metode survei dilakukan dengan alat bantu kuesioner terhadap 97 responden, dan metode sosiometri untuk analisis jaringan komunikasi, wawancara mendalam dilakukan untuk mengumpulkan data secara kualitatif. Hubungan antar peubah dianalisis dengan uji statistik koefisien korelasi Rank Spearman dan uji Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Dalam struktur jaringan komunikasi hanya terbentuk sebuah klik yang besar, 2) Peran khusus yang ada dalam jaringan hanya star dan neglectee, 3) Peran perempuan dalam proses penyebaran informasi dan proses pelaksanaan prosesi budaya Rudat memiliki peranan yang cukup signifikan terutama pada tahap persiapan prosesi, sedangkan untuk dua tahap lainnya (tahap pelaksanaan dan tahap akhir prosesi) peran perempuan masih, 4) Ada hubungan yang signifikan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya Rudat di desa Negeri Katon. Kata Kunci: Jaringan Komunikasi, peran perempuan
ABSTRACT ANNA GUSTINA. Communication Network and The Role of Women On Maintaining The Rudat Culture; Case Study Upon The People of Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, South Lampung. Under the direction of Hj. AIDA VITAYALA S. HUBEIS and SUTISNA RIYANTO SUBARNA. The objective of the research was (1) describing the configuration of communication network related to the dissemination of information about the rudat culture and examining its specific roles in the network (2) examining the role of women in the process of dissemination of information about the rudat culture and the ceremony in Desa Negeri Katon. (3) examining the relation between the peoples communication network and the role of women in the process of dissemination of information about the rudat culture and the ceremony in Desa Negeri Katon. The Research was held upon the people of Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, South Lampung, Primary data had been collected by methods of survey, sociometri and indepth interview. The survey was held by means of sets of questionnaire asked to 97 respondent, the sociometri used to analize the communication network, and the depth interviews was used in collecting qualitative data. The intervariable relation then analized using statistical test correlational coefficient rank spearman and the multilinear regression test. The results shown that 1) the structure communication network composes a mere great clique 2) the specific roles in the network are star and neglectee, 3) there are significant connection between its communication network with the roles of woman in the process of dissemination of information Key Words: Communication Network, role of women
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bumi (Lampung Utara) pada tanggal 21 Agustus 1976. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan H. Zainal Abidin Gani dan Hj. Alina. Tahun 1988 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Kalianda, kemudian tahun 1991 menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Tanjung Karang. Tahun 1994 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas 9 Tanjung Karang, pada tahun yang sama penulis diterima di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro Semarang dan menyelesaikan pendidikannya pada Januari 1999. Sejak tahun 2000 penulis diangkat sebagai staf pengajar di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila. Tahun 2001 penulis menikah dengan Ahmad Rudy Hendra Akuan, SH dan kini dikaruniai dua orang putra (M. Reinaldi Akuan dan M. Haikal Keitaro Akuan).Tahun 2005 penulis mendapat tugas belajar di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasarjana IPB dengan sponsor BPPS dan selesai Agustus tahun 2007.
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1.Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik atau tujuan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT (Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)
ANNA GUSTINA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS
Judul Penelitian
: Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat (Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)
Nama
: Anna Gustina
NPM
: P 054050101
Program Studi
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S. Hubeis Ketua
Ir. Sutisna Riyanto Subarna,MS Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dr.Ir.H. Sumardjo, MS
Tanggal Ujian: 10 Agustus 2007
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir.H.Khairil A. Notodiputro,MS
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas rahmat dan karunia-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis dengan judul Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat (Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan), disusun salah satu syarat bagi mahasiswa Sekolah Pascasarjana pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan untuk memperoleh gelar Magister Sains. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S.Hubeis selaku Ketua Komisi Pembimbing sekaligus dosen Pembimbing Akademik dan Ir. Sutisna Riyanto Subarna, MS selaku anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran serta masukan dengan sabar sejak persiapan hingga dalam menyelesaikan penelitian ini. 2. Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh selaku penguji, yang telah memberikan saran, kritik yang sangat membangun berkaitan dengan penyempurnaan tesis ini. 3. Dr. Ir. H. Sumardjo, MS selaku Ketua Program Studi serta seluruh staf pengajar yang telah membekali ilmu bagi penulis selama menempuh pendidikan Magister di program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. 4. Rektor Universitas Lampung, Dekan FISIP Unila beserta seluruh jajarannya, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Unila beserta rekan-rekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas support, doa dan sarannya. 5. Kepala Desa dan Seluruh warga desa Negeri Katon atas dukungan, bantuan dan persaudaraannya. 6. Orang tua H. Zainal Abidin Gani dan Hj. Alina, mertua Gunung Iskandar Akuan dan (Almh) Ratna Djuwita, Kakak-kakak dan Adik-adik atas dukungan dan doanya selama penulis menyelesaikan pendidikan Magister. 7. Suami A.Rudy Hendra Akuan dan kedua buah hati M.Reinaldi Akuan dan M. Haikal Kaitaro Akuan atas dukungan, pengertian dan kasih sayangnya. 8. Keluarga besar di Lampung dan di Bogor. 9. Teman-teman KMP 2005 (Selly, Ucok, Alief, Ponti, Haris, Etik, Badri, Iksan dan lainnya), Ellyta KMP 2004, Melati, Wawan serta rekan-rekan KMP’06 lainnya atas diskusinya, dukungan, persahabatan dan persaudaraan serta kebersamaannya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan penelitian ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. Amin.
Bogor, Agustus 2007 Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI …………………………………………………………….
ii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR............................ ....................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
viii
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang…………………………………………...................
1
Perumusan Masalah…………………………………………….........
3
Tujuan Penelitian …………………………………………………...
3
Kegunaan Penelitian ……………………………………………......
4
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
5
Konsep Komunikasi ...........................................................................
5
Jaringan Komunikasi .........................................................................
6
Budaya Rudat .....................................................................................
13
Karakteristik Individu .........................................................................
15
Peran Perempuan ................................................................................
16
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ......................................... 18 Kerangka Pemikiran ………..…….............…………………………
18
Hipotesis Penelitian ………………………..............………………..
19
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................
20
Desain Penelitian ..............................................................................
20
Penentuan Lokasi Penelitian .............................................................
20
Metode Pengambilan Sampel ............................................................
21
Definisi Operasional .........................................................................
21
Data dan Instrumentasi .....................................................................
25
Validitas dan Reliabilitas ..................................................................
26
Pengolahan Data ................................................................................
27
Analisis Data ......................................................................................
27
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................
29
Kondisi Umum Wilayah Penelitian .................................................
29
Letak dan Luas Daerah ..............................................................
29
Demografi ..................................................................................
29
Sosial Budaya ............................................................................
31
Pelestarian Budaya ....................................................................
31
Karakteristik Responden .................................................................
32
Umur .........................................................................................
33
Jenis Kelamin ............................................................................
33
Pendidikan .................................................................................
34
Akses Terhadap Media ..............................................................
34
Terpaan Media ...........................................................................
36
Karakteristik Informasi ...................................................................
39
Jaringan Komunikasi .....................................................................
40
Deskripsi Sosiogram.................................................................
40
Saluran Komunikasi .................................................................
48
Analisis Jaringan Komunikasi ..................................................
55
Tingkat Individu ..................................................................
55
Tingkat Klik .........................................................................
56
Tingkat Sistem ..................................................................
57
Peran Perempuan .............................................................................
59
Hubungan Antar Peubah ..................................................................
63
Hubungan Karakteristik Individu dengan Jaringan Komunikasi ...
64
Hubungan Karakteristik Informasi dengan Jaringan Komunikasi..
65
Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Peran Perempuan ...........
67
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
69
Kesimpulan .....................................................................................
69
Saran ...............................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
71
LAMPIRAN : ........................................................................................
73
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Persebaran Penduduk Desa Negeri Katon Berdasarkan Jenis kelamin..
29
2. Persebaran Penduduk Yang Sudah Bekerja ..........................................
30
3. Persebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................
30
4. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Pernah Mengalami Kesulitan dalam Memeperoleh Informasi Rudat ...................................
32
5. Persebaran Responden Berdasarkan Umur ...........................................
33
6. Persebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................
33
7. Persebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .....................
34
8. Persebaran Responden Berdasarkan Akses Terhadap Media ...............
35
9. Persebaran Responden Berdasarkan Pernah/tidaknya menonton TV, Mendengarkan Radio dan Membaca Koran .........................................
36
10. Persebaran Responden Berdasarkan Yang Pernah/Tidak Menyaksikan Budaya Rudat di TV,Radio dan Koran .................................................
37
11. Persebaran Responden Berdasarkan Intensitas Informasi .....................
39
12. Ciri-ciri Star dalam Jaringan Komunikasi .............................................
45
13. Persebaran Responden Berdasarkan Banyaknya Saluran Komunikasi Yang Digunakan ....................................................................................
49
14. Persebaran Responden Berdasarkan Dari Siapa Responden Pertama Kali Memperoleh Informasi Mengenai Budaya Rudat ..........................
50
15. Persebaran Responden Berdasarkan Alasan Memilih Seseorang Sebagai Sumber Informasi Mengenai Budaya Rudat ............................
51
16. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Sudah Memahami Informasi Mengenai Budaya Rudat Yang Mereka Terima ....................
52
17. Persebaran Responden Berdasarkan Apa Yang Dilakukan Bila Tidak Memahami Informasi Yang Mereka Terima .........................................
53
18. Persebaran Responden Berdasarkan Hal Yang Dilakukan Setelah Memperoleh Informasi Mengenai Budaya Rudat ................................
54
19. Derajat Keterhubungan Individu ...........................................................
55
20. Derajat Integrasi Individu ......................................................................
56
21. Rincian Kegiatan Budaya Rudat.............................................................
60
22. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Perempuan Layak Berperan Aktif Dalam Prosesi Rudat ....................................................
62
23. Tingkat Peran Perempuan Dalam Mempertahankan Budaya Rudat .....
63
24. Hubungan Karakteristik Individu dengan Jaringan Komunikasi ...........
64
25. Hubungan Karakteristik Informasi dengan Jaringan Komunikasi .........
66
26. Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Peran Perempuan ..................
67
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Komponen-komponen dasar dari model konvergen .............................
8
2. Skema kerangka pemikiran...................................................................
19
3. Sosiogram Jaringan Komunikasi Masyarakat Dalam Mempertahankan Budaya Rudat.........................................................................................
42
4. Sosiogram Jaringan Komunikasi Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat ………………………………………………………… 5. Peta Wilayah Penelitian ........................................................................
47 66
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1) Peta Wilayah Penelitian .................................................................
74
2) Kuesioner………………………………………………................
75
3) Daftar Nama Responden ................................................................
82
4) Derajat Koneksi Dan Derajat Integrasi Responden Serta Peranan Responden Dalam Jaringan .............................................
85
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya sehari-hari butuh hidup bermasyarakat, berkelompok dan diakui eksistensinya sebagai anggota suatu kelompok. Untuk menjadi anggota suatu kelompok, setiap individu harus melakukan komunikasi dengan individu lainnya (Liliweri, 1997). Karena itu dalam suatu masyarakat pastilah terdapat struktur jaringan komunikasi yang pertumbuhannya relatif stabil, sebab perilaku orang-orang yang ada dalam jaringan tersebut dapat diprediksikan (Setiawan, 1989). Hal ini didasari bahwa terbentuknya sikap seorang individu merupakan akumulasi dari informasi mengenai sesuatu yang diperoleh individu tersebut sebagai hasil dari pertukaran informasi dengan individu lainnya. Rogers dan Kincaid (1981), menyatakan bahwa proses pertukaran informasi tersebut merupakan inti dari aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh para partisipan komunikasi tersebut guna mencapai saling pengertian dan pemahaman secara bersama tentang sesuatu hal. Proses pertukaran informasi tersebut akan membentuk suatu hubungan komunikasi yang terpola di antara para partisipan dalam suatu rangkaian jaringan yang interaktif. Hal inilah yang menciptakan suatu ‘jaringan komunikasi’ dalam masyarakat. Melalui analisis jaringan komunikasi suatu masyarakat sangat memungkinkan untuk dapat memahami struktur sosial masyarakat tersebut sebagai suatu proses komunikasi (Setiawan, 1989). Adapun struktur jaringan komunikasi itu sendiri di antaranya memiliki konfigurasi yang terdiri dari star, liason, isolate dan gate keeper. Sebagai salah satu kelompok masyarakat adat yang ada di daerah Lampung, masyarakat desa Negeri Katon merupakan masyarakat yang termasuk masyarakat Lampung yang beradat Pepadun, secara keseluruhan masyarakat adat Lampung itu terbagi menjadi dua golongan adat, yakni masyarakat golongan adat Pepadun dan masyarakat golongan adat Peminggir (Hadikusuma, 1988). Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat desa Negeri Katon masih mempertahankan, mempercayai dan memegang teguh budaya yang menjadi warisan nenek moyangnya. Hal tersebut ternyata mempengaruhi tingkah laku mereka sehari-hari.
Salah satu budaya yang dimiliki masyarakat di desa Negeri Katon yang sampai saat ini masih ada dan dilaksanakan adalah budaya rudat yang merupakan budaya masyarakat yang berbentuk kesenian yang diaplikasikan dalam bentuk tarian, senandung dan tabuhan. Tarian, senandung dan tabuhan tersebut mengandung makna dan doa-doa yang diperuntukkan terutama bagi keluarga yang melaksanakannya dan masyarakat desa tersebut pada umumnya. Rudat dilaksanakan pada saat ada masyarakat yang melaksanakan upacara perkawinan adat ataupun khitanan dengan tujuan agar pihak keluarga yang melaksanakannya khususnya pengantin atau anak yang dikhitan diberikan keselamatan dan berkah dalam kehidupannya dikemudian hari. Selain itu apabila suatu keluarga melaksanakan acara rudat yang menyertai upacara perkawinan atau khitanan, maka derajat keluarga tersebut juga akan terangkat di mata masyarakat sekitarnya. Masih eksisnya budaya rudat dalam masyarakat desa Negeri Katon, diasumsikan salah satu di antaranya disebabkan masih kuatnya interaksi jaringan komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat dalam masyarakat desa Negeri Katon. Sebenarnya budaya rudat juga kerap dilaksanakan oleh beberapa masyarakat di desa-desa yang juga mayoritas masih dihuni oleh masyarakat yang beradat Pepadun, namun demikian khusus pelaksanaan rudat di desa Negeri Katon memiliki sedikit perbedaan, yaitu pada salah satu tahap dari tiga tahapan prosesi Rudat yakni tahap pelaksanaan prosesi oleh masyarakat desa Negeri Katon, hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Padahal pada kelompok masyarakat lainnya, tahap itu dapat dilakukan pula oleh kaum perempuan dan hal tersebut menurut hasil pra survei (wawancara) dengan tokoh adat setempat sebenarnya sah dan diperbolehkan menurut aturan adat yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini diarahkan untuk mengetahui bagaimanakah bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat, peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut serta peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon.
Perumusan Masalah Manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain, itu artinya untuk dapat berhubungan dengan orang lain maka manusia harus melakukan komunikasi dalam suatu sistem sosial masyarakat, diasumsikan tidak dapat dihindari pasti akan terbentuk pula suatu jaringan komunikasi masyarakat tersebut. Hal ini didasari bahwa sesuai kodratnya sebagai makhluk sosial, sebagaimana dalam kehidupan masyarakat lainnya, dalam hal pemeliharaan kebudayaan suatu masyarakat hanya bisa dilakukan bila adanya komunikasi antara orang-orang dalam masyarakat tersebut. Seperti halnya dalam pelestarian kebudayaan rudat pada masyarakat adat di desa Negeri Katon, kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan, individu-individu dalam sistem tersebut melakukan komunikasi dan interaksi. Bertitik tolak dari fenomena di atas, dirumuskanlah masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat serta peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut ? 2. Bagaimanakah peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon ? 3. Adakah hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon ?
Tujuan Penelitian Masih eksisnya keberadaan budaya rudat dalam kehidupan masyarakat desa Negeri Katon di antaranya diasumsikan karena masih eksisnya jaringan komunikasi masyarakat dalam menyebarkan informasi mengenai budaya rudat dalam masyarakat desa Negeri Katon. Dalam pelaksanaan budaya rudat di desa Negeri Katon juga diasumsikan masih dipengaruhi oleh sistem kekerabatan patrilineal, hal ini tampak dari keterlibatan atau peran perempuan yang sangat sedikit, terutama dalam proses pelaksanaan ritual rudat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini diarahkan mencapai tujuan untuk:
1. Menggambarkan bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat serta mengkaji peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut 2. Mengkaji peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon. 3. Mengkaji hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi: 1.
Pihak yang berkepentingan dalam upaya mempertahankan dan melestarikan budaya rudat, dalam hal ini masyarakat dan pemerintah daerah Lampung;
2.
Pengembangan penelitian ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang jaringan komunikasi dan komunikasi budaya
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses yang mana paratisipan-partisipannya saling membuat dan saling bertukar tanda informasi dari seseorang kepada yang lainnya dari waktu ke waktu (Gonzales dalam Jahi, 1993). Konsep komunikasi ini menjelaskan bahwa proses komunikasi sebenarnya merupakan proses pertukaran informasi (sharing of information) di antara para partisipan. Kemudian Rogers dan Kincaid (1981) dan Rogers (1983) menjelaskan proses komunikasi sebagai suatu proses pertukaran informasi secara terus menerus, dimana informasi merupakan akumulasi dari informasi-informasi sebelumnya yang akhirnya akan menimbulkan kesamaan pengertian di antara paratisipan. Sementara Littlejhon (2001) memberikan definisi komunikasi sebagai suatu proses yang membuat adanya kesamaan bagi dua individu atau lebih, yang semula dimonopoli oleh satu atau beberapa individu saja. Kemudian Kincaid dan Schramm (1987) memberikan definisi komunikasi sebagai suatu proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan saling berhubungan di antara partisipan dalam proses informasi. Selanjutnya masih menurut Kincaid dan Schramm (1987)
dikatakan bahwa untuk dapat
berkomunikasi dengan baik, setiap partisipan dituntut tidak hanya memahami proses komunikasi, tetapi juga harus mampu menerapkan pengetahuannya secara kreatif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa proses komunikasi pada hakekatnya bukan hanya proses pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi, tetapi juga merupakan seni bergaul atau berinteraksi. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan pengalamannya kepada orang lain sehingga pengalaman tersebut dapat menjadi pengetahuan atau informasi bagi orang lain yang tidak mengalaminya sendiri. Tubbs dan Moss (1996) mengemukakan bahwa melalui komunikasi, Manusia dapat menyampaikan informasi atau pesan, pendapat, ide, konsep, pengetahuan, perasaan, sikap dan perbuatannya kepada orang lain secara timbal balik baik sebagai sumber komunikasi (penyampai pesan) maupun sebagai penerima pesan.
Petersen, et al. dalam Mulyana dan Rakhmat (2000) menyatakan bahwa komunikasi adalah pembawa proses sosial. Komunikasi adalah alat yang dimiliki manusia untuk mengatur, menstabilkan dan memodifikasi kehidupan sosialnya. Proses sosial bergantung pada penghimpunan, pertukaran dan penyampaian pengetahuan. Pada gilirannya pengetahuan itu bergantung pada komunikasi. Muhammad (1995) menyatakan bahwa komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan komunikasi orang dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dimana pun manusia itu berada. Dari beberapa pengertian di atas, sesuai dengan area penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan interaksi antara seseorang atau lebih dengan orang lain dalam suatu sistem sosial yang di dalamnya terjadi pertukaran informasi atau pesan, pendapat, ide, konsep, pengetahuan, perasaan, sikap, keterampilan dan perbuatannya kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai sumber (penyampai pesan) maupun sebagai penerima pesan sehingga tercapai adanya kesamaan makna dan tujuan terhadap apa yang dipertukarkan tersebut.
Jaringan Komunikasi Secara sederhana, seperti yang dikemukakan oleh Beebe dan Masterson (1994) jaringan komunikasi didefinisikan sebagai “siapa berbicara dengan siapa atau kepada siapa.” Kemudian menurut Gonzales (dalam Jahi, 1993) jaringan komunikasi dinyatakan sebagai hubungan siapa dengan siapa yang dapat diilustrasikan dalam sebuah sosiogram yang berguna untuk menelusuri jaringan informasi ataupun difusi suatu inovasi. Selanjutnya Devito (1997) memberikan definisi jaringan komunikasi sebagai suatu saluran atau jalan tertentu yang digunakan untuk meneruskan pesan di satu orang pada orang lain. Berkaitan dengan terbentuknya jaringan komunikasi, Rogers dan Rogers (1983) menjelaskan bahwa istilah jaringan dalam konteks komunikasi yang mengacu pada suatu pengelompokkan sejumlah individu atau lainnya yang berinteraksi satu sama lain menurut pola hubungan tertentu dari waktu ke waktu. Berdasarkan beberapa
definisi
jaringan
komunikasi
yang
dikemukakan
di
atas,
dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi jaringan komunikasi yang terkait
dengan penelitian ini, yakni suatu rangkaian hubungan antara individu dalam suatu sistem sosial, sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi diantara individu tersebut sehingga membentuk suatu pola jaringan komunikasi. Menurut Kincaid dan Rogers (1981) dalam mempelajari tingkah laku manusia berdasarkan proses komunikasi yang terjadi di antara partisipan dalam suatu sistem adalah melalui suatu pendekatan analisis jaringan komunikasi. Analisis jaringan komunikasi merupakan suatu metode penelitian untuk mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana hubungan mengenai aliran atau jaringan komunikasi dianalisis dengan menggunakaan beberapa jenis hubungan interpersonal sebagai unit analisisnya. Kincaid dan Rogers (1981);Rogers dan Rogers (1983) mengemukakan bahwa kumpulan individu yang saling berhubungan melalui jaringan informasi yang disebut sebagai jaringan komunikasi memiliki tingkat struktur tertentu yang sudah stabil. Berdasarkan hal tersebut, Krech, et al. (1962); Rogers dan Rogers (1983) menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan ada banyak sekali kemungkinan hubungan antar individu dalam kelompok yang terbentuk dan hubungan yang akan membentuk jaringan komunikasi. Muhammad (1995) menyatakan bahwa untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranan individu di dalamnya digunakan analisis jaringan. Dari hasil analisis jaringan dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan suatu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam organisasi. Penelitian mengenai analisis jaringan komunikasi dan peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat akan memakai model konvergensi sebagai salah satu landasan teori. Model konvergensi memunculkan suatu model komunikasi yang bersifat menyeluruh. Adapun dasar penggunaan model konvergensi dalam penelitian ini khususnya berkaitan dengan upaya menganalisis jaringan komunikasi, tidaklah cukup bila hanya menggunakan landasan teori yang bersifat linier atau hanya berfokus pada efek yang diterima oleh khalayak saja; tetapi
juga
harus
mempertimbangkan
hal-hal
dan
hubungan
yang
terjadi di antara partisipan komunikasi, proses komunikasi yang terjadi sumber informasi, termasuk orang lain yang tidak
termasuk dalam
partisipan
komunikasi, interprestasi terhadap informasi yang dipertukarkan serta perubahan tingkah laku para partisipan dalam proses komunikasi (Setiawan, 1989). Selain itu, model konvergensi ini juga menyatakan bahwa adanya informasi dan saling pengertian merupakan suatu komponen yang dominan dalam suatu jaringan komunikasi. Bila hal ini dikaitkan dengan penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa proses penyebaran informasi mengenai budaya Rudat pada diri masing-masing individu dalam masyarakat pada awalnya dari ada atau tidaknya perasaan (tertarik atau tidak tertarik)
terhadap
keberadaan
budaya
Rudat.
Kemudian
perasaan
itu
diinterpretasikan secara nyata hingga mencapai suatu tingkat pemahaman yang baik dalam diri individu, yang dapat menimbulkan suatu kepercayaan terhadap keberadaan budaya rudat tersebut, dari sini diharapkan dapat mendatangkan suatu aksi yang berguna untuk menciptakan suatu informasi pada proses komunikasi selanjutnya. Komponen-lomponen dari model konvergensi itu terbagi menjadi tiga level “reality”, yaitu : level fisik,level psikologi dan level sosial. Informasi yang dibagi oleh dua orang atau lebih dalam proses komunikasi bisa mengarahkan kepada individual understanding, mutual understanding dan collective action: Gambar 1 Komponen-komponen dasar dari model komunikasi konvergen
PSYCHOLOGICAL REALITY Interpreting
Perceiving
Believing
B
INFORMATION
Action
Understanding
PSYCHOLOGICAL REALITY
PHYSICAL REALITY
A
Perceiving
Interpreting
Action
Collective Action
Believing
Understanding
Mutual agreement MUTUAL UNDERSTANDING SOCIAL REALITY A & B Sumber: Rogers dan Kincaid, 1981
Dari model konvergensi tersebut, jika dihubungkan dengan fokus penelitian ini maka
dapat diketahui bahwa apabila hubungan komunikasi telah terjadi dalam
jaringan komunikasi masyarakat di desa Negeri Katon dalam mempertahankan
budaya rudat, sehingga pemindahan dan penerimaan informasi yang kemudian lambat laun akan berpengaruh pada orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Secara garis besar pengaruh dari proses komunikasi ada dua macam, yaitu pengaruh pada pola pikir dan pola tingkah laku (Setiawan,1989). Untuk dapat menganalisis pola pikir dan pola tingkah laku individu, harus melihat pada karakteristik masing-masing individu yang terlihat dalam proses komunikasi, sifat kelompok, dan sifat lingkungan dimana proses komunikasi itu berlangsung. Hal ini sangat dimungkinkan karena adanya pengaruh dari informasi yang diterima individu dari lingkungan sekitarnya akan dapat mempengaruhi pola pikir dan pola tingkah laku masyarakat di desa Negeri Katon. Asumsi ini didasari juga oleh adanya teori Langkah yang memandang bahwa pengaruh atau efek suatu media dalam bentuk-bentuk langkah-langkah atau tahap-tahap. Teori multi media merupakan salah satunya yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh khalayak (DeVito, 1996). Banyaknya tahap-tahap yang harus dilalui dalam penerimaan informasi itu tergantung pada : •
Tujuan suatu informasi
•
Banyaknya media yang menyebarkan informasi
•
Isi pesan yang disampaikan; apakah berkenan bagi khalayak atau melibatkan kepentingan khalayak (Depari & Mac Andrews,1992). Sampai saat ini masih cukup banyak media massa yang memuat hal-hal yang
berkaitan dengan budaya rudat dengan melihat dari berbagai sudut pandang, dimana dalam hal ini media bekerja dalam konteks sosial. Selain itu diasumsikan pula bahwa peranan opinion leader dalam kehidupan masyarakat desa Negeri Katon masih cukup besar, terutama berkaitan dengan penyebaran informasi mengenai budaya rudat. Hal ini didasarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar aktivitas masyarakat di desa Negeri Katon berkaitan erat dengan budaya rudat yang ternyata masih berkaitan erat dengan agama Islam sebagai agama yang dianut oleh hampir seluruh masyarakat desa Negeri Katon. Untuk menganalisis bagaimana hubungan perilaku komunikasi ada tiga tipe analisis hubungan yang dapat digunakan: a.
Pada tingkat jaringan komunikasi personal Tingkat jaringan komunikasi personal merupakan tingkat terbawah, ciri
struktural yang penting adalah derajat dimana seseorang terintegrasi dengan
individu-individu lainnya dalam jaringan komunikasi. Intergrasi jaringan komunikasi personal ialah derajat dimana hubungan-hubungan komunikasi ada di antara anggota jaringan individual jaringan komunikasi. Semakin besar jumlah hubungan ini, maka semakin besar derajat integrasi hubungan jaringan komunikasi khususnya secara individual. Derajat integrasi pada jaringan komunikasi ini berhubungan dengan peranan khusus komunikasi dalam suatu sistem, misalnya liason dan topik-topik percakapan yang berbeda. b.
Pada tingkat klik Pada tingkat klik, berbagai variabel struktural yang dapat dipertimbangkan
untuk diukur adalah: (1). Keterhubungan klik, yakni derajat para anggota suatu klik berhubungan satu sama lainnya, melalui arus komunikasi (2). Kedominan klik, yakni
derajat
dimana
pola-pola
hubungan
komunikasi
antar
klik
tidak
memungkinkan adanya kesamaan (3). Keterbukaan klik, yakni derajat dimana anggota-anggota suatu klik saling bertukar infomasi dengan klik-klik yang ada di luarnya (4). Keintegrasian klik dalam jaringan yang lebih luas, dapat diukur dengan ada tidaknya penghubung yang menghubungkan klik dengan jaringan yang lebih luas. c.
Pada tingkat sistem Pada tingkat sistem, kita dapat melakukan beberapa analisis: (1). Keterbukaan
sistem, yakni derajat dimana klik-klik dalam suatu sistem berkaitan dengan sistem lainnya melalui arus komunikasi (2). Kedominan sistem, yakni derajat dimana polapola hubungan komunikasi antar klik dalam suatu sistem sosial yang tidak memungkinkan adanya kesamaan (3). Keterbukaan sistem, yakni derajat di mana anggota-anggota suatu klik saling bertukar infomasi dengan lingkungannya. Jadi pada hakekatnya, suatu jaringan komunikasi adalah hubungan-hubungan yang bersifat homofili, yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan hubungan dengan orang yang mempunyai atribut yang sama dengan dirinya. Namun demikian bukan berarti suatu jaringan komunikasi hanya dapat terjadi pada orang-orang yang memiliki atribut yang sama saja, karena hubungan komunikasi yang terjadi dalam jaringan akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku orang-orang yang terlibat didalamnya. Dalam penelitian mengenai jaringan komunikasi, biasanya terdapat beberapa prosedur penelitian, yaitu :
a. Tahap pengidentifikasian klik-klik yang terdapat dalam keseluruhan sistem b. Tahap pengidentifikasian peranan khusus yang ada dalam jaringan, seperti star, liason, gate keeper. c. Tahap pengukuran berbagai indeks ukuran struktur komunikasi pada individu, klik atau sistem (Setiawan,1989). Selanjutnya dinyatakan
bahwa analisis jaringan komunikasi memberikan
informasi mengenai bermacam-macam fungsi yang terdapat dalam jaringan komunikasi. Fungsi-fungsi tersebut oleh Setiawan (1989) digambarkan sebagai konfigurasi sosiometris, yang terdiri dari : •
Star (Bintang), yaitu orang yang merupakan pemusatan jalur komunikasi dari beberapa orang dalam jaringan. Contohnya :
Star •
Liason (penghubung), yaitu orang yang menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem jaringan komunikasi. Contohnya :
liason Individu yang berperan sebagai liason dapat memperlancar proses komunikasi dalam suatu sistem jaringan dan para liason berada di luar antara kedua klik yang dihubungkannya.
•
Isolate (pemencil), yaitu orang yang berada dalam lingkungan atau sistem, tetapi tidak menjadi anggota jaringan. Contohnya : isolate
•
Neglectee, yaitu orang yang memilih tetapi tidak dipilih. Contohnya :
Neglectee
•
Gate keeper, yaitu orang yang berada dalam suatu struktur jaringan komunikasi, yang memungkinkan dia melakukan kontrol arus komunikasi. Contohnya :
Dalam hal ini gate keeper mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak untuk disampaikan kepada publik. Selanjutnya, Rogers dan Kincaid (1981) membedakan pola atau model jaringan komunikasi ke dalam jaringan personal jari-jari (radial personal network) dan jaringan personal saling mengunci (interlocking personal network). Model jaringan personal saling mengunci mempunyai derajat integrasi yang tinggi, terdiri dari individu yang homofili namun kurang terbuka terhadap lingkungannya serta informasi bersifat memusat dan menyebar. Sedangkan jaringan personal jari-jari mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap lingkungannya. Krech, et al. (1962) dalam Devito (1997) menyatakan bahwa bentuk umum dari struktur jaringan komunikasi yang terbentuk pada suatu
sistem terdiri dari lima yaitu: lingkaran, semua saluran, rantai, roda, dan bentuk Y. Seperti terlihat dalam gambar berikut :
Lingkaran
Semua Saluran Rantai
Roda
Y
Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin, semua anggota kelompok berada dalam posisi yang sama. Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran, kecuali orang yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Srutuktur roda mempunyai pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dbandingkan dengan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan pola yang lainnya. Selain
itu
dalam
jaringan
komunikasi
juga
dikenal
istilah
yang
mengungkapkan hubungan antar manusia dalam berbagi informasi, yaitu (1) tingkat keeratan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya, (2) tingkat keragaman (Diversity Index) adalah sedikit banyaknya hubungan komunikasi yang terjadi antara anggota jaringan komunikasi, (3) tingkat integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan yg ditunjukkan langkah-langkah hubungan komunikasi, (4) tingkat keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Rudat Rudat merupakan salah satu seni budaya atau tradisi adat istiadat suku Lampung, baik suku Lampung Pepadun maupun suku Lampung Sebatin (Hadikusuma, 1988). Dalam pelaksanaannya rudat diadakan dalam bentuk upacara arak-arakan dengan diiringi rebana dan mendendangan lagu-lagu, salawat serta pembacaan hadorot dari kitab hadra. Pembacaan hadorot ini dilakukan secara
bersautan, terutama bila dilakukan pada acara perkawinan, yaitu antara pihak pengantin laki-laki dengan pihak pengantin perempuan, hal ini dilakukan sepanjang perjalanan pengantin dari balai adat setelah melakukan acara adat lainnya hingga menuju ke rumah tempat sang mempelai laki-laki atau perempuan. Pada kesempatan tersebut, biasanya dilakukan acara seserahan antara pihak keluarga pengantin perempuan kepada pihak keluarga pengantin laki-laki. Dalam acara seserahan tersebut, biasanya pihak keluarga pengantin perempuan membawa beberapa barangbarang rumahtangga untuk diberikan kepada kedua mempelai sebagai tanda sayang keluarga perempuan kepada sang pengantin. Pengantin yang diarak diharapkan kehidupan rumahtangganya kelak dapat membentuk keluarga yang sakinah mawaddah dan warohmah serta memiliki derajat yang baik di dalam lingkungan sosialnya. Jika prosesi rudat dilakukan pada acara khitanan, arak-arakan rudat ini dipakai untuk mengiringi anak yang dikhitan untuk keliling desanya sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa ia telah di khitan dan mohon doa restu dari warga desa atas khitanan tersebut, agar anak yang dikhitan dapat menjadi anak yang soleh serta dapat dibanggakan oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya. Selanjutnya, pada saat arak-arakan rudat yang mengiringi anak yang dikhitan hampir kembali sampai di tempat tinggalnya, juga dilakukan acara penerimaan pihak ”kelama” (saudara lakilaki dari ibu anak yang dikhitan) dari anak yang dikhitan oleh keluarga si penyelenggara acara. Sebab dalam budaya Lampung, jika anak laki-laki dikhitan maka pihak ”kelama” akan melakukan kunjungan ke acara tersebut secara adat, yang dalam budaya Lampung disebut dengan ”manjau kelama.” Pelaksanaan prosesi rudat ini sebenarnya dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dengan jumlah peserta pelaksana inti prosesi adalah 40 sampai dengan 50 orang. Dari jumlah tersebut kemudian dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: kelompok yang bertugas sebagai penabuh rebana, kelompok yang bertugas sebagai penari dan kelompok kecil yang bertugas untuk berpantun atau melantunkan syairsyair atau salawat nabi. Di beberapa daerah Lampung yang juga melaksanakan budaya rudat tidak langsung mengharuskan pelaksanaan prosesi rudat ini dilakukan hanya oleh kaum laki-laki, namun dapat juga dilakukan oleh kaum perempuan saja atau campuran antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Namun demikian,
berdasarkan hasil wawancara prasurvai dengan tokoh adat di desa Negeri Katon, khusus pelaksanaan budaya rudat di tempatnya, hanya dapat dilaksanakan oleh kaum laki-laki, hal ini disebabkan oleh berbagai alasan. Salah satu alasan yang kerapkali diungkapkan terutama yang berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Lampung yakni patrilineal. Budaya rudat yang dilakukan oleh masyarakat Lampung di desa Negeri Katon sebenarnya hampir sama dengan budaya Rudat yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah Kalimantan, hanya ada beberapa perbedaan dalam pelaksanaan ritualnya, namun secara umum maksud dan tujuannya hampir sama.
Karakteristik Individu Karakteristik individu akan sangat mempengaruhi atau menentukan perilaku komunikasi seseorang (Nelly, 1988). Adapun yang dimaksud dengan karakteristik individu adalah ciri-ciri atau sifat yang dimiliki seorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam lingkungannya. Karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya (Lionberger, 1960 dalam Saleh, 1988), selain itu ditambahkan pula oleh McLeod dan O’keefe bahwa variabel seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, kepemilikan media dan status sosial merupakan indikator yang bisa digunakan untuk menjelaskan mengenai perilaku komunikasi seorang individu (Mcleod dan O’Keefe, 1972 dalam Saleh, 1988), yang dimaksud perilaku komunikasi di sini adalah aktivitas individu dalam masyarakat guna mencari informasi dan memilih saluran komunikasi yang tersedia dalam kaitannya dengan peneyebaran informasi mengenai budaya rudat. Adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik individu dengan keikutsertaannya dalam jaringan komunikasi terlihat dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, selain itu adanya terpaan media juga memperlihatkan adanya hubungan dengan keikutsertaan individu dalam jaringan. Hal ini tampak di antaranya dalam penelitian Sopiana (2002) yang menunjukkan adanya hubungan antara umur, pendidikan, luas lahan dan terpaan media terhadap perilaku (pengetahuan dan pelaksanaan) petani usaha tebu. Media massa sebagai salah satu saluran komunikasi berperan penting dalam mengubah perilaku individu dalam berkomunikasi. Terpaan
media ini bisa memiliki pengaruh
langsung, segera
dan sangat menentukan
terhadap khlayaknya. Di samping itu pula media dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan seseorang
Peran Perempuan Istilah peran merupakan hasil konseptual perilaku manusia pada tingkat yang relatif abstrak. Ia terbentuk dari berbagai teori (interdisiplin), yanag variabelvariabelnya berasal dari kebudayaan (culture), masyarakat (society) dan kepribadian (personality)
(Sarbin,
1954
dalam
Sarwono,
1984).
Selanjutnya
Sarbin
mendefinisikan peran sebagai berikut: ”A role is a patterned sequence of learned actions or deeds performed by a person in an interaction situasion.” Sementara Suhardono (1994) mengungkapkan bahwa peran adalah suatu fungsi yang dibawa seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur social. Konsep peran menunjuk pada organisasi tindakan dalam suatu tipe hubungan interaksi khusus (Jhonson, 1990), ada dua dimensi peran, yaitu hak dan kewajiban. Tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan tanggung jawab suatu peran; tindakan atau respons orang lain merupakan hak. Konsep peran berkaitan dengan konsep status. Status menunjukkan pada posisi seseorang dalam suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang terdapat pada seseorang (Jhonson, 1990). Berkaitan dengan konsep peran, Biddle dan Thomas (1966) dalam Sarwono (1984), mengemukakan unsur-unsur konsep peran, yakni: (1) orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial, (2) perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut, (3) kedudukan orang-orang dan perilaku, (4) kaitan antara orang dan perilaku. Sementara Harahap (1951) dalam Purwadarminto, (1989) mengartikan wanita sebagai perempuan atau orang perempuan. Istilah perempuan dalam masyarakat masih lebih sering digunakan, masyarakat yang menyukai istilah perempuan berasal dari kata ”empu” yang mengandung makna istimewa. Selanjutnya berkaitan dengan peran perempuan Sarwono, 1984 mengemukakan bahwa peran perempuan adalah perilaku yang diberikan kepada seorang perempuan yang mempunyai kedudukan sebagai isteri, ibu, ibu rumah tangga, individu atau anggota masyarakat. Artinya seorang perempuan dalam kehidupannya baik dalam keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya harus dapat menjalankan perannya dengan baik agar keberadaannya dapat diakui oleh lingkungan sosialnya. Mengacu pada uraian di atas terkait dengan penelitian mengenai budaya Rudat, maka dapat disimpulkan bahwa konsep peran perempuan, paling tidak mencakup tiga hal penting, yaitu: (1) peran perempuan yang dilakukan, yakni perilaku yang diperlihatkan seorang perempuan yang menduduki suatu posisi tertentu, (2) peran yang dirasakan
seorang perempuan, yakni perilaku yang dirasakan seorang
perempuan yang berhubungan dengan posisi tertentu yang dipegangnya dalam sistem sosial menurut caranya sendiri atau lingkungan sekitarnya yang khas, (3) peran yang diharapkan, yakni sejumlah peranan yang diharapkan dari pemegang posisi tertentu.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Budaya rudat sebagai salah satu budaya asli masyarakat Lampung pepadun dan sebatin keberadaannya sampai saat ini masih tetap eksis dalam kehidupan masyarakat di desa Negeri Katon. Berbagai upaya untuk melestarikan budaya rudat terus dilakukan oleh para tokoh adat desa setempat, salah satunya melalui pengenalan dan pemberian informasi tentang budaya rudat bagi generasi muda. Hal ini dimaksudkan agar kelak budaya rudat yang diaplikasikan dalam prosesi upacara adat perkawinan dan khitanan tidak punah. Berkaitan dengan proses pengenalan dan pemberian informasi mengenai budaya rudat dari generasi ke generasi dalam sistem kemasyarakatan di desa Negeri Katon dibutuhkan proses komunikasi yang bersifat timbal balik, yaitu proses pertukaran informasi dan saling mempengaruhi di antara individu dalam kelompok dan lingkungannya. Hubungan yang terbentuk berupa hubungan yang bersifat interpersonal dan berlangsung secara interkatif. Berdasarkan hubungan komunikasi yang terjalin itu akan terbentuk suatu jaringan komunikasi masyarakat yang berkaitan dengan persebaran budaya rudat. Secara prosedural analisis jaringan komunikasi pada penelitian ini adalah peubah jaringan komunikasi pada tingkat individu, yang meliputi; derajat koneksitas individu dan derajat intergritas individu. Disamping itu juga dianalisis struktur jaringan komunikasi yang kelak akan terbentuk dan peranan khusus apa saja yang ada dalam jaringan itu dan saluran komunikasi yang digunakan. Sedangkan berkaitan dengan karakteristik informasi yang diukur adalah intensitas informasi. Untuk karakteristik individu yang diukur adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, akses terhadap media dan terpaan media. Sedangkan untuk mengukur peubah peran perempuan dalam budaya rudat diukur melalui: seberapa besar peran perempuan dalam turut menyebarkan informasi mengenai budaya rudat dan perannya dalam penyiapan, pelaksanaan dan tahap akhir prosesi budaya Rudat. Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka pemikiran yang dapat di susun dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2: Skema kerangka pemikiran
X1 Karakteristik Individu X1.1 Umur X1.2 Jenis Kelamin X1.3 Tingkat Pendidikan X1.4 Akses terhadap media X1.5Terpaan media
X2 Karakteristik informasi
Y1 Jaringan komunikasi Y1.1 Struktur komunikasi Y1.2 Saluran Komunikasi Y1.3 Derajat koneksitas Y1.4 Derajat integrasi
Y2 Peran perempuan dalam penyebaran informasi dan prosesi upacara rudat : Y2.1
Y2.2
Y2.3
Peran perempuan dalam tahap penyiapan prosesi rudat Peran perempuan dalam tahap pelaksanaan prosesi rudat. Peran perempuan dalam tahap akhir prosesi rudat
X2.1 Intensitas informasi
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran dan berbagai paradigma yang berkaitan peubah-peubah terpilih yang berkaitan dengan jaringan komunikasi dan peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat, dirumuskan beberapa hipotesis berikut: Hipotesis 1: Ada hubungan antara karkteristik informasi dan karakteristik individu dengan jaringan komunikasi dalam mempertahankan budaya Rudat Hipotesis 2 : Ada hubungan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sebagai penelitian deskriptif korelasional dengan melakukan analisis terhadap semua peubah dan hubungan antar peubah. Penelitian ini terdiri dari tiga peubah yaitu peubah bebas, peubah antara dan peubah tidak bebas. Peubah bebas terdiri dari karakteristik individu dan karakteristik informasi. Untuk karakteristik informasi dalam penelitian ini terlihat dari: intensitas informasi, sedangkan untuk karakteristik individu terdiri dari: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, akses terhadap media dan terpaan media. Peubah antara nya adalah jaringan komunikasi yang terdiri dari struktur komunikasi, saluran komunikasi, derajat koneksitas individu dan derajat integrasi individu. Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan peubah jaringan komunikasi yang ditekankan pada struktur komunikasinya. Struktur komunikasi di sini meliputi tiga tingkat yaitu tingkat individu, tingkat klik dan tingkat sistem. Sedangkan peubah tidak bebasnya adalah peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat.
Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa di desa Negeri Katon budaya rudat masih eksis dilakukan oleh masyarakatnya terutama pada acara upacara perkawinan dan khitanan. Letak desa Negeri Katon yang terletak 30 km dari ibukota provinsi Lampung sangat memungkinkan masuknya budaya luar, tahap pelaksanaan prosesi Rudat di desa Negeri Katon hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, padahal di tempat lain Rudat dapat dilakukan oleh kaum perempuan juga, masyarakat desa Negeri Katon sehari-harinya banyak yang bekerja di luar desa Negeri Katon dan memiliki kedudukan/status sosial yang baik dalam pekerjaannya serta telah memiliki tingkat pendidikan yang relatif cukup baik. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Desember 2006 sampai dengan bulan Februari 2007.
Metode Pengambilan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh warga desa Negeri Katon yang berumur minimal 21 tahun, pernah terlibat langsung dalam persiapan dan prosesi upacara rudat minimal tiga kali dalam tiga tahun terakhir secara berturut-turut. Berdasarkan kriteria tersebut hasil prasurvai diketahui populasi penelitian ini sebanyak 97 orang. Dari jumlah tersebut diambil seluruhnya (total sampel) sebagai sampel penelitian. Sebagai unit analisis pada penelitian ini adalah individu, yang meliputi personal network yang dilakukan masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai Rudat. Sedangkan yang dianalisis adalah hubungan yang terjadi antar individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi.
Definisi Operasional Peubah yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional guna mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Karakteristik Individu adalah aspek personal seseorang yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, akses terhadap media dan terpaan media yang meliputi: a. Umur,adalah jumlah usia responden yang dihitung sejak yang bersangkutan lahir sampai wawancara dilakukan. Diukur dalam skala rasio. Kategori umur terdiri dari: umur muda, yaitu < 40 tahun; umur sedang, yaitu 41-55 tahun; umur tua, yaitu > 56 tahun. b. Jenis Kelamin, adalah jenis kelamin responden. Dalam kategori laki-laki dan perempuan. c. Tingkat pendidikan, adalah tingkat pendidikan formal tertinggi responden hingga saat dilakukan wawancara. Diukur dalam skala ordinal. Kategori tingkat pendidikan terdiri dari: rendah, jika tidak tamat SD atau tamat SD; sedang, yaitu jika tamat SLTP; tinggi, yaitu jika tamat SLTA atau perguruan tinggi. d. Akses terhadap media, diukur berdasarkan akses responden terhadap media atau alat komunikasi yang dimiliki seperti televisi, radio, telepon, majalah, buletin dan koran dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat
dalam enam bulan terakhir. Di ukur dalam skala ordinal. Kategori akses terhadap media terdiri dari: rendah, yaitu tidak memiliki akses terhadap media; sedang, yaitu memiliki akses terhadap1-2 media; tinggi, yaitu memiliki akses terhadap > 3 media. e. Terpaan media, adalah berkaitan dengan informasi mengenai budaya Rudat yang diperoleh responden melalui media massa baik cetak maupun elektronik,
diukur
dengan
berapa
kali
responden
membaca
atau
mendengarkan atau menonton media massa yang berkaitan dengan budaya rudat dalam enam bulan terakhir. Di ukur dalam skala nominal. Kategori terpaan media terdiri dari: rendah, yaitu tidak pernah membaca atau menonton atau mendengarkan media dalam enam bulan terakhir; sedang, yaitu pernah membaca atau menonton atau mendengarkan media 1-2 kali dalam enam bulan terakhir; tinggi, yaitu pernah membaca atau menonton atau mendengarkan media >3 kali dalam enam bulan terakhir. 2. Karakteristik informasi; didefinisikan sebagai derajat perbedaan pengetahuan mengenai budaya rudat antara responden yang satu dengan yang lain dalam suatu situasi tertentu. Karakteristik informasi yang tercakup dalam penelitian ini adalah: Intensitas informasi, didefinisikan sebagai kedalaman pemahaman responden terhadap informasi mengenai budaya Rudat yang diterima dari sumber informasi. Intensitas informasi diukur berdasarkan total skor jawaban pertanyaan tentang kedalaman informasi mengenai budaya Rudat, yang ditunjukkan dengan semakin paham dan mengertinya responden, sehingga menambah pengetahuan atau tidak setelah responden menerima informasi tersebut. 3. Jaringan Komunikasi; menggambarkan interaksi antara individu yang satu dengan yang lain berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan informasi mengenai budaya Rudat, dari data jaringan yang diperoleh dapat dilihat : a. Struktur komunikasi; didefinisikan sebagai susunan dari unsur-unsur yang teridentifikasi, yang dapat dikenali dalam jaringan informasi yang terpola dalam suatu sistem masyarakat. Struktur komunikasi ditunjukkan oleh matriks sosiometri dan sosiogram. Sosiogram merupakan diagram atau bagan pilihan komunikasi yang dilakukan sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan
jawaban dari sampel tersebut maka diidentifikasikan siapa saja yang akan menempati peran-peran khusus dalam jaringan, seperti star/opinion leader, isolate, bridge, liaison dan berapa jumlah klik yang terbentuk dalam jaringan. Selain itu juga dianalisis struktur jaringan komunikasi pada tiga tingkatan, yaitu tingkat individu, tingkat klik dan tingkat sistem, dimana :
Pada tingkat individu yaitu responden sebagai perseorangan, terdiri dari derajat koneksi inividu dan derajat integrasi individu.
Pada tingkat klik yaitu sebagai bagian dari sistem dimana anggotaanggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya di luar klik dalam atau luar sistem, terdiri dari derajat integrasi klik dan derajat keterbukaan klik.
Pada tingkat sistem yaitu seluruh responden di dalam jaringan komunikasi, tediri dari tingkat keterbukaan klik.
Secara rinci tentang definisi operasional dan pengukuran struktur jaringan komunikasi ini dapat dilihat dalam Tabel 1:
Tabel1 Definisi konseptual dan pengukuran struktur jaringan komunikasi Indikator 1. Tingkat Individu
Definisi Konseptual
Pengukuran Jumlah hubungan nyata antar individu dengan anggota jaringannya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi. Jumlah hubungan tidak langsung di antara individu di dalam sistem dibagi dengan kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi.
1.
Keterhubungan individu (individual connectedness)
Tingkat hubungan individu dengan individu lainnya dalam suatu sistem
2.
Integrasi individu (individual integration)
Tingkat hubungan dari masing-masing anggota jaringan komunikasi personal
2. Tingkat Klik 1.
Keterhubungan klik (Clique connectedness)
Tingkat hubungan antar satu klik dengan klik lain dalam suatu sistem
2.
Integrasi klik integration)
(Clique
Tingkat hubungan suatu klik dengan klik yang terhubungkan dengan klik lainnya
3.
Keterbukaan klik (Clique openness)
Tingkat hubungan antara anggota klik dengan klik anggota lain di luar klik.
Jumlah hubungan antara satu klik dengan klik lain dalam sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi. Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) antara klik dengan klik lainnya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi. Jumlah hubungan anggota klik yang melintasi batas klik dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.
3. Tingkat Sistem 1.
Keterbukaan Sistem (System Openness)
Tingkat hubungan anggota sistem dengan individu lain diluar sistem
Jumlah hubungan dari anggota sistem yang melintasi batas sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi
b. Saluran komunikasi, yaitu berkaitan dengan banyaknya saluran
komunikasi
yang digunakan. Di ukur dengan skala ordinal. Kategori banyak; > 5 saluran komunikasi; sedang; 3-4 saluran komunikasi; sedikit 1-2 saluran komunikasi 4. Peran perempuan; didefinisikan sebagai perilaku seorang perempuan yang mempunyai kedudukan sebagai isteri, ibu rumahtangga atau anggota masyarakat dalam bentuk peranserta mereka dalam menyampaikan informasi kepada orang lain, memotivasi masyarakat melaksanakan budaya rudat, menghubungkan individu-individu yang ingin memperoleh informasi lebih lanjut tentang budaya
rudat, berpartisipasi secara aktif dalam prosesi acara, mulai dari tahap penyiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Pengukuran tingkat peran perempuan dalam mempertahankan
budaya
rudat
dalam
setiap
item
pertanyaan
diukur
menggunakan skala ordinal yaitu: tidak pernah diberi skor 1; jarang diberi skor 2; selalu diberi skor 3. Skor masing-masing item jawaban, selanjutnya dijumlahkan sebagai bahan guna menentukan kategori tingkat peranannya.
Data dan Instrumentasi Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode survai, observasi, sosiometri dan wawancara mendalam (Indepth Interview). Metode survai dan wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Selain itu peneliti juga melakukan observasi lapangan dan memanfaatkan data-data tertulis lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian, termasuk hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu : 1. Survai pendahuluan, yakni tahap awal dengan melakukan pengamatan dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data yang berguna untuk memperkuat permasalahan yang terjadi sehingga peneliti yakin penelitian ini perlu dan dapat dilaksanakan. 2. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara 3. Pengumpulan data sekunder, yaitu data-data pendukung yang berkaitan dengan penelitian. Validitas dan Reliabilitas Validitas adalah indeks yang menunjukan sejumlah mana suatu alat pengukur (dalam hal ini kuesioner) betul-betul dapat mengukur apa yang perlu diukur (Singarimbun dan Effendi, 1989). Guna mendapatkan alat atau instrumen yang valid, maka kuesioner disusun dengan cara : 1. Mendefinisikan konsep yang diukur secara operasional 2. Mempertimbangkan teori, kenyataan yang ada dan cara-cara yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu mengenai topik sejenis guna mendapatkan data dan informasi tentang hal yang sama.
3. Menyesuaikan isi pertanyaan dan pernyataan dengan situasi dan kondisi responden 4. Melakukan diskusi dan memperhatikan nasehat pembimbing. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas juga menunjukkan konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1989). Dalam penelitian ini guna menentukan reliabilitas alat ukur yang digunakan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner pada masyarakat yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden. Jumlah masyarakat untuk uji coba sebanyak 15 orang. Teknik penghitungan reliabilitas menggunakan teknik belah dua, yaitu dengan membagi item (pernyataan/pertanyaan) berdasarkan nomer genap-ganjil. Kemudian skor total kedua belahan dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment, dengan rumus: N ( X Y) – (
XY)
r .tt = Dimana :
(N X - ( X) (X N = jumlah responden X = total belahan pertama Y = total belahan kedua
Y- (
Y)
Nilai korelasi yang diperoleh, kemudian dikoreksi kembali untuk mencari nilai korelasi keseluruhan pernyataan, dengan menggunakan rumus : 2 (r .tt) r.tot dimana :
=
1+ r.tt
r.tot = angka koefisien reliabilitas keseluruhan item r.tt = angka korelasi kedua belahan.
Pengolahan Data Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh kemudian diolah melalui tahap-tahap:
•
Editing Kegiatan memeriksa atau memilih kembali jawaban responden untuk mengetahui kelengkapan dan kejelasannya.
•
Koding Kegiatan mengelompokkan jawaban responden, menentukan kategori
•
Penyusunan Tabulasi Yaitu dengan menyusun jawaban-jawaban yang sama (identik) dalam bentuk tabel Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah: 1. Analisis Sosiometri Analisis ini digunakan untuk melihat jaringan komunikasi masyarakat dalam mempertahankan budaya rudat. Cara yang digunakan adalah dengan membuat matriks hubungan komunikasi yang terjadi dalam masyarakat terlebih dahulu, hal ini didapat dari jawaban atas pertanyaan sosiometris yang diajukan dalam kuesioner, selanjutnya dibuat sosiogram. Melalui sosiogram ini akan terlihat pola hubungan antar individu dalam masyarakat desa Negeri Katon dalam mempertahankan budaya Rudat dan peranan masing-masing individu dalam jaringan komunikasi tersebut. 2. Analisis Struktur Jaringan Komunikasi Guna mengetahui tingkat keterhubungan rata-rata hubungan antar individu dalam jaringan komunikasi dihitung dengan cara: Jumlah hubungan nyata antar individu dengan anggota dalam sistem Tingkat keterhubungan = Jumlah hubungan yang mungkin terjadi dalam sistem
Jumlah kemungkinan hubungan dalam jaringan ini dirumuskan: N (N-1) Jumlah kemungkinan hubungan dalam jaringan
= 2
Dimana: N = Jumlah anggota dalam sistem N-1 = Jumlah anggota dikurangi 1, karena tidak mungkin seseorang menunjuk dirinya sendiri sebagai sumber informasi Tingkat integrasi individu dihitung dengan cara: Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) dalam suatu sistem Tingkat integritas = Jumlah hubungan yang mungkin terjadi dalam sistem
Indeks keterbukaan sistem dalam jaringan komunikasi dihitung dengan cara: Jumlah hubungan dari anggota Sistem yang melintasi batas sistem Tingkat keterbukaan = Jumlah hubungan yang mungkin terjadi di luar sistem 3. Analisis Hubungan Data mengenai hubungan antara karkteristik informasi dan karakteristik masyarakat dengan jaringan komunikasi dalam mempertahankan budaya Rudat, hubungan
antara
jaringan
komunikasi
dengan
peran
perempuan
dalam
mempertahankan budaya Rudat di analisis dengan menggunakan analisis rangking dari Rank Spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Letak dan Luas Daerah Kecamatan Negeri Katon merupakan salah satu dari 24 kecamatan yang berada di Daerah Tingkat II Kabupaten Lampung Selatan. Luas wilayah kecamatan Negeri Katon 278.123 Ha. Secara administrasi Kecamatan Negeri Katon terdiri dari 12 desa, yang salah satu diantaranya adalah Desa Negeri Katon yang memiliki luas 3600 ha, terdiri dari 92 ha tanah sawah, 631 ha tanah ladang, 1200 ha tanah perkebunan rakyat, 1641 ha tanah perkebunan negara dan 62 ha permukiman. Desa Negeri Katon memiliki batas wilayah yaitu: Utara berbatasan dengan desa Halang Ratu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Kalirejo, kemudian sebelah barat berbatasan dengan desa Pujo Rahayu dan sebelah timur berbatasan dengan desa Tanjung Rejo. Jarak Desa Negeri Katon dengan ibukota kecamatan sejauh 2 km, jarak dengan ibukota kabupaten Lampung Selatan adalah 120 km sedangkan jarak dengan ibukota propinsi 45 km. Sarana perhubungan di daerah penelitian sangat memadai dan lancar, karena letak Desa Negeri Katon berada hanya 1 km dari jalan raya utama yang menghubungkan Kabupaten Lampung Selatan-Kabupaten Tanggamus, sehingga akses transpotasi baik dari ibukota kabupaten maupun dari ibukota propinsi serta ibukota kecamatan ke daerah penelitian sangat lancar.
Demografi Berdasarkan data desa Negeri Katon tahun 2006 diketahui Desa Negeri Katon saat ini dihuni oleh 2.298 orang dengan rincian tercantum pada Tabel 1. Tabel 1 Persebaran penduduk desa Negeri Katon berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah (orang) 1.136 1.162 2.298
Prosentase (%) 49,4 50,6 100,0
Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa persebaran penduduk desa Negeri Katon berdasarkan jenis kelamin dapat dikatakan seimbang antara laki-laki dan
perempuan. Dari total jumlah penduduk desa Negeri Katon tersebut, diketahui bahwa hanya 615 orang (26,8 persen) penduduk yang telah memiliki pekerjaan tetap. Dari penduduk yang sudah bekerja tersebut mayoritas berprofesi sebagai petani. Ragam pekerjaan penduduk desa Negeri Katon yang sudah bekerja dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2 Persebaran penduduk yang sudah bekerja berdasarkan pekerjaan Jenis Pekerjaan Petani Buruh Pegawai Negeri Swasta Pedagang Montir Perawat/Bidan Dokter Jumlah
Jumlah (Orang) 361 184 20 30 16 1 2 1 615
Prosentase (%) 58,6 30,0 3,2 4,9 2,6 0,2 0,3 0,2 100,0
Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006
Tingkat pendidikan penduduk desa ini cukup beragam dengan sebagian besar berpendidikan tamat SD dan SLTP. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat desa Negeri Katon akan pentingnya pendidikan sekolah/formal sudah cukup baik. Persebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Persebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
Prosentase (%)
Belum sekolah Tidak pernah sekolah Pernah sekolah tapi tidak tamat SD/sederajat SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat D-1,D-2 & D-3 S-1 S-2 Jumlah
385 169 293 699 415 298 25 13 1 2.298
16,7 7,3 12,7 30,4 18,1 13,0 1,1 0,6 0,1 100,0
Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006
Meskipun data pendidikan penduduk menunjukkan adanya kesadaran yang sudah cukup baik akan pentingnya pendidikan, namun penduduk yang tidak pernah sekolah
di desa ini pun relatif banyak yaitu 169 orang, yang umumnya generasi tua yang pada zamannya tidak dapat bersekolah dikarenakan masalah situasi dan kondisi pada saat itu, di samping disebabkan oleh faktor ekonomi. Fasilitas pendidikan yang ada di desa Negeri Katon saat ini adalah: 1 (satu) buah gedung Sekolah Dasar (SD) 1(satu) buah gedung Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP)
Sosial Budaya Seperti umumnya kehidupan sosial budaya masyarakat adat di daerah Lampung, masyarakat adat di desa Negeri Katon juga memiliki beragam budaya antara lain budaya pengangkatan anak secara adat, budaya perkawinan adat, budaya menyambut kelahiran anak, ritual panen raya dan budaya adat lainnya. Keberadaannya ritual-ritual budaya tersebut sampai saat ini masih eksis dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Masyarakat desa Negeri Katon mayoritas beragam Islam, hanya dua keluarga yang beragama selain Islam. Kedua keluarga tersebut bukan merupakan masyarakat asli desa Negeri Katon (masyarakat pendatang), yang dikarenakan pekerjaan/profesi mereka membuat mereka menetap untuk sementara waktu di desa Negeri Katon. Pelestarian Budaya Rudat Rudat sebagai salah satu ritual budaya masyarakat Lampung yang sampai saat ini masih dilaksanakan, harus tetap dipertahankan keberadaannya. Upaya pelestarian budaya Rudat ini memang tidak mudah, salah satunya disebabkan beragamnya suku bangsa yang ada di daerah Lampung yang memungkinkan masyarakat mengenal dan akrab dengan budaya dari daerah lain yang dibawa oleh masyarakat pendatang. Salah satu contoh yang dapat menjadi penghambat dalam melestarikan budaya Rudat yaitu kemudahan masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai Rudat. Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 87.7 persen responden tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat, karena menurut mereka disekitar tempat tinggalnya terdapat cukup banyak tokoh adat dan tokoh masyarakat yang dapat dimintai informasi mengenai budaya Rudat. Persebaran responden berdasarkan
apakah pernah mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai Rudat dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4 Persebaran responden berdasarkan apakah pernah mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai Rudat Kategori
Jumlah (orang)
Prosentase (%)
Ya
12
12,3
Tidak
85
87,7
97
100,0
Jumlah
Keberadaan budaya Rudat bagi masyarakat desa Negeri Katon sudah merupakan salah satu bagian dari banyak hal yang akan mereka pertimbangkan untuk dilaksanakan berkaitan dengan kebiasaan atau adat istiadat mereka. Pelestarian budaya Rudat bagi masyarakat desa Negeri Katon merupakan suatu yang mutlak dilakukan.
Karakteristik Responden Karakteristik resonden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, akses terhadap media dan terpaan media. Dalam penelitian ini karakteristik agama responden tidak dijadikan salah satu variabel untuk mengukur karakteristik responden dalam penelitian ini, sebab sekalipun pelaksanaan suatu budaya kerapkali berbenturan dengan agama (terutama dalam hal ini agama islam), namun khusus untuk pelaksanaan prosesi budaya Rudat justru sangat kental nuansa islamnya. Seperti telah di kemukakan sebelumnya, dalam prosesi pelaksanaan budaya Rudat, senandung (syair) yang disampaikan itu dibuat berdasarkan al qur’an dan hadist. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 99.9 persen masyarakat desa Negeri Katon beragama Islam. Sisanya beragama kristen, itu pun pendatang yang menjadi penduduk desa Negeri Katon karena tugas, sebagai PNS bidan desa. Karena yang bersangkutan baru menetap di desa Negeri Katon 1 (satu) tahun terakhir karena itu mereka tidak termasuk dalam sampel penelitian ini.
Umur Persebaran umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5 Persebaran responden berdasarkan umur Kategori
Jumlah (Orang)
Prosentase (%)
L
P
Muda ( < 40 tahun)
13
11
24,7
Sedang ( 41 – 55 tahun)
29
15
45,4
Tua ( > 56 tahun)
14
15
29,9
Jumlah
97
100,0
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah responden pada tiap kelompok umur tersebar secara merata. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan budaya Rudat diketahui oleh semua kelompok umur. Responden terbanyak berada pada kategori usia sedang yaitu berusia antara 41 – 55 tahun 45.4 persen, pada kelompok umur ini lebih banyak jumlah responden yang tahu dan pernah terlibat langsung dengan prosesi budaya rudat. Menurut hasil wawancara, untuk dapat terlibat dalam pelaksanaan prosesi Rudat diperlukan tenaga yang cukup kuat, terutama berkaitan dengan prosesi pengarakan pengantin atau anak yang dikhitan. Jenis Kelamin Persebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6 Persebaran Responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah (orang)
Prosentase (%)
Laki-laki
56
57,7
Perempuan
41
42,3
97
100.0
Jumlah
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa persebaran responden berdasarkan jenis kelamin cukup merata antara laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan keberadaan informasi mengenai budaya rudat tidak hanya dinominasi oleh satu jenis kelamin tertentu. Selain itu hal ini juga menunjukkan adanya keseimbangan
partisipasi antara dua kelompok jenis kelamin ini dalam prosesi budaya Rudat selama ini. Pendidikan Pola pikir dan tingkah laku seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan (terutama pendidikan formal). Dalam upaya untuk memahami suatu informasi dipengaruhi oleh bahasa yang digunakan, cara penyampaian dan media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan mereka. Persebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam Tabel 7. Tabel 7 Persebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Prosentase (%)
L
P
Tidak tamat SD
0
2
1,0
Tamat SD
3
21
24,8
Tamat SLTP
23
13
37,1
Tamat SLTA
24
4
28,9
Akademi/Sarjana
6
1
7,2
Jumlah
97
100,0
Berdasarkan Tabel 7 mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan tamat SLTP, hal ini menunjukan sudah adanya kesadaran yang cukup baik dalam diri responden akan pentingnya suatu pendidikan bagi kemajuan seseorang. Selain itu diketahui dari 41 orang perempuan yang terlibat dalam penelitian ini, mayoritas memiliki latar pendidikan sekolah dasar (SD). Selain itu diketahui juga terdapat 2 orang atau 4.9 persen dari 41 orang responden perempuan yang tidak tamat SD, sisanya 39 orang telah memiliki tingkat pendidikan yang beragam. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran kaum perempuan akan pentingnya pendidikan sudah cukup baik. Kalaupun tingkat pendidikan yang mayoritas perempuan miliki hanya terbatas sampai pada tingkat sekolah dasar, dikarenakan faktor ekonomi dan faktor kesempatan yang ada pada mereka. Akses Terhadap media Akses penduduk terhadap media dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dalam penelitian ini, diukur melalui jumlah media massa yang sering
diakses oleh responden untuk memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dalam enam bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan 38 orang atau 39.2 persen memiliki akses tiga atau lebih terhadap media massa yaitu televisi, radio, telepon dan surat kabar/media cetak. Kemudian 39 orang atau 40.2 persen responden memiliki akses terhadap dua media massa dan 20 orang atau 20.6 persen responden memiliki akses terhadap satu sarana komunikasi media massa. Secara lengkap persebaran responden berdasarkan kategori akses terhadap media dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8 Persebaran responden berdasarkan akses terhadap media Akses terhadap media
Jumlah (orang)
Prosentase (%)
L
P
Tinggi (> 3)
29
9
39,2
Sedang (1 – 2)
18
21
40,2
Rendah ( < 1)
9
11
20,6
Jumlah
97
100,0
Dari Tabel 8, dapat diartikan bahwa dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat, responden menjadikan media yang ada disekitarnya sebagai salah satu sumber informasi. Hal ini menunjukkan sudah adanya kesadaran yang baik dari masyarakat untuk memanfaatkan sumber informasi massa yang ada disekitarnya guna memperoleh suatu informasi. Media yang sering digunakan adalah radio, televisi, koran daerah, papan pengumuman desa dan buletin pertanian. Walaupun, menurut hasil wawancara dipilihnya media sebagai sumber informasi dalam upaya memperoleh informasi tersebut hanya bersifat untuk melengkapi informasi mengenai budaya Rudat yang selama ini telah mereka ketahui dari sumber lainnya. Berdasarkan Tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa 40.2 persen perempuan memiliki akses terhadap satu atau dua media. Artinya, dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat, kaum perempuan di desa Negeri Katon tidak hanya mengandalkan informasi yang mereka peroleh dari satu sumber saja, tetapi memanfaatkan media lain yang ada disekitar mereka (dalam hal ini media televisi dan radio) sebagai sumber informasi. Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara sekalipun mayoritas kaum perempuan sudah mengakses lebih dari satu media, akan tetapi mereka terhadap media cetak masih sangat kurang, hal ini
dikarenakan keterbatasan mereka dalam hal waktu dan sumber daya. Jika melalui media televisi dan radio, mereka bisa memperoleh informasi yang dibutuhkan sambil tetap mengerjakan pekerjaan utamanya sebagai ibu rumah tangga. Kendati demikian bukan berarti tidak ada kaum perempuan yang tidak mengakses media lain selain televisi dan radio, terbukti dalam Tabel 8 ada 9 orang perempuan yang mengakses lebih dari 3 media untuk memperoleh informasi mengenai budaya Rudat. Artinya mereka menggunakan hampir semua media yang ada disekitarnya, baik media cetak, elektronik maupun media lainnya. Perempuan yang mengakses lebih dari tiga media ini merupakan kaum perempuan yang memang selama ini termasuk aktif dalam kegiatan sosial masyarakat di desa Negeri Katon, seperti kader posyandu, kader PKK dan pengurus pengajian. Sehingga bagi mereka untuk mengakses beragam media guna memperoleh suatu informasi merupakan suatu kebutuhan. Terpaan Media Akses terhadap media massa ditentukan oleh terpaan media, yaitu berapa kali responden membaca, mendengarkan atau menonton media massa yang berkaitan dengan suatu informasi dalam enam bulan terakhir. Untuk mengetahui terpaan responden terhadap media massa dapat diketahui dalam Tabel 9. Tabel 9 Persebaran responden berdasarkan pernah/tidaknya menonton TV,mendengarkan radio dan membaca koran 6 (enam) bulan terakhir Media Televisi
Radio
Koran
Kategori Ya, selalu Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Ya, selalu Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Ya,selalu Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
Jumlah (orang) L P 38 27 18 14 0 0 97 27 23 25 17 4 1 97 37 21 18 11 1 9 97
Prosentase (%) 67,0 33,0 0 100,0 51,5 43,4 5,2 100,0 59,8 29,9 10,3 100,0
Berdasarkan Tabel 9, diketahui 67 persen responden selalu menonton televisi, artinya bagi mereka menyaksikan televisi merupakan suatu kebutuhan selain
untuk hiburan, melalui televisi juga dapat digunakan untuk menyaksikan dan memperoleh informasi/pengetahuan yang berkaitan dan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Sedangkan untuk media radio, 51.5 persen responden selalu mendengarkan radio dan hanya 5.2 persen responden yang tidak pernah mendengarkan radio. Adapun untuk media koran, 59.8 persen respoden selalu membaca koran dan ada 10.3 persen responden yang tidak pernah membaca koran. Hal ini lebih disebabkan karena responden dari golongan tua sudah malas untuk membaca dikarenakan kemampuan untuk melihat sudah berkurang. Meskipun jumlah rata-rata responden yang pernah menyaksikan televisi, mendengarkan radio dan membaca koran di atas 75 persen, ternyata belum tentu mereka juga pernah menyaksikan atau mendengarkan atau membaca informasi mengenai budaya Rudat dari media massa tersebut. Hal ini dapat dalam Tabel 10 mengenai persebaran responden yang pernah menyaksikan, mendengarkan dan membaca mengenai budaya Rudat di televisi, radio dan koran dalam enam bulan terakhir. Tabel 10 Persebaran responden yang pernah/tidak menyaksikan budaya Rudat di TV, Radio d Koran Media TV Jumlah Radio Jumlah Koran Jumlah
Kategori
Jumlah (orang)
Ya Tidak
L 41 15
Ya Tidak
35 19
Ya Tidak
33 14
P 31 10 97 26 12 92 21 19 87
Prosentase (%) 74,2 25,8 100,0 66,3 33,7 100,0 73,6 26,4 100,0
Berdasarkan Tabel 10 diketahui ternyata 74.2 persen responden pernah menyaksikan acara Rudat di televisi. Acara yang berkaitan dengan budaya Rudat disiarkan oleh TVRI Stasiun Lampung biasanya berupa prosesi pelaksanaan budaya Rudat yang menyertai suatu acara perkawinan adat atau khitanan. Dalam acara tersebut biasanya disisipi pula dengan penyampaian narasi tentang maksud dan tujuan pelaksanaan prosesi Rudat. Tingginya prosentase responden (sebanyak 74.2
persen) yang pernah menyaksikan budaya Rudat di televisi dapat pula diartikan bahwa kehadiran televisi bagi masyarakat Negeri Katon selain sebagai sarana hiburan juga merupakan sarana untuk mendapatkan informasi tentang berbagai hal, termasuk diantaranya tentang budaya Rudat. Sedangkan sisanya 25.8 persen responden tidak pernah menyaksikan menyaksikan budaya Rudat di televisi, karena pada saat penayangan acara tersebut, mereka sedang tidak menyaksikan televisi karena sesuatu hal atau ada kegiatan lain. Hal ini dapat dipahami karena sebagaimana hasil wawancara dengan pihak TVRI Lampung, penayangan acara yang menampilan budaya Rudat hanya ditayangkan secara rutin 2 (dua) kali dalam setahun, hal ini dikarenakan banyak jenis budaya Lampung lainnya yang juga ditayangkan oleh TVRI Lampung. Untuk media radio, budaya Rudat disiarkan dalam acara yang bertajuk “Mengenal Budaya Kita” yang disiarkan oleh RRI Tanjung Karang setiap Rabu pukul 19.00 Wib sampai dengan pukul 20.00 Wib. Khusus untuk penyiaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan budaya Rudat, dalam enam bulan terakhir ini menurut data dari bidang penyiaran RRI telah disiarkan sebanyak 4 kali. Dalam Tabel 10 diketahui bahwa 66.3 persen responden pernah mendengarkan hal –hal yang berkaitan dengan budaya Rudat dari radio. Artinya ketertarikan masyarakat dalam mendengarkan radio khususnya yang menyiarkan acara budaya Rudat cukup mendapatkan respons yang baik dari masyarakat. Sedangkan 33.7 persen responden yang tidak pernah mendengarkan acara budaya Rudat di radio, dikarenakan karena pada saat acara itu disiarkan mereka kebetulan sedang tidak mendengarkan radio. Adapun berkaitan dengan media koran, hal-hal yang berkaitan dengan budaya Rudat biasanya dibahas dalam rubrik “Budaya Lampung” yang dimuat oleh harian Lampung Post setiap hari minggu. Sama dengan dua media lainnya, budaya Rudat hanya merupakan salah satu dari berbagai jenis dari budaya daerah Lampung sehingga pemuatannya tidak dapat setiap minggu. Dari Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa masyarakat Negeri Katon dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dengan menggunakan media massa cukup tinggi, artinya keberadaan media bagi masyarakat Negeri Katon ternyata bukan semata sebagai media hiburan tetapi juga sebagai media untuk mendapatkan beragam informasi termasuk diantaranya informasi mengenai budaya Rudat. Selain
itu berdasarkan hasil pengamatan diketahui kaum perempuan di desa Negeri Katon menjadikan media menjadi salah satu sumber informasi yang cukup penting dalam upaya mereka untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai budaya Rudat. Hal ini salah satunya dikarenakan kaum perempuan di desa Negeri Katon telah memiliki tingkat pendidikan yang cukup memadai bagi mereka untuk menyimak dan memahami dengan baik informasi yang mereka dapatkan dari media massa.
Karakteristik Informasi Dalam penelitian ini, karakteristik informasi yang diukur adalah intensitas informasi, yaitu kedalaman informasi mengenai budaya rudat yang diterima responden dari sumber informasi. Intensitas informasi responden diukur berdasarkan total skor jawaban pertanyaan tentang kedalaman informasi mengenai budaya rudat, yang ditunjukkan oleh semakin paham dan mengertinya responden mengenai budaya Rudat. Atau dapat atau tidaknya informasi tersebut
menambah pengetahuan
responden. Secara rinci persebaran responden berdasarkan intensitas informasi dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11 Persebaran responden berdasarkan intensitas informasi Intensitas Informasi
Jumlah (orang)
Prosentase (%)
L
P
Paham
30
21
52,6
Kurang Paham
16
9
27,8
Tidak Paham
8
11
19,6
Jumlah
97
100,0
Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa 51 orang atau 52.6 persen responden memiliki intensitas atau kedalaman informasi mengenai budaya Rudat pada kategori paham, hal ini terjadi karena sebelum responden memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dari sumber informasi, mereka telah mengetahui (walaupun sekilas) mengenai budaya Rudat, bahkan ada responden yang sudah pernah melihat prosesi budaya Rudat walaupun belum memahami maksud dan tujuannya secara jelas. Sehingga pada saat memperoleh informasi mengenai Rudat dari sumber informasinya, mereka dapat memahami maksud dari informasi itu. Dari 51 orang
yang telah memahami informasi mengenai budaya Rudat, 21 orang merupakan kaum perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa kaum perempuan di desa Negeri Katon telah dapat memahami dengan baik informasi yang mereka terima, artinya tingkat kemampuan kaum perempuan di desa Negeri Katon dalam merespons dan memahami suatu informasi sudah cukup baik. Selain itu kaum perempuan di desa Negeri Katon selama ini sudah cukup sering terlibat langsung dalam prosesi budaya Rudat. Sehingga pada saat mereka menerima informasi mengenai budaya Rudat dari sumber informasinya dapat lebih meningkatkan pemahaman mereka mengenai budaya Rudat. Sebanyak 19 orang atau 19.6 persen responden tidak dapat memahami maksud informasi yang mereka terima dari sumber informasi. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain faktor waktu yang mereka miliki untuk mengakses informasi. Namun demikian, menurut hasil wawancara sekalipun masih responden yang belum memahami informasi mengenai budaya Rudat, namun motivasi dan tekad mereka untuk turut mempertahankan budaya Rudat masih tinggi. Diantaranya terbukti dari besarnya keinginan mereka untuk melaksanakan prosesi budaya Rudat pada waktunya nanti. Jaringan Komunikasi Deskripsi Sosiogram Hasil
penelitian
mengenai
jaringan
komunikasi
masyarakat
dalam
mempertahankan budaya Rudat ini menggambarkan struktur komunikasi yang terjalin antar responden dalam bentuk sosiogram. Melalui sosiogram tersebut dapat diketahui siapa berhubungan dengan siapa yang berkaitan dengan pembagian informasi mengenai budaya Rudat, bagaimana informasi tersebut terdistribusikan dalam sistem sehingga dapat diketahui peranan masing-masing responden, dapat mengukur derajat keterhubungan, derajat integrasi dan derajat keterbukaan dalam jaringan komunikasi yang terbentuk. Interaksi komunikasi yang terjadi dalam jaringan digambarkan dengan garis bertanda panah yang menghubungkan antara anggota kelompok dalam sistem. Garis menuju ke arah satu panah menunjukkan komunikasi yang berlangsung satu arah, sedangkan arah panah yang bolak-balik menunjukkan proses komunikasi dua arah, artinya terjadi saling tukar menukar
informasi mengenai budaya Rudat yang disampaikan dan atau diterima oleh responden. Berikut
ini
sosiogram
mempertahankan budaya Rudat.
jaringan
komunikasi
masyarakat
dalam
Gambar 3 memperlihatkan bagaimana arah dan frekuensi komunikasi yang terjadi dalam sistem persebaran informasi dalam memepertahankan budaya Rudat. Interaksi dan frekuensi komunikasi ini kemudian membentuk suatu struktur jaringan komunikasi dengan pola yang cenderung semi tertutup. Dari 97 responden hanya ada sembilan orang responden yang menunjuk orang yang berada di luar sistem jaringan sebagai sumber informasi mengenai budaya Rudat. Sedikitnya responden yang menunjuk sumber informasi dari luar sistem dikarenakan mayoritas responden memiliki keyakinan jika mereka sudah cukup meminta orang-orang yang ada disekitarnya berkaitan dengan budaya Rudat (dalam hal ini para tokoh adat desa Negeri Katon). Selain itu penunjukan sembilan orang responden kepada dua orang yang berasal dari luar sistem sebagai sumber informasinya semata dikarenakan faktor keluarga. Informasi yang dipertukarkan dalam jaringan komunikasi tersebut adalah informasi budaya yang persebarannya secara turun temurun. Para responden merasa lebih yakin untuk mempertukarkan informasi mengenai Rudat kepada orangorang dari lingkungan sekitarnya, yang mereka tahu secara pasti kredibelitas dan kemampuannya berkaitan dengan budaya Rudat. Sosiogram jaringan komunikasi masyarakat dalam mempertahankan budaya Rudat hanya terbentuk sebuah klik besar dan merupakan model jaringan personal yang mengunci (interlocking personal network), artinya dalam jaringan tersebut terdiri dari individu yang homofili namun kurang terbuka terhadap lingkungannya. Informasi yang dipertukarkan bersifat memusat dan hanya menyebar beberapa orang dalam jaringan. Hanya terbentuknya sebuah klik dalam struktur jaringan komunikasi masyarakat dalam mempertahankan budaya Rudat dikarenakan masyarakat desa Negeri Katon memiliki pengetahuan yang hampir sama mengenai budaya Rudat, sehingga bila mereka ingin mengetahui lebih jauh tentang budaya Rudat, mereka merasa lebih yakin jika memperolehnya langsung dari para tokoh adat ataupun tokoh masyarakat yang mereka nilai memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih luas tentang budaya Rudat. Individu yang berada di pusat jaringan, memiliki kredibilitas dan integritas yang baik berkaitan dengan penyebaran informasi mengenai budaya Rudat, selain itu mereka memang termasuk para tokoh adat dan tokoh masyarakat yang selama ini memiliki akses informasi dan pengalaman yang lebih baik dibandingkan dengan
anggota jaringan lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Rogers (1983) dan Gonzales (1993) yang menyatakan bahwa pemimpin opini itu memiliki sejumlah atribut yang membedakan mereka dengan orang-orang atau anggota kelompok lainnya. Salah satu atribut yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin opini adalah kredibilitas yang baik berkaitan dengan informasi yang ingin disampaikannya. Dalam jaringan komunikasi masyarakat di dalam menyebarkan budaya Rudat diketahui ada beberapa orang responden yang memiliki peran khusus. Peran khusus tersebut adalah star (bintang) dan neglectee. Star adalah orang yang merupakan pemusatan jalur komunikasi dari beberapa orang dalam jaringan, sedangkan neglectee adalah orang yang memilih tetapi tidak dipilih. •
Star
Struktur jaringan komunikasi masyarakat dalam mempertahankan budaya Rudat di desa Negeri Katon memiliki 10 orang yang berperan sebagai star. Mereka yang memiliki peran sebagai star. Star merupakan orang yang berada di pusat jalur komunikasi dari beberapa orang dalam jaringan (orang yang menjadi pusat informasi mengenai budaya Rudat). Berdasarkan hasil wawancara, alasan apa yang membuat masyarakat Negeri Katon memilih seseorang sebagai star nya kita dapat mengetahui ciri-ciri star tersebut dalam Tabel 12.
Tabel 12 Ciri-ciri/ Karakteristik Star dalam Struktur Jaringan Komunikasi dalam Mempertahankan Budaya Rudat Karakteristik/Ciri-Ciri
No. Responden Yang Berperan Sebagai Star 7 8 12 17 23 44 45 52 56 69
• • • •
Tokoh Adat Tokoh Masyarakat Perangkat/Pamong Desa Memiliki Tingkat Pengetahuan Yang Lebih Banyak Mengenai Budaya Rudat • Memiliki Pengalaman Yang Lebih Banyak Dalam Prosesi Budaya Rudat • Memiliki Kredibelitas Yang Baik Dalam Masyarakat • Memiliki Kemampuan Dalam Menyampaikan Informasi Mengenai Budaya Rudat Kepada Orang Lain
Dari Tabel 12 diketahui bahwa responden yang memiliki peran sebagai star dalam jaringan komunikasi, mayoritas dalam sehari-hari termasuk dalam para tokoh adat dan tokoh masyarakat (seperti tokoh pemuda dan ulama) desa Negeri Katon yang memiliki perhatian dan pengalaman dalam melaksanakan prosesi budaya Rudat serta memiliki kredibilitas dan kemampuan yang baik dalam menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini terbukti pada saat akan dilakukannya prosesi budaya Rudat, biasanya masyarakat desa Negeri Katon akan berkonsultasi atau sekedar mendiskusikannya dengan orang-orang yang berperan sebagai star. Terpilihnya para star sebagai sumber informasi selain karena memiliki ciriciri/karakteristik tersebut, para star ini dipilih oleh masyarakat sebagai sumber informasi dikarenakan adanya hubungan keluarga dengan diri responden. Menurut mereka dengan adanya hubungan keluarga mereka dapat lebih leluasa dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat baik dari cara mereka bertanya, waktu untuk bertanya maupun situasi dan kondisi yang mereka sering manfaatkan untuk memperoleh informasi mengenai budaya Rudat. Memang dari sepuluh orang yang berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi masyarakat dalam mempertahankan budaya Rudat seluruhnya laki-laki, namun demikian bukan berarti kaum perempuan dalam jaringan tersebut tidak ada.
Sebab berdasarkan Gambar 4 berikut, dapat diketahui bahwa terdapat sembilan orang perempuan yang dipilih oleh tiga atau lebih responden lain (baik itu perempuan atau laki-laki) menjadi sumber informasi. Namun dalam sosiogram jaringan komunikasi masyarakat desa Negeri Katon dalam mempertahankan budaya Rudat secara keseluruhan, peran ke sembilan perempuan ini tidak terlihat. Sebab untuk dapat dikatakan berperan sebagai star dalam suatu jaringan seseorang minimal ditunjuk oleh lima orang sebagai sumber informasi. Kendati demikian, bila kita buat sosiogram tersendiri mengenai persebaran informasi oleh kaum perempuan berkaitan dengan penyebaran informasi guna mempertahankan budaya Rudat, maka peran perempuan akan terlihat dan pada kenyataannya menurut hasil pengamatan perempuan memiliki peranan yang cukup signifikan dalam proses penyebaran informasi mengenai budaya Rudat. Terbukti dalam gambar berikut, yang menjadikan perempuan sebagai sumber informasi ternyata bukan hanya dari kaum perempuan sendiri, tetapi ada pula kaum laki-laki yang kerap menjadikan perempuan sebagai sumber informasi berkaitan dengan budaya Rudat. Sekalipun, hal ini didasari oleh hubungan kekerabatan.
•
Neglectee
Hasil penelitian menunjukkan adanya 20 orang yang menempati peran sebagai neglectee atau orang yang memilih orang lain sebagai sumber informasi namun ia sendiri tidak dipilih oleh orang lain sebagai sumber informasi. Cukup banyaknya responden yang menempati peran sebagai neglectee dalam penelitian ini salah satunya disebabkan karena dalam pembagian informasi mengenai budaya Rudat bersifat semi memusat atau hanya berpusat pada beberapa orang saja. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, mereka yang menempati peran sebagai neglectee memilih untuk pasif dan lebih percaya pada orang lain untuk “mengemudikan” arah komunikasi dalam jaringan tersebut dikarenakan mereka menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan mereka mengenai budaya Rudat sangat terbatas jika dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Adapun mereka yang menempati posisi sebagai neglectee dalam jaringan komunikasi ini, terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Banyaknya kaum perempuan yang menempati posisi neglectee diantaranya disebabkan untuk mendapatkan informasi mengenai budaya Rudat secara jelas maka mereka memintanya kepada orang yang mereka anggap selama ini memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan budaya Rudat. Karena selama ini yang banyak tampil untuk menyajikan prosesi budaya Rudat adalah laki-laki, maka
kaum laki-laki lah yang banyak
dimintai sebagai sumber informasi mengenai budaya Rudat. Walaupun pada kenyataannya pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Selain itu diketahui pula dalam struktur jaringan komunikasi ini terdapat dua orang yang menjadi sumber informasi bagi beberapa orang yang berasal dari luar sistem. Terpilihnya dua orang tersebut sebagai sumber informasi oleh beberapa orang dalam jaringan, selain dikarenakan kedua orang tersebut termasuk dalam tokoh adat di desa asalnya (yang juga memiliki budaya Rudat), pemilihan keduanya sebagai sumber informasi dikarenakan faktor kekerabatan.
Saluran Komunikasi Dalam upaya memperoleh informasi mengenai budaya Rudat, penduduk desa Negeri Katon, memanfaatkan lebih dari satu saluran komunikasi. Adapun bentuk saluran komunikasi yang selama ini digunakan oleh responden adalah saluran
komunikasi informal yaitu pertemuan-pertemuan yang dilakukan di rumah dan di ladang; saluran komunikasi formal yaitu pertemuan yang dilakukan oleh majelis adat desa yang selama ini dilakukan secara rutin setiap enam bulan atau pada saat ada sebuah keluarga yang akan melaksanakan prosesi Rudat. Persebaran responden berdasarkan banyaknya saluran komunikasi yang digunakan dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu banyak;bila responden menggunakan lebih dari 5 saluran komunikasi, sedang;bila responden mengunakan 3-4 saluran komunikasi, dan sedikit; bila responden mengunakan 1-2 saluran komunikasi. Secara rinci mengenai persebaran responden berdasarkan banyaknya saluran komunikasi yang digunakan dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dapat dilihat dalam tabel 13. Tabel 13 Persebaran responden berdasarkan banyaknya saluran komunikasi yang digunakan dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat Saluran Komunikasi
Jumlah (orang)
Prosentase
L
P
(%)
Banyak
17
7
24,7
Sedang
25
16
42,3
Sedikit
14
18
33,0
Jumlah
97
100,0
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa 42.3 persen responden berada pada kategori sedang, yaitu yang memanfaatkan 3-4 saluran komunikasi yang ada. Hal ini dapat dimaklumi karena seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa ada responden yang sekalipun bertempat tinggal di desa Negeri Katon namun bekerja di luar desa, sehingga waktu yang mereka miliki dalam kaitan proses penyebaran informasi mengenai Rudat terbatas. Namun demikian hanya 7 orang perempuan yang memanfaatkan 3-4 saluran komunikasi dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat, hal ini dkarenakan keterbatasan waktu mereka untuk memanfaatkan saluran komunikasi yang ada. Sebab lain yang membuat mereka belum memanfaatkan semua saluran komunikasi yang ada,seperti pertemuan majelis adat dikarenakan untuk dapat hadir dalam pertemuan majelis adat ada syarat-syarat yang
harus dipenuhi, diantaranya terdaftar sebagai pengurus majelis adat atau bila tidak menjadi pengurus, orang tersebut haruslah memiliki keterlibatan secara langsung dalam prosesi adat yang akan dibicarakan seperti keluarga yang akan melakukan ritual budaya tersebut. Hasil
wawancara
dan
pengamatan
menunjukkan
bahwa
mayoritas
masyarakat lebih banyak memilih atau memanfaatkan saluran komunikasi informal yaitu pertemuan di ladang atau di rumah sebagai saluran komunikasi utama mereka dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat, karena tempat tinggal mereka yang berdekatan, serta responden kerap memanfaatkan waktu luang pada saat istirahat di ladang ataupun pada saat perjalanan pulang dari ladang menuju rumah atau sebaliknya. Selain itu hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memperoleh informasi mengenai budaya Rudat untuk pertama kali berasal dari orang tua dan kerabat dekatnya. Persebaran responden berdasarkan dari siapa responden pertama kali memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14 Persebaran responden berdasarkan dari siapa responden pertama kali memperoleh informasi mengenai budaya Rudat Sumber informasi
Jumlah (orang) L
Dari orang tua Dari kerabat dekat selain orang tua Dari tokoh adat/tokoh masyarakat Dari tetangga Dari Media cetak/elektronik Jumlah
(%)
P 29 14 9 4 1
20 16 3 1 1 97
Prosentase
50,5 30,9 11,3 5,2 2,1 100,0
Tabel 14 menunjukkan peran orang tua dan kerabat dekat selain orang tua dalam bertindak sebagai sumber informasi yang pertama kali memberitahukan kepada responden tentang adanya budaya Rudat memiliki prosentasi terbesar yaitu masing-masing 50.5 persen dan 30.9 persen. Hal ini dikarenakan informasi yang dipertukarkan merupakan informasi budaya yang memang persebarannya umumnya melalui generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Sedangkan yang memilih media baik cetak maupun elektronik sebagai sumber informasi yang pertama untuk
mengetahui tentang adanya budaya Rudat ada 2.1 persen, terjadi secara tidak sengaja, karena pada waktu tersebut kebetulan mereka sedang menonton acara budaya Lampung mengenai budaya Rudat. Selain itu dari Tabel 14 diketahui mayoritas kaum perempuan di desa Negeri Katon pada waktu pertama kali memperoleh informasi mengenai budaya Rudat mereka dapatkan dari orang tua ataupun kerabat dekat mereka lainnya. Hal ini dapat dimaklumi karena waktu dan kesempatan kaum perempuan untuk berinteraksi dengan orang di luar keluarga sangat terbatas. Sehingga interkasi yang dilakukan kaum perempuan lebih banyak dilakukan dengan orang-orang yang berasal dari lingkungan keluarga.
Namun
demikian ternyata terdapat 1 orang yang justru mengetahui untuk pertama kali mengenai budaya Rudat justru dari media dalam hal ini media elektronik (televisi/TVRI), dan menurut pengakuan yang bersangkutan hal itupun terjadi secara tidak sengaja. Setelah mengetahui keberadaan budaya Rudat, selanjutnya para responden biasanya melakukan komunikasi dengan orang-orang yang mereka anggap mengetahui lebih dalam mengenai budaya Rudat. Dalam penelitian ini setiap responden diminta untuk menunjuk beberapa orang yang kerapkali mereka jadikan sebagai sumber informasi dan dengan alasan mengapa para responden memilih orang-orang tersebut sebagai sumber informasi dalam memperoleh informasi mengenai Rudat. yang dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15 Persebaran responden berdasarkan alasan memilih seseorang sebagai sumber informasi mengenai budaya Rudat Alasan
Jumlah (orang) L
Prosentase (%)
P
•
Hubungan keluarga
24
30
55,7
•
Peranannya dalam adat
24
11
36,1
•
Peranannya dalam masyarakat
8
0
8,2
Jumlah
97
100,0
Berdasarkan Tabel 15 diketahui penduduk memilih seseorang untuk dijadikan sumber informasi dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dikarenakan adanya hubungan keluarga, disamping karena peranan orang tersebut
dalam lembaga adat di desa Negeri Katon. Hal ini didasarkan hasil wawancara bahwa penduduk yang terpilih sebagai sumber informasi seluruhnya merupakan para tokoh adat, tokoh masyarakat ataupun para pamong desa Negeri Katon. Berkaitan dengan kesempatan yang biasanya digunakan atau dipilih penduduk untuk membicarakan masalah budaya Rudat yaitu pada saat pembicaraan sehari-hari, seperti pada saat diwaktu-waktu senggang mereka berkumpul secara informal. Situasi ini sangat dimungkinkan terjadi karena sebagaimana diungkapkan diatas, bahwa mayoritas sumber informasi itu dipilih salah satu diantaranya dikarenakan adanya hubungan keluarga selain itu karena kedekatan tempat tinggal. Namun demikian, dalam proses persebaran informasi mengenai budaya Rudat, ternyata tidak semua penduduk dapat langsung memahami informasi berkaitan dengan budaya Rudat yang diterimanya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya faktor tingkat pendidikan orang yang menerima, usia dan waktu penyampaian serta kemampuan untuk langsung memahami informasi yang mereka terima. Selain karena faktor yang berasal dari si penerima informasi, belum dapat dipahaminya informasi tersebut oleh masyarakat juga dikarenakan faktor dari sumber informasi, seperti tingkat pendidikan sumber informasi, kemampuan baik secara verbal maupun nonverbal dalam menyampaikan pesan, termasuk jumlah pengalaman yang berkaitan dengan budaya Rudat yang dimiliki oleh sumber informasi. Persebaran penduduk berdasarkan apakah mereka dapat langsung memahami informasi mengenai budaya Rudat yang terima atau tidak, terlihat dalam Tabel 16. Tabel 16 Persebaran responden berdasarkan apakah responden sudah memahami informasi yang mereka terima dari sumber informasinya Kategori
Jumlah (orang) L
Ya Tidak Jumlah
Prosentase (%)
P 43
35
80,4
9
6
19,6
97
100,0
Pada Tabel 16, diketahui bahwa 80.4 persen penduduk ternyata sudah memahami informasi mengenai budaya Rudat yang diperoleh dari sumber informasi. Menurut mereka pengetahuan mengenai budaya Rudat yang telah disampaikan oleh sumber informasi sudah cukup jelas sebab disampaikan dengan bahasa dan cara yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan mereka, seperti disampaikan dengan menggunakan bahasa daerah (bahasa Lampung). Selain itu biasanya sebelum responden memperoleh informasi dari sumber informasi tersebut, mereka telah mengetahui secara selintas mengenai budaya Rudat dari orang tua atau keluarganya atau dari pihak lain. Disamping itu pemahaman penduduk terhadap informasi mengenai Rudat yang mereka terima ini juga didukung karena pada saat penyampaian informasi mengenai budaya Rudat sering dilakukan pada saat pembicaraan dalam suasana informal, sehingga informasi yang disampai dapat dicerna mereka dengan baik. Namun demikian 19.6 persen penduduk yang belum memahami secara jelas apa yang telah disampaikan oleh sumber informasinya. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh tingkat pendidikan sehingga agak sulit memahami informasi tersebut dengan jelas, selain itu waktu yang mereka miliki untuk membicarakan budaya Rudat relatif sedikit, membuat mereka hanya mendengarkan informasi selintas. Berkaitan dengan adanya 19 penduduk yang ternyata belum/tidak memahami informasi mengenai budaya Rudat dari sumber informasinya terdahulu, dalam penelitian ini ke-19 responden tersebut diminta untuk mengungkapkan apa yang dilakukannya bila merasa belum/tidak memahami informasi mengenai Rudat dari sumber informasinya. Secara rinci jawaban responden atas pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 17. Tabel 17 Persebaran responden berdasarkan apa yang dilakukan mereka bila tidak memahami informasi mengenai Rudat yang mereka telah terima Langkah yang dilakukan • • • •
Meminta informasi lebih lanjut pada sumber tersebut Bertanya kepada orang lain Membaca dari media Mendiamkan saja Jumlah
Jumlah (orang) 7
Prosentase (%) 36,8
10 0 2 19
52,7 0 10,5 100,0
Tabel 17 menjelaskan mereka yang tidak memahami informasi yang terima mengenai budaya Rudat yaitu 52.7 persen berusaha meminta informasi lebih lanjut kepada orang lain tentang hal yang belum mereka mengerti, ini dilakukan dengan alasan karena mereka sudah dapat memahami sedikit informasi tersebut, hanya karena waktu yang dimiliki pada saat itu terbatas maka mereka belum dapat memahami informasi tersebut dengan baik. Sedangkan mengapa meminta kelanjutan informasi tersebut kepada orang lain, bukan pada sumber informasi yang sebelumnya, dikarenakan masalah situasi dan kondisi saja.
Sedangkan 10.5%
responden berpendapat lebih baik mereka untuk sementara waktu mendiamkan saja informasi yang belum mereka pahami, dengan harapan seiring waktu dan pada saat yang tepat mereka dapat memperoleh informasi mengenai budaya Rudat yang belum mereka pahami, salah satunya dengan menyaksikan secara langsung prosesi Rudat. Pada umumnya setelah penduduk memperoleh informasi mengenai budaya Rudat, ada berbagai hal yang mereka lakukan, diantaranya bagi yang belum pernah melaksanakan prosesi budaya Rudat mereka jadi memiliki keinginan untuk melaksanakan prosesi Rudat atau ada juga penduduk yang langsung membagi atau menyebarkan informasi tersebut kepada orang-orang yang berada disekitarnya. Secara rinci apa yang akan dilakukan oleh penduduk setelah memperoleh informasi mengenai budaya Rudat berkaitan dengan upaya penyebaran informasi mengenai budaya Rudat dapat dilihat dalam Tabel 18. Tabel 18 Persebaran responden berdasarkan hal yang dilakukan setelah memperoleh informasi mengenai Rudat berkaitan dengan proses penyebaran informasi tersebut Langkah yang dilakukan
Jumlah (orang) L
Prosentase (%)
P
• Membagi informasi tersebut ke orang lain
31
22
54,6
• Mencari sumber lain untuk mempertegas
21
16
37,1
• Mendiamkan saja
0
2
2,1
• Berniat untuk berpartisipasi lebih aktif dalam
4
1
5,2
informasi yang telah diterima
prosesi Rudat Jumlah
97
100,0
Tabel 18 menjelaskan mayoritas responden atau 54.6 persen berpendapat bahwa mereka akan membagi atau menceritakan informasi itu kepada orang lain yang berada disekitar mereka terutama generasi muda yang belum mengetahui tentang budaya Rudat. Dengan alasan untuk melestarikan budaya Rudat. Sedangkan 2.1 persen penduduk menyatakan lebih baik mereka untuk sementara mendiamkan saja informasi yang telah diperoleh, hal ini antara lain dikarenakan mereka merasa belum yakin dapat menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain dengan baik, terutama berkaitan dengan kemampuan mereka dalam hal cara penyampaian. Sebab mereka berpendapat ada yang lebih pantas untuk melakukan hal tersebut diantaranya para tokoh adat.
Analisis Jaringan Komunikasi Analisis jaringan komunikasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat pada tingkat individu, klik dan sistem. Untuk tingkat individu yang dianalisis adalah derajat keterhubungan dan derajat integrasi, tingkat klik yang dianalisis adalah derajat keterhubungan, derajat integrasi dan derajat keterbukaan, sedangkan tingkat sistem yang dianalisis adalah derajat keterhubungan dan derajat keterbukaan sistem.
Tingkat Individu Dalam menganalisis struktur jaringan komunikasi pada tingkat individu, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana hubungan seorang individu dengan individu lainnya dalam suatu sistem berkaitan dengan proses memilih dan dipilih sebagai sumber informasi (Roger dan Kincaid, 1981). Derajat Keterhubungan Individu Derajat keterhubungan yang akan dijelaskan di bawah ini mencakup dimensi persebaran informasi mengenai budaya Rudat. Hasil analisis data dengan menggunakan pendekatan indeks keterhubungan, menunjukkan bahwa derajat keterhubungan individu dalam jaringan dipengaruhi oleh jumlah anggota dalam sistem jaringan. Semakin banyak anggota suatu jaringan maka akan semakin rendah derajat koneksi individu dalam jaringan. Artinya keterhubungan atau keterkaitan responden melalui hubungan langsung atau komunikasi interpersonal dengan anggota lainnya akan rendah. Dalam struktur jaringan komunikasi masyarakat desa
Negeri Katon dalam mempertahankan budaya Rudat, derajat keterhubungan individu dapat dilihat dalam Tabel 19. Tabel 19 Derajat keterhubungan individu dalam jaringan Derajat koneksi
Jumlah (orang) L
Prosentase (%)
P
Tinggi (0.1157-0.3273)
0
0
0
Sedang (0.0568-0.1156)
8
2
10,3
49
39
89,7
Rendah (0.00-0.0568) Jumlah
97
100,0
Berdasarkan Tabel 19, diketahui bahwa 89.7 persen responden atau 87 orang responden dari 97 orang responden memiliki derajat keterhubungan individu dalam jaringan yang rendah. Artinya
tingkat keterhubungan para responden tersebut
melalui hubungan interpersonal dalam membicarakan informasi mengenai budaya Rudat tergolong rendah, berdasarkan hasil pengamatan hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor selain faktor banyaknya jumlah anggota sistem dalam jaringan, juga karena banyaknya responden yang meskipun bertempat tinggal menetap di desa Negeri Katon, namun memiliki pekerjaan utama di luar desa tersebut. Hal ini menyebabkan waktu bagi mereka untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota sistem lainnya cukup terbatas. Selain itu rendahnya derajat keterhubungan individu sebagian besar responden dalam jaringan ini juga disebabkan karena tingkat pengetahuan mereka mengenai budaya Rudat relatif hampir sama, sehingga bila mereka memerlukan informasi mengenai budaya Rudat, mereka langsung mendatangi atau mengundang para tokoh adat setempat yang mereka nilai mampu memberikan informasi yang mereka butuhkan. Menurut hasil wawancara, cara yang mereka lakukan ini ternyata lebih efektif, sebab selain mereka akan memperoleh informasi mengenai budaya Rudat dengan lebih lengkap, mereka juga dapat menghemat waktu. Derajat Integrasi Individu Untuk nilai integrasi individu dalam jaringan komunikasi masyarakat dalam mempertahankan budaya Rudat ini diperoleh hasil seperti terlihat dalam Tabel 20.
Tabel 20 Derajat integrasi individu dalam jaringan Derajat integrasi
Jumlah (orang) L
Prosentase (%)
P
Tinggi (0.4174 – 0.9091)
1
0
1,0
Sedang (0.2198 – 0.4173)
25
13
39,2
Rendah (0.00 – 0.2197)
31
28
59,8
Jumlah
97
100,0
Berdasarkan data pada Tabel 20 diketahui bahwa pengukuran derajat integrasi individu ini menggunakan kategori tinggi; sedang; dan kategori rendah. Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa 59.8 persen responden memiliki derajat integrasi individu yang rendah artinya tingkat pembauran dan kekompakkan individu dalam jaringan dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat rendah. Seperti halnya dengan penyebab rendahnya nilai keterhubungan individu dalm jaringan, rendahnya integrasi individu dalam jaringan juga disebabkan cukup banyaknya responden yang bekerja di luar desa Negeri Katon sehingga waktu untuk membicarakan budaya Rudat cukup terbatas. Sedangkan untuk nilai derajat integrasi individu tertinggi dalam jaringan hanya diperoleh oleh satu orang dalam jaringan, artinya orang yang memiliki nilai derajat integritas tertinggi memiliki tingkat pembauran dan kekompakkan yang cukup tinggi dalam menyebarkan informasi mengenai budaya Rudat Selain itu, adanya orang yang memiliki derajat integrasi tinggi juga dikarenakan dalam sehari-harinya orang tersebut masih sangat intens dalam menyebarkan informasi mengenai budaya Rudat, salah satu cara yang sampai saat ini sering mereka lakukan adalah dengan rajin mendatangi pertemuanpertemuan baik secara formal maupun informal yang berkaitan dengan pembagian informasi mengenai budaya Rudat kepada responden lainnya (secara lengkap urutan masing-masing responden berdasarkan nilai derajat integrasi individu dalam jaringan dapat dilihat dalam lampiran 4). Tingkat Klik Penelitian ini hanya menghasilkan satu buah klik besar, hasil ini sebenarnya cukup unik karena pada umumnya dalam suatu jaringan komunikasi itu terdiri dari
beberapa klik. Kendati demikian, berdasarkan hasil pengamatan kondisi ini dapat dimaklumi sebab dengan adanya responden yang berasal dari satu wilayah membuat persebaran informasi lebih banyak dilakukan antar individu dalam wilayah tersebut. Selain itu informasi yang dipertukarkan termasuk dalam informasi yang terbatas bagi suatu kalangan tertentu, sehingga untuk mempertukarkan informasi dalam hal ini mengenai Rudat, hanya dilakukan pada kalangan yang terbatas pula, dalam hal ini dalam masyarakat desa Negeri Katon. Dalam analisis pada tingkat klik, yang akan dibahas adalah keterhubungan klik; jumlah hubungan antara satu klik dengan klik lain dalam sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi,kemudian integrasi klik; Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) antara klik dengan klik lainnya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi. Namun karena dalam penelitian ini hanya terdapat satu buah klik, maka analisis pada tingkat klik tidak dapat dilakukan sebab tidak ada klik pembandingnya. Tingkat Sistem Dalam menganalisis pada tingkat sistem yang dianalisis, yaitu derajat keterbukaan sistem yang akan dianalisis melalui jumlah hubungan dari anggota sistem yang melintasi batas sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi. Derajat keterbukaan merupakan parameter dalam melakukan analisis jaringan komunikasi yang dapat kita gunakan guna melihat sampai sejauh mana keterbukaan komunikasi suatu jaringan komunikasi terhadap pihak luar. Dalam jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi mengenai budaya Rudat memiliki derajat keterbukaan sistem yang sangat rendah sebab nilai yang didapatkan kurang dari 1 (satu) yaitu: 0.001. Nilai ini diperoleh dari banyaknya hubungan yang dilakukan oleh anggota jaringan keluar jaringan/sistem yaitu sebanyak 8 hubungan, yang kemudian jumlah itu dibagi dengan banyaknya hubungan yang mungkin terjadi dalam sistem yang dihitung dari ½ N (N-1)
atau
½ x 97 (97-1). Rendahnya derajat keterbukaan ini disebabkan oleh adanya pandangan masyarakat desa Negeri Katon bahwa jika hanya untuk mendapatkan informasi mengenai budaya Rudat, mereka lebih senang jika mendapatkannya dengan orangorang yang berada disekitarnya atau yang berada di dalam sistem jaringan komunikasinya tanpa harus melibatkan orang dari luar sistem mereka. Sebab mereka
berpendapat bahwa orang-orang yang ada di dalam sistem mereka pun sudah cukup layak, berpengalaman dan berkompeten dalam memberikan informasi mengenai budaya Rudat.
Peran Perempuan Sebagai salah satu kelompok masyarakat adat Lampung yang masih menjunjung tinggi sistem kekerabatan patrilineal, masyarakat desa Negeri Katon dalam kehidupannya sehari-hari kerapkali menempatkan laki-laki pada posisi yang lebih dibandingkan kaum perempuan, demikian pula dalam kegiatan yang berkaitan dengan budaya Rudat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 41 orang responden perempuan ternyata mayoritas memiliki tingkat pendidikan hanya pada tamatan SD dan SLTP. Persebaran responden perempuan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat dalam Tabel 7 (halaman 34). Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa 51.2 persen perempuan hanya tamat SD, hal ini disebab oleh berbagai faktor diantaranya, perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas berasal dari golongan usia sedang yaitu antara 41 – 55 tahun dan golongan usia tua yaitu > 56 tahun, yang berdasarkan hasil wawancara menurut mereka pada masa usia sekolah dahulu orang tua mereka memandang anak perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi yang penting bisa baca dan tulis. Namun seiring dengan perkembangan, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukan pandangan tersebut sedikit demi sedikit telah mengalami perubahan, terbukti sudah cukup banyak anak perempuan dalam usia sekolah yang sedang menempuh pendidikan cukup tinggi walaupun harus merantau ke luar desa Negeri Katon. Masih cukup rendahnya mayoritas tingkat pendidikan responden perempuan ternyata tidak berpengaruh terhadap peran mereka dalam masyarakat diantaranya dalam kegiatan kader posyandu, kelompok tani perempuan dan dalam kegiatan sosial budaya lainnya, termasuk dalam kegiatan yang berkaitan dengan
prosesi budaya
Rudat. Artinya sekalipun kaum perempuan di desa Negeri Katon memiliki tingkat pendidikan yang relatif masih belum tinggi, namun kesadaraan mereka akan pentingnya hidup bermasyarakat sudah cukup baik. Sebelum kita mengetahui pada tahap apa sajakah serta seberapa besar keterlibatan kaum perempuan dalam prosesi
budaya Rudat, kita akan melihat rincian aktifitas/kegiatan pada setiap tahap dalam pelaksanaan prosesi budaya Rudat, mulai dari tahap penyiapan upacara/prosesi Rudat, tahap pelaksanaan hingga pada tahap akhir prosesi acara Rudat dalam Tabel 21. Tabel 21 Rincian kegiatan dalam setiap tahap prosesi budaya Rudat Tahapan Kegiatan
L
P
1. Tahap Persiapan Prosesi • • • • • • • • •
Berlatih salawat Melatih gerakan tari yang akan dibawakan pada saat prosesi Melatih para penabuh rebana yang akan menyertai prosesi Mengundang para tokoh adat & tokoh masyarkat untuk menghadiri rapat adat Menyelenggarakan rapat adat/pertemuan adat Mempersiapkan rute-rute yang akan ditempuh dalam pelaksanaan prosesi Mempersiapkan & memilih orang-orang yang akan terlibat dalam prosesi Membuat pengumuman/sekaligus undangan untuk masyarakat Mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan para pelaku dalam acara, termasuk diantaranya segala macam kebutuhan yang berkaitan dengan pelaksanaan acara
2. Tahap Pelaksanaan Prosesi • Menjalankan urutan prosesi pelaksanaan dari awal hingga akhir acara • Mengumandangkan salawat, nasehat, dan lain-lain • Mengarak pengantin atau anak yanag dikhitan keliling desa dengan menggunakan kereta dorong adat (dalam bahasa Lampung disebut krajat) • Mengatur hal-hal yang berkaitan dengan non teknis,seperti konsumsi dan pakaian yang akan dikenakan oleh para pelaku dalam prosesi Rudat 3. Tahap Akhir Prosesi • Menyimpan kembali alat-alat yang digunakan pada saat acara, seperti pakaian, rebana dan lain sebagainya • Membereskan serta menginventaris barang-barang yang telah digunakan dalam prosesi Rudat
X X X
X X
X
X X X
X
X
X X
X
X
X
X
X
X
Dari beberapa kegiatan yang berkaitan dengan prosesi budaya Rudat, seperti tercantum dalam Tabel 21, dapat kita ketahui bahwa banyaknya rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap prosesi budaya Rudat sudah tentu memerlukan waktu, tenaga dan jumlah personil yang tidak sedikit. Dari berbagai kegiatan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan perempuan ternyata memiliki peraan yang cukup signifikan. Hanya memang, dalam perempuan tidak dapat terlibat dalam semua kegiatan, hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor diantaranya faktor tenaga; karena dalam beberapa item kegiatan memerlukan tenaga yang cukup kuat dan hanya dapat dilakukan oleh kaum laki-laki, seperti mendorong anak yang dikhitan dalam kereta adat atau menandu anak yang dikhitan untuk keliling desa. Banyaknya kegiatan yang melibatkan kaum perempuan dalam prosesi budaya Rudat, menuntut perempuan di desa Negeri Katon untuk dapat membagi waktunya dengan baik. Sebab sekalipun mereka terlibat dalam beberapa kegiatan tersebut, tugas utama mereka sebagai ibu rumah tangga dan istri harus tetap diutamakan. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, kaum perempuan di desa Negeri Katon
biasanya
melakukan
disela-sela
waktu
mereka
dalam
mengurus
rumahtangganya. Memang ada sebagian masyarakat desa Negeri Katon yang masih agak sulit untuk menerima keterlibatan langsung perempuan dalam prosesi budaya Rudat, hal ini semata dikarenakan mereka berpendapat bahwa jika kaum laki-laki masih dapat melakukannya, keterlibatan perempuan sebaiknya diminimalisir. Terutama untuk kegiatan yang memerlukan tenaga yang besar dan waktu yang lama, seperti mengarak pengantin atau anak yang khitan. Namun demikian berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, pendapat ini ternyata tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan untuk menghalangi partisipasi perempuan dalam prosesi budaya Rudat. Terbukti, dari waktu ke waktu perempuan yang melibatkan diri dalam setiap tahap prosesi Rudat kian bertambah. Sehingga lama-kelamaan dapat meyakinkan pihak-pihak yang semula meragukan atau kurang menyetujui keterlibatan perempuan dapat berkurang. Hal ini tercermin dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa mayoritas responden yang menyatakan bahwa kaum perempuan itu layak/bisa berperan aktif dalam prosesi budaya Rudat, seperti yang terlihat dalam Tabel 22.
Tabel 22 Persebaran responden berdasarkan apakah perempuan layak/bisa berperan aktif dalam prosesi Rudat Kategori Ya Tidak Jumlah
Jumlah (orang) L P 47 32 9 9 97
Prosentase (%) 81,4 18,6 100,0
Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa 81.4 persen responden menyatakan bahwa kaum perempuan layak/bisa berperan aktif dalam prosesi budaya Rudat, karena menurut mereka dengan adanya keterlibatan atau peran aktif kaum perempuan maka upaya untuk mempertahankan budaya Rudat akan jauh lebih mudah sebab kaum perempuanlah yang lebih mengerti bagaimana cara yang baik untuk mensosialisasikan informasi mengenai Rudat kepada generasi muda selain itu perempuan jauh lebih teliti dan peka dalam melihat suatu fenomena yang terjadi dalam diri generasi muda terutama yang berkaitan dengan pelestarian budaya. Selain itu berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan prosesi budaya Rudat, ternyata selama ini justru dengan adanya peran serta perempuanlah maka suatu prosesi budaya Rudat dapat dilaksanakan dengan baik. Sebab ternyata peran serta laki-laki dalam prosesi budaya Rudat akan sangat besar pada saat pelaksanaan, sedangkan pada tahap persiapan justru lebih didominasi kaum perempuan. Dari 79 orang atau 81.4 persen responden yang menyatakan perempuan layak berperan dalam prosesi Rudat, ternyata disampaikan oleh 32 orang dari kaum perempuan, hal ini menurut mereka didasari bahwa selama ini kemampuan dan kemauan kaum perempuan untuk terlibat secara aktif dalam setiap tahapan prosesi budaya Rudat telah terbukti dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga tidak ada alasan bila kaum perempuan dianggap tidak layak untuk berperan dalam prosesi budaya Rudat. Kalaupun ada kaum perempuan yang menyatakan bahwa perempuan tidak layak berperan dalam prosesi Rudat, semata dikarenakan mereka berpikir bahwa pekerjaan rumah tangga yang selama ini menjadi tanggungjawab mereka takut terganggu, terutama bila terlibat dalam tahap pelaksaaan prosesi. Pengukuran tingkat peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat dilakukan berdasarkan intensitas keterlibatan perempuan dalam setiap tahapan dalam pelaksanaan prosesi Rudat seperti tercantum di atas. Dalam tiap tahap diketahui
bahwa kaum perempuan memiliki intensitas keterlibatan yang cukup tinggi, dimana keterlibatan kaum perempuan tidak hanya sebagai penonton dalam tiap tahap tapi juga sebagai pelaksana yang turut menentukan sukses atau tidaknya suatu prosesi Rudat. Tingkat peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat dibagi dalam tiga kategori yaitu: rendah, sedang dan tinggi. Kategori Tinggi; bila peran perempuan ada dalam tiga tahap, sedang; bila peran perempuan hanya pada dua tahap dan rendah; bila peran perempuan hanya pada satu tahap saja. Secara lengkap mengenai tingkat peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat dapat dilihat dalam Tabel 23. Tabel 23 Tingkat peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat Kategori
Jumlah (orang) L
Rendah Sedang Tinggi
P 11 25 18
Jumlah
Prosentase (%)
6 12 25 97
17,6 38,1 44,3 100,0
Dari Tabel 23 diketahui bahwa 44.3 persen responden menjawab bahwa keterlibatan atau peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat selama ini tinggi, karena menurut mereka peran perempuan baik dalam proses penyebaran informasi maupun dalam prosesi pelaksanaan budaya Rudat selama ini selalu besar yakni terlibat dalam tiga tahap pelaksanaan budaya Rudat yaitu mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir. Sedangkan 17.6 persen responden yang menjawab bahwa peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat masih rendah, karena mereka berpendapat bahwa peran perempuan dalam pelaksanaan dan tahap akhir prosesi Rudat nyaris tidak ada. Hal ini dapat dimaklumi, karena sebagaimana disebutkan sebelumnya pada saat tahap pelaksanaan dan tahap akhir prosesi, peran perempuan diminimalisir dengan berbagai alasan.
Hubungan Antar Peubah Hubungan karakteristik Individu dengan Jaringan Komunikasi Karakteristik seseorang akan sangat mempengaruhi atau menentukan perilaku komunikasi orang tersebut. Karakteristik individu merupakan aspek
personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan, akses terhadap media, terpaan media.Hal ini dijadikan indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan mengenai perilaku komunikasi seorang individu. Adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik individu dengan keikutsertaannya dalam jaringan komunikasi terlihat dalam penelitian ini. Secara rinci hasil pengolahan data mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam Tabel 24. Tabel 24 Hubungan karakteristik individu dengan jaringan komunikasi Karakteristik Individu Umur Pendidikan Akses terhadap media Terpaan Media
Jaringan Komunikasi Saluran komunikasi Derajat koneksi Derajat integritas -0,084 0,246 0,242 0,143 0,223 -0,156 0,141 0,153 0,056 0,162 0,212 0,162
Berdasarkan Tabel 24 dapat dijelaskan bahwa, umur berhubungan dengan jaringan komunikasi di tingkat yang lemah (rs < 0.2). Artinya ada kecenderungan bahwa semakin tua usia maka peran dalam jaringan untuk derajat keterhubungan (koneksi) dan derajat integrasi akan semakin intensif. Hal ini dapat dipahami bahwa, masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan budaya Rudat ini biasanya memang orang-orang yang sudah memiliki usia yang relatif sudah cukup dewasa, sehingga tingkat kesadarannya untuk berpartisipasi dan menempatkan diri dalam jaringan juga sudah cukup baik. Namun demikian ternyata faktor umur memiliki nilai negatif dengan saluran komunikasi, artinya ada kecenderungan semakin muda usia maka semakin banyak saluran komunikasi yang digunakan demikian pula sebaliknya. Hal ini dapat dimaklumi terutama berkaitan dengan rasa ingin tahu kaum muda yang cenderung lebih besar terhadap suatu informasi sehingga membuat mereka akan terus menggali informasi dari satu salauran ke saluran lainnya. Tingkat pendidikan masyarakat desa Negeri Katon berhubungan pada tingkat yang rendah dengan jaringan komunikasi pada aspek derajat komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tingkat keikutsertaan dalam jaringan juga akan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Baik dalam kedudukan mereka sebagai sumber informasi maupun sebagai penerima/pencari informasi. Seseorang yang memiliki latar belakang yang relatif cukup tinggi akan dipandang oleh masyarakat sekitarnya sebagai orang yang cukup mengetahui tentang berbagai hal. Demikian pula dengan orang yang memiliki
tingkat pendidikan yang cukup tinggi biasanya memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu informasi terutama informasi yang berkaitan dengan kehidupan disekitarnya, termasuk informasi mengenai budaya Rudat. Sehingga hal ini akan memicu semakin tingginya keterlibatan seseorang
dalam jaringan komunikasi.
Kendati demikin, berkaitan dengan persebaran informasi mengenai budaya Rudat, ada kalanya peran seseorang tidak berkaitan dengan tingkat pendidikan, karena informasi yang di pertukarkan merupakan informasi yang berasal secara turun temurun maka faktor usia dan kedudukan seseorang dalam adat cenderung dapat lebih mempengaruhi peran seseorang dalam jaringan. Akses terhadap media ternyata tidak memiliki hubungan dengan jaringan komunikasi baik dalam aspek saluran komunikasi, derajat koneksi dan derajat integritas karena memiliki nilai rs< 0.2. Artinya akses responden terhadap media tidak berhubungan dengan keterhubungannya dengan individu lain dalam jaringan. Hal ini dikarenakan informasi budaya Rudat lebih banyak diperoleh responden melalui komunikasi interpersonal. Jadi dengan mengakses media atau tidak, responden tetap akan dapat memperoleh informasi mengenai budaya Rudat. Terpaan media hanya memungkinkan hubungan dengan jaringan komunikasi. Artinya semakin banyak diterpa oleh media berkaitan dengan informasi budaya Rudat maka peran seseorang dalam jaringan juga semakin besar. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara karakteristik individu dengan jaringan komunikasi terbukti.
Hubungan Karakteristik Informasi dengan Jaringan Komunikasi Antara karakteristik informasi (yang terdiri dari intensitas informasi) dengan jaringan komunikasi (yang terdiri dari saluran komunikasi, derajat koneksi dan derajat integrasi) memiliki hubungannya. Hasil analisis data mengenai hubungan karakteristik informasi dengan jaringan komunikasi dapat dilihat dalam Tabel 25.
Tabel 25 Hubungan antara jaringan komuniksi dengan karakteristik informasi Jaringan Komunikasi Saluran Komunikasi Derajat koneksi Derajat integrasi
Karakteristik Informasi Intensitas informasi 0.672 0.607 0.666
Dalam Tabel 25, diketahui bahwa jaringan komunikasi memiliki korelasi yang moderat (0.4
Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Peran Perempuan Dalam penelitian ini, diketahui bahwa terdapat hubungan anatara jaringan komunikasi dengan peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat. Hasil analisis korelasi Rank Spearman antara hasil analisis jaringan komunikasi dengan peran perempuan secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 26. Tabel 26 Hubungan jaringan komunikasi dengan peran perempuan Jaringan komunikasi Saluran komunikasi Derajat koneksi Derajat integritas
Dalam persiapan prosesi 0,226 0,211 0,271
Peran perempuan Dalam pelaksanaan Prosesi 0,117 0,102 0,181
Dalam tahap akhir Prosesi 0,110 0,167 0,156
Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa jaringan komunikasi memiliki hubungan dengan peran perempuan hanya pada tahap persiapan prosesi (pada tahap lain rs<0.2). Artinya semakin banyak saluran komunikasi yang digunakan maka akan semakin tinggi pula peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat. Saluran komunikasi yang digunakan dapat mempengaruhi pola pikir responden tentang perlu dan pentingnya peran perempuan dalam pelaksanaan prosesi budaya Rudat. Selain itu melalui saluran komunikasi terutama saluran informal seperti pembicaraan-pembicaraan antar warga di rumah atau di tempat-tempat lainnya, orang yang semula merasa perempuan tidak perlu terlibat dalam prosesi Rudat sedikit demi sedikit dapat merubah pemahamannya mengenai hal tersebut. Terbukti bahwa rata-rata kaum perempuan di desa Negeri Katon dalam mengakses informasi mengenai budaya Rudat menggunakan 2 sampai 3 saluran komunikasi. Selain itu semakin tinggi derajat koneksi individu dan derajat integrasi individu dalam jaringan maka akan meningkatkan peran perempuan dalam prosesi budaya Rudat. Sebab semakin tingginya tingkat keterhubungan dan pembauran seseorang dalam jaringan maka akan berpengaruh pada semakin memahami bahwa peran perempuan dalam prosesi Rudat itu diperlukan. Disamping itu juga diketahui bahwa semakin tinggi keikutsertaan responden dalam jaringan maka akan semakin tinggi pula peran perempuan dalam menyebarkan dan melaksanakan prosesi budaya Rudat.
Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini tentang adanya hubungan antara jaringan komunikasi dan peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat dalam tahap persiapan prosesi terbukti.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Struktur jaringan komunikasi yang terbentuk dalam masyarakat desa Negeri Katon dalam mempertahankan budaya Rudat merupakan jaringan personal yang mengunci (interlocking personal network) yang bersifat agak memusat serta hanya membentuk satu buah klik yang sangat besar. Jaringan terdiri dari individu-individu yang homifili namun tidak terbuka terhadap lingkungan sekitarnya, pembagian informasi sebagian besar hanya dilakukan dengan orang-orang yang berada dalam sistem jaringan. 2. Peranan khusus yang ada dalam jaringan tersebut adalah star (individu yang paling banyak dimintai informasinya) dan neglectee (individu yang memiliki pilihan sumber informasi namun tidak dipilih sebagai sumber informasi oleh responden lainnya). Sedangkan peran khusus lainnya dalam jaringan komunikasi masyarakat desa Negeri Katon dalam mempertahankan budaya Rudat tidak ditemukan, salah satunya disebabkan karena dalam jaringan ini hanya terbentuk satu buah klik. 3. Peran perempuan dalam proses penyebaran informasi dan proses pelaksanaan prosesi budaya Rudat memiliki peranan yang cukup signifikan terutama pada tahap persiapan prosesi, sedangkan untuk dua tahap lainnya (tahap pelaksanaan dan tahap akhir prosesi) peran perempuan masih diminimalisir. 4. Ada hubungan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya Rudat di desa Negeri Katon. Aspek-aspek jaringan komunikasi yakni saluran komunikasi, derajat koneksi dan derajat integrasi memiliki hubungan nyata dengan peran perempuan dalam penyebaran dan pelaksanaan budaya Rudat.
Saran 1. Pelibatan media massa terutama media elektronik dalam menyebarkan dan melestarikan budaya Rudat harus lebih ditingkatkan, karena selama ini peliputan mengenai budaya Rudat masih relatif sedikit atau jarang.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menganalisis dan menemukan metode komunikasi yang lebih efektif yang dapat direferensikan kepada masyarakat desa Negeri Katon khususnya dan masyarakat Lampung pada umumnya dalam upaya mempertahankan budaya Rudat. 3. Peran pemerintah daerah (dalam hal ini terutama Dinas Promosi dan Pariwisata) baik kabupaten maupun propinsi perlu ditingkatkan dalam melestarikan budaya rudat yang termasuk sebagai salah satu aset budaya bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Anty, Khazy. 2002. Hubungan Antara Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani Terhadap SUTPA/Sistem Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis
(Kasus 2 Kelompok Tani pada Sebuah Desa di kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Beebe, S.A dan J.T. Masterson, 1994. Communicating in Small Groups; Principles and Practices. Harper Collins College Publishers. New York.
DeVito, 1996, Sosiologi Komunikasi Massa, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. -----------, 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar (Ed) alih Bahasa Agus Maulana. Profession Books. Jakarta Depari, E. Dan McAndrews C. 1992. Peran Komunikasi Massa Dalam Pembangunan. Gajah Mada University Pres. Yogyakarta. Ellyta. 2006. Analisis Jaringan Komunikasi Petani Dalam Pemasaran Lidah Buaya. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Gustina, Anna., 1999. Analisis Jaringan Komunikasi Masyarakat dalam Mempertahankan Mitos Pengangkatan Anak Secara Adat Pada Masyarakat Lampung Pepadun. Skripsi. Univ. Diponegoro. Semarang. Hadikusuma, Hilman. 1988. Budaya Masyarakat Lampung. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Jahi, Amri: Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga; suatu pengantar. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Jhonson. 1990. Teori Sosiologi Klasik & Modern Jilid I dan II diterjemahkan oleh R.M.Z. Lawang, PT. Gramedia. Jakarta Kreech, D Crutchfield and Ballachey. 1962. Individual in Society. Mc Graw Hill. Kagakusha. Tokyo. Littlejhon, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication 7 ed. Belmont. California Wards Worth Publishing Co. Liliweri. Alo, 1997, Komunikasi Antar Pribadi, PT. Bina Aksara, Jakarta. Muhammad, A. 1995. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. Monografi desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, tahun 2006 Nawawi. Hadar, 1990, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Nelly, M. 1988. Hubungan Beberapa Karakteristik Sosial Ekonomi dan Perilaku Petani Mengadopsi Rumput Laut Unggul di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Cimanuk Kabupaten Majalengka Jawa Barat (Tesis). Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. Bogor. Rakhmat, J. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi.2000. Rosdakarya. Bandung. Rogers, Everett M and R A Roger. 1983. Communication in Organization. The Free Press. New York. Rogers, Everett M and D. Lawrence Kincaid, 1981, Communication Network: Toward a new Paradigm for Research. The Free Press memillan Publishing, Inc., Columbus, Ohio. Saleh, A. 1988. Hubungan Beberapa Karakteristik dan Perilaku Komunikasi Pemuka-Pemuka Tani dalam Desiminasi Teknologi Model Farm di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy Ciamis Jawa Barat (tesis).Institut Pertanian Bogor. Sekolah Pascasarjana. Bogor. Sarwono. 1984. Teori-teori Psikologi Sosial. Rajawali. Jakarta Setiawan. Bambang, 1983, Metode Analisis Jaringan Komunikasi, Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Universitas
---------------------------, 1989, Jaringan Komunikasi di Desa. FISIP GAMA. Yogyakarta. Siegel, S. 1985. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Gramedia. Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Effendi, 1989. Metode Penelitian Survey. Penerbit LP3ES. Jakarta. Sopiana, 2002. Hubungan Karakteristik Petani dan Jaringan Komunikasi dengan Perilaku Usahatani Tebu. Tesis. Bogor:Institut Pertanian Bogor. Suhardono. 1994. Teori Peran: Konsep, Derivasi daan Implikasinya. PT. Gramedia Puataka Utama. Jakarta Suparno E.P., 1993, Masyarakat dan Budaya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tubbs, Stewart dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Buku Pertama. Penterjemah: Deddy Mulyana dan Gembira Sari. PT. remaja Rosdakarya. Bandung.
Lampiran 1
PETA LOKASI DESA NEGERI KATON, KECAMATAN NEGERI KATON
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT (Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)
Nomor Responden Nama Responden Alamat
: .................................................... : .................................................... : .................................................... ..................................................... Tanggal Wawancara : ....................................................
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR PERTANYAAN
1.
Karakteristik Responden
1. Nama
:
2.. Umur
:
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan *
4. Pendidikan Formal a. Tidak Sekolah c. Tamat SD e. Tamat SLTA
: b. Tidak Tamat SD d. Tamat SLTP f. Akademi/Sarjana
6. Pendidikan Non Formal (Jika Ada) 7. Pekerjaan
Tahun
: ………………………………
:
8. Sejak kapan Anda mengetahui tentang budaya rudat ? ................................................................................................. 9. Media komunikasi massa yang Anda miliki ? a. Radio b. Televisi d. Majalah e. Telepon/Hp
c. Koran e. Lainnya: ………………..
10. Apakah media komunikasi massa yang Anda miliki, pernah memberikan informasi mengenai budaya rudat ? a. Pernah, yaitu: ..................................................... b. Tidak Pernah 11. Apakah Anda dalam 6 bulan terakhir ini menonton televisi ? a. Ya (lanjut ke p.12) b. Kadang-kadang (lanjut ke p.12) c. Tidak Pernah (lanjut ke p.14) 12. Acara apa yang biasanya Anda tonton di televisi selama 6 bulan terakhir? a. Berita b. Telenovela/Sinetron c. Infotaiment d. Lainnya: ................................................ 13. Pernahkah Anda pernah mendapatkan informasi mengenai budaya rudat dari televisi selama 6 bulan terakhir? a. Pernah b. Tidak Pernah 14. Apakah Anda mendengarkan radio dalam 6 bulan terakhir? a. Ya (lanjut ke p.15) b. Kadang-kadang (lanjut ke p.15) c. Tidak Pernah (lanjut ke p.16) 15. Acara apa yang biasanya Anda dengarkan selama 6 bulan terakhir?
a. Berita c. Lagu-lagu/musik
b. Sandiwara Radio d. Lainnya: ................................................
16. Apakah Anda pernah mendengarkan informasi mengenai budaya rudat di radio selama 6 bulan ? a. Pernah (lanjut p.17) b. Tidak Pernah (lanjut p.18) 17. Dalam bentuk apa biasanya Anda mendaptkan informasi mengenai budaya rudat di radio? a. Sandiwara radio b. Berita c. lainny, sebutkan .............................................................................. 18. Apakah Anda pernah membaca koran atau majalah dalam 6 bulan terakhir ? a. Ya (lanjut ke p.19) b. Kadang-kadang (lanjut ke p. 19) c. Tidak Pernah (lanjut ke p.20)
19. Apakah Anda pernah membaca informasi mengenai budaya rudat di koran/majalah selama 6 bulan terakhir? a. Pernah b. Tidak Pernah 20. Dalam bagian/rubrik apakah biasanya Anda membaca informasi mengenai budaya rudat di koran/majalah tersebut ? a. Artikel c. Opini c. Lainnya, sebutkan:..............................................
II. Jaringan Komunikasi 21. Dari siapa Anda pertama kali tahu atau mendengar mengenai rudat ? a. Dari Orang tua b. Kerabat/Keluarga dekat selain orang tua c. Dari tokoh adat atau masyarakat d. Dari tetangga e. Dari media cetak atau elektronik f. Lainnya: …………………………………. 22. Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang rudat, kepada siapa biasanya Anda meminta informasi ? (sebutkan tiga orang) 1. a. Nama : b. Pekerjaan : c. Alamat : 2. a. Nama : b. Pekerjaan : c. Alamat : 3. a. Nama :
b. Pekerjaan c. Alamat
: :
23. Apa alasan Anda menjadikan ketiga orang tersebut sebagai sumber informasi Anda berkaitan dengan rudat ? Alasan menjadikan orang nomor 1 pada jawaban pertanyaan nomor 22 sebagai sumber informasi a. Karena hubungan keluarga b.Karena peranannya dalam adat/masyarakat c. Alasan lain (sebutkan) ……………………………………………
Alasan menjadikan orang nomor 2 pada jawaban pertanyaan nomor 22 sebagai sumber informasi a. Karena hubungan keluarga b.Karena peranannya dalam adat/masyarakat c. Alasan lain (sebutkan) ……………………………………………
Alasan menjadikan orang nomor 3 pada jawaban pertanyaan nomor 22 sebagai sumber informasi a. Karena hubungan keluarga b.Karena peranannya dalam adat/masyarakat c. Alasan lain (sebutkan) ……………………………………………
24. Seberapa sering Anda berkomunikasi dengan orang-orang tersebut untuk membicarakan mengenai rudat ? a. selalu c. Tidak pernah b. Jarang 25. Biasanya pada kesempatan bagaimana anda membicarakan hal tersebut dengan sumber informasi Anda ? a. Pada saat pembicaraan sehari-hari b. Pada saat ada pertemuaan-pertemuan resmi di RT/Kelurahan c. Pada saat ada upacara/ acara adat tertentu d. Lainnya (sebutkan) …………………………………………… 26. Kepada siapa biasanya Anda membicarakan informasi mengenai budaya rudat? (tuliskan nama orang tersebut) a. .................................................................................. b. .................................................................................. c. .................................................................................. 27. Mengapa Anda tertarik untuk membicarakan budaya rudat dengan orang-orang tersebut? Jelaskan sesuai dengan urutan diatas a. ……………………………………………………………………………
b. ................................................................................................................... c. ....................................................................................................................
28. Apakah Anda menyetujui diadakannya rudat dalam prosesi perkawinan/khitanan? a. Ya, sebutkan alasannya ……………………………………………………….. (lanjut ke p. 29) b. Tidak, sebutkan alasannya ……………………………………………………….. (lanjut ke p.31) 29. Apakah anda sudah memahami infomasi mengenai rudat yang anda terima dari sumber informasi anda ? a. Ya (lanjut ke p. 30) b. Tidak/Belum (lanjut ke p. 33) 30. Apakah Anda mengetahui 3 (tiga) tahapan awal dalam acara rudat ? a. Ya, sebutkan: 1. …………………………. 2. …………………………. 3. …………………………. (lanjut ke p. 31) b. Tidak (lanjut ke p. 32) 31. Bila Anda belum/kurang memahami informasi yang ada peroleh dari sumber informasi anda tersebut, apa yang kemudian anda lakukan ? a. Meminta informsi lebih lanjut dari sumber informasi itu b. Bertanya kepada orang lain selain sumber informasi itu c. Membaca dari media/literatur/buku (termasuk dari radio/televisi) d. Mendiamkannya saja 32. Apakah Anda pernah berpartisipasi aktif dalam prosesi rudat dalam 3 tahun terakhir? a. Ya (lanjut ke p. 33) b. Tidak (lanjut ke p.34) 33. Apakah alasan Anda ikut serta berpartisipasi secara aktif dalam prosesi rudat? ……………………………………………………………………………… 34. Selama ini, setelah anda memperoleh informasi mengenai rudat, apa yang anda lakukan dengan informasi tersebut ? a. Membagi informasi dengan orang lain b. Mencari sumber informasi yang lebih mempertegas informasi yang anda telah peroleh c. Didiamkan saja informasi tersebut d. Lainnya (sebutkan)
……………………………………………. 35. Apakah anda pernah mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai rudat ? a. Ya (lanjut ke p.36) b. Tidak (lanjut ke p. 37) 36. Bila pernah, menurut anda apa penyebab timbulnya kesulitan terebut ? tolong sebutkan. ……………………………………………………………… 37. Menurut anda, apakah budaya rudat itu masih perlu dilestarikan ? a. Ya perlu, karena …………………………………………………… b. Tidak perlu, Karena ……………………………………………….. 38.
Menurut anda, apakah selama ini pemerintah memiliki perhatian berkaitan dengan keberadaan budaya rudat ? a. Ya terbukti dari …………………………………………………….. b. Tidak terbukti dari ……………………………………………………..
III. Peran Perempuan Dalam Prosesi Rudat 39.
Apakah Anda pernah menyampaikan informasi tentang budaya rudat kepada orang lain ? a. Selalu b. Jarang c. Tidak Pernah
40.
Menurut Anda apakah perempuan layak/bisa berperan aktif dalam prosesi rudat? a. Ya, karena ……………………………………………………………… b. Tidak, karena …………………………………………………………...
41. Menurut Anda, selama ini apakah perempuan pernah dilibatkan dalam prosesi rudat? a. Pernah (lanjut ke p. 42) b. Tidak pernah, karena ……………………………………………………. (Lanjut ke p.44) 42. Jika ya, pada tahap atau bagian mana perempuan bisa dilibatkan dalam prosesi rudat? a. Mulai dari persiapan hingga selesai prosesi b. Penyiapan acara saja c. Pelaksanaan acara saja 43. Mengapa Anda menjawab demikian? (alasan Anda menjawab di pertanyaan no.42) ...........................................................................................................................
44.
Menurut Anda, mengapa selama ini perempuan tidak boleh terlibat dalam prosesi budaya rudat di desa Anda? ...........................................................................................................................
45. Apakah Anda setuju bila perempuan dilibatkan dalam penyiapan prosesi rudat? a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak Setuju 46. Mengapa Anda menjawab demikian? (alasan Anda menjawab di pertanyaan no. 45) ........................................................................................................................... 47.
Apakah Anda setuju bila perempuan dilibatkan dalam pelaksanaan prosesi rudat? a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak Setuju
48. Mengapa Anda menjawab demikian?(alasan Anda menjawab di pertanyaan no. 51) ........................................................................................................................... 49. Apakah Anda pernah memotivasi seseorang untuk melaksanakan prosesi budaya rudat ? a. Selalu b. Jarang c. Tidak Pernah 50.
Apakah Anda pernah menghubungkan seseorang yang ingin memperoleh informasi lebih lanjut mengenai budaya rudat? a. Selalu b. Jarang c. Tidak Pernah
”Terima kasih atas bantuan & partisipasi Anda menjawab pertanyaan dengan jujur”.
Lampiran 4
DAFTAR NAMA RESPONDEN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Agus Syafei Alamsyah M. Siddiq Umar Hakim Ny. Umar Hakim Ariffuddin Aman gelar Suttan Hukum Lukman Anwar Ny. Yuli Aman gelar Suttan Ibuan Ny. Lili Lukman Ny. Herni Karim gelar Suttan Ratu A. Karim gelar Suttan Rajo Ny. Nuraini Yusuf Aris Mahmud Ny. Hj. Adriana Shomad Ny. Wati Ali Alwi Ali Alwi gelar Pangiran Rajo Ny. Asnidar Parmin Yulianto Ny. Solekha Mustaqim Mustaqim Ny. Nuraida Yunus Makki Ny. Vera Yusuf Ny. Maulana Sugeng Hermanto Darman Yusuf Ny. Yanti Ny. Siti Sumilah Zulkarnain Putra Budi Ikhsan M. Hasan Anwar Yusirum Putra Ny. Halimah Ny. Rugayah Winarto Ali Subagio Yunus
Keterangan Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Tokoh Adat Tokoh Adat Penduduk Penduduk Penduduk Kepala Desa Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Tokoh Adat Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Sekertaris Desa Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Ny. Bainah Bambang Jaiz Ny. Rahmawati Hendri Kurniawan Ny. Merda Ny. Desti Syamsul Syamsu Rizal Rahmat Abdullah gelar Suttan Pengiran Haji Ny. Rosnaini Ny. Srimawatun Hermanto Ulung Setiawan Ny. Nuria Sari Oktafian H. Abdul Shomad gelar Rajo Penutup Firmansyah Rizki Gunawan Ny. Dewi Rizki Syamsuddin gelar Suttan Ujud Ny. Fatimah Syamsuddin Ny. Marheti Ny. Nurlela Alam Ratu Tiday Wirawan Sanusi Tulis Syahmin Ny. Zubaidah Hambali Azwar Fuad Kurnain Ny. Hartini Ny. Zulaikha M. Saleh R. gelar Suttan Ulangan Suhaibar Rusli Syukur Syamsari Tohir Idham Khalid Maulana Hakim Syaiful Anwar Nadirsyah Ny. Ismawati Ny. Ruwaidah
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Tokoh Adat Tokoh Masyarakat Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Tokoh Masyarakat Penduduk Penduduk Penduduk Tokoh Adat Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Tokoh Adat Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
Husin Khairullah Ny. Tati Khairullah Adriawan Ny.Khuswatul Toyib M. Toyib Parta Sulaiman Ny. Sukmawati Ibrahim Ny. Rosma H. Ibrahim Rodi Muhiddin Ny. Sofiani Ny. Rismarini Ny. Juwita H. Husien Toyib Ny. Ratna Ny. Dardanela Hernimbang Hernimbang Sudarto
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
Lampiran 5 Derajat Koneksi Individu dan Derajat Integrasi Individu Dalam Jaringan Derajat keterhubungan individu dalam jaringan Derajat koneksi 0.03
Frekuensi 57
% 59
0.04
30
31
0.05 0.06 0.07 Jumlah
8 1 1 97
8 1 1 100
No.Responden 1,2,6,7,10,11,13,14,15,16,20,22,23,25,26,2 17,28,29,31,32,33,35,41,43,45,48,49,50,52, 55,56,58,59,60,62,63,64,65,69,70,71,72,74, 75,78,79,80,81,83,85,86,87,89,92,94,96,97 4,8,9.19,21,24,30,34,36,38,39,40,42,46, 47,51,54,57,67,68,76,77,82,84,88,90,91, 93,95 4,12,18,37,44,53,61,66 73 7
Derajat integrasi individu dalam jaringan Derajat integrasi
Frekuensi
%
No.Responden
0,06 0,08 0,09 0,10 0,12 0,13 0,17 0,18
7 8 3 3 6 3 5 15
7.2 8.2 3.1 3.1 6.2 3.1 5.2 15.5
0,20 0,22 0,23 0,24 0,25 0,27 0,28 0,29 0,30 0,32 0,33 0,34 0,36 0,37 0,38 0,40 0,41 Jumlah
8 7 5 8 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 97
8.2 7.2 5.2 8.2 2.1 2.1 2.1 2.1 1.0 2.1 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 2.1 1.0 100
12,13,20,32,33,79,82 15,16,22,26,27,28,41,43 62,78,97 49,60,83 3,14,25,50,55,96 24,63,64, 29,65,72,86,87 1,5,9,30,34,47,51,59,68, 70, 80,81,84,85,92 35,42,45,48,57,74,90,95 11,36,39,54,71,89,94 31,40,46,67,77 2,6,19,21,75,76,88,93 10,66 44,58 61,91 37,73 18, 52,53 56 4 38 7 23 17,69 8