JARINGAN BISNIS IKAN ETNIS CINA MUSLIM CILACAP DALAM PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : Itsna Nurrahma Mildaeni NIM : 104046101619
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M
JARINGAN BISNIS IKAN ETNIS CINA MUSLIM CILACAP DALAM PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh :
Itsna Nurrahma Mildaeni NIM : 104046101619
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. Drs.H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M
LEMBAR PERYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Mei 2008
Itsna Nurrahma Mildaeni
KATA PENGANTAR
Segenap syukur atas segala nikmat yang tak dapat terukur yang dikaruniakanNya pada kita. Shalawat beserta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW dengan mukjizatnya, al-Qur’an menunjukan hambanya pada benar dan yang salah. Sebagai putri daerah, besar asa dan cita penulis untuk dapat melakukan yang terbaik dan memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat Cilacap. Skripsi ini merupakan sedikit dari langkah awal yang dapat penulis lakukan untuk dapat merealisasikan sumbangsih bagi perekonomian masyarakat meskipun masih dalam lingkup yang sangat kecil dan terbatas yaitu masyarakat nelayan Cilacap. Skripsi ini dapat diselesaikan pada saat yang diharapkan bukan hanya karena kerja keras penulis, namun banyak pihak yang turut serta berjuang didalamnya. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada: 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. 2. Ketua Jurusan Muamalat Ibu Euis Amalia, M.Ag, dan Sekretaris Jurusan Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, terima kasih atas bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulis menempuh masa studi. 3. Dosen pembimbing, Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM yang senantiasa meluangkan waktu ditengah kepadatan kegiatan beliau, semoga Allah SWT mempermudah setiap gerak langkah perjuangan beliau dan senantiasa melimpahkan kebaikan, amin.
4. Dr. Yongky selaku pengurus PITI (Persatuan Iman Tauhid Indonesia) dan para pengurus KUD Mino Saroyo dan HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Cilacap, yang sangat membantu memberikan informasi dan data dalam penelitian ini. 5. Pimpinan Perpustakaan baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas dan bantuan untuk mendapatkan referensi yang penulis butuhkan dalam penelitian ini. 6. Rasa ta’dzim dan terima kasih yang tak terhingga banyaknya kepada ayahanda Djuwarno Sumarja, S.Pd.I dan Ibunda Parjiati S.Pd., atas segala dukungan dalam kesabaran, keikhlasan, perhatian dan kasih sayang yang tak terbatas, senantiasa memotivasi dan menguatkan penulis disaat lelah dan lemah hingga dalam do’a dan munajatnya tak pernah berhenti memohon padaNya untuk memberikan yang terbaik untuk penulis. 7. Buat kakak terkasih, Rifka Rahma Wardati, Mas Aa (k’Adi) dan Faiq Adzka Ar-raja’ serta adik-adik tersayang Fauzia Uli Rahmi dan Fahmi Humaidi Abdillah yang selalu mewarnai hari-hari penulis dengan canda, terima kasih menjadikan hidup terasa amat berharga. 8. Untuk Bu’dhe Sari, Bu’dhe Rina, Pa’dhe Karno, kakak ku Iin Imam Widodo dan keluarga kecilnya (Zan Zabran&mba’ Siti), matur nuwun sanget sangu kalian do’ane. 9. Teruntuk do’a dan dukungan yang senantiasa menemani penulis, guru bagi kehidupan Ita Rodiah SS, serta sahabat-sahabat tempat berbagi Ajeng dan
Ulul, jangan cepat puas atau putus asa, believe the power of pray. Juga kawankawan yang selalu ikhlas membantu, mba’ Nana, Dista, Nisa, Iik, teh Euis, Saiful, Nina, Ryan, Fajar, Irham, dan Audy, teruslah semangat berjuang. 10. Untuk kawan-kawan PS-B 2004 Lutfi, Rahma, Ida, Puji, Maya, Yuyun, Yetti, Ozan, Evi, Heni, Fidah, Afudz, Sessar, Zaenal, Icha, Ussie, Wira, Udin, Gilang, Dayat, Omen, Ipank, Hamba, Hilman, Tuti dan seluruh sahabatsahabat seperjuangan perbankan Syariah 2004 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih cinta.
Hormat saya,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
8
D. Metode Penelitian
9
E. Review Studi Terdahulu
13
F. Teknik Penulisan
16
G. Sistematika Penulisan
16
JARINGAN BISNIS DAN ETIKA BISNIS ISLAM A. Jaringan Bisnis
18
B. Etika Bisnis Islam
23
C. Berdagang Pekerjaan Mulia dalam Islam
31
D. Distribusi Barang
33
E. Persaingan Bisnis
34
F. Mengelola harta
37
BAB III
BAB IV
GAMBARAN UMUM ETNIS CINA MUSLIM CILACAP A. Perkembangan Jaringan Bisnis Etnis Cina di Indonesia
41
B. Kondisi Geografi Cilacap
43
C. Perkembangan Bisnis Sektor Perikanan
44
D. Etnis Cina Muslim Cilacap
47
E. Bisnis Ikan Etnis Cina Muslim Cilacap
50
ANALISA
TERHADAP
BISNIS
ETNIS
CINA
DALAM
PANDANG ETIKA BISNIS ISLAM
BAB V
A. Jaringan Bisnis Lingkar Pedesaan dan Perkotaan
53
B. Distribusi
72
C. Pola Jaringan Bisnis Etnis Cina Muslim
73
D. Hubungan Dengan Rekan dan Relasi Bisnis
78
E. Strategi Perdagangan dalam Persaingan Bisnis
80
PENUTUP A. Kesimpulan
81
B. Saran
83
DAFTAR PUSTAKA
85
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bisnis merupakan kegiatan yang tak pernah lepas dari kehidupan manusia sepanjang masa. Perannya dalam pembangunan suatu bangsa sangatlah besar, terutama pembangunan ekonomi. Bisnis dapat melancarkan proses produksi, distribusi dan konsumsi. Hal ini tentu akan berpengaruh pada berkurangnya jumlah pengangguran yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga secara tidak langsung dapat meminimalisir ketergantungan pada bangsa lain dan mempertangguh ketahanan nasional.1 Namun sangat disayangkan, realita menunjukan jiwa bisnis masyarakat Indonesia masih sangat lemah. Hal ini tidak lepas dari latar belakang sejarah pekerjaan bisnis di Indonesia yang dianggap sebagai pekerjaan kurang terhormat dan pendapatan keuntungannya tidak pasti. Bisnis identik dengan kegiatan yang penuh siasat kotor para pelakunya. Dalam perdagangan, perilaku negatif seorang pedagang dianggap sebagai karakter yang tak pernah lepas dari dunia perdagangan. Sudah melekat dibenak masyarakat bahwa pekerjaan dagang selalu dilakukan penuh dengan trik penipuan, ketidakjujuran, pelit, terlalu perhitungan dan beberapa sifat buruk lainnya. Oleh karena itu masyarakat Indonesia lebih
1
Buchari Alma, Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta, 2002, Cet-Ke1, h.2.
tertarik untuk menjadi pegawai di institusi pemerintah atau swasta yang dianggap memiliki pendapatan pasti, cenderung beresiko kecil dan dipandang lebih memiliki posisi pada status sosial masyarakat. Menurut Rhenald Kasali, mayoritas pebisnis Indonesia yang berhasil berasal dari atau keturunan etnis Cina. Mereka memiliki beberapa karakteristik dan nilai yang lebih baik daripada pebisnis lokal seperti sifat pantang menyerah, berani mengambil resiko, kecepatan dan fleksibilitas serta kemampuan keluarga sebagai lahan untuk menggembleng anak-anaknya menjadi pebisnis handal2. Di skala nasional, banyak perusahaan-perusahaan besar berada di bawah kendali para Cina overseas3 seperti Liem Sioe Liong dari Salim Group, Eka Tjipta dari Sinar Mas, Mochtar Riadi dari Lippo Group dan banyak lagi yang lain. Dalam skala lokal, hampir disetiap pasar menjadi wilayah kekuasaan bisnisnya. Hal ini tentu sangat menarik, mengingat mereka adalah golongan minoritas dari total penduduk Indonesia. Menurut perkiraan angka kasar yang dilakukan Universiti Ohiou Tionghoa Indonesia, etnis Cina di Indonesia berkisar 7.310.0004. Namun jumlah yang hanya 3-4% dari total penduduk Indonesia ini mengendalikan sekitar 80% dari semua bisnis swasta.5
2
“Membangun Kewirausahaan di Indonesia”, Usahawan, XXXIV, No 5, ( Mei, 2005), h.9-
10. 3
Istilah yang digunakan bagi para Cina perantauan.
4
http://www.library ohiou.edu/subject/shao/database_populasi_Indonesia
5
Rob Goodfellow, Etika Bisnis Indonesia, Yogyakarta:Tajidu Press, 2002, h.96.
Bagi dunia bisnis, etnis Cina menjadi maestro. Keunggulannya menjadi teka-teki besar yang mengundang keingintahuan banyak orang, bukan hanya karena kesuksesan yang dapat diraihnya, namun juga karena kelihaiannya dalam mempertahankan kursi emas yang telah didudukinya. Mereka masih mampu bertahan meski sempat mengalami masa suram saat kerusuhan Mei 1998. Etnis Cina seolah telah memiliki formula yang sangat tepat dan jitu untuk kesuksesan bisnis yang mereka jalankan.
اﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ وﻟﻮ ﺑﺎﻟﺼﻴﻦ Artinya: “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”. Pepatah ini menjadi semangat tersendiri untuk dapat belajar pada etnis Cina. Pada abad ke-7 Masehi orang Cina telah pandai membuat kertas, menenun sutera, menguasai seni keramik serta meramu bahan peledak. Dalam seni sastra, ketabiban, filasafat, dan pemerintahan mereka juga sudah maju.6 Tentu saja untuk dapat belajar dari etnis Cina tidak harus pergi ke negeri Cina, mereka dapat ditemui di berbagai daratan di belahan bumi, juga di bumi pertiwi ini. Kita dapat melihat lebih dekat dan lebih dalam pada etnis Cina yang berada disekitar lingkungan kita. Sebagai pendatang, perjalanan kehidupan etnis Cina di Indonesia tidak tanpa masalah. Etnis Cina di Indonesia menjadi warga negara yang tak jarang menerima diskriminasi sosial, mereka cenderung hidup berkelompok dan 6
Mohammad Fadhely, Meneropong Kehidupan Ekonomi Umat Islam, Peradaban Islam, Kapitalisme, dan Budaya China di Indonesia, Jakarta:PT Golden Terayon Press, 1999, Cet.Ke-2, h.61-62.
interaksi dengan etnis lain masih terbatas. Oleh karena itu, solidaritas sesama anggota etnis sangatlah kuat. Perasaan ketidakamanan karena merupakan golongan minoritas ini mendorong mereka untuk memperkuat jaringan rasial dalam berbisnis. Meskipun etnis Cina terpisah dari negara Cina secara geopolitik, namun dari segi ekonomi, hubungan mereka masih terjalin kuat dan dikenal dengan istilah bamboo network.7 Sesama anggota jaringan saling membantu dan mendukung. Jaringan ini menjadikan mereka kuat dan terkadang menghalangi masuknya pendatang baru terlebih etnis non-Cina dalam jaringan bisnis mereka. Ikatan yang kuat ini juga memungkinkan mereka untuk dapat menguasai pasar bahkan untuk memonopoli perdagangan8. Kelebihan etnis Cina juga sangat tampak pada jiwa inovatif dan kreatif yang mereka miliki. Merekapun sangat pandai melihat peluang bisnis, seperti yang tampak pada bisnis perikanan di Cilacap. Mereka mampu melihat peluang bisnis dengan melihat potensi daerah yaitu kekayaan maritim. Potensi perikanan diperkirakan sekitar 6,7 juta ton pertahun, sementara tingkat pemanfaatannya baru mencapai 5,9% dari potensi lestarinya. Ini berarti produksi perikanan baru
7
Ann Wan Seng, Formula Bisnis Negara Cina, Jakarta: Hikmah PT Mizan Publika, Agustus 2007, Cet.Ke-1, h.64. 8
Ann Wan Seng, Rahasia Bisnis Orang Cina, Jakarta: Hikmah Zaman Baru, 2007, Cet.Ke-5, h.140.
mencapai 3,953 juta ton pertahun atau 3,9 milyar kg/tahun.9 Inilah salah satu peluang bisnis yang mereka lihat untuk menerjuni bisnis di sektor perikanan. Seiring berjalannya waktu terjadi proses pembauran etnis Cina dan kaum pribumi, baik melalui akulturasi maupun asimilasi yaitu melalui amalgamasi biologis (perkawinan campuran) dan konversi keagama masyarakat lokal.10 Banyak etnis Cina yang beralih keagama Kristen dan Katholik yang masih mentolerir budaya lama mereka seperti pemujaan terhadap arwah leluhur, makan daging babi dan meminum alkohol serta kegemaran berjudi yang sangat melekat dalam kehidupan mereka. Namun tak sedikit etnis Cina di Indonesia yang berkonversi keagama Islam. Dan tentu saja konversi keagama Islam tidak hanya sekedar menyatakan perpindahan agama, namun mencakup seluruh perubahan secara komprehensif. Al-Qur’an memberikan kebebasan dalam berbisnis. Namun tentu saja kebebasan yang bertanggung jawab dan tidak melanggar syariah. Al-Qur’an juga memotivasi umatnya untuk giat bekerja salah satunya dalam sektor perdagangan. Islam menempatkan perdagangan sebagai pekerjaan mulia11. Rasulullah juga
9
Laode Kamaludin, Pembangunan Ekonomi Maritim, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, h.75. 10
Susiyanto, “Solidaritas Sosial Cina Muslim dan non-Muslim dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” (Studi di Bengkulu), Jurnal Penelitian Humaniora Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Edisi Khusus, Juni 2006, h.84-98. 11
Buchari Alma, Kewirausahaan, h.200.
menganjurkan umatnya untuk mengadakan jalinan atau jaringan perdagangan tak terkecuali dengan kaum non muslim 12 Islam sebagai suatu agama merupakan suatu sistem yang tak dapat dipisahkan dari seluruh aspek kehidupan umatnya.13 Islam tidak memisahkan kehidupan duniawi dan ukhrawi. Seperti yang disebutkan dalam QS. alQhashas/28: 77.
ﻦ آَﻤَﺎ ْﺴ ِﺣ ْ ﻦ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ َوَأ َ ﻚ ِﻣ َ ﺲ َﻧﺼِﻴ َﺒ َ ﺧ َﺮ َة وَﻟَﺎ َﺗ ْﻨ ِ ك اﻟﱠﻠ ُﻪ اﻟﺪﱠا َر اﻟْﺂ َ وَا ْﺑ َﺘ ِﻎ ﻓِﻴﻤَﺎ ءَاﺗَﺎ ﺤﺐﱡ ِ ن اﻟﱠﻠ َﻪ ﻟَﺎ ُﻳ ض ِإ ﱠ ِ ﻚ وَﻟَﺎ َﺗ ْﺒ ِﻎ ا ْﻟ َﻔﺴَﺎ َد ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر َ ﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ِإَﻟ ْﻴ َﺴ َﺣ ْ َأ (77 :28ﻦ)اﻟﻘﺼﺺ َ ﺴﺪِﻳ ِ ا ْﻟ ُﻤ ْﻔ Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qhashas ayat 77) Islam melalui Al-Qur’an dan hadits memberikan petunjuk fundamental bagi umatnya dalam bertingkah laku. Islam tidak melarang umatnya untuk memperjuangkan kehidupan duniawi, namun juga selalu mengingatkan umatnya untuk mencari bekal bagi kehidupan yang lebih kekal, yaitu kehidupan akhirat. Oleh karena itu, selain memotivasi umatnya untuk giat bekerja, Islam juga
12
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006, Cet.Ke-4,
h.95. 13
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Salemba Diniyah, 2002, h.83.
memberikan tuntunan nilai serta moral yang menjadi pedoman bagi umatnya dalam bertindak dan berperilaku termasuk dalam aktifitas bisnisnya, yang semuanya telah diatur dalam etika bisnis Islam agar keseimbangan hidup dunia dan akhirat dapat tercapai.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dengan pemaparan latar belakang masalah diatas, dapat dilihat beberapa kelebihan etnis Cina dalam dunia bisnis, salah satunya kekuatan jaringan bisnis yang menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk mengkaji masalah ini. Disisi lain, dunia bisnis sangat dekat dengan perilaku-perilaku negatif yang melanggar etika, ditambah lagi iklim dunia bisnis yang menuntut adanya persaingan sesama pelaku bisnis yang kerap menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan dan meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa mengindahkan etika dalam berbisnis.
1. Pembatasan Masalah Berawal dari uraian yang telah dipaparkan diatas, melihat luasnya sektor yang ada dalam dunia bisnis serta banyaknya obyek bisnis, untuk membatasi ruang penelitian maka penulis memfokuskan penelitian pada jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim, dengan mengambil lokasi kabupaten Cilacap.
Adapun pemilihan etnis Cina yang beragama Islam (muslim) berkenaan dengan akses data dan informasi yang akan dijadikan sumber penelitian. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan yang akan dilakukan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Apa dan bagaimanakah jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap? b. Bagaimanakah persaingan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap? c. Bagaimana pandangan etika bisnis Islam terhadap jaringan bisnis dan perilaku serta persaingan etnis Cina muslim di pasar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Bagi dunia akademik a. Menambah kontribusi keilmuan tentang bisnis etnis Cina khususnya dalam bisnis perikanan. b. Memperkaya khazanah pengetahuan tentang jaringan bisnis etnis Cina muslim. c. Mengetahui perilaku bisnis etnis Cina dari kaca pandang etika bisnis Islam. 2. Bagi praktisi a. Mempelajari kekuatan etnis Cina dalam jaringan bisnis yang mereka miliki.
b. Mengetahui lebih jauh tentang jaringan bisnis etnis Cina muslim dalam persaingan di pasar agar dapat saling memotivasi dan berlomba-lomba dalam kebaikan. c. Menerapkan prinsip dan perilaku bisnis etnis Cina muslim yang sesuai dengan etika bisnis Islam sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan
ekonomi
Indonesia
melalui
dunia
bisnis
dengan
mengembangkan potensi daerah.
D. Metode Penelitian Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atas jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas hipotesis.14 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang15, dengan menggunakan pendekatan empiris. Penulis akan mendeskripsikan tentang jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap serta beberapa hal yang berhubungan dengannya
14
Moh, Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, Cet.Ke-5, h.13.
15
Ibid., h.54.
dengan mempertimbangkan dan menilai data-data yang penulis dapatkan dari kaca pandang etika bisnis Islam. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini memadukan dua jenis penelitian yaitu: a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini mengkaji lebih dalam literatur yang ada, baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu. b. Penelitian Lapangan (Field Research) Peneliti juga langsung terjun kelapangan penelitian untuk mendapatkan data hasil pengamatan lapangan atau informasi dari responden.16 2. Jenis Data Jenis data merupakan data kualitatif dimana instrumen yang digunakan adalah: a. Data Primer 1) Observasi, dengan mengamati langsung ke tempat bisnis etnis Cina dan lokasi-lokasi transaksi bisnis perikanan di Cilacap. 2) Wawancara, dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. b. Data Sekunder 1) Dokumentasi dari arsip atau data yang berhubungan dengan penelitian.
16
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, h.11.
2) Dari buku, artikel dan karya-karya ilmiah serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Sampel Penelitian a. Besar Sampel. Secara umum sampel minimum yang dapat diterima untuk studi tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Beberapa pedoman yang dianjurkan adalah: 1) Untuk studi deskriptif, sampel 10% dari populasi dianggap merupakan jumlah amat minimal. Untuk populasi kecil setidaknya memerlukan sampel 20%. 2) Untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada tidaknya hubungan.17 Maka penelitian ini akan mengambil sampel sebesar 20% dari masing-masing sektor dalam jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap. No
Sektor Bisnis
Jumlah
Sampel yang diambil 20% x 22 = 4,4 dibulatkan 4 orang 20% x 11 = 2,2 dibulatkan 2 orang 20% x 9 = 1,8 dibulatkan 2 orang
1
Perkapalan (nelayan)
22 orang
2
Perdagangan ikan (bakul ikan) Industri rumah tangga makanan berbahan dasar ikan
11 orang
3
17
9 orang
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta:Erlangga, 2003, h.111.
b. Pemilihan Sampel Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah non probabilitas sampling atau sampel secara tidak acak dimana elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel18. Secara lebih spesifik metode sampel yang diambil adalah sampling bola salju (snowing ball) yaitu pengumpulan data dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan anggota sampel, kemudian menjadi sumber informasi mengenai orang-orang lain yang juga dapat dijadikan anggota sampel.19 Sedangkan beberapa informan lain dalam penelitian terdiri dari: a. Relasi bisnis, pekerja dan pesaing bisnis etnis Cina muslim. b. Pengurus organisasi atau yayasan etnis Cina muslim di Indonesia seperti Yayasan Karim Oei dan PITI (Persatuan Iman Tauhid Indonesia). c. Pengurus organisasi nelayan seperti KUD (Koperasi Unit Desa) dan HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia)
18
Indriantoro Nur, Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis, Yogyakarta: PBFE, 2002, Cet.Ke-2, h.131. 19
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasiny, h.68
E. Review Studi Terdahulu Tema bisnis telah banyak dikaji dalam penelitian. Sebagian besar membahas pada konsep etika bisnis yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits serta implementasi nilai-nilainya pada konteks kekinian. Penelitian tersebut antara lain: 1. Konsep Bisnis dalam Al-Qur’an dan Implikasinya pada Konteks Modern Muhammad Abduh-Perbankan Syariah 2004. Bisnis harus sesuai dengan apa-apa yang digariskan Al-Qur’an yang diterapkan melalui etika bisnis Islam. Etika bisnis Islam terdiri dari nilai-nilai dasar ekonomi Islam yaitu: keadilan, kehendak bebas, kejujuran, pertanggung jawaban, berorientasi produktif, dilandasi rela sama rela, tidak menghalangi kewajiban terhadap Allah, bersih dari riba, administrasi dan manajemen yang baik, objek yang diperdagangkan halal dan bermanfat. 2. Konsep Etika Bisnis Perdagangan Global dalam Pandangan Syariah Badriatul Lutfiani-Perbankan Syariah 2004. Pelaksanaan etika dalam kegiatan bisnis dimasa kini dan mendatang merupakan tuntutan yang tidak terelakan. Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja, salah satu pekerjaan yang baik yaitu berdagang. Ditengah perdagangan global seorang pedagang muslim dituntut untuk dapat berjiwa wirausaha yang pantang menyerah dan menerapkan prinsip-prinsip bisnis yang sesuai syariah untuk pedoman dalam menjalankan usaha dagangnya.
Adanya bisnis perdagangan sesuai syariah yang mengutamakan etika dalam berdagang merupakan warna tersendiri dalam sistem perekonomian dunia saat ini dan menjadi tugas kita bersama untuk membumikan etika bisnis perdagangan yang sesuai syari’ah. 3. Penerapan Etika Kerja Guna Mencapai Profit yang Maksimal Ditinjau dari Ekonomi Islam (Studi Kasus Toserba Mekar Sari Pondok Gedhe) Nur Asiah- Perbankan Syariah 2004. Peranan etika sangatlah penting dalam dunia usaha, jika usaha dijalankan berdasarkan etika maka memberikan citra bagi usahanya, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi. Etika kerja dan profit memiliki hubungan erat. Dengan diterapkannya etika kerja pada Toserba Mekar Sari ternyata memberikan pengaruh positif terhadap pelayanan yang diberikan sehingga menarik pelangggan lebih banyak lagi yang akhirnya dapat meningkatkan profit. 4. Perilaku Produksi pada Pedagang Etnis Cina di Kya-Kya Kembang Jepun Surabaya. Dwiana Mariawati-Skripsi FE Universitas Brawijaya Malang, 2006. Penelitian ini menemukan fakta bahwa budaya, tradisi, kepercayaan, pengalaman dan bahkan agama telah melatar belakangi pembentukan karakter para pedagang etnis Cina di Kya-Kya Kembang Jepun dalam menjalankan proses produksi. Penelitian ini juga mengungkapkan bagaimana perilaku produksi pedagang Etnis Cina di Kya-Kya Kembang Jepun Surabaya.
Skripsi pertama, kedua dan ketiga membahas tentang pentingnya penerapan etika dalam dunia bisnis. Skripsi pertama memaparkan tentang konsep bisnis yang ada didalam Al-Qur’an dan hadits yang harus dipegang oleh para pelaku bisnis dalam menjalankan usahanya. Sedangkan skripsi kedua dan ketiga menarik kesimpulan pentingnya penerapan nilai-nilai etika dalam bisnis dan kerja karena akan menimbulkan dampak positif bagi bisnis yang dijalankannya. Sedangkan skripsi keempat secara spesifik membahas tentang perilaku produksi etnis Cina tanpa meninjaunya dari pandangan ekonomi Islam. Dalam penelitian ini penulis akan membahas jaringan bisnis etnis Cina muslim kabupaten Cilacap Jawa Tengah serta analisa etika bisnis Islam memandang hal ini. Uraian yang telah memaparkan beberapa kelebihan etnis Cina dalam dunia bisnis menjadi daya tarik untuk belajar dan menggali lebih dalam tentang bisnis mereka, namun dalam mengadopsi dan mengambil pelajaran dalam bidang apapun harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip syariah yang dalam hal ini diatur dalam etika bisnis Islam. Telah jelas perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.
F. Teknik Penulisan Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
G. Sistematika Penulisan Struktur berpikir yang dituangkan dalam penyusunan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian dan bacaan yang ditulis secara sistematis dalam lima bab, secara terperinci sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, teknik penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua mencoba memaparkan kerangka konseptual tentang jaringan bisnis dan etika bisnis Islam. Pembahasannya meliputi: jaringan bisnis, etika bisnis Islam, berdagang pekerjaan mulia dalam Islam, distribusi barang, persaingan bisnis, serta mengelola harta. Bab ketiga adalah gambaran umum etnis Cina Cilacap dan perkembangan bisnis perikanan yang menguraikan tentang perkembangan jaringan bisnis etnis Cina di Indonesia, kondisi geografi Cilacap, perkembangan bisnis sektor perikanan, keadaan etnis Cina muslim Cilacap dan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap. Bab keempat adalah pembahasan yang menganalisa jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap yang mencakup jaringan bisnis lingkar pedesaan dan
perkotaan, pola jaringan bisnis etnis Cina muslim, hubungan dengan rekan dan relasi bisnis, strategi perdagangan dalam persaingan bisnis. Bab kelima adalah penutup dari seluruh uraian penulis yang meliputi kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran.
BAB II JARINGAN BISNIS DAN ETIKA BISNIS ISLAM
A. Jaringan Bisnis Jaringan bisnis dipahami sebagai suatu tatanan organisasi ekonomi yang mengatur koordinasi dan kerja sama antarunit bisnis.20 Jaringan memiliki peran yang sangat penting bagi keberlangsungan bisnis dan daya saing suatu bisnis. Oleh karena itu, setiap pelaku bisnis akan berupaya untuk memelihara jaringannya. Dilihat secara keseluruhan, jaringan bisnis etnis Cina di Asia Timur dan Tenggara terdiri dari empat lingkar: lingkar pedesaan, lingkar perkotaan, lingkar regional, dan lingkar global. Keempat lingkar tersebut menjadi jaringan-jaringan bisnis yang ekstensif yang bisa diandalkan untuk dengan cepat memobilisasi dan mendistribusikan modal, barang, kebutuhan produksi, konsumsi, dan informasi21
1. Faktor Pembentuk Jaringan Bisnis Pengikat jaringan bisnis ini tidak selalu berupa aturan-aturan legal, namun dapat juga berupa konvensi-konvensi informal. Dalam proses 20
Ismail Yusanto, Muhammad dan Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta: Gema Insani, 2002, Cet-Ke1, h.87. 21
Alexander Irwan, Jaringan Bisnis dan Identitas Etnis Transnasional, dalam I Wibowo, ed., Retrospeksi dan Rekontekstualisasi Masalah Cina, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999, h.77.
pembentukannya jaringan bisnis dapat dicapai melalui berbagai interaksi antar unit bisnis yang pada akhirnya akan membentuk suatu jaringan. Terdapat 3 faktor pembentuk jaringan bisnis, yaitu: pertukaran, adanya ketergantungan sumber daya dan ekonomi biaya transaksi. a. Pertukaran. Jaringan bisnis merupakan struktur sosial yang terbentuk karena adanya relasi sosial diantara para pelakunya baik perseorangan ataupun melalui lembaga. Interaksi yang terjadi diantara relasi-relasi sosial tersebut dimaksudkan untuk melakukan sejumlah pertukaran baik secara langsung atau tidak langsung terhadap hal-hal yang dianggap berharga seperti materi dan informasi b. Adanya Ketergantungan Sumber Daya. Faktor ini menegaskan bahwa terbentuknya jaringan bisnis adalah upaya strategis organisasi atau unit bisnis yang beroperasi dalam lingkungan bisnis yang relatif tidak stabil. Dengan jaringan bisnis akan mengamankan sumber daya yang dikuasai oleh pihak lain. Melalui jaringan bisnis atau kerjasama dengan pihak lain pemenuhan kebutuhan sumber daya dapat lebih terjamin sehingga dapat menguatkan posisi masing-masing. c. Ekonomi Biaya Transaksi Sebuah bisnis tentu membutuhkan barang-barang yang akan diolah untuk mengahasilkan suatu produk. Kebutuhan akan barang ini
dapat dicukupi melalui pasar dan hierarki. Untuk mendapatkan barangbarang kebutuhan melalui pasar akan diperlukan biaya transaksi yang lebih tinggi dibanding melalui hierarki. Keinginan untuk meminimalisir biaya transaksi inilah yang menjadi salah faktor pembentuk jaringan bisnis.
2. Pola Hubungan Jaringan Bisnis Terdapat beberapa pola hubungan jaringan bisnis, yaitu: a. Vertikal, yaitu hubungan yang terjadi antara usaha-usaha yang memiliki kaitan ke depan (hilir) atau ke belakang (hulu). Misalnya hubungan yang terjadi antara produsen buah segar dengan produsen manisan buah. b. Horizontal, yaitu hubungan yang terjadi antara usaha-usaha yang terkait langsung, namun tidak dalam sektor yang sama. Misalnya hubungan antara produsen buah kalengan dan industri pengemasan. c. Lateral, yaitu hubungan antara usaha atau institusi yang tidak terkait secara langsung, baik dalam sektor yang sama maupun berbeda. Misalnya lembaga-lembaga pemerintah, LSM dan kelompok-kelompok sosial. Pola hubungan vertikal dan horizontal dikenal sebagai jaringan interfirm networks, dimana relasi yang terjadi berpusat pada kepentingan untuk memperoleh manfaat yang timbul dari spesialisasi masing-masing komponen (unit usaha). Sedangkan hubungan lateral dikenal sebagai extrafirm networks, hubungan yang terjadi lebih didasari oleh motif-motif
yang berkaitan dengan kekuasaan dan pengaruh. Lobi-lobi untuk memperoleh dukungan dan kontrak-kontrak pemerintah atau legitimasi sosial politik merupakan contoh dari hubungan ini.22
3. Hubungan Pengusaha dengan Orang Lain. a. Tepat dalam memilih rekan kerja. Nilai-nilai akhlak mulia dan efisiensi keahlian haruslah menjadi kriteria dalam memilih rekan kerja. Sehingga para pelaku bisnis dibolehkan untuk lebih selektif dalam memilih rekan bisnis untuk mengantisipasi perselisihan dan kerugian yang akan terjadi bila rekan bisnis tidak kompeten serta amanah.
ﻦ ءَاﻣَﻨُﻮا َ ﻻ اﱠﻟﺬِﻳ ﺾ ِإ ﱠ ٍ ﻋﻠَﻰ َﺑ ْﻌ َ ﻀ ُﻬ ْﻢ ُ ﺨَﻠﻄَﺂ ِء َﻟ َﻴ ْﺒﻐِﻲ َﺑ ْﻌ ُ ﻦ ا ْﻟ َ ن َآﺜِﻴﺮًا ِﻣ َوِإ ﱠ (38:24/ﻞ ﻣﱠﺎ ُه ْﻢ )ص ٌ ﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤَﺎتِ وَﻗَﻠِﻴ َ َو Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka itu”.(QS. Shaad/ 24: 38) b. Tepat dalam memilih pekerja. Tidak jauh berbeda dengan pemilihan rekan kerja, memilih pekerja juga harus mengutamakan kualitas akhlak dan kompetensi serta keahlian mereka.
22
Ibid., h.97-101
ﻚ ا ْﻟ َﻴ ْﻮ َم َ ل ِإ ﱠﻧ َ ﺼ ُﻪ ﻟِﻨَ ْﻔﺴِﻲ َﻓَﻠﻤﱠﺎ َآﱠﻠ َﻤ ُﻪ ﻗَﺎ ْ ﺨِﻠ ْ ﺳ َﺘ ْ ﻚ ا ْﺋﺘُﻮﻧِﻲ ِﺑ ِﻪ َأ ُ ل ا ْﻟ َﻤِﻠ َ َوﻗَﺎ ﻆ ٌ ض ِإﻧﱢﻲ ﺣَﻔِﻴ ِ ﻷ ْر َ ﻦ ْا ِ ﺧﺰَا ِﺋ َ ﻋﻠَﻰ َ ﺟﻌَ ْﻠﻨِﻲ ْل ا َ ﻗَﺎ0 ﻦ ٌ ﻦ أَﻣِﻴ ٌ َﻟ َﺪ ْﻳﻨَﺎ ﻣَﻜِﻴ (55-54 :12/ﻋَﻠِﻴ ٌﻢ )ﻳﻮﺳﻒ Artinya: “Dan raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku, aku akan memilihnya sebagai pembantu dekatku”, maka tatkala raja bercakapcakap dengannya, raja berkata, “Sesungguhnya pada hari ini engkau di sisi kami mempunyai kedudukan lagi dipercaya. Berkata Yusuf, “jadikanlah aku bendahara Mesir, sesungguhnya aku sanggup memelihara lagi cukup mengetahui”. c. Kerjasama di antara para pelaku bisnis. Kerjasama dengan para pelaku bisnis lain sangat dibutuhkan dalam rangka bertukar informasi dan pengalaman. Islam menganjurkan adanya kerjasama dalam hal-hal kebajikan.
(2 :5/ن )اﻟﻤﺎﺋﺪة ِ ﻹ ْﺛ ِﻢ وَا ْﻟ ُﻌ ْﺪوَا ِ ﻋﻠَﻰ ْا َ ﻻ َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا َ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ِﺒ ﱢﺮ وَاﻟ ﱠﺘ ْﻘﻮَى َو َ َو َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. al-Maidah/ 5: 2) d. Konsultasi dalam ruang lingkup manajemen dan penentuan keputusan. Dalam Islam dikenal istilah syura (musyawarah) seperti yang disebutkan QS. Al-Syura (42): 38 yang berbunyi:
َوَأ ْﻣ ُﺮ ُه ْﻢ ﺷُﻮرَى َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬ ْﻢ Artinya: “Sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah diantara mereka”. Dapat dipahami bahwa Islam menganjurkan untuk bermusyawarah dalam manajemen
pengelolaan
bisnis.
Dengan
bermusyawarah
sebelum
mengambil keputusan akan terbentuk dukungan moral dari para rekan kerja dan pegawai serta mendatangkan solusi yang sehat bagi permasalahan yang timbul.23
B. Etika Bisnis Islam 1. Pengertian Etika Bisnis a. Etika Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani ethos jamaknya ta etha yang berarti adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir. Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan diartikan juga sebagai nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.24 Secara terminologi etika merupakan konsep nilai, baik, buruk, benar, salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikannya atas apa saja.25
b. Bisnis
23
Siddiq Muhammad, Husain Shahatah, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, Jakarta:Visi Insani Publishing, 2005, h.60-66 24
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, Jakarta: Kholam Publishing, 2008, Cet.Ke-1, h.292. 25
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam , h.5.
Apa yang dimaksud dengan bisnis sudah banyak diungkapkan oleh beberapa ahli. Melihat asal katanya bisnis berasal dari bahasa Inggris business yang berarti: perusahaan, urusan atau usaha. Bisnis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan usaha individu yang terorganisir untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 26 Pendapat lain menyatakan bahwa bisnis adalah sejumlah total usaha
yang
meliputi
pertanian,
produksi,
konstruksi,
distribusi,
transportasi, komunikasi, usaha jasa, yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen.27 c. Etika Bisnis Setelah memahami tentang pengertian etika dan bisnis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dengan kata lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat. Etika bisnis juga dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang perbuatan baik, buruk, terpuji, tercela,
26
Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Bandung: Alfabeta, 1998, h.21.
27
Ibid
benar, salah, wajar, tidak wajar, pantas, tidak pantas dari perilaku seseorang dalam berbisnis atau bekerja.28
2. Pengertian Etika Bisnis Islam Pada dasarnya Islam merupakan kode perilaku etika dan moral bagi kehidupan manusia yang didasarkan pada perintah dan petunjuk Ilahiah. Islam memandang etika sebagai salah satu bagian dari sistem kepercayaan muslim yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Islam juga memberikan garis petunjuk yang bersifat operasional dan praktis dalam aktivitas manusia termasuk dalam bisnis.29 Maka yang dimaksud etika bisnis Islam ialah konsep tentang usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut pandang baik dan buruk serta benar dan salah menurut standar akhlak Islam.30 Batasan syariah menempatkan halal-haram dalam berperilaku. Dalam etika bisnis Islam, Al-Qur’an dan hadits dijadikan acuan dalam menilai baik, buruk, benar dan salahnya suatu aktivitas bisnis. Jelas bahwa Al-Quran memberikan tuntunan bisnis yang baik dan benar, yaitu suatu visi bisnis masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan sesaat.
28
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, h.15-16
29
Taha Jabir Al-Alwani, Bisnis Islam, Penerjemah:Suharsono, Yogyakarta: Ak Group, 2005,
h.36. 30
Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, h.293.
3. Pokok-pokok aksioma Etika Islam Aksioma, yang berasal dari bahasa Latin ialah sesuatu yang tidak perlu dibuktikan lagi karena sudah diterima kebenarannya secara pasti. Dalam Etika Islam terdapat 4 aksioma yang menjadi dasar etika Islam, keempat aksioma tersebut adalah: a. Tauhid Sistem etika Islam, yang meliputi kehidupan manusia di bumi secara
keseluruhan,
selalu
tercermin
dalam
konsep
tauhidullah
(pemahaesaan Allah) yang dalam pengertian absolut, hanya berhubungan dengan Tuhan.
ﻻ َﻧ ْﻮ ُم ﻟﱠ ُﻪ ﻣَﺎﻓِﻲ َ ﺳ َﻨ ٌﺔ َو ِ ﺧ ُﺬ ُﻩ ُ ﻻ َﺗ ْﺄ َ ﻲ ا ْﻟ َﻘﻴﱡﻮ ُم ﺤﱡ َ ﻻ ُه َﻮ ا ْﻟ ﻵ ِإَﻟ َﻪ ِإ ﱠ َ ﷲ ُ ا ﻻ ِﺑِﺈ ْذ ِﻧ ِﻪ َﻳ ْﻌَﻠ ُﻢ ﺸ َﻔ ُﻊ ﻋِﻨ َﺪ ُﻩ ِإ ﱠ ْ ض ﻣَﻦ ذَا اﱠﻟﺬِي َﻳ ِ ﻷ ْر َ ت َوﻣَﺎﻓِﻲ ْا ِ ﺴﻤَﺎوَا اﻟ ﱠ ﻻ ِﺑﻤَﺎ ﺷَﺂ َء ﻋ ْﻠ ِﻤ ِﻪ ِإ ﱠ ِ ﻦ ْ ﻲ ٍء ﱢﻣ ْ ﺸ َ ن ِﺑ َ ﻻ ُﻳﺤِﻴﻄُﻮ َ ﺧ ْﻠ َﻔ ُﻬ ْﻢ َو َ ﻦ َأ ْﻳﺪِﻳ ِﻬ ْﻢ َوﻣَﺎ َ ﻣَﺎ َﺑ ْﻴ ﻲ ﻈ ُﻬﻤَﺎ َو ُه َﻮ ا ْﻟ َﻌِﻠ ﱡ ُ ﺣ ْﻔ ِ ﻻ َﻳﺌُﻮ ُد ُﻩ َ ض َو َ ﻷ ْر َ ت َو ْا ِ ﺴﻤَﺎوَا ﺳﻴﱡ ُﻪ اﻟ ﱠ ِ ﺳ َﻊ ُآ ْﺮ ِ َو (255 :2/ا ْﻟ َﻌﻈِﻴ ُﻢ )اﻟﺒﻘﺮة Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang Hidup Kekal lagi Berdiri Sendiri. Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan dibumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Dia mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan apa-apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi (kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak berat memelihara keduanya, dan Dia Maha tinggi lagi Maha Besar”. b. Kesetimbangan
Sebagai tambahan terhadap dimensi vertikal adalah al’adl (kesetimbangan) yang dalam pengertian lebih mendalam menunjukan suatu imbangan daya kesetimbangan. Pada sifat mutlak, ini merupakan pengingkaran pula terhadap Nya. Berikutnya, pada tingkat relatif, sifat kesetimbangan juga harus memadai semua ciptaan Nya yang mesti mencerminkan sifat-sifat Nya.
ت ٍ ﻦ ﻣِﻦ َﺗﻔَﺎ ُو ِ ﺣ َﻤ ْ ﻖ اﻟ ﱠﺮ ِ ﺧ ْﻠ َ ﻃﺒَﺎﻗًﺎ ﻣﱠﺎ َﺗﺮَى ﻓِﻲ ِ ت ٍ ﺳﻤَﺎوَا َ ﺳ ْﺒ َﻊ َ ﻖ َ ﺧَﻠ َ اﱠﻟﺬِي ﺐ ْ ﻦ ﻳَﻨ َﻘِﻠ ِ ﺼ َﺮ َآ ﱠﺮ َﺗ ْﻴ َ ﺟ ِﻊ ا ْﻟ َﺒ ِ ُﺛﻢﱠ ا ْر. ٍﻞ َﺗﺮَى ﻣِﻦ ُﻓﻄُﻮر ْ ﺼ َﺮ َه َ ﺟ ِﻊ ا ْﻟ َﺒ ِ ﻓَﺎ ْر (3-4 :67/ﺳﺌًﺎ َو ُه َﻮ ﺣَﺴِﻴ ٌﺮ )اﻟﻤﻠﻚ ِ ﺼ ُﺮ ﺧَﺎ َ ﻚ ا ْﻟ َﺒ َ ِإَﻟ ْﻴ Artinya: “(Allah) telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat (apapun) dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah”. (al-Mulk/ 67: 3-4) c. Kehendak bebas Salah satu kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat sosial (termasuk sosial ekonomi) adalah konsep mengenai manusia bebas atau merdeka. Maksudnya, hanya Tuhanlah yang mutlak bebas, tetapi dalam batas-batas skema penciptaan-Nya manusia juga secara relatif bebas. Tentu saja kebebasan yang tetap dipandu oleh kebenaran mutlak kalam Allah dan sunnatullah. d. Pertanggung jawaban
Yang secara langsung berhubungan dengan aksioma kehendak bebas adalah aksioma pertanggung jawaban. Allah menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan membuatnya bertanggung jawab atas semua yang dilakukan.
ﻋ ًﺔ َ ﺷﻔَﺎ َ ﺸ َﻔ ْﻊ ْ ﺐ ﱢﻣ ْﻨﻬَﺎ وَﻣَﻦ َﻳ ُ ﺴ َﻨ ًﺔ ﻳَﻜُﻦ ﻟﱠ ُﻪ َﻧﺼِﻴ َﺣ َ ﻋ ًﺔ َ ﺷﻔَﺎ َ ﺸ َﻔ ْﻊ ْ ﻣﱠﻦ َﻳ :4/ﻰ ٍء ﻣﱡﻘِﻴﺘًﺎ )اﻟﻨﺴﺎء ْ ﺷ َ ﻋﻠَﻰ ُآﻞﱢ َ ﷲ ُ نا َ ﻞ ﱢﻣ ْﻨﻬَﺎ َو َآﺎ ُ ﺳ ﱢﻴ َﺌ ًﺔ ﻳَﻜُﻦ َﻟ ُﻪ ِآ ْﻔ َ (85 Artinya: “Barang siapa memberikan suatu pertolongan dengan pertolongan yang baik niscaya dia akan memperoleh bagian (pahala) daripadanya, dan barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang jahat, niscaya dia memperoleh bagian (dosa) daripadanya. Dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. an-Nisa/ 4: 85) Selanjutnya, pemujaan kepada individualisme yang tidak terkendalikan dan tidak beretika, juga tidak diperkenankan oleh Islam. Bahkan logika murni harus meyakinkan kita bahwa kebebasan yang tidak terbatas adalah sesuatu yang dibuat-buat. Kebebasan yang tidak terbatas berarti pertanggung jawaban yang tidak terbatas.
4. Prinsip Umum Etika Bisnis Islam. a. Itikad baik Itikad artinya kepercayaan, keyakinan yang teguh (kuat) juga bisa diartikan dengan kemauan dan maksud. Maka yang dimaksud dengan itikad adalah kemauan, maksud atau tepatnya keyakinan yang baik untuk melakukan bisnis dan memenuhi hal-hal yang bertalian dengan bisnis.
Dalam berbisnis tentu saja itikad baiklah yang harus dibangun dan diterapkan. Sebaliknya, itikad buruk harus diperangi karena akan merusak pasar dan dunia usaha. Dan tentu saja itikad baik harus realisasi nyata dilapangan diiringi dengan kejujuran dan kesetiaan yang juga menjadi prinsip dan etika dalam berbisnis. b. Kejujuran Setiap akan atau transaksi dalam bisnis pasti dibangun oleh dua pihak atau lebih. Akad terlahir dari persetujuan yang disepakati para pihak, baik dalam bentuk tertulis atau tidak tertulis. Dalam hal ini kejujuran setiap pihak mutlak dibutuhkan. Perjalanan bisnis tidak selalu mulus tanpa kendala permasalahan yang timbul. Dalam penyelesaiannya masing-masing pihak dituntut untuk memiliki itikad baik dengan penuh kejujuran, kepatuhan serta tanggungjawab. c. Kesetiaan atau kepatuhan Setia artinya berpegang teguh pada janji atau pendirian, kesetiaan maksudnya keteguhan hati. Kepatuhan ini menjadi sangat penting dalam dunia bisnis terlebih dalam bisnis Islam. Kesetiaan ini berlaku secara timbal balik sesama rekan dan relasi bisnis. Allah telah mengatur dalam al-Qur’an surah al-Maidah (5): 1 dan an-Nisa (4): 58
(1 :5/ﻦ ءَاﻣَﻨُﻮا َأ ْوﻓُﻮا ﺑِﺎ ْﻟ ُﻌﻘُﻮ ِد )اﻟﻤﺎﺋﺪة َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sempurnakanlah segala janji”.
س ِ ﻦ اﻟﻨﱠﺎ َ ﺣ َﻜ ْﻤ ُﺘ ْﻢ َﺑ ْﻴ َ ت ِإﻟَﻰ َأ ْهِﻠﻬَﺎ َوِإذَا ِ ﻷﻣَﺎﻧَﺎ َ ﷲ َﻳ ْﺄ ُﻣ ُﺮ ُآ ْﻢ أَن ُﺗ َﺆدﱡوا ْا َ نا ِإ ﱠ ﺳﻤِﻴﻌًﺎ َﺑﺼِﻴﺮًا َ ن َ ﷲ آَﺎ َ نا ﻈ ُﻜ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ِإ ﱠ ُ ﷲ ِﻧ ِﻌﻤﱠﺎ َﻳ ِﻌ َ نا ل ِإ ﱠ ِ ﺤ ُﻜﻤُﻮا ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﺪ ْ ن َﺗ ْ َأ (58 :4/)اﻟﻨﺴﺎء Artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu supaya menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menghukum di antara manusia hendaklah kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. Point penting dalam hal ini adalah kekhususan kesetiaan dan kepatuhan pada akad-akad dan transaksi yang seseuai dengan prinsip syariah. Untuk hal-hal yang bertentangan seperti perjanjian yang menghalalkan yang haram atau sebaliknya maka etika bisnis Islam tidak membenarkan untuk melakukannya meskipun dengan dalih kejujuran dan kepatuhan.31 d. Tanggung jawab Islam menanamkan rasa tanggung jawab berkenaan dengan kebebasan yang dimiliki individu dan diakui dalam Islam. Setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban perbuatannya termasuk dalam akad dan transaksi bisnisnya. C. Perdagangan Pekerjaan Mulia dalam Islam
31
Ibid, h.309-313.
Islam melalui Al-Qur’an menyebutkan banyak istilah yang dikenal dalam dunia bisnis seperti jual-beli, untung rugi dan sebagainya. Aturan-aturan tentang bisnis yang baik maupun tidak baik diatur didalamnya. Bisnis merupakan proses kegiatan manusia sebagai individu atau masyarakat untuk mencari keuntungan dan memenuhi keinginan dan kebutuhan hidupnya.32 Islam telah menganjurkan umatnya untuk melakukan kegiatan bisnis. Keterlibatan muslim di dalam dunia bisnis bukanlah fenomena baru. Rasulullah SAW juga terlibat dalam kegiatan ini. Beliau memilih dunia bisnis khususnya perdagangan untuk mencukupi hajat hidup beliau. Pekerjaan dagang mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang suatu pekerjaan yang paling baik, maka beliau menjawab:
(ﻋﻤﻞ اﻟﺮﺟﻞ ﺑﻴﺪﻩ و آﻞ ﺑﻴﻊ ﻣﺒﺮور )رواﻩ اﻟﺒﺰار Artinya: “Ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”. (HR Bazar) Dalam Al-Qur’an Allah berfirman
(275 :2/ﺣ ﱠﺮ َم اﻟﺮﱢﺑَﺎ )اﻟﺒﻘﺮة َ ﷲ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ َﻊ َو ُ ﻞا ﺣﱠ َ َوَأ Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. alBaqarah/ 2: 275) Dari ayat ini dapat diketahui al-Qur’an menyatakan dengan tegas bahwa berdagang adalah halal. Regulasi detail dalam berbagai ayat yang ada didalam alQuran memberikan bukti nyata bahwasannya al-Qur’an mendorong orang-orang
32
Muhammad, Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis, h. 65
beriman
untuk
terlibat
dalam
sebuah
perdagangan
yang
jujur
dan
menguntungkan.33 Namun tentu saja, dalam suatu transaksi bisnis terdapat beberapa hal yang harus dipatuhi agar transaksi tersebut di bolehkan dan halal menurut syariah. Ada tiga penyebab terlarangnya sebuah transaksi yaitu: haram zatnya, haram selain zatnya dan tidak sah atau lengkap akadnya. Gambaran singkatnya dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.34
Penyebebab dilarangnya
Haram zatnya
Haram selain zatnya
1. Tadlis 2. Ihtikar 3. Bai’ najsy 4. Gharar 5. Riba
Tidak sah/lengkap akadnya
1. Rukun tidak terpenuhi 2. Syarat tidak terpenuhi 3. Terjadi ta’aluq 4.Terjadi 2 ini 1
D. Distribusi Barang
33
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, h.94.
34
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisisi Fiqh dan Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, Cet.Ke-2, h.28.
Dalam dunia bisnis, kegiatan distribusi dapat diartikan sebagai usaha melancarkan penyebaran sumber daya sehingga kesejahteraan dapat dengan merata dirasakan. Artinya, distribusi terjadi karena aktivitas ekonomi, seperti kegiatan jual beli dan dunia kerja. Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakekatnya mempertemukan kepentingan produsen dengan konsumen dengan tujuan kemaslahatan umat.35 Agar suatu hasil produksi sampai ketangan konsumen, pelaku bisnis dalam hal ini produsen harus mendistribusikan barangnya. Ada 3 alternatif untuk ditempatkan sebagai perantara pada tingkat perdagangan besar atau perdagangan eceran yaitu: distribusi intensif, distribusi selektif dan distribusi selektif. 1. Distribusi intensif merupakan suatu strategi yang digunakan oleh produsen dengan menggunakan sebanyak mungkin penyalur (terutama pengecer) untuk mencapai konsumen. 2. Distribusi selektif merupakan strategi yang digunakan oleh produsen dengan menggunakan sejumlah pedagang besar dan atau pengecer yang terbatas dalam daerah geografis tertentu. Dalam hal ini produsen berusaha memilih penyalur yang betul-betul baik dan mampu melaksanakan fungsinya. 3. Distribusi eksklusif merupakan strategi yang digunakan oleh produsen dengan hanya menggunakan satu pedagang besar atau pengecer didaerah tertentu.
35
Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam, Jakarta: Paradigma dan Aqsa Publising, 2007, Cet.Ke-1, h.145.
Jadi, produsen hanya menjual barangnya kepada satu pedagang besar atau pengecer saja.36
E. Persaingan Bisnis Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition. Dalam kamus manajemen, yang dimaksud dengan persaingan adalah usaha-usaha dari dua pihak atau lebih yang yang masing-masing bergiat memperoleh pesnan dengan menawarkan harga atau syarat yang paling menguntungkan. Persaingan ini dapat terdiri dari beberapa bentuk pemotongan harga, iklan, promosi, variasi dan kualitas, kemasan, desaing dan segmentasi pasar.37 Dalam kamus manajemen, persaingan usaha atau bisnis terdiri dari: 1. Persaingan sehat (healthy cimpetition) Yaitu persaingan antara perusahaan-perusahaan atau pelaku bisnis yang diyakini tidak akan menuruti atau melakukan tindakan yang tidak layak. 2. Persaingan gorok leher (cut throat competition) Persaingan ini merupakan bentuk persaingan yang tidak sehat atau fair dimana terjadi perebutan pasar diantara beberapa pihak dengan melakukan usaha yang mengarah pada praktek menghalalkan segala cara (machiavelistik)
36
Swastha Basu, Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta: Liberty, 1998, Cet.KeVI, h.208. 37
Marbun, Kamus Manajemen, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003, h.276.
untuk menjatuhkan lawan bisnis sehingga salah satu diantaranya tersingkir dari pasar. Islam mengatur tentang hal ini untuk menghindari praktek persaingan yang tidak sehat atau persaingan gorok leher. Ada 3 unsur yang perlu dicermati dalam membahas persaingan bisnis dalam Islam. 1. Pihak-pihak yang bersaing Manusia merupakan pelaku dan pusat pengendali persaingan bisnis. Berbicara tentang faktor manusia tentu saja berkaitan dengan motivasi dan landasan ketika ia menjalankan bisnisnya termasuk dalam hal persaingan. Bagi seorang muslim, bisnis yang dilakukan adalah dalam rangka memperoleh dan mengembangkan harta yang dimilikinya. Harta yang diperolehnya merupakan rizqi yang dikaruniakan Allah. Tugas manusia adalah berusaha sebaik-baiknya, salah satunya dengan jalan berbisnis. Tidak ada anggapan rizqi yang diberikan-Nya diambil oleh pesaing karena Allah telah mengatur hak masing-masing sesuai usahanya. Keyakinan ini menjadikan landasan sikap tawakal setelah manusia berusaha sekuat tenaga. Dalam hal kerja, Islam memerintahkan agar setiap muslim memiliki etos kerja tinggi sebagaimana Islam memerintahkan umatnya untuk berlombalomba dalam kebaikan. Dengan landasan ini persaingan tidak lagi diartikan sebagai usaha mematikan pesaing lainnya, tapi dilakukan untuk memberikan sesuatu melalui mutu produk, harga yang bersaing dan pelayanan total.
2. Segi cara bersaing Berbisnis adalah bagian dari muamalah, karenanya bisnis tidak terlepas dari hukum-hukum yang mengatur masalah muamalah. Dalam berbisnis setiap orang akan berhubungan dengan pihak-pihak lain seperti rekan dan pesaing bisnis. Seorang pebisnis muslim harus selalu berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi mitra bisnisnya. Namun bukan berarti dapat menghalalkan segala cara, seperti pemberian suap untuk mempermudah proses negosiasi. Akad bisnis yang dijalankan juga harus sesuai dengan akad syariah tanpa manipulasi atau berbuat curang.
3. Obyek yang dipersaingkan Beberapa keunggulan produk yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing adalah sebagai berikut: a. Produk. Produk usaha bisnis yang dipersaingkan baik barang amaupun jasa harus halal. Spesifikasinya harus sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen untuk menghindari penipuan. Kualitasnya terjamin dan bersaing. b. Harga. Bila ingin memenangkan persaingan, harga produk harus kompetitif. Dalam hal ini, tidak diperkenankan membanting harga dengan tujuan menjatuhkan pesaing.
c. Tempat. Tempat usaha harus baik, sehat, bersih dan nyaman. Harus juga dihindarkan melengkapi tempat bisnis dengan hal-hal yang diharamkan seperti barang-barang yang dianggap sakti untuk menarik pengunjung. d. Pelayanan. Pelayanan harus diberikan dengan ramah, tapi tidak boleh dengan cara yang mendekati maksiat. e. Layanan purna jual merupakan servis yang akan melanggengkan pelanggan. Akan tetapi, ini diberikan dengan cuma-cuma atau sesuai dengan akad.38
F. Mengelola Harta Dalam aktifitas ekonomi baik Islam maupun konvensional, harta menjadi objek penting dalam pembahasan ekonomi. Dalam Islam, diyakini bahwa Allah SWT memberikan harta (rizki-Nya) pada seluruh umat manusia tidak sama. Oleh karena itu, diperlukan suatu aktifitas atau kegiatan untuk mengelola harta tersebut dalam rangka mengembangkan dan mencari keuntungan demi mencukupi kebutuhan masing-masing individu. Dalam pandangan al-Qur’an bisnis yang menguntungkan mengandung 3 elemen dasar: a. Mengetahui investasi yang paling baik. b. Membuat keputusan yang logis, sehat dan masuk akal.
38
Ismail Yusanto, M.Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, h.96-97
c. Mengikuti perilaku yang baik. Berikut ini akan dibahas ketiga elemen tersebut sesuai dengan tuntunan yang digariskan al-Qur’an. a. Mengetahui investasi yang paling baik. Menurut al-Qur’an tujuan dari semua aktifitas manusia hendaknya diniatkan untuk mencari keridhaan Allah, termasuk dalam berinvestasi. Jadi tujuan yang ingin dicapai bagi seorang muslim dalam melakukan investasi bukan hanya keuntungan materi yang bersifat duniawi, namun juga mencari keridhaan Allah sebagai salah satu bentuk ibadah yang akan membawa kepada kebahagiaan ukhrawi. Dalam QS. Al-Dzariyat (51):56-57 disebutkan:
ق َوﻣَﺎ ُأرِﻳ ُﺪ ٍ ﻦ ِر ْز ْ ﻣَﺎ ُأرِﻳ ُﺪ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ِﻣ.ن ِ ﺲ إِﻟﱠﺎ ِﻟ َﻴ ْﻌ ُﺒﺪُو َ ﻦ وَا ْﻟِﺈ ْﻧ ﺠﱠ ِ ﺖ ا ْﻟ ُ ﺧَﻠ ْﻘ َ َوﻣَﺎ (67-56 :51/ﻄﻌِﻤُﻮنِ )اﻟﺬارﻳﺎت ْ ن ُﻳ ْ َأ Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan”. Bisnis harus dijadikan salah satu bentuk ibadah melalui investasi yang baik yang ditujukan untuk mencari keridhaan Allah. Bisnis juga merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan jiwa dan jasmani, seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Qhashas (28): 77 yang berbunyi:
ﻦ ْﺴ ِﺣ ْ ﻦ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ َوَأ َ ﻚ ِﻣ َ ﺲ َﻧﺼِﻴ َﺒ َ ﺧ َﺮ َة وَﻟَﺎ َﺗ ْﻨ ِ ك اﻟﱠﻠ ُﻪ اﻟﺪﱠا َر اﻟْﺂ َ وَا ْﺑ َﺘ ِﻎ ﻓِﻴﻤَﺎ ءَاﺗَﺎ ﺤﺐﱡ ِ ن اﻟﱠﻠ َﻪ ﻟَﺎ ُﻳ ض ِإ ﱠ ِ ﻚ وَﻟَﺎ َﺗ ْﺒ ِﻎ ا ْﻟ َﻔﺴَﺎ َد ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر َ ﻦ اﻟﱠﻠ ُﻪ ِإَﻟ ْﻴ َﺴ َﺣ ْ َآﻤَﺎ َأ (77 :28ﻦ)اﻟﻘﺼﺺ َ ﺴﺪِﻳ ِ ا ْﻟ ُﻤ ْﻔ
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Perwujudan nyata hal ini adalah dengan melakukan investasi pada sektor atau hal-hal yang baik pada usaha yang halal dan menghindari usaha yang haram seperti disebutkan surat al-Maidah (5):100
ﺚ ﻓَﺎ ﱠﺗﻘُﻮا اﻟﱠﻠ َﻪ ِ ﺨﺒِﻴ َ ﻚ َآ ْﺜ َﺮ ُة ا ْﻟ َ ﺠ َﺒ َﻋ ْ ﺐ َوَﻟ ْﻮ َأ ُ ﺚ وَاﻟﻄﱠﻴﱢ ُ ﺨﺒِﻴ َ ﺴ َﺘﻮِي ا ْﻟ ْ ﻞ ﻟَﺎ َﻳ ْ ُﻗ (100 :5/ن )اﻟﻤﺎﺋﺪة َ ب َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜ ْﻢ ُﺗ ْﻔِﻠﺤُﻮ ِ ﻳَﺎأُوﻟِﻲ ا ْﻟَﺄ ْﻟﺒَﺎ Artinya: Katakanlah, "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan". b. Membuat keputusan yang logis, sehat dan masuk akal. Agar sebuah bisnis sukses dan menghasilkan keuntungan, hendaknya bisnis didasarkan atas keputusan yang sehat, bijaksana dan hati-hati. Hasil yang akan dicapai dengan pengambilan keputusan yang sehat dan bijak ini akan nyata dan dapat bertahan lama. Menurut al-Qur’an bisnis yang menguntungkan adalah sebuah bisnis yang keuntungannya bukan hanya terbatas untuk kehidupan dunia saja, namun juga keuntungan yang juga dapat dinikmati di akhirat.
c. Mengikuti perilaku yang baik.
Perilaku yang baik mengandung kerja yang baik sangatlah dihargai dan dianggap sebagai suatu investasi bisnis yang benar dan menguntungkan. Hal ini menjamin akan adanya kedamaian di dunia dan juga kesuksesan di akhirat. Panduan tentang bagaimana perilaku seseorang diukur dan dinilai oleh al-Qur’an. Oleh karena itu, orang-orang beriman standar dan ukuran perilaku mereka hendaknnya diselaraskan dengan perilaku Rasulullah.39 AlQur’an memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menjaga amanah, menepati janji, adil serta moderat dalam berperilaku. Menetapi dan menjaga hal tersebut adalah tuntunan untuk sebuah perilaku yang baik.
39
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, h.38-44.
BAB III GAMBARAN UMUM ETNIS CINA CILACAP DAN PERKEMBANGAN BISNIS PERIKANAN
A. Perkembangan Jaringan Bisnis Etnis Cina di Indonesia Sebelum membahas secara khusus jaringan bisnis ikan etnis Cina Cilacap, akan dibahas terlebih dahulu perkembangan jaringan bisnis etnis Cina secara umum di Indonesia. Dari masa kolonialisme jaringan bisnis etnis Cina di Indonesia sudah mulai dibangun. Peran mereka sebagai distributor dan perantara cukup kuat, mereka juga bergerak di perdagangan eceran seperti menjadi pedagang ikan atau penjaja keliling kecil-kecilan. Dari titik ini mereka mulai membangun bisnis dan mereka aktif memperluas jaringan bisnis. Peran ekonomi etnis Cina pada awal kemerdekaan RI sedikit demi sedikit mulai memasuki usaha grosir dan ekspor impor yang masih didominasi oleh orang-orang Belanda. Mereka juga berhasil mengambil alih perusahaanperusahaan besar Belanda yang dinasionalisasikan. Hal ini tentu saja memiliki arti strategis bagi kelanjutan dan pertumbuhan bisnis mereka di Indonesia. Pada awal pemerintahan Orde Baru etnis Cina kelas menengah telah melakukan human capital besar-besaran dibidang pendidikan, terutama yang bersifat teknis dan manajerial. Dan berkat ketersediaan modal dan valuta asing yang didapat dari modal sendiri, keluarga, maupun jaringan bisnis dengan pihak
luar negeri, pengusaha etnis Cina dapat bertahan dan beradaptasi saat terjadi inflasi tinggi dan perasaan anti-Cina yang menyebar luas hingga tahun 1966. Pertumbuhan ekonomi yang dirangsang oleh pemerintah Orde Baru tentunya membutuhkan lebih banyak usaha dan modal swasta. Kedua hal tersebut banyak dimiliki oleh etnis Cina dan ditunjang pula oleh kemampuan teknis dan hubungan perekonomian dengan pihak luar, terutama dengan sesama etnis Cina di luar negeri. Keberanian pengusaha dan pelaku ekonomi etnis Cina dalam penanaman modal, spekulasi, strategi kerjasama dan jaringan kerja dengan pihak luar negeri menjadi point istimewa bagi mereka. Meski pada Mei 1998, etnis Cina mengalami keterpurukan dalam usaha mereka akibat kerusuhan di tanah air yang mengakibatkan bisnis mereka mengalami kevakuman untuk beberapa saat, namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Kinerja ekonomi Indonesia belum pulih setelah krisis moneter Asia. Untuk mengembalikan kondisi ekonomi yang sempat carut marut pasca pemerintahan presiden Suharto, pemerintah melibatkan para ekonom dan pelaku bisnis termasuk etnis Cina. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan dicabutnya Kepres ataupun Inpres yang mendiskriminasikan etnis Cina oleh presiden Abdurrahman Wahid. Sejak saat itu iklim yang kondusif bagi semua pelaku usaha mulai dapat diciptakan lagi dan etnis Cina mulai membangun
kembali semangat dan mengembangkan karya mereka, terutama dalam bidang perdagangan.40
B. Kondisi Geografi Cilacap Kabupaten Cilacap berada disebelah Selatan pulau Jawa. Secara geografis terletak diantara 108o 4’ 30”-109o 30’ 30” Bujur Timur dan 7o 30’-7o 45’ 20” Lintang Selatan, dengan luas wilayah 225.360,840 Ha. Sebelah Selatan kabupaten Cilacap adalah Samudra Hindia, sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Banyumas, sebelah Timur berbatasan dengan kebupaten Kebumen dan sebelah Barat berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Barat. Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24 kecamatan. Cilacap memiliki potensi kelautan yang cukup besar. Kekayaan alam laut yang dimiliki bukan hanya penghasil perikanan, namun juga memiliki pelabuhan dan pariwisata bahari seperti pulau Nusakambangan, pantai Permisan, Teluk Penyu dan taman wisata hutan payau. Cilacap juga merupakan daerah pertambangan seperti minyak bumi dan pasir besi. Penelitian Jaringan Bisnis Ikan Etnis Cina Muslim Cilacap dalam Perspektif Etika Bisnis Islam dilakukan dibeberapa lokasi, yaitu kecamatan Cilacap Selatan yang difokuskan pada kelompok nelayan Sentolokawat dan
40
Liem Tjoe, Thomas, Rahasia Bisnis Etnis Tionghoa di Indonsia, Yogyakarta: Media Pressindo, 2007, h.28-40.
PPNC yang merupakan muara jaringan bisnis etnis Cina Cilacap. Lokasi lain adalah daerah jaringan bisnis ikan di kecamatan Cilacap Selatan secara luas dan kecamatan-kecamatan lain seperti kecamatan Cilacap Tengah dan Cilacap Utara yang memiliki populasi etnis Cina yang cukup banyak.
C. Perkembangan Bisnis Sektor Perikanan Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Pada saat krisis ekonomi, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam mendatangkan devisa.41 Indonesia adalah negara maritim yang potensi kelautannya sangat besar. Potensi perikanan diperkirakan sekitar 6,7 juta ton pertahun, sementara tingkat pemanfaatannya baru mencapai 5,9% dari potensi lestarinya. Ini berarti produksi perikanan baru mencapai 3,953 juta ton pertahun atau 3,9 milyar kg/tahun. Sangat disayangkan, potensi yang ada belum tereksplor dengan baik sehingga kontribusinya terhadap kehidupan ekonomi rakyat belum maksimal. Terdapat beberapa masalah besar yang dihadapi oleh bisnis perikanan di Indonesia diantaranya, masih lemahnya bisnis perikanan dan belum terintegrasi
41
Mulyadi, Ekonomi Kelautan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, h.15.
secara vertikal dan horizontal, pencurian ikan oleh kapal asing masih cukup besar dan praktek bisnis perikanan yang merusak alam.42 Masalah ini juga dihadapi masyarakat nelayan Cilacap. Potensi kelautan yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, belum dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Cilacap. Bisnis sektor perikanan yang dijalankan masyarakat Cilacap hanya sebatas dapat mencukupi kebutuhan pokok saja. Profesi disektor perikanan hanya menjadi alternatif terakhir saat tak ada lapangan pekerjaan lain yang tersedia. Mayoritas masyarakat nelayan Cilacap kurang kreatif sehingga hanya mengandalkan hasil laut yang sangat bergantung pada musim, maka pada masa paceklik keadaan ini akan sangat berdampak pada kehidupan ekonomi mereka. Masyarakat nelayan Cilacap juga hanya menjalankan rutinitas tanpa daya inovatif untuk mengembangkan dan menciptakan produk-produk baru, mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah kekuatan besar bagi perekonomian Indonesia. Seharusnya mereka dapat membentuk jaringan bisnis yang kuat dan solid sehingga menguatkan posisi satu sama lain di pasar bahkan dapat merambah pasar internasional yang sebenarnya sangat membutuhkan sumber daya yang mereka miliki yaitu ikan. Untuk mengkoordinir kegiatan para nelayan Cilacap, didirikan KUD (Koperasi Unit Desa) Mino Saroyo yang berkedudukan di kelurahan Cilacap 42
Laode Kamaludin, Pembangunan Ekonomi Maritim, h.80.
kecamatan Cilacap Selatan. Anggotanya adalah seluruh nelayan yang berada di 10 kelurahan yang dibagi kedalam 7 kelompok nelayan yaitu: 1. Kelompok Sentolokawat 2. Kelompok Sidakaya 3. Kelompok Pandanarang 4. Kelompok Tegal Katilayu 5. Kelompok Lengkong 6. Kelompok Bengawan Donan 7. Kelompok PPNC ( Pelabuhan Perikanan Nelayan Cilacap )
KUD Mino Saroyo memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai penyalur pinjaman dana atau modal kepada nelayan serta menjadi penampung dan perantara dalam proses jual beli ikan atau lelang. KUD juga menyediakan berbagai sarana seperti pabrik es, SPBU yang berlokasi dekat pelabuhan, serta Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Namun sangat disayangkan fungsi TPI yang disediakan untuk membantu nelayan dalam memasarkan ikan kurang optimal. Banyak nelayan yang lebih memilih langsung menyalurkan hasil tangkapannya kepada para pedagang ikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti masalah kecepatan pembayaran, ikatan perjanjian karena pinjaman modal yang diberikan pedagang ikan, atau karena ikatan kekeluargaan.
D. Etnis Cina Muslim Cilacap Komunitas terbesar etnis Cina di kabupaten Cilacap berada di kecamatan Cilacap Selatan. Hal ini dikarenakan ibukota kabupaten dan pusat pemerintahan berada di kecamatan ini. Dan mayoritas etnis Cina selalu memilih tempat yang strategis untuk tempat hidup dan kemajuan bisnis mereka sehingga cenderung memilih hidup dan bertempat tinggal di ibukota kabupaten yang tentu saja lebih ramai dan lebih maju dibanding daerah lainnya. Berikut ini adalah tabel populasi etnis Cina di kabupaten Cilacap. NO
KECAMATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dayeuhluhur Wanareja Majenang Cimanggu Karangpucung Cipari Sidareja Kedungreja Patimuan Gandrungmangu Bantarsari Kawunganten Jeruklegi Kesugihan Adipala Maos Sampang Kroya Binangun Nusawungu Kampung Laut Cilacap Selatan Cilacap Tengah Cilacap Utara
CINA L
8 74 262 12 9 244 12 19 28 36 31 4 138 7 1.425 342 112
ARAB P
3 68 219 10 8 246 15 16 29 40 26 2 135 7 1.205 337 98
L
11 2 4 3 4 6 34 99 30
P
LAIN L P
13 2 4 6 5 38 104 26
10 -
14 -
TOTAL
L+P
11 142 529 22 21 0 498 0 27 0 35 35 76 0 0 60 16 290 0 14 0 2.702 864 266
TOTAL / JUMLAH 2.745 2.464 193 Sumber : BPS Kabupaten Cilacap43
198
10
14
5.630
Etnis Cina Cilacap tidak datang pada masa yang sama. Banyak yang sudah menjadi generasi kedua, ketiga bahkan keempat, ada juga pendatang baru yang berasal dari pulau Sumatra seperti Medan atau pulau Kalimantan seperti Pontianak yang semuanya telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), namun sangat sedikit etnis Cina yang merupakan generasi pertama yang langsung datang dari negara Cina. Menurut sejarah, emigrasi orang Cina ke Indonesia hampir seluruhnya datang dari dua provinsi yaitu Fujian dan Guangdong. Ada 4 suku dari kedua provinsi ini yang merupakan mayoritas, yaitu suku Hok Kian, Tio-Cu, Hak-Ka dan Kanton. Setiap suku memiliki keahlian khusus sebagai bidang bisnis yang mereka geluti. Pengelompokan Suku dan Bidang Usaha SUKU Hok-kian
BIDANG USAHA Perdagangan, ekspor, impor kecil-kecilan dan perantara Perdagangan, rumah makan, agrobisnis, dan pertukangan
Tio-Cu kasar Hak-ka
43
Pertanian, perdagangan, pertukaran, industri
Cilacap dalam Angka, 2005
Rumah makan, hotel atau losmen, toko mebel, toko besi, Kanton tukang atau teknisi Hainan
Rumah makan Eropa, pertanian atau perkebunan
Ing Hoa
Pedagang suku cadang sepeda, kendaraan bermotor
Hok Cia
Guru, sinshe, tukang gigi, perdagangan tekstil
Sumber: J.L Vleming Sr “Het Chinese Zakenleven in Nederlandsch Indie” diterjemahkan oleh Bob Widyartono.44 Meskipun proses pembauran dengan masyarakat Indonesia menjadikan kekhususan bidang usaha makin kabur, namun hal ini tidak benar-benar hilang. Mereka masih menerapkan simbiosis mutualisme ini untuk saling melengkapi bisnis satu sama lain. Dalam bisnis ikan di Cilacap, tidak semua etnis Cina memiliki spesifikasi bisnis yang sama misalnya semua bergerak dibidang perkapalan (nelayan), atau menjadi pedagang ikan, juga tidak semuanya bergerak dibisnis peralatan perkapalan atau mengelola rumah makan sea food. Agama yang dipeluk oleh etnis Cina Cilacap sangat beragam. Tak sedikit etnis Cina yang memeluk agama Islam meskipun dilatar belakangi oleh beberapa alasan yang berbeda seperti pernikahan dengan etnis pribumi yang beragama Islam, tertarik dan meyakini kebenaran ajaran Islam atau bahkan telah turun temurun memeluk agama Islam.
44
Bob Widyartono, “Perkembangan Wawasan Strategi Bisnis Keturunan Cina” InfoBank XXIX, no.336 (Maret 2007)h:81.
Etnis Cina muslim Cilacap berada dibawah naungan yayasan Cina muslim Karim Oei atau PITI (Persatuan Iman Tauhid Indonesia) yang dulu bernama Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. Organisasi ini melakukan bimbingan dan kegiatan keagamaan seperti mengkoordinir zakat fitrah saat Idul Fitri, menyalurkan zakat, infak dan shodaqah atau kajian-kajian pembinaan bagi anggotanya. Mereka juga bekerjasama dengan KUA untuk memperoleh informasi tentang etnis Cina muallaf yang akan menikah sehingga dapat senantiasa dibimbing dan dikuatkan keyakinannya pada agama Islam. Namun sangat
disayangkan,
beberapa
tahun
terakhir
kegiatannya
mengalami
kemunduran.
E. Bisnis Ikan Etnis Cina Muslim Cilacap Potensi kekayaan alam Indonesia, khususnya Cilacap dilihat etnis Cina sebagai peluang bisnis. Banyak diantara mereka yang berhasil mengelola dan mengembangkan bisnis perikanan bahkan saat etnis pribumi mengalami kesulitan dalam bisnis ini. Bisnis ikan etnis Cina semakin memiliki keunggulan, terlebih etnis Cina muslim. Salah satunya dibuktikan dengan masih beroperasinya kapalkapal milik etnis Cina muslim dan tetap berkembangan bisnis sektor perikanan lainnya meskipun kondisi perikanan di Cilacap sedang mengalami musim paceklik panjang. Contoh lain keunggulan bisnis ikan etnis Cina dapat dilihat pada musim ubur-ubur dimana mereka mampu mengekspor 200 kontainer ubur-ubur kering ke
negara asal mereka (Cina) untuk sekali musim, ujar Bambang Bekti General Manager PT Pelindo III Tanjung Intan45, sedangkan penduduk pribumi tidak melihat ini sebagai peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Tidak semua etnis Cina muslim Cilacap terjun di sektor perikanan. Prosentasenya masih sangat sedikit bila dibandingkan total jumlah etnis Cina di Cilacap, namun jumlah yang sangat sedikit ini memiliki keunggulan dibanding bisnis etnis Cina non muslim atau bisnis perikanan etnis pribumi. Mayoritas etnis Cina muslim yang menekuni bisnis perikanan berada pada sektor perkapalan. Hal ini karena intensnya interaksi mereka dengan masyarakat pribumi yang sebagian besar beragama Islam. Mereka berdomisili di perumahan nelayan yang semakin memperkuat hubungan ini. Mereka juga memiliki spesialisasi, jenis ikan yang mereka tangkap adalah ikan tongkol jenis cakalang atau tuna kwalitas ekspor yang memiliki permintaan tinggi di pasar dan harga yang cukup memberi keuntungan. Pada urutan kedua etnis Cina muslim terbesar berada pada sektor perdagangan. Adapun informasi atas jumlah populasi etnis Cina muslim yang menekuni bisnis perikanan didapatkan dari bapak Atas Munandar ketua HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia), dan bapak Yongky pengurus PITI (Persatuan Iman Tauhid Indonesia) Cilacap adalah sebagai berikut: Perkapalan
45
Kompas-Cetak/0610/04/daerah/3002449.htm
(nelayan) 22 orang, perdagangan ikan (bakul ikan) 11 orang, industri rumah tangga makanan berbahan dasar ikan 9 orang. Beberapa hal yang terjadi pada jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap yang ditemukan di lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 1. Etnis Cina muslim sektor perkapalan (nelayan) a. Proses pencarian ikan yang meliputi: peralatan yang digunakan dan manajemen (pemilihan pekerja dan sistem pembayaran upah) b. Jaringan distribusi. 2. Etnis Cina muslim di sektor perdagangan ikan atau bakul ikan yang meliputi perilaku jaringan pada sistem pembelian ikan, tallaqi rukban dan lelang. 3. Etnis Cina muslim di sektor industri rumah tangga (makanan berbahan dasar ikan) atau unit pemasaran lainnya yang meliputi pemilihan jenis bisnis dan timbangan. 4. Ditribusi membahas penyalur yang digunakan dalam pendistribusian komiditi. 5. Pola jaringan bisnis etnis cina muslim mengungkapkan kerjasama antar unit atau sektor bisnis. 6. Hubungan dengan rekan dan relasi bisnis yang memaparkan faktor-faktor pendorong kerjasama anggota etnis dan keterbukaan etnis Cina muslim pemilihan relasi bisnis. 7. Strategi perdagangan dalam persaingan bisnis meliputi pembahasan faktorfaktor yang dipersaingkan, perhatian pada lingkungan bisnis dan kepercayaan pada benda-benda yang memiliki kekuatan.
BAB IV ANALISA TERHADAP JARINGAN BISNIS IKAN ETNIS CINA MUSLIM CILACAP DALAM PANDANGAN ETIKA BISNIS ISLAM
Setelah melakukan observasi dan mendapatkan info dari hasil wawancara, didapatkan suatu gambaran tentang jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap yang akan dibahas dalam beberapa pembahasan sesuai alur jaringan bisnis dan beberapa pokok pembahasan lain yang berkaitan erat dengannya seperti hubungan dengan relasi bisnis serta persaingan bisnis. Untuk lingkar jaringan bisnis, penelitian ini hanya akan membahas lingkar pedesaan dan lingkar perkotaan.
A. Jaringan Bisnis Lingkar Pedesaan dan Perkotaan Jaringan bisnis ikan lingkar pedesaan dapat ditemukan pada aktifitas kelompok nelayan Cilacap yang terpusat pada kelompok nelayan Sentolokawat dan PPNC dimana mayoritas Etnis Cina bergerak disana. Dimulai dari etnis Cina muslim yang menerjuni sektor perkapalan atau biasa disebut nelayan dilanjutkan dengan distribusi kepedagang ikan yang dikenal dengan istilah bakul kemudian akan dilanjutkan pada distribusi ke sektor industri rumah tangga makanan
berbahan dasar ikan atau unit-unit distribusi lainnya yang berarti memasuki jaringan bisnis lingkar perkotaan.
Alur Jaringan Bisnis Lingkar Pedesaan dan Perkotaan Etnis Cina muslim sektor perkapalan (nelayan)
Etnis Cina muslim sektor perdagangan (bakul ikan)
Etnis Cina muslim sektor industri rumah tangga (makanan berbahan dasar ikan)
1. Sektor Perkapalan (nelayan) Sektor perkapalan dalam jaringan bisnis ikan merupakan salah satu unit bisnis yang berkonsentrasi pada bidang penangkapan ikan dan kekayaan laut lainnya, sektor perkapalan ini lebih akrab disebut nelayan Seperti kita pahami, ikan merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable) dimana setiap individu diberikan kebebasan atau diizinkan untuk menangkap dan mengelolanya. Allah menciptakan alam beserta isinya untuk kepentingan umat manusia di dunia, seperti juga samudra yang terbentang luas dan sangat kaya akan sumber daya yang terkandung di dalamnya.
Semuanya
dianugerahkan
oleh
Allah
SWT
agar
dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup, seperti yang disebutkan dalam QS an-Nahl (16): 14
ﺣ ْﻠ َﻴ ًﺔ ِ ﺨ ِﺮﺟُﻮا ِﻣ ْﻨ ُﻪ ْ ﺴ َﺘ ْ ﻃﺮِﻳًّﺎ َو َﺗ َ ﺤﻤًﺎ ْ َﺤ َﺮ ِﻟ َﺘ ْﺄ ُآﻠُﻮا ِﻣ ْﻨ ُﻪ ﻟ ْ ﺨ َﺮ ا ْﻟ َﺒ ﺳﱠ َ َو ُه َﻮ اﱠﻟﺬِي َﺸ ُﻜﺮُون ْ َﻀِﻠ ِﻪ َوَﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜ ْﻢ ﺗ ْ ﺧ َﺮ ﻓِﻴ ِﻪ َوِﻟ َﺘ ْﺒ َﺘﻐُﻮا ﻣِﻦ َﻓ ِ ﻚ َﻣﻮَا َ َﺗ ْﻠ َﺒﺴُﻮ َﻧﻬَﺎ َو َﺗﺮَى ا ْﻟ ُﻔ ْﻠ (14 :16/)اﻟﻨﺨﻞ Artinya: “Dan Dialah yang menundukan lautan supaya kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar, dan kamu keluarkan daripadanya perhiasan yang dapat kamu pakai, dan engkau lihat bahtera berlayar padanya, dan agar kamu mencari karunia-Nya, supaya kamu bersyukur”. Daging yang segar dalam ayat ini memiliki makna segala macam jenis binatang laut yang diperoleh manusia dengan jalan menangkapnya. Sedangkan perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan yang terkandung di dalam laut seperti mutiara.46 Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Allah telah menciptakan lautan beserta isinya agar manusia dapat mencari karunia-Nya, seperti ikan, cumi-cumi, udang, lobster dan perhiasan seperti mutiara yang dapat dikonsumsi dan dikelola. Maka, dapat disimpulkan kebolehan mencari penghidupan dengan mengelola kekayaan yang terkandung di lautan. Dari masa kemasa, teknologi penangkapan ikan terus menerus dimodernisasi, sayangnya hal ini membuat tingkat eksploitasi ikan dibeberapa wilayah
tidak
lagi
memperhitungkan
regenerasinya.
Banyak
yang
mempergunakan alat-alat penangkapan ikan yang berdampak buruk bagi biota laut, hal ini dilarang dalam Islam. Meskipun Islam memberikan kebebasan berusaha dan mengelola kekayaan alam, namun tentu saja etika bisnis Islam
46
Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jogjakarta: PT Dana Bhakti Wakaf UII, 1995, h.345.
mengatur kebebasan itu sebagai kebebasan yang bertanggung jawab, tidak berlebihan dan menjaga kelestarian lingkungan. Secara umum, nelayan Cilacap mulai menggunakan alat-alat modern untuk menangkap ikan, terlebih etnis Cina yang memiliki alat-alat berteknologi tinggi dan lebih lengkap dibanding nelayan pribumi. Hampir seluruh kapal-kapal etnis Cina dilengkapi dengan satelit untuk membaca pergerakan arah ikan, pager untuk berkomunikasi dengan nelayan juragan di darat, mesin kapal yang bergerak dengan kecepatan tinggi dan alat-alat tangkap ikan yang berkwalitas tinggi. Tidak terdapat penyimpangan pada operasional kapal dan proses penangkapan ikan di laut karena alat-alat yang mereka miliki masih memenuhi standar keselamatan lingkungan yang ditetapkan pemerintah. Dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan perorangan. Etnis Cina muslim seperti mayoritas etnis Cina lainnya termasuk dalam kelompok kedua yaitu kelompok nelayan juragan yang memiliki kapal beserta alat tangkap namun operasionalnya diserahkan kepada para pekerja yang dimilikinya. Hampir seluruh etnis Cina Cilacap yang bergerak disektor perkapalan adalah etnis Cina yang berasal dari Bagan Siapiapi. Bagan Siapiapi adalah ibukota dari kabupaten Rekan Hilir kepulauan Riau yang wilayahnya berada ditepi pantai. Penduduk yang berkedudukan di pusat kota
hampir 90% nya etnis Cina.47 Di Cilacap mereka lebih akrab dipanggil Cina Bagan. Dalam pembayaran upah pekerja, etnis Cina muslim berbeda dengan sistem nelayan juragan pribumi yang hampir seluruhnya menerapkan sistem presentase untuk para bidak (awak kapal) dan tekong (ketua bidak yang merangkap sebagai nahkoda), mereka menerapkan sistem upah harian yang sudah disepakati diawal kontrak kerjasama, ditambah dengan bonus sesuai hasil tangkapan ikan. Ini merupakan salah satu strategi etnis Cina muslim untuk menarik dan mendapatkan bidak-bidak dan tekong terbaik untuk mengoperasionalkan kapal-kapal yang mereka miliki, hal ini dapat diterima melihat produksi ikan yang sangat labil beberapa tahun terakhir. Mengoperasionalkan kapal adalah pekerjaan yang berat dan penuh resiko, dengan sistem upah bidak dan tekong merasa lebih terjamin pendapatannya meskipun hasil tangkapan mereka tidak begitu banyak dan sistem bonus yang diterapkan menjadi motivasi bagi mereka untuk semakin giat bekerja agar mendapatkan bonus yang besar pula. Dalam pandangan etika bisnis Islam strategi etnis Cina muslim ini dibolehkan dan ini merupakan salah satu bentuk manajemen yang baik
47
Sholihin, “Implikasi Ajaran Konghucu terhadap Sikap Keberagaman Masyarakat Tionghoa di Bagan Siapiapi”, Skripsi S1 Fakultas Usuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, h.47.
dengan memilih sumber daya manusia yang kompeten untuk menjalankan tugas sesuai keahlian. Seperti yang disebutkan dalam QS. Yusuf (12): 54-55
ﻚ ا ْﻟ َﻴ ْﻮ َم َﻟ َﺪ ْﻳﻨَﺎ َ ل ِإ ﱠﻧ َ ﺼ ُﻪ ﻟِﻨَ ْﻔﺴِﻲ َﻓَﻠﻤﱠﺎ َآﱠﻠ َﻤ ُﻪ ﻗَﺎ ْ ﺨِﻠ ْ ﺳ َﺘ ْ ﻚ ا ْﺋﺘُﻮﻧِﻲ ِﺑ ِﻪ َأ ُ ل ا ْﻟ َﻤِﻠ َ َوﻗَﺎ ﻆ ﻋَﻠِﻴ ٌﻢ ٌ ض ِإﻧﱢﻲ ﺣَﻔِﻴ ِ ﻷ ْر َ ﻦ ْا ِ ﺧﺰَا ِﺋ َ ﻋﻠَﻰ َ ﺟﻌَ ْﻠﻨِﻲ ْل ا َ ﻗَﺎ0 ﻦ ٌ ﻦ أَﻣِﻴ ٌ ﻣَﻜِﻴ (55-54 :12/)ﻳﻮﺳﻒ rtinya: “Dan raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku, aku akan memilihnya sebagai pembantu dekatku”, maka tatkala raja bercakap-cakap dengannya, raja berkata, “Sesungguhnya pada hari ini engkau di sisi kami mempunyai kedudukan lagi dipercaya. Berkata Yusuf, “jadikanlah aku bendahara Mesir, sesungguhnya aku sanggup memelihara lagi cukup mengetahui”. Akhir ayat ini, dimana nabi Yusuf menyatakan kesanggupannya untuk memelihara dan pengetahuannya tentang perbendaharaan negara, menunjukan kompetensi yang harus dimiliki untuk dapat mengemban atau memegang suatu posisi atau jabatan agar tercapai hasil yang maksimal dan tidak menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam berbisnis, Islam menganjurkan kepada para pelaku bisnis untuk lebih selektif dalam memilih pekerja agar tercipta produktifitas yang tinggi sehingga bisnis yang dijalankan dapat memberikan keuntungan dan merupakan investasi yang baik. Setelah proses pemilihan pekerja yang tepat, maka kewajiban bagi nelayan juragan untuk memperhatikan hak pekerjanya yaitu upah dan bonus yang mereka terapkan untuk membayar bidak dan tekong, Islam sangat
menghormati hak-hak para pekerja dan telah mengatur hal ini dalam QS atThalaq (65): 6
:65/ف )اﻟﻄﻼق ٍ ﻦ ُأﺟُﻮ َر ُهﻦﱠ َو ْأ َﺗ ِﻤﺮُوا ﺑَ ْﻴﻨَﻜُﻢ ِﺑ َﻤ ْﻌﺮُو ﻦ َﻟ ُﻜ ْﻢ َﻓﺌَﺎﺗُﻮ ُه ﱠ َ ﺿ ْﻌ َ ن َأ ْر ْ َﻓِﺈ (6 Artinya: “Maka jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik”. Ayat ini adalah perintah untuk memberi upah kepada wanita yang menyusui putra-putri orang lain. Perintah ini dapat diterapkan pada kondisi yang berbeda dalam mempekerjakan seseorang, Islam memerintahkan untuk memberikan upah. Kenaikan harga BBM memberikan dampak signifikan terhadap produksi ikan di Cilacap bahkan hampir diseluruh wilayah tanah air. Banyak kapal-kapal milik pribumi yang tidak dapat kembali melaut karena mahalnya harga bahan bakar dan biaya produksi. Dalam menghadapi kondisi ini, etnis Cina muslim memperkuat sisi permodalan dan manajemen agar tetap exist dalam bisnis yang mereka geluti. Hasil tangkapan ikan etnis Cina muslim disektor perkapalan atau nelayan, mayoritas langsung didistribusikan kepada pedagang ikan yang telah menjadi relasi bisnis mereka dan sebagian kecil disetorkan ke TPI untuk dilelang.
2. Sektor Perdagangan (industri rumah tangga makanan berbahan dasar ikan)
Ada beberapa alasan bagi masyarakat nelayan Cilacap untuk menyerahkan ikan hasil tangkapannya langsung kepada pedagang ikan bukan ke TPI yang seharusnya bisa menjadi sarana dan prasarana bagi mereka dalam memasarkan produk (ikan), alasan ini diantaranya karena ikatan kekeluargaan, ikatan kerjasama atau relasi yang telah lama terjalin, juga karena pinjaman modal yang diberikan oleh pedagang ikan kepada nelayan agar dapat melaut dan melengkapi alat-alat produksinya. Alasan lain adalah kemudahan prosedur dan kecepatan waktu pembayaran dibanding dengan TPI yang harus melalui beberapa proses sehingga memakan waktu. Etnis Cina muslim yang bergerak di sektor ini lebih banyak mendapatkan pasokan ikan langsung dari nelayan juragan etnis Cina muslim dan nelayan perorangan dibanding pasokan ikan yang didapatkan dari hasil lelang di TPI. Dengan mendapatkan pasokan ikan langsung dari nelayan juragan etnis Cina muslim dan nelayan perorangan yang telah menjadi relasi bisnis, mereka dapat menghemat biaya transaksi dan lebih memiliki jaminan atas ketersediaan barang stok. Dalam etika bisnis Islam, ini bukan merupakan salah satu bentuk tallaqi rukban. Tallaqi rukban adalah salah satu bentuk distorsi pasar yang dilakukan oleh pedagang kota yang memiliki informasi lebih lengkap tentang harga di pasar sehingga ia memasang harga yang lebih rendah dari harga di pasar. Tallaqi rukban dilarang dalam Islam seperti hadits Nabi
ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ,ﻋﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﻻ ﻳﺒﻴﻊ ﺑﻌﻀﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻴﻊ ﺑﻌﺾ وﻻ ﺗﻠﻘﻮا اﻟﺴﻠﻊ ﺣﺘﻰ:ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ .ﻳﻬﺒﻂ ﺑﻬﺎ اﻟﺴﻮق Artinya: “Dari Abdullah bin Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah sebagian kamu menjual atas sebagian yang lain, dan jangalah kamu sekalian menyongsong barang-barang dagangan sehingga diturunkan dipasar”. Mencari barang dengan harga yang lebih murah tidaklah dilarang, namun transaksi jual beli antara dua pihak dimana satu pihak tidak mengetahui harga di pasar akan cenderung dimanfaatkan oleh pihak lainnya untuk mencari keuntungan maka ini adalah perbuatan zalim dan ini dilarang dalam Islam karena Allah melaknat orang-orang yang berbuat zalim.
ﻋ َﺪﻧَﺎ َر ﱡﺑﻨَﺎ ﺣَﻘًّﺎ َ ﺟ ْﺪﻧَﺎ ﻣَﺎ َو َ ن َﻗ ْﺪ َو ْ ب اﻟﻨﱠﺎ ِر َأ َ ﺻﺤَﺎ ْ ﺠ ﱠﻨ ِﺔ َأ َ ب ا ْﻟ ُ ﺻﺤَﺎ ْ َوﻧَﺎدَى َأ ﷲ ِ ن َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬ ْﻢ أَن ﻟﱠ ْﻌ َﻨ ُﺔ ا ٌ ن ُﻣﺆَ ﱢذ َ ﻋ َﺪ َرﱡﺑ ُﻜ ْﻢ ﺣَﻘًّﺎ ﻗَﺎﻟُﻮا َﻧ َﻌ ْﻢ َﻓَﺄ ﱠذ َ ﻞ وَﺟَ ْﺪﺗُﻢ ﻣﱠﺎ َو ْ َﻓ َﻬ (44: 7/ﻦ )اﻷﻋﺮاف َ ﻋﻠَﻰ اﻟﻈﱠﺎِﻟﻤِﻴ َ Artinya: “Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada neraka, “Sungguh kami telah mendapatkan apa yang sebetulnya dijanjikan Tuhan kami, maka apakah kamu telah memperoleh apa yang sebetulnya dijanjikan Tuhanmu?” Mereka menjawab “ya”. Lalu seorang penyeru (malaikat) berseru diantara mereka bahwa laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim”. (QS. Al-A’raf/ 7: 44) Dalam transaksi yang terjadi antara pedagang etnis Cina muslim dengan nelayan juragan etnis Cina muslim, yang berlaku adalah harga di pasar. Nelayan juragan telah mengetahui harga di pasar sehingga tidak ada pihak yang dizalimi. Tawar menawar pun terjadi di antara mereka sehingga berlaku hak khiyar untuk meninggalkan transaksi atau melanjutkan transaksi sesuai kesepakatan.
Namun
tak
dapat
dipungkiri,
banyak
pedagang
ikan
yang
meminjamkan modal agar menjadi pengikat bagi nelayan untuk menjual ikan hasil tangkapannya kepada para pedagang ikan peminjam modal. Dalam keadaaan ini, harga yang berlaku bagi nelayan relatif lebih rendah dari harga pasar. Meskipun kedua belah pihak merasa saling membutuhkan dan menguntungkan namun pada hakikatnya perilaku ini merugikan salah satu pihak. Praktek ini juga memberikan resiko pada masing-masing pihak, pihak nelayan yang diberi bantuan modal akan dirugikan dengan rendahnya harga ikan dibanding harga pasar, untuk pedagang ikan yang meminjamkan modal beresiko kehilangan uang yang mereka pinjamkan. Hal ini juga memicu persaingan tidak sehat karena perilaku suap untuk saling merebut relasi bisnis dengan memberikan tawaran pinjaman modal yang menggiurkan. Demi menjaga kebaikan masing-masing pihak, ikatan kerjasama karena pinjaman modal seperti ini harus dihindari. Etnis Cina muslim pedagang ikan lebih cepat dalam urusan pembayaran. Mereka menerapkan sistem bayar tunai atau dengan pemberian uang muka yang kemudian akan dilunasi dalam satu atau dua hari. Juga tidak terdapat potongan biaya seperti biaya yang dikenakan bila menjual ikan melalui lelang di TPI. Untuk pembayaran tunai, secara umum cara ini mendapatkan preferensi lebih utama dalam mekanisme jual beli dalam dunia bisnis karena memperlancar sirkulasi bisnis. Sedangkan dengan pembayaran tertunda terkadang membuka peluang terjadinya konflik diantara para pelaku
bisnis. Terlebih bila tiba saat pembayaran debitur tidak dapat menunaikan pembayaran. Dalam hal ini, nelayan juragan dan pedagang ikan etnis Cina muslim saling menjaga kepercayaan masing-masing. Dengan semakin cepat nelayan juragan mendapatkan uang hasil penjualan ikan, semakin cepat pula mereka dapat membayar upah bagi para bidak dan tekong kapal. Sikap etnis Cina muslim baik nelayan juragan atau pedagang ikan yang sangat menjaga kepercayaan dan pelayanan bagi para relasi bisnis termasuk para pekerjanya dengan ketepatan dan kecepatan pembayaran sangat sesuai dengan etika bisnis Islam yang menuntun untuk menyegerakan dan tidak menunda-nunda pembayaran upah pekerja seperti dalam hadits 48
اﻋﻄﻮا اﻻﺟﻴﺮ اﺟﺮﻩ ﻗﺒﻞ ان ﻳﺠﻒ ﻋﺮﻗﻪ
Artinya: “Berilah upah para pekerja sebelum kering keringatnya”. Dari hadits ini tampak jelas kearifan etika bisnis Islam yang melindungi semua pelaku bisnis dengan tidak membeda-bedakan antara hak pemilik modal dan pekerja. Selain pasokan ikan dari etnis Cina muslim di sektor perkapalan atau nelayan, etnis Cina muslim pedagang ikan juga aktif mengikuti lelang di TPI untuk menambah stok dan mengetahui perkembangan harga ikan di pasar. Dalam aktifitas lelang ini sangat tampak adanya persaingan baik sesama etnis 48
“HR. Ibnu Majah dari Umar, Abu Ya’la dari Abu Hurairah, at-Thabrani dalam al-Ausath dari Jabir al-Hakim dari Anas semua jalan riwayatnya adalah lemah, tetapi secara kolektif menjadi hadits hasan, seperti dikatakan oleh al-Munawi dalam Faidhul Qadir (I/562-563) di-hasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shigar wa Ziyadatuh (1055)”.
Cina baik muslim atau non muslim maupun dengan pelaku bisnis pribumi. Dalam lelang ini banyak terjadi kerjasama sesama relasi bisnis sehingga persaingan yang terjadi bukan hanya antar individu namun juga antar kelompok bisnis. Hukum lelang sendiri sah dalam pandangan Islam. Tentu saja selama persaingan harga yang terjadi adalah persaingan harga alamiah sesuai permintaan pasar. Meskipun harga yang tercipta dalam kegiatan lelang selalu meningkat namun harga tersebut merupakan harga alamiah sesuai permintaan peserta lelang. Praktek lelang telah ada pada masa Rasulullah SAW, seperti dalam hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah melelang pelana dan gelas beliau.
ﺣﺪﺛﻨﺎ، ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﻴﺪ اﷲ ﺑﻦ ﺷﻤﻴﻂ ﺑﻦ ﻋﺠﻼن،ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﻤﻴﺪ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻋﻦ اﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ أن،اﻷﺧﻀﺮ ﺑﻦ ﻋﺠﻼن ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ اﻟﺤﻨﻔﻲ وﻗﺎل ﻣﻦ ﻳﺸﺘﺮى.رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑﺎع ﺣﻠﺴﺎ وﻗﺪﺣﺎ ﻓﻘﺎل اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻲ. اﺧﺬﺗﻬﻤﺎ ﺑﺪرهﻢ:؟ ﻗﺎل رﺟﻞ...هﺬا اﻟﺤﻠﺲ واﻟﻘﺪح اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻠﻰ درهﻢ؟ ﻣﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻠﻰ درهﻢ؟ ﻓﺄﻋﻄﺎﻩ رﺟﻞ درهﻤﺎن ﻓﺒﺎﻋﻬﻤﺎ ﻣﻨﻪ )اﺧﺮﺟﻪ اﺣﻤﺪ واﺻﺤﺎب اﻟﺴﻨﻦ واﻟﻠﻔﻂ (اﻟﺘﺮﻣﻴﺬى Artinya: “Humaid bin Mas’udah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Syumaith bin Ajlar menceritakan kepada kami, Al-Akhtar bin Ajlar menceritakan pada kami dari Abdullah Al-Hanafi dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah SAW menjual pelana dan gelas, kemudian Rasulullah SAW bersabda “Siapa yang mau membeli pelana dan gelas ini?” seorang lelaki berkata. “Saya beli dengan satu dirham, Nabi SAW bersabda “siapa yang mau menambah lebih satu dirham? siapa yang mau menambah
lebih satu dirham?”, maka seorang lelaki membeli kepada Rasulullah dengan dua dirham dan Rasulullah menjual kepada lelaki itu”.49 Dalam kegiatan lelang ini, kerap terjadi kerjasama beberapa peserta lelang untuk membagi ikan hasil lelang yang berhasil dibeli salah satu pihak, dalam kerjasama ini tidak terjadi penyimpangan dari etika bisnis Islam. Namun dalam suatu kondisi, dapat ditemukan adanya penyimpangan dari persaingan harga alamiah, yaitu saat komoditi yang di lelang hanya dibutuhkan oleh satu kelompok bisnis saja, misalnya pada jenis ikan yang hanya dibutuhkan pedagang-pedagang besar sebagai komoditi bisnis seperti ikan tuna kwalitas ekspor. Dalam hal ini kerap terjadi rekayasa harga oleh para pelelang yang membutuhkan komoditi tersebut. Pihak yang bekerjasama memberikan batasan harga yang telah mereka sepakati bersama agar tidak melambung tinggi untuk kemudian barang tersebut akan dibagi di antara mereka. Perilaku ini tentu saja bertentangan dengan etika bisnis Islam yang sangat melindungi hak setiap pelaku bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Melalui sistem lelang dengan persaingan harga alamiah, pemilik barang akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan tingginya tingkat permintaan pasar, namun pembatasan harga lelang, berarti menghalangi pemiliki barang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari keuntungan yang didapatkan
49
Sunan at-Tirmidzi, Abi Isa Muhammad bin Isa Saurah, Beirut, Dar al-Fikri, Libanon, juz 3,
h.9.
bila persaingan harga yang tercipta alamiah. Ini merupakan salah satu bentuk tadlis (penipuan) dalam harga, transaksi seperti ini dilarang karena bertentangan dengan ayat jual beli yang mensyaratkan adanya keridhaan kedua belah pihak dengan tidak menzalimi salah satu pihak yang bertransaksi seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Nisa (4): 29
ن ِﺗﺠَﺎ َر ًة َ ن َﺗﻜُﻮ ْ ﻻ َأ ﻞ ِإ ﱠ ِﻃ ِ ﻻ َﺗ ْﺄ ُآﻠُﻮا َأ ْﻣﻮَاَﻟﻜُﻢ َﺑ ْﻴ َﻨﻜُﻢ ﺑِﺎ ْﻟﺒَﺎ َ ﻦ َءا َﻣﻨُﻮا َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ :4/ن ِﺑ ُﻜ ْﻢ َرﺣِﻴﻤًﺎ )اﻟﻨﺴﺎء َ ﷲ آَﺎ َ نا ﺴ ُﻜ ْﻢ ِإ ﱠ َ ﻻ َﺗ ْﻘ ُﺘﻠُﻮا أَﻧ ُﻔ َ ض ﻣﱢﻨ ُﻜ ْﻢ َو ٍ ﻋَﻦ َﺗﺮَا (29 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta antara kamu dengan cara yang batil, kecuali perniagaan yang terjadi dengan rela sama rela di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”. Harga yang berlaku di pasar seharusnya adalah harga alamiah sehingga tercipta keadilan. Harga yang adil dalam konsep Aquinas yang mendefinisikan sebagai harga kompetitif normal. Yaitu harga yang yang berada dalam persaingan sempurna yang disebabkan oleh supply dan demand, tidak ada unsur spekulasi. Menurut Ibnu Taimiyah bahwa harga yang adil adalah: “Nilai harga dimana orang-orang menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai hal yang sepadan dengan harga yang dijual ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu”50
50
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, dari Edi Adi Kuswanto, Pengantar Ekonomi, Depok: Gunadarma, 1993, Cet.Ke-3, h.6.
Keadilan yang diinginkan Ibnu Taimiyah berhubungan dengan prinsip la dharar yaitu tidak melukai dan tidak merugikan orang lain. Maka dengan berbuat adil akan mencegah terjadinya tindakan kezaliman. Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk berlaku adil seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Nahl/ 16: 90 yang berbunyi:
ﺤﺸَﺂ ِء ْ ﻦ ا ْﻟ َﻔ ِﻋ َ ئ ذِي ا ْﻟ ُﻘ ْﺮﺑَﻰ َو َﻳ ْﻨﻬَﻰ ِ ن َوإِﻳﺘَﺂ ِ ﺣﺴَﺎ ْﻹ ِ ل َو ْا ِ ﷲ َﻳ ْﺄ ُﻣ ُﺮ ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﺪ َ نا ِإ ﱠ (90 :16/ﻈ ُﻜ ْﻢ َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜ ْﻢ ﺗَﺬَ ﱠآﺮُونَ )اﻟﻨﺨﻞ ُ ﻲ َﻳ ِﻌ ِ وَا ْﻟﻤُﻨ َﻜ ِﺮ وَا ْﻟ َﺒ ْﻐ Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi pertolongan kepada kerabat dan melarang berbuat yang keji, munkar dan zalim, Dia mengajari kamu agar kamu mendapat peringatan”. Dari
etnis
Cina
muslim
dalam
sektor
perdagangan,
ikan
didistribusikan ke berbagai tempat atau sektor bisnis lain seperti ke industri rumah tangga misalnya pabrik kerupuk ikan atau rumah makan, bahkan didistribusikan ke pabrik sarden, abon ikan serta sambel ikan atau ke pedagang besar atau agen diluar kota yang akan diekspor atau didistribusikan kepada pengecer dimana mayoritas relasi bisnis mereka adalah etnis Cina.
3. Sektor Industri Rumah Tangga (makanan berbahan dasar ikan) atau Unit pemasaran lainnya. Sektor industri rumah tangga yang dimaksud adalah industri rumah tangga yang mengelola atau memproduksi makanan berbahan dasar ikan seperti ikan asin, sambal ikan, terasi, dan makanan ringan lainnya seperti
kerupuk ikan, samabal ikan, dan lain sebagainya. Untuk Unit lain, maksudnya adalah pedagang besar atau pengecer-pengecer yang berada dilingkar perkotaan atau meluas ke wilayah lainnya. Pembahasan yang digunakan dalam sektor ini lebih menggunakan pendekatan karakter bisnis etnis Cina muslim. Salah satu keunggulan yang etnis Cina miliki adalah daya kreatif dan inovatif. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, mereka juga memiliki beberapa karakteristik dan nilai yang lebih baik daripada pebisnis lokal seperti sifat pantang menyerah, berani mengambil resiko, kecepatan dan fleksibilitas, ditambah lagi tnis Cina sangat menjaga simbiosis mutualisme dengan saling melengkapi satu sama lain. Mereka akan memilih untuk membuka bisnis dibidang baru dibanding membuka bisnis yang sedang tren atau ramai dan diminati banyak pelaku bisnis. Hal ini sangat jauh berbeda dengan budaya masyarakat pribumi yang kerap kali menerjuni dunia bisnis yang sama seperti jamur yang bersemi dimusim hujan. Kalaupun membuka bisnis yang sama, etnis Cina akan memberikan ciri khusus yang dapat menjadi identitas yang sangat menonjol pada produk mereka dan memilih lokasi bisnis yang tidak berdekatan. Etnis Cina muslim juga menerapkan hal ini. Mereka banyak membuka bisnis-bisnis baru yang belum banyak digeluti orang meskipun ini berarti harus merintis dari bawah dan harus bekerja keras karena memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi. Tentu saja mereka tidak gegabah dalam
menginvestasikan harta mereka, manajemen yang baik sudah diatur sebelum mereka mulai melangkah. Hal ini dapat ditemukan pada bisnis rumah makan sea food yang berlokasi ditepi pantai. Mereka melihat peluang bisnis yang cukup menjanjikan dan mempelopori pembukaan rumah makan di tepi pantai. Etnis Cina muslim tidak sembarangan dalam memilih jenis bisnis yang akan mereka terjuni, mereka memilih bisnis yang baik dan halal. Bisnis lain yang mereka pilih selain sektor perkapal dan perdagangan ikan adalah industri rumah tangga yang memproduksi makanan khas kota Cilacap contohnya kerupuk ikan, terasi, abon ikan, ikan asin dan berbagai makanan ringan berbahan dasar ikan. Mereka memahami perbedaan antara yang halal dan yang haram, mereka juga meyakini bahwa bisnis yang baik bukan hanya memberikan keuntungan duniawi namun juga keuntungan ukhrawi. QS. AlMaidah (5):100
ﺚ ﻓَﺎ ﱠﺗﻘُﻮا اﻟﱠﻠ َﻪ ِ ﺨﺒِﻴ َ ﻚ َآ ْﺜ َﺮ ُة ا ْﻟ َ ﺠ َﺒ َﻋ ْ ﺐ َوَﻟ ْﻮ َأ ُ ﺚ وَاﻟﻄﱠﻴﱢ ُ ﺨﺒِﻴ َ ﺴ َﺘﻮِي ا ْﻟ ْ ﻞ ﻟَﺎ َﻳ ْﻗ (100 :5/ن )اﻟﻤﺎﺋﺪة َ ب َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜ ْﻢ ُﺗ ْﻔِﻠﺤُﻮ ِ ﻳَﺎأُوﻟِﻲ ا ْﻟَﺄ ْﻟﺒَﺎ Artinya: Katakanlah, "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan". Terkadang kerasnya persaingan dalam dunia bisnis menghadapkan para pelaku bisnis kepada keadaan dilematis. Banyak kecurangan menyalahi etika bisnis Islam menawarkan keuntungan yang menggiurkan dan seringkali sesuatu yang buruk terlihat baik dimata manusia dan tampak sangat mudah dilakukan dengan banyaknya jalan yang mendukung. Namun tentu saja
perbuatan baik dan buruk tidaklah sama. Etika bisnis Islam sangat jelas membedakan yang mudharat dan manfaat, yang halal dan yang haram, dan antara yang adil dan yang zalim. Maka Allah mempertegas dalam akhir ayat ini untuk tetap bertakwa dan memilih jalan yang baik agar mendapatkan keberuntungan yang bukan saja bersifat materiil dan duniawi semata, tapi juga keberuntungan yang lebih kekal yang dijanjikan Allah bagi umat yang bertakwa. Untuk bahan baku industri yaitu ikan, mereka mendapatkannya dari relasi bisnis baik sesama etnis Cina maupun etnis pribumi. Namun realita menunjukan bahwa etnis Cina muslim masih memprioritas sesama etnis Cina untuk menjadi relasi bisnis mereka. Etnis Cina muslim sangat menjaga kualitas produk yang mereka miliki. Kesalahan pelaku bisnis lain yang pernah terjadi mereka jadikan pelajaran untuk tidak mengulanginya lagi. Contoh kecurangan yang pernah terjadi salah satunya adalah kecurangan dalam timbangan yang dilakukan oleh salah satu industri kerupuk tengiri yang sudah cukup dikenal masyarakat. Berat netto yang tercantum dikemasan produk tidak sesuai dengan berat sesungguhnya, kecurangan yang akhirnya menjatuhkan bisnis mereka. Kecurangan ini seharusnya tidak mereka lakukan karena Allah sangat mencela perbuatan ini.
َوِإذَا آَﺎﻟُﻮ ُه ْﻢ أَو.ن َ ﺴﺘَ ْﻮﻓُﻮ ْ َس ﻳ ِ ﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺎ َ ﻦ ِإذَا ا ْآﺘَﺎُﻟﻮا َ اﱠﻟﺬِﻳ.ﻦ َ ﻄ ﱢﻔﻔِﻴ َ ﻞ ِﻟ ْﻠ ُﻤ ُ َو ْﻳ (3-1 :83/ن )اﻟﻤﻄﻔﻔﻴـﻦ َ ﺴﺮُو ِﺨ ْ ﱠو َزﻧُﻮ ُه ْﻢ ُﻳ Artinya: “Celakalah bagi orang-orang yang curang. Yaitu orang-orang yang apabila menerima timbangan dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan
apabila mereka menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”. (QS. alMuthafifin/83: 1-3) Pada akhirnya, banyak industri rumah tangga etnis Cina muslim memiliki keunggulan dibanding industri rumah tangga lainnya. Bahkan industri yang mereka miliki lebih banyak bersaing dengan koperasi-koperasi kelompok nelayan dibanding dengan industri rumah tangga yang dimiliki individu. Pesaing individu yang mereka miliki juga sesama etnis Cina. Namun mereka memandang persaingan ini sebagai motivasi untuk dapat berbuat lebih baik lagi. Secara personal, mayoritas etnis Cina adalah pribadi yang tekun dan ulet. Dalam berbisnis etnis Cina muslim senantiasa berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik untuk menjaga kepercayaan yang telah mereka dapatkan baik dari para pelanggan atau dari relasi bisnis. Mereka memiliki keyakinan bahwa setiap usaha pasti akan membuahkan hasil, dan usaha atau perbuatan baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Keyakinan ini sangat sesuai dengan firman Allah SWT
ﺳ ﱢﻴ َﺌ ًﺔ َ ﻋ ًﺔ َ ﺷﻔَﺎ َ ﺸ َﻔ ْﻊ ْ ﺐ ﱢﻣ ْﻨﻬَﺎ وَﻣَﻦ َﻳ ُ ﺴ َﻨ ًﺔ ﻳَﻜُﻦ ﻟﱠ ُﻪ َﻧﺼِﻴ َﺣ َ ﻋ ًﺔ َ ﺷﻔَﺎ َ ﺸ َﻔ ْﻊ ْ ﻣﱠﻦ َﻳ ْ ﺷ َ ﻋﻠَﻰ ُآﻞﱢ َ ﷲ ُ نا َ ﻞ ﱢﻣ ْﻨﻬَﺎ َوآَﺎ ُ ﻳَﻜُﻦ َﻟ ُﻪ ِآ ْﻔ (85 :4/ﻰ ٍء ﻣﱡﻘِﻴﺘًﺎ )اﻟﻨﺴﺎء Artinya: “Barang siapa memberikan suatu pertolongan dengan pertolongan yang baik niscaya dia akan memperoleh bagian (pahala) daripadanya, dan barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang jahat, niscaya dia memperoleh bagian (dosa) daripadanya. Dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. an-Nisa/4: 85)
B. Distribusi Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa distribusi dapat diartikan sebagai usaha melancarkan penyebaran sumber daya sehingga kesejahteraan dapat dengan merata dirasakan. Artinya, distribusi terjadi karena aktivitas ekonomi, seperti kegiatan jual beli dan dunia kerja. Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakekatnya mempertemukan kepentingan produsen dengan konsumen dengan tujuan kemaslahatan ummat. Untuk memasarkan produk, etnis Cina muslim memilih distribusi intensif. Distribusi intensif yaitu strategi dengan menggunakan sebanyak mungkin penyalur (terutama pengecer) untuk mencapai konsumen. Selain motif bisnis yang etnis Cina muslim miliki, mereka memahami bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam perbedaan dengan kekurangan dan kelebihan masingmasing agar bisa saling melengkapi satu sama lain. Pandangan ini sangat sesuai dengan QS. Al-Hujurat (49): 13 yang berbunyi:
ن ﻞ ِإ ﱠ َ ﺷﻌُﻮﺑًﺎ َو َﻗﺒَﺂ ِﺋ ُ ﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُآ ْﻢ َ ﺧَﻠ ْﻘﻨَﺎآُﻢ ﻣﱢﻦ َذ َآ ٍﺮ وأُﻧﺜَﻰ َو َ س ِإﻧﱠﺎ ُ ﻳَﺂَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺎ (13 :49/ٌﺧﺒِﻴﺮ )اﻟﺤﺠﺮات َ ﷲ ﻋَﻠِﻴ ٌﻢ َ نا ﷲ َأ ْﺗﻘَﺎ ُآ ْﻢ ِإ ﱠ ِ َأ ْآ َﺮ َﻣ ُﻜ ْﻢ ﻋِﻨ َﺪ ا Artinya: “Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semuliamulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”. Dengan menggunakan sebanyak mungkin penyalur atau pengecer maka akan semakin mudah bagi etnis Cina muslim untuk mendapatkan keuntungan.
Berkenaan dengan prioritas etnis Cina muslim untuk memilih sesama etnis Cina sebagai relasi bisnis didorong oleh banyak faktor seperti latar belakang kesamaan budaya. Saat awal merintis bisnis, kesamaan budaya dan kesamaan biologis menjadi faktor yang cukup kuat untuk membantu mereka menjalin kerjasama dan menjadi relasi bisnis. Bila ada kesempatan untuk menjalin kerjasama dengan sesama etnis Cina yang beragama Islam, prioritas mereka akan lebih kuat. Faktor lain adalah kesalahan etnis pribumi yang kurang dapat dipercaya.
C. Pola Jaringan Bisnis Etnis Cina Muslim. Dalam transaksi bisnis yang dilakukan oleh etnis Cina muslim Cilacap berlaku akad jual beli. Menurut etika bisnis Islam, jual beli yang dilakukan oleh etnis
Cina
muslim Cilacap
halal
hukumnya
karena
tidak
ditemukan
penyimpangan dari nilai-nilai syariah. Sangat jelas hukum jual beli dalam alQur’an seperti firman Allah dalam surah al-Baqarah (2): 275
(275 :2/ﺣ ﱠﺮ َم اﻟﺮﱢﺑَﺎ )اﻟﺒﻘﺮة َ ﷲ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ َﻊ َو ُ ﻞا ﺣﱠ َ َوَأ Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Dalam proses pembentukannya, jaringan bisnis dapat dicapai melalui berbagai interaksi antar unit bisnis yang pada akhirnya akan membentuk suatu jaringan.
Beberapa
faktor
pembentuknya
adalah
pertukaran,
adanya
ketergantungan sumber daya dan ekonomi biaya transaksi. Ketiga faktor ini
secara bersama-sama menguatkan jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim baik sesama etnis Cina muslim, dengan etnis Cina non muslim maupun dengan enis pribumi. a. Pertukaran Pertukaran dalam dunia bisnis ini tidak hanya pertukaran yang bersifat material, namun juga imaterial seperti informasi. Objek pada pertukaran material adalah ikan dan hasil produksi yang berasal dari ikan. Dilihat dari sisi objek, ikan merupakan jenis makanan yang halal untuk dijadikan komoditas, hal ini karena kehalalan zatnya. Seperti hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah
:ﻋﻦ اﺑﻲ هﺮﻳﺮة رﺻﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻰ اﻟﺒﺤﺮ هﻮ اﻟﻄﻬﻮر ﻣﺎؤﻩ واﻟﺤﻞ ﻣﻴﺘﺘﻪ Artinya: “Dari Abu Rurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda, “Laut itu suci airnya dan halal bangkainya”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)51 Dari hadits ini tidak diragukan lagi kehalalan ikan dan hasil laut lainnya sebagai objek pertukaran, termasuk halalnya makanan yang berbahan dasar ikan selama bahan campuran lainnya tidak mengandung najis atau zat-zat lainnya yang dilarang oleh syariah seperti minyak babi yang digunakan sebagai pelezat makanan, atau formalin yang untuk mengawetkan ikan yang berbahaya bagi kesehatan manusia. 51
Sunan at-Tirmidzi, Abi Isa Muhammad bin Isa Saurah, Beirut, Dar al-Fikri, Libanon, juz 1,
h.12.
Selain objek material terdapat objek imaterial yang dipertukarkan sesama pelaku bisnis yaitu informasi. Pertukaran informasi yang dibolehkan adalah informasi yang tidak berusaha menjatuhkan pihak lain dalam hal ini pesaing bisnis serta tidak menzalimi rekan atau relasi bisnis lainnya. Etnis Cina muslim banyak bertukar informasi seputar harga barang di pasar, waktu lelang atau nelayan juragan yang memiliki pasokan ikan yang mereka butuhkan, jadi pertukaran ini dibolehkan dalam etika bisnis Islam. b. Adanya Ketergantungan Sumber Daya. Dalam dunia bisnis yang penuh persaingan, sangat sulit bagi pemain atau pelaku bisnis untuk tetap exist bertahan tanpa menjalin kerjasama dengan pihak lain. Etnis Cina muslim harus bekerjasama atau menjalin hubungan dengan pihak lain karena melalui jaringan bisnis inilah pemenuhan kebutuhan akan sumber daya dapat lebih terjamin sehingga dapat menguatkan posisi dipasar. Selama kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama dalam hal kebajikan, Islam membolehkan hal ini.
ن ِ ﻹ ْﺛ ِﻢ وَا ْﻟ ُﻌ ْﺪوَا ِ ﻋﻠَﻰ ْا َ ﻻ َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا َ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ِﺒ ﱢﺮ وَاﻟ ﱠﺘ ْﻘﻮَى َو َ َو َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا (2 :5/)اﻟﻤﺎﺋﺪة Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam mnegerjakan kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. al-Maidah/ 5: 2)
c. Ekonomi Biaya Transaksi.
Adapun faktor ini merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh etnis Cina muslim untuk meminimalisir biaya produksi dan meningkatkan laba usaha. Hal ini dibolehkan oleh Islam sebagai salah satu bentuk manajemen investasi yang baik.
Adapun pola hubungan jaringan bisnis etnis Cina muslim Cilacap yang terbentuk adalah pola hubungan vertikal, horizontal dan lateral. Vertikal, terjadi dalam distribusi ikan etnis Cina muslim yang bergerak dibidang perkapalan (nelayan juragan etnis Cina muslim) kepada etnis Cina produsen kerupuk ikan. Horizontal, misalnya hubungan antara etnis Cina muslim produsen ikan sarden dan abon dengan industri pengemasan atau seperti hubungan kerjasama antar nelayan etnis Cina dengan pedagang peralatan perkapalan. Lateral, seperti lobilobi untuk memperoleh izin dari pemerintah untuk memasarkan produk-produk yang mereka miliki atau masalah perizinan lainnya. Untuk pola hubungan horizontal dan vertikal (interfirm networks) secara global tidak ada larangan Islam yang melarang aktifitas etnis Cina muslim Cilacap ini karena Islam membolehkan untuk bekerja sama dengan siapapun selama masih dalam kebajikan, namun pada hubungan lateral (extrafirm networks) terdapat beberapa perilaku yang menyalahi aturan syariah. Dari beberapa sumber diketahui bahwa etnis Cina muslim pelaku bisnis perikanan di Cilacap terkadang masih melakukan hal-hal yang dilarang oleh
Islam demi memperlancar bisnis yang mereka jalankan dengan melakukan praktek suap. Kasus suap yang dilakukan oleh etnis Cina muslim salah satunya dapat ditemukan pada masalah perizinan kapal yang mereka miliki. Ini merupakan salah satu bentuk suap pada sektor ekonomi, dimana pelaku bisnis harus memberikan uang pelicin kepada pemerintah atau pihak yang berwenang demi kelancaran bisnis mereka. Ada beberapa izin yang harus dilalui untuk operasional kapal yaitu izin berlayar ke Syahbandar dan izin kapal penangkap ikan ke Dinas Perikanan yang harus senantiasa diperpanjang dalam jangka waktu 5 tahun.52 Proses itu tentu saja memakan waktu dan biaya. Oleh karena itu mayoritas nelayan termasuk etnis Cina muslim lebih memilih untuk melakukan praktek suap agar mempermudah proses perizinan ini. Perbuatan suap-menyuap merupakan perbuat yang dilarang dalam Islam. Ini berkenaan dengan dampaknya bagi moral dan kehidupan sosial masyarakat. Rasulullah SAW melaknat perbuatan ini seperti dalam hadits
ﻟﻌﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ اﻟﺮاﺷﻰ واﻟﻤﺮﺗﺸﻰ
Artinya: “Rasulullah mengutuk (melaknat) penyuap dan penerima suap”.53
D. Hubungan dengan Rekan dan Relasi Bisnis
52
Wawancara Pribadi dengan Bp. Sumarja. Cilacap, 22 Maret 2008.
53
Sunan at-Tirmidzi, Abi Isa Muhammad bin Isa Saurah, Beirut, Dar al-Fikri, Libanon, juz 3,
h.66.
Etnis Cina muslim lebih memilih untuk mengembangkan bisnis personal dibanding menjalin berserikat untuk membangun usaha bersama. Selain keleluasan dalam mengelola bisnis sesuai keinginan dan inisiatif mereka, berserikat dalam bisnis seringkali berujung pada masalah. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari sifat dasar egoisme manusia untuk mementingkan diri sendiri dan meraup keuntungan yang sebesar-besarnya saat ada kesempatan. Hal ini ternyata telah disebutkan didalam al-Qur’an
ﻦ ءَاﻣَﻨُﻮا َ ﻻ اﱠﻟﺬِﻳ ﺾ ِإ ﱠ ٍ ﻋﻠَﻰ َﺑ ْﻌ َ ﻀ ُﻬ ْﻢ ُ ﺨَﻠﻄَﺂ ِء ﻟَﻴَ ْﺒﻐِﻲ َﺑ ْﻌ ُ ﻦ ا ْﻟ َ ن َآﺜِﻴﺮًا ِﻣ َوِإ ﱠ ٌ ﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤَﺎتِ وَﻗَﻠِﻴ َ َو (38:24/ﻞ ﻣﱠﺎ ُه ْﻢ )ص Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka itu”.(QS. Shaad/ 24: 38) Dalam memilih relasi bisnis, etnis Cina muslim lebih terbuka dibanding etnis Cina non muslim. Meskipun mayoritas etnis Cina masih memegang prinsip guanxi,54 namun etnis Cina muslim lebih terbuka dalam memilih relasi bisnis karena mereka yakin semakin banyak relasi bisnis yang mereka miliki, akan semakin mudah bagi mereka untuk mengembangkan bisnis. Mereka memahami ajaran Islam bahwa seluruh manusia adalah sama dan tidak boleh membedabedakan dalam berinteraksi. Hal ini membuat mereka lebih membuka diri untuk bekerjasama dengan pelaku bisnis pribumi atau dari golongan manapun.
54
Ikatan-ikatan antar manusia yang bersifat pribadi, khas, dan non-ideologis, yang didasarkan pada kesamaan identitas.
Namun tentu saja etnis Cina muslim tetap berhati-hati dalam memilih relasi bisnis. Kejujuran adalah karakter yang paling mereka utamakan. Ini juga salah satu alasan yang menyebabkan etnis Cina muslim sangat berhati-hati untuk bekerjasama dengan etnis pribumi. Banyak pelaku bisnis etnis pribumi yang kurang amanah dan tidak dapat dipercaya, padahal mayoritas etnis pribumi beragama Islam yang seharusnya memegang teguh norma-norma yang diajarkan di dalam Islam seperti. kejujuran, kesetiaan pada relasi bisnis dan rasa tanggung jawab. Kesetiaan ini sangat dipegang teguh oleh etnis Cina muslim, dan hubungan ini berlaku secara timbal balik sesama rekan dan relasi bisnis mereka. Allah telah mengatur dalam Al-Qur’an surah al-Maidah (5): 1 dan an-Nisa (4): 58
(1 :5/ﻦ ءَاﻣَﻨُﻮا َأ ْوﻓُﻮا ﺑِﺎ ْﻟ ُﻌﻘُﻮ ِد )اﻟﻤﺎﺋﺪة َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sempurnakanlah segala janji”.
ن ْ س َأ ِ ﻦ اﻟﻨﱠﺎ َ ﺣ َﻜ ْﻤ ُﺘ ْﻢ َﺑ ْﻴ َ ت ِإﻟَﻰ َأ ْهِﻠﻬَﺎ َوِإذَا ِ ﻷﻣَﺎﻧَﺎ َ ﷲ َﻳ ْﺄ ُﻣ ُﺮ ُآ ْﻢ أَن ُﺗ َﺆدﱡوا ْا َ نا ِإ ﱠ ﺳﻤِﻴﻌًﺎ َﺑﺼِﻴﺮًا َ ن َ ﷲ آَﺎ َ ن ا ﻈ ُﻜ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ِإ ﱠ ُ ﷲ ِﻧ ِﻌﻤﱠﺎ َﻳ ِﻌ َ ن ا ل ِإ ﱠ ِ ﺤ ُﻜﻤُﻮا ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﺪ ْ َﺗ (58 :4/)اﻟﻨﺴﺎء Artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu supaya menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menghukum diantara manusia hendaklah kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. E. Strategi Perdagangan dalam Persaingan Bisnis
Islam memandang kerja sebagai salah satu bentuk ibadah. Allah SWT memotivasi umat Islam untuk giat bekerja karena dengan bekerja seseorang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
ن َ ﻈَﻠﻤُﻮ ْ ﻋﻤَﺎَﻟ ُﻬ ْﻢ َو ُه ْﻢ ﻟَﺎ ُﻳ ْ ﻋ ِﻤﻠُﻮا َوِﻟ ُﻴ َﻮ ﱢﻓ َﻴ ُﻬ ْﻢ َأ َ ت ِﻣﻤﱠﺎ ٌ ﻞ دَرَﺟَﺎ َوِﻟ ُﻜ ﱟ Artinya: Dan setiap mereka mendapat derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasannya) pekerjaanpekerjaan mereka sedang mereka tidak dirugikan. (Al-Ahqaaf/ 46: 19) Ini berarti kerja keras etnis Cina muslim dalam berbisnis untuk menuai hasil yang diinginkan dipandang baik oleh etika bisnis Islam selama mereka masih mengindahkan nilai-nilai Islam dan tetap menjaga keseimbangan hidup dunia dan akhirat. Allah SWT juga memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk berusaha semaksimal mungkin, dan membolehkan umat-Nya untuk berlombalomba dalam kebaikan.
(148 :2/ت )اﻟﺒﻘﺮة ِ ﺨ ْﻴﺮَا َ ﺳ َﺘ ِﺒﻘُﻮا ا ْﻟ ْ ﻓَﺎ Artinya: “Dan berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebajikan.(QS al-Baqarah /2: 148) Dalam dunia bisnis, keadaan saling berlomba disebut persaingan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang nyaris tak dapat dihindari, etnis Cina muslim juga mengalami ini. Pesaing bisnis yang mereka hadapi tidak hanya kaum pribumi, namun juga sesama etnis Cina baik muslim maupun non muslim. Persaingan dalam bisnis memiliki dua bentuk yang berlawanan, yaitu persaingan sehat dan persaingan tidak sehat atau gorok leher. Persaingan yang
sesuai dengan etika bisnis Islam tentu saja persaingan sehat yang tidak menghalalkan segala cara. Elemen-elemen yang dipersaingkan antara lain produk, harga, tempat pelayanan, dan layanan purna jual. a. Produk. Produk yang dipersaingkan adalah ikan. Etnis Cina muslim sangat menjaga kualitas ikan yang mereka miliki. Salah satunya dengan menjaga kesegaran ikan. b. Harga. Ini merupakan salah satu keunggulan yang sudah sangat melekat pada etnis Cina. Mereka berani berkompetisi dalam harga. Dalam bisnis ikan etnis Cina muslim mampu menekan biaya seperti biaya transportasi yang harus dikeluarkan bila mendapatkan pasokan ikan dari hasil lelang di TPI karena mendapatkan barang langsung dari produsen yaitu nelayan juragan atau nelayan perorangan. c. Tempat. Untuk tempat, etnis Cina muslim seperti umumnya pelaku bisnis ikan ikan lainnya hanya memperhatikan posisi tempat usaha namun tidak terlalu memperhatikan kondisinya. Apalagi dalam bisnis ikan baik nelayan juragan maupun pada industri rumah tangga, dimana konsumen tidak datang langsung ketempat produksi, tempat menjadi hal yang tidak terlalu mendapatkan perhatian yang besar. Dalam hal ini, kebersihan lingkungan juga kurang mendapat perhatian para pelaku bisnis ikan. Lingkungan bisnis cenderung kotor dan kumuh karena pembuangan limbah ikan yang tidak dialokasikan dengan baik. Kondisi ini umum berlaku sehingga tidak lagi mendapat perhatian dari
masyarakat setempat. Jika secara cermat diamati, lingkungan yang kotor dan kumuh ini berpengaruh buruk pada kesehatan masyarakat setempat dan dalam jangka panjang akan membawa kerusakan lingkungan. Tentu saja ini bertentangan dengan peritah Allah SWT untuk menjaga kelestarian muka bumi meskipun diberikan kebebasan untuk mengelolanya. Seperti firman Allah SWT,
ﻦ ْﺴ ِﺣ ْ ﻦ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ َوَأ َ ﻚ ِﻣ َ ﺲ َﻧﺼِﻴ َﺒ َ ﺧ َﺮ َة وَﻟَﺎ َﺗ ْﻨ ِ ك اﻟﱠﻠ ُﻪ اﻟﺪﱠا َر اﻟْﺂ َ وَا ْﺑ َﺘ ِﻎ ﻓِﻴﻤَﺎ ءَاﺗَﺎ ﺤﺐﱡ ِ ن اﻟﱠﻠ َﻪ ﻟَﺎ ُﻳ ض ِإ ﱠ ِ ﻚ وَﻟَﺎ َﺗ ْﺒ ِﻎ ا ْﻟ َﻔﺴَﺎ َد ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر َ ﻦ اﻟﱠﻠ ُﻪ ِإَﻟ ْﻴ َﺴ َﺣ ْ َآﻤَﺎ َأ (77 :28ﻦ )اﻟﻘﺼﺺ َ ﺴﺪِﻳ ِ ا ْﻟ ُﻤ ْﻔ Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qhashas/ 28: 77) Satu fenomena lain yang dapat ditemukan pada etnis Cina muslim yang berada pada bisnis yang langsung berhadapan dengan konsumen seperti toko-toko yang menjual makanan khas hasil olahan ikan, masih sering ditemukan adanya patung boneka kucing yang mereka yakini sebagai pembawa kemakmuran bagi bisnis mereka. Tangan kucing yang melambai jauh diyakini akan memanggil pelanggan dari wilayah yang semakin jauh dan semakin tinggi tangan boneka kucing terangkat maka semakin sejahtera kehidupan mereka. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan keyakinan dalam Islam. Etika bisnis Islam mengajarkan untuk bekerja semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dengan keyakinan penuh bahwa Allah Yang Maha Adil akan membalas sesuai kerja keras hamba-Nya. Perilaku ini juga bertentangan dengan pokok aksioma etika Islam yaitu tauhid. Berharap pada kekuatan dan kekuasaan selain Allah adalah dosa besar karena hanya Allah Satu-satu nya Sang Penguasa dan Maha Kuasa atas segala yang terjadi dumuka bumi ini.
ت ِ ﺴﻤَﺎوَا ﻻ َﻧ ْﻮ ُم ﻟﱠ ُﻪ ﻣَﺎﻓِﻲ اﻟ ﱠ َ ﺳ َﻨ ٌﺔ َو ِ ﺧ ُﺬ ُﻩ ُ ﻻ َﺗ ْﺄ َ ﻲ ا ْﻟ َﻘﻴﱡﻮ ُم ﺤﱡ َ ﻻ ُه َﻮ ا ْﻟ ﻵ ِإَﻟ َﻪ ِإ ﱠ َ ﷲ ُ ا ﻦ أَ ْﻳﺪِﻳﻬِ ْﻢ َ ﻻ ِﺑِﺈ ْذ ِﻧ ِﻪ َﻳ ْﻌَﻠ ُﻢ ﻣَﺎ َﺑ ْﻴ ﺸ َﻔ ُﻊ ﻋِﻨ َﺪ ُﻩ ِإ ﱠ ْ ض ﻣَﻦ ذَا اﱠﻟﺬِي َﻳ ِ ﻷ ْر َ َوﻣَﺎﻓِﻲ ْا ﺳﻴﱡ ُﻪ ِ ﺳ َﻊ ُآ ْﺮ ِ ﻻ ِﺑﻤَﺎ ﺷَﺂ َء َو ﻋ ْﻠ ِﻤ ِﻪ ِإ ﱠ ِ ﻦ ْ ﻲ ٍء ﱢﻣ ْ ﺸ َ ن ِﺑ َ ﻻ ُﻳﺤِﻴﻄُﻮ َ ﺧ ْﻠ َﻔ ُﻬ ْﻢ َو َ َوﻣَﺎ :2/ﻲ ا ْﻟ َﻌﻈِﻴ ُﻢ )اﻟﺒﻘﺮة ﻈ ُﻬﻤَﺎ َو ُه َﻮ ا ْﻟ َﻌِﻠ ﱡ ُ ﺣ ْﻔ ِ ﻻ َﻳﺌُﻮ ُد ُﻩ َ ض َو َ ﻷ ْر َ ت َو ْا ِ ﺴﻤَﺎوَا اﻟ ﱠ (255 Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang Hidup Kekal lagi Berdiri Sendiri. Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan dibumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Dia mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan apa-apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi (kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak berat memelihara keduanya, dan Dia Maha tinggi lagi Maha Besar”.(QS. Al-Baqarah/2: 255) d. Pelayanan dan Layanan Purna Jual. Untuk hal ini etnis Cina muslim tidak perlu diragukan lagi. Mereka sangat menjaga pelayanan dan layanan purna jual untuk menjaga pelanggan.
Demikian uraian dan analisa tentang jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap dengan memaparkan segala aktifitas dalam unit-unit bisnis dari
aktifitas disektor perkapalan hingga industri rumah tangga dan beberapa hal yang berkaitan erat dengannya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Tak dapat dipungkiri bahwa etnis Cina muslim masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari komunitas etnis Cina. Selain ciri-ciri fisik yang membedakan mereka dengan etnis pribumi, terdapat beberapa karakter yang amat lekat dengan etnis Cina seperti ketekunan, solidaritas sesama golongan dan pekerja keras. Etnis Cina juga sangat bersungguh-sungguh dalam mengelola bisnis, mereka memiliki jiwa keberanian untuk mengambil langkah-langkah dan terobosan baru. Dari pembahasan dan analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Jaringan bisnis ikan etnis Cina muslim adalah jalinan kerjasama etnis Cina dalam mengembangkan bisnisnya khususnya dalam bisnis perikanan yang terjalin karena beberapa faktor pendorong untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dan menguatkan posisi mereka di pasar. Etnis Cina muslim masih memegang prinsip guanxi dan memprioritaskan sesama etnis Cina dalam berbisnis, kesamaan akidah semakin memantapkan mereka untuk menjalin kerjasama. Etnis Cina muslim juga lebih terbuka untuk menerima relasi bisnis dari etnis lain selama mereka bisa menjaga kepercayaan yangn diberikan. Adapun pola jaringan bisnis etnis Cina muslim yang tercipta adalah kombinasi pola hubungan vertikal, horizontal, dan lateral.
2. Untuk persaingan bisnis, etnis Cina muslim memiliki 3 kelompok besar pesaing yaitu etnis pribumi, sesama etnis Cina muslim dan etnis Cina non muslim. Persaingan dengan etnis pribumi berada pada tingkat yang rendah, hal ini dapat dilihat pada kuatnya pelaku-pelaku bisnis etnis Cina dan lemahnya pelaku bisnis etnis pribumi pada saat lelang. Seringkali dengan sangat mudah etnis Cina muslim mengalahkan pelaku bisnis ikan etnis pribumi. Di sektor perkapalan dan bisnis ikan lainnya pelaku bisnis yang banyak bertahan adalah etnis Cina, sedangkan pelaku bisnis ikan etnis pribumi banyak mengalami gulung tikar. Persaingan dengan sesama etnis Cina muslim berada pada tingkatan sedang, sesama etnis Cina muslim menjadi relasi yang menguatkan jaringan dan posisi mereka di pasar, persaingan dengan sesama kelompok bisnis etnis Cina muslim bukan menjadi ajang bagi mereka untuk saling menjatuhkan namun sebagai sarana saling memotivasi untuk mencapai hasil yang maksimal. Adapun persaingan dengan etnis Cina non muslim, karena beberapa karakter bisnis dan jiwa ulet dan tekun yang mereka miliki serta kuatnya sisi permodalan, baiknya manajemen dan kesamaan strategi yang diterapkan dalam bisnis menjadikan persaingan sesama etnis Cina berada pada level yang cukup tinggi.
3. Dalam aplikasi bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap, sebagian perilaku etnis Cina muslim telah sesuai dengan etika bisnis Islam seperti implementasi nilainilai kejujuran, tanggung jawab, kesetiaan dan sebagainya. Namun terdapat beberapa praktek bisnis yang masih menyalahi aturan atau bertentangan dengan etika bisnis Islam seperti kecurangan dalam harga lelang, kurangnya perhatian pada lingkungan dan perilaku suap.
B. Saran Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis ingin memberikan beberapa masukan yang diharapkan dapat memberikan sedikit kontribusi bagi dunia bisnis perikanan. 1. Etnis pribumi harus banyak belajar dari etnis Cina pada kekuatan jaringan yang mereka miliki karena banyak keuntungan yang bisa diambil dari jaringan bisnis. Etnis Cina muslim lebih terbuka dalam bergaul dan memilih relasi bisnis, maka bagi etnis pribumi untuk menjaga kepercayaan yang sudah mereka berikan dengan menjadi relasi bisnis yang baik bagi etnis Cina muslim. Pelajari apa yang dapat dipelajari dari kebaikan etnis Cina muslim dalam berbisnis, tentu saja acuan yang digunakan untuk menilai kebaikan itu adalah etika bisnis Islam. 2. Persaingan sehat harus senantiasa dibina. Etnis pribumi juga diharapkan dapat menjalin jaringan bisnis yang kokoh sehingga dengan kekuatan jaringan, bisnis etnis pribumi diharapkan dapat survive di pasar lokal bahkan mampu
mengembangkan bisnis pada wilayah yang lebih luas dan mampu bersaing dengan pelaku bisnis yang lebih besar. 3. Optimalisasi fungsi organisasi yang menaungi etnis Cina muslim. Dalam upaya mewujudkan etika bisnis Islam, peran aktif organisasi-organisasi keislaman baik yang menaungi etnis Cina muslim secara khusus atau organisasi Islam secara umum sangat dibutuhkan. Kajian dan syiar-syiar Islam baik secara langsung atau tidak langsung perlu direalisasikan agar tercipta sebuah pasar yang sehat, kompetitif, tidak merugikan pihak-pihak tertentu sehingga tercapai tujuan akhir yaitu kesejahteraan dengan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah SWT.
Nama-nama responden:
No
Nama Asli
1
Lok Kwan
Nama Indonesia/ Islam Purwanto
Keterangan
2
A Han
Handoyo
Pedagang ikan
3
Mao Lim
Muslim
Nelayan juragan
4
Topo
Taufik
Nelayan juragan
5
Ong Weni
Agus
Nelayan juragan
6
Eddy
Eddy
Nelayan juragan
7
A We
Ali
Pengusaha kerupuk ikan
8
A Chai
Yaman Siid
Pengusaha restoran sea food
9
Ambarwati
-
Nelayan juragan&pesaing bisnis
10
Dr. Yongky
Muhammad Zaky Pengurus PITI
Pedagang ikan dan udang
Hasil wawancara dengan pelaku dan pesaing bisnis ikan etnis Cina muslim Cilacap Nama responden Agama Usia Sektor bisnis
: Ny. Ambarwati : Islam : 42 tahun : Perkapalan (nelayan)
1. Pertanyaan (P) : Sudah berapa lama anda menekuni bisnis perkapalan ini? Jawab (J)
: sejak tahun 1990, berarti sekitar 18 tahun.
2. P: Berapa buah kapal yang anda miliki? J: Dulu 5, lama-kelamaan tinggal 2 karena pailit terus, tahun 2006 kena Tsunami jadi sekarang tinggal 1, itu juga jarang jalan, ga punya modal. BBM kan naek terus buat sekali jalan kurang lebih 8-10 juta, ya kalo along, balik modal aja syukur-syukur. 3. P: Banyak nelayan yang tidak lagi melaut karena mahalanya bahan bakar dan biaya produksi, namun masih banyak kapal-kapal etnis Cina beroperasi. Menurut anda, mengapa mereka dapat bertahan? J: O ya, bener, kapal-kapal yang masih jalan kebanyakan kapale orang Cina. Modal mereka kan gedhe, jadi kapal mereka masih bisa jalan, alat-alatnya juga lengkap. Kalo orang Jawa kan berangkat sesuai jaring yang dimiliki. Musim tengiri kalo cuma punya jaring tongkol ya nggak melaut, buang-buang modal. 4. P: Apakah anda memiliki pesaing atau relasi bisnis etnis Cina? J: Kalo pesaing banyak, tapi ya persaingan biasa, nggak terlalu keras karena kami memiliki pelanggan sendiri-sendiri. Paling yang sering saingan bakul-bakul ikan, tapi ya orang Jawa sering kalah, orang Cina kan berani-berani. Kalo partner bisnis
orang Cina saya ndak punya, mereka lebih banyak bekerjasama dengan sesama orang Cina. Kalo lagi lelang tu’ mba, keliatan banget pada saingane. 5. P: Mudahkah bagi golongan pribumi untuk menjadi relasi bisnis etnis Cina? J: Yang saya tahu kebanyakan orang Cina yang kerjasama sama orang Jawa adalah Cina muslim seperti Agus (Ong Weni), ikan hasil tangkapannya ada yang masuk gudang orang Jawa, tapi tetap aja kebanyakan masuk gudang orang Cina juga. 6. P: Bagaimana perilaku bisnis mereka dilihat dari sisi pandang agama Islam? J: Perilaku bisnis mereka sama seperti kita orang Jawa. O ya, mereka sering nyogok buat dapat izin perkapalan, nyogok kan dilarang dalam Islam. Mereka juga sering licik kalo lagi lelang, suka ngakali harga biar nggak terlalu mahal. 7. P: Bisa dijelaskan lebih lanjut, memainkan harga yang ibu maksud? J: Gini lho…, jadi kalo barange nggak dibutuhin sama banyak orang, mereka kongkalingkong. Kaya ikan tuna yang suka diekspor, kan paling beberapa bakul yang butuh, itu juga banyakan bakul Cina. Nah…, mereka udah kompromi sebelum lelang buat pasang harga, nanti hasile dibagi orang-orang itu. 8. P: Menurut anda, apa kelebihan dan kekurangan bisnis mereka? J: Orang Cina rajin-rajin, ulet, tapi kadang terlalu perhitungan. Saya juga beberapa kali dengar kabar kalo timbangan orang-orang Cina lebih ringan daripada timbangan di tempat lain, makanya mereka berani kasih harga lebih murah. Tapi saya ndak tahu pasti, saya ndak pernah ngoper barang ke orang Cina.
Nama China: Liu Ki/ Yongky Nama Indonesia atau nama Islam: Muhammad Zaky Jabatan: Pengurus PITI Usia: 62 tahun 1. P: Apa yang melatar belakangi anda masuk Islam? J: Dulu saya di Jakarta, saya sering ketemu buya Hamka, saya sering diajak ngobrol tentang agama. Saya juga sering liat kalo buya Hamka meng-Islam kan orang. Lama kelamaan saya tertarik untuk masuk Islam juga. 2. P: Apa kegiatan PITI sebagai organisasi Islam etnis Cina? J: Orang Cina yang masuk Islam kan macam-macam alasane, ada yang cuma ikut-ikutan atau karena mo nikah sama orang Islam. Makane harus dibina terus, biar Islame ndak cuma Islam KTP. Kami juga kerjasama sama KUA, kalo ada Cina mualaf yang mau nikah mereka kasih info. 3. P: Mengapa banyak etnis Cina yang terjun disektor bisnis? J: Lapangan kerja yang paling longgar kan bisnis, siapa aja bisa buka bisnis. Orang Cina kan masih sering dapet diskriminasi. Selain itu, cara paling mudah dapet duit ya dengan bisnis. Dasare orang Cina juga ndak suka jadi bawahan/ pegawai. Kalo buka bisnis sendiri kan ndak terikat waktu, bebas mau ngapain aja. 4. P: Orang Cina terkenal dengan keberanian spekulatifnya, benarkah? J: Bener, intine kalo mo sukses kita harus berani. Kalo dilihat dari sejarah orang Cina berani spekulasi bisnis karena dah biasa spekulasi kalo main judi. 5. P: Saya juga pernah dengar tentang spesialisasi sektor bisnis, bisa dijelaskan lebih lanjut? J: Sebetul’e itu ndak cuma di Indonesia, di Cina sana hal seperti itu juga terjadi. Misalnya yang terkenal sama pengusaha restorant ya orang Tio Cu, pernah denger
nama makanan Tio-Ciu kan? Itu sebetule nama suku di Cina. Tapi akhire kaya ada spesialisasi gitu ya? Ya…, yang penting bisa saling menguntungkan aja. Ndak saling rebut pasar. 6. P: Bagaimana kerjasama bisnis sesama etnis Cina? J: Orang Cina biasane fanatik-fanatik, mereka merasa lebih tinggi dari bangsa lain. Banyak kesamaan fisik, budaya dan kesamaan latar belakang buat mereka jadi makin kuat. Tapi namane bisnis kan keras, kadang ndak kenal mana kawan, mana lawan. Orang Cina kalo udah saingan lebih kejam, sekarang kawan besok jadi lawan udah biasa banget, makan temen sendiri juga ndak heran lagi. 7. P: Adakah perbedaan perilaku etnis Cina muslim dan non muslim dalam berbisnis? J: Ada, Cina muslim paling ndak agak mikir-mikir dosa kalo mau berbuat apaapa, tapi kadang udah tau dosa ya ndablek aja, itu yang Islam KTP. Banyak juga sich, yang berbuat dosa karena ndak tahu, itu yang jadi tanggung jawab kita. Cina muslim juga ndak terlalu anti pati buat kerjasama sama orang Jawa, yang penting bisa jaga kepercayaan masing-masing. 8. P: Mengapa etnis Cina sangat hati-hati kalo kerjasama sama orang diluar etnis Cina? J: Sebetul’e ndak juga…, yang penting bisa sama-sama jaga kepercayaan. Cuma orang Jawa udah terkenal ndak jaga hubungan ini. Orang Jawa yang jujur jadi ikutan kena akibate. 9. P: Bagaimana kegiatan PITI saat ini? J: Karena sibuk dengan urusan masing-masing paling kegiatane cuma pengajianpengajian biasa, biasane rame kegiatan kalo bulan Ramadhan.
Nama China: Lok Kwan Nama Indonesia atau nama Islam: Purwanto Tahun masuk Islam: 1984 Sektor bisnis yang ditekuni: Pedagang ikan dan udang Lama menekuni bisnis: 25 tahun. 1. P: Apa yang melatar belakangi anda memeluk agama Islam? J: Sebelum masuk Islam, agama saya Kristen, keluarga juga Kristen semua. Tahun 1980 saya merantau ke Cilacap ikut paman. Anak paman yang seumuran temen-temene kebanyakan orang Jawa dan Islam. Tahun 1983 dia masuk Islam, akhire saya ikutan masuk Islam. 2. P: Mengapa anda menekuni bisnis di sektor ini? J: Kan paman saya juga dagang ikan, dulu saya datang ke Cilacap buat belajar dagang ikan, akhire tahun 1983 dibantu modal sama paman saya buka bisnis ikan. 3. P: Apakah rekan atau relasi bisnis anda mayoritas etnis Cina? J: Ya, waktu awal buka bisnis kan yang saya kenal orang Cina, tapi sekarang saya juga kerjasama sama orang Jawa, tapi itu juga orang Jawa yang bisa dipercaya. Mereka kadang licik, kadang mau setor barang, kadang nggak. Dulu saya sering buang duit buat modalin kapal mereka berangkat, tapi ternyata nggak mau nyetor ikane ke saya. 4. P: Apakah keuntungan yang anda dapatkan dengan jalinan kerjasama sesama etnis Cina? J: Sesama orang Cina lebih mudah kompromine, kan biasane ngobrole pake bahasa Cina yang orang lain nggak paham. Kalau ada informasi juga cepet banget ngasih kabare, terus kalo punya barang sering ditawarin duluan.
5. P: Dalam pandangan anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina dengan kaum pribumi? J: Pasti ada, orang Cina bisnis harus sungguh-sungguh. Seluruh tenaga dan pikiran ya buat ngembangin bisnis. Kalo orang Jawa bisnis ikan kan buat sambilan (sampingan). 6. P: Bisnis tak pernah lepas dari persaingan, salah satu strategi anda agar tetap mampu exist di pasar? J: Kerjasama sama orang-orang Cina juga salah satu cara biar bisa tetap bersaing, biar sama-sama kuat, saling menolong. 7. P: Apakah Islam berpengaruh besar dalam perilaku bisnis yang anda jalankan? J: Gimana ya, kalau bisnis yang dipikirin untung, banyak orang bisnis yang jahat. Saya sendiri kadang ya ikut-ikutan, tapi mau gimana lagi, pengennya kan bisnis lancar terus. 8. P: Menurut pendapat anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina muslim dengan etnis Cina non muslim? J: Ada sih, kaya’ saya kalo mo ngurangi timbangan suka takut. Kan di Islam nggak boleh ngurangi timbangan ya? Orang Cina yang nggak muslim juga males buat kerjasama sama orang Jawa, menurut mereka orang Jawa susah dipercaya. 9. P: Hasil laut akhir-akhir ini sangat fluktuatif bahkan cenderung menurun, bagaimana strategi anda agar dapat tetap memiliki pasokan ikan? J: Kan partner bisnis saya banyak. Saya dapat ikan langsung dari juragan. Kebanyak sih orang Cina, kapal-kapal Cina kan masih pada jalan. 10. P: Kemanakah anda mendistribusikan ikan?
J: Saya jual ikan ke pabrik-pabrik kerupuk, ke restorant sea food, saya juga kirim ke pedagang-pedagang di luar kota seperti Bandung, Bogor.
Nama China: A Han Nama Indonesia atau nama Islam: Handoyo Tahun masuk Islam: 1983 (sejak lahir) Sektor bisnis yang ditekuni: Pedagang ikan Lama menekuni bisnis: 7 tahun. 1. P: Anda memeluk agama Islam sejak lahir, apakah anda meyakini kebenaran ajaran Islam? J: Oh pasti, saya sholat, saya juga puasa. Meskipun orang tua saya juga Islam tapi mereka sangat demokratis. Dari SD sampe SMA saya sekolah disekolahan Kristen, kalo saya nggak yakin sama Islam, mungkin saya sudah masuk Kristen. 2. P: Mengapa anda menekuni bisnis di sektor ini? J: Cilacap kan daerah pesisir, kekayaan laute juga besar. Nggak perlu bingung cari bisnis baru, kita manfaatkan aja kekayaan alam yang ada, betul tho’? 3. P: Saat anda terjun diperdagangan ikan ini, apa anda sudah mengenal kondisi pasar? J: Sebetule belum, cuma saya yakin kalo mau usaha pasti bisa. Dulu jualan kecilkecilan, Alhamdulillah sekarang sudah mulai berkembang. Bahkan saat pedagang lain sepi, saya masih punya barang. 4. P: Bagaimana caranya menjaga pasokan ikan? J: Saya mengembangkan bisnis keluar kota. Saya bekerjasama tidak hanya dengan nelayan Cilacap, tapi juga diluar daerah (Tuban, Tegal, Indramayu).
5. P: Apakah rekan atau relasi bisnis anda mayoritas etnis Cina? J: Bisa dibilang begitu, tapi saya nggak menutup diri buat kerjasama dengan orang Jawa, Sunda atau yang lainnya, yang penting mereka jujur dan bisa dipercaya. Saya juga kirim ikan buat restoran Padang, relasi bisnis saya di Bandung orang Sunda. 6. P: Apakah keuntungan yang anda dapatkan dengan jalinan kerjasama sesama etnis Cina? J: Sesama orang Cina hubungan emosional lebih kuat, kaya orang Jawa sama orang Jawa. Untungnya, bisa jaga stok ikan, kan kapal-kapal sekarang yang banyak jalan kapal-kapal orang Cina. Tapi kalo udah saingan bisa mati-matian, sama-sama keras, sama-sama berani spekulasi. 7. P: Dalam pandangan anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina dengan kaum pribumi? J: Saya pikir tidak ada perbedaan yang mencolok. Keduanya sama-sama ingin mendapatkan keuntungan. Ada orang Cina yang licik, tapi banyak juga yang jujur, begitu juga sebaliknya. 8. P: Bisnis tak pernah lepas dari persaingan, salah satu strategi anda agar tetap exist di pasar? J: Modal, kalau modal besar bisnis bisa lancar asal pandai memutar uang. Kalau modal kecil susah mengembangkan bisnis. Pasar dan langganan juga perlu diseleksi, jangan asal kirim barang ke orang yang belum tau jujur apa nggaknya. 9. P: Apakah ajaran Islam berpengaruh besar dalam perilaku bisnis yang anda jalankan? J: Sangat relatif. Kalo saya pribadi sudah pasti. Buat apa untung besar. Kaya didunia kalo nantinya masuk neraka.
10. P: Menurut pendapat anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina muslim dengan etnis Cina non muslim? J: Seharusnya iya, tapi dunia bisnis keras. Ada orang Islam yang jahat dan banyak juga orang Kristen, Katholik atau yang lain yang jujur, tergantung masing-masing individu.
Nama China: Mao Lim Nama Indonesia atau nama Islam: Muslim Tahun masuk Islam: 1990 Sektor bisnis yang ditekuni: Nelayan juragan Lama menekuni bisnis: 20 tahun. 1. P: Apa yang melatar belakangi anda memeluk agama Islam? J: Istri saya orang Jawa, agamanya Islam. Tapi istri saya sholate masih bolongbolong, apalagi saya, he…he…., 2. P: Mengapa anda menekuni bisnis di sektor ini? J: Asli saya Bagan Siapiapi, kata orang kami dikenal dengan Cina lautan. Dulu disana orang tua saya juga nelayan. 3. P: Hasil laut akhir-akhir ini sangat fluktuatif bahkan cenderung menurun, bagaimana strategi anda agar kapal-kapal anda bisa tetap beroperasi? J: Kapal saya nggak banyak, tapi besar dan alat-alate lengkap. Kalo alat lengkap terus punya modal, pasti kapal bisa jalan terus. Tekong kapal saya juga pinter, bidake juga rajin-rajin. 4. P: Kemana anda menditribusikan ikan hasil tangkapan? J: Kebanyakan langsung masuk gudang bakul-bakul ikan, tapi kadang juga saya lelang. 5. P: Apakah rekan atau relasi bisnis anda mayoritas etnis Cina? J: Bisa dibilang begitu. 6. P: Apakah keuntungan yang anda dapatkan dengan jalinan kerjasama sesama etnis Cina?
J: Sama-sama orang Cina gampang ngomonge, masalah pembayaran juga dijaga banget. Dulu pernah kirim ikan ke bakul Jawa tapi bayare molor-molor, jadi kan kita juga nggak bisa cepet bayar tekong dan bidak. 7. P: Dalam pandangan anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina dengan kaum pribumi? J: Ada, lha barusan yang saya sebutin kan perbedaan cara bisnis Cina sama orang Jawa. 8. P: Bisnis tak pernah lepas dari persaingan, salah satu strategi anda agar tetap exist di pasar? J: Harus punya banyak kerjasama sama orang lain, biar kuat dalam persaingan, nggak perang sendiri. Modale juga harus gedhe. Kalo banyak relasi, saat nggak punya modal kita bisa dapat pinjam. 9. P: Apakah ajaran Islam berpengaruh besar dalam perilaku bisnis yang anda jalankan? J: Nggak tahu ya…,sebetule semua agama kan ngajarin yang baik-baik yang bener-bener, apalagi agama Islam, tapi kalo diterapin dibisnis agak susah maju, terlalu banyak larangan. 10. P: Menurut pendapat anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina muslim dengan etnis Cina non muslim? J: Wah…, nggak tau pasti tuh, saya kan Islam, tapi kaya’e sama aja kaya tementeman yang bukan Islam.
Nama China: Topoe Nama Indonesia atau nama Islam: Taufik Tahun masuk Islam: Sektor bisnis yang ditekuni: Nelayan juragan Lama menekuni bisnis: 16 tahun. 1. P: Apa yang melatar belakangi anda memeluk agama Islam? J: Istri saya dua, dua-duanya orang Islam. Jujur, awal masuk Islam waktu mau nikah sama istri yang pertama. Tapi kami sekarang lagi usaha betulin ibadah. Udah tua, takut mati. 2. P: Mengapa anda menekuni bisnis di sektor ini? J: Ini bisnis warisan keluarga, ayah saya dari dulu udah usaha kapal, jadi nelayan. Sekarang yang saya pegang cuma 2. Yang lain dibagi-bagi sama saudara. 3. P: Hasil laut akhir-akhir ini sangat fluktuatif bahkan cenderung menurun, bagaimana strategi anda agar kapal-kapal anda bisa tetap beroperasi? J: Alhamdullillah hasil kapal saya stabil, makane saya malu sama Allah yang udah baik banget sama saya. Tapi untuk strategi, mungkin karena kapal saya lengkap alat-alate. 4. P: Kemana anda menditribusikan ikan hasil tangkapan? J: Saya jual ke saudara saya yang dagang ikan, sebagian lain ke relasi bisnis yang udah lama kerjasama. Kadang juga saya lelang di TPI, tapi jarang juga sih.Gampangan dijual langsung ke bakul yang udah biasa nerima, cepet dapet uange, nggar ribet, nggad ada potongane, hargane juga nggak jauh sama hasil lelang. 5. P: Apakah rekan atau relasi bisnis anda mayoritas etnis Cina?
J: Ya, tapi saya juga kerjasama sama orang-orang Jawa. Yang penting bisa saling menguntungkan. 6. P: Apakah keuntungan yang anda dapatkan dengan jalinan kerjasama sesama etnis Cina? J: Sesama orang Cina cepet banget kalo ada informasi, kalo lagi susah modal juga gampang dapet pinjaman. 7. P: Dalam pandangan anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina dengan kaum pribumi? J: Kaya’e sama aja deh…, cuma orang Jawa cepet nyerah. Beberapa kali nendo terus kapal dijual, nggak mau berangkat lagi. Padahal kan namanya bisnis kadang untung, kadang juga rugi, udah lumrah. 8. P: Bisnis tak pernah lepas dari persaingan, salah satu strategi anda agar tetap exist di pasar? J: Kalo kita jujur, tekun, pasti bisnis kita bisa langgeng. Nggak boleh membedabedakan atau pilih-pilih teman dalam bisnis, yang penting harus saling membantu. 9. P: Apakah ajaran Islam berpengaruh besar dalam perilaku bisnis yang anda jalankan? J: Saat ini iya. Dulu saya sering nyogok kalo perpanjangan izin kapal, kan suka lama tuh…, sayang kapal didarat kelamaan, makane biar cepet nyogok aja. Tapi sekarang nggak, sambil nunggu surat izin anggap aja istirahat atau dipake buat betulin kapal. 10. P: Menurut pendapat anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina muslim dengan etnis Cina non muslim? J: Seharusnya ada, Islam kan mengajarkan banyak perbuatan baik yang harus diikuti demi kebahagiaan umatnya.
Nama China: Ong Weni Nama Indonesia atau nama Islam: Agus Tahun masuk Islam: 2005 Sektor bisnis yang ditekuni: Nelayan juragan Lama menekuni bisnis: 21 tahun. 1. P: Apa yang melatar belakangi anda memeluk agama Islam? J: Saya belum lama masuk Islam, teman-teman banyak yang masuk Islam, lamalama saya tertarik juga. Sekarang saya masih belajar ngaji dan sholat. Yach.., dikit-dikit lah…, namanya juga orang tua, udah susah ngapal, yang penting kan kemauan dan usaha, betul kan? 2. P: Mengapa anda menekuni bisnis di sektor ini? J: Dulu kan bisnis ikan ramai, nelayan pada along terus, hasil laut melimpah, jadi saya tertarik untuk terjun juga. Yakinnya sich…, ikan ga akan habis-habis, tapi akhir-akhir ni sepi terus…, bahan bakar juga mahal banget, ongkos buat berangkat kapal naik semua. 3. P: Menghadapi kondisi ini, strategi apa yang anda terapkan? J: Nggak ada strategi khusus, kan sistem pembayaran kita pake’ sistem upah, jadi masih banyak bidak dan tekong yang pinter yang mau kerja sama kita. Kalo dikapal Jawa kan kasihan, udah cape-cape kalo nendo cuma dapet dikit banget. 4. P: Kemana anda menditribusikan ikan hasil tangkapan? J: Kebanyakan langsung masuk gudang bakul-bakul ikan. 5. P: Apakah rekan atau relasi bisnis anda mayoritas etnis Cina? J: Iya, hampir seluruh bakul yang saya kirimi ikan ya orang Cina, tapi kalo bisa saya lebih senang kalo Cinanya Cina muslim, biasane lebih jujur makane saya tertarik sama Islam. Tapi kadang ada juga orang Islam yang jahat ya?
6. P: Apakah keuntungan yang anda dapatkan dengan jalinan kerjasama sesama etnis Cina? J: Kalo sesama orang Cina lebih enak, nego juga lebih gampang. Tapi saya juga kerjasama sama orang Jawa, yang penting dia jujur dan tanggung jawab. 7. P: Dalam pandangan anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina dengan kaum pribumi? J: Ga tahu ya…., 8. P: Bisnis tak pernah lepas dari persaingan, salah satu strategi anda agar tetap exist di pasar? J: Menurut saya asal orang jujur, jaga kepercayaan dan hubungan sama relasi, nggak berkhianat pasti bisnise lancar. 9. P: Apakah ajaran Islam berpengaruh besar dalam perilaku bisnis yang anda jalankan? J: Saya sedang mencoba selalu menerapkan ajaran Islam yang baru saya pelajari. Kalau semua ikut aturan, pasti damai. 10. P: Menurut pendapat anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina muslim dengan etnis Cina non muslim? J: Agama Islam kan banyak mengajarkan kebaikan, seharusnya ada perbedaan antara yang muslim sama yang non muslim. Sebab sebelum masuk Islam saya juga banyak main curang dalam bisnis, abis nggak tahu.
Nama China: Eddy Nama Indonesia atau nama Islam: Eddy Tahun masuk Islam: 1999 Sektor bisnis yang ditekuni: Nelayan juragan Lama menekuni bisnis: 15 tahun. 1. P: Apa yang melatar belakangi anda memeluk agama Islam? J: Pas kerusuhan Mei dulu saya sempet takut juga, kan orang Cina dimana-mana nggak aman. Tapi lingkungan saya yang kebanyakan orang Islam baik-baik, saya jadi tenang dan pengen tahu lebih banyak tentang Islam. 2. P: Mengapa anda menekuni bisnis di sektor ini? J: Saya berasal dari Bagan Siapiapi, orang sana kebanyakan nelayan. Saya disana dulu juga nelayan, merantau ke Jawa saya pilih jadi nelayan juga. 3. P: Hasil laut akhir-akhir ini sangat fluktuatif bahkan cenderung menurun, bagaimana strategi anda agar kapal-kapal anda bisa tetap beroperasi? J: Kapal yang penting kan ada modal, alat-alat lengkap dan anak buah yang ahli. Kalo buat modal, saya suka pinjem ke bank atau ke keluarga, alat-alatnya saya kontrol banget, biar anak buah semangat kerjane. 4. P: Kemana anda menditribusikan ikan hasil tangkapan? J: Saya kirim ke gudang temen bisnis saya. Kalo ada yang kurang bagus kwalitasnya kadang saya lelang murah. 5. P: Apakah rekan atau relasi bisnis anda mayoritas etnis Cina? J: Dulu iya, sekarang nggak juga sich…, yang penting buat saya bisa saling bantu dan menguntungkan.
6. P: Dalam pandangan anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina dengan kaum pribumi? J: Kaya’e ndak ada dech…, 7. P: Bisnis tak pernah lepas dari persaingan, salah satu strategi anda agar tetap exist di pasar? J: Harus punya banyak relasi, biar gampang dapat informasi, biar mudah negosiasi. 8. P: Apakah ajaran Islam berpengaruh besar dalam perilaku bisnis yang anda jalankan? J: Ya pasti. 9. P: Menurut pendapat anda, adakah perbedaan karakter bisnis yang mendasar antara etnis Cina muslim dengan etnis Cina non muslim? J: Ada, orang Cina yang nggak Islam kalo bersaing suka kejam, kalo lelang di TPI sering ngakali harga biar dapet murah. Saya juga baru tahu waktu pinjem uang di bank Muamalat, terus marketinge nanya-nanya tentang bisnis ikan biar dapet murah kalo lelang, katanya perilaku begitu dilarang.
Nama China: A We Nama Indonesia atau nama Islam: Ali Tahun masuk Islam: 2004 Sektor bisnis yang ditekuni: Pengusaha kerupuk ikan Lama menekuni bisnis: 4 tahun. 1. P: Apa yang melatar belakangi anda memeluk agama Islam? J: Sebetulnya sudah sejak lama saya tertarik dengan Islam, keluarga besar di Bandung kebanyakan Islam, disana kan organisasi Cina muslimnya aktif. 1 Tahun di Bandung saya banyak tahu tentang Islam. 2. P: Mengapa anda menekuni bisnis di sektor ini? J: Sebelum saya pergi ke Bandung saya dagang ikan lumayan lama, sekitar 5 tahun. Tapi mungkin saya nggak banyak tahu tentang dagang ikan akhirnya saya bangkrut, gudang saya dijual. Pulang dari Bandung saya punya semangat lagi, saya pengen buka bisnis baru, akhirnya saya pilih bisnis kerupuk ikan dan beberapa makanan ringan lainnya yang bahan dasare ikan. 3. P: Bagaimana pertumbuhan bisnis anda? J: Alhamdulillah bisnis saya lancar, sekarang pabrike udah punya 9 pegawai. Kata orang makanan saya enak dan murah. 4. P: Dari mana anda mendapatkan bahan bakunya yaitu ikan? J: Dari temen-temen bisnis yang masih dagang ikan. Kalo saya lagi butuh banyak saya cari di TPI atau langsung ke nelayan yang punya barang bagus. 5. P: Apakah rekan atau relasi bisnis anda mayoritas etnis Cina? J: Kalo pemasok ikannya iya, tapi kalo buat masarin barang nggak, saya nggak pilih-pilih. Yang penting bisa kerjasama dan sama-sama untung, kan semua manusia sama.
6. P: Apakah keuntungan yang anda dapatkan dengan jalinan kerjasama sesama etnis Cina? J: Karena udah lama temenan biasanya mereka kasih pelayanan yang bagus, kwalitas ikane super-super, harga juga bisa diobrolin. 7. P: Bisnis tak pernah lepas dari persaingan, salah satu strategi anda agar tetap exist di pasar? J: Kalo bisnis makanan yang paling penting adalah rasa, berarti harus jaga kwalitas. Harga juga berpengaruh kalo makanan enak, terus murah pasti semua orang nyari. O ya, kemaren ada kasus kerupuk merk lain berat yang tertulis dibungkus sama aslinya beda dikit, akhire pembeli males beli kerupuk itu lagi karena merasa dibohongi. Sekarang katanya omzetnya nurun drastis. Padahal mungkin karena kesalahan sepele ya? 8. P: Apakah ajaran Islam berpengaruh besar dalam perilaku bisnis yang anda jalankan? J: Ya, saya juga masih sering nanya sama saudara-saudara di Bandung kalo ada apa-apa.
Nama China: A Chai Nama Indonesia atau nama Islam: Yaman Siid Tahun masuk Islam: 1974 (sejak lahir) Sektor bisnis yang ditekuni: Pengusaha restoran sea food Lama menekuni bisnis: 9 tahun. 1. P: Apa yang melatar belakangi anda memeluk agama Islam? J: Saya sudah Islam sejak lahir, kebanyakan keluarga saya Islam. 2. P: Mengapa anda menekuni bisnis di sektor ini? J: Sebelum ini saya bisnis sarang burung walet tapi ada masalah sama partner. Emang lebih enak bisnis sendiri ya? Nenek moyang saya banyak yang buka usaha restoran. Saya juga pernah buka restorant tapi kurang laku, katanya pada takut karena yang punya orang Cina, kawatir masaknya pake minyak babi. Mereka nggak tahu kalo saya juga Islam dan saya tahu kalo babi haram. Akhirnya saya mikir bisnis restorant ikan bakar yang dijamin halal. Saya juga pilih tempat dipantai karena lihat di TV. Sekarang banyak pilihan menunya, saya kasih logo halal. 3. P: Bagaimana pertumbuhan bisnis anda? J: Perkembangane bagus banget, meskipun sekarang banyak pesaing baru tapi saya sudah punya panyak pelanggan setia. 4. P: Dari mana anda mendapatkan ikan, udang dan yang lainnya? J: Kadang dari pedagang ikan, tapi saya juga udah punya nelayan langganan yang kirim barang kesini. Yang penting mereka bisa jaga kwalitas sesuai pesanan saya. 5. P: Apakah rekan atau relasi bisnis anda mayoritas etnis Cina? J: Sebagian orang Cina, sebagian lain bukan.
6. P: Bisnis tak pernah lepas dari persaingan, salah satu strategi anda agar tetap exist di pasar? J: Jaga kwalias dengan menjaga kwalitas rasa dan kwalitas pelayanan. Untuk orang-orang tertentu berani bayar mahal asal memuaskan. 7. P: Apakah ajaran Islam berpengaruh besar dalam perilaku bisnis yang anda jalankan? J: Pasti. Buktinya saya memilih bisnis restorant sea food ini.