Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
IKRAR U DULUWO LIMO LO PAHALAA: BENTUK KESADARAN ETNIS GORONTALO ERA PRAKOLONIAL Oleh Mahyudin Damis1
ABSTRACT This writing talk about the process of forming awareness ethnic Gorontalo the era of pre colonial. Start of collective awareness the community Lima Pahalaa be in the form of pledge or promise for living at peace between one of royal Gorontalo and Limboto a hostile for nearly two centuries. The purpose of this writing that, on one side the reader should understand that depart from a start of collective awareness, of ethnic groups Gorontalo by ingenious take advantage of momentum which “available “ in order to break away from the condition “dependence “ the military of another ethnic group, and they shall also out of “political dominance” outside on the other hand. Start of collective awareness ethnic Gorontalo articulated in the form of “Fellowship U Duluwo Lo Limo Lo Pahalaa” brokered by figures khatibi da’a Eyato of Gorontalo and Popa of Limboto.
Keywords: awareness, ethnic, colonial
1
Dosen tetap pada Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sam Ratulangi Manado.
1
Pendahuluan
yang tersendiri, melainkan juga
Masyarakat politik Gorontalo prakolonial, dengan
ada
kemiripan
banyak
masyarakat masyarakat
organisasi
kekau-
saan politik yang berbeda. Oleh
masyarakat-
karenanya,
lainnya
maupun Limboto masing-masing
suku
Nusantara.
mempunyai
Suatu politik
di
bentuk di
mana
pusat-pusat kekuasaan tersebar
tegak
baik
dan
Gorontalo
berfungsi sebagai
kerajaan yang berdiri sendiri dan otonom.
di tangan para pemimpin suku
Catatan
sejarah
yang beraneka ragam. Demikian
lihatkan
pula halnya dengan Gorontalo
kerajaan Gorontalo adalah hasil
yang
persekutuan dari 17 rumpun
ditandai
baik
oleh
bahwa
memper-
terbentuknya
keterbehan wilayah georgrafis
komunitas
maupun oleh keanekaragaman
disebut linula3. Masing-masing
linula-linula
pemimpin
linula
berintegrasi
ke
(yang
kemudian
2
disebut kaum) . Dalam geografis,
konteks daerah
wilayah Gorontalo
kerajaan bawah
kecil
(lipu
atau
sering
(Olongia) dalam
Hulantalo)
kekuasaan
satu di Raja
ini
Wadipalapa atau Ilahudu sekitar
sebenarnya di masa prakolonial
tahun 1385. Kerajaan Gorontalo
terdiri dari dua wilayah utama,
dibawah kepemimpinan Ilahudu
yaitu Gorontalo dan Limboto.
telah mengalami perkembangan
yang
dikenal
dewasa
Keduanya bukan hanya wilayah 3
2
2
Sebenarnya, kerajaan-kerajaan di Gorontalo ada lima yang terdiri dari kerajaan Gorontalo, Limboto, Suwawa, Bolango dan Atinggola masing-masing tegak dan berfungsi sebagai kerajaan-kerajaan yang otonom. Oleh karena persekutuan (serikat) terbentuk atas usaha dua kerajaan (Gorontalo-Limboto) yang berseteru maka disebut U duluwo. Namun demikian, persekutuan tersebut merupakan perluasan dari kelima kerajaan yang ada di kawasan Gorontalo, makanya disebut Uduluo Limo Lo Pahalaa. Lihat J.G.F. Riedel, De Lanschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Katinggola of Andagile. TBG XIX, (1870), hlm.103; B.J. Haga, De Lima Pahalaa (Gorontalo), volksordening, adatrecht en bestuurspolitiek. TBG deel 71, (1931), hlm.187; Richard Tacco (R.Datau), Kebudajaan Suku Bangsa Gorontalo. Tomijahu Kebudajaan Daerah Gorontalo.
Ke 17 linula yang dimaksud adalah linula Hungginaa dengan olongia Lihawa; linula Lupoyo dengan olongia PaI; linula Tapa dengan olongia Dielohiyodaa; linula Bilinggata dengan olongia Loa; linula Wuwabu dengan olongia Wahimolungo; linula Tuto dengan olongia Tilopalangi; linula Biawao dengan olongia Wakohuludu; linula Padengo dengan olongia Palangge; linula Huangobotu dengan olongia Darangi; linula Laluwono dengan olongia Bunggehulawa; linula Dumati dengan olongia Buata; linula Ilotedia dengan olongia Tanaa; linula Patonggo dengan olongia Ngobotu; linula Panggulo dengan olongia Hungginyalo; linula Huangobotu dengan olongia Lealini; linula Tamboo dengan olongia Dailinibotu; dan linula Hulantalongi dengan olongia Wadipalapa (Ilahudu). Lihat B.J. Haga, Lima Pahalaa, Susunan Masyarakat Adat, dan Kebijaksanaan Pemerintahan di Gorontalo; Jakarta: Penerbit Djambatan dan Inkultura Foundation Inc., (1981), hlm.5.
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
politik dalam kerajaan. Semasa
dan Hungayo, serta linula Dunito
pemerintahannya, ia memperluas
juga terdapat di dalamnya6.
wilayah kekuasaannya dengan
Berdasarkan sumber-sumber
melakukan ekspansi sampai ke
sejarah yang ada menunjukkan
4
Teluk Tomini . Menurut
B.
J.
Haga,
bahwa
kedua
(Gorontalo
dan
kerajaan Limboto)
terbentuknya kerajaan Limboto
terbentuk
juga
persekutuan
perkembangan suatu keluarga
dari beberapa linula yang antara
(Ungala’a) yang menjadi besar
lain;
dan
merupakan linula
Tibawa,
linula
berawal
ini
luas
(Linula),
dari
kemudian
Dunggala, linula Butayo, dan
bersatu
membentuk
kerajaan
linula Timiloto5. Tapi, sejarawan
(negara),
sehingga
kerajaan-
lokal Gorontalo menambahkan
kerajaan
yang
terbentuk
bahwa kerajaan Limboto tidak
adakalanya
hanya hasil penggabungan dari
kekeluargaan berdasarkan garis
beberapa linula seperti yang
keturunan ayah (patriarkhal), dan
manganut
garis
disebutkan Haga, karena linulalinula
lainnya
seperti;
linula
Lumehadaa, Dunggala, Tomileto,
4
Menurut Samin R Nur, kerajaan Gorontalo lahir karena adanya keinginan dan kehendak yang sadar akan kebutuhan organisasi yang lebih tinggi dan lebih sempurna dari organisasi suku. Lahirnya kerajaan Gorontalo tidak karena penaklukan, penindasan golongan, pemaksaan secara fisik seperti yang biasa dikemukakan oleh penganut teori suku antara lain Ludwig Gumplowitz. Lihat Samin Radjik Nur, Beberapa Aspek Hukum Adat Tatanegara Kerajaan Gorontalo Pada Masa Pemerintahan Eato (1673-1679), Disertasi doktor pada Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, 1979. Hlm. 57.
5
Di teluk Tomini, Kerajaan Gorontalo menguasai beberapa kerajaan kecil yakni: Tomini, Tinombu, Ampilabu dan Pahigi (Parigi), Lihat Riedel, Op.cit., hlm. 48; Ibid, Samin R Nur, hlm. 47.
6
M..H. Lipoeto mengemukakan bahwa, daerah Limutu (Limboto) awal mulanya hanya didiami oleh lima sukubangsa yang merdeka disebut Dutu. Suku-suku bangsa (linula) ini masing-masing mempunyai olongia (raja), misalnya Linula Lumehadaa dengan olongia Mainua terletak di bukit Pone, linula Dunggala dengan olongia Yilobua terletak di Panipi (Batudaa), linula Tomileto dengan olongia Hemuto terletak sekitar sungai Monggelemo (Isimu), linula Hungayo dengan olongia Wonggodu terletak di pegunungan Balahu (Tibawa), dan linula Dunito dengan olongia Talango terletak di wilayah Limboto. M.H. Lipoeto mengemukakan juga bahwa yang memprakarsai usaha persatuan linula-linula ini adalah raja Mainua dari linula Lumehedaa. Namun, versi lain mengatakan bahwa dengan kearifan dan kecerdasannya putri Bul Bungale telah mempersatukan kelima linula tersebut menjadi satu kerajaan (lipu) yaitu Kerajaan Limutu pada tahun 1330, dengan menobatkan putri Tolangohula (bulan pertama), anak angkat Bul Bungale sebagai ratu pertama dari kerajaan tersebut. Kelima linula menurut versi lain ini tersebut, diantaranya; Limehedaa rajanya Pulungkeli, Huntu lo Tiopo (Dunito) rajanya Bul Bungale, Hungayo rajanya Maranua, Dunggala rajanya Ilobuata, dan Timilito rajanya Hemuto. Lihat B.J. Mahdang, Kaitan Historis dan Sosio-Kultural Antara Kerajaan-Kerajaan Limo Lo Pohalaa dengan Masyarakat Etnis Tomini, Laporan Penelitian, STKIP Gorontalo, 2000, hlm, 73-74; Ibrahim Polontalo, Op.cit., hlm.73.
3
bahkan
adakalanya
garis 7
perlawan lawan8.
keturunan ibu (matriarkhal) . Setelah
tumbuh
berkembang
kedua
penghancuran, pembunuhan dan
dan kerajaan
Sejak era prakolonial, kawasan Gorontalo
baik
bagian
utara
tersebut masing-masing merasa
(Laut Sulawesi) maupun bagian
perlu mempertahankan otoritas,
selatan
mencari pengaruh dan status.
dikatakan
Dalam proses pencarian status
pelabuhan, kemudian ditunjang
dan
dengan tanah yang umumnya
pengaruh dalam rangka
(Teluk
mempertahankan otoritas inilah
subur
yang
berbagai
sering
menimbulkan
gesekan-gesekan
sebagai
sehingga
dapat
kota-kota
menghasilkan
hasil
perkebunan,
pada
pertanian, hutan dan bahkan
menimbulkan konflik
hasil tambang (emas). Ke arah
dan berujung pada peperangan.
barat Sulawesi Tengah (Tomini)
Perang
disangkakan
hingga ke Sulawesi Selatan dapat
sebagai alasan untuk menyele-
ditempuh manusia lewat jalur
saikan sengketa yang tidak dapat
darat. Kondisi alam yang bagus
dipecahkan
kekerasan
untuk pelayaran menjadi daya
diantara dua kelompok manusia,
tarik tersendiri baik bagi para
baik dalam satu negara atau pun
pedagang pribumi (Ternate dan
antara dua ataupun beberapa
Bugis) maupun pedagang asing
negara. Harta pampasan perang,
seperti Eropa, Cina dan Arab
tawanan perang (budak-budak)
untuk
dan senjata dibuat pada tahapan
Gorontalo.
akhirnya
sering
tanpa
yang
Tomini)
pertama hanya untuk menggertak,
lalu
kemudian
untuk
memaksakan kehendak dengan
datang
ke
kawasan
Perselisihan antara kerajaan Limboto dan Gorontalo selama hampir
dua
abad
dapat
dipastikan telah mempengaruhi aktivitas 8 7
4
Dalam ilmu antropologi, teori ini juga disebut sebagai Teori Perkembangan Suku oleh Herbert Spencer.
ekonomi
penduduk
Lihat T. Jacob (1993) Manusia Ilmu dan Teknologi: Pergumulan Abadi Dalam Perang dan Damai. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, hlm.96.
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
daerah Gorontalo secara kese-
karena menerima unsure-unsur
luruhan. dijalin
kerajaan
yang
baru dari luar9.
hubungan
keke-
Perang Saudara
Dua oleh
luargaan dalam
yang
selalu
susasana
berada
permusuhan
tentu tidak dapat member suatu kondisi
yang
kondusif
mengembangkan ekonominya
untuk potensi
secara
maksimal
oleh kedua kerajaan tersebut. Padahal
perdagangan
Catatan
sejarah
memper-
lihatkan bahwa pada awal perkembangan kerajaan Gorontalo dan kerajaan Limboto pernah dilanda perang saudara yang menghabiskan waktu hampir dua abad (kira-kira dari tahun 1485-
di
1672),
Kedua
kerajaan
ini
Nusantara dalam kurun masa
awalnya terlibat dalam suatu
prakolonial
telah
bersifat
persaingan hebat dalam mela-
internasional.
Para
pedagang
kukan ekspansi ke teluk Tomini.
atau
saudagar
dari
berbagai
Persaingan
di
antara
kedua
bangsa dan agama disambut
kerajaan ini menimbulkan benih
dengan ramah asalkan mereka
perselisihan
bersedia
melibatkan atau ikut campurnya
membayar
upeti
yang
kemudian
kepada raja dan tunduk pada
pihak-pihak
hukum-hukum negeri setempat.
Kesultanan Ternate dan kesul-
Di berbagai Bandar pelabuhan
tanan Gowa10. Perang saudara
para raja memberlakukan hak-
yang terjadi pada kedua kerjaaan
hak
ini tentu tidak lepas dari konteks
istimewa,
yang
pada
umumnya menyerupai hokum
alam
dari
kebudayaan
luar
yaitu
Gorontalo
perdagang bebas. Adanya sistem perdagangan terbuka dan bebas tersebut
maka
mungkinkan kebudayaan
dapat
Lihat, A.B. Lapian. “Laut, Pasar dan Komunikasi Budaya” Makalah dalam Kongres Nasional Sejarah 1996 Sub Tema Dinamika Sosial Ekonomi III. Jakarta. Depdikbud, Proyek Inventarisasi dan dokumentasi Sejarah Nasional, 1997, hlm.144.
10
Lihat J. Bastian (1990) “Persekutuan Limbotto dan Gorontalo”, dalam Taufik Abdullah (ed.), Sejarah Lokal di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hlm. 219-220. Lihat juga M.H. Lipoeto, Sedjarah Gorontalo. Dua Lima Pahalaa. Djilid VII, Pertjetakan “Ra’yat” Gorontalo, (1949), hlm 19-32.
me-
berkembangnya masyarakat
9
local
5
purba yang kental dengan kultur
ikatan
alifuru.
ditandai
Sistem
kepercayaan
kekeluargaan. dengan
Hal
ini
perkawinan
mereka masih seperti zaman
antara Raja Gorontalo (Wolanga)
prasejarah yaitu animisme dan
dan Ratu Limboto (Moliye), yang
dinamisme. Benda-benda alam
melahirkan
seorang
putra
13
seperti Duputo (angin), Tulu (api),
bernama Polamolo . Perkawinan
Taluhu (air), dan Huta (tanah)
antara kedua pemimpin kerajaan
dipercayai
tersebut dapat dikatakan tidak
dapat
menguasai
kehidupan manusia11. Tidak
dapat
hanya
dibayangkan
menyatukan
manusia, tapi juga penyatuan
bagaimana hubungan-hubungan
dua
sosial yang terjadi pada masa
berasal
peperangan
linula-linula
yang
berke-
sepasang
keluarga dari
besar dua
karena
kelompok
besar.
Hal
ini
panjangan dan sangat melelah-
dipertegas setelah putra mereka
kan
(Polamolo) menginjak dewasa,
itu.
Padahal
pertalian
hubungan
keluarga
kedua
tampuk
kekuasaan
kedua
kerajaan tersebut sangat erat,
kerajaan tersebut di serahkan
dan bahkan penduduk Gorontalo
kepadanya,
dan Limboto mengakui bahwa
merupakan
mereka adalah satu keturunan
kesadaran
dari leluhur yang sama atau satu
“penyatuan
nenek moyang yang berasal dari
kedua kerajaan tersebut telah
Tuwawa atau Suwawa12.
terbentuk.
Sebelum saudara,
pecah
kedua
perang
kerajaan
ini
sebenarnya telah memperkuat 11
12
6
Lihat Sigarlaki A, dkk “Sejarah Daerah Sulawesi Utara” Depdikbud Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah 1977/1978. Lihat, Kuno Kaluku (1965), Lukisan Segi Kebudayaan dari Limo lo Pahalaa, Gorontalo: Jilid I, hlm.3; Farha Daulima (tt), Sejarah Pemerintahan Kerajaan Gorontalo, Gorontalo: Sanggar Budaya, hlm.8. Lihat juga B.J. Haga. Op. cit., hlm.,.
yang bukti
juga bahwa
kelompok
melalui
kekuatan
politik” Dengan
diserahkannya kekuasaan atas kedua kerajaan itu kepada putra ---
hasil
pemimpin
perkawinan kerajaan
kedua tersebut,
maka Polamolo menjadi raja
13
Menurut Haga, sistem perkawinan pada saat itu hanya mengenal sistem perkawinan endogami. Oleh karenanya, Haga menyebutkan bahwa kebiasaan memperistri wanita dari linula (suku) lain (eksogami) tidak dikenal pada saat itu. B.J Haga, op.cit, hlm..
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
yang pertama memerintah pada
bagian yang lain, atau badannya
kedua kerajaaan dengan nama
dikuburkan di Limboto15.
Olongia Mobalanga, artinya raja
J.
yang secara bergantian selama
gamblang
tujuh
sebab
hari
Gorontalo
berkedudukan dan
sesudahnya
tujuh
di hari
berkedudukan
di
Limboto, sehingga pemerintahan
secara
mendeskripsikan
musabab
perselisihan
munculnya
antara
kerajaan
Gorontalo dan Limboto seperti berikut ini:
ini dikenal dengan nama dwi tunggal kerajaan14.
(1990)16,
Bastian
Pertama,
menurut
cerita,
dalam perjalanan pulang dari
Sejarah berkata lain, kerajaan
peperangan
di
Tomini,
dan
Gorontalo dan Limboto dibawah
membawa rampasan perang dan
kekuasaan Olongia Mobalanga
budak-budak,
Polamolo
mem-
sebagai Raja Limboto, yang juga
bangkitkan benih konflik yang
sebagai istri raja Gorontalo yaitu
tadinya sudah membaik, tapi
Raja Wolanga berzina dengan
berbalik menjadi panas kembali
Wulea lu lipu Hilibala, seorang
di
penjaga atau tulang punggung
antara
ini
justru
kedua
pendukung
tersebut.
Kesadaran
kelompok
melalui
“penyatuan
kekuatan
politik”
berupa
kerajaan
kerajaan
pada akhirnya kandas. Hal ini diperparah dengan dibunuhnya raja Polamolo oleh para petinggi kerajaan Limboto, di mana jasad bagian
kepala
Polamolo
dikuburkan di Gorontalo dan 14
Moliye
Gorontalo
mengakibatkan
yang
kerengganan
kedua kerajaan tersebut.
perkawinan yang telah dibangun oleh kedua pemimpin kerajaan
Ratu
Kedua, anak Polamolo atau cucu dari Ratu Moliye dan Raja Wolanga
melakukan
balas
dendam terhadap Hemuto yang pernah
memberi
kesempatan
bagi Hilibala berzina dengan neneknya.
Anak
Polamolo
15
J Bastian, dalam Taufik Abdullah, Op.cit., hlm. 220.
16
Ibid.
Ibid., hlm 216.
7
berhasil
memotong
kuping
telah mengetahui bahwa orang-
Hemuto,
setelah
itu Hemuto
orang sedang sibuk mendirikan
kemudian melarikan diri hingga
rumah untuknya di Dehualolo?
akhirnya
Para olongia dari Dunita dan dari
tidak
diketahui
kuburannya dimana berada. Ketiga, Hemuto,
selain
hilangnya
kata-katanya itu dan menga-
antara
takan, bahwa Limboto, negeri
kedua
ibunya, dihina oleh raja dan
persaingan
pemimpin
Hungayo sakit hati mendengar
balatentara
kerjaaan juga merupakan sebab
disebut
dari
sedangkan
negeri
Gorontalo,
disanjung-sanjung.
renggangnya
hubungan
antara kedua kerajaan tersebut. Keempat, yang amat berat dari pecahnya perang antara kedua kubu kerajaan tersebut adalah
terbunuhnya
Polamolo
oleh
Raja
pembesar-
“gelap”
Polamolo
dan
“hitam”, ayahnya,
dibunuh
pembesar-pembesar
oleh Limboto;
kepalanya dikubur di Gorontalo, dan badannya di Limboto. Cerita di atas menunjukkan
Limboto.
bahwa
kerajaan
hubungan sosial antara kerajaan
dilecehkan
Limboto dan kerajaan Gorontalo
karena sikap dan perkataan Raja
karena faktor-faktor berikut ini;
Polamolo
sendiri
pemberian kesempatan berzinah,
mengatakan:
“apa
pembesar
kerajaan
Pembesar-pembesar Limboto
merasa
yang maknanya
balas
rusaknya
dendam,
hubungan-
pemotongan
yang tampak gelap dan hitam
kuping Hemuto, menghilangnya
itu”,
Hemuto,
ketika
melihat
asap.
persaingan
antara
Perkataan ini ditafsirkan oleh
pemimpin balatentara (panglima
kepala-kepala
Limboto
perang) kedua kerjaaan, merasa
penghinaan.
dilecehkan, dan sakit hati pada
Mereka menafsirkan kata-kata
masing-masing tokoh penting
Polamolo
sebagai
atau pendukung kedua kerajaan
kepada
tersebut.
sebagai
bentuk
suatu
adat
tersebut penghinaan
pihak Limboto, bukankah raja 8
Hal-hal
inilah
yang
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
menjadi
pemicu
terjadinya
perang saudara.
Sebelum era Amai, sistem raja kembar
Dalam masa perang saudara
memang
tengah
berlangsung, misalnya pada raja
maupun
Detu dan adiknya Podungge.
Limboto masing-masing mencari
Oleh karena Detu kurang peduli
dan menggunakan bantuan dari
dengan soal-soal pemerintahan,
pihak
dan
itu,
baik
Gorontalo
luar
yang
lebih
kuat
lebih
senang
dengan
angkatan perangnya dari pihak
hobinya sebagai tukang emas,
lawan. Tujuannya, guna meme-
maka
nangkan
Ikut
pemerintahan diserahkan kepada
campurnya dua kerajaan besar
adiknya Podungge. Sejak itulah
yaitu
kerajaan
pertempuran.
kerajaan
Ternate
dan
segala
urusan
Gorontalo
kerajaan Gowa, di mana Ternate
“sistem
membantu
satu
kemudian
pihak, dan Gorontalo dibantu
mengikuti
oleh Gowa di lain pihak semakin
Masuknya Islam di Gorontalo
Limboto
memperuncing
di
perselisihan
antara Gorontalo-Limboto. Dalam sebuah pertempuran
raja
mengenal
kembar”,
kerajaan
yang
Limboto itu18.
sistem
Sekitar
tahun
1562
perselisihan
antara
kedua
kerajaan
tersebut
kembali
dibawah
mereda, pada masa itu kerajaan
kekuasaan I Mangarangi Daeng
Gorontalo dibawah kekuasaan
Manrabbia,
Sultan
Alauddin
olongia to tilayo (Maharaja Utara)
Tumenanga
ri
Gaukanna
Amai dan olongia to hulialio
Kerajaan
mengirim
Gowa
ekspedisinya
untuk
(Maharaja
Selatan)
membantu Gorontalo, kemudian
Pada
berhasil
Limboto
penyerbuannya ke teluk Tomini,
meskipun mendapat dukungan
Amai mempersunting Owutango
menaklukan
dari Ternate17. 17
Lihat Hasanuddin & Sriharjo, Gorontalo: Kerajaan Tradisional Hingga Kolonial Belanda Suatu Tinjauan Sejarah Sosial Ekonomi. Manado: Balai Kajian Sejarah
salah
Tuliyabu19.
sebuah
perang
dan Nilai Tradisional Manado dan Pemerintah Kota Gorontalo, 2001, hlm.12. 18
M. H. Lipoeto, XII, Op.cit, 12-13
19
Idem.
9
putri Raja Palasa, dari Kerajaan
membimbing rakyat memeluk
Ogomonjolo
agama Islam. Awal mula yang
(Kumonjolo)
di
Siyendeng (salah satu kerajaan di
dikerjakan
kawasan
Gorontalo, mereka membangun
sudah
teluk lebih
Tomini) dulu
yang
memeluk
mesjid
setibanya
pertama
di
Hunto22.
di
agama Islam akibat pengaruh
Dengan mendirikan masjid di
Ternate20. Pengaruh Islam pada
Gorontalo maka hal ini berarti
diri Owutango tampak ketika dia
bahwa
mengatakan
membawa kedelapan orang yang
(Owutanga) asalkan
bahwa,
“Dia
bersedia
kawin
Amai
juga
Raja
disebut
Amai sebagai
rakyatnya
ulama tersebut agar efektifnya
masuk Islam lebih dahulu. Raja
pengajaran tentang Islam bagi
Amai
tidak
rakyatnya. Kedelapan ulama dari
rakyatnya
Palasa ini bertugas membantu
sama
keberatan,
dan
dapat
tujuan
sekali
tetapi
biarlah nanti di belakang hari
Amai
setelah
dengan
agar berpedoman pada Islam.
kerajaan
Dengan demikian, selain Amai
dan rakyatnya. Ini dimaksudkan
disebut sebagai raja pertama
Amai
Gorontalo yang memeluk agama
berembuk
pembesar-pembesar agar
tidak
terjadi
kekacauan/pemberontakan
membimbing
penduduk
Islam, dan juga sebagai peletak
karena terjadi penolakan21. Usai acara perkawinan, Amai pun membawa istinya Owutango ke
Gorontalo,
delapan
didampingi
raja-raja
kecil
dan
mengerti tentang ajaran agama Islam. Di Gorontalo kedelapan raja-raja kecil tersebut bertugas membantu
Raja
20
Lihat M.H. Lipoeto, XII, 1950:14-17.
21
Idem.
10
Amai
22
Hunto kependekan dari kata Hohuntuwa yang berarti tempat raja-raja serta rakyatnya berkumpul. Kedelapan raja-raja kecil tersebut masing-masing bernama; Tamalate, Siendeng, Hulangato, Sipayo, Bunuyo, Soginti dan Sidoan. Hasil penelitian J.B Mahdang (2000), mengungkapkan bahwa hampir semua sumber Gorontalo mengenal kisah perjalanan dan perkawinan serta kedelapan raja pengiring putri Owutango tersebut, tetapi para informan sumber di Tomini sama sekali tidak mengenal nama-nama raja seperti yang telah disebutkan. Mereka hanya dapat menunjukkan namanama tempat yang disebutkan seperti; Sipayo, Sidoan, Bunuyo, dan Soginti yang tetap abadi sebagai namanama desa di daerah kecamatan Tinombo. Palasa merupakan ibukota kecamatan Tomini, sedangkan nama Ogomonjolo hanyalah nama sebuah sungai, yang berarti “air dingin” yang terletak di sebelah timur Palasa (bukan nama kerajaan). Sedangkan Siendeng, Tamalate, Hulangato dan Lemboa adalah nama-nama tempat di dekat desa Tomini yang masih dapat mereka tunjukkan lokasinya. Lihat Mahdang Op.cit., hlm. 98-99.
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
dasar
pendidikan
Islam
di
Gorontalo.
menggantikan ayahnya, Matodulakiki sebagai olongia to tilayo,
lokal
dan ibunya adalah Wulatileni,
Gorontalo menyebutkan bahwa
putri Tuliyabu sebagai olongia to
Amai
huliyalio.
Sumber
-
sumber
digantikan
Matolodulakiki
putranya
(Matolodulahu)
yang memeritah
pada
tahun
Pada
masa
peme-
rintahan Pongoliwu ini, konflik antara Gorontalo dan Limboto
(1550-1585) sebagai Raja Udik
kembali
(olongia
peperangan. Untuk menghadapi
to
tilayo).
kepemerintahannya, memperluas saannya,
Dalam
selain
ia
wilayah
kekua-
juga
berhasil
ia
pecah
dan
terjadi
serangan dari kubu Gorontalo maka
Limboto
dibawah
kekuasaan Dulapo (olongia to
menjadikan Islam sebagai agama
hulialiyo)
mengutus
putranya
resmi kerajaan pada tahun 1565.
Tilahunga ke Ternate meminta
Pada
masa
pemerintahan
bantuan
Matolodulakiki,
ditentukannya
Baabullah
Daud
hubungan antara adat dan syara’
usahanya
ditolak
dalam sebuah ketentuan yang
Ternate.
Setelah
berbunyi:
menggantikan kekuasaan ayah-
Adati
hula-hula
to
kepada
Sultan
Syah,
tetapi
oleh
Raja
Tilahunga
saraa saraa hula-hula to adati
nya
di
Limboto,
kemudian
(adat
syara’
kembali
meminta
bantuan
bersendi adat), artinya: bahwa
Ternate
dengan
adat
Detubiya (putra olongia to tilayo
bersendi maupun
syara’ syara’
dapat
berlaku, asalkan satu sama lain
dari
tidak bertentangan23.
bersama Ju Mu’min, Putri Raja
Setelah dulahu 23
kekuasaan Matoloberakhir,
Pongoliwu
Tim Yayasan 23 Januari 1942 & IKIP Negeri Cabang Gorontalo, Perjuangan Rakyat di Daerah Gorontalo Menentang Kolonialisme dan Mempertahankan Negara Proklamsi. Jakrta: PT Gobel Dharma Nusantara, 1981, hlm. 19.
Limboto
mengutus
Ternate,
usaha
mendatangkan
Humonggilo) ini
berhasil
bantuan
dari
Ternate. Keberhasilan ini lebih disebabkan karena Homonggilu pernah
membantu
Ternate
dalam suatu perang saudara, 11
yang kemudian mengawini Ju Mu’min
(saudara
perempuan
Hegemoni Kerajaan Ternate di bawah
kekuasaan
Sultan
Raja Ternate) setelah memeluk
Baabullah Daud Syah mencapai
agama Islam. Sekembalinya di
puncak
Limboto ia menyebarkan agama
berekspansi
24
kejayaannya dan
setelah mencapai
Islam di sana .
batas-batas di utara termasuk
Kroni-kroni
menginformasikan,
Gorontalo,
kedatangan
bantuan
sebelah
pasukan
Limboto,
barat
dan
Sulawesi
di
pada
menambah
abad ke-16. Kejayaannya dikenal
kekuatan Limboto dan langsung
sebagai raja 72 pulau. Dalam
mengadakan
setiap
Ternate
telah
penyerangan
ke
wilayah
kekuasaanya
Gorontalo. Dalam penyerangan
menempatkan 10.000 pasukan.
tersebut
Ekspansi
Gorontalo
berhasil
dengan
menawan
ditaklukkan
Poheleo atau Mboheleo (putri Matoladulahu-Wulatineli)
Ternate
kemudian
terbentur pada kekuasaan Gowa (Makassar)26.
dan
Pada
masa
pemerintahan
diasingkan ke Ternate. Dalam
Poheleo (Mpoheleo), Gorontalo
pengasingannya itu, ia menikah
masih
dengan
Limboto, kemudian menyusun
Raja
Ju
Mangopa,
berselisih
namun tak lama kemudian Ju
kekuatan
Mangopa meninggal di Ternate,
Limboto.
sehingga Poheleo dikenal pula
pengaruh Ternate atas Limboto
sebagai
Ju
Balu.
Mendengar
maka
kabar
Wulatileni
mangkat,
meminta
kembali
bantuan
Poheleo mendapat ijin dari raja
kerajaan
Gowa
dengan
untuk
Gorontalo,
mengutus
guna menggantikan kedudukan
jemahkan
ibunya sebagai Raja Hilir25.
bernama
kembali ke
untuk
dengan menyerang
Mengingat Poheleo
besarnya kemudian
Hohuhu-nya dengan Bumulo.
(diter“Patih”),
Pada
saat
yang sama, Gowa juga tengah 24
Lihat J. Bastian dalam Taufik Abdullah, hlm. 220-221.
25
Ibid, hlm.222.
12
26
Sartono Kartodirdjo, , Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium. Jilid 1. Jakrta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. hlm.223-224.
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
giatnya mengadakan berbagai ekspansi
di
bagian
Timur
sehingga menjadi ancaman bagi 27
Pada tahun 1627 kerajaan Gowa
dibawah
kekuasaan
I
Manngarangi Daeng Manrabbia,
Ternate . Yang menarik disini
Sultan Alaudin Tumenanga ri
adalah
Gaukanna
meskipun
mempunyai
Poheleo
pertalian
darah
mengirim
disinya
untuk
ekspe-
membantu
dengan Ternate, karena Poheleo
perlawanan
adalah anak perempuan dari
tangan ekspedisi Gowa semakin
saudara
memperuncing
namun
Sultan ia
Saharibulan,
bersikap
memutuskan
untuk
keras
antara
Keda-
perselisihan
Gorontalo-Limboto.
Akhirnya
peperangan
kembali
bantuan ke Gowa karena untuk
pecah,
Gorontalo
dengan
membalas dendamnya. Lagi pula
bantuan Gowa, dan Limboto
Bumulo sebetulnya tidak begitu
mendapat
menyukai tugas ini, karena ia
berhasil menaklukkan Limboto.
sudah membuat rencana dengan
Setelah
Khatibidaa
Utama),
kemudian menawan dua orang
untuk
putri dan seorang putra Ratu
mengusahakan mencapai suatu
Limboto (Ratu Momiyo) yaitu
perseketuan
Ntobango
(Penghulu
bernama
Akan
meminta
Gorontalo.
Eyato, dengan
tetapi
Limboto.
Limboto
dan
Ternate
ditaklukkan,
Tiliaya
serta
meng-
Pomontolo. Kedua putri Ratu
akan
Limboto dengan didampingi tiga
persetujuannya
orang baate (pemangku adat)
untuk perkawinannya dengan Ti
ditawan ke Gowa, sedangkan
Duhula, cucu perempuan dari
Pomontalo
Matolodulahu maka dengan rasa
Mamaju—di bawah kekuasaan
enggan
Mandar29.
ancamnya
Poheleo
dukungan
untuk
memberikan
tidak
dipenuhinya
pula
perintahnya itu28.
Berangkat sejarah
27
J. Bastian dalam Taufik Abdullah, Op.cit,hlm.222.
28
Sartono Kartodirjo, Op.cit., hlm. 224.
ditawan
29
dari
berupa
ke
fakta-fakta kekalahan
J. Bastian dalam Taufik Abdullah, Op.cit,hlm.222.
13
Limboto atas Gorontalo yang
hadiah sebuah tumbak juwelele
berbuntut ditawannya anak-anak
dan
Ratu Limboto (Momiyo) yaitu
balikan kekuasaan Limboto atas
Ntobango,
Gorontalo30.
Tiliaya
Pomontolo,
dan
serta
keterlibatan
pihak
dengan luar
yang
berjanji
akan
mengem-
Bersama angkatan laut yang cukup
besar,
kedua
putri
justru memperuncing keadaan
Limboto dengan para pembesar
merupakan baik
dan
tokoh Limboto
momentum
yang
Gowa berangkat ke Limboto dan
dimanfaatkan
oleh
tiba
Gorontalo
dan
untuk
tokoh
mendamaikan
di
daerah
Tolinggula.
Kedatangan mereka mendapat sambutan
dari
para
utusan
kedua kerajaan yang berseteru.
Limboto
Bagaimana
(Hohuhu) Popa dan Wulea lo lipu
cerita
selanjutnya,
mari kita lihat. Atas Limboto
diantaranya
Pomalo.
permintaan untuk
Ratu
membebaskan
Untuk
terjadinya
Jogugu
menghindari
peperangan
baru
dengan Gorontalo, Popa dan
putra-putriinya, kemudian meng-
Pomalo
utus
para pemimpin angkatan laut
Yelenompo,
Yelediti,
Yelegau,
Yelemoiyo
Yelemotuwalo
dengan
dan
Gowa
berusaha untuk
membujuk
kembali
ke
meng-
daerahnya, akan tetapi bujukan
gunakan dua buah perahu yaitu
mereka ditolak oleh pemimpin
Deyo dan Bulangita ke Gowa
Gowa,
untuk
menyelesaikan
menemui
Raja
Gowa.
karena
belum
tugasnya
yaitu
Setelah tiba di Gowa, mereka
mengembalikan
membantu Karaeng Gowa atas
Limboto atas Gorontalo31.
perselisihan
Islam: Inspirasi Perdamaian
dalam bantuan
yang
kerajaannya. mereka,
disepakatinya Limboto
terjadi
Berkat akhirnya
kedua
tersebut
di
putri
dibebaskan,
Fakta sejarah menunjukkan bahwa kesadaran kelompok etnis 30
kemudian Raja Gowa member 31
14
kekuasaan
Samin.R. Nur, 23 Januari 1992. Ikilale Lo Bate Walu (Ikrar Delapan Kepala Adat) Kerajaan-Kerajaan Gorontalo. Ujung Pandang: tanpa penerbit., hlm. -3. J. Bastian, Op.cit., hlm. 223.
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
Gorontalo
semakin
tumbuh
Eyato membawa emas itu untuk
ketika Islam telah resmi menjadi
menemui
agama kerajaan. Posisi ulama
laut Gowa dan membujuk agar
(mufti)
menjadi
tidak melakukan penyerbuan ke
struktur
Gorontalo. Pada kesempatan itu,
dan
penting
(khadi) dalam
pimpinan
angkatan
pemerintahan kerajaan tersebut.
Eyato
Hal ini ditandai dengan, selain
menemui Wulea lo lipu Pomalo
diadakannya
butoo
dan Hohuhu Popa, dan dengan
saraa (pengadilan agama) yang
tindakan yang bijaksana Eyato
beranggotakan para mufti dan
memperoleh
dua orang kadhi baik dalam
bantuan
struktur pemerintahan kerajaan
berjanji, bahwa Gorontalo akan
Gorontalo
lembaga
32
benar-benar
berhasil
jaminan
mereka,
akan
sesudah
ia
maupun Limboto ,
mengembalikan apa saja yang
dan juga munculnya seorang
pernah dirampas dari Limboto.
Khatibidaa (khatib-besar) Eyato
Kepada
sebagai tokoh pemersatu.
Gowa
pemimpin-peminpin dijelaskannya,
bahwa
berita
Gorontalo akan menaklukkan diri
kedatangan armada laut Gowa
kepada Limboto dan ketika itu
yang
di
juga menyerahkan emas yang
Gorontalo. Untuk menghindari
dibawa, diperuntukkan kepada
pertempuran dari pihak Limboto
Karaeng-karaeng
yang mendapat dukungan dari
mereka pun setuju kembali ke
Gowa,
Gowa33. Sedangkan Pomontolo
Sementara besar
itu, sampai
Bumulo
mengumpulkan
dua
pula
menyuruh gantang
emas dan mengutus Khatibidaa
dalam
Tugas dan fungsi seorang khadi dalam sistem pemerintahan kerajaan adalah menjaga serta mengajarkan agama Islam, membangun dan merawat mesjid dan wakaf, menyelenggarakan upacara keagamaan, membina peradilan agama, dan menjadi penasehat pada sidang-sidang negeri dan pengadilan dalam soal hukum Islam. Kadhi dibantu oleh stafnya sendiri yang masing-masing staf memiliki tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri serta bertangungjawab kepada kadhi. Lihat, Samin R. Nur, Op.cit., hlm.
penawanannya
dan
di
Manguju (Mamuju), yang tidak lama
32
Gowa,
kemudian
berhasil 34
dikembalikan ke Limboto .
33
Samin R Nur, Op.cit., hlm. -3; B.J. Haga, Op.cit., hlm. 3536; Sartono Kartodirdjo, Op.cit., hlm.223-224.
34
Hasanuddin dan Sriharjo, Op.cit., hlm.17.
15
Sebelumnya telah dikatakan
Moliye
to
tilayo
–
bersama
bahwa kesadaran kelompok etnis
dengan Huhuhu Popa dan Wulea
Gorontalo
lo lipu Pomalo serta beberapa
semakin
tumbuh
ketika Islam telah resmi menjadi
pembesar
agama kerajaan. Hal ini tentu
lainnya
membawa
pada
Gorontalo untuk merundingkan
dampak
kerajaan
Limboto
menghadap
Ratu
perkembangan
politik
dalam
isi dari persekutuan itu. Selama
pemerintahan,
sehingga
turut
tujuh hari para kedua pembesar
pula
menentukan
konflik
berakhirnya
Gorontalo-Limboto.
Khatibidaa Eyato dibantu Patih Bumulo
menghadap
kerajaan
mengadakan
per-
temuan dan mengangkat ikrar yang berisi :
Ratu
“hihuloqa
hidilita,
mopayu
Gorontalo serta para pembesar
wuqudu
kerajaan
mengadakan
motipu,
hidilita
damaian
dan
dunggolo
demobua”
(artinya
dengan Limboto. Rencana ini
“duduk
teratur,
berlaku
pun mendapat persetujuan dari
kehormatan negeri, berjanji tiada
kedua ratu penguasa kerajaan
lagi putus ujungnya, beraturan
(Poheleo to huliyaliyo dan Moliye
duduk, mudah-mudahan tiada
to tilayo). Dengan peristiwa itu
bercerai”).
per-
persekutuan
Eyato diangkat sebagai Hohuhu Lupayo
dan
Bumulo
sebagai
35
Hohuhu Hungilo . Beberapa prinsip
lama
lipu,
Setelah
mojanji
didu
hihuloqa,
pengucapan
ikrar,
bersama
para
Pomontalo
pembesar kerajaannya kembali kemudian
persaudaraan
ke Limboto. Sementara itu, Ratu
dalam
Gorontalo memerintahkan Eyato
suatu persekutuan diwujudkan
bersama para pembesar kerajaan
melalui perundingan (lodudula).
di antaranya Huhuhu Male dan
Raja
Wulea lo lipu Uwabu berangkat
Pomontolo,
setelah
menggantikan saudaranya, Ratu
ke
Limboto
kunjungan 35
16
Dalam buku harian Raja Gowa-Tallo dikatakan bahwa pada tanggal 12 Pebruari 1638 Mandar menyerahkan orang-orang Gorontalo kepada raja Gowa. Ibid.
kedatangan
dalam
rangka
balasan
atas
para
pembesar
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
Limboto. Selama tujuh hari Eyato
meneg-gelamkan
di Limboto melakukan berbagai
cincin emas yang saling
pertemuan
berkaitan
dan
menyepakati
suatu
berhasil perjanjian
danau
dua
(tutuanga) Limboto
di dan
persekutuan yang mematrikan
terakhir penanda-tanganan
persatuan dan persaudaraan di
naskah perjanjian”.
kalangan mereka36. Bagaimana
prosesi
Menurut Samin Nur, kalimat
per-
dengan
meletakkan
senjata-
kedua kerajaan tersebut? Samin
senjata
kerajaan
sebagai
Nur
perlambang bahwa senjata tidak
damaian yang dilakukan oleh (1979:53)
menggam-
barkannya sebagai berikut: “…Janji u duluwo, dimulai dengan
meletakkan
senjata-senjata
kerajaan
yang dibawa oleh Popa dan Eyato yang mewakili kedua pihak kerajaan yang berseteru
di
hadapan
maharaja-maharaja secara bergilir, kemudian saling menyuapi yang
lemak
sudah
kerbau dipanasi
dengan
ujung
senjata
pusaka
kepada
kedua
baate,
ketua
36
bentuk
digunakan
menganiaya
lagi
ataupun
untuk mem-
bunuh, sedangkan kalimat saling menyuapi lemak kerbau yang sudah dipanasi dengan ujung senjata pusaka kepada kedua baate
sebagai
simbol bahwa
siapa di antara kedua pihak melanggar janji maka ia akan lebur
seperti
lemak
yang
dipanaskan, dan dimakan oleh kerisnya sendiri (wonu tolohu moyiyo; alo lo olutiyo)37.
bantayo
poboide, pengucapan janji dalam
akan
tujai,
Lihat Samin Rajik Nur., Op.cit., hlm. 232-233. ”Lihat juga J. Bastian, Op.,cit.,hlm.207-214.
37
Kendatipun fakta sejarah tertulis tentang peristiwa ikrar itu tidak atau belum ditemukan, namun ikrar itu telah melahirkan imlplikasi serius terhadap tatanan politik Gorontalo. Untuk pertama kalinya sejak ikrar itu dicetuskan, wilayah Gorontalo –yang satuan-satuan politiknya terpencar-pencar itu dipersatukan secara politik di bawah kepemimpinan Eyato, bekas Jogugu (kepala daerah Gorontalo). Lihat, Fachri Ali, dkk. Op.cit., hlm.4.
17
Ritual
perdamaian
ini
diungkapkan dengan penyatuan
tunggal),
mengaggap
pertikaian
di
antara
Gorontalo dan Limboto . Garis-garis
boleh saling menganiaya; (). hendaklah
berpisah.
mengucapkan
kedua
pembesar
isi
mereka
kedua Setelah
dari
perjanjian itu adalah: (1) Tidak Segala
itu
besar
bahwa
hanya bisa merebak lagi jika cincin
kerajaan 39
dua buah cincin emas yang berat seraya
antara
perbuatan
kerajaan
kehendak
negeri
janji,
yakni kehendak rakyat, bukan
kerajaan
kehendak raja dan pembesar-
mengadakan upacara di tengah
pembesar; (3). Kedua kerajaan
Danau Limboto, kemudian kedua
harus
cincin yang telah disatukan itu
orang-orang yang berbuat jahat
diceburkan ke bagian terdalam
dan fitnah terhadap perjanjian
danau
ini; (4). Kedua kerajaan harus
Limboto
pada
suatu
38
tengah malam . Akhirnya,
mengadili/menghukum
saling bantu-membantu dalam
perang
saudara
menanggulangi perbuatan jahat
diakhiri dengan suatu perjanjian
dan fitnah serta kesukaran yang
perdamaian yang dipelopori oleh
timbul dalam kedua kerajaan
Eyato dari Gorontalo dan Popa
ataupun yang ditimbulkan oleh
dari
negeri-negeri asing; (5). Sama-
Limboto.
perdamaian dalam
suatu
Perjanjian
itu
dituangkan
naskah
yang
sama
mengadili
sengketa-sengketa
jika
terjadi
yang
me-
ditandatangani oleh kedua tokoh
nyangkut kedua kerajaan dan
tersebut pada hari Sabtu, 12
sama-sama membagi denda; (6).
Sya’ban
Saling
1084
Hijriah
(1673
membantu
dalam
hal
Masehi), di mana perjanjian itu
pembangunan kota; (7). Sama-
dikenal dengan sebutan Janjia
sama
Lou
salah satu kerajaan; (8). Jika ada
38
18
Duluo
(perjanjian
dwi
Lihat G. Scherer, “Laporan Mengenai Keadaan Wilayah Keasisten Residen Gorontalo berhubung dengan Pemerintahan Langsung yang akan diadakan di wilayah itu. Disusun sehubungan dengan surat Dinas Direktur Pemerintahan Dalam Negeri tanggal 6 Februari 1886. No. 943,” dalam Haga, Op.cit., (Lampiran IV), hlm.59.
menerima
tamu
untuk
pemberontakan jajahan kerajaan 39
. Lihat Samin Rajik Nur., Op.cit., hlm. 232-233. ”Lihat juga J. Bastian, Op.,cit.,hlm.207-214.
Jurnal Holistik, Tahun IX No. 17 / Januari – Juni 2016
Limboto
maka
Gorontalo
kerajaan
membantu
mema-
damkan pemberontakan itu. Jika
saya, melainkan hanya tentang negeri kita41. Penutup
jajahan itu takluk kembali maka ia tetap hak Limboto. Hanya barang rampasan dan tawanan yang dibagi :1 antara Gorontalo dan Limboto, dan demikian pula sebaliknya; (9). Kedua kerajaan membuat perarturan yang sama (seragam) tentang upeti-upeti yang harus dibayar oleh jajahan; dan (10). Kedua kerajaan harus menjaga
supaya
pembesar-
pembesar dan pegawai-pegawai jangan membuat aniaya dan fitnah di daerah jajahan di teluk Tomini40.
Fakta-fakta sejarah Gorontalo pada abad ke-15 hingga ke-17 menunjukkan bahwa, baik di awal
perkembangan
kerajaan
Gorontalo dan Limboto maupun dalam masa pertentangan kedua kerajaan besar tersebut telah mengenal Islam. Ketika Islam menjadi agama resmi kerajaan yang dicanangkan oleh Amai, tampaknya belum juga membawa implikasi yang signifikan dalam
berberbagai
aspek
kehidupan masyarakat Gorontalo hingga abad ke-16. Nanti pada
Setelah perang saudara yang
abad
ke-17
mulai
tampak
berlangsung hampir dua abad ini
pengaruh Islam ketika tampilnya
berakhir, maka hal ini berarti
seorang
bahwa Pohalaa masa itu telah
besar)
berkembang menjadi lima buah, yaitu
Gorontalo,
Limboto,
khatibidaa Eyato
(khatib
tidak
mem-
perkenankan
adat
yang
bertentangan
dengan
syariat
Suwawa, Bolango dan Atinggola.
Islam, dan ia pun menjadi tokoh
“Untuk selanjutnya,” cetus ikrar
pemrakarsa perdamaian.
itu,
“orang
tidak
berbicara
tentang negeri anda dan negeri
40
Ibid.
Seiring
dengan
sejarah kedua
41
perjalanan
kerajaan
yang
Lihat Fachri Ali, dkk, Op.cit., hlm.4
19
berseteru tersebut, baik kerajaan Limboto
maupun
masing-masing
Gorontalo
Semangat persaudaraan yang memang terdapat dalam adat-
berinteraksi
istiadat
dengan kerajaan-kerajaan yang
mantap
lebih
Islam
besar
yaitu
kerajaan
Gorontalo setelah
semakin
sekian
dengan
lama konsep
Ternate dan Gowa, yang dikenal
“ukhuwwah-islamiyah”nya
sebagai kerajaan-kerajaan yang
mempengaruhi
sudah lebih dahulu mengenal
lokal
Islam. Pengaruh interaksi antara
memunculkan
kerajaan
(consiouness)
Limboto
dengan
kebudayaan
Gorontalo.
Hal
ini
kesadaran bahwa
tak
kerajaan Ternate, di satu sisi, dan
sepantasnya dua kerajaan yang
interaksi
antara
kerajaan
dijalin
Gorontalo
dengan
kerajaan
luargaan selalu berada dalam
Gowa pada sisi lain, paling tidak
keadaan permusuhan. Apalagi
telah turut memberi andil dalam
permusuhan
perubahan
budaya,
melibatkan pihak luar yang lebih
ekonomi dan politik. Hal ini juga
kuat – dalam hal ini Kesultanan
berarti bahwa unsur-unsur dari
Ternate dan Kesultanan Gowa38.
sosial,
oleh
hubungan
tersebut
luar telah turut mempengaruhi kebudayaan lokal Gorontalo.
38
20
Lihat Taufik Abdullah, Op.cit., hlm.201.
keke-
telah