Pemburu Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6) Seorang pemburu atheis satu ketika tersesat di tengah hutan. Ia kemudian bertemu dengan sekelompok macan. Tiba-tiba saja ia menjadi gugup. Spontan ia mengeluarkan senapan dan mulai menembakkannya ke arah macan tersebut. Sayang, tembakantembakan tersebut meleset dan iapun kehabisan peluru. Macanmacan ganas ini kemudian bergerak mendekati sang pemburu. Tanpa menunggu waktu lama, segera sang pemburu ini mengambil langkah seribu. Ia berlari sekencang mungkin. Beberapa ratus meter kemudian, ia terpeleset dan masuk jurang. Beruntung ia sempat meraih dahan sebuah pohon di tepi jurang tersebut. “Tolong… tolong!!!” teriaknya. Berkali-kali ia berteriak namun tak juga ada yang menjawab. Hampir putus asa ia kembali berteriak : “Tuhan… Tuhan… apakah engkau sungguh ada?” Sejenak keadaan menjadi sangat sunyi lalu terdengar suara : “Ya, Aku ada”. Pemburu ini melanjutkan : “Tuhan, Engkau tentu tahu kalau selama hidupku, aku meragukan keberadaan-Mu namun sekarang aku percaya bahwa Engkau sungguh ada. Maukah Engkau menolongku, Tuhan? Aku berjanji Tuhan jika Engkau menolongku maka aku akan membaktikan sisa hidupku untuk melayaniMu dan memberitakan kebaikanMu kepada setiap orang yang aku temui mulai dari hari ini hingga akhir hayatku” “Baiklah, Aku akan menolongmu,” kata Tuhan. “Cepat Tuhan… tolonglah aku,” ujar si pemburu memohon. “Tetapi Aku ingin mengetahui satu hal darimu,” kata Tuhan. “Apakah itu?” tanya si pemburu. “Maukah engkau mempercayaiKu dengan segenap hati dan akal budimu?” tanya Tuhan. “Tentu saja aku mau Tuhan. Aku percaya padamu seribu persen! Cepat tolong aku, Tuhan,” jawab si pemburu yang penuh keringat dingin itu.
“Baiklah kalau engkau memang percaya. Sekarang, lepaskan tanganmu dari dahan pohon itu dan Aku akan menolongmu,” kata Tuhan. Spontan si pemburu berujar, “Tuhan, apakah Engkau sudah gila?” Kemudian si pemburu kembali berteriak, “Halo… adakah orang di sana yang bisa mendengar suara saya? Tolong… tolong…!” Apa hikmah yang bisa Anda petik dari cerita di atas? Bisa jadi Anda dan saya hanya akan tersenyum atau tertawa setelah membaca cerita tersebut. Namun jika kita sungguh peka, seringkali dalam hidup ini kita berperilaku seperti si pemburu tadi. Kita masih setengah hati dalam mengakui kekuasaan-Nya, terutama jika hal tersebut di luar logika manusia. Kita lebih mengandalkan kekuatan manusia daripada bersandar pada-Nya. Seringkali kita harus melihat dengan mata kepala sendiri baru bisa percaya. Jika hal tersebut tidak sesuai dengan akal sehat, kita lantas menolaknya. Santo Agustinus pernah mengatakan, “Iman artinya menyakini apa yang tidak kita lihat dan upah dari iman adalah melihat apa yang kita yakini.” Meski kitab suci dengan sangat jelas mengatakan, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Korintus 2:9).” Terkadang tetap saja sulit bagi kita untuk menerimanya.
Sebuah Pensil Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat .
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?” Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai.” “Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti” ujar si nenek lagi. Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya.” Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini.” “Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini.” Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil. “Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya” . “Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik“. “Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam
hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar“.. “Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu“. “Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”. (by Paulo Coelho) –
See
more
at:
http://artikelkristen.com/sebuah-pensil.html#sthash.vcPNmYqg.d puf
Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik Galatia 6:9 Sebab itu, janganlah kita menjadi bosan melakukan hal-hal yang baik; sebab kalau kita tidak berhenti melakukan hal-hal itu sekali kelak kita akan menuai hasilnya.
Seorang anak kecil tiba-tiba terperosok ke dalam lumpur. Ia berteriak-teriak ketakutan dan meminta bantuan namun tak seorang pun ia temukan di sekitarnya. Seorang petani asal Scottland mendengar suara teriakan anak kecil itu dari kejauhan. Ia segera meninggalkan pekerjaannya dan membantu anak itu keluar dari lumpur. Anak itu berterimakasih kepada petani tersebut kemudian ia pulang. Keesokan harinya, ayah dari anak kecil ini mendatangi si petani untuk mengucapkan terimakasih. Bapak itu adalah orang
kaya dan ia menawarkan balas jasa kepada si petani. Petani baik hati ini menolak penawaran tersebut dan tidak menuntut balas jasa apapun. Ketika mereka berbicara, bapak yang kaya itu melihat anak si petani keluar dari rumah yang sangat sederhana itu. Kemudian bapak yang kaya ini menemukan ide untuk membalas jasa si petani. Ia menawarkan bantuan berupa fasilitas pendidikan bagi anak si petani. Ia berjanji akan memberikan fasilitas yang terbaik dan menanggung semua biaya pendidikan. Singkat cerita, anak petani sederhana itu pun masuk ke St. Mary’s Hospital School di London yang merupakan universitas terbaik. Anak petani ini mempergunakan kesempatan dan berkat yang ia terima ini dengan baik. Ia belajar sungguh-sungguh supaya ia tidak mengecewakan orang yang telah menolongnya. Anak petani ini bernama Alexander Fleming. Karena ia anak yang cukup cerdas, ia menjadi terkenal karena penemuan spektakulernya, Penicillin. Bertahun-tahun kemudian, anak seorang kaya yang pernah membantu Fleming mengalami pneumonia dan hanya satu obat yang bisa menyembuhkannya. Obat itu tak lain adalah obat yang ditemukan oleh Fleming, Penicillin. Anak bapak kaya yang telah diselamatkan itu adalah Winston Churchill.
JANGAN JEMU-JEMU BERBUAT BAIK Setiap kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain pasti akan kembali kepada setiap kita. Apa yang kita tabur pasti akan kita tuai. Jika kita menabur kebaikan, kita akan menuai kebaikan. Jika kita menabur kejahatan, kita akan menuai kejahatan. Sebab itu, janganlah kita menjadi bosan melakukan hal-hal yang baik; sebab kalau kita tidak berhenti melakukan hal-hal itu sekali kelak kita akan menuai hasilnya. Tuhan Yesus Kristus memberkati.
Pikiran Negatif Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon. Jadi, satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif. Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak, oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar. Kita mempunyai kepala, dan juga otak, jadi kita tidak perlu terbakar amarah hanya karena gesekan kecil. Ketika burung masih hidup, ia makan lalat, ketika burung mati, lalat makan burung. Waktu terus berputar sepanjang zaman. Siklus kehidupan terus berlanjut. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita. Kita mungkin berkuasa tapi WAKTU lebih berkuasa daripada kita. Waktu kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita. Waktu kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi HARTA. Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan. Dan, setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia. Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA. Saling menghargai, saling membantu dan memberi, juga saling mendukung. Jadilah teman perjalanan hidup yang tanpa pamrih dan syarat. Believe in “Cause and Effect”— “Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai … !!!”
Sekarang anda mempunyai Dua pilihan. 1. Biarkan Tulisan ini berada di page ini supaya orang lain tidak membaca. 2. Menyebarkan ke Teman yang lain. ‘Bagikan’ supaya orang lain ikut terinpirasi dan Mendapat manfaat. TUHAN YESUS Memberkati.
DOA TANPA ARTI Pada suatu malam yang sangat dingin, seorang pemuda duduk di dekat perapian di rumahnya untuk menghangatkan badan. Saat pandangannya menatap jendela rumahnya, dilihatnya seorang kakek sedang berjalan ditengah salju yang putih. Sang Pemuda kemudian berpikir, “Ah Malangnya kakek itu, dia harus berjalan ditengah badai salju seperti ini. Baiklah aku akan mendoakan dia saja agar dapat tempat berteduh.” Pemuda itu lalu berdoa kepada Tuhan : “Tuhan bantulah agar orang tua di depan rumahku ini mendapatkan tempat untuk berteduh. Kasihan Tuhan dia kedinginan.” Ketika si pemuda mengakhiri doanya dilihatnya sang kakek berjalan mendekati rumahnya dan diapun sempat mendengar suara rintihan sang kakek yang kedinginan ketika sang kakek bersandar di dekat jendela rumahnya. Mendengar itu sang pemuda berdoa lagi kepada Tuhan. “ Tuhan lihatlah sang kakek di luar rumah itu. Kasihan sekali dia Tuhan, biarlah Engkau membantunya agar dia tidak kedinginan lagi.bantulah agar dia mendapatkan tempat berteduh yang hangat.” Setelah itu si pemuda pun tidur lelap. Keesokan harinya si
pemuda terbangun karena suara gaduh masyarakat sekitarnya. Dia pun keluar rumah dan menemukan sang kakek telah meninggal bersandar di dekat jendela rumahnya. Si pemuda kemudian berdoa lagi kepada Tuhan, “Tuhan mengapa Engkau membiarkan kakek itu meninggal kedinginan padahal aku sudah mendoakannya agar dia selamat.” Tuhan pun menjawab si pemuda itu, “Aku mendengar doamu hai pemuda. Aku sudah membimbing kakek itu agar mendekati rumahmu. Akan tetapi engkau tak menghiraukannya bahkan ketika kakek itu merintih di depan jendela rumahmu.”
Harapan Ada dua orang buta yang seorang yang sudah tua dan yang seorang masih muda, mereka adalah guru dan murid, mereka mencari nafkah dengan bermain kecapi. Pada suatu hari orang buta yang tua ini jatuh sakit, dia tahu umurnya sudah tidak panjang lagi, lalu dia memanggil muridnya ke samping tempat tidurnya. Tangannya yang gemetaran menggengam tangan muridnya dengan susah payah berkata,” Anakku, didalam sini ada sebuah resep rahasia, resep rahasia ini akan membuat engkau melihat dunia terang lagi, aku menyembunyikannya didalam kecapi ini, tetapi kamu harus ingat, kamu harus bermain kecapi sampai seribu senar kecapi ini terputus, baru boleh mengeluarkan resep rahasia ini, jika tidak kamu tidak akan melihat cahaya terang lagi.” Si buta kecil ini sambil menghapus air matanya berjanji kepada gurunya, gurunya dengan tersenyum damai pergi meninggalkan dunia ini.
Sehari demi sehari berlalu, setahun demi setahun berlalu, si buta kecil selalu ingat kepada pesan gurunya, selembar demi selembar tari senar putus disimpannya baik-baik, selalu menghitungnya didalam hati. Ketika dia bermain sampai tari senar yang ke 1000 terputus, pemuda kecil buta yang lemah yang dulu sekarang sudah menjadi si buta tua renta. Dia tidak dapat mengekang rasa bahagia yang ada didalam hatinya, dengan tangan gemetar dia membuka kecapinya, mengeluarkan resep rahasia yang ada didalam kecapi. Kemudian, orang lain memberitahu kepadanya bahwa itu adalah sepotong kertas kosong, diatas kertas itu tidak tertulis sepatah katapun, air matanya menetes diatas kertas, dia tertawa. Apakah si buta tua membohongi si buta kecil? Si buta tua yang dahulunya adalah si buta kecil, memegang kertas putih yang tidak ada tulisan sama sekali, lalu kenapa dia malahan bisa tertawa? Pada saat dia membuka resep rahasia itu, seketika itu juga dia menjadi mengerti makna yang terkandung didalam hati gurunya, walaupun hanya sepotong kertas putih, tetapi itu merupakan sebuah resep rahasia tanpa tulisan, resep rahasia yang tidak akan ada orang tahu. Hanya dia sendiri yang dari kecil menemani gurunya bermain kecapi yang mengerti makna yang terkandung dalam resep rahasia yang tanpa tulisan ini. Resep rahasia itu adalah “HARAPAN” yang memancarkan sinar terang, yang ketika dia berada dalam kesusahan menghadapi perjalanan hidup ini gurunya menyalakan sinar terang ini untuk menemani menjalani perjalanan hidup yang susah ini, jika tidak ada sinar terang ini, dia mungkin sudah ditelan oleh kegelapan hidup ini, mungkin dari dahulu dia sudah tersungkur jatuh oleh kesusahan hidup ini. Karena “HARAPAN” akan seberkas terang ini, dia dapat bermain
kecapi sampai seribu senarnya terputus, karena dia ingin bisa melihat cahaya terang lagi, dengan teguh tanpa goyah mempercayai pesan gurunya. Kegelapan bukan selamanya terjadi, asalkan tidak mudah melepaskan keyakinan, setelah semua kegelapan ini berlalu, akan ada cahaya yang tidak terbatas. Setelah menaklukkan berbagai rintangan dan kesusahan, kepercayaan yang teguh ini akhirnya membuat hatinya bisa melihat cahaya terang yang sebenarnya. Apakah akhirnya dapat melihat sinar terang didunia ini hal yang perlu dibanggakan? Manusia memiliki sepasang mata yang terang, tetapi memiliki sisi hati yang gelap, apakah ini berguna?
TIDAK ADA YANG KEBETULAN Di salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya. Karena segala permohonan pasti bisa dikabulkan-Nya, maka orang berbondong-bondong datang secara khusus kesana untuk berdoa, berlutut dan menyembah, hampir dapat dikatakan halaman gereja penuh sesak seperti pasar.
Di dalam gereja itu ada seorang penjaga pintu, melihat Yesus yang setiap hari berada di atas kayu salib, harus menghadapi begitu banyak permintaan orang, ia pun merasa iba dan di dalam hati ia berharap bisa ikut memikul beban penderitaan Yesus Kristus. Pada suatu hari, sang penjaga pintu pun berdoa menyatakan harapannya itu kepada Yesus. Di luar dugaan, ia mendengar sebuah suara yang mengatakan,
“Baiklah! Aku akan turun menggantikan kamu sebagai penjaga pintu, dan kamu yang naik diatas salib itu, namun apapun yang kau dengar, janganlah mengucapkan sepatah kata pun.” Si penjaga pintu merasa permintaan itu sangat mudah. Lalu, Yesus turun, dan penjaga itu naik ke atas, menjulurkan sepasang lengannya seperti Yesus yang dipaku diatas kayu salib. Karena itu orang-orang yang datang bersujud, tidak menaruh curiga sedikit pun. Si penjaga pintu itu berperan sesuai perjanjian sebelumnya, yaitu diam saja tidak boleh berbicara sambil mendengarkan isi hati orang-orang yang datang. Orang yang datang tiada habisnya, permintaan mereka pun ada yang rasional dan ada juga yang tidak rasional, banyak sekali permintaan yang aneh-aneh. Namun demikian, si penjaga pintu itu tetap bertahan untuk tidak bicara, karena harus menepati janji sebelumnya. Pada suatu hari datanglah seorang saudagar kaya, setelah saudagar itu selesai berdoa, ternyata kantung uangnya tertinggal. Ia melihatnya dan ingin sekali memanggil saudagar itu kembali, namun terpaksa menahan diri untuk tidak berbicara. Selanjutnya datanglah seorang miskin yang sudah 3 hari tidak makan, ia berdoa kepada Yesus agar dapat menolongnya melewati kesulitan hidup ini. Ketika hendak pulang ia menemukan kantung uang yang ditinggalkan oleh saudagar tadi dan begitu dibuka, ternyata isinya uang dalam jumlah besar. Orang miskin itu pun kegirangan bukan main, “Yesus benar-benar baik, semua permintaanku dikabulkan!” dengan amat bersyukur ia lalu pergi. Diatas kayu salib, “Yesus” ingin sekali memberitahunya, bahwa itu bukan miliknya. Namun karena sudah ada perjanjian, maka ia tetap menahan diri untuk tidak berbicara. Berikutnya, datanglah seorang pemuda yang akan berlayar ke tempat yang jauh. Ia datang memohon agar Yesus memberkati keselamatannya. Saat hendak meninggalkan gereja, saudagar kaya itu menerjang masuk dan langsung mencengkram kerah baju si pemuda, dan memaksa si pemuda itu mengembalikan uangnya. Si pemuda itu tidak mengerti keadaan yang sebenarnya, lalu keduanya saling
bertengkar. Di saat demikian, tiba-tiba dari atas kayu salib “Yesus” akhirnya angkat bicara. Setelah semua masalahnya jelas, saudagar kaya itu pun kemudian pergi mencari orang miskin itu dan si pemuda yang akan berlayar pun bergegas pergi, karena khawatir akan ketinggalan kapal. Yesus yang asli kemudian muncul, menunjuk ke arah kayu salib itu sambil berkata, “TURUNLAH KAMU! Kamu tidak layak berada disana.” Penjaga itu berkata, “Aku telah mengatakan yang sebenarnya dan menjernihkan persoalan serta memberikan keadilan, apakah salahku?” “Apa yang kamu tahu?”, kata Yesus. “Saudagar kaya itu sama sekali tidak kekurangan uang, uang di dalam kantung bermaksud untuk dihambur-hamburkannya. Namun bagi orang miskin, uang itu dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya sekeluarga. Yang paling kasihan adalah pemuda itu. Jika saudagar itu terus bertengkar dengan si pemuda sampai ia ketinggalan kapal, maka si pemuda itu mungkin tidak akan kehilangan nyawanya. Tapi sekarang kapal yang ditumpanginya sedang tenggelam di tengah laut.” ——————————————————————————————————— Ini kedengarannya seperti sebuah anekdot yang menggelikan, namun dibalik itu terkandung sebuah rahasia kehidupan…Kita seringkali menganggap apa yang kita lakukan adalah yang paling baik, namun kenyataannya kadang justru bertentangan. Itu terjadi karena kita tidak mengetahui hubungan sebab-akibat dalam kehidupan ini. Kita harus percaya bahwa semua yang kita alami saat ini, baik itu keberuntungan maupun kemalangan, semuanya merupakan hasil pengaturan yang terbaik dari Tuhan buat kita, dengan begitu kita baru bisa bersyukur dalam keberuntungan dan kemalangan dan tetap bersuka cita. Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Sumber: http://renungan-harian.com/
Sebuah Kursi Kosong Seorang gadis mengundang seorang Pendeta untuk datang ke rumahnya mendoakan ayahnya yang sedang sakit. Pada waktu Pendeta datang, ia mendapati seorang bapak tua yang sedang berbaring lemah di tempat tidur, dan sebuah kursi kosong di depannya. “Tentu anda telah menanti saya”, kata si Pendeta. “Tidak, siapakah anda?”, tanya bapak itu. Pendetapun memperkenalkan diri dan berkata, “Saya melihat kursi kosong ini, saya kira Bapak sudah tahu kalau saya akan datang.” “Oo, kursi itu,” kata si Bapak, “Maukah anda menutup pintu kamar itu ?” Sambil bertanya-tanya dalam hati, Pendetapun menutup pintu kamar. “Saya mempunyai sebuah rahasia, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan putri tunggal sayapun tidak tahu,” kata si Bapak. “Seumur hidupku saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya pernah mendengarkan kotbah Pendeta tentang bagaimana caranya berdoa, tapi semuanya itu berlalu begitu saja dari kepala saya.” “Semua cara sudah saya coba, tapi selalu gagal,” lanjut si Bapak, “Sampai pada suatu hari, tepatnya 4 tahun yang lalu, seorang sahabat karib saya mengajari suatu cara yang amat sederhana untuk dapat bercakap-cakap dengan Yesus.” “Dia mengajari saya begini: duduklah di kursi, letakkan sebuah kursi kosong di depanmu, lalu bayangkan Yesus duduk di atas kursi tersebut. Ini bukan hantuNya lho, karena Ia telah berjanji “akan senantiasa besertamu”, kemudian berbicaralah biasa seperti halnya kamu sedang bercakap-cakap dengan saya saat ini.” “Sayapun mencoba cara yang diberikan teman saya itu, dan sayapun dapat menikmatinya. Setiap hari saya melakukannya sampai beberapa jam. Semuanya itu saya lakukan secara sembunyi-sembunyi, agar putri saya tidak menganggap saya gila kalau melihat saya bercakap-cakap dengan kursi kosong.” Si Pendeta sangat tersentuh akan cerita Bapak itu, dan memberi dorongan agar si Bapak tetap melanjutkan kebiasaan berdoa tersebut. Setelah berdoa bersama, dan memberinya Sakramen Perminyakan, Pendeta pun pulang. Dua hari kemudian, si gadis memberitahu Pendeta kalau ayahnya telah meninggal tadi siang. “Apakah ia meninggal dengan damai?” tanya si Pendeta. “Ya, waktu saya pamit untuk membeli beberapa keperluan ke toko siang itu, ayah memanggil saya dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai saya, lalu mencium kedua pipi saya. Satu jam kemudian, pada waktu saya pulang dari berbelanja, saya mendapati ayah sudah meninggal.” “Tapi ada suatu kejadian yang aneh waktu ayah meninggal. Ia meninggal dalam posisi duduk diatas tempat tidur dengan kepala tersandar pada kursi kosong yang ada di sebelah tempat tidur. Bagaimana pendapat Pendeta?” Sambil mengusap air matanya, Pendeta pun berkata, “Saya berharap kita semua kelak
dapat meninggal dengan cara itu.”
Semut dan Lensa Kontak Brenda seorang wanita muda yang diundang untuk mendaki gunung. Meskipun pada prinsipnya ia takut setengah mati, ia pergi juga dengan kelompoknya mendaki tebing granit yang curam. Dengan perasaan kuatir, Brenda menaruh gear, mengaitkannya pada tali, dan mulai memanjat tebing itu. Tidak berapa lama ia menemukan pinggir karang dimana ia dapat menarik napasnya. Ketika ia sedang tergantung disana, tali keselamatannya menyentak mata Brenda dan membuang lensa kontaknya. Tinggallah ia pada pinggir jurang, dengan jarak ratusan kaki kebawah dan ratusan kaki keatas. Ia mencari dan mencari, berharap lensa kontak itu mendarat di pinggir jurang itu, tetapi tak ditemukannya. Jadi disinilah dia, jauh dari rumah dengan penglihatannya yang kabur. Dia sangat putus asa dan bingung, sehingga ia berdoa kepada Tuhan meminta Tuhan menolong dia menemukan lensa kontaknya. Ketika pada akhirnya ia sampai di puncak, seorang teman memeriksa matanya dan pakaiannya kalau-kalau ada lensa kontaknya disitu, tetapi mereka tak menemukannya. Brenda duduk dengan putus asa, bersama dengan teman-temannya yang lain mereka menunggu sebagian kelompok mencapai puncak. Brenda memandang jauh melampaui bukit-bukit, memikirkan ayatayat Alkitab yang terdapat dalam II Tawarikh 16:9 …… mata TUHAN menjelajah seluruh bumi …..” Brenda berpikir, “Tuhan, Engkau dapat memandang seluruh gunung. Engkau mengenal seluruh batu dan daun, dan Engkau tahu dengan persis dimana lensa kontakku. Tolonglah saya!. Akhirnya, mereka berjalan mengikuti jalur kebawah. Di dasar ada sekelompok pendaki baru memulai pendakian mereka. Salah seorang dari mereka berteriak, “Hei, kalian semua, adakah seseorang kehilangan lensa kontaknya?” Wah, itu suatu yang cukup mengagetkan, tetapi anda tahu mengapa si pendaki melihat itu? Seekor semut sedang bergerak perlahan mendaki tebing itu, membawanya! Brenda menceritakan kejadian ini pada ayahnya seorang kartunis. Mendengar cerita ini ayahnya membuat gambar seekor semut memikul beban lensa kontak sambil berguman, “Tuhan, Aku tidak tahu mengapa Engkau menyuruh saya memikul hal ini. Aku
tak dapat memakannya, dan tambahan lagi itu sangat berat. Tetapi karena inilah yang Engkau inginkan aku lakukan, aku pikul ini untukMu.” Beberapa dari kita kadang bertanya pada Tuhan, “Tuhan, aku tidak tak tahu mengapa Engkau menginginkan aku menanggung bebanku saat ini. Aku tidak melihat alasan kebaikan dibalik semua itu, selain itu beban yang kupikul ini ternyata sangat berat. Tetapi, kalau Engkau meminta aku memikulnya, aku akan melakukannya.” “Tuhan tidak memanggil orang yang memiliki kualifikasi, Tuhan justru memberikan kualifikasi kepada yang tak memilikinya untuk suatu pekerjaan yang Tuhan inginkan dia lakukan. ”
Kisah Ikan Kecil Pada suatu hari, seorang ayah mengajak anaknya duduk-duduk di tepi sebuah sungai. Berkatalah sang Ayah, “Lihatlah sungai itu, tahukah kau nak kalo air itu begitu penting bagi kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.” Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan ayah dan anak tersebut. Ia mendadak menjadi sangat gelisah dan ingin tahu apakah air itu, kenapa oran tadi mengatakan air sangat penting dalam kehidupan ini. Seberapa pentingnyakah air itu? Lalu ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu apa itu air dan dimanakah aku dapat menemukannya? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.” Ternyata semua ikan yang ia temui tidak mengetahui di mana air itu. Si ikan kecil itu pun menjadi semakin gelisah. Lalu ia berenang menuju sebuah mata air untuk bertemu dengan seekor ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu, Ia menanyakan hal serupa, “Katakanlah, dimana air itu? Agar aku tidak lagi gelisah dan mati.”
Jawab sang ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, sebenarnya air itu telah mengelilingimu sejak dahulu, sehingga kamu bukan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar anakku, tanpa air kita akan mati.” Apa arti cerita tersebut bagi kita? Kita kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampaisampai dia tidak menyadarinya. Kehidupan dan kebahagiaan sebenarnya ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita. Karena saat ini adalah saat yang tepat untuk berbahagia. Saat untuk berbahagia dengan keluarga kita, temanteman kita, dan setiap orang yang ada disekitar kita.