JADWALACARA Seminar International dan Workshop Pendidikan Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai SPS UPI Rabu, 6 Oktober 2010
Rabu, 5
Oktober 2010
07.@ - 08.m 08.00 - 08.30
08.30
- 10.00
10.00-10.15 10.15
- 12.00
12.OO- 1:}30
13.30- 17.10
Registrasi ulang Pembukaan Key Note Speaker:
Profl Dr. H.Sunaryo l(artadtnata, M.Pd "Terobasan Penataan Pendidikan Karakter di LPTK" Materi 1: Prof- Madya llr. trYan-Ha$rul Wan Mamat "Model Pendidikan Karakter di Sekolah, Rumah dan Masyarakat di Malaysia" Materi 2: Dr. Fadlil Yani Ainunsyamsi, M-Ag. qModel Pendidikan Karahe.r di Jepangl' Coffe break Materi 3: Dr. DIah l{arlantl, M.Psi. "Model Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa" Materi 4: Prof. Dr. ll. Soryan Sauri, M.Pd. "Pendidikan Karakter di LPTK" Sholiskan Kelas Paralel
Froeeeding 5er-ninar
6 Oktober 2010, hal: L44 1.St ISBN : 97 8-602-98429-0-6
international dan Workshop pendidikan
Prograrn Studi Pendidikan Umum dan Nilai SpS Upl
PENGEMBANGAN MODEL PEMBINAAN KEPATUIIAN PESERTA DIDIK TERTTADAP N0RMA SEKOLATT; studi AwaI di sMA Korpri Banjarmasin Sarbaini
ABSTRAK. The research is preliminary-stu_dy to purpose of exploration-to the develop of buitding model of student obedience ro school norm in sMA KqRPRI Bania'maiin wii oideing of school climaie and ,ttitude or behavior of teacher rowarrl students" This research background^is because of rtisobiiince toward law, culture and tradition roin* happened in li'ne across of hfe, so it wories of more powerful disobedience lo students. Th" R"r"orrh method is qualitative with cb-sertation' interview, and-do-cument sndy data o7 rcrnniqu". Research finding shows the clevelop of fir _collect building model o-f student obedience base ti ion""pt about obeiience ai,l clisobediece of stuclents personal cotegory; ordeing of school climate.include-physical organize to giveforfree space to activity and expression; setting of class position not base class ordering, but oientafi;n nward-orderliiess, tranquillity, respectJul, responbility and example af conduct; every where befound of banners and wites give aboutfaith,'lakwa, nobei morals, achievement, creotive, innovative, outonomous, and discipline; sets of tools to iiit"Tor rirr, ,llror, orderly, ora geranar r";ect of conduct. Attitude or counduct of teachers link to program_med-actioi (action of daib,, wssl(1r, monthly, and yearly) ancl accidental (cooperation with rocar com*uniity, handre o.f casus and give ri sanction)
Key words: Building, Obedience, Student, School Norms. Penelitian ini rnentpakan st-udi owal yong bertuiuan^untuk mengeksplorasi pengembangan model pembinoan kepatuhan peserta terhadap norma sekolah di sMA K)RPRI Banja*rasii penataon iktim sekolah dan sikap atau perilaku ^eialui guru terhadap siswa' Latar belakang penelitian ini kirena ketidakpatuharn terhadap notma hukum, buiryo dan rradisi telah leriadi di semua lini kehidupan, sehingga tlikhowatirkan ketiiakparuhan afuin lebih -"r"trt poi|pesertu didik di sekolah' Metode penelitian adalah penelitiin kualintif dengan observasi, wowancara dan studi dokumenter sebagai teknik pengurnpul data. Hasil penelitian menun-iukkin p"ig"*borgm mo,del pembinaan kepatuhan berbasis pada konsep tentang kategoi pribadi.peserra ditlikying patu-h din tidak*patuh, penataan iklim seiolah melipuri penaroon 'fisik memberi ruang kebebasan bergerak dan bereispresi; ratunan posisi kelas tidok beraratan menutar tingkatan kelas tetapi pada norma ketertiban, kelenteramor, p"ngior-atan, nn{gung iowaib dan keteladanan perilaku; pada setiap iempat terdapot beberapa .spanduk, tulisan yang memuat niloi-moi[-norma iman, takwa, aihlak mulio, prestasi, kreotif inovati'f, mandii dan rtisiplin; peralatin yang mengundang untuk berperilaku rapi, bersih, tertib, dan menghormati gender' sikap atau perilaku gtru berkaitin denlan tiniakon terprogram (kegiotan hafian, mingguan, bulanan' dan tahunan) dan tindakan insenienral (keria samaTrrgo, *,oryooulror, pe,anganan kasus d.n pentberion .sanksi). Katu kunci: Pembinaan, Keponrhan, peserta Didik, Norma Sekolah.
A' Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membantuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bernrjuan untuk berkembangnya potensi p"r".tu didik' agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,-berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (pasal 3 uU SPN Tahun 2003). .j Luhur r --,---. (iman, ,. Dari 10 Nilai takwa, akhlak mulia, sehat, sehat, berilmu, cakap,
nilai kepatuhan kepada huk-um dan ketertiban. Nilai demokrasi jelas tidak bisa beq'alan baik
kecuali terdapatnya karakter pribadi yang patuh dan respek pada hukum dan ketertiban publik.
Namun saat ini, terlihat
demokrasi
cenderung disalahpahami kalangan ;;;;il;; sebagai demonstrasi massa dan berbagai bentuk unjuk rasa lainnya" sehingga memunculkan isilah,,demo_craxy.,.Juga, kebetra;'*#;;; disalahartikan sebagai "kebebasan tanpa aturan,, (lawlessness freedom) dan tanpa kepatuhan
kepada hukum. Hasilnya seperti yang terjadi ketanyakan di musyurukai adalah anarki. Anarkisme bukan hanya mencederai, tetapi
kreatif, mandiri, demokratis,bertanggungiawab) bahkan 1"1u, b..t.rtu'gun d.r;;; demokrasi. seb'agai Moralitas yang hendaknya dibentuk oleh Sehingga salah satu persoalan yang dihadapi Fendrdikan Nasional, khususnya Pendidikan bangsi- Indonesia adalah perilaku masyarakat Urnum'4rlilai adalah nilai demokratis' Nilai moral yun! d.rrgun ringannya rn"lu.rggu. t uidah-kaidah clemokrasi menurut Unesco-Apnieve (1998) etis--norm"atiq tradisi, bahkan hukum formal ariallah terdiri dari Respect for Law and orcler, (Kompas, 2ota9),dan ini hampir ,.4udi di ."-uu Discipline, Respect for Authority, Mutual trust. lini kehidupan. I)apat dikatakan dasar nilai demokrasi itu adalah
1.44
Sarbaini
t-151
Pengembangan Model pembinaan Kepatuhan peserta
r0-6 B, Permasalahan
Fenomena demikian mengindikasikan masih dianutnya nilai-moral dan perilaku !*y" tidak demokratis, khususnya nilai-moral dan perilaku yang tidak mematuhi hukum dan ketertiban ((Jnre sp ect/Dis ob edience for Law and Orde). Jika dibiarkan belarut-larut, akan
memberikan dampak negatif terhadap generasi
tience to " toward Dened in
'irc with telop of ategory; o-f class
erample creatiye, conduct.
rly) and
muda, bahkan
perilaku n tradisi r didik di sebagai sis pada )enatoon 'an kelas
'rib,
dan tngguan,
'ntberian
dan
2009/2010
di SMA KORPRI
Banjarmasin
menunjukkan adanya fenomena ketidakpatuhan, dalam aspek kerajinan, kelakuan dan sikap,
kerapian, dan ketertiban.
Hal demikian menarik untuk dikaji bagaimanakah pengemb-4ngan model pembinaan kepatuhan peserta didik terhadap norrna sekolah Banjarmasin? pertanyaan
demikian dapat dirinci permasalahan, yaitu
I.
lagi pada
urp"k
:
Bagaimanakah konsepsi peserta didik yang dianggap sebagai pribadi yang paruh kepada noflna sekolah menurut kepala sekolah, para guru dan peserta didik ? Bagaimanakah iklim emosional sekolah ditata dalam membina kepa.tirhan peserta didik
2.
terhadap norna sekolah
?
3. Bagaimanakah sikap dan perilaku
yang
dilakukan guru dalam membina kepatuhan
peserta didik terhadap norma sekolah?
C" ";;;;baik an
tentang adalah paham
peraturan, dan tidak mematuhinya peserta didik terhadap norna di sekolah. Karena data tahun
la setiap prestasi,
atau
keliru
demcikrasi, yakd demokasi kebebasan yang menegasikan hukum
di SMA Korpri
,patuhan
memperkuatnya,
terbentuknya pemahaman yang
Beberapa teori yang menjadi landasan pengembangan model pembinaan kepatuhan peserta didik terhadap norma sekolah adalah teori psikoanalitik, behavioristik, traits, perkembangan
g patuh
kognitif dan holisitik (Mulyana,
sedangkan pendekatannya adalah pendekatan
terladi anarki. tetapi nokrasi.
lihadapi tvarakat r-kaidah
formal
i semua
psikoanalisis, teori-teori belajar
145
persetujuan, teori keadilan dan teori kehendak umum (Raphael, 1993:17 5-197).
Pembinaan kepatuhan peserta didik kepada norma di sekolah dilakukan melalui model pendidikan umum/nilai dalam konteks pendidikan persekolahan, dieksplorasi dari penataan iklim sekolah dan perlakuan guru terhadap peserta didik. penataan iklim sekolah seperti konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran, telah memberikan
sumbangan yang berharga terhadap pencapaian
hasil akademik siswa (enderson,l9g2, ialam Gallay dan Pong, 2004); lingkungan sekolah yang teratur, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang positif, penyertaan aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif ternyata memiliki. korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa (Stock-a a* Mayberry,l99Z, dalam Gallay dan pong, 2004; berkontribusi positif terhadap pencapaian hasil non akademik, seperti pembentukan konsep diri, keyakinan diri, dan aspirasi (Brookover it ul., 1979; McDill & Rigsby, 1973; Mitchell, 196g; Anderson, 1982 dalam Gallay dan pong, 2004). Hubungan arfiara siswa dan guru, yang ditenfukan oleh perlakuan guru terhadap siswa,
oleh siswa terhadap guru tertentu, oleh stereotip budaya dari guru sebagai kelompok, dan oleh
teknik mengajar serta kedisiplinan yang
digunakan, akan mempengaruhi sikap siswa terhadap mata pelajaran. (Hurlock, 1976); guru berperan daiam mengembangkan p"r u* 1un emosi yang melahirkan nilai, sikap, dan tingkah Iaku yang baik bagi seseorang dan masyarakat
(APEID, 1992.83, dalam Mulyana,
Tinjauan Teoritis
blik. mokrasi ivarakat bentuk ncuikan nderung aruran" patuhan
Didik
20A4,
dan
teori
perkembangan kognitif (Downey dan Kelly: i982), namun disesuaikan dengan kepribadian rnanusia Indonesia yang berbasis nilai keruhanan dan nilai budaya lokal Indonesia.
Kepatuhan sebagai kewajiban moral dan
kewajiban politik dalam mematuhi undang-
undang Negara dalam pelaksanaalmya sebagai nilai moral demokrasi amat ditentukan ol-eh
sistem demokrasi yang dianut dalam suatu Negara. Kepatuhan sebagai nilai moral demokrasi yang dilaksanakan dalam suatu
Negara dan dipraktekkan oleh warga negaranya -praktis ditentukan
nilai ideal, konseptual dan yang yang dianut dan dipraktekkan. Nilai
kepatuhan berbasis pada landasan agama (Al Baqarah:285; AI Imran:132; ltl Anfal:i0 dan Al Imran:17), dan landasan teoritis, yaitu teori
Proceeding Seminar lnternational dan Workshop pendidikan Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai SpS Upl
2002),
berlangsungnya "pertemuan intensional,, suatu "pertemuan" makna-makna esensial yang
dirasakan penting
oleh guru dan ,i.*u
(Soelaeman, 1988:23).
D. ilIetode Penelitian Pelaksanaan penelitian
berbasis
pendekatan kualitatif (eniSnya) atau naturalistik (prosesnya) dengan tipe penelitian studi kasus (observational case study) pembinaan kepatuhan
terhadap nonna ketertiban di SMA KORPRI Banjarmasin, denglm cara deskriptif analitik,
berupaya menggambarkan keadaan yang sedang
berlangsung pada saat penelitian aitatcutan
berdasarkan fakta yang ada, dengan kajian yang mendalam dan terfokus, serta menggunakan berbagai teknik penelitian ilmiah, seperti observasi, wawancara, studi dokumentasi dan
foto.
E. 1.
Hasil Studi AwaI Konsepsi Peserta
Didik
sebagai pribadi
yang Patuh terhadap Norma Sekolah
"Peserta didik sebagai pibadi yang patuh terhadap norrna sekolah menurut
6 Oktober 2010, hal:
144-15L
ISBN : 97 8-602-98429-A-6
Sarbaini
Pengembangan Model Pembinaan Kepatuhan peserta Didik
kepala sekolah, para guru dan siswa qdalah : pribadiyang berperilaku sesuai dengan prosedur yang berlalru di
biru; lantai dasar lapangan basket ball, merah hati. Sehingga suasana (auara) sekolah berwarna warni, meskipun yang
dominan adalah coklqt
sekolah, yaitu sesuai dengan tata tertib dan tata lrrama sekolah, melaksanakqn apa yang ditetopkan oleh peraturon sekolah dan dipenuhi olehnya, serta
mematuhi dengan sendiinya,
spanduk yang berisi pesan-pesan yang mengajak untuk mematuhi nilai-moralnorrna. Papan informasi antaro lain
dan
terletak;
dan sikap-sikap yong
depan kantor guru, di depan koidor lorong di kelas, di kantin dekat pintu, di depan pintu kelas, di dinding luar beberapa kelas, di dinding dalam di depon
Membina Kepatuhan Peserta Didik
di depan perpustakaan; Menaruh cermin besar di samping pintu kelas, agar
Terhadap Norma Sekolah
iklim
kelas,
emosional sekolah
diorientasikan kepada suasana lingkungan yang
setiap orang yang mosuk kelas sudah memperhatikan nilai kebersihan dan kerapian penampilannya; Menernpatkan kursi panjang di sepanjang kelos, agar peserta didik pada jam istirahat keluar
mengacu kepada nilai-moral-norma Iman, Takwa, Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Kerindangan,
Keindahan,
Kesehatan,
Kekeluargaan, dan Kenyamanan, sehingga melahirkan iklim emosional yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Data penataan situasi
dai
norrna ketertiban, keamanan
sehingga terbentuklah I ingkungan sekolah
diberi tugas untuk memelihara
tanaman
hias yang berada di halaman depan kelas masing-masing; Mewarnai lingkungan sekolah dengan worna tertentu, seperti
warna dinding kelas coklat kekuning_ kuningan, hijau, htjau muda; papan informosi, nama sekolah, merah, hiram, Proceeding Serninar lnternational dan Workshop pendidikan Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai SpS Upt
dan
ketenangan; Penempatan WC terpisah qntara peserta didik putra dan putri. 3
buah lYC putri di sebelah Timur dan 4 buah WC putra di sebelah Barat,
bermaloru pesertq
didik
bersikap
mematuhi nilai-moral-norma demokratis
ketertiban,
yang asri, teduh dan rindang. Tiap kelas
sekolah,
mengundang untuk bersikap mematuhi
yalrni kesetaraan gend er "
ketenteraman, penghormatan kepada
kelas XI-IPA berdampingan dengan kelas XII-IPA, dan kelas XI-IpS.2 berdompingan dengan kelas XI-IPS3; Menanam pohon dan tanaman hias di halaman kelas masing-masing dan di halaman sekolah,
berbelanja ke kaytin.
tidak mengganggu iklim
penempatan yang tidak mengganggu ketenangan dan kebersihan di sekolah; Menata ruang kelas yang berbeda dari tatanan urutan kelas konyensional, yang biasanya berdasarkan uratan. penataan urutan kelas tidak berdasarkan urutan tetapi beroientasi pada terbentulotya sikap bagi peserta didik untuk mematuhi
kakak kelas dan memberikqn keteladanan podo uilik kelos, misolnyo qntoyq ke\os X2 dsn X-3 terdapat kelas XII-IpS.1, antara kelas X-4 dan X-5 terdapat kelas XII_ IPS.2, kelas X-| berdampingan kelas X_l,
jika tidak
untuk bersikap mernatuhi norrna kebersihan; Tempat parkir yang tertib dan
kebebasan kepada peserta didik untuk bergerak, beresltpresi dan melepaskan lelah aku berbelanja di kantin i"rgon
nilai-moral-norma
kelas,
Hal ini berkaitan penciptaan kondisi untuk penanaman sikap rnematuhi norrna ketertiban, keamanan dan kesehatan; Menempat tempat sampah dan sapu di depan pintu setiap kelas, mengundang
iklim sekolah dilakukan antara lain berdasarkan observasi dan studi dokumentasi peta sekolah; "Menqto bangunan fisik sekolah dengan memberi ruang yang memberikan
'
di depan
dan di dinding kantor kepala sekolah, di
dan aktifdalam kegiatan sekolah" Penataan Iklim Emosional Sekolah Dalam
Penataan
di pintu gerbang sekolah, di
samping pintu gerbang sekolah,
menunjukkan tidak membuat hql-hal yang di luor batas kewajaran sekolah
2.
kekuning-
kuningan; Memqsang papan informasi dan
terlihat dalam kesehqriannya, pada cara
berpakaian
1,46
3.
Sikap dan Perilaku Guru Dalam Membina Y'epatuhan D eseta Didik T er\adap Norma
Sekolah Sikap dan perilaku guru dalam membina kepatuhan peserta didik terhadap .norna sekolah diperoleh datanya selama observasi, dan melalui wawancara dan studi dokumentasi. a. Sikap dan Perilaku yang berkaitan dengan Tindakan Terprogram I ) Kegiatan Harian, di antaranya:
"Guru menugaskan, mendampingi
dan menyertai pesertq didik melqksanakan
piket kebersihan lingkungan sekolah dilakukan oleh dua kelas bergantian
setiap hari, dilakukan selama 15 menit dengan kegiatan menyapu dan membersihkan lingkungan sekolah; Sebagian guru yang bertugas sebagai pengawas harian dan pengelola kantin
6 Oktober 2010, hal:
144-1,51 ISBN : 97 8-602-98429-0-6
:arhaini
Pengembangan Model Pembinaan Kepatuhan peserta Didik
(6 buah) ikut serta membersihkan pada pagi hari dan siang hari, setelah peserta
pengumpulan donasi untuk siswq tidak mampu, kultum.
didik pulang sekolah; l{ali kelas dan
Kemudian kepala sekolah memberikan nasehat don himbauan, sertq peingatan
guru memonitor dan menilai binerja petugas kebersihan kelas, dinilai setiap
hari, minimal I kali. Penilaian ini
bagi yang melanggar maupun yang mencobs mau melanggar noftna sekolah, dan penutup. Pada beberapa Jum'at tertentu,
merupakan bagian dari Gerakan Bersih Sekolah, jika terdapat kekotoran,
diberikan sanlcsi dengan indikator pelanggaran berdasarkan skor tertentu. Setiap bulan akan diumumkan kelas yang memperoleh skor tertinggi sebagai kelas terbersih dan kelas terkotor, dan diberikan hadiah tertentu kepada kelas dan pesertq didik; Setiap guru di kelas
"
Setiap
Hari Senin, diadakan
setelah selesai kepala sekolah
membeikan nasehat dan himbauan, serta peringatan
'bagi yang melanggar maupun yang mencoba mau melanggar
upacara
"Dalam persiapan upacara bendera, peserta didik ditata oleh guta
nonna sekolah baru dilanjutkan acara bersih-bersih lingkungan,
kerapian dan ketertiban untuk mengikuti upacara. Peserta didik
dengan pembagian berdasarkan
blok lokasi yang
dibersihkan ditugaskan bersama para guru dan kepala
dan kelas yang
yang tidak lengkap seragam upacara, langsung dihimbau untuk membentuk kelompok sendiri di hadapan peserta
upacara dikenakon
sekolah. Jika penataan parkir sepeda motor dilihat tidak
setelah sonksi,
teratur, karena
membersihkan lingkungan sekolah dan mendapatkan skor hukuman.
Pada acctra pembina memberikctn amanatnya, materiry,a adalah penilaian terhadap kelas yang melakukan upacaro dari aspek kerapian, kesungguhan dan kekompakan (kelompok penaik
bendera, kelompok penyanyi, protokol, pembaca doa, dan komandan). Selain penilaian,
pembina upacara juga memberikan
nasehat, himbauan untuk mematuhi norrna sekolah, terutama menurunnya kepatuhan pada nonna
teflentu" Setiap Hari Jum'at
b)
(l) "Minggu I dan 3 pada setiap pagi Jum'at, dilaksanakan kegiatan Busona Muslim dan IMTAQ, yalmi peserta didik putra diwajibkan memakai baju koko dan putri memakai busana muslimah, sebelum masuk
kelas
sekitar 15 menit, dilaksanakan Jum' at Imtaq. Acaranya terdiri dari pembukaan, pembacaan
surah Yctsin,
: - :eding
dianggap
pagi Jum'at, diwajibkan pakaian olahraga dengan kegiatan senam pagi, dan,
bendera.
upacara umltmnya Can
motor yang
(2) "Minggu 2 dqn 4 pada setiap
Kegiatan Mingguan, di antaranya:
a)
dilanjutkan aksi kebersihan, dan penataan parkir sepeda
mengganggu lalu lintas siswa di area parkir"
pada jam pertama memonitor kegiatan Tadarus Al Qur'an selama 15 menit, hasilnya diparaf guru dalam buku Aktifitas Keagamaan"
l)
147
shawalat,
. ",nai' lnternational dan Workshop pendidikan ' ,..u, Studi Pendidikan Umum dan Nilai SpS Upl
mengganggu
lalu lintas siswq di areo parkir, maka siswa pemiliknya diminto menatanyo secara teratur, Jika
masih tidak teratur,
c)
sepeda
motor yang
bersangkutan
dikempesi bannya.
"
Setiap Sabtu
"Setiap Sabtu, khusus untuk siswa kelas X diwajibkan hadir di sore
hari jam i,5.00 WITA,
untuk
kegiatan Pramuka. Jika rumah jauh diminta tidak pulang, dan membawa mtakan siang, dan disediakan tempaf isfirahat di Sanggar Pramuka. Jika tidak
hadir dalam kegiatan itu, maka siswa akan dikenakan. sanksi
berupa denda dalam bentuk uang.
Dalam kegiatan pramuka ini, fokus kegiatannya adalah kegiatan bais berbais, dan kegiatan pramuka lainnya " 3) Kegiatan Bulanan
a) "Penilaian kelas terbesih
dan
terkotor. Pada setiap bulan pada minggu pertama dalam upacara
bendera, diumumkan hasil 6 Oktober 2010, hal: L44
-
1.51
ISBN : 97 8-602-98429-0-6
Sarbaini
Pengembangan Model Pembinaan Kepatuhan Peserta Didik
penilaian kebersihan kelas-kelas berdasarkan penilaian guru yqng
para orang tua siswa
mengajar di kelas, hasilnya berupa
silaturahmi antqra SMA KORPRI ( kepala sekolah, para wakil dan daoan gunt) dan orang tua, dengan acara khusus Sosialisasi visi, misi dan tata tertib sekolah. Tujuan dai
dan Kelqs Terkotor.
"Dilaksanakan berbagai kegiatan ekstralrurilrulum, ada yang bersifot wajib dan yang berdasarkan minat
kegiatan ini selain memperlruat ikatan kerja sama antara sekolah dan para orang tua, juga agar
dan hobby. (1 )Wajib- Setiap p eserta didik kelas X yang bqru, setelah dua bulan tahun ajaran befalan, semua diwajibkan untuk mengikuti
minggu sekolah, pada setiap sore
dalam merealisasikan visi, misi, dan menegakkan tata turtib
hai
Minggu diadakan kegiatan kemah pramuka. Selanjutnya setiap bulqn sekali pada setiap sore Sabtu, khusus dilaksanakan
kegiatan pramuka.
sekolah."
c) HUT Gugus Depan
Kegiatan
kegiatan unggulkan SMA KOfuPN
Banjarmasin, sebagai puncak aktualisasi kegiatan pramuka di
kegiatan unggulan dan pembentuk dan
sekolah, selain melalcsanakan kepramukaan, juga
norrna dasar kedisiplinqn dan citra
positif SMA KOfuPN; (2) Sesuai Minat dan Hobby. Setiap tengah bulanan dilaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan hobby masing-masing, yang disusun setiap hai, dengan
ke t eramp
masing-masing, kegiatan itu antara lain, adalah olahraga (basketball, futsal, volleyball, tenis meja, bulu
tangkis), musik, puisi,
dance (cheerleader). Kegiatan ini bersifut
dilersiJihosi don berogom sesuai dengan kebutuhan, minat dan hobi peserta didik"
4)
kepramukaan
berlatih kegiatan
menguji
i I an
yang telah dilatih
ini
tahun
dikenalkan norma sekolqh kepada peserta didik khususnya tata tertib
sekolah, dilakukan pada waktu qwal masuk sekolah. Naskah tata tertib sekolah dibeikan kepada peserta didik yang baru masuk, kernudian dijelaskan dalam masa orientasi masa pengenalan sekolah
(MOS), diminta untuk dikopi dan diberikan kepada orang tua untuk dilanda tangani sebagai tanda kesediaan orang tuq dan siswa mematuhi tata tertib sekolah- Tata tertib sekolah juga ditempelkan di samping pintu masuk pada masingmasing kelas"
b) Sosialisasi Visi, Misi dan
Tata Tertib Sekolah Kepada Orang Tua Siswa. "Setelah MOS berakhir,
Proceeding Serninar I nternational dan Workshop Pendidikan Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai SPS UPI
pemuh
mahtq nilai kedisiplinan, kaertiban, kerapian dan ket
d)
eratur an s ert a kep at uh an
"
Upacara Adat Tradisi Pelepasan Siswa "dilal<sanqkan melibatkan para orang tua dan salah kiat yang membuat lulusan tidak melakukan cksi coret-corel pakaian seragsm
dan konvoi di jalan setelah kelulusan. Selunth kegiaran paduan antara acara formal,
budoya dan disiram
Kegiatan Tahunan, di antaranya:
a) MOS. *Pada setiap
il on-ke t eramp
selama ini. Kegiatan
jadwal
ekstrqkurikuler
Pramuk4
"menyalurkan siswa ahivis pramuka merupakan salah satu
promuka merupakan salah satu
ikon spiritual nilai-moral
b.
orang tua mengetahui.,. dan memahami visi, misi, tata tertib sekolah, juga ikut berpartisipasi
kegiatan pramuka, selama I dan
diundang acaro
untuk hadir dalam
diumumkannya Kelas Terbersih
b)
1,48
tradisi
afr
oleh pemadam kebakaran- Acara formal sesuai dengan petunjuk dinas pendidikan berupa acara pelepasan
siswa berupa
terhadap bendera,
penghormatan janji putera-
putei Indonesia sqmbil
memegang
bendera, pelepasan
atribut-
Berbeda dengan sekolah lainnya, dalam acara ini siswa melepaskan baju seragam dan ditaruh dalam
kotak, hasilnya
disumbangkan
kepada siswa yang tidak mampu.
itu acara tradisi budaya, siswa satu persatu dimandikan oleh orang tua/wali, kemudian para wali kelas dmgan air tujuh kembang Setelah
setaman (bamandi-mandi).
Sr'swa
yang telah mandi kemudian disembur dengan air oleh mobil
pemadam kebakaran. Akhirnya
6 Oktober 2010, hal:
144-L51
ISBN : 97 8-602-98429-0-'6
?rt 5e Frr
Sarbaini
L48
Pengembangan Model Pembinaan Kepatuhan peserta Didik
lang
tanda kelulusan diberikan kepada
caro
orang tua, sementara parq siswa
,RI (
bermain-main bersama-sama temannya ssmbil disembur dengan air oleh mobil pemadam kebakaran. Akhirnya pqra siswa kelelahon dan pulang bersama
dan
lgan
misi
dari kuat olah Tgar dan Trtib
orang tua/walinya,,
b.
Sikap dan Perilaku yang berkaitan dengan Tindakan Secara insidental,
I) Kepala Sekolah, beberapo
guru bersama peserta didik putra kelas XI
posi
melaksanakan Sholat Jenazah, jiko terdapat warga di lingkungan komptek
nisi"
trtib
perumahan sekitar SMA ,t-^ lAd.
meninggal dunia
2) Sanksi
cok
upacara).
j) Penanganan kasus
pelanggaran
sebagai sikap tidak mematuhi norrna
sekolah, penyelesaian
i;,t
selalu siswa, baik
melibatkan arang tua ingan maupun berat, tidak hanya
s3n
i.;r
sebagai mitra tetapi sekaligus sebagai penentu keputusan terhadap apa yqng
dilakukan terhadapnya
,i; i:
dalam pembinaan peserta didik. Guru hanya memberikan pandangan dan alternatif, misalnya- Umumnya para guru setelah
Crt:
iai:
memberikan sanksi kepada peserts
-il
didik, para guru
-.
kemudiqn "mambisai" atqu "mamusuti" (bahaso
1i,
Banjar, artinya membujuk
atau membelai-belai dengan lembut), yalcni menasehati dengan maksud agur
: i:-i
r:
yang
selama wahu pelal<sanaan upctcarq, agar merasakan bagaimana mengikuti
Tuii
i:
didik
berdasarkon poin, juga berupa denda uang dan material serta hukuman (dijemur karena tidak ikut upacqra,
dt
Tiih tlon
liiii
kepada pesertq
dmelakukqn pelanggaran terhadap nonna sekolah .selain dilakukan
PR]
t:tli
KOWN yang
mesjid atqu di
mushola.
ln ls
iatlt
di
peserta didik menyadari dan memahami diri dan lingkungannya maupun menurut norrna agama, bahwa
perbuatannya itu salah dan membawa
akibat buruk baginya,
kadangkala
menyebobkan peserta
didik ado yang menangis. Llntuk peserta didik yang
t49
tentong kondisi anaknya
serta
disarankan untuk pindah seiolah tain.
F.
Diskusi
Secara umum sikap dan perilaku guru dalam membina kepatuhan peserta didik terhadap
nonna sekolah beragam, tergantung pada karakter guru masing-masing, tegas, lembut, akrab, namun umurnnya diterima oleh peserta didilg kmena dilandasi oleh tugas, kewa3iban,
tanggung jawab dan panggilan hati seorang guru.
Apalagi sebagian besar peserta didik sebagian besar berasal dari kalangan status sosial bawah, dan beberapa di antaranya adalah yang tidak diterima di SMA Negeri, sehingga para guru mengupayakan mereka menjadi pribadi yang patuh, baik dan pintar. Oleh karena itu, para guru merasa tidak enak di hati dan tidak nyaman melihat kalau ada peserta tlidik melakukan perbuatan melanggar norna sekolah,sebab tugas guru bukan hanya mengajar dan mendidik. Sikap dan perilaku guru dalam memberikan tindakan penghargaan maupun
hukuman bertujuan agar menjadi baik dan
mendidikpeserta didik yang tidak paruh, kapok untuk dirinya sendiri dan menjadi contoh yang
agar jangan melanggar, namun mendorong timbulnya rasa tanggungiawabnya dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri. pemberian penghargaan dilakukan untuk menghargai kerl'a sama, semangat kompetitif, kreativitas dan inovasi peserta didik secara pribadi maupun kelompok, misalnya- kelas terbersih dan prestasi
dalam bidang akademis dan non akademis, semuanya pada gilirannya menumbuhkan
partisipasi dan kerja sama
dalam
mengembangkan nilai-moral-norma yang dipatuhi bersama oleh warga sekolah.
Pribadi peserta didik
yang
patuh
terhadap norma sekolah sebagai hasil model pembinaan yang dilakukan, sebenarnya tidaklah datang dengan sendirinya, tetapi hasil kerja sama semua pihak, kepala sekolah, para guru,warga
sekolah, peserta didik sendiri, khususnya dukungan orang fua. Sekolah tidak hanya memberikan lingkungan dan suasana iklim emosional yang kondusif agar pribadi peserta didik yang patuh pada norna sekolah, dapat tumbuh dan berkembang, tapi sekolah juga
termasuk "langganan", dipanggil
berkewajiban memberikan lingkungan sek-otah suatu nuansa emosional yang sarat dengan muatan nilai-moral-norma, yaitu iman, takwa, kebersihan, kerapian, ketertiban, kenyamanan,
anaknyz, Kalau dipandang tidak sanggup lagi dan dikuatirkan akan
keindahan,kesehatan, keteladan, kebersamaan, ketulusan hati, kebangsaan dan kekeluargaan. Melalui lingkungan dan suasana iklim
orang tuanya alau disarankan kepada guru BK untuk mendialogkan masalah membawa dampak negatif bagi peserto lainnya, maka yang bersangkutan
dipanggil orong tua dan didiskusikan
emosional sekolah yang kondusif peserta didik termotivasi pribadinya untuk mematuhi norma
sekolah, karena Iingkungan telah berupaya
memenuhi kebutuhan dan minat peserta didik, -: ceed ing - -- rn3r
I
nternational dan Workshop pendidikan
-^:ram Studi Pendidikan Umum dan Nilai SpS Upl
6 Oktober 2010, hal: 3,44-151,
ISBN: 978-602-98429-0-6
Pengembangan Model Pembinaan Kepatuhan Peserta Didik
Sarbaini
baik melalui penataan iklim emosional sekolah dan tindakan yang dilalrukan oleh guru melalui
sikap dan perilaku
di
sekolah dan
di
kelas.
Hampir semua jenis kebutuhan dan minat peserta didik dipenuhi dengan berbasis pada nilai-moralnorna, seperti; iman dan takwa (spiritual), kebangsaan, kreatifitas, kompetitif, ksinflahan,
ketertiban, ketentraman, kekeluargaan (setiap acara yang dilaksanakan selalu meliba&an keparritiarr,altaraguru,pssetta{i{dc&saltnoml), sehingga lingkungan dan iklim emosional sekolah demikian memberikan rasa "omon", khususnya bagi peserta didik yang berasal dari status sosial-bawah. Mereka menjadi tidak merasa rendah diri, dilindungi, diayomi dan
diperhatikan serta dibimbing
untuk
menumbuhkan potensi, minat, hobby dan menghargai prestasi mereka, juga memberikan san-lsi bagi yang tidak pabah, sehingga kebutuhan mereka untuk mengakhralisasi diri berkembang. Sekolah dalam urembina kepatuhan peserta didik terhadap noflna sekolah nampaknya
sejalan, dengan teori kepribadian dan teori perkembangan nilai-moral-norma, baik yang berdimensi kognilif (mengenalkaq memasang
pesan dan simbol di berbagai tempat, rnenjelaskan, menghimbau, mengingatkan,
menegur, menasehati, memperingatkan), afelaif (merasa dihargai, diberikan hadiah kepada yang
berpretasi, dilibatlcan ur$uk merasa memililn sekolah "piket harian membersihkan lingkungan se\rs\a\ - '1tsstrs, \e,rsurrra, gstrr \l\sr \\\\* asana kegra\ani; ber{oa seloe\rNs. rnemu\ai ilan lnengaklirrrr pelajaran; merasa sebagai orang berguna ikut bersama masyarakat melaksanakan sholat jenazah di mesjid umum; diberikan
tanggung jawab sebagai piket dan petugas kebersihan, mengawasi adik-adik kelas di
samping kelasnya, sikap dan perilaku dilandasi oleh rasa tanggung jawab dan panggilan hari sebagai pendidik), psikomotor (pinghargaan kepada yang peserta didik dan kelis yang berprestasi'kelas terbersih; memberikan sanksi kepada peserta didik dan kelas terkotor; memberikan teladan kepada peserta didik; siswa kelas tertinggi diberikan tanggung jawab untuk rnenjadi reladan dan pembimbing adik_adik
kelasnya; pembiasaan secara individu dan kelompok terhadap nilai kebersihan (piket harian kebersihan), nilai kerapian (cermin di depan pintu), kebersihan, dan kerapian (rak helm dan sepatu ), ketertiban (pa.ki, sepeda motor secara
rapi dan terahlr, makan dan minum di kantin ). Model pembinaan kepatuhan peserta didik terhadap norma sekolah yang dilakukan
oleh SMA KORPRI melalui penataan iklirn emosional sekolah dan tindakan yang dilakukan
sebagai akrualisasi sikap dan perilakunya adalah suatu proses pembinaan kepatuhan yang berbasis
pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hal
Proceeding Seminar lnternational dan Workshop pendidikan Program Studi pendidikan Umum dan NilaiSpS Upt
L50
demikian sejalan dengan pendapat Triandis (1971, dalam Neila Ramadhani, 2008) dan Fishbein & Ajzen (1975) yang menyatakan bahwa sikap termasuk kepatuhan sebagai cermin pribadi yang patuh berkaitan dengan proses
kognitif, afektif dan perilaku. Proses kognitif dapat terjadi pada saat individu memperoleh informasi .mengenai objek sikap kepatuhan. Proses kognitif ini dapat terjadi melalui pergalamacr larrgsung (atr li(ak larrgsurrg. Proses afektif terjadi ketika objek sikap kepatuhan dthadtrkan dengan pengtatan tertentu akan melahirkan respon individu, baik positif maupun negatif. Sedangkan proses peilala muncul saat
perilaku kepatuhan sebelurnnya rnempengaruhi sikap.
Lingkungan dan
iHim
dapat
emosioaal
sekolah yang sarat dan melibatkan beragam nilaimoraT-norrna tersebut, dapat berupa hal yang
disengaja dilembagakan melalu sejumlah ketentuan formal, seperti kode etik dan tata tertib
sekolah, yang memuat nilai-moral-norma ketertiban, kerapian dan kebersihan, atau kecerdasan, kegotongroyongan, kebersamaan, kekeluargaan, keindahan dan kesehatan melalui kurikulum tertulis maupun "hidden curriculum" . Selain itu, sekolah adalah tempat bertemunya
nilai-moral-norma kehidupan yang lahir secara pribadi dan ditampilkan dalam bentuk pikiran, \Icapan, tindakan perorangar\, yang muncul secara spontan dalam berbagai khasan pribadi
s<\rulsrusg\\\1tlr.N\\. X.arena itu, para ahti pendidikan
UmumNilai selalu melihat adanya pembinaan nilai-moral-norma kepatuhan sebagai basis pembentukan pribadi yang patuh pada norma di sekolah pada dua sisi kepentingaryang berbeda
(Mulyana, 2004)_ pertama, sekolah
secara
terstruktur membangun nilai_moral_norna yang menyatu dengan pengembangan kemampuan akademis melalui kurikulum terfulis. Kedua, perambatan nilai-moral-norma berlangsung
secara alamiah dan sukarela melalui jalinan hubungan interpersonal antar warga ."koluh,
meski hal
itu tidak
diatur langsung dalam
kurikulum formal, atau dengan tata tain berada
dalam wilayah kurikulum tersembunyi. Namun di SMA KORPRI hal demikian,lebih merupakan realisasi dari program sekolah dalam bidang
budaya dan lingkungan sekolah. Budaya dan Iingkungan diupayakan mendukung proses belajar mengajar sekaligus memberikan
,ru.*u
iklim kondusif bagi terwujudnya tujuan, misi, dan visi sekolah. Salah ,ut rryu adalah pembinaan yang menumbuh_kembangkan kepatuhan peserta didik menjadi pribadi yang
patuh terhadap norna sekolah, sebagai indikator
dari perilaku berdisipilin terhadap no.rrru-rro..u sekolah, yaitu nilai-moral-norma iman, beriakwa, berakhlak mulia, cerdas, sehat, kreatif, inovatif
6 Oktober 2010, hal: 144
-
1,5L
ISBN : 978-602-98429-0-6
150
Triandis
)E)
dan
ryatakan
i cermin proses
kognitif aperoleh patuhan.
melalui 1.
Proses
:patuhan u akan maupun
rcul saat dapat
nosional rm nilaial yang
;ejumlah lta tertib r1-norma atau
'i.
samaan,
melalui
icttlum". temunya
r
secara
pikiran, muncul pribadi ndidikan mbinaan i basis rorma di berbeda secara
na yang rampuan Kedua, angsung
jalinan sekolah, : dalam r berada
Namun rrupakan
bidang a1'a dan proses suasana
n.
misi,
adalah bangkan di yang
Sarbaini
Pengembangan Model Pembinaan Kepatuhan Peserta Didik
2. Penataan iklim emosional
dan mampu beradaptasi, berprestasi dan berbudi pekerti.
Peningkatan sekolah sebagai wahana
sarana dan prasarana, ruang sekolah, warna dan penghijauan disertai penempatan pesanpesan dan symbol tertulis serta peralatan yang sarat dengan nuansa nilai-moral-norma iman dan takwa (spiritual), kebangsaan, kreatifitas,
formal yang dibangun melalui sejurnlah aktifitas
belajar (koemtii afektif dan psikomotor) di dalam kelas dan di luar kelas, yang terintegrasi
kompetiti{ keindahan,
baik dalam kurikuler, kolauilarler dan "-.
3.
kenyamanan. Sikap dan perilaku guru yang terwujud dalam
tindakan-tindakan yang dilakukan secara terprogmm dan insidental sarat dengan muatan nilai-morla-norma iman, takwa,
kebudayaan (kearifan lokal, local indigeneous)
mengacu pada teori dan
ketertiban,
ketentraman, kekeluargaan, kesehatan dan
ekstrakurikuler dengan kekuatan komunitas berbasiskan nilai-moral-norma agarna dan
sekolah
diwujudkan dalam bentuk penataan fisik
Pendidikan Umum/Pendidikan Nilai perlu memadukan kekuatan ketentuan-ketentuan
pendidikan secara sukarela oleh warga sekolah
151
pendekatan
psikoanalisis, sifat-sifat, perkembangan kognitif belajar sosial dan holistik. Paling urgen adalah sekolah berperan dalam pengenalan, penanaman, penyadaran, pembinaan dan pengembangan nilai-
ketertiban, kebersihan, kerapian, ketenangan,
moral-norma, sehingga terjadilah sosialisasi
kognitif, afektif dan pikomotor.
{sosializing), internalisasi
keindahan, kesehatan, kebersamaan dan kekeluargaan, berbasis nilai kebudayan lokal
dengan melalui proses
pengembangan
(internalizing),
pemberdayaan (empowering), pembudayaan {civilizing), pemanusiaan (hwnanilizing), melalui para guru yang benar-benar bertindak sebagai "loco parentls" (Mosher, dalam Mulyana,2004) sebagai peran pengganti orang tBB, namun meninggalkan peran orang sebagai mitra sekolah
dalam pembinaan anak-anaknya. Melalui
interaksi para individu dalam hal para guru dan para siswanya mungkin memperoleh basis untuk kegiatan kerjasama dan sosial. Antara para guru dan para siswa berhubungan dengan *diri-dirt' mereka.Pemahaman guru terhadap dirinya adalah secara khusus penting, karena dari cara mana
yang mempengaruhi
persepektif-perspektif, strategi-strategi dan tindakan-tindakan terhadap anak-anak (Hargreaves, 1975; Nias, 1989, dalam Dogarel dan Nitu, 2003), Bruner (1977, dalam Dogarel dan Nitu, 2003) mengemukakan bahwa
guru adalah model, simbol pribadi dari proses pendidikan, figur dengan siapa para siswa dapat
mengidentifikasi dan membandingkan diri rnereka sendiri. Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan unsur penting dalam kehidupan sekolah.
.
Harper adn Row, Publisher.
Dogarel, Christina dan Nitu, Amalia. (2003). Teacher's Behavior in the Classroom.fll Mei 20091.
Fishbein and Ajzen (1975). Belief, Attitude. Intention.and Behavior; An Introduction to lheory and Researc,D. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.. Gallay, Les and Pong, Suet-ling. Q\Aq. Schools Climate and Students Intervention
Strategies. r/ww.popDty€dU
U
200e1.
Hurlock, Elizabeth. (1976). Personality Development. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
Mulyana, Itohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeia. Ramdhani, Neila.(2008). Sikap dan Bebbropa
Definisi
untuk
Memahaminya.
dikategorikan patuh kepada norma sekolah menurut sekolah adalah berperilaku sesuai dengan prosedur yang berlaku di sekolah, yaitu sesuai dengan sekolah,
melaksanakan apa yang ditetapkan oleh peraturan sekolah dan dipenuhi olehnya, serta
memafuhi dengan sendirinya, dan terlihat
Raphael, D.D. (1993). Problem of Po,titical Philosophy. Second Edition. Hongkong: Macmillan Press Ltd, Unesco-Apnieve (1998). Learning to Liie Together in Peace and Harmony. Value Education for Peace, Human Rights, Democracy, and Sustainable Developoment for Asia-Pasific Region. Bangkok Unesco Principal Regional Office for Asia and the Pasific.
dalam kesehariannya, pada cara berpakaian dan sikap-sikap.
ndikator
a-norna ertakwa,
inovatif
.
151
r-S
Juni
http :i/neila.staff.ugm.ac. id/wordpress/wpcontenVuploads/20O 8/03/ defi nisi.pdf.
G. Simpulan Sementara l. Pribadi peserta didik yang
tata tertib dan tata krama
RUJUKAN Al-Qur'an Downey, Meriel and Kelly, A.V (1982). Moral Education, Theory and Practice. London:
Proceeding Seminar lnternational dan Workshop Pendidikan Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai SpS Upt
6 Oktober 2010, hal: 144
-
1,5L
ISBN : 978-602-98 429 -0-6
FTo*eeding Senrim*r lnternational dan Workshop Pendidikan Program Studi Pendidlkan Umum dan Nilai SPS Upl
5 Oktober 201Q hal:
1-5
ISBN: 978402-X*{D4-G
SUSUNAN PANTTIA StrMINAR INTXRilIATIONAL PAN WORI(sffOP PEN.DIDIKAN PROGRAM STUDI PEF{DIDIKAN UIVTUM DAI{ NII,AI SPS UPI Pelindung Penanggungjalvab
'DirekturSekolah Pascasariana UFI Bandung KetuaPrograrn Studi PendidikanUmum dan Nilai
Pelaksana Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara
Wilodati NiaDewi Mayakania
Bidang-bidang Keselcetariatan
Usep Saefirllah
Suhendi Afr5ranto Maulia D. Kembara
Acara Persidangan
Udin Supriadi Toto Suryana Dharma Kesuma TataugSyarifudin AcengKosasih Ahmad Syamsu Rizal
Umurn
Asep Mulyana Ahmad Susanto lwan Warlim Isya Arif Munandar
Pubdok
Arifin Konsumsi
Wulansari
MC
Gian Puspa Lestari Magdalena Nia Emilda
,'e:,