IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER
9.1. Pendahuluan Sistem pengolahan kopi Robusta rakyat berbasis produksi bersih yang diupayakan untuk diterapkan di KUPK Desa Sidomulyo membutuhkan perencanaan yang terkait dengan upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat. Perencanaan agroindustri hendaknya dilakukan melalui pendekatan sistem secara berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan operasional sistem yang lebih efektif. Dengan demikian untuk menjamin keberlanjutan penerapan sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih dalam agroindustri kopi rakyat di KUPK Desa Sidomulyo dibutuhkan upaya strukturisasi sistem pengembangan yang dapat memberikan dasar dalam memahami permasalahan terkait. Strukturisasi sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat di KUPK Desa Sidomulyo tidak bisa terlepas dari keberadaan koperasi sebagai suatu lembaga yang menaungi kelompok tani dan berperan penting dalam pengambilan keputusan. Kelembagaan pada dasarnya mempunyai dua pengertian, yaitu kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of the game) dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hirarki (Hayami dan Kikuchi 1981). Kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya, yang menyangkut hak-hak dan perlindungan hak-hak serta tanggung jawabnya.
Kelembagaan sebagai suatu
organisasi menurut Winardi (2003), dapat dinyatakan sebagai sebuah kumpulan orang-orang yang dengan sadar berusaha untuk memberikan sumbangsih mereka ke arah pencapaian suatu tujuan umum. Kelembagaan sebagai suatu organisasi biasanya merujuk pada lembaga-lembaga formal seperti departemen dalam pemerintah, koperasi, bank, dan sebagainya Pembangunan kelembagaan merupakan suatu proses untuk memperbaiki kemampuan suatu lembaga (institution) dalam menggunakan sumberdaya yang tersedia, berupa manusia (human) maupun dana (financial) secara efektif. Keefektifan suatu lembaga tergantung pada lokasi, aktivitas, dan teknologi yang 219
220
digunakan oleh suatu lembaga. Konsep keefektifan diartikan sebagai kemampuan suatu lembaga dalam mendefinisikan seperangkat standar dan menyesuaikannya dengan tujuan operasionalnya. Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan sosial ekonomi yang sesuai diterapkan dalam pengembangan pertanian. Koperasi adalah lembaga yang tidak hanya mementingkan aspek sosial saja tetapi juga memperhatikan aspekaspek ekonomi (Baga el al. 2009). Pengembangan koperasi di KUPK Sidomulyo, Kabupaten Jember dilatarbelakangi oleh kelemahan Kelompok Tani Sidomulyo I terhadap akses layanan usaha, seperti lembaga keuangan dan lembaga pemasaran. Keinginan untuk mengembangkan usaha agroindustri kopi melalui lembaga ekonomi
yang dapat
menjalankan
fungsi
kemitraan
dengan
adil
dan
menghilangkan ketergantungan terhadap pedagang pengumpul serta adanya dukungan dari stakeholder terkait melahirkan KSU (Koperasi Serba Usaha) Buah Ketakasi pada tahun 2007. Upaya penerapan modifikasi teknologi olah basah berbasis produksi bersih bertujuan meningkatkan mutu kopi rakyat sekaligus meningkatkan nilai tambah agroindustri kopi rakyat akan lebih mudah diterapkan dalam pengelolaan koperasi Buah Ketakasi. Melalui KSU Buah Ketakasi, dukungan pemerintah, lembaga pendidikan dan penelitian serta lembaga keuangan maupun eksportir kopi dapat disalurkan dan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah
untuk
melakukan
strukturisasi
langkah-langkah
pengembangan
agroindustri kopi rakyat dalam menerapkan modifikasi teknologi olah basah. 9.2. Metode Penelitian 9.2.1. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh untuk tahapan perumusan strategi pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara, in-depth
interview dengan kelompok tani, pakar, dan instansi terkait.
Data sekunder
meliputi potensi pengembangan kopi rakyat, data sosial ekonomi, aspek lingkungan dalam agroindustri kopi rakyat yang diperoleh dari studi literatur.
221
9.2.2. Variabel yang diamati Variabel analisis ISM (Interpretative Structural Modelling) berupa faktorfaktor pendukung yang dibutuhkan dalam upaya penerapan teknologi pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih dalam agroindustri kopi rakyat. Faktorfaktor pendukung ini diperoleh dari hasil analisis keberlanjutan dan desain proses pengolahan kopi rakyat. Beberapa contoh variabel analisis ISM adalah kebutuhan, kendala pengembangan, perubahan yang diinginkan, tujuan pengembangan, dan indikator pengembangan. Hubungan langsung berkaitan dengan hubungan kontekstual. 9.2.3. Metode Analisis Data Langkah-langkah analisis ISM disajikan pada Gambar 87.
ISM dapat
digunakan untuk mengembangkan beberapa tipe struktur, termasuk struktur pengaruh (misalnya: dukungan atau pengabaian), struktur prioritas (Marimin 2004). Deskripsi singkat langkah-langkah ISM: a. Mengidentifikasi kemudian mendata elemen. Hal ini dapat diperoleh melalui penelitian ataupun brainstorming. b. Membangun sebuah hubungan kontekstual antar elemen yang tergantung pada tujuan pemodelan. c. Membuat matriks interaksi tunggal terstruktur (Structural Self Interaction Matrix/SSIM).
Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap
elemen hubungan yang dituju. Empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan yang ada antara 2 elemen dari sistem, adalah o V : hubungan dari elemen Ei terhadap Ej, tidak sebaliknya o A : hubungan dari elemen Ej terhadap Ei, tidak sebaliknya o X : hubungan interrelasi antara Ei dan Ej (dapat sebaliknya) o O : menunjukkan bahwa Ei dan Ej tidak berkaitan d. Mempersiapkan Matriks Reachability (Reachability Matrix/RM) untuk mengubah simbol-simbol SSIM ke dalam sebuah matriks biner.
Aturan
konversi sebagai berikut: o Jika hubungan V dalam SSIM, maka Eij = 1 dan Eji = 0 dalam RM. o Jika hubungan A dalam SSIM, maka Eij = 0 dan Eji = 1 dalam RM o Jika hubungan X dalam SSIM, maka Eij = 1 dan Eji = 1 dalam RM
222
o Jika hubungan O dalam SSIM, maka Eij = 0 dan Eji = 0 dalam RM. e. Pengujian dan transformasi menjadi Matrik Reachability. Matrik E’ bersifat Reachability jika memenuhi syarat berikut: 1) Reflexive, E’ + I = E’, 2) Transitif, jika (E’)2 = E’ f. Mengklasifikasi sub-elemen berdasarkan urutan nilai Driver Power dan nilai Dependence masing-masing sub elemen. g. Membuat digraph (directional graph), yaitu sebuah grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung dan level hirarki, h. Membangkitkan ISM dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen aktual,. Program Studi Pustaka/survey pakar/brainstorming, diskusi pakar Penentuan elemen, sub elemen Penentuan hubungan kontekstual antara sub elemen pada setiap elemen Pembuatan matriks SSIM untuk setiap elemen Bentuk Reachability Matrix (RM) setiap elemen Uji matriks dengan aturan transitivity
tidak
OK
Modifikasi SSIM
Ya
Tentukan level melalui pemilihan
Tetapkan Drive dan Drive Power setiap subelemen Ubah RM menjadi format lower triangular RM Susun digraph dari lower triangular
Susun ISM dari setiap elemen
Tentukan rank dan hirarki dari subelemen Tetapkan Drive Dependence Mantriks setiap elemen Plot sub elemen pada empat sektor Klasifikasi sub elemen pada 4 peubah kategori
Gambar 87 Tahapan analisis dalam software ISM 9.3. Hasil dan Pembahasan Strukturisasi sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat direkayasa dengan menggunakan Teknik Permodelan Interpretasi Struktural (Interpretative
223
Structure Modeling - ISM). Elemen-elemen dalam sistem pengembangan terdiri dari 5 elemen dengan masing-masing sub elemen. Elemen sistem pengembangan terdiri dari. (1) Kebutuhan Pengembangan. (2) Kendala Pengembangan. (3) Perubahan Yang Diinginkan. (4) Tujuan Pengembangan. (5) Indikator Pengembangan Proses strukturisasi sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat di KUPK Desa Sidomulyo didasarkan atas masukan pendapat stakeholder terkait hubungan kontekstual antar sub-elemen sistem. Hubungan kontekstual antar subelemen sistem disajikan pada Tabel 38.
Model transformasi hubungan
kontekstual antar elemen tersebut menjadi matriks hubungan biner yang disebut model ISM-VAXO. Analisisnya dilakukan dalam simulasi program komputer. Informasi yang penting untuk memahami struktur sistem pengembangan adalah hirarki sub-elemen di antara sub elemen yang lain, klasifikasi sub-elemen berdasarkan karakteristik yang dinyatakan dengan tingkat driver-power dan tingkat dependency masing-masing sub-elemen serta identifikasi sub-elemen kunci. Identifikasi sub elemen kunci berdasarkan nilai driver-power tertinggi. Tabel 38 Hubungan kontekstual elemen sistem pengembangan Nama elemen Hubungan Kontekstual Kebutuhan Sub-elemen kebutuhan yang satu mendukung terpenuhinya sub-elemen kebutuhan yang lain Kendala/Masalah Sub-elemen kendala yang satu menyebabkan sub elemen kendala yang lain Perubahan Sub-elemen perubahan yang satu dibutuhkan untuk mendukung atau mendorong sub-elemen perubahan yang lain Tujuan Sub-elemen tujuan yang satu memberikan kontribusi tercapainya sub-elemen tujuan yang lain Indikator Sub-elemen indikator pencapaian tujuan pengembangan yang satu memberikan kontribusi terhadap sub-elemen indikator yang lain
224
9.3.1. Strukturisasi Elemen Kebutuhan Pengembangan Elemen kebutuhan dalam sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat yang menerapakan modifikasi olah basah berbasis produksi bersih di KUPK Desa Sidomulyo berdasarkan hasil kajian terdiri dari 9 sub-elemen kebutuhan. (1) Pengembangan Teknologi Pasca Panen (B-1) (2) Pengembangan Kelembagaan Usaha (B-2) (3) Pengembangan Peralatan Pasca Panen (B-3) (4) Pengembangan Pasar (B-4) (5) Pengembangan Alternative Sumber Modal (B-5) (6) Pembinaan Petani (B-6) (7) Pemanfaatan Limbah Proses Pengolahan (B-7) (8) Peningkatan Pendapatan (B-8) (9) Pengembangan Pertanian Berbudaya Industri yang Berkelanjutan (B-9). Berdasarkan keluaran model ISM-VAXO, struktur hirarki sub-elemen kebutuhan terhadap pengembangan agroindustri kopi rakyat terdiri dari 2 tingkatan seperti disajikan pada Gambar 88.
Struktur hirarki menunjukkan
hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen kebutuhan, dimana terpenuhinya sub-elemen kebutuhan didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki di bawahnya.
LEVEL 1
LEVEL 2
1. Pengbangan 3. Pengmbangan 5. Pengmbangan 2. Pengmbangan 6. Pembinaan Tek. Pasca Peralatan Pasca Alt. Sumber Kelembagaan Petani Panen Panen Modal
4. Pengembangan Pasar
7. Pemanfaatan Limbah Proses
8. Peningkatan Pendapatan
Gambar 88 Struktur hirarki sub elemen kebutuhan sistem
9. Pengmbangan Pertanian Berbud. Industri
225
D R I V E R P O W E R
Independent
Linkage
Autonomous
Dependent DEPENDENCE
Gambar 89 Diagram klasifikasi sub elemen kebutuhan sistem Berdasarkan struktur hirarki sub elemen kebutuhan sistem, sub elemen kunci dari elemen kebutuhan sistem adalah sub elemen pengembangan pasar (B4) dan sub elemen peningkatan pendapatan (B-8). Sub elemen pengembangan pasar termasuk dalam kelompok independent. Hal ini berarti keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan pengembangan pasar (B-4) akan membantu terpenuhinya kebutuhan pengembangan yang lain. Sub elemen kunci kebutuhan peningkatan pendapatan (B-8) dapat bersifat independent ataupun autonomous terhadap sub elemen yang lain.
Akan tetapi untuk kehati-hatian, sub elemen kebutuhan
peningkatan pendapatan (B-8) akan dimasukkan ke dalam kelompok independent sehingga menjadi salah satu sub elemen kebutuhan yang dapat mempengaruhi sub elemen kebutuhan lainnya. Berdasarkan diagram klasifikasi sub elemen kebutuhan sistem dari model ISM, kebutuhan pengembangan teknologi pasca panen (B-1), kebutuhan pengembangan kelembagaan (B-2), kebutuhan pengembangan peralatan (B-3) dan pembinaan petani (B-6) termasuk dalam kelompok autonomous yang berarti memiliki faktor ketergantungan dan pendorong yang rendah atau memiliki pengaruh tidak langsung terhadap sub elemen yang lain.
Kebutuhan
pengembangan sub elemen B-1, B-2, B-3, dan B-6 dapat terpenuhi tanpa pengaruh langsung dari kebutuhan pengembangan sub elemen yang lain.
226
Sub elemen pengembangan alternatif sumber modal (B-5), pemanfaatan limbah proses penanganan (B-7), dan pengembangan pertanian berbudaya industri yang berkelanjutan (B-9) termasuk kelompok dependent. Hal ini berarti sub elemen B-5, B-7, dan B-9 memiliki ketergantungan dalam pengembangannya terhadap
sub
elemen
yang
lain.
Dengan
demikian
kebutuhan
untuk
mengembangkan sub elemen (B-5), (B-7), dan (B-9) akan sangat ditentukan terhadap pemenuhan kebutuhan pengembangan sub elemen yang lain. Apabila dikaitkan dengan upaya penerapan konsep produksi bersih pada agroindustri kopi rakyat, peran elemen pengembangan pasar cukup dominan. Hal ini semakin diperkuat dengan kebutuhan akan peningkatan pendapatan yang menjadi sub elemen independent. Elemen kebutuhan pemanfaatan limbah dan pengembangan pertanian berbudaya industri yang berkelanjutan adalah salah satu ciri penerapan konsep produksi bersih. Apabila pasar menginginkan produk yang berasal dari proses pengolahan yang ramah lingkungan, agroindustri kopi rakyat dapat berubah untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan harapan akan terjadi peningkatan pendapatan. Meskipun di dalam prakteknya, upaya perubahan ini masih menghadapi kendala yang membutuhkan keikutsertaan stakeholder terkait untuk mengatasi kendala-kendala. 9.3.2. Strukturisasi Elemen Kendala/Masalah Pengembangan Sub elemen kendala/masalah dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih di KUPK Desa Sidomulyo terdiri atas 9 sub elemen kendala/masalah. (1) Skala usaha yang kecil (K-1) (2) Keterbatasan penguasaan teknologi pengolahan (K-2) (3) Keterbatasan pemahaman akan nilai sumberdaya alam (K-3) (4) Keterbatasan akses pasar/ekspor (K-4) (5) Keterbatasan sumber modal (K-5) (6) Ketergantungan pada pedagang pengumpul dan eksportir (K-6) (7) Ketergantungan lahan pengusahaan kopi (K-7) (8) Kualitas bahan baku dan produk yang rendah (K-8) (9) Konflik internal antara anggota kelompok tani (K-9)
227
Analisis ISM-VAXO menunjukkan bahwa struktur hirarki sub elemen kendala/masalah pengembangan terdiri atas 2 tingkatan (2 level) seperti yang disajikan pada Gambar 90. Sub elemen kunci dari kendala/masalah agroindustri kopi rakyat adalah keterbatasan akses pemasaran produk (K-4) khususnya untuk produk biji kopi robusta yang berasal dari pengolahan basah. Elemen kunci sekaligus merupakan kendala langsung yang mempengaruhi sub elemen kendala lainnya. Teratasinya sub elemen kunci akan memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk keberhasilan sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat. Pemasaran kopi rakyat yang selama ini dihasilkan oleh KUPK Desa Sidomulyo terutama masih dalam bentuk biji dan sedikit dalam bentuk bubuk dari proses pengolahan kering. Adapun penjualan kopi rakyat hasil pengolahan basah masih terbatas kepada eksportir dalam kondisi kering angin atau kadar air berkisar 40% yang selanjutnya akan dikeringkan di tingkat eksportir. Meskipun demikian kelompok tani melalui KSU Buah Ketakasi telah berusaha memulai melakukan pengolahan lanjutan dari biji kopi hasil pengolahan basah sehingga dapat memperluas diversifikasi produk meski masih dipasarkan secara terbatas.
LEVEL 1
1. Skala Usaha yang Kecil
2. Ktbatasan penguasan tek. pengolahan
3. Ktbatasan pmhaman nilai SDA
6. Ktgantungan 7. Ktgantungan 8. Kualitas 5. Ktbatasan pedgang pgmpul lahan bahan baku & sumber modal & eksportir pgusahaan kopi produk rendah
9. Konflik internal antar anggota klpk
4. Ktbatasan akses pasar/ ekspor
LEVEL 2
Gambar 90 Struktur hirarki sub elemen kendala/masalah pengembangan Kopi sebagai tanaman yang bernilai ekonomi mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap perkembangan harga di pasar internasional. Kenaikan dan penurunan harga kopi tersebut berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan petani dan sikap petani dalam melakukan investasi terhadap kebun kopi yang dimiliki.
Sikap petani dalam merespon perubahan harga di pasar
internasional tersebut berkaitan erat dengan sistem usaha tani kopi rakyat. Sistem hubungan kelompok tani dengan eksportir secara langsung melalui koperasi merupakan salah satu alternative sistem tataniaga kopi. Pada sistem ini sangat
228
penting mencantumkan besarnya harga dasar pembelian (floor price) oleh eksportir dan besarnya harga dasar ini dapat dibuat berdasarkan kualitas ekspor yang dihasilkan. Suatu insentif harga untuk kopi yang berkualitas baik akan sangat membantu kontinuitas penerapan modifikasi teknologi olah basah. Pada langkah awal usaha penerapan modifikasi teknologi olah basah, bantuan dari stakeholder seperti lembaga keuangan dan eksportir akan sangat membantu koperasi dalam menanggulangi kesulitan dana. Dana ini dibutuhkan untuk membeli buah kopi yang berkualitas dari anggota kelompok tani, terutama apabila terjadi penurunan harga kopi dunia. Selanjutnya koperasi diharapkan dapat memiliki “Dana Kopi” sendiri yang pemanfaatannya haruslah diatur secara rinci dan jelas. Pemerintah dapat dilibatkan sebagai pengawas untuk menjaga keberlanjutan kerjasama antara koperasi, lembaga keuangan, dan eksportir. Lembaga keuangan dan koperasi hendaknya berada dalam bentuk kerjasama simbiosis mutualisme dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian untuk mewujudkan manfaat bagi keduanya. Dalam hal ini, lembaga keuangan tidak hanya berperan sebagai penyedia tambahan modal usaha, tetapi sebaiknya menjadi sumber informasi dan konsultan bagi koperasi. Sub elemen skala usaha yang kecil (K-1), keterbatasan penguasaan teknologi pengolahan (K-2), keterbatasan pemahaman nilai SDA (K-3), ketergantungan pada pedagang pengumpul (K-6), ketergantungan lahan pengusahaan kopi (K-7), kualitas bahan baku dan produk yang rendah (K-8), konflik internal antara anggota kelompok tani (K-9) merupakan sub elemen yang termasuk kelompok autonomous (Gambar 91) dan cenderung tidak dipengaruhi oleh kendala/masalah sub elemen kendala lain. Meskipun di dalam realitas, tidak sepenuhnya seluruh sub elemen dalam kelompok autonomous
dapat berdiri
sendiri dan tidak mendapat pengaruh dari sub elemen lain. Meskipun demikian, hal tersebut dapat juga berarti bahwa stakeholder agroindustri kopi rakyat tidak menganggap bahwa sub elemen K-1, K-2, K-3, K-6, K-7, K-8, K-9, termasuk dalam kendala dominan yang dapat mempengaruhi upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih.
229
D R I V E R
Independent
P O W E R
Linkage
Autonomous Dependent DEPENDENCE
Gambar 91 Diagram klasifikasi sub elemen kendala/masalah pengembangan Adapun sub elemen kendala keterbatasan sumber modal (K-9) termasuk kelompok dependent yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap sub elemen kendala lainnya. Hal ini berarti sub elemen kendala K-9 dapat diatasi apabila sub elemen kendala lainnya dalam sistem pengembangan agroindustri dapat diselesaikan.
Sub elemen kendala K-9 dan K-4 termasuk sub elemen
dimensi ekonomi yang menjadi indikator masih besarnya faktor ekonomi mempengaruhi upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat. 9.3.3. Strukturisasi Elemen Perubahan Dalam Pengembangan Pengembangan agroindustri kopi rakyat yang berbasis pada produksi bersih diharapkan dapat memberikan perubahan yang dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, elemen perubahan yang diinginkan dalam pengembangan terdiri dari 9 sub elemen. (1) Penerapan teknologi perkebunan kopi berbasis ekologis (P-1) (2) Pengembangan pola pengolahan kopi rakyat berbasis kelompok berorientasi bisnis (P-2) (3) Peningkatan kontinuitas serta kualitas bahan baku (P-3) (4) Penerapan teknologi pengolahan kopi yang ramah lingkungan (P-4) (5) Peningkatan peran dan keterlibatan instansi pemberi modal (P-5) (6) Peningkatan kualitas dan diversifikasi produk kopi (P-4) (7) Perluasan pasar dan ekspor (P-7)
230
(8) Peningkatan pola kelembagaan yang mendukung peran serta stakeholder agribisnis kopi (P-8) (9) Peningkatan efisiensi proses produksi (P-9) Hasil verifikasi strukturisasi pengembangan agroindustri kopi rakyat menghasilkan keluaran model ISM-VAXO berupa struktur hirarki elemen perubahan yang diinginkan dalam 2 tingkatan, seperti disajikan pada Gambar 92. Hal ini dapat berarti perubahan pada satu sub-elemen di tingkat 2 akan mendorong terjadinya sub elemen perubahan pada hirarki di atasnya. 1. Penerapan 3. Peningkatan 4.Penerapan 5.Peran& tek. perkbunan kontinuitas & tek.p’olah ramah K’terlibatan berbasis ekologi kualitas bhn bku lngkungan pemberi modal
LEVEL 1
2. Pgbangan berbasis kelpk bisnis
LEVEL 2
6. Kualitas & diversifikasi produk
8. Pola lembaga 9. Efisiensi m’dukung proses produksi stakeholder
7. Perluasan pasar & ekspor
Gambar 92 Struktur hirarki sub elemen perubahan yang diinginkan
D R I V E R P O W E R
Independent
Linkage
Autonomous
Dependent DEPENDENCE
Gambar 93 Diagram klasifikasi sub elemen perubahan yang diinginkan Sub elemen pengembangan pola pengolahan kopi yang berbasis kelompok dan berorientasi bisnis (P-2), dan sub elemen perluasan pasar dan ekspor (P-7) termasuk ke dalam kelompok independent yang memiliki ketergantungan rendah
231
dan pengaruh cukup tinggi terhadap sub elemen perubahan lainnya. Kedua sub elemen ini menjadi sub elemen kunci dari perubahan yang diinginkan dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih.
Berdasarkan
Gambar 92 dapat diketahui bahwa dengan adanya perubahan dari sub elemen kunci akan mendorong secara langsung terjadinya perubahan-perubahan lain yang diinginkan dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat. Pengembangan produk-produk hasil pengolahan langsung dari biji kopi merupakan salah satu upaya perubahan untuk meningkatkan nilai tambah industri kopi rakyat. Melalui pembudayaan minum kopi tidak hanya merangsang pertumbuhan industri kopi rakyat juga membuka peluang promosi kopi Indonesia, sehingga petani kopi rakyat tidak hanya tergantung pada ekspor semata. Sub elemen perubahan dari penerapan teknologi perkebunan yang berbasis ekologis (P-1) termasuk kelompok dependent. Sub elemen perubahan penerapan teknologi perkebunan ditentukan oleh perubahan sub elemen lain dan adanya perubahan sub elemen ini memiliki kekuatan pengaruh yang rendah terhadap perubahan sub elemen lainnya. Perkebunan kopi rakyat yang telah mendapat sertifikasi organic melalui anggota eksportir kopi merupakan salah satu upaya kerjasama antara kelompok tani dan stakeholder untuk meningkatkan kualitas perkebunan kopi rakyat. Peran PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) dari dinas perkebunan dan keikutsertaan peneliti dari Puslitkoka cukup dominan mempengaruhi perubahan usaha perkebunan kopi ke arah organik.
Kategori
organic harus dipertahankan karena menjadi salah satu karakteristik kopi rakyat di KUPK Sidomulyo, Jember yang telah mendapat pengakuan internasional. Menurut Todaro (1983), penggunaan teknologi merupakan salah satu faktor atau komponen pertumbuhan ekonomi disamping akumulasi modal dan pertumbuhan populasi. Teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, umumnya membutuhkan investasi yang cukup besar di awal terutama terkait investasi yang membutuhkan modal dan keterampilan yang cukup tinggi. Karakteristik
penyerapan
tenaga
kerja
yang
sangat
khusus
turut
mempengaruhi perubahan pada budaya industri kopi rakyat. Hubungan antara petani kopi dan kebun kopi sangat fluktuatif seiring dengan fluktuasi harga kopi di pasar yang pada gilirannya akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja.
232
Pemilihan buah kopi petik merah yang merupakan salah satu persyaratan untuk pengolahan basah tentu membutuhkan tenaga kerja lebih terampil dibandingkan pengolahan kering. Selain itu operasional proses pengolahan yang menggunakan mesin dan peralatan yang lebih kompleks dibandingkan pengolahan kering membutuhkan tenaga kerja khusus. Tenaga kerja tersebut dapat diperoleh dari anggota kelompok tani yang telah mendapatkan pelatihan. Berdasarkan pendapat seluruh pakar yang diagregatkan, sebagian besar sub elemen perubahan berada dalam kelompok autonomous (Gambar 93).
Sub
elemen peningkatan kontinuitas dan kualitas bahan baku (P-3), sub elemen penerapan teknologi pengolahan yang ramah lingkungan (P-4), sub elemen peran dan keterlibatan pemberi modal (P-5), sub elemen kualitas dan diversifikasi produk (P-6), sub elemen pola kelembagaan yang mendukung peran stakeholder (P-8), dan sub elemen efisiensi proses produksi (P-9) memiliki ketergantungan dan pengaruh yang tidak langsung terhadap sub elemen lainnya.
Meskipun
demikian perubahan yang signifikan pada ke enam sub elemen perubahan tersebut dapat memberikan nilai perubahan terhadap perkembangan agroindustri kopi rakyat. 9.3.4. Strukturisasi Elemen Tujuan Pengembangan Elemen tujuan pengembangan dari agroindustri kopi rakyat yang berupaya menerapkan konsep produksi bersih berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan menjadi 11 sub elemen tujuan meliputi hal-hal berikut. (1) Peningkatan pendapatan petani (T-1) (2) Peningkatan kualitas lingkungan (T-2) (3) Perbaikan efisiensi dan produktivitas (T-3) (4) Pengembangan nilai tambah produk kopi rakyat (T-4) (5) Peningkatan posisi tawar kopi rakyat (T-5) (6) Peningkatan kualitas bahan baku dan produk kopi rakyat (T-6) (7) Perluasan akses dan kemudahan memperoleh modal usaha (T-7) (8) Peningkatan pendapatan daerah (T-8) (9) Penurunan konflik internal pengurus dan peserta (T-9) (10) Peningkatan nilai ekspor bagi kopi rakyat (T-10) (11) Perbaikan kinerja kelembagaan usaha kopi rakyat (T-11)
233
Analisis model ISM-VAXO terhadap sub elemen tujuan pengembangan disajikan dalam struktur hirarki dan diagram klasifikasi sub elemen tujuan pengembangan. Strukturisasi sub elemen tujuan pengembangan agroindustri kopi rakyat diwujudkan dalam bentuk diagram alir struktur dua level (Gambar 94). Sub elemen kunci tujuan pengembangan berada pada level 2 yang akan mempengaruhi sub elemen kunci di atasnya.
LEVEL 1
LEVEL 2
1. Peningkatan pendapatan petani
2. Peningkatan kualitas lingkungan
3. Perbaikan efisiensi dan produktivitas
4. Pngembangan 5. Peningkatan nilai tambah posisi tawar kopi produk rakyat
6. Peningkatan kualitas bahan baku & produk
10. Peningkatan nilai ekspor
7. Perluasan akses modal usaha
8. Peningkatan pendapatan daerah
9. Penurunan konflik internal
11. Perbaikan kinerja kelembagaan
Gambar 94 Struktur hirarki sub tujuan pengembangan Sub elemen peningkatan kualitas bahan baku dan produk kopi rakyat (T-6), peningkatan nilai ekspor kopi rakyat (T-10) dan perbaikan kinerja kelembagaan usaha kopi rakyat (T-11) menjadi sub elemen kunci tujuan pengembangan dan termasuk dalam kelompok independent (Gambar 95). Hal ini berarti ketiga sub elemen kunci tujuan pengembangan tersebut berpengaruh dan menjadi pendorong untuk terwujudnya sub elemen tujuan pengembangan lainnya. Dengan demikian segala kegiatan yang akan dilakukan dalam aktifitas agroindustri kopi rakyat hendaknya bertujuan untuk mewujudkan ketiga sub elemen kunci tersebut. Perbaikan kinerja kelembagaan salah satu nya adalah melakukan kerjasama dengan lembaga terkait seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember, Puslitkoka, Perkebunan Besar, AEKI dan lain-lain. Kerja sama dengan AEKI dijalin melalui sistem “Bapak Asuh”. Sebagai asosiasi eksportir kerja sama tidak hanya pada pemasaran, melainkan dalam semua hal yang berkaitan dengan kopi. Sebagai penyalur ke pasar luar negeri, eksportir berkepentingan terhadap mutu kopi yang baik, dimana hal ini harus dimulai sejak awal proses menghasilkan kopi. Tujuan kerjasama adalah membina petani kopi yang meliputi peningkatan produktivitas dan mutu serta pendapatan petani. Untuk itu kerjasama diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, peningkatan
234
produktivitas dan mutu, perbaikan harga di tingkat petani serta pengadaan sarana dan prasarana penunjang. Sub elemen tujuan peningkatan pendapatan petani (T-1), perbaikan efisiensi dan produktivitas (T-3), pengembangan nilai tambah produk kopi rakyat (T-4), peningkatan nilai tawar posisi kopi rakyat (T-5), perluasan akses dan kemudahan memperoleh modal usaha (T-7), dan sub elemen tujuan penurunan konflik internal (T-9) termasuk ke dalam kelompok autonomous. Dengan demikian terwujudnya tujuan sub elemen T-1, T-3, T-4, T-5, T-7, dan T-9 memiliki pengaruh dan pendorong yang tidak besar terhadap terwujudnya tujuan sub elemen lain. Meskipun demikian terwujudnya tujuan sub elemen dalam kelompok autonomous dapat berpengaruh tidak langsung terhadap terwujudnya sub elemen tujuan lain.
D R I V E R P O W E R
Independent
Linkage
Dependent
Autonomous DEPENDENCE
Gambar 95 Diagram klasifikasi sub elemen tujuan pengembangan Sub elemen tujuan peningkatan kualitas lingkungan (T-2) berada di antara kelompok dependent dan autonomous.
Akan tetapi untuk kehati-hatian, sub
elemen T-2 dimasukkan ke dalam kelompok dependent bersama sub elemen peningkatan pendapatan daerah (T-8).
Hal ini berarti sub elemen tujuan
peningkatan kualitas lingkungan (T-2) dan sub elemen
tujuan peningkatan
pendapatan daerah (T-8) akan tercapai apabila sub elemen tujuan lainnya telah terpenuhi.
235
9.3.5. Strukturisasi Elemen Indikator Pengembangan Elemen indikator pengembangan agroindustri kopi rakyat yang berbasis produksi bersih merupakan upaya untuk melakukan penilaian awal bagaimana konsep produksi bersih sebagai bagian dari upaya keberlanjutan agroindustri kopi rakyat dapat diterapkan.
Elemen indikator pengembangan agroindustri kopi
rakyat yang berbasis produksi bersih dapat diwujudkan secara rinci menjadi 12 sub elemen indicator. (1)
Meningkatnya kualitas biji dan produk kopi (I-1)
(2)
Meningkatnya kualitas lingkungan (menurunnya tingkat pencemaran) (I-2)
(3)
Meningkatnya nilai tambah produk dan proses pengolahan kopi (I-3)
(4)
Meningkatnya peluang kerja dan pendapatan petani kopi (I-4)
(5)
Dapat diterapkannya upaya perbaikan sanitasi lingkungan (I-5)
(6)
Dapat diterapkannya konsep dan upaya K-3/Keselamatan dan Kesehatan Kerja (I-6)
(7)
Meningkatnya kinerja kelembagaan kopi rakyat (I-7)
(8)
Tingkat kepuasan dan persepsi petani terhadap agroindustri kopi baik (I-8)
(9)
Mudahnya akses dana dan bantuan modal (I-9)
(10) Terpenuhinya kebutuhan mendasar pekerja dan petani secara berkelanjutan (I-10) (11) Menurunnya tingkat konflik antar stakeholder yang terlibat (I-11) (12) Meningkatnya efisiensi dan produktivitas proses produksi (I-12) Keluaran model ISM-VAXO berupa struktur hirarki elemen indikator sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat yang berbasis produksi bersih terdiri atas 2 tingkat seperti yang disajikan pada Gambar 96. Sub elemen kunci dari
indikator pengembangan agroindustri kopi rakyat adalah terpenuhinya
kebutuhan mendasar pekerja dan petani secara berkelanjutan (I-10). Sub elemen kunci indikator pengembangan termasuk kelompok independent sebagaimana sub elemen kunci pada elemen lain pengembangan agroindustri kopi yang telah diuraikan sebelumnya. Hal ini berarti dalam menerapkan konsep produksi bersih untuk mengembangkan agroindustri kopi rakyat, pemenuhan kebutuhan dasar pekerja dan petani merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan. Pemenuhan
236
terhadap sub elemen kunci ini akan mempengaruhi terwujudnya sub elemen indikator pengembangan lainnya. Apabila dikaitkan dengan analisis keberlanjutan yang telah dilaksanakan, pemenuhan terhadap indikator kebutuhan mendasar pekerja dan petani ini sesuai dengan indikator keberlanjutan sosial.
Hal ini berarti terwujudnya indikator
kebutuhan mendasar petani dan pekerja menjamin keberlanjutan sosial agroindustri kopi rakyat di KUPK Desa Sidomulyo.
LEVEL 1
1. Meningkat 2. Meningkat 4. Meningkatnya 5. Perbaikan 6. Penerapan 7. Meningkat 8. Tingkat 9. Akses dana 11. Menurunnya 12. Efisiensi & 3. Meningkatnya kualitas biji & kualitas peluang kerja & sanitasi konsep & kinerja kepuasan & dan bantuan konflik produktivitas nilai tambah produk kopi lingkungan pendapatan lingkungan upaya K3 kelembagaan persepsi petani mudah stakeholder meningkat
LEVEL 2
10. Terpnuhi kbthan dasar pekerja,petani Gambar 96 Struktur hirarki sub elemen indikator pengembangan
D R I V E R P O W E R
Independent
Linkage
Autonomous
Dependent DEPENDENCE
Gambar 97 Diagram klasifikasi sub elemen indikator pengembangan Keluaran model ISM-VAXO menunjukkan bahwa indikator meningkatnya kualitas biji dan produk kopi (I-1), meningkatnya kualitas lingkungan (I-2), meningkatnya nilai tambah (I-3), meningkatnya peluang kerja dan pendapatan
237
petani (I-4), penerapan konsep K3 (I-6), meningkatnya kinerja kelembagaan (I-7), kemudahan memperoleh dana dan bantuan (I-9), menurunnya konflik antar stakeholder (I-11), dan meningkatnya efisiensi dan produktivitas produksi (I-12) termasuk ke dalam kelompok autonomous (Gambar 97). Sub elemen perbaikan sanitasi lingkungan (I-5) dan sub elemen tingkat kepuasan dan persepsi petani (I8) termasuk dalam kelompok dependent. Sub elemen yang termasuk kelompok dependent berarti terwujudnya indikator ditentukan oleh terwujudnya sub elemen indikator lainnya. Adapun sub elemen indikator yang termasuk kelompok autonomous berarti terwujudnya indikator tersebut tidak dipengaruhi langsung oleh sub elemen indikator lainnya. KEBUTUHAN: 1. Pengembangan Pasar 2. Peningkatan Pendapatan
PERUBAHAN: 1. Pengembangan Pola Pengolahan Kopi Rakyat Berbasis Kelompok Berorientasi Bisnis 2. Perluasan Pasar & Ekspor
KENDALA/MASALAH: 1. Keterbatasan Akses Pasar/Ekspor
SISTEM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT BERBASIS PRODUKSI BERSIH
TUJUAN: 1. Peningkatan Kualitas Bahan Baku dan Produk Kopi Rakyat 2. Peningkatan Nilai Ekspor Kopi Rakyat 3. Perbaikan Kinerja Kelembagaan Usaha Kopi Rakyat
INDIKATOR: 1. Terpenuhinya Kebutuhan Mendasar Pekerja & Petani Secara Berkelanjutan
Gambar 98 Sub elemen kunci sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih berkelanjutan. Secara agroindustri
umum, kopi
strukturisasi
rakyat
elemen
disajikan dalam
dalam
sistem
pengembangan
Gambar 98.
Strukturisasi
pengembangan agroindustri kopi rakyat yang akan menerapkan sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih terutama diharapkan dapat mewujudkan kebutuhan pasar terutama pasar ekspor. Mengingat saat ini sebagian besar biji kopi yang diproduksi adalah untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Peningkatan kualitas biji kopi ekspor merupakan salah satu tujuan diterapkannya sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih. Mengingat pelaksanaan pengolahan kopi berbasis produksi bersih tidak mungkin dilakukan perseorangan
238
melainkan dalam suatu organisasi, terkait dengan institusi lain dalam suatu aturan dan hubungan, maka peningkatan kinerja kelembagaan juga menjadi tujuan pengembangan. Beberapa kendala yang harus dihadapi oleh KUPK Desa Sidomulyo dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat adalah keterbatasan akses pasar terutama pasar ekspor.
Mengingat masih terbatasnya pasar kopi Robusta rakyat yang
diolah secara basah. Saat ini belum ada perbedaan harga secara signifikan antara kopi Robusta yang diolah kering dengan kopi Robusta yang diolah basah. Oleh karena itu harapan adanya insentif harga langsung dari pemerintah bagi petani yang bersedia melakukan olah basah untuk meningkatkan mutu biji kopi Robusta masih dinantikan. AEKI yang diwakili oleh anggotanya (PT Indocom) saat ini menjadi bapak asuh petani produsen melalui KSU Buah Ketakasi. AEKI memberikan bantuan prasarana produksi, menjamin pemasaran petani dengan langsung menampung produksi petani. Sebagai imbalannya, petani harus menjual kopi dalam keadaan baik.
Adanya sertifikasi kopi yang dikelola melalui eksportir, meningkatkan
upaya petani untuk mempertahankan keberadaan pemeliharaan tanaman kopi sesuai criteria organik. Pengembangan agroindustri kopi rakyat merupakan salah satu kegiatan perekonomian nasional yang berbasis di perdesaan dan mengakar ke rakyat. Dengan demikian memiliki peluang besar untuk mempercepatan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi.
Pengembangan teknologi pengolahan yang berbasis
produksi bersih pada agroindustri kopi Robusta rakyat selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas biji kopi, meningkatkan pendapatan petani dan menjaga kualitas lingkungan. Oleh karena itu melalui konsep tersebut, agroindustri kopi rakyat sebagai bagian dari industri perkebunan dapat menciptakan kondisi yang seimbang antara dimensi sosial, lingkungan dan ekonomi untuk mencapai keberlanjutannya. Melalui keseimbangan tersebut diharapkan tidak akan timbul permasalahan kekurangan/kelebihan bahan baku, pencemaran lingkungan, dan konflik sosial. Pakpahan (1999), menegaskan bahwa industri perkebunan dan kehutanan masa depan harus efisien, produktif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Masyarakat perkebunan sudah selayaknya memiliki tradisi baru yaitu acquisitive
239
atau technological and knowledge based society.
Hal ini berarti dalam
pengembangan agroindustri kopi, petani sebagai komponen sosial diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian melalui pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan konsep produksi bersih dalam rangka
meningkatkan
mutu
produk,
lingkungan,
nilai
ekonomi
serta
keberlanjutannya. Kelembagaan koperasi yang telah ada dalam sentra kopi rakyat hendaknya dapat memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan organisasi-organisasi bisnis lainnya yang ada saat ini untuk bisa bertahan dalam perekonomian global. Keunggulan kompetitif didefinisikan sebagai suatu kekuatan organisasional yang secara jelas menempatkan suatu perusahaan di posisi terdepan dibandingkan pesaing-pesaingnya.
Salah satu keunggulan kompetitif koperasi adalah
hubungannya dengan anggota. Partisipasi anggota merupakan hal yang penting dalam pengembangan koperasi.
Tanpa adanya partisipasi anggota, akan
menyebabkan terjadinya penurunan efisiensi dan efektifitas koperasi. Salah satu tolak ukurnya adalah kontribusi anggota untuk selalu ikut serta dalam program pengembangan koperasi. 9.4. Kesimpulan Strukturisasi pengembangan agroindustri kopi rakyat di KUPK Sidomulyo, Kabupaten Jember yang akan menerapkan sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih terutama diharapkan dapat mewujudkan kebutuhan pasar ekspor. Pengembangan agroindustri kopi rakyat ini dilaksanakan dalam wadah kelembagaan koperasi yang tumbuh dari keinginan anggota kelompok tani untuk mengembangkan usahanya. Strukturisasi upaya pengembangan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan pengembangan yang ingin dicapai oleh seluruh stakeholder. Selain itu penentuan indikator pengembangan dalam suatu sistem agroindustri yang berkelanjutan akan membantu koperasi di masa mendatang dalam melakukan evaluasi perubahan yang akan dilakukan. Peran serta anggota koperasi untuk dapat mengikuti perubahan akan memberikan kemudahan dalam mencapai posisi pasar yang kuat. Penjagaan hubungan antar stakeholder akan memberikan kesempatan bagi koperasi untuk selalu belajar. Proses belajar dibutuhkan dalam menghadapi perubahan yang
240
berkaitan dengan kemajuan teknologi, perbaikan kualitas, dan upaya diversifikasi produk sesuai preferensi konsumen.
Hal ini diharapkan akan mendukung
keberlanjutan agroindustri kopi rakyat khususnya di KUPK Sidomulyo, Kabupaten Jember.