33
IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG
A. Letak Geografis Dan Iklim
Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat daya Pulau Sumatera ini memiliki posisi geografis yang sangat menguntungkan. Letaknya di ujung Pulau Sumatera berdekatan dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.
Pada tahun 2001 Kota Bandar Lampung dimekarkan dari 9 kecamatan dan 84 kelurahan menjadi 13 kecamatan dan 98 kelurahan. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20’-50º30’ LS dan 105º28’-105º37’ BT dengan luas wilayah 192.96 km2 dengan batas-batas sebagai berikut : o Batas Utara
: Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
o Batas Selatan : Kecamatan Padang Cermin, Ketibung dan Teluk Lampung, Kabupaten Lampung Selatan. o Batas Timur
: Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.
o Batas Barat : Kecamatan Gedungtataan dan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan. Kota Bandar Lampung berada di bagian selatan Propinsi Lampung (Teluk Lampung) dan ujung selatan Pulau Sumatera.
34
Wilayah kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 – 500 meter diatas permukaan laut dengan topografi yang terdiri dari : 1.
Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung Selatan dan Panjang.
2.
Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian Utara.
3.
Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang tedapat di sekitar Tanjung Karang bagian Barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur-Selatan.
4.
Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian Selatan.
Di tengah-tengah mengalir sungai-sungai yaitu Sungai Way Halim, Way Awi, Way Simpur di wilayah Tanjung Karang dan Way Kuripan, Way Balau, Way Kupang, Way Garuntang, Way Kuwala mengalir di wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada di bagian barat, daerah hilir sungai berada di wilayah bagian selatan yaitu pada dataran pantai. Luas wilayah yang datar sampai landai meliputi 60%, landai sampai miring 35% sangat miring sampai curam 4%.
Daerah perbukitan atau gunung tersebar pada beberapa kecamatan seperti Gunung Kunyit di Teluk Betung Selatan, Gunung Kelutum, Gunung Camang dan Gunung Kapuk di Tanjung Karang Timur, Gunung Sulah di Sukarame, Gunung Balau di Kedaton, Gunung Sari di Tanjung Karang Pusat, dan Gunung Kucing di Tanjung Karang Barat. Luas wilayah Bandar Lampung 192.96 km2 yang lahannya banyak dimanfaatkan untuk pemukiman dan yang lain berupa sawah, perkebunan dan dataran tinggi.
35
Tabel 2. Pola penggunaan Lahan di Provinsi Lampung tahun 2001 Guna Lahan Area hutan Belukar Padang Rumput Ladangan Dataran Tinggi Sawah Perkebunan Perairan Darat Pemukiman Sumber : Badan Pusat Statistik, 2002
Luas (Km persegi) 6863 8880 2264 5200 3962 601 4422 71 3113
B. Penduduk
Masyarakat Lampung terdiri atas berbagai suku antara lain Lampung, Jawa, Melayu, Pasemah, dan Semendo.
Masyarakat Lampung bentuknya yang asli
memiliki struktur hukum adat yang tersendiri, bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok tersebut menyebar di berbagai tempat di daerah Lampung.
Penduduk pendatang yang menetap di Propinsi Lampung diperkirakan mencapai 84%. Kelompok etnis terbesar adalah Jawa (30%), Banten/Sunda (20%), Minangkabau (10%), Semendo (12 %). Kelompok etnis lain yang cukup banyak jumlahnnya adalah Bali, Batak, Bengkulu, Bugis, China, Ambon, Aceh, Riau, dan lain-lain. Banyaknya penduduk pendatang ini akibat adanya progam relokasi yang dilakukan sejak tahun 1905 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan memindahkan petani dari Bagelan Jawa Tengah dan membangun Kota Wonosobo dan Kota Agung.
Kemudian tahun 1932 – 1937 ada pembukaan lahan
36
transmigrasi baru di Kota Metro, Pringsewu, dan berbagai kota lainnya. Program transmigrasi ini terus berlangsung hingga akhir dekade 80-an.
Karakteristik mata pencaharian penduduk pendatang pada umumnya memiliki kekhasan dalam beradaptasi. Sebagai contoh pendatang asal Pati – Jawa Tengah yang semula sebagai petambak lebih memilih usaha tambak di lokasi barunya. Semula mereka berbudidaya bandeng dan jenis ikan lainnya, tetapi seiring dengan perkembangan tren budidaya udang windu mereka beralih ke jenis yang lebih menguntungkan ini ditambah lagi dengan dukungan dari pihak pemberi modal. Demikian pula dengan pendatang dari etnis Bugis yang terkenal sebagai pelaut lebih memilih menjadi nelayan. Pendatang dari Jawa yang semula petani lebih memilih usaha di bidang pertanian dan perkebunan.
Tenaga kerja yang dimaksud adalah penduduk yang diatas 15 tahun. Pada tahun 1997 sebanyak 472.454 jiwa, pada tahun 1998 sebanyak 490.374 jiwa, dan pada tahun 1999 sebanyak 495.038 jiwa.
Tabel 3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Badan Pusat Statistik 2001 No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kacamatan
Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Timur Tanjung Karang Barat Teluk Betung Utara Teluk Betung Selatan Teluk Betung Barat Panjang Sukarame Kedaton Total
Satuan Jumlah 69,982 75,296 99,785 56,565 87,399 52,500 68,652 95,885 136,685 742,749
Kepadatan 14,138 3,568 2,433 9,050 16,215 2,177 2,528 3,492 3,848 3,849
37
C. Pengelolaan Sampah di Kota Bandar Lampung
Jumlah volume sampah per hari di Kota Bandar Lampung sejumlah 246.75 m3, dilayani dengan menggunaan kendaraan operasional pengangkut sejumlah 23 kendaraan dengan rotasi per harinya 61 rotasi. Pengelolaan sampah dilakukan oleh dinas persampahan.
Tabel 4. Jumlah Kendaraan, Rotasi Dan Volume Sampah Terangkut Per tahun (Data BPS th.2000). Jumlah Kendaraan (unit)
Rotasi
Volume sampah per hari
Tanjung Karang Pusat
3
8
32
Tanjung Karang Timur
3
7
30.5
Tanjung Karang Barat
2
6
24.2
Kedaton
2
6
25.25
Sukarame
3
6
25.25
Teluk Betung Utara
3
9
36
Teluk Betung Selatan
3
7
28
Teluk Betung Barat
2
9
31
Panjang
2
3
14
Jumlah
23
61
246.75
Kecamatan
Sesuai dengan standar kota Besar, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,25 liter/orang/hari, Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung dan salah satu kota besar di Indonesia, berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 881.801 jiwa dan menghasilkan sampah rata-rata sekitar 0,43 kg/hari/orang. Jumlah volume sampah per hari di Kota Bandar Lampung tercatat sejumlah 2.086,71 m3 dan dilayani oleh pemerintah
38
kota dengan menggunakan kendaraan operasional pengangkut sejumlah 84 kendaraan truck dan amrool dengan rotasi pengangkutan per harinya sebanyak 160-an rotasi. Banyaknya sampah yang terangkut melalui 160-an rotasi tersebut sebanyak 609,23 m3. Hal ini berarti bahwa kurang dari 50 persen sampah di Kota Bandar Lampung yang telah dapat dikelola (Studi Sektor Persampahan Unila, 2010).
Jumlah ini cukup besar, sehingga Dinas Persampahan Kota Bandar
Lampung perlu bekerja keras untuk dapat melayani kebutuhan penduduk akan penanganan masalah sampah.
Pesatnya pertambahan penduduk yang disertai derasnya arus urbanisasi di Kota Bandar Lampung telah meningkatkan jumlah sampah padat di perkotaan dari hari ke hari.
Keterbatasan kemampuan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas
Pengelolaan Pasar, Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum serta pihak kecamatan di wilayah Kota Bandar Lampung dalam menangani permasalahan sampah menjadi tanda awal dari semakin menurunnya sistem penanganan dan pengelolaan permasalahan sampah tersebut. Hal ini terasa semakin sulit untuk diselesaikan dalam jangka pendek karena adanya keterbatasan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat, dan terkendala dengan jumlah kendaraan yang masih terbatas serta kondisi peralatan yang telah tua. Belum lagi pengelolaan TPA Bakung yang sampai saat ini belum sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan sampah yang ramah lingkungan (Studi Sektor Persampahan Unila, 2010).
Secara administratif, saat ini Kota Bandar Lampung terdiri atas 13 kecamatan dan 98 kelurahan dengan luas 19.722 hektar. Selama ini, sampah dikelola secara
39
bertahap. Pihak kelurahan bertanggung jawab atas pengumpulan sampah dari rumah tangga ke lokasi TPS melalui sistem Satuan Organisasi Kebersihan Lingkungan
(Sokli),
dan
pihak
kecamatan
bertanggung
jawab
dalam
pengangkutan dari TPS ke TPA. Sistem ini ternyata sangat terbatas karena hanya terdapat 86 TPS untuk melayani 98 kelurahan tersebut, demikian juga kapasitas institusional dalam pengumpulan sampah yang terbatas yang masih terdapat pembagian tanggung jawab yang beragam. Penanganan sampah di jalan raya berada di bawah kendali Dinas Kebersihan dan Pertamanan, sampah di pasar berada di bawah kendali Dinas Pengelolaan Pasar, sedangkan sampah di terminal menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan.
Tabel 5. Data jumlah sampah pasar per hari
No
Nama Pasar
Jenis Mobil
Kubik sampah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Way Halim Way Kandis Tugu Bawah Bambu Kuning Smep/Baru Pasir Gintung Tamin Beringin Raya Cimeng Kangkung Gudang Lelang Panjang
Dump Truck Kontainer Dump Truck Kontainer Kontainer Kontainer Dump Truck Dump Truck Kontainer Dump Truck Dump Truck
4 2 6 3 2,5 7 12 4 2,5 2,5 6 2 6
jumlah pengangangkutan per hari 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 2 1 2
40
Jumlah pasar yang di kelola oleh Dinas Pasar sebanyak 13 pasar dengan jumlah sampah yang di angkut sekitar ± 118,5 kubik tiap hari. Program kebersihan pada pasar diatur dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 65 tahun 2010 yang berisi tentang “Pelaksanaan ketertiban, keamanan, kebersihan, keindahan dan keapikan bagi tempat usaha di wilayah kota Bandar Lampung”.
Tabel 6. Jumlah Petugas Pengelola pasar No
Nama Pasar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Way Halim Way Kandis Tugu Bawah Bambu Kuning Smep/Baru Pasir Gintung Tamin Beringin Raya Cimeng Kangkung Gudang Lelang Panjang
Jumlah petugas kebersihan (orang) Tukang sapu Kernet Sopir 5 2 1 1 2 1 5 2 1 5 2 1 11 2 1 10 2 1 9 2 1 6 2 1 2 5 2 1 13 2 1 2 2 1 10 2 1
Banyaknya jumlah sampah yang menumpuk di TPA bakung setiap harinya, tidak hanya sampah yang berasal dari dinas pasar tetapi juga dari pemukiman penduduk dan pertamanan kota Bandar Lampung menjadi suatu masalah yang harus di cari penyelesaiannya.
Penggunakan sampah-sampah organik yang diolah menjadi
pupuk
diharapkan
kompos
bisa
menjadi
solusi
dalam
menyelesaikan
permasalahan sampah yang di hadapai masyarakat Lampung saat ini.