IV. ANALISIS AGRONOMI DAN FISIOLOGI PADA BERBAGAI KOMBINASI OKULASI TANAMAN KARET
IV. 1. Pendahuluan Perbanyakan tanaman karet sampai saat ini yang dlanggap paling berhasil dan telah dilakukan secara besar-besaran adalah dengan sistem okulasi. Batang atas bempa mata tunas dari klon yang dianjurkan, sedangkan batang bawah berupa semaian dari biji suatu klon karet yang dianjurkan untuk batang bawah. Pertumbuhan dan hasil karet yang diokulasi bergantung pada tingkat kompatibilitas antara batang bawah dan batang atas. Inko~npatibilitasantara batang bawah dan batang atas dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan menurunnya produksi.
Sebaliknya bila terdapat kombinasi yang
kompatibel, okulasi akan dapat mempercepat pemunbuhan dan meningkatkan produksi. Dalam okulasi, kompatibilitas antara jaringan batang bawah dan batang atas mem,tgang peran penting. Agar pengaliran lateks dapat bejalan lancar, maka pembuluh lateks batang bawah dan batang atas harus bertautan dengan baik dan mempakan kesatuan yang harmonis. Kompatibilitas ini ditunjukkan mulai dari keberhasilan okulasi sampai karakter agmnomi, fisiologi, dan ada juga yang bersifat morfologi. Menurut Sagay & Omalrhafe (1997) keberhasilan okulasi akibat kesesuaian batang atas dan batang bawah bewariasi dari 55 sampai 90 persen. Madjid (1974) mengemukakan bahwa okulasi tanaman karet yang inkompatibel dapat menurunkan produksi sampai 40%. Sedang inkornpatibilitas baru dapat diketahui setelah tanaman menghasilkan (TM). Pengujian kesesuaian ini umumnya memerlukan waktu yang lama, tetapi sebagai tahap awal dapat didekati dengan melakukan analisis fisiologi dan agronomi. Ukuran lilit batang merupakan salah satu karakter agronomi yang dapat digunakan untuk
mengindikasikan kesesuaian batang atas dengan batang bawah pada sistem okulasi (Na~litupulu,1992; Kuswanhadi, 1992). Seperti halnya lilit batang, tebal M i t batang juga mmpakan salah satu tolak uku~untuk memilih klon yang baik karena menunjukkan korelasi yang tinggi dengan produksi (Boerhendhy, 1990). Produksi lateks yang diperoleh dari basil penyadapan ditentukan antara lain oleh lamanya aliran dan kecepatan biosintesis lateks. Sedangkan biosintesis lateks ditentukan oleh ketersediaan bahan dasar pembentt~klateks berupa sukrosa dan oleh aktivitas enzim yang berperan secara langsung. Lacrotte et al. (1988) menyatakan pasokan sukrosa ke pembu~luhlateks merupakan faktor utama potensi produksi suatu klon Kandungan sukrosa yang tinggi menunjukkan adanya influks yang cukup baik dalarn sel pembuluh lateks. Kandungan fosfat inorganik (Pi) yang tinggi mencerminkan metabolisme yang aktif, karena Pi berfungsi sebagai senyawa fosforilasi dan sebagai komponen pembentuk energi. Kandungan ti01 dalam lateks dapat mencerminkan fungsi ganda yaitu aliran lateks dan metabolisme lateks (Jacob et al., 1998). Sedangkan M$ berpt:ran dalam pengendalian reaksi enzimatis yaitu befingsi sebagai kofaktor pada
proses pembentukan molekul karet (Raswil, 1998). Penelitian mengenai mekanisme kompatibilitas ataupun inkompatibilitas terhadap klon-klon anjuran hasil okulasi tanaman karet belum banyak dilakukan. Berdasarkan pennasalahan yang dikemukakan di atas penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi berbagai jenis batang bawah terhadap batang atas okulasi tanaman karet berdasarkan karakter aFonomi yaitu lilit batang dan tebal kulit asli dan karakter fisiologi yaitu kandungan st~krosa,fosfat inorganik (Pi), tiol dan M?.
1V.2. Bahan dan Metode Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Biomolekul dan Imunologi, Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan (UPBP), Bogor. Kebun percobaan milk UPBP Ciontas, Bogor dan kebun percobaan Balai Penelitian Sembawa, Pelembang. IV.2.1. Bahan tanaman
Bahan tanaman karet yang digunakan adalah okulasi berumur 66 bulan yang dipelihara di kebun percobaan Unit Penelitian Biotelcnologi Perkebunan (UF'BP),
Bogor,
dan I3alai penelitian Sembawa (Tabel Lampiran 1). Kombinasi batang atashatang bawah pertanaman yang berasal dari kebun percobaan Ciomas, UPBP di Bogor adalah 8 kombinasi sebagai berikut : PB 2601PB 255, PB260lBPM 1, PB260PR 300, PB260lLCB 1320, PB260lAVROS 2037, PB260lGT1, dan PB260/RRIM 712 dan GTlIGT1 sebagai konb.01. Sedangkan tanaman karet yang dipelihara di kebun percobaan Balai Penelitian Sembawa, Palembang dengan kombinasi batang atashatang bawah adalah sebagai berikut : bat;mg atas BPM 1, BPM 24, RRIC 100, dan RRIC 102 dikombinasikan dengan batang
bawah BPM 1, BPM 24, RRIC 100, RRIC 101, RRIC 102, dan RRIC 110 (24 kombinasi). Kombinasi batang atashatang bawah dari okulasi klon tanaman karet yang sama digur~akansebagai kontrol.
1V.2.2. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga kelompok. Dimana kombinasi klon
sebagai
perlakuan dan peubah-peubah yang diukur adalah kadar sukrosa, fosfat inorganik, tiol dan rnagr~esiumyang dianalisis dari serum lateks batang atas tanaman karet.
Pada analisis fisiologi, semn lateks diekstraksi menggunakan Trichloro Acetic Acid (TCA) 2.5%
(IRRDB, 1993). Unhk memisahkan partikel karet dari serum
dilahkan dengan caTa sebanyak 1 ml lateks segar hcampur dengan 9 ml TCA 2.5 % di dalan~botol film. Gumpalan partikel karet dikeluarkan dari botol film dan larutan serum disaring dengan kertas Whatman kemudian disimpan pada suhu 4 C ' untuk digunakan pada analisis selanjutnya. Penentuan kadar sukrosa.
Kadar sukrosa dianalisis berdasarkan metode
Dische (1962). Ke dalam 5 pl contoh senun lateks ditambahkan TCA 2.5% hingga volunne total 500 p1, kemudian direaksikan dengan 3 ml pereaksi antron (&So4 70%, dan 0.1 g anhon) dan divortek. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 100 "C selama 15 menit untuk menghasilkan derifatif furfural yang berwama hijau. Selanjutnya kadar sukrosa ditetapkan dengan spehofotometer pada panjang gelombang h 627 nm. Penentuan kadar fosfat inorganik (Pi).
Kadar Pi dianalisis berdasarkan
metotle Taussky dan Shon (1953). Ke dalam 0.3 ml contoh serum lateks ditambahkan TCA 2.5% hingga volume 1.5 ml, kemudian direaksikan dengan 1 ml perekasi campuran 1 g FeS04, 2 ml lan~tan stok molibdat, ditera dengan akuades hingga 18 ml, dan
didia~mkan10 menit pada suhu kamar agar menghasilkan kompleks Pi-molibdat yang berwma bim. Kadar Pi ditetapkan dengan spehofotometer pada panjang gelombang h 750 rim. Penentuan kadar tiol. Kadar tiol dianalisis berdasarkan metode McMullen
(1 960). Ke dalam 1.5 ml contoh serum lateks ditambahkan 75 pl pereaksi asam di-tiobisnitrobensoat (DTNB) 10 mM (79.3 mg DTNB, 148.8 mg EDTA, 6.25 ml Tris 0.5 M, dan 5 ml akuades) dan 1.5 ml bufer Tris 0.5 M kemudian divortek sampai dihasilkan tionitrobensoat (TNB) yang berwama kuning. Campuran didiamkan pada suhu kamar
selama 30 menit, kemudian kadar ti01 ditetapkan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang h 412 nm. Penentuan kadar Magnesium
( ~ fPengukuran i.
kadar M$
dilakukan
dengan menggunakan metode Jones dan Benton (1984). Kedalam 1 ml contoh serum lateks ditambahkan 9 ml HzO, kemudian diambil sebanyak 2 ml contoh dan ditambahkan 2 ml larutan lantan (111) khlorida 4000 ppm (2.675 gl250 ml + 5 tetes HC1 pa) clan divoriek. Kadar M$
ditetapkan dengan menggunakan alat spektroskopi serapan atom
(SSA:).
IV.2.3. Analisis Data
Untuk menetapkan pengaruh perlakuan yakni kombinasi antara batang atas dan batan,g bawah tanaman karet, maka data hasil pengukuran ditransformaskan terlebh dahulu, dalam bentuk tansfonnasi aka untuk sukrosa dan transfonnasi logaritma untuk
Pi, Ti01 dan M$'.
Data hasil pengukuran dianalisis sidik ragarn dan uji beda Duncan
dengitn menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) versi 6.12 (SAS User S Guide: 1990).
Data karakter agronomi yang dianalisis dalam tulisan ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bapak Boerhendhy (komunikasi pribadi, 2001).
Data sekunder
karakter agronomi tersebut adalah data lilit batang dan tebal kulit asli untuk tanaman karet yang dipelihara di kebum percobaan Balai Penelitian Sembawa, Palembang, diperoleh dalarr~benttlk rataan dari tiga ulangan sehingga tidak bisa dianalisis secara statistik. Adaplun metode pengukuran kedila karakter agronomi tersebut adalah sebagai berikut (Boerhendhy, kornunikasi pribadi, 2001) : Pengukuran lilit batang (em). Pengukuran lilit batang dllakukan pada ketinggian 100 crn dari permukaan okulasi (dpo).
Pengukuran tebal kulit asli (mm). Kulit tanaman karet diambil pada ketinggian 100 cm dari permukaan okulasi (dpo), kemudian diukur tebalnya. Untuk menetapkan perbedaan dan persamaan di antara kombinasi dan di dalan~kombinasi okulasi itu sendiri serta kesesuaian kombinasi berdasarkan peubah agronomi dan fisiologi maka dilakukan analisis gerombol.
Seluruh proses
pengt:rombolan dilakukan dengan menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) versi 6.12 (SAS User's Guide, 1990). IV.3. Hasil dan Pembahasan IV.3.1. Analisis Karakter Agronomi dan Fisiologis IV.3.1.1. Bahan tanaman asal Sembawa
Rataan lilit batang dan tebal kulit asli serta kandungan sukrosa, Pi, tiol dan M ~ dari ~ +lateks batang atas yang dikombinasikan dengan berbagai jenis batang bawah tanaman karet asal kebun Sembawa disajikan pada Tabel 1. Secara mum klon BPMl sebagai batang atas dan RRIC102 sebagai batang bawah menghasilkan nilai rataan lilit batang tertinggi apabila dibandingkan dengan klon RRICIOO dan BPM24.
Sedangkan untuk tebal kulit asli yang tertinggi dihasilkan dari klon RRICIOO sebagai batang atas dan klon BPMl sebagai batang bawah. Dan seluruh kombinasi okulasi yang diuji ternyata BPMI RRIC 101, BPM24lBPM1, RRIC100RRIC100, dan RRIC102/RRIC10 1 memiliki nilai rataan lilit batang terbesar. Sedangkan tebal kulit asli terbesar diperoleh dari kombinasi BPM l/RRICIOI,
BPM24BPM1, RRIC100BPM24, dan RRIC 102iRRIC1 10.
~ + Hasil analisis ragam terhadap kandungan sukrosa, Pi, ti01 dan M ~ dari seluruh kombinasi klon tanaman karet yang diamati menunjukkan perbedaan yang
nyata (Tabel Lamp~ran2). Kandungan sukrosa pada klon RRIC 102 sebagai batang atas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan klon BPM 1, BPM 24 dan RRIC 100 sebagai batang atas, sedangkan kandungan sukrosa pada kombinasi seluruh batang bawah yang sama lebih bervariasi. Didapatkan lebih dan 42 % kombinasi dengan kandungan sukrc~saberlusar antara 0.26 - 0.42 %.
Tabel 1. Rata-tara lilit batang dan tebal kulit asli serta kandungan sukrosa, Pi, tiol, clan M ~ dari ~ +lateks batang atas tanaman karet yang dikombinasikan dengan berbagai jenis batang bawab tanaman karet asal kebun Sembawa -
Kombinasi Bac ang atasl batrng bawah
Agronomi
Fisiolog i
Lll11 Batang (cm)
Tebal Kulit asli (rnrn)
BPMllBPMl BPMlIBPM24 BPMllRRlClOO BPM 1,'RRIC 101 BPMI/RRICIO2 BPMllRRlC l I0
47.62 47.24 48.96 49.13 48.47 48.08
7.25 7.36 7.47 7.48 7.01 7.28
0.31 0.28 0.36 0.13 0.36 0.14
bcdef bcdef bcdef def bcdef cdef
482.00 321.30 343.00 424.30 935.00 482.00
BPM241BPM24 BPM241 BPMl BPM241 RRlC100 BPM241 RRIClOl BPM24RRIC 102 BPM24RRICI I0
46.48 45.12 43.62 46.47 46.34
7.43 7.21 6.99 7.34 7.41
0.42 0.12 0.47 0.26 0.35
bcdef def bcdef bcdef bcdef
507.70 363.00 252.00 471.70 200.30 299.00
bcdc abcd cde abcd
RRICl(lO/RRIC100 RRICIOO/BPMl RRIClOOI BPM24 RRIC10O/RRIC101 RRICI (IOIRRIC I02 RR1C l (IOIRRIC1 10
47.99 46.78 46.51 46.13 46.73 47.69
7.55 7.46 7.84 7.48 7.12 7.22
0.08 0.10 0.30 0.19 0.13 0.18
f ef bcdef cdef def cdcf
RRICIC12RRlC102 RRlC 1(12/ BPM L RRICI C'ZIBPM24 RRIC 1C~2/RR[C100 RRICIC2RRlCIOI RRIClCZ/RRICI I0
47.57 45.13 47.70 46.61 49.02 45.35
7.62 7.00 7.14 7.23 7.66 7.88
0.60 0.96 0.42 0.66 0.72 1.56
abcd ab bcdef abc abcdc a
-
Sulirosa ( 'Yo
PI ( P PP) ~
abed
Ttol ( P P )~
M~'' P ~
(P
89.67 f 129.00 dc 145.00 cde 86.67 f 144.33 cde 113.00 ef
226.33 252.00 224.67 243.00 199.67 234.33
abcd ab abcd ab abcd abc
cde
167.67 150.00 162.33 126.67 158.67 156.67
213.33 217.00 225.00 152.33 257.00 288.00
abcde abcde abcde bcdef ab a
353.00 537.33 399.67 148.67 231.67 441.00
abcd abc abcd e cde a d
158.00 abcdc 223.67 a 168.00 abcd 161.00 abcd 165.33 abcde 208.00 ab
131.67 126.67 166.33 123.33 172.00 168.67
cdefg defg abcdcf efg abcdcf aWef
334.00 762.30 400.70 351.00 981.70 248.30
bcde ab nbcd abcd a cde
206.33 2W.33 200.00 168.33 196.00 180.00
74.00 100.39 96.33 95.33 77.69 73.33
h gh fgh gh fgh fgh
We
bcde abcd ab abcd
de
abcd bcde abcd
de abcde
bde
ab abc abc abd abc abd
Ketera~ngan: Angka yang diilruti dengan huruf yang sama pndn lnjur dan peubah yang sama tidak nyala pada uji
h c a n 0.05.
Kandungan fosfat inorganik ( Pi ) pada k:on RRIClO2 sebagai batang atas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan klon batang atas lainnya. Lebih dari 42% kombinasi kandungan Pi
berkisar antara
351.00 - 482.00 ppm.
Sementara
kandilngan ti01 pada klon RRIC102 dan RRIClOO sebagai batang atas relatif lebih tinggi sedangkan pada klon batang bawah yang sama sangat bewariasi. Kandungan magnesium (klg2+) pada klon batang atas BPMl dan BPM24 relatif' lebih tinggi dm klon RRIC102 dan RRIClOO sebagai batang atas. Klon RRIC102 sebagai batang atas menghasilkan kandungan Mg2+terendah.
IV.3.1.2.
Bahan Tanaman Asal Ciomas
~ lateks + kombinasi batang Rata-rata kandungan sukrosa, Pi, ti01 dan M ~ dari atas dengan batang bawah tanaman karet asal kebun Ciomas disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis ragam kombinasi okulasi pada tanaman tersebut karet asal kebun Ciomas tidak berbeda nyata terhadap kandungaan sukrosa, Pi, ti01 dan Mg2+ (Tabel Lampiran 3). Tabel 2. Rata-rata kandungan sukrosa, Pi, tiol, dan M ~ dari ~ +lateks batang atas tanaman karet asal Ciomas yang dikombinasikan dengan berbagai jenis batang bawah
- Kombinasi E'atangataslbatang bawah PB 26OlGT 1 PB 2601BPM 1 PB 160PR300 PB 260PR 255 PB 2 601RRIM 7 12 PB 2601AVROS 2037 PB 26OlLCB 1320 GT I IGT 1
-
SSrosa (%)
1.82 0.80 1.06 0.85 1.42 1.28 1.17 1.78
a a a a a a a
a
Pi ( P P P) ~ 361.00a 443.50 n 313.70 a 260.50 a 238.00 a 184.00 a 151.00 a 142.00 a
Ti01 ( P P )~
474.00 381.33 365.00 329.00 521.00 465.00 381.00 532.67
ab ab b ab a ab ab a
M&* ( P P )~
41.50 31.50 22.67 85.00 59.67 32.33 31.67 83.67
ab ab
b ab ab ab ab a
Keterar~gan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada lajw dan pcubah yang sama tidak nyala pada uji Duncan 0.05
Kandungan sukrosa dan Pi pada seluruh kombinasi klon tidak berbeda narnun ada kecendrungan kombinasi klon PB 260lGTl menghasilkan sukrosa dan Pi yang lebih tinggi. Kandungan sukrosa lateks klon karet a d Ciomas berkisar -
0.50
1.82 %. Kandungan tiol pada kombinasi GTlIGTI, PB260/RRIM712 relatif lebih
tingg~ apabila dibandingkan dengan kombinasi
PB260tGT1,
PB260BPM1,
PB260IPR255, dan PB260tAVROS2037 (Tabel 2). Kandungan M$+ lateks pada selunlh kombinasi klon karet Ciomas berkisar antara 22.67 - 85.00 ppm.
IV.3.2 Pengerombolan kombinasi okulasi tanaman karet berdasarkan karakter agronomi dan fisiologi IV.3.2.1. Bahan tanam asal Sembawa
Pengerombolan kombinasi okulasi berdasarkan kemiripan sifat agonomi dan fisiologi antar berbagai kombinasi batang atas dan batang bawah pada okulasi tanaman karet
dilakukan menggunakan analisis gerombol
yang ditampilkan dalam bentuk
dendogram. Pengelompokan yang dilakukan dengan kriteria 20 % keragaman di dalam kelonipok dan 80% keragaman antar kelompok. Diperoleh dua belas gerombol untuk kombinasi okulasi klon karet asal Sembawa (Tabel 3 Gambar 2) dan lima gerombol untuk klon karet asal Ciomas (Tabel 4 Gambar 3).
RRlC 1001BPM 24
I
BPM 24lBPM 1 BPM 241RRIC 101 RRIC102lRRIC 101 RRIC 102BPM 1 BPM llRRlC 102 RRIC1021RRIC110 RRICl02RRIC100 RRIC102BPM24 RRIC1001RRIC102 BPMllRRlClMl RRIC102/RRlC102 RRIClC€I/RRIClOl RRIC100lRRI 1W RRICl00IRRIC110 RRlC lOOlBPM 1 BPM 24lRRIC 110 BPM24lRRIC 102 BPM 24lRRIClM) BPM 24lBPM24 BPM 1lRRlCllO BPM 1lBPM24 BPM IIRRIC 101 BPM 1IBPM 1
Dl0
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.W
001
0.02
001
O.IX1
J a r s k
Gambar 2. Dendrogram dari dua puluh empat ko~nbinasi okulasi klon karet asal Sembawa
Tabel 3.
Gerc'mbol
Rataan di dalam sitiap gerombol untuk semua parameter kuantitatif dari 24 kombinasi klon tanaman karet asal Sembawa Batang Atad Batang Bawah
BPMIiBPMl BPMIBPM24 BPM IIRRIC 101 BPMlmRICllO
RRlC100/RRIC102 RRIC 102BPM24 RRIC 102lRRIC100
BPMllRRlC102 RRIClO2l BPMl BPM241 BPM24 BPM241 RRlC I 0 0
BPM241 RRlC I0 l
BPM241 BPMl RRlC 100BPM24
Lilit Batang
Tebal Kulit asli
Sulcrosa (%)
Pi Ti01 M~" (PP~P) (PP~) (PP~)
1V.3.2.2. Bahan Tanaman Asal Ciomas
Jarak
Garnbar 3. Dendrogram delapan kombinasi okulasi klon karet asal Ciomas
Tabel 4. Rataan di dalam setiap gerombol untuk semua parameter kuantitatif dari delapan kombinasi klon karet asal Ciomas Gerombol
1
Kombinasi Batang atasbatang bawah PB 260lAVROS 2037 PB 260lLCB 1320 PB 260lPR 300
Sukrosa
M$'
( %)
Pi (ppm P)
Tiol (ppm)
(PP~)
1.17
2 16.22
381.56
28.89
Kombinasi RR1C102/RR1C101, BPMl/RRIClOI, BPMlRRIC100 dan RR1C100/RR1C100 menghasilkan lilit batang dan tebal kulit terbesar.
Hal ini
memberikan dugaan awal bahwa antara okulasi tersebut tejadi interaksi batang bawah dengan batang atas yang positif. Sedangkan kombinasi okulasi yang diduga interaksinya negatif adalah BPM24RRIC101 dan
RRlC102/BPMl
yang
menghasilkan li!it batang dan tebal kulit terkecil. Menurut Boerhendhy (1990) ukuran lilit biitang dan tebal kulit merupakan parameter untuk mengukur pertumbuhan dan tolak ukur untuk memilih klon yang baik pada tanaman karet. Danimihardja (1986) menyiltakan bahwa ciri lilit batang pada tanaman karet muda urnumnya berkolerasi positif dengan hasil tanaman dewasa sehingga ciri lilit batang tanaman karet muda dapat digunakan untuk menduga hasil tanaman karet dewasa. Menurut Webster & Paardekooper (1990) bahwa dengan bertambah besarnya lilit batang, kulit batang yang terpotong sewaktu penyadapan semahn panjang, jumlah penyuimbatan yang tejadi pada ujung pembuluh lateks kecil, sehingga produksi yang diperoleh juga tinggi. Sebaliknya semakin kecil lilit batang, kulit batang yang terpotong sewaktu penyadapan semakin pendek, jumlah pembuluh lateks yang terpotong juga sedikil:, indeks penyumbatan pada pembuluh lateks tinggi, sehingga produksi yang diperoleh rendah. Dari hasil penelitian Gomez (1982), korelasi tebal kulit dengan jumlalh pembuluh lateks sangat nyata dengan koefisien korelasi sebesar 0.594. Lebih lanjut disebutkan bahwa korelasi tebal kulit dengan produksi juga nyata dengan koefisien sebesar 0.49. Kombinasi klon karet berpengaruh nyata terhadap perbedaan kandungan sukro!;a, Pi, ti01 dan
lateks yang mengindikasikan adanya interaksi antara
batanj; bawah dan batang atas pada seluruh kombinasi klon karet yang diuji. Secara
umum kombinasi RRIC 102 sebagai batang atas menghasilkan kandungan sukrosa, Pi dan t~,ol tertinggi serta kandungan M~~~ yang terendah. Berdasarkan karakter tersebut diduga bahwa kombinasi RRIClO2 sebagai batang atas memiliki tingkat kesestlaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi batang atas lainnnya. Menurut Siswanto (1994) kandungan sukrosa yang tinggi menunjukkan adanya
influb yang cukup baik dalam sel pembuluh lateks yang mungkin hikuti oleh suatu metabolisme aktif namun kandungan sukrosa yang tinggi mungkin juga disebabkan oleh rendahnya metabolisme penggunaan sukrosa yang akhimya produksinya juga rendali. Menurut Lukman (1992) sukrosa bukan saja diperlukan sebagai bahan dasar biosintesis tetapi juga berperan aktif dalam diferensiasi jaringan pembuluh baik secara kualitiltif maupun kuantitatif. Menurut Jacob et al. (1988) bahwa Pi adalah elemen yang penting untuk pemtk.aran sel dalam aktivitas metabolisme dan biosintesis lateks dalam sitosol sel latisiferus. Menurut Siswanto (1994), Pi yang tinggi mencerminkan metabolisme yang aktif, karena fospat berfungsi sebagai senyawa fosforilasi dan sebagai komponen pembcntuk energi. Menurut Jacob et al. (1998) dan Wenxian et al. (1988) bahwa tiol berfur~gsisebagai aktivator, berhubungan dengan stabilitas membran lutoid, kecepatan aliran lateks dan meningkatkan produksi. Mg2+ dalam sitoplasma berperan sebagai aktivator beberapa enzim antara ATPase, PPase, PEPcase, namun apabila tejadi kebocoran membran, konsentrasinya yang !;angat tinggi dalam lutoid akan mempercepat prakoagulasi yang akhirnya akan mengl~entikanaliran lateks (Siswanto, 1994). Menurut Anas et al. (1998) lateks yang mempunyai kandungan ion logam terutama ion M$f di atas 250 ppm dapat menganggu kestabilan lateks, karena dapat bertindak sebagai prooksidan atau sebagai katalis pada reaksi oksidasi partikel karet yang menimbulkan wama kehitaman pada karet. Kombinasi RRIC102/RRIC101 pada gerombol VIII membenkan hasil yang tertinggi baik untuk lilit batang dan tebal kulit maupun untuk kandungan sukrosa, Pi dan ti01 se7ta MgZ+yang rendah. Hal ini mengindikasikan adanya kesesuaian yang cukup
tinggi antara batang atas dengan batang bawah. Hasil yang diperoleh didukung oleh hasil
analisds kesamaan genetik antar kedua klon tersebut yang di lakukan oleh NurliaimiHaris et al. (1998). Temyata RRIC102 dengan RRIClOl memiliki kesamaan genetik yang cukup tinggi ( 87% ) dibandingkan dengan klon karet lainnya. Klon karet RRIC102 merul~akanpersilangan antara (RRIC52 X RRIC7) dan RRIC110 (LCB1320 X RRIC7) (R~slitbumBogor, 2000). Pada kombinasi PB260PR225 yang terletak pada gerombol V menghasilkan kandungan sukrosa, Pi, dan tiol yang lebih rendah serta M ~ Zyang ' lebih tinggi. Hal ini diduga mengindikasikan tingkat kesesuaian yang lebih rendah dibandingkan dengan kombinasi oktdasi lainnya. Hasil yang diperoleh didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Toman-Mathius et al. (1999) yang menemukan bahwa dari anatomi kulit batang pada kombinasi PB260PR300 dan PB260iPR255 terjadi penyambungan batang yang tidak mulus dan pada daerah floem terjadi pembentukan sel batu yang lebih banyak. Pembentukan sel batu meng&batkan berkurangnya fungsi floem dan saluran lateks yang dapat mengakibatkan suplai nutrisi menjadi terhambat. Menurut Azwar (1990) bahwa, klon PR255 memiliki karakter pertumbuhannya yang lambat, memerlukan pemupukan yang tepat dan kontinu untuk berproduksi tinggi, sedang kombinasi PB260lBPMl menghasilkan tebal kulit yang nyata lebh rendah dibandingkan dengan kombinasi okulasi tanaman karet lainnya. Menurut
Wutscher
(19851) terdapat hubungan timbal balik antara batang atas dengan batang bawah. Hubungan ini melibatkan keragaman dalam pola distribusi hara dan kemampuan hara ilntuk bergerak melintas1 bagian penyatuan sambungan. Pada kombinasi PB260/RRIM712 dan GTIIGTI yang terletak pada gerombol I1 menghasilkan kandungan sukrosa, ti01
dan M ~ Z 'yang relatif tinggi akan tetapi
kandlrngan Pi cukup rendah. Sedangkan pada gerombol
111 terdapat kombinasi
PB260lGT1, menghasilkan kandungan sukrosa, Pi dan ti01 yang tioggi serta kandungan
M$'
yang cukup rendah. Apabila dilihat dari kesamaan genetik sebagaimana hasil
penr:litian Toman-Mathius et al. (1999) menunjukkan bahwa PB260 dengan GT1 menuliki kesamaan genetik yang cukup tinggi ( 82% ). Menurut Hartrnan et al. (1997) bahwa keberhasilan penyambungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain daya gabung, hubungan kekerabatan antara batang atas dan batang bawah, dan aktivitas pertumbuhan batang bawah. Keadaan ini diduga &pat menlgindiikan adanya interaksi antara batang bawah dengan batang atas pada okulasi tanzlman karet. Batang atas akan &pat tumbuh baik apabila mendapat hara dan batang bawah dalam bentuk dan perbandingan yang tepat. Syarat ini akan dapat dipenuhi apabila sifat batang atas clan batang bawah tidak jauh berbeda. Oleh sebab itu karakter lilit batang, tebal kulit asli, kandungan sukrosa, Pi, tiol dan M?
dalam lateks dapat digunakan
sebagai indikator dari potensi produksi dan regenerasi lateks suatu klon, tetapi kenlungkinan dapat juga menjadi indikator adanya penyambungan yang kurang serasi akibat interaksi batang atas dengan batang bawah yang tidak serasi. Untuk mengkonfumasi hasil yang diperoleh masih diperlukan data dari per~elitian-penelitian lain yang lebih lengkap tentang sifat-sifat kombinasi okulasi teciebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai proses fisiologi dan agronomi lainnya misalnya hubungan jumlah pembuluh lateks, kecepatan aliran lateks, kadar karet kering dan warna lateks terhadap interaksi batang bawah dan batang atas pada okidasi tanaman karet.
IV.4. Kesimpulan dan Saran
IV. 4.1. Kesimpulan 1. D~aridata sekunder karakter agronomi yang diperoleh mengindikasikan klon BPMl sebagai batang atas dan RRIClO2 sebagai batang bawah menghasilkan lilit batang tertinggi sedangkan tebal kulit asli yang tertinggi dihasilkan klon RRlC100 sebagai batang atas dan klon RRIC110 sebagai batang bawah. 2. Kombinasi okulasi RRIC102RRIC101, BPMlRRIClOl, BPMl/RRIClOO dan RRIC 100RRIC100 memperlihatkan pertumbuhan lilit batang dan tebal kulit asli y,mgtertinggi.
3. Kandungan sukrosa, Pi dan ti01 yang tinggi selalu disertai dengan kandungan blg2+Iateks yang rendah.
4. K.lon RRIC102 sebagai batang atas menghasilkan kandungan sukrosa, Pi dan ti01 y,mg tinggi serta kandungan M ~ yang ~ +rendah. 5. Kombinasi RRIC102/RRIC101
menghasilkan lilit batang dan tebal kulit serta
kandungan sukrosa, Pi, ti01 yang tinggi serta M$+ yang rendah mengindikasikan tingkat kesesuaian yang lebih tinggi.
6. PB2601GT1 menghasilkan kandungan sukrosa, Pi, ti01 yang tinggi serta kandungan h4$' yang cukup rendah mengindikasikan tingkat kesesuaian yang lebih tinggi.
IV.4.;!. Saran
1. P(:ngumpulan data untuk percobaan pengaruh berbagai batang bawah terhadap lilit bi~tangdan tebal hdit asli batang atas dari klon yang sama perlu di lakukan beberapa kali sehingga data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh batang bawah me~pakandata pertumbuhan dalam satuan waktu tertentu.
2. Hal yang sama juga perlu dilakukan untuk pengumpulan data kandungan sukrosa, Pi, ti01 dan M ~ Zlateks. ' 3. Urttuk mendapatkan hasil yang lebih konkrit mengenai hubungan ad 2 dengan
pt:mbuhan dan produksi batang atas, perlu dilakukan pengamatan untuk jumlah pc:mbuluh lateks, produksi lateks per pohon, kadar karet k e ~ g ,kecepatan aliran lateks, serta sifat fisiologi lateks lainnya.