It’s SHOW TIME!
Karena Karyawan (Juga) Berhak Sukses dan Bahagia NUGROHO NUSANTORO
It’s SHOW TIME! Karena Karyawan (Juga) Berhak Sukses Dan Bahagia Oleh Nugroho Nusantoro Hak Cipta Pada Penulis Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang Diterbitkan pertama kali sebagai buku elektronik (ebook) oleh: Nugroho Nusantoro
Dilarang keras menyebarkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku elektronik ini tanpa izin tertulis dari penulis.
Untuk ibunda (alm.) tercinta yang telah berjuang tanpa kenal lelah, Untuk istriku terkasih yang selalu menguatkan dan merawat, Untuk anak-anakku tersayang yang selalu mengispirasi dan menjadi ‘guru’, Kalian semua adalah sosok-sosok luar biasa yang terus mendorong dan menyemangati. Jutaan terima kasih dan .. I love you all
DAFTAR ISI PENDAHULUAN ...............................................................................1 BAGIAN 1 - I’M MY WORK ...........................................................5 BAB 1 - MITOS BEKERJA ............................................................7 BAB 2 - IT’S A NEW DAY...........................................................19 BAB 3 - OUR SHOW, OUR HAPPINESS....................................33 BAGIAN 2 - SHOW TIME! PERFORMER BUKAN KARYAWAN BIASA .....................................................................46 BAB 4 - LET’S GET READY ......................................................49 BAGIAN 3 - SHOW TIME! PERFORMER DAN SERVICE EXCELLENCE ...............................................................................82 BAB 5 - TEMPAT..........................................................................85 BAB 6 – PRODUK .......................................................................89 BAB 7 - PROSES ..........................................................................95 BAB 8 - SOLUSI ........................................................................ 106 BAB 9 - MANUSIA ................................................................... 116 BAGIAN 4 - MODAL DASAR SHOW TIME! PERFORMER 119 BAB 10 - MODAL DASAR KE 1: IMPIAN ............................. 121 BAB 11 - MODAL DASAR KE 2: KECERDASAN EMOSIONAL ..................................................................................................... 132 BAB 12 - MODAL DASAR 3: PENAMPILAN SHOW TIME! PERFORMER ............................................................................ 144
BAGIAN 5 - VITAMIN UNTUK SHOW TIME! PERFORMER ..........................................................................................................159 BAB 13 - VITAMIN KE 1: OPTIMISME ................................. 161 BAB 14 - VITAMIN KE 2: THE PUSH – THE SUPPORT –THE PULL .......................................................................................... 171 BAB 15 - VITAMIN KE 3: AKUNTABILITAS PERSONAL . 181 BAB 16 – VITAMIN KE 4: PERBAIKAN TERUS MENERUS ......................................................................................................191 BAB 17 - VITAMIN KE 5: PERSISTENSI .............................. 198 BAB 18 - VITAMIN KE 6: JADILAH TERKENAL & BERSENANG-SENANGLAH .................................................. 205 BAB 19 - VITAMIN KE 7: WAKTU ........................................ 212 BAGIAN 6 - POLUTAN SHOW TIME! PERFORMER ........ 219 BAB 20 - POLUTAN KE 1: SAYA SELALU BENAR ............ 221 BAB 21 - POLUTAN KE 2: MENYALAHKAN ORANG LAIN ......................................................................................................227 BAB 22 - POLUTAN KE 3: EGOIS .......................................... 233 BAB 23 - POLUTAN KE 4: PIKIRAN YANG TERTUTUP ... 240 PENUTUP ..................................................................................... 244
“Seorang menjadi juara bukan karena memenangi satu perlombaan, tetapi karena mereka menghabiskan jam demi jam, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun untuk mempersiapkan diri.” T. Alan Armstrong
PENDAHULUAN “Kalau ingin kaya dan bahagia, jangan jadi karyawan.” Hmm.. benarkah pendapat itu? Di dunia ini, sebagian besar manusia dewasa adalah para karyawan. Mulai dari karyawan pada level paling rendah sampai karyawan pada level paling atas. Seandainya pendapat itu benar, maka ada banyak sekali manusia dewasa yang tidak bisa kaya dan bahagia. Seperti itukah? Untuk meneliti kebenaran pendapat tersebut mari kita pahami dulu arti kata kaya dan bahagia. Kaya memiliki arti mempunyai banyak harta (uang dsb). Itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. Agar lebih jelas kita juga perlu mengerti kata ‘banyak’ yang memiliki makna berlebih atau lebih besar dari. Sekarang kita perhatikan arti kata bahagia. Masih merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, bahagia memiliki arti keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Sebelum kita lanjutkan pembahasan, coba baca ulang (kalau perlu sampai tiga atau empat kali) pengertian dari kaya dan bahagia tadi.
It's SHOWTIME!
1
Sudah? Setelah mengetahui makna dari dua kata tadi, kita bisa memahami bahwa seorang karyawan, dari level apapun, bisa menikmati kondisi kaya dan bahagia. Seorang karyawan bisa kaya bila ia bisa mengelola penghasilan serta kebutuhannya sehingga ia selalu memiliki sisa atau kelebihan pendapatan yang bisa ia simpan. Untuk melakukan pengelolaan ini ada banyak financial planner yang bisa membantu kita. Bahkan kita tidak perlu bertemu langsung dengan para financial planner itu karena beberapa di antara mereka telah menulis buku-buku pengelolaan keuangan yang sangat bagus. Bagaimana dengan menjadi bahagia? Bagi yang memahami, sebenarnya kebahagiaan itu adalah kondisi tanpa syarat. Bila kita ingin berbahagia, ya mari kita bahagia. Tidak perlu kita menetapkan syarat-syarat yang berat untuk bahagia. Akar kebahagiaan adalah rasa syukur kita, rasa terima kasih kita atas apa yang sudah dilimpahkan dan apa yang akan dilimpahkan Tuhan dalam hidup kita. Sekarang semua telah jelas bahwa seorang karyawanpun semestinya juga mampu mengelola penghasilannya sehingga ada kelebihan dan seorang karyawan semestinya juga bisa dengan mudah bahagia. Sekarang pertanyaannya adalah: karyawan seperti apa yang bisa melakukan kedua hal itu dengan relatif mudah? Jawabanya adalah KARYAWAN YANG BERPRESTASI. Ini tak terbantahkan. Coba perhatikan di tempat kerja kita, siapa yang kehidupannya lebih mapan; mereka yang berprestasi atau mereka yang biasa-biasa saja? Siapa yang selalu kelihatan lebih bahagia, mereka yang sarat prestasi atau mereka yang rata-rata? Siapa yang
It's SHOWTIME!
2
kelihatannya lebih beruntung, lebih nyaman, mereka yang dikenal karena prestasi kerjanya atau mereka yang pas-pasan kinerjanya? Ya. Jawaban atas semua pertanyaan itu adalah mereka yang berprestasi. Prestasi adalah jembatan kesuksesan seorang karyawan. Prestasi adalah pembeda dalam kehidupan karyawan. Ini sangat jelas. Sayang sejuta sayang, banyak karyawan yang membutakan diri dari hal itu. Hanya sedikit yang berani membuka mata dan membuka hati untuk melihat bahwa prestasi bisa membawa perubahan nasib dalam kehidupan mereka. Tetapi, bukankah untuk berprestasi itu sulit? Bukankah seseorang harus bersaing dan mengalahkan orang lain untuk menjadi berprestasi di tempat kerja? Mungkin ada keraguan seperti itu dan itu wajar. Menorehkan prestasi memang dianggap sulit oleh sebagian besar dari kita. Berprestasi memerlukan upaya lebih, usaha ekstra, dan daya di atas rata-rata. Sebagian besar orang lebih memilih untuk memberikan sedikit upaya, usaha biasa-biasa, dan daya di bawah rata-rata. Dari penjelasan ini kita bisa melihat mengapa sebagian besar dari kita menganggap bahwa berprestasi itu sulit, yaitu karena mereka MENOLAK untuk memberikan yang terbaik dari mereka, dengan segala dalih. Sekali lagi saya tegaskan, mereka yang menganggap bahwa berprestasi sulit adalah mereka yang MENOLAK untuk memberikan yang terbaik. Ibarat seorang yang mengatakan mereka tidak tahan dingin, padahal itu hanya sebuah dalih karena mereka enggan mandi (dan apapun yang mereka katakana, tetap saja mereka bau kan?). Berprestasi sejatinya juga bukan tentang bersaing dan mengalahkan orang lain. Berprestasi itu tentang mengalahkan diri kita sendiri. Berprestasi itu adalah tentang menundukkan kemalasan, keengganan,
It's SHOWTIME!
3
dan mematahkan dalih-dalih yang menarik mundur langkah kita. Bila kita mampu memastian bahwa kita bisa secara bertahap memperbaiki diri, hari ini lebih baik dari kemarin, secara konsisten, maka itu sudah sangat cukup untuk menjadikan kita seorang yang berprestasi. Sekarang semua sudah sangat jelas, bahwa berprestasi di tempat kerja akan membawa kesuksesan dalam hidup kita. Sudah jelas juga bahwa berprestasi itu bukan masalah mudah atau sulit, melainkan masalah mau atau tidak kita memberikan upaya terbaik. Berprestasi juga bukan tentang mengalahkan orang lain, melainkan tentang menundukkan diri kita sendiri. Buku ini akan menunjukkan cara-cara untuk berprestasi dengan cara yang paling efektif. Buku ini membimbing kita menuju gerbang kesuksesan dalam hidup melalui kesuksesan di tempat kerja.
It's SHOWTIME!
4
BAGIAN 1 I’M MY WORK Sebagai karyawan, kita menghabiskan porsi besar waktu kita hidup di tempat kerja. Tidak mengherankan apabila kemudian apa yang terjadi di tempat kerja ikut mempengaruhi sisi lain kehidupan kita. Seorang pekerja yang berprestasi cenderung mempunyai kehidupan yang baik di luar tempat kerja. Seorang karyawan yang biasa-biasa saja juga cenderung mempunyai kehidupan yang biasa-biasa saja di luar dunia kerjanya. Dengan pengaruh yang sedemikian besarnya, pekerjaanpun bisa menjadi sahabat maupun musuh kita. Itu tergantung kepada cara kita memandang pekerjaan yang kita punyai. Sayang sekali, kita masih sering mendengar seorang karyawan berkeluh kesah tentang pekerjaan yang ia miliki, seakan-akan ia melakukan pekerjaan itu karena dipaksa.
It's SHOWTIME!
5
Proses mendapatkan pekerjaan yang kita miliki saat ini kurang lebih sama antara kita dan orang lain. Sebagian besar dari kita memiliki pekerjaan ini karena melamar, mengikuti prosesnya, dianggap layak bekerja, dan dengan sangat sadar menanda tangani sebuah kontrak sebagai pertanda bahwa KITA SETUJU MEMILIH bekerja di tempat itu. Sebagian yang lain, mungkin, tidak melamar tetapi ditawari untuk bekerja. Meskipun demikian, mereka tetap saja harus SETUJU MEMILIH untuk menerima tawaran tersebut agar bisa bekerja di tempat yang ditawarkan tadi. Itu semua berarti, kita adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap pekerjaan kita saat ini, karena kita adalah orang yang, dulu di awal, SETUJU MEMILIH pekerjaan ini. Ketika kita merasa tidak puas dengan apa yang terjadi di tempat kerja kita saat ini, kita boleh menunjuk orang lain sebagai penyebabnya. Pada saat itu yang mesti kita ingat adalah bahwa ada tiga jari lain yang mengarah kepada kita pada saat kita menunjuk orang lain. Maknanya, kitalah sebenarnya yang paling dituntut untuk melakukan sesuatu apabila ingin memperbaiki situasi yang terkait pekerjaan kita. Saya ulangi: kitalah yang paling dituntut untuk melakukan sesuatu apabila ingin memperbaiki situasi yang terkait pekerjaan kita. Mulai dari masalah gaji, beban kerja, sampai persoalan atasan dan bawahan, selalu ada tiga jari yang menuntut kita untuk melakukan sesuatu guna memperbaikinya. Ini pekerjaan kita dan kita yang mempunyai kekuasaan untuk mengubah situasinya.
It's SHOWTIME!
6
“Mitos hidup dalam pikiran manusia. Pikiran manusia menjelma menjadi kehidupan.” ANONIM
BAB 1 MITOS BEKERJA Salah satu definisi mitos (myth) adalah sebuah kepercayaan atau cerita populer yang dihubungkan dengan individu, institusi, atau kejadian tertentu. Sebagai kepercayaan atau cerita populer tentu saja mitos masuk ke zona abu-abu, zona antara percaya dan tidak. Wanita dilarang duduk di depan pintu agar tak berat jodoh adalah salah satu mitos yang terkenal di tanah Jawa. kita percaya? Jawaban atas pertanyaan ini bisa mempengaruhi perilaku kita, terutama bila kita seorang wanita. Semisal kita seorang wanita, single, dan mempercayai mitos di atas. Tanpa sengaja suatu sore kita duduk bengong di depan pintu. Ibu kita memperhatikan dari dalam dan berteriak, “Eeeh.. kok bengong di depan pintu?Nanti berat jodoh lho.”Kitapun kaget. Setelah itu mungkin kita akan gelisah, merasa telah melakukan kesalahan yang serius (apalagi menyadari pangeran impian tak kunjung datang dalam hidup). Saking gelisahnya kitapun mendatangi “orang pintar”. Akhirnya, orang pintar itupun meruwat kita. Cerita di atas tentu saja sangat konyol bagi orang-orang yang tidak mempercayai mitosnya. Di sisi lain mitos-mitos semacam itu memang
It's SHOWTIME!
7
tumbuh subur. Bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari, dalam dunia kerjapun ada mitos-mitos. Tidak seperti mitos dalam kehidupan sehari-hari, mitos di dunia kerja lebih memiliki banyak follower walaupun dia tidak memiliki akun Twitter. Itu artinya di dunia kerja kita lebih sering melihat kekonyolan-kekonyolan terjadi. Kekonyolan itu telah memicu banyak kegalauan, keluhan, bahkan stres di tempat kerja. Banyak prestasi terhambat gara-gara hal itu. Mengikis habis kepercayaan kepada mitos-mitos akan menjadi batu loncatan prestasi yang kuat. Apa saja beberapa di antara banyak mitos-mitos itu? 1. Bekerja Sama Dengan Naik Bus 2. Karir Tergantung Nasib 3. Dia Memang Pintar 4. Pekerjaan Saya Tidak Mempengaruhi Gaji
Bekerja Sama Dengan Naik Bus Dani adalah seorang medical representative bagi sebuah distributor farmasi. Kinerjanya belakangan ini merosot tajam. Penyerapan obatobat milik distributor tersebut menunjukkan grafik menurun di wilayah kerja Dani. Atasan Dani sudah mulai gerah dengan hal itu. Sang atasan juga telah beberapa kali memanggilnya untuk membicarakan tentang penurunan kinerja ini. Hasilnya grafik tidak lagi menurun, lebih stabil. Kendati demikian itu masih di bawah perolehan terendah Dani ketika kinerjanya masih membanggakan.
It's SHOWTIME!
8
Teman-teman Dani juga mulai memperbicangkan kinerjanya. Bianto, sahabat Dani, terusik oleh semua pembicaraan tentang sahabat dekatnya itu. Iapun bertanya langsung untuk mencari tahu apa yang membuat kinerja Dani menurun. “Dan, aku jengah. Teman-teman terus membicarakan kemerosotan penjualan obat di wilayah kamu.” Bianto memulai investigasi. “Biarin aja.” Jawab Dani pendek. “Biarin gimana?” “Ya biarin aja. Mereka kan cuma bisa ngomong, engga tahu apa yang sebenarnya aku alami.” “Pastilah mereka engga tahu. Kamu kan belum memberi tahu mereka kenapa kerjamu jadi kaya gini? Kamu juga belum pernah sharing ke aku masalah ini. Ada apa sih?” Bianto langsung mengarah ke masalah. “Percuma juga aku kerja bagus.” Ada kekecewaan dalam jawaban Dani. “Kerja baguspun karir engga bakal kepegang.” “Maksudmu?” “Kamu tahu kan koordinator wilayah yang baru?Emang prestasinya seperti apa? kita engga tahu kan?” “Ya engga tahulah. Dia kan orang baru.. bukan dari perusahaan kita.” Bianto mulai tahu arah pembicaraan Dani. “Itu dia masalahnya. Kita yang kerja keras, giliran ada kesempatan promosi, eh.. orang dari luar yang direkrut. Kerja keras kita engga ada harganya. Kerja ini macam naik bus saja. kita dari awal sudah
It's SHOWTIME!
9
nungguin dapat kursi kosong di bis. Giliran ada penumpang turun, eh, tempat itu malah diserobot sama orang yang barusan naik. Gila kan?” “Oh. Jadi itu masalahnya.” Komentar Bianto sambil manggutmanggut. Pernah dengar mitos bahwa kerja itu sama dengan naik bus ini? Mitos ini adalah salah satu mitos yang paling mudah dipercaya dilingkungan kerja. Begitu seseorang percaya, maka tindakan konyol seperti yang dilakukan Dani akan mulai dilakukan. Kenapa mitos ini salah? Kejadian dimana seseorang merasa sudah bekerja dengan baik kemudian ketika ada kesempatan untuk naik ke jenjang karir yang lebih tinggi, tiba-tiba, perusahaan justru merekrut orang dari luar memang terjadi. Itu tidak bisa dipungkiri. Yang juga tidak bisa kita pungkiri adalah bahwa sering kali kita tidak tahu alasan perusahaan merekrut orang dari luar itu. Tentu saja ada alasan mengapa sebuah perusahaan merekrut orang dari luar manakala di dalam ada kandidat yang bisa dipertimbangkan. Untuk mengetahui alasan ini, kita boleh melakukan komunikasi dengan pihak yang mempunyai kewenangan dalam hal ini. Bukan untuk mempermasalahkan melainkan untuk mengetahui kriteria pengangkatan pada posisi tadi. Setelah tahu? Kita bisa meminta masukan sejauh atau sedekat apa kriteria yang kita sudah kita miliki dengan kriteria yang diinginkan perusahaan. Kemudian kita juga bisa meminta masukan tentang apa saja yang masih perlu kita perbaiki dan apa saja yang sudah baik dari kita. Jengah bertanya tentang hal seperti itu?
It's SHOWTIME!
10
Mempunyai pemikiran bahwa perusahaan semestinya tahu sendiri bahwa ada kandidat dari dalam perusahaan? Baik. Saya setuju bahwa secara ideal perusahaan layak mengetahui sumber daya yang dimilikinya. Di sisi lain saya juga setuju bahwa terkait nasib kita, yang paling berkewajiban sekaligus layak memperjuangkan adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Jadi, bila orang seperti Dani tadi serius mengharapkan prestasinya dilirik perusahaan, ia perlu memulai komunikasi dengan pihak-pihak terkait agar benar-benar menngerti apa sebenarnya yang perlu ia persiapkan serta lakukan agar bisa mendapatkan keinginannya. Melakukan sabotase seperti yang dilakukan Dani tidak akan pernah memperbaiki keadaan. Hal itu justru akan memperburuk situasi yang ada dan sekaligus membuktikan bahwa Dani memang belum layak untuk mendapatkan promosi. Bagaimana bila kita sudah melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan dalam masalah ini, termasuk dengan atasan kita, serta kemudian telah melakukan semua masukan dengan hasil yang bagus (karena semua pihak berwenang SUDAH mengakui hasil itu) dan ternyata karir yang kita inginkan belum datang juga? Wuihh! Itu pertanyaan yang benar-benar panjang Saya tidak ingin menjawab dengan panjang lebar. Ini jawabannya: perusahaan “aneh” seperti itu memang ada, walaupun sedikit. Bila kita berada di perusahaan seperti itu, segeralah mengarahkan jalur kita ke perusahaan yang lebih “sehat” sehingga kita bisa tumbuh sehat juga. Tapi saya bahagia di perusahaan ini. Bagaiman donk?
It's SHOWTIME!
11
Hidup, untuk kesekian kalinya, adalah pilihan. Silahkan pilih apa yang paling kita inginkan dan paling baik buat kita. Gitu aja kok perot.. eh, repot.
Karir Tergantung Nasib Ini adalah salah satu jawara dari mitos-mitos tentang kerja. Ini juga teman dari mitos sebelumnya, bekerja sama dengan naik bus. Apa yang coba dijelaskan melalui mitos ini adalah bahwa bekerja dengan baik itu tidak ada hubungannya dengan peningkatan karir. Dalam mitos ini seakan ada mereka yang memang dilahirkan untuk mendapat keistimewaan-keistemewaan dalam hidupnya, termasuk dalam hal peningkatan jenjang karir. Bila mitos ini benar adanya, maka hampir semua orang dengan karir mengkilat yang ada di dunia ini adalah mereka yang tidak berusaha sama sekali dan hanya bersandar pada takdir, bukan karena mereka berprestasi. Jika hal itu benar, maka hampir semua perusahaan ada dalam masalah. Mereka akan segera bangkrut karena orang-orang yang mempunyai kontrol dalam perusahaan-perusahaan itu ternyata bukan mereka yang kompeten alias bukan mereka yang berprestasi. Terlalu berlebihan? Ya. Memang berlebihan, tetapi bukan paragraf di atas yang berlebihan. Mitos bahwa karir itu tergantung nasiblah yang berlebihan. Sering kali seseorang merasa sudah melakukan yang terbaik di tempat kerjanya. Ia berharap upaya terbaiknya tersebut bisa dihargai oleh perusahaan. Yang ia lupakan adalah bahwa semua pekerjaan ada
It's SHOWTIME!
12
standarnya. Untuk mengetahui apakah suatu upaya sudah sesuai atau bahkan melampaui standar, orang itu perlu meminta masukan atau feedback dari mereka yang mempunyai kompetensi sekaligus otoritas untuk memberikannya. Dengan adanya feedback seseorang bisa terhindar dari subyektifitas sehingga apa yang dilakukannya benarbenar diakui sebagai baik atau bahkan terbaik. Di sisi lain, ada kalanya seseorang memang sudah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Itu didukung oleh pendapat pihakpihak yang kompeten. Namun bekerja tidak melulu tentang melakukan apa yang menjadi suatu tugas utama. Bekerja juga mempunyai hubungan dengan pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi mempunyai arti mengasah apa yang menjadi kekuatan seseorang, mengantisipasi masa depan dengan hal-hal baru, dan meminimalisir blind spot. Mempunyai kemampuan teknis pekerjaan yang luar biasa tanpa dibarengi dengan pengembangan diri pada sisisisi kompetensi yang lain cukup memberi alasan bagi perusahaan untuk menunda proses promosi seseorang. Seseorang secara obyektif telah diketahui mampu melaksanakan pekerjaannya dengan sangat baik dan konsisten sekaligus mampu serta tekun mengembangkan kompetensi-kompetensi diri yang lain. Ternyata hal itu belum cukup untuk membuatnya terangkut dalam gerbong karir. Bagaimana dengan hal itu? Saya berpikir lain. Hal seperti itu memang terjadi. Saat itu terjadi, justru itu adalah nasib baik. Nasib baik memberi tahu bahwa dia (orang yang secara obyektif berkinerja dan berkembang dengan sangat baik tadi) berada di perusahaan yang salah. Dia perlu segera mengambil tindakan untuk mengubah nasibnya dan berhenti menunggu takdir di perusahaan itu. Masuk akal?
It's SHOWTIME!
13
Promosi Itu Tentang Likes & Dislikes Apakah makanan favorit Anda? Apakah Anda mengenal seseorang yang tidak begitu menyukai makanan itu? Besar kemungkinan Anda mempunyai satu makanan favorit dan mengenal seorang atau bahkan beberapa orang yang tidak begitu menyukai makanan itu. Sekarang pertanyaan saya kembangkan. Mengapa Anda menyukai makanan itu? Kalau benar tebakan saya, maka jawaban Anda adalah, “Suka saja. Habis enak sih.” Sebenarnya selalu ada alasan mengapa Anda menyukai satu makanan (dan orang lain tidak). Mungkin karena sejak kecil Anda terbiasa menikmati makanan tersebut di momen-momen spesial keluarga Anda. Mungkin makanan tersebut merupakan makanan khas daerah dimana Anda dibesarkan, dan lain sebagainya. Pendek kata, selalu ada penjelasan bagaimana awalnya sehingga Anda menyukai atau orang lain tidak menyukai makanan tadi. Hal yang sama juga terjadi di tempat kerja, termasuk terkait masalah promosi. Pendapat yang mengatakan bahwa promosi itu masalah likes & dislikes bisa jadi benar. Yang perlu kita ingat adalah ketika kita diterima bekerja dulu, itu juga merupakan masalah likes & dislikes. Bila kita pernah terpilih untuk memegang suatu proyek tertentu, itu juga merupakan masalah likes & dislikes. Mana mungkin kita memberikan suatu yang berharga kepada orang yang tidak kita sukai? Likes & dislikes itu nyata dan merupakan bagian dari kehidupan kita, mulai dari pilihan makanan, pakaian, sampai pada hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan kita. Memang di masa sekarang ini ada banyak tools atau alat untuk mempertinggi tingkat obyektifitas suatu keputusan. Di sisi lain,
It's SHOWTIME!
14
yakinlah, bahwa penentu akhir adalah manusia dan pasti ada unsur likes & dislikes di sana. Itu manusiawi. Marilah kita berhenti meributkan masalah likes & dislikes. Marilah kita bertindak seumpama seorang chef yang handal. Ketika seorang chef harus memasak sayur untuk beberapa orang yang tidak menyukai sayur, maka dia akan berusaha menemukan cara agar sayur tersebut bisa hadir pas dengan selera orang-orang tadi. Dengan demikian ia bisa mempengaruhi orang-orang tadi untuk menyukai masakannya (yang sebenarnya berbahan dasar sayur). Seperti itulah kita semestinya bertindak, mencari cara agar likes diberikan kepada kita, bukan meributkan likes & dislikes-nya yang justru akan membuat lebih banyak dislikes yang diberikan kepada kita. Mencari cara agar likes diberikan kepada kita bukan berarti kita menghalalkan cara-cara seperti menjilat dan sejenisnya. Bukan seperti itu. Mencari cara lebih berarti bahwa kita mengumpulkan informasi serta referensi dari orang lain, terutama mereka para pengambil keputusan dan mereka yang kompeten dalam bidang kerja kita, hal-hal apa yang perlu ditingatkan dari diri kita sekaligus seperti apa penilaian mereka pada diri kita saat ini. Kesimpulan-kesimpulan atau temuantemuan kita dari proses pengumpulan informasi itu kita jadikan data untuk memperbaiki diri. Kita mendesain ulang sikap, tindakan, dan kinerja kita sesuai dengan data tadi. Kita akan belajar banyak tentang hal di atas (mendesain ulang sikap, tindakan, dan kinerja kita sesuai dengan data) pada bab-bab lain yang ada di buku ini. Untuk saat ini, cukuplah kita meyakini bahwa tidak ada gunanya meributkan likes & dislikes. Hal yang lebih produktif adalah apabila kita bisa memfokuskan daya upaya diri kita untuk membuat likes itu diberikan kepada kita.
It's SHOWTIME!
15
Dia Memang Pintar Menjadi seorang berprestasi baik kadang bukan hal yang selalu menyenangkan. Bayangkan, seseorang berjuang untuk memberikan kualitas-kualitas terbaik yang dia miliki. Kemudian orang tersebut terus berusaha memperbaiki sisi-sisi diri yang memang bisa diperbaiki. Dengan semua itu, selangkah demi selangkah, iapun membangun reputasi sebagai karyawan yang berkinerja di atas rata-rata sampai akhirnya keberuntungan demi keberuntungan berpihak kepada dirinya. Melihat prestasi itu, orang lain dengan mudah mengatakan, “Pantaslah. Dia kan memang pintar.” Mereka seakan tidak melihat jerih payah yang telah dilakukan orang tadi, menganggap semua begitu saja diturunkan dari langit. Adilkah? Tentu saja hal itu tidak adil. Mungkin secara intelektual seseorang bisa lebih pandai dari pada yang lain. Kendati demikian, tidak ada apapun yang bisa diraih oleh seseorang tanpa adanya upaya keras serta determinasi tiada henti. Ucapan “dia memang pintar” adalah ucapan merendahkan. Itu merendahkan orang lain yang lebih berprestasi sekaligus merendahkan diri sendiri seakan tidak bisa mencapai hal yang sama, bila memberikan kualitas yang sama pula. Prestasi tidak melulu identik dengan kepandaian. Prestasi lebih identik dengan determinasi, disiplin, dan kemampuan mengelola diri sendiri. Ada demikian banyak orang yang pintar secara akademis namun tidak terlalu cemerlang di dunia karir. Banyak juga orang yang biasa-biasa saja secara akademis namun berhasil memperoleh prestasi gemilang di tempat kerja. Tentu saja ada mereka yang pintar secara akademis dan cemerlang di tempat kerja. Sekali lagi itu semua membuktikan satu hal: semua bisa berprestasi bila bersedia memberikan upaya lebih. Sesederhana itu.
It's SHOWTIME!
16
Pekerjaan Saya Tidak Mempengaruhi Gaji “Ngapain sih kerja susah-susah kaya gitu? Ga ada pengaruhnya sama gaji lagi.” Sering mendengar kalimat seperti itu di tempat kerja kita? Benarkah bekerja dengan baik tidak ada pengaruhnya dengan gaji? Mari saya jelaskan. Apa yang bisa di dapat dengan uang satu juta Rupiah? Mungkin si A menjawab satu kali cicilan motor. Si B bilang satu setoran tabungan untuk si kecil. Si C mengaku tidak dapat apapun. Si D bilang ini dan si E menjawab dapat itu. Beragam sekali jawabannya karena memang jumlah uang yang sama mempunyai NILAI berbeda-beda di tangan orang yang berbeda. Inilah mengapa seseorang kadang terheran-heran melihat stabilitas hidup orang lain yang mempunyai penghasilan persis sama dengannya. Ya. Di sini saya memang berbicara tentang NILAI uang, bukan jumlah uang. Jumlah uang yang kita dapat dari tempat kerja memang ditentukan oleh perusahaan, sementara NILAI-nya ditentukan oleh seberapa banyak “keringat” yang kita masukkan dalam jumlah yang kita terima itu. Keringat bermakna kualitas dan kuantitas kerja sesuai dengan tanggungjawab yang sudah ditentukan untuk kita. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas kerja kita, semakin tinggi pula NILAI penghasilan yang kita terima. Semakin tinggi NILAI pendapatan kita, semakin bermanfaat pendapatan itu untuk hidup kita. Jadi, walaupun seorang yang berprestasi menerima nominal yang sama dengan nominal yang diterima oleh mereka yang bekerja asal-asalan, NILAI yang terkandung jelas berbeda. Bukan itu saja.
It's SHOWTIME!
17
Pernah dong mendengar kalimat, “Bekerja itu beribadah.” Betulkah bekerja itu beribadah? Betul sekali, bila pekerjaan kita berkualitas. Pada setiap ibadah ada lagi NILAI kemuliaan di dalamnya. NILAI kemuliaan itu ibarat doa mujarab dalam hidup kita. Ini luar biasa. Apapun masalah yang kita miliki dalam hidup, dengan memberikan kualitas dan manfaat serta kualitas terbaik melalui pekerjaan kita, maka satu demi satu NILAI kemuliaan hadir dalam hidup kita. Satu demi satu doa mujarab akan dijawab oleh-NYA dan masalah kitapun akan tuntas pula, satu demi satu. Masih juga memilih untuk tidak berprestasi?
It's SHOWTIME!
18
“Hari ini adalah satusatunya hari. Kemarin sudah hilang. Esok belum ada.” Sebuah hasil inspirasi dari coach John Wooden
BAB 2 IT’S A NEW DAY Sean Covey, putra salah seorang self development Guru terbesar di abad ini, almarhum Stephen R. Covey, mengatakan, “We become what we repeatedly do.” Itu artinya, apapun yang kita alami dan seperti apapun kehidupan kita saat ini, tidak lain dan tidak bukan, adalah sebuah hasil dari apa yang kita lakukan setiap hari. Itu hasil dari kebiasaan kita berpikir, bersikap, dan bertindak. Coba bandingkan hidup kita saat ini dan hidup kita beberapa tahun yang lalu: secara rata-rata, sama saja atau ada perbedaan yang sangat besar? Sebagian besar dari kita pasti menjawab, “Kurang lebih sama.” Untuk membuat perbedaan yang besar dalam hidup, kita perlu melakukan kebiasaan yang baru juga. Kata Barrack Obama, “Change we need.” Kita memerlukan perubahan pola pikir, pola sikap dan pola tindakan. Kita juga perlu mengetahui apa saja pola-pola yang kurang atau sama sekali tidak produktif sehingga kita bisa menghindarinya. Pada bab ke satu ini kita bersama-sama menelusuri apa yang perlu kita ketahui untuk berubah.
It's SHOWTIME!
19
Kita Telah Mati Jutaan Kali Kita telah mati jutaan kali. Bagaimana bisa? How? Kepriye atau, kata orang Surabaya, yak opo? Bisa saja. Para pakar biologi mengemukakan bahwa setiap menit 300.000.000 sel kita mati, untuk kemudian digantikan oleh sel yang baru. Dalam jenis penelitian lain, para ahli fisika kuantum mengemukakan teori bahwa jasmani padat kita sebenarnya adalah getaran energi yang dinamis dan berubah menurut pola-pola tertentu. Jadi diri kita yang sekarang relatif berbeda dari diri kita yang lalu. Dua pendapat tersebut memang menarik, tetapi bukan itu juga yang saya maksud dalam kalimat, “Kita telah mati jutaan kali.” Kematian yang saya maksud disini lebih bermakna akhir dari satu periode waktu sebelum memulai lagi periode waktu yang berbeda. Bukankah apa yang kita miliki sebenarnya adalah saat ini saja, detik ini saja? Detik-detik hidup kita yang berlalu sudah hilang sedari tadi. Sudah sejarah. Kita bisa mengulangi kembali membaca tulisan ini dari awal tetapi tidak akan bisa mendapatkan kembali waktu yang sama. Waktu itu sudah pergi. Musnah! Mati! Menangislah sejadi-jadinya. Menjeritlah sepuas-puasnya. Diri kita di masa lalu adalah bagian masa lalu. “Oh tentu tidak. Saya tetap sama seperti kemarin.” Mungkin begitu ungkap beberapa di antara kita. Betul. Sebagian dari kita tetap sama SEPERTI yang kemarin tetapi kita bukan diri kita yang kemarin.. hanya SEPERTI. “Oh tentu tidak. Utang saya tetep saya miliki sampai sekarang.” Ada kemungkinan beberapa masih nekat menyama-nyamakan hari ini dengan kemarin.
It's SHOWTIME!
20
Tidak. Tidak sama. Paling tidak utang kita saat ini jatuh temponya sudah semakin dekat. Betul? Jadi tidak sama. “Oh tentu tid..” STOP! Biar saya jelaskan sekali lagi. Pada detik ini, masa lalu sudah musnah. Pada detik ini, waktu yang ada dalam genggaman ini saja yang kita miliki. Pada detik ini, syukur banget, kita masih punya kemungkinan bisa memiliki waktu nanti. Jadi ada dua hal penting yang perlu kita garis bawahi, yaitu waktu sekarang yang masih kita punyai dan harapan kita akan waktu yang akan datang. “Boss saya memuji saya bahwa saya adalah karyawan yang bisa diandalkan.” Bagus sekali. Sayang periode itu sudah hilang, mati. Sekarang kita hanya punya saat ini untuk dipergunakan seefektif mungkin sehingga di waktu yang akan datang kita bisa menjadi karyawan yang lebih diandalkan lagi. “Usaha saya berkembang sangat pesat. Saya baru saja membuka cabang ke 500 dari gerai kambing guling lompat rembulan saya.” Selamat. Sayang itu penggal waktu itu baru saja selesai, mati. Sekarang kita cuma punya saat ini untuk memaksimalkan apa yang ada dalam genggaman kita sehingga cabang ke 501, 502, 503, dan ke 1500 masih terus akan buka. “Saya baru saja memenangi penghargaan Employee Of The Year.”
It's SHOWTIME!
21
Hebat. Sayang bagian waktu itu sudah usai, mati. Sekarang kita only punya saat ini yang bisa kita elaborasi serta kelola agar kita bisa mencapai prestasi selanjutnya di waktu yang akan datang. “Kami adalah perusahaan pertama yang melakukan otomasi 100% pada setiap transaksi dengan customer.” Keren. Sayang ruas waktu itu telah tiada, mati. Sekarang kita hanya punya waktu sekarang yang bisa kita gunakan untuk berkreasi serta berinovasi agar customer bisa mendapatkan manfaat baru di waktu yang akan datang. “Atasan saya selalu bilang saya lamban dan teledor.” It’s all okay. Waktu dimana ia mengatakan itu telah pergi, mati. Sekarang kita hanya punya waktu sekarang yang bisa kita gunakan untuk memastikan bahwa kita adalah sosok yang jauh lebih baik mulai detik ini sampai di waktu yang akan datang. “Usaha saya baru mengalami kerugian besar.” Baiklah. Periode waktu itu sudah tamat, mati. Sekarang kita hanya punya saat ini yang bisa kita upayakan untuk mendapatkan limpahan keuntungan di kemudian hari. “Saya bukan orang yang beruntung.” Boleh. Bagian itu sudah usang saat ini, sudah mati. Sekarang kita hanya punya waktu dalam genggaman kita yang bisa memberikan keberuntungan, dari detik ini hingga nanti, bila kita mau dan bersedia memberidayakan diri. “Karyawan-karyawan saya sulit diajak maju.”
It's SHOWTIME!
22
Wajar. Bagian itu sudah menjadi masa lalu, mati. Sekarang kita hanya punya waktu kini yang bisa kita gunakan untuk memulai pendekatan baru yang lebih kreatif dan memotivasi agar esok hari adalah hari yang lebih baik untuk kita dan karyawan kita. Yang lalu sudah selesai, mati. Ini adalah waktu baru yang bisa kita gunakan untuk berbenah demi hari esok. “What got you here won’t get you there.” Kata Marshall Goldsmith. Saya mendukung pernyataan itu. Apapun prestasi masa lalu kita, itu sudah usai. Ini waktu yang baru, perjuangan baru, dan harapan baru. Bukan itu saja. Apapun keruwetan masa lalu kita, waktu itu sudah tamat. Ini masa yang baru, pertarungan yang baru, dan asa yang baru. Berhentilah meributkan bayangan masa lalu. Kita selalu sibuk memikirkan bagaimana kita bisa mencapai kembali kejayaan masa lalu kita. Kita juga sering pusing memikirkan masalahmasalah di penggal waktu yang lalu dan menariknya hingga saat ini. Kunci keberhasilan kita bukan pada penggal waktu yang sudah hilang tetapi pada penggal waktu yang masih ada ini. Faktor X-nya bukan pada apa yang sudah hilang tetapi pada apa yang masih kita miliki. Gunakan saat ini dan apa yang masih kita miliki untuk mencapai manfaat esok hari. Gunakan seratus ribu rupiah yang masih kita genggam untuk mencapai 1 juta, 2 juta, 5 juta, atau bahkan 1 miliar di masa yang akan datang. Berhentilah meratapi miliar kita yang telah pergi sekaligus stop membangga-banggakan bagaimana dulu kita mencapai jumlah itu. (Waktu) Kita telah mati jutaan kali. Mari kita memastikan bahwa waktu yang kita genggam saat ini bisa kita manfaatkan secara efektif untuk menjamin bahwa esok kita bisa bangkit, hidup, kembali dalam kondisi yang lebih baik.
It's SHOWTIME!
23
Mungkin Anda sudah pernah mencapai kejayaan. Yakinlah bahwa saat ini Anda berada di titik baru yang memungkinkan Anda untuk mencapai kejayaan yang baru. Mungkin Anda sudah sangat lama merasakan kebiasaan hidup. Artinya hidup Anda demikian biasa, demikian datar, dan tidak membanggakan. Yakinlah bahwa detik ini Anda berada di waktu baru yang bisa Anda gunakan untuk menjalani hidup yang lebih berarti. Mungkin Anda sudah lelah dengan segala kesulitan. Yakinlah bahwa Anda berada di masa yang baru yang bisa Anda gunakan untuk memperbaiki hidup Anda, tahap demi tahap. Waktu yang Anda miliki SAAT INI adalah waktu yang masih bisa Anda gunakan untuk membuat sebuah keputusan: apakah Anda ingin mengulangi apa yang terjadi di masa lalu, memperbaikinya, memperpanjangnya, atau, bahkan, Anda menginginkan sesuatu yang benar-benar baru. Ingat.. kemarin sudah berlalu, hari ini saja yang benar-benar Anda miliki, dan esok belum datang. Jadi manfaatkan dengan baik.
Menarik Masa Lalu Kendati kita yang lalu telah ‘mati’ dan yang ada adalah kita saat ini, ternyata sebagian orang mempunyai bakat menjadi seorang paranormal atau dukun. Mereka bisa dan suka sekali menghidupkan diri masa lalu mereka dan membawanya ke saat ini. Nah.. mirip sekali bukan dengan cerita-cerita di film horor?
It's SHOWTIME!
24
Salah seorang teman kita yang bakat menjadi dukun tadi adalah Jaka (nama asli disamarkan.. hee hee). Jaka ini termasuk mereka yang mahir menghidupkan diri masa lalu ke saat ini. Contohnya adalah ketika kemarin dia ditegur (“..dimarahi” itu menurutnya) oleh sang atasan karena mengambil waktu istirahat yang sangat lama tanpa alasan jelas. Jaka merasa teguran itu tidak adil. Dia berpikir bahwa selama ini dia sudah bekerja keras untuk perusahaan sehingga dia berpendapat bahwa istirahat lebih lama berkali-kali (menurut Jaka hanya “sesekali”) itu sah-sah saja. Setelah teguran kemarin, sisa jam kerja Jaka diisi dengan gerutuan dan cemberut. Setiap kali bertemu orang lain, kecuali sang atasan, Jaka akan mulai bercerita, “Ini tidak adil..” Itu yang terjadi kemarin. Ternyata hari inipun Jaka memulai hari dengan.. menghidupkan diri masa lalu, dirinya yang kemarin. Itu ia lakukan sejak ia baru datang. Para petugas security di ruang absensi menjadi target “ini tidak adil” versinya. Wajahnya juga masih cemberut. Setelah absen dia tidak langsung masuk ruang kerja melainkan menuju smoking room dimana beberapa karyawan lain sedang menghabiskan batang-batang rokok mereka. Kisah “ini tidak adil” kembali dia gaungkan disana dan segera disambut oleh kisahkisah masa lalu oleh dukun-dukun lain yang kebetulan juga ada disana. Akhirnya, di pagi hari ini - yang selayaknya diisi oleh keceriaan, semangat, dan aspirasi tentang segala kesempatan baru yang di sediakan oleh sebuah hari baru – Jaka justru membangkitkan diri kemarinnya untuk hidup di saat ini, dengan segala macam cemberut dan gerutuannya. Sebagai konsekuensinya, hari inipun berlalu dengan se-tidak-sukses kemarin. Dalam hidup ini kita sering kali melakukan banyak hal serupa dengan apa yang dilakukan oleh Jaka. Kita terus menerus memanggil ingatan-
It's SHOWTIME!
25
ingatan masa lalu yang cenderung melambatkan, atau bahkan menghentikan, langkah maju kita. Kita demikian mahir menggunakan skill paranormal kita sehingga kita tetap saja hidup sebagai seorang yang selalu menunda-nunda pekerjaan, sebagai seorang peragu, sebagai seorang yang begitu pandai berpikir negatif, dan lain sebagainya. Kita juga menghidupkan kembali pikiran-pikiran yang kita miliki akibat sebuah kejadian – seperti Jaka tadi – sehingga kita seakan selalu tertarik ke belakang, ke arah hari kemarin. Sekali lagi, hal itu menyebabkan hari ini menjadi pengulangan hari kemarin. Bapak Hari Subagya (www.harisubagya.com), penulis buku best seller dengan judul TIME TO CHANGE, juga salah seorang motivator paling ternama di negeri ini, sering mengemukakan dalam seminar-seminarnya betapa para artispun sering kali menarik masa lalu mereka sehingga berakibat pada masa kini mereka. Salah satunya adalah artis yang melantunkan lagu dengan lirik: Berulangkali aku mencoba Slalu untuk mengalah Demi keutuhan kita berdua Walau kadang sakit … Pulangkan saja Aku pada ibuku ATAU ayahku Dengan jeli bapak Hari Subagya akan selalu meminta para peserta seminarnya untuk memperhatian kata “ATAU” pada lirik “pulangkan
It's SHOWTIME!
26
saja aku pada ibuku ATAU ayahku” yang menyiratkan adanya pilihan. Pilihan bahwa sang suami boleh memulangkan sang istri ke tempat sang ibu atau, pilihan ke dua, sang ayah. Artinya ibu dan ayahnya sudah berpisah. Kemudian, karena sang penyanyi terus menerus membawa masa lalu itu ke masa sekarang (melalui lagunya) maka kejadian yang dialami oleh orang tuanya juga berulang padanya. Ia bercerai dengan pasangannya. Untuk apa kita menghidupkan kembali masa lalu bila itu sama sekali tidak memberi nilai tambah dalam hidup atau pekerjaan kita? Ada kalanya kita berkata, “Suatu saat kelak kita akan melihat kejadian ini sambil tersenyum.” Itu biasa kita katakan ketika mengalami suatu kejadian yang tidak mengenakkan. Kenapa harus menunggu suatu saat kelak? Kenapa tidak tersenyum saja sekarang karena yang sudah selesai itu memang sudah tamat? Kalau memang ada yang bisa menambah produktifitas diri kita dari apa yang terjadi di masa lalu, ambilah pelajaran secukupnya dan bergegaslah tinggalkan sisanya di masa lalu. Ibarat menangani sebuah pesawat terbang yang tercebur ke laut. Kita cukup mengambil kotak hitam dari pesawat itu untuk analisa penyebab kecelakaan pesawat tadi (sehingga kita bisa mencegah kecelakaan yang sama di kemudian hari) dan kita tidak perlu membawa seluruh bangkai pesawatnya. Berat, bang!
Ditarik (Ke) Masa Lalu “Ingat kesalahan dan keteledoran kamu pada saat mengerjakan laporan audit yang lalu. Kamu benar-benar mengakibatkan
It's SHOWTIME!
27
kekacauan pada waktu itu. Jangan sampai terulang lagi pada audit tahun ini.” Begitu tutur sang atasan pada Ratih, seorang akuntan pada sebuah perusahaan kimia terkemuka. Bayangan-bayangan yang tidak mengenakkan dari peristiwa audit tahun lalupun segera menyergap Ratih. Ia keluar dari ruangan sang atasan dengan perasaan tidak enak. Tiba-tiba ia merasa mual dan pening. Ya. Kejadian yang menimpa Ratih tadi acap kali terjadi di lingkungan kerja kita. Kita tidak ingin menghidupkan diri masa lalu kita, namun ada saja ‘paranormal sakti’ yang mencoba mengembalikan diri masa lalu itu ke masa sekarang. Beberapa dari kita mungkin merasa tak berdaya menghadapi ‘paranormal-paranormal’ seperti atasan Ratih tadi. Apa yang bisa kita lakukan? Pertama, yakinlah bahwa sebenarnya mereka mempunyai tujuan baik. Mereka menghadirkan diri masa lalu kita karena tidak tahu harus bagaimana membantu kita untuk memperbaiki diri. Seandainya mereka tahu itu akan memperburuk keadaan, mereka pasti tidak melakukannya. Kedua, bila bayangan masa lalu itu mulai datang, nyanyikanlah lagulagu yang penuh semangat dalam hati, Maju Tak Gentar, Sorak Sorak Bergembira, Goyang Dombret, Johny B. Good, atau apapun. Ketiga, bayangkan bahwa diri kita saat ini adalah sosok yang luar biasa yang akan mampu menyelesaikan semua pekerjaan dengan berhasil. Bayangkan bahwa atasan dan rekan-rekan kita menyalami kita karena kita melakukan pekerjaan kita dengan sangat baik. Keempat, duduklah dengan tenang. Ambil secarik kertas atau sebuah buku agenda. Tuliskan hasil kerja yang kita harus capai. Kemudian,
It's SHOWTIME!
28
tuliskan pula hal-hal utama yang perlu kita ingat serta lakukan untuk mampu mencapai hasil yang telah kita tulis sebelumnya. Kelima, ACTION! Waktunya kita buktikan bahwa diri kita yang sekarang benar-benar sosok yang berdaya dan mampu. Lakukan semua yang telah kita tuliskan pada tadi dan biarkan orang lain melihat keberhasilan kita. Kita hanya mampu mengelola apa yang ada di dalam diri kita, bukan apa yang ada di dalam diri orang lain. Akan selalu ada orang-orang yang dengan atau tanpa sengaja membawa diri masa lalu kita ke masa sekarang. Percuma kita mengeluhkan hal seperti itu. Hanya dengan menunjukkan bahwa kita saat ini adalah seorang individu yang berdaya dan berkemampuan kita akan mampu menghentikan upayaupaya orang lain untuk menarik kita ke masa lalu.
Ini Adalah SHOW TIME! Barbra Streisand adalah seorang legenda hidup di industri kreatif Amerika, bahkan dunia. Pemegang dua Academy Award, delapan Grammy Award, lima Emmy Award, serta beberapa penghargaan kreatif lainnya ini adalah contoh bagaimana seseorang bisa menjadi signifikan, menjadi penting, bila mampu menganggap setiap kesempatan sebagai satu-satunya kesempatan untuk mempertontonkan kemampuan terbaik. Sikap itu jelas ia perlihatkan ketika Barbra masih belum punya nama besar dan sedang mengikuti audisi untuk mendapat peran dalam satu drama musikal I Can Get It For You Wholesale. Produser drama musikal tersebut, David Merrick, mempunyai prinsip, “Saya tidak menginginkan gadis jelek dalam show saya.” Barbra
It's SHOWTIME!
29
Streisand, dengan hidung penyihirnya, dengan mudah bisa dimasukkan ke dalam kategori ‘gadis jelek’ oleh David Merrick. Paling tidak itulah yang mungkin terjadi bila Barbra Streisand menganggap audisi itu sebagai audisi yang biasa saja. Itu tidak ia lakukan. Ia tahu bahwa momen itu adalah sebuah audisi, tetapi baginya itu adalah sebuah momen pertunjukan. Itu adalah sebuah SHOW. Barbra Streisand, membungkus diri dalam jaket bulu panjang warna gelap serta sepatu yang berbeda antara kanan dan kiri, hadir sebagai peserta audisi terakhir. Ia juga tampak mengunyah segumpal permen karet dalam mulutnya. Itu semua sudah mulai membelalakkan mata sang Produser dan rekan-rekannya. Barbra berjalan penuh percaya diri menuju bangku tinggi yang disediakan. Sambil duduk, mulailah ia menyanyi dengan sepenuh hati, masih tetap sambil mengunyah permen karet tadi. Suara Barbra yang bagus mengalun indah dan meyakinkan, sebelum tiba-tiba ia menghentikan lagunya. Perlahan ia mengeluarkan gumpalan permen karet dari mulutnya, tersenyum kepada para penilainya, dan, dengan tak acuh, menempelkan gumpalan permen karet tadi di bawah bangku yang ia duduki. Setelah itu, Barbra Streisand menuruskan nyanyiannya sampai selesai. Pilihan kostumnya, cara ia membawa diri, permen karet yang ia kunyah, dan kemampuan vokalnya benar-benar menancapkan kesan yang kuat dalam benak para penilai, termasuk dalam benak David Merrick. Ia langsung mendapat peran yang ia inginkan, terutama setelah kesan itu menjadi bertambah kuat karena salah seorang penilai mencari sisa permen karet Barbra yang tertempel di bawah bangku. Sang penilai audisi sama sekali tidak menemukan bekas permen karet, padahal mereka yakin Barbra tidak mengambil sisa permen karet itu.
It's SHOWTIME!
30
Permen karet itu palsu! Lebih tepatnya itu semua adalah acting Barbra Streisand untuk membuat semua penilainya terkesan. Dalam sebuah drama musikal, para pemain bukan hanya dituntut untuk bagus dalam bernyanyi tetapi juga bagus dalam berakting. Bernyanyi dan berakting ibarat paket yang terpisahkan di dunia drama musikal dan paket itu dirancang serta dipertontonkan secara sengaja oleh seorang Barbra Streisand. Jenius! Cara pandang Barbra Streisand yang menganggap setiap kesempatan adalah sebuah waktu pertunjukan, sebuah SHOW TIME, memang jenius. Kejeniusan inilah yang perlu kita tiru. Kita perlu mengucapkan selamat tinggal pada rutinitas, mengucapkan adios kepada waktu kerja yang biasa, dan mengatakan good-bye kepada hari-hari yang membosankan. Ucapkan selamat datang pada sebuah hari baru yang menawarkan kesempatan bagi kita untuk mempertontonkan kemampuan terbaik kita. Setiap hari adalah SHOW TIME bagi kita. Dunia kerja adalah panggung pertunjukkan kita. Atasan, rekan kerja, bawahan, customer, klien, dan para vendor adalah penonton-penonton pertunjukan kita. Baju kerja, buku, komputer, notebook, in-focus, pulpen, dan lain sebagainya adalah properti pertunjukan kita. Kita bukan lagi pekerja. Kita adalah para PERFORMER dalam sebuah SHOW. Bila dalam sebuah rutinitas kerja kita bisa bekerja setengah hati, tidak demikian dengan sebuah show. Totalitas adalah kunci sukses dalam dunia show. Tidak ada seorangpun yang meminta Barbra Streisand untuk mempertunjukkan kemampuan acting-nya ketika ia sedang melakukan audisi. Barbra Streisand memahami bahwa para penilai sebenarnya juga perlu melihat kemampuan acting seseorang sehingga dorongan totalitas membuat ia menyiapkan satu paket audisi.. eh, maaf, ralat: satu paket pertunjukan yang memukau.
It's SHOWTIME!
31
Keterpukauan para penonton adalah masa depan kita. Dengan kata lain, bila rekan kerja, bawahan, dan atasan merasa bahagia dengan keseluruhan paket show kita, maka sebuah masa depan yang gemilang akan menunggu kita. Ini bukan berarti kita bekerja demi sebuah pujian, tepukan tangan, atau penghargaan-penghargaan yang lain. Ini, secara sederhana, memiliki arti bahwa kita memperlakukan setiap hari kerja baru sebagai suatu panggung baru dimana kita harus memberikan penampilan terbaik kita, hingga tetes terakhir keringat kita, untuk sebuah hasil terbaik dan bahkan lebih baik lagi. It’s SHOW TIME!
It's SHOWTIME!
32
“Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang diciptakan untuk Anda. Kebahagiaan berasal dari tindakan Anda sendiri.” Dalai Lama XIV
BAB 3 OUR SHOW, OUR HAPPINESS Perubahan adalah syarat mutlak bagi setiap kemajuan. Seperti apa telepon genggam yang kita gunakan saat ini? Apakah ia bisa kita gunakan untuk berkirim dan menerima email? Bagaimana dengan akses internet? Mungkin telepon genggam milik kita bisa digunakan untuk melakukan photo-editing? Pada saat ini, semakin luar biasa banyak dan ragam fungsi yang dibenamkan pada sebuah alat bernama telepon genggam ini. Telepon genggam pertama saya dulu hanya bisa digunakan untuk menelpon dan menerima telpon. Dengan fungsi yang sangat terbatas itu, saya sudah harus merogoh kocek yang lumayan dalam untuk dapat membelinya. Seiring waktu, kemajuan teknologi telepon genggampun berubah sehingga telepon genggam dengan fungsi tunggal, yang dulu sudah sangat mewah, tiba-tiba sudah sangat ketinggalan jaman. Sama seperti telepon genggam saya tadi, ketika kita baru melamar pekerjaan di tempat yang sekarang ini, bisa jadi, kualitas kita sudah
It's SHOWTIME!
33
mampu membuat perusahaan untuk memberikan posisi lowongnya kepada kita. Waktupun berganti dan sekarang apa yang dulu kita miliki sudah tidak terlalu signifikan dengan tantangan baru di dunia industri. Kita harus berubah. Saya tidak akan membahas banyak tentang perubahan ini karena saya yakin kita sudah banyak tahu. Saya hanya ingin menggaris bawahi suatu alasan baik yang bisa kita gunakan untuk berubah. Perhatikan kendaraan yang kita gunakan sehari-hari. Dua tahun dari sekarang, berapa kurang lebih harga jual kembali dari kendaraan kita? Masih tinggikah harga jualnya? Pasti kita akan menjawab, “Tergantung kondisi.” Betul sekali tergantung kondisi dan kondisi tergantung cara kita berkendara serta merawatnya. Betul? Bila seseorang sering main “hajar ajah” dalam berkendara, kemungkinan besar penurunan nilai yang dialami oleh kendaraannya juga akan tinggi. Kemudian bila orang tersebut biasa saja dalam merawatnya, tentu saja harga jual kembali kendaraan itu nanti juga akan biasa saja. Masuk akal? Adakah kendaraan second yang mempunyai nilai jual di atas rata-rata? Ada. Kendaraan-kendaraan koleksi biasanya mempunyai harga jual yang tinggi. Mengapa bisa demikian? Kendaraan koleksi biasanya diperlakukan secara istimewa oleh para pemiliknya atau, dengan kata lain, perawatan yang diterima luar biasa, di atas rata-rata. Mulai dari cara dan alat yang dipakai untuk memberisihkan sampai pada aksesoris maupun suku cadang tambahan yang digunakan untuk kendaraan koleksi semua di atas rata-rata. Apakah para pemilik kendaraan tersebut merasa keberatan melakukan semua itu? Tentu saja tidak. Mereka sadar bahwa kendaraan yang mereka miliki adalah aset masa depan sehingga mereka tidak pernah ribut dengan biaya serta upaya yang mereka keluarkan. Bahkan tak jarang mereka memberi
It's SHOWTIME!
34
tahu kita, “Ini belum seberapa. Saya ingin blah blah blah...” Merekapun menjelaskan proses perawatan dan modifikasi yang semakin membuat kita geleng-geleng. Walaupun mereka tidak pernah keberatan melakukan semua itu, saya yakin mereka akan sangat keberatan bila melakukan hal yang sama untuk kendaraan orang lain. Ya. Mereka pasti emoh bin ogah bila kita meminta mereka merawat kendaraan kita seperti mereka merawat milik mereka. Kenapa bisa demikian? Jawabannya sangat jelas: karena itu bukan milik mereka. Mereka akan berikan upaya perawatan paling hebat yang bisa mereka lakukan karena kendaraan itu milik mereka, bukan milik orang lain. Karir dan pekerjaan yang kita miliki saat ini bukanlah milik perusahaan. Itu milik kita, aset masa depan kita. Kemauan kita untuk merawat dan memperbaiki aset ini, pekerjaan kita sekarang, akan menentukan nilai kita dimasa yang akan datang. “Pekerjaan saya benar-benar tidak enak dan sangat menyebalkan. Saya tidak mau merawatnya.” Mungkin salah satu dari pembaca ada yang mengatakan seperti itu. Baik. kita benar-benar tidak harus merawat pekerjaan ini. Itu pilihan. Kendati demikian, ijinkan saya menjelaskan sesuatu. Saya tidak menutup mata bahwa pada kenyataannya ada saja perusahaan yang tidak begitu tertarik dengan kenyamanan para pekerjanya. Atau mereka sebenarnya tertarik tetapi merasa belum mampu berbuat banyak untuk hal itu. Manapun yang paling mirip dengan perusahaan kita, saya cukup yakin kita memang merasa sangat tidak nyaman dengan situasi pekerjaan yang kita hadapi. Pertanyaan saya adalah, “Kenapa kita terus melakukan pekerjaan itu?”
It's SHOWTIME!
35
“Saya belum punya pekerjaan baru.” “Saya masih perlu gaji setiap bulan.” “Saya menunggu kesempatan untuk pindah ke tempat baru.” Itu adalah beberapa jawaban yang mungkin kita berikan. Semua jawaban itu menunjukkan satu hal, bila pekerjaan ini adalah sebuah kendaraan, maka saat ini kita masih menggunakannya untuk mencapai tempat-tempat yang kita inginkan. kita masih BUTUH kendaraan itu. kita masih PERLU pekerjaan itu. Bila kita tidak merawatnya dengan lebih baik, suatu saat nilai kendaraan itu akan jatuh dan kita tidak akan mampu mendapatkan “tambahan dana” untuk mendapatkan kendaraan yang lebih baik. Bahkan bisa jadi kita justru mendapatkan ganti yang nilainya lebih rendah, jauh lebih rendah. Jadi ubahlah cara pandang kita terhadap pekerjaan yang kita tekuni saat ini. Pandanglah pekerjaan itu sebagai satu kesempatan untuk SHOW TIME!
SHOW TIME! Sebuah Cara Untuk Bahagia Dalam dunia service excellence kami mengenal sebuah penggal waktu yang dinamakan WOW! Moment. Penggal waktu tersebut demikian membanggakan dan bermakna. Dalam penggal waktu tersebut dada kami dipenuhi rasa bermakna, bahagia, syukur, dan, mungkin, haru yang membuncah. Itu adalah penggal waktu dimana kami bisa menyajikan satu show yang luar biasa kepada para customer. Itulah WOW! Moment bagi kami. Bagaimana dengan WOW! Moment bagi Anda?
It's SHOWTIME!
36
Yuk kita ingat kembali waktu dimana kita membicarakan definisi kesuksesan. Kita sudah sepakat untuk berdamai, menyerahkan urusan definisi sukses kepada diri Anda masing-masing. Bila Anda menuju arah yang benar dalam mewujudkan kesuksesan itu, maka akan ada banyak sekali WOW! Moment yang Anda temui. Masing-masing WOW! Moment itu bisa saja berbeda, kendati demikian, rasa yang memenuhi dada Anda semestinya sama. Sebuah WOW! Moment membuat Anda merasa bahagia luar biasa, merasakan bercampurnya sebuah kebanggaan dan keharuan. Ada musik membahana yang memenuhi dada serta kepala. Ada cahaya kemilau yang menceriakan pandangan kita. Ya. Seperti itulah rasa yang ditimbulkan WOW! Moment. Mungkin penggal waktu itu adalah saat dimana Anda bisa berhasil menyelesaikan sebuah pekerjaan sulit dengan hasil yang luar biasa, saat dimana Anda bisa menunjukkan kontribusi total pada tim Anda, saat dimana Anda mampu menggunakan setiap tetes keringat untuk kebahagiaan customer, atau saat berhasil membuat atasan, rekan kerja, dan bawahan Anda tersenyum lega setelah melewati sebuah krisis. WOW! Moment adalah konsekuensi logis dari sebuah SHOW TIME! Bila sebuah waktu kerja, biasanya, identik dengan rutinitas, kebosanan, dan pencapaian yang biasa-biasa saja, maka SHOW TIME! Identik dengan kebahagiaan dan kebermaknaan yang timbul akibat totalitas kinerja, totalitas prestasi. SHOW TIME! adalah sebuah jalan keluar atas situasi yang digambarkan secara jelas oleh Buya Hamka melalui kalimat: “Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Jika bekerja hanya sekedar bekerja, kera juga bekerja.”
It's SHOWTIME!
37
SHOW TIME! adalah sebuah upaya untuk membuat hidup kita lebih bernilai, pekerjaan kita lebih bermakna, dan usaha kita lebih berharga.. karena kita bukan babi di hutan ataupun seekor kera. Setuju? Yes!
SHOW TIME! Itu Kebutuhan Saat ini ada sekitar 7 miliar manusia yang mendiami bumi. Di Indonesia sendiri ada sekitar 240 juta manusia. Tentu saja mereka semua memiliki beragam perbedaan yang membuat hidup menjadi penuh warna. Di sisi lain, ternyata, 7 milliar manusia itu memiliki beberapa kebutuhan dasar yang sama, terlepas dari usia, pendidikan, atau latar belakang lainnya. Semua manusia mempunyai kebutuhan untuk: 1. Merasa signifikan 2. Merasa aman 3. Diterima di lingkungan dimana ia berada 4. Merasa istimewa 5. Mempunyai kontrol atas apa yang terjadi 6. Berubah ke arah yang lebih baik Tidak terpenuhinya seluruh atau sebagian dari kebutuhan dasar itu, akan membawa kesulitan serta kesusahan dalam hidup kita. Apabila kita tidak merasa signifikan dalam hidup maka kita akan merasa
It's SHOWTIME!
38
rendah diri. Perasaan tidak aman akan membawa paranoia yang mengganggu. Perasaan tidak diterima ditempat kita berada akan sangat menyiksa. Perasaan tidak diistimewakan berpotensi membuat kita memendam iri. Kegagalan berubah ke arah yang lebih baik akan menjadikan kita seorang ahli mengeluh dan berandai-andai. Siapapun dan apapun latar belakang seseorang, ia akan berusaha untuk memenuhi ke enam kebutuhan di atas. Cara yang ditempuh dalam memenuhi kebutuhan tersebut bisa bermacam-macam, ada yang produktif, ada yang netral, dan ada yang destruktif. Contoh cara yang destruktif, seseorang menghimpun atau bergabung dengan kelompok preman dan kemudian mulai berbuat anarkis dan kriminal. Mungkin saja dengan demikian dia bisa menepuk dada karena merasa, saat itu, dirinya signifikan. Ada juga yang ingin merasa istimewa dengan menghambur-hamburkan harta kekayaan dengan satu tujuan rendah, tidak mulia. Cara yang netral contohnya adalah ketika seseorang ingin bisa diterima disuatu tempat yang baru maka ia akan berusaha mengikuti hal apapun yang dilakukan oleh kelompoknya. Ya. Ini bisa netral atau bisa destruktif (dan mungkin saja produktif bila yang diikuti adalah hal yang baik). Atau contoh berikut, ketika merasa dikejar oleh banyak deadline seorang ingin merasa aman dengan cara membeli sebanyak mungkin makanan ringan, coklat, dan soft-drink untuk sekedar mengalihkan kekuatirannya atas deadline-deadline yang ia miliki. Untuk memenuhi ke enam kebutuhan itu secara penuh dan secara produktif, cara yang palling disarankan tentu saja adalah dengan meraih banyak WOW! Moment dalam hidup ini melalui SHOW TIME! yang berkelanjutan.
It's SHOWTIME!
39
Coba perhatikan.
Merasa Signifikan Bila seseorang merasa signifikan, maka ia merasa bahwa keberadaannya berguna. Ia merasa bahwa apa yang ia lakukan ada efeknya terhadap suatu siatuasi atau, dengan kata lain, keberadaan dan tindakannya berarti. Bila kita merasa signifikan maka kepercayaan serta motivasi diri kita akan meningkat tajam. Hal sebaliknya berlaku bila kita tidak merasa signifikan. Pernahkan kita merasa bahwa keberadaan diri kita tidak terlalu penting? Mungkin saat itu kita terlibat suatu pekerjaan atau proyek khusus dan kita merasa hanya tambahan yang tidak penting. Pada saat itu, seperti apa performa kita? Bagus? Hmm.. saya yakin kita bisa jauh lebih bagus ketika kepercayaan dan motivasi diri kita lebih baik. Bukan begitu? Sekarang bayangkan bila kita berhasil menampilkan suatu SHOW TIME! dan totalitas kita akhirnya membuahkan suatu pencapaian. Terlepas dari ukuran pencapaian tersebut, saya yakin pada saat itu ada percikan semangat lebih yang menimbulkan kepercayaan diri dan motivasi. Dunia menjadi lebih indah kan? Ya. SHOW TIME! adalah cara paling ampuh untuk membuat siapapun merasa signifikan.
It's SHOWTIME!
40
Merasa Aman Maslow dalam hirarki kebutuhan yang ia kembangkan sudah menjelaskan bahwa keamanan merupakan salah satu kebutuhan yang muncul setelah secara fisik kita terpenuhi. Salah satu kebutuhan akan rasa aman itu adalah keamanan finansial. Mendapatkan kepastian finansial tentu saja merupakan salah satu alasan mengapa kita bekerja. Kehidupan itu dinamis, ada keberuntungan dan ketidak beruntungan yang selalu terjadi di dalamnya. Setiap saat ada saja orang yang beruntung (dan, tentu saja, ada yang tidak beruntung) dalam hal karir, bisnis, maupun personal. Dalam hal karir misalnya, saat ini seseorang baru saja diangkat menjadi supervisor padahal masa pengabdian di jenjang rank-and-file belum lama. Kemarin ada karyawan yang mendapatkan kenaikan gaji lebih baik dari karyawan yang lain. Beberapa waktu yang lalu ada karyawan yang diangkat menjadi pegawai tetap sementara beberapa yang lain justru tidak diperpanjang kontraknya. Itu beberapa keberuntungan yang umum kita lihat terjadi di dunia kerja. Pada saat seseorang dilewatkan oleh suatu keberuntungan dan, pada saat yang bersamaan, ia melihat orang lain menerima keberuntungan yang ia idamkan, ia merasa tidak nyaman. Semakin bertambah jumlah keberuntungan yang ia lewatkan, semakin tinggi intensitas rasa tidak nyaman itu. Ia mulai merasa tidak aman. Rasa tidak aman itu bisa muncul dalam bentuk apapun. Perasaan dianak-tirikan, keluhan, gerutuan, bahkan makian di akun Facebook atau Twitter bisa jadi merupakan teriakan, “KENAPA HARUS SAYA?!” Bila seseorang sudah mulai menunjukkan gejala sedemikian rupa
It's SHOWTIME!
41
maka ia perlu tahu apa tindakan yang perlu dilakukan agar keberuntungan mulai mendekatinya. SHOW TIME! yang menghasilkan banyak prestasi adalah jalan keluar dari rasa tidak aman seperti di atas. Perhatikan, semakin kita berprestasi, dalam hal apapun, semakin kita merasa aman. Tepat sekali. Ini seperti apa yang terjadi di dunia olah raga, tepatnya sepak bola. Semakin seseorang berprestasi, maka semakin aman posisinya di dalam tim inti. Semakin ia biasa-biasa saja, semakin rawan posisinya, dan semakin terancam dirinya secara financial.
Diterima Dimana Ia Berada Kapankah kita pertama kali bekerja? Tentu masih ingat kali pertama berada di lingkungan kerja yang benar-benar baru. Semua masih tidak menentu. kita masih belum merasa menjadi bagian dari lingkungan itu walaupun sudah berstatus sebagai pegawai baru. kita masih sangat berhati-hati dalam membawa diri, mencari tahu apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak. Hari berganti dan kita semakin terbiasa berada di lingkungan tersebut. kita merasa sudah diterima dan menjadi bagian disana. Tapi mungkin penerimaan yang kita rasakan hanya terjadi karena kita memang sudah cukup lama bekerja disana. Sementara ada beberapa teman kita yang benar-benar bisa diterima oleh lebih banyak rekan kerja lintas departemen. Mereka menikmati sebuah popularitas. Ingat, popularitas pada konteks ini adalah sebuah popularitas yang positif. Lihat betapa mudahnya teman-teman kita yang populer itu mendapatkan bantuan dari rekan kerja lain. Perhatikan betapa
It's SHOWTIME!
42
gampang mereka menjalin hubungan dengan para pimpinan. Ya. Bisa jadi mereka memang pandai bergaul, tetapi seorang yang demikian populer dalam arti yang positif pasti memiliki hal lebih, di luar kemampuan bergaul itu. Tepat sekali. Mereka mempunyai reputasi dan prestasi yang membuat orang lain merasa beruntung berteman dengan mereka. Prestasi dan reputasi hanya bisa hadir secara konsisten apabila kita senantiasa memperlakukan setiap waktu kerja sebagai sebuah SHOW TIME!
Merasa Istimewa Suka atau tidak, setuju atau menolak, semua orang di dunia ini senang diistimewakan. Keinginan itu membuat seorang suami bisa kesal ketika istrinya lupa menghidangkan secangkir kopi untuknya. Itulah juga kenapa seseorang merasa jengkel ketika seorang penjual, dengan alasan “sudah langganan”, mendahulukan orang yang antri di belakangnya. Itu jualah yang sering membuat seorang karyawan meradang karena merasa sudah bekerja dengan baik dan teman lain yang mendapatkan promosi. Apa kunci utama dari orang-orang yang mendapat keistimewaan? Tanpa perlu penjelasan panjang lebar, tentu saja prestasi adalah kunci jawabannya. Mari kita tengok di sekeliling kita. Memang terkadang ada sebuah lingkungan yang mengistimewakan mereka yang “anehaneh”, tetapi sebenarnya prestasi adalah kunci satu-satunya untuk membuka gerbang keistimewaan. Ini bukan berarti bahwa kita berprestasi untuk segala macam ketenaran dan keistimewaan. Sama sekali bukan itu. Sekali lagi, kebutuhan akan sebuah keistimewaan sudah mengalir di dalam darah kita, sadar atau tidak sadar. Satu-
It's SHOWTIME!
43
satunya cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan ini meraih prestasi sebanyak mungkin melalui semua SHOW TIME! yang kita lakukan.
Mempunyai Kontrol Atas Apa Yang Terjadi Apa sih artinya mempunyai kontrol atas apa yang terjadi? Apakah ini berarti kita menjadi paranormal? Tentu saja tidak. Ini adalah perasaan yakin bahwa kita menuju suatu arah yang sesuai dengan keinginan kita, dan bila arahnya salah, kita tahu cara memperbaikinya. Ini yang dimaksud dengan mempunyai kontrol. Dalam konteks bekerja, bisa saja ini berarti mempunyai keyakinan atas laju karir kita. Bisa juga mempunyai arti bahwa kita selalu bisa menemukan jalan keluar atas situasi-situasi yang kita hadapi. Apapun arti kontrol dalam pekerjaan kita, hanya dengan berprestasi kita bisa banyak mendapatkannya. Coba tengok berapa panjang briefing yang diberikan oleh seorang supevisor kepada seorang karyawan berkinerja pas-pasan dalam mempersiapkan pekerjaannya. Kemudian setelah itu sang supervisor akan terus menerus mengawasinya ketika bekerja hanya untuk memastikan bahwa ia bekerja sesuai standar. Karyawan tersebut kurang atau bahkan tidak leluasa menentukan ritme kerjanya. Pada saat terjadi masalah terkait pekerjaan tadi, kemungkinan besar ia akan mendapatkan tekanan serta pengawasan yang lebih ketat lagi.
It's SHOWTIME!
44
Sementara bila kita adalah seorang karyawan yang senantiasa berSHOW TIME! dalam setiap waktu kerja, maka supervisor atau atasan kita hanya akan memberikan penjelasan singkat tentang sebuah pekerjaan baru. Ia yakin kita akan mampu menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik. Kemudian keyakinan itu pula yang akan membuatnya memberi kita keleluasaan untuk mengontrol ritme kerja kita sendiri. Ketika suatu masalah terjadi, atasan kita juga mempercayai kita untuk mencari pemecahan tanpa campur tangan yang berlebihan. Prestasi kita betul-betul memberikan sebuah kuasa penuh atas proses serta hasil upaya kita.
Berubah Ke Arah Lebih Baik Siapa yang tidak menginginkan hal ini? Seorang yang bunuh diripun, memutuskan hal itu karena berpikir bahwa kematian adalah lebih baik bagi mereka. Semua orang menginginkan perubahan yang baik dalam hidup mereka. Maka dari itu saya tidak begitu percaya bila seseorang berkata, “Saya mengalir saja. Saya sudah nyaman kok dengan ini. Semua.” Mencapai prestasi yang luar biasa adalah jaminan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini sangat jelas sehingga (hampir) tidak memerlukan penjelasan lagi. Masih tidak percaya? Buktikan sendiri. Selalu tunjukkan SHOW TIME! dan raihlah prestasi yang luar biasa. Bila Anda tidak mengalami perubahan yang baik setelah berprestasi melalui semua SHOW TIME! itu, silahkan hubungi saya dan silahkan ungkapkan protes. Setuju?
It's SHOWTIME!
45
BAGIAN 2 SHOW TIME! PERFORMER BUKAN KARYAWAN BIASA Mesut Ozil, pemain nomor 10 dari Real Madrid, menggiring bola dari luar kotak penalti real Valadolid. Beberapa pemain belakang Valadolid berusaha menutup ruang geraknya. Mesut Ozil melakukan maneuver dengan cerdik. Ia lolos masuk kotak penalti Real Valadolid. Dua pemain Valadolid dengan hati-hati melakukan pressing ke
It's SHOWTIME!
46
arahnya. Mesut Ozil melihat Karim Benzema, striker berkebangsaan perancis dari Real Madrid, berdiri tidak terjaga di sisi kirinnya. Mesut Ozil memanfaatkan ruang sempit di antara dirinya dan dua pemain belakang Valadolid untuk melakukan umpan pendek cepat ke arah Karim Benzema, dan kemudian bergerak cepat, berkelit, di antara dua pemain Valadolid tadi. Karim Benzema tak berlama-lama dengan bola. Ia sodorkan kembali bola itu ke Mesut Ozil yang telah berdiri bebas. Tendangan first-time Mesut Ozil dengan sukses mengantarkan bola tadi masuk ke sudut kanan gawang Valadolid. GOL! Pendukung, pemain, dan para official Real Madrid melompak kegirangan. Tepuk tangan membahana di arahkan untuk Mesut Ozil dan teman-temannya. “Work for a cause. Don’t work for applause.” Kalimat itu adalah kalimat bijak yang menyarankan agar kita tidak mencari tepukan tangan (baca: pujian) dalam bekerja. Betulkah kita tidak perlu tepukan tangan? Tepukan tangan sebenarnya adalah suatu bentuk alat ukur kinerja juga. Pada situasi sepak bola Real Madrid versus Real Valadolid di atas, tepukan tangan menunjukkan bahwa Mesut Ozil telah melakukan hal yang luar biasa. Mesut Ozil bisa memaknai tepuk tangan tersebut seperti ini, “Kamu melakukan tugas dengan sangat baik. Bermainlah kembali dan bila kamu melakukannya dengan baik, kami akan memberi tahu melalui tepuk tangan kami.” Tidak akan ada orang yang bertepuk tangan, menepuk bahu, atau memberi komentar baik atas tindakan kita bila tindakan itu buruk. Kita tidak akan pernah mendapatkan itu semua (tepuk tangan, jabatan tangan, pujian, dan lainnya) hanya dengan menjadi karyawan yang
It's SHOWTIME!
47
berkinerja pas-pasan, atau rata-rata. Kita harus memastikan kinerja kita di atas rata-rata, baru kita akan mendapatkan itu semua. Tentu saja tepukan tangan di tempat kerja tidak harus selalu terdengar, karena tepukan tangan di tempat kerja diberikan berupa kesempatan promosi, kenaikan gaji di atas rata-rata, bonus, dan lain sebagainya. Seorang karyawan yang memandang setiap kesempatan bekerja sebagai peluang untuk memberikan upaya terbaik, kreatifitas paling optimal, dan mengerahkan segenap daya yang ia miliki demi tercapainya satu hasil yang di atas rata-rata, bukanlah karyawan biasa. Ia adalah seorang SHOW TIME! performer yang hidup dan bekerja seakan saat ini adalah satu-satunya kesempatan yang ia miliki. Ia akan gunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Ia akan maksimalkan kesempatan itu untuk mengincar hasil yang paling baik. Ia berketetapan bahwa saat itu adalah SHOW TIME!
It's SHOWTIME!
48
“Seseorang mendapatkan kualitas tertentu dengan cara terus menerus bertindak dengan cara tertentu.. kita adil dengan cara terus bertindak adil, kita bijak dengan cara terus bertindak bijaksana, dan kita berani dengan cara terus bertindak berani.” Aristoteles
BAB 4 LET’S GET READY Memandang hari-hari kekaryawanan sebagai sebuah SHOW TIME! tentu saja berbeda dengan memandangnya sebagai suatu waktu kerja alias rutinitas. Memandang waktu kerja sebagai suatu rutinitas menjadikan kita semacam robot yang tidak mempunyai pilihan selain mengikuti program apapun yang telah ditentukan oleh para pengendali kita. Kita merasa bahagia karena orang lain membuat kita bahagia. Kita resah karena boss kita membuat kita resah. Kita jengkel disebabkan oleh anak buah kita. Kita marah karena orang lain memicu kemarahan kita. Kita benar-benar beroperasi berdasarkan apa yang dilakukan oleh orang lain.. persis seperti robot. Secara fisik, kita jelas bukan robot. Kita adalah manusia yang bebas menentukan pilihan. Kebebasan untuk memilih itu adalah salah satu anugrah terbesar yang diberikan oleh Tuhan. SHOW TIME! adalah sebuah pilihan. Ketika kita memilih untuk menikah, sadar atau tidak sadar kita juga memilih untuk membagi hidup kita dengan orang lain. Waktu kita
It's SHOWTIME!
49
masuk dunia kerja, sadar atau tidak sadar kita memilih untuk mengikuti pola aturan dunia kerja. Saat kita mempunyai anak, sadar atau tidak sadar kita memilih untuk mendengar segala teriakan, jeritan, dan tangisan mereka serta melihat segala tingkah polah mereka. Semua pilihan membuat kita perlu menerima pilihan lain. Setiap pilihan selalu menawarkan konsekuensi kepada kita. Lalu pilihan lain atau konsekuensi apa yang perlu kita terima ketika kita memutuskan untuk mengadopsi sikap SHOW TIME! dalam dunia kerja?
Selalu Yang Terbaik, Semua Yang Terbaik, Dan Hanya Yang Terbaik “Do you swear to tell the truth, the whole truth, and nothing but the truth?” Itu adalah sumpah seorang saksi yang akan bicara di depan pengadilan (yang sering kita lihat di film-film TV). Berani mengungkapkan kebenaran adalah konsekuensi seorang yang telah memilih untuk maju sebagai saksi di persidangan. Ia diharapkan hanya mengungkap kebenaran, sebenar-benarnya, sehingga fakta atas suatu perkara bisa terungkap. Bila ia tidak mengungkapkan yang sebenarnya, tujuan sejati ia menjadi saksi tidak terpenuhi sehingga, boleh dibilang, ia gagal sebagai saksi. Mirip dengan sumpah seorang saksi di pengadilan, ketika kita sudah memilih untuk SHOW TIME! dalam bekerja, saat itu kita telah dihadapkan pada satu konsekuensi bahwa kita hanya boleh melalukan
It's SHOWTIME!
50
selalu yang terbaik, semua yang terbaik, dan hanya yang terbaik. Lain dari itu, kita gagal sebagai seorang SHOW TIME! performer. Seperti apa yang terbaik itu? Untuk lebih mudah memahami kata ‘terbaik’ itu, kita perlu mengelompokkan energi (yang kita gunakan untuk bekerja) ke dalam lima kategori, yaitu: 1. Under performance 2. Fair performance 3. Good performance 4. Very good performance 5. Outstanding performance Mari kita lihat satu persatu bagaimana kita mendaya gunakan energi kerja kita dalam masing-masing kategori. Kita ibaratkan bahwa dalam melakukan sebuah upaya, sebuah tindakan, kita mampu mengambil energi dari dalam bumi yang kita pijak (wow!) dan mengalirkannya sekujur tubuh. Maka tindakan yang under/bad performance alias jelek itu manakala kita hanya mengisi energi kita sampai lutut saja. Setelah energi habis maka kita akan bermalas-malasan, menyalahkan orang lain, atau melakukan tindakantindakan yang tidak produktif lainnya. Hasil dari tindakan itu? Ya hampir tidak ada, selain turunnya nilai hidup kita. Seperti apa fair performance atau usaha yang lumayan itu?
It's SHOWTIME!
51
Fair performance adalah ketika kita mampu mengisi energi sampai setinggi pinggang. Kita menggunakan energi itu sampai mendapatkan sedikit hasil sebelum akhirnya menyerah, bosan, diserang rasa malas atau hal-hal lainnya. Jadi kita sudah mendapat hasil, namun sangat sedikit. Orang yang berkinerja seperti ini biasanya kemudian sering berdalih, “Aku sebenarnya bisa kok melakukan itu, tetapi..” Good performance atau berusaha dengan baik adalah ketika kita mampu mengisi energi sampai sebatas leher kita. Kita menggunakan semua energi ini untuk apapun yang kita tekuni. Hasilnya juga ada, baik, namun tidak terlalu banyak. Biasanya orang yang berupaya pada golongan ini adalah mereka yang cepat puas atau mereka yang tidak terlalu mempunyai ambisi melakukan hal yang lebih baik lagi, “Begini saja sudah lebih dari cukup kok..” Very good performance atau melakukan tindakan dengan sangat baik ini sejengkal lebih pendek dari usaha yang luar biasa. Golongan ini mampu memenuhi ujung jari sampai ujung kepalanya dengan energi untuk melakukan sebuah usaha yang luar.. eh, hampir luar biasa. Hasil dari tindakan ini ada dan baik. Lalu? Di sisi lain, golongan ini biasanya tahu bahwa mereka mestinya bisa lebih baik lagi. Ada ketidak puasan yang mereka rasakan karena mereka tahu banget bahwa mereka bisa lebih dari itu. Entah apa yang kemudian menghentikan mereka. Outstanding performance adalah kategori yang para SHOW TIME! performer. Ini adalah kategori ‘terbaik’ itu. Ini adalah kategori dimana para SHOW TIME! performer mengisi energi ke seluruh lubang pori mereka dan bahkan sampai menjulang sejengkal dari kepala mereka. Mereka menenggelamkan diri dalam energi yang luar biasa melimpah dan menggunakannya untuk melakukan upaya paling baik. Sepanjang hari mereka merasakan antusiasme dan semangat yang menyala-nyala.
It's SHOWTIME!
52
Sepanjang hari mereka sangat fokus untuk mencapai hasil kerja di atas rata-rata. Sepanjang hari mereka merasa sangat berdaya sehingga tidak ada satu masalahpun yang bisa menghalangi mereka untuk mencapai prestasi. Sepanjang hari mereka melalukan selalu yang terbaik, semua yang terbaik, dan hanya yang terbaik. dan hasilnya? Mereka mampu secara optimal meraih semua yang mungkin mereka targetkan. Mereka benar-benar puas karena mereka tahu bahwa mereka sudah menggenakan segenap daya serta kemampuan mereka tanpa tersisa. Salah satu contoh dari SHOW TIME! performer yang melalukan selalu yang terbaik, semua yang terbaik, dan hanya yang terbaik adalah Kerri Strug. Ia merupakan anggota tim senam putri Amerika pada Olimpiade 1996, di Atlanta, Amerika. Cabang senam adalah salah satu cabang paling prestisius di Olimpiade. Hanya Negara-negara adi daya saja yang biasa mendominasi cabang tersebut. 23 Juli 1996 adalah saat penentuan tim mana yang akan menerima medali emas senam putri, Rusia atau Amerika. Nilai tim Rusia lebih unggul pada saat itu. Vault adalah jenis terakhir yang dimainkan dan Kerri Strug adalah pesenam terakhir tim Amerika. Semua mata tertuju padanya. Kerri Strug melakukan kesalahan pada lompatan vault pertamanya. Ia mendarat pada punggungnya. Memiliki satu kesempatan lagi, Kerri Strug segera berdiri dan melangkah untuk kembali bersiap. Ada yang lain pada cara berjalannya saat itu. Semua mata semakin memperhatikan Kerri Strug sesaat setelah John Tesh, pembawa acara, berkata dengan penuh kekuatiran, “Dia cedera.” Tim Amerika telah bersiap mengikhlaskan medali emas jatuh ke tangan tim Rusia. Pelatih, anggota tim, dan penonton berpikir sangat
It's SHOWTIME!
53
mustahil bagi Kerri Strug untuk melakukan lompatan kedua. Kekuatan kaki adalah syarat utama seorang pesenam, terutama pada nomor vault itu. Tim Amerika menyerah.. hampir. Kerri Strug belum menyerah. It’s SHOW TIME! Keteguhan hatinya mengalahkan rasa sakit yang mendera pergelangan kakinya. Kerri Strug berdiri tegak bersiap untuk melakukan sprint menuju palang kuda-kuda. Fokus, ia mengalirkan seluruh energi yang ia miliki pada setiap lubang pori, dari ujung kaki sampai kepala, bahkan lebih dari itu. Saat langkah pertama ia ayunkan, semua mata membelalak menatapnya. Penonton menahan nafas seakan ikut merasakan nyeri pada pergelangan Kerri Strug. Ia mulai melakukan sprint, lebih kencang dari kesempatan pertama. Sampai pada palang kuda-kuda ia melenting, salto bertumpu pada kedua tangannya, dan mendarat sempurna pada SATU KAKI SAJA. Ia mempertahankan posisi berdirinya untuk beberapa detik sebelum terduduk dan ngesot meninggalkan arena. Tepuk tangan membahana memenuhi ruang pertandingan. Air mata menitik dari ribuan pasang mata penonton di arena senam. Jutaan orang yang menonton momen tersebut melalui televisi juga merasakan letupan keharuan yang sama. Kerri Strug mempersembahkan medali emas bagi tim senam Amerika. Kerri Strug adalah seorang SHOW TIME! performer.
It's SHOWTIME!
54
Yakin Luar Biasa Atlantic City Convention Hall, Atlantic City, New Jersey, Amerika, pada tanggal 27 Juni 1988 menjadi saksi bisu atas terjadinya salah satu kejadian luar biasa dalam dunia olah raga. Kali ini dari ring tinju, dimana seorang Mike Tyson mempertahankan sabuk juara dunianya melawan Michael Spinks. Pada hari itu Mike Tyson muda, 21 tahun, hanya memerlukan waktu 91 detik untuk menjatuhkan Michael Spinks. Tepat sekali. Itu sebuah pertandingan yang sangat cepat, bahkan, terlalu cepat. Apa yang sebenarnya terjadi? Mulai saat awal kedua petinju memasuki ring, Michael Spinks sudah terlihat kehilangan keyakinan. Ia tampak ragu, gelisah, dan kuatir. Sementara Mike Tyson tampak tenang dan fokus. Michael Spinks terus menerus melakukan sesuatu untuk menutupi kegelisahannya, mulai berlama-lama memakai jubah tinjunya sampai mencoba berbicara dengan beberapa orang official-nya, namun semua itu tidak bisa menutupi keraguannya. Ia tampak begitu lamban dan berat melangkah. Bahasa tubuhnya seakan mengungkapkan penyesalannya berdiri di atas ring, menghadapi seorang anak muda bernama Mike Tyson. Michael Spinks sudah kehilangan nyali sebelum bertanding dan dikalahkan dalam waktu 91 detik bukanlah suatu hal yang mengejutkan ketika seorang petinju sudah merasa kalah sebelum bertanding. Sebagai petinju, Mike Tyson sendiri pernah menunjukkan lemahnya keyakinan yang berakibat kekalahan KO pada ronde ke 4. Saat itu ia menghadapi Lennox Lewis yang sangat yakin bisa mengalahkan Mike Tyson.
It's SHOWTIME!
55
Apa yang kita yakini di dalam benak kita adalah kunci penting dari seluruh prestasi atau pencapaian hidup kita, termasuk di dunia kerja. Semua yang telah kita peroleh serta hadapi saat ini, besar maupun kecil, adalah hasil dari apa yang kita pikirkan, lihat, dengar, rasakan, dan alami di dalam benak kita. Keyakinan kita lah yang menentukan batas potensi diri kita. Sebesar atau seluas apa sebenarnya potensi manusia itu? Jawabnya adalah, “Tidak terbatas.” Kita tahu bahwa bangsa manusia telah mendirikan stasiun luar angkasa, pesawat ulang alik, robot, teknologi bionic, dan lain-lain. Kita juga tahu ada manusia yang sanggup menarik truk lory dengan giginya, memanjat gedung-gedung pencakar langit tanpa peralatan khusus, memahami ‘bahasa’ binatang, dan lain sebagainya. Potensi manusia benar-benar luar biasa sebenarnya. Tuhan bahkan telah menegaskan hal itu dengan memutuskan bahwa manusia adalah pemimpin dunia. Apakah potensi yang tidak terbatas itu selalu berbanding lurus dengan hasil yang didapat? Jawabnya adalah, “Tidak.” Kenapa bisa demikian? Potensi kita sebagai manusia, memang tidak terbatas, di sisi lain, sering kali kita mempunyai keyakinan yang lemah seperti keyakinan Michael Spinks kala menghadapi Mike Tyson atau seperti keyakinan Mike Tyson waktu menghadapi Lennox Lewis. Seperti yang kita baca sebelumnya, potensi kita yang demikian luar biasa ini bisa dibonsai oleh keyakinan yang kerdil. Perhatikan ilustrasi berikut:
It's SHOWTIME!
56
UPAYA
POTENSI
MANUSIA
HASIL
KEYAKINAN
Kerdilnya keyakinan membuat potensi kita tersandera. Potensi kita tidak bisa tereksplorasi secara optimal sehingga upaya kitapun kecil, seadanya. Upaya yang pas-pasan juga akan memberi kita hasil yang pas-pasan. Pada saat hasil yang pas-pasan tersebut muncul, maka dalam benak kita biasanya muncul kalimat seperti, “Nah, apa aku bilang tadi. Kamu memang tidak mempunyai bakat di bidang ini. Kamu tidak bisa. Lihat hasilnya. Buruk sekali bukan?” Setelah kemunculan kalimat seperti di atas tadi, tentu saja nyali kita akan semalin menciut, potensi semain terbonsai, upaya semakin kecil
It's SHOWTIME!
57
dan hasilnya semakin hari semakin tidak tampak. Akhirnya kita mengikuti sebuah siklus, dalam hal ini sebuah siklus pengerdilan diri. Sebaliknya, bila kita mempunyai keyakinan bahwa diri kita memang luar biasa, bahwa kita mampu menjadi seorang SHOW TIME! performer, maka potensi kita juga akan mengalami optimalisasi. Potensi yang tergali secara optimal menghasilkan sebuah upaya yang FULL, yang masuk kategori outstanding, dan akhirnya memproduksi sebuah hasil yang luar biasa pula. Melihat hasil yang luar biasa itu, kita akan merasakan gumpalan kegembiraan, keharuan, kebanggaan, dan kepercayaan diri. “Yes! Ternyata aku bisa.” Itu mungkin yang kita serukan dan, kemudian, keyakinan kitapun akan semakin menguat. Kita akan mengikuti lagi sebuah siklus, kali ini merupakan siklus kesuksesan. Ya. Meyakini seyakin-yakinnya bahwa diri kita luar biasa adalah salah satu konsekuensi yang perlu kita terima apabila kita memilih menjadi seorang SHOW TIME! performer. Orang lain boleh berpendapat kita (dulu) seperti apa. Pada saat kita memutuskan untuk meyakini bahwa diri kita luar biasa dan kita memilih untuk menjadi luar biasa, maka apapun yang dikatakan tentang diri kita dulu, sudah tidak benar lagi.. sudah usang. Keyakinan yang kuat mampu melejitkan diri kita ke puncak kehidupan yang kita impikan.
Kecepatan Dan Ketepatan Pernahkah Anda menonton panggung musik amatir di kampuskampus, sekolah-sekolah, atau di tempat-tempat lain? Dulu ketika masih berstatus mahasiswa, saya sering meluangkan waktu untuk melihat band-band amatir tampil pada acara-acara panggung terbuka
It's SHOWTIME!
58
di tempat-tempat seperti di atas. Secara umum, band-band tersebut mempunyai potensi yang besar. Di sisi lain ada beberapa hal yang membedakan mereka dengan band-band profesional. Salah satu perbedaan yang paling menyolok adalah ketika mereka mempersiapkan diri menjelang lagu pertama. 15 menit atau bahkan setengah jam bisa berlalu dengan membosankan, hanya untuk mendengarkan dan melihat mereka berusaha menyetel alat musik. Panggung-panggung musik terbuka seperti itu kadang juga menghadirkan band yang cukup mapan. Pada saat band tamu mulai tampil, disitu terlihat dengan jelas bedanya. Mereka hanya butuh beberapa detik untuk menyiapkan alat-alat dan langsung siap berinteraksi dengan penonton. Tidak menngherankan mengapa bandband seperti itu biasanya tampil belakangan. Mereka adalah SHOW TIME! performer dan mereka memang layak untuk ditonton, walaupun harus menunggu lama. Kecepatan dan ketepatan dalam menjalankan setiap tugas merupakan konsekuensi lain yang harus kita sadari saat kita memilih menjadi seorang SHOW TIME! performer. Dari waktu ke waktu, memperbaiki diri untuk mampu menampilkan kecepatan dan ketepatan kerja merupakan keharusan. Atasan, bawahan, rekan kerja, atau customer kita tidak akan senang apabila kita sering berlama-lama dalam melakukan suatu pekerjaan atau sering meninggalkan banyak pekerjaan buruk yang menyebabkan orang lain kerepotan. Tidak seperti saya (ketika masih mahasiswa) yang sabar meluangkan waktu untuk band-band amatir yang memerlukan waktu lama untuk mempersiapkan penampilan, atasan, bawahan, rekan kerja, atau customer kita mungkin tidak mempunyai cukup waktu (serta kesabaran) untuk menunggu hasil kerja kita.
It's SHOWTIME!
59
Kecepatan dan ketepatan juga memiliki makna bahwa kita perlu mendorong diri untuk melakukan segala pekerjaan pas secara timing. Menunda-nunda memulai berarti bertentangan dengan kecepatan dan ketepatan. Mengulur-ulur waktu penyelesaian juga sama, bertolak belakang dengan pentingnya kecepatan dan ketepatan. Apalagi, pada dunia saat ini, semua hal bergerak dan berubah demikian cepatnya. Ketidak mampuan kita untuk meningkatkan kecepatan dan kepatan dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan bisa fatal akibatnya. Cepat dan tepat adalah pilihan yang selalu diambil oleh para SHOW TIME! performer. Terkait dengan kecepatan dan ketepatan ini, ada satu kisah klasik dari tanah Siam (Thailand) yang sangat inspiratif untuk kita renungkan. Kisah ini biasanya diberi judul The King’s Boatman. Jaman dahulu kala, saat mobil dan kereta api belum ditemukan, raja Siam sering bepergian dengan perahu. Suatu ketika sang raja menuju sebuah kota kecil yang jauh dari ibukota. Selain beberapa pemandu perahu, sang raja juga mengajak beberapa menteri untuk ikut bersamanya. Pagi itu cuaca cukup nyaman sehingga semua menteri tertidur di atas perahu. Para pemandu perahu bisa melihat para menteri tersebut tidur. “Alangkah enaknya kalau aku bisa tertidur seperti itu.” Pikir salah seorang pemandu perahu. Tentu saja dia dan teman-temannya tidak boleh tertidur karena harus mendayung perahu tumpangan sang raja. Hari bertambah siang dan mentari pun semakin tinggi. Panas sang mentari dan panjangnya jarak tempuh membuat para pemandu perahu merasa sangat lelah. Seorang pemandu perahu, yang tadi membayangkan enaknya tertidur, sekali lagi melihat ke arah para menteri yang masih tertidur. Dia mulai menggerutu, “Lihat para
It's SHOWTIME!
60
menteri itu.” Setelah teman-temannya melihat kepada para menteri tadi, iapun meneruskan gerutuannya, “Dengan enaknya mereka tidur sepanjang perjalanan. Mereka dan kita kan sama saja. Seharusnya semua bisa melakukan pekerjaan yang sama dan saling bantu.” Gerutuan sang pemandu perahu tadi terdengar oleh raja. Tak lama kemudian, sang raja juga mendengar suara-suara dari arah hutan kecil di pinggir sungai. Sang raja memerintahkan agar perahu berhenti. Ia meminta agar sang pemandu perahu, yang sedari tadi menggerutu, untuk memeriksa suara apa itu. Sang pemandu perahu bergegas pergi dan tak lama kemudian ia kembali. “Suara apa itu tadi?” Tanya sang raja. “Anak-anak anjing, baginda.”Jawab sang pemandu perahu. “Ada berapa?” Sang raja bertanya lagi. Karena ia tidak tahu, maka sang pemandu perahu tadi kembali ke hutan kecil untung menghitung jumlah anak anjing tersebut. “Ada enam.” Lapor sang pemandu sekembalinya dari pinggir sungai. “Warnanya apa saja?” Kembali sang raja bertanya. Sang pemandu harus kembali ke hutan kecil di pinggir sungai itu untuk memeriksa warna anak-anak anjing tadi. Sekembalinya dari hutan itu ia melaporkan bahwa warna anak-anak anjing itu adalah hitam, coklat, dan putih. “Pasti anak-anak anjing tadi lucu sekali.” Kata sang raja. “Beri tahu saya, mereka itu jantan atau betina?”
It's SHOWTIME!
61
Sekali lagi sang pemandu perahu pergi ke hutan tadi dan mendapati bahwa empat anak anjing tadi adalah jantan dan yang dua adalah betina. Kemudian sang raja membangunkan salah satu menterinya yang masih tertidur lelap. Ia meminta sang menteri yang beru saja bangun untuk memeriksa suara dari hutan kecil di pinggir sungai tadi. Ketika sang menteri kembali, raja bertanya, “Apa yang kamu temukan?” “Suara itu tadi adalah suara anak-anak anjing, baginda.” Kata sang menteri. “Ada enam anak anjing, empat jantan dan yang dua betina.” “Apa warna bulu mereka?” Tanya sang raja. Sang menteri langsung menjawab, “Satu berwarna putih, tiga hitam, dan sisanya coklat seperti induknya.” Sang raja melihat ke arah sang pemandu perahu. “Ketika aku memintamu untuk memeriksa suara apa itu tadi, kamu harus bolakbalik empat kali ke dalam hutan. Sementara pria ini cukup pergi sekali dan mampu memberikan semua jawaban yang aku perlukan. Ini adalah salah satu alasan mengapa ia menjadi menteriku dan kamu menjadi pemandu perahu bagiku. Ada orang yang cakap dalam memberi informasi serta nasehat dan ada juga orang yang cakap dalam memandu perahu.” Setelah kejadian itu, sang pemandu perahu itu tidak pernah lagi menggerutu. Salah satu moral dari cerita yang bisa kita tangkap adalah, semakin cepat dan tepat kita melakukan pekerjaan kita, semakin tinggi nilai diri kita. Agar mampu mendapatkan kecepatan dan ketepatan itu, kita perlu mempunyai kecakapan dasarnya.
It's SHOWTIME!
62
Mengubah Lingkungan Bersama teman-teman atau orang-orang seperti apa kita biasa menghabiskan sebagian besar waktu kita? Apakah kita memiliki seorang atau bahkan beberapa sahabat yang bisa menjadi teladan serta tempat meminta rujukan? Berapa banyak orang yang bisa mendukung kita untuk membangun sebuah kehidupan yang lebih sukses dan berdaya? Banyak pendapat yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan orang lain dalam hidup kita tidak penting dibanding dengan apa yang kita sendiri lakukan. Itu memang betul. Di sisi lain, akan lebih mudah bagi siapapun untuk menjadi baik di lingkungan yang baik daripada di lingkungan yang kurang mendukung. Menjadi seorang SHOW TIME! performer di lingkungan dimana semua orang berlomba menjadi itu, pasti akan sangat mudah, dan bahkan sangat menyenangkan juga. Bayangkan bila di lingkungan kerja kita semua orang saling berpacu sekaligus saling menyemangati agar masing-masing mampu mendaki tangga prestasi yang lebih tinggi dan semakin tinggi lagi.. tentunya itu akan mendorong sangat banyak orang untuk bergerak bersama dalam satu lingkaran prestasi. Seperti para pelaku sukses industri kreatif yang memilih untuk dikelilingi oleh sosok-sosok kreatif lainnya, kitapun juga bisa melakukan hal yang sama di tempat kerja agar produktifitas kita meningkat. Bukankah di tempat kerja kita tidak bisa memilih dengan siapa kita bekerja karena semua sudah ditentukan oleh manajemen?
It's SHOWTIME!
63
Saya juga setuju bila ada yang berpendapat bahwa sering kali di tempat kerja siapa yang menjadi bagian dari tim kita sudah ditentukan dan kita tidak bisa memilih. Di sisi lain, kita sebenarnya masih bisa memilih dengan siapa kita ingin bergaul lebih erat lagi. Kita juga bisa memilih siapa saja yang bisa kita percaya untuk membantu pengembangan diri kita. Kita masih bisa memilih go-to-person bagi diri kita. Go-to-person adalah orang yang kita percaya sebagai partner untuk maju. Dia tidak harus datang dari unit atau tim kerja kita. Kita memilih seorang (atau beberapa) go-to-person berdasarkan kualitasnya. Semakin baik kualitas para go-to-person kita, semakin tinggi kemungkinan kita untuk memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Dengan kata lain semakin tinggi pula kemungkinan kita untuk menjadi seorang SHOW TIME! performer.
Kompetensi Performer
Dasar
SHOW
TIME!
Memutuskan untuk menjadi seorang SHOW TIME! performer bukan berarti kita kemudian bertindak secara membabi buta dan asal kerja keras, habis-habisan. Sama sekali bukan seperti itu. Bertindak tanpa perhitungan justru hanya akan memboroskan energi, dan ujungujungnya malah membuat kita lambat sekaligus tidak tepat. Ada kompetensi-kompetensi dasar yang perlu kita benahi serta tingkatkan secara berkesinambungan. Pembenahan dan perbaikan itu juga merupakan salah satu konsekuensi apabila kita sudah memutuskan untuk menjadi SHOW TIME! performer. Komitmen kita
It's SHOWTIME!
64
untuk meluangkan waktu untuk belajar, bereksperimen, dan berlatih untuk mengembangkan kompetensi dasar itu, mutlak perlu ada. Kompetensi yang perlu kita tingkatkan itu apa saja sih? Mari kita perhatikan bersama. Ada enam kompetensi yang perlu kita kuasai sehingga yang kita lakukan bisa memberikan hasil yang luar biasa. Ke-enam kompetensi tersebut adalah: 1. Teknis 2. Analitis 3. Pengembangan diri 4. Pengelolaan diri 5. Menjalin hubungan 6. Komunikasi Kompetensi Teknis ini meliputi pengetahuan dan keahlian yang berkaitan dengan bidang pekerjaan, usaha, atau sosial personal yang kita lakukan. Apa saja pengetahuan yang kita perlukan sebagai seorang salesman, supervisor, manager, operator mesin, staff pergudangan, atau yang lainnya? Semakin banyak pengetahuan kita dan semakin baik keahlian kita di bidang-bidang yang kita jalankan akan semakin baik pula hasilnya. Kompetensi Analitis mencakup kemampuan perencanaan, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Semakin besar peran yang kita jalankan semakin kompleks juga situasi yang kita
It's SHOWTIME!
65
kelola. Pada saat itu kita dituntut untuk mampu merancang sebuah kondisi masa depan yang lebih baik sekaligus dihadapkan pada banyak situasi dimana kita harus mampu mengambil keputusan yang relatif tepat dan cepat. Banyak juga situasi yang, sedikit atau banyak, akan memberi tekanan pada kita. Disitu kita perlu mampu memecahkan masalah secara produktif. Oh ya, bukan berarti bila peran kita kecil, kita tidak memerlukan kompetensi ini lhoh ya. Kompetensi Pengembangan Diri adalah kecakapan yang kita perlukan untuk mampu meningkatkan kapasitas serta kemampuan kita. Secara sederhana ini juga bisa disebut sebagai kompetensi belajar karena aktifitas utama dari kompetensi ini, memang, adalah belajar. Kendati demikian, hal ini bukan melulu tentang berapa banyak sertifikat atau gelar pendidikan yang bisa kita sandang. Bukan itu. Ini tentang bagaimana kita bisa terus mengasah dan menambah pengetahuan serta skill kita untuk mengimbangi kencangnya kemajuan dunia serta derasnya perubahan situasi dimana kita menjalankan peran kita tadi. Ini bisa ditempuh dengan mengikuti program-program pendidikan dan pelatihan, baik yang diselenggarakan oleh tempat kerja kita, maupun yang kita ikuti secara mandiri demi pengembangan diri. Selain melalui program-program pendidikan dan pelatihan, secara mandiri, kita bisa mengusahakan hal-hal lain seperti meminta masukan dari pihak lain, mengikuti program coaching, masuk ke dalam forum-forum diskusi pengembangan karir, membaca, dan lain sebagainya. Semakin hari kompetensi yang satu ini semakin mendesak dan kritis. Keterlambatan kita untuk belajar dan mengembangkan kapasitas diri bisa berujung pada kemandegan. Kompetensi Pengelolaan Diri merupakan sebuah kecakapan yang luar biasa penting. Ini adalah kemampuan untuk mengelola pola pikir dan emosi kita sehingga menjadi satu pola besar yang produktif.
It's SHOWTIME!
66
Professor Helen Haste dari Harvard Graduate School Of Education sudah mengungkapkan pentingnya menyelaraskan pola pikir dan pola emosi ini, “Ini tentang menghentikan pemikiran bahwa emosi dan pikiran itu terpisah… mengajar anak-anak muda untuk mengelola pikiran dan emosi mereka dan untuk tidak mengabaikan salah satunya adalah sebuah proses penting di dalam proses pendidikan kita.” Kurangnya kemampuan mengelola pola pikir dan pola emosi ini bisa mendorong seseorang menuju jurang kehancuran dalam tempo yang sangat cepat, jauh lebih cepat dari kekurangan dalam kompetensikompetensi yang lain. Kompetensi Menjalin Hubungan adalah kemampuan untuk secara empatik memahami orang lain. Pemahaman itu, kemudian, kita gunakan sebagai acuan untuk berinteraksi dengan orang lain tersebut. Sebuah hubungan yang dilandasi sikap empatik adalah sebuah hubungan yang kuat dan produktif. Dalam bisnis, karir, maupun personal kemampuan ini akan memperluas lingkaran pengaruh kita sehingga semakin banyak dukungan serta bantuan yang dengan mudah bisa kita nikmati untuk mampu mewujudkan impian kita. Kompetensi Komunikasi adalah kemampuan kita untuk menyampaikan sebuah pesan secara efektif dan produktif. Efektif dalam arti bahwa pesan itu sampai pada penerima dengan distorsi informasi seminim mungkin. Produktif bermakna bahwa pesan itu mampu menghasilkan tindakan-tindakan yang positif. Siapa yang tidak memerlukan kemampuan seperti itu? Tentu saja tidak ada. Semua orang akan mendapatkan manfaat yang sangat besar apabila setiap pesan yang ia sampaikan bisa diterima secara tepat dan menggerakkan tindakan-tindakan yang positif. Ke-enam kompetensi itu akan saling bertautan membentuk sebuah jaring yang kuat. Dengan menggunakan upaya seorang SHOW TIME!
It's SHOWTIME!
67
performer, kita bisa melemparkan jaring tadi untuk menangkap ‘ikanikan’ kesuksesan, sesuai dengan pilihan kita. Di dalam buku ini kita akan menemukan banyak sekali poin-poin pembelajaran yang mengarah pada pembentukan enam kompetensi itu. Selain itu, secara mandiri, kita juga bisa memperbaiki pengetahuan maupun kompetensi kita melalui materi-materi yang banyak sekali tersedia.
Menetapkan Komitmen Komitmen adalah satu kata indah dan saking indahnya kata komitmen ini sering menghiasi slogan-slogan perusahaan maupun pribadi. Memang benar bahwa setiap inisiatif ataupun upaya memerlukan adanya komitmen. Tanpa adanya komitmen setiap inisiatif dan upaya hanya akan menjadi kegiatan buang-buang waktu. Hanya karena seseorang sudah menggunakan kata komitmen bukan berarti ia sudah berkomitmen. Komitmen bukan sekedar kata-kata. Komitmen adalah sebuah pilihan tindakan. Dengan komitmen berarti kita memilih untuk secara teguh melakukan tindakan tertentu dan bukan yang lainnya. Ini artinya kita tidak bisa hidup tanpa komitmen. Kalimat yang menyatakan bahwa seseorang tidak mempunyai komitmen adalah kurang tepat. Semisal seorang yang berpotensi mengidap diabetes memutuskan untuk mengurangi konsumsi gula. Setelah beberapa waktu ia akhirnya kembali mengonsumsi gula dalam kuantitas berlebih. Ini bukan berarti dia tidak mempunyai komitmen. Ia mempunyai komitmen, yaitu komitmen terhadap kenyamanan jangka pendek, komitmen menikmati gula. Karena itulah ia memilih untuk kembali mengonsumsi gula dalam porsi yang berlebih.
It's SHOWTIME!
68
Kita sudah memilih untuk menjadi seorang SHOW TIME! performer. Kini saatnya tiba bagi kita untuk memilih apakah kita akan mengembangkan komitmen untuk mewujudkan hal itu ataukah kita berkomitmen kepada hasil yang lain. Apapun komitmen yang kita pilih, itulah yang akan menjadi masa depan kita. Sekarang pilih komitmen kita.
Membuka Diri Di lingkungan kerja sering kita lihat orang-orang yang berpredikat vokal. Mereka adalah sosok-sosok yang dianggap berani menyuarakan perbedaan. Sering kali, mereka juga merupakan orang-orang yang kerap menilai apa yang dilakukan orang lain. Mereka memiliki banyak ‘penggemar’ sekaligus banyak ‘pembenci’. Hampir di semua organisasi atau perusahaan kita melihat sosok-sosok seperti itu. Mereka, para vokalis itu, dianggap sebagai karyawan pemberani. Benarkah mereka merupakan karyawan pemberani? Entahlah. Mungkin mereka karyawan pemberani, mungkin juga bukan. Sosok karyawan pemberani lebih jelas tergambar pada sosok karyawan berikut, sebut saja namanya Dewa. Dewa adalah salah seorang supervisor produksi di sebuah perusahaan kertas. Suatu hari, usai kedatangan manajer produksi yang baru, Memet, seorang supervisor juga, menarik lengan Dewa dan berkata, “Aku heran dengan perusahaan kita ini. Mengapa setiap kali mengangkat seorang manager, selalu saja memilih orang baru dari luar perusahaan kita? Selama bertahun-tahun aku bekerja disini,
It's SHOWTIME!
69
belum sekalipun ada manager yang berangkat dari bawah. Rasanya tidak ada harapan karir di perusahaan kita ini.” Dewa tersenyum ke arah Memet. Ia berkata penuh keyakinan, “Baiklah. Aku akan menjadi manager pertama di perusahaan ini yang berangkat dari bawah.” Memet meninju lengan Dewa dan berkomentar, “Mimpi aja kau ini.” “Aku akan wujudkan mimpiku.” Dewa berkata dalam hati. Mulai saat itu Dewa menetapkan satu tujuan untuk mampu mencapai jenjang manager di perusahaan tersebut. Langkah pertama yang ia lakukan adalah membuka diri terhadap masukan semua orang. Dia memulai dari meminta masukan dari semua anak buahnya. “Saya ingin menjadi supervisor yang paling ideal bagi teman-teman semua. Untuk itu saya perlu masukan apa saja yang perlu saya perbaiki dan tingkatkan.” Itu yang selalu ia katakan kepada anak buahnya ketika ia meminta masukan. Dewa juga meminta masukan dari semua rekan kerjanya, para atasan, termasuk sang manager baru. Ia sama sekali tidak pernah membantah atau jengah dengan masukan yang ia dapat. Ia sangat berani membuka diri dan menerima semua masukan tersebut dengan besar hati. Lebih berani lagi, ia menyusun action plan untuk menindak lanjuti sebagian besar masukan yang ia terima. Dalam menyusun action plan untuk perbaikan dirinya itu, kembali ia melibatkan beberapa orang yang ia anggap bisa secara aktif membantunya. Dalam waktu yang cukup singkat, Dewa berhasil menjadi seorang supervisor yang benar-benar cakap. Ia menjadi seorang SHOW TIME! performer yang disukai oleh hampir semua orang. Anak buahnya sangat senang dipimpin olehnya, para rekan kerjanya mendapatkan
It's SHOWTIME!
70
banyak manfaat ketika berkerja sama dengannya, dan para atasanpun merasa nyaman berdiskusi dengan Dewa apabila ada situasi-situasi yang perlu jalan keluar atau pemecahan. Mereka juga nyaman mempercayakan tugas-tugas managerial kepada Dewa ketika mereka harus keluar kota atau melakukan tugas-tugas lainnya. Dewa tidak berpuas diri. Setelah mampu menjadi seorang SHOW TIME! performer pada level supervisor, ia terus membuka diri terhadap masukan dan hal-hal baru. Ia mempelajari kecakapan dan pengetahuan lain yang bisa mendukung pekerjaannya. Ia juga berhasil meyakinkan para manager dari departemen lain untuk mengajari dirinya cara-cara menyusun rencana bisnis, strategi, mengelola departemen, dan lain sebagainya. Ia memosisikan diri sebagai seorang murid yang baik, yang selalu siap belajar. Yang terpenting, ia tidak pernah menolak masukan apapun, bahkan yang terpahit sekalipun. Ia terbuka dan selalu mencari sisi-sisi baik dari setiap masukan untuk dirinya. Dewa, sang supervisor SHOW TIME! performer tumbuh menjadi satu sosok pemimpin yang kapabel dan bisa dipercaya. Waktupun berpihak kepadanya. Ketika sang manager produksi pergi untuk berkarir di perusahaan lain, untuk kali pertama dalam sejarah, perusahaan mengangkat seorang dari dalam untuk menjadi manager, seorang yang benar-benar memulai karir dari bawah. Tentu saja orang tersebut adalah Dewa. Keberanian di tempat kerja tidak melulu tentang keterbukaan menyatakan pendapat, alias menjadi vokal. Keberanian yang sejati adalah keberanian yang ditunjukkan oleh Dewa, membuka diri untuk berubah, membuka diri untuk mendengar masukan dari orang lain, bahkan yang terpahit sekalipun, dan membuka diri untuk mempelajari hal-hal baru. Tepat sekali. Memang tidak banyak orang yang seperti
It's SHOWTIME!
71
itu, karena tidak banyak orang yang mau memilih keberanian sejati. SHOW TIME! performer selalu berani membuka diri.
Menentukan Visi “Satu-satu pembatas (pencapaian) manusia adalah caranya mengembangkan dan menggunakan imajinasinya. Kita belum pernah mencapai puncak penggunaan imajinasi. Kita hanya mengetahui bahwa kita mempunyai imajinasi, dan baru menggunakannya seadanya saja.” Itu adalah kalimat yang dikatakan oleh Napoleon Hill dalam buku fenomenalnya, Think And Grow Rich. Napoleon Hill sangat benar. Kita selama ini cenderung abai dengan dengan kemampuan otak kita untuk berimajinasi, memvisualisasikan sesuatu. Kita cenderung menggunakannya asal saja. Kita hanya mengimajinasikan hal-hal yang diterima sebagai normal oleh orang tua kita, lingkungan kita, dan mungkin tempat kerja kita. Kita, seakan, takut untuk membayangkan apapun yang tidak biasa. Coba bayangkan kehidupan dan pencapaian Anda satu tahu dari sekarang? Ambil waktu lima menit saja dan mulai bayangkan. Bagaimana? Apa yang terbayang di dalam imajinasi Anda? Sebagian besar biasanya hanya membayangkan suatu keadaan yang tidak jauh berbeda dengan keadaan saat ini. Sebagian besar hanya membayangkan sesuatu yang DIANGGAP normal dan BISA DITERIMA. Sekali lagi kita lakukan percobaan. Sekarang bayangkan pria atau wanita (bayangkan seorang pria bila Anda pria dan seorang wanita
It's SHOWTIME!
72
bila Anda wanita) yang berusia 75 tahun. Bayangkan dalam benak Anda sejelas-jelasnya seperti apa penampilan fisik orang tua itu. Lihat secara jelas wajahnya. Perhatikan pula caranya bergerak dan caranya beraktifitas. Sudah? Seperti apa pria atau wanita berusia 75 tahun yang Anda lihat dalam bayangan Anda? Pertanyaan ini sering saya tanyakan di pelatihan-pelatihan atau seminar yang saya pimpin. Bila Anda seperti kebanyakan dari peserta pelatihan dan seminar saya, maka Anda membayangkan seorang renta dengan kulit berkerut. Anda membayangkan seorang yang lamban, atau bahkan lemah, dan tidak banyak beraktifitas. Itukah yang ada di dalam benak Anda tadi? Tidak mungkinkah ada seorang yang berusia 75 tahun dan masih sehat, segar, bugar, dan masih banyak melakukan aktifitas yang bermanfaat? Tentu saja mungkin. Yang membuat tidak mungkin adalah bayangan kita sendiri. Kabar buruknya, pria atau wanita yang Anda lihat di dalam benak Anda tadi adalah apa yang akan Anda alami saat berusia 75 tahun. Nah! Apa yang perlu kita lakukan bila kita tidak menyukai diri kita terlihat seperti itu ketika berusia 75 tahun? Mudah saja. Ubah imajinasi kita.. ubah sosok yang kita lihat di dalam kepala kita menjadi sosok yang sehat berdaya. Itu akan memberi kita sebuah tujuan dan peta baru yang bisa kita gunakan untuk mengubah keadaan kita, bila kita mencapai usia 75 tahun. Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan kerja kita. Kita hanya mampu meraih hal-hal yang bisa kita jangkau dalam pikiran kita. Bila kita menganggap satu keadaan tidak mungkin, maka hal itu memang
It's SHOWTIME!
73
tidak mungkin bagi kita. Hal yang sebaliknya juga berlaku. Jadi, memberanikan dan meyakinkan diri untuk melihat diri kita (dalam imajinasi) secara berbeda adalah awal yang tepat untuk kemajuan yang ingin kita capai. Ini kita sebut visi personal. “Saya adalah seorang teladan prestasi yang senantiasa memberi manfaat terbaik di lingkungan saya. Saya selalu membuat tantangan-tantangan prestasi dalam hidup saya dan berhasil melampauinya. Rencana matang, tindakan cepat dan terukur, serta keterbukaan terhadap masukanmasukan orang lain adalah cara saya untuk meraih semua prestasi. Saya berkomitmen untuk terus menjadi inspirasi melalui prestasi-prestasi saya.” Paragraf di atas adalah sebuah contoh visi personal dimana seseorang memvisualisasikan bahwa dirinya adalah seorang yang selalu haus akan prestasi. Disitu secara sederhana namun jelas, juga dia tuliskan cara apa yang ia tempuh untuk mampu meraih prestasi-prestasi tadi. Tujuan atau alasan mengapa ia ingin berprestasi juga terungkap dalam visi personal di atas, bahwa ia ingin menjadi teladan dan memberi inspirasi bagi orang yang memerlukan. Seperti itulah bentuk visi personal. Visi personal memberi kita kapasitas untuk berani menerima, bukan menyangkal, apa yang benar-benar kita idam-idamkan dan membangun keyakinan bahwa kita mampu mewujudkan hal itu. Seperti yang sudah kita diskusikan sebelumnya, apapun yang kita miliki (maupun tidak miliki) saat ini berakar pada apa yang kita terima
It's SHOWTIME!
74
dan yakini dalam kepala kita. Memperbaiki gambaran-gambaran tentang kita dan kehidupan kita memungkinkan tumbuhnya cara pandang, pola sikap, dan pola tindakan baru yang, pada akhirnya, memberikan hasil yang baru dalam hidup kita. Memperbaiki gambaran disini memiliki makna mengubah secara visual tentang apa yang pantas dan tidak pantas bagi kita. Visi personal juga berfungsi sebagai bintang utara yang mengarahkan pilihan-pilihan tindakan kita dalam hidup atau kehidupan kerja ini. Seperti pada contoh visi personal di atas. Bila seseorang telah memvisikan bahwa dia adalah seorang teladan (dalam hal) prestasi, maka bila ia bekerja biasa-biasa saja, itu artinya dia sudah keluar dari jalur visinya. Ia akan tahu hal itu karena ia telah menentukan visinya. Tanpa memiliki visi terlebih dahulu, bisa jadi dia enjoy aja dengan bekerja yang biasa-biasa saja sampai akhirnya ia tersingkir dari lingkungan kerja. “Kamu bisa melakukannya bila bisa melihatnya.” Begitu kata pepatah. Bila kita menjadi diri kita sendiri yang lebih baik dari yang terbaik, seperti apa kita? Bila kita menjadi diri kita sendiri yang lebih baik dari yang terbaik, apa julukan kita? Apa impian terdalam kita? Potensi apa yang kita miliki untuk mampu mencapai impian itu? Seperti apa kita menggunakan potensi itu untuk mencapai impian? Apa sumbangan kita bagi kehidupan bila kita ingin mencapai impian itu?
It's SHOWTIME!
75
Itulah beberapa pertanyaan yang perlu kita jawab apabila kita ingin menentukan visi personal kita. Sekarang mulailah membuat visi personal. Tuangkan ide-ide visi personal itu pada secarik kertas. Pada awalnya kita boleh mempunyai beberapa atau bahkan banyak visi personal. Luangkan waktu untuk mempelajari visi-visi itu dan, kemudian, lakukan modifikasi, penyesuaian, serta penggabungan sampai kita hanya mempunyai satu visi personal yang paling pas untuk kita. Jadikan visi personal itu sebagai pedoman arah kita. Visi ini adalah konsekuensi mutlak yang penting untuk kita penuhi apabila kita benar-benar ingin menjadi seorang SHOW TIME! performer. Kita tidak bisa masuk ke dalam satu taksi dan mengatakan kepada sopir taksi bahwa kita tidak tahu atau tidak peduli mau kemana kita pergi. Kita bisa berakhir di pinggir jalan, kantor polisi, atau rumah sakit jiwa. Kita perlu memberi tahu sopir taksi kemana kita ingin pergi dan sopir taksi itu akan leluasa mengarahkan taksinya ke arah tujuan tadi. Taksi adalah ibarat bagi diri kita dan sopirnya adalah ibarat bagi otak kita. Sangat mendasar bagi kita untuk memberi gambaran jelas, berupa visi, kepada otak kita tentang apa yang kita tuju atau maui. Dengan demikian ia bisa mengarahkan diri kita menuju kesana. Persiapkan diri untuk membuat sebuah visi yang kuat bagi kehidupan kita.
Menentukan Tujuan Sudahkah Anda membuat visi personal Anda?
It's SHOWTIME!
76
Sudah? Selamat! Anda adalah salah satu dari sedikit orang yang benar-benar berani memilih untuk menjadi seorang SHOW TIME! performer dan meraih sukses. Sekarang saya ingin bertanya: Mengapa Anda ingin mempunyai sebuah kehidupan seperti yang Anda tuangkan dalam visi personal Anda itu? Mengapa Anda ingin menjadi SHOW TIME! performer? Bisa menjawabnya? Tujuan adalah bagian penting dari mempersiapkan diri untuk menjadi seorang SHOW TIME! performer. Setelah kita mengetahui visi kita, maka kita perlu memahami tujuan kita mengejar visi tersebut. Ya. Sederhananya, kita harus mengerti kenapa kita menginginkan semua yang tertuang dalam visi itu. Itu akan memberi kita motivasi untuk mencapainya. Motivasi berasal dari kata motive yang mempunyai arti seseuatu yang menyebabkan seseorang bertindak. Sesuatu itu adalah alasan tindakan kita. Misalnya dalam hal bekerja, apa yang menjadi alasan kita untuk bekerja? Jawaban yang biasa meluncur dari kebanyakan pekerja adalah untuk mencari uang. Sebuah jawaban yang terkesan praktis. Dalam kaitannya dengan motivasi, praktis saja belum cukup/ kita perlu motive yang kuat dan menyentuh sampai tingkat emosional. Dalam konteks mengapa kita bekerja, perhatikan contoh tujuan ini: Saya bekerja karena saya ingin memberikan kehidupan yang baik untuk keluarga sekaligus teladan yang hebat bagi anak-anak saya. Cukup kuat?
It's SHOWTIME!
77
Masih dalam konteks yang sama, coba yang berikut ini: Saya bekerja untuk membangun impian serta memberi makna atas jerih payah kedua orang tua yang telah membesarkan saya. Nah, sekarang coba tentukan jawaban untuk pertanyaan yang ada pada awal paragraph ini: mengapa Anda ingin mewujudkan visi personal Anda? Temukan satu tujuan agar bisa kita jadikan motivasidalam mewujudkan apa yang sudah kita visikan. Periksa apakah tujuan itu sudah mampu menggerakkan kita secara emosional. Bila belum, olah lagi tujuan itu sehingga kita menemukan satu tujuan yang mampu membuat kita merasakan sensasi aliran semangat yang menyala-nyala bila mengingatnya.
Menentukan Strategi Kita juga telah membahas tentang visi personal beberapa bagian sebelum ini. Visi personal yang telah kita buat (bila belum membuatnya, segera lakukan sekarang) memberi tahu kita seperti apa diri terbaik kita. Visi personal lebih bersifat benar untuk rentang waktu kapanpun. Di luar itu, kita juga memerlukan satu target jangka pendek yang kita sebut target personal (personal target). Seperti yang sudah disebutkan, dalam target personal ini memuat satu target jangka pendek yang memuat apa yang ingin kita raih dan bagaimana kita meraihnya. Yang perlu kita lakukan pertama kali adalah menentukan target yang cukup besar, alias tidak detail, yang menjelaskan secara gamblang apa yang perlu kita raih dalam kurun waktu tertentu. Contoh:
It's SHOWTIME!
78
“Dalam kurun waktu satu tahun dari waktu sekarang, [tulis tanggal saat ini], saya sudah siap untuk menjadi seorang [isi target posisi: supervisor, manager¸dll]. Saya melakukan itu dengan meningkatkan pengetahuan dan kecakapan memimpin saya melalui proses belajar mandiri maupun dengan mengangkat beberapa pembimbing bagi saya. Saya mengetahui bahwa saya telah siap ketika saya telah menyelesaikan semua program belajar mandiri dan program bimbingan yang saya jalani.” Perhatikan pada contoh target yang tertulis adalah target yang sebenarnya tidak terlalu detil. Di sana juga tidak tertulis target untuk menduduki posisi tertentu dalam kurun waktu yang ditentukan. Mengapa? Menghindari satu target yang terlalu detil akan memudahkan kita dalam melakukannya. Terlalu detilnya satu target cenderung membuat kita terpenjara sebelum melakukan apapun sehingga, akhirnya, target tidak pernah benar-benar tercapai. Dalam contoh target di atas juga tidak terdapat tujuan untuk menduduki posisi tertentu karena yang lebih penting sebenarnya adalah kemampuan untuk menduduki posisi yang kita tuju. Pada saat kita telah mampu memenuhi target tersebut, maka kita siap untuk menduduki posisinya. Dari sana kita bisa mengembangkan strategi apakah kita akan menunggu kesempatan di tempat kita bekerja saat ini atau menggunakan kemampuan kita untuk mendapatkan posisi tersebut di tempat lain. Sekali lagi, yang paling penting adalah bahwa kita telah pantas mendudukinya karena semua
It's SHOWTIME!
79
kualitas yang kita perlukan telah terpenuhi dengan tercapainya target itu. Hal selanjutnya yang harus kita lakukan setelah menentuan target adalah menentukan tindakan-tindakan apa yang akan kita lakukan agar kita mampu mewujudkan target tersebut. Sama dengan penentuan target tadi, hindari menentukan tindakan yang terlalu detil. Tentukan saja garis besarnya. Juga tentukan pilihan tindakan yang bisa kita lakukan dengan mudah secara konsisten (daripada menentukan satu tindakan besar yang sulit dan kemungkinan besar tidak terlaksana). “Meluangkan waktu 10 menit untuk mempelajari satu judul buku kepemimpinan” jauh lebih bagus daripada “meluangkan waktu satu jam untuk mempelajari buku-buku kepemimpinan” karena (rencana) tindakan pertama lebih mudah untuk diwujudkan. Ibarat menjalankan kendaraan, pada saat pertama menjalankan kita perlu mulai dari gigi satu dan pada saat kendaraan sudah mulai berjalan, kita akan mendapatkan momentum yang membuat kita bergerak lebih kencang dan secara naluriah meningkatkan persneling ke gigi dua, tiga, dan seterusnya. Itu yang akan terjadi pada kita: pada saat tindakantindakan ‘kecil’ sudah terpenuhi, akan tercipta momentum yang membuat kita mampu terinspirasi melakukan tindakan-tindakan yang lebih besar. Hal ketiga yang perlu kita ambil sebagai bagian dari strategi adalah menentukan cara untuk mengukur keberhasilan setiap tindakan. Kapan dan dimana kita akan menganalisa pencapaian kita? Sesering apa? Bagaimana kita mengukurnya? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu kita jawab dalam menentukan cara pengukuran tadi. Semakin kerap kita mengukur tindakan kita, semakin cepat kita mendekat pada keberhasilan kita.
It's SHOWTIME!
80
Strategi tentu saja dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kita. Untuk itulah kita bisa memperbaiki atau menyesuaikan tindakan-tindakan kita seiring waktu kita menjalankan strategi tersebut agar lebih akurat lagi. Dalam melakukan hal itu, ingatlah dua hal:
pertama – dalam menjalankan atau mengambil pilihan tindakan, kita harus selalu menyelaraskannya dengan visi personal yang telah kita tentukan
kedua – hindari terus menerus mengubah tindakan. Pastikan hanya mengubah atau menyesuaikan apabila memang kita sudah tidak bisa lagi menemuan cara untuk melakukan sesuai rencana awal, dengan kondisi saat ini.
Sebelum lupa, saya ingin mengingatkan bahwa strategi ini adalah kepingan kecil dari visi personal kita. Itu artinya, seiring berjalannya waktu, kemampuan kita mengeksekusi strategi akan semakin mendorong kita selangkah lebih dekat pada transformasi diri yang optimal, menjadi seorang SHOW TIME! performer, seperti yang ditunjukkan oleh visi personal kita. Manakala visi personal itu sudah benar-benar terwujud, maka pada saat itu kita pasti menikmati sebuah kesuksesan besar.
It's SHOWTIME!
81
BAGIAN 3 SHOWTIME! TIME! performer SHOW PERFORMER DAN SERVICE DAN SERVICE EXCELLENCE EXCELLENCE Sampai pada bagian ini kita telah memahami seperti apa seorang SHOW TIME! performer itu. Kita juga telah mengetahui apa saja konsekuensi yang perlu kita penuhi untuk mampu menjadi seorang SHOW TIME! Performer. Kini kita telah siap untuk mulai melangkah berjalan sesuai dengan strategi yang kita rancang. Inilah saat yang tepat untuk mempelajari apa saja yang perlu kita perhatikan dalam menjalankan strategi itu agar apa yang kita inginkan bisa menjadi kenyataan.
It’s SHOW TIME! 82
Apa yang perlu diperhatikan dalam menjalankan strategi itu? Saya adalah seorang praktisi service excellence dan saya melihat betapa pengetahuan tentang service excellence sebenarnya sangat berguna bagi siapapun yang ingin berprestasi dan berkeberuntungan dalam bekerja. Siapapun! Bukan hanya karena service excellence itu terpusat pada tindakan ‘memberi’ yang selalu disarankan oleh para motivator, tetapi karena banyak sekali prinsip-prinsip service excellence yang bisa kita terapkan dalam bekerja. Agar lebih gamblang kita coba lihat apa sih service excellence itu.Kenapa dia begitu berguna bagi mereka yang ingin berprestasi dan berlimpah keberuntungan? Buku yang sedang kita baca ini mempunyai konteks dunia kerja, karena itu kita akan menyoroti hubungan antara service excellence dengan bekerja (work). Yuk kita cari tahu dahulu makna kata work, baru kemudian kita gali pengertian dari frasa service excellence. Work mempunyai makna aktifitas dimana seseorang memberikan daya dan upayanya untuk melakukan sesuatu. Frasa service excellence tersusun dari kata service serta excellence. Kata serve merupakan kata dasar dari service. Definisi dari serve adalah semua kegiatan untuk menyediakan barang dan jasa bagi orang lain. Sementara arti dari excellence adalah kondisi melampaui ratarata yang ada. Dari penjelasan di atas kita bisa melihat bahwa kata work mempunyai keterkaitan dengan kata serve. Makna work berfokus pada upaya kita untuk menghasilkan sesuatu dan serve menambahkan untuk siapa kita melakukan hal itu, untuk orang lain. Pada kenyataannya, pekerjaan apapun yang kita lakukan, sebenarnya kita melakukannya untuk orang
It's SHOWTIME!
83
atau pihak lain (dan itulah kenapa kita kemudian mendapatkan “penghargaan” dari pihak atau orang lain, yaitu penghasilan yang kita terima). Excellence menunjukkan syarat apabila kita ingin dianggap berprestasi dalam pekerjaan kita. Excellence ini mempunyai pengertian di atas rata-rata. Sebagai contoh apabila 6 adalah nilai ratarata kualitas kerja dalam tim kita, maka hanya nilai 7, 8, 9, atau 10 yang bisa membuat kita dianggap berprestasi. Semakin tinggi nilai rata-rata dalam tim atau perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai yang harus kita capai untuk mampu mencapai level excellence. Agar lebih enak, dalam konteks bekerja ini, service excellence kita sebut saja sebagai work excellence. Pamahaman kita tentang work excellence adalah sebuah daya upaya di atas rata-rata untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Ada rumus untuk mewujudkan service excellence.. eh, maksud saya work excellence ini. Rumusnya sederhana saja: WE=ePl+ePd+ePr+ePS+eP, Work Excellece (WE) adalah kombinasi excellent place, product, process, problem solutions, dan person. Pengertian rumus ini sederhana saja: untuk mampu mencapai level work excellence kita perlu memastikan tempat, produk, proses, dan pemecahan masalah yang kita tangani plus kondisi diri kita sendiri di atas rata-rata.Bila kita mampu mencapai level itu, saat itulah kita telah menjadi seorang SHOW TIME! performer. Saatnya kita tengok bagaimana kita bisa menampilkan excellence melalui kelima hal itu tadi.
It's SHOWTIME!
84
“Ini bukan kantor. Ini adalah neraka dengan penerangan lampu tabung.” www.squidoo.com/officequotes
BAB 5 TEMPAT Tempat disini perlu dipahami sebagai dua hal. Pertama, tempat adalah area dimana kita menghabiskan sebagian besar waktu kerja. Ini adalah makna tempat secara fisik. Kedua, tempat adalah posisi dimanakita ada. Ini adalah makna tempat sebagai suatu keberadaan. Keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan kita mencapai prestasi. Memperhatikan tempat kerja kita bisa sangat membantu kelancaran serta efektifitas kerja. Kemudian hal itu juga bisa mengurangi stres sekaligus mencerminkan nilai positif dari diri kita. Orang lain akan sangat menghargai kita apabila kita bisa mengelola tempat kerja dengan baik. Kita bekerja di dalam satu jaringan kerja dimana hasil kerja satu orang mempengaruhi hasil kerja orang lain. Kerja sama yang solid juga sangat menentukan bukan saja keberhasilan tim tetapi juga keberhasilan individu. Kenyataan ini semestinya menyadarkan kita akan pentingnya menjadi “ada” untuk orang lain.
It's SHOWTIME!
85
Untuk mampu mengelola tempat kita secara berhasil, baik tempat dalam makna fisik maupun tempat dalam konteks keberadaan, kita perlu mempunyai acuan. Acuan itu adalah sebuah kalimat kunci. Untuk tempat, kalimat kuncinya adalah everything delivers messages alias semua mengirim pesan. Seperti apa kita menata tempat kerja kita, tingkat kebersihannya, dan lain sebagainya, semua mengirim pesan tertentu. Dimana keberadaan kita ketika perusahaan kita membutuhkan ide-ide kreatif, dimana kita menempatkan diri ketika tim kita memerlukan tambahan personil, dan lain-lainnya juga menyampaikan pesan tertentu. Pesan apa yang disampaikan? Pesan tentang seperti apa diri kita.
Tempat Fisik Sebagian besar waktu kerja kita luangkan di tempat kerja kita, terlepas apakah kita bekerja di sebuah ruang kubik, kantor, ruang produksi, atau di kendaraan. Kenyamanan tempat kerja kita sangat mempengaruhi produktifitas kita, sekali lagi, terlepas dari apa yang menjadi tempat kerja kita. Kenyamanan memiliki arti bahwa tempat tersebut minimum tertata dengan baik, bersih, dan memiliki penerangan yang baik. Berkenaan dengan tempat secara fisik ini, saya pernah bertemu dengan seorang supervisor bengkel otomotif yang ngotot bahwa bengkel dimana ia bekerja tidak mungkin benar-benar bersih karena disana segala macam kotoran dari kendaraan-kendaraan bercampur dengan oli, bensin, solar, dan lain sebagainya. Saya yakin dia belum pernah berkunjung ke bengkel-bengkel besar modern yang bersih, terang, dan tertata rapi. Tentu saja tingkat kerapian serta kebersihan
It's SHOWTIME!
86
antara bengkel dan restoran pasti berbeda. Bila ingin mewujudkan kebersihan dan kerapian tempat kerja kita yang memiliki spesifikasi khusus, semisal bengkel tadi, sebaiknya kita mencari ukuran atau standar yang berlaku di industri tersebut. Kembali ke masalah suatu tempat bisa bersih dan rapi atau tidak, ini bukan tentang apa yang kita kerjakan di sana, tetapi lebih tentang mau tidaknya kita mendisiplinkan diri untuk membuat tempat itu nyaman. Mulailah memperhatikan tempat kerja kita dan pikirkan secara kreatif apa saja yang bisa kita lakukan agar tempat itu bisa menjadi sumber energi buat kita, memudahkan pekerjaan kita, dan juga menjadi saksi indah atas prestasi-prestasi kita. Mungkin saat ini tempat itu sudah “parah” sekali keadaannya, tetapi bila kita tidak mulai menata, merapikan, dan memberisihkannya, maka sebentar lagi keparahannya akan semakin meningkat dan mungkin kita bisa mendapatkan kesulitan-kesulitan karenanya.
Tempat Non Fisik (Keberadaan) Serajin dan sekeras apapun kita bekerja, bila kita cenderung menghilang ketika tim, atasan, atau perusahaan kita mebutuhkan, maka sulit bagi mereka untuk secara proporsional menilai pekerjaan kita. Ada kalanya seseorang berpikir bahwa hal paling penting adalah menyelesaikan pekerjaan dia sendiri dan membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Faktanya pekerjaan yang dia lakukan adalah bagian dari satu pekerjaan besar yang hasilnya saling mempengaruhi satu sama lain dan itu menjadikan ia bagian dari tim
It's SHOWTIME!
87
yang lebih besar. Dengan demikian, ia tidak bisa menutup diri dari rekan kerja atau atasannya. Ia perlu ada untuk mereka. Mulai saat ini perhatikanlah keberadaan kita ketika ada pertemuanpertemuan yang membahas suatu permasalahan. Apakah kita duduk di sudut paling belakang dan asik dengan dunia kita sendiri? Apakah kita sebisa mungkin duduk di deretan depan untuk kemudian berpartisipasi secara layak dan positif? Pikirkan juga saat-saat dimana rekan kerja atau tim kita memerlukan dukungan serta bantuan. Apakah kita lebih suka mempersilahkan orang lain untuk memberikan bantuan pada saat itu atau kita turut aktif memberi bantuan terbaik yang bisa kita lakukan? Ingat istilah populer ketika kita masih belajar dahulu: posisi menentukan prestasi.
It's SHOWTIME!
88
“Apapun produknya, pada dasarnya Anda berada di bisnis pendidikan. Para pelanggan perlu dididik tentang banyak keuntungan untuk tetap berbisnis dengan Anda, dilatih untuk menggunakan produk secara lebih effective, dan diajari tentang bagaimana terus menerus meningkatkan kualitas hidup mereka dengan produk Anda.” Robert G Allen
BAB 6 PRODUK Produk adalah apapun yang dihasilkan oleh suatu bentuk kegiatan. Ini tidak terbatas pada hasil-hasil dari tugas utama kita. Ketika berbicara, maka kalimat-kalimat yang keluar dari mulut kita juga adalah merupakan suatu produk. Dengan memperhatikan semua produk yang kita hasilkan, apapun itu, kita akan mampu memperbaiki kualitasnya dari waktu ke watu. Apabila kita telah mampu secara konsisten memastikan bahwa kualitas produk tersebut mencapai level excellent, di atas rata-rata, maka prestasi SHOW TIME! performer akan semakin dekat menjadi kenyataan. Kalimat kunci dalam mewujudkan produk yang excellent adalah great design with great usability and added value delivered in timely manner. Artinya, kita perlu secara sengaja merencanakan atau merancang produk-produk yang kita hasilkan agar memiliki keindahan serta kegunaan yang bagus sekaligus memiliki nilai tambah. Tak kalah pentingnya, produk-produk tersebut perlu ada pada waktu yang tepat. Sebagai contoh adalah kalimat yang merupakan produk aktifitas berbicara kita. Sering kali kita tidak berhati-hati dengan
It's SHOWTIME!
89
produk yang satu ini walaupun kita sudah diingatkan dengan peribahasa, “mulutmu harimaumu.” Agar produk ini memiliki nilai excellent kita perlu memperhatikan dan merancang kalimat-kalimat apa saja yang selayaknya kita “produksi” pada situasi-situasi tertentu. Usahakan kalimat yang keluar itu memiliki manfaat dan nilai tambah bagi diri kita sendiri dan orang lain dan kemudian sampaikan pada waktu yang tepat. Akan sangat mengagetkan tentu saja bila kita mengungkapkan kalimat berat yang serius dalam suasana suka ria bercanda, dan sebaliknya. Mari kita lebih jauh mengenali produk-produk apa saja yang kita hasilkan di tempat kerja. Kita berbicara tentang kategori produk.
Company’s Products Kategori produk pertama adalah produk perusahaan. Ini adalah jenis produk yang paling mudah untuk diidentifikasi. Ini adalah output kerja perusahaan, divisi, departemen, section, maupun tim kita. HRD “memproduksi” retkrut baru (new hires), akunting menghasilkan cash-flow yang sehat, penjualan adalah output dari sales, efisiensi ketersediaan barang adalah “produksi” dari store atau warehouse, dan produk siap pasar adalah hasil dari departemen produksi. Secara kasat mata terlihat bahwa departemen produksi adalah bagian yang membuat produk utama perusahaan, produk yang ditawarkan kepada pelanggan, dan sales adalah bagian yang kemudian bertanggungjawab terhadap penjualan produk itu. Kendati demikian, sebenarnya seluruh bagian dalam perusahaan mempunyai keterkaitan internal yang saling mempengaruhi dan berpengaruh terhadap produk utama perusahaan. Pikirkan hal ini: bila hanya mereka yang bekerja di
It's SHOWTIME!
90
bagian produksi saja yang bertanggung jawab pada kualitas suatu produk, maka HRD boleh merekrut karyawan yang asal-asalan, departemen maintenance sah-sah saja mengabaikan perawatan mesin, dan lain sebagainnya. Tentu saja tidak bisa demikian, bukan? Produkproduk yang dihasilkan HRD, akunting, warehouse, purchasing, dan lain sebagainya pada bagian tertentu sangat mempengaruhi produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Semua bagian dari perusahaan bergerak bersama, memberikan kontribusi masing-masing pada produk utama sebuah perusahaan. Pada level individu kitapun mempengaruhi kualitas produk utama melalui hasil kerja kita.
Administrational Products Produk administrasi biasanya berupa laporan-laporan atau dokumendokumen lain yang kita hasilkan sebagai upaya untuk mencatat proses dan hasil kerja. Bagian produksi mungkin mencatat total unit yang mereka produksi termasuk juga total unit cacat (defect) dalam satu bentuk laporan, akunting menghasilkan laporan rugi laba, laporan kinerja karyawan adalah salah satu produk administrasi HRD, laporan penjualan oleh sales department, dan lain sebagainya, adalah beberapa contoh produk administrasional ini. Produk-produk administrasional sama pentingnya dengan produkproduk yang lain. Itu semua ada sebagai upaya untuk mengelola kualitas produk-produk non administrasional. Menurut beberapa orang, mengerjakan produk-produk administrasional adalah hal yang sangat membosankan. Bahkan menurut beberapa di antara mereka hal ini tidak termasuk kegiatan bekerja karena bekerja bagi mereka adalah menghasilkan produk utama perusahaan (company’s products). Tentu
It's SHOWTIME!
91
saja pendapat seperti itu adalah pendapat yang sangat ngaco. Melalaikan produk-produk administrasional berpotensi mengaktifkan bom waktu yang siap meledak kapan saja (catatan: bukan hanya saatsaat auditor datang). Menghasilkan produk-produk administrasional adalah bagian penting dari pekerjaan kita dan merupakan hal penting pula dalam pengelolaan kualitas produk. Menjamin akurasi dan kualitas produk-produk administrasional yang kita kerjakan adalah tindakan paling bijak yang bisa kita lakukan.
Communication Products Kategori produk yang terakhir adalah produk-produk komunikasi. Mulai dari sebuah memo yang sangat formal, Standard Operating Procedures (SOP) yang teknikal, poster-poster keselamatan kerja atau efisiensi energi, sampai pada apa yang keluar dari mulut kita ketika berbincang dalam suasana kerja, semua adalah produk komunikasi. Apapun yang bahan utamanya adalah kata-kata merupakan produk komunikasi. Ada kemiripan antara produk ini dengan produk administrasi (bahkan beberapa item, bisa jadi, boleh dimasukkan dalam kedua kategori), tetapi penekanan produk komunikasi adalah pada fungsi menyampaikan sementara produk administrasi berfungsi sebagai catatan. Karena bahan utamanya adalah kata-kata, produk komunikasi sering menciptakan konflik, selain juga menggerakkan seseorang untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya. Produk komunikasi ini bukan hanya antara kita dengan pihak lain, tetapi bisa juga antara kita dan diri kita sendiri. Ini yang disebut komunikasi diri atau self communication. Mengingat potensi menggerakkan yang besar, maka
It's SHOWTIME!
92
kita perlu sangat berhati-hati dalam memproses produk-produk komunikasi ini, terlepas itu produk komunikasi dengan orang atau pihak lain maupun produk komunikasi diri kita sendiri. Produk komunikasi yang melibatkan pihak lain, selain bisa menghasilkan tindakan-tindakan produktif, juga bisa menghasilkan kesalah pahaman, friksi, konflik, ataupun kebingungan-kebingungan. Produk komunikasi diri juga demikian adanya. Ia bisa menghasilkan tindakan-tindakan hebat dari diri kita tetapi juga bisa menghasilkan keragu-raguan, stres, konflik internal, keresahan, dan lain-lain. Apapun kategori suatu produk, yang perlu kita perhatikan adalah kalimat kunci dari setiap prosesnya.
Kalimat Kunci Produk Seperti yang diungkapkan di awal, kalimat kunci dari proses menghasilkan produk ini adalah design yang luar biasa dengan kemudahan penggunaan serta nilai tambah yang disampaikan pada waktu yang tepat (great design with great usability and added value delivered in timely manner). Langkah pertama adalah memikirkan bentuk hasil akhir yang akan terjadi dari proses produksi. Kedua adalah memastikan bahwa apapun produk tersebut akan mudah digunakan dan memiliki nilai tambah bagi penggunanya. Langkah terakhir adalah produk tersebut harus sampai ke tangan pihak yang memerlukan pada saat yang tepat. Membayangkan implementasi kalimat kunci tersebut pada produk perusahaan atau produk administrasi, mungkin, cukup mudah. Tetapi
It's SHOWTIME!
93
bagaimana sebenarnya kalimat kunci itu bisa kita implementasikan dalam proses menghasilkan produk komunikasi? Sama saja sebenarnya. Suatu misal kita ingin mengkomunikasikan suatu informasi kepada rekan kerja kita, maka langkah pertama adalah merencanakan seperti apa bentuk komunikasi tersebut. Apakah kita akan menyampaikannya secara verbal? Melalui tulisan (email, SMS, dan lain sebagainya)? Atau kedua-duanya? Apakah kita akan menyertakan dokumen-dokumen pendukung agar penyampaian kita lebih efektif? Kemudian, kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana informasi yang kita sampaikan nanti bisa dipahami dengan mudah dan bila memungkinkan kita berikan nilai tambah dalam cara kita menyampaikan sehingga semakin mudah pula bagi rekan kita dalam menerima informasi tadi. Setelah memastikan hal itu semua, maka langkah terakhir adalah memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan informasi tadi. Masuk akal? Konsistensi dalam merencanakan, menambahkan kemudahan serta nilai tambah, dan memikirkan saat yang tepat untuk hadirnya suatu produk akan selalu menjadi kunci excellence kita. Bahkan apabila kita hanya mengerjakan satu bagian saja dari suatu produk perusahaan yang utuh, kita tetap bisa merencanakan hasil akhirnya. Semisal, bagian yang kita kerjakan tersebut harus lebih bersih, lebih presisi, dan lain sebagainya dan sampai pada pihak yang akan meneruskan pada waktu yang tepat. Hal seperti itu tentu saja akan sangat memudahkan orang lain sekaligus menjadi nilai plus dalam kinerja kita.
It's SHOWTIME!
94
“Saya tidak mempercayai kegagalan. Sesuatu itu bukanlah kegagalan bila kita menikmati prosesnya.” Oprah Winfrey
BAB 7 PROSES “Mana yang paling benar, fokus pada proses atau fokus pada hasil?” Inilah pertanyaan yang sering saya dengar tentang proses (dan hasil). Ini jugalah salah satu pertanyaan yang, bagi saya, aneh. Mengapa? Bila hasil pekerjaan kita buruk kita memang bisa melihat pada proses yang kita lalui, tetapi itu tidak serta merta menjadikan proses lebih penting daripada hasil. Jika dengan menjalani proses yang “salah” kita mendapatkan hasil yang baik, maka kita juga tidak bisa dengan mudah mengatakan, “Yang penting hasilnya baik.” Proses dan hasil mempunyai saling keterkaitan yang kuat. Kita tidak bisa begitu saja membandingkan dua hal tersebut hanya dengan tujuan mencari tahu mana yang lebih penting. Kita bisa membandingkan keduanya untuk mengetahui suatu cara perbaikan, baik perbaikan pada hasil maupun pada proses. Kita memerlukan proses yang tepat untuk mendapatkan hasil yang baik. Kita juga memerlukan standar hasil yang baik untuk mampu mengembangkan proses yang kita inginkan. Tidak ada yang lebih penting di antara keduanya.
It's SHOWTIME!
95
Ardi adalah seorang salesman. Dibanding dengan rekan-rekan yang lain, ia jarang melakukan kunjungan (sales visit) ke maupun prospek. Atasan Ardi memperhatikan hal ini mengingatkan Ardi tentang hal tersebut dan memintanya untuk meningkatkan frekuensi kunjungan.
sales klien dan lebih
Ardi mengemukakan bahwa ia mempunyai cara lain sebagai pengganti kunjungan tersebut. Ia menunjukkan peningkatan hasil di atas target yang ia peroleh dua bulan terakhir. Ia menyimpulkan bahwa hasil membuktikan bahwa apa yang dia lakukan (mungkin lebih tepatnya adalah apa yang dia TIDAK lakukan) adalah benar. Sang atasan, kemudian, menjadi ragu tentang pendapatnya bahwa Ardi perlu meningkatkan frekuensi kunjungannya. Mengetahui hal ini secara sekilas mungkin kita akan berpikir sama dengan atasan Ardi, cenderung menganggap bahwa Ardi sudah melakukan hal yag terbaik bagi dirinya. Bagi saya, harus ada analisa yang lebih mendasar lagi tentang asumsi Ardi (dan atasannya) tadi. Hal pertama yang perlu kita ketahui adalah mengetahui apa hal lain yang dilakukaan oleh Ardi sebagai pengganti dari sales visit. Apakah hal itu adalah hal yang benar-benar baru dan tidak dilakukan oleh rekan-rekan sales yang lain? Bila ternyata hal itu bukan merupakan hal yang baru, apakah Ardi melakukannya kurang lebih sama seperti rekan-rekan yang lain atau dia melakukannya secara berbeda? Itu semua perlu kita lihat untuk benar-benar bisa “melihat” apakah Ardi memang menemukan suatu aktifitas proses sales yang baru dan bisa menggantikan sales visit yang kurang ia sukai. Kita juga perlu melihat hasil kerja Ardi secara keseluruhan. Menemukan kinerja rata-rata Ardi sejak awal dan membandingkannya dengan para sales lain bisa sangat membantu. Kita perlu menemukan
It's SHOWTIME!
96
apakah peningkatan selama dua bulan yang ia tunjukkan adalah disebabkan oleh proses yang berbeda atau karena trend dimana semua sales memang mengalami peningkatan yang signifikan pada bulan itu. Kesimpulannya, karena proses dan hasil sangat mempengaruhi, maka kita perlu menelusuri dan membandingkan proses serta hasil yang dimiliki Ardi untuk mampu menyimpulkan bahwa apa yang ia lakukan (dan tidak lakukan) adalah sudah tepat. Proses yang tepat akan mendapatkan hasil yang tepat pula. Apabila ada kekurangan pada hasil yang kita peroleh, maka kita perlu melihat kembali prosesnya. Sebenarnya apa sih proses itu?Apa saja yang perlu kita perhatikan tentang proses itu? Proses adalah suatu rangkaian aktifitas yang dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan suatu hasil. Contoh yang cukup sederhana dari proses adalah perjalanan kita dari rumah ke tempat kerja. Mulai dari ketika kita mempersiapkan kendaraan kita, menelusuri jalan-jalan yang biasa kita lewati, kita mampir ke tempat makan untuk sarapan, sampai ketika kita melewati pintu karyawan, itu semua adalah sebuah proses. Kita bisa memperhatikan bahwa secara rata-rata kita sampai di kantor pada waktu yang relatif sama. Apabila kita ingin mempercepat waktu kedatangan kita, tentu saja ada aktifitas-aktifitas dalam proses tersebut yang perlu kita sesuaikan dan perbaiki. Dalam semua proses perbaikan dan penyesuaian proses, kalimat kuncinya adalah more efficient, easier, dan better alias lebih efisien, lebih mudah, dan lebih baik. Itu adalah perbaikan dan penyesuaian proses yang ultimate dan, tentu saja, kadang kita hanya bisa membuat suatu proses itu lebih efisien dan lebih baik saja, tetapi dari segi kemudahan justru berkurang. Bila memang saat itu hasil tersebut adalah yang paling memungkinkan, itu baik juga. Suatu ketika kita
It's SHOWTIME!
97
bisa meningkatkan proses sehingga benar-benar bisa lebih efisien, lebih baik, dan juga lebih mudah. Untuk menjadi SHOW TIME! performer tidak bisa dilepaskan dari upaya kita untuk selalu mengkaji ulang proses-proses bekerja kita. Dari proses yang paling sederhana seperti proses kedatangan kita di tempat kerja sampai proses-proses teknis seperti tata cara kerja kita, semua perlu selalu kita kita kaji ulang. Hasil dari kajian ulang itulah yang kita gunakan untuk membuat proses-proses tadi menjadi lebih efisien, baik, dan mudah. Masih mengambil contoh kedatangan kita di tempat kerja, perbaikan dan penyesuaian bisa kita lakukan pada waktu berangkat kita yang lebih awal. Itu mungkin perlu upaya lebih – sehingga tidak lebih mudah pada satu sisi – tetapi itu membuat perjalanan kita lebih efisien dan, ketika kita sampai di tempat kerja, kondisi kita juga bisa lebih baik (karena tidak menemui kesulitan yang biasa kita temui apabila kita berangkat lebih lambat). Sederhana bukan? Terkait memperbaiki semua proses yang kita jalankan, ada beberapa syarat yang perlu kita adakan.Syarat-syarat tersebut yaitu masukanmasukan, dan komitmen atas perbaikan yang terus menerus.
Feedback “Ahh. Mereka tidak mengerti. Saya tidak seperti itu. Saya sendiri yang tahu diri saya seperti apa.” Mungkin kalimat seperti itu sering keluar dari mulut kita saat mendengar pendapat-pendapat orang lain tentang diri kita. Pertanyaan yang cukup mendasar terkait kalimat itu adalah: apakah mereka tidak mengerti seperti apa diri kita atau apakah justru kita yang tidak memahami beberapa sisi diri kita?
It's SHOWTIME!
98
Berdiri di depan cermin, berkaca, akan membuat kita melihat secara jelas seperti apa diri kita secara jasmaniah. Itu pasti. Kemudian, bagaimana kita bisa melihat dengan gamblang seperti apa perilaku atau kualitas tindakan kita? Bagaimana kita bisa melakukan itu sedangkan tidak ada cermin bagi perilaku atau kualitas tindakan kita? Kita perlu orang lain untuk memberi masukan tentang apa yang mereka lihat dari diri kita. Kita, terutama yang berada di jalur produksi, familiar dengan running test terhadap produk-produk jadi yang siap diluncurkan ke pasar. Running test dilakukan untuk memprediksi problem-problem yang mungkin terjadi kepada produk-produk tersebut. Ini adalah bentuk feedback alias masukan. Seandainya ditemukan banyak produk bermasalah dalam running test kita tidak menyebut hasil running testnya yang salah, tetapi meneliti kembali produk-produk yang lain agar terhindar dari masalah yang lebih besar. Diri kita sebagai individu tentu saja lebih memerlukan banyak feedback dari pihak lain agar mampu memfungsikan diri dengan lebih efektif lagi. Biasanya, di tempat kerja secara berkala kita mendapatkan 3600 feedback yang dimaksudkan untuk memberi kita gambar besar tentang bagaimana orang lain melihat (efektifitas) kita. Bila di perusahaan kita tidak mengenal sistem yang serupa, atau bila kita perlu lebih banyak feedback pada beberapa sisi diri yang belum terjangkau 3600 tadi, sebaiknya kita memintanya langsung dari sumber-sumber yang kompeten. Semisal kita perlu mencari tahu seefektif apa diri kita dalam proses menelpon klien, kita meminta masukan dari rekan-rekan yang andal dalam hal itu. Tentu saja, bertanya langsung ke klien juga merupakan masukan yang luar biasa.
It's SHOWTIME!
99
Omong-omong tentang masukan alias feedback ini, ternyata kebiasaan meminta feedback bisa menghindarkan kita dari kejelekan pendapat orang. Seperti apa? Kita lihat saja. “Kamu ini keras kepala sekali.” Apa reaksi kitabila seseorang mengatakan kalimat di atas kepada kita? Kesal? Marah? Biasa saja? Atau mungkin langsung berpikir, “Ahh. Mereka tidak mengerti. Saya tidak seperti itu. Saya tahu diri saya seperti apa.” Ya. Seperti tadi. Banyak ahli psikologis dan motivator yang sering mengatakan bahwa kita dibentuk oleh dua hal, yaitu opini kita dan orang lain mengenai diri kita. Saya CUKUP setuju dengan pendapat tersebut. Mempercayai opini kita dan orang lain bisa membentuk sebuah standar keyakinan dalam benak kita. Saat orang lain berpendapat bahwa kita adalah seorang yang keras kepala sekali dan kita mempercayainya, maka pada saat itu tergambar dalam benak kita bahwa standar sosok “saya” (diri kita) adalah seorang yang keras kepala. Kalau tidak keras kepala, ya bukan saya. Kurang lebih seperti itu. Repot? Tentu saja repot karena kita tidak bisa mengontrol apa yang orang lain katakan, saat mereka mengomentari sesuastu dari diri kita. Bayangkan apabila orang-orang di sekitar kita terus menerus mengucapkan opini “negatif” terhadap diri kita dan terus menerus pula (otak) kita mempercayainya. Bisa acakadut bin morat-marit hidup dan pekerjaan kita. Lalu bagaimana?
It's SHOWTIME!
100
Pendapat negatif yang ditujukan kepada kita sebenarnya bisa kita netralisir efek buruknya apabila kita menganggapnya sebagai feedback. Kita ambil contoh saja pendapat bahwa kita adalah seorang yang sangat keras kepala tadi. Waktu mendengar seseorang mengatakan hal itu kepada diri kita, anggap itu feedback alias masukan bagi kita. Masukan bisa kita tindak lanjuti apabila kita mengerti dengan tepat pesan yang dibawa olehnya. Agar mengerti kita bisa langsung bertanya kepada orang yang memberi feedback. Dengan keterbukaan serta kerendahan hati, tanyakan sisi mana yang orang tersebut lihat dari diri kita sehingga dia menyimpulkan bahwa kita adalah seorang yang sangat keras kepala. Ungkapkan keinginan kita untuk memperbaiki diri sehingga kita ingin tahu lebih lanjut tentang pendapat itu. Walaupun ini bukan hal yang mudah, bila kita mampu benar-benar mendengarkan masukan dari orang lain (yang diawali dengan komentar negatif tadi), kita pasti bisa menjadi sosok yang luar biasa. Apakah kita harus selalu berubah seperti permintaan orang lain? Tegas saya jawab: tidak! Masukan dari orang lain adalah informasi dan referensi. Seandainya ada sebagian dari informasi dan referensi tadi yang bisa kita gunakan untuk menjadi sosok yang lebih baik, maka selayaknya bisa kita gunakan. Jika ternyata kita benar-benar mendapati bahwa informasi tersebut tidak relevan, silahkan kita tangkap itu sebagai informasi saja tanpa urgensi untuk menggunakannya dalam pengembangan diri kita. Dengan melakukan praktek-praktek seperti di atas, pendapat apapun yang masuk ke dalam hidup kita, bisa kita perkuat apabila memang positif, dan kita netralisir atau positifkan jika hal itu negatif.
It's SHOWTIME!
101
Untuk mampu mengembangkan diri secara optimal kita memerlukan feedback atau masukan. Masukan bisa saja bagian dari sistem manajemen sumber daya manusia dari perusahaan kita, tetapi bisa juga merupakan inisiatif pribadi kita. Masukan juga bisa bermula dari komentar negatif (atau, bahkan, positif) seseorang kepada kita. Menggali lebih dalam pesan-pesan yang tersimpan dalam komentar tersebut akan menjadikannya informasi atau referensi bagi pengembangan diri kita. Pertimbangan serta analisa kita selanjutnya memberi pilihan apakah kita akan menggunakan informasi itu untuk membenahi diri atau tidak.
Komitmen Atas Perbaikan Yang Terus Menerus Pemimpin kita harus mampu memberi yang terbaik bagi para bawahan, termasuk kita. Rekan-rekan kerja kita harus bersedia mendukung kita sehingga kerja sama yang baik tercipta. Bawahan kita perlu aktif memberi kontribusi agar tim yang kita pimpin mampu meraih hasil yang optimal. Keluarga kita, bahkan, perlu terus menerus menyemangati agar kita mampu meraih yang lebih baik di tempat kerja. Bila itu semua terjadi, alangkah bahagiannya kita. Saya tidak akan membenarkan seorang pimpinan apabila ia menyusahkan dan menghambat perkembangan anak buahnya. Saya juga tidak akan membela bila seorang rekan kerja tidak bersedia mendukung rekan kerja lainnya. Saya tidak akan memberi acungan jempol kepada bawahan yang ogah berkontribusi kepada timnya.
It's SHOWTIME!
102
Tentu saja saya juga tak akan berbahagia melihat sebuah keluarga yang justru menjadi batu sandungan bagi kemajuan karir anggota keluarganya. Terlepas dari itu semua, saya akan sangat kecewa apabila kita sendiri berharap orang lain untuk memberikan upaya terbaik mereka bagi kita, sementara kita sendiri tidak memiliki ketetapan hati untuk melakukan upaya-upaya terbaik. Ketika kita mampu menjadi seorang SHOW TIME! performer, memang bukan hanya kita sendiri yang akan mendapat manfaat. Atasan kita, rekan kerja, bawahan, dan keluarga kita akan mendapatkan manfaat yang luar biasa dari pencapaian kita tersebut. Di sisi lain, hal itu tidak akan membuat mereka punya tanggungjawab yang sama dengan diri kita. Diri kita TETAP penanggungjawab utama atas apa yang yang ingin kita raih. Diri kita TETAP pihak yang harus mempunyai komitmen untuk perbaikan. Pada bab LET’S GET READY kita sudah mempelajari tentang komitmen. Komitmen adalah kecenderungan secara emosional yang kita rasakan dan mendorong kita dengan kuat untuk melakukan suatu hal tertentu. Ini adalah definisi komitmen yang saya bangun setelah menganalisa beberapa referensi. Seperti yang sudah kita pelajari, kita tidak pernah tidak mempunyai komitmen. Kita selalu mempunyai komitmen walaupun sering kali komitmen itu mengarah pada satu hal yang sebenarnya kita hindari. Sebagai contoh, kita ingin menampilkan sisi terbaik dari jasmani kita alias kita ingin tampak atletis dan fit. Di sisi lain kita selalu lebih suka menghabiskan waktu untuk makan makanan rendah nutrisi kaya lemak dan jarang berolah raga. Ini bukan berarti kita tidak memiliki komitmen. Kita memiliki komitmen pada kasus tersebut. Sayang, komitmen kita adalah komitmen untuk makan junk food dan
It's SHOWTIME!
103
kehidupan santai. Tentang komitmen, pertanyaannya selalu, “Apa komitmen kita?”, bukan, “Kita punya komitmen atau tidak?” Komitmen ini sederhana sebenarnya. Ini hanya tentang apa yang kita pilih untuk lakukan di antara banyak alternatif. Dalam situasi dimana pekerjaan utama kita sudah selesai dan kita bisa menggunakan waktu untuk bersantai atau membantu rekan kerja lain yang belum menyelesaikan pekerjaan mereka, pilihan kita menunjukkan komitmen kita. Bisa saja dalam situasi yang sama justru kita mengambil keputusan untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang sebenarnya merupakan jatah kerja esok hari. Itu semua tergantung kepada lebih urgen mana dorongan yang ada di dalam diri kita mengarahkan diri kita, tergantung kecenderungan komitmen kita. Dengan mengamati kecenderungan komitmen kita selama ini kita bisa memprediksi apakah kita sedang menjalani proses-proses yang benar untuk menjadi seorang SHOW TIME! performer atau justru sedang terlibat pada proses-proses yang akan membawa kita kepada suatu kemandegan. Kecenderungan tersebut bukan suatu hal yang terlalu sulit untuk diamati. Ini adalah sesuatu yang mudah. Yang sulit adalah mengakuinya, mengakui bahwa kita sedang bergelut dengan proses yang salah alias mempunyai komitmen terhadap hal yang salah. Seperti apa yang kita baca dalam paragraf pembuka, berapa kali kita meminta pihak lain untuk “mengenakkan” kita agar kita bisa berubah? Kita ingin jadi SHOW TIME! performer, tetapi bila atasan kita mau berubah. Kita mau menjadi karyawan yang lebih baik bila rekan-rekan kerja kita lebih becus dalam bekerja. Dan lain sebagainya. Ini sama artinya kita mempunyai komitmen terhadap penghindaran tanggungjawab pribadi, dan bukan pada perubahan yang lebih baik.
It's SHOWTIME!
104
Mengumpulkan sebanyak mungkin feedback atau masukan tentang proses-proses kerja yang kita jalani memang luar biasa penting. Hal tersebut juga bukan merupakan hal yang mudah untuk kita lakukan, perlu perjuangan tersendiri. Bila kita sudah mampu mengumpulkan beberapa masukan yang berguna, tentu saja kita sudah mengivestasikan energi dan waktu kita. Investasi tersebut akan berkembang apabila kita mempunyai komitmen yang tepat dan kuat terhadap tercapainya tujuan kita. Bila tidak maka investasi tersebut akan menjadi suatu kerugian yang besar.
It's SHOWTIME!
105
“Jika suatu masalah itu ada jalan keluarnya, jika kita bisa melakukan sesuatu pada situasi tertentu, maka tidak ada yang perlu kita kuatirkan. Jika suatu masalah tidak ada jalan keluarnya, kekuatiran juga tidak bisa membantu. Jadi bagaimanapun kekuatiran itu tidak ada gunanya.” Dalai Lama XIV
BAB 8 SOLUSI Masalah ada untuk menguatkan kita? Kalau demikian orang yang banyak masalah adalah Hercules. Begitukah? Sebenarnya hal ini sederhana saja. Masalah itu ada untuk sebagai penanda bahwa kita akan mencapai satu tahap baru dalam kehidupan kita. Bila kita kemudian melarikan diri dari masalah itu, maka kita melakukan kemunduran. Jika kita putuskan untuk membiarkan masalah itu, kita sedang memilih untuk diam tidak bergerak (dan lama-lama kecapaian). Andai dengan teguh sekaligus kreatif kita cari jalan keluar atas masalah tersebut, maka kita sedang melangkah menuju tahap baru itu. Indah bukan? Bukan. Masalah bukan suatu yang indah. Menemukan pemecahan masalah adalah suatu yang indah. Karena itu, proses untuk menemukan sebuah pemecahan atas masalah selalu layak untuk dilakukan. Bisa mudah, agak susah, bahkan kadang rumit. Ketika kita sudah menemukan celah untuk memecahkan masalah itu, tiba-tiba semua menjadi terang dan kita juga semakin bersemangat. Jadi jangan
It's SHOWTIME!
106
nikmati masalah tetapi mari kita nikmati proses mencari solusi atas suatu masalah. Kalimat kunci dari pencarian solusi atas suatu masalah adalah immediate, empathic, and served with pluses alias segera, empatik, dan disajikan dengan nilai plus. Mengacu pada frasa kunci tersebut, bila kita menghadapi suatu masalah yang pertama harus kita lakukan adalah mencari pemecahan masalah dengan sesegera mungkin. Kemudian, penyelesaian masalah itu harus empatik alias bisa memenuhi kebutuhan emosional, bukan asal terpecahkan. Dan terakhir, bila telah menemukan pemecahan masalahnya, berikan nilai tambah pada pemecahan masalah itu. Pada paragraf di atas, secara tersirat, kita bisa mengetahui bahwa masalah yang kita hadapi bisa merupakan masalah kita sendiri, dan bisa juga merupakan masalah orang lain dimana kita terlibat di dalamnya. Masalah kita sendiripun bisa disebabkan oleh tindakan orang lain dan bisa juga merupakan akibat dari tindakan kita pribadi. Sementara masalah orang lain, bisa saja juga akibat dari tindakan kita dan mungkin juga sama sekali tidak ada kaitannya dengan diri kita. Yang manapun jenis masalah yang kita hadapi, ketika tiba-tiba kita berada di dalamnya maka tindakan paling bijak adalah memberi upaya terbaik untuk mencari penyelesaian atas masalah tadi. Dalam setiap masalah, kita sering tergoda untuk mencari-cari pihak yang bisa kita salahkan atau kita anggap paling bertanggungjawab atasnya, bahkan saat masalah itu timbul akibat tindakan kita sendiri. Pada situasi seperti itu yang paling penting untuk kita ingat adalah bahwa sebenarnya pilihan terbaik adalah bertanggung-jawab penuh, 100%, terhadap penyelesaian masalah itu. Apapun jenis masalah yang hadir di depan kita, ambil alih tanggung jawab penuh atasnya. Itu pilihan terbaik.
It's SHOWTIME!
107
Masa kita harus bertanggung jawab atas kesalahan yang menimpa orang lain? Ya dan tidak. Saat kita mengetahui orang lain mempunyai masalah dan ia mempunyai kompetensi yang baik untuk memecahkannya, maka kita sebaiknya berdiri di luar garis dan membiarkannya menyelesaikan masalah itu. Bila kemudian ia menunjukkan tanda bahwa ia perlu bantuan dan kita dalam posisi yang sangat mungkin untuk membantu, maka selayaknya kita mengambil tanggung-jawab penuh untuk membantu. Sayang, terkadang situasinya tidak sesederhana itu. Banyak situasi yang menyebabkan kita mengalami masalah karena orang lain mengalaminya terlebih dahulu, akibat keteledoran mereka juga. Atasan kita melakukan kekeliruan dan mendapat masalah yang kemudian mempengaruhi situasi kita juga. Rekan kerja kita mengambil tindakan yang buruk dan menuai masalah yang selanjutnya berimbas kepada situasi kita. Bagaimana dengan hal itu? Berada dalam situasi seperti itu membuat kita sibuk mempermasalahkan atau mengeluhkan betapa kita sebenarnya tidak salah. Kita habis-habisan mengutuk “kebodohan” orang lain yang mengakibatkan kita terlibat dalam satu kondisi tidak menyenangkan. Lebih sering ya daripada tidak, banyak pihak yang kita curhati kelihatan mendukung pendapat kita. Hari-hari kita menjadi sangat tidak produktif. Kacau! Pada situasi seperti itu, hal yang terbaik yang bisa kita lakukan tidak lain dan tidak bukan adalah berhenti mencari-cari siapa yang benar dan siapa yang salah untuk kemudian mengambil tanggung jawab terhadap pemecahan masalah itu. Memang bila dilihat sepintas kita jadi mengenakkan orang lain. Di sisi lain, bukankah lebih bagus
It's SHOWTIME!
108
mengenakkan orang lain daripada menyusahkan mereka? Ingat, semakin sering kita mengenakkan orang lain, semakin bermanfaat diri kita dan dijamin kita semakin berlimpah keberuntungan. Ya. Saya setuju bahwa kadang kita juga perlu berkata tidak kepada orang lain. Untuk melakukannya, pastikan bahwa hal itu (berkata tidak) adalah pilihan tindakan yang paling tepat, produktif untuk kita dan bermanfaat pula untuk orang lain. Semisal bila ada seorang rekan kerja yang terus menerus menggantungkan diri kepada kita dan itu justru membuatnya tidak berkembang, itu adalah saat yang sangat tepat untuk bersikap tegas dan memberikan kesempatan penuh pada dirinya untuk belajar bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Identifikasi Masalah Manusia mempunyai dua pola pikiran, yaitu pikiran emosional dan pikiran rasional. Pikiran emosional terhubung erat dengan otak emosional kita (limbic brain) sementara pikiran rasional bersumber pada korteks (pre-frontal cortex). Pikiran emosional berusaha melindungi kita dari ancaman, ketidak nyamanan, dan lain sebagainya. Pikiran rasional bekerja untuk memberi kita pilihan-pilihan maju. Pikiran emosional lebih bersifat impulsif sementara pikiran rasional bernuansa analisis. Kendati bertujuan baik (melindungi diri kita dari ancaman dan lainnya), pikiran emosional sering kali membuat kita melihat suatu situasi secara defensif. Pikiran emosional dengan segala cara mencoba mengarahkan persepsi kita pada satu sudut sempit yang sangat subyektif. Suatu misal ada prosedur baru di tempat kerja dan kita
It's SHOWTIME!
109
harus melakukan adaptasi cepat terhadap prosedur itu. Ketika kita mencoba menjalankan prosedur itu, ada beberapa masalah yang kita temui (karena kita belum terbiasa). Pada situasi seperti itu, otak emosional akan menggiring kita pada satu sudut pandang sempit yang menyatakan bahwa prosedur baru itu buruk dan yang lama adalah lebih baik. Sekali lagi, pikiran emosional sedang berusaha melindungi kita dari segala bentuk kerepotan, ke-tidak-enak-an, ke-tidak-nyamanan, dan kerepotan lain yang berhubungan dengan penyesuaian diri kita dengan prosedur baru tadi. Pikiran rasional selalu meminta kita untuk menganalisa semua situasi secara proporsional dan obyektif. Pikiran inilah sebenarnya yang paling membedakan diri kita dari mahluk-mahluk Tuhan lainnya. Pada situasi prosedur baru yang dicontohkan di atas, pikiran rasional akan mengajak kita untuk berupaya memahami keseluruhan prosedur. Ia akan meminta kita untuk belajar, bertanya kepada orang lain, dan tindakan-tindakan lain yang akan membawa kita kepada pemahaman baru tentang prosedur tersebut. Ia memang bertugas menggerakkan kita untuk lebih maju lagi dalam hidup ini. Untuk menetralisir pengaruh pikiran emosional dan memperkuat kinerja pikiran rasional, penting bagi kita untuk melakukan identifikasi masalah sebelum memilih suatu solusi. Identifikasi yang dimaksud adalah upaya kita untuk mencari tahu akar masalahnya sekaligus meletakkan masalah pada posisi yang relatif netral agar mudah dianalisa. Ini bisa kita lakukan dengan meminta pendapat dari beberapa orang lain yang mempunyai kompetensi di bidang tersebut. Semakin banyak sudut pandang yang kita ambil untuk melihat suatu masalah, semakin jelas kita melihat masalah tersebut. Melakukan identifikasi masalah sama sekali bukan merupakan kegiatan untuk mencari siapa yang bersalah atau yang benar dalam
It's SHOWTIME!
110
masalah itu. Identifikasi masalah semata-mata adalah mencari datadata akurat yang bisa kita gunakan untuk mengetahui secara tepat jenis dan bentuk masalah yang sedang kita hadapi agar kita bisa memilih solusi yang tepat pula. Karena ini merupakan langkah terpenting dari proses pemecahan masalah, maka upayakan untuk selalu melakukan identifikasi secara tepat sebelum mencoba mencari solusi.
Menentukan Hasil Ideal “Begin with an end in mind.” Demikian kata almarhum Stephen R. Covey. Itu juga berlaku dalam proses pemecahan masalah. Sebelum kita menentukan pilihan-pilihan solusi, kita perlu terlebih dahulu menentukan seperti apa hasil pemecahan masalah yang paling ideal. Paling ideal disini merujuk pada situasi dimana semua kepentingan bisa terakomodasi secara proporsional. Bahasa kerennya adalah winwin solution untuk semua pihak, bila itu melibatkan pihak lain. Terkadang satu masalah merupakan masalah personal kita yang hanya berhubungan dengan diri kita sendiri. Pada situasi prosedur baru, yang kita jadikan contoh di atas, masalah yang kita hadapi merupakan masalah personal sebenarnya. Prosedur baru yang sudah disetujui oleh perusahaan biasanya merupakan produk final sehingga, suka atau tidak, kita harus mengikutinya. Masalah kita belum terbiasa dan perlu memotivasi diri untuk mau mempelajarinya adalah masalah diri kita sendiri. Untuk masalah seperti itu, hasil pemecahan masalah paling ideal adalah yang paling produktif, atau paling optimal membawa manfaat bagi kita.
It's SHOWTIME!
111
Hasil pemecahan masalah yang kita bicarakan disini merujuk pada situasi atau kondisi kita apabila kita sudah mampu memecahan masalah. Contoh (masih menggunakan skenario prosedur baru): “Saya bisa bekerja dengan nyaman serta produktif dengan prosedur baru tersebut.” Dengan memiliki hasil akhir di tangan, kita seperti mempunyai kompas yang bisa kita gunakan untuk mengarahkan kita pada penyusunan alternatif-alternatif solusi yang tepat. Ini juga akan menenangkan pikiran emosional kita karena arah yang kita tuju sudah sangat jelas.
Mengumpulkan Pilihan-Pilihan Seperti yang sudah kita singgung sebelumnya, begitu kita sudah memiliki gambaran hasil akhir yang harus kita capai, maka selanjutnya kita bisa mulai mengumpulkan pilihan-pilihan solusi. Ini bisa kita lakukan melalui proses brainstorming, baik secara personal maupun dengan melibatkan orang lain. Untuk masalah-masalah yang menyangkut orang lain, proses yang paling ideal adalah melibatkan orang lain juga dalam mengumpulkan alternatif-alternatif solusi itu. Bila masalah tadi merupakan masalah personal, kita bisa juga meminta masukan dari orang lain. Saran saya, semakin besar masalah yang kita hadapi, semakin penting bagi kita untuk meminta masukan dari orang lain. Ingat juga untuk menyebutkan hasil yang kita ingin capai apabila kita meminta
It's SHOWTIME!
112
masukan dari orang lain sehingga mereka bisa lebih mudah dalam membantu kita. Frasa “mengumpulkan pilihan-pilihan” menunjukkan adanya banyak pilihan, bukan hanya satu atau dua. Penting untuk kita ketahui, semakin kita bisa mengembangkan alternatif-alternatif solusi, akan semakin akurat solusi yang bisa kita ambil. Dalam situasi yang paling sulit sekalipun, usahakan kita mempunyai, minimal, tiga alternatif tindakan yang bisa kita pilih sebagai solusi.
Melakukan Evaluasi Inilah salah satu alasan mengapa kita perlu memiliki beberapa alternatif solusi, yaitu agar kita bisa melakukan evaluasi secara efektif. Bila kita hanya memiliki satu atau dua, maka tidak banyak evaluasi yang bisa kita lakukan. Artinya kita akan memilih suatu solusi dengan bersandar pada insting belaka dan itu sama saja dengan bersandar pada pikiran emosional kita. Tiga prinsip sederhana yang perlu kita ikuti ketika melakukan evaluasi adalah:
Obyektifitas dalam menentukan plus dan minus dari satu pilihan
Kemungkinan mendapatkan pilihan yang lebih baik dengan mengkombinasikan bagian dari satu alternatif dengan bagian dari alternatif lain
It's SHOWTIME!
113
Melakukan evaluasi di atas selembar (atau beberapa lembar) kertas
Menentukan plus dan minus sebuah alternatif atau opsi pemecahan masalah kelihatannya cukup mudah. Yang perlu kita ingat adalah bahwa pikiran emosional kita juga ikut andil dalam evaluasi tersebut, sehingga bisa saja hasilnya kurang obyektif. Itulah mengapa pada prinsip pertama penekanannya adalah pada bagian obyektifitas. Artinya kita benar-benar perlu memastikan bahwa evaluasi dilakukan berdasar pikiran rasional kita. Seumpama kita mempunyai opsi solusi A, B, C, dan D, selain melakukan pertimbangan plus minus masing-masing opsi tadi, bisakah kita mengombinasikan opsi itu menjadi opsi baru yang lebih baik? Suatu misal daripada opsi A saja, kita bisa memiliki opsi baru AD yang mempunyai nilai plus lebih banyak dan nilai minus yang lebih sedikit. Pikiran emosional kita sungguh kuat, jauh melampaui kekuatan pikiran rasional kita. Kehilangan fokus sedikit saja sudah cukup bagi kita untuk jatuh mengikuti pikiran emosional kita kembali. Untuk itulah kita perlu menulis opsi dan melakukan evaluasi pada selembar kertas sehingga lebih mudah bagi kita untuk tetap fokus. Meskipun kelihatan sepele namun prinsip yang ketiga itu sangat penting. Jadi ingat selalu untuk menggunakan kertas dalam melakukan proses evaluasi suatu pemecahan masalah.
It's SHOWTIME!
114
Dokumentasi Solusi Dalam bekerja tidak jarang suatu masalah terulang kembali. Apabila pengulangan tersebut terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama dari kejadian sebelumnya, kita mungkin masih ingat solusi yang dulu kita pilih. Di sisi lain, apabila selisih waktu kejadian sudah cukup lama, bisa jadi kita sudah lupa beberapa bagian dari solusi yang dulu. Kita perlu memulai proses pemecahan masalah dari awal lagi dan itu memakan waktu. Melakukan dokumentasi atas proses-proses pemecahan masalah akan sangat membantu kita apabila kita mendapati masalah yang sama atau serupa. Kita tinggal merujuk pada dokumen yang kita miliki. Selain itu kita juga bisa menggunakan dokumen tersebut sebagai dokumen belajar kita dan rekan-rekan kita. Ingatlah bahwa kompetensi memecahkan masalah (analisa) adalah termasuk salah satu kompetensi dasar yang perlu kita kuasai untuk mampu tampil sebagai seorang SHOW TIME! performer. Membiasakan diri mendokumentasikan proses pemecahan masalah juga membantu kita untuk selalu melakukan proses pemecahan masalah secara benar, runtut sesuai dengan langkah-langkah yang kita sudah pelajari. Dalam menghadapi masalah, terutama maslah yang cukup besar, sangat penting bagi kita untuk menghindari langsung mengambil solusi tanpa proses yang benar.
It's SHOWTIME!
115
“Hal yang paling otentik dari kita adalah kapasitas kita untuk mencipta, untuk mengatasi masalah, untuk bertahan, untuk berubah, untuk mencintai, dan untuk menjadi lebih besar dari pada penderitaan kita.” Ben Okri
BAB 9 MANUSIA
Manusia adalah bagian terakhir dan terpenting dari rumus Work Excellence, WE=ePl+ePd+ePr+ePS+eP, alias rumus untuk mencapai kondisi seorang SHOW TIME! performer. Sebenarnya unsur manusia juga selalu hadir dalam variabel lain dari rumus Work Excellence ini. Untuk mencapai tempat , produk, proses, dan solusi masalah diperlukan adanya upaya-upaya seorang manusia yang ekselen, manusia yang mampu tampil di atas rata-rata. Tampil di atas rata-rata memang merupakan kunci keberhasilan di semua bidang kehidupan, termasuk dalam bekerja. Seakan tiada tempat untuk menjadi yang nomor dua di dunia ini. Kita sulit mengingat dengan cepat siapa runner up piala dunia 2010, namun dengan cepat ingat bahwa Spanyol adalah juaranya. Banyak yang tahu
It's SHOWTIME!
116
bahwa Usain Bolt adalah manusia tercepat di bumi sementara diperlukan usaha ekstra untuk sekedar mengetahui siapa tercepat kedua. Kita tahu bahwa Neil Armstrong adalah pria pertama yang menginjakkan kaki di bulan, tetapi kita tidak pernah peduli dengan siapa selanjutnya yang menginjakkan kaki di sana. Sir Edmund Hillary kita kenal sebagai orang pertama yang menaklukkan puncak Everest dan kita tidak tahu siapa penakluk yang kedua. Sulit dipahami, tetapi itulah kecenderungannya: kita selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik di dunia agar mendapat manfaat dari apa yang kita lakukan. Mungkinkah kita menjadi karyawan terbaik di dunia? Sangat mungkin. Menurut Seth Godin dalam salah satu bukunya, the dip, menjadi terbaik di dunia sangat mungkin bagi siapa saja yang bersedia mendefinisikan dunia mereka sendiri. Bila kita adalah seorang staf di bagian purchasing maka dunia bisa kita definisikan sebagai ruang lingkup kerja kita. Menjadi terbaik disana berarti kita secara konsisten mampu membantu perusahaan kita mendapatkan barang-barang berkualitas prima, dalam waktu yang efisien, dengan harga yang sangat baik, dan termin pembayaran yang “lentur”. Itulah definisi terbaik di dunia kita sebagai seorang purchasing staff. Mungkin ada kekuatiran di benak kita bahwa bila semua ingin menjadi terbaik di dunia (sekedar mengingatkan bahwa dunia disini mengacu pada lingkungan kerja yang kita definisikan sendiri) maka semua karyawan kita akan saling bersaing dan berebut untuk menjadi yang terbaik. Sebagai seorang trainer di bidang service dan performance excellence saya adalah pendukung berat kerjasama tim. Justru karena kerjasama tim itu penting, maka setiap individu yang ada di dalam tim perlu berlomba untuk memberikan potensi terbaik mereka, agar tim mereka mampu berfungsi secara baik pula. Lebih
It's SHOWTIME!
117
baik kita mempunyai satu tim yang dihuni oleh para karyawan yang selalu berlomba untuk memberikan yang terbaik daripada mempunyai tim yang dihuni oleh karyawan yang selalu menggantungkan diri pada pekerjaan orang lain. Bukankah demikian? Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan lakukan apabila kita mempunyai tujuan menjadi yang terbaik di dunia atau, dalam istilah di buku ini, menjadi seorang SHOW TIME! performer. Hal-hal tersebut saya kelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu modal dasar, penampilan, vitamin, dan polutan dalam perjalanan kita menjadi seorang SHOW TIME! performer.
It's SHOWTIME!
118
BAGIAN 4 MODAL DASAR SHOW MODAL DASAR TIME!TIME! PERFORMER SHOW performer Kita membutuhkan modal ketika kita akan memulai suatu usaha. Kemudian kita kelola modal tersebut sehingga bisa tumbuh dan berkembang. Kita semua tahu bahwa modal belum tentu berbentuk uang. Mungkin modal tersebut berupa kepercayaan orang lain kepada kita, ide yang kita tawarkan pada pemilik uang, barang yang sudah ada pada kita, dan lain sebagainya. Intinya, harus ada satu hal yang bisa kita jadikan pijakan untuk memulai usaha yang kita inginkan. Hal yang sama juga kita perlukan untuk menjadi seorang SHOW TIME! Performer.
It’s SHOW TIME! 119
Ada kondisi serta kecakapan tertentu yang penting untuk kita miliki terlebih dahulu untuk mencapai kinerja seorang SHOW TIME! performer. kondisi dan kecakapan ini adalah modal dasar untuk menjadi karyawan berprestasi yang berlimpah keberuntungan. Mengingat ini merupakan modal dasar, maka kita perlu menjalankannya bila serius ingin berhasil. Kita harus mendapatkan modal dasar ini terlebih dahulu, baru kita bisa melakukan hal-hal yang lain untuk menuju pada pencapaian SHOW TIME! performer. Apa saja modal dasar itu?
It's SHOWTIME!
120
“Dua puluh tahun dari sekarang, Anda akan lebih menyesali hal-hal yang tidak Anda lakukan daripada hal-hal yang Anda lakukan. Lepaskan tali perahu. Pergilah berlayar menjauhi dermaga. Tangkap angin dengan layar Anda. Jelajahi. Impikan. Temukan.” H. Jackson Brown Jr.
BAB 10 MODAL DASAR KE 1: IMPIAN “Orang besar mempunyai impian yang besar.” Kata Jack Canfield, sementara sahabatnya, Anthony Robbins, berucap, “Impian yang kecil tidak akan mengubah siapapun.” Jack Canfield dan Anthony Robbins sangat benar. Orang-orang besar, sadar atau tidak, mempunyai impian yang besar dan mereka “melihat” impian itu dengan sangat nyata... walaupun saya cukup yakin banyak di antara orang besar itu yang tidak mengetahui (atau menyadari) istilah visualisasi. Saya juga sangat yakin banyak dari mereka yang tidak pernah dengan sengaja memutuskan, “Baiklah. Sekarang saya akan memvisualisasi kan hal ini.” Tidak! Mereka tidak melakukan itu tetapi mereka benar-benar mempunyai hasrat yang kuat karena mereka melihat “sesuatu” di depan mereka.
It's SHOWTIME!
121
Impian itu bisa saja hal yang sangat sederhana (ingin mampu membeli baju yang layak, membahagiakan orang tua, dan lainya) tetapi BESAR artinya bagi mereka. Karena besarnya makna, itu menimbulkan dorongan kuat, sangat kuat untuk mewujudkan si impian. Terwujudnya impian tersebut akan menimbulkan sensasi luar biasa dalam benak mereka sehingga mereka lebih berani memimpikan hal yang lain lagi. Setiap kali satu impian terpenuhi, maka dorongan untuk mempunyai dan mencapai impian yang lebih besar senantiasa hadir. Dorongan itu membawa mereka ke satu prestasi ke prestasi yang lain. Terus dan terus, sehingga mereka tampak selalu “berteman” dengan keberuntungan.
Kita Layak Mempunyai Impian Semasa saya kecil, sangat umum bagi seorang anak untuk mempunyai suatu cita-cita. Mulai ingin menjadi pilot sampai ingin menjadi insinyur adalah cita-cita yang populer pada waktu itu. Kebanyakan orang tuapun juga membolehkan anak-anak mereka mempunyai suatu cita, “Wajar seorang anak kecil mempunyai keinginan.” Mungkin seperti itu kata mereka. Wajar bagi seorang anak kecil mempunyai keinginan karena itu bagian alami dari masa kanak-kanak mereka. Yang sering kali tidak disadari oleh orang tua kita adalah bahwa selepas masa kanak-kanak, sebenarnya kita juga masih layak untuk mempunyai cita-cita atau bahkan impian. Inilah yang kemudian sering membunuh cita-cita seorang anak kecil. Ketika mereka beranjak besar, orang tua mereka memprogram otak mereka dengan segala macam hal yang mereka sebut kenyataan.
It's SHOWTIME!
122
“Kamu ini anak orang biasa.” “Bapak ibumu bukan orang kaya.” “Asal kamu jadi orang bener, bapak ibu sudah senang.” “Yang penting kamu cepat selesai sekolah biar tidak menyusahkan orang tua.” Hal-hal semacam itulah yang kemudian menyebabkan buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Bagaimana kita mau jatuh jauh dari pohon bila setiap hari kita diingatkan serta didoktrin bahwa yang layak bagi kita adalah jatuh dekat pohon itu. Suka tidak suka, terima tidak terima, kita memang dibentuk oleh apa yang kita dengar dan kita percaya tentang siapa diri kita. Bila kita beruntung selalu mendengar hal-hal positif tentang diri kita dari kedua orang tua kita, maka kita tumbuh menjadi pribadi yang positif pula. Hal sebaliknya juga berlaku. Jadi sebenarnya kita layak mempunyai suatu impian. Yang membuat kita merasa tidak layak adalah ukuranukuran yang dipasang dalam otak kita (tanpa sengaja) oleh orangorang di sekitar kita. Pada saat buku ini ditulis, koran-koran di negeri kita banyak dihiasi berita tentang mobil listrik (yang rencanya akan mulai diproduksi pada tahun 2014). Tahun-tahun sebelumnya, proyek-proyek mobil listrik sering layu sebelum berkembang. Kenapa? Karena pada waktu itu belum ada seseorang yang memimpikan bahwa Indonesia akan mampu menyelesaikan banyak masalah yang berkenaan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) bila negeri ini mempunyai industri mobil listrik yang andal. Saat ini ada sosok yang berani memimpikan hal itu, bapak Dahlan Iskan. Ya. Tokoh yang dahulu pernah mempunyai impian betapa enaknya bersekolah memakai sepatu
It's SHOWTIME!
123
(padahal sepatu adalah benda tak terjangkau oleh standar hidup orang tuanya). Saya sangat yakin bapak Dahlan Iskan tidak sedang meniru seorang John Fitzgerald Kennedy yang pernah memimpikan (melalui pidatonya di tahun 1961) bahwa Amerika bisa mendaratkan manusia pertama di bulan sebelum akhir dekade itu. Namun, dua impian berbeda dari dua tokoh bangsa telah mendorong suatu pencapaian. Amerika telah mendaratkan manusia pertama di bulan (terlepas dari segala kontroversi tentang pendaratan manusia di bulan itu) dan satu protipe mobil listrik Indonesia telah diuji coba. Sebelum beranjak lebih jauh, saya juga ingin mengajak kita semua berdoa agar impian bangsa Indonesia ini bisa menjadi kenyataan di tahun 2014.
Impian Tak Akan Pernah Menyakiti Kita Ada satu notifikasi update di Blackberry saya dan ketika saya periksa ternyata mekanik mobil bengkel langgganan saya mengubah personal message-nya, “Tahun 2013 harus bisa menjadi owner di workshop saya sendiri.” Sebagai seorang trainer dibidang service dan performance excellence tentu saja saya tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang impian si mekanik ini. Penelusuran saya menemukan bahwa sudah lama ia memimpikan untuk mempunyai bengkel mobil yang layak dan bagus. Impian itu sudah mengarahkan dirinya untuk perlahan-lahan mempersiapkan diri dan mewujudkan impiannya. Menurut hitungannya, di tahun 2013 bengkel impiannya akan siap melayani pelanggan. Luar biasa bukan?
It's SHOWTIME!
124
Banyak hal luar biasa pula yang saya amati semasa saya masih berstatus sebagai seorang Training Manager yang bergabung dalam divisi Human Resources. Posisi saya menyebabkan saya selalu berinteraksi dengan kinerja karyawan sekaligus mengamati prestasiprestasi mereka. Salah satu hal penting yang saya catat dari kinerja serta prestasi para karyawan itu adalah perbedaan antara mereka yang berprestasi dan mereka yang biasa-biasa saja.Perbedaannya apa? Keinginan untuk maju adalah pembedanya. Keinginan tersebut dipicu oleh impian mereka. Bahkan salah satu karyawan yang paling bersinar pernah berkata kepada saya, “Pak Nug, saya ingin menjadi Manager. Hanya dengan posisi itu saya bisa lebih membantu teman-teman saya untuk maju dan juga membahagiakan mereka. Apakah keinginan saya itu wajar?” Tentu saja jawaban saya adalah bahwa keinginan tersebut bukan hanya wajar tetapi juga sangat bagus. Ketika menanyakan hal itu, karyawan tersebut masih berada pada posisi entry level dan lima tahun kemudian dia telah menjadi seorang Manager. Mempunyai impian memang bukan hanya wajar tetapi juga sangat bagus. Coba kita hitung berapa jumlah rekan kerja kita yang tidak pernah tahu kenapa mereka melakukan pekerjaan yang saat ini mereka kerjakan. “Mengalir saja.” “Karena kesempatan yang saya dapat adalah ini.” “Kakak saya menyarankan..” Banyak di antara kita yang tidak pernah memetakan jalan hidup mereka. Kita mengalir dan mengalir saja. Seakan mengalir saja adalah hal yang paling wajar yang bisa kita lakukan untuk menjalani hidup. Mengalir akan membawa kita pada tahapan-tahapan kehidupan tanpa
It's SHOWTIME!
125
makna yang berlalu begitu saja. Seseorang bisa saja terbiasa mengalir dan kemudian ketika sampai di titik tertentu dalam kehidupannya, ia mulai berani bermimpi dan saat itu hidupnya mulai terarahkan dan berubah. Namun ada juga yang terus mengalir dan mengalir seumur hidup mereka sehingga ketika mereka telah tua dan lelah, ada banyak penyesalan yang mereka rasakan. Impian tak akan pernah menyakiti kita. Bahkan kegagalan meraih impian juga tak akan pernah menyakiti kita..asal kita sanggup terus berjalan dan mengejar mimpi itu. “Saya bisa menerima kegagalan, semua orang pernah gagal dalam suatu hal. Tetapi saya tidak pernah bisa menerima bila saya tidak mencobanya.” Begitu kata Michael Jordan (dan kita tahu sebesar apa prestasi seorang Michael Jordan). Mari kita tentukan sebuah impian.. demi masa depan kita.
Menentukan Impian Masih ingat visi personal yang kita buat? (Dan kalau ada di antara kita yang belum membuat visi personal itu, kerjakan sekarang juga). Kita bisa membuat visi personal itu tambah kuat dengan melampirkan impian kita. Melampirkan? Betul sekali. Melampirkan.. artinya kita mengambil satu lembar kertas, menuliskan impian kita pada kertas tadi, dan melampirkan kertas yang sudah berisi impian kita pada kertas yang bertuliskan visi personal kita. Menentukan impian disini akan menjadi bahan bakar bagi kita untuk memanifestasikan visi personal kita setiap saat. Kemudian, apa
It's SHOWTIME!
126
bedanya impian ini dengan visi personal yang terlebih dahulu kita buat? Impian kita lebih berupa penggambaran situasi apabila kita telah secara optimal mampu mentransformasikan visi personal kita menjadi nyata. Boleh dibilang, impian disini adalah produk yang dihasilkan oleh visi personal. Ada beberapa pertanyaan yang bisa kita jadikan acuan untuk menuliskan impian kita. 1. Bila kita sudah menjelma menjadi sosok yang ada dalam visi kita, apa saja hal-hal indah, bagus, dan menyenangkan yang bisa kita lihat dalam hidup kita? 2. Bila kita sudah menjelma menjadi sosok yang ada dalam visi kita, suara-suara apa yang sering kita dengar dalam keseharian kita? 3. Bila kita sudah menjelma menjadi sosok yang ada dalam visi kita, barang atau benda hebat apa yang bisa kita punyai dan seperti apa rasanya ketika kita memegang atau meraba semua itu? 4. Bila kita sudah menjelma menjadi sosok yang ada dalam visi kita, perasaan syukur seperti apa yang memenuhi dada dan benak kita? Gunakan imajinasi kita untuk menjawab ke empat pertanyaan tadi. Perbaiki, sesuaikan, tambahkan, atau kurangi sampai impian itu benarbenar membuat kita merasa pas dan nyaman. Batas impian ini adalah pikiran kita sendiri. Sepanjang apa yang kita tuliskan bisa diterima dengan baik oleh pikiran kita, maka kemungkinan besar impian itu bisa kita capai.
It's SHOWTIME!
127
Percaya Saja Orang lain tidak percaya pada impian kita? Mereka benar! Mereka sama sekali tidak harus percaya dengan apa yang kita impikan. Tak peduli apakah orang lain itu adalah pasangan kita, orang tua kita, atau saudara kandung kita. Sekali lagi, mereka sama sekali tidak harus percaya dengan apa yang kita impikan. KITA yang harus percaya 100% pada kemampuan kita mencapai impian itu. Monty Roberts menunjukkan dengan jelas semua itu. Saat ini Monty Roberts terkenal dengan julukan man who listens to horses karena ia mempunyai metode tanpa kekerasan untuk menjinakkan kuda. Ia adalah seorang miliarder yang sukses mengembangkan dan melatih kuda-kuda hebat bernilai jual tinggi. Selain itu ia juga seorang pembicara publik, penulis buku, juga seorang dermawan dengan banyak anak asuh. Singkat kata, Monty Roberts adalah seorang yang berhasil mencapai sebuah impian yang ia yakini walaupun orang lain tidak mempercayainya. Monty Roberts sudah menetapkan impiannya sejak ia kecil. Ia mencintai daerah pertanian, terutama kuda-kuda yang ia lihat di sana. Ia sendiri tidak memiliki kuda. Orang tuanya bukanlah orang berada. Ketertarikan Monty kecil pada kuda tercermin pada karangan yang ia buat sebagai tugas sekolah. Ia menulis bagaimana Monty dewasa akan memiliki peternakan luas dengan kuda-kuda balap hebat. Guru Monty kecewa dengan karangan itu. Ia memberi nilai F pada Monty karena ia berpikir Monty keterlaluan dalam berkhayal. Sang guru memberi Monty kesempatan untuk membuat karangan lain yang lebih riil dan ia berjanji memberi nilai baik untuk karangan itu.
It's SHOWTIME!
128
Monty bergeming. Ia berkata dengan penuh keyakinan bahwa sang guru boleh memberikan nilai F dan ia boleh yakin dengan apa yang ia impikan (dalam karangan tadi). Akhirnya ia mendapat nilai F.. dan setelah dewasa ia mendapatkan peternakan luas impiannya plus kudakuda balap hebat yang ada di dalamnya. Kita bisa mengenal Monty Roberts lebih jauh melalui www.montyroberts.com. Darren LaCroix adalah salah satu pembicara publik yang menjadi rujukan bagi saya. Ia sangat terkenal dengan humor-humor segarnya. Darren memang berlatar belakang seorang stand-up comedian sebelum menekuni profesi sebagai pembicara publik di bidang bisnis. Ia juga bisa kita jadikan contoh bahwa dalam mewujudkan impian KITA adalah pihak satu-satunya yang harus percaya bahwa mimpi itu bisa kita jadikan kenyataan. Darren suka berkunjung ke pub-pub dimana stand-up comedy ditampilkan. Ia berpikir bahwa para comics itu sangat hebat. Hidupnya mulai berubah ketika suatu kali ia mendengarkan Bryan Tracy, seorang motivator terkenal, di radio mobilnya. Bryan Tracy menanyakan, “Apa yang akan kamu impikan bila tahu kamu tidak akan pernah gagal?”“Menjadi seorang comics.” Kalimat itu tiba-tiba muncul di benak Darren. Ia bayangkan betapa keren bisa berdiri di depan banyak orang dan membuat orang lain terhibur (kemudian mendapatkan bayaran besar setelahnya). Ia bawa pulang impian itu dan ia ungkapkan kepada orang tuanya. Orang tuanya mencoba membuat Darren sadar bahwa ia sama sekali tidak punya bakat untuk menjadi lucu. Mereka membandingkan Darren (yang belum lucu) dengan seorang Jerry Seinfield, stand-up comedian yang saat itu sedang menjalani puncak karirnya. Orang tua Darren LaCroix tidak percaya bahwa ia bisa mewujudkan impiannya karena mereka pikir mereka mengenal seperti apa Darren. Itu tidak
It's SHOWTIME!
129
penting. Yang terpenting adalah Darren SENDIRI mempercayai bahwa ia bisa mewujudkan impian itu. Ia benar. Ia bisa. Ia telah menjadi seorang stand-up comedian yang terkenal sebelum akhirnya memilih menjadi public speaker di bidang bisnis dengan ciri khas humor-humornya. Orang lain boleh tidak percaya dengan impian kita.. tetapi bisakah kita SENDIRI mempercayai impian itu?
Memberi Bahan Bakar Impian Kita adalah mahluk sosial. Dalam lingkaran sosial terkecil kita mempunyai keluarga yang kita dukung sementara mereka juga mendukung kesuksesan kita. Terlepas dari kemungkinan apakah mereka bisa ikut mempercayai impian kita atau tidak, kita masih bisa menggunakan mereka sebagai tambahan “bahan bakar” mencapai impian. Caranya? Ingat kembali wajah-wajah orang yang paling berarti di dalam hidup kita. Tatap dengan jelas raut wajah mereka yang mengharapkan halhal terbaik dari diri kita. Mereka mungkin adalah orang tua kita, pasangan kita, anak-anak kita, atau bahkan seseorang yang begitu mempunyai arti dalam hidup kita. Apakah mereka akan bahagia bila kita berhasil menjadi yang terbaik pada apapun yang kita lakukan dan kita mendapatkan imbalan yang setara atas keberhasilan itu? Ya. Mereka akan bangga dan bahagia sekali. Rekam kebahagiaan dan kebanggaan mereka sekarang dan simpan itu baik-baik di benak kita.. di hati kita.
It's SHOWTIME!
130
Berjanjilah kepada mereka bahwa kita tidak akan pernah mengecewakan mereka. Berjanjilah bahwa kita akan membuat bangga mereka dengan apa yang akan kita capai. Ya. Mungkin mereka memang menerima diri kita apa adanya (seperti keinginan kita) tetapi, yakinlah, bahwa mereka akan sangat termuliakan apabila kita berhasil mewujudkan impian kita. Jadikan itu penyemangat. Genggam itu sebagai bahan bakar impian kita. Bagi saya, ibu adalah sumber inspirasi yang luar biasa. Kendati ibu saya sudah meninggal, saya berjanji untuk mewujudkan semua impian saya dan impian beliau. Saya yakin itu akan menjadi doa baik bagi ibunda saya di alam sana.
It's SHOWTIME!
131
“Emosi-emosi Anda adalah budak dari pikiran-pikiran Anda.. dan Anda adalah budak dari emosi-emosi Anda.” Elisabeth Gilbert
BAB 11 MODAL DASAR KE 2: KECERDASAN EMOSIONAL Pernahkah kita membuat sebuah resolusi tahun baru? Ada berapa di antara kita yang benar-benar mampu menjadikan resolusi tersebut suatu pencapaian? Betul sekali. Tidak banyak. Mengapa demikian mudah kita membuat suatu resolusi atau janji dan kemudian lebih mudah pula mengabaikan resolusi itu? Mengapa banyak orang yang memutuskan untuk mengurangi berat badan dan kemudian justru mengalami penambahan berat badan? Kenapa banyak orang yang berjanji untuk berhenti merokok dan kemudian malah menambah jumlah batang rokok yang ia habiskan? Itu semua karena kita mempunyai seekor gajah di dalam kepala kita. Nah lho?!
It's SHOWTIME!
132
Seperti yang dituturkan oleh Jonathan Haidt dalam bukunya, The Happiness Hypothesis, di dalam diri kita ada kekuatan hebat seumpama seekor gajah. Selain itu, di dalam diri kita juga ada seorang penunggang gajah yang siap mengarahkan sang gajah untuk melakukan hal-hal yang berguna. Penunggang gajah itu adalah otak rasional kita, otak pikir kita, dan gajah itu adalah emosi kita. Penunggang gajah selalu tampak berkuasa dan mampu menunggangi gajah ke arah yang ia inginkan. Kenyataan yang lebih tepat adalah, sang gajah tetap mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada sang penunggang. Bila sang gajah mogok atau mempunyai kepentingan sendiri sehingga ia tidak mau menuruti sang penunggang, maka sang penunggang akan ada dalam masalah besar. Kita bisa jadi telah menuliskan visi personal kita dan kitapun telah menjadikan hasilnya sebagi sebuah impian yang begitu indah. Bila sang gajah, emosi kita, tidak mau bekerja sama dengan kita maka impian itu hanya akan menjadi lamunan. Sebaliknya, seandainya kita mampu mendidik penunggang gajah untuk lebih kompeten, lebih mampu, dalam mengelola sang gajah, maka kemungkinan besar impian itu akan mudah kita jadikan sebuah kenyataan. Untuk mampu melakukan itu semua, kita perlu suatu kecerdasan emosional alias emotional intelligence (EI).
Berkenalan Emosional
Dengan
Kecerdasan
Apa sih kecerdasan emosional alias emotional intelligence itu? Secara sederhana kecerdasan emosional bisa dipahami sebagai sebuah kemampuan untuk mengembangkan alternatif-alternatif tindakan yang
It's SHOWTIME!
133
produktif sebagai respon atas letupan (atau bahkan luapan) emosi dalam diri kita. Deadline untuk mengumpulkan laporan bulanan sudah amat dekat dan kita sedang menunggu bagian laporan yang sedang dikerjakan oleh rekan kita. Tanpa bagian itu kita tidak akan mampu menyelesaikan laporan kita. Sampai batas waktu yang bisa kita berikan toleransi, rekan kerja kita tak kunjung menyelesaikan laporan tadi. Ternyata ia tidak ada di tempat sedari pagi. Ia ijin dengan alasan keluarga sementara laporan yang mestinya ia selesaikan hari itu tergeletak di atas mejanya. Sebagian besar dari kita, akan mengomel atau bahkan memaki perilaku rekan kerja kita tadi. Kita akan terjebak dalam luapan emosi yang sangat tidak mengenakkan. Itu akan kita bawa terus sampai rumah atau bahkan sampai keesokan harinya ketika kita kembali bekerja. Akan ada banyak pihak yang akan terimbas oleh luapan amarah kita. Apalagi bila kemudian atasan kita ikut menambahkan “bensin” ke dalam amarah kita. Ya. Kejadian itu bisa mengacaukan pekerjaan kita selama berhari-hari.. bila kita tidak cerdas secara emosional. Secara ideal, pada situasi di atas tidak perlu ada perdebatan tentang kesalahan rekan kerja kita tadi. Ia memang salah. Di sisi lain, kenyataan bahwa dia memang bersalah tidak akan bisa membantu kita menyelesaikan laporan tadi dan kita berada di ujung masalah. Atasan kita bisa marah besar, termasuk pada kita. Seorang yang cerdas secara emosional dengan cepat akan mampu menguasai diri dan mengembangkan alternatif-alternatif tindakan yang produktif dalam situasi seperti itu. Ia tak luput dari perasaan jengkel, kesal, atau marah tetapi ia bisa menyalurkan perasaan-
It's SHOWTIME!
134
perasaan itu ke arah tindakan-tindakan yang produktif. Sangat mungkin ia tetap akan mendapat masalah dengan laporannya dan mesti menghadapi kemarahan sang atasan. Yang jelas, seorang dengan kecerdasan emosional yang relatif tinggi akan tetap fokus pada tujuan akhir yang diinginkannya dan mengambil tindakan yang diperlukan. Kemudian ia tidak akan dikuasai oleh ledakan emosinya alias tidak pontang-panting dibawa lari sang gajah. Hasilnya, ia tetap akan tampil sebagai pemenang. Masalah kesalahan sang rekan kerja tadi? Dia bisa membicarakannya secara baik keesokan harinya. Bagaimana kita bisa mendapatkan kualitas kecerdasan emosi seperti itu?
Model Kecerdasan Emosional Oleh Six Seconds Ada beberapa model kecerdasan emosional yang bisa kita gunakan sebagai pola pengembangan EI, termasuk model populer, five domains, yang diajukan oleh Daniel Goleman. Ijinkan saya memilih model yang dikembangkan oleh Six Seconds (periksa www.6seconds.org) karena saya merupakan salah satu alumni lembaga pengembangan kecerdasan emosional tersebut. Six seconds memperkenalkan kecerdasan emosional dalam 123 KCG Model.KCG adalah sebuah tahapan untuk mengembangkan kecerdasan emosional, yaitu know yourself (mengenali diri), choose yourself (memilih alternatif tindakan), dan give yourself (memutuskan tindakan terbaik).
It's SHOWTIME!
135
Kita selami satu persatu tahapan dari 123 KCG Model tadi.
Know Yourself (Mengenali Diri) Perasaan adalah cara kita mengukur tingkat penerimaan kita terhadap sesuatu yang sedang ada di hadapan kita, termasuk juga sebuah situasi seperti pada contoh di awal tadi. Perasaan memberi tahu kita bahwa kita suka, tidak suka, sangat suka, benci, terganggu, atau netral terhadap sesuatu. Perasaan bisa dipicu oleh suatu pemikiran atau suatu tindakan yang tertangkap oleh panca indera kita, terutama mata dan telinga. Kemudian, perasaan tersebut mendorong kita untuk melakukan suatu bentuk tindakan. Disinilah titik kritisnya. Tindakan ada dua jenis, yaitu aktif dan re-aktif. Kedua jenis tindakan tadi akan saya jelaskan pada bagian Choose Yourself. Untuk mengembangkan kemampuan kita mengenali diri, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Hal yang pertama adalah: Memperkaya perbendaharaan kata yang terkait dengan perasaan. Sederhananya seperti ini: selama ini bila kita merasa tidak senang dengan suatu keadaan atau sikap seseorang, kita cenderung menggunakan kata ‘marah’ untuk menjelaskan perasaan itu. “Sikapnya itu lhoh yang membuat aku MARAH.” Seperti itu contohnya. Dalam situasi seperti itu, apabila kita mempunyai kosa rasa (bandingkan dengan kosa kata) yang luas, kita bisa menggunakan kata yang lebih rendah intensitasnya. Perhatikan contoh: “Sikap yang ia tunjukkan membuat aku merasa tidak NYAMAN.” Bisa kita
It's SHOWTIME!
136
bayangkan, respon tubuh kita terhadap kata ‘marah’ dan terhadap kata ‘tidak nyaman’. Tentu saja menggunakan kata ‘tidak nyaman’ memberi tekanan yang jauh lebih ringan kepada tubuh kita sehingga lebih mudah bagi kita untuk mengendalikan diri. Trik menggunakan kata dengan intensitas rendah untuk perasaanperasaan yang tidak menyenangkan (marah, duka, dll) akan sangat membantu kita. Sayang sekali pada saat ini lebih sering kita melihat orang yang justru menggunakan kata yang intensitasnya lebih tinggi ketika mengalami perasaan yang tidak menyenangkan. “Saya GALAU.” Itu salah satu contohnya. Penggunaan kata yang mempunyai intensitas tinggi bisa kita gunakan untuk perasaan-perasaan yang menyenangkan. Perhatikan contoh:“Aku senang sekali pagi ini.” Untuk mendapatkan efek yang lebih kuat dari perasaan enak tadi kita bisa menggunakan kata ‘bahagia’ untuk menggantikan ‘senang’ karena intensitas rasa bahagia itu lebih tinggi. “Aku bahagia sekali pagi ini.” Bisa dirasakan bedanya? Perbanyak kosa rasa kita agar kita bisa lebih mengendalikan diri serta perasaan-perasaan kita. Hal yang kedua adalah: Belajar mendisiplinkan pikiran untuk berpikir netral pada situasisituasi yang menguras emosi. Kembali pada contoh rekan yang teledor tadi. Ketika kita berada dalam situasi terdampak oleh keteledoran seseorang, maka, kemungkinan besar, pikiran kita akan menggunakan kalimat serupa ini, “Dia sangat menjengkelkan. Dia telah membuat saya mendapat masalah.” Bagaimana kita bisa bersikap netral? Hindari menggunakan kata-kata subyektif dan reaksional. Sebagai
It's SHOWTIME!
137
gantinya, gunakan kata-kata yang mengungkapkan detail tindakan. Perhatikan ini: “Dia belum menyelesaikan tugas-tugasnya padahal hari ini adalah hari terakhir pengumpulan laporan.” Lihat bagaimana kita mengganti kata ‘menjengkelkan’ yang subyektif dan reaksional dengan kalimat yang menjelaskan detail sebuah tindakan. Disini kita menggunakan kata ‘mendisiplinkan’ karena hal di atas bukan hal yang mudah. Kita sudah terbiasa bersikap subyektif dan reaksional sejak kecil. Tanpa disiplin yang kuat, akan sulit bagi kita untuk mengubah pola berpikir ke arah yang lebih baik. Hal yang ketiga adalah: Belajar secara cepat mengenali sinyal-sinyal fisik yang mengarah kepada situasi dimana kita kehilangan kendali atas diri kita. Pernah bukan kita tenggelam dalam luapan emosi (entah dalam luapan perasaan yang mengenakkan maupun yang tidak enak) dan kemudian kita melakukan hal-hal yang kita anggap konyol, bodoh, dan membuat kita menyesal? Itulah situasi hilang kendali atas diri kita. Dalam dunia kecerdasan emosi, kita mengenal situasi hilang kendali atas diri kita itu sebagai sebuah pembajakan emosional (emotional hijack). Mengenali sinyal-sinyal fisik seperti dada berdegup kencang, perubahan pola bernafas, perasaan panas pada sebagian tubuh, keringat dingin, dan lain sebagainya, akan memungkinkan kita menyadari apa yang sedang terjadi dalam diri kita dan apa yang akan terjadi bila kita semakin lama dalam keadaan itu. Setelah kita menyadari semua itu, kita bisa mengambil tindakan aktif untuk menetralisir gejala-gejala fisik tadi. Kita bisa mulai mengatur nafas, melakukan gerakan-gerakan ringan untuk merilekskan tubuh, berhitung mundur dari angka 10 agar pikiran tegang kita teralihkan,
It's SHOWTIME!
138
dan lain sebagainya. Intinya kita mendahului dengan mengendalikan diri dan mencegat luapan emosi kita agar tidak membajak diri kita. Mengenali diri memang bukan melulu seperti apa yang diungkapkan oleh para filsuf, yaitu dengan merenungkan siapa diri kita sejatinya. Dalam dunia kecerdasan emosi, mengenali diri berarti mengerti reaksi-reaksi atau sinyal-sinyal emosi yang kita miliki. Mengenali semua itu, akan membuat kita mampu secara aktif menentukan tindakan apa yang bisa kita lakukan agar kita tidak kehilangan kendali, agar emosi kita tidak meluap di luar kontrol. Ingat dengan sang penunggang gajah? Dengan mengenali sinyal-sinyal tadi, sang penunggang gajah akan mempunyai waktu untuk mengarahkan sang gajah ke tahap selanjutnya, choose yourself.
Choose Yourself (Memilih Tindakan) Seperti yang tercermin dari nama tahap ini, memilih tindakan, kita diharap bisa mengembangkan beberapa alternatif tindakan dari satu situasi yang kita hadapi. Kembali ke contoh dimana rekan kerja kita tidak masuk, tidak mengerjakan laporannya, tidak memberitahukan hal itu kepada kita, dan menyebabkan pekerjaan kita terhambat. Kita bisa mengembangkan alternatif tindakan seperti: 1. Menelpon dia dan memintanya masuk untuk mengerjakan tugas itu 2. Lapor kepada bos tentang keteledoran teman tadi 3. Marah-marah agar semua orang tahu teman tadi tidak bertanggung jawab atas tugasnya
It's SHOWTIME!
139
4. Memeriksa tugas yang terbengkalai dan melihat kemungkinan untuk bisa kita kerjakan, sambil mendiskusikan jalan keluar terbaik dengan atasan atau rekan kerja lain Kurang lebih kita bisa mengembangkan alternatif-alternatif tindakan seperti itu. Apapun yang kita kembangkan dan pilih acuannya hanya satu: tindakan yang paling positif, produktif, dan minimum konflik yang tidak diperlukan. Apakah melakukan hal seperti di atas mudah? Ini, lagi-lagi, bukan tentang mudah atau susah. Ini lebih kepada seberapa kuat keinginan kita untuk selalu menjadi ‘penguasa’ atas diri kita sendiri alias tidak dijajah emosi. Semakin sering ‘gajah’ kita berlari menyeret kita kesana kemari tanpa mampu kita kendalikan, semakin banyak kerugian yang akan kita alami. Kita juga semakin jauh dari tujuan kita untuk menjadi seorang SHOW TIME! performer. Menyadari atau mengenali apa yang sedang terjadi dalam diri kita akan cukup memperlambat sang ‘gajah’ sekaligus memberi waktu jeda yang cukup bagi si ‘penunggang gajah’ untuk kembali mengambil alih kendali. Ada banyak sekali alternatif tindakan yang bisa dengan sadar kita kembangkan pada saat kita sedang menghadapi satu situasi. Tindakantindakan tersebut bisa kita sebut sebagai tindakan yang aktif, bukan re-aktif. Tindakan re-aktif adalah tindakan yang sepenuhnya bersandar pada dorongan emosional tanpa adanya pertimbangan-pertimbangan rasional. Sebagai akibatnya, kita sering menyesali tindakan tersebut setelah terjadi. Sebaliknya, tindakan aktif adalah sebuah tindakan alternatif yang kita kembangkan melalui proses pemikiran yang jernih sehingga kita bisa mengontrol hasilnya.
It's SHOWTIME!
140
Sekali lagi, kemampuan kita untuk mengambil jeda di tengah-tengah luapan emosi sangat penting dalam tahapan choose yourself. Ini akan memberi kita waktu untuk mulai berpikir. Dari proses berpikir itu, otak rasional bisa mengembangkan sebanyak mungkin alternatif perilaku dan tindakan yang bisa membawa kita pada suatu keadaan yang lebih baik. Alternatif-alternatif tindakan tadi merujuk kepada tujuan besar kita sebagai seorang manusia, seperti yang dijelaskan dalam tahap give yourself berikut ini.
Give Yourself (Memutuskan Tindakan Terbaik) Kita tidak akan hidup di dunia ini selamanya. Itu fakta. Di sisi lain kita juga memiliki pilihan terkait fakta tersebut. Pilihan pertama adalah kita dan segala sesuatu tentang diri kita akan dilupakan oleh orang lain, termasuk orang-orang terdekat kita, setelah kita tiada. Pilihan kedua adalah kita akan dikenang dan terus mengispirasi orang lain, terutama mereka yang kita sayangi, meskipun kita telah tiada. Pilihan ada di tangan kita dan pilihan saya pribadi adalah yang ke 2. Sebagai manusia, tentu saja, kita kelak ingin dikenang sebagai sosok tertentu. Mungkin kita ingin dikenang sebagai seorang yang menjunjung tinggi kebenaran, rasa adil, kasih sayang, kekeluargaan, keutamaan, atau nilai-nilai yang lain. Itu semua adalah suatu hal yang jauh lebih mulia dari keadaan kita saat ini. Sebuah tujuan besar sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjalankan misi tertentu di dunia ini.
It's SHOWTIME!
141
Mungkin hal di atas kelihatan sulit, namun sebenarnya sangat sederhana. Itu hanya sekedar menentukan seperti apa diri kita yang terbaik. Ya. Seandainya diri kita hanya dipenuhi dengan nilai-nilai serta sikap luhur, kira-kita seperti apa diri kita? Coba lengkapi kalimat berikut untuk menentukan diri terbaik kita: Saya adalah seorang pria/wanita yang selalu.. 1. Menyukai persahabatan (contoh) 2. Riang dan mempunyai selera humor yang baik (contoh) 3. Bersikap demokratis (contoh) 4. Kreatif mencari solusi (contoh) 5. ... 6. ... 7. ... 8. ... 9. ... 10. ... Salah satu tokoh dunia yang sangat terkenal dengan nilai-nilai dirinya adalah Benjamin Franklin, salah satu sosok yang membesarkan Amerika dan salah satu ilmuwan yang terkenal di dunia (terutama di bidang kelistrikan). Ia menuliskan 13 nilai yang ia harus wujudkan dalam kesehariannya tanpa peduli apa yang sedang ia alami. Beberapa dari nilai-nilai itu adalah apapun yang ia hadapi ia akan selalu
It's SHOWTIME!
142
mengedepankan penyelesaian masalah dengan baik, menghindari buang-buang waktu untuk urusan yang tidak memberi nilai tambah dalam hidup, serta mengedepankan kejernihan akal. Tidak mengherankan Benjamin Franklin bisa menjadi salah satu tokoh paling penting dalam sejarah negara Amerika dan dunia apabila kita melihat komitmennya terhadap implementasi nilai-nilai luhur yang ia tentukan. Setelah kita menentukan nilai dan sikap luhur diri kita, maka kita telah mempunyai satu kompas yang bisa kita jadikan rujukan dalam memilih sikap, perilaku, dan tindakan kita dalam situasi-situasi penting serta menentukan. Pertanyaan-pertanyaan berikut akan selalu memagari pilihan tindakan yang kita lakukan: Apakah ini sesuai dengan nilai serta sikap luhur yang saya pilih? Apakah tindakan ini bisa membuat saya dilihat sebagai pribadi yang saya inginkan? Dari jawaban atas dua pertanyaan tadi, kita bisa memutuskan tindakan mana yang akan kita ambil. Tentu saja, harapan kita adalah tindakan tersebut bisa sesuai dengan nilai-nilai luhur yang sudah kita tetapkan sehingga kita dan orang lain bisa mendapatkan manfaat terbaik dari pilihan-pilihan tindakan tadi. Eh.. bukankah (sebagian) nilai-nilai luhur ini juga sudah kita buat ketika kita menyusun visi personal kita? Yes! Tepat sekali. Sebaiknya nilai-nilai luhur ini terintegrasi kuat ke dalam visi personal kita karena visi personal memang merupakan sebuah pernyataan tentang siapa diri kita dan apa yang kita lakukan.
It's SHOWTIME!
143
“Penampilan, sikap, dan kepercayaan diri Anda menunjukkan seperti apa diri Anda.” Lorii Myers
BAB 12 MODAL DASAR 3: PENAMPILAN SHOW TIME! PERFORMER Salah satu dari nilai diri yang dipilih oleh Benjamin Franklin adalah bahwa dalam situasi apapun dia akan selalu menampilkan, secara jasmani, sisi terbaik dari dirinya. Itu artinya ia akan tampil bersih, rapi, ceria, bersemangat, dan lain sebagainya. Sadar atau tidak, Benjamin Franklin telah mengambil suatu keputusan yang kemudian terbukti benar. Bukti itu bukan saja berupa prestasi-prestasi yang diraih Benjamin Franklin, tetapi juga apa yang ditemukan oleh para pakar perilaku abad modern. Beberapa pakar perilaku modern telah melakukan riset panjang tentang keterkaitan penampilan fisik dengan keberuntungan seseorang. Mereka melihat bahwa seseorang yang mempunyai penampilan fisik yang baik cenderung lebih beruntung dalam hal karir, keuangan, dan hubungan sosial. Pada awalnya mereka mengira bahwa ini hanya
It's SHOWTIME!
144
suatu kebetulan, tetapi setelah riset dilakukan ternyata data dilapangan cenderung mendukung hal tersebut. Salah satu ilmuwan tersebut adalah Dr. Gordon Patzer yang mendedikasikan hampir 30 tahun untuk meneliti hal di atas. Dr. Gordon Patzer berkesimpulan bahwa ada asumsi bawah sadar yang tertanam begitu kuat dalam benak manusia yang cenderung menyatakan bahwa mereka yang berpenampilan baik mempunyai banyak kelebihan. Inilah mengapa di antara dua orang pintar, jujur, dan baik, dalam promosi cenderung yang mendapatkan adalah yang secara penampilan lebih baik. Ini memang tidak fair, tetapi ini, sekali lagi, adalah asumsi bawah sadar yang tertanam kuat. Suatu asumsi, terlepas dari benar tidaknya, adalah suatu hal nyata yang mesti kita hadapi dalam keseharian. Akan sangat menghabiskan energi apabila kita mencoba melawan asumsi besar ini. Lebih baik dan produktif bagi kita untuk berusaha tampil baik sehingga kita justru bisa mengambil keuntungan dari adanya asumsi tadi. Penampilan diri yang baik tentu saja diawali dari wajah.
Wajah Positif Kita tidak sedang membicarakan bahwa kita harus cantik atau tampan bila ingin beruntung. Tidak sama sekali. Penampilan diri yang baik diawali dari wajah mempunyai maksud bagaimana wajah kita bisa mencerminkan kualitas baik diri kita.“Wajah yang bersinar.” Begitu kata kebanyakan orang.
It's SHOWTIME!
145
Optimisme, semangat, kepercayaan diri, dan ketenangan adalah beberapa kualitas diri yang perlu kita cerminkan keluar. Cukup sulit untuk secara detil menjelaskan ciri-ciri visual wajah yang positif ini. Secara garis besar, wajah positif selalu menampilkan segaris senyum (yang tidak berlebihan) dan ditunjang dengan sorot mata yang menyiratkan kepercayaan diri. Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat wajah positif kita di depan cermin. Berdirilah di depan cermin. Pastikan ruang tempat kita berada mempunyai penerangan yang baik (pasti akan sangat menyulitkan apabila kita bercermin dalam keadaan gelap, bukan?). Berdirilah tegap dengan menyejajarkan kepala, badan, dan bagian kaki kita, seakan kita adalah sebuah tiang yang lurus. Rilekskan semua otot serta sendi sambil mempertahankan ketegapan postur kita. Menghirup nafas dalam-dalam selama 2 atau 3 hitungan melalui hidung dan mengeluarkannya perlahan-lahan melalui mulut bisa sangat membantu kita untuk rileks. Pastikan kita tidak menekan perut dan dada kita agar udara bisa leluasa memenuhi tubuh kita. Sekarang berpura-puralah seakan-akan optimisme, semangat, kebahagiaan, dan kepercayaan diri yang luar biasa memenuhi diri kita. Pancarkan optimisme, semangat, kebahagiaan, dan kepercayaan diri itu melalui wajah dan senyum kita. Lakukan berulang-ulang sampai kita merasa benar-benar nyaman dengan apa yang kita lihat. Lihat ke dalam cermin. Nah, itulah wajah positif yang perlu kita tampilkan sesering mungkin. Wajah yang positif bukan saja membuat orang lain berpikir positif tentang diri kita tetapi juga bisa membantu daya tahan serta semangat kerja kita. Wajah positif juga akan mampu membantu mood baik bisa lebih lama kita rasakan. Dengan daya tahan, semangat kerja, serta mood baik yang kita miliki, pasti akan lebih mudah bagi kita untuk menghadirkan kualitas kerja yang prima.
It's SHOWTIME!
146
Postur Berdaya Bayangkan kita sedang tergolek lemah di pembaringan karena influensa yang menyiksa. Ini adalah hari kedua kita tidak bekerja, cuti berbekal surat keterang sakit dari dokter. Sakit selalu membosankan, kecuali bagi mereka yang memang hobi. Untuk menghibur diri, kita nyalakan televisi yang ada di kamar kita dan kita melihat sebuah acara musik yang disponsori oleh satu bank nasional terkenal. Tak terasa kita terlarut dalam tontonan tersebut dan tibalah kita pada bagian dimana pejabat bank naik panggung dengan ditemani oleh seorang notaris. Ia akan memilih satu pemenang undian program promosi dimana hadiah utamanya adalah sebuah mobil mewah, Toyota Alphard. Tiba-tiba kita ingat bahwa kita adalah salah satu nasabah dari bank itu. Singkat cerita, ternyata pejabat bank itu menyebutkan nama serta nomor rekening kita sebagai pemenang. Kita terperanjat. Segera tegak berdiri dan mendekatkan diri ke televisi tersebut. Sang pejabat bank mengulangi pembacaan nama pemenang yang diikuti running text dimana nama, nomor rekening, dan alamat lengkap kita terbaca di sana. Kita melonjak-lonjak kegirangan dan, tiba-tiba, sembuh dari deraan influensa. Masuk akal? Ilustrasi di atas 100% masuk akal. Luapan kegembiraan (atau emosi lain dengan intensitas tinggi) bisa menggerakkan tubuh untuk melakukan sikap tertentu dan kemudian menghilangkan derita jasmaniah kita. Pertanyaannya sekarang adalah: apakah perasaan mempengaruhi sikap tubuh ataukah sebaliknya?
It's SHOWTIME!
147
Dua-duanya benar. Itu artinya kita bisa mengubah sensasi perasaan kita dengan mengubah sikap tubuh kita. Bila kita ingin merasa lebih bahagia, atur postur tubuh kita sebagaimana postur tubuh seorang yang sedang bahagia. Kalau kita ingin merasakan tambahan semangat, tata postur tubuh kita layaknya postur tubuh orang yang sedang sangat bersemangat.. dan seterusnya. Pendek kata, kita bisa menjadi lebih berdaya apabila tubuh kita menunjukkan sikap berdaya. Pengetahuan ini luar biasa bagi kehidupan dan pekerjaan kita. Semakin sering kita membiasakan diri kita untuk menampilkan sikap tubuh yang berdaya, maka semakin sering pulalah kita merasa mampu, merasa bisa. Ini kemudian akan bermuara pada kualitas kerja kita. Semula nilai kerja kita mungkin hanya 6 dari nilai sempurna 10. Dengan bantuan sikap tubuh yang senantiasa berdaya, kita akan mampu meningkatkannya menjadi 6.5, 7, 8, dan seterusnya. Kurang yakin? Mudah saja. Tampilkan sikap berdaya melalui tubuh kita dan buktikan sendiri efeknya.
Bergeraklah Seolah-Olah Pada bagian sebelum ini kita membicarakan tentang sikap tubuh. Sekarang kita membicarakan gerakan-gerakan kita. Gerakan ini meliputi cara kita menggerakkan tangan kita berbicara, cara kita berjalan, berjabat tangan, dan lain sebagainya. Kita akan belajar bagaimana orang-orang yang sukses menggerakkan tubuh mereka ketika bicara, berjalan, atau berjabat tangan. Saya bertanya, “Siapa saja orang sukses yang Anda ketahui?” Apa jawabannya? Nah, apakah kita tahu bahwa orang-orang sukses itu mempunyai pola-pola gerakan khusus ketika bicara dan lain
It's SHOWTIME!
148
sebagainya? Apakah kita juga tahu seperti apa persisnya pola-pola itu? Agar kita mengalami kesuksesan, kita bisa meniru pola-pola gerakan tubuh yang mereka miliki. Mudah? Tentu saja tidak mudah. Banyak sekali penyebabnya sehingga kita tidak bisa meniru gerakan orang-orang yang kita anggap sukses itu. Mungkin karena kita belum pernah bertemu langsung dengan mereka, karena kita tidak pernah memperhatikannya dan lain sebagainya. Kalau begitu, apa cara yang paling mudah agar kita mampu mengatur pola gerakan tubuh kita sesuai gerakan tubuh orang-orang sukses? Ada dan mudah sekali. Berpura-puralah bahwa kita adalah orang-orang sukses itu dan bergeraklah seakan-akan kita adalah mereka. Ya. Sesederhana itu memang. Memang sangat baik apabila kita bisa mempelajari dengan cukup detil bagaimana mereka bicara, berjalan, bergerak, dan lain sebagainya. Di sisi lain, dengan bertindak seakanakan kita adalah mereka atau kita sudah sesukses mereka akan lebih mudah lagi. Hasilnyapun akan sangat bagus, bagus sekali. Nah.. saya yakin ada di antara kita yang kemudian bertanya, “Apakah kita kemudian akan mengalami pencapaian yang sama dengan orang yang kita bayangkan itu?” Bila kita membayangkan seorang yang sudah demikian sukses dan meniru gerak-geriknya, seakan-akan kita adalah dia, apakah kemudian kita langsung mampu meraih kesuksesan seperti kesuksesannya? Bukan. Bukan seperti itu cara kerjanya. Apa yang akan kita dapat adalah aliran semangat, energi, dan keteguhan determinasi yang serupa dengan yang ia miliki. Dengan demikian tentu kita akan
It's SHOWTIME!
149
mendapatkan manfaat yang signifikan dari aliran semangat, energi, dan lain sebagainya tadi. Semangat, antusiasme, determinasi, dan kondisi pikiran seseorang sangat berpengaruh dalam suatu pencapaian prestasi. Seandainya kita bersedia melihat hasil kerja harian kita, maka kita akan melihat adanya fluktuasi kualitas yang pada suatu saat sangat signifikan. Signifikan disini berarti bahwa ada beberapa waktu dimana kualitas serta kuantitas hasil kerja kita jauh di bawah rata-rata dan ada pula saat dimana hasil kerja kita menunjukkan lonjakan kualitas dan kuantitas yang sangat mencolok. Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi internal kita (semangat, antusiasme, determinasi, dan lain sebagainya). Kondisi internal itu mempengaruhi sikap dan gerak-gerik tubuh kita. Pada saat kondisi internal kita memburuk, sikap dan gerakgerik tubuh kita menjadi melemah. Sebaliknya pada waktu kondisi internal kita sedang positif, sikap dan gerak-gerik tubuh kita juga menjadi positif. Seperti yang sudah kita baca di atas, kabar baik dari hal itu adalah bahwa bukan hanya kondisi internal saja yang bisa mempengaruhi sikap serta gerak-gerik kita, namun sikap dan gerikgerik kitapun bisa mempengaruhi kondisi internal. Ini berarti, jika kita sedang merasa lemah atau negatif di dalam, sikap serta gerak-gerik tubuh kita yang positif bisa memperbaiki kondisi internal tadi. Sekarang kita telah mengerti apa yang kita harus lakukan apabila kita sedang merasa lelah, kurang bergairah, dan kehilangan semangat. Ya. Bertindaklah seakan-akan kita adalah orang yang sangat sukses, atlit yang sangat hebat, dan lain sebagainya, maka perasaan-perasaan tidak mengenakkan itu akan segera tergantikan dengan perasaan yang lebih berdaya.
It's SHOWTIME!
150
Kata Bermakna The map is not the territory (peta bukanlah wilayah) adalah satu istilah yang pertama kali dikenalkan oleh Alfred Korzybski untuk memudahkan penjelasan tentang bagaimana suatu dokumentasi tentang satu obyek tetap bukan merupakan perwakilan dari obyek sebenarnya. Gambar pohon bukanlah merupakan (perwakilan) dari pohon itu sendiri. Gambar adalah gambar. Pohon adalah pohon. Istilah tersebut di atas kemudian diadopsi oleh para pengembang Neuro Linguistic Programming (NLP) untuk menjadi salah satu asumsi dasar NLP. Dalam NLP the map is not the territory lebih menjelaskan tentang suatu kenyataan yang dialami atau diyakini oleh seseorang bukan merupakan kenyataan yang absolut. A dan B mengalami satu situasi yang sama. Situasi itu menjadi kenyataan bagi A dan B. Kenyataan menurut A dibuat berdasarkan pengetahuan, keyakinan, dan asumsi-asumsi lain yang A miliki. Demikian pula halnya dengan kenyataan yang dibuat oleh B. Kendati mereka mengalami satu situasi yang sama, selalu ada kemungkinan mereka melihat kenyataan yang berbeda. Itu tergantung kecenderungan yang dimiliki keduanya, termasuk kecenderungan dalam memilih kata-kata untuk menjelaskan situasi tersebut. Dalam menjalani hidup kita, kita membangun kenyataan-kenyataan yang kita jalani serta yakini dengan kata-kata. Kita menggambar peta kehidupan kita dengan kata-kata. Kata-kata itu kita gunakan dalam komunikasi dengan pihak di luar diri kita maupun dengan diri sendiri. Contoh sederhana dari hal ini adalah ketika dua orang karyawan secara tiba-tiba harus kehilangan pekerjaan mereka. Karyawan pertama mengkomunikasikan kejadian itu sebagai, “Ini awal baru
It's SHOWTIME!
151
dalam kehidupanku. Aku sekarang lebih bebas menentukan apa yang perlu aku lakukan untuk masa depanku. Aku pasti bisa memulai hal baru.” Karyawan kedua berkata, “Ini bencana. Aku baru saja kehilangan pekerjaanku. Bagaimana nasibku nanti? Ini buruk sekali.” Tidak butuh analisa berkepanjangan, kita pasti bisa memprediksi bagaimana perjalanan kehidupan dua karyawan itu selanjutnya. Kehidupan yang kita alami sekarang ini adalah hasil dari kata-kata seperti apa yang kita pilih. Ini adalah hasil kita memilih antara “aku pasti bisa” dengan “ini buruk sekali” seperti pada contoh sebelumnya. Memilih kata-kata yang positif akan membawa hasil yang positif dalam hidup kita. Cenderung kepada kata-kata yang negatif akan membawa hasil yang negatif pula, garbage in, garbage out (GIGO). Garbage in, garbage out (GIGO) adalah istilah yang banyak dikenal oleh komunitas teknologi informasi. Bila kita memasukkan data buruk ke dalam suatu proses komputer, maka kita juga akan mendapatkan hasil yang buruk pula. Inilah sebenarnya yang banyak terjadi dalam hidup kita. Karena mendapatkan kata-kata buruk itu lebih mudah, maka kita cenderung menggunakan jenis ini secara berlebihan sehingga hidup kitapun memburuk. Kata-kata buruk bukan selalu berupa makian. Itu bisa saja merupakan gerutu yang berkepanjangan, keluhan yang mendalam, pesimisme, sarkasme, dan lain sebagainya. Memang sangat sulit untuk benar-benar 100% menggunakan kata-kata yang menyiratkan nilai-nilai positif. Itu bukan berarti 60% atau 70% tidak cukup baik. Yang paling penting dalam hal ini adalah, secara bertahap kita perlu memperbaiki cara komunikasi kita dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain melalui penggunaan kata-kata yang lebih positif atau lebih berdaya. Memperbaiki kata-kata yang keluar dari mulut kita betul-betul akan membawa kita pada perbaikan kehidupan kita.
It's SHOWTIME!
152
Bahasa Yang Membentuk Kita “Kamu itu selalu sembrono.” Ada diantara kita yang dulu ketika kecil sering mendengarkan kalimat tersebut dikatakan oleh orang tua kita (dan ditujukan kepada kita)? Jika ada di antara kita yang mengalami hal itu, coba lihat diri kita sekarang. Apakah kita mengkategorikan diri kita sebagai seorang yang cenderung sembrono? Kemungkinan besar jawabannya adalah ya. Bagaimana bisa demikian? Seperti apa yang sudah kita bahas sebelumnya, kita membentuk hidup kita melalui kata-kata. Apapun yang paling sering diucapkan kepada kita akan terngiang di telinga dan nyangkut dalam otak kita. Melalui perjalanan waktu, otak kita membenarkan kata-kata itu dan mengendapkannya sebagai bagian dari bawah sadar kita. Akhirnya kitapun menjadi sosok yang mencerminkan kata-kata yang sering diucapkan oleh orang tua kita, atau siapa saja, tadi. Kita beruntung bila orang tua kita konsisten mengatakan bahwa kita ganteng, pintar, rajin, dan lain sebagainya. Waktu kecil saya suka membaca dongeng. Sebagian dongeng tersebut melibatkan adanya tukang sihir yang sakti. Para tukang sihir tadi mempunyai kekuatan untuk mengubah seseorang menjadi seekor katak. Itu saya pikir cukup masuk akal. Ingat bahwa seorang tukang sihir, jaman dahulu, sangat dipercaya mempunyai kekuatan tertentu oleh banyak orang. Jangankan orang kebanyakan, seorang rajapun juga sering mempercayai tukang sihir.
It's SHOWTIME!
153
Bayangkan bila kita sangat mempercayai bahwa seseorang mempunyai kekuatan tertentu dan kemudian orang itu mengatakan kepada kita, “Kamu jadi katak.” Alhasil kitapun merasa telah menjadi katak (tentu saja kalau jaman sekarang kita akan menjadi pasien rumah sakit jiwa karena menganggap diri kita adalah katak). Itulah kekuatan kata-kata (yang kita yakini). Apakah kita adalah seorang yang sembrono, rajin, pintar, atau bahkan menganggap diri kita seperti seekor katak sekalipun, kemungkinan merupakan hasil rekaman masa lalu yang nyangkut dalam bawah sadar kita. Kita demikian meyakini bahwa itu adalah porsi yang diberikan Tuhan kepada kita dan kita harus menerima. Padahal kalau kita mau berpikir, Tuhan Yang Maha Baik tentu saja membuat kita menjadi yang terbaik, bukan seorang yang sembrono. Kata-kata yang dikatakan untuk menilai kita (dan diulang-ulang) adalah yang membentuk kita kemudian. Kata-kata itu bukan selalu berasal dari orang lain. Terkadang kitapun sering membuat kesimpulan-kesimpulan yang kemudian bisa mendukung atau membebani kehidupan kita. Misal: baru putus cinta dua kali kita sudah berkesimpulan bahwa kita SELALU TIDAK beruntung dalam cinta. Atau: setelah dua kali ditegur oleh atasan karena melakukan suatu kesalahan (yang kita pikir merupakan “kesalahan biasa”) kemudian kita menyimpulkan bahwa kita tidak disukai oleh atasan kita tadi. Terlepas siapa yang mengucapkan kata-kata tentang diri kita, kita bisa membagi kata-kata itu ke dalam dua kategori. Untuk menjelaskannya, saya ingin kembali merujuk kepada para penyihir sakti dalam banyak dongeng tadi. Mereka, para penyihir itu, mempergunakan mantra untuk mengubah seseorang. Mantra dalam bahasa Inggris dikenal sebagai incantation. Menurut Anthony Robbins, ada dua jenis
It's SHOWTIME!
154
incantation yang bisa kita gunakan utnuk mengelompokkan kata-kata yang sering kita gunakan. Jenis pertama adalah in-CAN-tation. Lihat kata CAN yang dicetak kapital. Itu adalah penekanan dari jenis pertama incantation. Can mempunyai arti bisa atau bisa juga dipahami sebagai berdaya. Jadi kategori kata pertama adalah kata-kata yang bila sering kita ucapkan sehingga akhirnya meyakininya – akan membuat kita bisa atau berdaya untuk melakukan atau menjadi sesuatu. Contoh: kebiasaan mengucapakan “pasti ada celah yang bisa aku pergunakan dalam situasi ini” ketika kita menghadapi satu situasi yang sulit bisa dipastikan BERDAYA untuk menolong kita menemukan suatu solusi kreatif. Jenis kedua adalah in-CANT-ation. CANT atau can’t alias cannot mempunyai makna TIDAK bisa alias tidak berdaya. Kategori ini meliputi kata-kata apabila mengucapkannya membuat kita “terperangkap” dalam kesulitan atau ketidak berdayaan. Semisal: Mengatakan “saya pasti sakit apabila kecapaian” pada banyak kesempatan benar-benar akan membuat kita TIDAK BERDAYA bila harus bekerja sedikit lebih keras. Mungkin saja sampai saat ini kategori yang paling menonjol dalam hidup kita adalah in-CANT-ation yang dikatakan oleh orang-orang dekat kita di masa lalu. Bisa juga kita sendiri sudah sangat terbiasa menggunakan in-CANT-ation sebagai dalih atas suatu situasi yang tidak kita senangi. Yang perlu kita sadari adalah, bahwa kita mempunyai pilihan baru untuk hari esok. In-CAN-tation adalah pilihan yang lebih memberidayakan dan lebih produktif. Membiasakan diri berkata “saya perlu memperbaiki daya tahan saya agar bisa bekerja lebih baik” jauh lebih berguna dalam kehidupan kita daripada “saya pasti sakit apabila kecapaian” yang mungkin kita
It's SHOWTIME!
155
pilih selama ini. Terus menerus meyakini “it’s SHOW TIME! Saya pasti mampu member yang terbaik sehingga saya bisa mendapatkan yang terbaik” akan membawa manfaat luar biasa dibanding dengan “pekerjaan saya sangat membosankan” yang selama ini kita dengung-dengungkan. Kita bisa memilih yang lebih baik, untuk esok yang lebih baik.
Berdoa Sepanjang Waktu “These are my words.” “Our words were our songs.” “Our songs are our prayers.” “These prayers keep me strong.” “It’s what I believe.” Kata-kata itu diungkapkan John Bon Jovi dalam lagu In These Arms. John sangat benar. Kata-kata adalah doa. Pada waktu berdoa, mana yang lebih kita sukai: berdoa untuk medapat kebaikan atau mendapat keburukan? Betul sekali. Tentu kita lebih suka berdoa untuk mendapat kebaikan. Ketika berada dalam situasi sulit, berdoa (baca: berkata-kata) “saya bisa mendapatkan jalan keluar yang baik” akan menjadi doa yang ampuh. Dalam suatu keberhasilan, berdoa “ini adalah awal dari keberhasilan yang lebih besar” berpotensi menjadi doa yang mujarab, dan seterusnya.. dan seterusnya.
It's SHOWTIME!
156
Ketika melihat seseorang sedang menerima suatu keberhasilan, ikut berbahagia dan berdoa “semoga keberhasilan yang lebih besar bisa diperolehnya” juga akan menyiapkan diri kita untuk mengalami keberhasilan yang serupa. Berkata kepada seorang teman yang sedang melakukan pekerjaan besar “saya yakin kamu bisa menyelesaikan ini dengan sangat baik” merupakan doa baik pula untuk diri kita. Bagaimana mungkin? Ada kalanya beberapa hal lebih baik untuk diyakini saja daripada harus dijelaskan, dilogikakan, apalagi dipertentangkan. Jadi mari kita yakini saja sambil menganggap bahwa ini adalah sistem kemudahan yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah untuk kita. Yakin ya?
Belajar Bicara Dengan Membaca dan Menulis Judul sub-bab ini, belajar bicara dengan membaca dan menulis, bukan karena saya suka membaca dan menulis. Bukan itu. Saya membuat judul itu karena saya melihat bahwa bicara itu perlu dipelajari dan salah satu cara yang paling ampuh untuk mempelajarinya adalah dengan membaca dan menulis. Perhatikan kebanyakan dari orang-orang yang meraih keberhasilan di sekitar kita. Amati cara mereka berkomunikasi. Saya yakin kita akan mampu menarik kesimpulan bahwa banyak di antara mereka yang mempunyai kemampuan bertutur yang baik. Mereka bisa menjelaskan sesuatu dengan runtut dan gamblang. Mereka adalah orang-orang
It's SHOWTIME!
157
yang enak untuk didengarkan (walaupun mungkin mereka mengaku tidak PeDe bicara di depan publik). Kemampuan untuk menjelaskan sesuatu dengan runtut dan gamblang menunjukkan kemampuan mereka melihat sesuatu itu dalam otak mereka. Semakin jelas sesuatu dilihat oleh otak, semakin mudah tubuh kita bertidak untuk memperolehnya. Itulah kenapa orang yang berhasil rata-rata mempunyai kemampuan bertutur seperti itu. Kemampuan itu bisa kita peroleh bila kita mau belajar. Cara belajar yang paling baik adalah membaca dan menulis. Membaca akan memberi kita wawasan yang luas. Apa sih wawasan itu? Bagi saya pribadi wawasan mempunyai arti koleksi kosa kata serta kosa kalimat yang bisa kita gunakan dalam hidup. Semakin banyak kita membaca, semakin luas pula wawasan kita. Saat wawasan kita bertambah luas, kita akan mulai melihat sesuatu yang dulunya tidak terlihat oleh diri kita. Menulis adalah cara kita untuk mampu mengungkapkan apa yang ada dalam benak kita secara jelas. Kegiatan membaca akan membantu kita melihat sesuatu yang dulu tidak kita lihat. Menulis akan semakin memperjelas sesuatu itu. Menulis tidak harus selalu merupakan kegiatan menyusun artikel atau sejenisnya. Membuat rangkuman, menuliskan impian, corat-coret keinginan kita, menceritakan apa yang sudah kita baca dalam bentuk lain, dan lain sebagainya adalah merupakan kegiatan menulis juga. Itu akan sangat meningkatkan kemampuan berkomunikasi kita, kemampuan merangkai kata-kata. Tanpa kita sadari, kehidupan dan pekerjaan kita juga terpengaruh oleh peningkatan itu.
It's SHOWTIME!
158
BAGIAN 5 VITAMIN UNTUK SHOW TIME! PERFORMER Mengapa tubuh manusia memerlukan vitamin? Vitamin kita perlukan untuk membantu kita tumbuh, meningkatkan daya lawan tubuh terhadap penyakit, mengoptimalkan kerja otak syaraf, memperkuat sel-sel tubuh, serta membantu mengolah makanan menjadi energi. Intinya, vitamin kita perlukan agar tubuh bisa berfungsi secara optimal sehingga kita bukan sekedar hidup tetapi hidup sehat dan bermanfaat. Agar kita mampu mengolah potensi diri kita secara maksimal, selain modal dasar yang kita pelajari sebelumnya, kita juga
It's SHOWTIME!
159
memerlukan vitamin untuk memastikan potensi tadi tumbuh, menguat, dan berdaya guna.
It's SHOWTIME!
160
“Orang-orang optimis menyatakan bahwa kita sedang hidup dalam keadaan terbaik yang memungkinkan, dan para pesimis kuatir bahwa hal tersebut memang benar.” James Branch Cabell
BAB 13 VITAMIN KE 1: OPTIMISME Masalah adalah salah satu hal yang membuat pekerjaan kita menjadi menarik (atau menjengkelkan). Ada masalah yang berhubungan dengan sistem, rekan kerja, atasan, customer, dan lain sebagainya. Keberadaan masalah sering membuat seseorang uring-uringan tak karuan, mengunci pintu ruang dan enggan bertemu siapapun, menghabiskan waktu kerja untuk merokok daripada untuk mengasilkan sesuatu yang produktif, atau menghabiskan stok obat nyeri lambung dan sakit kepala di klinik kantor. Keberadaan masalah kerap kali membuat si pandai menjadi kehilangan kepandaiannya. Di luar itu semua, ternyata adanya masalah juga bisa membuat seseorang menjadi bintang. Kenapa? Sering membaca iklan lowongan kerja? Pasti kita sesekali pernah memperhatikan beberapa lowongan kerja yang kebetulan melintas di depan mata kita. Salah satu syarat yang paling sering diminta oleh perusahaan pemasang iklan lowongan kerja adalah bahwa pelamar harus mampu bekerja di bawah tekanan. Ini menarik. Selain memiliki
It's SHOWTIME!
161
kualifikasi akademis dan profesional atas lowongan tertentu, ternyata banyak perusahaan juga menginginkan seseorang mampu tetap bekerja dengan baik walaupun ia sedang menghadapi suatu masalah. Mampu bekerja ketika dalam suasana tanpa tekanan bisa dilakukan oleh rata-rata jumlah karyawan. Mampu bekerja, bahkan dengan sangat baik, ketika tekanan demi tekanan datang dalam suatu situasi hanya bisa dilakukan oleh para karyawan yang mempunyai optimisme. Bahkan, banyaknya tekanan sangat berpotensi memunculkan karyawan dengan optimisme luar biasa ke puncak prestasi.
Optimisme Vs Pesimisme Anton menatap gelisah ke arah teman sekantornya, Frans. Ia baru saja mendapat telepon dari sekretaris General Manager, memberitahu bahwa General Manager ingin bertemu Anton dan Frans. “Secepatnya.” Begitu kata sekretaris tadi. “Ada apa ya, Rin?” Di telepon Anton sempat mencoba menanyakan pada Rini, sang sekretaris, alasan GM ingin bertemu mereka berdua. “Bapak tidak bilang. Hanya saja.. wajahnya tampak serius.” Begitu tadi Rini memberi jawaban. Mendengar “wajahnya tampak serius” Anton seketika menjadi gelisah. Sang GM memang terkenal hobi marah-marah dan saat itu Anton sudah mulai membayangkan kemarahan sang GM. “Kita ada kesalahan apa ya?” Setelah meletakkan telepon, ia langsung bertanya kepada Frans yang sedang sibuk memilah-milah tumpukan dokumen.
It's SHOWTIME!
162
“Salah? Salah apa? Kenapa memang?” Tanya Frans datar. “GM memanggil kita menghadap. Secepatnya.”Anton menjelaskan. “Ada apa?” “Rini bilang dia tidak tahu dan dia bilang wajah GM SANGAT serius.” Anton baru saja menambahkan kata sangat pada apa yang ia dengar dari Rini tadi. “GM memang wajahnya selalu serius. Memang kamu pikir dia Narji Cagur yang wajahnya ngebanyol melulu?” Frans merespon dengan santai. “Salah apa ya kita?” Kembali Anton bertanya. “Salah apa bagaimana? Rini kan tidak bilang tentang kesalahan apapun. Ya sudahlah. Nanti kalau aku sudah selesai dengan ini kita menghadap.” Frans masih tidak mengalihkan pandangan dari pekerjaannya. “Nanti GM tambah marah kalau menunggu.” Kata Anton. “Yaaahh.. Rini enggak bilang GM lagi marah kan? Sudahlah santai saja. Minum teh kamu dulu biar santai.” Kata Frans sambil menunjuk ke arah teh di atas meja Anton. Anton dan Frans memiliki cara yang sama sekali berbeda dalam merespon satu situasi yang sama persis. Bila ada situasi yang tidak jelas atau buruk, Anton cenderung berpikir ke arah kemungkinankemungkinan yang tidak mengenakkan. Ia berpikir bahwa karena GM adalah seorang pemarah, maka tidak akan ada alasan lain baginya untuk memanggil seseorang selain untuk dimarahi. Anton juga
It's SHOWTIME!
163
berpikir bahwa dia pasti telah melakukan satu kesalahan yang membuat sang GM marah. Frans menyikapi situasi itu dengan cara yang netral. Dia sama sekali tidak berpikir bahwa sesuatu yang buruk sedang disiapkan oleh GM bagi mereka. Frans tetap bisa mempertahankan fokus pada apa yang perlu ia selesaikan terlebih dahulu, baru menemui GM untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kita lanjutkan cerita Anton dan Frans tadi. Mereka akhirnya menghadap GM setelah Frans menyelesaikan pekerjaannya. Ternyata GM menerima mereka dengan senyum lebar dan jabat tangan. GM baru saja menerima konfirmasi bisnis dari seorang klien yang mengaku teryakinkan oleh presentasi yang dilakukan secara tandem oleh Anton dan Frans minggu lalu. Pada kesempatan itu GM juga meminta mereka berdua untuk menjelaskan bagaimana mereka melakukan presentasi itu kepada rekan-rekan mereka sehingga itu bisa dijadikan best practice oleh yang lain. “Apa juga aku bilang, GM tidak marah kan? Dia malah bangga dengan hasil kerja kita.” Kata Frans setelah meninggalkan ruang sang GM. “Iya ya. Tumben dia tidak marah-marah.” Anton menjawab sambil menyeringai. “Tumben gimana? Jelas-jelas kita sudah melakukan tugas kita dengan baik, ya wajar dong kalau dia menghargai itu.” Frans heran dengan sikap Anton. “Mungkin memang mood GM lagi baik hari ini sehingga tidak marah sama kita.” Anton kembali membuat Frans bertambah heran.
It's SHOWTIME!
164
Saat situasi sudah jelas merupakan situasi yang baik, bahkan boleh dibilang sebuah situasi yang bernuansa keberhasilan, sebuah pencapaian prestasi, Anton masih terus menerus memikirkan hal-hal yang buruk yang bisa terjadi. Ia juga menganggap bahwa keberuntungan dirinya saat itu hanya kebetulan saja. Frans melihat situasi itu sebagai suatu yang patut disyukuri. Dia juga meyakini bahwa situasi yang sama bisa terulang bila mereka kembali melakukan tugas-tugas mereka dengan baik. Frans adalah seorang optimis dan Anton adalah seorang pesimis. Menurut Dr. Martin Seligman, penulis buku Learned Optimism, karakteristik utama dari seorang pesimis adalah bahwa mereka cenderung mempercayai bahwa suatu situasi buruk akan terus berlangsung, kemudian akan mempengaruhi semua aspek kehidupan atau pekerjaannya, dan mereka cenderung menyalahkan diri mereka dalam situasi tersebut. Seorang optimis ketika menghadapi situasi yang sama, akan berpikir berbeda. Para optimis selalu berpikir bahwa kesulitan atau kegagalan sifatnya hanya sementara. Kegagalan pada satu hal bukan merupakan indikasi bahwa mereka akan gagal di halhal yang lain dan mereka cenderung mengambil sikap proaktif dalam mengelolal kegagalan, bukan menyalahkan diri mereka (atau yang lain). Dua sikap di atas menghasilkan konsekuensi yang berbeda pula. Sangat banyak penelitian yang membuktikan para pesimis cenderung cepat menyerah dan sangat mudah terjebak dalam stres serta depresi dalam skala yang beragam. Sementara para optimis cenderung lebih “beruntung” dalam pekerjaan, usaha, keuangan, hubungan sosial, dan lain sebagainya. Itulah alasannya mengapa optimisme saya letakkan sebagai vitamin kesuksesan yang pertama.
It's SHOWTIME!
165
Dalam beberapa kali kesempatan berbeda saya mendapatkan satu pertanyaan yang serupa, yaitu: “Pak, tentunya terlalu berlebihan bila kita harus optimis setiap saat. Sering kali kita juga harus realistis bukan?” Realistis? Mari kita tengok dua teman kita tadi, Anton dan Frans. Saya pikir Anton sangat meyakini bahwa dia adalah seorang yang realistis. Fakta-fakta yang dia ingat menunjukkan bahwa GM memang sangat hobi marah. Ia juga melihat bagaimana orang-orang sering masuk ruang GM untuk dimarahi sehingga terlihat kusut masai ketika keluar dari ruangan itu. Bahkan dalam kejadian tadi, Rini si sekretaris juga mengatakan bahwa wajah GM serius ketika memintanya untuk menelpon Anton dan Frans. Ya. Menurut Anton ia sangat realistis karena melihat fakta-fakta yang ada. Frans juga tidak kalah realistis. Ia menilai ketiadaan informasi yang lengkap tidak memungkinkan dia untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan, karena itu, ia merasa tidak perlu mereka-reka sesuatu yang belum tentu benar. Ia juga berpikir bahwa ia tidak melakukan kesalahan apapun sehingga tidak ada alasan baginya untuk merasa kuatir. Secara realistis, Frans berpendapat bahwa Anton perlu bersantai karena tidak ada apapun yang perlu dikuatirkan. Nah.. dalam konteks optimisme versus pesimisme, baik seorang optimis maupun pesimis sama-sama berpendapat bahwa mereka realistis. Realistis oleh seorang pesimis tetap saja mencerminkan karakteristik pesimis. Begitu juga realistis menurut seorang optimis tetap merefleksikan karakter optimis. Jadi bila kita ingin berpikir realistis, maka pertanyaannya adalah, “Mana yang kita pilih: realistis sebagai pesimis atau sebagai optimis?”
It's SHOWTIME!
166
Kita yang menentukan. Kita yang memilih.
Belajar Optimis Mengingat bahwa ternyata menjadi seorang optimis itu merupakan hal yang sangat esensial apabila kita benar-benar ingin menjadi seorang SHOW TIME! performer, maka kita perlu belajar optimis. Kabar baik bagi siapapun yang pada saat ini masih seorang pesimis adalah bahwa ternyata tidak ada satu bayipun yang dilahirkan sebagai pesimis. Seperti pada sisi kehidupan lain, kita dibentuk oleh lingkungan kita (orang tua, terutama) sehingga berada dalam kondisi sekarang ini. Jadi mari kita salahkan orang tua kita, betul? Tentu saja itu salah BESAR.. luar biasa BESAR. Apapun yang dilakukan oleh orang tua kita (dan mungkin sedang kita lakukan terhadap anak-anak kita) adalah dilandasi dengan satu alasan yang menurut mereka, saat itu, benar. Satu hal lagi yang paling penting adalah bahwa itu SUDAH MENJADI BAGIAN DARI MASA LALU. Itu sudah selesai alias game over. Saat ini, saat kita membaca buku ini, kita mengetahui bahwa kita bisa mengubah diri.. menjadi seorang optimis. Setuju? Kita ingat kembali kisah Anton dan Frans yang tadi kita jadikan contoh. Dari mana kegelisahan Anton muncul pertama kali? Dari waktu ketika Rini menelpon untuk memberi tahu bahwa GM ingin bertemu dia dan Frans? Bukan. Bukan itu. Kegelisahan Anton muncul dari dalam benaknya, ketika dia mendengar suara “jangan-jangan..”, “ini nanti pasti..”, atau “wah, gawat..” di dalam dirinya. Seorang pesimis pasti mendengar suara-suara yang mengabarkan kemungkinan-kemungkinan buruk ketika mereka sedang menghadapi
It's SHOWTIME!
167
suatu situasi tertentu. Sikap dan perilaku mereka (gelisah, kuatir, kesal, dan lain sebagainya) muncul sebagai reaksi terhadap suara-suara tadi. Tepat sekali. Suara-suara tadi bertindak seolah dia adalah penasihat bagi kita, seorang penasihat yang buruk. Agar kita mampu mengelola suara-suara itu kita perlu menganggap bahwa dia bukan kita. Kita beri nama saja penasihat buruk itu tadi. Misal kita namakan dia Pes. Ini bisa memudahkan kita untuk menengarai kedatangannya sehingga kita tidak mudah termakan bisikannya. Kemudian, ketika nanti Pes, si penasihat buruk itu, muncul, kita bisa melakukan dialog dengan diri kita sendiri. Agar lebih jelas, kita angkat kembali situasi yang dihadapi Anton tadi. Catatannya adalah kita anggap saat itu Anton sudah membaca buku ini sehingga dia tahu apa yang harus dilakukan, termasuk memeri nama Pes bagi si pembisik dalam dirinya. Setelah menerima pemberitahuan dari Rini bahwa sang GM yang super galak ingin bertemu dirinya dan Frans, suara-suara yang berbisik bahwa GM akan memarahinya mulai muncul. Anton tersenyum dan mulai melakukan dialog internal. Anton : “Nah.Si Pes mulai beraksi.” Pes
: “Mau apalagi GM kalau tidak marah-marah. Pasti ada kesalahan yang dilihatnya.”
Anton : “Pes, pasti ada kemungkinan alasa lain GM memanggil, selain untuk marah-marah. Apa kira-kira ya?” Pes
: “Kamu pasti punya salah.”
It's SHOWTIME!
168
Anton : “Mungkin sih, Pes. Tapi apa ya kira-kira hal baik yang menjadi alasannya memanggil aku dan Frans? Atau kalau dia benar-benar marah dan aku ada salah, apa kira-kira manfaat yang aku peroleh setelahnya ya?” Seperti itulah kira-kira dialog yang bisa kita kembangkan dengan si Pes tadi. Hanya dengan menjadikan pembisik itu pihak lain (melalui kata-kata “Si Pes mulai beraksi” atau yang lain) kita sudah bisa mengambil jarak sehingga kita tidak mudah terpengaruh. Apalagi bila kemudian kita bisa membangun dialog seperti pada contoh, tentu saja kita akan semakin melemahkan suara-suara tadi sampai akhirnya akal sehat kita bisa lebih tenang berpikir tentang apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang perlu dilakukan. Ada kalanya suara-suara itu sangat kuat dan ngotot sehingga sangat sulit dikendalikan dengan sekedar dialog seperti tadi. Pada saat seperti itu yang bisa kita lakukan untuk meredamnya adalah memaksanya untuk mengemukakan kemungkinan-kemungkinan kejadian yang lebih baik atau lebih netral. Pada contoh hal itu tercermin pada kalimat: “Mungkin sih, Pes. Tapi apa ya kira-kira hal baik yang menjadi alasannya memanggil aku dan Frans? Atau kalau dia benarbenar marah dan aku ada salah, apa kira-kira manfaat yang aku peroleh setelahnya ya?” Agar efeknya lebih baik, ambil pensil atau ballpoint serta selembar kertas. Tulislah alternatif-alternatif yang lebih baik atau lebih netral lagi. Buat seakan-akan alternatif-alternatif itu merupakan nasihat dari si Pes tadi. Hal itu pasti akan menenangkan suara-suara pesimis yang muncul sehinggga kualitas sikap dan tindakan kita bisa lebih baik lagi dalam menyikapi satu situasi tertentu. Membiasakan diri melakukan dialog internal seperti pada contoh akan memperlemah otot-otot pesimisme kita dan menyediakan jalur-jalur yang lebih banyak bagi otot-otot optimisme untuk tumbuh dan
It's SHOWTIME!
169
menguatkan diri. Dengan semakin kuatnya otot-otot optimisme kita, salah satu vitamin kesuksesan yang paling kita butuhkan akan semakin banyak tersedia sehingga lebih mudah bagi kita meraih kesuksesan dan keberuntungan.
It's SHOWTIME!
170
“Saya atau kamu yang tadi terjatuh lebih dahulu? Itu bukan masalah. Yang penting, ia yang mempunyai kekuatan untuk bangkit lebih dahulu harus membantu yang lain.” Vera Nazarian
BAB 14 VITAMIN KE 2: THE PUSH – THE SUPPORT – THE PULL Mengandung bayi bagi kebanyakan wanita adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Dari saat ketika mereka menunggu datangnya bayi dalam kandungan sampai menunggu kedatangan bayi ke dunia, semua luar biasa. Ada kerinduan yang sangat bagi wanita akan kabar baik bahwa dalam kandungan mereka terdapat janin bayi, setelah mereka menjadi seorang istri. Kerinduan itu akan berubah menjadi suka cita pada saat ia dinyatakan positif hamil. Kebahagiaan yang sama juga dirasakan oleh sang suami tercinta. Setelah dinyatakan positif hamil, tibalah saat sembilan bulan sepuluh hari (catatan bagi yang belum pernah menanti kelahiran bayi: 9 bulan 10 hari itu bisa kurang juga, bisa lebih) penuh kasih sayang dalam merawat bayi yang ada dalam kandungannya. Ia akan lebih waspada
It's SHOWTIME!
171
dan sadar bahwa pada waktu yang sudah ditentukan, bayi itu akan lahir ke dunia. Ia, dan pasangannya, perlu memastikan bahwa sang bayi nanti lahir dalam keadaan sebaik-baiknya. Sang calon ibu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk merawat diri dan bayi dalam kandungannya. Selama masa kehamilan itu, selain diri sang wanita itu sendiri, ada dua pihak lagi yang sangat berperan dalam memastikan bahwa kandungannya sehat dan bayinya bisa lahir dalam kondisi sebaikbaiknya. Dua pihak lain itu adalah suami tercinta dan dokter kandungan yang menjadi partner profesional dalam menjaga perkembangan kehamilannya. Sang calon ibu, suami, dan dokter menjadi satu tim yang saling bekerja sama sampai bayi yang dirindukan lahir. Perjuangan puncak menanti ketika waktu untuk melahirkan tiba. Sang calon ibu dengan gigih harus menahan rasa sakit untuk mendorong agar sang bayi lahir ke dunia. Suami tercinta hadir di sisinya, memberi semangat agar sang istri mampu melewati masa persalinan dengan berhasil. Sementara sang dokter, sebagai partner profesional dalam proses tersebut, memberi instruksi tentang apa yang harus dilakukan oleh sang calon ibu – dari detik ke detik – sambil membantu menarik sang bayi ke dunia. Sebagai ayah dari dua putra dan satu satu putri, saya sering merenungkan masa-masa menjelang kelahiran dan proses kelahiran anak-anak saya. Itu semua adalah periode waktu yang luar biasa dalam kehidupan saya. Itu juga banyak mengingatkan saya tentang kesuksesan. Kesuksesan itu seperti bayi yang lahir ke dunia. Kita sangat merindukannya pada saat kita belum memilikinya. Pada saat
It's SHOWTIME!
172
menyadari bahwa potensi sukses itu sudah ada dalam diri kita, dan kita melihatnya, maka kita mulai waspada serta sadar bahwa kita harus melakukan upaya-upaya yang tepat agar kesuksesan itu benarbenar kita raih. Sama juga seperti dalam proses mengandung dan melahirkan, kita perlu mendorong diri kita sendiri, memerlukan adanya orang-orang dekat yang bisa menyediakan semangat dan motivasi, dan membutuhkan adanya orang-orang yang kompeten untuk membimbing serta menarik kita lebih dekat lagi kepada kesuksesan. Ketiga hal itu kita namakan saja the push, the support, dan the pull. Ketiganya harus hadir sebagai satu paket dalam memastikan “kelahiran” sukses dalam hidup kita.
The Push Tidak ada tempat yang lebih baik dalam mengawali kesuksesan, keberuntungan, dan kebahagiaan selain dari dalam diri kita sendiri. Kita adalah orang pertama yang harus menyadari bahwa kita perlu berprestasi, menjadi seorang SHOW TIME! performer. Diri ini adalah pihak nomor satu yang perlu memahami bahwa dengan prestasi akan segera lahir kesuksesan, keberuntungan, dan kebahagiaan yang kita idam-idamkan itu. Kita adalah pendorong utama kesuksesan tadi. Kunci utama agar kita mampu mendorong diri kita untuk melangkah dan bertindak dalam upaya mewujudkan kesuksesan adalah pernyataan “saya mampu” dalam diri kita. Pernyataan ini sangat penting karena alasan-alasan yang melemahkan semangat kita sering datang dalam perjalanan kita untuk meraih kesuksesan. Berapa banyak rencana kita yang tertunda atau bahkan tidak terlaksana? Ya. Banyak sekali. Sebagian besar dari hal yang menggugurkan sukses kita adalah
It's SHOWTIME!
173
dikarenakan munculnya kekuatiran, keraguan, atau keengganan akibat pertanyaan “apakah saya mampu?” atau, bahkan, pernyataan “Saya tidak akan mampu.” Mengaku bahwa kita mempunyai kemampuan adalah cara terbaik untuk mendorong diri kita agar bertindak. Ini bukan berarti saya berpendapat bahwa bila hobi bermaian sepak-bola dan kita ingin menjadi seorang Christiano Ronaldo, kemudian kita bilang “saya mampu” maka kita akan menjadi 100% seperti dia. Bukan seperti itu. Pernyataan “saya mampu” akan mendorong kita untuk bertindak. Ia akan menyemangati kita. Apabila kita memang mempunyai hobi bermain sepak bola, pernyataan “saya mampu” yang kemudian diikuti oleh proses berlatih yang rutin tentu akan sangat meningkatkan kemampuan kita secara signifikan. Ini bertolak belakang dengan apabila kita membuat pernyataan “ah saya tidak punya waktu” yang sebenarnya adalah merupakan alasan belaka. Menyatakan kemampuan adalah merupakan sebuah pilihan. Demikian juga menyatakan ketidak-mampuan. Dengan menyadari bahwa kedua hal itu adalah merupakan pilihan, maka kita juga bisa menambah daya dorong diri kita dalam setiap kesempatan yang ada. Kita lihat contoh berikut. Suatu misal kita sudah bekerja di bagian gudang. Beberapa pengamatan yang kita lakukan menunjukkan kecenderungan bahwa jalur karir di bagian ini kurang ada percepatan.Di sisi lain, masa kerja, pengetahuan, dan kompetensi kita di bagian tersebut sudah lebih dari cukup bagi kita untuk bergerak maju. Kitapun mengembangkan strategi karir yang berbeda, mempertimbangkan pindah ke lain departemen. Pada waktu yang hampir bersamaan, datang tawaran dari bagian penjualan yang diamini oleh HRD. Kitapun mulai mencari tahu situasi serta kondisi di bagian tersebut dan mendapati bahwa
It's SHOWTIME!
174
peluang karir disana cukup menawarkan akselerasi. Tiba saatnya memutuskan. Berpindah dari satu bagian ke bagian lain di perusahaan, tentu saja membutuhkan pemikiran yang matang. Ada tuntutan baru di sana yang mungkin saja benar-benar berbeda dari tuntutan-tuntutan kerja yang sekarang ada di bagian kita. Ini sering kali menyeruakkan rasa ragu dan, akhirnya, membuat kita berkata, “Rasanya aku tidak cocok di bagian itu.” Setelah kita menolak kesempatan itu dengan dalih di atas,“rasanya aku tidak cocok di bagian itu”, biasanya kita kemudian mengembangkan cerita bahwa bila kita berpindah kesana nanti kemungkinan gagal menjadi besar karena pekerjaan disana tidak cocok dengan kita dan lain sebagainya. Apabila kita selalu mengedepankan kalimat “saya mampu” situasi seperti di atas tidak akan menyurutkan langkah kita untuk maju. Kita akan mampu mendorong diri kita untuk mengambil kesempatan yang ada. “Lhoh. Tapi bukankah memang ada orang yang tidak berbakat menjual?” Mungkin itu yang terbersit ketika membaca paragraf di atas. Ada orang yang berbakat menjual. Itu bukan berarti orang yang tidak berbakat menjual TIDAK BISA menjual. Bila seorang berbakat secara alami mempunyai kemampuan tertentu untuk mampu melakukan pekerjaannya dengan baik, maka orang yang tidak berbakat menjual bisa melatih diri untuk mempunyai kemampuan yang sama atau minimal mendekati kemampuan orang tersebut. Memang bagi orang biasa memerlukan dedikasi serta disiplin lebih untuk melatih diri agar
It's SHOWTIME!
175
mampu meningkatkan kemampuan menjualnya, bahkan mungkin saja memerlukan waktu yang lebih panjang, tetapi itu BISA dilakukan. Bayangkan hal ini. Seandainya kita mengambil kesempatan itu, berpindah dari bagian kita ke bagian lain (bagian penjualan apabila kita mengacu pada contoh). Kemudian kita menemui pihak-pihak yang kompeten dalam mengembangkan kita agar mempunyai pengetahuan serta skill yang baik di bagian yang baru tersebut. Kita menyusun program pelatihan bersama pihak-pihak itu dan kemudian kita mengikuti program-program tersebut dengan disiplin. Karena kita anggap diri kita tidak mempunyai bakat disana, maka kita “merayu” pihak-pihak tadi agar memberikan program latihan yang lebih panjang dan lebih intensif dari biasanya. Kita secara proaktif juga mengikuti beberapa pelatihan di luar perusahaan (walaupun itu atas investasi kita sendiri) untuk mempercepat pengembangan kita. Seperti apa kira-kira hasil dari semua itu? Ya. Tentu saja akan bagus, sangat bagus malah. Ada kalanya, kesempatan baru itu benar-benar merupakan satu hal yang jauuuuuuuuuh dari kebiasaan kita dan memang memerlukan keahlian teknis khusus yang sama sekali belum kita kuasai. Dalam kondisi seperti itu kita tetap bisa mempelajari kebiasaan dan keahlian teknis tersebut, tetapi waktu yang akan kita investasikan ke dalam upaya tersebut akan TERLALU besar. Dalam keadaan seperti itu kita boleh memutuskan bahwa itu bukan porsi kita, paling tidak untuk saat ini. Bila kita kemudian memang tidak mau atau tidak yakin bisa melakukannya, alasan baik yang bisa kita katakan bagi diri kita sendiri atau orang lain adalah, “Saya MEMILIH untuk tidak bisa.” “HAH?” Ya. Kalimat “saya MEMILIH untuk tidak bisa” akan mengagetkan kita dan menyadarkan kita bahwa apa yang tidak kita lakukan
It's SHOWTIME!
176
sebenarnya bukan karena kita tidak mampu tetapi karena kita memilih untuk tidak melakukannya. Ini akan membuat kita lebih berhati-hati dalam mengemukakan pilihan di masa yang akan datang dan mendorong kita untuk lebih memilih “saya mampu” ketimbang pilihan tadi.
The Support Ada yang suka nonton bioskop, terutama film yang bertema superhero? Saya gemar nonton dan saya adalah pengagum karakter Batman (Bruce Wayne). Batman, seperti para superhero lain, mempunyai dorongan (the push) yang kuat untuk menjalankan misinya. Di film Batman yang paling akhir ketika buku ini ditulis,The Dark Knight Rises, ia mendorong dirinya untuk melawan Bane walaupun Alfred, pengasuh setia Bruce Wayne, sudah mengingatkan bahwa Bane mempunyai kemampuan melebihi seorang Batman. Bruce Wayne bergeming, teguh dengan pendiriannya. Alfred memutuskan untuk meninggalkannya agar Bruce Wayne menyadari situasi yang dihadapinya. Alfred mempunyai peran yang besar dalam kehidupan Bruce Wayne, baik ketika ia bergelut dengan masa lalunya sebagai anak kecil yang orang tuanya mati di tangan penjahat, maupun sebagai sosok Batman, satria kegelapan yang teguh melawan kejahatan. Dalam menjalani hidup serta karir, kita selalu memerlukan sosok-sosok orang yang dekat dengan kita untuk memberi support pada setiap jengkal langkah yang kita ambil. Mungkin beberapa tindakan mereka kadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, tetapi itu adalah bentuk perhatian mereka kepada kita. Alfred meninggalkan Bruce Wayne
It's SHOWTIME!
177
bukan berarti ia tidak memberi support kepada sang majikan yang ingin terus membasmi kejahatan. Alfred menginginkan agar sang majikan mampu bangkit dari masa lalu dan hidup dengan penuh kebahagiaan. Bruce tidak akan pernah memahami apa sebenarnya yang diinginkan oleh Alred apabila ia tidak berbicara secara terbuka dengannya. Demikian halnya dengan kita. Menjadi terlalu sibuk dan fokus mengejar karir bisa membuat kita lupa bahwa orang-orang dekat kita juga perlu kita libatkan. Mereka perlu kita ajak bicara tentang rencana serta keinginan kita. Mungkin saja kemudian mereka melakukan satu hal yang tidak kita kehendaki, sekali lagi, itu adalah bentuk perhatian mereka. Tugas kita adalah terus berkomunikasi dengan mereka sehingga mereka benar-benar merasa terlibat dan penting. Ketika mereka merasa terlibat dan penting, maka mereka akan lebih positif lagi dalam memberikan support kepada kita. Dengan support yang kuat dari orang-orang yang dekat dengan kita, apapun yang kita inginkan akan lebih mudah terwujud.
The Pull Masih menggunakan karakter Batman sebagai contoh. Selain memiliki seorang Alfred sebagai penyedia support secara emosional, Bruce Wayne alias Batman juga memiliki Lucius Fox sebagai penasehat teknisnya. Mr. Fox, demikian Bruce Wayne memanggilnya, mengurusi kemajuan usaha Wayne Enterprises juga menyediakan nasehat-nasehat teknis sekaligus penyediaan perangkat tempur sang satria kegelapan. Ia menjadi sentral dalam keberhasilan Batman
It's SHOWTIME!
178
menjalankan aksi-aksinya. Lucius Fox adalah “penarik” (the pull) keberhasilan-keberhasilan Batman. Di luar dunia fiksi, Tiger Wood merupakan satu karakter paling sukses dalam sejarah olah raga golf. Wood memiliki beberapa “penarik” keberhasilannya sebagai seorang pegolf. Mulai dari sang ayah, Earl Woods, yang menjadi pelatih pertamanya sampai pelatihpelatih lain yang berjasa membentuk dirinya sebagai pegolf nomor wahid di kolong jagad. Di dunia investasi, dunia mengenal sosok George Soros sebagai karakter hebat yang menghasilkan (dan menghabiskan) jutaan Dollar dalam tempo relatif singkat melalui aktifitas-aktifitas investasinya. Sehebat apapun George Soros sebagai seorang trader, ia masih memerlukan “penarik” untuk keberhasilan-keberhasilannya. George Soros tercatat pernah menyewa seorang Anthony Robbins untuk menariknya kembali ke jalur keberhasilan berinvestasi setelah beberapa kali terpuruk. Apakah tokoh fiksi Lucius Fox lebih hebat dari Bruce Wayne sehingga ia menjadi penarik (the pull)? Apakah pelatih-pelatih Tiger Woods merupakan pegolf yang mempunyai prestasi lebih mentereng daripada ia sendiri? Apakah Anthony Robbins memiliki pengetahuan dan kemampuan investasi yang lebih hebat dari seorang George Soros sehingga ia dipilih untuk menjadi penasehatnya? TIDAK. Mereka, para penarik itu, tidak lebih hebat dibanding mereka yang ditariknya. Memilih penarik bukan masalah mereka lebih hebat dari kita atau tidak. Penarik adalah seorang yang bisa mengarahkan kita secara teknis (dan emosional) agar kita bisa selalu berada pada jalur kesuksesan. Penarik alias the pull ini bertindak sebagai dokter kandungan dalam proses
It's SHOWTIME!
179
persalinan. Sangat mungkin seorang dokter kandungan sama sekali tidak pernah melahirkan satu orang bayipun (misalnya, karena mereka seorang pria) tetapi mereka mempunyai pengetahuan yang kita tidak punyai. Mereka juga bisa menyediakan masukan tentang apa yang sudah kita lakukan dengan benar maupun apa ynag masih perlu untuk kita tingkatkan. Mereka adalah sumber rujukan bagi akurasi dan efektifitas tindakan-tindakan kita. Di tempat kerja tentu saja kita memerlukan kehadiran para penarik ini. Mereka bisa saja atasan kita, trainer-trainer yang ada di perusahaan kita, atau bahkan rekan kerja yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan teknis untuk menyediakan masukan dan arahan bagi kita. Datanglah kepada mereka dan ungkapkan keinginan kita untuk mendapatkan masukan serta arahan bagi tindakan-tindakan yang kita lakukan. Mohonlah agar mereka bersedia melakukan itu secara terencana dan, yang paling penting, tunjukkan kepada mereka bahwa kita mempunyai keinginan keras untuk maju. Mereka pasti akan membantu kita dengan senang hati. Ada banyak istilah untuk mereka yang berfungsi menjadi penarik keberhasilan kita. Mentor, coach, go-to-person, atau trainer adalah beberapa istilah yang biasa kita dengar. Dalam buku ini saya memilih menggunakan istilah the pull atau sang penarik karena kita menggunakan proses persalinan sebagai analogi. Selain itu,penggunaan istilah itu juga untuk memperjelas peran mereka dalam proses keberhasilan kita. Bayangkan: kita mendorong, orangorang dekat kita menyangga agar perjalanan kita terasa lebih ringan, dan kemudian ada sosok-sosok yang menarik kita juga. Pasti kesuksesan bisa lebih cepat kita raih.
It's SHOWTIME!
180
“Dalam perjalanan hidup ini, pada satu titik Anda akan menyadari bahwa Anda adalah sang supir dan Anda harus mulai menjalankan kendaraan.” Steve Maraboli
BAB 15 VITAMIN KE 3: AKUNTABILITAS PERSONAL Ada beda yang mendasar antara mengambil tanggung-jawab dan mengakui kesalahan (atau menyalahkan diri sendiri). Mengambil tanggung-jawab BUKAN tentang salah atau benar. Mengambil tanggung-jawab mempunyai makna melakukan tindakan untuk menciptakan hasil yang semestinya. Dengan demikian mengambil tanggung-jawab mempunyai dua bagian penting. Yang pertama adalah memahami seperti apa hasil yang harus dicapai dan, yang kedua, melakukan upaya personal aktif untuk mencapai hasil itu. Ada banyak peristiwa yang telah terjadi dalam hidup kita. Beberapa peristiwa itu merupakan pengalaman buruk bagi kita. Ada kalanya kita tergoda untuk menunjuk seseorang, satu kelompok, atau satu situasi di luar diri kita, sebagai pihak yang bertanggung-jawab atas
It's SHOWTIME!
181
apa yang terjadi dalam hidup kita. Padahal sesungguhnya, apapun yang terjadi dalam hidup kita, ada keterlibatan aktif kita disana. Menyalahkan pihak lain memang hal termudah tetapi sekaligus hal paling tidak produktif yang bisa kita lakukan. Mengambil tanggungjawab penuh untuk melakukan tindakan aktif agar hasil yang kita inginkan bisa tercapai adalah hal paling produktif, walaupun bukan yang termudah. Agar lebih mudah bagi kita untuk memahami akuntabilitas atau mengambil tanggung-jawab ini, saya membuat table yang membandingkan tindakan akuntabel dan yang tidak. AKUNTABEL Mengakui kesalahan dan mengambil tindakan aktif untuk memperbaiki kesalahan. Melakukan tindakan pro-aktif untuk memperbaiki dampak kesalahan serta menjaga potensi tercapainya hasil yang maksimal, sekaligus membantu orang lain untuk memperbaiki kekeliruannya. Dengan kreatif melakukan apa yang bisa dilakukan agar tetap bisa mencapai hasil yang diinginkan. Bertindak secara aktif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Mencari solusi, bertindak proaktif, dan berani tanggung-jawab. Berupaya untuk mengubah situasi, menuju hasil yang diharapkan.
NON-AKUNTABEL Menyalahkan diri sendiri dan terbebani oleh kesalahan tersebut.
Menyalahkan orang, pihak, atau situasi di luar diri kita.
Mengajukan terlalu banyak syarat atau kondisi agar bisa mencapai suatu hasil yang diinginkan. Menggantungkan diri pada orang lain dalam mencapai suatu hasil. Mengeluh, berdalih, dan ingkar. Berpikir atau merasa telah menjadi obyek atau korban
It's SHOWTIME!
182
Melangkah lebih jauh, bertindak untuk memperbaiki kesalahan dan memastikan proses yang lebih baik menuju hasil.
Berkutat pada siapa yang salah atau siapa yang benar.
Pada tabel yang mana kita sering bertindak?
Memilih Bertanggung Jawab Ada satu hal yang sering kali membuat saya terganggu dengan cara beberapa orang memahami kallimat “semua orang berhak sukses.” Hal yang mengganggu itu adalah bahwa beberapa orang tadi seakan merasa bahwa di luar sana ada pemerintah yang mestinya melakukan sesuatu agar mereka sukses, di luar sana ada para atasan yang selayaknya melakukan sesuatu agar hidup mereka lebih berbahagia, di luar sana ada instansi atau pengusaha yang bersedia memberikan modal agar mereka sukses, dan lain sebagainya. Singkatnya, mereka senantiasa berpikir bahwa seharusnya ada pihak lain yang membuat mereka sukses. Saya tidak sedang mencoba berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu melakukan sesuatu untuk kepentingan rakyat atau bahwa seorang atasan tidak perlu membantu bawahan mereka untuk sukses. Tidak! Saya tidak mengatakan itu. Hal yang ingin saya ungkapkan adalah bahwa pada level individu, saya, Anda, dan individu-individu lain disana mempunyai tanggungjawab pribadi untuk memastikan kesuksesan diri kita masing-masing. Sebagaimana tentang kemampuan, yang kita bahas dalam The Push, bertanggung jawab juga merupakan sebuah pilihan. Bila kita menyalahkan orang lain atau berkutat pada pendapat bahwa orang
It's SHOWTIME!
183
lainlah yang telah menyebabkan apapun yang kita alami, maka kita sudah memilih untuk tidak bertanggung jawab atas apa yang kita alami. Jika kita memilih untuk tidak bertanggung jawab atas apa yang kita alami, tentu saja hasilnya tidak akan sesuai dengan kemauan kita. Cukup jelas: bagaimana mungkin kita bisa mengharap orang lain 100% secara konsisten memberikan hal-hal yang kita inginkan sementara kita (hampir) tidak melakukan apa-apa? Menjalani hidup, termasuk pekerjaan kita, ini ternyata sangat simpel. Kita hanya perlu menemukan hal-hal yang bisa kita ubah, sesuaikan, atau tingkatkan dan, kemudian, KITA BERTINDAK untuk melakukan hal itu. Sebesar atau sekecil apa hal yang ingin kita ubah, yang perlu kita lakukan adalah memilih untuk bertanggung jawab atasnya. Ada satu contoh yang menurut saya pas untuk diungkapkan tentang memilih untuk bertanggung jawab ini. Mark Matheny adalah seorang yang beruntung, sangat amat beruntung sekali. Ia adalah orang yang berhasil selamat setelah diserang secara hebat oleh seekor beruang Grizzly dewasa. Serangan itu mengubah hidup Mark mathey selamanya. Mark Matheny mempunyai profesi sebagai seorang kontraktor sebelum serangan itu. Bisnisnya sedang berjaya dan, bahkan, beberapa nama tenar seperti Jane Fonda sedang menggunakan jasanya waktu itu. Di waktu senggang ia sering pergi berburu rusa bersama temantemannya. Saat berburu rusa itulah serangan beruang Grizzly itu menimpanya. Ia hampir kehilangan nyawa karena serangan itu dan setelah sembuh ia kehilangan kejayaan bisnisnya. Rasa sakit di kepala sebagai efek taruma dari serangan beruang tadi mendera dirinya selama dua tahun dan membuatnya sulit berkonsentrasi pada pekerjaan.
It's SHOWTIME!
184
Saat kejayaan bisnisnya menurun pasca serangan, dengan mudah Mark bisa saja menyalahkan sang beruang yang menyerangnya. Ia mungkin saja menjadi terobsesi untuk membalas dendam dengan memburu beruang-beruang Grizzly, membunuh beberapa yang ia temui sampai akhirnya iapun mati terbunuh oleh salah satu dari beruang itu. Itu bisa saja terjadi. Mark Matheny memilih untuk bertanggung jawab penuh pada hidupnya. Ia menyatakan pendapatnya secara konsisten kepada para awak media yang mewawancarainya, “Beruang itu tidak diciptakan untuk menyerang manusia. Grizzly yang menyerang saya melakukannya karena kehadiran saya mengagetkan anak-anaknya sehingga naluri keibuannya tegerak untuk melakukan sesuatu untuk melindungi anak-anaknya.” Perhatikan kata-kata yang ia gunakan. Tak ada nada menyalahkan sang beruang Grizzly sama sekali atau menganggap beruang itu sebagai monster ganas yang menunggu manusia untuk diserang. Alih-alih mengeluhkan serangan beruang tadi sebagai alasan penurunan bisnisnya, ia mendedikasikan waktu luangnya, yang bertambah banyak akibat sepinya bisnis, untuk mempelajari hal-hal tentang beruang Grizzly serta serangan-serangan yang terjadi. Ia melakukan itu agar ia bisa membantu orang lain terhindar dari serangan yang sama. Dedikasinya itu menarik perhatian seorang pengusaha canned pepper spray (semprotan merica). Saat itu semprotan merica diduga bisa menghentikan serangan beruang Grizzly namun belum ada produk semprotan merica yang benar-benar bagus. Mark Matheny direkrut untuk menyempurnakan semprotan merica serta mengampanyekan cara-cara menghindari serangan beruang.
It's SHOWTIME!
185
Kombinasi antara pengalaman diserang seekor beruang Grizzly, pengetahuan-pengetahuan yang ia dapat dari mempelajari beruang Grizzly dan serangan mereka, serta pengetahuan tata cara produksi juga pemasaran semprotan merica membuatnya melakukan sesuatu yang berani. Pada satu saat, beberapa usulannya tentang cara-cara meningkatkan efektifitas semprotan merica tidak diterima oleh perusahaan tempatnya bekerja, Mark Matheny memutuskan untuk memproduksi sendiri semprotan merica yang lebih efektif. Ia harus menggadaikan rumah serta tanah miliknya untuk membiayai perusahaan barunya, UDAP. Perusahaan itu berkembang sangat pesat dan menjadi jauh lebih besar daripada perusahaan konstruksinya dahulu. Kita tidak perlu menunggu untuk diserang seekor beruang atau kehilangan pekerjaan kita untuk memberanikan diri mengambil tanggung jawab penuh atas hidup kita. Meraih kesuksesan di tempat kerja juga memerlukan hal yang sama. Ada kalanya ide-ide kita ditolak, sering kita merasa tidak mendapat dukungan dari atasan, atau perusahaan tidak benar-benar serius untuk memajukan karyawan mereka. Itu semua adalah pendapat kita yang bisa saja benar atau bisa juga salah. Itu tidak penting bagi kesuksesan kita. Yang paling penting adalah kemauan kita untuk bertindak, bergerak maju, dan melakukan apapun yang baik untuk mencapai prestasi yang kita inginkan. Percayalah, tanggung jawab pribadi kitalah yang paling penting. Di pagi hari yang dingin, mengeluh bahwa air di bak mandi terlalu dingin untuk mandi tidak akan pernah membuat tubuh kita segar. Berdiri, mengambil air dan menjerangnya sampai mendidih untuk kemudian kita tambahkan dalam air yang dinginlah yang akan membuat air itu menjadi hangat sehingga kita bisa mandi.
It's SHOWTIME!
186
Sebenarnya Kita Boleh Berdalih dan Mengeluh Jutaan tahun yang lalu, nenek moyang kita akan mendahului menyerang apabila merasa terancam oleh sesuatu. Nenek moyang kita itu mungkin juga akan lari, bila ternyata yang mengancam adalah seekor karnivora seukuran Tyrannosaurusrex alias T-rex. Bisa juga mereka diam pura-pura mati atau menjadi pohon. Reaksi serang-laridiam (fight-flight-freeze) adalah sistem perlindungan pra-sejarah yang kita warisi dari nenek moyang kita dari jaman Flinstone. Sistem itu tersimpan rapi dalam area limbik, sebuah area yang menjadi rumah bagi fungsi-fungsi memori jangka panjang, emosional, penciuman, dan lain sebagainya, di otak kita. Zaman telah berubah dan kita tidak lagi harus menghadapi ancamanancaman T-rex atau harimau sabretooth. Kemarahan atasan, perselisihan pendapat dengan rekan kerja, kejaran deadline, tekanan finansial, dan lain sebagainya adalah wujud baru dari T-rex dan kawan-kawannya. Seiring dengan perubahan bentuk ancaman tadi, respon serang-lari-diam kita juga menyesuaikan. Kita tidak lagi menyerang dengan tombak atau gada batu. Kita juga tidak lagi lari dalam artian sebenarnya. Kita menyerang serta melarikan diri dengan cara memunculkan dalih dengan tujuan agar kita selamat. Mengeluh juga merupakan cara baru menyerang atau melarikan diri. Kita mengeluh agar mendapat simpati sekaligus pembenaran sehingga, kemudian, itu bisa melindungi kita. Menyimak alasan kenapa kita berdalih dan mengeluh, bisa membawa kita ke satu kesimpulan bahwa ternyata dua hal tersebut adalah upaya perlindungan diri “alamiah” kita. Melindungi diri adalah hal yang
It's SHOWTIME!
187
wajar (atau, paling tidak, manusiawi). Jadi boleh dong kita berdalih dan mengeluh? Pertanyaan di atas (dalam berbagai ragam bentuknya) beberapa kali saya dapatkan dari peserta-peserta pelatihan atau rekan diskusi. Jawaban saya selalu sama, “Boleh!” Kenapa boleh? Mengeluh dan berdalih itu adalah hak kita. Maka kedua hal itu dibolehkan. Yang harus kita ingat adalah bahwa dengan berdalih atau mengeluh kita sedang menarik surut langkah maju kita. Semakin sering kita berdalih serta mengeluh, maka semakin sering pula kita melangkah mundur alias semakin jauh pula dari kesuksesan yang ingin kita raih. Asalkan kita tidak merasa keberatan dengan kemunduran dan kemandegan yang akan kita alami, silahkan saja memilih berkeluh kesah dan berdalih sebagai cara kita melindungi diri. Silahkan dilakukan asal mau tanggung akibatnya. Boleh belum tentu berarti benar atau baik. Saya juga bakal menyetujui bila ada yang mengatakan bahwa berdalih dan mengeluh adalah hal lumrah yang sering dilakukan di lingkungan kerja. Saya juga yakin kita bisa dengan mudah mengingat siapa saja sosok-sosok di lingkungan kerja kita yang mempunyai kebiasaan berdalih serta mengeluh level akut. Mari kita perhatikan baik-baik prestasi mereka para jawara dalih dan keluh itu. Apakah prestasi dan situasi kerja mereka bagus? Tentu saja tidak. Prestasi dan situasi karir mereka pasti ruwet bin kacau balau. “Eh.. bukankah karena prestasi dan karir ruwet bin kacau balau itu, mereka jadi mengeluh?” Mungkin pertanyaan seperti itu terbersit dalam benak kita. Wajar saja bila kita berpikir seperti itu tetapi,
It's SHOWTIME!
188
apakah tidak mungkin JUSTRU karena mereka sering mengeluh plus berdalih maka prestasi dan karir mereka jadi ruwet, mandeg, dan kacau balau? Tentu saja SANGAT MUNGKIN. Jadi, kendati mengeluh dan berdalih itu boleh, saya sangat sarankan kita semua menghindari kedua hal itu dan mengambil pilihan yang jauuuuuuhh lebih baik, yaitu memilih bertanggung jawab.
Kapan Terakhir Kali Kita Berprestasi? Untuk menjawab pertanyaan di atas, ingatlah dengan baik seluruh ruas kehidupan kita. Pada satu (atau dua.. tiga.. empat.. dan seterusnya) ruas hidup itu pasti ada prestasi yang kita torehkan. Baiklah.. mungkin bukan prestasi secara formal yang biasanya diikuti oleh sebuah bentuk penghargaan tetapi lebih merupakan suatu pencapaian yang mampu membuat rasa bangga dan bahagia membuncah dalam dada kita. Bisa jadi itu adalah ketika kita pertama kali mampu membeli kendaraan dari uang hasil keringat kita sendiri, atau hal lainnya. Ingat kembali. Sudah ingat? Nah. Dia awal proses menuju prestasi, atau pencapaian itu, seperti apakah sikap yang kita tunjukkan berkenaan dengan halangan serta kesulitan yang kita hadapi? Saya yakin pada saat itu tak ada sedikitpun keluhan atau dalih yang kita munculkan pada saat harus berurusan dengan halangan maupun kesulitan. Saya percaya, pada saat itu, kita dengan kreatif memutar otak mencoba beberapa cara agar mampu mengatasi kesulitan itu dan, eureka, tiba-tiba kita bisa meraih pencapaian itu. Menarik bukan?
It's SHOWTIME!
189
Lebih menarik lagi bila kita mengaitkan itu dengan situasi kita saat ini. Jika kita kesulitan untuk menorehkan prestasi atau pencapaianpencapaian lain setelah keberhasilan kita yang terakhir, itu artinya ada perubahan dalam sikap kita. Sering kali yang menjadi berbeda adalah kemampuan kita menghadapi situasi sulit. Sewaktu kita mengalami keberhasilan, kita mengedepankan sikap bertanggung jawab penuh untuk mencari jalan keluar dari sebuah kesulitan. Sebaliknya, pada saat kita jauh dari keberhasilan, kita lebih memilih untuk mencari dalih, mengedepankan pembenaran, dan mengeluh dalam menyikapi suatu masalah atau situasi. Ini yang berbeda. Rentetan pencapaian, walaupun dalam skala kecil, akan menjadi momentum kesuksesan kita. Pengalaman sudah menunjukkan bahwa kesuksesan hanya bisa hadir ketika kita mampu menunjukkan sikap bertanggung jawab penuh dalam setiap keadaan. Perjalanan hidup kita sudah menunjukkan bahwa kita mampu mencapai suatu keberhasilan pada saat kita bisa mengesampingkan dalih dan keluh kesah. Sudah tiba waktu bagi kita untuk kembali pada jalur yang benar, jalur tanggung jawab.
It's SHOWTIME!
190
“Terlepas dari seberapa hebatnya Anda, Anda masih bisa lebih baik lagi, dan itulah hal yang paling menarik.” Tiger Woods
BAB 16 VITAMIN KE 4: PERBAIKAN TERUS MENERUS Apa saja yang berbeda dari dunia saat ini dengan dunia sepuluh tahun yang lalu? Banyak sekali. Mulai booming komputer tablet, Blackberry, sampai maraknya jasa outsourcing di beragam bidang usaha. Jenis perubahan yang disebut paling akhir, outsourcing, telah dan akan terus membuat kebat-kebit banyak pekerja. Sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan akan rasa aman, outsourcing sebagai trend jelas mengganggu rasa aman dari pekerja. Mereka merasa, setiap saat, bisa “dihapus” dan digantikan orang baru. Ini bukan hal yang menyenangkan. Dunia terus berubah dari waktu ke waktu dan itu mempunyai pengaruh yang sangat besar pada cara menjalankan bisnis. Dengan demikian, ini juga akan mempengaruhi pekerjaan kita. Terlepas apakah urusan menyenangkan atau tidak, satu hal pasti adalah kita harus siap berubah (change). Lebih tepatnya, siap meningkatkan diri
It's SHOWTIME!
191
(improve) dari waktu ke waktu. Kemajuan memerlukan pengetahuan baru. Kemajuan berlangsung terus menerus. Itu artinya kita juga perlu melakukan pembelajaran yang terus menerus agar mampu mencapai sebuah kemajuan yang berkesinambungan.
Proses Yang Lebih Baik Jaminan Hasil Yang Lebih Baik Perusahaan kita membayar kita atas apa yang kita miliki, yaitu keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) kita. Semakin baik keahlian yang kita miliki, akan semakin baik pula kualitas hasil kerja kita. Bertambah bagus penguasaan pengetahuan kita, bertambah kreatif pula kita dalam memecahkan suatu permasalahan. Perusahaan pasti akan banyak mendapat kontribusi dari kedua hal itu dan sangat wajar apabila nilai kita semakin meningkat. Keahlian dan pengetahuan adalah sesuatu yang dipengaruhi oleh perubahan juga. Apapun bidang profesi kita, kemajuan-kemajuan pesat di dunia yang kita tekuni akan membuat keahlian dan pengetahuan kita saat ini segera ketinggalan jaman. Kita perlu melihat kebiasaan belajar kita saat ini. Apakah kita sudah selalu mengikuti perkembangan terkait karir kita? Apakah keahlian serta pengetahuan kita up-to-date? Ada satu cerita menarik yang saya dapat ketika saya belajar dulu, tepatnya ketika saya harus menjalani program magang di sebuah manufacturer mesin-mesin diesel untuk pertanian. Pembimbing magang saya adalah seorang manager di bagian produksi. Beliau masih sangat muda tetapi terlihat sangat bijaksana dan pandai. Beliau
It's SHOWTIME!
192
sempat memotivasi kami dengan cara menceritakan saat-saat awal ia bekerja di perusahaan itu. Ia bergabung di perusahaan tersebut sebagai seorang supervisor produksi. Kendala yang ia hadapi pada waktu itu adalah resistensi para anak buah yang menganggap ia tidak bisa apa-apa. Mereka, para anak buah itu, sebagian besar lulusan sekolah menengah teknik dan ia adalah seorang insinyur dari satu universitas negeri terkemuka. Kendati bukan insinyur, para anak buah mempunyai masa kerja yang cukup untuk memiliki keahlian di bidang produksi, termasuk cara mengoperasikan mesin CNC (computer numerical control) yang merupakan mesin berteknologi baru pada masa itu. Pembimbing saya tidak banyak memahami dan, bahkan, belum ahli dalam mengoperasikan mesin CNC tersebut. Itulah awal resistensi para anak buah itu. Mereka merasa lebih bisa dan seharusnya tidak dibayar lebih rendah daripada sang insinyur muda. Pembimbing saya, sang insinyur muda itu, tak patah arang. Beliau juga tidak mempermasalahkan resistensi dari para anak buah. Menganggap bahwa resistensi tersebut adalah suatu hal yang wajar adalah kunci beliau untuk bertahan, namun bukan itu saja. Kesadaran bahwa pada satu sisi para anak buah tersebut bisa jadi benar telah membuat beliau tergugah untuk belajar. Beliau bercerita bahwa sejak kesadaran itu muncul, hampir setiap hari beliau menginap di pabrik untuk mempelajari cara pengoperasian mesin CNC. Beliau membawa serta literatur yang bisa ditemukan tentang mesin CNC. Jerih payahnya terbayar lunas ketika suatu saat satu mesin CNC mengalami masalah dan ngadat. Para anak buah kebingungan dan factory manager sudah hampir mendatangkan seorang mekanik dari distributor mesin itu. Sang insinyur muda bicara pada factory manager dan meyakinkan bahwa beliau bisa memperbaiki mesin itu.
It's SHOWTIME!
193
Singkat cerita, beliau benar-benar mampu memperlihatkan hasil pembelajaran serta pengorbanan selama sekian waktu mennginap di pabrik mempelajari mesin itu. Beliau berhasil memperbaiki mesin tersebut sekaligus mendemonstrasikan bahwa mesin itu sudah berfungsi secara normal lagi. Kejadian tersebut menjadi titik balik karir pembimbing saya. Para anak buah secara tiba-tiba menjadi sangat menghormati dan kooperatif. Manajemen juga memberi catatan baik atas prestasi beliau dan dalam tempo yang tidak terlalu lama, beliau mendapat promosi ketika kesempatan itu ada. Dari cerita itu yang saya tangkap adalah bahwa sangat wajar pada satu tahap kita tidak mempunyai keahlian atau pengetahuan yang cukup tentang suatu hal. Faktor yang membedakan adalah apa yang kita lakukan setelah menyadari kekurangan tersebut. Apabila kemudian kita mau menginvestasikan waktu serta tenaga untuk belajar dan belajar, maka kita akan mampu melangkah maju. Sebaliknya, jika kita tidak melakukan sesuatupun terhadap hal itu, maka kemajuanlah yang akan menelan kita.
Pro-aktif Dalam Belajar Kita sangat beruntung bila saat ini merupakan bagian dari satu perusahaan yang memiliki kesadaran tinggi akan pendidikan dan pengembangan para karyawannya. Pada masa sekarang ini memang semakin banyak perusahaan yang menyadari arti penting mendidik serta mengembangkan karyawan. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak pernah ragu menginvestasikan dana yang besar untuk program-
It's SHOWTIME!
194
program pelatihan yang mereka adakan. Sebagai hasilnya mereka juga mendapatkan pertumbuhan bisnis yang positif sebagai hasil dari peningkatan kualitas karyawan. Kendati semakin banyak perusahaan seperti di atas, tidak menutup kemungkinan ada perusahaan yang memang belum berkesempatan mengalokasikan sebagian porsi dana mereka pada pendidikan serta pengembangan karyawan. Ada kemungkinan salah satu dari kita berada dalam perusahaan yang masih seperti itu. Menunggu kesempatan untuk dididik dan dikembangkan pada perusahaan seperti itu bisa menjadi proses yang membuang waktu. Mengeluhkan sikap perusahaan yang masih seperti itu, apa lagi, pasti lebih merugikan kita. Sikap yang tepat, seperti yang kita pelajari sebelumnya, adalah memilih bertanggung jawab pada pendidikan dan pengembangan diri kita sendiri. Masih ingat cerita tentang pembimbing magang saya di sebuah produsen mesin diesel untuk pertanian? Ya. Beliau juga berada di perusahaan yang pada waktu itu belum mempunyai sistem didik kembang karyawan. Beliaulah yang berinisiatif untuk mendidik serta mengembangkan diri agar mampu diterima oleh para anak buahnya. Itu bisa kita jadikan teladan. Di era kini, semakin beragam saja sumber-sumber informasi yang bisa kita jadikan media belajar. Mulai dari informasi yang tersedia di jutaan website, TV berlangganan, sampai buku-buku pengembangan diri yang beragam jenis serta temanya. Itu semua adalah kekayaan yang terhampar di depan kita dan siap untuk kita raih. Menginvestasikan beberapa rupiah untuk membeli dan mempelajari buku-buku demi perbaikan kualitas diri adalah langkah yang tepat bagi karir kita. Mengalokasikan waktu untuk mengunjungi sumber-
It's SHOWTIME!
195
sumber ilmu bermutu adalah tindakan yang bijak bagi perbaikan nasib kita. Selain belajar dari media yang tersedia di sekeliling kita, mengajukan diri untuk belajar dari orang lain yang terbukti mempunyai keahlian serta pengetahuan yang bagus di satu bidang juga sangat disarankan. Secara resmi kita bisa mengajukan diri untuk belajar dari orang tadi melalui departemen Sumber Daya. Asal kita menunjukkan keseriusan serta tujuan yang jelas, saya percaya departemen Sumber Daya pasti membantu kita dengan senang hati. Bisa juga kita berkoordinasi langsung dengan pimpinan kita dan orang yang bersangkutan agar bisa menggunakan waktu-waktu tertentu untuk belajar darinya. Intinya, ada banyak cara yang bisa kita tempuh agar kita bisa mengembangkan diri kita. Sekali lagi, sungguh beruntung apabila kita berada dalam satu perusahaan yang mempunyai kesadaran tinggi dalam mendidik serta mengembangkan karyawannya. Hal itu bukan berarti bahwa proses didik kembang karyawan adalah semata-mata tanggung jawab perusahaan. Tanggung jawab terbesar, justru, ada pada diri kita sendiri. Kemauan serta determinasi kita untuk secara mandiri menginvestasikan waktu, tenaga, dan, bahkan, dana untuk mendidik serta mengembangkan diri bukan merupakan suatu hal yang berlebihan. Sebaliknya, itu akan menjadi pembeda karir kita. Itu yang akan menyelamatkan kita dari badai perubahan.
Kita Bukan Susu “Saya sudah tua, Pak Nug. Sudah tidak kuat otak saya untuk belajar hal-hal yang baru.” Saya beberapa kali mendengar kalimat-kalimat
It's SHOWTIME!
196
seperti itu ketika memimpin suatu program pelatihan. Tidak semua peserta pelatihan yang saya pimpin datang dengan kesadaran tinggi. Ada juga satu atau dua di antara mereka yang datang karena terpaksa, walaupun saya juga tidak pernah paham siapa sebenarnya yang memaksa mereka. Di bagian ini saya menegaskan bahwa kemampuan otak kita untuk belajar sebenarnya tidak terbatas oleh usia. Bukankah banyak sekali ilmuwan yang sudah berusia lanjut dan mereka terus mempelajari sekaligus menciptakan hal-hal baru? Bukankah banyak juga orang muda yang pikun dan oon-nya minta ampyun? Belajar itu soal kemauan dan determinasi, seperti sikap dan tindakan-tindakan yang lain. Selama kita mau dan mempunyai determinasi untuk belajar maka otak kitapun juga mampu mengikutinya. Kita bukanlah susu yang semakin lama semakin rusak. Kita adalah manusia yang perlu terus belajar dan belajar untuk mampu memanfaatkan apa yang ada di dunia ini. Membiasakan belajar dan menyibukkan otak dengan hal-hal yang mempunyai nilai tambah sedari muda adalah kunci rahasia vitalitas otak. Sekali lagi ini adalah tentang kemauan dan determinasi. Masa tua kita bisa sangat produktif ketika kita masih mampu menyelamatkan fungsi otak kita untuk belajar dan, sebaliknya, masa tua kita akan merana apabila kita tidak mau menggunakan otak kita untuk belajar. Mungkin bisa juga kita anggap seperti ini: belajar akan membuat kita awet muda dan berhenti belajar akan membuat kita berhenti. Jadi pilih belajar atau berhenti?
It's SHOWTIME!
197
“Lebih baik mengambil langkah-langkah kecil ke arah yang benar daripada melakukan satu lompatan besar dan, kemudian, terjatuh ke belakang.” Louis Sachar
BAB 17 VITAMIN KE 5: PERSISTENSI Pada The push (mendorong diri sendiri) kita sudah membahas sebagian dari apa yang akan kita pelajari dalam persistensi ini. Menyatakan “saya mampu” seperti yang kita baca di The push adalah awal dari persistensi. Tanpa memilih sikap “saya mampu” itu kita akan sangat kesulitan menyelesaikan apapun yang sudah kita mulai. Sebelum terlalu jauh, saya juga ingin mengingatkan bahwa tidak terlalu banyak kehilangan kita apabila kita sejak awal memutuskan untuk tidak mulai daripada memulai perjalanan dan berhenti pada prosesnya. Mulai dan selesaikan atau tidak sama sekali. Itu prinsipnya. Menjadi seorang SHOW TIME! performer memang sangat menjanjikan banyak kesuksesan dan keberuntungan. Itu pasti. Di sisi lain ada perjalanan yang menantang dalam mewujudkan semua itu. Lebih aman bagi kita untuk memilih menjadi karyawan biasa-biasa saja di awal, jikalau kita tidak siap dengan tantangan itu. Menjadi
It's SHOWTIME!
198
karyawan biasa jelas tidak perlu menempuh perjalanan berat karena, faktanya, karyawan biasa sudah cukup berat berkutat dengan kehidupan mereka (jadi tidak perlu tambahan beban lagi kan?). Sementara karyawan berprestasi, seorang SHOW TIME! performer, bergelimang keberuntungan di keseharian mereka sehingga, wajar, apabila di perjalan awal mendapatkan tanjakan-tanjakan berat atau turunan-turunan curam. Tinggal kita memilih mau susah di awal bahagia kemudian atau gampang di awal dan susah terus-terusan. Persistensi adalah hal yang membantu kita untuk mencapai garis finish dari perjalanan kita. Persistensi mempunyai makna keteguhan dan kegigihan untuk terus maju terlepas dari semua kesulitan dan halangan yang ada. Seth Godin menggambarkan persistensi sebagai keputusan untuk melewati jurang kesulitan dalam yang ia namakan The Dip, sama dengan judul bukunya. Seth menjelaskan bahwa pada umumnya akan ada banyak orang yang berhenti pada saat sampai di jurang kesulitan tadi, dan justru itulah alasan yang bagus mengapa kita harus terus melewatinya. Tepat sekali. Keberhasilan kita melewati jurang itu merupakan kelangkaan dan kita akan dianggap berprestasi karenanya. The dip, jurang kesulitan, halangan, masalah, tekanan, atau apapun kita menamainya selalu menawarkan sebuah peluang emas dan persistensi adalah kendaraan kita untuk memanfaatkan peluang itu. Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan persistensi itu?
Bayangkan Perjalanan Di Awal Dalam dunia pelatihan seorang trainer biasa menyiapkan satu rancangan pelatihan yang disebut dengan Training Activity Outlines (TAO). Dalam TAO tersebut seorang trainer merancang garis besar
It's SHOWTIME!
199
proses pelatihan yang akan ia pimpin. Ia menuliskan hal-hal yang harus diperoleh para peserta pada akhir kegiatan pelatihan. Ia menyebutkan hal-hal yang harus ada dalam pelatihan tersebut. Respon-respon para pesertapun sudah diarahkan dalam sebuah TAO. Bahkan, kemungkinan masalah atau problem yang bisa terjadi selama proses pelatihan berlangsung juga telah diantisipasi oleh sang trainer. Secara sederhana, bisa kita sebut bahwa sang trainer telah membayangkan semua proses pelatihan di awal, ketika pelatihan itu sendiri belum dimulai. Dengan demikian sang trainer mempunyai kontrol yang kuat akan apa yang bisa serta akan terjadi dalam seluruh rangkaian pelatihan. Ini tentu saja sangat membantu keberhasilannya.Mengadopsi hal yang sama akan sangat membantu kita dalam mengembangkan persistensi sehingga kita bisa sampai pada tujuan yang kita inginkan dalam karir. Ketahui apa saja yang menunggu kita di depan serta identifikasi juga potensi-potensi masalah yang bisa kita temui dalam perjalanan karir. Di awal tadi, kita sudah mengklarifikasi ekspektasi semua pihak yang terkait pekerjaan kita. Kita juga sudah meminta feedback tentang apa yang perlu kita perbaiki dari diri kita. Dalam membayangkan perjalanan yang akan kita tempuh ini, kita juga bisa menggunakan hasil-hasil klarifikasi dan feedback tadi. Masih ingat bukan bahwa garis finish itu adalah tercapainya impian yang di awal sudah kita tentukan? Jadi membayangkan perjalanan menuju kesuksesan ini adalah membayangkan proses yang akan kita jalani, termasuk potensi-potensi kesulitan yang ada, untuk mencapai impian tadi. Itu akan cukup mudah.. asal, di awal tadi, kita juga sudah menentukan sebuah visi personal dan impian. Seorang sahabat dan sumber referensi saya, Bapak Hari Subagya, penulis buku laris TIME TO CHANGE dan TIME TO CHANGE IN
It's SHOWTIME!
200
SELLING, mengatakan bahwa bila kita sudah sanggup menerima resiko terburuk dari suatu pilihan, maka kita akan baik-baik saja. Saya mempunyai pemahaman yang sama. Terkait dengan apa yang kita bayangkan tentang perjalanan menuju sukses itu, kita pasti bisa melihat resiko-resiko yang ada. Resiko yang kecil biasanya menjanjikan kesuksesan yang kecil dan resiko yang besar menjanjikan keberhasilan yang besar juga. Terlepas dari ukuran mereka, resiko bukanlah untuk dihindari atau langsung ditabrak. Mereka ada untuk kita kelola serta kendalikan. Sepanjang kita yakin kita bisa mengelola dan mengendalikan resiko-resiko itu, seperti kata Bapak Hari Subagya, kita akan baik-baik saja.
Sedikit Lagi Cerita tentang apa yang dilakukan oleh Thomas A. Edison dan Kolonel Sanders senantiasa dituturkan oleh para motivator apabila mereka membahas tentang persistensi. Ya. Tokoh-tokoh itu memang luar biasa dalam hal meyakinkan diri untuk terus berjalan ketika situasi sulit datang menghadang. Kolonel Sanders mendatangi lebih dari seribu restoran untuk menawarkan resep rahasianya. Thomas Edison melakukan puluhan ribu percobaan sebelum menemukan susunan paling tepat sebagai cikal bakal bola lampu yang kita gunakan saat ini. Ada juga Walt Disney yang mendatangi luar biasa banyak bank sebelum mendapati satu bank yang bersedia membiayai pembangunan Disney Land, sebuah taman bermain fenomenal yang tetap menjadi ikon dunia sampai detik ini.
It's SHOWTIME!
201
“Tapi bila segala sesuatunya tak kunjung membaik setelah kita berupaya dengan keras, bukankah sebaiknya kita berhenti?” Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Sulit bagi saya untuk menjawab “tidak” terhadap pertanyaan seperti itu. Bila apa yang kita lakukan serupa dengan mencoba menjual satu mobil mewah di pemukiman yang hidup di bawah garis kemiskinan, maka jawaban saya sangat tegas, “YA! Kita harus berhenti saat ini juga untuk memulai kembali segala sesuatunya pada tempat serta sasaran yang benar.” Di lain sisi, jika ternyata situasi itu lebih mirip dengan menawarkan mobil mewah di lingkungan orang-orang berada yang dalam keseharian mereka juga menggunakan mobil-mobil setara dengan yang kita tawarakan, sementara kita belum menjual sebijipun, maka ada sesuatu yang harus kita periksa dengan cara kita bekerja. Mungkin kita sudah bekerja keras, tetapi apakah kita sudah bekerja dengan baik dan benar? Periksa juga apakah ada faktor-faktor di luar diri kita yang menyebabkan hasil yang kita inginkan itu secara de facto maupun de jure tidak bakal bisa kita raih. Thomas A. Edison, Kolonel Sanders, dan juga Walt Disney secara persisten terus maju melewati segala halangan dan kesulitan karena mereka yakin apa yang mereka kejar adalah hal yang benar-benar berarti dan menjanjikan sesuatu yang signifikan. Mereka bisa melihat itu. Mereka melihat bahwa mereka mengejar sesuatu yang pantas dikejar dan situasi sulit yang mereka hadapi adalah sedikit pembatas yang memisahkan para pemain rata-rata dan seorang juara. Sedikit saja mereka berjalan maju, dan maju, kemudian, maju lagi, mereka akan sampai pada apa yang mereka impikan. Mereka akan segera menjadi juara.
It's SHOWTIME!
202
Yakinkah kita bahwa apa yang sedang upayakan adalah hal yang benar, baik, layak, serta strategis untuk diwujudkan? Jikalau kita yakin, maka kesulitan yang kita hadapi tak lebih merupakan pintu yang harus kita lalui untuk menjadi juara. Kita memang boleh memilih untuk berdiri saja di depan pintu itu tanpa melewatinya atau, bahkan, berbalik arah dan menjauhi pintu tadi. Itu sebuah pilihan.. pilihan yang hanya akan membuat kita sebagai karyawan rata-rata, bukan seorang SHOW TIME! performer. Majulah sedikit lagi, sedikit lagi, dan sedikit lagi, lewati pintu kesulitan tadi dan apapun yang kita impikan akan menjelma di hadapan kita. Sedikit lagi!
Ada Rintangan Ada Peluang Di sini saya akan secara singkat mengulas dan menegaskan bahwa halangan, masalah, kesulitan, atau hambatan adalah sebuah pintu atau pembatas yang membedakan mereka yang coba-coba atau mereka yang benar-benar ingin sukses dan berprestasi. Ada banyak sekali orang yang memilih untuk tidak melewati pintu itu, dengan berbagai macam dalih. Mereka disebut sebagai orang gagal. Terdapat sedikit saja orang yang mempunyai persistensi untuk membuka dan kemudian melewati pintu itu, walaupun itu sangat sulit. Kita mengenal mereka sebagai sosok-sosok berprestasi. Marilah kita tengok sebuah klub kebugaran. Di sana kita bisa dengan sangat jelas melihat ada suatu rentang waktu dimana para anggota klub tiba-tiba mengalami lonjakan. Satu, dua, atau tiga bulan kemudian anggota-anggota baru menghilang entah kemana. Tersisalah orang itu-itu saja yang rasanya dari awal berdirinya klub memang ada
It's SHOWTIME!
203
di sana. Merekalah orang-orang yang kita kenal sebagai sosok yang berada dalam kondisi fisik di atas rata-rata (dan membuat banyak orang iri) serta dengan mudah bisa menunjukkan kepada kita sertifikat-sertifikat penghargaan dari perlombaan yang telah mereka ikuti. Mereka adalah orang-orang dengan kualitas SHOW TIME! performer. Bila kita serius mengubah nasib, menuju keberuntungan dan kesuksesan, lewati kesulitan dan halangan.
It's SHOWTIME!
204
“Ketika bekerja, ia bekerja dengan bersungguh-sungguh. Waktu bermain, ia juga bermain dengan sungguhsungguh.” Dr. Seuss
BAB 18 VITAMIN KE 6: JADILAH TERKENAL & BERSENANG-SENANGLAH Bagian ini mungkin akan membuat sebagian dari kita mengeryitkan kening. Nasehat ini memang tidak tampak selaras dengan nasehatnasehat lain. Ini kelihatan seperti celetukan iseng dibanding dengan yang lain, tetapi ini sangat serius. Kita tidak akan mendapatkan apaapa diakhir perjalanan apabila kita tidak mampu menikmati prosesnya. Kita juga tidak akan kemana-mana apabila diri kita kurang di kenal di lingkungan kerja kita. Ini bukan tentang menjilat sana sini untuk mendapatkan perhatian atau ngelawak di forum-forum meeting perusahaan. Ini adalah tentang menunjukkan kematangan mental dan ketahanan emosional karena hanya mereka yang mempunyai kematangan mental serta emosional
It's SHOWTIME!
205
sajalah yang mampu mengelola keseimbangan antara bekerja dan bersenang-senang tanpa mengorbankan kualitas hasil kerja.
Jadilah Excellent Team Player Kita selalu menjadi bagian dari satu tim. Mungkin saja kita berada di satu bagian di mana kita bekerja seorang diri, tetapi tetap saja kita adalah satu bagian dari sebuah proses yang lebih besar lagi. Itu membuat kita menjadi seorang team player. Dalam era yang sangat dinamis ini, tidak ada satu individu yang akan mampu dengan cepat mengimbangi laju perubahan. Hanya tim yang solid dan berfungsi dengan baik saja yang bisa menjadi ruh sebuah perusahaan. Tim solid selalu memerlukan para team player yang luar biasa, yang excellent. Secara mendasar untuk mampu menjadi excellent team player kita perlu mengetahui peran utama kita di dalam tim. Dalam menjalankan peran utama, tentu saja ada standard operating procedures (SOP) yang bisa kita jadikan rujukan tentang standar proses dan standar hasil yang diharapkan. SOP bisa kita gunakan untuk melakukan kalibrasi terhadap proses yang kita lakukan serta hasil yang kita dapatkan. Apakah proses serta hasil kita sudah cukup baik, baik, atau sangat baik, itu semua bisa kita ukur dengan suatu SOP. Untuk menjadi excellent team player kita perlu memastikan bahwa secara rata-rata proses serta hasil kerja kita berada pada level sangat baik. Dengan rata-rata nilai kerja kita berada pada level sangat baik, memang sangat membantu anggota tim yang lain. Namun perlu diingat bahwa kitapun akan sangat kesulitan untuk memperoleh hasil yang seperti itu, bila kita tidak didukung dan mendukung anggota tim yang lain. Itulah mengapa kita juga perlu mengerti siapa saja yang
It's SHOWTIME!
206
berada dalam lingkaran kerja kita, siapa yang mendukung kita dan siapa yang kita dukung. Setelah kita menyadari hal itu (sengaja saya menggunakan kata menyadari, bukan mengerti, karena dalam bekerja, biasanya, kita mengerti siapa saja yang berada dalam tim, namun TIDAK MENYADARI bahwa mereka adalah bagian dari kesuksesan kita), yang perlu kita lakukan adalah memperbaiki aliran komunikasi dengan mereka. Kemukakan informasi yang perlu diketahui oleh anggota tim yang lain dan cari tahu informasi-informasi yang kita butuhkan dalam melaksanakan tugas-tugas dalam tim. Komunikasi terbuka adalah dasar kerjasama tim yang berhasil. Selain memahami standar-standar yang diharapkan serta mengupayakan aliran komunikasi yang konstruktif di dalam lingkaran kerja kita, ada satu hal lagi yang sangat penting agar kita bisa menjadi seorang excellent team player. Satu hal itu sangat penting sehingga penjelasannya saya jadikan bagian tersendiri.
Bantu Orang Lain Sering membantu pasti akan membuat kita terkenal, tetapi itu bukan tujuan utama dari apa yang saya ingin ungkapkan ini. Bila nanti kemudian kita terkenal karena sering membantu, maka anggap saja itu suatu efek samping yang positif. Sering membantu rekan kerja dan juga atasan kita akan mempermudah pekerjaan mereka. Semakin mudah kerja mereka akan semakin baik pula produktifitas tim dimana kita berada. Semakin produktif tim kita, semakin nyaman pula kerja kita. Nah. Akhirnya semua saling terpengaruh dan mempengaruhi secara baik. Itulah tujuan utama membantu.
It's SHOWTIME!
207
Untuk mampu mengalokasikan waktu agar mampu membantu mereka yang ada dalam lingkaran kerja kita, ada satu hal krusial yang perlu kita pastikan dari diri kita. Hal krusial tersebut adalah bahwa kita perlu mempunyai efektifitas, efisiensi, dan kompetensi kerja yang sangat baik. Hanya itu saja yang bisa memampukan kita untuk membantu orang lain. Sering membantu orang lain berarti kita memberikan sebagian waktu kerja kita untuk hal itu. Sungguh tak elok apabila kita bisa membantu orang lain sementara pekerjaan kita sendiri kedodoran sehingga, pada akhirnya, malah merepotkan orang lain. Ketika ada situasi darurat dalam sebuah pesawat terbang dan kita perlu membantu orang lain mengenakan masker oksigen mereka, kita harus mengenakan masker oksigen kita terlebih dahulu. Itu jugalah yang harus kita lakukan ketika kita hendak membantu pekerjaan orang lain, memastikan tugas kita telah selesai dengan baik. Bagaimana itu bisa kita pastikan? Betul sekali. Jawabannya telah diberikan pada paragraf sebelum ini: kita perlu memiliki efektifitas, efisiensi, dan kompetensi kerja yang sangat baik. Menyediakan diri untuk membantu mereka yang ada dalam lingkaran kerja kita juga akan mendekatkan diri kita pada bakat-bakat terbaik yang ada di sekitar kita. Mulai dari atasan kita yang mempunyai pengalaman, rekan-rekan kerja kita yang mempunyai kecakapan kerja khusus, sampai pada rekan-rekan kerja dari departemen lain yang memiliki skill serta knowledge yang berbeda dengan kita. Merekamereka itulah yang akan memperkaya kecakapan kita sehingga kualitas profesi kitapun juga akan meningkat seiring kemauan kita menyediakan waktu untuk membantu mereka. Suatu “bayaran” yang sepadan untuk bantuan kita bukan?
It's SHOWTIME!
208
Ambil Waktu Untuk Bersenang-Senang Tentu saja apa yang saya maksud bersenang-senang di sini bukan dalam konotasi negatif. Sekedar berbincang ringan, bercanda secara pantas, dan melibatkan diri pada acara-acara sosial perusahaan adalah cara bersenang-senang yang sehat. Melakukan hal-hal tersebut sangat baik bagi kehidupan kerja kita karena, selain kita sendiri mendapat kesempatan untuk melemaskan urat syaraf, orang lain juga akan melihat sisi manusiawi kita. Ada beberapa orang yang bekerja dengan sangat keras dan senantiasa menunjukkan, membicarakan, serta mengeluhkan betapa mereka telah bekerja dengan sangat keras. Mereka seakan memandang sebelah mata atas apa yang dilakukan orang lain. Mereka ingin selalu orang lain setuju bahwa mereka sudah bekerja lebih banyak dari yang lain. Ya. Jarang sekali orang lain menyukai kehadiran mereka walaupun, mungkin, mereka memang bekerja lebih keras dari rata-rata. Jangankan rekan kerja, bahkan atasan mereka yang tampak menghargai kerja keras merekapun, sebenarnya kerap merasa terganggu dengan sikap itu. Bekerjalah dengan segenap daya dan kekuatan tetapi hindari membesar-besarkan hal itu. Anggaplah itu hal yang sangat normal serta wajar dan semua melakukannya, walaupun sebenarnya tidak. Di waktu-waktu luang yang paling memungkinkan (seperti waktu istirahat), kita bisa menggunakannya untuk memperluas jaringan keakraban kita dengan rekan yang berbeda-beda. Semakin banyak teman akrab kita, semakin baik. Mengikuti klub-klub hobi di perusahaan juga merupakan ide yang sangat baik untuk mengakrabkan diri kita dengan sebanyak mungkin rekan kerja.
It's SHOWTIME!
209
Berbincang ringan dengan atasan juga merupakan hal yang baik untuk bersenang-senang. Kita tidak harus selalu membincangkan hal besar nan serius dengan atasan kita, bukan? Semakin beragam tema interaksi kita dengan atasan semakin mudah kita memahami mereka dan semakin baik pula hubungan atasan bawahan yang kita bangun. Bersenang-senang bukanlah hal yang tabu dalam bekerja. Hal yang buruk dalam bekerja adalah memberikan hasil kerja yang pas-pasan karena perusahaan memerlukan produk yang luar biasa untuk mampu mempunyai daya saing yang baik. Bersenang-senang bisa menjadi penetralisir terhadap tekanan-tekanan yang kita hadapi ketika bekerja. Ketika kita mampu secara konsisten menampilkan performa kerja yang luar biasa dan pada saat yang bersamaan terlihat ceria, jauh dari stress, serta tampak selalu dalam keadaan bahagia, orang akan menilai bahwa kita adalah sosok yang spesial. Apakah kita keberatan dianggap sebagai sosok yang spesial?
Tularkan Antusiasme Menularkan antusiasme juga merupakan cara bersenang-senang yang mudah, sederhana, namun efektif. Bayangkan ketika tempat kerja kita dipenuhi oleh orang-orang yang antusias, maka akan banyak hal yang luar biasa menyenangkan terjadi setiap hari. Bagaimana cara menularkan antusiasme? Kita tadi telah mempelajari tentang penampilan bintang lima. Dengan menunjukkan diri kita yang antusias, kita bisa menulari orang lain dengan hal yang sama. Dulu ketika masih berstatus sebagai karyawan saya terbiasa melakukan hal ini di awal hari. Saya akan tebarkan senyum kepada siapapun yang saya temui, mulai dari ruang absensi,
It's SHOWTIME!
210
ruang locker, sampai ruang kantor saya. Saya jabat tangan orangorang yang saya temui dengan erat dan penuh kebahagiaan, seakan hari itu adalah hari terhebat bagi kami semua. Memberi komentar baik atas apa yang saya lihat dari mereka di hari itu juga merupakan kebiasaan yang saya lakukan tiap hari. Semua itu memberi kami kesempatan untuk sedikit tertawa riang di awal hari dan itu merupakan suplemen energi yang luar biasa untuk memulai pekerjaan kita. Kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kegiatan menularkan antusiasme ini adalah menjadi matahari. Tanam-tanaman serta daundaun yang masih kedinginan tertutup embun di pagi hari, akan segera menengadah dengan penuh keceriaan ketika matahari muncul menyinari bumi. Semua menjadi lebih cerah dan lebih indah. Seperti itulah hendaknya peran kita dalam menularkan antusiasme. Lakukan kegiatan menjadi matahari ini secara konsisten dan kita akan sangat bahagia dengan hasil-hasil yang kita peroleh dalam jangkan waktu yang relatif pendek. Dijamin!
It's SHOWTIME!
211
“Mereka selalu berkata bahwa waktu akan merubah segalanya, tetapi sebenarnya Andalah yang harus merubah semua itu.” Andy Warhol
BAB 19 VITAMIN KE 7: WAKTU Waktu benar-benar hal yang paling penting bagi manusia, bukan hanya bagi pekerja seperti kita. Semua seakan membutuhkan waktu lebih. Anak-anak membutuhkan waktu lebih banyak untuk bermain dengan orang tua mereka. Para pemian bola mengharap tambahan waktu untuk mampu memenangkan pertandingan. Senior kita yang berada pada masa pensiun berharap waktu lebih untuk bisa terus bekerja. Para pekerja seperti kita memerlukan waktu lebih untuk menyelesaikan target-target kita. Kita semua seakan tak pernah mempunyai cukup waktu. Seandainya kita benar-benar mau berhitung, waktu yang ada di genggaman kita sebenarnya sudah cukup untuk mengantar kita ke pintu gerbang kesuksesan serta keberuntungan. Mereka yang telah berprestasi tidak mempunyai jumlah waktu yang lebih dari 24 jam dalam sehari. Tim Cook (CEO Apple Inc.) mungkin adalah karyawan dengan bayaran tertinggi di dunia. Iapun hanya mempunyai 24 jam sehari dalam proses meretas kesuksesannya. Tidak lebih dan tidak kurang.
It's SHOWTIME!
212
Kuncinya sangat sederhana dan siapapun sudah tahu, yaitu cara memanfaatkannya. Sayang sekali mengerti bukan berarti melakukan. Agar kita tergerak untuk melakukan apa yang sudah kita ketahui tentang waktu, mari kita pelajari apa saja yang mungkin kita lakukan dalam wakitu-waktu yang kita punyai.
Waktu Mendesak, Tindakan Penting Pernahkah suatu kali atasan kita muncul di tempat kita bekerja dan meminta bantuan kita untuk menyelesaikan suatu pekerjaan penting, sementara waktu yang ada untuk meneyelesaikan pekerjaan itu hanya sedikit? Ya. Seperti itulah yang dimaksud dengan judul di atas. Bisa juga ini tentang pekerjaan kita sendiri yang selalu kita kebut menjelang menit-menit terakhir tenggat yang ada. Orang yang produktif namun sering terlihat stress alias tertekan sering sekali mengerjakan pekerjaan-pekerjaan penting dalam waktu yang mendesak. Pekerjaan seperti itu memang kadang tidak bisa kita hindarkan sehingga suka tidak suka harus kita lakukan. Di sisi lain bila lebih dari 60% dari pekerjaan kita berasal dari jenis itu, bisa dipastikan himpitan beban kerja akan segera mengejar-ngejar kita dan kenikmatan bekerja kita akan berkurang secara drastis. Pada akhirnya, berkurangnya kenikmatan kerja juga akan menghilangkan produktifitas kita secara bertahap. Bayangkan sebuah gelang karet, yang paling berkualitas, lentur, juga liat sekalipun. Bila gelang karet itu kita rentang sampai batas kelenturan yang ia miliki serta kemudian kita tahan dalam keadaan teregang dalam waktu tertentu, maka gelang itu akan kehilangan keliatannya. Lakukan kembali hal itu sampai beberapa kali dan
It's SHOWTIME!
213
akhirnya gelang itupun akan benar-benar kehilangan kelenturan serta keliatannya. Pekerjaan penting yang dilakukan dalam waktu yang mendesak bukanlah hal yang sangat buruk. Itu bisa menjadi menarik dan memicu kreatifitas kita apabila sesekali kita lakukan. Kita juga memerlukan tantangan sekali waktu agar terbebas dari penjara rutinitas dan situasi kepepet semacam itu bisa menjadi tantangan yang menarik. Sekali lagi, asal tidak sering, pekerjaan semacam itu baikbaik saja.
Waktu Tidak Mendesak, Pekerjaan Penting Ini adalah jenis pekerjaan yang mendominasi waktu kerja orang-orang berprestasi. Mereka mampu secara konsisten menterjemahkan target besar menjadi target-target yang lebih kecil. Target tahunan dipecah menjadi target bulanan. Target bulanan dipecah menjadi target mingguan, dan seterusnya. Dari target-target itu mereka menyusun rencana action-nya. Rencana action tadi ditentukan menurut urutan prioritas. Pekerjaan yang paling berpengaruh terhadap tercapainya target diprioritaskan untuk diselesaikan sebelum pekerjaan-pekerjaan lain. Perencanaan itu membuat mereka juga mampu mengukur sebanyak apa waktu yang perlu mereka luangkan untuk menyelesaikan sebuah tugas dan kapan tugas itu sebaiknya selesai. Dengan demikian mereka bisa lebih menghindarkan diri dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam waktu yang mendesak.
It's SHOWTIME!
214
Konsistensi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dalam waktu yang tidak mendesak akan membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak dan lebih baik. Ini juga akan memungkinkan kita untuk mempunyai waktu lebih guna memberi bantuan pada orang lain, sekaligus waktu untuk meningkatkan diri. Fokus pada target besar yang kita punyai dan memecahnya menjadi target-target jangka pendek serta mengembangkan rencana untuk mampu memenuhi target itu, sekali lagi, adalah kunci keberhasilan kita untuk mendapatkan lebih banyak waktu untuk pekerjaanpekerjaan yang juga lebih penting. Biasakan diri untuk melakukan kedua hal itu dan kitapun akan segera menuai kesuksesan dan keberuntungang sebagai seorang SHOW TIME! performer.
Waktu Mendesak, Pekerjaan Tidak Penting Manusia memiliki kebutuhan untuk merasa signifikan atau penting. Kebutuhan yang satu ini kadang menjebak kita untuk serakah, ingin menyelesaikan banyak hal seorang diri. Kita ingin bisa menyelesaikan ini, itu, pekerjaan A, tugas B, dan seterusnya padahal sering kali halhal itu hanya menyesaki jadwal kita tanpa memberi pengaruh yang signifikan terhadap tercapainya target yang telah kita tentukan. Bisa juga hal-hal itu adalah karena kita tidak bisa berkata “tidak” (atau minimal “nanti dulu”) terhadap orang lain yang meminta perhatian atau waktu kita.
It's SHOWTIME!
215
Produktif memang mempunyai makna bisa memperoleh banyak hasil dalam rentang waktu tertentu, namun itu bukan berarti kita sebaiknya melakukan beragam tugas pada rentang waktu yang hampir bersamaan. Kita bukan Superman. Superman-pun, seingat saya, melakukan tugasnya satu persatu. Kita juga bukan orang yang paling bisa melakukan suatu pekerjaan. Ada orang lain yang bisa kita libatkan dan beri tanggung jawab untuk berbagi tugas dengan kita. Membantu itu bagus (dan sangat disarankan) tetapi bila itu sering membuat kita kelabakan dan tidak optimal dalam menyelesaikan tugas-tugas utama kita, itu mencelakai diri. Melakukan banyak hal dalam rentang waktu yang relatif sempit, tidak selalu ada kaitannya dengan produktifitas, apalagi bila hal-hal itu tidak penting. Mereka yang meluangkan sebagian besar waktu untuk mengerjakan banyak hal yang tidak penting dalam waktu yang mendesak, adalah mereka yang bekerja dengan tanpa tujuan yang jelas. Mereka tidak mengerti apa yang harus mereka capai dan apa yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri. Ini memang kedengaran cukup buruk tapi memang begitulah adanya. Apa yang bisa lebih buruk daripada dikejar-kejar waktu mengerjakan hal-hal yang menghabiskan energi dan, ternyata, hal-hal tersebut tidak mendekatkan kita pada tujuan kita? Kejelasan target utama kita sangat membantu kita untuk menyeleksi pekerjaan-pekerjaan apa saja yang perlu kita lakukan dan mana yang bisa kita tinggalkan atau kita percayakan kepada orang lain penyelesaiannya. Merujuk pada target utama juga membuat kita bisa menentukan apa saja yang harus terlebih dahulu kita kerjakan dan mana yang bisa kita lakukan nanti bila kita masih mempunyai waktu sisa.
It's SHOWTIME!
216
Waktu Tidak Mendesak, Pekerjaan Tidak Penting Ketika di rumah, ada kalanya kita ingin sesekali waktu melambatkan ritme hidup kita. Kita menikmati waktu dengan menonton TV dari channel satu ke channel yang lain. Koran, majalah, novel, atau buku tentang hobi menumpuk di sisi sofa agar mudah kita jangkau. Seharian bahkan kita tidak mandi. WOW! Itu boleh dan sah kita lakukan dengan tujuan memanjakan diri setelah mengikuti maraton kerja dalam siklus waktu aktif kita. Ternyata ada juga beberapa orang yang melakukan hal semacam itu justru ketika mereka bekerja. Waktu yang mereka ambil untuk melakukan hal-hal itu juga besar. Mereka menghabiskan waktu kerja mereka dengan halhal yang hampir tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Membaca berita di koran atau majalah online, iseng memainkan beberapa kuis atau game di internet, menghabiskan berbatang-batang rokok di area merokok, melamun di depan komputer, berkeliling dari satu departemen ke departemen lain hanya sekedar untuk mencari teman ngobrol, dan banyak hal-hal yang lain. Mereka bukan hanya tidak memahami tujuan kerja mereka, tetapi mereka benar-benar tidak mempunyai pemikiran lagi tentang apa itu bekerja. Mungkin mereka tidak bahagia dengan pekerjaan atau kehidupan mereka sehingga memilih menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal semacam itu. Tempat mereka bekerja tidak mendapat nilai tambah dari keberadaan mereka dan mereka juga tidak memberi nilai tambah pada kehidupan mereka sendiri. Melihat individu-individu seperti itu mungkin kita merasa sebal atau, bisa jadi, iri melihat kesan pembiaran oleh para atasan kita terhadap si
It's SHOWTIME!
217
individu tadi. Percayalah, sosok seperti itu bukanlah seorang yang pantas kita irikan. Mereka benar-benar tidak bahagia dengan situasi mereka kendati terlihat biasa-biasa saja. Nasehat saya pada karyawankaryawan yang berada pada situasi seperti itu selalu, “Ubah dirimu sekarang atau beranikan diri untuk mengundurkan diri dan memulai sesuatu yang baru.”
It's SHOWTIME!
218
BAGIAN 6 POLUTAN SHOW TIME! POLUTAN BINTANG PERFORMER LIMA Dalam upaya kita menjaga kesehatan, mengonsumsi vitamin secara rutin saja belum mencukupi apabila kita tidak memperhatikan pola hidup kita. Di sekitar kita banyak sekali beredar zat-zat yang berpotensi merugikan bagi tubuh atau bahkan benar-benar bisa merusak diri kita. Selain menjaga menu utama yang berkualitas dan mengonsumsi vitamin tambahan, zat-zat yang berbahaya bagi tubuh kita juga harus kita hindari. Zat-zat tersebut merupakan polutan untuk diri kita.
It’s SHOW TIME! 219
Polutan berasal dari istilah berbahasa Inggris pollutant yang mempunyai kata dasar pollute. Membuat tercemar atau membuat sesuatu rusak adalah pengertian kata pollute. Ada banyak sekali akibat negatif yang bisa dipicu oleh keberadaan terlalu banyak polutan dalam tubuh kita. Ternyata dalam bekerjapun ada beberapa polutan yang perlu kita hindari. Polutan dalam dunia kerja adalah sikap-sikap buruk yang bisa menghambat prestasi kita. Perbedaan polutan dalam dunia kerja dan polutan dalam dunia kesehatan adalah bahwa polutan dunia kerja, sering kali, lebih dianggap sebagai hal yang wajar terjadi dan tidak terlalu diperhatikan. Sementara polutan dalam dunia kesehatan sudah mulai disadari oleh banyak orang dan mereka mengambil beberapa tindakan untuk mencegah bahayanya. Dilihat dari potensi bahayanya, polutan dunia kerja berpotensi untuk menghancurkan karir individu sekaligus pertumbuhan sebuah tim atau bahkan suatu perusahaan. Perhatikan apa saja polutan dunia kerja yang harus kita hindari.
It's SHOWTIME!
220
“Seseorang yang menunjukkan argumentasi melalui suara keras dan perintah menunjukkan bahwa alsannya sangat lemah.” Michel De Montaigne
BAB 20 POLUTAN KE 1: SAYA SELALU BENAR Konflik adalah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari adanya suatu hubungan. Dunia kerja menawarkan banyak sekali hubungan; hubungan antar individu, antar tim, hubungan hirarkis, dan lain sebagainya. Itu menyebabkan jumlah konflik di dunia kerja bisa sangat banyak. Konflik sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang buruk, juga bukan merupakan sesuatu yang baik. Konflik adalah suatu hal netral. Konflik adalah konsekuensi dari suatu perbedaan dalam mencapai sebuah tujuan (dan kerap kali tujuan itu SAMA). Hal yang menjadikan konflik menjadi buruk dan tidak produktif adalah sikap yang diambil oleh mereka yang terlibat di dalamnya. Sikap bersikukuh bahwa “saya selalu benar” adalah sikap yang paling kontra-produktif dalam setiap perbedaan.
It's SHOWTIME!
221
Bukan Sebuah Peperangan Personal Kita sering membingungkan sebuah pesan yang dikirim oleh orang lain. Sebuah pesan yang mengomentari tindakan kita, sering kita anggap sebagai serangan terhadap pribadi kita. “Dia mengajak aku berperang!” Mungkin seperti itu hal yang berkecamuk di kepala kita, saat menganggap keberatan orang lain sebagai serangan. Orang lain tidak sedang menyerang atau menyalahkan kita ketika mereka mengemukakan ketidak setujuan mereka terhadap pendapat atau tindakan kita. Kita tidak perlu merasa takut atau kuatir disalahkan karena, bila memang ada yang salahpun, itu bukan kita melainkan, sekali lagi, tindakan kita. Hanya karena pilihan tindakan atau pendapat kita salah bukan berarti kita adalah pribadi yang salah. Wajar seseorang melakukan suatu tindakan yang tidak tepat pada satu waktu. Yang paling penting adalah kemampuan kita untuk memperbaiki tindakan itu. Terlepas dari siapa benar atau salah, mendengar dan memahami perbedaan yang diungkapkan orang lain justru akan menjadi bukti kemuliaan pribadi kita. Mendengar pendapat orang lain serta memahaminya, juga akan memudahkan mereka untuk melakukan hal yang sama terhadap apa yang akan kita kemukakan. Karena ini bukan sebuah peperangan personal, apakah ini merupakan peperangan tim? Seandainya kita berselisih dengan rekan dari tim atau departemen lain sekalipun, kita tidak perlu menganggapnya sebagai suatu peperangan dimana kita menganggap pihak lain sebagai musuh tim. Tidak sama sekali. Kenyataannya, konflik sering terjadi karena dua pihak mempunyai tujuan yang sama. Perbedaan ada pada cara mencapai tujuan itu. Bila dua pihak mempunyai tujuan yang sama maka dua
It's SHOWTIME!
222
pihak tersebut justru menjadi sebuah tim, walaupun mungkin nyatanya mereka berasal dari bagian yang berbeda.
Fokuslah Pada Tujuan Sekali lagi, konflik terjadi karena mereka yang terlibat di dalamnya memperjuangkan suatu tujuan yang sama, dengan cara yang berbeda. Dua pihak atau lebih memperjuangkan tujuan yang sama merupakan suatu tim, terlepas sebenarnya mereka berasal dari bagian atau departemen yang sama atau tidak. Ini adalah kunci dari setiap konflik dan kunci agar kita tidak terjebak dalam sikap bahwa diri kitalah yang selalu benar. Beranikan diri untuk menjajaki segala alternatif yang bisa membawa kita kepada tujuan, termasuk melihat alternatif yang ditawarkan orang lain. Satu pendapat yang benar belum tentu membuat pendapat yang lain salah. Ada kalanya terdapat lebih dari satu pendapat benar. Oleh karena itu, biasakan juga untuk mencari celah bagaimana pendapat kita bisa disempurnakan dengan melibatkan pendapat orang lain, serta sebaliknya. Hal-hal semacam itu akan memudahkan kita untuk mencapai satu tujuan sekaligus menghindarkan diri dari konflik yang berujung pada penurunan efektifitas serta produktifitas kerja. Ingatkan juga orang lain untuk bersama-sama dengan kita fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Akan sangat sulit mencegah ego yang ingin selalu benar, bila pihak lain terus menerus berusaha membuktikan bahwa kita salah dan mereka yang benar. Semua perlu duduk sejajar dan membicarakan segala sesuatunya dengan terbuka dan saling
It's SHOWTIME!
223
menghargai. Itu yang akan mampu membawa semua orang menuju satu pencapaian tujuan bersama.
Kerugian Benar
Menganggap
Diri
Selalu
Sebagai seorang trainer saya pernah ditanya oleh seorang peserta, “Apakah trainer itu selalu benar?” Percaya atau tidak, itu adalah pertanyaan yang paling mudah yang pernah saya terima dalam sebuah program pelatihan. Saya menjawab dengan tegas dan cepat, “Tidak.” Tidak seorangpun di dunia ini yang selalu benar alias tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali. Justru kemampuan membuat kesalahan itulah salah satu kesempurnaan kita sebagai manusia. Kesalahan membuat kita tumbuh dan berkembang. Kesalahan membawa kita kepada perbaikan-perbaikan, dan lain sebagainya. Saya tidak menyarankan kita agar selalu melakukan kesalahan. Tentu saja tidak! Yang perlu kita garis bawahi adalah kenyataan bahwa ada kerugian yang bisa kita alami ketika kita terus menerus berlindung pada “perisai kertas” bernama aku selalu benar dan yang salah bukan aku. Beberapa kerugian itu adalah: 1. Berhentinya komunikasi dua arah: Mudahkah bagi kita untuk berbicara dengan seseorang yang selalu menganggap dirinya selalu benar? Kemungkinan besar jawabannya adalah, “Tidak. Tidak mudah.” Bila demikian, apa yang kemudian kita lakukan? Ya. Hal paling mudah yang bisa kita lakukan, ketika menghadapi orang yang selalu menganggap dirinya benar tanpa peduli terhadap pendapat orang lain, adalah berhenti
It's SHOWTIME!
224
berkomunikasi. Bayangkan apabila kita adalah pihak yang menganggap diri selalu benar itu. Apa yang bisa kita dapat ketika kebanyakan rekan kerja kita lebih memilih untuk berhenti berkomunikasi dengan kita ketika ada perbedaan pendapat? Mungkin kita merasa tidak perlu lagi berkomunikasi dengan mereka karena toh kita yang benar. Baiklah kalau demikian. Pernahkah kita berpikir bahwa semakin banyak ide yang kita peroleh maka akan semakin sempurna pulalah kebenaran kita? Bukankah itu berarti kita perlu mendengar orang lain, membiarkan orang lain berkomunikasi secara terbuka dengan kita? Tidakkah itu berarti kita harus menyejajarkan diri kita dengan mereka? Bukankah itu berarti bahwa kita sebaiknya menahan diri untuk tidak mengedepankan anggapan bahwa kita selalu benar? Hanya dengan keberanian untuk menerima kebenaran dari orang lain kita bisa menemukan kebenaran kita. 2. Orang tidak mau meminta pendapat kita: Ketika kita mulai menganggap diri kita selalu benar, maka orang akan berhenti berkomunikasi dengan kita. Mereka tetap akan beberapa kali mencoba berkomunikasi dengan kita dengan harapan bahwa kita berubah alias kita sudah berhenti beranggapan seperti itu. Namun mereka akan berkesimpulan bahwa kita memang tidak pernah mau berubah bila kita terus menerus menunjukkan sikap selalu benar itu. Bila itu terjadi, maka mereka bukan saja berhenti berkomunikasi dengan kita pada saat-saat tertentu saja, tetapi mereka juga akan tidak mau lagi meminta pendapat kita atas suatu hal. Kita akan dicoret dari daftar orang-orang yang mereka “anggap”. Suatu kerugian yang besar, bukan?
It's SHOWTIME!
225
3. Kita akan berhenti bertumbuh dan berkembang: Bukan anakanak saja yang perlu bertumbuh dan berkembang. Kita sebagai seorang karyawan juga perlu itu. Salah satu alasan kita membaca buku ini adalah agar kita mampu menjadi seorang SHOW TIME! performer, karyawan sukses dan berlimpah keberuntungan. Itulah salah satu bentuk tumbuh kembang di dunia kerja. Menganggap diri kita selalu benar justru akan memagari kita dari sumber-sumber yang bisa membantu karir kita bertumbuh dan berkembang. Sikap-sikap orang lain sebagai respon mereka terhadap anggapan selalu benar tadi, akan membonsai karir kita. Bonsai sebagai tanaman hias memang mahal tetapi bila yang dijadikan bonsai adalah karir kita maka tentu saja kitalah yang harus membayar mahal.
It's SHOWTIME!
226
“Pencarian kambing hitam adalah yang termudah dari semua ekspedisi perburuan.” Dwight D. Eisenhower
BAB 21 POLUTAN KE 2: MENYALAHKAN ORANG LAIN Menyalahkan adalah teman akrab dari menganggap diri sendiri selalu benar. Terkadang ia hadir bersama dengan anggapan selalu benar tadi, dan sering pula ia hadir sendiri. Sikap menganggap diri sendiri selalu benar bisa saja kemudian diikuti oleh sikap menyalahkan yang lain tetapi, ada kalanya juga, menyalahkan orang lain merupakan suatu cara untuk sekedar menghindari tanggung jawab. Apapun yang melatar belakanginya, sikap suka menyalahkan orang lain ini adalah salah satu polutan paling berbahaya di dunia kerja. Mengapa paling berbahaya? Jumlah polutan jenis ini paling banyak dan sangat mudah ditemukan hampir di semua sudut tempat kerja; dari karyawan yang terus mengeluhkan fasilitas kerja, kecilnya pendapatan, sampai atasan yang mengeluhkan betapa sulitnya para
It's SHOWTIME!
227
anak buah untuk diajak bekerja sama. Penyebaran polutan jenis menyalahkan yang lain ini memang sangat amat luar biasa sekali. Mengingat hal itu, sangat mudah bagi kita untuk teracuni oleh polutan tersebut sehingga karir kitapun tersakiti. Bahaya lain dari polutan jenis ini adalah efek delusional yang ditimbulkan olehnya. Semakin sering kita menghirup polutan jenis menyalahkan yang lain ini, semakin kita yakin bahwa ada banyak kesalahan yang ada di dalam hidup kita dan tak satupun dari kesalahan itu merupakan tanggung jawab kita. Selain itu, kita juga akan semakin mahir ngeles sehingga akan sulit sekali bagi orang lain untuk menolong kita. Mengapa kita sering menyalahkan yang lain? Menyalahkan yang lain juga merupakan bentuk dari sistem perlindungan diri yang kita warisi dari Fred Flinstone, nenek moyang prasejarah kita (masih ingat kan?). Jadi sebenarnya kita bisa menyalahkankan nenek moyang prasejarah itu. Aha! Baru saja saya membuktikan mudahnya kita menghirup polutan jenis ini. Ada banyak alasan (beberapa logis dan banyak yang tidak logis) yang bisa kita cari-cari untuk menerangkan mengapa kita sering menyalahkan orang lain, seperti yang saya lakukan di atas. Apapun alasannya, menyalahkan pihak lain lebih cenderung mendorong kita ke arah kemunduran daripada kemajuan. Daripada kita mencari-cari alasan mengapa kita melakukannya, lebih baik kita mengerti bagaimana cara menghentikannya.
It's SHOWTIME!
228
Sadari Kehadirannya Masih ingat dengan Pes, si pengajur sikap pesimis? Ingat? Bagus. Ketika membicarakan tentang vitamin seorang SHOW TIME! performer yang pertama, yaitu optimisme, kita belajar satu cara untuk mengendalikan pesimisme. Cara itu adalah dengan menganggap bahwa suara-suara yang mendorong kita untuk pesimis adalah bukan bagian dari kita. Untuk lebih mudah menandai kemunculan suara pesimis tadi, kita bisa memberinya nama. Pada contoh di bagian itu, pesimisme kita namai si Pes. Sikap menyalahkan juga bisa diatasi dengan menggunakan strategi yang sama, menganggapnya sebagai BUKAN bagian dari diri kita alias sebagai tamu yang, bukan hanya tidak diundang, melainkan juga tidak diharapkan. Kita juga bisa menamai sikap ini dengan nama apapun asal bisa memudahkan kita untuk melacak kehadirannya. Begitu sikap itu mulai muncul dalam satu situasi tertentu, segera kita beritahu saja seperti ini: “Nah! Datang lagi kamu. Mau nyalahin siapa lagi?Aku sedang tidak butuh kamu untuk menyalahkan siapapun. Aku ingin mengambil tanggungjawab penuh masalah ini agar baik hasilnya. Jadi diam disana saja atau pergilah jalan-jalan.” Cara itu memang terlihat konyol, cenderung main-main padahal ini adalah cara yang efektif bila kita berani mempraktekkannya. Mengapa disini kita menggunakan kata “berani”? Kita menggunakan kata “berani” itu karena mengetahui bahwa suatu hal yang akan kita lakukan itu kemungkinan merupakan hal yang benar, bisa saja membuat kita takut. Ketakutan itu terkait bayang-bayang perubahan yang bisa kita dapatkan karena memang perubahan, ke arah yang baik sekalipun, terkadang membuat kita ragu atau takut. Itulah kenapa kita perlu memberanikan diri untuk mencoba hal di atas.
It's SHOWTIME!
229
Kebalikan Menyalahkan Orang Lain Adalah.. Apa kebalikan dari menyalahkan orang atau pihak lain? Mungkin sebagian besar dari kita akan menjawab menyalahkan diri sendiri. Sebenarnya bukan itu kebalikannya. Menyalahkan diri sendiri itu serupa dengan menyalahkan orang lain. Bila kita terus menerus menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidup atau pekerjaan kita maka lambat laun sulit bagi orang lain untuk menerima keberadaan kita. Sedangkan menyalahkan diri sendiri secara terus menerus juga akan membuat kita rendah diri, dan kita sendiri sulit menerima keberadaan kita. “Lalu bila kita memang benar-benar bersalah dalam satu kejadian apa yang harus kita lakukan?” Itu kemudian yang menjadi pertanyaan apabila ternyata menyalahkan diri sendiripun sama buruknya dengan menyalahkan yang lain. Memilih bertanggung jawab, seperti yang sudah kita ketahui dan bahas pada bab tentang akuntabilitas personal, adalah hal yang mesti kita lakukan apabila kita bersalah. Menyalahkan diri sendiri biasanya diikuti dengan aksi menarik diri dan hampir tidak melakukan apapun yang lain. Sementara, bertanggung jawab mempunyai arti bahwa kita mengambil langkah aktif untuk memperbaiki kejadian tersebut. Tindakan yang aktif, dalam hal ini, lebih baik dari tindakan yang pasif. Ini juga merupakan tindakan yang produktif.
It's SHOWTIME!
230
Menangkan Kembali Hidup Kita Salah satu hal yang menyadarkan saya bahwa kita tidak bisa menunjuk siapa atau apapun sebagai pihak yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kita adalah cerita yang dituturkan oleh sepupu saya. Putra kakak dari almarhum ibunda saya ini adalah warga negara Australia (paman saya menikah dengan wanita Australia dan menetap disana). Ia beberapa tahun lebih muda dari saya, kendati demikian ia telah menjelajahi sebagian besar penjuru dunia, sebagai seorang back-packer. Sebelum mengelilingi dunia ia adalah seorang IT staff berpenghasilan wah di sebuah perusahaan perusahaan manufaktur besar di Australia. Ia meninggalkan begitu saja pekerjaan dan penghasilan prestisius itu demi untuk memuaskan dahaganya melihat dunia. Ia menjual rumah dan mobilnya juga sebagai tambahan modal perjalanan panjang mengelilingi dunia. Di awal tahun 2002 ia mulai perjalanan berkeliling dunia. Sepupu saya menyelesaikan perjalanannya di tahun 2004 dengan membawa banyak cerita untuk ia bagikan kepada kerabat dan keluarga. Hal yang membuka mata saya adalah ketika dia bercerita tentang seorang teman yang ngotot menganggap dia beruntung (lucky) karena bisa berkeliling dunia. Dia menerangkan ke temannya bahwa ia bukan beruntung. Ia memutuskan untuk berkeliling dunia dan ia memberitahu teman itu bahwa sang teman bisa melakukannya juga, kalau mau. Sang teman berdalih bahwa dia masih punya cicilan mobil, rumah, dan harus melakukan ini itu. Sepupu saya kembali menjelaskan bahwa sebelum berangkat berkeliling dunia, dia berada di kondisi yang persis sama dengan sang teman. Bedanya, ia tidak menggunakan itu sebagai dalih. Ia memilih untuk mencari cara agar
It's SHOWTIME!
231
benar-benar bisa berangkat keliling dunia dan ia melakukannya, just do it. Saat ini sepupu saya tengah berjuang melawan kanker otak. Ia baikbaik saja sampai detik ini, melampaui prediksi ahli medis, walaupun penyakit itu amat mematikan. Ia tidak pernah menyalahkan siapapun dan apapun atas sakit yang diidapnya dan ia tidak pernah menjadikan sakit itu alasan untuk dikasihani. Ini hidup kita. Pekerjaan yang kita punya adalah pilihan kita. Tidak ada seorangpun yang menodongkan senjata kepada kita memaksa agar kita melamar kerja pada perusahaan kita saat ini. Itu artinya kita mempunyai keterlibatan yang sangat besar di dalam situasi apapun yang kita hadapi saat ini. Masalah, kesulitan, atau halangan apapun pada saat ini, tidak akan pernah terjadi apabila sejak awal kita tidak repot-repot melamar kerja atau menerima pekerjaan ini. Konyol kedengarannya memang, tetapi itulah kenyataannya. Semakin kita menuding orang atau hal lain sebagai pihak-pihak yang bertanggung jawab atas situasi yang kita hadapi, semakin lepas kontrol kita terhadap kehidupan kita. Bila kita tak lagi mempunyai kendali atas hidup kita, wajar bila kemudian kita menjadi kesulitan. Menghilangkan kebiasaan menyalahkan orang lain akan membawa kita ke level keberhasilan yang luar biasa.
It's SHOWTIME!
232
“Hampir semua tindakan melanggar hukum bisa diidentifikasi sebagai tindakan bermotif egois. Egoisme adalah hal yang kita kutuk apabila ada pada orang lain dan kita benarkan apabila ada pada diri kita.” Stephen Kendrick
BAB 22 POLUTAN KE 3: EGOIS Egois alias terlalu mementingkan diri sendiri memang sahabat karib dari sikap menganggap diri sendiri selalu benar, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Egois bukan masalah salah atau benar. Ini masalah keinginan untuk dinomor satukan dan, sengaja atau tidak, menganggap diri lebih penting dari orang lain. Ini juga merupakan sikap menginginkan SEMUA untuk diri kita dan keinginan itu tidak ada habisnya. Di tempat kerja egoisme bisa menjelma melalui berbagai tindakan. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah ketika pembagian shift ditentukan. Sering terjadi seorang atau sejumlah kecil karyawan tertentu terlihat selalu mampu mempengaruhi supervisor atau manager sehingga mereka cenderung mendapatkan shift sesuai kebutuhan mereka, bukan kebutuhan tim. Giliran libur merekapun juga tampak tidak adil bila dibandingkan dengan rekan-rekan kerja lainnya. Satu lagi contoh adalah adanya karyawan yang cepat sekali merepotkan rekan kerja lain ketika mereka mendapat kesulitan dalam melakukan tugas, tidak peduli rekan lain itu sedang sibuk atau tidak. Di sisi lain,
It's SHOWTIME!
233
mereka terlampau sering menghindar memberi bantuan kepada rekan lain dengan alasan, “Aku masih sibuk.” Ada sangat banyak egoisme yang terjadi di tempat kerja. Kita biasanya dengan mudah mampu merasakan ketika rekan kerja kita bersikap egois. Dalam dosis-dosis kecil, kita semua menunjukkan egoisme pada saat-saat tertentu dan itu bisa dianggap manusiawi, terutama bila kemudian kita menyadari sikap kita itu serta kemudian memperbaikinya. Yang menjadi isu besar adalah ketika kita cenderung egois pada banyak waktu sehingga orang lain menjadi terganggu. Adakalanya orang lain, terutama yang secara hirarki berada di bawah, akan sulit menghindar dari egoisme kita. Di dalam situasi seperti itu, mereka akan memberikan penolakan secara diam-diam. Penolakan itu bisa berupa sabotase mereka terhadap tugas-tugas yang harus kita selesaikan atau yang lainnya. Celaka, bukan? Dalam semua sisi kehidupan egoisme bekerja laksana zat asam.Ia menghancurkan benda-benda yang dikenainya, baik secara cepat maupun perlahan-lahan. Sekalipun kita berhubungan dengan seseorang yang mempunyai kesabaran dan pengertian yang tinggi, egoisme kita yang tinggi suatu saat akan membuatnya menyerah juga. Intinya, membiarkan benih-benih egoisme tumbuh dalam diri kita merupakan tindakan yang sangat beresiko. Lalu bagaimana kita bisa menyembuhkan egoisme ini?
Kembangkan Ketrampilan Berempati Empati memiliki definisi sebagai satu sikap memahami, menyadari, sensitif terhadap, serta ikut mengalami perasaan dan pemikiran yang
It's SHOWTIME!
234
sedang dimiliki oleh orang lain, untuk kemudian merefleksikannya dalam satu bentuk tindakan aktif. Fiuuh.. sebuah definisi yang lumayan panjang. Empati bisa kita gambarkan sebagai kemampuan untuk masuk ke dalam diri orang lain, melihat dengan penglihatan mereka, merasakan dengan perasaan mereka, berpikir dengan cara pandang mereka, sekaligus mengalami sesuai pengalaman mereka. Setelah itu kita melakukan satu tindakan yang bisa bermanfaat positif bagi mereka. Empati memang sangat bertolak belakang dengan egoisme. Namun demikian keduanya merupakan ketrampilan yang kita pelajari dari sekeliling kita ketika kita tumbuh. Kedua hal tadi berbanding terbalik satu sama lain. Semakin trampil kita dengan egoisme, semakin menurun kemampuan berempati kita. Sebaliknya, menanjaknya kemampuan empati kita, juga akan menurunkan egoisme kita. Kemampuan berempati bisa kita kembangkan dengan cara masuk ke dalam diri orang lain dan mengijinkan diri kita merasakan pengalaman rasa yang ia miliki. Sulit? Kita dilahirkan dengan kemampuan untuk melakukan hal itu. Seorang bayi bisa merasakan kesedihan atau kebahagiaan orang-orang di sekitarnya. Kesulitan untuk memandang suatu hal dari sudut pandang orang lain, alias menempatkan diri kita pada posisi orang lain itu, terjadi lebih karena kita tidak mau, bukan tidak mampu. Ijinkan diri kita untuk melakukan hal itu, perlahan tapi pasti ketrampilan empati kita akan membaik dan tiba-tiba semua menjadi bertambah baik dalam hidup kita.
It's SHOWTIME!
235
Dengarkan Dengan Seluruh Tubuh Dan Hati Salah satu kecenderungan yang dimiliki seorang yang dominan dalam sikap egois adalah ketidak-mampuan mendengarkan orang lain, dalam situasi apapun. Artinya, sama dengan mengembangkan empati, bila kita memperbaiki kemampuan (dan kemauan) mendengarkan orang lain maka egoisme kitapun akan mengecil. Lalu bagaimana cara mendengarkan orang lain dengan baik? Pertama, mendengarkan orang lain memerlukan keterbukaan. Keterbukaan bisa kita capai apabila kita berangkat dari titik nol. Ini bisa dicapai dengan cuek terhadap suara-suara sumbang dalam benak kita ketika kita hendak mulai mendengarkan. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Suara-suara itu tetap akan datang memenuhi benak kita walaupun kita sudah berniat mendengarkan orang lain, tetapi apabila kita cuekin seperti kafilah terhadap gonggongan anjing tadi, maka suara-suara tersebut akan reda dengan sendirinya. Itu cara kita berangkat dari titik nol. Kemudian mendengarkan juga memerlukan perilaku tubuh. Seperti apa sih perilaku orang yang mendengarkan itu? Ya. Secara umum orang yang sedang mendengarkan menunjukkan perilaku seperti berikut: tubuh yang rileks namun fokus menghadap ke arah kawan bicara, wajah yang menunjukkan ketertarikan atas apa yang akan dan sedang dibicarakan oleh partner bicara, dan disertai dengan gesture pendukung lainnya. Untuk meningkatkan kemampuan kita mendengar, kita perlu menunjukkan sikap-sikap seperti itu tadi. Mendengarkan juga melibatkan komentar-komentar untuk memotivasi agar kawan bicara kita mau memberikan informasi yang lebih banyak
It's SHOWTIME!
236
karena merasa diperhatikan. Komentar-komentar pendek seperti “ya”, “kemudian?”, “wah”, “kenapa begitu?” dan lain sebagainya bisa membuat komunikasi lebih nyambung dan kawan bicara merasa lebih diperhatikan. Dorong diri kita untuk mengklarifikasi dan menggali informasi yang lebih jelas apabila ada hal-hal yang kurang jelas kita terima. Meningkatnya kebiasaan serta kebisaan mendengar sangat membantu dalam mengelola egoisme kita. Orang lain juga akan bertambah menghargai kita juga pendapat kita karena kita senantiasa menunjukkan respon yang baik terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain. Dengan demikian, apa yang kita inginkan bisa kita komunikasikan juga, tanpa mengedepankan egoisme dan tanpa mengabaikan pendapat orang lain. Sebuah situasi yang ideal akan tercapai.
Cari Bantuan Orang Lain Egoisme yang kita miliki sekarang ini bisa juga merupakan perisai atau bahkan benteng yang kita bangun untuk melindungi diri kita dari luka yang sama dengan luka masa lalu. Konyolnya, terlepas itu kita dapatkan di masa lalu, ternyata luka tersebut masih kita rasakan sampai sekarang. Menerima serta mengikhlaskan apa yang terjadi di masa lalu adalah kunci penting agar kita tidak terkurung dalam perasaan luka tadi. Apakah mengikhlaskan hal itu merupakan hal yang sulit? Itu bukan merupakan hal yang sulit atau mudah. Ada orang yang dengan mudah melakukannya, namun ada orang yang sulit pula untuk melakukan hal semacam itu.
It's SHOWTIME!
237
Kita adalah orang yang paling mengerti diri kita (apabila kita mau jujur). Luka masa lalu, atau semacamnya, bukan hal yang terlalu sulit untuk kita sadari. Bila kemudian kita menjadi pribadi yang kurang produktif dengan luka itu serta kita kesulitan untuk membantu diri kita mengikhlaskan hal itu, maka cara yang paling baik adalah meminta bantuan orang lain. Ada banyak cabang ilmu terapi yang menawarkan bantuan semacam itu. Tidak ada satupun yang lebih baik dari yang lain. Semua sama dan memiliki kelebihan masing-masing. Sebagaimana halnya obat-obatan, untuk penyakit yang sama, seseorang bisa cocok dengan obat A sementara yang lain lebih cocok dengan obat B. Pilih bantuan yang paling sesuai dengan kondisi kita. Keinginan kita untuk menjadi lebih baik adalah awal yang hebat bagi siapapun yang ingin membantu.
Bersandar Pada Tuhan Kendati ini saya letakkan pada bagian terakhir, namun ini adalah yang paling penting. Menyadari bahwa orang lain diciptakan oleh Tuhan juga untuk tujuan yang sama dengan kita bisa membuat kita sadar bahwa sikap egois bukan sikap yang Tuhan ingin kita tunjukkan. Ingat juga bahwa Tuhan mempunyai sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tuhan juga menghendaki agar kita mampu mengembangkan sikap yang sama. Setiap kali sikap egois itu muncul, bertanyalalah dalam hati, “Sikap seperti apa yang disukai Tuhan yang Maha Pengasih Maha Penyayang dariku pada saat seperti ini?” Sandaran pada Sang Maha Pencipta akan menjadi sumber empati yang paling luar biasa sehingga kita senantiasa mampu memperkecil
It's SHOWTIME!
238
egoisme kita, bahkan ketika ada suara-suara yang mengatakan bahwa kita perlu egois pada saat itu.
It's SHOWTIME!
239
“Satu ilusi yang paling fatal adalah cara pandang yang kaku. Karena kehidupan adalah pertumbuhan dan pergerakan, sebuah cara pandang yang kaku akan membunuh pemiliknya.” Brooks Atkinson
BAB 23 POLUTAN KE 4: PIKIRAN YANG TERTUTUP Setiap kemajuan selalu memerlukan perubahan. Ada jutaan perubahan yang sudah dialami oleh dunia ini untuk mencapai kemajuan seperti pada saat ini. Masih ingat saat kita atau mungkin orang tua kita membeli TV 29 inch sekitar 20 tahun yang lalu? Pada waktu itu akan sulit sekali membawa pulang TV 29 inch dari toko elektronik ke rumah apabila kita mengendarai sepeda motor, atau bahkan mobil jenis sedan. Lihat apa yang terjadi sekarang ini. Dengan mudah orang menjinjing TV 35 inch sambil membonceng sepeda motor. Ya. Luar biasa memang perubahan yang terjadi di sekitar kita. Untuk mencapai semua kemajuan yang kita nikmati saat ini, para ahli membuka diri terhadap semua kemungkinan terhadap masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka tidak pernah berhenti mencoba dan senantiasa berpikir bahwa masih ada cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu. Sikap tertutup dan menganggap bahwa satu hal yang kita miliki adalah hal yang terbaik merupakan sikap yang tidak terlalu membantu dalam kemajuan karir kita.
It's SHOWTIME!
240
Melibatkan Orang Lain Untuk membantu kita menjadi seorang yang lebih kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru, melibatkan orang lain dalam mengerjakan suatu tugas atau dalam mencari solusi merupakan hal yang sangat efektif. Dengan meminta orang lain memberikan ide-ide mereka, secara mental kita lebih siap untuk menerima ide-ide itu (karena memang kita sengaja meminta). Kemudian, kita akan terbiasa melihat suatu dari sudut pandang yang lebih beragam. Perlahan tapi pasti jalur-jalur kreatif dalam otak kita akan terbentuk sehingga kita bisa lolos dari sel close-mindedness.
Mengembangkan Rasa Penasaran “Pasti seru kalau dicoba” Pernyataan seperti itu perlu lebih sering kita ungkapkan dalam banyak kesempatan agar kita tidak melulu terpaku pada hal-hal lama yang sama (dan belum tentu merupakan hal yang terbaik). Itu adalah pernyataan yang paling sering dimiliki oleh seorang petualang dengan kehidupan mereka yang jauh dari membosankan. Kitapun bisa memiliki semangat seorang petualang yang didasari oleh rasa penasaran mereka terhadap sesuatu di luar kebiasaan. Di tempat kerja kita sering berhadapan, atau lebih tepatnya dihadapkan, pada kebijakan, strategi, ide, atau kesempatan baru yang tidak biasa. Sikapi itu semua dengan rasa penasaran seperti di atas tadi. Yakinkan benak kita bahwa semua itu mempunyai potensi yang baik bagi kita, minimum ada pengalaman baru yang bisa kita dapatkan.
It's SHOWTIME!
241
Hindari Berpuas Diri Amerika (dan dunia) begitu heboh dan bersemangat menjelang keberangkatan Apollo ke Bulan. Semua begitu mengharapkan misi itu berhasil dan ada manusia yang mendarat di bulan. Misi Apollo ternyata memang berhasil dan Neil Armstrong tercatat sebagai manusia pertama yang mendarat di bulan. Seluruh dunia bersorak dan kemudian.. sudah. Pesta sudah usai. Manusia pertama sudah mendarat di bulan. Selesai. Tiada lagi kehebohan. Tidak ada lagi gegap gempita seakan mendarat ke bulan adalah pencapaian paling hebat yang bisa dilakukan manusia. Sindrom mendarat di bulan bisa juga kita alami di tempat kerja. Setelah diterima di perusahaan yang kita impikan, kita berpuas diri dan berhenti bermimpi. Mendapat promosi sekali, kita berpuas diri dan berhenti berprestasi. Memecahkan rekor penjualan sekali, kita berpuas diri dan berhenti memecahkan rekor-rekor lainnya. Berpuas diri memang bisa mengarahkan kita kepada closed-mindedness yang lumayan akut karena kita terus menerus berpikir, “Begini saja sudah enak (sudah bisa/sudah berhasil/dll). Mau apa lagi?” Anggaplah pekerjaan ini sebagai lomba maraton bukan balap sprint. Gunakan kemampuan kita untuk melewati kilometer demi kilometer dengan strategi-strategi yang baik dan lebih baik. Berlarilah terus sampai kita benar-benar sampai di kilometer terakhir dan ditasbihkan sebagai juara.
It's SHOWTIME!
242
Berpikiran Terbuka Bukan Berarti Permissive Membaca bagian yang membahas tentang berpikiran terbuka ini mungkin saja membuat beberapa di antara kita berpikir bahwa menerima dan melakukan segala hal yang ditujukan ke arah kita bukanlah hal yang terlalu menyenangkan. Saya pribadi sangat setuju dengan pendapat itu, bahwa menerima dan melakukan semua saran orang lain bukanlah hal yang menyenangkan. Namun memang bukan itu yang dimaksudkan dengan menjadi berpikiran terbuka itu. Berpikiran terbuka bermakna kita mampu membuka diri terhadap saran, ide, pemikiran, atau kesempatan baru, tanpa meninggalkan akal sehat. Kita masih tetap perlu mengukur dan menganalisa baik buruk semua hal baru tersebut setelah kita menerimanya. Kita tidak langsung berkata “tidak” terhadap semua itu dan juga tidak langsung secara membabi buta melakukannya. Bila kemudian hal-hal baru tersebut layak untuk kita coba, maka kita beranikan diri untuk mencobanya. Bila tidak, tetap kita bisa memilih alternatif lainnya. Itulah sikap yang berpikiran terbuka.
It's SHOWTIME!
243
PENUTUP Menjadi seorang SHOW TIME! performer, karyawan berprestasi berlimpah keberuntungan mungkin bukan sekedar keberuntungan biasa dimana seseorang tidak melakukan apapun dan kemudian mendapatkan sesuatu. Benjamin Franklin mengatakan, “Kegigihan berusaha adalah ibu dari segala keberuntungan.” Saya pribadi sangat setuju kepada apa hal itu. Semua hal yang layak kita perjuangkan adalah sesuatu yang pantas untuk kita usahakan dengan gigih. Menjadi seorang SHOW TIME! performer akan mengubah kehidupan kita dan keluarga kita. Hal ini sekaligus bisa menjadi standar baru bagi anak-anak kita. Ketika kita mampu mencapai level SHOW TIME! performer, maka anak-anak kitapun akan tergerak untuk mengikuti langkah kita, menjadi terbaik di dunia yang mereka yakini. Kapan terakhir kali kita pergi berlibur? Apa yang kita lihat di sepanjang perjalanan? Betul sekali. Di sepanjang perjalanan menuju
It's SHOWTIME!
244
tempat berlilbur itu, kita banyak melihat hal-hal yang indah dan unik. Kita menikmati perjalanannya. Ketika kita sampai di tempat tujuan kita, keindahan itu mencapai puncaknya. Sama dengan perjalanan menuju SHOW TIME! performer. Pada kegigihan usaha kita untuk menjadi SHOW TIME! performer, seorang karyawan berprestasi yang berlimpah keberuntungan, kita akan melihat banyak sekali keindahan, juga banyak sekali keberuntungan. Ini benar-benar sesuatu yang sangat layak untuk dilakukan. Perjalanan untuk menjadi SHOW TIME! performer adalah perjalanan yang cukup panjang. Berhentilah sesekali untuk memeriksa modal dasar, vitamin, dan juga polutan yang mungkin menempel. Ingatlah proses perbaikan yang terus menerus. Cari tahu apa saja yang sudah berjalan dengan baik dan apa saja yang perlu kita perbaiki. Dorong diri kita untuk terus menerus melibatkan orang lain baik sebagai pendukung maupun sebagai sosok-sosok kompeten yang bisa terus membimbing kita sampai garis finish. Beratkah perjalanan yang cukup panjang ini? Suatu hal yang belum menjadi kebiasaan tentu saja akan berat untuk dilakukan. Kebiasaan hanya bisa terbentuk bila kita mulai melakukan dan terus melakukannya. Semakin terbiasa kita melakukan semua upaya-upaya baik yang ada pada buku ini, semakin ringan pula langkah kita. Dalam waktu yang tidak lama, tiba-tiba kita tidak lagi berjalan menuju tujuan kita. Kita akan berlari kencang ke arah itu. Ijinkan saya menyitir apa yang diungkapkan oleh George Harrison untuk menutup buku kita ini:
It's SHOWTIME!
245
“Hal terpenting (dalam hidup) adalah ada di sini pada saat SEKARANG. Tidak ada masa lalu, tidak ada masa depan. Waktu sering membuat kita salah paham. Yang sebenarnya ada hanyalah SAAT INI. Kita bisa mendapat pengalaman dari masa lalu tetapi kita tidak bisa hidup kembali di sana; kita bisa berharap tentang masa depan, tetapi kita tidak tahu kalau masa depan itu ada.” Waktu sekarang ada waktu terbaik. Pekerjaan kita sekarang, apapun alasannya, adalah pekerjaan yang terbaik. Pekerjaan kita yang sekarang adalah alat yang dititipkan Tuhan untuk menjadi manfaat buat diri kita, keluarga kita, dan orang lain. Melalui pekerjaan kita saat ini, kita memiliki peluang untuk menjadi seorang teladan bagi anak-anak kita. Melalui pekerjaan kita sekarang, kita memiliki peluang untuk menjadi inspirasi bagi mereka yang memerlukannya. Melalui pekerjaan kita ini, kita bisa memilih untuk membayar lunas jerih payah orang tua kita dahulu. Tempat kerja kita adalah sebuah panggung besar. Tugas kita adalah sebuah skenario pertunjukan. Alat-alat kerja kita adalah properti panggung. Kita adalah seorang performer. Ini adalah kesempatan satu-satunya yang kita punya untuk menyuguhkan penampilan yang terbaik.
It’s SHOW TIME!
It's SHOWTIME!
246
DAFTAR PUSTAKA TIME TO CHANGE - 99 Jalan Menuju Kesuksesan Yang Spektakuler: Hari Subagya, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, Indonesia, 2004 H.U.M.A.N TECHNOLOGY – Sebuah Pentalogi Pencapaian Sukses: Hery Ratno & Nugroho Nusantoro, Illuninatie, Jakarta, Indonesia, 2010 THE SUCCESS PRINCIPLES – Cara Beranjak Dari Posisi Anda Sekarang Ke Posisi Yang Anda Inginkan: Jack Canfield, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Indonesia, 2006 INSTANT INFLUENCE – How To Get Anyone To Do Anything – FAST: Michael V. Pantalon, PhD, Hachette Book Group, New York, USA, 2011 THE POWER TO TRANSFORM – 90 Days To A New You: Chris Majer, Rodale Inc., New York, USA, 2009 AT THE HEART OF LEADERSHIP – How To Get Results With Emotional Intelligence: Joshua Freedman, Six Seconds Emotional Intelligence Press, California, USA, 2007 UNLIMITED POWER: Anthony Robbins, Karisma Publishing Group, Batam, Indonesia, 2005
It's SHOWTIME!
247
TENTANG PENULIS Nugroho Nusantoro adalah seorang trainer, pembicara publik, dan penulis, utamanya di bidang service excellence. Program-program service excellence yang didesain oleh Nugroho Nusantoro ditujukan untuk perusahaan dan organisasi yang mempunyai komitmen solid pada pengalaman pelanggan, berpikiran maju, dan kreatif. Itu semua ia lakukan dengan memastikan bahwa programprogram service excellence yang ia bawakan selalu praktis, simpel, tepat sasaran, dan inspiratif. Pengembangan budaya perusahaan yang sehat dan pemberdayaan kesadaran manusia sebagai pondasi service excellence selalu menjadi pilar-pilar utama programnya. Itulah sebabnya ia juga sering diminta untuk memberikan inspirasi pada karyawan-karyawan perusahaan, dari beragam jabatan dan posisi. Sebagai seorang praktisi di dunia service excellence, Nugroho Nusantoro juga melengkapi diri dengan kualifikasi internasional di bidang pengembangan kepemimpinan, branding, kecerdasan emosional, dan law of attraction. Tidak mengherankan ketika kita mengikuti program-program service excellence Nugroho Nusantoro, kita seakan dibawa menembus batas-batas beragam ilmu yang terjalin erat menjadi satu alur yang menggugah sebuah kesadaran baru.
It's SHOWTIME!
248
Sebagai penulis, Nugroho Nusantoro telah menghasilkan beberapa karya seperti The HUMAN Technology (bersama Hery Ratno), Weaving Excellence – Panduan Desain Pengalaman Customer, dan Super-Supervisor. Artikel-artikelnya dengan mudah bisa dinikmati di www.nugrohonusantoro.com dan www.serviceexcellencetrainer.com. Sementara, ide-ide serta pemikirannya juga ia tuangkan sebagai status di Facebook (nugroho.nusantoro) dan Twitter (@n_nusantoro). SHOW TIME!, yang menjadi judul buku ini, adalah sebuah falsafah hidup bagi seorang Nugroho Nusantoro. Falsafah hidup yang menyatakan bahwa saat ini adalah satu-satunya kesempatan untuk memberikan yang terbaik, bagi diri sendiri dan orang lain. Ia sangat yakin hanya dengan sikap seperti itu, hidup akan menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.
It's SHOWTIME!
249
“Sebagai seorang karyawan, pada posisi apapun, Anda berhak sukses dan bahagia. Ini adalah peta praktis yang bisa Anda ikuti untuk mencapai kesuksesan itu.” Buku ini ada untuk para karyawan yang sangat ingin meraih kesuksesan karir dan kebahagiaan hidup. It’s SHOW TIME! disusun untuk menjadi penunjuk arah, strategi, sekaligus referensi yang praktis oleh seorang penulis yang sangat memahami seluk beluk dunia pengembangan sumber daya manusia. Poin-poin serta pengetahuan yang ada pada buku ini telah mengantar banyak karyawan berhasil mencapai jenjang demi jenjang kesuksesan sehingga mereka merasakan kebahagiaan dalam karir maupun sisi lain kehidupan mereka. Sekarang Anda boleh merasa lega karena, sebagai karyawan, Anda juga boleh mempunyai impian yang besar. Lebih penting lagi, buku ini menunjukkan dengan jelas bagaimana mewujudkan semua impian itu.
Ikuti dan praktekkan semua petunjuk di buku ini, dalam waktu relatif singkat, kesuksesan segera menjadi milik Anda!
It’s SHOW TIME!
www.nugrohonusantoro.com 9 781628 901320