ISYROF, TABZIR, GHIBAH, dan FITNAH
Standar Kompetensi : 5. Menghindari perilaku tercela Kompetensi Dasar: 5.1 Menjelaskan pengertian isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah 5.2 Menjelaskan contoh perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah 5.3 Menghindari perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari
1
ISYROF 1.
Pengertian isyrof Isyrof artinya melakukan sesuatu berlebih-lebihan atau melampaui batas, seperti
makan, minum, berpakaian, berbelanja, dan lain sebagainya.
2. Perintah menghindari isyrof Dalam ajaran agama Islam sangat banyak perintah untuk menghindari isyrof, antara lain adalah: a. Al Quran surah Al A‟raf [7] ayat 31
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. b. Hadis riwayat At Tarmidzi Tidak ada yang lebih jahat dari pada orang yang memadati perutnya. Cukuplah seseorang dengan beberapa suap makan untuk menguatkan badannya. Jika perlu ia makan, hendaklah perutnya diisi sepertiga makan, sepertiga minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas. c. Hadis riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah Dari Abu Nu‟amah, bahwasanya „Abdullah bin Mughaffal mendengar anaknya berdo‟a, “Ya Allah, aku meminta kepada-Mu istana putih di sebelah kanan Surga, bilamana aku memasukinya.” Maka ia pun berkata, “Hai anakku, mintalah Surga kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari api Neraka. Karena aku mendengar Rasulullah saw. bersabda; Sesungguhnya, akan ada nanti di tengah ummat ini orang-orang yang melampaui batas dalam bersuci dan berdoa”. d. Hadis riwayat Ibnu Majah Suatu hari Rasulullah melewati Sa‟ad yang sedang berwudhu, beliau menegur karena Sa‟ad sangat banyak menggunakan air. Kemudian Sa‟ad bertanya “apakah ada keborosan dalam berwudhu ya Rasulullah?” beliaupun menjawab ”ya sekalipun engkau berada di tepi sungai”
2
3.
Pentingnya menghindari isyrof
Dalam ajaran Islam menghidari perbuatan isyrof adalah penting, karena: a.
Akan mendapat keridhoan Allah, hal ini dijelaskan Allah dalam Al Quran surah Al A‟raf [7] ayat 31 (lihat di atas)
b.
Akan dapat menghidarkan diri dari kesombongan, hal ini dijelaskan Allah dalam Al Quran surah Ad-Dukhan [44] ayat 31
Dari (azab) Fir'aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas. c.
Menghidarkan kemudharatan, sebagaimana Al Quran surah Ar Ruum [30] ayat 41
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
TABZIR 1.
Pengertian tabzir Tabzir adalah sikap boros, yaitu sikap melakukan sesuatu tidak bermanfaat atau
menjadikan barang tidak bermanfaat.
2. Perintah menghidari perbuatan tabzir Agama Islam melarang umatnya bersikap tabzir dan memerintahkan kepada umatnya untuk menghindari perbuatan tabzir, diantaranya adalah: a.
Al Quran surah Al Isra [17] ayat 26-27
3
(26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghamburhamburkan (hartamu) secara boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Al Quran surah Al An‟am [6] ayat 141
b.
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.
3. Pentingnya menghindari tabzir Dalam ajaran Islam menghidari perbuatan tabzir adalah penting, diantaranya adalah karena a.
Akan menjadikan seseorang berhemat untuk digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat pada waktu yang tepat dan menghindarkan diri dari sombong. Hadis diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Ja‟far menegaskan hal ini:
b.
sejelek-jeleknya umatku adalah orang yang dilahirkan dalam kenikmatan dan bermewah-mewahan, mempunyai makanan yang bermacam-macam, pakaian yang berbeda corak dan warna, kendaraan yang banyak, serta sombong dalam pembicaraan dan perkataan Akan memperbanyak kesempatan untuk bersedekah dan menghindarkan dari berhutang
c.
Akan menghindarkan diri dari azab Allah Hingga apabila kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah
4
kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari kami. (Al Mukminuun: 64-65).
GHIBAH 1. Pengertian ghibah Ghibah atau menggunjing adalah perbuatan membicarakan hal atau keadaan atau aib
orang lain yang orang tersebut tidak suka apabila dibicarakan,
dengan cara
membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok. Satu riwayat dari Abu Hurairah, sahabat bertanya kepada Rasululloh. “Apakah ghibah itu?” Tanya seorang sahabat pada Rasululloh saw. “ghibah adalah memberitahu kejelekan orang lain!” jawab Rasul. “Kalau keadaaannya memang benar?” Tanya sahabat lagi. ” Jika benar itulah ghibah, jika tidak benar itulah dusta!” tegas Rasululloh. Menurut Imam al-Ghazali, ghibah adalah menyebut orang lain dengan sesuatu yang tidak disukainya, baik sebutan itu tentang kekurangannya pada badan, nasab, akhlak, perbuatan, perkataan, agama, keduniaan, sampai kepada sebutan tentang pakaian, rumah, dan hewan miliknya.
2. Perintah menghidari perbuatan ghibah Menurut para ulama ghibah termasuk dosa besar. Beberapa ayat Al Quran dan hadis melarang dengan keras perbuatan ini, diantaranya adalah: a. Al Quran surah Al Hujurat [49]:12 menjelaskan
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang 5
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. b. Hadis riwayat Bukhari Muslim: Hindari prasangka karena prasangka itu berita yang paling dusta dan bohong
3. Pentingnya menghindari ghibah Pentingnya menghidari perbuatan ghibah karena merupakan perbuatan tercela yang akan menimbulkan dampak yang berat, antara lain seperti tersebut dalam hadis berikut: a. Menghindarkan diri dari menganiaya orang lain, sebagaimana hadis riwayat Abu Daud: Pada malam Isra’ mi’raj, aku melewati suatu kaum yang berkuku tajam yang terbuat dari tembaga. Mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku bertanya pada Jibril, `Siapa mereka?’ Jibril menjawab, `Mereka itu suka memakan daging manusia, suka membicarakan dan menjelekkan orang lain, mereka inilah orang-orang yang gemar akan ghibah! b. Melepaskan diri dari azab Allah, sebagaimana hadis riwayat Ahmad: Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari wajahnya Dalam Hadis yang lain riwayat Turmudzi disebutkan: siapa yang mencemarkan kehormatan saudaranya maka Allah akan mencampakkan kehormatan dirinya, maka Allah akam mencampakkan api neraka melalui mukanya nanti pada hari kiamat.
3.
Ghibah yang dibolehkan Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim dan Riyadhu As-Shalihin,
menyatakan bahwa ghibah hanya diperbolehkan untuk tujuan syara' yaitu yang disebabkan oleh enam hal, yaitu: 1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa [4] ayat 148:
6
Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. 2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiap muslim harus saling bahu membahu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil 3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih 4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan seperti: a. Apabila ada perawi, saksi, atau pengarang yang cacat sifat atau kelakuannya, menurut ijma' ulama kita boleh bahkan wajib memberitahukannya kepada kaum muslimin. Hal ini dilakukan untuk memelihara kebersihan syariat. ghibah dengan tujuan seperti ini jelas diperbolehkan, bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadits. Apalagi hadits merupakan sumber hukum kedua bagi kaum muslimin setelah Al-Qur'an. b. Apabila kita melihat seseorang membeli barang yang cacat atau membeli budak (untuk masa sekarang bisa dianalogikan dengan mencari seorang pembantu rumah tangga) yang pencuri, peminum, dan sejenisnya, sedangkan si pembelinya tidak mengetahui. Ini dilakukan untuk memberi nasihat atau mencegah kejahatan terhadap saudara kita, bukan untuk menyakiti salah satu pihak. c. Apabila kita melihat seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik atau ahli bid'ah dan kita khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya. Maka kita wajib menasehati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata.
7
5. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid'ah seperti, minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak liar atau perkara-perkara bathil lainnya. Ketika menceritakan keburukan itu kita tidak boleh menambah-nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal itu hanya untuk kebaikan 6.
Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta, atau sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsung mengerti (http://unisys.uii.ac.id/index.asp)
FITNAH
1. Pengertian fitnah Kata fitnah berasal dari bahasa Arab yang berarti kekacauan, bencana, syirik, cobaan, ujian dan siksaan. Fitnah dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berita bohong atau desas-desus tentang seseorang, karena ada maksud-maksud yang tidak baik dari pembuat fitnah terhadap sasaran fitnah. Dalam Ensiklopedia Al-Quran (buku satu karangan H Fachrudin HS), disebutkan pengertian fitnah menurut bahasa adalah ujian, lebih luas artinya adalah: 1. Suatu tekanan dan penindasan, dinamakan fitnah karena menjadi ujian bagi keteguhan atas tekanan dan penindasan itu. 2. Suatu hukuman yg ditimpakan oleh Allah SWT karena melakukan kesalahan dan pelanggaran dinamakan fitnah karena hukuman itu merupakan ujian apakah itu membuat jera atau tidak. [Al Anfal(8) : 25] 3. Suatu pemberian Allah SWT yg berupa keburukan, kebaikan, senang, susah, untung, rugi, kalah dan menang dst. itu juga dinamakan fitnah karena menjadi ujian apakah nikmat yg diberikan Allah SWT membuat kita bersyukur atau kesusahan yg ada pada kita membuat kita bersabar. [Al Anfal(8) : 28] [Al Anbiya(21) : 35] 4. Kekacauan, perselisihan, pertentangan dan peperangan yg terjadi dalam masyarakat dunia disebut juga sebagai fitnah karena menjadi ujian sanggupkah 8
masyarakat ini menghindarkan diri dari sebab-sebab yg menimbulkan fitnah. [Al Baraah(9) : 48]
2. Perintah menghidari perbuatan fitnah Agama Islam memerintahkan kepada umatnya menjauhkan diri dari perbiatan fitnah karena perbuatan fitah amat dicela sebagaimana firman Allah dalam Al Quran “dan fitnah itu lebih besar
surah Al-Baqarah [2] ayat 191
bahayanya dari pembunuhan”. Demikian pula sabda Rasulullah: tidak akan masuk surga orang yang suka menyebar fitnah. (Hr. Bukhari Muslim). Ada beberapa hal yang menyebabkan fitnah itu terjadi, hal ini dijelaskan Rasulullah: “fitnah itu dapat timbul karena kebodohan yang merajalela, ilmu yang tercabut, dan banyak kekacauan serta pembunuhan.” (Hr. Bukhari Muslim).
9