ISU-ISU DIBALIK PENDIRIAN PERBANKAN SYARI’AH DI INDONESIA: SUATU TINJAUAN SEJARAH Mutiara Dwi Sari1, Zakaria Bahari2, Zahri Hamat3
ABSTRACT
Indonesia is the country with a population of about 237 million people and 204 million people are Muslims. This amount makes Indonesia as the largest Muslim nation in the world and thus has huge potential for the development of Islamic (i.e Islamc Banking). However, Indonesia is not a country with an Islamic ideology, but is a country with an ideology of Pancasila which basically shows the characteristics of a secular country with a fully capitalist financial system. Therefore the establishment of a Sharia banking in this country requires a long fight and stand is quite late compared to countries with a majority Muslim population. What caused the delay in the establishment of Sharia banking in Indonesia? What are the issues and the problems behind the establishment of Sharia banking in Indonesia? This paper aims to identify issues and problems behind the establishment of Sharia banking and how the issue is resolved until finally Sharia banking established. The history of how the struggle of Sharia banking establishments do, who and which groups were involved in the establishment of sharia banking in Indonesia will also be presented. This paper is based on historical data and secondary data were analyzed using content analysis. Research results found a political issue, a lack of government support, legal issues, social problems, economic problems (lack of capital) and debate among legal scholars about halal-haram interest of conventional banks was partly responsible for the delay in the establishment of Sharia banking Indonesia. 1
Lecturer pada Fakulti Sains Sosial, University College Bestari, Putera Jaya, 22100, Terengganu, Malaysia. Email:
[email protected]. Telp. +609-6097101 atau +6096097107 2 Lecturer di Pusat kajian Pengurusan Pembangunan Islam (ISDEV), Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang. 3 Lecturer di bagian Perancangan Pengurusan Pembangunan (PPP), Pusat Pengajian Sains Kemasyarakatan Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang. JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[31]
The establishment of Sharia banking in Indonesia came from downstream ideas and divided into three phases. This phase is the phase of ideas or thinking, the phase of rethinking (preparation) and the phase of establishment and maturation of the Sharia banking concept. Keywords: Indonesia, Sharia banking, issues and history
ABSTRAK Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk sekitar 237 orang dan 87 peratus (204 juta adalah Muslim). Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan merupakan potensi bagi pengembangan sistem keuangan Islam. Meskipun demikian Indonesia bukanlah sebuah negara Islam tetapi negara yang mempunyai ideologi Pancasila dan secara asasnya menunjukkan ciri sebuah negara sekuler dengan sistem keuangan negara yang sepenuhnya kapitalis. Oleh itu pendirian sebuah perbankan Syari’ah di negara ini memerlukan perjuangan yang panjang dan pendiriannya dikatakan agak terlambat berbanding negara dengan mayoritas penduduk Muslim lainnya. Apakah yang menyebabkan terlambatnya pendirian perbankan Syari’ah di Indonesia? Apakah yang menjadi isu dan masalah-masalah disebalik pendirian perbankan Syari’ah di Indonesia? Tulisan ini bertujuan untuk mengenal pasti isu dan masalah dibalik pendirian perbankan Syari’ah dan bagaimanakah isu tersebut diselesaikan sehingga perbankan Syari’ah akhirnya berhasil didirikan. Sejarah perjuangan pendirian perbankan Syari’ah di Indonesia, siapakah dan kelompok manakah yang berperanan penting dalam usaha mendirikan perbankan Syari’ah juga akan dikemukakan. Tulisan ini merupakan kajian arkib sejarah dengan data sekunder yang dianalisa dengan analisa kandungan (content analysis). Hasil penelitian mendapati isu politik, kurangya dukungan pemerintah, isu undangundang, masalah sosial masyarakat, masalah ekonomi (kurangnya modal) dan perdebatan dalam kalangan ulama tentang hukum halal-haramnya bunga bank konvensional merupakan isu dan masalah yang melambatkan pendirian perbankan Syari’ah di Indonesia. Pendirian perbankan Syari’ah datang daripada arus bawah dan dibagikan kepada tiga fasa. Fasa tersebut adalah fasa ide atau pemikiran, fasa
[32]
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
pemikiran semula dan fasa pendirian serta pematangan konsep perbankan syari’ah di Indonesia. Kata Kunci: Indonesia, perbankan Syari’ah, isu-isu dan sejarah
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[33]
pembiayaan
PENDAHULUAN Kewujudan
institusi
perbankan
modern yang beroperasi berdasarkan sistem Syari’ah sebenarnya masih ditahap
awal
berbanding
sistem
perbankan konvensional yang wujud kira-kira
420
tahun
yang
lalu.
Pendirian sebuah bank konvensional Banco della Pizza di Rialto, Venice pada tahun 1587 dianggap titik awal permulaan perbankan modern dunia (Hamoud, 1985). Kemudian diikuti pendirian
perbankan
modern
di
Inggeris pada tahun 1694 (Sumner, 1971). Manakala pendirian perbankan Syari’ah modern baru dimulai pada tahun
1963
ditandai
dengan
didirikannya Bank Myt Ghamir
di
Mesir. Meskipun menurut Erol & ElBdour,
(1989)
perbankan pertama
usaha
modern kali
sebelumnya
di
pendirian
tanpa
telah
bunga
dilakukan
Malaysia
pada
pertengahan tahun 1940-an, namun usaha tersebut dianggap gagal. Usaha pendirian perbakan Syari’ah lainnya juga telah dilakukan di Pakistan pada akhir
tahun
ditubuhkannya
[34]
1950-an, suatu
iaitu lembaga
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
tanpa
bunga.
Usaha
pendirian lembaga keuangan yang beroperasi tanpa sistem bunga juga dilakukan di Malaysia seperti Tabung Haji Malaysia yang masih berjalan hingga sekarang, tetapi fungsi lembaga ini
lebih
kepada
pengurusan
persediaan perjalanan haji umat Islam di
Malaysia
Muhammmad
(Wilson, Nejatullah
1983; Siddiqi,
2006) Meskipun Bank Islam Myt Ghamir akhirnya telah ditutup pada tahun 1967 atas faktor-faktor politik iaitu hanya setelah empat tahun beroperasi. Akan tetapi, kesuksesan pendirian Bank Islam
Myt
Ghamir
ini
telah
memberikan inspirasi bagi pendirian bank-bank Syari’ah selanjutnya (Sudin Haron, 2005).
Oleh itulah beberapa
kalangan
berpendapat
Syari’ah
modern
perbankan
Myt
Ghamir
dianggap sebagai pembuka jalan bagi pendirian bank-bank Syari’ah lainnya. Setelah masa itu menurut Metawa dan Almossawi (1998) iaitu pada era 1970 an perbankan Syari’ah terus tumbuh dan berkembang baik dalam bentuk jumlah
maupun
ukuran.
Selain
didirikan oleh pihak pemerintah, pihak
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
swasta juga menyumbang terhadap
Islam antaranya di Eropa, Amerika dan
perkembangan
Syari’ah.
Australia. (Ebrahim dan Tan kai Joo,
Perbankan Syar’ah swasta pertama kali
2001). Ini menunjukkan penerimaan
didirikan pada tahun 1975 adalah
masyarakat dunia terhadap sistem
Dubai Islamic Bank yang didirikan
perbankan Syari’ah yang cukup baik.
oleh sekelompok usahawan Muslim
Bahkan, Citibank yang merupakan
dari pelbagai negara. Pada tahun ini
salah satu bank terbesar di Amerika
juga
telah
perbankan
ditubuhkan
Internasional
membuka
Islamic
window,
Development Bank (IDB) di Jeddah.
diikuti dengan HSBC (Hongkong) dan
Pada masa yang sama Faysal Islamic
ABN
Bank di Mesir dan
1994).
didirikan.
Sudan juga
Mendekati awal dekad
AMRO
Tabel
1
(Belanda)
(Wilson,
memaparkan
secara
1980-an, bank-bank Syari’ah tidak
terperinci
hanya bermunculan di negara-negara
Syari’ah modern yang terawal baik di
mayoritas
negara mayoritas Islam maupun bukan
Islam
tetapi
juga
bermunculan di negara-negara bukan
pendirian
perbankan
Islam.
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[35]
Tabel 1. Bank-bank Islam Yang Terawal Didirikan Di Dunia (1960-an -1990-an) No.
Tahun
1 2 3 4 5
1963 1963 1972 1973 1975
Mesir Malaysia Mesir Filipina UAE
Myt Ghamir Savings Bank Tabung Haji (Pilgrims Management and Fund Board) Nasser Social Bank Philippine Amanah Bank Dubai Islamic Bank
6
1975
Islamic Development Bank (IDB)
7 8 9 10 11 12 13
1977 1977 1977 1978 1978 1979 1980
Negaranegara OIC Mesir Sudan UAE Luxemburg Jordan Bahrain Mesir
14 15 16 17
1980 1981 1981 1981
Mesir Bahamas Switzerland Mesir
18 19
1982 1982
20 21 22 23 24 25 26 27 28
1982 1983 1983 1983 1983 1983 1983 1983 1983
Arab Saudi Kirbis (Turkish Cyprus) Bahamas Malaysia Cyprus Bangladesh Denmark Qatar Sudan Iran Tunisia
Bank Misr (Islamic window) Dar al Mal al Islami Trust Nassau Dar al-Mal al-Islami Islamic International Bank for Investment & Development Saudi-Philipine Islamic Development bank Faisal Islamic Bank of Kibris, Lefkosa
29
1983
Nigeria
[36]
Negara
Nama Bank
Faisal Islamic Bank of Egypt Faisal Islamic Bank of Sudan Abu Dhabi Islamic Bank Islamic Banking System International Holdings Jordan Islamic Bank Bahrain Islamic Bank Egyptian Saudi Finance Bank
Masraf Faisal Islamic Bank & Trust, Nassau Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) Faisal Islamic Bank of Kibris International Islamic Bank Islamic Bank International Qatar Islamic Bank Tadamon Islamic Bank Untuk seluruh bank berasakan syari’ah Bank al Tamwil al Saudi al Tunisi Banque Islamic du Niger
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
30 31
1983 1983
Guinea Senegal
Banque Islamique de Guinea Banque Islamique du Senegal
32 33
1983 1983
Jordan Mesir
34 35
1983 1983
Bangladesh Denmark
Beit El- Mal Saving and Investment Co. International Islamic Bank for Investment and Development Islamic Bank Bangladesh Islamic Bank International of Denmark, Copenhagen
36 37 38
1983 1984 1984
Qatar Tunisia Switzerland
Qatar Isamic Bank Bait Ettamouil Saudi Tounsi Dar al Mal al Islami Trust, Geneva1984
39 40 41 42 43
1984 1985 1985 1985 1985
Bahrain Pakistan Sudan Bahrain Mauritania
Faysal Investment Bank of Bahrain Untuk seluruh bank berasaskan syari’ah West Sudan Islamic Bank ABC Islamic Bank Al-Baraka Islamic Bank, Mauritania
44 45 46 47 48 49 50 51 52
1987 1987 1989 1989 1989 1990 1990 1990 1990
US Bangladesh US South Africa Djibouti Filipina Bahrain Bahrain Qatar
Albaraka Bancorp (California) Inc. AlBaraqa Bank Bangladesh Albaraka Bancorp (Chicago)Inc. Albaraka Bank, Durban Banque Albaraka Djibouti Amanah Islamic Investment Bank, Manila Arab Islamic Bank Bahrain Islamic Bank Qatar International Islamic Bank
53 54 55 56 57 58 59
1991 1992 1992 1992 1993 1993 1993
Brunei Indonesia Lebanon Albania Iraq Malaysia Malaysia
60
1994
Gambia
Perbadanan Tabung Amanah Islam Bank Muamalat Indonesia (BMI) Al Baraka Bank Lebanon Arab Albanian Bank Iraqi Islamic Bank for Investment and Development Malayan Banking Berhad (Islamic window) United Malayan Banking Corporation Berhad (Islamic Window) Arab Gambian Islamic Bank
61
1995
Bangladesh
Al-Arafah Islamic Bank
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[37]
62 63 64 65 66 67 68 69
1995 1995 1995 1996 1996 1996 1996 1996
Kazakhstan Bangladesh Bangladesh Bahrain Bahrain Jersey Yemen Yemen
Lariba Bank, Alma Ata Prime Bank Social Investment Bank Citi Islamic Investment Bank Faysal Islamic Investment Bank Masraf Faisal al- Islamy Tadhamon Islamic Bank Yemen Islamic Bank for Finance and Investment
70
1996
US
71 72 73 74 75 76
1997 1997 1998 1998 1998 1998
Yemen Rusia Thailand US Arab Saudi Russia
Citibank mendirikan Citi Islamic Investment Bank pada 1996 di Bahrain, yang merupakan wholly-owned subsidiary dari Citicorp Saba Islamic Bank Badr Bank Government Savings Bank (Islamic window) Albaraka Bancorp (texas) Inc. Al Rajhi Banking and Investment Corporation Badr Bank, Moscow
77 78 79 80 81 82 83
1998 1998 1999 1999 1999 1999 1999
Brunei Jordan Bahrain Malaysia Bahrain Bahrain Indonesia
Islamic Bank of Brunei Berhad Islamic International Arab Bank Al-Barakah Bank Bank Muamalat Citi Islamic Bank of Bahrain (Citi Corp. N.A) Faisal Islamic Bank of Bahrain Bank Syari’ah Mandiri
(Sumber: Sudin Haron & Bala Shanmugam, 1997; Lewis & Algaoud, 2001 dan berbagai sumber isu dengan modifikasi sendiri).
[38]
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
Tabel
1
urutan
terlihat terlambat berbanding negara
Syari’ah
mayoritas Islam lainnya. Misalnya
menurut tahun terawal didirikan baik
dibandingkan dengan Malaysia yang
di negara mayoritas Islam maupun
telah
bukan Islam. Selain berbentuk full
Syari’ahnya
pledge system juga terdapat yang
Bahkan
berbentuk
Terlihat
Muslim seperti Filipina yang telah
Philippine Amanah Bank pada 1973
menerapkan sistem syari’ah pada
dalam
pendirian
memaparkan perbankan
dual
system.
memiliki pada
dengan
perbankan tahun
1983.
negara
bukan
operasinya
telah
salah satu bank mereka berawal
sistem
syari’ah
tahun 1973 (dual banking system).
melalui dual banking system iaitu
Mohamed Ariff (1998) berpendapat
dengan tetap mengekalkan sistem
keterlambatan pendirian perbankan
konvensional
Syari’ah
di
Islam. Luxemburg tercatat antara
sesuatu
yang
negara
berhujah
mengamalkan
disamping
bukan
Islam
sistem
terawal
Indonesia
bukanlah
mengherankan.
Ia
bahwa
mendirikan bank Syari’ah iaitu pada
terdapat dua syarat yang paling asas
tahun 1978 (Islamic Banking System
untuk kesuksesan pendirian sebuah
International
diikuti
bank Syariah. Kedua syarat asas
Switzerland tahun 1981 (Dar al-Mal
tersebut yaitu, pertama dukungan
al-Islami) dan Denmark (1983). Pada
masyarakat Islam yang sadar akan
era
kepentingan
1990-an
Holdings),
potensi
perbankan
penerapan
sistem
Syari’ah semakin terlihat dengan
Syari’ah dalam aktivitas keuangan
meningkatnya
pasar
mereka sehari-hari. Kedua adanya
terhadap sistem perbankan Syari’ah.
kekuatan politik (political will) atau
Sehingga telah menarik bank-bank
dukungan penuh pemerintah yang
konvensional untuk membuka unit-
bersimpati dengan perjuangan Islam.
unit Islam mereka (Islamic window).
Namun
permintaan
kedua
faktor
ini
tidak
Berdasarkan Tabel 1, kedudukan
dimiliki oleh Indonesia pada masa
perbankan Syari’ah di Indonesia,
tersebut. Ini juga seiring dengan yang
baru wujud pada tahun 1992 iaitu
dikatakan oleh Muhammad Umar
dengan didirikannya Bank Muamalat
Chapra (1987); Sudin Haron dan
Indonesia
KuMadji Yamirudeng (2003), selain
(BMI).
Pendirian
ini
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[39]
peranan
umat
Islam,
dukungan
PEMBAHASAN
pemerintah yang kuat mempunyai
Sejarah
keterkaitan yang erat untuk kemajuan
Perbankan Syari’ah di Indonesia
perbankan Syari’ah khasnya dan
Rahardjo
menyatakan
Sebelum
Pendirian
menjelaskan
tentang
sejarah pendirian perbankan Syari’ah
ekonomi Islam umumnya. Dawam
Awal
(1998)
terlebih
dahulu
perlu
usaha
pendirian
membincangkan tentang Indonesia
Syari’ah
Indonesia
dan struktur masyarakat Islam di
hakikatnya telah bermula sebelum
Indonesia yang mana nantinya akan
perang dunia kedua hinggalah setelah
mencorakkan perjalanan sejarah itu
kemerdekaan Indonesia. Masa itu
sendiri.
antara tahun 1930-an hingga tahun
kepulauan terbesar di dunia dengan
1990-an. Terlihat jauhnya rentang
lebih 13.000 pulau, 300 suku kaum
masa antara awal munculnya usaha
dan 336 kumpulan etnik serta 250
awal pendirian perbankan Syari’ah
bahasa dan dialek
ini,
realitas
berbeda. Jumlah penduduk Indonesia
pendiriannya. Pertanyaan besar akan
pada 2010 sekitar 237 juta jiwa dan
muncul apakah yang menyebabkan
58 peratus terkonsentrasi di Pulau
terlambatnya pendirian perbankan
Jawa (BPS, 2010). Daripada jumlah
Syari’ah di Indonesia berbanding
tersebut 87 peratus atau sekitar 204
negara-negara
lainnya?
juta
menjadi
Berdasarkan jumlah ini, menjadikan
perbankan
dengan
Apakah
masa
Muslim
isu-isu
yang
Indonesia
jiwa
ialah
negara
daerah
adalah
yang
Muslim.
penghalangnya? Bagaimanakah isu-
Indonesia
isu
berpenduduk Muslim terbesar di
tersebut
dapat
diselesaikan.
sebagai
Bagian selanjutnya membincangkan
dunia.
tentang
pendirian
penduduk Indonesia adalah Muslim,
dan
namun Indonesia bukanlah sebuah
bagaimanakah perjuangan pendirian
negara Islam. Menurut Mohamed
perbankan
Syari’ah
sehingga
Ariff
perbankan
Syari’ah
Indonesia
perbankan
perjalanan Syari’ah
akhirnya berhasil didirikan.
Meskipun
negara
(1988);
Indonesia
Wouters
(2007)
sebuah
negara
dengan ideologi Pancasila dan secara asasnya
[40]
adalah
mayoritas
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
menunjukkan
karakter
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
sebuah negara sekuler dengan sistem
tinggi,
moneter negara yang sepenuhnya
kawasan bandar dan termasuk dalam
kapitalis (Pilot Sagaran Antonio,
kalangan middle class. Manakala
1992). Sementara itu dilihat dari sisi
santri fundamentalis atau tradisional
masyarakat
biasanya
Muslimnya,
secara
modern
dan
mereka
tinggal
yang
di
berlatar
umum dibagikan ke dalam dua sub-
belakang pendidikan agama dan
grup utama: Pertama, abangan dan
tinggal
kedua,
pesantren-pesantren dan cenderung
santri. Santri dan abangan
di
perkampungan
atau
adalah sebuah istilah sosiologis yang
conservative.
mana oleh Mohamed Ariff (19880;
terakhir ada lagi yang termasuk
Geertz (1960) abangan didefinisikan
dalam
sebagai suatu sebutan bagi Muslim
mistik.
yang tidak taat dalam menjalankan agama,
terutama
ubudiyah.
dalam
wilayah
Istilah abangan
merujuk kepada umat
ini
Islam yang
Kemudian
kelompok
Terdapat
Muslim
persamaan
yang
santri
sejarah
Indonesia dengan Malaysia yaitu tentang pengistilahan middle class dikalangan
Melayu
Muslim
di
kononnya tidak mengamalkan agama
Malaysia yaitu masa antara 1970-
mereka. Dalam
sehari-hari
1990 an atau masa pemberlakuan
Muslim abangan disebut juga dengan
Dasar Ekonomi Baru (DEB) di
Islam Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Malaysia. Dasar ini telah membuka
Manakala santri ialah sebutan untuk
peluang
Muslim yang taat dalam menjalankan
ekonomi
agama.
(Muslim).
istilah
Istilah
didefenisikan
santri sebagai
Islam yang dengan menjalankan
ini umat
saleh yang hidup nilai-nilai
peluang pendidikan dan bagi
kaum
Sebagian
Melayu mereka
berkesempatan untuk mendapatkan pendidikan Sekembalinya
di
luar
negeri.
mereka
dengan
Islam. Lebih lanjut (Mohamed Ariff
berbagai latar belakang pendidikan,
1988) mengatakan
kalangan ini telah
Muslim santri
membentuk
tersebut berfragmentasi pula kepada
struktur kelas tersendiri yakni apa
beberapa bagian, pertama santri elit
yang diistilahkan oleh Kahn (1996) ;
atau reformis yaitu mereka yang
Crouch (1996) sebagai middle class.
kategori ini biasanya berpendidikan
Mereka
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
yang
tergabung
dalam
[41]
kelompok ini mempuyai kekuatan
kemasyarakatan
tersendiri
Muhammadiyah (Muhammad Syakir
dalam
mempengaruhi
perjalanan politik dan ekonomi di negara
mereka
Islam
seperti
Sula dan Aries Mufti, 2007).
masing-masing.
Mohamed
Ariff
(1988)
Kalangan ini diindikasikan adalah
berpandangan pendirian perbankan
mereka yang berpendidikan tinggi,
Syari’ah di sebuah negara sekuler
tinggal
seperti
di kawasan kota dalam
kelompok
Indonesia,
cenderung
antara
upper
class
mengkategorikannya kepada bentuk
(bourgeoisie)
dan
lower
class
gerakan
(proletariats).
Fenomena ini juga
yang mana datang dari permintaan
berlaku di Indonesia, pada rentang
arus bawah (kelompok masyarakat).
masa yang sama 1970-1990 an,
Keadaan
merupakan masa kebangkitan kaum
Adiwarman
intelektual Muslim Indonesia yang
Masyudi Muqorobin (2010) sebagai
aktif
ide-ide,
gerakan bottom-up. Arus bawah yang
gagasan dan gerakan-gerakan untuk
dimaksud disini ialah sebagaimana
memasukkan unsur Islami dalam
yang disebut diatas yaitu masyarakat
politik maupun ekonomi negara.
Muslim yang berasal dari kaum elit
Termasuklah
santri yang digerakkan oleh
para
bidang ekonomi Islam yang ditandai
ulama
yang
dengan usaha pendirian perbankan
tergabung dalam MUI dan ICMI
Syari’ah. Mereka atau kaum middle
serta organisasi Islam lainnya. Para
class atau santri elit inilah yang
ulama dan cendekiawan muslim ini
disebut sebagai kelompok penggerak
merasakan
dan
usaha
mendirikan sebuah perbankan tanpa
menubuhkan perbankan Syari’ah di
riba di negara yang selalu dikaitkan
Indonesia khasnya
dengan
mengemukakan
perjuangan
pelopor
tergabung organisasi
dalam
dalam
mereka
dalam
yang
organisasi-
informal arrangements
ini
dan
diistilahkan A.
Karim
cendekiawan
sudah
jumlah
oleh (2007);
sepatutnya
Muslim
terbesar
didunia ini. Kalangan ini merupakan
Islam
seperti
Majlis
sekelompok umat Islam yang sadar
Indonesia
(MUI),
Ikatan
akan keperluan pendirian perbankan
Indonesia
Syari’ah untuk memenuhi keperluan
(ICMI) serta organisasi-organisasi
keuangan mereka berdasarkan syara’.
Ulama
Cendekiawan
[42]
Muslim
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
Keadaan
ini
berbeda
dengan
Fasa pertama usaha pendirian
Malaysia dan negara-negara Islam
perbankan
lainnya seperti Iran, Sudan, Jordan,
hakikatnya telah bermula pada tahun
Kuwait, Arab Saudi dan negara-
1930-an tepatnya pada tahun 1937
negara
Timur Tengah lainnya
merupakan
gerakan
mendukung
pendirian
kemerdekaan, dimulai dengan apa
Perbankan Syari’ah datang dari atas
yang disebut sebagai fasa pemikiran
atau pemerintah (up-botom) (Osman
atau teoretikal. Pada masa ini adalah
Ahmed 1990, Ramdan Shallah, 1990;
masa yang paling sukar dimana
Wilson, 1990, Hossein Aryan, 1990;
hubungan pemerintah (penjajahan
Gierath
Belanda)
1990;
Sehingga
dengan
menjadikan Syari’ah
Wilson
keadaan
pendirian
dinegara-negara
menjadi
agak
berbanding
1990).
lebih
dengan
Syari’ah
Indonesia
fasa
dengan
sebelum
Islam
sangat
ini
dingin. Rezim yang berkuasa pada
perbankan
masa ini cenderung mengkaitkan
tersebut
perbankan Syari’ah dengan Islamic
mudah
fundamentalism atau gerakan Islam
keadaan
di
Indonesia.
garis keras. Ketua Muhammadiyah pada masa itu K.H. Mas Mansur yang pertama mulai melontarkan ide
Pendirian
Perbankan
Syari’ah
tentang perbankan Syari’ah. Seiring dengan itu, dalam kalangan umat
Indonesia Untuk
menganalisis
disebalik
pendirian
Syari’ah,
penulis
isu-isu perbankan
Islam sendiri muncul reaksi dan perdebatan
diantara
tokoh-tokoh
membagikan
sosialis dan para ulama tentang
pendirian perbankan Syari’ah ke
hukum bunga bank konvensional.
dalam
Perdebatan
tiga
merupakan
fasa. fasa
Fasa
pertama
pemikiran,
fasa
menonjol
awal
yang
paling
ketika
itu
antara
kedua merupakan fasa persiapan dan
Muhammad Hatta (kaum sosialis)
pendirian. Fasa ketiga adalah fasa
dan K. H. Mas Mansur
setelah
ulama). Pendapat pertama
pendirian
(pematangan
konsep dan pengaturan).
(kaum dari
kalangan muslim yang cenderung sosialis adalah menghalalkan bunga
1. Fasa Pertama, (Fasa Pemikiran)
bank konvensional karena bersifat
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[43]
suka rela antara kedua belah pihak,
tidaklah haram atau halal, namun
alasannya karena tidak ada unsur
dalam situasi lain pula boleh menjadi
pemerasan
haram
atau
mempunyai
paksaan fungsi
dan untuk
ataupun
halal
tergantung
kepada keadaan. Pendapat ketiga ini
kepentingan umum. Selain itu juga
juga
jumlah yang disyaratkan juga tidak
ulama dan cendekiawan Muslim
dalam jumlah yang besar (Dawam
(Dawam Rahardjo, 1998). Sikap
Rahardjo, 2002). Oleh itu riba yang
tokoh negara seperti Muhammad
diharamkan dalam Islam tersebut
Hatta tersebut secara tak langsung
menurut kelompok ini tidak sama
cenderung mendukung kewujudan
dengan bunga bank konvensional
perbankan konvensional dan merasa
(Mohamed Ariff, 1998). Pendapat
tidak
kedua, datang daripada kalangan
Indonesia
ulama yang dipelopori oleh K. H.
perbankan Syari’ah. Sebagai salah
Mas
satu tokoh yang berpengaruh di
Mansur
yang
menyatakan
dikemukaan
begitu
oleh
mendesak
untuk
bagi
mempunyai
dengan tegas apapun sifatnya, dalam
Indonesia
situasi
pendapat dan sikapnya tersebut turut
apapun
bunga
bank
pada
beberapa
masa
tersebut,
konvensional adalah haram (Dawam
mempengaruhi
Rahardjo, 1998) dan ia disyaratkan
politik.
dalam akad dan mengandung unsur
didukung
pemerasan (Adiwarman A. Karim,
kerika itu. Oleh karena itulah ide
2001). Kedua-dua pendapat inilah
perbankan
yang
tersebut,
mula
berkembang
sebagai
masyarakat
Justeru, oleh
pendapat pemerintah
Syari’ah
pada
dan ini pada masa
kurang mendapat respon
perdebatan hukum halal-haramnya
dari pemerintah
bunga
di
umumnya. Menurut (Mukhlis, 2011)
Indonesia. Dalam perkembangannya
hakikatnya isu hukum halal-haram
kemudian muncul lagi pendapat yang
bunga bank konvensional ini masih
ketiga pendapat abu-abu (syubhat)
tetap wujud dalam kalangan umat
atau ditengah-tengah antara kedua
Islam Indonesia hingga sekarang dan
pendapat diatas yaitu antara “halal
menjadi salah satu faktor yang
dan haram” ertinya dalam jumlah
menyebabkan
bank
konvensional
dan
masyarakat
lambatnya
dan keadaan tertentu bunga itu
[44]
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
pertumbuhan Perbankan Syari’ah di Indonesia.
Selain isu politik, isu legal atau undang-undang menjadi penghalang
masa
pendirian perbankan Syari’ah. Hal
setelah kemerdekaan dan masa orde
ini karena dominasi sistem bunga
lama (ORLA) yang dipimpin oleh
dalam praktik perbankan Indonesia
Soekarno, perbankan Syari’ah hanya
sangat kuat yang didukung oleh
menjadi
teoretikal
Undang-Undang No 14 tahun 1967
semata-mata dalam kalangan ulama
tentang perbankan. Dalam undang-
dan cendekiawan Muslim. Belum
undang ini dinyatakan dengan jelas,
ada langkah nyata dan perencanaan
setiap
yang jelas bagi mengimplementasi
mestilah
gagasan tersebut meskipun telah
menggunakan
muncul
Kemudian, menjelang pada tahun
Hingga
tahun
1960-an,
perbincangan
kesadaran
perlunya
perbankan
di
Indonesia
beroperasi
dengan
sistem
bunga.
perbankan Syari’ah sebagai salah
1968
satu solusi bagi masalah ekonomi
Muhammadiyah memutuskan bunga
untuk menghasilkan kesejahteraan
bank
sosial dinegara-negara Islam (Adrian
sesuatu yang belum jelas hukumnya
Sutedi,
namun
2009).
Pada
masa
ini
organisasi
adalah
Islam
mutasyabihat
organisasi
ini
atau
tetap
perjuangan lebih kepada pemikiran
mengupayakan terwujudnya lembaga
dengan mengeluarkan berbagai buku
perbankan sesuai dengan kaedah
dan
Islam (Muhammad Syafii Antonio,
tulisan-tulisan
ekonomi
Islam,
mengenai terutama
2005).
Tahun
1969
Syari’ah
pembahasan tentang pinjaman tanpa
pendirian
bunga atau riba yang diterbitkan oleh
semakin
intelektual dan cendekiawan Islam.
diadakannya
Kebanyakan
buku-buku
negara Islam di Kuala Lumpur,
penggiat
antaranya memutuskan agar dibentuk
daripada partai Islam yang berfikiran
bank Islam yang bersih dari sistem
maju
dan
riba dalam waktu secepat mungkin
gerakan
(Heri Sudarsono, 2005). Kemudian
tersebut
penulis
adalah
yang
dihubungkan
para
dikaitkan dengan
Ikhwanul Muslimin di Mesir.
didukung
perbankan
gerakan
giat
dijalankan, konferensi
pula
setelah negara-
dengan
ditubuhkannya Bank Pembangunan
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[45]
Islam (IDB) di Jeddah pada tahun
mengembangkan
1975 dimana Indonesia termasuk
Islam. Namun semuanya tetap saja
dalam salah satu negara yang terlibat
sekedar dalam kerangka teoretikal
dalam
(Perwata
(atas kertas). Meskipun pada masa
Admadja dan Muhammad Syafii
itu kepimpinan telah berubah dari
Antonio, 1999). Peristiwa-peristiwa
Soekarno kepada Soeharto (ORLA
tersebut memberikan semangat dan
kepada ORBA). Namun keadaan
motivasi untuk mendirikan sebuah
tidak jauh berbeda dengan masa
bank Syari’ah di Indonesia. Usaha
zaman penjajahan dan masa ORLA.
pendirian
Syari’ah
Hubungan pemerintah dengan Islam
semakin aktif dibincangkan, seiring
masih dingin dan kurang bersimpati.
dengan
Penguasa ORBA menurut Dawam
kaum
pendiriannya
perbankan
meningkatnya intelektual
kesadaran
Muslim
memperkasakan masyarakat.
dalam
ekonomi
Perbincangan dalam
Rahardjo
dalam
pendirian
umat
pendirian
perbankan
Adiwarman Syari’ah
bank
mengkaitkannya
memiliki
umat
A.Karim (2007) masih mencurigai
berbagai seminar tentang perlunya Islam
ekonomi
negara
dan
dengan
gerakan
Islam
ataupun
Syari’ah semakin giat dilakukan.
pewujudan piagam Jakarta. Hingga
Antara
tahun
lain
seminar
nasional
1980-an
keinginan
untuk
Timur
menubuhkan bank Syari’ah itu belum
Tengah tahun 1974 dan seminar
juga terwujud dan keinginan untuk
internasional yang diadakan oleh
mendirikan
Lembaga
hanya hanya sebatas teoretikal yang
hubungan
Indonesia
Studi
Kemasyarakatan
dan
Ilmu-ilmu (LSIK)
dan
perbankan
Syari’ah
terhalang oleh situasi politik dengan
Yayasan Bhinneka Tunggal Ika pada
kurangnya
tahun 1976 (Heri Sudarsono, 2005).
Pada masa itu agama Islam hanya
Upaya lainnya adalah mengenalkan
boleh bebas berkembang dalam erti
kuliah
kata barat yakni semata-mata untuk
ekonomi
Islam
pada
dukungan
universitas diikuti dengan usaha
menjalankan
membentuk badan bukan politik
upacara-upacara keagamaan lainnya.
yang mana lebih berorientasi pada
Islam sebagai
pembangunan
dan jalan hidup dalam setiap aspek
[46]
dan
bergiat
bagi
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
ibadah
pemerintah.
suatu
ritual
dan
ideologi,
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
kehidupan tidak
positif daripada masyarakat umum
mempunyai tempat dalam tatanegara
dan dukungan daripada pemerintah
Indonesia. Kesemua ini disebabkan
(Mohamad Nur Yasin, 2010). Hal ini
oleh lemahnya komitmen masyarakat
diakui oleh ketua MUI pada masa
umum dan ditambah lagi dengan
itu,
absennya
pemerintah
dukungan pemerintah
(Mohamed Ariff, 1998).
kurangnya
dengan itu
yang
2. Fasa Kedua (Fasa Persiapan dan
mencerminkan
Pendirian)
fundamentalism
Pada tahun 1980-an ulama dan
alasan
dan
dan
mengandung
unsur SARA (Suku Agama dan Ras) yang
kembali lagi mengemukakan ide
kestabilan negara.
pendirian
seolah-olah
ekstrim
para cendekiawan Muslim Indonesia
kemungkinan
will
disebabkan fobia dengan perkataan ”Islam”
tentang
political
dikhawatirkan
Bergerak
kepada
mengancam
tahun
1982
perbankan Syari’ah. Keinginan itu
hubungan pemerintah dengan Islam
semakin memuncak dengan melihat
sedikit mencair meskipun belum
keberhasilan negara jiran Malaysia
sampai
dan negara-negara Muslim lainnya
Seiring dengan mendinginnya situasi
yang telah berhasil menubuhkan
politik pada masa
perbankan Syari’ah. Oleh itu usaha
Soeharto (ORBA) mulai kehilangan
kali ini nampak lebih aktif, namun
dukungan dari Angkatan Bersenjata
kembali gagal dengan situasi politik
Republik Indonesia (ABRI) yang
pada masa itu yang tetap panas
menjadi penyokong kuatnya selama
terutama berkaitan dengan upaya
ini. Keadaan ini situasi ini memaksa
pemerintah
mewajibkan
pemerintah (Soeharto) untuk beralih
dipakainya asas tunggal Pancasila
meraih dukungan dan legitimasi
bagi
sosial
alternatif daripada pihak lain. Antara
kemasyarakatan maupun organisasi
pihak lain tersebut adalah kalangan
politik. Oleh karena situasi seperti
intelektual dan cendekiawan Islam
ini, maka dapat dimaklumi jika
untuk
gagasan mengenai perbankan dengan
kekuasaanya. Dalam konteks inilah
kata “Islam” tidak mendapat respon
banyak konsesi diberikan kepada
semua
yang
organisasi
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
pada
tahap
yang ideal.
itu, dimana
mempertahankan
legasi
[47]
umat
Islam.
pengamat dinamakan
Oleh
politik
kalangan
situasi
politik
ini
akomodasi
mereka mulai didengar. Sebagai hasilnya,
pada
pemerintah
tahun
1988
mengeluarkan
paket
terhadap Islam (Hairus Salim, 2004).
kebijakan Oktober (PAKTO) tentang
Pemerintah mula menunjukkan sikap
liberalisasi industri perbankan yang
terbuka terhadap kelompok Islam.
menyatakan perbankan boleh sahaja
Keadaan inilah yang dimanfaatkan
menetapkan
dengan sebaik-baiknya oleh ulama
Apabila diterjemahkan, kebijakan ini
dan
secara tersirat telah memberikan
intelektual
Muslim
dengan
mengemukakan semula ide pendirian
pembenaran
perbankan Syari’ah yang telah lama
bunga
sebesar
0%.
bagi
pendirian
perbankan
Syari’ah.
Namun
mereka perjuangkan. Namun hal ini
perjuangan
belumlah
selesai
tidaklah semata-mata karena situasi
meskipun telah mendapat “green
yang terdesak, yang menyebabkan
light”
pihak
Perjuangan
pemerintah
bersedia
daripada
pemerintah.
lainnya
adalah
mengakomodasi kelompok Islam ini.
bagaimana mendapatkan modal awal
Akan tetapi juga karena peningkatan
sebagai syarat dalam pendirian suatu
kualitas pendidikan umat Islam pada
bank. Sikap pemerintah yang masih
masa
setengah hati mendukung pendirian
tersebut
(sejak
banyaknya
mereka menempuh pendidikan di
perbankan
luar negeri), menjadikan nilai tawar
pengumpulan modal awal (dana)
umat Islam semakin tinggi (Bachtiar
sebagai
Effendy, 1998). Sehingga pemerintah
sebuah bank.
merasa
mendengarkan
kerja-kerja pengumpulan dana yang
pendapat dan suara serta keinginan
dilakukan oleh arus bawah iaitu
daripada golongan intelektual dan
sekelompok
cendekiawan Islam ini.
Antaranya dimulai oleh ICMI, Ketua
Apapun
perlu
tujuan
syarat
menyukarkan
utama
pendirian
Oleh itu bermulalah
masyarakat
Islam.
niat
umum ICMI yang juga menjabat
pemerintah Soeharto pada masa itu
sebagai menteri riset dan teknologi
tidaklah
penting
bagi
(MENRISTEK) B.J. Habibie pada
karena
yang
masa itu mengumpulkan sejumlah
terpenting adalah ide dan pendapat
dana yang berasal daripada dana
kelompok
[48]
begitu
dan
Syari’ah
Islam,
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
pensiun
tiga
perusahaan
besar
Kelompok kerja
yang dimaksud
dibawah kepimpinannya. Dana juga
dinamakan tim perbankan MUI dan
diperolehi daripada hasil sumbangan
mempersiapkan segala sesuatu yang
perusahan-persuahaan besar swasta
berkaitan dengan pendirian bank
dan juga dari yayasan pribadi yang
Syari’ah tersebut (Perwata Admadja
dimiliki oleh Soeharto.
dan Muhammad Syafii Antonio,
Sebagai
percubaan awal gagasan perbankan
1999)
Syari’ah ini dipraktekkan dalam
melakukan
skala relatif terbatas dan bersifat
dengan semua pihak yang terkait
lokal.
(Muhammad Syafii Antonio, 2001).
Antara
ditubuhkan
lembaga
sebagai
yang
termasuklah
tugas
pendekatan
untuk
konsultasi
percubaan
Setelah semua isu diatas selesai,
tersebut ialah Bait-At-Tamwil di
maka timbul lagi isu masalah nama
Institut Teknologi Bandung (ITB)
perbankan”Islam”,
Bandung, Koperasi Rhido Ghusti
sebagaimana pernyataan ketua MUI
Jakarta, BPRS Nahdhatul Ulama
Hasan Basri dalam Iwan Triyuwono
(NU),
(2000) Soeharto pada masa itu tetap
BPRS
Muhammadiyah
Tindakan lebih khas mengenai Syari’ah
perbankan
peringkat
negara
mana
“alergi” atau tidak setuju dengan
(Adrian Sutedi, 2009).
pendirian
yang
baru
intensif
penggunaan
kata
“Islam”
yang
dikaitkan dengan isu fundamentalism dan
kekhawatirannya
akan
dilakukan pada tahun 1990. Pada
menimbulkan
tahun ini diadakan sebuah seminar
dalam
MUI yang
membahas tentang
Indonesia terdiri daripada berbagai
perbankan dan bunga bank dan
agama dan suku bangsa. Berdasarkan
hasilnya
menyetujui
hal ini masih terlihat adanya sikap
perbankan
yang
pendirian
bebas
daripada
ketidaknyamanan
kalangan
kecurigaan
dan
masyarakat
kekhawatiran
bunga. Kemudian dilanjutkan dengan
pemerintah.
Musyawarah nasional MUI IV dan
menyebabkan tim perbankan MUI
memutuskan
bertindak
untuk
membentuk
sebuah
kelompok
kerja
sebagai
bentuk
persiapan
lengkap
Keadaan
behati-hati
ini
karena
diketahui ada beberapa pihak yang
bagi
anti Islam yang bukan sahaja dari
pendirian perbankan Syari’ah ini.
kalangan bukan Islam tetapi juga dari
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[49]
kalangan Islam itu sendiri. Mereka
pada
adalah
selalu
berlangsung antara tahun 1990an
mengkaitkan pendirian bank Syari’ah
hingga 2000. Pada masa ini hanya
dengan
keras,
satu bank Syari’ah yang ada iaitu
kecurigaan akan pendirian negara
BMI yang menjadi trademark bagi
Islam
kebangkitan
ekonomi
Indonesia.
Oleh
kelompok
isu
yang
Islam
dan
garis
tidak
kebangkitan
suka
akan
Islam
dari
pematangan
konsep
yang
Islam
itu
di
sejarah
ekonominya.
perbankan Syari’ah di Indonesia
tim ini bekerja secara
tidak boleh dilepaskan daripada BMI
giat dan terus melakukan pendekatan
(Muhammad Nur Yasin, 2009). Bagi
kepada pihak-pihak yang bersimpati
umat Islam pendirian BMI adalah
dengan pendirian perbankan Syari’ah
satu projek bangsa dan peristiwa
ini termasuk dari kalangan birokrat
yang sangat bersejarah. Pada tahun
dan
Azmah
pertama beroperasinya bank Syari’ah
1990
ini iaitu tahun 1992 pemerintah
keterbelakangan Seterusnya
pengusaha
Hidayati, akhirnya
(Noor
2005).
Tahun
pemerintah
persetujuannya
memberikan
Undang-
pendirian
Undang No 7 Tahun 1992 tentang
perbankan Syari’ah. Maka tahun
perbankan Indonesia. Namun dalam
1991
perbankan
undang-undang ini istilah perbankan
Syari’ah disetujui. Kemudian pada
Syari’ah belum dinyatakan secara
tahun 1992, akhirnya bank Syari’ah
tegas, ianya hanya dinyatakan secara
pertama
rasmi
di
implisit ”bank berdasarkan prinsip
Indonesia
iaitu
Mualamat
bagi hasil”. Tetapi ini cukup menjadi
akta
untuk
Indonesia mengeluarkan
pendirian
beroperasi Bank
Indonesia (BMI) dengan modal awal
payung hukum
bagi
sebanyak Rp 84 miliar (Mohammad
Perbankan
Ariff , 1996).
Daripada tahun 1992 hingga 1998
Syari’ah
operasional ketika
itu.
BMI merupakan satu-satunya bank 3. Fasa
Ketiga
Pendirian
dan
(Fasa
Setelah
Pematangan
umum berdasarkan prinsip Syari’ah di Indonesia.
Konsep).
Kemudian setelah reformasi tahun
Fasa ini dikatakan satu fasa yang
1998 barulah terjadi perkembangan
unik iaitu awal pendirian sehingga
yang cukup signifikan. Pemerintah
[50]
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
merubah
Undang-Undang
Tahun
membuka produk Syari’ah mereka
1992 tersebut dan mengeluarkan
disamping
tetap
mempertahankan
undang-undang No. 10 Tahun 1998
sistem konvensional. Oleh itulah
tentang perbankan Indonesia yang
meskipun tahun 1992 telah wujud
memberikan landasan hukum yang
bank Islam di Indonesia, namun
lebih kuat bagi keberadaan sistem
menurut Dian Ediana Rae (2008);
perbankan Syari’ah. Tidak seperti
Bank
dalam Undang-Undang Tahun 1992
perkembangan perbankan Syari’ah
dimana istilah perbankan Syari’ah
yang signifikan baru terjadi setelah
dinyatakan secara implisit, dalam
diberlakukannya
undang-undang ini penyebutan ”bank
No.
berdasarkan prinsip bagi hasil” telah
perubahan Undang-Undang No. 7
diubah menjadi ”bank berdasarkan
Tahun 1992.
Indonesia
10
(2002)
,
Undang-Undang
Tahun
1998
tentang
prinsip Syari’ah” atau yang disingkat ”Perbankan Syari’ah”. Berdasarkan
Isu-isu Utama dalam Pendirian
undang-undang ini, secara resmi atau
Perbankan Syari’ah Indonesia
secara
undang-undang
istilah
Dari
uraian
diatas
dapat
perbankan Islam di Indoensia disebut
disimpulkan ide untuk mendirikan
dengan perbankan Syari’ah. Dalam
perbankan Syari’ah sudah mulai
undang-undang ini juga dinyatakan
dikemukakan
bank-bank yang ada mendapatkan
sejak
kesempatan yang lebih luas untuk
kemerdekaan. Namun, terdapat isu-
menyelenggarakan
aktivitasnya
isu
dengan
diizinkan
menjalankan
pendirian
aktivitas
dual
yang
diperjuangkan
zaman
menghalangi tersebut.
Isu
sebelum
usaha pertama
system.
adalah isu agama iaitu masalah halal-
Adanya dual banking system yang
haram bunga riba, kedua isu legal,
mana bank konvensional dibolehkan
ketiga isu politik, sosial masyarakat
membuka Unit Usaha Syari’ah atau
dan terakhir isu sumber keuangan
Islamic window. Peraturan ini seperti
(modal) (Pilot Antonio Sagaran,
momentum
1992). Isu halal haram, iaitu umat
kesempatan
banking
dari
dan
dan
telah
yang
membuka
luas
bagi
Islam dan para ulama terlalu lama
perbankan konvensional yang ingin
terpaku dan sibuk berdebat sesama
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[51]
sendiri dengan isu halal-haram bunga bank
konvensional.
Kebanyakan
Isu ketiga adalah isu politik. Keinginan yang kuat daripada satu
perdebatan itu terjadi sesama Muslim
pihak atau kelompok
yang
saja
berpotensi
menimbulkan
belum
masyarakat
mencukupi
bila
konflik diantara golongan sosialis,
pemerintah tidak bersikap sama.
nasionalis sekuler dan ulama atau
Apalagi pihak dalam masyarakat elit
kelompok Islam yang kemudiannya
santri tersebut hanyalah sekolompok
menghendaki
masyarakat
sebuah
kompromi
kecil
saja.
ideologi. Situasi ini sentiasa terjadi
Pengalaman bank-bank Islam yang
dan menghasilkan kompromi yang
sukses didirikan di negara lain
akhirnya membentuk “grey area”
menunjukkan
ataupun memberikan definisi yang
kuat masyarakat Islam umumnya
mengelirukan
dengan
tertanamnya
keyakinan, kewajiban
menjalankan
iaitu
terhadap
Indonesia
Indonesia
bukan
negara
sekuler, tetapi juga bukan negara
kehidupan
Islam (Mujiburrahman, 2006).
termasuk
Kedua, adalah isu undang-undang. Ketiadaan
undang-undang
yang
perlunya
dengan dalam
Seterusnya,
komitmen
cara Islam, berekonomi.
selain
masyarakat,
dukungan
dukungan
kuat
menjadi asas yang membolehkan
pemerintah
juga
beroperasinya perbankan Syari’ah di
Pemerintah
Indonesia
Indonesia menyukarkan wujudnya
berpegang
perbankan
ini
sekuler dan melihat Islam pada masa
perbankan
itu sebagai sesuatu yang berpotensi
Syari’ah.
dikeranakan
konsep
Hal
diperlukan.
kepada
yang ideologi
Syari’ah tidak sesuai dengan undang-
memberikan
undang perbankan yang berlaku pada
pemerintah
masa
agak sukar. Hingga saat ini pun
itu.
dimaksud
Undang-undang adalah
yang
undang-undang
penggunaan
ancaman kepada menjadikan
istilah
keadaan
perbankan
pokok perbankan No 14 tahun1967.
“Islam” masih belum dibenarkan.
Anataranya dalam Bab 1, yang
Oleh itu Indonesia menjadi satu-
mengharuskan
satunya
pembiayaan
setiap atau
kredit
transaksi disertai
bunga (Dawam Rahardjo, 2002).
[52]
negara
menggunakan
di istilah
dunia
yang
perbankan
Syari’ah.
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
Keempat
adalah
isu
sosial
Isu terakhir iaitu isu keuangan
masyarakat. Mohamed Ariff (1998)
atau dana modal untuk menubuhkan
membuat
tentang
perbankan Syari’ah. Sebagai contoh
masyarakat Muslim Indonesia iaitu
kurangnya dukungan pemerintah dan
penduduk
undang-undang perbankan Indonesia
kesimpulan
Muslim
mempunyai
pengaruh politik yang kuat hanya
yang
disebabkan
menyebabkan terhadnya bank-bank
oleh
populasinya
berlaku
pada
asing
untuk membawa perubahan institusi
cabangnya di Indonesia. Situasi ini
menurut garis Islam. Pengaruh sosial
turut
ini meliputi antara lain kepercayaan
aliran masuk dana dari luar negeri.
nilai yang dianut, sikap dan pendirian
Sehingga
masyarakat
2005).
ekonomi (modal) iaitu menyukarkan
Termasuklah kebiasaan masyarakat
pengumpulan aliran dana yang besar
yang
yang
menggunakan
perkhidmatan
perbankan konvensional. pengetahuan,
bank
Sebagai
pertama
ingin
itu
(kuantiti), namun kekurangan tekad
(Muhammad,
yang
masa
membuka
mengakibatkan
terbatasnya
menimbulkan
sangat
di
masalah
perlukan
bagi
pendirian sebuah bank. Padahal pada
di
masa itu banyak tawaran daripada
Indonesia de Javasche bank yang
bank-bank di Timur Tengah yang
ditubuhkan pada tahun 1972 murni
ingin membuka cabang perbankan
menjalankan prinsip konvensional
Syari’ah mereka dan menunjukkan
dalam
operasinya.
minat menanamkan modal dalam
menurut
Heri
Akibatnya
Sudarsono
(2005)
masyarakat menjadi sangat terbiasa
bidang keuangan Islam di Indonesia (Dawam Rahardjo, 1998).
dengan sistem bunga bank, tidak terkecuali
umat
Islam.
Mereka
menerimanya sebagai suatu sistem
KESIMPULAN Usaha
pendirian
perbankan
dilakukan.
Syari’ah Indonesia hakikatnya telah
menggunakan
dimulai jauh sebelum perbankan
perkhidmatan Perbankan Syari’ah
Syari’ah berhasil didirikan. Rentang
tanpa bunga, mereka kurang yakin
masa tersebut adalah antara tahun
dan kurang tertarik.
1930
ekonomi
yang
Justru,
dengan
wajar
hingga
perbankan
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
1992
Syari’ah
iaitu
masa
pertama
di
[53]
Indonesia
resmi
Panjangnya
beroperasi.
perjuangan
pendirian
dan
kerja
keras
berkepentingan
semua
dalam
pihak
mengejar
perbankan Syari’ah ini dibagikan ke
keterlambatan
dalam tiga fasa. Fasa pemikiran, fasa
perbankan Syari’ah tersebut.
perkembangan
persiapan dan fasa pendirian dan pematangan
konsep.
Pendirian
perbankan Syari’ah Indonesia datang daripada arus bawah iaitu digerakkan
DAFTAR PUSTAKA Adiwarman A. Karim. ( 2001).
oleh sekelompok umat Islam yang
Ekonomi
merupakan kaum intelektual dan
tempororer, Jakarta: Gema Insani
cendekiawan Islam. Bagaimanapun
Press.
terdapat isu-isu disetiap fasa-fasa
Adwiarman
perjuangan Syari’ah
pendirian yang
A.
suatu
Karim.
fiqih
dan
kajian
(2007).
keuangan.
menyebabkan
Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.
terlambatnya pendirian perbankan
Adrian Sutedi. (2009). Perbankan
Syari’ah
ini
Analisis
perbankan
Islam
Indonesia
berbanding
Syariah,
isu agama,
Ghalia
Indonesia.
negara mayoritas Muslim lainnya. Isu-isu tersebut adalah
Jakarta:
Badan
Pusat
Statistik
isu isu undang-undang, isu politik
Penduduuk
(dukungan pemerintah), isu sosial
sensus penduduk 2010. Jakarta:
masyarakat dan isu sumber keuangan
Badan Pusat Statistik (Online).
(modal).
Sebagai
Muat turun pada 7hb Januari
lambatnya
perbankan
implikasi Syari’ah
2012.
Indonesia:
(BPS).
Tersedia
hasil
dalam:
beroperasi di Indonesia menjadikan
thttp://www.bps.go.id/website/pdf
perjuangan mengembangkan sistem
_publikasi/watermark%20_Pendu
keuangan Islam juga mengalami
duk%20Indonesia%20Hasil%20S
keterlambatan. Sehingga saat ini syer
P%202010.pdf.
pasaran
perbankan
Syari’ah
Bank Indonesia (2002)
Laporan
Indonesia hanya berkisar sekitar lima
perkembangan perbankan syariah
persen saja dalam sistem perbankan
Bank Indonesia (LPPS BI. Muat
nasional.
turun daripada www.bi.go.id.
Justeru
itu
diperlukan
komitmen, usaha yang berlipat ganda
[54]
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
Bachtiar Effendy. (1998). Islam dan
Hamoud,
S.H.
(1985).
negara: transformasi pemikiran
Banking,
dan praktek politik Islam di
Information Ltd
Indonesia, Jakarta: Paramadina. Dawam
Rahardjo.
(2002).
.Hairus
Islamic
London:
salim,
Arabian
(2004).
Sejarah
Bank
kebijaksanaan kerukunan dalam
Islam, dalam Ensiklopedia tematis
Basis tahun ke-53, No .01-02.
dunia Islam. Jakarta: PT Ichtiar
Januari-Februari pp. 37-38.
Baru Van Houve. Dawam
Rahardjo.
Heri Sudarsono, 2005, Bank dan (1998).
The
Lembaga
Keuangan
question of Islamic Banking in
(Deskriptip
Indonesia. Dalam Mohamed Ariff
Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.
(Eds.).
Islamic
banking
in
dan
Syariah Ilustratip),
Iwan Triyuwono (2000). Organisasi
Southest Asia, Singapore, Institute
dan
akuntansi
Syari’ah.
of Southeast Asian Studies.
Yogyakarta: Penerbit LKiS.
Dian Ediana Rae. (2008). Arah
Kahn, J. S. (1996). The middle class
perkembangan hukum perbankan
as a field of ethnological study.
Syari’ah,
Dalam Muhammad Ikmal Said &
Buletin
hukum
perbankan dan kebanksentralan,
Zahid Emby (Eds.).
6(1). 1-7.
Critical perspective, Essay in
Erol, C. & Bdour, R. E. (1989).
Malaysia:
Honour of Syed Husin Ali (pp:12-
Attitude,behavior and patronage
33).
factors of bank customers towards
Social Science Association.
Islamic
banks.
International
Sudin
Petaling Jaya:
Haron
Malaysian
dan
KuMadji
Journal of Bank Marketing, 7(6),
Yamirudeng
31-37.
banking in Thailand: Prospects
Ebrahim, M.S & Tan kai Joo. (2001). Islamic
banking
in
Brunei
Darussalam. International Journal of Social Economics, 28(7), 314337.
and
(2003).
challenges.
Journal
of
Islamic
International
Islamic
Financial
Services, 5 (2). Sudin
Haron.
keuangan
(2005). dan
Sistem
Perbankan
Syari’ah. Kuala Lumpur: Kuala
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[55]
Lumpur Business School Sdn
Sudjono, Taufik Ridho, Terj.).
Bhd.
Jakarta: Shari’ah Economics and
Sudin Haron & Bala Shanmugam (1997). Islamics banking system concepts
and
Selangor,
Banking Institute. Mujiburrahman.
applications,
Malaysia:
threatened
Publications. Sumner, W.G. (1971). A history of
University
Muhammad Syafii Antonio. (2001). Bank
Wilson, R. (1990). Introduction.
syariah:
dari
teori
ke
praktik. Jakarta: Gema Insani
Dalam Wilson, R (Eds.). Islamic
Press. Metawa, S. A., & Almossawi, M.
Routledge. Nejatullah
ISIM,
Press Leiden.
, II, New York: Kelly Publishers.
Muhammmad
Muslims-Christian
Amsterdam:
Financial Markets, New York,
Feeling
relations in Indonesia’s order.
Pelanduk
banking in all the leading nations
(2006).
Siddiqi.
(1998).
Banking
Islamic
bank
of
customers:
(2006). Survey of state of art in
Perspectives
Islamic
International Journal of Bank
banking
and
finance.
Islamic Economics Studies, 13(2). Muhammad
implications.
Marketing, 16(7), 299-313.
Manajemen
Mukhlis. (2011). Perilaku Menabung
Bank Syariah. Yogyakarta: (UPP)
Di Perbankan Syari’ah Jawa
AMPYKPN.
Tengah. Tesis Doktor Falsafah.
Mohamad
(2005).
and
behavior
Nur
Yasin.
Argumen-argumen
(2010).
Universitas
awal
Semarang
kemunculan perbankan Syari’ah
Diponegoro, Indonesia.
Tidak
diterbitkan.
di Indonesia, De Jure Jurnal
Noor Azmah Hidayati. (2005) Politik
Syariah dan Hukum, 2(1), 109-
akomodasionis orde baru terhadap
123.
umat Islam, Jurnal Millah 4(2),
Muhammad Umar Chapra (2001). The future of economics: an Islamic
perspective.
36-49. Pilot Sagaran Antonio. (1992). The
(Amdiar
issue
of
Islamic
banking
in
Amir, Yon Machmudi, Firman
Indoensia; existing constrains and
Nur,
future prospects. Tesis Sarjana.
[56]
Ledi
Trialdi,
Ekawati
Mutiara Dwi Sari, Zakaria Bahari, Zahri Hamat
Isu-isu Dibalik Pendirian Bank Syari’ah
Universiti
Islam
Antarabangsa
tahun. Tidak diterbitkan. Perwata Atmadja & Muhammad Syafi’i Antonio (1999). Apa & Bagaimana
Bank
Islam,
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima. Wouters, P. (2007) . Islamic banking in Turkey, Indonesia and Pakistan: A comparison with Malayisa. Islamic Finance News, 4 (42).
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 7 No. 1, Oktober 2016
[57]