ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 71
SURVEI ENTOMOLOGI NYAMUK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM Oleh Nurul Inayati Dosen pada Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Abstrak: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes sp sebagai vektornya. Data tentang kepadatan populasi nyamuk vektor DBD disetiap daerah sampai ditingkat kelurahan yang terdiri dari House Index, Countainer Index dan Breteau Index perlu diperbaharui setiap bulan untuk memutus rantai penularan DBD, karena sampai saat ini belum ditemukan obat dan vaksin yang dapat membunuh virus Dengue, sehingga dalam penanggulangan DBD masih difokuskan pada pembasmian dan pemberantasan nyamuk vektornya. Kegiatan surveilensi merupakan salah satu aspek penting dalam pengendalian nyamuk vektor DBD dan menjadi bermakna jika dilakukan secara rutin per bulan, sehingga populasi dan distribusi nyamuk vektor DBD disetiap daerah diketahui dengan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data entomologi nyamuk vektor DBD di Kelurahan Dasan Cermen, Abian Tubuh Baru dan Babakan Kecamatan Sandubaya Kota Mataram yang terdiri dari House Index, Countainer Index, Breteau Index dan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta analisis risiko tingkat penularan DBD. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan metode survei dan pendekatan cross sectional study. Survei entomologi dilakukan pada bulan Agustus 2014 di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya Kota Mataram, yaitu : Kelurahan Dasan Cermen, Abian Tubuh Baru dan Babakan. Pengumpulan data entomologi nyamuk vektor DBD dilakukan dengan cara single larva methode pada seluruh tempat penampungan air yang berada di rumah penduduk di Kecamatan Babakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kelurahan Dasan Cermen House Index sebesar 8,75%, Countainer Index sebesar 6,89%, Breteau Index sebesar 21% dan ABJ sebesar 91,25%, sedangkan di Kelurahan Abian Tubuh Baru didapatkan House Index sebesar 10,20%, Countainer Index sebesar 3,71% dan Breteau Index sebesar 15% dan ABJ sebesar 89,79%. Di Kelurahan Babakan didapatkan House Index sebesar 16,59%, Countainer Index sebesar 5,57% dan Breteau Index sebesar 38% dan ABJ sebesar 83,40%. Berdasarkan analisis data House Index, Countainer Index dan Breteau Index menunjukkan bahwa di Kecamatan Sandubaya Kota termasuk daerah yang mempunyai risiko penularan DBD sedang. Kata kunci : House Index, Countainer Index, Breteau Index, vektor DBD PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes sp sebagai vektornya. Sampai saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di daerah tropis dan sub tropis. Secara global 2,5 milyar penduduk yang tinggal di lebih dari 100 negara berisiko terinfeksi virus dengue dengan jumlah 20 juta setiap tahunnya. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Achmadi, 2010; WHO, 1999). DBD masuk ke Indonesia sejak tahun 1968 melalui pelabuhan Surabaya dan awalnya hanya menyerang daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang padat, tetapi pada tahun 1994 penyebarannya meluas ke berbagai wilayah di seluruh provinsi Indonesia dan provinsi yang terus
mengalami peningkatan kasus DBD adalah Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Depkes RI, 2005). Kejadian DBD di Kota Mataram pertama kali dilaporkan pada tahun 1986 dan mencapai puncaknya pada tahun 1998 dengan 715 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate) 1,4% dan kasus DBD mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 jumlah kasus DBD ditemukan sebanyak 463 kasus dengan 4 orang meninggal, tahun 2009 sebanyak 1.160 kasus dengan 6 orang meninggal dan tahun 2010 sebanyak 1.785 kasus dengan 5 orang meninggal (Dikes Kota Mataram, 2010). Bertambahnya jumlah kasus DBD dan meluasnya wilayah yang terjangkit DBD disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, sarana transportasi yang semakin membaik sehingga mobilisasi penduduk sangat mudah, adanya pemukiman-pemukiman baru, kurangnya kesadaran masyarakat untuk membersihkan sarang nyamuk _____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 5, Mei 2016
72 Media Bina Ilmiah vektor DBD, adanya nyamuk vektor yang tersebar diseluruh daerah, melemahnya struktur kesehatan masyarakat. Selain faktor-faktor lingkungan tersebut diatas status kekebalan seseorang, strain virus Dengue yang menginfeksi, usia dan riwayat genetik juga berpengaruh terhadap penularan DBD (Depkes RI, 2004; Soegijanto, 2006). Penyakit DBD menyebabkan banyak kerugian, seperti kehilangan hari kerja dan juga dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sampai saat ini belum ditemukan obat dan vaksin yang dapat membunuh virus Dengue, oleh sebab itu dalam penanggulangan DBD lebih ditekankan terhadap pembasmian dan pemberantasan nyamuk vektornya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pemberantasan secara biologi (hayati), kimia menggunakan insektisida dan pemberantasan sarang nyamuk. Keberhasilan pemberantasan nyamuk vektor DBD dapat diketahui dari aspek-aspek entomologi, yang terdiri dari ekologi vektor, bionomik vektor dan cara-cara pemberantasan nyamuk vektor yang efektif. Populasi nyamuk vektor DBD dapat berubah dan berkembang sangat dinamis serta fluktuatif dan biasanya meningkat pada waktu musim hujan, karena sarang-sarang (breeding place) nyamuk akan terisi oleh air hujan (Mardihusodo, 2005; Sutaryo, 2004). Kegiatan survei entomologi merupakan aspek penting dalam pengendalian nyamuk vektor DBD dan akan bermakna jika dilakukan secara rutin setiap bulan, sehingga populasi dan distribusi nyamuk vektor DBD dapat diketahui secara akurat. Survei entomologi bertujuan untuk menentukan kepadatan populasi vektor disuatu daerah, sehingga dapat diketahui risiko tingkat penularan DBD. Kepadatan populasi vektor disuatu daerah dapat diketahui dengan cara survei larva di daerah tersebut, meliputi House Index, Countainer Index dan Breteau Index, sedangkan di Indonesia ditambahkan dengan ABJ. Pemantauan atau survei kepadatan populasi vektor sangat bermanfaat untuk meningkatkan kepaspadaan wabah DBD, sehingga usaha-usaha pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan dengan cepat dan tepat (Sutanto, 2008). Usaha-usaha pemberantasan vektor DBD dilakukan dengan tujuan untuk memutuskan mata rantai penularan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan DBD pada suatu daerah, sebab tanpa adanya data entomologi upaya pemberantasan penyakit DBD tidak berhasil guna, sehingga perlu dilakukan survei entomologi nyamuk vektor DBD sebagai dasar perencanaan dalam rangka pengendalian vektor DBD dan data-data entomologi yang terdiri dari House Index, _____________________________________________ Volume 10, No. 5, Mei 2016
ISSN No. 1978-3787 Countainer Index dan Breteau Index, perlu diperbaharui setiap bulan untuk penghentian penularan DBD disuatu daerah. Di Kecamatan Sandubaya, data entomologi didapatkan dari hasil survei larva nyamuk vektor DBD yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Puskesmas Dasan Cermen, tetapi data tersebut pengambilannya dilakukan setiap tiga bulan, sehingga tidak dapat diketahui tingkat risiko penularan DBD di Kecamatan Sandubaya dan dalam waktu tiga bulan kemungkinan jumlah nyamuk menjadi bertambah sehingga perlu dilakukan survei entomologi nyamuk vektor DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data entomologi yang terdiri dari House Index, Countainer Index dan Breteau Index dan ABJ di Kelurahan Dasan Cermen, Abian Tubuh Baru dan Babakan Kecamatan Sandubaya dan menganalisis risiko terjadinya penularan DBD yang dapat bermanfaat sebagai data entomologi baru untuk dasar pengendalian dan pemberantasan vektor DBD. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan metode survei dan pendekatan cross sectional study. Survei entomologi pada penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014, di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya, yaitu Kelurahan Dasan Cermen, AbianTubuh Baru dan Babakan. Pada penelitian ini, survei entomologi dilakukan dengan cara Single Larva Method, yaitu survei larva hanya ditentukan dengan menemukan satu larva nyamuk Ades sp pada tempat penampungan air yang diperiksa, tanpa menghitung jumlah larva nyamuk Aedes sp yang ditemukan. Untuk memastikan bahwa larva yang ditemukan pada tempat penampungan air adalah larva Aedes sp dilakukan pemeriksaan mikroskopis di Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bangunan atau rumah penduduk yang berada di Kecamatan Sandubaya, yang berjumlah 616 bangunan, dimana jumlah bangunan atau rumah yang berada di Kelurahan Dasan Cermen sebanyak 240 bangunan, di Kelurahan Abian Tubuh Baru sebanyak 147 bangunan dan di Kelurahan Babakan sebanyak 229 bangunan. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah seluruh tempat penampungan air yang berjumlah 1.073, yang terdiri dari 565 tempat penampungan air di Kelurahan Dasan Cermen, 269 tempat penampungan air di Kelurahan Abian Tubuh Baru dan 239 tempat penampungan air di Kelurahan Babakan. Data-data entomologi yang terdiri dari House Index, Countainer Index, Breteau Index dan
http://www.lpsdimataram.com
Media Bina Ilmiah 73
ISSN No. 1978-3787 ABJ didapatkan melalui survei larva nyamuk vektor DBD. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lampu senter, cidukan larva, cup plastik, pipet tetes, kertas label, obyek glass, cover glass dan mikroskop. Survei larva nyamuk dilakukan dengan cara memeriksa semua tempat penampungan air di dalam dan di luar bangunan atau rumah penduduk yang berada di Kelurahan Dasan Cermen, Abian Tubuh Baru dan Babakan dengan menggunakan lampu senter untuk mengetahui ada tidaknya larva nyamuk. Tempat penampungan air yang diperiksa terdiri dari tempat penampungan air yang berukuran besar seperti bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan atau penglihatan pertama tidak ditemukan larva nyamuk, maka ditunggu selama 1 menit untuk memastikan bahwa benar tidak terdapat larva nyamuk pada tempat penampungan air. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan larva nyamuk pada tempat penampungan air yang berukuran kecil sepertii vas bunga/pot tanaman, botol, ban bekas, tempat minum burung. Jika ditemukan larva nyamuk pada tempat penampungan air yang berukuran besar maka larva nyamuk diambil menggunakan cidukan larva, kemudian diambil dengan pipet tetes dan dipindahkan ke cup plastik yang sudah diberi identitas nomor bangunan, Kelurahan dan jenis tempat penampungan air. Untuk tempat penampungan air yang berukuran kecil seperti botol, vas bunga maka air yang berada didalamnya dipindahkan ke tempat lain dan jika ditemukan larva nyamuk maka langsung diambil menggunakan pipet tetes. Selanjutnya larva yang didapat dibawa ke laboratorium untuk diperiksa menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x untuk memastikan bahwa larva nyamuk yang ditemukan di tempat penampungan air adalah larva nyamuk Aedes sp yang merupakan vektor DBD dan dicocokkan dengan atlas Parasitologi Kedokteran. Larva nyamuk Aedes sp secara mikroskopis ciri-cirinya adalah memiliki sifon yang gemuk dan pendek, dengan jumlah hairtuft satu pasang dan comb teeth pada ujung abdomen hanya satu baris (Ideham, 2009; Sutanto, 2009). Data yang didapatkan dari hasil survei larva nyamuk pada tempat penampungan air yang berada di dalam dan di luar bangunan atau rumah dilakukan perhitungan berdasarkan pada perhitungan yang dilakukan oleh Pant and Self (1993), yaitu dengan menghitung kisaran nilai House Index, Countainer Index, Breteau Index menggunakan rumus berikut :
=
100% = =
=
!
100%
100
100%
ℎ
100%
ℎ
HASIL DAN PEMBAHASAN a. HASIL Berdasarkan survei entomologi nyamuk vektor DBD yang dilakukan di Kelurahan Dasan Cermen, Abian Tubuh Baru dan Babakan Kecamatan Sandubaya Kota Mataram, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil survei larva nyamuk vektor DBD pada bangunan atau rumah yang berada di Kecamatan Sandubaya. Keluraha n
Dasan Cermen Abian Tubuh Baru Babakan Total
Bangunan atau rumah yang diperiksa Positif Negatif larva larva 21 219
Jumla h
House
Index (%) 240
8,75
15
132
147
10,20
38
191
229
16,59
74
542
616
12,01
Dari hasil survei larva nyamuk vektor DBD yang telah dilakukan di 616 bagunan atau rumah yang berada di Kecamatan Sandubaya didapatkan sebanyak 74 bangunan yang positif ditemukan larva nyamuk dan sebanyak 542 bangunan yang negatif larva nyamuk, sehingga didapatkan House Index sebesar 12,01%. Sedangkan hasil survei larva nyamuk vektor DBD yang dilakukan di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya didapatkan hasil bahwa di Kelurahan Dasan Cermen terdapat 21 bangunan atau rumah yang positif larva nyamuk dari 240 bangunan yang diperiksa, sehingga didapatkan House Index sebesar 8,75%. Survei larva yang dilakukan pada 147 bangunan yang berada di Kelurahan Abian Tubuh Baru ditemukan sebanyak 15 bangunan yang positif larva, sehingga didapatkan House Index sebesar 10,20%, sedangkan survei larva yang di Kelurahan Babakan didapatkan sebanyak 38 bangunan yang positif larva nyamuk dari 229 bangunan yang diperiksa, sehingga didapatkan House Index sebesar 16,59%. _____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 5, Mei 2016
74 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
Survei larva nyamuk yang dilakukan pada tempat-tempat penampungan air yang berada di dalam dan di luar rumah yang berada di Kecamatan Sandubaya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil survei larva nyamuk vektor DBD pada tempat penampungan air yang berada di dalam dan di luar bangunan atau rumah di Kecamatan Sandubaya. Kelurahan
Tempat penampungan air Di dalam bangunan Positif Negati larva f larva
Dasan Cermen Abian Tubuh Baru Babakan Total
Jumla h
Di luar bangunan Positif Nega larva tif larva 17 278
4
266
565
2
168
13
86
269
3
170
35
32
240
9
604
65
396
1.074
Survei larva nyamuk vektor DBD yang dilakukan pada 1.074 tempat penampungan air yang diperiksa di Kecamatan Sandubaya, didapatkan sebanyak 74 tempat penampungan air yang positif ditemukan larva nyamuk, sehingga didapatkan Countainer Index sebesar 6,89%. Sedangkan di Kelurahan Dasan Cermen didapatkan sebanyak 21 tempat penampungan air yang positif larva nyamuk dari 565 tempat penampungan air yang diperiksa, sehingga didapatkan Countainer Index sebesar 3,71%. Survei larva nyamuk pada 269 tempat penampungan air di Kelurahan Abian Tubuh Baru, didapatkan sebanyak 15 tempat penampungan air yang positif ditemukan larva nyamuk sehingga didapatkan Countainer Index sebesar 5,57%, sedangkan di Kelurahan Babakan didapatkan 38 tempat penampungan air yang positif ditemukan larva nyamuk dari 240 tempat penampungan air yang diperiksa, sehingga didapatkan Countainer Index sebesar 15,83%. Data entomologi nyamuk vektor DBD di Kelurahan Dasan Cermen Barat, Abian Tubuh Baru dan Babakan Kecamatan Sandubaya, yang terdiri dari House Index, Countainer Index, Breteau Index dan ABJ dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data entomologi nyamuk vektor DBD di Kelurahan Dasan Cermen, Abian Tubuh Baru dan Babakan Kecamatan Sandubaya. Kelurahan
House Index (%)
Countai ner Index (%)
Breteau Index (%)
Angka Bebas Jentik (%)
_____________________________________________ Volume 10, No. 5, Mei 2016
Dasan Cermen Abian Tubuh Baru Babakan
8,75
6,89
21
91,25
10,20
3,71
15
89,79
16,59
5,57
38
83,40
b. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data entomologi di Kecamatan Sandubaya yang meliputi House Index sebesar 12,01%, sedangkan House Index di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya, yaitu di Kelurahan Dasan Cermen sebesar 8,75%, di Kelurahan Abian Tubuh Baru sebesar 10,20% dan di Kelurahan Babakan sebesar 16,59%. Hal ini menunjukkan bahwa House Index didaerah tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan dengan standar nasional yaitu < 5%, tetapi jika dilihat dari ABJ di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya, termasuk daerah yang memiliki risiko rendah terjadi penularan DBD, karena rata-rata ABJ < 95%. Scoot and Morrison (2002) menyatakan bahwa jika suatu daerah mempunyai House Index > 5% berarti daerah tersebut mempunyai risiko tinggi untuk terjadi penularan DBD. Selain itu Scoot and Morrison juga menjelaskan bahwa transmisi virus Dengue disuatu daerah tidak hanya tergantung pada kepadatan vektor saja, tetapi tergantung faktor lain seperti : tingkat kekebalan penduduk didaerah tersebut, serotipe virus dengue, perilaku nyamuk vektor, iklim, kepadatan penduduk, distribusi dan perpindahan penduduk, sehingga walaupun Negara Singapura mempunyai ABJ < 95%, dimana kemungkinan terjadi penularan virus Dengue rendah tetapi kejadian luar biasa DBD di Negara tersebut tetap terjadi (Scoot and Morrison, 2002; Sutaryo, 2004). Pada penelitian survei entomologi di Kecamatan Sandubaya juga didapatkan Countainer Index sebesar 6,89% dan Breteau Index sebesar 74%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan yang telah dilakukan oleh Purba tahun 2008 di Sanggah Utara Kalimantan Timur, yaitu Countainer Index sebesar 3,53% dan Breteau Index sebesar 28,9%. Hal ini berarti bahwa dilihat dari kepadatan nyamuk yang ada, maka Kecamatan Sandubaya berisiko tinggi terjadi transmisi virus Dengue dan dari tiga Kelurahan yang di survei, Kelurahan Babakan merupakan daerah yang memiliki risiko tinggi terjadi transmisi virus Dengue dibandingkan Kelurahan Dasan Cermen dan Abian Tubuh Baru. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa tempat penampungan air yang lebih banyak ditemukan larva nyamuk adalah tempat penampungan air yang berada di luar rumah
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 lebih banyak ditemukan larva nyamuk dibanding dengan tempat penampungan air yang berada di dalam rumah, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widagdo tahun 2006 di Srondol Wetan Semarang. Walaupun tempat penampungan air yang positif larva nyamuk lebih banyak ditemukan di luar rumah, tetapi transmisi virus Dengue tetap dapat terjadi karena manusia juga sering beraktifitas di luar rumah dan nyamuk betina aktif mengigit mulai pagi sampai sore hari, dengan dua puncak aktifitas antara pukul 08.0010.00 dan 15.00-17.00 (Sungkar, 2005; Sutanto, 2008). PENUTUP a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian survei entomologi vektor DBD di Kelurahan Dasan Cermen didapatkan House Index sebesar 8,75%, Countainer Index sebesar 6,89%, Breteau Index sebesar 21% dan ABJ sebesar 91,25%. Di Kelurahan Abian Tubuh Baru didapatkan House Index sebesar 10,20%, Countainer Index sebesar 3,71%, Breteau Index sebesar 15% an ABJ sebesar 89,79%. Di Kelurahan Babakan didapatkan House Index sebesar 16,59%, Countainer Index sebesar 5,57%, Breteau Index sebesar 38% dan ABJ sebesar 83,40%. Kecamatan Sandubaya termasuk daerah dengan tingkat penularan DBD sedang. b. Saran Bagi masyarakat yang berada di Kecamatan Sandubaya, khususnya yang berada di Kelurahan Dasan Cermen, Abian Tubuh Baru dan Babakan agar lebih giat dan rutin melakukan kegiatan 3M plus, yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, pemberian bubuk abate pada tempat penampungan air dan memakai obat anti nyamuk untuk mencegah terjadinya penularan penyakit DBD. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, U.P., 2010. Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 2. Depkes RI, 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Dirjen P2MPL. Jakarta.
Media Bina Ilmiah 75 Depkes RI, 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta. Dikes Kota Mataram, 2010. Laporan Hasil Kegiatan Program P3L Dinas Kesehatan Kota Mataram tahun 2008-2010. Mataram. Ideham, B and Pusarawati, S., 2009. Edisi 2 Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran. Airlangga University Press. Surabaya. Mardihusodo, S.J., 2005. Cara-cara Inovatif Pengamatan Dan Pengendalian Vektor Demam Dengue. Dalam Seminar Kajian KLB DBD dari Biologi Molekuler Sampai Pemberantasannya. Pusat Kedokteran Tropis. Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta. Pant, C.P and Self, L.S., 1993. Vector Ecology and Bionomic dalam Thongchareon, P. Monograph On Dengue/ Dengue Hemoraghic Fever, SEARO No. 22. WHO. New Delhi. Scoot, T.W and Morrison, A.C., 2002. Aedes segypti Density and Risk Of Den Vir. Didownload pada 10 November 2014. Soegijanto, S., 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Airlangga University Press, Surabaya. Sungkar, S., 2005. Bionomik Aedes aegypti. Majalah Kedokteran Indonesia. 55 (4). Sutanto, I., Ismid, I.S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S., 2008. Parasitologi Kedokteran, Edisi ke empat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Sutaryo, 2004. Dengue, Penerbit Medika. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Widagdo, L., Husodo, B.T., Bhinuri., 2008. Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus) Di Kelurahan Srondol Wetan Semarang. Makara Kesehatan. 12 (1). WHO, 1999. Demam Berdarah Dengue and
Dengue. EGC, Jakarta
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 5, Mei 2016