ISSN 0216-8138
78
TREND MUKA AIR LAUT RATA-RATA DI PERAIRAN BARAT KABUPATEN BULELENG, BALI BERDASARKAN HASIL POST-PROCESSING DATA SATELIT ALTIMETRI ENVISAT Oleh I Wayan Krisna Eka Putra Program Studi D3 Survei dan Pemetaan, FIS, UNDIKSHA Jalan Udayana, Singaraja-Bali
[email protected] ABSTRAK Buleleng merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang berpotensi mengalami ancaman peningkatan muka air laut. Kenyataan ini membutuhkan tersedianya peta genangan wilayah pesisir sebagai data dasar untuk mitigasi bencana wilayah pesisir. Salah satu data utama yang dapat digunakan sebagai manifestasi data potensi ancaman yaitu trend muka air laut rata-rata dari data satelit altimetri Envisat. Penyediaan data satelit altimetri dengan kualitas yang lebih baik, perlu dilakukan post-processing. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi trend muka air laut rata-rata berdasarkan hasil postprocessing data satelit altimetri Envisat. Penelitian ini dilakukan melalui 4 tahap, yaitu: (1) identifikasi masalah dan menetapkan lokasi penelitian, (2) pengumpulan data, (3) pengolahan data, dan (4) penyajian hasil. Hasil dari penelitian ini memperoleh trend muka air laut rata-rata di perairan barat Kabupaten Buleleng cenderung mengalami peningkatan, dengan hubungan fungsional y = 0,051x + 1,612. Kata kunci : Hasil post-processing data satelit altimetri Envisat, trend muka air laut Harapan terjadinya konservasi, rehaPENDAHULUAN
bilitasi Sumber Daya Pesisir yang
Upaya pengelolaan wilayah
berkelanjutan serta minimalisasi resi-
pesisir ditegaskan pada UU RI No-
ko bencana wilayah pesisir semakin
mor 27 Tahun 2007 tentang pengelo-
jauh dari kenyataan. Fenomena yang
laan wilayah pesisir dan pulau-pulau
muncul justru dalam bentuk ancaman
kecil. Melalui UU RI Nomor 27 Ta-
peningkatan muka air laut, dimana
hun 2007, pengolaan wilayah pesisir
wilayah pesisir akan semakin ter-
diharapkan bisa melindungi, me-
tekan oleh laju peningkatan muka air
ngonservasi, merehabilitasi, meman-
laut.
faatkan, dan memperkaya Sumber
Peningkatan muka air laut
Daya Pesisir secara berkelanjutan.
merupakan peningkatan rata-rata mu-
Media Komunikasi Geografi Vol. Nomor 2 Desember Trend Muka Air Laut Rata-rata di 16 Perairan........ (I Wayan2015 Krisna Eka Putra)
ISSN 0216-8138
79
ka air laut akibat dari pemanasan
Provinsi Bali yang mencapai 121.180
global/global warming (Yoskowits,
meter. Menurut data dari BAPEDA
et.al, 2009). IPCC melakukan ske-
Bali (2010) dalam Butaru (2011),
nario peningkatan muka air laut di
panjang garis pantai tererosi paling
seluruh dunia yang mencapai 110 cm
tinggi dari ancaman peningkatan
pada tahun 2100. Asian Develop-
muka air laut terjadi di wilayah
ment Bank (2007) juga memperki-
pesisir Kabupaten Buleleng yang
rakan peningkatan muka air laut di
mencapai 54.830 meter atau sekitar
Indonesia yang mencapai 15-90 cm
45% dari panjang garis pantai Kabu-
pada tahun 2100. Peningkatan muka
paten Buleleng. Terlebih lagi pesisir
air laut akan memberikan dampak
Buleleng bagian barat yang notabene
negatif
wilayah pesisir
wilayah pesisirnya lebih datar akan
seperti erosi garis pantai, peng-
sangat merasakan dampak dari te-
genangan wilayah daratan dekat pan-
kanan meningkatnya muka air laut.
terhadap
tai, meningkatnya resiko banjir, dan
Sebagai upaya mitigasi ben-
intrusi air laut (Nicholls, 2003 dan
cana dari peningkatan muka air laut
Hopkinson, dkk., 2008).
dapat dilakukan melalui penyediaan
Peningkatan muka air laut
peta risiko bencana (Peraturan Ke-
dipandang sebagai salah satu perma-
pala BNPB No. 4 Tahun 2008). Da-
salahan yang mendasar dalam upaya
sar dari penyediaan peta risiko ben-
pengelolaan wilayah peisisir. Salah
cana wilayah pesisir adalah peta
satu wilayah di Indonesia yang saat
genangan wilayah, yang realisasinya
ini berpotensi menjadi ancaman dari
tergantung pada penyediaan data
peningkatan muka air laut adalah
tingkat ancaman peningkatan muka
wilayah pesisir Kebupaten Buleleng
air laut dari wilayah yang mempu-
di Provinsi Bali. Secara geografis,
nyai potensi ancaman. Data potensi
Kabupaten Buleleng terletak pada
ancaman peningkatan muka air laut
08o03’40”-08o23’00”
dan
wilayah pesisir dapat diperoleh me-
114o25'55'' -115o27’28” BT. Kondisi
lalui prediksi dari data times series
fisik
dinamika peningkatan rata-rata muka
wilayah
pesisir
LS
Kabupaten
Buleleng merupakan dataran rendah
air laut.
dengan garis pantai terpanjang di
Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015
ISSN 0216-8138
80
Mengenai penyediaan data
dilakukan melalui post-processing
dinamika muka air laut, saat ini
data yang merupakan studi pening-
teknologi pengamatan dinamika laut
katan ketelitian data pengamatan
konvensional telah menyediakan data
satelit altimetri dengan memberi
insitu yang cukup teliti tetapi masih
berbagai model koreksi geofisik/
terbatas karena kendala biaya yang
geometrik
data
besar, peralatan yang banyak, serta
Scharroo,
2011).
waktu persiapan dan pelaksanaan
memanfaatkan hasil post-processing
yang lama (Heliani, 2009). Seiring
data satelit altimetri Envisat untuk
perkembangan teknologi, sejak tahun
mengetahui trend muka air laut rata-
1973 dengan diluncurkan satelit
rata secara temporal yang dianalisis
altimetri diharapkan bisa menjadi
dengan metode analisis regresi linier.
suatu solusi dalam upaya peman-
Dengan demikian diharapkan bisa
tauan terhadap dinamika peningkatan
diperoleh trend muka air laut rata-
muka air laut (Abidin, 2001). Kete-
rata yang lebih teliti sebagai data
litian hasil pengamatan yang dibe-
potensi ancaman untuk pengelolaan
rikan oleh satelit altimetri terus
wilayah laut yang lebih optimal
mengalami peningkatan mencapai +
khususnya untuk mitigasi bencana
4 cm, (Digby, 1999 dalam Heliani,
wilayah pesisir.
(Andersen Penelitian
dan ini
2009). Ketelitian tersebut adalah untuk
wilayah
laut
dalam
dan
METODE PENELITIAN
terbuka, sedangkan perairan dangkal
Penelitian yang dilakukan di
seperti perairan Indonesia, ketelitian-
wilayah perairan barat Kabupaten
nya hanya bisa sampai level ±30 cm,
Buleleng dilakukan melalui 4 tahap,
bahkan tidak terdapat data yang bisa
yaitu: (1) identifikasi masalah dan
digunakan sama sekali pada wilayah
menetapkan lokasi penelitian, (2)
pantai akibat derau yang sangat besar
pengumpulan data, (3) pengolahan
(Heliani dkk, 2011).
data, dan (4) penyajian hasil, seperti
Pengoptimalan data wilayah
tertera pada Gambar 1.
perairan dangkal dan pantai dapat
Media Komunikasi Geografi Vol. Nomor 2 Desember Trend Muka Air Laut Rata-rata di 16 Perairan........ (I Wayan2015 Krisna Eka Putra)
ISSN 0216-8138
81
Identifikasi masalah Identifikasi masalahdandan menetapkan lokasi penelitian
menetapkan lokasi penelitian
Pengumpulan Data
Hasil post-processing data satelit Envisat
Pengolahan Data
Trend muka air laut Identifikasi masalah rata-rata (MSL) dan menetapkan lokasi penelitian
Penyajian Hasil
Hubungan fungsional trend MSL
Ket : = Data
= Proses
= Hasil
Gambar 1. Tahapan Penelitian
1. Identifikasi Masalah dan Menetapkan Lokasi Penelitian Masalah
yang
Jenis
data
mencakup
menjadi
yang
dikumpulkan
data
hasil
post-
tema
processing pengamatan satelit al-
utama dalam penelitian ini adalah
timetri Envisat, yang di-download
bagaimana
melalui
menentukan
trend
halaman
web
yaitu:
muka air laut rata-rata, berda-
ftp://ra2_data: envi$at_ra2@diss-
sarkan hasil post-processing data
nas-fp.eo.esa.int/.
pengamatan
satelit
altimetri
3. Pengolahan Data
Envisat. Lokasi penelitian dila-
Penentuan trend muka air laut
kukan di wilayah pesisir barat
rata-rata tahun 2002-2010 dengan
Kabupaten Buleleng yang terdiri 2
metode analisis regresi linier.
kecamatan dan 21 desa yang
Hubungan fungsional dari trend
berbatasan langsung dengan laut.
muka air laut rata-rata digunakan
2. Pengumpulan Data
sebagai upaya mitigasi terhadap
Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015
ISSN 0216-8138
82
fenomena peningkatan muka air
digunakan untuk menentukan trend
laut.
muka air laut rata-rata yaitu data
4. Penyajian hasil
hasil post-processing yang sudah
Hasil pengolahan data yang disa-
dianalisis memiliki kesesuaian de-
jikan meliputi (a) hubungan fung-
ngan data pasut. Berdasarkan hasil
sional trend muka air laut.
pengolahan data, maka diperoleh hubungan fungsional regresi linier kecenderungan trend muka air laut
HASIL DAN PEMBAHASAN Trend muka air laut rata-rata
rata-rata di wilayah penelitian seba-
mencerminkan kecenderungan tinggi muka
air
laut
rata-rata
gaimana disajikan pada Gambar 2.
selama
rentang waktu tertentu. Data yang
Tinggi muka air laut (m)
3 2,5 SLA
2 Trend SLA
1,5 y = -0.000x + 1.823 R² = 0.000
1
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
85
81
77
73
69
65
61
57
53
49
45
41
37
33
29
25
21
17
9
13
5
1
0,5 2010
Bilangan cycle dan tahun data
Gambar 2. Trend muka air laut rata-rata di perairan bagian barat Buleleng tahun 2002-2010 Sesuai dengan Gambar 2,
dengan nilai determinan (R2) sebesar
bahwa kecenderungan dinamika mu-
0. Nilai koefisien korelasi sebesar 0
ka air laut di wilayah pesisir bagian
menunjukkan bahwa antara hari atau
barat Kabupeten Buleleng memenuhi
cycle pengamatan dengan tinggi
hubungan fungsional y = -0,000x +
muka
1,823 yang memiliki trend menurun
hubungan yang signifikan. Hasil
air
laut
tidak
terdapat
Media Muka Komunikasi Geografi Vol. Nomor 2 Desember Trend Air Laut Rata-rata di 16 Perairan........ (I Wayan2015 Krisna Eka Putra)
ISSN 0216-8138
hitungan
bertolak
Atas dasar adanya fluktuasi
dengan
yang tinggi pada data pengamatan
realisasinya, yang mana kenyataan di
tahun 2002-2003 dan 2010 yang juga
lapangan nilai tinggi muka air laut
terlihat jelas dari hasil visualisasi
rata-rata di wilayah pesisir bagian
data, maka penulis melakukan pen-
barat Buleleng cenderung mengalami
dekatan dengan hanya mengambil
peningkatan (BPS, 2011).
data yang cenderung linier dan
belakang
ini
83
tentunya belakang
Memperhatikan
ketidakse-
terbebas dari fluktuasi yang tinggi
suaian antara model fungsional yang
yaitu data tahun 2004-2009. Pertim-
diperoleh dengan informasi real di
bangan lain yang mendasari berupa
lapangan, maka dilakukan analisis
informasi dari data potensi desa
dan ditemukan adanya fluktuasi yang
mengenai kondisi muka air laut
tinggi rentang waktu tahun 2002-
selama 5 tahun terakhir. Pendekatan
2003. Dihubungkan dengan infor-
yang dilakukan penulis mengacu
masi dari hasil penelitian Wuriatmo,
pada modifikasi metode yang pernah
dkk. (2012), bahwa pada tahun 2002
dilakukan oleh Nugraha
telah terjadi fenomena el-nino di
Adapun pendekatan yang dilakukan
Samudera Pasifik daerah katulistiwa.
dijabarkan sebagai berikut.
(2013).
Fenomena ini menyebabkan penu-
a. Menentukan nilai data muka
runan muka air laut di Indonesia
air laut yang dianalisis yaitu
karena adanya perbedaan suhu di
data pengamatan tahun 2004-
perairan Indonesia dengan suhu di
2008.
Samudera Pasifik. Di samping itu, menurut
data
dari
Bureau
of
Meteorology Australian Government
b. Menentukan muka air laut ratarata per tahun dari data pengamatan tahun 2004-2008.
(2011) dalam Damayanti (2012)
c. Menentukan hubungan fung-
bahwa pada tahun 2010 juga terjadi
sional dari data pengamatan ta-
fenomena el-nino sehingga menye-
hun 2004-2008
babkan terjadinya penurunan muka
d. Validasi hubungan fungsional
air laut di wilayah perairan Indone-
dengan nilai muka air laut
sia.
tahun 2009.
Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015
ISSN 0216-8138
84
Merujuk pada tahapan pen-
er kecenderungan trend muka air laut
dekatan yang telah ditentukan, maka
rata-rata sebagaimana disajikan pada
dari nilai data yang dianalisis dipero-
Gambar 3.
leh hubungan fungsional regresi lini-
Tinggi muka air laut (m)
1,85 MSL
1,8
Trend MSL
1,75
y = 0,051x + 1,612 R² = 0,855 r=0,92
1,7 1,65 2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Gambar 3. Trend muka air laut rata-rata di perairan bagian barat Buleleng tahun 2004-2008 Berdasarkan Gambar 3, dapat
Dihubungkan dengan hasil
diinterpretasi bahwa trend muka air
penelitian (Church, dkk.; Nicholls,
laut rata-rata dari data pengamatan
2003; Kahar, 2008; Cazenave, dkk.,
satelit altimetri Envisat cenderung
2010; Marcy, dkk., 2012) bahwa
mengalami peningkatan. Hubungan
peningkatan muka air laut bersifat
fungsional yang diperoleh dari trend
linier terhadap waktu, yang artinya
data tersebut memiliki nilai determi-
seiring bertambahnya waktu maka
nasi (R2) sebesar 0,855 yang dapat
muka air
diturunkan menjadi nilai r korelasi
peningkatan. Mengenai faktor utama
sebesar 0,92 (yang diperoleh dari
yang
R= 0,855 =0,92). Nilai r korelasi
muka air laut diperjelas oleh Sutisna
sebesar 0,92 menunjukkan bahwa
dan Manurung (2009) dalam Kasim
korelasi antara muka air laut rata-rata
(2011) yaitu meliputi (a) faktor
dengan periode pengamatan setiap
global yaitu ekspansi termal dari
tahun adalah 92% berbanding lurus.
lapisan
laut
akan mengalami
mempengaruhi
permukaan
mencairnya
es
di
peningkatan
laut
dan
kutub
serta
Trend Air Laut Rata-rata di 16 Perairan........ (I Wayan2015 Krisna Eka Putra) Media Muka Komunikasi Geografi Vol. Nomor 2 Desember
ISSN 0216-8138
85
perubahan iklim global, (b) faktor
dinamika muka air laut di wilayah
regional yaitu pergeseran lempeng
perairan bagian barat Kabupeten
tektonik, dan (c) faktor lokal yaitu
Buleleng.
proses subsidensi akibat perubahan perubahan masa tanah dari kegiatan manusia. Disamping itu, Chrurch, dkk.
(2001)
juga
menambahkan
PENUTUP Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan dapat
faktor lain mengenai peningkatan
dikemukakan
temuan
muka air laut dipengaruhi oleh faktor
penelitian yaitu trend muka air laut
ketidakpastian iklim dan konsentrasi
rata-rata di perairan barat Kabupaten
gas rumah kaca di masa depan.
Buleleng
cenderung
dari
hasil
mengalami
Lebih lanjut dari hubungan
peningkatan, dengan hubungan fung-
fungsional yang diperoleh dilakukan
sional y = 0,051x + 1,612. Dengan
validasi untuk lebih meyakinkan
demikian
bahwa hubungan fungsional yang
BPBD (Badan Penanggulangan Ben-
digunakan mendekati kondisi data
cana Daerah) Kabupaten Buleleng
sebenarnya. Hasil pengujian yang
perlu melakukan mitigasi bencana di
dilakukan menggunakan data tahun
wilayah pesisir
2009 sebagai data validasi. Hasil
Buleleng melalui upaya pencegahan
proses
abrasi pantai.
validasi
yang
dilakukan
pemerintah
barat
khususnya
Kabupaten
mendefinisikan selisih antara nilai prediksi dengan nilai sebenarnya
DAFTAR PUSTAKA
sebesar 1,6 cm. Pada penelitian
Abidin, H. Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
serupa yang dilakukan oleh Nugraha, (2013) diperoleh selisih nilai ramalan dengan data sesungguhnya sebesar 18,5 cm. Memperhatikan selisih nilai yang diperoleh pada penelitian ini, maka ditetapkan hubungan fungsional data tahun 2004-2008 sebagai hubungan fungsional yang mencerminkan bagaimana kecenderungan
Andersen dan Scharroo. 2011. Range and Geophysical Corrections in Coastal Region And Implications for Mean Sea Surface Determination. Heidelberg Dordrecht London New York: Springer. Asian Development Bank. 2007. The Economic of Climate Change in Southeast Asia. A Report
Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015
ISSN 0216-8138
of Regional Meeting Climate Change.
86
on
BNPB, 2008, Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008BPS Kabupaten Buleleng. 2012. Potensi Desa Kabupaten Buleleng Tahun 2011. Butaru.
2011. Kewajiban Kita Dibalik Keindahan Wilayah Pesisir Bali. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
Cazanave, A. dan William L. 2009. Contemporary Sea Level Rise. Laboratoire d’etudes en geophysique et oceanographic spatiales LEGOS-CNES Damayanti, H.O. 2012. Ketinggian Muka Air Laut Rata-rata (MSL) di Perairan Kabupaten Pati. Tersedia pada http://litbang.patikab.go.id. diakses pada Senin, 15 Juli 2013.
tracking data satelit altimeter menuju peningkatan kualitas dan kuantitas data wilayah pantai dan perairan dangkal wilayah Perairan Indonesia. Laporan Penelitian Fundamental, Universitas Gadjah Mada. Hopkinson, C.S., Ariel E.L., Merryl A., Alan P.C., dan Skip J.V.B. 2008. Forcasting Effects of Sea Level Rise and Windstroms on Coastal and Inland Ecosystems. Journal Front Ecol Environ. hal 255263 : The Ecological Society of America. Kahar, J. dan Umaryono P. 2008. Geodesi. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Kazim,
F. 2011. Penilaian Kerentanan Pantai Menggunakan Metode Integrasi CVI-MCA dan SIG, Studi Kasus: Garis Pantai Pesisir Utara Indramayu. Tesis. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Heliani, L. S. 2009. Dinamika Perairan Indonesia dari Data Satelit Altimetri. Prosiding Seminar Nasional, ISBN 978977-98731-1-8. Jurusan Teknik Geodesi, Universitas Gadjah Mada.
Marcy, D., Allison, A., William A., Stephen G., Audra L.A., Edward M., dan Chris Z. 2012. Incorporating Sea Level Change Scenarios at the Local Level. NOAA Coastal Services Center, NOAA Center for Operational Oceanographic Products and Services, NOAA National Geodetic Survey dan NOAA Office of Coast Survey.
Heliani, L.S., Wiwit S., Danardono, dan Bambang K.C. 2011. Re-
Nicholls, R.J. 2003. Case Study on Sea Level Rise Impact.
Departemen Dalam Negeri RI. 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. UU No. 24 Tahun 2007.
Media Muka Komunikasi Geografi Vol. Nomor 2 Desember Trend Air Laut Rata-rata di 16 Perairan........ (I Wayan2015 Krisna Eka Putra)
ISSN 0216-8138
Organisation for Economic Co-operation and Development. Nugraha, A. L. 2013. Penyusunan dan Penyajian Peta Online Risiko Banjir Rob Kota Semarang. Tesis. Yogyakarta : Program Studi Teknik Geomatika, Universitas Gadjah Mada. Wuriatmo, H., Sorja K., dan Mohtar Y. 2012. Analisa Sea Level Rise dari Data Satelit Altimetri Topex/Poseidon, Jason-1, dan Jason 2 di Perairan Laut Pulau Jawa Periode 2000-2012. Indonesian Journal of Applied Physics, Vol. 2 no. 7 hal. 73. Yoskowits, D.W, James G., dan Ali M. 2009. The SocioEconomic Impact of Sea Level Rise in the Galveston Bay Region. A report for Environmentasl Defense Fund. Texas A&M University-Corpus Christi.
Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015
87