ISONIAZID ISONIAZID
1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA 1.1. Golongan (8) Tuberkulosidal, agen antimikobakteri 1.2. Sinonim/Nama Dagang (6, 8, 11, 12, 14) INH; INAH; Isoniazidium; Isonicotinic acid hydrazide; Isonicotinyl hidrazide; Isonicotinohydrazide; carbohydrazide;
Pycazide;
Tubazid;
4-pyridinecarboxylic
acid
Isoniazide; hydrazide;
Pyridine-4Mayambutol;
Neoteben; Niplen; Pelazid; Pyridine-4-carbohydrazide; Raumanon; Rimicid; Rimiphone; Teebaconin; Zinadon. 1.3. Nomor Identifikasi 1.3.1. Nomor CAS
: 54-85-3 (4, 5, 8, 10, 12, 11, 13)
1.3.2. Nomor EC
: 200-214-6 (10)
1.3.3. Nomor RTECS
: NS1750000 (8, 10)
1.3.4. Nomor UN
: UN 2811 (11)
2. PENGGUNAAN Antiinfeksi, pengobatan tuberkulosis. (4, 8)
3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN 3.1. Organ Sasaran (8) Keracunan akut
: Sistem saraf pusat
Keracunan kronik : Hati, sistem saraf perifer/tepi, dan sistem hematologi 3.2. Rute Paparan 3.2.1. Paparan Jangka Pendek 3.2.1.1. Terhirup (5, 14)
Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan 3.2.1.2. Kontak dengan Kulit (5, 14) Dapat menyebabkan iritasi kulit dan reaksi alergi pada orang yang sensitif 3.2.1.3. Kontak dengan Mata (5, 14) Dapat menyebabkan iritasi pada mata 3.2.1.4. Tertelan (5, 8, 14) Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Berbahaya bila tertelan. Gejala keracunan muncul setelah 1 sampai 2 jam tetapi keracunan dapat terjadi 30 menit hingga 7 jam setelah terpapar. Fase pertama meliputi: mual, muntah, penglihatan kabur, pusing, bicara cadel. Fase kedua
terjadi
dengan
cepat,
meliputi
kejang/epilepsi,
gangguan pernapasan, koma dan asidosis metabolik berat. Tanda dan gejala keracunan yang terjadi adalah demam, lesu, stupor, koma, kejang/epilepsi, depresi pernapasan, gangguan pernapasan selama kejang, muntah, mual, nyeri perut, takikardia, hipotensi. 3.2.2. Paparan Jangka panjang 3.2.2.1. Terhirup (3) Paparan jangka panjang dari debu bahan berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan perubahan pada fungsi paru-paru (pneumokoniosis) dengan gejala utama adalah kesulitan bernapas, bayangan pada paru-paru yang terlihat dari hasil rontgen. 3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (3) Dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang yang sensitif. 3.2.2.3. Kontak dengan Mata Tidak tersedia data. 3.2.2.4. Tertelan (8) Overdosis kronik dapat menginduksi gejala keracunan yang serupa dengan gejala keracunan akut. Hepatitis, neuropati
perifer merupakan gejala yang sering terjadi pada keracunan kronik tertelan.
4. TOKSIKOLOGI 4.1. Toksisitas 4.1.1. Data pada Hewan (8) LD50 oral-tikus 650 mg/kg; LD50 subkutan-tikus 329 mg/kg; LD50 oralmencit
176
mg/kg;
LD50 subkutan-mencit
160
mg/kg;
LD50
intramuskular-mencit 140 mg/kg; LD50 intravena-mencit 149 mg/kg; LD50 oral-anjing 150 mg/kg; LD50 oral-kelinci 250 mg/kg; LD50 subkutan-kelinci 285 mg/kg; LD50 intravena-kelinci 94 mg/kg; LD50 oral-marmut 450 mg/kg; LD50 subkutan-marmut 255 mg/kg. 4.1.2. Data pada Manusia (13) Pada kondisi tertentu seperti kelainan kejang, kelainan hati, pertambahan
usia,
diabetes,
malnutrisi,
dan
anemia
dapat
meningkatkan kerentanan individu terhadap kemungkinan terjadinya keracunan kronik dan akut. Dewasa Dosis akut 1,5 g menyebabkan toksisitas minor pada orang dewasa. Kejang dapat terjadi setelah menelan isoniazid dengan dosis lebih dari 20 mg/kg dan terutama terjadi pada dosis lebih dari 35 hingga 40 mg/kg. Menelan isoniazid dalam dosis 80 – 150 mg/kg dapat menyebabkan kejang, asidosis dan koma, dan kematian jika tidak dilakukan penanganan. Anak-anak Dosis akut 1,5 g dilaporkan telah menyebabkan toksisitas mayor pada anak-anak. 4.2. Data Karsinogenik (14) IARC (International Agency for Research on Cancer) menggolongkan pada Grup 3 – tidak diklasifikasi sebagai karsinogenik pada manusia. ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists) : tidak terdaftar sebagai karsinogen NTP (National Toxicology Program): tidak terdaftar sebagai karsinogen
OSHA (Occupational Safety and Health Administration): tidak terdaftar sebagai karsinogen 4.3. Data Tumoregenik (1) Data tumerogenik menunjukkan bahwa INH dapat bersifat tumerogenik pada mencit tetapi tidak pada tikus. 4.4. Data Teratogenik (8) Menurut penelitian pada tikus dan keinci hamil memperlihatkan bahwa isoniazid dapat menyebabkan kematian embrio dan juga menyebabkan peningkatan toksisitas, dengan adanya peningkatan persentase kematian ataupun penyerapan ke dalam fetus terhadap tikus yang diberikan isoniazid dengan dosis hingga 150 mg/kg/hari. 4.5. Data Mutagenik (12) Isoniazid tidak menyebabkan mutasi letal pada mencit atau penyimpangan kromosom, perubahan kromatid, ataupun kerusakan DNA pada tikus yang diberikan secara in vivo. Pada kultur sel tikus, isoniazid menginduksi penyimpangan kromosom dan perubahan kromatid, tapi tidak menyebabkan kerusakan DNA. Dan juga tidak menginduksi transformasi embrio sel pada hamster Syrian ataupun perubahan gen pada sel ragi. Isoniazid bersifat mutagenik terhadap Salmonella typhimuriam.
5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN 5.1. Terhirup (5, 12, 14) Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 5.2. Kontak dengan Kulit (5, 12, 14) Segera tanggalkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit menggunakan sabun dan air sekurang-kurangnya selama 15 menit. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Segera
bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat bila perlu. 5.3. Kontak dengan Mata (5, 12, 14) Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat 5.4. Tertelan (5) Jangan lakukan induksi muntah. Jangan berikan apapun melalui mulut pada korban yang tidak sadarkan diri. Jika korban sadar, cuci mulut menggunakan air dan beri minum 2-4 cangkir susu atau air minum. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat
6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN 6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (2) 6.1.1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara. 6.1.2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. 6.1.3. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. 6.2. Dekontaminasi 6.2.1.
Dekontaminasi Mata (2) a. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. b. Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. c. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. d. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. e. Jangan biarkan pasien menggosok matanya. f.
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
6.2.2.
Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) (2) a. Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit. c. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. e. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hatihati untuk tidak menghirupnya. f. 6.2.3.
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
Dekontaminasi Gastrointestinal (8, 13) Pasien dengan INH overdosis harus selalu dirawat di unit gawat darurat atau perawatan intensif. Pasien yang tidak memperlihatkan gejala dalam waktu 6 jam setelah konsumsi tidak memungkinkan terjadi komplikasi. Pantau tanda vital (ECG, tekanan darah, respirasi). Pengobatan tergantung pada dosis tertelan dan gejala yang tampak, yaitu: a. Bilas lambung segera setelah mengendalikan kejang yang terjadi dan perlindungan jalan napas b. Pemberian arang aktif Arang aktif menyerap isoniazid dengan efektif (bila diberikan segera setelah menelan bahan). Namun ada beberapa risiko, khususnya pada kasus yang memburuk, dikarenakan risiko kejang dan/atau koma yang diinduksi oleh isoniazid, dengan aspirasi paru sekunder. Dalam kasus seperti itu, arang aktif diberikan hanya setelah tindakan perlindungan jalan napas dilakukan, dan diberikan dengan segera setelah korban menelan bahan. Berikan arang aktif maksimal hingga 2 jam setelah menelan bahan yang berbentuk solid (tablet atau kapsul) dan 1 jam setelah menelan bahan berbentuk cair (formulasi cair). Dosis tunggal arang aktif Anak-anak
: 1 – 2 g/kg per oral
: 50 – 100 g per oral
Dewasa 6.3. Antidotum (8)
Pyridoxine secara intravena: 1 g pyridoxine untuk setiap 1 g INH yang tertelan. Jika dosis yang tertelan tidak diketahui, dapat diberikan dosis awal pyridoxine sebanyak 5 g secara intravena pada pasien yang mengalami keracunan parah, dan diulang sampai kejang dapat dikendalikan.
7. SIFAT FISIKA KIMIA 7.1. Nama Bahan Isoniazid 7.2. Deskripsi (4, 6, 8, 12, 13) Kristal putih atau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak berbau; Berat molekul 137,14; Kerapatan 1, 244 g/cm3; pH : 5,6 – 6,0 atau 6,0 – 7,0; Titik leleh 171 – 173oC; Koefisien partisi : n-oktanol/air = -0,70; Kelarutan dalam air 14 g/100 mL (25oC), dalam alkohol 1 g/50 mL, sedikit larut dalam kloroform, sangat sedikit larut dalam eter, tidak larut dalam benzen. 7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan 7.3.1. Peringkat NFPA (National Fire Protection Association) (Skala 0-4)
(10,
14)
Kesehatan 1
= Tingkat keparahan rendah
Kebakaran 0
= Tidak dapat terbakar
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
7.3.2. Klasifikasi EC (European Commision) (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan) (4, 5, 6, 11, 14) Xn
= Berbahaya
R22
= Berbahaya jika tertelan
R33
= Berbahaya karena efek kumulatif
R38
= Mengiritasi kulit
R40
= Risiko karena efek yang permanen
R36/37/38
= Mengiritasi mata, sistem pernapasan, dan kulit
S20
= Jangan makan atau minum jika sedang menggunakan/menangani bahan ini
S26
= Jika kontak dengan mata, bilas segera dengan banyak air dan hubungi dokter
S28A
= Jika kontak dengan kulit, cuci segera dengan air yang banyak
S36
= Kenakan pakaian pelindung yang cocok
S37
= Kenakan sarung tangan yang cocok
S45
= Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa tidak
sehat,
menghubungi
jika
memungkinkan
dokter
segera
(perlihatkan
label
kemasan) S46
= Jika tertelan, segera hubungi dokter dan perlihatkan wadah ini atau label
S24/25
= Hindari kontak dengan kulit dan mata
S36/37/39
= Kenakan pakaian pelindung, sarung tangan, dan pelindung mata/wajah yang cocok
7.3.3. Klasifikasi
GHS
(Globally
Precautionary statement)
Harmonized
System)
(Hazard
and
(10)
Pernyataan Bahaya H302
= Berbahaya jika tertelan
H315
= Menyebabkan iritasi kulit
Pernyataan Kehati-hatian P280
= Gunakan sarung tangn pelindung/pakaian pelindung/pelindung mata/pelindung wajah
P321
= Membutuhkan perlakuan khusus (lihat pada label)
P362
= Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum digunakan kembali
P301+P312
= Jika tertelan: Hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter jika anda merasa tidak sehat
P332+P313
= Jika iritasi kulit terjadi: Hubungi bantuan medis
P501
= Buang wadah sesuai dengan peraturan lokal/regional/nasional/internasional
8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS 8.1.
Reaktivitas (5) Stabil di bawah suhu dan tekanan normal
8.2.
Kondisi yang Harus Di Hindari (5, 12) Bahan tak tercampurkan, debu hasil dekomposisi, panas berlebih, oksidator kuat, cahaya, kelembaban, udara
8.3.
Bahan Tak Tercampurkan (4, 12, 14) Kloral, aldehid, iodin, hipoklorit, dan garam besi (Fe3+), oksidator kuat
8.4.
Dekomposisi (5) Nitrogen oksida, karbon monoksida, karbon dioksida, gas nitrogen
8.5.
Polimerisasi (5) Tidak dilaporkan
9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI 9.1.
Ventilasi (14) Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat untuk menjaga agar konsentrasi bahan di udara berada di bawah nilai paparan yang direkomendasikan.
9.2.
Perlindungan Mata (5) Kenakan kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan kimia.
9.3.
Pakaian (14) Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia.
9.4.
Sarung Tangan (14) Sarung tangan yang tahan bahan kimia.
9.5.
Respirator (5, 14) Kenakan respirator partikel/ uap organik yang direkomendasikan NIOSH (atau yang setara) jika batas paparan melebihi nilai yang ditentukan atau jika iritasi atau gejala lain timbul.
10. DAFTAR PUSTAKA 1. Bhide, S., Maru, G., Mate, B., Menon, P & Gangadharan. 1981. Metabolic Studies on the Possible Mode of Action of Isoniazid Tumerogenicity. Journal of Cancer Research and Clinical Oncology, Vol 99 pp 153-166. Diakses dari www.link.springer.com (Diunduh April 2014) 2. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan Tim. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001 3. http://datasheets.scbt.com/sc-205722.pdf (Diunduh April 2014) 4. http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB5102053_EN.ht m (Diunduh April 2014) 5. http://www.fishersci.com/ecomm/servlet/msdsproxy?productName=AC12260 (Diunduh April 2014) 6. http://www.guidechem.com/cas-54/54-85-3.html (Diunduh April 2014) 7. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics1258.htm
(Diunduh
April
2014) 8. http://www.inchem.org/documents/pims/pharm/pim288.htm
(Diunduh
April
2014) 9. https://www.inkling.com/read/murray-toxicology-handbook-2nd/chapter-3/344-isoniazid (Diunduh April 2014) 10. http://www.lgcstandards.com/WebRoot/Store/Shops/LGC/FilePathPartDocum ents/ST-WB-MSDS-1389770-1-1-1.PDF (Diunduh April 2014) 11. http://www.lookchem.com/newsell/search.aspx?key=54-85-3 (Diunduh April 2014) 12. http://www.resonancesl.com/pdf/MSDSIsoniazid.pdf (Diunduh April 2014) 13. http://www.toxinz.com/Spec/1938239 (Diunduh April 2014) 14. http://www.trekds.com/techinfo/msds/files/MSDSVersaTREKMyCDSuscept.K it7115-60Isoniazid.pdf (Diunduh April 2014)