ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI NONPOLAR DAN LEBIH POLAR KAYU AKAR TUMBUHAN KENANGKAN (Artocarpus rigida)
(Skripsi)
Oleh AJENG WULANDARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRACT
ISOLATION, CHARACTERIZATION, AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF FLAVONOID COMPOUNDS IN NONPOLAR AND MORE POLAR FRACTION FROM ROOT WOOD KENANGKAN PLANT (Artocarpus rigida)
By
AJENG WULANDARI
Artocarpus rigida is species of the genus Artocarpus of Moraceae family who known as kenangkan. This plant is known that contain various types of flavonoid compounds, and also has biological activities as antibacterial. This research aimed to isolate, identify, and test the antibacterial activity of artonin E and artonin O compounds that was obtained in the root wood of A. rigida plant. The Stages of the research was conducted on the preparation of plant material, extraction, isolation, and purification. Isolated compounds were identified using the TLC tested and spectroscopy (UV-Vis, FT-IR, 1H-NMR, 13C-NMR, and HMBC). The result showed that was isolated and identified the flavonoid compounds as artonin O as much as 33.5 mg of the nonpolar fractions and artonin E as much as 20.1 mg of the more polar fractions. On testing antibacterial activity against Bacillus subtilis was using agar diffusion method, that showed the artonin O had better antibacterial activity with concentration of 0.5 mg/disc with a diameter 8.5 mm, while artonin E did not have antibacterial activity. Keywords : Antibacterial, Artocarpus rigida, artonin E, artonin O, Bacillus subtilis, flavonoid, isolation, characterization.
ABSTRAK
ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI NONPOLAR DAN LEBIH POLAR KAYU AKAR TUMBUHAN KENANGKAN (Artocarpus rigida)
Oleh
AJENG WULANDARI
Artocarpus rigida merupakan spesies dari genus Artocarpus dari famili Moraceae yang dikenal dengan nama kenangkan. Tumbuhan ini diketahui mengandung berbagai jenis senyawa flavonoid yang memiliki sifat biologi, seperti antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi dan menguji aktivitas antibakteri dari senyawa artonin E dan artonin O yang terkandung dalam kayu akar tumbuhan A. rigida. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi preparasi sampel, ekstraksi, isolasi, dan pemurnian. Senyawa hasil isolasi diidentifikasi menggunakan uji KLT dan spektroskopi (UV-Vis, FT-IR, 1H-NMR, 13C-NMR, dan HMBC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi senyawa flavonoid berupa artonin O sebanyak 33,5 mg dari fraksi nonpolar dan artonin E sebanyak 20,1 mg dari fraksi lebih polar. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis dilakukan dengan metode difusi agar, yang menunjukkan bahwa senyawa artonin O memiliki aktivitas antibakteri terbaik dengan konsentrasi 0,5 mg/disc sebesar 8,5 mm, sedangkan senyawa artonin E tidak. Kata kunci :
Antibakteri, Artocarpus rigida, artonin E, artonin O, Bacillus subtilis, flavonoid, isolasi, karakterisasi.
ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI NONPOLAR DAN LEBIH POLAR KAYU AKAR TUMBUHAN KENANGKAN (Artocarpus rigida)
Oleh
Ajeng Wulandari Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sedayu tanggal 14 Desember 1994, orang tua dari Bapak Seni dan Ibu Suparmi, sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Sedayu, dan MIBU Jayasakti selesai pada tahun 2001-2006, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Semaka pada tahun 2006-2009 dan SMA Negeri 1 Kotaagung tahun 2009-2012. Saat SMA penulis aktif dalam organisasi sebagai Bendahara Lembaga Karya Ilmiah Remaja (LKIR). Pada tahun 2012 diterima sebagai mahasiswa jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengethauan Alam Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur ujian tertulis.
Selain aktif di perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi, diantaranya sebagai Kader Muda Himaki (KAMI) periode 2012/2013, anggota Biro Kesekretariatan HIMAKI periode 2013/2014, Sekretaris Biro Kesekretariatan (2014/2015), Anggota Biro Usaha Mandiri Rois(2013/2014), anggota di Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Tanggamus (IMAMTA) periode 2013/2014, anggota di Koperasi Mahasiswa
(2012/2013), anggota UKM penelitian (2012/2013), dan anggota
Aku Cinta
Indonesia Kita (ACIKITA) (2014/2015).
Selama masa perkuliahan penulis aktif menjadi asisten praktikum, dimulai dari asisten praktikum Kimia Dasar 1 mahasiswa jurusan Budidaya Perairan periode 2013/2014, jurusan Agribisnis 2014/2015, dan jurusan Kimia 2015/2016, asisten praktikum Sains Dasar jurusan Ilmu Komputer periode 2015/2016, asisten praktikum Kimia Organik 1 jurusan Biologi periode 2013/2014 dan 2015/2016, dan asisten praktikum Biokimia di STIKes Muhammadiyah Pringsewu periode 2015/2016.
Penulis juga berpartisipasi sebagai peserta PKM kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Kemenristek-DIKTI periode 2014/2015, peserta Program Mahasiwa Wirausaha (PMW) (2015/2016) dan sebagai finalis penerima proposal didanai oleh Kementerian Koperasi melalui GABUWIRA (Gerakan Seribu Wirausaha) Unila.
MOTTO
My parents are everything (Penulis)
There have awesome world that was prepared by Allah SWT, so keep fighting and hard work to reach it immediately (Penulis)
Where there is a will there is a away
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan ? (Ar-Rahman)
Dengan kerendahan hati dan mengharap ridho Allah SWT Kupersembahkan karya kecil ini kepada : Kedua orang tua yang selalu menjadi motivator dan penyemangat utamaku. Adik-adikku yang selalu memberi bantuan dan kebahagian untuk setiap langkahku Dengan rasa hormat kepada Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. dan Dr. dr. Jhons F. Suwandi, M.Kes Keluarga besar mbah misinem yang selalu memberi nasihat dan dukungan Sahabat dan teman-temanku yang selalu berbagi keceriaan, menemani dan berjuang bersamaku Guru-guruku tanpa tanda jasa yang senantiasa membimbing dan membagi ilmu kepadaku Seseorang yang disiapkan oleh Allah menjadi penyempurna agamaku Dan Almamater tercinta
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Isolasi, Karakterisasi, dan Uji Bioaktivitas Antibakteri Senyawa Flavonoid dari Fraksi Nonpolar dan Lebih Polar Kayu Akar Tumbuhan Kenangkan (Artocarpus rigida)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Pembawa rahmat bagi seluruh alam, suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia. Semoga kita sebagai umatnya diberikan keistiqomahan dalam menjalankan sunnah-sunnahnya.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dari awal perkuliahan sampai dengan penyelesaian skripsi ini, terutama kepada : 1.
Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Ibuku Suparmi dan ayahku Seni, yang senantiasa sabar, penyemangat terbesar hidupku. Terimakasih atas segala totalitas yang diberikan kepadaku, semoga Allah senantiasa memberi kesehatan dan melindungi kalian.
2.
Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, gagasan, bantuan, dukungan, semangat, kesabaran, dan nasehat-nasehatnya kepada penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah memberikan yang terbaik dan membalas segala kebaikan Ibu
3.
Bapak Dr. dr. Jhons F. Suwandi, M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, gagasan, bantuan, dukungan, semangat, kesabaran, dan nasehat-nasehatnya kepada penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah memberikan yang terbaik dan membalas segala kebaikan Bapak.
4.
Bapak Andi Setiawan, Ph. D., selaku pembahas yang telah memberikan kritik , saran, arahan, dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5.
Bapak Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S., selaku pembimbing akademik, penulis ucapkan terimakasih banyak kepada bapak atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, bantuan, nasehat dan informasi yang bermanfaat.
6.
Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila.
7.
Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
8.
Seluruh Dosen FMIPA Unila dan guru-guruku yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama menempuh pendidikan.
9.
Kedua adikku Ani Bresti Muspita dan Ahza Satrio Razyadani, terimakasih atas bantuan dan canda tawa yang tercipta selama ini, semoga kita menjadi anak yang sholeh dan memberikan kebahagian untuk orang tua kita, aamiin. Sepupuku Ertina F.P.S, Jeka S.C, Oki R, dan Vitra R. beserta keluarga besar Mbah Misinem yang senantiasa mengulurkan tangan saat penulis mengalami kesulitan.
10. Sahabat-sahabatku Risayanti, Dewi SNF, Fenti V, Farida A, Dewi S, Kristi A, Eka S.A. dan yang lain yang tidak bisa penulis sebut satu persatu, terimakasih atas keceriaan, nasehat, semangat dan kasih sayang selama ini. 11. Partner kerjaku (trio wekwek) Ismi Khomsiah dan susy Isnaini Hasanah, terimakasih atas kepedulian dan bantuannya. Mbak mirfat, Kak Junet, Kak ridho, Mbak Lili, Dona, kak Hernawan, kak Rio, Nurul, Inggit, Badi, Arni, dan Vicka. Organic Research team : Tazkiya Nurul, Yepi Triapriani, Arif Nurhidayat, Tiara Dewi Astuti, Ayu Setianingrum, dan Radius Uly Artha, Terimakasih atas bantuan, saran, dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini. 12. Teman-teman mainku yang selalu memberi keceriaan Dewi Aniatul Fatimah, Dwi Anggraini, Erlita Aisyah, Meta Fosfi Berliyana, Murni Fitria, Siti Nur Halimah, Ulfatun Nurun, Maria Ulfa dan juga adik 13ku Nur Hastriana. Wiwin Febriani, Gita Rahayu, Medawati, dan yang lain. Kosan Sabianovers Wiwin, Erni, Yelbi, Vivi, Vanesha, Triana, Wulan, dan Tami.
13. Teman-teman sekaligus keluargaku KIMIA’12 Adi Setiawan, Aditian Sulung S,Agus Ardiansyah, Ana Maria Kristiani, Apri Welda, Arya Rifansyah, Atma Istanami, Ayu Imani, Ayu Setianingrum, Deborah Jovita, Derry Vardella, , Diani Iska Miranti, , Edi Suryadi, Eka Hurwaningsih, Elsa Zulha, Febita Glyssenda, Feby Rinaldo Pratama
Kusuma, Ferdinand Haryanto Simangunsong, Fifi Adriyanthi, Handri Sanjaya, Hiqi Alim, Indah Wahyu Purnamasari, Indry Yani Saney, Intan Mailani, Jean Pitaloka, Jenny Jessica Sidabalok, Khoirul Anwar, Muhamad Rizal R, Nila Amalin Nabilah, Riandra Pratama Usman, Rifki Husnul Khuluk, Rizal Rio Saputra, Rizki Putriyana, Ruliana Juni Anita, Ruwaidah Muliana, Siti Aisah, Sofian Sumilat Rizki, Sukamto, Suwarda Dua Imatu Dela, Syathira Assegaf, Tiand Reno, Tiurma Debora Simatupang, Tri Marital, Wiwin Esty Sarwita, Yunsi`U Nasy`Ah, dan Zubaidi.
14. Teman-teman KKN yang sakti, Radella Hervidea, Shinta Anggraeny, Yossy Faramita, Ridwan, Pebrianta Tarigan dan Richard HF. Terimakasih atas kebahagiaan, dukungan dan semangat. 15. Teman-teman sejak kecil hingga sekarang, terimakasih atas segalanya. 16. Mahasiswa jurusan kimia angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.. 17. Pegawai Administrasi jurusan kimia FMIPA Unila. 18. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 1 Agustus 2016 Penulis,
Ajeng Wulandari
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... B. Tujuan Penelitian................................................................................ C. Manfaat Penelitian..............................................................................
1 4 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F.
Moraceae.......................................................................................... Artocarpus........................................................................................ Kenangkan (Artocarpus rigida BI).................................................. Metabolit sekunder........................................................................... Flavonoid ........................................................................................ Pemisahan Senyawa Secara Kromatografi ...................................... 1. Kromatografi cair vakum (KCV) ................................................ 2 Kromatografi lapis tipis (KLT) ................................................... G. Analisis Kemurnian ........................................................................ H. Identifikasi Senyawa Organik Secara Spektroskopi ........................ 1. Spektroskopi ultraungu-tampak (UV-VIS). ................................ 2. Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) .................... 3. Nuclier Magnetic Resonance Spectroscopy (NMR) ................... I. Bakteri ............................................................................................. J. Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri ........................................
6 7 9 11 11 13 13 14 15 15 16 17 19 20 22
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... B. Alat dan Bahan................................................................................. 1. Alat-Alat yang Digunakan ..........................................................
25 25 25
ii
2. Bahan-Bahan yang Digunakan.................................................... C. Prosedur Penelitian .......................................................................... 1. Persiapan Sampel ........................................................................ 2. Ekstraksi dengan n-Heksana dan Metanol:Etil Asetat(1:1) ....... 3. Kromatografi Cair Vakum (KCV) .............................................. 4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)................................................. 5. Analisis Kemurnian..................................................................... 6. Identifikasi Senyawa Organik secara Spektroskopi..................... 1) Spektroskopi Ultraungu-Tampak (UV-Vis) ........................... 2) Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) ............... 3) Nuclier Magnetic Resonance Spectroscopy (NMR)............... 7.Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Hasil Isolasi ..........................
26 26 26 27 27 28 29 29 29 30 30 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Flavonoid ............................................................. B. Penentuan Titik Leleh ..................................................................... C. Penentuan Struktur Senyawa Organik ............................................. 1. Spektroskopi Ultraungu-Tampak (UV-VIS)............................... 2. Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) .................... 3. Nuclier Magnetic Resonance Spectroscopy (NMR) ................... D. Uji Bioaktivitas Antibakteri.............................................................
33 48 48 48 57 58 67
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................... B. Saran ...............................................................................................
71 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
73
LAMPIRAN..................................................................................................
79
1. 2. 3.
79 80
4. 5.
Diagram alir metode isolasi senyawa...................................................... Kromatogram hasil KLT pada KCV awal .............................................. Spektrum 1H-NMR untuk artonin O (a) Spektrum normal (b) Spektrum diperbesar ............................................................................................... Spektrum 13C-NMR untuk artonin O ...................................................... Spektrum HMBC untuk senyawa artonin O (a) Spektrum normal (b) Spektrum diperbesar ...............................................................................
83 86 87
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Rentang serapan spektrum ultraungu-tampak untuk flavonoid. ....................
16
2.
Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi .................................
18
3.
Penggabungan fraksi-fraksi hasil KCV awal.................................................
36
4.
Panggabungan fraksi-fraksi hasil KCV dari fraksi A ....................................
38
5.
Perbandingan data spektrum UV-Vis senyawa artonin E (Suhartat et al., 2005) dan senyawa dari kristal 4 kayu akar tumbuhan kenangkan. ..............
54
Perbandingan data spektrum UV-Vis senyawa artonin O (Suhartati, 2005) dan senyawa hasil isolasi pada Kristal 1dari kayu akar tumbuhan Kenangkan. ....................................................................................................
56
Perbandingan data IR (A) Senyawa Kristal 1 dan (B) Senyawa artonin O standar (Suhartati, 2001)................................................................................
58
Perbandingan data spektrum 13C-NMR senyawa kristal 1 dengan artonin O (Suhartati, 2001). ...........................................................................................
60
Perbandingan data 1H-NMR pada senyawa kristal 1 hasil isolasi dengan artonin O standar (Suhartati, 2001)................................................................
62
10. Data hasil interprestasi spektrum HMBC senyawa kristal 1 hasil isolasi......
65
11. Hasil pengukuran zona hambat dari senyawa artonin O terhadap bakteri Bacillus sp dengan waktu inkubasi selama 24 jam........................................
68
12. Hasil pengukuran zona hambat dari senyawa artonin E terhadap bakteri Bacillus sp dengan waktu inkubasi selama 24 jam........................................
69
6.
7.
8.
9.
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Struktur dasar metabolit sekunder yang terdapat dalam genus Artocarpus...
8
2.
Batang Utama Tumbuhan Kenangkan ( A. rigida) .......................................
10
3.
Struktur kimia dari flavon, flavonon, isoflavon, dan calkon ........................
12
4.
Letak pergeseran kimia untuk proton dalam molekul organik .....................
19
5.
Kromatogram KLT ekstrak etil asetat:metanol (1:1) dengan eluen etil asetat/ n-heksana 1:1 ................................................................................................ 34
6.
Kromatogram hasil KLT dari fraksi-fraksi KCV awal ..................................
36
7.
Kromatogram KLT (a) Fraksi A (b) Fraksi B (c) Fraksi E (d) Fraksi F ........
37
8.
Kromatogram KLT hasil KCV fraksi A (a) KCV tahap I (b) KCV tahap II dan (c) KCV tahap III ....................................................................................
38
Kromatogram KLT dari penggabungan fraksi A (a) fraksi AA dan AB dengan eluen etil asetat/n-heksana 5% (b) fraksi AC, AD dan AE dengan eluen etil asetat/n-heksana 10% .....................................................................
39
10. Kromatogram KLT hasil KCV dari fraksi AE dengan eluen etil asetat/ n-heksana 15% ...............................................................................................
40
11. Kromatogram fraksi gabungan dengan eluen etil asetat/n-heksana 15% ......
40
12. Kromatogram KLT kristal 1 dan kristal 2 dengan eluen etil asetat/ n-heksana 15% ...............................................................................................
41
9.
v
13. Kromatogram KLT hasil KCV fraksi B dengan eluen etil asetat/ n-heksana 10% ...............................................................................................
42
14. Kromatogram KLT hasil gabungan fraksi BA, BB dan BC dengan eluen etil asetat/n-heksana 10%...............................................................................
42
15. Kromatogram KLT hasil KCV fraksi BC dengan eluen etil asetat/ n-heksana 15% ...............................................................................................
43
16. Kromatogram KLT kristal 3 dengan eluen etil asetat/n-heksana 15% ..........
44
17. Kromatogram Kristal 3 dan gabungan Kristal 1 dan 2 dengan eluen (a) diklorometan/n-heksana 50% (b) etil asetat/n-heksana 20% dan (c) benzen/ etil asetat 80% ................................................................................................
44
18. Kromatogram hasil KLT dari fraksi E dengan eluen etil asetat/ n-heksana 30% ...............................................................................................
45
19. Kromatogram KLT hasil KCV dari fraksi E dengan eluen etil asetat/ n-heksana 30% ...............................................................................................
46
20. Kromatogram KLT dari gabungan 4 fraksi utama pada fraksi E dengan eluen etil asetat/n-heksana 25% ....................................................................
46
21. Kromatogram KLT kristal 4 dengan eluen (a) diklorometana/n-heksana 50% (b) aseton/diklorometana 10% dan (c) etil asetat/n-heksana 60% ......
47
22. Spektrum UV senyawa dari kristal 4 dalam MeOH. .....................................
49
23. Spektrum UV senyawa dari kristal 4 (a) dalam MeOH + NaOH (b) dalam MeOH ............................................................................................
50
24. Spektrum UV senyawa dari kristal 4 (b) dalam MeOH (c) dalam MeOH + AlCl3 dan (d) dalam MeOH + AlCl3 + HCl...................................................
51
25. Spectrum UV senyawa kristal 4 hasil isolasi (b) dalam MeOH (f) MeOH + NaOAc. ..........................................................................................................
52
26. Spektrum UV senyawa kristal 4 hasil isolasi (b) dalam MeOH (g) MeOH + H3BO3 ............................................................................................................
53
27. Gambar struktur senyawa kristal 4 hasil isolasi (Artonin E) ........................
55
28. Spektrum UV kristal 1 dalam MeOH. ...........................................................
55
vi
29. Spektrum IR senyawa kristal 1 hasil isolasi...................................................
57
30. Spektrum 13C-NMR dari senyawa kristal 1 hasil isolasi ...............................
58
31. Spektrum 1H-NMR senyawa kristal 1 (a) Spektrum normal dan (b) Spektrum diperbesar ......................................................................................
61
32. Spektrum korelasi heteronuklir jarak jauh (HMBC) senyawa kristal 1 hasil isolasi (a) Spektrum normal dan (b) Spektrum diperbesar. ...........................
63
33. Gambar korelasi dari spektrum HMBC pada struktur senyawa kristal 1 hasil isolasi ............................................................................................................. 66 34. Gambar struktur senyawa artonin O ..............................................................
66
35. Hasil inkubasi setelah 24 jam (a) artonin O dan (b) artonin E.......................
68
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang terdiri dari berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Setiap tanaman memiliki manfaat dan kegunaan yang berbeda-beda, hal ini karena adanya kandungan komponen kimia yang dapat digunakan sebagai obat. Pada saat ini, banyak orang yang kembali menggunakan bahan-bahan alami untuk membiasakan hidup sehat dengan menghindari bahan-bahan kimia sintesis. Ada banyak pengobatan dengan bahan alam yang dapat dipilih sebagai solusi mengatasi penyakit-penyakit, salah satunya ialah penggunaan ramuan obat berbahan herbal (Kardinan dan Kusuma, 2004).
Senyawa bahan alam dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses biosintesa dalam sel. Proses biosintesa yang berlangsung secara enzimatik dikenal juga sebagai metabolisme, sehingga produknya disebut juga metabolit yang terdiri dari metabolit primer, sentral, dan sekunder. Metabolit sentral adalah perantara untuk menghasilkan metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer dan sekunder secara fundamental memiliki perbedaan pada fungsinya, metabolit primer memiliki fungsi yang sangat jelas bagi tubuh, seperti karbohidrat, lipid, asam
2
amino, dan protein, sedangkan metabolit sekunder kegunaannya masih kurang jelas, seperti senyawa-senyawa fenolat, flavonoid, terpenoid (minyak atsiri), dan alkaloid yang dipelajari dalam Kimia Organik Bahan Alam (KOBA). Senyawa bahan alam adalah senyawa dengan gugus fungsi bervariasi (polifungsional) sehingga penggolongan didasarkan pada kemiripan kerangka strukturnya (Sitorus, 2010 ).
Penelitian selama beberapa tahun terakhir telah difokuskan untuk senyawa kimia bahan alam seperti tumbuh-tumbuhan salah satunya famili Moraceae. Hal ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman dan kegunaan senyawa yang dihasilkan. Penelitian-penelitian mengenai famili Moraceae telah dilakukan terhadap beberapa spesies yang termasuk dalam genus Artocarpus, seperti: A. styracifolius, A. nobilis, A. communis , A. reticulatus, dan A. Ianceifolius. Masing-masing jenis Artocarpus telah ditemukan mengandung sejumlah senyawa flavonoid yang berbeda-beda, antara lain stirasifolin A dan B, artoheterofilin A dan B, artonin A, B dan F, dan heterofilin dari A. styracifolius (Bourjot, 2010), artobilosanton dan sikloartobilosanton dari A. nobilis (Sultanbawa dan surendrakumar, 1989), artomunosanton dan artomunosantontrion dari A. communis (Shieh dan Lin, 1992). Dari keunikan struktur metabolit sekunder tersebut telah dilaporkan bahwa senyawa-senyawa ini memiliki sifat fisiologis yang luas diantaranya sebagai antibakteri (Khan et al., 2003), antiplatelet (Weng et al., 2006), antifungal (Jayasinghe et al., 2004), antimalaria (Widyawaruyanti et al., 2007; Boonlaksiri et al., 2001), dan sitotoksik (Ko et al., 2005; Hakim et al., 2002; Syah et al., 2006; Suhartati, et al., 2005 ).
3
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang timbul karena adanya mikroba patogen. Penyakit infeksi ini telah menjadi penyebab paling utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality) yang terjadi pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Darmadi, 2008). Salah satu jenis mikroba patogen adalah bakteri merugikan seperti Eschericia coli, Leptospira sp, Pneumoniacoccus, Staphylococcus, Streptococcus, Mycobacterium tuberculosis dan Bacillus sp. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) penyebab utama terjadinya peningkatan angka kesakitan dan kematian adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Salah satunya yaitu bakteri Bacillus sp. Bakteri Bacillus sp. dapat menyebabkan penyakit antraks, telah dilaporkan terjadi peningkatan jumlah kasus dari 11 kasus menjadi 13 kasus pada tahun 2014. Dari beberapa kasus penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri diketahui bahwa setiap obat yang digunakan memiliki tingkat resistensi yang semakin menurun yang mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kematian dan angka kesakitan.
Bakteri Bacillus merupakan mikroba flora normal pada saluran pencernaan ayam (Green et al., 2006). Bakteri ini adalah organisme saprofitik, gram positif pembentuk spora non-patogen yang biasanya ditemukan dalam air, udara, debu, tanah, dan sedimen. Terdapat beberapa jenis bakteri yang bersifat saprofit, seperti Bacillus cereus dan Bacillus subtilis (Jawetz et al., 2005). Kedua bakteri tersebut juga sering ditemukan pada saluran pencernaan ayam (Barbosa et al., 2005). Bacillus mempunyai daya resisten antimikroba dan dapat menghasilkan antimikroba berupa bakteriosin, sehingga bakteri ini mampu bertahan di dalam
4
saluran pencernaan. Bacillus resisten terhadap eritromisin, linkomisin, sefalosporin, sikloserin, kloramfenikol, tetrasiklin, streptomisin dan neomisin (Barbosa et al., 2005; Green et al., 2006). Dengan demikian, maka dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari senyawa bahan alam sebagai alternatif obat baru yang efisien dan efektif baik dari segi ekonomi, efek samping maupun resistenitasnya.
Isolasi senyawa metabolit sekunder terhadap tumbuhan kenangkan (Artocarpus rigida) telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya di Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Lampung. Beberapa penelitian terhadap tumbuhan kenangkan (A. rigida) yang pernah dilakukan di Laboratorium kimia organik antara lain oleh Hernawan (2008), Nuryanto (2010), Cendekia (2010), Dendiko (2013), dan Suryani (2014). Pada penelitian sebelumnya belum dilakukan uji aktivitas senyawa flavonoid dari kayu akar tumbuhan kenangkan (A. rigida). Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan isolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan (A. rigida) yang selanjutnya dilakukan uji bioaktivitas antibakteri.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengisolasi senyawa flavonoid dari fraksi non polar dan lebih polar kayu akar tumbuhan kenangkan (A. rigida).
5
2. Mengidentifikasi senyawa flavonoid hasil isolasi dari fraksi nonpolar dan lebih polar kayu akar tumbuhan kenangkan (A. rigida) menggunakan analisis spektroskopi UV-Vis, FTIR, dan NMR. 3. Mengetahui aktivitas antibakteri senyawa flavonoid hasil isolasi dari fraksi non polar dan lebih polar kayu akar tumbuhan kenangkan (A. rigida).
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kandungan senyawa flavonoid yang terdapat dalam fraksi non polar dan lebih polar dari kayu akar tumbuhan kenangkan (A. rigida) dan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Bacillus sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Moraceae
Famili Moraceae disebut juga sebagai keluarga murbei ara yang merupakan keluarga tanaman berbunga yang terdiri dari sekitar 40 genus dan lebih dari 1000 spesies. Sebagian besar tersebar luas di daerah tropis dan subtropis (Judd et al, 2008). Morus, Artocarpus, dan Ficus merupakan tiga genus terbesar dalam famili Moraceae. Tumbuhan yang termasuk dalam famili ini merupakan tumbuhan yang berbatang, berkayu, dan menghasilkan getah (Tjitrosoepomo, 1994).
Ditinjau dari keadaan fisik maupun kimia, famili Moraceae sangatlah berguna. Selain bagian kayu dapat digunakan secara langsung untuk bahan bangunan, beberapa jenis tumbuhan ini juga telah dikenal sebagai obat tradisional. Salah satunya yaitu mulberi (Morus) yang dapat digunakan sebagai obat antihalogesik (mengurangi efek peradangan ), diureik, dan obat batuk. Obat ini dikenal sebagai “So-haku-hi” di Jepang. Indonesia mengenal genus Artocarpus sebagai obat tradisional yang disebut “jamu”, tumbuhan ini digunakan sebagai obat antiinfeksi dan obat malaria (Nomura, 1998).
7
Famili ini dikenal sebagai sumber utama senyawa fenolat turunan flavonoid, arilbenzofuran, stilbenoid, dan santon turunan flavonoid. Dari sejumlah senyawa yang dihasilkan mempunyai aktivitas biologi, sebagai promotor antitumor, antibakteri, antifungal, antiimflamatori, antikanker dan lain-lain (Ersam, 2004).
B. Artocarpus
Artocarpus merupakan tumbuhan yang tersebar luas di Asia Selatan dan Tenggara, Papua Nugini, dan Pasifik Selatan. Genus ini termasuk jenis pohon yang selalu berdaun hijau (evergreen) pada daerah tropis, memiliki getah pada setiap bagiannya, dan umumnya dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari 1000 m. Terdapat 50 spesies Artocarpus dan diketahui bahwa keanekaragaman terbesar terdapat di Indonesia. Di Indonesia genus Artocarpus banyak tersebar di pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Tumbuhan dari genus ini dikenal sebagai nangka-nangkaan dan beberapa diantaranya merupakan tumbuhan penghasil buah yang dapat dimakan, yaitu A. heterophyllus (nangka), A. Chempeden (cempedak), dan A.altilis (sukun) (Heyne, 1987). Pada umumnya senyawa-senyawa metabolit sekunder yang ditemukan dalam genus Artocarpus adalah terpenoid, steroid, flavonoid, santon, kromon, stilbenoid, 2-arilbenzofuran, dan senyawa jenis addict Diels Alder (Nomura, 1998). Gambar 1 menunjukkan struktur dasar senyawa metabolit sekunder yang ditemukan dalam genus Artocarpus.
8
Calkon
Flavon
Flavanon
Flavon-3-ol
Dihidrobenzosanton
Furanodihidrobenzosanton
Kuinonosanton
siklopentenosanton
dihidrosanton
piranoflavon
3-prenilflavon
Piranodihidro benzosanton
santonoid
siklopentenokromon
Gambar 1. Struktur dasar metabolit sekunder yang terdapat dalam genus Artocarpus.
9
C. Kenangkan (Artocarpus rigida BI)
Kenangkan merupakan tumbuhan hutan, mempunyai batang yang kokoh, dengan tinggi mencapai 20 m, berkayu keras, kulit kayunya berserat kasar, dan menghasilkan getah yang banyak (Gambar 2). Bentuk daun tidak lebar, menjalar dan berbulu kasar. Penghasil buah berwarna kuning pucat dan berubah menjadi berwarna lembayung bila sudah masak. Buah ini bisa dikonsumsi tetapi memiliki rasa yang masam dan kurang enak. Dalam taksonomi, tumbuhan ini termasuk dalam Superregnum eukariota, regnum plantae, divisi magnoliophyta, kelas magnoliopsida, ordo urticales, famili Moraceae, sub famili artocarpeae, genus Artocarpus, spesies Artocarpus rigidus atau Artocarpus rigida (Tjitrosoepomo, 1994).
Nama lain dari buah ini adalah peusar atau tempunik (Rukmana, 1997). Saat ini sudah sangat sulit untuk menemukan tumbuhan ini, sehingga tumbuhan ini dikategorikan sebagai tumbuhan langka. Nama tumbuhan ini dikenal dengan nama yang berbeda-beda, umumnya dikenal sebagai tumbuhan mandalika. Namun, di Sukoharjo Kecamatan Pringsewu tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan kenangkan karena memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan tumbuhan nangka (Dendiko, 2013).
10
Gambar 2. Batang utama tumbuhan kenangkan ( A. rigida) (Dendiko, 2013).
Santon artoindoesianin C merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam A. rigida yang mempunyai aktivitas sebagai antiplasmodial terhadap Plasmodium falciparum (Namdaung et al., 2006). Terdapat dua senyawa baru dari flavon terisoprenilasi yaitu artonin G dan H yang telah diisolasi bersama dengan tiga senyawa flavon terisoprenilasi yang telah diketahui, yaitu artonin E, sikloartobilosanton, dan artobilosanton (Nomura et al., 1990).
11
D. Metabolit sekunder
Metabolit sekunder merupakan hasil akhir dari suatu proses metabolisme. Setiap organisme menghasilkan metabolit sekunder yang sangat bervarisai dalam jumlah dan jenisnya. Beberapa dari senyawa metabolit sekunder tersebut diantaranya dapat memberikan efek fisiologis dan farmakologis, seperti senyawa aktif atau komponen bioaktif. Beberapa jenis senyawa metabolit sekunder antara lain kumarin, salanin, liatriol, nimbin, dan azadiraktin. Pemanfaatan dari zat metabolit sekunder sangat banyak. Metabolit sekunder dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan, antibiotik, antikanker, antikoagulan darah, dan menghambat efek karsinogenik (Lenny, 2006).
E. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemukan pada teh, buahbuahan, sayuran, anggur, bir, dan kecap. Metabolit sekunder juga dapat dimanfaatkan untuk antiagen pengendali hama penyakit pada tanaman yang ramah lingkungan (Syamsudin, 2008). Aktivitas antioksidan pada flavonoid bekerja dengan cara menekan pembentukkan spesies oksigen reaktif, baik dengan cara menghambat kerja enzim maupun dengan mengikat logam yang terlibat dalam produksi radikal bebas. Berdasarkan tingkat oksidasi rantai propana, flavonoid dapat dibedakan atas beberapa golongan, yaitu flavon, flavonol, isoflavon, calkon, dihidrocalkon, auron, antosianidin, katekin, dan leukoantosianidin. Berikut adalah gambar struktur (Gambar 3) yang menunjukkan penggolongan flavonoid
12
berdasarkan penambahan rantai oksigen dan perbedaan distribusi dari gugus hidroksil .
flavon
calkon
isoflavon
flavanon
Gambar 3. Struktur kimia dari flavon, flavonon, isoflavon, dan calkon (Markham, 1988).
Flavonoid merupakan kelompok antioksidan yang sangat penting dan dibagi menjadi 13 kelas, telah lebih dari 4000 senyawa flavonoid yang ditemukan sampai tahun 1990 (Harborne, 1993). Senyawa flavonoid sebagian besar ditemukan dalam biji, buah, kulit buah, kulit kayu, daun, dan bunga (Miller, 1996). Flavonoid memiliki kontribusi yang penting dalam kesehatan manusia. Menurut Hertog (1992) disarankan agar setiap hari manusia mengkonsumsi beberapa gram flavonoid.
13
F. Pemisahan Senyawa secara Kromatografi
Kromatografi digunakan pada beberapa teknik pemisahan berdasarkan pada “migration medium” yang berbeda, yaitu distribusinya terhadap fase diam dan fase gerak. Terdapat 3 hal yang wajib ada pada teknik ini, yang pertama yaitu harus terdapat medium perpindahan tempat, yaitu tempat terjadinya pemisahan. Kedua harus terdapat gaya dorong agar spesies dapat berpisah sepanjang “migration medium“. Ketiga harus terdapat gaya tolakan selektif. Gaya yang terakhir ini dapat menyebabkan pemisahan dari bahan kimia yang dipertimbangkan (Sienko et al., 1984).
1. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Teknik KCV dilakukan pada kondisi vakum secara terus-menerus sehingga diperoleh kerapatan kemasan yang maksimum atau menggunakan tekanan rendah untuk meningkatkan laju alir fasa gerak. Urutan eluen yang digunakan dalam kromatografi cair diawali dari eluen yang mempunyai tingkat kepolaran rendah kemudian kepolarannya ditingkatkan secara perlahan-lahan (Hosstetmann et al., 1995).
Adapun urutan eluen pada kromatografi berdasarkan tingkat kepolaran dari rendah hingga ke tinggi antara lain: n-heksana < Sikloheksana (C6H12) < Karbon tetraklorida (CCl4) < Benzena(C6H6) < Toluena (C7H8) < Metilen klorida (CH3Cl) < Kloroform (CHCl3) < Etil asetat
14
(CH3COOH) < Aseton (CH3COCH3) < n-propanol (C3H7OH) < Etanol (C2H5OH) < Asetonitril < Metanol (CH3OH) < Air (H2O) (Gritter et al., 1991).
2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah teknik pemisahan suatu komponen dari campuran senyawa yang melibatkan partisi senyawa di antara padatan penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca atau plastik kaku dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati adsorbent (padatan penyerap). Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses pengembangan oleh pelarut (elusi). Karena kesederhanaan dan kecepatan analisisnya, KLT mempunyai peranan penting dalam pemisahan senyawa yang memiliki volatilitas relatif rendah, baik senyawa organik maupun senyawa anorganik (Khopkar, 2003).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ialah metode pemisahan fisikokimia yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah itu, pelat atau lapisan diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985). Metode KLT dapat dihitung nilai Retention factor (Rf) dengan persamaan: Rf =
Jarak tempuh sampel Jarak tempuh pelarut
15
Tetapi pada gugus-gugus yang besar dari senyawa-senyawa yang susunannya mirip, sering kali harga Rf berdekatan satu sama lainnya (Sastrohamidjojo, 2002).
G. Analisis Kemurnian
Analisis kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji titik leleh. Senyawa hasil analisis dikatakan murni apabila memberikan noda tunggal pada KLT dengan variasi eluen (Setyowati et al., 2007). Titik leleh sangat penting dalam identifikasi dan pengukuran kemurnian senyawa organik padat. Penggunaan titik leleh ini didasarkan pada fakta bahwa semua senyawa murni mempunyai titik leleh yang tajam ketika berubah sampurna dari padat ke cair pada tekanan udara 1 atm. Jika suhu dinaikkan, molekul senyawa akan menyerap energi. Semakin tinggi suhu, maka akan semakin banyak energi yang diserap sehingga akan menaikkan gerakan vibrasi dan rotasi molekul (Hadiprabowo, 2009).
H. Identifikasi Senyawa Organik Secara Spektroskopi
Suatu senyawa bahan alam hasil isolasi akan diidentifikasi berdasarkan sifat fisika, sifat kimia dan identifikasi dengan spektroskopi (Achmad et al., 2006). Adapun beberapa metode analisis spektroskopi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
16
1. Spektroskopi Ultraungu-Tampak (UV-Vis)
Dalam spektroskopi UV-Vis penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi di antara tingkat energi elektronik molekul tersebut. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan, orbital non-ikatan atau orbital anti-ikatan. Panjang gelombang serapan yang muncul merupakan ukuran perbedaan tingkat-tingkat energi dari orbital suatu molekul (Sudjadi, 1983).
Metode spektroskopi ini berguna untuk mengetahui jenis flavonoid. Selain itu, kedudukan gugus fungsi hidroksil pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan cara menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak yang terjadi. Spektrum khas flavonoid terdiri dari dua pita yaitu pada rentang 240-285 nm (Pita II) dan 300-550 nm (Pita I). Rentang utama yang diperkirakan untuk setiap jenis flavonoid dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rentang serapan spektrum ultraungu-tampak untuk flavonoid (Markham,1988). Pita II (nm)
Pita I (nm)
Jenis Flavonoid
250-280
310-350
Flavon
250-280
330-360
Flavonol (3-OH tersubstitusi)
250-280
350-385
Flavonol (3-OH bebas)
245-275
310-330
Isoflavon
275-295
300-390
Flavanon dan dihidroflavon
230-270
340-390
Calkon
230-270
380-430
Auron
270-280
465-560
Antosianidin dan antosianin
17
Dengan menggunakan data yang diperoleh dari analisis berdasarkan spektrofotometer UV-Vis ini kita dapat mengetahui absorptivitas molar senyawa yang diperoleh. Absorptivitas molar senyawa dihitung dengan menggunakan persamaan Lambert-Beer berikut :
Keterangan:
A ε b c
A=εb c = absorbansi = absorptivitas molar = tebal sel (cm) = konsentrasi (mol/liter)
Absorbansi (A) ini diperoleh dari data spektrum dimana terdapat puncak-puncak serapannya (Dendiko, 2013).
2. Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR)
Pada spektroskopi inframerah (FT-IR), senyawa organik akan menyerap berbagai frekuensi radiasi elektromagnetik sinar inframerah. Molekul-molekul senyawa akan menyerap sebagian atau seluruh radiasi. Penyerapan ini berhubungan dengan adanya sejumlah vibrasi yang terkuantisasi dari atom-atom yang berikatan secara kovalen pada molekul. Penyerapan ini juga berhubungan dengan adanya perubahan momen dipol dari ikatan kovalen pada waktu terjadinya vibrasi (Supriyanto, 1999).
Penggunaan spektrum inframerah dalam menentukan struktur senyawa organik berada antara 650-4000 cm-1. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan daerah inframerah jauh dan daerah di atas frekuensi 4000 cm-1 dinamakan
18
inframerah dekat (Sudjadi, 1983). Daerah antara 1400-4000 cm-1 merupakan daerah khusus yang berguna untuk identifikasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorpsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran. Daerah antara 1400700 cm -1 (daerah sidik jari) seringkali sangat rumit karena menunjukkan absorpsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran dan tekukan (Fessenden dan Fessenden, 1986). Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus molekul ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi (Banwell and Mc Cash, 1994). Gugus
Frekuensi uluran (cm-1)
Gugus
Frekuensi uluran (cm-1)
3600
2930
3400
2860
3300
1470
3060
1200-1000
3030
1650
2870
1600
1460
1200-1000
1375 1200-1000
1750-1600
19
3.
Nuclier Magnetic Resonance Spectroscopy (NMR)
Analisis spektroskopi NMR akan memberikan informasi mengenai posisi atomatom karbon berproton atau yang tidak berproton. Selain itu juga untuk mengenali atom-atom lainnya yang berkaitan dengan proton. Spektroskopi NMR juga dapat memberikan informasi tentang jumlah dan jenis atom karbon yang ada pada struktur suatu senyawa organik. Teknik spektroskopi ini didasarkan pada penyerapan gelombang radio elektromagnetik oleh inti atom hidrogen atau karbon (Silverstein et al., 1986). Letak pergeseran kimia untuk proton pada beberapa molekul organik dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Letak pergeseran kimia untuk proton dalam molekul organik (Jacobsen, 2007).
20
I.
Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal tidak terlihat oleh mata, berukuran antara 0,5 – 10 µm dan lebar 0,5 - 2,5 µm tergantung pada jenisnya. Terdapat beribu jenis bakteri, tetapi hanya beberapa jenis bakteri yang ditemukan, di antaranya berbentuk bulat, batang, spiral, koma atau vibrios (Buckle et al., 1987). Sel bakteri terdiri dari membran, bahan inti, dan sitoplasma. Sel dibungkus oleh dinding sel. Pada beberapa bakteri, dinding sel dikelilingi oleh kapsula atau lapisan lendir. Kapsul berisi campuran polisakarida dan polipeptida. Bakteri memperbanyak diri dengan cara pembelahan secara biner. Inti sel membelah atau terbagi menjadi dua bagian yang terpisah yang kemudian menghasilkan dua buah sel anakan dengan ukuran yang sama (Gaman dan Sherrington, 1994).
Resistensi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh pengaruh obat antiinfeksi terhadap kuman menjadi berkurang khasiatnya atau kuman tersebut tidak sensitif oleh perlakuan obat antiinfeksi (antibiotik). Resistensi merupakan kegagalan pengobatan pada suatu antibiotik dengan dosis terapi (Gran, 1983). Franklin dan Snow (1985) serta Brander et al. (1991) mengatakan bahwa mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik terjadi dengan cara penginaktifan obat, perubahan target atau sirkulasi enzim, berkurangnya akumulasi obat oleh adanya sel resisten, dan munculnya variasi jalur metabolisme. Menurut Gran (1983) dan Brander et al. (1991), terdapat 3 jenis tipe resistensi, yaitu : 1. Resistensi genetik (ekstrakromosomal), bakteri mengandung unsur-unsur genetik ekstrakromosomal yang disebut sebagai plasmid. Faktor R adalah
21
kelompok plasmid yang membawa gen resistensi terhadap satu atau beberapa obat antibiotik dan logam berat. Gen plasmid untuk resistensi antibiotik mengontrol pembentukan enzim yang mampu merusak antibiotik (jawetz et al., 2001). 2.
Resistensi genetik (kromosomal) merupakan mutasi spontan yang terjadi pada lokus DNA yang mengontrol susceptibility terhadap obat tertentu.
3.
Resistensi silang merupakan penghancuran antibiotik secara enzimatik oleh enzim yang dihasilkan bakteri seperti ß-laktamase. ß-laktamase akan memecah cincin ß-laktam dari penisilin dan derivatnya, demikian juga aminoglukosa menjadi terasetilasi atau terfosforilasi oleh enzim asetilase atau fosforilase. Dinding sel bakteri Gram negatif yang lebih kompleks membuat bakteri kurang sensitif terhadap antibiotik ß-laktam. Berkurangnya akumulasi obat oleh adanya sel resisten terjadi dengan adanya penurunan permeabilitas membran sel terhadap antibiotik dan variasi jalur metabolisme tersebut oleh antibiotik. Obat yang dapat menghambat pertumbuhan antagonis kompetitif metabolisme normal, dapat menghasilkan metabolik yang berlebihan. Akibatnya obat tersebut tidak efektif lagi bagi bakteri (Setyabudy dan Gan, 1995).
Beberapa bakteri mempunyai kemampuan alami untuk kebal atau resisten terhadap efek pengobatan, misal dengan antibiotik, meskipun tidak berinteraksi secara langsung. Hal ini dapat terjadi karena bakteri mempunyai enzim yang dapat merusak obat (Brander et al., 1991). Mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik diantaranya melalui mekanisme mikroorganisme menghasilkan enzim
22
dan merusak obat yang aktif, mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap obat, mikroorganisme mengubah struktur target untuk obat, mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme baru menghindari jalur yang biasa dihambat oleh obat, dan mikroorganisme mengembangkan enzim baru yang masih dapat melakukan fungsi metaboliknya tapi sedikit dipengaruhi oleh obat (Jawetz et al., 2001). Resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan salah satu masalah seluruh dunia baik di Negara maju maupun berkembang (Okeke et al., 2005).
Antibiotik adalah suatu zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme secara alami yang berfungsi untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Menurut Madigan et al. (2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya, senyawa antibiotik (antimikroba) memiliki 3 macam efek terhadap pertumbuhan bakteri, yaitu : 1.
Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh. Mekanisme kerjanya dengan menghambat sintesis protein atau mengikat ribosom.
2.
Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi lisis sel atau pecah sel.
3.
Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis (pecah) sehingga jumlah sel berkurang atau ditandai dengan terjadi kekeruhan setelah penambahan antibiotik.
J. Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar potensi atau
23
konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi mikroorganisme. Secara umum dikenal 3 metode utama untuk uji antimikroba yaitu difusi agar, dilusi dan bioautografi (Brock dan Madigan,1991). 1. Metode Difusi Agar Kirby-Bauer Metode difusi agar Kirby-Bauer adalah salah satu metode pengujian kerentanan bakteri terhadap antimikroba atau sering juga dinamakan uji daya hambat. Metode difusi agar dilakukan dengan bahan uji yang telah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam sumuran atau diteteskan pada paper disk. Kemudian ditanam dalam medium padat yang telah berisi mikroba uji. Setelah inkubasi diamati adanya zona bening di sekitar sumuran atau paper disk. Kemampuan bahan uji menghambat bakteri uji ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram uji dan dievaluasi : ukuran zona bening >20 mm tergolong sangat kuat (very strong inhibition),11-19 mm tergolong kuat (strong inhibition), 5-10 mm tergolong sedang (moderate inhibition) dan <5 mm tergolong lemah (weak inhibition) (Rante et al., 2010; Davis dan Stout dalam Ambarwati 2007). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengujian antibakteri adalah metode difusi agar Kirby-Bauer.
2. Metode Dilusi Metode ini biasanya digunakan untuk menentukan nilai MIC (Minimum Inhibition Concentration), konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba uji. Metode dilusi dilakukan dengan mencampur sampel, mikroba uji, dan media inokulasi dengan beberapa variasi pengenceran. Aktivitas yang diamati dengan kontrol tanpa adanya bahan uji.
24
3. Metode Bioautografi Bioautografi adalah suatu metode pendeteksian untuk menemukan suatu senyawa antimikroba yang belum teridentifikasi dengan cara melokalisir aktivitas antimikroba tersebut pada suatu kromatogram. Metode ini memanfaatkan pengerjaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Ciri khas dari prosedur bioautografi didasarkan atas teknik difusi agar dengan cara senyawa antimikroba dipindahkan dari lapisan KLT ke medium agar yang telah diinokulasikan bakteri uji yang peka. Dari hasil inkubasi pada suhu dan waktu tertentu akan terlihat zona hambat di sekeliling spot dari KLT yang telah ditempelkan pada media agar. Zona hambat ditampakkan oleh aktivitas senyawa aktif yang terdapat di dalam bahan yang diperiksa terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji (Akhyar, 2010).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2015 – Juli 2016, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung. Analisis spektroskopi yang digunakan adalah spektroskopi ultraungutampak (UV-Vis) dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung, Spektroskopi Fourier Trasform Infra Red (FT-IR) dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Universitas Lampung, spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR) di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam (KOBA) ITB Bandung. Uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan 1.
Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, penguap putar vakum, satu set alat kromatografi cair vakum (KCV), spatula, kaca arloji,
26
pengukur titik leleh, lampu UV, pipet kapiler, kertas saring Whattman, autoclave, Laminar Air Flow, inkubator, pinset, mikropipet, Spektrofotometer FT-IR merk Varian Cary 600, Spektrofotometer Ultraungu-Tampak (UV-Vis) merk Cary 50, dan Spektrofotometer NMR merk Agilent dengan sistem konsol DD2 yang beroperasi pada frekuensi 500 MHz pada 1H-NMR dan 125 MHz pada 13C-NMR.
2. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah kayu akar tanaman kenangkan (Artocarpus rigida) yang telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari Desa Keputran, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dan kromatografi berkualitas teknis yang telah didestilasi sedangkan untuk analisis spektrofotometer berkualitas pro-analisis (p.a). Bahan kimia yang dipakai meliputi etil asetat (EtOAc), metanol (MeOH), n-heksana (C6H14), aseton (C3H6O2), akuades, diklorometan (DCM), aseton, serium sulfat 1,5% dalam H2SO4 2 N, benzena (C6H6), AlCl3, NaOH, NaOAc, HCl, asam borat (H3BO3), silika gel Merck G 60 untuk impregnasi, silika gel Merck 60 (35-70 Mesh) untuk KCV, untuk KLT digunakan plat KLT silika gel Merck kiesegal 60 F254 0,25 mm, amoksisilin, Nutrient Agar (NA), dan bakteri Bacillus subtilis.
C.
Prosedur Penelitian
1. Persiapan sampel
Kayu akar tanaman kenangkan dicuci bersih dengan air dan diiris kecil kecil kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di bawah panas sinar matahari selama
27
satu minggu. Kayu akar lalu digiling hingga menjadi serbuk halus, serbuk halus ini yang kemudian digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
2. Ekstraksi dengan n-Heksana dan Metanol:Etil Asetat (1:1)
Serbuk halus kayu akar tanaman kenangkan ditimbang sebanyak 3000 gram. Kemudian dimaserasi berturut-turut dengan n-heksana sebanyak 3x pengulangan masing-masing selama 24 jam. Ekstrak hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring. Residu yang dihasilkan, kemudian dikeringkan dan dimaserasi lagi menggunkan metanol:etil asetat (1:1) sebanyak 3x pengulangan masing-masing selama 24 jam. Ekstrak hasil maserasi kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh lalu dipekatkan dengan rotary evaporator dengan kecepatan 120 rpm dan suhu 50oC. Ekstrak pekat yang diperoleh lalu dikeringkan dan ditimbang.
3. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Ekstrak pekat kasar dari hasil maserasi menggunakan metanol:etil asetat (1:1) difraksinasi dengan teknik KCV. Terlebih dahulu fasa diam silika gel halus sebanyak 10 kali berat sampel dimasukkan ke dalam kolom. Kemudian kolom dikemas kering dalam keadaan vakum menggunakan alat vakum. Eluen yang kepolarannya rendah, dimasukkan ke permukaan silika gel halus terlebih dahulu kemudian divakum kembali.
28
Ekstrak kasar kemudian dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan pada silika gel kasar (jumlah silika gel kasar sebanyak ±2 kali berat sampel), kemudian dimasukkan ke dalam kolom yang telah berisi fasa diam. Setelah itu kolom dielusi dengan eluen yang telah dipilih dengan urutan dari kepolaran paling rendah hingga kepolaran yang paling tinggi, dengan perbandingan 0 sampai 100%. Setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan) kolom dihisap dengan vakum sampai kering dan hasil elusi ditampung menjadi beberapa fraksi. Kemudian setiap fraksi diKLT, fraksi-fraksi yang memiliki Rf sama digabungkan. Kemudian difraksinasi kembali dengan teknik KCV dengan perlakuan yang sama dan eluen yang sesuai.
4.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Setiap fraksi sebelum dan sesudah fraksinasi dilakukan uji KLT untuk mengetahui pola pemisahan noda atau Rfnya. Fraksi yang memiliki Rf atau pola fraksinasi yang sama digabungkan untuk perlakuan lebih lanjut. Uji KLT ini dilakukan menggunakan sistem campuran eluen menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, diklorometan, dan aseton sebagai fase gerak dan silika gel Merck kiesegal 60 F254 0,25 mm sebagai fase diam. Hasil kromatogram tersebut kemudian diidentifikasi di bawah lampu UV untuk melihat pola elusi (pola pemisahan) dari sampel. Kemudian divisualisasi dengan cara disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak atau noda khususnya senyawa flavonoid dari komponen senyawa tersebut. Setiap fraksi yang menghasilkan pola pemisahan
29
dengan Rf (Retention factor) yang sama pada kromatogram, digabung dan dipekatkan kemudian difraksinasi lebih lanjut.
5. Analisis Kemurnian
Untuk mengetahui tingkat kemurnian dari suatu senyawa dapat diuji menggunakan metode KLT dan uji titik leleh. Uji kemurnian secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen. Kemurnian 100% suatu senyawa ditunjukkan dengan timbulnya satu noda dengan berbagai campuran eluen yang digunakan. Untuk uji titik leleh, kristal yang berukuran besar, kristal terlebih dahulu digerus hingga berbentuk serbuk kemudian diambil sedikit dan dimasukkan kedalam pipet kapiler, alat dihidupkan dan titik leleh diamati dengan bantuan kaca pembesar. Suhu pada saat kristal pertama kali mulai meleleh sampai semua zat meleleh, itulah titik leleh dari senyawa tersebut.
6. Identifikasi Senyawa Organik Secara Spektroskopi 1) Spektroskopi Ultraungu–tampak (UV-Vis)
Sampel berupa kristal murni sebanyak 0,0001 g dilarutkan dalam 10 mL metanol. Larutan ini digunakan sebagai persediaan untuk beberapa kali pengukuran. Sampel diukur serapan maksimumnya dalam metanol. Selanjutnya larutan persediaan dibagi menjadi beberapa bagian, kemudian masing-masing larutan
30
persediaan ditambah dengan pereaksi-pereaksi geser (Shift reagents) seperti natrium hidroksida (NaOH) 2 M yang dibuat dengan cara melarutkan 0,8 gram NaOH dalam 10 mL akuades, aluminium klorida (AlCl3) 5% yang dibuat dengan cara melarutkan 0,25 gram AlCl3 dalam 5 mL metanol, asam klorida (HCl) 50% yang dibuat dengan cara melarutkan 5 mL HCl pekat dalam 10 mL akuades, natrium asetat (NaOAc) 5% dan asam borat (H3BO3) 5%. Kemudian masing-masing larutan diukur serapan maksimumnya.
2) Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR)
Sampel kristal yang telah murni dianalisis menggunakan spektrofotometer inframerah. Sebelumnya dilakukan preparasi dengan cara sampel terlebih dahulu dibebaskan dari air kemudian digerus bersama-sama dengan padatan halida anorganik berupa KBr. Gerusan campuran tersebut dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat penekan berkekuatan 8-10 ton per satuan luas kemudian pelet tersebut siap diukur puncak serapannya (Sudjadi, 1983).
3) Nuclier Magnetic Resonance Spectroscopy (NMR)
Selain FT-IR, sampel juga dianalisis menggunakan spektroskopi NMR. Sampel yang akan diidentifikasi dilarutkan ke dalam pelarut inert yang tidak mengandung proton seperti CCl4 dan CDCl3, kemudian ditambahkan sedikit senyawa acuan. Larutan ini ditempatkan dalam tabung gelas tipis dengan tebal 5 mm di tengah-
31
tengah kumparan frekuensi radio (rf) di antara dua kutub magnet yang sangat kuat kemudian energi dari kumparan rf ditambah secara terus-menerus. Energi pada frekuensi terpasang dari kumparan rf yang diserap cuplikan direkam dan memberikan spektrum NMR (Silverstein et al., 1986).
7. Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Hasil Isolasi
Uji anti bakteri dilakukan dengan menggunakan kultur bakteri Bacillus subtilis. Media pertumbuhan yang digunakan adalah NA (Nutrient Agar). Sebanyak 12,6 gram NA dilarutkan dalam 450 mL akuades hingga homogen, kemudian dipanaskan hingga berwarna kuning bening. Setelah itu dituangkan dalam 6 tabung reaksi masing-masing sebanyak 15 mL dan 5 mL. 6 tabung reaksi yang lain diisi dengan 1 mL akuades untuk pembuatan suspensi bakteri. Setelah itu, ke-18 tabung reaksi tersebut bersama dengan alat lain seperti cawan petri, pinset, mikropipet dan kertas cakram disterilkan dalam autoclave pada suhu 85°C dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Tabung reaksi yang berisi 15 mL NA masingmasing dituangkan dalam cawan petri dan didiamkan hingga memadat. Kemudian dibuat suspensi bakteri sebanyak 1 ose bakteri yang dimasukkan dalam tabung reaksi berisi 1 mL akuades dan dihomogenkan. Setelah itu, dilarutkan dalam 5 mL media NA yang telah disiapkan dan dikocok hingga homogen. Kemudian suspensi bakteri tersebut dituangkan ke dalam cawan petri dan dihomogenkan kembali dengan cara memutar cawan petri membentuk angka 8. Lalu didiamkan hingga memadat. Sebanyak 3 kertas cakram diletakkan pada
32
permukaan media. Seluruh perlakukan antibakteri dilakukan dalam Laminar Air Flow (LAF) dan diberi sinar UV selama 3 menit.
Adapun 3 jenis kertas cakram ini berisi (1) kontrol negatif berupa metanol yang merupakan pelarut yang digunakan untuk sampel, (2) kontrol positif berupa antibiotik untuk bakteri yaitu amoksisilin, dan (3) sampel, yaitu kristal 1 dan kristal 4. Sampel menggunakan 3 variasi massa yaitu 0,5; 0,4; dan 0,3 mg/disc, sedangkan kontrol positif menggunakan konsentrasi 0,15; 0,10; dan 0,05 mg/disc. Pengujian ini diinkubasi selama 24 jam pada suhu 25-30°C, kemudian diamati untuk melihat dan menghitung zona hambatnya.
72
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan Pembahasan dari data hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi senyawa flavonoid pada fraksi nonpolar dan lebih polar dari kayu akar tumbuhan kenangkan (A. rigida). 2. Senyawa hasil isolasi berupa kristal merah untuk artonin O sebanyak 33,5 mg pada fraksi nonpolar dan kristal kuning untuk artonin E sebanyak 20,1 mg pada fraksi lebih polar. 3. Senyawa artonin O memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis dengan kategori sedang, sedangkan artonin E tidak.
72
B. Saran
1.
Penelitian lebih lanjut terhadap sampel kayu akar tumbuhan kenangkan (A. rigida) dengan eluen yang berbeda sehingga diperoleh senyawa metabolit sekunder lain.
2.
Menganalisis keselektifan gugus-gugus pada senyawa artonin E dan artonin O terhadap aktivitas antibakteri.
3.
Melakukan uji aktivitas biologis lain seperti uji toksisitas, antifungi dan antiplasmodial untuk senyawa artonin E dan artonin O.
73
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A., E.H. Hakim, L.J. Dewi, L. Makmur, dan Y.A. Maolana. 2006. Hakekat Perkembangan kimia Organik Bahan Alam Dari Tradisional ke Moderen dan Contoh terkait Dengan Tumbuhan Lauraceae, Moraceae, dan Dipterocarpaceae Indonesia. Akta Kimindo. 1(2). Hlm 55-66. Akhyar. 2010. Uji Daya Hambat Dan Analisis KLT Biaoutografi Ekstrak Akar Dan Buah Bakau (Rhizophora stylosa Griff.) Terhadap Vibrio harveyi (Skripsi). Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Ambarwati. 2007. Efektivitas Zat Antibakteri Biji Mimba (Azadirachta indica) untuk Menghambat Pertumbuhan Salmonella thyposa dan Staphylococcus aureus. Biodiversitas. 8. Hlm 320-325. Banwell, C.N. and E. M. Mc. Cash. 1994. Fundamental of Molecular Spectroscopy. Mc Graw-Hill Book Company. London. Hlm 1204-1206. Barbosa, M.T, et al. 2005. Applied and Environmental Microbiology: Screening for Bacillus Isolates in the Broiler Gastrointestinal Tract. American Society for Microbiology. 71(2). Hlm 968-978. Binumol, M. dan Sajitha, T. 2013. Phytochemical and Antibacterial activity of Artocarpus heterophyllus Lam. and Artocarpus communis Forst. on Bacillus subtilis and Pseudomonas fluoroscens. International Journal Scientific & Engineering Research. 4(9) ISSN 2229-5518 Boonlaksiri, C., W. Oonanant, P. Kongsaeree, P. Kittakoop, M. Tanticharoen, and Y. Thebtaranonth. 2001. An antimalarial stilbene from Artocarpus integer. Phytochemistry. 54. Hlm 415-417. Bourjot, M., Apel, C., Martin, T., Grellier, P., Nguyen, V.H., Litaudon, M., Gueritte, F. 2010. Antiplasmodial, Antitrypanosomal, And Cytotoxic Activities Of Prenylated Flavonoids Isolated From The Stem Bark Of Artocarpus styracifolius. Original Papers. 76. Hlm 1600-1604.
74
Brander, G. C., Pugh, D. M., Bywater, R. J., dan Jenkins, W. K. 1991. Veterinary Applied Pharmacokology and Terapeutics. The English Book Society and Bailiere Tindall, London. Buckel, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., dan Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI Press. Jakarta. Cendekia, D. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari kayu akar Artocarpus rigida. (Skripsi). Universitas lampung. Bandar lampung. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika Dan Pengendalianny. Salemba medika. Jakarta Dendiko, M. 2013. Isolasi dan Modifikasi Senyawa Artonin-E dari Artocarpus rigida Menggunakan AlCl3. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Ersam, T. 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia Dalam Merekayasa Model Molekul Alami. Prosiding Seminar Nasional Kimia VI. ITS. Surabaya. Hlm 4-12. Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid I. Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka. Erlangga. Jakarta. Hlm 525. Franklin, T. J. and Snow, G. W. 1985. Biochemistry of Antimicrobial Action. 3rd ed. London, New York. Gaman, P. M dan K. B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM Press. Yogyakarta. Green, H., A. Edward and P. Mc Donald. 2006. Animal Nutrition. John Wiley and Sons. New York. Hadiprabowo, T. 2009. OptimasiSintesis Analog Kurkumarin 1,3-Bis- (4Hidroksi-3-Metoksi Benzilidin) Urea pada Rentang pH 3-4. (Skripsi).Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Hlm 10-11. Hakim, EH., Asnizar, Yurnawilis, N. Aimi, M. Kitajima, and H. Takayama. 2002. Artoindonesianin P, A New Prenylated Flavone With Cytotoxic Activity from Artocarpus lanceifolius. Fitoterapia. 73. Hlm 668-673. Harborne, J.B. 1993. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hernawan. 2008. Isolasi Senyawa Flavonoid dari kulit Batang Artocarpus rigida. (Skripsi). Universitas lampung. Bandar lampung
75
Hertog, N. 1992. Ilmu Gizi. Golden Terayon Press. Jakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II. Depatemen Kehutanan, Jakarta. Indonesia. Hosstettmann, K., M. Hostettman dan A. Maston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif Penggunaan pada Senyawa Bahan Alam. Alih bahasa Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung. Hlm 27-34. Jacobsen, N.E. 2007. NMR Spectroscopy Explained : Simplified Theory, Application and Examples for Organic Chemistry and Structural Biology. John Wiley & Sons. England. Jawetz, M., dan adelbergs. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 1. Salemba Medika. Jakarta. Hlm. 196-198. Jawetz, M., dan adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. Hlm. 357-359. Jayasinghe, L., B. Balasooriya,, W.C Padmini, N. Hara, and Y. Fujimoto. 2004. Geranyl chalcone derivatives with antifungal and radical scavenging. Phytochemistry. 65. Hlm 1287-1290. Kardinan, A dan F. R. Kusuma. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Agromedia pustaka. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta. Khan, MR., A.D. Omoloso, and M. Kihara. 2003. Antibacterial activity of Artocarpus heterophyllus. Fitoterapia. 74. Hlm 501-505. Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Hlm 84-311. Ko, HH., Y.H. Lu, S.Z. Yang, S.J. Won, and C.N. Lin. 2005. Cytotoxic prenylflavonoids from Artocarpus elasticus. J. Nat. Prod. 68. Hlm16921695. Lenny, S. 2006. Senyawa Flavanoida, Fenilpropanida dan Alkaloida, Karya Ilmiah Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.Hal 7 Madigan, M. T., Martinko, J. M., and Parker. 2000. Brock Biology of Microorganism. Prentice Hall Inc. New Jersey. Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Penerbit ITB. Bandung. Hlm 1-113.
76
Miller, G.J. 1996. Advanced in Mesoporous Molecular Sieve MCM-41. Industrial Engineering Chemical. Research. 35. Hlm 2075-2090. Namdaung, U., N. Aroonrerk, S. Suksamrarn, K. Danwisetkanjana, J. Saenboongrueng, W. Arjchomphu, and A. Suksamrar. 2006. Bioactive Constituents of the Root Bark of Artocarpus rigidus subsp. Rigidus. Chem. Pharm. Bull. 54 (10). Hlm 1433. Noerdin, D. 1986. Elusidasi Struktur Senyawa Organik: Dengan Cara Spektroskopi UltraLembayung dan Inframerah. Angkasa. Bandung. Nomura, T., Hano, Y., and Aida, M. 1998. Isoprenoid-Substituted Flavonoid From Artocarpus plant (Moraceae), Heterocycles. 47. Hlm 1179-1205. Nomura, Y., S. Hano, and R. Inami. 1990. Components of the bark of Artocarpus rigida Bl. I, structures of two new isoprenylated flavones, Artonins G and H. Heterocycles. 31 (12). Hlm 2173-2179. Nuryanto, D. 2010. Isolasi Senyawa Fenolik dari Kayu akar Artocarpus rigida. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Okeke, I. N., Laxminarayan, R., Bhutta, Z. A., Duse, A. G., Jenkins, P.,O’Brien, T. F., dan Pablas-Mendez, A., 2005. Antimicrobial Resistance in Developing Countries. Part I: Recent Trends and Current Status. Lancet 5. Hlm 481-493. Prawira, M. Y., Sarwiyono, dan Surjowardojo P. 2013. Daya Hambat Dekk Daun Kersen (Muntingia Calabura L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Penyakit Mastitis Pada Sapi Perah (Skripsi). Universitas Brawijaya. Malang. Rante, H., B. Taebe, dan S. Intan. 2013. Isolasi Fungi Endofit Penghasil Senyawa Antimikroba dari Daun Cabai Katokkon (Capsicum Annuum L Var. Chinensis) Dan Profil KLT Bioautografi. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 17(2). Makassar. Rizqina, N. 2014. Uji Efektivitas Antibakteri Infusum Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Karies Streptococcus mutans Secara In Vitro (Skripsi). Universitas Andalas. Padang. Rukmana, R. 1997. Budidaya Nangka. Kanisius. Jakarta. Hlm 15-27. Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Liberty. Yogyakarta. Hlm 35-36. Setyabudy, R dan Gan, V. H. S. 1995. Pengantar Antimikroba dalam Buku Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Gaya Baru. Jakarta.
77
Setyowati, E. P., U. A. Jenie, Sudarsono, B. Kardono, R. Rahmat, dan E.Meiyanto. 2007. Isolasi Senyawa Sitotoksik Spons Kaliasis. M. Far. Indo, 18(4): 183-189. Shieh, W-L., dan Lin C-N. 1992. A Quinonoid Pyranobenzoxanthone and Pyranodihydrobenzoxanthone From Artocarpus communis. Phytochemistry. 31(1). Hlm 364-367. Sienko, Plane, and Marcus. 1984. Experimental Chemistry, 6th Edition. Mc Graw Hill Book Co. Singapore. Silverstein, R.M., G.B. Bassler., dan T.C.D. Morcill. 1986. Penyelidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Alih Bahasa : A.J. hartomo, dan Anny Victor Purba. Erlangga. Jakarta. Hlm 191-195. Sitorus, M. 2010. Kimia Organik Umum. Graha Ilmu. Yogyakarta Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi. diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 3-17. Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm 283. Suhartati, T. 2001. Fenol Beberapa Spesies Tumbuhan Jenis Cempedak Indonesia (Disertasi). ITB. Bandung. Suhartati, T., Achmad, S.A., Aimi, N., Hakim, E.H. 2005. Artonin M, Turunan Flavon Tergeranilasi Dari Artocarpus rotunda. J. Sains Tek.11(2).Hlm.6165. Sultanbawa, M.U.S., dan Surendrakumar, S. 1989. Two Pyranodihydrobenzoxanthones From Artocarpus nobilis. Phytochemistry. 28(2). Hlm 599-605. Supriyanto, R. 1999. Buku Ajar Kimia Analitik III. FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm 2-3. Suryani, N. 2014. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Non Polar Kulit Batang Tumbuhan Kenangkan (Artocarpus rigida). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Syah, YM., L.D. Juliawaty, S.A. Achmad, E.H. Hakim, and E.L. Ghisalberti. 2006. Cytotoxic prenylated flavones from Artocarpus champeden. J. Natural Med. 60. Hlm 308-312. Syamsudin. 2008. Penapisan Senyawa Antimalaria yang Berasal dari Tumbuhan. Fakultas Framasi Universitas Pancasila. ISSN 1693-1831. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm 144-146.
78
Wasitaningrum, I. D. A. 2009. Uji Resistensi Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dari Isolat Susu Sapi Segar Terhadap Beberapa Antibiotik (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Weng, JR., S.C. Chan, Y.H. Lu, H.C. Lin, H.H. Ko, and C.N. Lin. 2006. Antiplatelet prenylflavonoids from Artocarpus communis. Phytochemistry. 67. Hlm 824-829. Widyawaruyanti, A., Subehan, S.K. Kalauni, S. Awale, M. Nindatu, N.C. Zaini, D. Syafruddin, P.B.S. Asih, Y. Tezuka, and S. Kadota. 2007. New prenylated flavones from Artocarpus champeden, and their antimalarial activity in vitro. J. Nat. Med. 61. Hlm 410-413.