ISOLASI DAN UJI RESISTENSI BAKTERI ENDOFIT TERHADAP KROMIUM (Cr) PADA AKAR KAYU APU (Pistia stratiotes L) Kartika Moha1, Yuliana Retnowati 2, Laksmyn Kadir 3 1)Mahasiswa Jurusan Biologi, 2) Dosen Jurusan Biologi, 3)Dosen Jurusan Biologi Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri endofit pada akar kayu apu (Pistia stratiotes L) yang resisten terhadap kromium (Cr) dan untuk mengetahui tingkat resistensi bekteri endofit terhadap kromium (Cr). Penelitian ini menggunakan metode ex-post facto. Tahapan penelitian dilakukan dengan preparasi sampel meliputi isolasi bakteri, pengamatan makroskopis, pengamatan mikroskopis dan uji resistensi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan melihat dan mendeskripsikan morfologi bakteri endofit yang resisten kromium dan tingkat resistensi bakteri tersebut terhadap kromium. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga isolat bakteri endofit pada akar tumbuhan kayu apu yang mampu hidup (resisten) terhadap keberadaan kromium dan dari hasil uji resistensi ketiga isolat bakteri tersebut dua isolat bakteri mampu bertahan hidup (resisten) pada konsentrasi K2Cr2O7 sebesar 17 ppm dan satu bakteri mampu bertahan hidup sampai 18 ppm. Kata Kunci: Kromium, Bakteri Endofit Resisten Kromium.
1
Kartika Moha Mahasiswa Jurusan Biologi Yuliana Retnowati, S.Si, M.Si Dosen Jurusan Biologi Selaku Pembimbing 1 3 Dr.Laksmyn Kadir., M.Kes Dosen Jurusan Biologi Selaku Pembimbing 2 2
PENDAHULUAN Salah satu logam berat berbahaya adalah kromium (Cr). Kromium (Cr) berasal dari industri seperti, penyamakan kulit, pelapisan logam, pengawetan kayu, pertambangan, industri pembuatan zat warna, dan bahan pencegah korosi (Patterson, et al dalam Sadi, 2009). Keberadaan kromium pada perairan dijumpai dalam dua bentuk yaitu ion kromium dengan bilangan oksidasi III (Cr3+) dan ion kromium bilangan oksidasi VI (Cr6+). Tingkat toksisitas kromium (VI) sangat tinggi sehingga bersifat racun pada semua organisme untuk konsentrasi > 0.05 ppm (Fauziah, 2011). Keberadaan kromium di perairan dapat menyebabkan penurunan kualitas air serta dapat menumpuk dalam tubuh dan bersifat kronis yang akhirnya mengakibatkan kematian organisme akuatik (Palar, 2008). Sedangkan bagi manusia dapat menyebabkan ulkus pada hidung dan kulit, hiperpigmentasi pada kulit, kanker kulit dan mengindikasi nekrosis tubulus ginjal (Purwaningsih, dalam Puspita, 2011). Selain itu, apabila masuk ke dalam sel, dapat menyebabkan kerusakan struktur DNA hingga terjadi mutasi (Larashati dalam Fatmawati, dkk, 2008). Pemulihan perairan akibat adanya pencemaran lingkungan oleh logam berat seperti kromuim (Cr) dapat dilakukan dengan cara ekonomis dan ramah lingkungan yaitu dengan metode fitoremediasi, artinya perbaikan kualitas lingkungan dengan menggunakan tanaman air yang memiliki kemampuan menyerap dan mengakumulasi bahan-bahan toksik terutama logam berat (Umroh, 2011). Kayu apu (Pistia stratiotes L) merupakan salah satu tanaman air yang mampu menjadi agen fitoremediator logam berat kromium. Seperti penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Taufik dalam Ulfin, (2005), yang meneliti penyerapan logam Cr oleh tanaman kayu apu dengan pemaparan 6 hari mampu menurunkan kadar Cr 20 ppm hingga 97,29%. Akumulasi logam terbesar pada organ tanaman kayu apu adalah pada bagian akar. Tingginya akumulasi logam di akar disebabkan tumbuhan menyerap unsur hara beserta logam yang ada dari air melalui akar. Selain itu, kemampuan akar dalam mengakumulasi logam berat disebabkan karena adanya bakteri endofit, yaitu mikroba yang hidup secara internal dan berasosiasi di dalam jaringan tanaman. Bakteri endofit memiliki kemampuan mendegradasi, mengeliminasi atau menggunakan logam-logam tersebut dalam sistem metabolismenya. Sehingga dengan demikian keberadaan endofit pada tanaman inang dapat meningkatkan toleransi terhadap logam berat (Aly, et al dalam Yulianti, 2012). Mikroorganisme endofit dapat ditemukan pada berbagai jaringan tanaman. Namun, jaringan internal akar dilaporkan memiliki kerapatan populasi bakteri endofit yang paling tinggi dibandingkan bagian tanaman lain seperti batang dan daun (Halman, et al dalam Eliza, dkk, 2007). Penelitian mengenai bakteri endofit pada tanaman kayu apu belum pernah dilakukan. Dengan demikian penulis ingin melakukan isolasi untuk mendapatkan bakteri endofit yang akan diuji tingkat resisten terhadap kromium (Cr) pada tanaman kayu apu.
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian yang diperlukan yaitu selama 3 bulan mulai dari tahap persiapan sampai penyusunan laporan hasil penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian yaitu bakteri endofit pada akar tumbuhan kayu apu yang telah dipaparkan dengan kromium. Alat dan bahan yang digunakan adalah tabung reaksi, cawan petri, jarum ose, mortar, tabung reaksi, incubator, shaker inkubasi, pembakar bunsen, mikro pipet, spectrophotometer, autoclaf, coloni counter, vortex, kaca objek, pipet tetes, mikroskop dan kamera. Akar tanaman kayu apu, medium nutrient agar (NA), nutrient broth (NB), K2Cr2O7, aquadest, safranin, alkohol 70 %, alkohol 96% iodine, kristal violet, Natrium hipoklorit 2.5 %, kapas, aluminium foil dan kertas label. Tumbuhan kayu apu diperoleh dari tumbuhan yang berada di sekitar laboratorium biokimia jurusan biologi UNG. Tumbuhan yang diperoleh diaklimatisasi selama 2 minggu. Selanjutnya pada media tanam ditambahkan kromium dengan konsentrasi 0,5 ppm. Setelah pemaparan 6 hari dilakukan pengambilan sampel akar untuk isolasi bakteri endofit. Isolasi Bakteri Bakteri endofit yang diisolasi adalah bakteri endofit dari perakaran tumbuhan kayu apu. Akar yang akan diisolasi terlebih dahulu disterilisasi permukaannya menggunakan alkohol 70 % selama 1 menit dan Natrium hipoklorit 2.5 % selama 3 menit (Munif, 2011). Sebanyak 1 gram akar yang sudah steril dihancurkan dalam mortar yang steril sampai halus. Suspensi perakaran sebanyak 1 gr akar yang sudah halus dicampur dengan 10 ml aquades, kemudian divortex. Selanjutnya sebanyak 1 ml suspense tersebut dipindahkan ke dalam 9 ml air steril pada tabung reaksi, dengan demikian diperoleh tingkat pengenceran 10-1 dan seterusnya dilakukan pengenceran dengan cara yang sama sampai diperoleh suspense taraf pengenceran 10 -7. Pada tingkat pengenceran 10-5 - 10 -7 dilakukan penanaman dengan menggunakan dua cawan petri (duplo). Penanaman dilakukan dengan cara diambil masing-masing 1 ml dan masukkan dalam cawan petri (Novel, 2010). Selanjutnya, Nutrient Agar (NA) sebanyak 15 ml yang telah ditambahkan konsentrasi kromium 0,05 ppm dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah berisi sampel. Kemudian sampel diratakan dan diinkubasi pada suhu 370C selama 2 x 24 jam. Pengamatan Makroskopis Pengamatan makroskopis adalah pengamatan bentuk morfologi koloni bakteri yang tumbuh pada media Nutrient Agar (NA) ditambahkan K2Cr2O7. Parameter karakter koloni yang akan diamati meliputi: Bentuk koloni, permukaan, tepi koloni dan warna koloni. Setelah dilakukan pengamatan secara makroskopis, koloni yang menunjukkan perbedaan karakter morfologi dilkakukan pemurnian.
Pengamatan Mikroskopis Isolat bakteri yang berhasil dimurnikan selanjutnya dilakukan pengamatan mikroskopis, meliputi pewarnaan gram dan pengamatan morfologi sel (bentuk sel). Preparat apusan bakteri ditetesi larutan kristal violet sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir. Larutan iodine diteteskan sebanyak 2-3 tetes diatas permukaan preparat lalu didiamkan selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya preparat ditetesi etil alkohol 96% setetes demi setetes sampai kristal violet tercuci. Kemudian dicuci dengan air mengalir kembali. Berikutnya preparat ditetesi safranin selama 45 detik dan dicuci dengan air mengalir, kemudian dikeringkan dan diamati dengan mikroskop warna dan bentuk sel (Novel, 2010). Uji Tingkat Resistensi Bakteri terhadap Kromium (Cr) Uji resistensi bakteri terhadap kromium dilakukan dengan menumbuhkan isolat bakteri pada media Nutrient Broth (NB) yang mengandung kromium dengan konsentrasi yaitu 0,05 ppm sampai dengan batas maksimum konsentrasi dimana bakteri mampu tumbuh. Sebelumnya terlebih dahulu dibuat starter bakteri resisten kromium. Secara aseptis sebanyak satu ose isolat bakteri resisten kromium yang berumur 24 jam diinokulasikan pada medium Nutrient Broth (NB), kemudian diinkubasi pada suhu 370 C pada shaker inkubasi (120 rpm) selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan penyamaan massa secara spectofotometri dengan mengunakan spectofotometer dengan panjang gelombang 600 nm menghasilkan OD 0,6. Selanjutnya sebanyak 1 ml starter isolat bakteri dimasukkan ke dalam 5 ml Nutrient Broth (NB) yang telah ditambahkan beberapa konsentrasi K2Cr2O7. Kemudian diinkubasi pada suhu 370 C selama 1 x 24 jam pada shaker inkubator (120 rpm). Setelah itu diukur pertumbuhan bakteri melalui penentuan massa sel yang dinyatakan dengan OD (Optical Density) diukur dengan menggunakan spectofotometer pada panjang gelombang 600 nm. Semakin rendah nilai OD (Optical Density) menandakan bahwa semakin rendah pula pertumbuhan dari isolat bakteri tersebut. Setelah diketahui nilai OD, dilakukan penanaman dengan cara mengambil masing-masing 1 ml pada tabung yang memiliki nilai OD terendah, kemudian dimasukkan dalam cawan petri. Selanjutnya, Nutrient Agar (NA) sebanyak 15 ml dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah berisi sampel. Kemudian sampel diratakan dan diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Setelah terjadi pertumbuhan kemudian dilakukan perhitungan jumlah sel bakteri. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat dan mendeskripsikan morfologi bakteri resisten kromium dan tingkat resistensi bakteri tersebut terhadap kromium.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari hasil isolasi diperoleh 3 isolat bakteri endofit pada akar tanaman kayu apu.. Ciri-ciri koloni isolat bakteri endofit yang diperoleh dari hasil isolasi seperti yang terlihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Ciri-Ciri Koloni Isolat Bakteri Nomor Isolat Ciri-Ciri Koloni Bakteri Warna Tepian Bentuk Permukaan I
Kuning
Utuh
Bulat
Rata
II
Putih
Keriting
Tak teratur
Rata
III
Putih
Utuh
Oval
Rata
Sumber: Data Primer, 2014 Isolat bakteri yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengamatan mikroskopis meliputi pewarnaan gram dan bentuk sel. Hasil pengamatan mikroskopis pada isolat menunjukkan bahwa ketiga isolat merupakan bakteri gram negatif dan mempunyai bentuk sel yang berbeda sebagaimana yang terlihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Bentuk Sel Dan Kelompok Bakteri Berdasarkan Pewarnaan Gram Nomor Isolat Bakteri I
Bentuk Sel Kokus
Kelompok Bakteri Gram Negatif
II
Basil
Gram Negatif
III
Kokus
Gram Negatif
Sumber: Data Primer, 2014 Hasil Uji Resistensi Bakteri terhadap Kromium (Cr) Dari hasil uji resistensi memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi logam yang diberikan semakin rendah pula nilai OD. Hasil pengukuran tingkat resistensi isolat bakteri sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Tingkat Resistensi Isolat Bakteri Nomor Isolate Konsentrasi Nilai Jumlah Koloni Bakteri Yang Bakteri OD Dapat Tumbuh (CFU/ml) I 17 ppm 0,048 1x100 II 17 ppm III 18 ppm Sumber: Data Primer, 2014
0,056 0.072
1x100 3 x10 0
Pembahasan Kromium (Cr) sebagai logam berat termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Sifat racun yang dibawa oleh logam ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis bagi semua organisme. Tingginya kandungan Cr sangat berbahaya bagi lingkungan, sehingga perlu dilakukan bioremediasi dengan pemanfaatan mikroorganisme yang resisten terhadap kromium. Cara untuk memperoleh bakteri resisten kromium ini, yaitu dengan mengisolasi bakteri resisten kromium yang mampu tumbuh pada media khusus yang diperkaya dengan kromium. Sehingga hanya bakteri yang mampu beradaptasi dengan kromium yang mampu tumbuh pada media tersebut. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 isolat bakteri yang berasosiasi secara endofitik pada sistem perakaran kayu apu yang mampu hidup pada lingkungan tercemar kromium. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga isolat bakteri ini memiliki kemampuan bertahan dan beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Dari hasil karakterisasi morfologi warna koloni dari ketiga isolat bakteri tersebut adalah putih dan kuning. Perbedaan warna pada koloni bakteri dikarenakan terjadi ekskresi zat warna ke dalam medium atau pigmentasi sel. Kemampuan bakteri untuk membentuk zat warna, terfiksasi secara genetik dan menjadi penanda khusus. Zat warna ini merupakan derivat dari kelas zat karotenoid, zat warna fenazin, zat warna pirol, azakuinon dan antosian (Schlegel dalam Lewaru, 2012). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Raja, at al dalam Indriani, (2011), bahwa bakteri resisten logam kromium memiliki warna koloni kuning, putih dan coklat muda. Dari hasil pengecetan gram menunjukkan isolat bakteri merupakan bakteri gram negatif. Menurut Hughes dan Poole dalam Husain (2005) bahwa bakteri gram negatif lebih toleren terhadap pengaruh logam dibandingkan bakteri gram positif, karena struktur dinding selnya yang kompleks dimana dapat mengikat dan mengimobilisasi sebagian logam. Raetz dan Withfild dalam Indriani (2011), menyatakan bahwa bakteri gram negatif memiliki lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada membran luar sel bakteri dan merupakan bentuk pertahan bakteri gram negatif terhadap stres lingkungan, seperti lingkungan yang tercemar logam kromium. Lipopolisakarida akan berikatan dengan logam yang dianggap toksik oleh bakteri tersebut (Langley dan Beveridge dalam Indriani 2011). Keberadaan bakteri endofit dalam jaringan akar tanaman kayu apu tidak menimbulkan efek negatif bagi inangnya, justru menguntungkan bagi tanaman tersebut karena bakteri endofit memiliki kemampuan dalam meningkatkan toleransi terhadap logam berat dengan menggunakan logam tersebut dalam sistem metabolismenya. Hal ini didukung oleh pernyataan Arnold, (2003) bahwa keuntungan dengan adanya endofit pada tanaman inang adalah meningkatkkan toleransi terhadap logam berat, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, menekan serangan hama dan meningkatkan resistensi sistemik terhadap patogen. Berdasarkan hasil uji resistensi dari ketiga isolat bakteri, menunjukkan bahwa semakin tinggi kosentrasi logam kromium yang diberikan pertumbuhan bakteri
semakin terhambat. Hal ini sesuai dengan hasil uji resistensi dari ketiga isolat yang menunjukan bahwa semakin tinggi kosentrasi kromium semakin rendah pula jumlah massa sel yang ditunjukkan dengan nilai OD (Optical Density). Rendahnya jumlah massa sel disebabkan energi maupun nutrisi yang tersedia dilingkungan tidak lagi digunakan untuk pertumbuhan sel bakteri, melainkan digunakan untuk kegiatan metabolisme sel yaitu mensintesis enzim-enzim yang berperan dalam sistem detoksifikasi kromium untuk beradaptasi agar mampu bertahanan hidup pada lingkungan yang tercemar kromium. Menurut Cheung dan Ramadani dalam Akhmad (2011) bahwa enzim kromat reduktase dan cytochrome b dan cytochrome c merupakan enzim pereduksi Cr (IV) menjadi Cr (III). Konsentrasi kromium yang tinggi dapat bersifat toksik pada sel bakteri walaupun mikroorganisme tersebut tergolong dalam mikrooragnisme resisten kromium. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa dari ketiga isolat bakteri hanya satu bakteri yang mampu bertahan pada konsentrasi 18 ppm sedangkan dua bakteri lainnya hanya mampu bertahan sampai 17 ppm. Perbedaan kemampuan tumbuh bakteri ini menunjukan bahwa setiap bakteri memiliki batas maksimum toleransi terhadap kromium. Kemampuan bakteri untuk resisten pada konsentrasi logam kromium yang tinggi dapat terjadi karena bakteri tersebut memiliki mekanisme detoksifikasi tersendiri. Sebagaimana pernyataan Gadd, dalam Yazid, dkk, (2007) bahwa sifat berupa kemampuan mikroba untuk bertahan terhadap efek toksik logam berat melalui mekanisme detoksifikasi sebagai respon terhadap eksistensi jenis logam tertentu yang dapat dikenali. Mekanisme reduksi Cr (VI) sangat terkait dengan kemampuan bakteri bertahan dalam konsentrasi logam yang tinggi. Reduksi Cr (VI) terjadi secara enzimatik, dan reduksi yang bergabung dengan reaksi sulfat. Mekanisme reduksi Cr (VI) secara enzimatik menurut Cheung, (2006), terjadi pada kondisi aerob dan anaerob. Reduksi secara aerob pada tahap awal bakteri akan mereduksi Cr (VI) menjadi ion-ion transisi seperti Cr (V) dan Cr (IV) sebelum menjadi produk akhir yang lebih stabil, yaitu Cr (III). Sedangkan pada proses reduksi Cr (VI) secara anaerob bakteri menggunakan cytochrome seperti cytochrome b dan cytochrome c sebagai enzim pereduksi Cr (VI) menjadi Cr (III). Proses biosorpsi yaitu ketika ion logam berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda, pertama pertukaran ion di mana ion monovalen dan divalent seperti Na, Mg, dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat, dan yang kedua adalah formasi kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksil, phosphate, hidroksil-karboksil yang berada pada dinding sel (Suhendrayatna dalam Fatmawati, dkk, 2010). Proses reduksi yang bergabung dengan reaksi sulfat yaitu mikrorganisme akan menghasilkan produk samping yang berupa H2S yang akan bereaksi dengan kromium untuk membentuk kromium sulfida yang bersifat tidak stabil dalam larutan dan akan lebih cepat terdeposit untuk membentuk Cr(OH)3 yaitu Cr dengan valensi tiga yang
memiliki toksisitas lebih rendah dari Cr valensi enam (Rahman, et.al dalam Fatmawati, dkk, 2010). Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat tiga isolat bakteri endofit yang terdapat pada akar tanaman kayu apu yanga mampu bertahan hidup (resisten) terhadap logam berat kromium. 2. Berdasarkan hasil uji resistensi dari ketiga isolat bakteri tersebut dua bakteri mampu bertahan hidup (resisten) pada konsentrasi kromium sebesar 17 ppm dan satu bakteri mampu bertahan hidup sampai 18 ppm. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi bakteri yang resisten terhadap konsentrasi kromium yang tinggi sehingga dapat digunakan dalam remediasi limbah kromium (Cr). 2. Perlu dilakukan penelitian terhadap gen yang bertangggung jawab pada isolat bakteri yang resisten terhadap konsentrasi kromium yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Akhmad, Fakhriza. Dkk. 2011. Inokulasi Bakteri Pereduksi Kromium Heksavalen Sebagai Upaya Bioremediasi Lahan Pasca Tambang. Universitas Lambung Mangkurat Arnold, A. E. 2003. Fungal Endophytes Limit Pathogen Damage In a Tropical Tree. PNAS vol.100 No. 26: 1564915654. Cheung KH dan Gu, Ji-Dong. 2006. Mechanism of hexavalent chromium detoxification by microorganisms and bioremediation application potential: A Review. Internationeal Biodeterioration and Biodegradation: 8 15. The Swire Institute of Marine Science, The University of Hong Kong, Shek Eliza. Dkk. 2007. Karakter Fisiologis Dan Peranan Antibiosis Bakteri Perakaran Graminae Terhadap Fusarium Dan Pemacu Pertumbuhan Tanaman Pisang. Jurnal Penelitian Tanaman Buah Tropik. Vol 17 No. 2. Institut Pertanian Bogor. Fauziah. 2011. Efektivitas Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) Dan Kadmium (Cd) Oleh Scenedesmus dimorphus. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fatmawati, Umi. Dkk. 2010. Potensi Mikroorganisme sebagai agen Bioremediasi dalam Menurunkan Kadar Cr (VI) dalam Limbah Cair Tekstil Hasil Pewarnaan. Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS. Fatmawati, Umi. Dkk. 2008. Ekspresi Protein Pada Mikroorganisme Resisten Logam Berat Cr Dengan Metode Elektroforesis. Program Studi Biosains Program Pascasarjana UNS Husain, Dirayah R dan Irna Haemi Muchtar. 2005. Bakteri Pengkompleks Logam Pb dan Cd Dari Limbah Cair Pt. Kawasan Industri Makassar. Jurnal Vol. 6 No.1 ISSN 1411-2132 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin. Indriani. 2011. Identifikasi Bakteri Resisten Logam Krom dari Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Sukaregang Kabupaten Garut. Skripsi. UPI. Lewaru, Syafrudin. Dkk. 2012. Identifikasi Bakteri Indigenous Pereduksi Logam Berat Cr (IV) Dengan Metode Molekuler Disungai Cikijing Rancaekek, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3 nomor 4
Munif, Abdul. Awaludin Hipi. 2011. Potensi bakteri endofit dan rhizosfer dalam meningkatkan pertumbuhan jagung abdul munif dan awaludin hipi. Seminar Nasional Serealia. Novel, Sinta Saskia. Dkk, 2010. Praktikum Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Trans Info Media Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat . Jakarta: Rineka Cipta Puspita, Upit Ratna. Dkk. 2011. Kemampuan Tumbuhan Air Sebagai Agen Fitoremediator Logam Berat Kromium (Cr) Yang Terdapat Pada Limbah Cair Industri Batik. Jurnal Penelitian Perikanan Vol. 39. No.1. Sadi, Nina Hermayani. 2009. Identifikasi Isolat Bakteri Tahan Krom (VI) dan Pengujian Aktivitas Enzim Krom(VI) Reduktase. Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Ulfin, Ita. 2005. Study Penyerapan Kromium Dengan Kayu Apu (Pistia stratiotes, L). Makalah Seminar Nasional Kimia. Umroh. 2011. Kemampuan Tanaman Air Purun (Lepiromia micronata) Dalam Menyerap Logam Berat (Pb, Cu Dan Zn) Di Bekas Penambangan Timah Jurnal Sumber Perairan. Volume 5. Nomor 1. ISSN 1978 -1652 Yazid, M. dan Widdi Usada. 2007. Seleksi Bakteri Pereduksi Krom Di dalam Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Metode Ozonisasi. Batan Yogyakarta: Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yulianti, Titiek. 2012. Menggali Potensi Endofit Untuk Meningkatkan Kesehatan Tanaman Tebu Mendukung Peningkatan Produksi Gula. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Vol. 11 no. 2 /des 2012. ISSN: 1412-8004.