ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA STEROID DARI DAUN RIMBANG (SOLANUM TORVUM) Susilawati1,*, Hafni Indriati NSt2,Widya Limra3 1
Prodi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru 28293 Hp 08153727771
ABSTRACT Chemical constituent has been isolated from the dry aerial parts of rimbang (Solanum torvum). The finely chopped material was extracted with methanol then fractionated into different polarity of solvent ; hexane, and ethil acetate. Separated done with colom chromatography at silica gel-60 by step gradien polarity. 345,96 mg of colourless needles (Melting point 144-1460Celcius) has been isolated from hexane fraction. Based on Liberman Burchard and Roseinhein reagen, spectrum ultraviolet and spectrum infra red, it was identified as steroid that have double bonding conjugation and -OH function. Key Words : rimbang, solanum torvum, steroid PENDAHULUAN Indonesia kaya akan sumber daya alam hayati (tumbuhan), kekayaan ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan antara lain sebagai bahan baku industri industri, pangan, dan sebagai obat. Hasil metabolisme sekunder dari berbagai jenis tumbuhan telah banyak diteliti dan sering senyawa kimia tersebut dapat memberikan efek fisiologis dan farmakologis. Senyawa kimia tersebut dikenal sebagai senyawa kimia aktif seperti alkaloid, fenolik, saponin, steroid, triterpenoid, dan lain-lain (1) Senyawa golongan steroid memiliki bioaktivitas yang penting, misalnya dalam pembentukan struktur membran, pembentukan hormon
dan vitamin D, sebagai
penolak dan penarik serangga dan sebagai anti mikroba (2) Senyawa steroid di alam terdapat pada hewan dan tumbuhan, uji fitokimia yang dilakukan oleh Manjang (2001) tumbuhan yang mengandung senyawa steroid yaitu beberapa spesies dari Solanaceae (terong – terongan), Theaceae (teh) dan
1
Annonaceae (sirsak). Salah satu contoh spesies dari Solanaceae yang telah diisolasi yaitu Solanum mammosum (terong susu). Steroid merupakan salah satu senyawa penting dalam bidang medis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap senyawa steroid ini. Pemanfaatan rimbang (Solanum torvum) yang telah dikenal luas baru sebatas buahnya untuk dikonsumsi sebagai sayur atau lalap yang mengandung β – karoten sebagai sumber vitamin A.
Selain itu daun rimbang berkhasiat sebagai obat luka
dengan cara menggiling dan menempelkannya. Dilihat dari khasiat daun nya, diperkirakan daun rimbang mengandung senyawa metabolit sekunder, salah satunya senyawa golongan steroid. Senyawa golongan steroid yang diperkirakan memiliki kemampuan membantu penyembuhan luka adalah 7 – dehidrokolesterol yang dapat diubah menjadi vitamin D dengan bantuan cahaya ultraviolet, vitamin D inilah yang membantu penyerapan kalsium sebagai salah satu komponen yang dibutuhkan pada pembekuan darah pada saat terjadi luka. Menurut penelusuran literatur tentang tumbuhan rimbang diketahui adanya senyawa aktif sapogenin dalam tumbuhan ini, yaitu klorogenin. Senyawa ini dapat membunuh tikus dengan menurunkan jumlah eritrosit, leukosit dalam darah (4) Uji fitokimia terhadap daun rimbang ternyata mengandung steroid (+3), serta alkaloid (+2). Keberadaan steroid ini dicirikan dengan timbulnya warna hijau kebiruan dengan menggunakan pereaksi Lieberman – Burchard (3). Sedangkan berdasarkan uji fitokimia yang telah penulis lakukan daun rimbang mengandung senyawa aktif steroid, alkaloid, triterpenoid dan saponin. Maka penulis tertarik untuk mengisolasi senyawa steroid dari daun rimbang (Solanum torvum.) Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa steroid dari daun rimbang dan untuk melakukan identifikasi senyawa steroid hasil isolasi. Kontribusi penelitian adalah untuk memberi informasi tentang kandungan senyawa steroid daun rimbang (Solanum torvum) dan diharapkan dapat memberikan
2
sumbangan positif dalam pengembangan kimia organik bahan alam serta dalam pengembangan obat-obatan. Rimbang (Solanum torvum) dalam dunia internasional dikenal dengan nama turkey berri, sinonim dari Solanum torvum adalah Solanum facifolium Ortega, Solanum daturifolium Dunal, Solanum torvum Var. daturifolium (Dunal) Schulz dan Solanum maccai L. C Rich Sprena.
Gambar 1. Daun Rimbang Klasifikasi dari tumbuhan rimbang (Gambar 1) adalah sebagai berikut : Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Simphetalae
Ordo
: Solanales
Family
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Species
: Solanum torvum
Spesies ini sangat potensial digunakan dalam bidang farmakologi. Tumbuhan ini berasal dari India bagian barat, Florida, Mexico, Amerika Selatan, Brazil, namun
3
dikarenakan pertumbuhannya yang cepat ditempat yang kering tumbuhan ini telah menyebar hampir keseluruh dunia. Tumbuhan ini setiap tahunnya tumbuh sekitar 0,75 – 1,5 m. Hidupnya tidak terlalu lama, paling lama sekitar dua tahun. Tumbuhan
rimbang
merupakan
tumbuhan
Ketinggiannya biasanya 2 sampai 3 m tetapi
herba
tegak
yang
berduri.
ada juga yang ditemukan dengan
ketinggian sekitar 5 m. daunnya lebar dan menjari dengan panjang 7 sampai 23 cm dan sepanjang 5 sampai 18 cm permukaan daunnya ditutupi oleh bulu – bulu halus sehingga membuat permukaan daunnya menjadi kasar, tangkai daunnya memiliki panjang dari 1 sampai 6 cm. Bunganya lonjong dan bewarna putih
sedangkan
buahnya berwarna hijau dan setelah matang akan bewarna kuning. Uji fitokimia yang dilakukan Manjang (3) tumbuhan ini mengandung senyawa kimia aktif seperti alkaloid dan steroid dan berdasarkan penelusuran literatur ternyata senyawa ini juga mengandung senyawa aktif sapogenin (4), sedangkan berdasarkan uji pendahuluan yang telah penulis lakukan daun rimbang mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin. Sejarah penemuan steroid bermula dari penelitian terhadap sterol (steroid alkohol) dan dilanjutkan dengan asam empedu. Pada waktu itu belum dimengerti kegunaan penelitian ini sampai akhirnya diketahui bahwa kebanyakan hormon dan beberapa vitamin berintikan kerangka steroid (2). Contoh stigmasterol merupakan materi pemula untuk sintesis hormon estrogen melalui koversi terlebih dahulu menjadi androstadienedion
dan estron.
Estrogen adalah hormon
pada wanita
yang
mempengaruhi pertumbuhan dan sirkulasi darah dari uterus, vagina dan kelenjer air susu. Karena itu estrogen kemudian digunakan bersama dengan gestagen sebagai kombinasi agen kontrasepsi. (5) Stereokimia steroid telah diselidiki oleh para ahli dengan menggunakan analisis sinar X dari struktur kristalnya atau cara-cara kimia. Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa kerangka dasar steroid dapat dilihat pada gambar 2.
4
22
21 18 12 11 1 2 3 4
19
9 8
5
7
26
17 16
13
10
23
20
14
24
25
27
15
6
Gambar 2. Kerangka Dasar Steroid
Inti steroid dasar sama dengan inti lanosterol dan triterpenoid tetrasiklik lain, tetapi hanya pada 2 gugus metil yang terikat pada sistem cincin, pada posisi 10 dan 13. Rantai samping 8 karbon yang terdapat dalam lanosterol terdapat dalam stroid yang berasal dari hewan, tetapi kebanyakan steroid tumbuhan mempunyai 1 atau 2 atom karbon tambahan (2)
OH
OH
Stigmasterol (Glycine max)
OH
Spinasterol (Spinacia oleracea)
OH
Ergosterol (Triticum sativum)
b- sitosterol (Pinus sp)
Gambar 3. Struktur dan Sumber Beberapa Steroid Tumbuhan
Klasifikasi steroid dapat dikelompokkan menjadi sterol, sterolin, saponin (sapogenin), glikosida jantung dan asam empedu. Sterol alam selalu mempunyai
5
gugus hidroksi pada posisi C3 pada cincin A dan rantai samping C17 serta kadangkadang berikatan rangkap pada posisi 5-6, contoh : stigmasterol, β-sitosterol, dan lainlain (Gambar 3) (2) Steroid mempunyai kerangka dasar siklopentano perhidro fenantren. Ditinjau dari segi struktur molekul perbedaan antara kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis substituen R pada C17, C13 dan C10 yang terikat pada kerangka dasar karbon (gambar 1). Perbedaan antara senyawa satu dengan yang lain dari suatu kelompok tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R pada C17, gugus fungsi yang terdapat pada substituen R pada ketiga C serta jumlah posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap. (6) Senyawa ini sering terdapat tidak bebas tetapi sebagai turunan senyawa yang lebih rumit, seperti glikosida atau ester dengan asam lemak atau asam aromatik. Steroid hewan yang khas, kolesterol terdapat pada lipid permukaan dan organel tumbuhan. Peranan sterol : - Dalam struktur membran - Sebagai vitamin (kolekalsiferol dan 1,25 dihidroksivitamin D) - Sebagai hormon (Pada serangga : ekdison dan ekdisteron, pada hormon kelamin mamalia) - Sebagai feromon - Sebagai pelindung tumbuhan (penolak serangga, menarik serangga lain) - Mendorong pertumbuhan
EKSPERIMEN Bahan : Sampel daun rimbang diambil di desa daerah Duri Kabupaten Bengkalis. metanol, etil asetat, n-heksan, asam sulfat pekat, asetat anhidrida, khloroform, dragendorff, logam Mg, HCl pekat, FeCl3, TCA, plat KLT silika gel GF254, silika gel 60,
6
Peralatan :Alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium, neraca analitik, seperangkat alat destilasi, bejana maserasi, rotary evaporator Buchi, corong pisah, kolom khromatografi, bejana KLT, termometer, lampu UV 365, alat pengukur titik leleh Fisher John, dan spektrofotometer UV Shimadzu tipe 1240, serta spektrofotometer IR. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan di Laboratorium Prodi Pendidikan Kimia FKIP dan laboratorium FMIPA UNRI Pekanbaru Riau.
Prosedur 1. Pengambilan dan Persiapan sampel Sampel daun rimbang diambil di sekitar Duri Jl Cendana Kelurahan Babussalam Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau. Daun rimbang dibersihkan dan dikeringkan selama beberapa hari dalam ruangan terbuka dan terlindung dari sinar matahari. Setelah kering tumbuhan tersebut dipotong kecil-kecil kemudian bahan ini siap untuk perlakuan selanjutnya
2. Uji fitokimia Adanya steroid dalam daun rimbang dapat diketahui dengan cara sebagai berikut: 10 gram sampel dari daun rimbang
dihaluskan selanjutnya
dimaserasi
dengan metanol kemudian disaring, filtratnya diuji dengan pereaksi Lieberman Burchard diatas plat tetes. Kedalam plat tetes dimasukkan ekstrak metanol kemudian 5 tetes asam asetat anhidrida lalu diaduk, setelah kering ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat, jika terbentuk warna hijau-biru berarti sampel positif mengandung steroid.
3. Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel
daun rimbang yang telah dikering anginkan selama beberapa hari
dimaserasi dengan metanol kemudian disimpan ditempat yang terlindung cahaya matahari selama 3 hari sambil sekali-sekali dikocok. Penyaringan dilakukan untuk
7
memisahkan sari metanol dari ampasnya. Perlakuan ini diulangi sampai 3 kali dan filtratnya digabung menjadi satu. Sari metanol yang terkumpul dirotary evaporator untuk menguapkan pelarut sehingga diperoleh ekstrak metanol kering yang dapat ditimbang. Ekstrak kering metanol dilarutkan dengan metanol dan ditambahkan aquades 2 :1 sambil dikocok. Selanjutnya difraksinasi berturut-turut dengan heksan (7 x 200 mL) , etil asetat (3 x 300 mL) untuk memisahkan fraksi-fraksi yang non polar, semi polar dan polar. Untuk fraksi heksan dan fraksi etil asetat dapat dilakukan rotary langsung.
4. Uji Steroid terhadap masing-masing Fraksi Ekstrak dari fraksi heksan (hijau kecoklatan), fraksi etil asetat (hijau kehitaman) dan fraksi metanol air (coklat) diuji dengan pereaksi Lieberman Burchard Campuran asam asetat anhidrat dengan asam sulfat pekat, jika terbentuk warna hijau–biru berarti fraksi tersebut positif mengandung steroid (8) dan dengan uji Roseinheim menghasilkan warna biru (9)
5. Pemisahan dan Pemurnian Fraksi heksan yang positif mengandung steroid dilanjutkan ke kromatografi kolom dengan mensuspensikan silika gel dengan heksan, kemudian dimasukkan kedalam kolom yang bagian bawahnya telah disumbat dengan kapas. Pelarut yang ada dalam kolom dibiarkan mengalir perlahan-lahan sambil diketok sehingga diperoleh massa yang homogen. Fraksi yang positif mengandung steroid dipreabsorbsi dengan cara menambahkan pelarut sampai semua sampel larut, lalu ditambahkan silika gel dalam jumlah yang sama banyak dengan sampel kemudian dirotary sampai kering. Hasil preabsorpsi dimasukkan kedalam kolom, selanjutnya dielusi dengan pelarut (heksan sampai etil asetat) yang kemudian dinaikkan kepolarannya secara bertahap
8
(sistem SGP) dengan volume tertentu. Fraksi yang turun (+ 20 ml) ditampung dengan vial-vial kosong dan diberi nomor urut lalu dibiarkan kering. Eluat di KLT dan yang mempunyai Rf yang sama digabung menjadi 1 fraksi kemudian dikeringkan dan dilakukan uji steroid. Fraksi yang positif mengandung steroid digabung menjadi 1 fraksi, dibiarkan terbentuk kristal kemudian dilakukan rekristalisasi dan selanjutnya diuji kemurniannya dengan pengukuran titik leleh dan analisis KLT. Pengukuran titik leleh dengan melting point apparatus dilakukan untuk memastikan kemurnian senyawa, yaitu dengan cara meletakkan beberapa butir kristal diantara 2 lempeng kaca objek mikroskop, kemudian alat dihidupkan dan diatur kenaikan suhu. Amati suhu saat kristal mulai meleleh sampai saat meleleh sempurna.
6. Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi Untuk identifikasi dilakukan reaksi warna steroid (dengan pereaksi Lieberman Burchard dan Roseinheinn), analisis KLT untuk penentuan Rf dan uji spektroskopi. Uji spektroskopi dilakukan dengan spektrofotometer UV untuk penentuan ikatan rangkap, serta IR untuk analisis gugus fungsi. Pengukuran spektrum UV dilakukan dengan menggunakan alat spektrometer UV Shimadzu, yaitu kira-kira 1 mg kristal dilarutkan dengan 100 ml metanol, kemudian diatur serapannya pada daerah panjang gelombang 200–400 nm. Sebelum sampel diukur terlebih dahulu yang diukur larutan blanko yaitu metanol sebagai pembanding. Pengukuran spektrum IR dilakukan dengan alat spektrofotometer IR Shimadzu, sampel digerus, ditambah KBr kemudian penggerusan diteruskan sehingga tercampur sempurna, campuran tersebut kemudian divakumkan dan dipress membentuk cakram tipis atau pelet, diatur serapan pada daerah 4000 cm-1 (11)
9
HASIL DAN DISKUSI Sampel daun rimbang diuji fitokimia untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan tersebut. Hasil
uji fitokimia tersebut
menunjukkan daun rimbang positif mengandung steroid Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia daun rimbang No.
Kandungan kimia
Pereaksi
Hasil
1.
Alkaloid
Dragendorff
+
2.
Flavonoid
Logam Mg + HClpkt
-
3.
Fenolat
FeCl3
-
4.
Triterpenoid
LB
+
5.
Steroid
LB
+
6.
Saponin
+ air, dikocok
+
Uji fitokimia merupakan langkah awal untuk mengetahui golongan senyawa yang ada pada daun rimbang, dari uji fitokimia (tabel 1) diketahui bahwa daun rimbang mengandung steroid, triterpenoid, alkaloid dan saponin. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, yang menjadi dasar pemilihan cara ini adalah jumlah sampel, sifat zat yang belum diketahui dan kesederhanaan kerjanya. Pada proses ekstraksi dengan cara maserasi ini tidak dibutuhkan alat-alat khusus, hanya dengan merendam sampel dalam pelarut organik selama beberapa hari (7) Pelarut untuk maserasi digunakan metanol pada suhu kamar untuk menghindari proses termolisis yang mungkin dapat merusak kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan ini. Pemilihan metanol sebagai pelarut untuk maserasi, karena metanol mempunyai ukuran molekul yang kecil sehingga dapat menembus
10
organel sel tempat terdapatnya senyawa metabolit sekunder, selain itu metanol juga mempunyai harga yang relatif murah dibandingkan pelarut organik lainnya. Dari ± 1 kg sampel diperoleh ekstrak metanol (hijau kehitaman) setelah dipekatkan dengan menggunakan alat rotary evaporator, kemudian ekstrak kental metanol (41,512 gr) dilarutkan dengan metanol dan ditambahkan air dengan perbandingan 1: 2 (100 : 200) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepolaran dan berat jenis metanol. Selanjutnya dilakukan fraksinasi dalam corong pisah dengan pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu heksana dan etil asetat, fraksinasi dihentikan bila pelarut tersebut tidak lagi mengikat warna. Sebelum dilakukan pemisahan dilakukan uji LB untuk melihat fraksi yang positif steroid, fraksi heksana dan etil asetat adalah fraksi yang positif steroid Pemisahan fraksi heksana sebanyak 3 gram dilakukan dengan teknik kromatografi kolom, menggunakan fasa diam silika gel 60, fasa gerak campuran heksana-etil asetat dengan berbagai perbandingan dan diperoleh 12 fraksi. Pada kromatografi kolom ini didapat kristal pada fraksi II dengan pelarut campuran heksanaetil asetat 9 : 1, uji LB menunjukkan warna hijau kebiruan yang menandakan positif terhadap steroid (8), dan uji dengan KLT terdapat 2 noda. Pemurnian terhadap senyawa hasil isolasi dilakukan dengan cara rekristalisasi. Pelarut yang digunakan adalah metanol : etil asetat (9 : 1). Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mampu memperkecil tingkat pengotoran, sehingga dapat memurnikan senyawa hasil isolasi, yaitu pelarut yang tidak melarutkan pada suhu kamar dan melarutkan pada keadaan panas (7). Setelah dilakukan rekristalisasi didapatkan kristal yang lebih murni berbentuk kristal jarum berwarna putih sebanyak 345,96 mg. Pada penelitian ini, didapatkan titik leleh senyawa hasil isolasi rentang 144 – 146 0C berarti senyawa yang diperoleh relatif murni. Kristal organik murni mempunyai rentang temperatur leleh antara 0,5-1,5o (8)
11
Analisis KLT dengan pelarut Etil asetat : Metanol (5:5), etil asetat 100% dan heksana 100% dihasilkan noda tunggal dan bulat dengan nilai Rf berturut-turut, 0,97, 0,93 dan 0,58 (dapat dilihat pada gambar 4). Pemilihan pelarut berdasarkan pada sifat pelarut, dari pelarut polar sampai nonpolar.
a
b
c
Gambar 4. Kromatogram isolat faksi II dengan 3 pelarut yang berbeda
Spektrum UV hasil isolasi daun rimbang (Gambar 5) mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 197 nm, 271 nm dan 281 nm. Maksimum pada panjang gelombang 197 nm berarti senyawa steroid hasil isolasi ini mempunyai ikatan rangkap yang tidak terkonyugasi dan pada panjang gelombang 271 nm dan 281 nm memiliki ikatan rangkap yang terkonyugasi hal ini sesuai dengan kaidah Woodward untuk meramalkan serapan maksimum untuk sistem diena menggunakan harga dasar 214 nm untuk ikatan rangkap terkonyugasi (3). Pada spektrum inframerah (Gambar 6) frekuensi 3400 cm-1 merupakan rentang O-H. Daerah absorbsi gugus NH juga terletak pada tempat yang sama dengan gugus OH tetapi absorbsi gugus NH lebih tajam dan lemah dari pada gugus OH, hal ini dipengaruhi oleh ikatan hidrogen OH yang lebih kuat dari pada NH (10), sedangkan pada frekuensi 2900 cm-1 menunjukkan adanya rentangan C-H alifatik bukan aromatik, karena C-H aromatik menyerap angka gelombang diatas 3000 cm-1. Pita serapan pada
12
frekuensi 1630 cm-1 menunjukkan rentangan = C-H (11). Hasil spektrum IR dan UV tidak banyak memberikan informasi tentang struktur steroid.
Gambar 5. Spektrum UV senyawa hasil isolasi steroid dari daun rimbang
Pada penelitian ini belum dapat ditentukan struktur molekul senyawa steroid hasil isolasi yang lengkap. Untuk menentukan struktur lengkap dari suatu senyawa steroid hasil isolasi dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan spektroskopi massa dan spektroskopi resonansi magnet inti 1H dan 13C
13
Gambar 6. Spektrum IR Senyawa Hasil Isolasi Steroid dari Daun Rimbang
KESIMPULAN 1. Hasil isolasi senyawa steroid dari daun rimbang kering (1 kg) adalah berupa kistal jarum berwarna putih 345,96 mg. Pengujian dengan LB memberikan warna hijau kebiruan, pengujian degan Roseinheinn memberikan warna biru. Hasil kedua pengujian menandakan positif terhadap steroid. Hasil pengujian titik leleh 144-146 0C dan analisis KLT menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi relatif murni. 2. Analisis KLT dengan berbagai pelarut menunjukkan bahwa senyawa steroid hasil isolasi yang didapatkan murni ditunjukkan oleh 1 noda yang bulat. Dengan pelarut etil asetat : metanol (1:1) harga Rf 0,97, dengan etil asetat 100 % harga Rf 0,93 dan dengan n-heksan 100 % harga Rf 0,58 3. Hasil analisis spektroskopi UV diperoleh puncak-puncak pada panjang gelombang 197,271 dan 281 nm. Pada panjang gelombang 197 nm tidak
14
terdapat ikatan rangkap terkonyugasi sedangkan pada panjang gelombang 271,281 nm menunjukkan adanya ikatan rangkap terkonyugasi. 3. Hasil analisis spektroskopi IR, menunjukkan adanya gugus O-H pada frekuensi 3400 cm-1, rentangan C-H alifatik pada frekuensi 2900 cm-1 dan pada frekuensi 1630 cm-1 terdapat rentangan = C-H.
DAFTAR PUSTAKA 1. Rusdi, 1988, Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat, Pusat Penelitian Universitas Andalas, Padang, hal 3-19 2. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB, Bandung 3. Manjang, 2001, Survey dan profil fitokimia tumbuhan Sumbar, kajian terpenoid dan steroid, makalah Workshop peningkatan SDM untuk pemanfaatan SDA hayati dan rekayasa bioteknologi, FMIPA Unand-Dikti Depdiknas, Padang, 8-9 4. Lioger, 1995, Solanum torvum Sw. http: //www.fs.fed. us. /global/ iift/ pdf/ shrubs/ Solanum 20% torvum. Pdf. Howard. Amerika 5. Elvers, B., Hawkins, S., Ravenscroft, M., Sculz. G., 1989, Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chem., vol A3 , VCH Publisher, Wenheim, Germany, 108-119 6. Manitto, P., 1980, Biosynthesis of Natural Products, John Wiley & Sons, New York, 228-229, 316-323 7. Ibrahim, S, 1998, Teknik laboratorium kimia organik, Diktat kuliah, Pasca Sarjana, Univ. Andalas, Padang, 9-50 8. Harborne, 1987, Metode Fitokimia, terjemahan Padmawinata, K. Sudiro., ITB, Bandung 9. Heltmann, E. and Mossetty, E., 1961, The biochemistry of Steroid, Modern Asia-ed, Reinhold Publishing Coorporation, New York. 10. Fessenden, R. J., dan Fessenden J.S., 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta. 11. Sastrohamidjojo, H., 1992, Spektroskopi Inframerah, Liberty, Yogyakarta.
15
16