pengantar
Seruan Hikmat
I
saac Asimov, seorang penulis asal Amerika Serikat dan seorang profesor bidang Biokimia di Universitas Boston, telah menulis maupun menyunting lebih dari 500 buku. Menurut pengamatannya, “Aspek paling menyedihkan dalam kehidupan di masa kini adalah bahwa sains mengumpulkan pengetahuan lebih cepat daripada masyarakat memperoleh hikmat.” Dalam kesempatan lain, ia menulis, “Bahkan saat saya muda . . . saya tak pernah meyakini bahwa apabila pengetahuan mengandung bahaya, solusinya adalah [1]
mengabaikannya. Menurut saya, solusinya haruslah hikmat. Anda tidak dapat menolak untuk menghadapi bahaya, tetapi Anda justru belajar bagaimana mengatasi bahaya dengan sebaik-baiknya.” Pengamatan Asimov itu telah kita alami sendiri. Adakah di antara kita yang belum pernah mengalami sakit hati karena seseorang menyatakan kebenaran dengan cara yang gegabah, tanpa kerendahan hati, kasih, atau hikmat? Di tengah pesatnya arus ilmu pengetahuan dan teknologi, entah konsekuensi apa yang harus ditanggung ketika hidup kita tidak dilandasi oleh hikmat? Oleh karena itu, alangkah menariknya ketika suatu lembaga bergengsi seperti Universitas Chicago memulai sebuah upaya yang disebut Wisdom Research Project (Proyek Penelitian terhadap Hikmat). Penjelasan mengenai proyek tersebut menyatakan, “Dahulu hikmat pernah dianggap sebagai subjek yang layak diteliti secara giat dan ilmiah untuk memahami sifat dan manfaatnya. Namun belakangan ini, hikmat relatif telah diabaikan, tidak lagi menjadi topik yang patut diteliti oleh kalangan akademis maupun sains. Padahal hampir tidak ada subjek lain yang lebih sentral terhadap aspirasi tertinggi manusia daripada hikmat.” Pujian terhadap sifat luhur yang kuno itu juga didengungkan Alkitab lewat perkataan Salomo, “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga [ 2 ] SERUAN HIKMAT
daripada permata: apa pun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya” (Amsal 3:13-15). Di masa kini, nama Salomo tidak hanya disandingkan dengan hikmat . . . tetapi juga dengan sifat kesombongan diri yang sembrono. Namun demikian, kita tidak menyepelekan perjuangannya dalam mencari hikmat yang menjadi kerinduan terdalam dirinya itu sebagai kebodohan. Sebaliknya, kita merindukan di sepanjang hidup ini, kita pun bertambah-tambah kaya dengan hikmat, hingga pada akhirnya kita akan meninggalkan warisan yang indah bagi dunia, sembari memberikan kesan indah yang membekas pada diri sesama. Hikmat memberikan sukacita dan kepuasan. Menurut Alkitab, oleh hikmatlah Pencipta kita menjadikan dunia ini, dan kemudian menyerahkan diri-Nya sendiri untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan yang diakibatkan oleh kebodohan kita. Merenungkan hal tersebut membuat kita sangat menghargai pandangan yang diberikan Alice Mathews tentang pasal terakhir dari Amsal, suatu kitab mengenai hikmat yang paling dikenal dalam Alkitab. Saat mencermati pandangannya, kita akan menemukan wawasan yang baru dalam diri “perempuan cakap” yang dipuja dan dicerca dalam Amsal 31. Sebagaimana dijelaskan Alice nanti, bagian dari Kitab Suci tersebut telah disalah mengerti, disepelekan, dan terabaikan dalam perannya membentuk pemahaman kita yang utuh tentang hikmat.
Pengantar
[3]
Setelah selesai membaca tulisan Alice, kita mungkin juga akan mengerti mengapa Salomo bukanlah penulis dari pasal tentang hikmat tersebut. Penjabaran dalam pasal tersebut tidaklah mungkin ditulis oleh seorang raja yang telah menginjak-injak hikmat lewat perbuatannya mengumpulkan 700 istri dan 300 gundik. Alice menunjukkan bahwa, sebaliknya, hikmat dari Raja Lemuel menggambarkan Sang Putri tentang Hikmat yang akan meninggikan derajat hidup setiap pria atau wanita yang menjunjungnya. Alice tidak hanya memperbarui pandangan kita tentang hikmat yang kita butuhkan. Ia juga mengingatkan kita bahwa amsal-amsal hikmat yang dikumpulkan maupun diucapkan Salomo bukanlah tanpa maksud tertentu. Pada masa ketika kalangan akademis yang sekuler sedang menggali kembali hikmat sebagai seni dan harta yang selama ini terhilang, alangkah jauh lebih penting bagi kita untuk menemukan kembali sumber sejati dari hikmat dan mengalami bagaimana kitab yang diilhamkan Allah itu memberikan suatu nilai yang lebih daripada sebuah pengetahuan belaka.
Mart DeHaan RBC Ministries
[ 4 ] SERUAN HIKMAT
daftar isi satu
Kekuatan untuk Menjadi Bijak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 dua
Hikmat yang Diwujudkan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 tiga
Perspektif yang Benar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
Pemimpin Editor: Perancang Sampul: Foto Sampul: Penerjemah: Editor Terjemahan: Penyelaras Bahasa: Penata Letak: Perancang Interior: Gambar Interior:
J. R. Hudberg Terry Bidgood Ron Sumners / iStockPhoto Ida Budipranoto, Indrawan Tim RBC Indonesia Tim RBC Indonesia Mary Chang Steve Gier Terry Bidgood (hlm.1); Javier Gonzalez / rgb stock (hlm.7); Sascha Beck / RGBStock (hlm.15); Mihailo Radicevic / Stock.xchng (hlm.23)
Jika tanpa penjelasan tambahan, petikan ayat dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia © LAI 2003. Naskah dilindungi oleh Hak Cipta © 2014 RBC Ministries, Grand Rapids, Michigan. Dicetak di Indonesia. Indonesian Discovery Series “The Call of Wisdom”
satu
Kekuatan untuk Menjadi Bijak
B
eberapa bagian dalam Alkitab mengingatkan
saya pada ucapan komedian Rodney Dangerfield,
bahwa bagian-bagian itu “benar-benar tidak
dihargai”. Salah satu bagian Alkitab tersebut adalah Amsal
31:10-31. Banyak pria menghindarinya karena mereka yakin bahwa bagian itu ditulis khusus untuk wanita. Banyak wanita melewatkan bagian itu karena mereka yakin bahwa bagian tersebut mengatakan tentang sesuatu yang tidak ingin mereka dengar. Meskipun kebanyakan orang Kristen mengetahui sesuatu tentang [7]
teks tersebut, banyak yang memilih untuk mengabaikannya. Namun kita semua, baik pria maupun wanita, memerlukan bagian penting itu untuk tiga alasan. Pertama dan alasan yang paling mendasar, kita memerlukannya karena, oleh ilham Allah Roh Kudus, bagian itu termasuk dalam Alkitab. Rasul Paulus mengingatkan Timotius bahwa semua bagian Kitab Suci adalah tulisan yang diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dan itu termasuk Amsal 31. Kedua, bagian itu menjabarkan sebuah ringkasan tentang hikmat umat Allah. Pembukaan kitab Amsal berbicara tentang takut akan Tuhan sebagai permulaan pengetahuan (1:7), dan kitab Amsal ditutup dengan pujian bagi orang yang takut akan Tuhan (31:30). Pasal 1 memperkenalkan kita tentang Hikmat yang berseru nyaring di jalan-jalan kota, memanggil orang-orang muda untuk memikirkan kembali tentang hidup dan pilihan mereka, dan mengatakan kepada mereka supaya memilih untuk takut akan Tuhan. Pasal 31 menempatkan Hikmat dalam pakaian sehari-hari, menunjukkan kepada kita bagaimana penampilan seseorang yang dengan bijaksana telah memilih untuk takut akan Tuhan. [ 8 ] SERUAN HIKMAT
Alasan ketiga bahwa kita memerlukan bagian penting itu adalah struktur dari 22 ayat terakhir dari bagian tersebut. Amsal 31:10-31 merupakan puisi akrostik. Setiap ayat dari bagian itu dimulai dengan huruf abjad Ibrani (aleph, beth, gimel, daleth, he, waw, dst.). Apa gunanya hal itu? Pada zaman kuno,
Pasal 31 menempatkan Hikmat dalam pakaian sehari-hari, menunjukkan kepada kita bagaimana penampilan seseorang yang dengan bijaksana telah memilih untuk takut akan Tuhan.
akrostik digunakan sebagai sarana untuk menghafal. Jika Anda mengetahui huruf-huruf abjad, Anda bisa mengingat serangkaian ide hanya dengan mengingat urut-urutan huruf pada abjad tersebut. Kita menggunakannya pada masa kini, tetapi hal itu jauh lebih penting pada zaman dahulu, ketika hikmat bangsa diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan. Anak-anak belajar tentang yang perlu mereka ketahui secara lisan. Sebuah puisi akrostik adalah
Teks asli dalam Kitab Suci bahasa Ibrani ditulis tanpa huruf hidup. Membaca dan memahami kata-kata di dalamnya dilakukan dengan mendengarkan bunyi dari huruf-huruf hidupnya.
Kekuatan untuk Menjadi Bijak
[9]
salah satu cara untuk membantu mereka mengingatnya. Amsal 31:10-31 ditulis sebagai puisi akrostik sehingga bisa dihafalkan dengan mudah, di luar kepala. Mengapa? Karena bagian itu merangkum hikmat umat Allah yang terdapat di seluruh kitab Amsal. Semua itu ditujukan bagi kita untuk membantu agar kita tahu cara menjalani hidup dengan bijak. Puisi tersebut dimulai dari ayat 10 dengan pertanyaan dan pernyataan: “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata.” Demikianlah Alkitab Terjemahan Baru menerjemahkan Dalam Alkitab, kekuatan dan keberanian bukan sekadar sifat maskulin. Menurut banyak orang, Alkitab mengajarkan bahwa identitas pria ditemukan dalam kekuatannya dan identitas wanita ditemukan dalam kecantikannya. Meskipun itu benar di satu sisi, kaum wanita dan juga kaum pria diperintahkan untuk menggunakan kekuatan yang Allah berikan demi melakukan segala tujuan-Nya.
teks Ibrani tersebut. Jika Anda membacanya di Alkitab Firman Allah yang Hidup, kalimatnya menyatakan, “Jika engkau dapat memperoleh seorang istri yang sungguh baik.” Ketika melihat terjemahan yang berbeda dari sebuah kata [ 10 ] SERUAN HIKMAT
Amsal 31 merangkum hikmat umat Allah yang terdapat di seluruh kitab Amsal. Semua itu ditujukan bagi kita untuk membantu supaya kita tahu cara menjalani hidup dengan bijak. Ibrani dan artinya terlihat tidak sama, kita harus menelitinya kembali dan mencari tahu bagaimana kata Ibrani itu digunakan di bagian-bagian lain dalam Perjanjian Lama. Dalam bahasa Ibrani, wanita yang sangat didambakan ini, yang lebih berharga daripada permata, adalah seorang wanita chayil. Dalam pengertian itu, tidak ada terjemahan kita—cakap atau sungguh baik—yang bisa menangkap nuansa dari kata Ibrani tersebut. Pasal 31 menggunakan kata Ibrani chayil di ayat 2-3: “Apa yang akan kukatakan, anakku, anak kandungku, anak nazarku? Jangan berikan kekuatanmu (chayil) kepada perempuan, dan jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja.” Ketika melihat penggunaan kata Ibrani itu di seluruh Perjanjian Lama, kita melihat bahwa ayat 3 lebih akurat dalam menerjemahkan kata chayil sebagai kekuatan. Chayil adalah kata umum dalam Alkitab, yang digunakan ratusan kali. Kata itu digunakan tiga kali untuk mengacu kepada seorang wanita (Rut 3:11, Amsal 12:4, dan Amsal 31:10), tetapi kata itu paling sering dipakai untuk menggambarkan prajurit atau tentara.
Kekuatan untuk Menjadi Bijak
[ 11 ]
Arti dasar dari kata tersebut adalah kekuatan atau kuasa, dan sebagian besar dipakai untuk mengacu pada kecakapan militer. Para pahlawan Daud yang perkasa adalah pria chayil. Kata chayil juga diterjemahkan menjadi gagah berani, mengacu pada kualitas keberanian yang dibutuhkan dalam pertempuran. Seorang prajurit akan tetap teguh dalam pertempuran, dan tidak akan meninggalkan posnya atau melarikan diri dari tugasnya. Jadi orang chayil (seperti para pahlawan Daud yang gagah perkasa) mempunyai kekuatan batin untuk melakukan tanggung jawab yang mereka emban dan mengatasi berbagai hambatan. Amsal 31:10 membicarakan tentang orang yang kuat, gagah berani, dan memiliki kekuatan batin untuk bisa mengatasi segala hambatan. Beberapa terjemahan dari ayat 10 menyatakan, “Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?” Kata yang Daud mengumpulkan di Yerusalem segala pembesar Israel, yakni para kepala suku, para pemimpin rombongan orang-orang yang melayani raja, para kepala pasukan seribu dan kepala pasukan seratus, serta para kepala harta benda dan ternak kepunyaan raja dan anak-anaknya; bersama-sama mereka juga para pegawai istana dan para perwira dan semua pahlawan yang gagah perkasa (chayil)” (1 Tawarikh 28:1).
[ 12 ] SERUAN HIKMAT
Orang CHAYIL (seperti para pahlawan Daud yang gagah perkasa) mempunyai kekuatan batin untuk melakukan tanggung jawab yang mereka emban dan mengatasi berbagai hambatan.
diterjemahkan sebagai istri sama seperti kata untuk wanita. Beberapa penerjemah mungkin memilih kata istri karena dua ayat berikutnya membahas tentang suaminya. Namun bukan berarti hal itu tidak berlaku untuk para lajang! Orang yang kuat dan gagah berani tersebut memiliki hikmat atau keterampilan untuk hidup, dan dalam Amsal 31 kita melihatnya terwujud dalam diri seorang wanita bijak. Ketika kita memperhatikan wanita itu, kita melihat wujud hikmat dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas-kualitas diri yang dimiliki wanita itu merupakan kualitas diri yang merangkum hikmat dari umat Allah. Kualitas-kualitas diri tersebut berlaku, baik bagi mereka yang lajang atau yang telah menikah, baik bagi pria maupun wanita. Penggunaan kata yang sama untuk kata wanita dan istri merupakan kebiasaan umum, baik dalam Kitab Suci berbahasa Yunani maupun Ibrani. Kontekslah yang menentukan arti dari kata tersebut dalam suatu bagian Alkitab.
Kekuatan untuk Menjadi Bijak
[ 13 ]
[ 14 ] SERUAN HIKMAT