Ir. Aryana Satrya, M.M., Ph.D Dr. Yanki Hartijasti, M.B.A., M.Si Niken Putri Iwani, S.E., M.Sc Prof. Balakrishnan Parasuraman, B.Soc.Sc., M.Sc., Ph.D
Proses Kelanjutusiaan di Asia Japan
1970
Korea
1994
24 years 2016 17 years
1999
Singapore China
2000
2016 16 years
2001
Thailand
2005
2024 23 years 2025 20 years
Malaysia
2018
Indonesia
2018
Vietnam
2020
Philippine
2038 20 years 2037 19 years 2034 14 years
2024
2044 20 years
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Sumber: Keiko Wakabayashi (2006, in Kato and Furuoka, 2010)
• Aging society: populasi berusia > 65 tahun mencapai proporsi 7% populasi • Aged society: populasi berusia > 65 tahun mencapai proporsi 14% populasi • Negara-negara di Asia mencapai aged society dalam 16-24 tahun, lebih cepat dari pada negara-negara di Eropa yang memerlukan > 40 tahun Lansia Bekerja
3
Masalah Kajian - Jumlah lansia meningkat - Tingkat kesuburan menurun
Lansia dianggap sebagai beban keluarga, masyarakat, dan pemerintah
• Apakah faktor-faktor utama yang mempengaruhi keputusan lansia untuk bekerja?
• Apakah tantangan yang dihadapi lansai dalam dunia kerja di Indonesia
Terbatasnya informasi mengenai karakteristik lansia yang masih ingin bekerja Lansia Bekerja
4
Lansia: Aspek Hukum Definisi : - World Assembly di Vienna 1988: usia 60 tahun ke atas - PBB: usia 60 tahun ke atas - Negara maju : usia 65 tahun ke atas - Indonesia sesuai UU 13/ 1998: usia 60 tahun ke atas - Lansia „non productive‟ masalah ekonomi masalah sosial (Misra 1997; Shishido 2003) - Motivasi kerja lebih rendah dibandingkan kelompok usia yang lebih muda (Iwai, 2002) - Lansia dapat saja dalam kondisi sehat ataupun tidak sehat semakin sehat lansia biasanya akan lebih enerjik secara fisik, aktif secara mental, dan memiliki pengalaman kerja memberikan kontribusi pada perttumbuhan ekonomi
Lansia di Indonesia: - UU 1965 mengenai Bantuan untuk Lansia - UU 13/1998 mengenai Kesejahteraan Lansia mengoptimalkan potensi dan memberikan layanan dan perlindungan - Keputusan Presiden. 52/2004 mengenai Komisi Lansia Lansia Bekerja
6
Lansia: Partisipasi Ketenagakerjaan Faktor pendorong partisipasi • Kesehatan motivator intrinsik untuk tetap bekerja – terutama di negara berkembang (Gwee & Fernandez, 2010; Kato and Furuoka 2010) • Pendidikan peluang lebih besar untuk terus bekerja karena aspek pengalaman & etika kerja yang baik (Gwee & Fernandez 2010; Kalwij & Vermeulen 2005; Karyukhin 2008; Pohjonen 2000) • Sosial dukungan sosial (Haider & Loughran, 2001; Lo, 2003)
Fakta lain terkait ketenagakerjaan • Lebih suka bekerja purna waktu (Bouazzaoui & Mullet 2002) • Pengusaha harus membayar lebih tinggi gaji lansia (Atshushi 1997 in Kato and Furuoka, 2010) • Salah satu kelompok miskin yang paling besar di Asia, contoh Hong Kong (La Grange & Lock, 2002) • Setelah pensiun masuk ke sektor informal di Asia(Lisa & Deborah 2001; Pang, de Brauw & Rozelle 2004) Lansia Bekerja
7
Penelitian Lansia & Ketenagakerjaan di Indonesia Demografi • Mayoritas lansia di Yogyakartamasih tinggal bersama anak atau kerabat (Keasberry 2001)
Ekonomi • Meskipun lansia memperoleh bantuan keuangan dari anaknya, tetapi mereka masih ingin bekerja (Cameron and Cobb-Clark 2002) • Mayoritas lansia masih dapat bekerja (Rustika 1997)
Kesehatan dan Sosial • Mengalami anxiety, degenerasi fisik, tekanan ekonomi, dan kurang mendapat dukungan keluarga (Cahyoputro 2008; Risdianto, 2009) • Kondisi kesehatan dipengaruhi oleh aspek demografi, pendidikan, dan aktivitas (Ariati 2001) Lansia Bekerja
8
Research Model Karakteristik Demography Jenis kelamin, usia, etnis, status nikah, tempat tinggal (lokasi, kepemilikan, dll) Karakteristik Ekonomi Sumber pendapatan, status kerja, jam kerja, pelatihan, dll
Kemampukerjaan Lansia
Karakteristik Sosial Kepuasan terhadap kondisi kesehatan, kehidupan keluarga/ sosial, komunikasi, moda transpor Lansia Bekerja
10
Work Ability Model (1)
Lansia Bekerja
11
Work Ability Model (2)
Lansia Bekerja
12
Metode Riset
Survey dengan kuesioner 400 respondents
In-depth interview (IDI) & Focus Group Discussion (FGD)/ group interview
Studi Dokumen Kementerian Kesehatan, Kement. Sosial, BPS
di 4-5 kota
Analisis Statistik: - Analisis reliabilitas & validitas - Analisis descriptive - Analisis regresi multivariate Lansia Bekerja
13
Lokasi Riset No 1
Aktivitas
Lokasi -
Survey
2
Focus Group Discussion
3
In-depth interview
4
Seminar
-
Jakarta, Yogya, Semarang, Surabaya, Denpasar (tahun I) Makassar, Medan (tahun II) Jakarta, Yogya, Semarang (tahun I) Makassar, Medan (tahun II) Jakarta, Yogya, Semarang (tahun I) Makassar, Medan (tahun II)
-
Jakarta, Surabaya (tahun I) Makassar, Medan (tahun II)
Provinsi dengan proporsi lansia tertinggi di Indonesia (BPS, 2012): Tahun 1: Yogya (13.4%), Jawa Timu r(10.4%), Jawa Tengah (10.3%), Bali (9.8%), Tahun 2: Sulawesi Utara(8.45%), Sulawesi Selatan (8.34%), Sumatera Barat (8.09%) Malaysia: Sabah, Kuala Lumpur, Kota Bahru Lansia Bekerja
14
Selected References Bouazzaoui, B. and Mullet, E. (2002). Employment and Family as Determinants of Anticipated Life Satisfaction: Contrasting Young Adults‟ and Elderly People‟s Viewpoints. Journal of Happiness Studies 3: 129-152, 2002. Cahyoputro, Damar. (2008). Hubungan Antara Faktor Jenis Kelamin dan Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan pada Lansia di Desa Luwang Gatak Sukoharjo. Department of Nursing. Bachelor degree‟s thesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Cameron, Lisa A. and Deborah Cobb-Clark. (2002). Old-age Support in Developing Countries: Labor Supply, Intergenerational Transfers and Living Arrangements. Working Paper. Canberra: Australian National University. Gwee, S.L. and Fernandez. J.L. (2010). Labor Force Participation of Elderly Persons in Penang, Proceeding Paper. Accessed at http://www.globalresearch.com.my/proceeding/ icber2010_proceeding/PAPER_138_LaborForce.pdf Retrieved 22 Jan 2011. Haider, S. and Loughram, S. (2001). Elderly Labor Supply: Work or Play?. http://www.bc.edu/bc_org/avp/csom/ executive/ccr/sandellguidelines.shtml. Reprinted 13 November 2004. Kalwij, Adriaan S. and Vermeulen, Frederic. (2005). Labour Force Participation of the Elderly in Europe: The Importance of Being Healthy. IZA Discussion Paper No. 1887; Discussion Paper Series No. 2005-130 Kato, I and Furuoka, F. (2010). “Japan‟s aged society and employment of senior citizen: One successful role model”, Md. Nasrudin Md. Akhir et al. (eds) Japan in East Asia: Socio-Politics and Economic Dimension, (Kuala Lumpur: University of Malaya Press), pp.147-168. Lo, M.C., Mustafa, R. & Rahim, R.A.. (2003). “Labor Force Participation and Economic Consequences of Aging in Malaysia”. In Abdul Hamid Ahmad, Ho Chong Mun and James M. Alin (Eds). Issues relating to Older persons in Malaysia. Kuala Lumpur, Malaysia. Pohjonen, T. (2000). Perceived work ability of home care workers in relation to individual and work‐related factors in different age groups, Journal of Occupational Medicine, 4(2), 23-30 Risdianto. (2009). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. Department of Nursing. Bachelor degree‟s thesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Shishido, K. (2003). Diversity of Senior Citizen’s Social Networks: An Analysis of Discussion Network Based on JGSS-2003 retrieved on http://jgss.daishodai.ac.jp/ research/monographs/jgssm5/jgssm5_10.pdf on 24 Jan 2011. Satrya, A., Suprobo, T.B., Parasuraman, B. (2010). Elderly People in Indonesia: Preliminary Study for Assessing the Employability of Senior Citizen. Paper presented at the Joint Seminar of Universiti Indonesia Sabah and Wako University of Japan. Kota Kinibalu, Indonesia, 25 March Tuomi, K. Ilmarinen, J. Martikainen, R., Aalto, L. and Klockars, M. (1997) Aging, work, life-style and work ability among Finnish municipal workers in 1981-1992, Scandinavian Journal of Work, Environment & Health, 23, 58-65 Lansia Bekerja
15