Investigasi Prinsip, Pengetahuan, dan Praktek Dosen Bahasa Inggris FKIP Unsika dalam Menggunakan Kamus di dalam Kelas Elih Sutisna Yanto Dosen Bahasa Inggris, FKIP Unsika Karawang Abstract: This paper presents a survey of dictionary use conducted in Karawang on a participants of 20 faculty members as teachers from the Department of English Education, Universitas Singaperbangsa Karawang-West Java. The first parts investigates the profile of the teachers as dictionary users, their genders, ages, degrees, teaching experiences and subjects they teach, and describe the questionnaires used in the study. The second part presents the results of the knowledge of dictionary users (how well the teachers know the various dictionaries and their features) and the user‟s habits (how often the teachers use dictionary and for what purposes). though the teachers‟ participant is somewhat small, certain tendencies emerge as they show familiarity with dictionaries as an indivisible part of English language learning kit. The whole teachers are knowledgeable about dictionary and they agree that it is very important for student teachers in the English Department at Unsika to be taught how to use dictionaries. The finding of this research might be of significance to other researchers, teachers, language learners; and the results may be applicable in many similar EFL environments around the world.
Key words: Dictionary, Dictionary use, Monolingual, Bilingual, Semi Bilingual Abstrak: Penelitian ini mendiskusikan sebuah survey tentang penggunaan kamus yang dilaksanakan di prodi bahasa Inggris FKIP Unsika pada 20 orang dosen bahasa Inggris dari prodi Pendidikan bahasa Inggris. Bagian pertama menginvestigasi profil dari dosen sebagai pengguna kamus, jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar serta matakuliah yang diajarkan dosen tersebut. Pada bagian kedua akan menginvestigasi tentang pengetahuan dosen tentang kamus bahasa Inggris serta kebiasaan dosen dalam menggunakan kamus bahasa Inggris. Serta menginvestigasi pandangan dosen tentang kegunaan kamus untuk mahasiswa dan bagaimana dosen menggunakan kamus di dalam kelas. Penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua dosen sudah mengenal kamus dengan baik sebagai bagian tidak terpisahkan yang merupakan alat untuk belajar bahasa. Dosen setuju bahwa mahasiswa di program studi pendidikan bahasa Inggris harus diajarkan tentang cara menggunakan kamus yang baik.Penemuan penelitian ini sangat penting untuk peneliti lain, dosen, dan pemelajar bahasa Inggris serta bagi fakultas sebagai masukan dalam mempersiapkan alat belajar yang sangat penting yaitu kamus dalam berbagai bentuk baik cetak maupun elektronik dan baik kamus satu bahasa , dwi bahasa dan semi dwi bahasa.
1. Pendahuluan Dalam orientasi mahzab konstruktif sosial, kamus merupakan alat bantu pemelajar untuk membuat makna. Kamus sudah lama menjadi fokus penelitian (misalnya, Atkins, 1998, Bejoint, 1994, Stein, 1991, 1999, 2002; Hartmann, 1991 and Wright, 2001), namun sedikit sekali perhatian ditunjukkan oleh peneliti kamus dalam meneliti penggunaan kamus baik oleh mahasiswa dan terutama oleh guru dan dosen bahasa Inggris. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan mengisi kekosongan penelitian yang fokus kepada prinsip atau keyakinan, pengetahuan, dan praktek dosen bahasa Inggris di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Unsika dalam menggunakan kamus di dalam kelas. Kamus merupakan alat yang sangat penting bagi siapa saja yang sedang belajar bahasa asing. Dengan menggunakan kamus yang baik, pemelajar akan dapat memetik hal-hal yang sangat berguna. Misalnya (1) mencari makna kata bahasa Inggris yang didengar dan dilihat, (2) menemukan terjemahan sebuah kata atau frase dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia atau sebaliknya, (3) memeriksa kata benda jamak dan past tense dari sebuah verba, (4) mencari informasi gramatikal dari sebuah kata, (5) mencari kolokasi dari sebuah kata, (6) mencari sinonim atau antonim dari sebuah kata, (7) memeriksa kelas kata (part of speech) dari sebuah kata, (8) mencari bagaimana mengucapkan sebuah kata, (9) mencari penggunaan kata-kata jargon, (10) mencari contoh-contoh penggunaan sebuah kata yang bermakna alami di negara berbahasa Inggris serta puluhan fungsi penting lainnya yang tidak terpikirkan oleh dosen bahasa Inggris dan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris. Menurut Whitcutt (1986:121), ada kesepahaman secara umum dalam bidang leksikografi pedagogis bahwa peningkatan penggunaan kamus dan peningkatan sebuah kamus harus saling mendukung. Pengembangan teknik tingkat mahir dan kecanggihan sebuah kamus serta tingkat pendidikan pengguna kamus merupakan proses yang saling mendukung. Hal ini jelas bahwa membuka kamus tidak menjamin kesuksesan, kecuali pengguna diperlengkapi dengan keterampilan khusus dan pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan kamus. Hal ini sejalan dengan pendapat Cardunern, “bahkan kamus yang terbaik akan bermanfaat apabila pemelajar mengetahui bagaimana cara menggunakannya secara efektif.” Pentingnya penelitian ini disebabkan oleh langkanya penelitian yang mengkaji tentang impliksi pedagogis tentang leksikografi dari sudut prinsip, pengetahuan, dan praktek dosen bahasa Inggris dalam menggunakan kamus di dalam kelas secara umum, khususnya di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Unsika. Seperti telah dijelaskan di atas, Penelitian ini akan mencoba untuk mensurvey prinsip, pengetahuan, dan praktek dosen bahasa Inggris di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Unsika
dalam menggunakan kamus di dalam kelas. Penelitian ini secara khusus didisain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat pengetahuan dosen bahasa Inggris mengetahui berbagai jenis kamus dan fasilitas pendukung yang terdapat di dalam kamus tersebut? 2. Seberapa sering dosen bahasa Inggris menggunakan kamus dan untuk tujuan apa? 3. Bagaimana dosen bahasa Inggris menggunakan kamus satu bahasa di dalam kelas? 4. Informasi apa saja yang terdapat dalam kamus yang diberikan kepada mahasiswa bahasa Inggris? 5. Kesulitan apa yang dihadapi dosen bahasa Inggris dalam menggunakan kamus?
2. Sumber data Data penelitian ini adalah hasil angket dari dua puluh tentang Prinsip, pengetahuan, dan praktek
dosen bahasa Inggris di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Unsika dalam
menggunakan kamus di dalam kelas akan disurvey dalam penelitian ini 3. Kerangka Teori
Kebanyakan penelitian tentang kamus difokuskan terhadap praktek mahasiswa dalam menggunakan kamus. Misalnya dapat disebutkan di sini penelitian yang dialakukan oleh Ard: (1982); Atkins: (1998); Baxter: (1980); Bejoint: (1984); Benoussan: (1984); Bogaards (2001); Bourdieu: (1991); Fan: (2000); Hartmann2004) dan Hathedral: (1994). Diantara banyak penelitian tersebut, sedikit sekali yang meneliti tentang prinsip, pengetahuan, dan praktek dosen bahasa Inggris dalam menggunakan kamus di dalam kelas. Survey ini dilaksanakan untuk mengisi kekosongan ini dengan cara menginvestigasi topik ini dalam konteks dosen bahasa Inggris Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unsika dengan meminta opini 20 dosen pendidikan bahasa Inggris FKIP Unsika. Miller (2008), di Australia melakukan penelitian yang sejenis dan telah menyajikan beberapa penemuan. Dia menyatakan bahwa sudah lama ada keinginan dari pembuat kamus bahwa mahasiswa sudah semestinya hanya menggunakan kamus saja , tetapi juga mahasiswa harus mendapatkan latihan bagaimana cara menggunakan kamus. Miller melakukan survey terhadap guru-guru bukan penutur sejati bahasa di sekolahsekolah dan universitas-universitas jurusan bahasa Australia. Tujuan penelitian Miller adalah untuk menemukan prilaku guru terhadap penggunaan kamus di kelas bahasa Inggris mereka, khusunya terhadap kamus pemelajar dalam pengajaran grammar, kolokasi dan idiom. Hasil survey oleh Miller menunjukkan bahwa guru-buru kebanyakan menggunakan kamus ketika
mereka mempersiapkan materi pengajaran, tetapi sedikit sekali yang dapat memberikan respon secara spesifik tentang manfaat apa yang bisa diambil dari menggunakan kamus. Dia menemukan bahwa beberapa responden mengatakan bahwa mereka belajar menggunakan kamus secara otodidak dan beberapa berkeinginan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam menggunakan kamus. Tambahan lagi Miller menemukan bahwa kebanyakan responden peduli terhadap penggunaan kamus, tetapi sedikit yang mendapat kan pelatihan tentang cara menggunakan kamus dengan efektif dan efisien. Dia juga menemukan bahwa banyak dari responden tersebut yang masih belum menyadari tentang potensi keuntungan dari sebuah kamus pemelajar bahasa Inggris di kelas kelas bahasa. Kebanyakan dari guru-buru bahasa Inggris dalam surveynya tidak cukup mempunyai keterampilan untuk mengajarkan pelatihan cara menggunakan kamus secara mumpuni kepada siswa atau mahasiswanya.
Menurut Prichard (2008), pengajar yang bermahzabkan grammar-translation method cendrung telah fokus terhadap memahami teks dan menurunkan intensitas penggunaan kamus. Namun demikian, praktek-praktek pengajaran komunikatif fokus terhadap strategi membaca dan menebak makna dari kata-kata yang tidak diketahui dari konteks (Grabe & Stoller, 2004; Knight,1994; Laufer,1997), dan banyak guru mengabaikan penggunaan kamus dalam pengajaran memahami bacaan (Bensoussan, Sim, & Weiss,1984). Prichard (2008) juga menjelaskan bahwa pandangan guru terhadap penggunaan kamus jangan selalu berdasarkan bukti empirik sebagaimana diinvestigasi oleh banyak sekolah misalnya (Luppescu & Day, 1993). Namun demikian, dua decade terakhir peneliti telah mulai menaruh perhatian terhadap penelitian manfaat penggunaan kamus. Sejumlah penelitian telah memokuskan terhadap skor pemahaman siswa dan mahasiswa terhadap kosa kata dan membaca dengan dan tanpa penggunaan kamus (Bogaards,1998; Knight,1994, Luppescu & Day,1993; Summers, 1988). Namun demikan, penelitian menunjukkan hasil yang bertolak belakang, beberapa penelitian telah menunjukan bahwa penggunaan kamus dapat meningkatkan pemahaman pemelajar yang lebih baik. Stein (2013) menyatakan bahwa pengajaran bahasa asing harus memasukkan penggunaan baik kamus dwibahasa dan kamus monolingual khusunya dalam pelajaran menulis kepada pemelajar. Kamus dwibahasa merupakan alat yang penting untuk menyediakan kemudahan bagi pemelajar dalam mencari padanan kata untuk kata-kata umum, dan menyediakan padanan kata yang akurat untuk kata-kata di bidang teknik. Dia yakin bahwa kamus monolingual menawarkankan akses terhadap “dunia makna” yang dibuat oleh bahasa target; dan menyediakan definisi yang membedakan perbedaan dari turunan makna. Menurut
Stein, keterampilan menggunakan kamus harus diajarkan, keterampilan yang harus diajarkan termasuk keterampilan memparafrase. Kamus menurut Kirkness (2004:54), adalah “sebuah sumber penting , atau sebuah sumber utama, dari informasi tentang bahasa untuk semua komunitas literasi yang mempunyai pertanyaan tentang aspek apapun dari bentuk, makna, dan/atau penggunaan sebuah kata atau kata-kata dari bahasa seseorang atau bahasa asing”. Pentingnya kegunaan kamus sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Keutamaan sebuah kamus sebagai alat untuk belajar bahasa dan komunikasi sudah lama disadari oleh kebanyakan pemelajar bahasa di seluruh dunia. Khususnya di negara-negara di mana bahaasa Inggris bukan sebagai bahasa sehari-hari dan siswa atau mahasiswa sangat tergantung kepada kamus. Penggunaan kamus merupakan kegiatan tambahan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis dan menerjemahka. Selain itu, kamus meningkatkan siswa atau mahasiswa menjadi pemelajar mandiri. Menggunakan kamus kegiatan yang agak rumit, melibatkan keterpaduan keterampilan mengingat, mencari, memilih, dan meringkas. Menurut Nation (2001:289-290) , secara umum, kamus monolingual mengandung lebih banyak informasi tentang tiap kata daripada apa yang terdapat dalam kamus dwibahasa.dan beberapa guru dan dosen merekomendasikan bahawa kamus dwibahasa digunakan secara bersamaan dengan kamus monolingual untuk belajar menulis dan berbicara. Nation menambahkan bahwa penggunaan kamus dwibahasa menggunakan dua bahasa. Kata inti dan contoh-contoh dituliskan dalam satu bahasa sedangkan maknanya dalam bahasa yang lain. Kadang-kadang contoh-contoh kalimat disediakan juga dalam dua bahasa. Kebanyakan kamus dwibahasa mengandung sedikit informasi tentang sebuah kata; karena informasi sebuah kata
merupakan
pelengkap saja. Lebih lanjut, beberapa kamus
dwibahasa menyediakan informasi penting tentang sebuah kata. Nation (2001:290) menyatakan bahwa keuntungan utama dari kamus dwibahasa dictionaries adalah : (1) Kamus ini menyediakan makna dalam cara yang bisa diakses, dan (2) kamus ini juga bersifat dua arah – bahasa Inggris – bahasa Ibu dan bahasa Ibu- bahasa Inggris. Tambahan pula, dia menyatakan bahwa kamus dapat digunakan baik untuk keperluan reseptif maupun produktif. Kamus dwibahasa misalnya Indonesia – English menyajikan akses yang mudah terhadap kosakata untuk keperluan produktif. Akses ini jarang ditemukan dalam kamus satu bahasa. Jika kamus dwibahasa dan kamus satu bahasa digunakan untuk saling melengkapi
untuk tujuan produktif, maka kedua kamus tersebut akan dapat memenuhi
kebutuhan pemelajar bahasa secara memuaskan.
Kamus semi-dwibahasa mengandung informasi yaitu kamus satu bahasa ditambah dengan terjemahan dari kata inti. Ide dasar kamus semi-dwibahasa adalah menggabungkan kemanfaatan kamus satu bahasa dengan kenyamanan kamus dwibahasa. Contoh dari kamus semi-dwibahasa yang dipasarkan di Indonesia adalah kamus Password English Learner‟s Dictionary for Speakers of Bahasa Indonesia, 3rd edition (PBI3, 2011). PBI3 merupakan kamus semi-dwibahasa yang menyajikan baik definisi dalam bahasa Inggris dan padanan kata dari kata inti dalam bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa mahasiswa yang tidak paham definisi dalam bahasa suatu kata inti dalam bahasa Inggris, akan dibantu dengan padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Lebih lanjut, Laufer and Hadar (1997) menemukan bahwa kamus semi-dwibahasa memberikan hasil yang lebih baik daripada kamus dwibahasa dan kamus satu bahasa dalam uji pemahaman dan uji keterampilan produktif. Semakin terampil pengguna kamus, semakin baik performa menggunakan kamus satu bahasa. Namun demikian, pengguna kamus semi-dwibahasa masih menunjukkan hasil yang lebih baik. Berdasarkan penelitian Oh (2006) yang mengeksplorasi pengajaran dan penggunaan kamus oleh guru-guru Korea, kurang dari 5% dari guru tersebut pernah menerima pelatihan atau pengajaran cara menggunakan kamus, dan hanya sedikit saja dari guru tersebut berencana untuk mengajarkan cara menggunakan kamus kepada siswa mereka. Lebih lanjut, masalah kurang jam belajar dalam kurikulum membuat guru bahasa enggan untuk menyiapkan waktu untuk mengajarkan keterampilan menggunakan kamus walaupun mereka mengakui bahawa keterampilan menggunakan kamus sangat perlu bagi siswa mereka. (Chi 2003). Penelitian penggunaan kamus dalam pembelajan bahasa sebagai bahasa asing merupakan salah satu topik yang penting dalam bidang penelitian linguistik terapan. Juga Thornbury (2008:151) merekomendasikan bahwa kamus dan juga digunakan secara produktif baik untuk memproduksi teks dan sebagai sumber pemerolehan kosakata. Akibatnya, dalam sebuah kamus, siswa dan atau mahasiswa akan menemukan informasi misalnya perbedaan makna dalam suatu kata, bagaimanan kata tersebut diucapkan , dengan kata apa kata tersebut berkolokasi dan kapan kata tersebut digunakan. Karena kamus merupakan alat yang penting untuk belajar bahasa kedua atau bahasa asing, banyak penelitian telah dilakukan terhadap penggunaan kamus pemelajar yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas kamus tersebut. Sebagai Hartmann (1994:pp.239-240) menjelaskan , kesuksesan kamus secara komersil untuk pemelajar bahasa Inggris sebagai bahasa
asing disebabkan oleh empat hal penelitian yang berhubungan dengan kamus yaitu, sejarah, tipologi, kritik dan penggunaan kamus. Tetapi beberapa penelitian (Berwick & Horsfall 1996; Weight 1998; Nesi 2000) menunjukkan bahwa penggunaan kamus saat ini sangat buruk dan tidak efisien yang boleh jadi menunjukkan rendahnya keterampilan pengguna kamus. Banyak guru dan mahasiswa universitas tidak menyadari bahwa menggunakan kamus merupakan salah satu alat untuk memperoleh kemahiran berbahasa Inggris. Dong (2000) mengingatkan bahwa membuka kamus tidak mempunyai dampak pada mahasiswa semester pertama, tetapi mempnyai dampak pada mahasiswa tahun kedua, dan dia menemukan : a) mahasiswa tahun pertama tidak yakin kata apa yang perlu dikonsultasikan dengan kamus; b) mahasiswa tidak dapat menggunakan kamus secara komprehensif; c) mahasiswa belum mengembangkan kebiasaan menggunakan kamus secara cermat. Dalam dua dekade terakhir, sejumlah proyek penelitian telah dilaksanakan menginvestigasi keterampilan dan kebutuhan pengguna kamus terhadap buku referensi misalnya kamus pemelajar, kamus pedagogik, ensiklopedia, thesaurus dan lain sebagainya. Juga penelitian diarahkan terhadap kebiasaan pengguna dalam menggunakan kamus. Di Unsika , belum pernah ada penelitian tentang pengguna kamus dan penggunaan kamus. Penelitian ini menyajikan investigasi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menemukan prinsip, pengetahuan, dan praktek dosen bahasa Inggris dalam menggunakan kamus di dalam kelas.
4. Analisis data, temuan dan pembahasan Dalam bagian ini ini peneliti melaporkan hasil analisis dari angket yang diberikan kepada dua puluh dosen program studi pendidikan bahasa Inggris FKIP Unsika . Analisis yang dilakukan berdasarkan dari pengujian tiap pertanyaan dan peneliti selanjutnya menarik simpulan secara umum dari seluruh pertanyaan dalam angket penelitian tersebut. Peneliti menggunakan persentase dalam menganalisis respon dari 20 partisipan. Beberapa ulasan diberikan oleh peneliti ketika ada beberapa masalah ditemukan.
Penggunaan kamus 4.1
Kapan Anda mulai menggunakan kamus? Empat pilihan diberikan sebagai berikut:
60% dari dosen mengklaim bahwa mereka mulai menggunakan kamus di jenjang sekolah dasar, 40% mulai menggunakan kamus pada jenjang sekolah menengah.. Ini merupakan pertanyaan yang penting karena pertanyaan ini mengindikasikan kapan mulai mengajarkan penggunaan kamus. Kamus diperkenalkan pada jenjang sekolah dasar di Indonesia. Oleh karena itu pengajaran bagaimana menggunakan kamus mesti mulai pada jenjang ini. 4.2
Berdasarkan bahasanya, jenis kamus apa yang Anda miliki?
A= L1-L2 dictionary (misalnya Kamus English- Indonesia) B= L2-L1 dictionary (misalnya Kamus Indonesia-English ) C= Kamus monolingual ( misalnya KamusEnglish-English) D=Semibilingual dictionary ( Kamus English-English-Indonesia ) Jenis kamus Persentase dosen yang memilikinya
A 4 20%
B 0
C 5 25%
D 0
A+B 6
A+C 1
A+B+C 4
30%
5%
20%
Hasilnya menunjukkan bahwa 20% dosen memiliki kamus L1 - L2 , 25% mengatakan bahwa mereka memiliki kamus monolingual , 30% dosen mengklaim memiliki kamus L1-L2 dan kamus L2-L1 , 5 % mengatakan bahwa mereka memiliki kamus L1-L2 dan kamus monolingual, 20% mengklaim memiliki kamus L1-L2, kamus L2-L2 dan kamus monolingual dan tidak seorang pun dari dosen yang memiliki kamus semibilingual. Hasilnya mengindikasikan bahwa seluruh dosen sangat biasa dalam menggunakan kamus.
4.3
Berdasarkan bentuknya, Jenis kamus apa yang Anda miliki? Hasil dari jawaban dosen menunjukkan informasi sebagai berikut:
A= Kamus elektronik saku B= Kamus elektronik yang di-install kedalam telepon genggam C= Kamus elektronik yang di-install ke dalam Personal Computer Jenis kamus Persentase dosen yang memiliki kamus tersebut
A 1
B 1
C 7
A+B 3
A+C 4
A+B+C 4
5%
5%
35%
15%
20%
20%
5% dosen mengklaim mempunyai kamus elektronik saku 5% dosen mengklaim mempunyai kamus elektronik yang di-install kedalam telepon genggam 35% dosen mengklaim mempunyai kamus elektronik yang di-install kedalam Personal Computer 15% dosen mengklaim mempunyai kamus elektronik saku dan kamus elektronik yang di-install kedalam telepon genggam. 20% dosen mengklaim mempunyai kamus elektronik saku dan kamus elektronik yang di-install kedalam Personal Computer 20% dosen mengklaim mempunyai kamus elektronik saku , kamus elektronik yang di-install kedalam telepon genggam, dan kamus elektronik yang di-install kedalam Personal Computer . 4.4
Dapatkah Anda jelaskan apa yang dimaksud dengan kamus semibilingual ? Dari jawaban dosen terhadap angket yang diberikan dapat disimpulkan 5 dosen menjawab tidak tahu ( tidak memberikan jawaban) 4 dosen menjawab sebagai berikut: - Sorry, I don‟t have any idea (mohon maaf Saya tidak bisa menjawabnya). - I am sorry I don‟t understand about it (mohon maaf saya tidak paham tentang kamus semibilingual). - Sorry, I don‟t know the term of the semi bilingual dictionary (Mohon maaf, Saya tidak tahu tentang istilah kamus semibilingual). - I never heard about this (Saya belum pernah mendengar kamus semibilingual). 11 dosen mencoba menjawab untuk mendefinisikan kamus semibilingual menurut pendapat mereka sendiri sebagai berikut: Semibilingual dictionary is used to L1-L2 and L2-L1 dictionary (Kamus semibilingual adalah kamus yang digunakan untuk bahasa ibu ke bahasa kedua dan bahasa kedua ke bahasa ibu). - Semibilingual means using L1-L2 dictionary and L2-L1 dictionary (Kamus semibilingual berarti penggunaan kamus dari bahasa ibu ke bahasa kedua dan bahasa kedua ke bahasa ibu. - A dictionary which defines meanings of words in English and its counterparts in Indonesian. (Sebuah kamus yang mendefinisikan makna kata bahasa Inggris dan persamaannya dalam bahasa Indonesia)
-
-
-
-
Dictionary which combines the features of a monolingual and a bilingual dictionary. (Kamus yang mengkombinasikan ciri dari sebuah kamus monolingual dan kamus bilingual) It is a dictionary which has 2 language. (Kamus semibilingual merupakan kamus yang mempunyai dua bahasa) A dictionary which combines the features of a monolingual and a bilingual dictionary. (Kamus yang mengkombinasikan ciri dari sebuah kamus monolingual dan kamus bilingual) A type of dictionary consisting of two explanations of the target language, either of which provides more explanation than another one. (Sebuah jenis kamus yang terdiri dari dua penjelasan bahasa target, yang menyajikan lebih banyak penjelasan daripada yang lain) A kind of dictionary that provides the meaning of the words in two languages. (Sebuah jenis kamus yang menyajikan makna kata dalam dua bahasa) Kamus yang arti katanya dikaitkan dengan latar budaya. It is included the others sense in making meaning. ( Kamus yang didalamnya dimasukan makna lain dalam membuat makna) It combines monolingual and bilingual feature (Kamus yang mengkombinasikan ciri kamus monolingual dan ciri kamus bilingual)
Lima dosen tidak memberikan jawaban, 4 dosen mengatakan tidak pernah melihatnya bahkan tidak tahu tentang kamus semibilingual sementara yang 11 dosen mencoba untuk mendefisikan menurut pendapat mereka sendiri apa yang dimaksud dengan kamus semibilingual, 4 dosen memberikan jawaban sesuai dengan maksud dari kamus semibilingual dan 7 dosen menjawab tidak sesuai dengan maksud dari kamus semibilingual. Hasil jawaban dosen mengindikasikan sebagai besar dari mereka tidak begitu mengenal apa yang dimaksud dengan kamus semibilingual. 4.5
Berapa banyak kamus cetak yang Anda miliki? Hasil jawaban menunjukkan sebagai berikut: 2 (10%) dosen mengklaim mempunyai 2 kamus 7 (35%) dosen mengklaim mempunyai 3 kamus 11 (55%) dosen mengklaim mempunyai lebih dari 3 kamus
Hasil ini menunjukkan bahwa semua dosen memiliki kamus untuk menunjang kegiatan mereka sebagai dosen bahasa Inggris. 4.6
Prioritas apa yang Anda pilih ketika membeli sebuah kamus? Ada 6 pilihan diberikan kepada mereka dengan hasil jawaban sebagai berikut: Karena jumlah halamannya: tidak ada yang menjawab Karena jumlah katanya:20% Karena jumlah contoh penggunaan kata:15% Karena alasan harga: tidak ada yang menjawab Karena reputasi dari penerbitnya:40% Alasan lain-lain :25% - Karena isinya - Karena lebih rinci - Karena kebutuhan
-
Karena informasi yang lengkap tentang kata, contoh-contoh kata dalam kalimat, grammar, diksi dan lain lain. Karena edisi terbaru
40% dari dosen membeli kamus karena reputasi penerbitnya, 20% disebabkan oleh jumlah katanya, 25 % disebabkan alasan lain, 15% karena jumlah contoh-contohnya dan 0% karena jumlah halamannya.
4.7
Pada saat kapan Anda menggunakan kamus? (Anda boleh memilih lebih dari satu jawaban!) Peneliti menawarkan empat pilihan dan jawaban dosen adalah sebagai berikut:
Selama di kelas: 30% Saat mempersiapkan materi mengajar di ruang dosen: 20% Saat mempersiapkan materi mengajar di rumah: 40% Saat mempersiapkan materi mengajar di perpustakaan: 10% Sebagian besar dosen (40%) memanfaatkan kamus saat mempersiapkan bahan mengajar di rumah dan kurang dari 30% menggunakan kamus saat di ruang kelas dan 20% menggunakan kamus saat mempersiapkan bahan ajar di ruang dosen dan 10% dosen menggunakan kamus saat mempersiapkan bahan ajar di perpustakaan. 4.8
Anda menggunakan kamus ketika Anda ...... (Anda boleh memilih lebih dari satu jawaban!) Membaca Koran dan majalah: 15% Membaca buku teks: 45% Membaca jurnal akademik: 15% Membaca buku untuk hiburan: kosong Menerjemahkan : 25% Bermain permainan kata: kosong Lain-lain (sebutkan secara spesifik): kosong
Hasil ini menunjukkan bahwa 45% dari dosen menggunakan kamus saat membaca buku teks, 25% dari dosen menggunakan kamus saat menerjemahkan dan 15% saat membaca buku teks. Hanya 15% menggunakan kamus saat membaca Koran dan majalah. 4.9
Anda menggunakan kamus ketika Anda....... (Anda boleh memilih lebih dari satu jawaban!) Partisipan ditanya berapa sering dan untuk apa (empat) kegiatan dan (lima) kategori informasi mereka berkonsultasi dengan kamus dan mereka memberikan respons sebagai berikut. Ketika menulis artikel berbahasa Inggris:60% Ketika Anda membaca artikel berbahasa Inggris:55% Ketika menyimak:20% Ketika berbicara: kosong Mencari cara mengucapkan kata:50% Mencari sebuah definisi atau persamaan kata:55% Mencari sinonim atau kata yang semakna:35% Mencari contoh dari penggunaak kata:45% Mencari kolokasi:45%
Kebanyakan dosen menggunakan kamus untuk menulis sebuah artikel berbahasa Inggris (60%) diikuti membaca artikel berbahasa Inggris (55%) , mencari sinonim atau kata semakna (35%), dan contoh dari penggunaan kata (45%). 45% dosen menggunakan kamus untuk mencari kolokasi. Dosen menggunakan kamus untuk tujuan komunikasi misalnya, membuat atau memecahkan sebuah makna: 60% ketika menulis , 55% ketika membaca.
4.10
Apakah Anda pernah menggunakan informasi yang terdapat dalam lampiran (apendiks)?
Dosen ditanya tentang pengalaman mereka dalam menggunakan lampiran dalam sebuah kamus. Tiga pilihan ditawarkan dan jawaban mereka sebagai berikut: ya: 80% tidak: 20% jika ya nyatakan secara spesifik:Dari hasil di atas, jelaslah bahwa dosen pernah menggunakan informasi yang terdapat dalam lampiran sebuah kamus untuk memahami isi dari buku, mempelajari halaman dan gambar, mencari istilah teknik bidang ilmu tertentu dan mencari kosa kata. Beberapa dosen tidak dapat menjelaskan secara spesifik. Oleh karena itu, dosen harus belajar susunan kamus agar mereka dapat menjelaskan jenis informasi yang terkandung dalam lampiran misalnya daftar singkatan, daftar kata kerja beraturan dan kata kerja tidak beraturan, nama orang, kota, geofrafi , unit pengukuran dan lain sebagainya. 4.11
Bila Anda menyadari catatan petunjuk bagi pengguna kamus di depan sebuah kamus apakah Anda.......? Tiga pilihan diberikan dan jawaban dosen adalah sebagai berikut:: Mempelajarinya : 50% Petunjuk tersebut mudah digunakan::35% Mengabaikannya: 15%
Hasil ini menunjukkan bahwa 15% dosen mengabaikan terhadap informasi dalam catatan petunjuk untuk pengguna kamus, yang sebenarnya merupakan informasi yang berguna (misalnya susunan dari kamus, daftar singkatang yang digunakan dalam kamus, penjelasan cara pengucapan kata, daftar isi, dan lain sebagainya). Mengenal petunjuk bagi pengguna kamus dapat meningkatkan pemahaman dan mengurangi proses mencari. Oleh sebab itu, dosen meski mempertimbangkan pentingnya catatan petunjuk bagi pengguna kamus. 4.12
Berdasarkan pengalaman, yang mana pernyataan dibawah ini yang Anda setujui? Peneliti menggunakan pertanyaan ini untuk menjaring reaksi terhadap lima cara bagaimana kamus bermanfaat: Menggunakan kamus dapat meningkatkan pemahaman bacaan saya:30% Menggunakan kamus dapat meningkatkan tulisan saya:20% Menggunakan kamus dapat meningkatkan kemampuan berbicara saya:10% Menggunakan kamus dapat meningkatkan pemahaman menyimak saya:5% Menggunaka kamus dapat membantu saya untuk tampil lebih baik dalam mengajar:35%
Persentase terbesar dosen (35%) menyatakan bahwa menggunakan kamus dapat membantu mereka tampil lebih baik dalam mengajar , diikuti 20% yang berpendapat bahwa menggunakan kamus dapat meningkatkan pemahaman bacaan mereka.who think that using dictionaries can improve their reading. Hanya 10% dosen berpikir bahwa menggunakan kamus dapat meningkatkan kemampuan berbicara mereka. Dan hanya 5% dosen berpendapat bahwa menggunakan kamus dapat meningkatkan pemahaman menyimak. 4.13
Pernahkah Anda diajar bagaimana cara menggunakan kamus ketika Anda di Sekolah Menengah? Dalam pertanyaan ini, jawaban diberikan dalam tiga pilihan: ya:30% sedikit:40% Tidak pernah::30%
Dalam jawaban ini dapat kita lihat, 30% dosen tidak pernah diajar bagaimana cara menggunakan kamus dan 40% hanya diajar sekilas saja.. Hasil ini menunjukkan bahwa dosen meski meyakini tentang pentingnya belajar menggunakan kamus. 4.14 Apakah Anda berpikir bahwa mengajarkan cara menggunakan kamus itu penting terhadap mahasiswa di program studi Pendidikan bahasa Inggris? Empat pilihan jawaban diberikan: Sangat penting: 60% Penting: 40% Tidak penting: kosong Tidak tahu: kosong Seluruh dosen (100%) berpikir penting atau sangat pening mengajarkan mahasiswa mereka bagaimana menggunakan kamus. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa penting untuk mengajarkan bagaimana cara menggunakan kamus atau user education kepada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Inggris sebagai calon guru. Menurut Hartmann dan James (1998:152), User education didefinisikan sebagai „the training of users in the reference skills in response to reference needs‟. Reference skills adalah „the abilities required on the part of the dictionary user to find the information being sought‟ (Hartmann and James 1998:117), Sementara reference needs bermakna „the circumstances that drive individuals to seek information in reference works such as dictionaries‟ (Hartmann and James 1998:116). Hal ini sejalan dengan pendapat Hadebe (2004:90) bahwa „by training teachers to be good users themselves, dapat dipertimbangkan bahwa kelak setelah mereka menjadi guru keterampilan cara menggunakan kamus ini dapat diteruskan kepada siswa mereka yang pada akhirnya kepada masyarakat secara umum. Tambahan lagi, mahasiswa fakultas keguruan bahkan guru meski diajarkan keterampilan reference (reference skills) sebagai bagian dari latihan mereka agar mereka mampu memaksimalkan menggunakan kamus dan buku referensi lainnya dan mengajarkan pengetahuan ini kepada semua siswa disemua tingkatan. Lebih lanjut, guru mempunyai posisi yang lebih baik dibandingkan peneliti atau bahkan ahli kamus untuk menilai kebutuhan siswa terhadap pengetahuan menggunakan kamus. Apabila guru mensyaratkan keterampilan
menggunakan kamus kepada siswanya dan meneruskan kemampuan menggunakan kamus ini kepada siswanya, budaya menggunakan kamus dapat berkembang di masyarakat. Tambahan lagi, guru semestinya tidak mengabaikan tentang manfaat kamus. Seperti misalnya pengucapan. Dengan meningkatkan pemahaman terhadap penggunaan kamus, siswa menjadi lebih mandiri dan sebagai guru ini adalah tujuan utama. Lebih lanjut lagi, penggunaan kamus sebagai sumber yang konsisten untuk memaknai kata, pelafalan dan pengucapan secara luas dapat ditingkatkan lagi.
Tabel 1: Keyakinan Dosen tentang Kamus Statement
I
I
I am
I
I
strongly
agree
not sure
disagree
strongly
agree 15.
Dictionaries
disagree
Count
9
11
20
%
45
55
100%
Teachers should have
Count
15
5
20
dictionaries
%
75
25
100%
Count
11
8
1
20
%
55
40
5
100%
Teachers should have
Count
11
9
20
the
%
55
45
100%
Count
7
8
5
20
enjoyable
%
35
40
25
100%
Teachers should look
Count
10
7
2
1
20
up dictionaries more
%
50
35
10
5
100%
Monolingual
Count
2
10
6
2
20
dictionaries rather than
%
10
50
30
10
100%
Electronic dictionaries
Count
3
10
7
20
have more to offer than
%
15
50
35
100%
integral
are
Total
part
of
language learning 16.
17.
Teachers
need
dictionary more than students 18.
source
for
particular aspects of language
(e.g.
collocation
phrasal
verb, idiom) 19.
20.
Dictionaries
are
than students. 21.
the bilingual‟s are the normal
choice
for
teachers 22.
paper ones
Dari pernyataan nomor 15 dalam tabel 1, kita dapat lihat bahwa 20 dosen (100%) setuju dengan ide mengintergrasikan kamus kedalam belajar bahasa. Menurut Rob Waring (2001) , ada
beberapa alassan mengapa guru meski mengajar keterampilan menggunakan kamus seperti misalnya (1) keterampilan seperti itu dapat mengendalikan siswa untuk belajar secara mandiri dan mengubah tanggung jawab belajar oleh siswa; (2) siswa tidak dilahirkan mempunyai pengetahuan menggunakan kamus dengan baik. Oleh karena itu, siswa membutuhkan pengetahuan menggunakan kamus dan dengan keterampilan ini siswa akan lebih efektif menggunakan kamus; (3) mengajarkan keterampilan menggunakan kamus dapat membantu siswa lebih efektif dalam menggunakan kamus; (4) kamus secara alami dapat menghasilkan pengetahuan tentang makna dan bahasa; (5) Jika siswa dapat menggunakan kamus dengan baik, akan mengurangi gangguan di ruang kelas karena guru dapat meminta siswa melihat kamus makna yang tepat dari sebuah kata sebelum bertanya kepada guru; (6) kamus menyajikan dukungan yang bermanfaat tidak hanya ketika guru ragu tentang sesuatu tetapi juga ketika guru menginginkan siswa mengkonfirmasi dugaan mereka tentang sesuatu dalam bahasa Inggris; (7) kamus dapat melayani kebutuhan komunikasi dan interaksi di ruang kelas; (8) Pelatihan menggunakan kamus dapat membantu siswa mengeksplor kemampuan pribadi dan gaya belajar dan bisa juga membimbing siswa kepada cara baru untuk belajar. Dia juga menambahkan bahwa kamus tidak hanya alat bagi masalah belajar individu, tetapi juga kamus dapat menjadi sebuah pijakan terhadap semua kegiatan komunikasi dan interaksi. Dengan mengeksplor kamus sebagai sumber dari interaksi, guru dapat membantu siswa mengembangkan kepercayaannya sebagai pengguna kamus dan sebagai pembelajar bahasa. Manfaat penting dari kamus adalah siswa akan diekspose tentang bahasa yang membantu mereka lebih berpengalaman dalam belajar bahasa. Pernyataan (16) menguji keyakinan guru tentang pentingnya kamus sebagai alat bantu belajar mengajar dengan menanyakan tentang kepemilikan kamus. 20 (100%) dosen setuju dengan pernyataan ini. Pernyataan (17) berhubungan dengan kebutuhan dosen akan kamus. Hal ini dibuktikan dengan pertanyaan nomor 2, 3 dan 4 yaitu bahwa 100% dosen mempunyai kamus dalam berbagai bentuk seperti kamus elektronik dan kamus cetak. Pernyataan (18) berkenaan dengan kamus konvensional dan thesaurus , sebuah buku yang memuat kata-kata dalam kelompok yang mempunyai makna yang sama. Ada banyak thesaurus untuk kolokasi, phrasal verbs, idioms, and sinonim yang menjadi senjata yang selalu siap sebagai sumber belajar guru sebagaimana yang disarankan oleh Stein (2013). Gambar di atas menunjukkan bahwa 100% dari dosen setuju. Pernyataan (19) menggarisbawahi manfaat dari kamus. 75% dari dosen yakin bahwa kamus menyenangkan. Pernyataan (20) berkenaan dengan pandangan bahwa dosen harus melihat kamus lebih dari mahasiswa 85% dari dosen setuju dengan pernyataan ini. Pernyataan (21) berhubungan dengan jenis kamus yang direkomendasikan. 60% dosen memilih kamus monolingual daripada kamus bilingual. Menurut Nation (2001:289-290) , secara umum kamus monolingual mengandung lebih banyak informasi tentang kata daripada yang terdapat dalam kamus bilingual. Nation (2001:290) menyatakan bahwa manfaat utama dari kamus bilingual adalah: (1) kamus belingual menyajikan makna dalam cara yang mudah diakses, dan (2) kamus bilingual bentuknya bisa dua arah – bahasa Inggris – bahasa pertama dan bahasa pertama – bahasa Inggris. Pernyataan (22) berkenaan dengan keyakinan dosen tentang manfaat yang ada dalam kamus elektronik. 65% dosen yakin bahwa kamus elektronik menyadikan lebih banyak hal daripada kamus bentuk cetak. Sebagian besar dosen saat ini mempunyai personal computer, dengan Internet.
Tabel 2. Survei pandangan dosen tentang manfaat kamus bagi mahasiswa Statement
I
I
I am
I
I
strongly
agree
not
disagree
strongly
agree 23.
sure
Total
disagree
University students can
Count
8
11
1
20
achieve
competence
%
40
55
5
100%
without
employing
dictionaries 24.
25.
Students should consult
Count
3
17
20
dictionaries frequently.
%
15
85
100%
Weaker students are more
Count
7
10
3
20
possible
%
35
55
15
100%
to
use
dictionaries. 26.
Use of dictionaries will
Count
6
11
3
20
unquestionably
%
30
55
15
100%
Some of the students‟
Count
2
16
2
20
pronunciation
%
10
80
10
100%
One way of improving
Count
1
15
4
20
students‟ writing skill is
%
5
75
20
100%
Dictionaries skill can be
Count
1
15
4
20
an indicator of students‟
%
5
75
20
100%
increase
students‟ vocabulary. 27.
problems
are at least caused by lack of dictionary use. 28.
by insisting them to use dictionaries more. 29.
linguistic competence.
Tabel 2 mengeksplor pandangan dosen tentang manfaat kamus bagi mahasiswa. Pernyataan (23) adalah tentang kemungkinan seorang mahasiswa menjadi kompeten dengan sedikit menggunakan kamus. 60% dosen tidak setuju dengan pernyataan ini dan 40% dosen ragu-ragu apakah mahasiswa harus menggunakan kamus setiap hari untuk mencapai kompetensi mereka dalam belajar bahasa.
Pernyataan (24) menyambungkan pandangan guru apakah mahasiswa haru berkonsultasi dengan kamis secara teratur. 100% dosen merekomendasikan mahasiswa untuk berkonsultasi dengan kamus. Menurut Thornbury (2002) mengetahui sebuah kata termasuk mengetahui bentuk lisan dan tulisannya, maknanya dan kaitan kata tersebut secara luas, turunan katanya, bagaimana kata tersebut digunakan dalam situasi yang berbeda, frekuensinya , sifatsifat tata bahasanya, konotasinya, dan bagaimana kata dapat digunakan sebagai sebuah kata kerja, kata benda dan kata keterangan dan lain sebagainya. Pembelajar secara individu dalam menemukan semua informasi ini dalam sebuah kamus yang baik. Menggunakan kamus akan juga membantu pembelajar mengembangkan kemandiriannya: „A learner who makes good use of a dictionary will be able to continue learning outside the classroom, and this will give him considerable autonomy about the decision he makes about his own learning.‟ (Gairns & Redman,2005:79 Tambahan lagi, menggunakan kamus akan memberikan sebuah kebiasaan belajar yang baik.: „There is tremendous amount of information in a good learner‟s dictionary – sometimes an overwhelming amount. Helping students tap into that information efficiently is one of the best ways to help them become independent, lifelong language learners.‟ (Leaney,2007:1) Nampak jelas di sini bahwa membantu mahasiswa memahami sebuah kata secara penuh dan oleh karena itu mengembangkan kosa kata mereka., membantu mereka menjadi lebih mandiri dan meningkatkan kebiasaan belajar yang baik. Seorang guru bahasa Inggris harus menyadari pentingnya menggunakan kamus dalam belajar bahasa. Dosen juga mesti menginformasikan kepada mahasiswanya untuk memilih kamus yang cocok dan baik dan mendorong mereka untuk mengacu kepada kamus secara konsisten dan terus menerus. Pernyataan (25) mengeksplor pandangan dosen apakah mahasiswa yang lemah memungkinkan untuk menggunakan kamus. Li (2012) dan Hartmann (2002) yakin bahwa sebuah kamus dibutuhkan baik oleh mahasiswa yang kompeten maupun mahasiswa yang lemah yang menemukan cara baru dalam mengeksplor potensi yang tidak terbatas dalam pengembangan kemampuan berbahasa mereka. Dalam pernyataan ini, 35% dosen setuju, 55% tidak yakin dan 15% tidak setuju. Sisa dari pernyataan dalam angket ini fokus kepada pandangan dosen tentang bagaimana kamus mempengaruhi pemerolehan keterampilan berbahasa. Peneliti mulai dengan bagaimana kamus membantu mahasiswa meningkatkan penguasaan kosa kata mereka. Pernyataan (26). 85% dosen setujua dan 15% dosen tidak yakin. Hal ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Knight (1994). Pernyataan (27) berkenaan dengan salah satu fungsi kamus yaitu untuk memeriksa pengucapan sebuah kata. Menurut Nation (2001:281) salah satu tujuan menggunakan kamus adalah untuk memproduksi (encoding) misalanya (1) melihat kata yang tidak dikenal yang dibutuhkan untuk berbicara, menulis atau menerjemahkan; (2) melihat cara melafalkan kata , pengucapan , infleksi, dan bentuk turunan kata yang diketahui sebagian yang dibutuhkan dalam berbicara, menulis dan menerjemahkan (3) mengkonfirmasi pelafalan, pengucapan, makna dan lain sebagainya dari sebuah kata; (4) memeriksa sebuah kata yang ada; (5) menemukan kata yang berbeda untuk digunakan sebagai pengganti kata yang sudah diketahui. Dan (6)
membetulkan sebuah kesalahan. Dalam pernyataan ini, 85% dosen setuju bahwa mengabaikan penggunaan kamus akan menyebabkan masalah dalam pengucapan siswa. Pernyataan (28) berhubungan dengan pengaruh kamus terhadap kemampuan menulis mahasiswa .. 85% dosen setuju dengan pernyataan ini.
Pernyataan (29) berhubungan dengan pentingnya keterampilan menggunakan kamus sebagai sebuah indicator kompetensi linguistic mahasiswa. Dalam pernyataan ini, 80% dosen setuju bahwa keterampilan menggunakan kamus dapat menjadi indicator kompetensi linguistic mahasiswa. Menurut Bachman (1990) kompetensi linguistik atau kompetensi bahasa – pengetahuan tentang bahasa (p.85) berhubungan dengan kompetensi organisasional, mengendalikan struktur formal dari bahasa (Kompetensi grammar) termasuk pengetahuan tentang kosa kata, aturan pengucapan dan pelafalan, pembentukan kata dan penyusunan kalimat dan mengetahui bagaimana untuk menyusun wacana (Kompetensi tekstual). Sementara Nation (2001, 281) menyatakan bahwa kamus dapat digunakan untuk tujuan yang luas. Lebih lanjut, Scholfield (1982,1997) secara konsisten telah membedakan antara kamus yang digunakan untuk tujuan pemahaman (listening and reading) dan kamus untuk digunakan sebagai produksi (speaking and writing). Selain sebagai sumber informasi , kamus juga dapat sebagai alat untuk belajar. (Nation,2001).
Tabel 3. Bagaimana dosen mempraktekkan penggunaan kamus dalam kegiatan mengajar di ruang kelas Statement 30.
Always
Often
Sometimes
Rarely
Never
Total
I encourage my students
Count
6
12
2
20
to
%
30
60
10
100%
use
dictionaries
during classes. 31.
I observe the speed of
Count
12
6
2
20
my students who use
%
60
30
10
100%
dictionaries
during
lectures. 32.
I tell my students who
Count
8
11
1
20
use dictionaries well can
%
40
55
5
100%
I train my students in
Count
3
13
3
1
20
dictionaries
%
15
65
15
5
100%
Count
1
15
3
1
20
%
5
75
15
5
100%
I integrate dictionaries
Count
2
13
3
1
1
20
skills into my general
%
10
65
15
5
5
100%
I direct my students to
Count
4
15
1
20
use
%
20
75
5
100%
have a positive impact on
their
language
performance. 33.
related-
exercise
(e.g.,
pronunciation, part of speech, collocations). 34.
I
point
out
to
students
the
relative
advantages
my
and
disadvantages of using monolingual
and
bilingual dictionaries. 35.
English syllabus. 36.
dictionaries
independently at home as part of their general language
learning
technique. 37.
I tell my students to
Count
4
14
2
20
consult their dictionaries
%
20
70
10
100
during their reading and writing exercises.
Tabel 3 berhubungan dengan bagaimana dosen memanfaatkan kamus di ruang kelas mereka dalam kegiatan belajar mengajar bahasa. Pernyataan (30) menyajikan dukungan dosen untuk menggunakan kamus. 90% dosen melakukan ini secara teratur. Namun demikian, , 10% dosen mengatakan bahwa kamus dapat mengganggu waktu perkuliahan. Pernyataan (31) menunjukkan praktek yang dilakukan oleh dosen yaitu mereka menyadari menggunakan kamus di ruang kelas mereka. 60% dosen mengamati kecepatan mahasiswa mereka dalam menggunakan kamus selama perkuliahan. Hanya 30% kadangkadang dan 10% tidak pernah. Pernyataan (32) tentang praktek yang dilaksankan dosen dalam menggunakan kamus bahwa 40% dosen menyarankan kepada mahasiswanya bahwa menggunakan kamus dengan baik dapat meningkatkan kemajuan belajar bahasa mereka, , 55% sering dan 5% kadangkadang. Pernyataan (33) mengeksplor praktek dosen tentang apakah mereka melatih mahasiswanya memanfaatkan fasilitas yang ada dikamus dengan cara memberikan latihanlatihan seperti pengucapan, kelas kata, kolokasi dan lain sebagainya. 95 % dosen melakukan praktek ini dengan berbeda frekuensi dan hanya 5% tidak pernah melakukan praktek ini. Pernyataan (34) menunjukkan bahwa 95% dosen memberikan penjelasan kepada mahasiswanya tentang manfaat dan kekurangan menggunakan kamus monolingual dan kamus bilingual. 5% jarang melakukan hal ini dan 5% tidak pernah melakukan hal ini. Pernyataan (35) mengindikasikan bahwa 95% dosen memadukan keterampilan menggunakan kamus kedalam silabus pengajaran bahasa Inggris mereka. Pernyataan (36) dan pernyataan (37) mengenai arahan dosen kepada mahasiswanya untuk menggunakan kamus tidak hanya di ruang kelas tetapi juga di rumah dan untuk melihat kamus selama latihan membaca dan menulis. Hampir 100% dosen setuju dengan pernyataan ini. Simpulan Walaupun partisipan dalam penelitian ini relatif kecil hanya 20 partisipan, tapi hasil penelitian survey ini menunjukkan bahwa dosen sangat mengenal kamus sebagai bagian yang tidak terpisahkan sebagai alat belajar bahasa Inggris. Seperti yang sudah dijelaskan di bagian latar belakang, tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi keyakinan atau prinsip, pengetahuan, dan praktek dosen dalam menggunakan kamus di kelas mereka ; Secara spesifik penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut 1. Seberapa baik dosen EFL (bahasa Inggris sebagai bahasa asing) mengetahui berbagai jenis kamus dengan fitur-fiturnya?
2. Seberapa sering dosen EFL menggunakan kamus dan untuk tujuan apa? 3. Sampai tingkat apa dosen EFL keyakinan dosen EFL mengenai manfaat kamus bagi mahasiswanya? 4. Sampai tingkat apa dosen EFL memanfaatkan kamus di ruang kelas mereka? Melalui investigasi tentang keyakinan atau prinsip, pengetahuan dan praktek dosen dalam menggunakan kamus di ruang kelas, peneliti menemukan bahwa sebagian besar dosen mempunyai kamus baik kamus Indonesia- Inggris maupun kamus Inggris- Indonesia dan sebagian besar mengklaim bahwa mereka mempunyai lebih dari satu kamus. Dosen kurang mengenal dengan jenis kamus semibilingual. Ketika membeli kamus yang baru, mereka memprioritaskan terhadap reputasi penerbitnya. Menurut mereka, menggunakan kamus dan meningkatkan pemahaman bacaan, kemampuan menulis dan kemampuan berbicara mereka dan membantu mereka tampi lebih baik dalam mengajar. Tambahan pula, melalui penelitian survey tentang seringnya dosen menggunakan kamus dan untuk tujuan apa ini, peneliti menemukan dosen menggunakan kamus selama di ruang kelas dan saat mempersiapkan bahan mengajar di ruang dosen dan di rumah. Selain itu mereka mulai mengenal kamus sejak di sekolah dasar (SD). Dan mereka mengklaim mereka biasanya menggunakan kamus elektronik yang di-install kedalam Personal computer mereka. Juga dosen menggunakan kamus saat mereka membaca jurnal akademik, buku teks, koran dan majalah berbahasa Inggris dan untuk tugas menerjemahkan. Selain itu dosen menggunakan kamus saat mereka membaca dan menulis artikel berbahasa Inggris dan melihat cara mengucapkan kata, definisi sebuah kata, sinonim/kata yang mempunyai makna yang sama. Dosen pernah menggunakan informasi yang terkandung dalam lampiran tetapi mereka tidak bisa menyebukannya secara spesifik lampiran yang mana. Dosen mengklaim bahwa mereka kurang mendapatkan pelatihan cara menggunakan kamus ketika mereka di sekolah menengah. Dosen setuju bahwa penting mahasiswa di program studi pendidikan bahasa Inggris FKIP Unsika diajarkan bagaimana cara menggunakan kamus karena kelak mahasiswa tersebut menjadi guru dan mereka bisa meneruskan kembali keterampilan menggunakan kamus ini kepada siswa-siswanya sehingga terbentuk masyarakat yang „melek kamus‟. Hasil investigasi keyakinan dosen tentang kamus, 100% dosen setuju untuk memadukan kamus dalam kegiatan belajar bahasa dan mereka yakin tentang pentingnya kamus sebagai alat bantu belajar dan mengajar bahasa. Dosen juga setuju bahwa mereka harus lebih banyak membuka kamus dibandingkan dengan mahasiswa mereka. Dosen lebih memilih kamus monolingual dibandingkan dengan kamus bilingual karena kamus monolingual mengandung lebih banyak informasi tentang kata daripada yang terdapat dalam kamus bilingual. Dosen yakin bahwa kamus elektronik menyajikan lebih banyak menu daripada yang ditawarkan oleh kamus cetak (bentuk kertas). Tambahan pula, Peneliti menemukan pandangan dosen bahwa mahasiswa dapat mencapai kompetensinya dengan cara menggunakan kamus dan kamus dapat membantu mengembangkan kemandirian belajar mahasiswa dan meningkatkan penguasaan kosa kata mahasiswa. Juga, mahasiswa dapat memetik manfaat tentang fitur-fitur leksikal, sintaktikal, fonological, morfologikal dan etimologikal dari sebuah kata atau ungkapan kata dari sebuah kamus yang baik. Dosen memandang bahwa keterampilan menggunakan kamus secara komprehensif merupakan indikator kompetensi linguistik mahasiswa termasuk pengetahuan tentang kosa kata, tata cara pengucapan dan pelafalan, pembentukan kata dan penyusunan kalimat dan pengetahuan tentang bagaimana menyusun wacana (kompetensi tekstual) Dalam praktek menggunakan kamus, 100% dosen memanfaatkankan kamus di dalam kegiatan proses belajar mengajar mereka di ruang kelas. Dosen menyadari tentang kecepatan mahasiswa dalam menggunakan kamus selama perkuliahan. Dosen menjelaskan kepada mahasiswanya bahwa kamus berdampak positif terhadap kemajuan belajar bahasa mereka. Dosen juga melatih mahasiswa mereka tentang fitur-fitur yang ada di kamus mengenai
bagaimana cara mengucapkan kata, kelas kata, dan kolokasi. Dosen juga menjelaskan dengan gambling manfaat dan kekurangan kamus monolingual dan bilingual. Dosen memadukan keterampilan menggunakan kamus kedalam silabus bahasa Inggris secara umum. Terakhir, dosen menyarankan kepada mahasiswanya untuk selalu melihat kamus dalam latihan membaca dan menulis bahasa Inggris di rumah.
Penelitian survey in merupakan penelitian pendahuluan mengenai penggunaan kamus yang dilaksanakan oleh dosen bahasa Inggris program studi pendidikan bahasa Inggris di FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang. Penelitian ini belum komfrehensif. Penelitian kualitatif dan kuantitatif lebih lanjut perlu dilaksanakan dengan partisipan, pendekatan dan metoda serta disain penelitian yang berbeda dengan penelitian ini. Tambahan pula, peneliti merekomendasikan dan menyarankan beberapa hal sebagai berikut: dosen mesti mengembangkan kemampuan cara menggunakan kamus kepada mahasiswanya dan menginformasikan betapa pentingnya kamus dalam belajar bahasa dan menyadarkan mereka bahwa dosen bukanlah kamus sehingga mahasiswa harus mandiri dalam mencari jawaban terhadap permasalahan belajar bahasa mereka dengan berkonsultasi dengan sebuah kamus pemelajar yang baik sehingga mahasiswa tidak selalu bergantung kepada dsoen setiap saat. Selain itu, mahasiswa harus mampu belajar mandiri di luar kelas, di rumah atau dimana saja setelah mereka menamatkan kuliahnya. Dosen mesti memahami bahwa kamus semibilingual, sebuah istilah yang digunakan oleh Laufer and Melamed (1994) untuk kamus mono-bilingual , yaitu suatu kombinasi dari kamus monolingual dan bilingual dan mempunyai manfaat yang lebih disbanding kamus monolingual dan kamus bilingual. Juga, dosen harus mengupayakan untuk memperbaiki pandangan tentang kamus dari sebuah buku yang pasif yang disimpan di rak perpustakaan menjadi sebuah sumber belajar yang membantu kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja. Dosen harus memadukan kamus versi kertas (cetak) dengan versi elektronik (misalnya, Oxfor Advance Learner Dictiornary yang terdapat dalam CD-ROM) dan kamus online untuk menyediakan kepada pembelajar sumber inspirasi belajar terkini. Juga, dosen mesti menyadari bahwa kamus untuk pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris merupakan peninggalan budaya yang memediasi antara perbedaan bahasa dan budaya. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam bidang ini untuk memperkaya praktek pengajaran kita di ruang kelas dan untuk meningkatkan kekuatan pemahaman kita bahwa peran kamus merupakan sebagai alat untuk pengajaran dan pembelajaran bahasa dan untuk mengingatkan kepada kita tentang fungsi kamus sebagai sumber ensiklopedia dari pengetahuan manusia secara umum dan akhirnya betapa menyenangkannya fitur-fitur yang terdapat di dalam kamus untuk meningkatkan kita dalam belajar bahasa.
Daftar Pustaka Al Amin, Nauman Ali El-Sayed. 2014. Exploring the English Language Teachers‟ Attitudes Towards the Use of Pedagogical Dictionaries in their Classes (Sudanese Perspective). May 2014, volume 3, No.3, ISSN 2200-3452 pp.171-187 Atkins,B.T.S. and Rundell, M.2008.The Oxford Guide to Practical Lexicography. New York: Oxford University Press. Atkins, B.T.S.(ed.). 1998. Using Dictionaries: studies of dictionary use by language learners and translators. Niemeyer: Tubingen. Bachman, Lyle F. 1990. Fundamental Consideration in Language Testing. Oxford: Oxford University Press. Barnes, A. Hunt, M and Powell,B.1999. „Dictionary use in the teaching and examining of MFLs at GCSE.” Language Learning Journal 19:19-27
Bejoint.1994. Tradition and Innovation in Modern English Dictionaries. Oxford: Oxford University Press. Bishop,G.1998. „Research into the use being made of bilingual dictionaries by language learners.‟ Language Learning Journal 18:3-8 Chi,M.L.A. 2003. An Empirical Study of the Efficacy of Integrating the Teaching of Dictionary Use into a Tertiary English Curriculum in Hong Kong. Hong Kong: Language Centre, Hong Kong University of Science and Technology. Dong, Yamping. 2001. Direct and indirect L2 Vocabulary Learning in the Communicative Approach. Beijing: Foreign Language Teaching and Research Press Gairns, R. & Redman,S.2005. Working with words. Oxford: Cambridge University Press. Hadebe,S. 2004. Improving Dictionary Skills in Ndebele. Lexicos 14: 89-104 Harmer, J. 2007. The Practice of English Language Teaching. England: Pearson Education Limited Hartmann.1991. What is the Use of Learners‟ Dictionaries? Institute of Language in Education Journal.8:73-83 Hartmann,R.R.K. 1994. The learner‟s dictionary – Unilingual or interlingual? In L.Flowerdew & K.K. Tong (Eds.), Entering text (pp.239-250), Hong Kong: The Hong Kong University of Science and Technology, Language Centre. Hartmann, R.R.K. & James,G.1998. Dictionary of Lexicography. London/New York: Rutledge Hartmann,R.R.K. 1999.Case Study: The Exeter University Survey of Dictionary Use. Hartmann R.R.K (Ed.).1999.Dictionaries and Language Learning: Recommendations, National Reports and Thematics Reports from The TNT Sub-Project 9. http://web-fuberlin.de/elc/tnp1/SP9dossier.doc. Hartmann,R.R.K.2002. Thematic Newwork Project in the Area of Language. Subproject9: Dictionaries. Language Teaching.25.151-59 Kirkness,A.2004. Lexicography. In A.Davies & C. Elder (Eds.). The handbook of applied linguistics (pp.54-81). Oxford, UK: Black Well Knight,S. 1994. Dictionary use while reading: the effects on comprehension and vocabulary acquisition for students of different verbal abilities. The Modern Language Journal. 78(3), 285-299.
Kwary, D. A. (ed.) (2011). Password English Learner‟s Dictionary for Speakers of Bahasa Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc. Laufer,B. and Hadar, L.1997. „Assessing the effectiveness of monolingual, bilingual and “bilingualised”dictionaries in the comprehension and production of new words‟, Modern Language Journal,81, 189-196 Laufer,B. & Melamed, L. 1994. Monolingual, bilingual and „bilingualised‟ dictionaries: Which are more effective, for what and for whom? In: W.Martin, W.Meijs, M.Moerland, E.ten Pas, P.van Sterkenburg& P.Vossen (Eds.) EURALEX 1994 Proceeding, pp.565-576. [14-] Leaney,C.2007. Dictionary Activities. Oxford: Cambridge University Press. Li,L.& Lou,X.2012. A survey on English majors‟ dynamic trends of dictionaries using. Open Journal of Modern Linguistics, 2(2),79-83 Miller, Julia.2008.Teachers and Dictionaries in Australia: Is There a Need to Train the Trainers? TESOL in Context, Vol.17,No.2,Feb 11-19. Nation,I.S.P.2001. „Dictionaries and language learning‟. In M.L. Tickoo (ed.), Learners‟ Dictionaries: state of the Art (65-71), RELC Anthology Series,23,SEAMEO Singapore: Regional Language Centre. Nation,I.S.P.2001. Learning Vocabulary in Another Language. Cambridge: Cambridge University Press.
Nesi,H.2000. The Use and abuse of EFL dictionaries: How Learners of English as a Foreign Language read and interpret dictionaries entries. Lexicographical Series Major Tubingen: Max Nie Meyer Verlag. Oh,H.J.2006. “Korean English teachers‟ use of English dictionaries and instruction on their use:. Foreign Language Education 13(3) 419-443 Oxford Advanced Learner‟s Dictionary.8th ed. [print and CDROM]. 2010. Oxford: Oxford University Press R.Carter and M.McCarthy.1988. Vocabulary and Language Teaching. New York: Longman Scholfield,P.J.1982. „The role of bilingual dictionaries in ESL/EFL: a positive view‟, Guidelines,4,84-98. Scholfield,P.J.1997. „Vocabulary reference works in foreign language learning‟ in Schmitt and McCarthy, 279-302. Stein,G.1991. From the Bilingual to the Monolingual Dictionary. Hamburg University. Stein,G. 1999. Illustration in Dictionaries. International Journal of Lexicography 4.2:99 Stein,G. 2002. Better Words: Evaluation of EFL Dictionaries. Exeter: Exeter University Press Stein,G. 2013. EFL Dictionaries , the Teacher and the Student. JALT JOURNAL Vol.11. No 1. Retrived at jalt.publications.org/files/pdf-article/jj-art3.pdf on July 19. Thornbury,S. 2002. How to teach vocabulary. England: Pearson Education Limited Waring, Rob.2001. Oxford Learner Dictionary: Getting your students to use their dictionaries effectively. Tokyo: Oxford University Press. Wright,J. 2001. Dictionary, Resources Books for Teachers. Oxford: Oxford University Press