INVERSI 2-D MAGNETOTELLURIK DENGAN MENGGUNAKAN INITIAL MODEL 1-D UNTUK PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI CUBADAK
1
Adilla Armando1 Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
[email protected] Abstrak
Daerah Cubadak terletak di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Ditinjau dari data geologi, daerah ini didominasi oleh formasi batuan Sabak berumur Permo-Karbon dan berada pada zona depresi yang dipengaruhi oleh sesar-sesar normal sebagai akibat aktivitas tektonik. Daerah Cubadak diduga memiliki prospek panasbumi yang ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa 3 mata air panas yang bertipe klorida-bikarbonat. Untuk mengkonfirmasi adanya potensi panasbumi tersebut, dilakukan survei metode Magnetotellurik (MT). Tahapan prosesing MT adalah sebagai berikut: seleksi data time-series, Transformasi Fourier, Robust Processing, Seleksi Cross Power, Static Shift Correction, dan kemudian inversi 2 dimensi dengan menggunakan model awal berupa sounding 1 dimensi. Hasil pengolahan data 2 dimensi kemudian diintegrasikan dengan data geologi, geokimia, metode gravitasi dan dijadikan acuan untuk mendapatkan suatu model konseptual dari sistem panasbumi Cubadak. Model konseptual tersebut menunjukkan bahwa lapisan reservoir panasbumi Cubadak berada di bawah lapisan alterasi and silifikasi permukaan. Batas atas zona reservoir diduga berada pada kedalaman 2000 m. Kisaran temperatur reservoir didapat dari data geotermometrik yaitu sebesar 148-161°C sehingga sistem panasbumi Cubadak termasuk kedalam moderate temperature geothermal system. Estimasi luasan area reservoir berdasarkan data MT adalah 8 km2. Berdasarkan kalkulasi, sumber panasbumi Cubadak memiliki potensi sekitar 28 MWe.
Abstract Cubadak area is located in West Pasaman, West Sumatra province. Based on the geological data, the area is dominated by Permo-Carbon Sabak formation and located in depression zone that influenced by normal faults. Cubadak area is estimated have the geothermal prospect due to presence of surface manifestations. There are three chloride-bicarbonate hot springs types. To confirm the geothermal potential, magneto telluric ( MT ) method was then carried out. MT Processing includes: time-series data selection, Fourier transform, Robust Processing, Cross Power Selection, Static Shift Correction, then two-dimensional inversion was conducted initial model as resulted from one-dimensional inversion. The result was then integrated with geological, geochemical, and gravity data. The conceptual model shows that geothermal reservoir zone is located under alteration layer and surface silification. The depth of the reservoir top zone is estimated to be 1000-1500 m. Reservoir temperature is estimated using a geothermometry is about 148-161 ° C. Accordingly, the Cubadak geothermal system is clasified into the moderate temperature system. The reservoir area is estimated from MT data is about 8 km2. Based on calculation, the potential of Cubadak geothermal resources is about 28 MWe. Keywords: Cubadak, Magnetotelluric method, initial model 1-D, moderate temperature geothermal
system
1. PENDAHULUAN Seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk, maka kebutuhan industri dan desakan akan adanya perbaikan akan standar hidup yang layak akan semakin besar. Hal ini juga akan mempengaruhi besar kebutuhan akan konsumsi energi [1]. Satu fakta peting, bahwa pertumbuhan penduduk meningkat tajam secara eksponensial. Misalnya, pada tahun 1850 hingga tahun 2006, poulasi penduduk bertambah dari 1.3 juta menjadi 6.5 juta jiwa. Pada akhirnya, diestimasi pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 hingga tahun 2050 akan mengalami peningkatan yang signifikan, dari 6.1 juta jiwa menjadi 8.9 juta
jiwa. Dalam hal ini, pertumbuhan penduduk akan mengalami peningkatan sebesar 50% per 50 tahun [2]. Dengan demikian, seiring perkembangan penduduk, kebutuhan akan pasokan energi baru dan terbarukan termasuk panas bumi akan menjadi sangat esensial dan dibutuhkan untuk keperluan hajat hidup seseorang, dikarenakan energi panas bumi terbilang sangat ekonomis (lebih murah dibandingkan energi fosil) dan penggunaannya sebagai bahan dasar yang dikonversi menjadi tenaga listrik yang sangat diperlukan untuk keperluan industri, pertanian, dan keperluan domestik yang lain [2]. Kebutuhan akan energi terbaharukan ini meliputi skala nasional termasuk
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
dalam hal ini daerah Cubadak yang memiliki prospek panasbumi. Cubadak Daerah panas bumi Cubadak berada sekitar 30 km ke arah utara dari Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. Maka, untuk mengupayakan dan mengoptimaliasasi pemanfaatan energi panasbumi perlu dilakukan penyelidikan pendahuluan guna mengetahui besarnya prospek sumber daya/cadangan panasbumi secara hipotesis yang terkandung salah satu daerah Pasaman ini. Langkah tersebut diakomodir salah satunya dengan menggunakan survei geofisika, terutama dengan Metode Magnetotellurik (MT) dimana metode ini ampu mencitrakan sebuah sistem panasbumi berdasarkan kontras resistivitasnya hingga menjangkau penetrasi vertikal sejauh 16 km [3], sehingga diharapkan dapat memodelkan seluruh komponen dari sistem panasbumi Cubadak.
2. GEOLOGI REGIONAL Secara regional daerah panas bumi Cubadak terletak di zone depresi Cubadak yang memanjang arah Barat Laut-Tenggara. Depresi ini terbentuk oleh aktivitas sesar-sesar normal berarah baratlaut-tenggara yang dipengaruhi oleh sesar besar Sumatera (Great Sumatera Fault). Zona depresi ini kemudian terisi oleh material membentuk batuan sedimen dan endapan aluvium. Batuan tertua adalah batuan Formasi Kuantan yang berumur Permo-Karbon [4]. Berdasarkan pengamatan di lapangan, stratigrafi daerah Cubadak disusun berdasarkan hubungan relatif antara masing-masing satuan batuan. Penamaannya didasarkan kepada pusat erupsi, mekanisme, dan genesa pembentukan batuan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, batuan di daerah penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 14 satuan batuan, yang terdiri dari tiga satuan batuan malihan, dua satuan batuan sedimen, tujuh satuan batuan vulkanik, satu satuan batuan terobosan, dan satu endapan permukaan (aluvium). Urutan satuan batuan atau stratigrafi dari tua ke muda yang tertera pada Gambar 2.1
UTM X = 610.239 mT dan Y = 35.534 mU dengan temperatur 72,7 0C, pH = 6.47. Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Cubadak dengan menggunakan geotermometer SiO2 (conductive-cooling) rata-rata berkisar antara 148161°C dan termasuk kedalam entalphi sedang [5]. Karakteristik hotsprings Cubadak berada pada tipe klorida-bikarbonat. Hal ini mengindikasikan bahwa fluida air panas tersebut telah mengalami mixing dengan air meteorik ( air permukaan). Indikasi tersebut diperkuat dengan diagram Na-K-Mg yang memposisikan kondisi hotsprings Cubadak berada pada zona immature water, dimana sudah terjadi mixing dengan air yang berada di sekitarnya. Kondisi diatas diperlihatkan pada diagram di Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lintasan Pengukuran Pengukuran metode Magnetotellurik terdiri atas 19 titik dan membentuk 3 lintasan yang saling sejajar satu sama lain. Wilayah pengukuran ini memiliki relief yang bergelombang seperti pada Gambar 4.1 & Gambar 4.2 diatas. Dalam pengukuran ini, terdapat 3 buah manifestasi air panas yang berada dekat di titk ukur MT 10 dan MT 11. B. Penampang Inversi Lintasan 1 Pada lintasan 1 ini, terdiri atas 6 titik ukur, yaitu MTCB 1, MTCB 2, MTCB 3, MTCB 4, MTCB 5, MTCB 6. Hasil penampang inversi diatas, terlihat adanya sebuah bongkahan besar yang memiliki resistivitas > 570 Ω.m. Diduga bongkahan besar tersebut adalah resistif basement. Lapisan tersebut diindikasi memanaskan & memanaskan lapisan reservoir yang berada tepat diatasnya.
3. GEOKIMIA Pengamatan geokimia dalam hal ini terfokus pada kondisi manifestasi secara kimiawi di wilayah penelitian, yaitu terdapat 3 hotsprings Cubadak, yaitu hotspring Cubadak 1 yang terdapat pada pinggir Sungai Dolok Sosopan dengan temperatur 74,8 0C, pH sebesar 6.35 dan terletak pada koordinat UTM X = 610.239 mT dan Y = 35.534 mU, hotspring Cubadak 2 dan terletak pada koordinat UTM X = 610.239 mT dan Y = 35.534 mU dengan temperatur 68,4 0C, pH = 6.84, hotspring Cubadak 3 dan terletak pada koordinat
Gambar 4.3 Penampang Inversi lintasan 1 Di penampang tersebut juga terdapat 2 sesar yang menghujam vertikal kebawah permukaan, yaitu sesar Cubadak (SC) dan sesar Rantau Panjang (SRP) yang diindikasikan pada penampang pseudo-section TM Mode pada lintasan
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
1 dimana terdapat kontur diskontinu yang ditunjukkan pada Gambar 4.4. Dalam hal ini, digunakan dengan mode TM, dikarenakan mode TM lebih tajam dalam membaca keberadaan struktur dibandingkan mode TE [6].
Gambar 4.6 Penampang pseudo-Section lintasan 2 dengan TM Mode
Gambar 4.4 Penampang pseudo-Section lintasan 1 dengan TM Mode Pada penampang inversi tersebut, juga diduga terdapat batuan alterasi yang memiliki nilai resistivity 12-15 Ω.m. Keberadaan lapisan ini merupakan hasil dari aliran upflow dari permukaan reservoir yang terus termatangkan. Dengan adanya aliran upflow yang mengarah ke lapisan ini pula yang menyebabkan lapisan upflow mengalami perluasan & pematangan secara termal. C. Penampang Inversi Lintasan 2 Pengukuran di lintasan 2 ini melibatkan 7 titik ukur, yaitu MTCB 7, MTCB 8, MTCB 9, MTCB 10, MTCB 11, MTCB 12, dan MTCB 13.Di lintasan ini terdapat keberadaan manifestasi, yaitu 3 hot spring Cubadak yang jaraknya berdekatan. Posisi ketiga hot spring tersebut diantara titik ukur 10 (MTCB 10) dan titik ukur 11 (MTCB 11). Keberadaan hot spring tersebut berdekatan pula dengan sesar Cubadak yang diduga menjadi kontrol dari jalur penetrasi air panas ke permukaan, setelah mengalami pemanasan.
Lapisan reservoir yang berada diatas resistif basement diduga terus mengalami pemanasan & pematangan termal dari basement. Hal inilah yang akan menghasilkan aliran fluida panas 2 bentukan, yaitu berupa upflow yang mengarah ke lapisan alterasi (mengalami pemanasan & pematangan termal) dan outflow yang mengarah menuju manifestasi hot springs Cubadak melalui sesar Cubadak (SC). Sesar Cubadak, yang juga merupakan kategori sesar regional, menjadi kontrol bagi manifestasi Cubadak. Sesar ini menjadi jalur penetrasi fluida hingga muncul ke permukaan. Dugaan saya, fluida panas tersebut berasal dari pemanasan air meteorik yang terkumpul & termatangkan didalam lapisan reservoir oleh resistif basement tersebut. Pada lintasan ini juga diduga terdapat lapisan clay cap yang memiliki resistivity rendah, sekitar 10-12 Ω.m. Clay cap ini diduga merupakan hasil pemanasan dari aliran upflow yang dihasilkan oleh lapisan reservoir. Clay Cap di lintasan ini menjadi penudung & menghalangi laju aliran upflow. Kandungan kimia dari hot springs yang muncul di wilayah penelitian masuk dalam kategori klorida-bikarbonat (pada Gambar 4.5). Hal ini menyimpulkan bahwa hot springs Cubadak bukan merupakan zona upflow, tapi berada pada zona outflow. Namun, pada lintasan ini juga terdapat aliran upflow yang mengarah vertikal ke atas menuju lapisan alterasi.
Gambar 4.5 Penampang Inversi lintasan 2 Pada lintasan ini juga terdapat 2 buah sesar, yaitu Sesar Rantau Panjang yang mengarah dari Barat Daya-Timur Laut, dan Sesar Cubadak yang mengarah dari Utara-Selatan sebagai pengontrol keberadaan manifestasi hot spring Cubadak. Keberadaan sesar tersebut mengacu pada Gambar 4.6.
Perlapisan yang memiliki resistivity tinggi ( > 1000 Ω.m) diduga merupakan resistif basement yang masih menyimpan sisa panas. Lapisan ini berbentuk bongkahan besar yang menghujam hingga kedalaman > 3 km. Dengan adanya heat transfer dari lapisan ini yang mentriger aktivitas alterasi di sekitar sesar normal tersebut. D. Penampang Inversi Lintasan 3 Pengukuran di lintasan 3 ini melibatkan 6 titik ukur, yaitu MTCB 14, MTCB 15, MTCB 16,
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
MTCB 17, MTCB 18, dan MTCB 19. Di lokasi ini terdeteksi adanya 2 buah sesar normal dari PseudoSection (TM Mode), yaitu sesar Rantau Panjang, dan sesar Cubadak.
Gambar 4.7 Penampang Inversi lintasan 3 Sesar Rantau Panjang merupakan sesar yang bersifat cukup regional dan diindikasi menjadi jalur masuk aliran air meteorik. Sebagian air tersebut nantinya akan mengalir ke reservoir dan terpanasi oleh heat yang mengalir dari resistif basement tersebut. Keberadaan sesar tersebut mengacu pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Penampang pseudo-section lintasan 3 dengan TM Mode Di bagian atas resistif basement terdapat sebuah lapisan reservoir yang terus terpanasi dan termatangkan. Dengan demikian, akan terdapat 2 aliran yang muncul pada lapisan reservoir tersebut, yaitu aliran upflow yang mengarah hingga menembus lapisan alterasi sampai permukaan dan aliran outflow yang mengarah menuju manifestasi melewati sesar Cubadak.
E. Data Gravitasi Data gravitasi berupa anomali bouguer (Gambar 4.9) menunjukkan anomali rendah cenderung berada di sebelah barat laut dari munculnya manifestasi air panas Cubadak dan Sawah Mudik. Anomali tersebut mengindikasikan batuan yang memiliki densitas yang rendah seperti sedimen dan memiliki porositas tinggi. Diperkirakan batuan yang berdensitas rendah tersebut mengisi daerah depresi Cubadak hingga kedalaman > 500 m. Struktur yang terbentuk mengisi batuan vulkanik di bagian timur dengan batuan klastik yang mengisi daerah depresi [7]. F. Interpretasi Terpadu Hasil pengolahan data Magnetotellurik yang terdiri atas 3 lintasan dengan disertai data pendukung beserta beberapa pemodelannya, maka terbentuklah gagasan yang integratif mengenai bentuk dan model konseptual dari sistem panas bumi Cubadak beserta kisaran potensi yang dapat diraih. Berdasarkan hasil penampang inversi pada lintasan 1, 2 dan 3 (Gambar 4.3, Gambar 4.5, Gambar 4.7) 1. Terdapat sumber panas yang terdeteksi memiliki nilai high resistivity (ρ > 1000 Ω.m) dan tervisualisasi berbentuk sebuah body besar. Body besar tersebut diduga merupakan sebuah resistive basement yang masih menyimpan panas dan mentransfer ke lapisan di atasnya, yaitu lapisan reservoir. Diduga, resistive basement tersebut akan terus menerus memanasi & mematangkan. 2.
Aliran upflow diatas diduga menembus lapisan alterasi hingga membuat rongga tersilsifikasi di permukaan pada arah barat daya wilayah penelitian. Hal ini diperkuat pada hasil penampang inversi line 3 ini, yaitu terdapat sebuah bongkahan batuan yang very low resistivity. Pada kedalaman 1 hingga 2,5 km, muncul tubuh batuan yang memiliki resistivity > 1000 Ω.m. Saya menjustifikasi, bahwa tubuh batuan tersebut merupakan resistif basement yang masih menyimpan panas yang diperuntukkan untuk memanaskan dan mematangkan lapisan reservoir. 3.
Pada tiga line inversi (Gambar 5.4, Gambar 5.6, Gambar 5.8), Juga terdapat 2 sesar yaitu Sesar Rantau Panjang, dan Sesar Cubadak. Keberadaan kedua sesar tersebut mengacu pada visualisasi pseudo-section tiap lintasan (Gambar 5.5, Gambar 5.7, Gambar 5.9). Kedua sesar tersebut diduga memiliki peran masing-masing, yaitu a.
Sesar Rantau Panjang yang bersifat regional diindikasi berperan menjadi jalur resapan air meteorik ke bawah permukaan (charge). Sebagian air meteorik tersebut terkumpul, terpanasi, dan termatangkan di lapisan reservoir.
b.
Sesar Cubadak juga merupakan sesar regional yang berperan dalam mengontrol aliran fluida panas menuju manifestasi hot spring yang berbentuk outflow. Sesar ini juga menampung aliran air meteorik.
Sistem panas bumi di wilayah penelitian memiliki manifestasi yaitu berupa 3 hotspring
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
Cubadak (HSC) yang berada pada line 2 (Gambar 4.5), dimana ketiga hot spring tersebut berada berdekatan dengan titik ukur MT 10 (MTCB 10) dan titik ukur MT 11 (MTCB 11). Ketiga hot spring Cubadak memiliki temperatur yang berbeda-beda, namun diduga berada dalam satu pengontrol, yaitu Sesar Cubadak. Temperatur hot spring Cubadak 1 berkisar 74,8 0C dengan pH sebesar 6.35 (netral), temperatur hot spring Cubadak 2 berkisar 68,4 0C dengan pH = 6.84, hot spring Cubadak 3 memiliki temperatur 72,7 0C, dengan pH = 6.47. Berdasarkan analisis kandungan kimia (Gambar 3.1 & Gambar 3.2) pada ketiga hot springs tersebut, diindikasi bahwa hot springs Cubadak bukan termasuk dalam kategori zona upflow, namun berada pada zona outflow yang dikarenakan kandungan manifestasi tersebut terkategori immature water (pada Gambar 3.2). Fluida panas tersebut juga diindikasikan sudah terencerkan & mixing oleh air meteorik yang diperkuat dengan kandungan Mg yang cukup tinggi pula (pada Gambar 3.2). 4.
pada jenis kedua adalah aliran fluida outflow yang mengarah menuju manifestasi permukaan (yang berupa 3 hotsprings Cubadak) dan menembus sesar Cubadak. Pada Gambar 4.9, juga tervisualisasi adanya 2 sesar menurut pseudo-section di lintasan 2 (Gambar 4.6), yaitu Sesar Rantau Panjang dan Sesar Cubadak. Sesar Rantau Panjang pada sistem ini diduga berfungsi sebagai jalur penetrasi ke dalam dari aliran air meteorik, sedangkan sesar Cubadak diindikasi sebagai jalur penetrasi aliran fluida outflow menuju manifestasi Cubadak. Pada model konseptual ini juga terdapat lapisan reservoir yang berada pada elevasi -1000 m hingga -1500 m dari mean sea level. Berdasarkan model konseptual tersebut, lokasi pemboran yang prospektif berada di atas dari keberadaan lapisan alterasi yang dimana tepat di bawah lapisan alterasi tersebut terdapat keberadaan lapisan reservoir. Dengan kata lain, penulis dapat mengetahui luasan reservoir di wilayah penelitian dengan mengkalkulasi luasan sebaran lapisan alterasi yang representatif (yang memiliki ρ < 25 Ω.m). Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.11.
Posisi batuan reservoir dijustifikasi berada tepat di atas body besar berupa resistive basement. Lapisan reservoir ini memiliki nilai moderate resistivity ( 20 < ρ < 91 Ω.m) dan berada pada kedalaman 1000-1500 m di bawah mean sea level.
Dengan demikian, keseluruhan data beserta analisisnya, akan diintegrasikan & divisualisasikan pada model konseptual (Gambar 4.9) dengan mengacu pada visualisasi penampang inversi line 2 (Gambar 4.5). Pada Gambar 4.9, menggambarkan mengenai model konseptual sistem panasbumi Cubadak. Sistem panasbumi Cubadak merupakan sistem panasbumi bertipe vulkanik-tektonik yang dikontrol oleh banyaknya struktur (rekahan, sesar, graben), dimana panas yang tersimpan dalam resistive basement diduga berasal dari aktivitas vulkanik muda yaitu erupsi celah (fussion erupsion) yang berumur Kuarter dan digunakan untuk memanasi & mematangkan lapisan reservoir. Berdasarkan model konseptual tersebut, terdapat dua jenis aliran fluida, yaitu aliran upflow dan aliran outflow. Aliran pertama adalah aliran upflow mengarah vertikal keatas menuju lapisan alterasi (yang berwarna kuning), namun tertahan oleh lapisan tersebut. Namun, pada penampang inversi lintasan 3 (Gambar 4.7), memperlihatkan bahwa adanya kemenerusan lapisan yang memiliki low resistivity menuju permukaan. Hal ini mengindikasikan adanya aliran fluida upflow hingga ke permukaan dan diduga menghasilkan adanya silifikasi permukaan. Peristiwa silifikasi permukaan ini terjadi di bagian barat daya dan direpresentasikan pada Gambar 4.12. Aliran fluida
Gambar 4.11 Peta distribusi tahanan jenis wilayah penelitian pada elevasi 0 m Lapisan alterasi pada Gambar 4.11 berada pada boundary yang diberi garis putus-putus (yang bernilai low resistivity). Dengan menggunakan Software Surfer 10, penulis dapat mengetahui luasan boundary yang berupa sebaran lapisan alterasi dan merepresentasikan luasan daerah prospek (A), yaitu sebesar 8,3 km2. Informasi mengenai luasan reservoir ini digunakan untuk mengetahui besarnya potensi panasbumi Cubadak. G. Potensi Energi Perkiraan potensi panasbumi pada reservoir di panasbumi Cubadak dihitung dari nilai temperatur bawah permukaan dan luas daerah
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
dugaan reservoir sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut [8].
[
Q = k × A × Treservoir − TCutOff
]
SiO2. Namun, acuan ini memiliki nilai validitas yang rendah, disebabkan kandungan kimia hot springs sudah masuk dalam kategori immature water, dimana fluida tersebut mixing dengan air meteorik. 4.
Berdasarkan pengamatan geokimia, hot springs Cubadak bukanlah berada pada zona upflow, namun berada di zona outflow. Hal ini didasari pada kandungan kimia manifestasi, yaitu bersifat klorit – bikarbonat yang mengindikasikan bahwa telah terjadi mixing dengan air meteorik yang diperkuat juga dengan kandungan Mg yang cukup tinggi.
5.
Diduga terdapat aliran fluida berupa upflow yang berarah vertikal keatas menuju lapisan alterasi dan outflow yang menuju manifestasi berupa hotsprings Cubadak yang melalui sesar Cubadak, berdasarkan data geofisika (inversi MT).
6.
Pada akhirnya, sistem panasbumi Cubadak merupakan sistem panasbumi bertipe vulkaniktektonik yang dikontrol oleh banyaknya struktur (rekahan, sesar, graben), dimana panas yang tersimpan dalam resistif basement didugaberasal dari aktivitas erupsi celah (fussion erupsion) dan digunakan untuk memanasi & mematangkan lapisan reservoir.
7.
Posisi batuan reservoir dijustifikasi berada tepat di atas body besar berupa resistive basement. Lapisan reservoir ini memiliki nilai moderate resistivity ( 20 < ρ < 91 Ω.m) dan berada pada elevasi -1000 m hingga -1500 m dari mean sea level.
Q = Besarnya potensi sumber daya panasbumi terduga (MWe) k = Faktor konversi (MWe/°C.km2) A = Luas Daerah Prospek (km2) Tres = Temperatur Reservoir TCut Off = Temperatur Cut Off. Bernilai 1200C jika pada moderate temperature system. Dengan diketahui è Luasan daerah prospek (A) = 8,3 km2 è Dengan menggunakan nilai faktor konversi (k) sebesar 0.1 (dikalkulasi hanya pada bagian fluida saja) è Temperatur reservoir (Tres) berdasarkan geotermometrik didapatkan nilai 1550C è Dengan demikian, sistem panasbumi Cubadak termasuk moderate temperature system, sehingga Tcut off = 1200C è Sesuai konseptual diatas, maka Q = k x A x (Tres - Tcut Off) Q = 0.1 x 8 x ( 155 – 120) Q = 28 MWe Besar potensi sumber daya panasbumi Cubadak adalah 28 MWe 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian metode Magnetotellurik di daerah panasbumi Cubadak, Kabupaten Pasaman, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
MT merupakan metode yang sangat tepat digunakan untuk memetakan sistem & komponen panasbumi, seperti clay cap yang memiliki nilai resistivitas < 20 Ω.m, zona reservoir yang memiliki nilai resistivitas 30100 Ω.m, dan resistive basement yang memiliki nilai resistivitas > 500 Ω.m.
2.
Hasil inversi 2-D dengan initial model 1-D cukup efektif dalam menggambarkan heterogenitas perlapisan tanpa mengurangi kualitas model (terepresentasikan dari perbedaan RMS).
3.
Model sistem panasbumi di wilayah penelitian memiliki moderate temperature dengan temperatur reservoir sebesar 1480-1610 C berdasarkan perhitungan pada geotermometri
UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih teruntuk kepada Dr. Eng. Yunus Daud, M.Sc selaku pembimbing yang banyak memberikan arahan & masukan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan karya tulis ini. Serta kepada Departemen Fisika Universitas Indonesia dan Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) yang telah memfasilitasi kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. Serta terlebih kepada kedua orang tua tercinta yang tidak pernah luput untuk terus mensupport dan mendoakan penulis.
DAFTAR ACUAN [1] Gupta, H. and Roy, S. 2007. Geothermal Energi An Alternative Resource for the 21st Century. Elsevier. [2] Glassley, E. W., 2010, Geothermal Energy Renewable Energy and the Environment, Taylor & Francis Group: New York.
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
[3]
Simpson, Fiona and Bahr, Karsten, 2005, Practical Magnetotellurics, Cambridge University Press. [4] Hermawan dkk. D., Nurhadi M., Soetoyo, Rezky Y., 2009, Penyelidikan Geologi Daerah Panasbumi Cubadak, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. [5] Sulaeman, B., Ari W., A.E., 2009, Penyelidikan Geokimia Daerah Panasbumi Cubadak, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. [6]
Roy, K.K., Dey, S., Srivastava, S., Biswas, S., January 2004, “What to Trust in a Magnetotelluric Model?”, Department of Geological Science, Jadavpur University, Kolkata, J. Ind., Geophys. Union.,Vol 8, No.2, pp. 157-171. [7] Hadi, Mochamad Nur, 2009, Tesis: “Sistem Hidrotermal pada Daerah Magmatik: Pembentukan Sistem Panas Bumi dan Alterasi di Daerah Cubadak, Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat”, Teknik Geologi, FITB, Institut Teknologi Bandung. [8] Daud, Yunus, 2008, Modul Kuliah Eksplorasi Geothermal, Program Studi Geofisika, Fisika, FMIPA Universitas Indonesia
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
Gambar 1.1 Lokasi daerah penyelidikan pada peta
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
[4]
Gambar 2.1 Peta Geologi Cubadak [4]
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
Gambar 3.1 Diagram Segitiga Cl - SO4 –HCO3 [5]
Gambar 3.2 Diagram Segitiga Cl - SO4 –HCO3 [5]
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
Gambar 4.1 Lintasan pengukuran berdasarkan Topografi
Gambar 4.2 Lintasan pengukuran berdasarkan Geologi
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
Gambar 4.9 Peta Anomali Bouguer daerah Cubadak [7]
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
Gambar 4.10 Model konseptual Panasbumi daerah Cubadak berdasarkan penampang Inversi pada lintasan 2
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
Gambar 4.12 Silifikasi permukaan di daerah Barat Daya wilayah penelitian [7]
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013
Inversi 2-..., Adilla Armando, FMIPA UI, 2013