INVENTARISASI TUMBUHAN BAWAH DI KAWASAN TIMUR DANAU LIMBOTO Retno Puspawaty Mamonto1, Wirnangsi D. Uno2 dan Sari Rahayu Rahman3 Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 3)Dosen Jurusan Biologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo Jln Jendral Sudirman No 6 Kota Gorontalo, 96128 Email:
[email protected]
1)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies tumbuhan bawah yang hidup di Kawasan Timur Danau Limboto. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Data diperoleh dengan menggunakan metode jelajah melalui tahap observasi, pengambilan data, identifikasi tumbuhan, koleksi tumbuhan, dan herbarium. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian di Kawasan Timur Danau Limboto terdapat 15 spesies tumbuhan bawah yaitu: Synedrella nodiflora, Alternanthera sessilis, Dichorisandra sp, Ludwigia abyssinica, Fimhristylis miliacea, Cyperus malaccensis, Catharanthus roseus, Panicum repens, Cyperus esculentus, Ipomoea fistulosa, Cyperus difformis, Sphenoclea zeylanica, Sida rhombifolia, Scoparia sp, Anredera sp. Kata Kunci: Kawasan Timur Danau Limboto, Tumbuhan Bawah, Inventarisasi
PENDAHULUAN
Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi untuk dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Danau secara umum mempunyai fungsi antara lain menyimpan kekayaan plasma nutfah, mensuplai
air permukaan dan penyedia air untuk
pertanian, sumber air baku masyarakat, pertanian, pembangkit listrik tenaga air dan pariwisata (Trisakti, 2012). Danau sebagai habitat air tergenang merupakan cekungan yang berfungsi menampung air dan menyimpan air yang berasal dari air hujan, air tanah, mata air ataupun air sungai (Irianto dan Triweko, 2011).
Danau Limboto adalah salah satu aset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Gorontalo. Danau Limboto terletak di dataran rendah dengan elevasi 25 m di atas permukaan laut. Luas perairan Danau Limboto pada tahun 1993 tercatat 3.022 ha dengan kedalaman rata-rata 1,8 m, sedangkan di sekitar 50 tahun sebelumnya kedalaman air Danau Limboto masih di atas 30 meter dengan luas hampir 8.000 hektar (Suryono dkk., 2010). Menurut (Krismono, dkk, 2008), Danau Limboto berfungsi sebagai perikanan tangkap, perikanan budi daya dan pengendalian banjir dan sebagai pariwisata. Danau Limboto juga berfungsi sebagai peredam banjir pada musim hujan dan penyedia air pada musim kemarau, serta sebagai habitat beberapa jenis ikan (Suryono dkk., 2010). Fungsi Danau Limboto saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya, salah satunya kerena telah terjadi proses percepatan pendangkalan (Suryono, dkk, 2010). Pendangkalan selain disebabkan oleh erosi sungai, juga karena nelayan yang selama bertahun-tahun membangun perangkap ikan yang menggunakan gundukan tanah dari darat serta batang-batang pohon. Penyebab sedimentasi diantaranya adalah erosi lahan dari yang masuk ke sungai dan ditambah longsoran tebing sungai yang di bawa debit sungai masuk ke danau, kondisi outlet Sungai Topadu yang sempit, sehingga sedimen tidak mampu keluar dari danau. Kondisi ini menyebabkan Danau Limboto sering mengalami banjir karena kapasitas tampungan sudah mengalami penurunan. Sungai-sungai di DAS Limboto juga mengalami peningkatan banjir, baik frekuensi maupun kuantitas debitnya serta angkutan sedimennya (debit solid) (Legowo, 2006). Kondisi di atas jika terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati yang berada di ekosistem Danau Limboto sehingga pada tahap selanjutnya adalah menurunnya stabilitas ekosistem yang ada di sekitaran kawasan danau tersebut. Stabilitas suatu ekosistem danau dapat dilihat dengan hadirnya biota aquatik dan keanekargaman spesies yang hidup di sekitaran danau. Flora merupakan salah satu sumber daya hayati yang menjadi penunjang dan penyangga kehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Tanpa flora manusia tidak dapat bertahan hidup di muka bumi ini, baik flora sebagai penghasil udara bersih
maupun sebagai sumber kebutuhan hidup jasmani, seperti papan, pangan sandang, dan obat-obatan (Munawaroh, 2001). Danau Limboto memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan yang cukup tinggi karena terdapat beberapa spesies tumbuhan bawah yang tumbuh di Kawasan Danau tersebut. Meskipun demikian spesies tumbuhan yang hidup di Kawasan Danau Limboto belum diketahui spesies tumbuhan bawah apa yang tumbuh. Untuk menyelamatkan plasma nutfah alam yang hidup di Danau Limboto plasma nutfah bermanfaat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal pangan Penggunaan plasma nutfah. Keanekaragaman plasma nutfah juga merupakan salah satu faktor penentu terjaganya keseimbangan lingkungan secara berkelanjutan. Keanekaragaman plasma nutfah juga merupakan bahan dasar atau objek yang penting dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manfaat plasma nutfah yang sedemikian besar itu seharusnya mendorong untuk melakukan pelestarian dan pemanfaatan. Kegiatan inventarisasi tersebut diharapkan sebagai
informasi
bagi
masyarakat luas untuk dapat
mengetahui dengan jelas spesies tumbuhan bawah yang ada di Kawasan Timur Danau Limboto untuk pengembangan pembudidayaan. Kondisi kawasan danau bagian Timur memiliki karakteristik tersendiri yang merupakan ciri khas dari kawasan itu serta yang membedakan dengan kawasan lain, sehingga spesies danau yang nantinya akan diperoleh bisa saja berbeda dengan kawasan lain. Ada spesies yang tidak ditemukan pada kawasan Timur namun ditemukan dikawasan lain, ataupun sebaliknya ada spesies yang ditemukan dikawasan Timur namun tidak ditemukan dikawasan lainnya. Hal seperti ini bisa terjadi karena adanya perbedaan karakteristik lokasi serta faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dari spesies tumbuhan danau. Berdasarkan hasil observasi, kawasan danau bagian Timur Propinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kecamatan Telaga Jaya memiliki 5 Desa yaitu Desa Hutadaa, Buhu, Bulota, Bunggalo, Luwoo. Desa yang berada di kawasan Danau Limboto adalah Desa Hutadaa, Buhu dan Bulota dengan luas wilayah 100 Ha dan kawasan Danau Desa Hutadaa, Buhu dan Bulota sudah mulai mengalami pendangkalan. Hal ini disebabkan karena di kawasan danau tersebut sudah
semakin banyak vegetasi tumbuhan yang tumbuh serta di buka lahan perkebunan, persawahan dan pemukiman. Dan di kawasan Danau Limboto bagian Timur tidak memiliki aliran sungai. Pada musim kemarau masyarat Desa Hutadaa dan Buhu menanam tanaman berupa tanaman jagung di lahan kawasan danau yang mereka buat lahan perkebunan tetepi pada musim hujan masyarat tidak menanam tanaman di kawasan danau karena air danau akan naik dan mengakibatkan banjir. Dan Desa Bulota biasanya menanam padi karena kawasan Danau Limboto Desa Bulota membuat areal persawahan. Dimana batas Desa Hutadaa bagian Utara adalah Desa Buhu Kecamatan Telaga Jaya, bagian Timur Desa Tenggela Kecamatan Tilango, Selatan Tenggela dan Lawonu Kecamatan Tenggela, dan di bagian Barat Danau Limboto Kecamatan Telaga jaya (Pokja Sumberdaya Danau). Sehingga hal ini merupakan salah satu alasan pemilihan lokasi, dimana semakin luas suatu kawasan, semakin beragam spesies yang ditemukan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang inventarisasi tumbuhan bawah perlu dilakukan. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang spesies tumbuhan bawah yang ada di Kawasan Danau Limboto, peneliti merasa tertarik dan melakukan penelitian dengan judul Inventarisasi Tumbuhan Bawah di Kawasan Timur Danau Limboto .
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui spesies tumbuhan bawah yang ada di kawasan Timur Danau Limboto. Sehingga diharapkan dapat memberi pengetahuan dasar tentang morfologi tumbuhan dan dengan adanya data ilmiah tentang keanekaragaman spesies tumbuhan bawah yang terdapat di Kawasan Danau Limboto.
METODE PENELITIAN
Tempat Dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Timur Danau Limboto kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo di Desa Hutadaa, Buhu dan Bulota. Selama 3 bulan, yaitu April sampai dengan bulan Juni 2013. Penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu: tahap pertama pengumpulan data dan informasi mengenai objek penelitian, Tahap kedua adalah penanganan dan identifikasi sampel, dan tahap ketiga adalah pengolahan data berdasarkan metode analisa yang telah ditetapkan. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS digunakan untuk menentukan posisi geografis titik pengambilan data, soil tester digunakan untuk mengukur pH tanah, higrometer untuk mengukur kelembapan udara, rol meter untuk mengukur plot pengamatan, tali rafiah digunakan untuk membuat plot, parang, pisau, kantung plastik untuk keperluan untuk pengambilan sampel di lapangan, sasak alat pres digunakan untuk mengepres sampel tumbuhan dan sabuk sasak digunakan untuk mengikat tumpukan sampel di dalam sasak, oven digunakan untuk proses pengeringan sampel, amplop digunakan untuk menyimpan bagian sampel yang mudah gugur dan sulit untuk ditempel, kertas merang digunakan untuk pembatas antar sampel dengan sampel lainnya, etiket, kertas karton, alat tulis menulis untuk mencatat hasil penelitian, kamera digital. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spiritus, alkohol 70%, selotip dan lem untuk pembuatan herbarium. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Metode survey berarti metode pemeriksaan dan pengukuran metode penelitian yang dilakukan untuk mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala empirik yang berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian (Fathoni, 2005). Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode jelajah. Menjelajahi Kawasan Timur Danau Limboto yang telah di tetapkan sebagai lokasi penelitian, semua spesies tumbuhan bawah yang dijumpai di lokasi penelitian dicatat dan diuraikan ciri morfologi serta klasifikasi dengan berpedoman pada buku Panduan
Herbarium dan Deskripsi Tumbuhan (Ristoja, 2012) dan buku kunci determinasi Practical Plant identification (2006) dan buku determinasi tumbuhan Flora (Steenis, 2006) kemudian mengukur pula faktor-faktor lingkungan yaitu tekstur tanah, salinitas tanah, kelembapan, dan pH. Teknik Analisis Data Data yang di peroleh di analisis dengan menggunakan analisis Deskriptif Kualitatif yakni dengan mendeskripsikan ciri dari spesies tumbuhan bawah yang di temukan di Kawasan Timur Danau Limboto. Setiap spesies tumbuhan bawah diuraikan hirarki taksonominya dengan pedoman
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian terdapat 15 spesies tumbuhan bawah yang berhasil diinventarisir
di
Kawasan Timur Danau Limboto. Uraian masing-
masing tumbuhan bawah tersebut sebagai berikut :
1) Synedrella nodiflora Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris dan arah batang tegak atau berbaring dan memiliki permukaan batang berbulu sedikit. Daun berhadapan, helaian daun bulat telur memanjang dan ujung helaian daun agak meruncing, pangkal daun kecil sampai tangkai, tepi daun bergerigi lemah, permukaan daun berbulu sedikit, pertulangan daun menyirip. Memiliki akar tunggang. Habitat pada tempat-tempat yang kering biasanya di perkebunan atau di pingir jalan, dimana tumbuhan ini ditemukan di lokasi penelitian di sekitar persawahan di kawasan danau limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %.
2) Altemanthera sessilis Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris dan permukaan batang halus, warna batang bagian bawah kecoklatan. Daun saling berhadapan, helaian daun lonjong, ujung helaian daun tumpul, bentuk pangkal daun kecil, dan tepi daun tidak bergerigi, permukaan daun halus. Memiliki pertulangan menyirip. Dan memiliki bunga majemuk, letak bunga pada ketiak daun. Memiliki akar serabut. Habitat tumbuhan ini biasanya di tempat terbuka dan cukup air. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %.
3) Dichorisandra sp. Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris, beruas-ruas setiap ruas berwarna kecoklatan dan arah batang menjalar. Bentuk helaian daun kecil memanjang atau linear ujung daun meruncing, bentuk pangkal daun kecil, tepi daun tidak bergerigi, permukaan daun halus, letak daun berselingan dan memiliki pertulangan daun menyirip. Memiliki akar serabut. Habitat pada tanah yang kering biasanya dapat hidup di air. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %.
4) Ludwigia hyssopifolia) Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris, arah batang tegak dan memiliki percabangan monopodial. Bentuk helaian daun kecil memanjang atau linear berwrna hijau dan ujung daun runcing, pangkal daun kecil, tepi daun tidak bergerigi atau halus, permukaan daun halus dan pertulangan daun menyirip. Memiliki akar tunggang. Tumbuhan ini banyak ditemukan di sawah atau di rawa-rawa dapat hidup bebas, spesies ini ditemukan
di sekitar persawahan di Kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %.
5) Fimbristylis miliacea Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris dan arah batang tegak tinggi, permukaan batang halus berwarna hijau. Bentuk daun memanjang dan ujung daun meruncing, pangkal daun melekat pada batang, tepi daun licin dan permukaan daun halus. Bunga terletak pada ujung batang, memiliki bunga majemuk, bunga berbentuk bulat dan berwarna kecoklatan. Memiliki akar serabut. Habitat di tempat kering dan bisa hidup di tempat tergenang, di mana tumbuhan ini ditemukan di lokasi penelitian di tanah berlumpur di sekitar persawahan di Kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %. Memiliki kemampuan tumbuh pada berbagai habitat (Aththorick, 2005).
6) Cyperus malaccensis Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang bersegi tiga dan arah batang tegak, permukaan batang halus. Bentuk helaian daun memanjang dan ujung daun runcing, pangkal helaian daun menempel pada batang seperti pelepah, tepi daun licin dan permukaan helaian daun halus. Memilki bunga majemuk dan terletak pada ujung batang. Bentuk akar serabut dan memiliki umbi. Tumbuhan ini tumbuh di rawa-rawa dan di kawasan persawahan serta di tempat kering. Dimana tumbuhan ini ditemukan di sekitar persawahan di tanah berlumpur di Kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH
mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %. Memiliki kemampuan tumbuh pada berbagai habitat (Aththorick, 2005).
7) Catharanthus roseus Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris arah batang menjalar, permukaan batang halus. Bentuk daun majemuk, helaian daun lonjong dan ujung daun tumpul, pangkal daun kecil, tepi daun licin dan permukaan daun halus berwarna hijau, pertulangan daun menyirip, letak daun berseling. Memiliki akar tunggang. Habitat pada tempat yang kering, tumbuhan ini ditemukan di lokasi penelitian. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %.
8) Panicum repens Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang pipih dan arah batang menjalar permukaan batang. Daun tunggal, bentuk helaian daun pendek kecil dan ujung runcing, pangkal daun menempel pada batang seperti pelepah, tepi daun licin dan permukaan daun berambut dan warna daun hijau, letak daun berselingan. Memiliki akar serabut. Habitat di tempat basah atau kering, dimana tumbuhan ini ditemukan di sekitar persawahan di tanah yang basah di kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %. Memiliki kemampuan tumbuh pada tempat yang basah (Aththorick, 2005).
9) Cyperus esculentus Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang bersegi tiga dan arah batang tegak langsing, permukaan batang halus. Bentuk daun panjang dan ujung runcing, pangkal daun menempel pada batang, tepi daun licin dan permukaan helaian daun halus. Memiliki bunga majemuk, bunga terletak pada ujung batang dan berwarna kecoklatan apabila sudah tua. Memiliki akar serabut dan berumbi. Tumbuhan ini tumbuh di rawa-rawa dan di kawasan persawahan serta di tempat kering, di mana tumbuhan ini di temukan di lokasi penelitian di tanah berlumpur disekitar persawahan di Kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %. Memiliki kemampuan tumbuh pada berbagai habitat (Aththorick, 2005).
10) Ipomoea fistulosa Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris dan tinggi arah batang menjalar. Permukaan batang kasar dan berwarna putih gading. Memiliki daun tunggal, daun berbentuk hati atau cordate dan ujung daun sedikit meruncing, pangkal daun berbentuk hati, tepi daun licin dan permukaan helaian halus. Pertulangan daun menyirip, daun berselingan. Memiliki bunga tunggal dan terletak pada ketiak daun. Memilki akar tunggang. Habitat pada tempat kering dan basah biasanya tumbuhan ini tumbuhan pada tempat terbuka, tumbuhan ini ditemukan di tanah kering di sekitar Kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-8,1 mmhos/cm, pH mencapai 6,2-7,1 dan kelembapan 60-65 %.
11) Cyperus difformis Berdasarkan dari hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang bersegi tiga dan arah batang tegak. Bentuk helaian daun panjang dan ujung daun runcing, pangkal helaian daun menempel pada batang, tepi daun licin dan permukaan helaian daun halus. Bunga terletak pada ujung batang dan memilki bunga majemuk. Memiliki akar serabut dan berumbi. Tumbuhan ini tumbuh di rawa-rawa dan di kawasan persawahan serta di tempat kering dan tergenang, Dimana tumbuhan ini ditemukan di sekitar persawahan di tanah berlumpur di Kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-7,2 mmhos/cm, pH mencapai 5,3-6,8 dan kelembapan 45-56 %. Memiliki kemampuan tumbuh pada berbagai habitat (Aththorick, 2005).
12) Sphenoclea zeylanica Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris dan arah batang tegak, permukaan batang halus. Bentuk helaian daun bulat panjang dan ujung daun acuminate, pangkal daun kecil, tepi daun licin dan permukaan helaian daun halus, daun tunggal. Bunga tunggal dan terletak pada ujung batang. Memiliki akar tunggang. Habitat tumbuhan ini tumbuh di sawah, rawa dan di tempat-tempat tergenangnya air, tumbuhan ini ditemukan di persawahan di Kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,4-7,2 mmhos/cm, pH mencapai 5,3-6,8 dan kelembapan 45-56 %.
13) Sida rhombifolia Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris dan permukaan batang kasar, pecabangan batang monopodial. Bentuk helaian daun cuneate dan tepi daun begerigi, pangkal helaian daun kecil dan permukaan helaian daun halus. Pertulangan daun menyirip, daun tunggal.
Memiliki bunga majemuk dan terletak pada ketiak daun dan ujung batang. Memiliki akar tunggang. Habitat pada tempat yang kering biasanya tumbuhan ini banyak terdapat di perkebunan, tumbuhan ini ditemukan di perkebunan di tanah yang kering di kawasan danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat tanah kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,6-8,4 mmhos/cm, pH mencapai 6,4-8,2 dan kelembapan 45-58 %.
14) Scoparia sp. Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris dan arah batang menjalar, permukaan batang halus berwarna keunguan. Bentuk helaian daun cuneate dan tepi daun bergerigi, pangkal daun kecil, permukaan daun halus dan pertulangan daun menyirip. Bunga majemuk dan terletak pada ketiak daun. Memiliki akar tunggang. Habitat pada tempat terbuka, dimana tumbuhan ini terapat di lokasi penelitian di sekitar perkebunan di kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,6-8,4 mmhos/cm, pH mencapai 6,4-8,2 dan kelembapan 45-58 %.
15) Anredera sp. Berdasarkan hasil pencandraan spesies ini memiliki ciri morfologi bentuk batang silindris dan arah batang menjalar, permukaan batang halus. Bentuk helaian daun sedikit bulat telur dan tepi daun sedikit berombak, ujung helain daun sedikit meruncing, pangkal helaian daun kecil permukaan daun halus dan berwarna hijau muda. Memiliki akar tunggang dan berwarna coklat. Habitat pada tempat terbuka, dimana tumbuhan ini ditemukan di sekitar perkebunan di kawasan Danau Limboto. Spesies ini merupakan tumbuhan herba yang dapat dijumpai pada substrat berlumpur kering dengan kadar toleransi salinitas spesies ini mencapai 3,6-8,4 mmhos/cm, pH mencapai 6,4-8,2 dan kelembapan 45-58 %.
PENUTUP Di Kawasan Timur Danau Limboto diperoleh 15 spesies tumbuhan bawah yaitu: Synedrella nodiflora, Alternanthera sessilis, Dichorisandra sp, Ludwigia abyssinica, Fimhristylis miliacea, Cyperus malaccensis, Catharanthus roseus, Panicum repens, Cyperus esculentus, Ipomoea fistulosa, Cyperus difformis, Sphenoclea zeylanica, Sida rhombifolia, Scoparia sp, Anredera sp. Dimana 15 spesies tersebut terdapat 12 famili yaitu Asteraceae, Amaranthaceae, Onagraceae, Commelinaceae,
Cyperaceae,
Apocynaceae,
Poaceae,
Convolvulaceae,
Companulaceae, Malvaceae, Scrophularia, dan Basellaceae. Selesainya penelitian ini, diharapkan akan ada penelitian-penelitian selanjutnya yang mengkaji tentang manfaat obat dari tumbuhan bawah yang ada di Kawasan Timur Danau Limboto serta akan menjadi sumber rujukan bagi penelitian- penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aththorick, T. Alief. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah pada Beberapa Tipe Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi Penelitian Vol 17 (5) Fathoni, Abdurrahmat. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Garut : Rineka cipta Irianto, E. W. Dan Triweko R. W. 2011. Eutrofikasi Waduk dan Danau: Permasalahan, Pemodpelan dan Upaya Pengendalian. Jakarta. Pusat penelitian dan pengembangan sumber daya air Badan penelitian dan pengembangan Kementerian pekerjaan umum
Krismono L. P Astuti, & Y, Sugiyanti. 2008. Karaktersitik Kualitas Air Danau Limboto, Provinsi Gorontalo. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 15 (1): 59-68. Legowo, Sri. 2006. Pendugaan Erosi dan Sedimentasi dengan Menggunakan Model GeoWEPP (Studi Kasus DAS Limboto, Propinsi Gorontalo).Bandung : Institute Teknologi Bandung
Munawaroh, Esti. 2001. Eksplorasi Dan Inventarisasi Tumbuhan Dalam Rangka Konservasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan. Prosiding. Seminar Sehari hasil-Hasil Seminar Hayati. Suryono, Tri, S. Sunanisari, E. Mulyana dan Rosidah. 2010. Tingkat Kesuburan Dan Pencemaran Danau Limboto, Gorontalo. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol: 36 (1): 49-61. Trisakti, Bambang. 2012. Kajian Metode Penentuan Luas Permukaan Air Danau Dan Sebaran Vegetasi Air Berbasis Data Satelit Penginderaan Jauh. Jakarta: Seminar Nasional Limnologi VI.