Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
INTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS REUSE, REDUCE DAN RECYCLE (3R) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI1 Sunarti, Heri Junedi dan Endriani2 ABSTRAK Pengelolaan budidaya tanaman ramah lingkungan yang diwujudkan dalam penerapan konsep pengelolaan yang tepat adalah jalan keluar dalam mewujudkan usaha tani yang ramah lingkungan. Usaha tani berbasis reuse, reduce dan recycle (3R) adalah sebuah upaya untuk membuat tanaman tumbuh sehat sehingga dapat meningkatkan ketahananya terhadap serangan OPT mulai tanam sampai dengan kegiatan pasca panen. Tujuan kegiatan introduksi teknologi pertanian ramah lingkungan di Desa Kasang Pudak ini adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan usaha tani yang ramah lingkungan. (2) Meningkatkan produksi pertanian yang bebas pestisida kimia dan pupuk kimia. (3) Meningkatkan pengetahuan petani peternak tentang produksi. Metode pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks bagi masyarakat ini meliputi pelatihan atau kursus mendaur ulang limbah ternak sapi menjadi trichokompos, demonstrasi penerapan 3R, melaksanakan percontohan dan pendampingan penerapan teknologi usaha tani ramah linkungan berbasis organik di lahan petani demonstrator, serta melaksanakan evaluasi pelaksanaan program di Kelompok Tani. Penerapan introduksi teknologi budidaya jagung dapat mencapai produktivitas (potensi hasil) sebesar 6,78 t/ha. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi sebesar Rp.12.930.000,00 dengan R/C ratio 1,74, sementara teknologi petani memperoleh keuntungan sebesar Rp.2.400.000,00 dengan R/C ratio 0,33. Teknologi inroduksi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 3,56 t/ha, dan dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp.10.530.000,00/ha dari teknologi petani. Kata kunci: Introduksi teknologi, pertanian ramah lingkungan, reuse, reduce, recycle.
PENDAHULUAN Usaha budidaya tanaman ramah lingkungan adalah usaha budidaya yang dilakukan dengan prinsip tidak merusak lingkungan dan mencemari lingkungan terkait dengan aspek pemanfaatan sumber daya alam, pembuangan limbah dan keamanan lingkungan sekitarnya. Pengelolaan budidaya tanaman ramah lingkungan yang diwujudkan dalam penerapan konsep pengelolaan yang tepat adalah jalan keluar dalam mewujudkan usaha tani yang ramah lingkungan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2007). Perkembangan ekonomi global dan regional menuntut petani khususnya petani pangan dan sayuran untuk melakukan usaha tani tidak hanya mendapatkan produksi tinggi tetapi juga harus mempertimbangkan kualitas produksi dan dukungan usaha taninya. Hal ini karena semakin besarnya keinginan konsumen akan produk sayuran yang bermutu dengan tingkat keamanan pangan yang tinggi serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pelestarian lingkungan. Menurut Sumarno (2008), usaha tani berbasis reuse, reduce dan recycle (3R) adalah sebuah upaya untuk membuat tanaman tumbuh sehat sehingga dapat 1 2
Dibiayai Dana DP2M Ditjen Dikti Tahun Anggaran 2012 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
meningkatkan ketahananya terhadap serangan OPT mulai tanam sampai dengan kegiatan pasca panen. Pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dapat meningkatkan kesejahteraan petani, karena dapat memaksimalkan pemakaian bahan-bahan yang ada di sekitar petani dan menekan biaya usaha tani (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2007). Beberapa komponen 3R yang dilakukan dalam rangka mengelola pertanaman sayuran yang ramah lingkungan adalah: Reduce (mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reuse (memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Recycle (mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Penerapan prinsip 3R ini dalam menangani limbah dan meningkatkan produksi dan pendapatan petani, juga merupakan program Pemerintah Provinsi Jambi dalam menuju Jambi Emas 2015 (Badan Pusat Statistik 2009). Dengan prinsip 3R dalam pendampingan petani berarti petani mitra dan Perguruan Tinggi ikut dalam menunjang program pemerintah. Pertanian dominan yang diusahakan petani di Desa Kasang Pudak meliputi tanaman palawija (jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ketela pohon, ubi jalar), tanaman sayuran (mentimun, kacang panjang, gambas, tomat, bayam. Namun produksi tanaman ini masih rendah, sementara petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia setiap musim tanam. Disamping itu petani umumnya masih melakukan teknik budidaya secara konvensional. Disamping sebagai petani sayuran dan palawija, masyarakat tani di daerah ini juga memelihara sapi potong, terdapat sekitar 15 ekor sapi pada satu rumah tangga. Limbah ternak ini disamping mencemari lingkungan melalui aroma amoniak, juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan produktivitas lahan usaha tani masyarakat Desa Kasang Pudak. Penerapan konsep 3R dalam mengelola limbah/sampah yang bersumber dari kandang ternak adalah menjadikannya kompos, pengomposan kotoran ternak merupakan proses daur ulang (recycle) limbah. Usaha tani palawija dan sayuran yang ramah lingkungan dengan pemilihan jenis-jenis tanaman yang tepat serta spesifik lokasi, dirasa cukup bijaksana dalam upaya optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi masyarakat mandiri secara ekonomis di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
Tujuan kegiatan introduksi teknologi pertanian ramah lingkungan di Desa Kasang Pudak ini adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan usaha tani yang ramah lingkungan; (2) Meningkatkan produksi pertanian yang bebas pestisida kimia dan pupuk kimia; (3) Meningkatkan pengetahuan petani peternak tentang produksi zero waste, (4) Meningkatkan kemampuan manajerial petani dalam berusahatani.
METODE PELAKSANAAN Peserta Peserta kegiatan IbM atau Mitra Perguruan Tinggi pada program IbM ini adalah kelompok tani sayuran ”Lentera” yang beranggotakan 24 orang petani sayuran, yang diketuai oleh Sunarko, dan kelompok tani ”Jaya Makmur” yang beranggotakan 21 orang , diketuai oleh Jumadi. Kedua kelompok tani ini berada di wilayah Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, walaupun secara administratif terletak pada satu desa namun secara akses transportasi kedua kelompok tani mitra terletak pada jarak lebih dari 25 km satu sama lainnya. Penerapan kegiatan introduksi teknologi pertanian berbasis 3R dilaksanakan di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, yaitu pada kelompok tani “Lentera” dan “Jaya Makmur”. Waktu pelaksanaan kegiatan selama 8 bulan yaitu dari bulan April 2012 sampai Desember 2012.
Lokasi dan waktu Introduksi teknologi melalui program IbM dilaksanakan di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Pelaksanaan kegiatan sekitar 8 bulan, yaitu dari April 2012 sampai November 2012.
Pelaksanaan Kegiatan IbM Metode pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks bagi masyarakat ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut: 1. Pelatihan atau kursus mendaur ulang limbah ternak sapi menjadi trichokompos, tujuannya untuk menambah pengetahuan dan pemahaman petani tentang lingkungan bersih, menambah keterampilan petani mengolah limbah ternak menjadi kompos, serta penerapannya pada lahan usaha tani; 2. Demonstrasi penerapan 3R pada skala rumah tangga dan menstimulan wanita tani dalam penerapan 3 R dalam kehidupan sehari-hari di rumah, tujuannya agar ibu rumah tangga dan remaja puteri dapat dan mampu memilah sampah, mendaur ulang dan/atau menggunakan kembali; 3. Melaksanakan percontohan penerapan teknologi usaha tani ramah linkungan berbasis organik di lahan petani demonstrator dengan melibatkan seluruh anggota kursus, yang mencakup kegiatan pembuatan pupuk kompos, olah tanah konservasi, penentuan bidang olah dan pemberian pupuk organik;
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
4. Melaksanakan pendampingan terhadap petani-petani yang akan menerapkan teknologi usaha tani ramah lingkungan bebas pupuk dan pestisida kimia di lahan milik petani itu sendiri; 5. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan program di Kelompok Tani, dengan cara pertemuan dengan anggota kelompok tani baik di lapangan maupun di ruangan, serta mendiskusikan perkembangan di lapangan; 6. Melakukan evaluasi keberhasilan program, dengan indikator hasil panen dan analisis usaha tani.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data. Pengumpulan data dan informasi serta upaya untuk memahami kebutuham masyarakat tani serta respon petani di lokasi kegiatan menggunakan tehnik PRA (Paticipatory rural appraisal). Prinsip dasar dari PRA adalah: (1) melibatkan seluruh kelompok secara repressif; (2) masyarakat lokasi demonstrasi sebagai pelaku utama; (3) menerapkan prinsip tringulasi; (4) berorientasi praktis; (5) mengoptimal hasil; (6) santai informal, dan (7) prinsip demokratis. Data ekonomi dikumpulkan dengan menggunakan Farm Record Keeping (FRK). Untuk mengetahui respon petani dilakukan wawancara secara semi struktural. Data agronomis dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan. Deskripsi teknologi 3R dibandingkan dengan teknologi petani disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Lingkup kegiatan
Jenis data
Metode Pelaksanaan
Metode Analisis
Persiapan
Data calon petani
PRA
Deskriptif, kualitatif
Pelaksanaan
Aspek teknis
FRK
Deskriptif, kualitatif
Ekonomi
Trichokompos Hasil Tanaman
FRK
Deskriptif, kualitatif
Keragaan
Aspek teknis, produktivitas, sosek, hasil
FRK dan PRA
Deskriptif, kualitatif, kuantitatif
Kelembagaan kelompok tani
Program/usaha Keterkaitan dengan kelembagaan penunjang
FRK dan PRA
Deskriptif, kualitatif,
FRK
Deskriptif, kualitatif
Desimenasi
Umpan balik dan respon petani, pemda terkait untuk pengembangan
Paket Teknologi yang Diterapkan Sesuai dengan hasil sosialisasi, pelatihan dan petunjuk teknis di lapangan tentang cara budidaya jagung ramah lingkungan sesuai cara petani dan cara tanam yang diperbaiki disajikan pada Tabel 2.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
Tabel 2. Paket teknologi konvensional cara petani dan introduksi teknologi 3R
Limbah ternak sapi
Teknologi konvensional (cara petani ) Tidak diolah
Pengolahan tanah
Sempurna
Teknologi Introduksi (ramah lingkungan-3R) Diolah menjadi trichokompos Minimum
Varietas jagung
lokal
berlabel
Jarak tanam
100x40cm benih 2-3 biji/lubang
Jagung 75x25cm, benih 1 biji/lubang
Pola tanam
Monokultur, terus menerus
Polikultur, tanam berseling
Aplikasi pupuk kimia
Urea, SP36 dan KCl
Urea, SP36 dan KCl
Dosis pupuk
Seadanya
1/2 dosis anjuran Trichokompos 5 ton/ha
Aplikasi pupuk organik
Tidak ada
Aplikasi pestisida
pestisida kimia
Pestisida nabati
Pengendalian gulma
Manual
Manual
Pengendalian OPT
tradisional
Sesuai PHT ramah lingkungan
Variabel
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif ditujukan untuk memperoleh gambaran secara holistik, sedangkan analisis kualitatif ditujukan untuk mengukur peubah kuantitatif menggunakan parameter statistik sederhana seperti persentase, nilai maksimum, minimum dan nilai rataan. Untuk mengetahui kelayakan usahatani dilakukan analisis terhadap input dan output dari usahatani (B/C ratio).
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat dilaksanakan di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu, terletak pada lokasi yang cukup strategis, jarak tempuh ke ibu kota kecamatan sekitar 10 km, ke ibu kota Kabupaten sekitar 40 km dan ke ibu kota propinsi sekitar 15 km. Orbitasi ini menunjukkan bahwa akses Desa Kasang Pudak ke Kota Jambi sangat dekat sehingga memudahkan dan memperlancar keluar masuknya teknologi dan pengetahuan. Petani di lokasi IbM melaksanakan ushatani hanya pada musim penghujan saja sedangkan pada musim kemarau petani membiarkan lahan pertaniannya tanpa dikelola dengan baik. Petani menanam tanaman pangan maupun sayuran secara monokultur, di antara sayuran yang ditanam petani adalah bayam, kangkung, kacang panjang, pare, gambas, mentimun, terong, dan lain-lain. Disamping itu petani juga menanam tanaman palawija seperti jagung,
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
kacang tanah dan kedelai. Permasalahan yang sering ditemui petani dalam budidaya sayuran adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), sehingga secara rutin dilakukan penyemprotan pestisida setiap empat hari. Namun sebagian besar petani belum paham bahwa sebelum pemanenan tidak boleh dilakukan penyemprotan pestisida karena akan membahayakan konsumen. Aplikasi pupuk organik masih terbatas dan lahannya nampak miskin hara. Petani di Desa Kasang Pudak ini, khususnya pada kelompok tani Lentera umumnya memelihara ternak sapi 13-15 ekor per rumah tangga. Satu ekor sapi dalam satu hari menghasilkan kotoran ± 20 kg, satu rumah tangga menghasilkan limbah kotoran sapi 260-300 kg per hari. Namun potensi limbah/sampah dari kandang ternak ini hanya ditimbun saja di dekat kandang tanpa ada usaha mengolahnya menjadi kompos. Dalam kondisi demikian tentunya berdampak besar terhadap kesehatan manusia dan tanaman, karena kotoran dan sisa pakan ternak tanpa diproses lebih lanjut merupakan media penyebarluasan patogen, jamur, parasit dan bibit tanaman liar yang merugikan tanaman.
Introduksi Teknologi Usahatani Ramah Lingkungan Upaya untuk membantu terciptanya lingkungan hidup yang sehat dimulai dari peran serta wanita, khususnya ibu rumah tangga dan remaja putri dalam pengelolaan sampah dan pengelolaan menjadi kompos pada khususnya, namun demikian kegiatan ini harus didukung sepenuhnya oleh masyarakat. Kita harus menyebarluaskan pengetahuan tentang cara-cara penanganan sampah rumah tangga yang di waktu-waktu mendatang makin penting, mengingat kualitas maupun kuantitas sampah yang diproduksi rumah tangga makin beragam dan ada kecenderungan makin sulit penanganannya. Hal-hal yang perlu diungkapkan ketika kita membicarakan penanganan sampah rumah tangga dan limbah adalah memperjelas materi sampah rumah itu sendiri, cara penanganannya secara umum, sampah yang dapat dikomposkan dan cara pengomposannya. Tabel 3. Tingkat respon petani terhadap kegiatan penyuluhan dan pelatihan berbasis 3R Jenis kegiatan Jumlah peserta Partipatif (%) Sosialisasi pilah sampah rumah tangga 40 >90% Pelatihan mengubah barang bekas 43 100% menjadi barang berguna Pelatihan membuat trichokompos 36 90% Petani demonstrator 4 100% Demplot jagung var. sweet corn 2 100% Demplot sayur organik 2 100% Keberlanjutan program Berlanjut Berlanjut Aktivitas peserta Selama mengikuti kegiatan pelatihan dan demonstrasi teknologi melalui program IbM ini peserta pelatihan secara umum sangat menikmati. Memiliki motivasi yang tinggi dan mempunyai pengharapan yang sangat positif atas kegiatan IbM yang dilakukan. Dalam proses pelatihan sering terjadi diskusi dan tanya jawab, saling memberikan pandangan dan harapan ke depan yang lebih baik. Disamping itu petani pada kedua kelompok tani juga bersedia dan sangat responsif terhadap keberlanjutan program. Tingkat partisipatif peserta disajikan pada Tabel 3.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
Keragaan Pertumbuhan Tanaman Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa paket introduksi lebih baik dibandingkan paket petani. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa keunggulan paket introduksi terletak pada homogenitas pertumbuhan tanaman sedangkan paket petani pertumbuhan tanaman tidak homogen. Dari semua parameter pengamatan yang dilakukan memperlihatkan perbedaan, mulai dari pertumbuhan tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol, demikian juga hasil serta komponen hasil paket introduksi memperlihatkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dari paket petani. Hasil tertinggi diperoleh pada paket introduksi 6,78 t/ha sedangkan paket petani hanya 3,22 t/ha terjadi peningkatan 3,56 t/ha atau (31,73%) bila menggunakan paket introduksi (Tabel 4). Tabel 4. Pertumbuhan dan hasil tanaman kajian paket teknologi budidaya jagung pada lahan kering Hasil Pengamatan Parameter pengamatan Introduksi teknologi Cara petani Tinggi tanaman (cm) 266,76 168,44 Tinggi letak tongkol (cm) 148,65 140,88 Lingkaran tongkol (cm) 16,34 13,90 Jumlah baris/tongkol 15,68 14,08 Jumlah biji/baris 39,65 30,56 Berat 100 biji (g) 31,76 27,22 Produktivitas (t/ha) 6,78 3,22 Paket introduksi teknologi yang dicobakan lebih tinggi dari laporan Badan Pusat Statistik (2009) 3,64 t/ha dan hasil paket introduksi juga lebih tinggi dari hasil penelitian Mawardi dan Edi (2007) menggunakan varietas yang sama 5,3 t/ha. Terjadinya perbedaan pertumbuhan, hasil dan komponen hasil pada aplikasi teknologi budidaya jagung pada lahan petani demonstrator diduga disebabkan oleh (a) berbedanya populasi tanaman; (b) berbedanya jumlah, waktu dan sumber pupuk yang digunakan. Paket introduksi menggunakan jarak tanam 75 cm x 25 cm satu biji per lubang tanam, sedangkan paket petani menggunakan jarak tanam 75 cm x 40 cm dua biji per lubang tanam. Dengan berbedanya jarak tanam akan membedakan jumlah populasi dan diduga berpengaruh terhadap fotosintesa yang akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman. Demikian juga halnya pemupukan pada paket introduksi pupuk yang digunakan Urea 150 kg, SP-36 50 kg, KCl 50 kg dan 5000 kg pupuk trichokompos per hektar, sedangkan pada paket petani Urea 300 kg, SP-36 100 dan 75 kg KCl per hektar. Pemberian pupuk pada lahan introduksi setengah dosis anjuran, sedangkan pada paket petani sesuai anjuran pada umur 15 hari sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Pemberian pupuk organik pada teknologi introduksi juga diduga memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih baik, hal yang sama dikemukakan oleh Bawolye (2006) bahwa penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk organik dalam budidaya tanaman merupakan kebutuhan pokok disamping penggunaan pupuk kimia. Selanjutnya Amril et al. (2001) menyatakan penggunaan pupuk kandang yang diinkubasi dengan trichoderma pada tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai (25%).
Kelayakan Ekonomis Secara umum usahatani jagung dengan teknologi introduksi, lebih menguntungkan dibanding teknologi petani. Walaupun dari komponen biaya terlihat bahwa teknologi introduksi lebih tinggi dari teknologi petani, namun dari segi produktivitas lebih tinggi sehingga dapat
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
memberikan keuntungan kepada petani. Total biaya yang diperlukan pada teknologi introduksi adalah sebesar Rp.7.410.000/ha, dimana terjadi penambahan biaya untuk pupuk trichokompos seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis usahatani jagung pada lahan introduksi teknologi Uraian Penerimaan Produksi (t/ha) @3000 Biaya bahan Benih (kg/ha) @110000 Urea @1200 SP36 @1600 KCl @8000 Trichokompos @4000 Pestisida nabati (l/ha) @10.000 Pestisida kimia @38.000 Sub total Tenaga kerja Olah tanah (HTK) @70000 Menanam (HOK) @25000 Memupuk (HOK) @25000 Menyiang (HOK) @25000 Pengendalian OPT (HOK) Panen (HOK) @25000 Angkut (HTK) @35000 Prosesing (HOK) @35000 Sub total Total biaya Pendapatan R/C ratio MBCR
Petani demonstrator Volume Nilai (Rp)
Petani non demonstrator Volume Nilai (Rp)
6,78
20.340.000
3,22
9.660.000
20 150 50 50 5000 10 0
2.200.000 180.000 80.000 400.000 2.000.000 100.000 0 4.960.000
30 300 100 100 0 0 5
3.300.000 360.000 160.000 800.000 0 0 190.000 4.810.000
350.000 300.000 200.000 500.000 125.000 500.000 175.000 300.000 2.450.000 7.410.000 12.930.000 1,74
5 12 8 20 5 20 5 12
350.000 300.000 200.000 500.000 125.000 500.000 175.000 300.000 2.450.000 7.260.000 2.400.000 0,33
5 12 8 20 5 20 5 12
71,2
Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi adalah sebesar Rp.12.930.000/ha, sedangkan teknologi petani sebesar Rp.2.400.000/ha. Perbedaan keuntungan yang sangat menyolok disebabkan oleh tingkat produktivitas yang dicapai. Nilai indek R/C ratio menunjukkan bahwa teknologi introduksi dapat memberikan tambahan keuntungan yaitu: dengan R/C ratio 1,74 sedangkan teknologi petani dengan R/C ratio sebesar 0,33. Hal ini berarti bahwa tambahan input Rp.100,- pada teknologi introduksi memberikan keuntungan sebesar Rp.174,- sedangkan teknologi petani memberikan keuntungan sebesar Rp.33,Teknologi petani secara finansial masih menguntungkan, tapi jauh lebih kecil dibandingkan keuntungan petani yang menerapkan teknologi introduksi.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013,
ISSN: 1410-0770 41
Introduksi teknologi pada budidaya jagung memberikan dampak positif kerena keuntungannya cukup memadai dan MBCR nilai yang dicapai cukup tinggi yaitu 71,20 (nilai kelayakan finansial MBCR >1) sehingga teknologi yang diterapkan sangat layak untuk diusahakan oleh petani (Tabel 5).
KESIMPULAN 1. Penerapan introduksi teknologi pertanian ramah lingkungan pada budidaya jagung dapat mencapai produktivitas (potensi hasil) sebesar 6,78 t/ha; 2. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi sebesar Rp.12.930.000,dengan R/C ratio 1,74, sementara teknologi petani memperoleh keuntungan sebesar Rp.2.400.000,- dengan R/C ratio 0,33; 3. Teknologi inroduksi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 3,56 t/ha, dan dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp.0.530.000,-/ha dari teknologi petani; 4. Perbaikan teknologi budidaya jagung perlu dilakukan, untuk peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA Amril, B., F. Nurdin, Yulimasni, Syafril, M. Arsyad, dan A. Warman, dan S. G. Dewi. 2001. Pengkajian Teknologi Menunjang Agribisnis Sayuran di Sumatera Barat. Laporan hasil Pengkajian BPTP Sukarami. Badan Pusat Statistik, 2009. Provinsi Jambi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi. Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk Kandang. Sumber: IRRI Rice Knowledge Bank (masukan dari V.Balasubramanian dan M.Bell).http://www.pustaka-deptan.go.id/ publikasi/wr276057.pdf [30 Agustus 2008]. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2007. Pedoman Standar Minimal BPP Model di Sumatera Barat, Sumatera Barat. Mawardi, E. dan S. Edi, 2007. Perbaikan Komponen Paket Pemupukan Dalam PTT Jagung Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Prosiding Lokakarya Percepa-tan Penerapan IPTEK dan Inovasi Teknologi Mendukung Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pembangunan Pertanian. Jambi. Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jambi. Pemda Provinsi Jambi. Sumarno, 2008. Konsep Usahatani Lestari dan Ramah Lingkungan. Makalah Seminar HasilHasil Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balitkabi Malang, 8-9 Maret 2008.