INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS DI SD NEGERI DEMAKIJO 1
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Anita Setianingsih NIM 13108241153
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2017
ii
iii
iv
MOTTO “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Terjemahan Quran Surat Ar-Rum Ayat 30)
“Karakter religius merupakan fondasi dari pendidikan karakter, jika karakter religiusnya baik maka karakter-karakter yang lain juga akan baik.” (Penulis)
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Ibu dan Bapakku tercinta yang telah memberikan segalanya untukku. 2. Kakakku tersayang yang selalu memberikanku motivasi. 3. Almamaterku yang saya banggakan.
vi
INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 Oleh Anita Setianingsih NIM 13108241153 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan hambatan internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penentuan subjek penelitian secara purposive. Subjek penelitian yaitu tujuh siswa, empat guru, dan satu kepala sekolah. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi, display, dan penarikan kesimpulan. Data hasil penelitian diuji keabsahannya menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan upaya internalisasi karakter religius dilakukan melalui; 1) kegiatan pengembangan diri, meliputi: a) kegiatan rutin, b) kegiatan spontan, c) pemberian keteladanan, d) pengkondisian lingkungan; 2) pengintegrasian dalam mata pelajaran, caranya: a) mencantumkan karakter religius dalam silabus, RPP, b) menyisipkan pesan moral religius dalam pelajaran IPA, PKn, IPS, Agama; 3) budaya sekolah, caranya menyisipkan karakter religius dalam: a) tata krama siswa, b) kegiatan: di kelas, sekolah, luar sekolah. Sikap siswa, yaitu: 1) senang melaksanakan ibadah karena kesadaran diri sendiri dan takut kepada Tuhannya, 2) tidak senang ditegur gurunya ketika berbuat kesalahan, dan 3) siswa non muslim senang menunggu temannya yang sedang sholat di dalam kelas. Perilaku siswa, yaitu: 1) berdoa sebelum dan setelah pelajaran dengan sikap yang khusyuk, 2) mengucapkan istighfar ketika berbuat kesalahan, 3) menunggu temannya yang sedang sholat di kelas. Hambatan internalisasi karakter religius, yaitu: 1) rendahnya kesadaran siswa berperilaku religius, 2) kurangnya dukungan orang tua, 3) lingkungan sekitar siswa yang tidak baik, 4) kurangnya waktu mengadakan kegiatan keagamaan, 5) ketersedian dana lomba keagamaan yang terbatas, dan 6) sulitnya mencari peserta lomba seni baca AlQuran. Kata kunci: internalisasi, karakter religius, sekolah dasar
vii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat serta karunian-Nya yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Internalisasi Karakter Religius di SD Negeri Demakijo 1” dengan baik dan lancar. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi pada program studi S1 PGSD UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan menyelesaikan skripsi. 3. Ketua jurusan PGSD yang telah memberikan saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd. I selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi dan berkenan meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 5. Ibu, bapak, dan kakakku tercinta yang telah memberikan doa serta dukungan selama menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh dosen program studi PGSD yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berharga pada penulis dan seluruh karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi. 7. Teman-temanku PGSD C angkatan 2013 tercinta, yang selalu memberikan dukungan selama proses penyusunan skripsi. 8. Wakil pelaksanan kepala sekolah, guru, staf karyawan dan peserta didik di SD Negeri Demakijo 1 yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam kegiatan penelitian. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
viii
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7 C. Fokus Masalah .......................................................................................... 8 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Internalisasi Karakter Religius ................................................ 10 1. Pengertian Internalisasi ....................................................................... 10 2. Pengertian Karakter ............................................................................. 13 3. Pengertian Karakter Religius .............................................................. 16 4. Macam-Macam Karakter Religius ...................................................... 19 B. Strategi Internalisasi Karakter Religius Pada Anak Sekolah Dasar .......... 22 1. Program Pengembangan Diri .............................................................. 24 x
2. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran ............................................... 33 3. Budaya Sekolah ................................................................................... 34 C. Tahap Internalisasi Karakter Religius ....................................................... 39 D. Perkembangan Religiusitas Anak Sekolah Dasar ..................................... 45 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas Anak Sekolah Dasar ................................................................................................... 45 2. Tahap Perkembangan Religiusitas Anak Sekolah Dasar .................... 49 3. Ciri-Ciri Perkembangan Religiusitas Anak Sekolah Dasar ................ 52 E. Peran Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam Internalisasi Karakter Religius .................................................................. 53 F. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 56 G. Alur Pikir Penelitian .................................................................................. 59 H. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 60 B. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 61 C. Tempat Penelitian ...................................................................................... 62 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 62 E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 65 F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 67 G. Pengujian Keabsahan Data ........................................................................ 69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 72 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 72 2. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................... 74 B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 156 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 218 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 219 B. Saran ......................................................................................................... 221
xi
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 223 LAMPIRAN .................................................................................................... 226
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Sekolah ...... 25 Tabel 2. Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Menanamkan Karakter Religius ............................................................................ 35 Tabel 3. Kisi-Kisi Penelitian Internalisasi Karakter Religius di SD Negeri Demakijo 1 ...................................................................................... 66 Tabel 4. Penggunaan Triangulasi Berdasarkan Pertanyaan Penelitian .......... 71 Tabel 5. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Kegiatan Rutin ............ 83 Tabel 6. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Kegiatan Spontan ........ 107 Tabel 7. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pemberian Keteladanan ..................................................................................... 116 Tabel 8. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pengkondisian Lingkungan ..................................................................................... 123 Tabel 9. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran ...................................................................... 132 Tabel 10. Tabel 7. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Strategi Budaya Sekolah ............................................................................................ 146
xiii
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Data Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah .............................................................. 226 Lampiran 2. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Data Hasil Wawancara ...... dengan Guru ............................................................................... 233 Lampiran 3. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Data Hasil Wawancara dengan Siswa ............................................................................... 274 Lampiran 4. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Observasi Macam Karakter Religius ....................................................................... 287 Lampiran 5. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Observasi Strategi dan Hambatan melalui Kegiatan Pengembangan Diri ............... 295 Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Observasi Strategi dan Hambatan melalui Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran .................................................................................. 326 Lampiran 7. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Observasi Strategi dan Hambatan melalui Budaya Sekolah ..................................... 337 Lampiran 8. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Sikap Siswa .......................................................................................... 348 Lampiran 9. Triangulasi Sumber dan Cross Chek Hasil Wawancara ........... 358 Lampiran 10. Triangulasi Teknik Data Hasil Penelitian ................................ 367 Lampiran 11. Dokumentasi Tata Krama Siswa .............................................. 378 Lampiran 12. Dokumentasi Gambar Kegiatan Religius ................................ 379 Lampiran 13. Silabus ...................................................................................... 386 Lampiran 14. RPP ........................................................................................... 396 Lampiran 15. Surat-Surat Penelitian ............................................................... 409
xiv
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Alur Pikir Penelitian .................................................................... 59 Gambar 2. Strategi Pengembangan Diri dan Nilai yang Dikembangkan ...... 82 Gambar 3. Strategi Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran dan Nilai yang Dikembangkan .................................................................. 131 Gambar 4. Strategi Budaya Sekolah dan Nilai yang Dikembangkan ........... 145 Gambar 5. Upaya Internalisasi dan Nilai yang dikembangkan ..................... 157 Gambar 6. Pengajian sebelum Buka Bersama .............................................. 379 Gambar 7. Buka Bersama di Bulan Ramadhan ............................................. 379 Gambar 8. Doa Bersama Siswa dan Wali Murid kelas VI ............................ 379 Gambar 9. Kegiatan Syawalan ...................................................................... 379 Gambar 10. Siswa kelas VI Memasak pada Hari Raya Idul Adha ................. 379 Gambar 11. Penyembelihan Hewan Kurban pada Hari Raya Idul Adha ........ 379 Gambar 12. Pengajian Peringatan Maulid Nabi .............................................. 380 Gambar 13. Kegiatan Tadarus ........................................................................ 380 Gambar 14. Kegiatan Baca Tulis Al-Quran ................................................... 380 Gambar 15. Siswa Berdoa Bersama sebelum Pelajaran .................................. 380 Gambar 16. Kegiatan Sholat Zuhur ................................................................ 380 Gambar 17. Kegiatan Sholat Dhuha ............................................................... 380 Gambar 18. Pajangan Tulisan tentang Perintah Agama ................................. 381 Gambar 19. Ruang Mushola .......................................................................... 381 Gambar 20. Doa Sholat Dhuha ...................................................................... 382 Gambar 21. Jadwal Sholat Dhuha dan Zuhur ................................................ 383 Gambar 22. Jadwal Kegiatan Ekstrakulikuler ................................................. 384 Gambar 23. Catatan Prestasi Siswa dalam Kegiatan Lomba Keagamaan ...... 385
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menciptakan manusia yang cerdas sekaligus membentuk manusia yang berkarakter. Pendidikan tidak hanya membentuk manusia yang cerdas dalam segi intelektualnya. Namun adanya pembentukan karakter juga menjadi bagian yang sangat penting. Sebab, jika pendidikan hanya mementingkan terciptanya manusia yang berintelektual tinggi tanpa mengedepankan karakter yang baik, sudah pasti akan menimbulkan bobroknya bangsa. Di Indonesia masih banyak pelajar yang terlibat dalam perilaku yang tidak bermoral. Seperti kasus tawuran, narkoba, pelecehan seksual, pembunuhan, dan minum minuman keras. Kasus anak dibawah umur yang hamil diluar nikah pun menambah bukti jumlah produk gagal dari pendidikan yang ada. Dan belum lama ini pada tanggal 25 Agustus 2016 bersumber dari SINDONEWS.COM terjadi kasus siswa SD yang menjadi korban sodomi anak SMA berusia 17 tahun. Melihat kejadian ini sangat disayangkan sekali, pelajar yang seharusnya sebagai agen perubahan bangsa justru melakukan tindakan amoral. Hal ini didukung oleh pendapat Gedhe Raka (Masnur Muslich, 2011: 67) bahwa keterpurukan bangsa ini tiada lain karena pada hakikatnya kita mengalami krisis karakter. Kasus-kasus yang menyangkut penyimpangan karakter religius anak Sekolah Dasar (SD) masih banyak ditemukan. Pada tanggal 1 November 2016 (FAJAR.CO.ID.) telah terjadi pencurian ratusan buku di perpustakaan SD N 3 1
Menteng Palangka Raya yang dilakukan oleh lima pelajar yaitu satu pelajar SMP, dua pelajar Pelajar SMA dan dua pelajar yang lain adalah anak SD. Mereka mencuri buku untuk dijual karena alasan tidak memiliki uang untuk bermain game online. Ini merupakan salah satu contoh kasus penyimpangan religius anak yang banyak terjadi saat ini. Di lingkungan keluarga dan sekolah, kasus penyimpangan religius anak SD banyak dijumpai. Seperti berbohong tidak memiliki PR, mencuri uang di kantin, berkata kotor, dan tega menyakiti temannya sendiri saat bermain serta menyontek saat ujian. Kasus ini merupakan contoh kecil dari tingkat religius anak SD yang hingga saat ini masih dinilai sangat kurang. Oleh karena itu, pemerintah dalam upaya membenahi karakter anak bangsa tengah genjar mengimplementasikan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Akhmad Muhaimin Azzet (2013: 15) bahwa saat ini, pendidikan di Indonesia dinilai oleh banyak kalangan tidak bermasalah dengan peran pendidikan dalam mencerdasakan para peserta didiknya, namun dinilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian peserta didiknya agar berakhlak mulia. Oleh karena itu, pendidikan karakter dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan isi dari Pasal 3 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 2
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.” Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut menjelaskan bahwa tujuan dari Pendidikan Nasional adalah untuk membentuk insan manusia sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki karakter religius, berakhlak mulia, cendikia, mandiri, dan demokratis (Darmiyati Zuchid, 2015). Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional pasal 1 UU SISDIKNAS tahun 2003 yang menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional dalam mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 29) . Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut disusunlah kerangka kurikulum dalam sistem pembelajaran di sekolah. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 37 untuk mendukung kerangka kurikulum tersebut wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, ketermapilan/ kejuruan, muatan lokal. Berdasarkan pasal ini pendidikan agama merupakan salah satu materi dalam meningkatan karakter religius. Menurut Agus Wibowo (2012: 56) harapan sekaligus tujuan mulia dari Pendidikan Agama Islam (PAI) tersebut belum mampu direalisasikan. Sebab, kenyataannya PAI tidak dapat berperan secara optimal. Bahkan, ia semakin kehilangan perannya sebagai media mengantarkan siswanya untuk memahami dan 3
mengamalkan ajaran agamanya. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya undangundang ini dalam memberikan strategi yang ideal dalam menginternalisasikan karakter religius. Melihat banyaknya perilaku dan sikap anak bangsa yang jauh dari perilaku yang berakhlak mulia, maka internalisasi karakter religius menjadi hal yang penting. Akhmad Muhaimin Azzet (2013: 88) mengatakan bahwa hal yang semestinya dikembangkan dalam diri anak didik adalah terbangunnya pikiran, perkataan, dan tindakan anak didik yang diupayakan senantiasa berdasakan nilainilai ketuhanan atau yang bersumber dari ajaran agama yang dianutnya. Jadi agama yang dianut oleh seseorang benar-benar dipahami dan diamalakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mohamad Mustari (2014: 1) religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/ atau ajaran agamanya. Nilai karakter religius ialah segala nilai yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama. Indonesia merupakan bangsa yang beragama. Hal ini tertuang dalam pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Bunyi sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Jelas bahwa nilai ketuhanan merupakan nilai pertama dan menjadi fondasi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Penanaman karakter religius yang paling utama dilaksanakan di lingkungan keluarga baru dilanjutkan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Senada yang diungkapkan oleh Jamal Ma’mur Asmani (2011: 50) bahwa pendidikan memang 4
harus mulai dibangun di rumah (home), dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah (school), bahkan diterapkan secara nyata di dalam masyarakat (community), dan bahkan termasuk di dalamnya adalah dunia usaha dan dunia industri (busniess). Menurut Muchlas Samani & Haryanto (2013: 110) menyatakan bahwa para ahli pendidikan di Indonesia umumnya bersepakat bahwa pendidikan karakter sebaiknya dimulai sejak usia anak-anak (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Golden age berada pada rentang usia 4-6 tahun. Walaupun internalisasi karakter religius sangat penting ditanamkan pada rentang usia 4-6 tahun, namun keberlanjutan dari proses internalisasi karakter religius sangat perlu dilakukan sampai pada usia 7-12 tahun yaitu usia anak sekolah dasar (SD). Menurut Endah Sulityawati (2012: 30) di dalam 18 nilai pendidikan karakter yang dicanangkan Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan, Pengembangan Budaya dan karakter Bangsa, nilai pertama yang ditanamkan adalah nilai karakter religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Karakter religius merupakan dasar atau fondasi yang penting ditanamkan pada anak sejak dini. Karakter religius menjadi fondasi dalam pembentukan karakter anak, jika karakter religiusnya baik maka karakter yang lain juga akan baik. Melihat begitu pentingnya karakter religius di internalisasikan pada peserta didik sedini mungkin, maka diperlukan strategi yang baku dalam rangka 5
menginternalisasikan karakter religius tersebut. Akan tetapi, di beberapa sekolah dasar masih belum di temukan upaya keseriusan dan kekonsistenan guru dalam menanamakan karakter religius tersebut. Oleh karena itu sebagai upaya untuk menemukan strategi yang baku dan ideal dalam menginternalisasikan karakter religius sehingga segala sikap dan perilaku siswa sesuai karakter religius, maka dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa SD Negeri Demakijo 1 merupakan salah satu SD Negeri yang menerapkan pelaksanan internalisasi karakter religius pada peserta didiknya. Harapannya SD Negeri Demakijo 1 dapat dijadikan sebagai
salah satu
contoh
SD bagi
sekolah negeri
dalam
menginternalisasikan karkater religius pada peserta didiknya. SD Negeri Demakijo 1 merupakan sekolah Negeri yang menerapkan internalisasi karakter religius. Internalisasi karakter religius tampak tertuliskan jelas pada visi dan misi SD Negeri Demakijo 1. Visi SD Negeri Demakijo 1 ‘Unggul Dalam Prestasi dan Berakhlak Mulia’. Misinya yaitu ‘Meningkatkan pemahaman dan penghayat terhadap agama yang menjadi harapan dalam perkataan maupun perbuatan’. Sedangkan ditujuan SD Negeri Demakijo 1 disebutkan bahwa ‘Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran pembiasaan’. Dari Visi-Misi dan tujuan ini, jelas bahwa di SD Negeri Demakijo 1 sudah terdapat upaya untuk mengembangkan aspek karakter religius pada anak. Internalisasi ini juga nampak jelas dari sikap dan perilaku siswa yang senantiasa berlandaskan pada nilai agama. Berdasakan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas III A SD Negeri Demakijo 1 upaya yang dilakukan guru dalam menginternalisasikan 6
karakter religius yaitu melalui kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran sekaligus mengucapkan arti dari doa tersebut, tadarus setiap hari Jumat, sholat dhuha berjamaah setiap hari kamis dan sholat zuhur berjamaah, infaq, serta terdapat ekstrakulikuler baca tulis Al-Quran (BTA) bagi kelas rendah, bersalaman dengan mengucapkan salam sebelum masuk kelas dan masuk kelas harus dimulai dengan kaki kanan. Melalui kegiatan yang diadakan guru tersebut, maka SD Negeri Demakijo 1 dapat dijadikan sebagai contoh dalam internalisasi karakter religius pada anak sekolah dasar. Berdasarkan uraian kegiatan dalam rangka internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 tersebut, membuat peneliti tertarik untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, peneliti memiliki keinginan untuk melakukan penelitian di SD Negeri Demakijo 1 dengan mengangkat judul “Internalisasi Karakter Religius di SD Negeri Demakijo 1.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut. 1. Kasus-kasus yang menyangkut penyimpangan karakter religius anak Sekolah Dasar (SD) masih banyak ditemukan. 2. Pendidikan agama yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk menjadi manusia yang religius belum berperan secara optimal.
7
3. Beberapa sekolah dasar dan guru SD belum menunjukkan keseriusan dan konsistensi dalam melaksanakan internalisasi karakter religius pada peserta didiknya. 4. Banyak SD yang mengalami hambatan dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa. 5. SD Negeri Demakijo 1 ada konsistensi menginternalisasikan karakter religius pada siswa. C. Fokus Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti melakukan pembatasan masalah agar permasalahan yang akan diteliti lebih fokus dan mendalam sebagai berikut. 1. Internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. 2. Hambatan internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. D. Rumusan Masalah Berdasakan latar belakang masalah dan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1? 2. Bagaimana hambatan internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan tentang bagaimana internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. 8
2. Mendeskripsikan tentang hambatan dalam internalisasi karakter di SD Negeri Demakijo 1. F. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapakan dapat bermanfaat untuk, sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang internalisasi karakter religius pada anak sekolah dasar. 2. Manfaat praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut. a. Bagi Kepala Sekolah dan Guru, yaitu: 1) hasil penelitian ini dapat memberikan strategi alternatif dalam internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. 2) hasil penelitian ini dapat mengoptimalkan internalisasi karakter religius di lingkungan sekolah sesuai dengan visi, amisi, dan tujuan sekolah. b. Bagi peneliti, yaitu: 1) menambah ilmu pengetahuan tentang karakter religius, 2) menambah pengalaman dan pembelajaran tentang keilmuan pendidikan sekolah dasar, dan 3) menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang internalisasi karakter religius dalam menerapkan pendidikan karakter di SD Negeri Demakijo 1.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Internalisasi Karakter Religius 1. Pengertian Internalisasi Internalisasi berasal dari kata ‘inter’ atau ‘internal’ yang berarti dalam. Kata yang mendapat akhiran –isasi diartikan sebagai proses. Dengan demikian internalisasi dapat diartikan sebagai proses untuk memasukkan ke dalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/ KBBI (2005: 439) internalisasi menurut kata benda diartikan sebagai penghayatan: proses- falsafah negara secara mendalam berlangsung lewat penyuluhan, penataran, dan sebagainya dan dalam arti kata politik internalisasi dimaknai sebagai penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Menurut KBBI kata internalisasi lebih dimaknai sebagai penghayatan terhadap sesuatu/ nilai. Penghayatan tersebut dapat diperoleh melalui penyuluhan, penataran, dan lainnya. Sehingga nilai tersebut dapat menjadi keyakinan dalam diri yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Sedangkan
Mohamad
Mustari
(2014:
5)
berpendapat
bahwa,
menginternalisasi artinya “membatinkan” atau “merumahkan dalam diri” atau “meng-intern-kan” atau menempatkan dalam pemilikan” atau “menjadikan anggota penuh”. Beliau menambahkan bahwa dalam proses internalisasi ini terjadi penganutan sekaligus penyebaran nilai yang diperoleh dari petunjuk agama. Berdasarkan pendapat ini, internalisasi diartikan sebagai menempatkan sesuatu ke 10
dalam diri. Sehingga internalisasi dipandang sebagai proses menjadikan sesuatu miliki sendiri. Mohamad Mustari menambahkan, jika di dalam prosesnya terjadi penyebaran nilai-nilai yang bersumber dari petunjuk agama. Fuad Ikhsan (2005: 155) menyatakan bahwa internalisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai ke dalam jiwa seseorang sehingga menjadi miliknya. Internalisasi dipandang sebagai suatu usaha untuk memasukkan nilai ke dalam bagian terdalam manusia yaitu jiwa. Sehingga nilai-nilai tersebut nantinya dapat menjadi miliknya sendiri. Nilai-nilai dalam hal ini tidak terbatas pada nilai religius saja. Akan tetapi, semua nilai yang dianggap baik dan benar oleh kelompok masyarakatnya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, definisi internalisasi adalah proses dan usaha dalam rangka memasukkan suatu nilai ke dalam diri atau jiwa seseorang. Sehingga nilai tersebut dapat dihayati dan menjadi milik sendiri. Kemudian timbullah kesadaran akan melakukan segala sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai yang dihayatinya. Nilai yang telah dihayati tersebut nantinya dapat diwujudkan dalam segala sikap dan perilaku di kehidupan sehari-hari baik di lingkungan rumah, sekolah, serta masyarakat. Dengan demikian, internalisasi erat kaitannya dengan sikap dan perilaku sebagai hasil dari rangkaian proses internalisasi. Seorang ahli psikologi sosial yaitu Louis Thurstone pada tahun 1928 (Mueller, Daniel J, 1992: 3-4) memberikan definisi sikap sebagai “jumlah seluruh kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal khusus.” 11
Kemudian pada tahun 1931 Thurstone menjelaskan sikap dengan definisi yang sederhana yaitu “Sikap adalah menyukai atau menolak suatu obyek psikologis.” Berdasarkan pendapat Thurstone ini, sikap merupakan perasaan sesorang yang diwujudkan dengan rasa suka atau tidak suka, menerima atau menolak terhadap obyek yang ada di sekitarnya. Menurut Gordon Allport (Susanta, 2006: 94) sikap adalah respon terhadap suatu obyek dalam suasana menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten. Sikap merupakan tanggapan seseorang terhadap obyek yang ada di sekitar yang diwujudkan dengan perasaan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka. Selanjutnya Susanta (2006: 95) menyatakan bahwa para ahli psikologi sosial menggap bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif yang berkitan dengan pengetahuan dan keyakinan seseorang terhadap suatu obyek, afektif yang berisikan perasaan seseorang terhadap obyek sikap, dan konatif yaitu kecenderungan melakukan sesuatu terhadap obyek sikap. Dengan demikian sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, menerima atau menolak terhadap suatu objek. Akan tetapi, sikap belum tentu diwujudkan dalam bentuk perilaku secara konkret. Sikap mengandung tiga komponen penting yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Sikap terkadang dihubungkan dengan perilaku, akan tetapi keduanya tidak selalu menunjukkan hubungan yang positif. Seorang siswa yang mengatakan suka menggunakan jilbab, belum tentu menunjukkan perilaku memakai jilbab. Seorang ahli psikologi sosial yaitu Ajzen (Agus Abdul Rahman, 2014: 137) dengan teorinya planned behavior yang merupakan revisi dari teorinya sebelumnya yaitu 12
reasoned action menyatakan bahwa menurut teori reasoned action, perilaku merupakan hasil pertimbangan sadar dari beberapa faktor dan sikap bukanlah satu-satunya prediktor tunggal dari perilaku. Senada dengan hal tersebut Agus Abdul Rahman (2014: 137) menambahkan bahwa selain sikap (evaluasi positif dan negatif terhadap suatu perilaku yang spesifik), lingkungan sosial pun berpengaruh terhadap perilaku. Dengan demikian, perilaku merupakan tanggapan atau tindakan nyata seseorang yang diakibatkan adanya rangsangan atau faktorfaktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Dan sikap hanyalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa internalisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai kedalam diri dan jiwa seseorang sehingga segala sikap dan perilakunya sesuai dengan nilai yang yakininya tersebut. Di dalam konsep internalisasi ini mengandung tiga buah unsur yang penting yaitu: 1) adanya upaya untuk memasukkan nilai ke dalam jiwa seseorang, 2) terbentuknya sikap sebagai hasil proses internalisasi, dan 3) munculnya perilaku yang dapat dilihat sebagai dampak dari adanya internalisasi tersebut. Dengan demikian internalisasi sangat erat hubungannya dengan sikap dan perilaku yang merupakan hasil dari proses internalisasi itu sendiri. 2. Pengertian Karakter Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave” (Ryan & Bohlin dalam Darmiyati Zuchdi, 2015: 15). To engrave dapat diartikan sebagai kata ‘mengukir’. Sebagaimana ukiran yang tidak mudah hilang, begitu pula dengan 13
karakter. Karakter yang telah melekat pada diri seseorang tidak akan mudah hilang dengan bertambahnya usia. Suyanto (Syamsul Kurniawan, 2013: 28) mendefiniskan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Karakter adalah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan (Abdullah Munir, 2010: 3) Berdasarkan pendapat di atas karakter diartikan sebagai cara berpikir dalam bersikap dan berperilaku yang telah melekat kuat pada diri seseorang. Karakter sudah menjadi ciri khas yang kuat dari seseorang dalam bersikap dan berperilaku, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Sebagaimana sebuah ukiran karakter yang telah melekat pada diri seseorang tidak akan mudah terkikis atau pun hilang. Kemendiknas (2010: 3) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (vitues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Jadi karakter itu diperoleh akbiat adanya suatu proses internalisasi berbagai nilai, moral, dan norma yang dipandang baik. Sehingga menjadi pedoman dalam bersikap serta bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. 14
Hal senada juga diungkapkan oleh Darmiyati Zuchdi (2015: 16) tentang karakter, menurutnya : “karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karama, budaya, dan adat istiadat.’ Menurut Darmiyati Zuchdi karakter merupakan segala nilai perilaku yang tercermin dalam seluruh aktivitasnya baik yang berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia ataupun dengan lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk pikiran, perasaan, dan tindakan dengan berlandasakan pada norma-norma yang ada. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat diambil kesimpulan pengertian karakter. Karakter adalah sikap dan perilaku, baik yang diwujudkan dalam bentuk pikiran, perasaan, atau pun tindakan yang menjadi ciri khas seseorang sehingga membedaknnya dengan yang lain. Karakter sifatnya tidak mudah hilang, ia akan terus melekat pada diri yang memilikinya. Karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau watak. Karakter ini diperoleh dari proses internalisasi nilai-nilai yang didapatkan dari seluruh aktivitas manusia. Baik yang hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia, ataupun dengan lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai tersebut berlandaskan pada norma-norma agama, hukum, tata karama, budaya, dan adat istiadat.
15
3. Pengertian Karakter Religius Karakter religius merupakan salah satu dari 18 nilai karakter yang diimplementasikan dalam pendidikan karakter di
Indonesia sebagimana
dikeluarkan oleh Kemendiknas. Syamsul Kurniawan (2013: 39-38) menyatakan bahwa nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi berasal dari salah satu dari empat sumber (dalam hal ini agama, Pancasila, budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional) yang pertama yaitu agama. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Di setiap segi kehidupan individu, masyarakat dan bangsa selalu didasarkan pada ajaran agama dan kepercayaannya. Dan perlu digaris bawahi bahwa nilai-nilai pendidikan karakter tersebut harus didasarkan pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Sebab jika nilai agamanya bagus, maka nilai-nilai yang lain juga akan baik. Menurut Kemendiknas (2010: 9), nilai karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Pendapat lain tentang karakter religius disampaikan oleh Mohamad Mustari (2014: 1) mendefinisikan religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agamanya. Lebih lanjut lagi, Nurul Zuriah (2011: 39) mengatakan bahwa nilai religius dapat diwujudkan dalam perilaku: 1) mensyukuri hidup dan percaya kepada tuhan, 2) sikap toleran, dan 3) mendalami ajaran agama.
16
Jika dilihat dari beberapa pendapat di atas karakter religius dimaknai sebagai sikap dan perilaku yang selalu didasarkan pada ajaran agama yang dianutnya dan berdasarkan dengan nilai-nilai yang hubungannya dengan ketuhanan. Jadi segala pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan itu selalu dilandaskan oleh ajaran agamnya dan tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Hal ini, senada dengan yang disampaikan oleh Syamsul Kurniwan (2013: 127) sikap dan perilaku religius merupakan sikap dan perilaku yang dekat dengan hal-hal spiritual. Seseorang disebut religius ketika ia merasa perlu dan berusaha mendekatkan
dirinya
dengan
Tuhan
(sebagai
penciptanya),
dan
patuh
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Sehingga, segala sikap dan perilaku itu berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya spiritual atau keagamaan. Seseorang dapat dikatakan religius ketika timbul perasaan bahwa ia perlu mendekatkan diri kepada penciptanya serta mematuhi dan melaksanakan ajaran agamnya dalam kehidupan sehari-hari. Indah Ivonna (Syamsul Kurniwan, 2013: 128) menambahkan bahwa religiositas seringkali merupakan sikap batin seseorang ketika berhadapan dengan realitas kehidupan luar dirinya misalnya hidup, mati, kelahiran, bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan sebagainya. Religius seseorang muncul ketika seseorang berhadapan dengan berbagai bencana yang secara langsung maupun tidak langsung menimpa dirinya. Memang benar jika seseorang sedang tertimpa bencana ataupun saudaranya tertimpa bencana secara spontan religius itu timbul dengan sendirinya. Hal ini
17
disebabakan karena manusia memiliki sifat pasrah dan perlunya meminta perlindungan dari Sang Pencipta. Pendapat lain tentang karakter religius disampaikan oleh Prof. Notonagoro (Sajarkawi: 2006: 31-32) yang mendefinisikan bahwa nilai religius adalah nilai yang bersumber dari keyakinan ketuhanan yang ada pada diri seseorang, dan nilai kerokhaian itu berposisi yang tertinggi dan mutlak. Hal ini jelas bahwa karakter religius bersumber dari keyakinan dalam diri seseorang sendiri terhadap nilai-nilai ketuhanan yang sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Nilai karakter religius ini merupakan nilai yang tertinggi dan menjadi pedoman dalam setiap penanaman nilai karakter dalam kehidupan berbangsa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Darmiyati Zuchdi (2015: 19) karakter yang dibangun tanpa agama adalah karakter yang tidak utuh. Bagaimana orang dikatakan baik atau buruk karakternya jika ukurannya hanyalah berbuat baik kepada manusia saja dan mengabaikan hubungan vertikalnya (ibadah) kepada Tuhan. Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas terkait karakter religius, dapat disimpulkan bahwa karakter religius bersumber dari keyakinan ketuhanan yang ada dalam diri seseorang. Karakter religius berkaitan dengan ajaran-ajaran agama yang berhubungan dengan ketuhanan atau spiritual. Karakter religius diwujudkan dengan sikap dan perilaku yang selalu berlandaskan dengan nilai-nilai agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya. Jadi seseorang yang dalam dirinya telah terinternalisasi karakter religius, maka segala pikiran, perkataan, dan perbuatannya dilandaskan pada ajaran agama yang dianutnya. Baik seseorang yang beragama muslim maupun non muslim dalam 18
bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-harinya senantiasa berlandaskan pada ajaran agamanya. Bagi yang beragama muslim wajib melaksanakan ibadah sholat lima waktu, membayar zakat, puasa wajib saat bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, dan yang lainnya. Bagi yang beragama non muslim, misalnya beragama kristen atau katolik pergi ke gereja setiap hari Minggu dan ikut memperingati hari besar keagamaan seperti Natal dan Paskah, bagi yang beragama hindu pergi ke pura untuk beribadah, dan memperingati hari besar keagamaan Nyepi. 4. Macam-Macam Karakter Religius Menurut Kemendiknas (2010: 9) pengertian dari nilai karakter religius adalah adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Berdasarkan pengertian karakter religius yang disampaikan kemendiknas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga macam karakter religius yang ingin ditanamkan pada diri peserta didik. Ketiga macam karakter religius tersebut adalah sebagai berikut. a. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamnya Peserta didik diharapkan memiliki karakter religius dengan memiliki serta menunjukkan sikap dan perilaku yang senantiasa sesuai dengan perintah ajaran agamanya. Segala sikap dan perilaku yang dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam agamanya. Sehingga peserta didik dapat melaksanakan segala perintah agamanya dan menjauhi apa yang dilarang oleh agamnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syamsul Kurniawan (2013: 127) bahwa seseorang 19
dikatakan religius ketika ia merasa perlu dan berusaha mendekatkan dirinya dengan Tuhan (sebagai penciptanya), dan patuh melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Contohnya, bagi yang beragama islam melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya, melaksanakan puasa ramadhan, dan gemar bersedekah. b. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain Keberagaman suku, ras, dan agama merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi adanya toleransi, terutama toleransi agama. Menurut Syamsul Kurniawan (2013: 86) toleransi adalah kemampuan seseorang untuk menerima perbedaan orang lain. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Kemndiknas, 2010: 26). Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain berarti sikap dan tindakan yang menghargai segala bentuk kegiatan ibadah agama lain. Menghargai segala bentuk ibadah agama lain dapat ditunjukkan dengan sikap tidak menghina bentuk kegiatan ibadah agama lain, dan tidak mengganggu teman yang berbeda agama sedang beribadah. c. Hidup rukun dengan pemeluk agama lain Dengan tertanamnya karakter religius pada peserta didik, diharapkan mereka dapat hidup saling berdampingan dengan pemeluk agama lain. Dengan hidup rukun bersama pemeluk agama lain, peserta didik dapat hidup dengan baik di dalam masyarakat yang cakupannya lebih luas. Melalui toleransi yang tinggi, maka kerukunan hidup antara pemeluk agama lain akan tercipta. Syamsul Kurniawan (2013: 129) menyatakan bahwa untuk 20
menumbuhkan toleransi siswa dapat dilakukan dengan pembiasaan yang berupa kegiatan merayakan hari raya keagamaan sesuai agamanya dan mengadakan kegiatan agama sesuai dengan agamanya. Sehingga melalui kegiatan tersebut, diharapkan tumbuh toleransi beragama dan saling menghargai perbedaan dan pada akhirnya dapat terjalin hubungan yang harmonis, tentram, dan damai. Peserta didik di sekolah akan merasakan indahnya kebersamaan dalam perbedaan. Mereka akan merasa bahwa semua adalah saudara yang perlu untuk dihormati, dihargai, dikasihi, dan disayangi seperti keluarga sendiri. Sehingga peserta didik dapat hidup rukun dengan pemeluk agama lain di lingkungan manapun. Contohnya ialah tetap bermain dengan teman satu kelas walau berbeda agama, dan saling membantu jika dalam kesulitan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan macam-macam karakter religius yaitu: 1) sikap dan perilaku peserta didik perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamnya. Peserta didik senantiasa bersikap dan berperilaku sesuai dengan perintah agamanya dan menjauhi sikap dan perilaku yang dilarang oleh aturan agamanya; 2) toleran terhadap bentuk ibadah agama lain. Menerima setiap perbedaan bentuk ibadah agama lain yang ditunjukkan dengan sikap menghormati dan menghargai setiap bentuk ibadah agama lain; dan 3) hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sehingga dengan adanya toleransi dalam menghargai bentuk perbedaan agama yang ada, maka peserta didik dapat menjalin hubungan yang baik antar pemeluk agama lain.
21
B. Strategi Internalisasi Karakter Religius pada Anak Sekolah Dasar Proses internalisasi nilai karakter sebagaimana yang ada dalam pendidikan karakter memiliki metodologi pelaksanaan yang sistematis. Begitu pula dengan internalisasi karakter religius juga memiliki metode yang sistematis. Ada banyak metode yang dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah, maupun sekolahan dalam menginternalisasikan karakter religius pada peserta didik. Kemudian dari metodemetode tersebut dapat dikembangkan berbagai strategi internalisasi karakter religius. Diharapkan dengan strategi yang sesuai karakter religius anak dapat dicapai dengan maksimal. Satu hal yang perlu untuk diperhatikan guru dalam penyajian agama untuk anak, yaitu harus sesuai dengan pertumbuhan jiwa anak, dengan cara yang lebih konkret, dengan bahasa yang sederhana serta banyak bersifat latihan dan pembiasaan yang menumbuhkan nilai-nilai kepribadiannya (Zakiah Daradjat, 2005: 131). Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru dan kepala sekolah dapat mengembangkan unsur-unsur religius anak melalui lima cara sebagaimana yang disampaikan oleh Strak dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4) yaitu: 1) menanamkan keyakinan agama, yaitu keyakinan agama atau yang disebut dengan keimanan. Keimanan bersifat pengetahuan, akan tetapi di dalamnya berisi kemantaban hati atau tidak ragu-ragu. Untuk menjaga keimanan ini yang diperlukan adalah pemupukan rasa keimanan. Sebab, kadang-kadang keimanan seseorang dapat mengencang dan mengendur. Oleh karena itu, keimanan yang bersifat abstrak perlu didukung oleh tindakan keagamaan yang sifatnya praktik yaitu melalui ibadat. Keyakinan diwujudkan dengan 22
kepercayaan atas doktrin ketuhanan, seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, akhirat, surga, neraka, takdir, dan lain-lain, 2) melatih ibadat, yaitu cara melakukan beribadah atau menyembah kepada Tuhan dengan segala rangkainnya. Ibadah dalam hal ini bukan berarti hanya menyembah kepada Tuhan secara langsung. Akan tetapi, segala sesuatu yang dilakukan hanya semata-mata memperoleh ridho dari sang pencipta dengan cara mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah dimaknai lebih luas lagi, yaitu ibadah dengan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh melaksanakan sholat tepat waktu, berkata jujur dan tidak bohong, berbuat baik kepada saudara dan orang tua, serta menolong orang miskin. Dengan demikian, ibadah adalah segala hal yang dilakukan dengan landasan perintah dan ajaran-Nya dengan harapan memperoleh ridho-Nya, 3) memahamkan pengetahuan agama, yaitu ilmu bagaimana cara untuk sholat, berwudhu, puasa, zakat dan lainnya. Pengetahuan agama pun menyangkut pengetahuan tentang riwayat perjuangan nabi, peninggalannya dan citacitanya.
Pengetahuan agama menjadi hal yang penting, sebab dalam
beribadah jika tidak tahu caranya atau ilmunya maka kita tidak akan tahu mana yang benar atau salah, 4) menjalankan pengalaman
agama, merupakan perasaan yang dialami oleh
orang yang beragama seperti rasa tenang, tentram, bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal, serta bertobat, dan
23
5) aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Konsekuensi ini mengandung penjumlahan dari keempat unsur yang ada di atas. Dengan demikian, konsekuensi adalah pengamalan dari keempat unsur tersebut yang diwujudkan dalam perilakunya sehari-hari. Selanjutnya, untuk mencapai kelima unsur tersebut, maka perlu adanya strategi internalisasi karakter religius yang baku. Menurut kemndiknas (2010: 1520) pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui tiga hal yaitu 1) program pengembangan diri, 2) pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan 3) budaya sekolah. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari ketiga strategi tersebut. 1. Program Pengembangan Diri Program pengembangan diri dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah yang meliputi 1) kegiatan rutin sekolah, 2) kegiatan spontan, 3) keteladanan, dan 4) pengkondisian. Hal ini, sejalan dengan yang disampaikan oleh Nurul Zuriah (2011: 86-87) yang menjelaskan tentang penerapan pendidikan budi pekerti di lingkungan persekolah melalui dua cara yaitu pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari dan pengintegrasian dalam kegiatan yang telah diprogramkan. Adapun pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari yang disampaiakan Nurul Zuriah meliputi 1) keteladanan atau contoh, 2) kegiatan spontan, 3) teguran, 4) pengkondisian lingkungan, dan 5) kegiatan rutin. Sedangkan pada kegiatan yang telah diprogramkan, guru membuat perencanaan terlebih dahulu terkait kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk 24
perilaku taat kepada ajaran agama yaitu diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan. Hal senada juga disampaikan oleh Syamsul Kurniawan (2013: 108-109) yang menyatakan bahwa guru dan pemangku kebijakan pendidikan di sekolah hendaknya dapat mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah, silabus dan rencana program pembelajaran (RPP) yang sudah ada. Adapun dalam implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan pengembangan diri yang disebutkan Syamsul Kurniawan (2013:109) dituliskan pada tabel 1. tentang implementasi pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah berikut ini. Tabel 1. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Sekolah Implementasi Pendidikan No. Bentuk Pelaksanaan Kegiatan Karakter 1. Integrasi dalam mata pelajaran Mengembangkan silabus dan RPP pada yang ada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan. 2. Mata pelajaran dalam muatan Ditetapkan oleh sekolah/ daerah. loka (mulok) Kompetensi dikembangkan oleh sekolah/ daerah. 3. Kegiatan pengembangan diri Pembudayaan dan pembiasaan, berupa: pengondisian, kegiatan rutin, kegiatan spontanitas, keteladanan, dan kegiatan terprogram. Ekstrakulikuler, seperti Pramuka, PMR, kantin kejujuran, UKS, KIR, olahraga dan seni, OSIS dan sebagainya. Bimbingan konseling yaitu pemberian layanan bagi anak yang mengalami masalah.
Adanya berbagai macam pendapat terkait program pengembangan diri maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan program pengembangan diri dilakukan melalui
25
1) kegiatan rutin sekolah, 2) kegiatan spontan, 3) pemberian keteladanan, dan 4) pengkondisian lingkungan. a. Kegiatan Rutin Sekolah Kegiatan rutin ialah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik secara terus menerus dan sudah terlaksana setiap hari. Kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari ini dapat dijadikan sebuah pembiasaan dalam menginternalisasikan karakter religius pada peserta didik. Syamsul Kurniawan (2013: 128-129) mengungkapkan bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang nantinya dapat dijadikan sebagai pembiasaan, yaitu: 1) berdoa atau bersyukur. Berdoa adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Ungkapan syukur juga dapat diwujudkan dengan menjalin hubungan persaudaraan sesama teman tanpa membeda-bedakan suku, ras, dan agama. Kerelaan peserta didik untuk memberikan ucapan selamat hari raya kepada teman yang berbeda agama dengannya merupakan bentuk dari toleransi. Ungkapan rasa syukur terhadap lingkungan alam misalnya dengan meminta anak untuk menyirami tanaman yang ada di depan kelasnya dan menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolahnya, 2) mengadakan kegiatan di mushalla. Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya sholat zuhur berjamaah setiap hari, mengikuti kegiatan baca tulis Al-Quran (BTA), dan sholat jumaat berjamaah, 3) mengadakan perayaan hari raya keagamaan. Untuk yang bergama islam misalnya mengadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian pada momen Idul Adha, Idul Fitri, dan Isra’ Mi’raj sebagai sarana meningkatkan iman dan 26
takwa peserta didik. Sedangkan yang beragama nasrani dengan mengadakan perayaan natal serta paskah, dan 4) mengadakan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama yang dianut peserta didiknya. Misalnya mengadakan kegiatan pesantren kilat untuk yang beragama islam dan mengadakan kegiatan ruhani lain bagi yang beragama nasrani maupun Hindu. Novan Ardy Wiyani (2013: 223-228) memberikan contoh pemetaan kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan di sekolah dalam menanamkan karakter religius di sekolah melalui pembiasaan rutin, sebagai berikut. 1. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan dipimpin oleh guru agama melalui pengeras suara dari ruang Guru 1. 2. Setiap Jumat melaksanakan kegiatan infaq bagi yang muslim. 3. Setiap pergantian jam pelajaran, siswa memberi salam kepada guru. 4. Melakukan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. 5. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melakukan ibadah. 6. Anak diminta mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan, jika bertemu dengan guru, bicara dan bertindak dengan memperhatikan sopan santun. 7. Anak dibiasakan untuk mengucapkan terima kasih, maaf, permisi, dan tolong. 8. Mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan orang lain. 27
9. Meminta izin untuk menggunakan barang orang lain. Kegiatan rutin ini penting untuk dilakukan guru untuk membentuk pembiasaan sikap dan perilaku siswa agar sesuai dengan karakter religius. Sebab dengan pembiasaan karakter religius dapat terinternalisasi pada jiwa anak. Sehingga ketika anak tidak berperilaku sesuai dengan karakter tersebut, maka ia akan merasa bersalah dan kurang nyaman. Hal ini senada yang disampaikan oleh Edi Waluyo (Agus Wibowo, 2012: 126) bahwa pendidikan karakter terhadap anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik; sehingga ketika seseorang anak tidak melakukan kebiasaan baik itu, yang bersangkutan akan merasa bersalah. Dengan demikian, anak akan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukan kebiasaan baik itu. b. Kegiatan Spontan Kegiatan spontan yang dimaksud yaitu ketika suatu kegiatan dilakukan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan ketika guru dan tenaga kependidikan melihat sikap dan perilaku negatif maupun positif yang dilakukan peserta didik. Jika siswa melakukan perilaku negatif dengan spontan guru mengingatkannya dan menasehatinya supaya tidak melakukan hal tersebut. Perilaku negatif misalnya ketika anak mengambil barang temannya tanpa ijin. Sedangkan perilaku positif misalnya ketika peserta didik menolong temannya yang sedang terjatuh. Perilaku positif ini perlu mendapat tanggapan bagi guru dengan memberinya pujian, supaya peserta didik tahu bahwa perilaku tersebut baik dan perlu untuk dikembangkan. Dalam hal ini guru memberikan penguatan positif bagi peserta didik. Hal ini sejalan dengan bentuk penerapan spontanitas dalam matrik 28
penjabaran dan penerapan nilai-nilai budi pekerti taat kepada ajaran agama yang disampaikan oleh Nurul Zuriah (2011: 208) bahwa guru memberikan nasihat kepada siswa yang melakukan kegiatan negatif maupun positif. Adapun bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan dalam pembiasaan spontan (Novan Ardy Wiyani, 2013: 223) yaitu: 1) memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah, 2) memperingatkan jika tidak mengucapkan salam, dan 3) meminta maaf bila melakukan kesalahan. c. Pemberian Keteladanan Keteladanan yang dimaksud ialah segala perilaku dan sikap yang dilakukan oleh pengawas sekolah, kepala sekolah, dan karyawan sekolah dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik, sehingga dapat menjadi model yang baik bagi peserta didik. Termasuk juga guru sebagai figur utama sudah semestinya memberikan contoh yang baik bagi peserta didiknya baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat. Misalnya, selalu berpakaian rapi, mengucapkan katakata yang terpuji, membuang sampah pada tempatnya, makan sambil duduk dan masih banyak lainnya. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan melalui pembiasaan keteladanan (Novan Ardy Wiyani, 2013: 223) yaitu: 1) guru berdoa bersama peserta didik sebelum dan setelah jam pelajaran, 2) guru dan tenaga kependidikan melakukan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, dan
29
3) guru menjadi model yang baik dalam berdoa dengan khusyuk dan dalam Bahasa Indonesia sehingga dimengerti oleh anak. Sementara penyelesaian
itu,
dalam
Seorang
ahli
bernama
mengimplementasikan
Kirschenbaum
pendidikan
memberikan
karakter
melalui
pendekatan komperhensif. Pendekatan komperhensif diusulkan pertama kali oleh Kirschenbaum (1995: 31), dalam salah satu bukunya yang berjudul 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth Setting beliau menguraikan 100 cara untuk bisa meningkatkan nilai dan moralitas (karakter/akhlak mulia) di sekolah yang bisa dikelompokkan ke dalam lima metode, yaitu: 1) inculcating values and morality (penanaman nilai-nilai dan moralitas), 2) modeling values and morality (pemodelan nilai-nilai dan moralitas), 3) facilitating values and morality (memfasilitasi nilai-nilai dan morlaitas), 4) skills for values development and moral literacy (keterampilan untuk pengembangan nilai dan literasi moral), dan 5) implementing a values education program (mengimplementasikan nilai ke dalam program pendidikan). Pendapat Kirschenbaum ini, kemudian dijelasakan kembali oleh Darmiyati Zuchdi, dkk. Dalam hal ini, pemberian keteladanan sesuai dengan metode modeling values and morality, yang oleh Darmiyati Zuchdi (2015: 35) disebut keteladanan nilai. Metode ini menurut Darmiyati Zuchdi memiliki beberapa syarat yang perlu untuk diperhatikan dalam penerapannya, yaitu: 1) guru atau orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi murid-murid atau anak-anaknya, dan 30
2) anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal yang berakhlak mulia, terutama nabi muhammad SAW, bagi yang beragama islam dan para nabi yang lain. Guru dan orang tua juga perlu memiliki keterampilan asertif dan keterampilan
menyimak.
Keterampilan
asertif
adalah
keterampilan
mengemukakan pendapat secara terbuka, dengan cara-cara yang tidak melukai perasaan orang lain. Metode keteladanan nilai tersebut memiliki strategi-strategi pelaksanaanya, strategi keteladananan nilai menurut Darmiyati Zuchdi (2015: 39-40), meliputi: 1) berbagi perasaan, 2) berbagi pengalaman, 3) berbagi keterampilan, 4) nara sumber, dan 5) menghindari kemunafikan. Berikut ini akan dijelaskan dua startegi yang dapat digunakan guru untuk menginternalisasikan karakter religius. 1. Berbagi perasaan Berbagi perasaan ini dapat dilakukan guru dengan cara mengekspresikan emosinya terhadap suatu hal yang terjadi di dalam atau di luar kelas. Misalnya, ketika ada salah satu muridnya yang sakit dan harus menginap di rumah sakit guru menunjukkan ekspresi wajah yang sedih. Dalam hal ini guru mengajarkan betapa pentingnya kasih sayang sesama teman. Contoh lain, ketika ada seorang murid yang menyontek saat ujian guru menunjukkan ekspresi marah. Demikian ketika guru marah, ia sedang mengajarkan betapa pentingnya sebuah kejujuran. 2. Menghindari Kemunafikan Munafik artinya melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan yang diucapakan. Guru sebagai tauladan yang baik, sudah semestinya menghindari sifat 31
munfaik seperti ini. Jadi guru harus hati-hati dalam setiap bertindak, jangan sampai apa yang ia larang justru dilakukannya sendiri. d. Pengkondisian Lingkungan Pengkondisian lingkungan yaitu upaya sekolah untuk mendukung terlaksananya internalisasi karakter religius pada peserta didik. Lingkungan sekolah dikondisikan sehingga dapat mencerminkan kehidupan nilai-nilai karakter religius. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Nurul Zuriah (2011: 208) bentuk penerapan pengkondisian lingkungan yaitu: 1) diadakan ceramah agama, 2) pengadaan sarana ibadah, 3) diperdengarkan suara azan pada saat waktu shalat (islam), 4) ada pengumuman mengenai memperingati hari-hari besar keagamaan, dan 5) terdapat gambar/ sarana lain yang mengenalkan ciri-ciri agama. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa internalisasi karakter religius melalui kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Kegiatan seharihari di sekolah tersebut meliputi: 1) kegiatan rutin yang diadakan secara terusmenerus dan konsisten setiap saat, 2) kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat itu juga. Kegiatan spontan ini dilakukan ketika guru menemui sikap dan perilaku siswa yang negatif ataupun positif, 3) pemberian keteladanan yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, maupun karyawan sekolah dalam memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik. Sehingga dapat menjadi model yang baik untuk ditiru oleh peserta didik, dan 4) pengkondisian lingkungan, 32
lingkungan sekolah dikondisikan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung berlangsungnya proses internalisasi karakter religius pada siswa. 2. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Pengembangan karakter religius diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Sejalan dengan hal tersebut Agus Wibowo (2012: 83) menyatakan bahwa guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada. Karakter religius tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Kemendiknas (2010: 18-19) menyebutkan cara-cara dalam pengembangan nilainilai karakter dalam silabus melalui: a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai karkater bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya. b. Melihat keterkaitan SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan. c. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ke dalam silabus. d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP. e. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai. f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku. 33
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan dengan mencantukan karakter religius ke dalam silabus pembelajarann, RPP , serta menyisipkannya dalam setiap proses pembelajaran yaitu pada kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. 3. Budaya Sekolah Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, gurunya, maupun dengan karyawan sekolah. Budaya sekolah ini berkaitan dengan aturan, norma, moral serta etika yang berlaku di sekolah. Adapun nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah adalah kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab (Kemndiknas, 2010: 20). Berdasarkan pembahasan sebelumnya tentang macammacam karakter religius salah satunya yaitu toleransi sesama pemeluk agama lain. Harapannya dengan timbulanya budaya toleransi ini dapat menjaga kerukunan seluruh warga sekolah. Pengembangan karakter religius dalam budaya sekolah mencakup kegiatankegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administratif ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. Dengan demikian segala bentuk kegiatan sekolah dan interaksi antar warga sekolah harus sebisa mungkin mencerminkan karakter religius. Sehingga karakter religius tersebut dapat terlaksana dengan baik dan dapat membudaya.
34
Kemendiknas (2010: 26), menyebutkan indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Berikut ini indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam menanamkan karakter religius. Tabel 2. Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas dalam Menanamkan Karakter Religius Indikator Sekolah Indikator Kelas a. Merayakan hari-hari besar keagamaan. b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. c. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. b. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
Menurut Kemendiknas berhasil tidaknya sekolah dan kelas dalam menanamkan nilai religius diukur dari indikator-indikator sebagiamana yang ada pada tabel 2. Jika suatu sekolah dan kelas telah memenuhi indikator-indikator di atas, maka dapat dinyatakan bahwa sekolah dan kelas tersebut telah berhasil dalam menanamkan nilai karakter religius pada peserta didiknya. Dengan demikian dapat disimpulkan, strategi yang dapat dijadikan alternatif untuk guru sekolah dasar dalam menginternalisasikan karakter religius pada peserta didik adalah sebagai berikut. 1. Program Pengembangan Diri Program pengembangan diri ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangakan karakter religiusnya melalui beberapa kegiatan sehari-hari sekolah yang diadakan oleh guru maupun sekolahan. Adapun kegiatan sekolah yang dilakukan melalui beberapa hal berikut ini.
35
a. Kegiatan rutin sekolah Guru mengadakan kegiatan keagamaan yang sifatnya dapat dilakukan secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin sekolah ini jika dilakukan secara terus-menerus dapat menjadi sebuah kebiasaan. Adapun strategi yang dapat guru lakukan ialah: 1) membiasakan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, 2) mengadakan kegiatan infaq pada hari yang sudah dijadwalkan, 3) siswa diminta memberikan salam sebelum dan sesudah pelajaran, ketika berjabat tangan dengan guru, 4) mengadakan sholat dhuha berjamaah sesuai dengan jadwal yang ditentukan, 5) mengadakan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang ditentukan, 6) melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan dengan meminta siswa untuk menyirami tanaman dan menjaga kebersihan, 7) membiasakan anak mengucap terima kasih, maaf, dan tolong, 8) membiasakan anak untuk meminta izin ketika meminjam barang, 9) mengadakan kegiatan hafalan surat pendek/ tadarus sesuai jadwal yang ditentukan, dan 10) mengadakan ekstrakulikuler baca tulis al-quran (BTA) sesuai jadwal yang ditentukan. b. Kegiatan spontan Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan pada saat itu juga. Kegiatan spontan dilakukan jika suatu hal sudah terjadi. Kegiatan spontan dilakukan guru jika mengetahui suatu tindakan yang sifatnya positif dan negatif. 36
Tindakan postif perlu untuk mendapat tanggapan dari guru, supaya peserta didik tahu bahwa perbuatan tersebut perlu untuk dikembangakan. Dan perbuatan negatif juga perlu mendapat tanggapan supaya peserta didik dapat kembali melakukan tindakan yang baik. Strategi yang dapat dilakukan guru diantaranya yaitu: 1) memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah, 2) memperingatkan peserta didik yang tidak mengucapkan salam ketika masuk kelas, dan berjabat tangan dengan guru, 3) memberikan nasehat pada peserta didik jika melakukan kesalahan, dan 4) memberikan pujian pada peserta didik yang melakukan kebaikan. c. Pemberian keteladanan Pemberian keteladanan ini sangat penting dilakukan oleh guru sebab guru merupakan sosok panutan bagi peserta didik. Segala sikap dan perilaku guru secara langsung maupun tidak langsung akan ditirukan oleh anak melalui cara imitasi. Dengan demikian guru, kepala sekolah, dan karyawan sekolah harus menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan karkater religius baik di rumah maupun di sekolah. Startegi yang dapat dilakukan guru dalam pemberian keteladanan yaitu: 1) guru berdoa bersama dengan peserta didik sebelum dan sesudah pelajaran, 2) guru memberikan contoh sikap berdoa yang khusyuk, 3) guru ikut berperan aktif dalam kegiatan berinfaq pada jadwal yang sudah ditentukan, 4) guru ikut berperan aktif dalam kegiatan hafalan surat pendek,
37
5) guru menjadi contoh yang baik dalam kegiatan sholat dhuha dan zuhur berjamaah, dan 6) guru menceritakan kisah atau dongeng tentang nabi atau lainnya yang mengajarkan tentang keteladanan dalam beragama. d. Pengkondisian lingkungan Lingkungan sekolah didesain dan dikondisikan sehingga dapat mendukung proses internalisasi karakter religius pada peserta didik. Keadaan sekolah sedapat mungkin mencerminkan karakter religius. Startegi yang dapat digunakan yaitu: 1) menyediakan sarana tempat dan perlengkapan ibadah yang layak, 2) diperdengarkan suara azan pada saat waktu sholat tiba, 3) memasang tulisan atau gambar yang mengenalkan tata cara beribadah dan ajakan melakukan ibadah, dan 4) memajang pengumuman jika akan memperingati hari-hari besar keagamaan. 2. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Karakter religius diintegrasikan ke dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Karakter religius tersebut harus ada dalam silabus, RPP, dan kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru juga perlu untuk membantu peserta didik melakukan tindakan yang sesuai dengan karakter religius. 3. Budaya Sekolah Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik dapat berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, peserta didik dengan kepala sekolah, peserta didik dengan karyawan yang kesemuanya terikat ke dalam aturan, norma, moral, dan etika sekolah. 38
Sehingga karakter religius dapat guru masukkan ke dalam budaya sekolah melalui strategi: a) membiasakan mengucapkan salam ketiga bersalaman dengan guru, b) membiasakan siswa berdoa sesuai dengan agamanya masing-masing beserta artinya, c) mengadakan kegiatan keagamaan di dalam maupun luar kelas, d) mengikutkan peserta didik lomba yang berkaitan dengan keagamaan di luar sekolah, dan e) memperingati hari besar agama lain. C. Tahap Internalisasi Karakter Religius Internalisasi karakter religius tidak dapat terjadi secara instan, akan tetapi membutuhkan beberapa tahapan yang harus dilewati. Sebagaimana pada tahap internalisasi nilai dalam internalisasi karakter yang merupakan proses penanaman nilai-nilai karakter religius membutuhkan tahapan yang sistematis. Muhaimin (1996: 153) menjelaskan bahwa dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, sebagai berikut. a. Tahap transformasi nilai Pada tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dengan cara memberikan informasi kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara guru dan peserta didik. Sehingga peserta didik akan mengetahui perilaku dan sikap yang baik serta tidak baik. 39
b. Tahap transaksi nilai Pada tahap ini terjadi komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik, atau dengan kata lain terjadi interaksi yang bersifat timbal balik. Apa yang diberikan guru terhadap peserta didik akan ditanggapi oleh peserta didik, begitu pula sebaliknya. c. Tahap transinternalisasi Pada tahap yang terakhir adalah tahap transinternalisasi, tahap ini jauh lebih mendalam jika dibandingkan dengan tahap transaksi nilai. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi secara verbal, akan tetapi juga melibatkan sikap mental dan kepribadian. Sehingga, pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif. Proses internalisasi karakter mulia, menurut Lickona (Agus Wibowo, 2013:12) melalui tiga tahapan penting, yaitu: 1) anak didik memiliki pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), 2) timbul komitmen (niat) anak didik terhadap kebaikan (moral feeling), dan 3) anak didik akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Menurut Thomas Lickona tahapan yang paling tinggi menurut Lickona adalah tahap moral action atau tindakan moral. Dalam buku Thomas Lickona (2013: 85-100) yang berjudul educating for character yang telah diterjemahkan oleh Juma Abdu Wamaungo akan dijelaskan masing-masing ketiga tahapan tersebut, sebagi berikut. a. Moral Knowing/ Pengetahuan Moral Pengetahuan moral mencakup bagaimana peserta didik mengetahui sikap dan perilaku yang baik. Moral knowing sebagai komponen yang pertama memiliki enam unsur yaitu: 40
1) moral awareness/ kesadaran moral, menggunakan kecerdasan yang dimiliki untuk menilai suatu keadaan suatu keadaan agar sesuai dengan nilai moral yang berlaku. Kesadaran moral ini meliputi dua komponen yaitu menggunakan pemikiran untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral dan memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan, 2) knowing moral values/ pengetahuan tentang nilai-nilai moral, mengetahui berbagai nilai moral seperti menghargai kehidupan dan kemerdekaan, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, kebaikan, dan belas kasihan dalam segala situasi. Mengetahui suatu nilai juga berarti dapat memahami bagiamana cara menerapakan nilai tersebut dalam situasi yang sesuai, 3) perspective taking/ penentuan sudut pandang, kemampuan untuk mengambil sudut pandang dari orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana orang lain berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada, 4) moral reasoning/ logika moral. Moral reasoning berarti memahami tentang apa artinya bermoral dan mengapa kita harus bermoral, 5) decision making/ keberanian dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam menghadapi suatu masalah, dan 6) self knowledge/ pengenalan diri, kemampuan untuk dapat mengetahui dan mengevaluasi perilaku sendiri. Pengenalan diri ini merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk diperoleh, akan tetapi sangat penting untuk mengembangkan karakter. 41
b. Moral feeling/ Perasaan Tentang Moral Moral feeling berkaitan dengan emosi seseorang dalam merasakan apa yang terjadi di sekitar lingkungannya. Moral feeling ini yang akan menuntun seseorang untuk melakukan tindakan moral. Sehingga moral feeling ini merupakan peruwujudan sikap seseorang dalam merespon terhadap obyek yang ada disekitarnya dalam wujud perasaan senang dan tidak senang. Moral feeling memiliki enam unsur diantaranya: 1) conscience/ hati nurani. Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar dan sisi emosional yaitu merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Unsur ini akan mengajarkan peserta didik untuk bertindak sesuai dengan apa yang benar, bukan mengetahui apa yang benar akan tetapi tidak melakukan kewajiban untuk melaksanakan yang benar tersebut, 2) self esteem/ harga diri. Peserta didik harus memiliki ukuran yang benar tentang harga diri mereka, agar bisa menilai diri sendiri. Sebab, peserta didik yang memiliki harga diri yang positif terhadap dirinya sendiri akan lebih mungkin untuk memperlakukan orang lain dengan cara yang positif, 3) empaty/ empati, merupakan kemampuan untuk mengenali dan memahami keadaan orang lain. empati memampukan diri untuk keluar dari dirinya sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain, 4) loving the good/ mencintai kebaikan. Peserta didik tidak hanya diajarkan untuk mengetahui dan membedakan mana yang baik dan yang buruk. Akan
42
tetapi juga, diajarakan untuk mencintai kebaikan sehingga mereka benar-benar terkait dengan segala hal yang baik, 5) self control/ pengendalian diri akan membantu peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan etika yang berlaku. Kendali diri juga diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan terhadap diri sendiri, dan 6) humanity/ kerendahan hati ini membuat seseorang untuk tidak sombong dan menjadi terbuka terhadap keterbatasan diri dan mau mengoreksi kesalahan yang telah dilakukan. c. Moral action/ tindakan moral Moral action
merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral
feeling. Moral action ini merupakan wujud dari perilaku yang dibuktikan dengan tindakan nyata yang dapat diamati secara langsung. Tindakan moral memiliki tiga aspek yang digunakan untuk memahami apa yang menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan moral atau mencegah seseorang untuk tidak melakukannya. Ketiga aspek tersebut yaitu: 1) competence/ kompetensi, kompetensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Kompetensi ini merupakan kemampuan yang harus dimilik peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan, 2) desire/ keinginan, untuk mewujudkan suatu tindakan moral yang baik, maka diperlukan keinginan yang baik pula. Keinginan ini akan membuat suatu pergerakan energi moral untuk melakukan apa yang kita pikir kita harus lakukan, dan 43
3) habit/ kebiasaan, yaitu membiasakan hal-hal yang baik dan menerapkannyan dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari. Tokoh pendidikan Indonesia yang merupakan pendiri Taman Siswa yaitu K.H Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124) mencetuskan konsep “Tringa” yang terdiri dari ngerti (mengerti), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan). Ketiga konsep ini merupakan tujuan dari belajar yaitu untuk meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatakan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya (Dyah Kumalasari, 2010: 55). Konsep Tringa tersebut adalah suatu tahapan-tahapan belajar yang harus dilewati satu per satu. Dalam hal ini, proses internalisasi karakter religius dapat dilakukan dari tahap ngerti atau memahamkan tentang pengetahuan religius, kemudian ngrasa yaitu melatih peserta didik untuk merasakan apa yang telah dipahaminya tentang religius, dan yang terakhir ialah nglakoni. Nglakoni ini merupakan tahapan yang paling akhir dan penting. Sebab, peserta didik diminta untuk mempraktikan tentang pengetahuan dan rasa religius mereka dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan yang lebih luas lagi. Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut, baik pendapat Muhaimin, Thomas Lickona, serta K.H. Dewantara menjelaskan satu konsep penting dalam tahapan internalisasi karakter pada peserta didik. Tahap-tahap tersebut dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana internalisasi karakter religius yang dihayati oleh peserta didik. Sehingga dapat diketahui upaya internalisasi yang dilakukan guru sampai pada tataran memahamakan pengetahuan anak, atau sudah 44
membentuk sikap anak, dan yang lebih tinggi lagi sudah sampai memunculkan perilaku anak religius pada anak. Dengan demikian guru dapat lebih mengembangkan kembali startegi yang digunakan, sehingga peserta didik mencapai pada tahapan yang paling tinggi yaitu melakukan tindakan yang mencerminakan sikap dan perilaku religius dan kehidupan sehari-harinya. D. Perkembangan Religius Anak Sekolah Dasar Setiap anak telah dikarunia perasaan atau kemampuan untuk mengenal siapa penciptanya sekaligus melaksanakan ajaran-Nya. Dalam kata lain, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama) (Syamsu Yusuf, 2004: 136). Dengan demikian, maka manusia layak disebut sebagai mahkluk yang beragama. Sebab sejak berada dalam kandungan seorang manusia telah dianugerahi fitrah untuk mengenal siapa Tuhannya. 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religius Anak Sekolah Dasar Dalam perkembangan agama atau religius anak sangat ditentukan oleh proses pendidikan yang didapatkannya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena orang tuanyalah, anak itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi.” Berdasarkan hadis ini sangat jelas bahwa lingkungan keluarga khususnya orang tua sangat berpengaruh terhadap kualitas perkembangan agama anak. Perkembangan beragama seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan dan lingkungan. Berikut ini faktor pembawaan dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan beragama seseorang menurut Syamsu Yusuf (2004: 136-146).
45
a. Faktor Pembawaan (Internal) Perbedaan hakiki antar manusia dan hewan adalah bahwa manusia mempunyai fitrah (pembawaan) beragama (homo religious). Dahulu orang-orang percaya dengan adanya roh-roh gaib yang dapat memberikan kebaikan atau bahkan menimbulkan kejahatan. Untuk mengusir roh-roh tersebut orang jaman dahulu memberikan sajian-sajian. Supaya roh-roh jahat tersebut dapat pergi dan tidak mengganggu mereka. Bahkan dijaman yang serba modern saat ini masih ada orang yang percaya dengan benda-benda seperti keris dan batu akik yang memiliki kekuatan baik. Sehingga, tidak jarang mereka mengeramatkan benda-benda tersebut. Adanya kepercayaan tersebut membuktikan bahwa manusia memiliki perasaan untuk mempercayai suatu zat yang mempunyai kekuatan baik dan dapat mendatangkan kebaikan. Dalam proses perkembangannya fitrah beragama ini ada yang berjalan secara alamiah dan ada pula yang berjalan berkat adanya bimbingan dari para Rasul Allah SWT. b. Faktor Lingkungan (Eksternal) Lingkungan Eksternal yang dimaksud ialah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Masing-masing lingkungan tersebut mempunyai peran dalam menentukan perkembangan religius anak. 1. Lingkungan Keluarga Menurut Hurlock (Syamsu Yusuf, 2004: 138), keluarga merupakan “Training Centre” bagi penanaman nilai-nilai. Hal ini didukung oleh pendapat Melly Latifah (Agus Wibowo, 2012: 106) bahwa keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter. 46
Keberhasilan pendidikan karakter dalam keluarga, akan memuluskan pendidikan karakter dalam lingkup-lingkup selanjutnya. Oleh karena itu, perkembangan beragama seorang anak baiknya bersamaan dengan perkembangan kepribadian anak yaitu sejak dalam kandungan. Dengan demikian, orang tua perlu memperhatikan beberapa hal dalam mengembangkan religius anak diantaranya: a) orang tua hendaknya memiliki kepribadaian yang baik dan berakhlak yang mulia sebagai teladan bagi anaknya, b) orang tua hendaknya memperlakukan anak dengan baik, c) orang tua perlu mengadakan hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, dan d) orang tua hendaknya membimbing, mengajarkan, atau melatihkan ajaran agama terhadap anak. Dalam perkembangan moral anak, orang tua sangat memegang peranan yang penting. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yudrik Jahja (2013: 51) beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, sebagai berikut. a. Konsisten dalam mendidik anak Ayah dan ibu harus memiliki hal yang sama dalam melarang dan memperbolehkan anak dalam melakukan sesuatu. Dan suatu waktu, hal yang dibolehkan dan dilarang tersebut juga berlaku kembali pada waktu itu. b. Sikap orang tua dalam keluarga Secara tidak langsung sikap orang tua terhadap anak, maupun sikap ayah terhadap ibu atau sebaliknya dapat mempengaruhi moral anak, yaitu melalui 47
proses imitasi (peniruan). Sikap yang semestinya dimiliki oleh orang tua yaitu sikap terbuka, kasih sayang, musyawarah (dialogis), dan konsisten. c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut Orang tua merupakan sosok teladan bagi anak. Orang tua yang memberikan suasana religius di lingkungan rumah melalui teladan melakukan ajaran agama, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik. d. Sikap orang tua dalam menerapkan norma Jika orang tua menginginkan anaknya untuk tidak berbuat bohong, maka orang tua sendiri harusnya juga tidak berbohong. 2. Lingkungan Sekolah Menurut Hurlock (Syamsu Yusuf, 2004: 140) pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga dan guru-guru substitusi orang tua. Dalam hal ini peran guru terutama menjadi sosok yang penting dalam memberikan wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak yang mulia dan sikap apresiatif terhadap ajaran agama. Faktor lain yang membantu perkembangan agama siswa di sekolah, yaitu: a) adanya kepedulian dari kepala sekolah, guru-guru, staf sekolah terhadap penanaman nilai-nilai agama di sekolah, baik melalui pemberian contoh dalam berkata, berperilaku, berpakaian dan adanya upaya guru dalam menyisipkan nilai-nilai agama dalam mata pelajaran yang diajarkannya, b) tersedianya sarana ruang ibadah yang memadai, dan
48
c) adanya penyelenggaraan ekstrakulikuler kerohanian dan ceramah-ceramah atau diskusi keagamaan. 3. Lingkungan Masyarakat Lingkungan
masyarakat
juga
tidak
dapat
dikesampingkan
dalam
perkembangan agama anak. Sebab, di lingkungan masyarakat anak belajar bersosialisasi dengan orang dewasa dan teman sebayanya. Jika orang dewasa menampilkan sikap dan perilaku yang baik, maka anak akan mencontoh perilaku tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika orang dewasa menampilkan perilaku yang tidak baik anakpun akan mencontohnya. Teman sebaya juga menjadi bagian yang sangat penting bagi anak. Jika teman sebaya anak mampu menunjukkan perilaku yang beragama, maka anak akan mencontohnya. Dengan demikian, kualitas perkembangan kesadaraan beragama bagi anak sangat bergantung pada kualitas perilaku atau pribadi orang dewasa dan teman sebaya yang ada di sekitarnya. 2. Tahap Perkembangan Religius Anak Sekolah Dasar Internalisasi nilai religius pada anak memerlukan suatu tahapan yang saling berkesinambungan. Penanaman nilai ini membutuhkan waktu yang lama. Sehingga proses penanaman nilai ini bukan suatu proses yang instan. Perkembangan pengertian anak-anak tentang agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan yang dilaluinya (Zakiah Drajat, 1979: 55). Jika perkembangan agama atau perkembangan religius anak bersamaan dengan perkembangan kognitifnya, maka hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif yang disampaikan Jean Piaget.
49
Dalam tahap perkembangan kognitif yang dirumuskan Piaget (Nurul Zuriah, 2011: 34) menyebutkan bahwa: “[p]ada tahap operasioal konkret, umur 7-11 tahun, anak sudah mulai berpikir transformasi reversible (dapat dipertukarkan) dan kekekalan. Dia dapat mengerti adanya perpindahan benda, mulai dapat membuat klasifikasi, namun dasarnya masih pada hal yang konkret. Anak sudah dapat mengerti persoalan sebab akibat. Oleh karena itu, dalam penanaman nilai pun sudah dapat dikenalkan suatu tindakan dengan akibat yang baik dan tidak baik.” Merujuk tentang perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Piaget bahwa pada usia sekolah dasar yaitu usia 7-11 tahun sudah dapat dilakukan penanaman nilai yang berkaitan dengan tindakan yang dapat berakibat baik dan tidak baik. Jadi, anak telah memahami bahwa suatu tindakan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang baik dan tidak baik. Jika berakibat baik bagi dirinya maupun orang lain, maka tindakan tersebut boleh dilakukan. Akan tetapi, jika tindakan tersebut berakibat buruk bagi dirinya maupun orang lain, maka tidak boleh dilakukan. Menurut Ernest Harms (Jalaluddin, 2010: 66-67) yang menyatakan bahwa anak sekolah dasar memasuk tahap the realistic stage (tingkat kenyataan) yaitu ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas). Pada masa ini, ide keagaman anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Pandangan Ernest Harms ini sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Piaget, bahwa anak sekolah dasar memasuki masa operasional konkret. Merujuk pandangan James W. Fowler (Paulus Dwi Hardianto, 2014: 19-20) dalam perkembangan iman, anak-anak sekolah dasar berada pada akhir Tahap 50
Iman Intuitif-Proyektif dan Tahap Iman Mitis-Literal serta awal Tahap Iman Sintetis-Konvensional. Berikut ini akan dijelasakan dari masing-masing tahap perkembangan iman anak sekolah dasar tersebut. a. Akhir Tahap Iman Intuitif-Proyektif Tahap ini dialami oleh anak dengan usia sekitar 3-7 tahun, sedangkan anak sekolah dasar berada pada usia 6-12 tahun. Sehingga anak dengan usia 6-7 tahun masuk kedalam akhir tahap perkembangan iman intuitif-proyektif. Pada tahap ini pola pemikiran anak masih labil. Hal ini wajar, sebab anak di luar menjumpai banyak pengetahuan baru sedangkan anak belum memiliki pengetahuan iman yang kuat. Ciri khas pada tahap ini adalah anak mulai membentuk dan mengingat apa yang ada di luar dirinya sebagai modal dalam hidupnya di dunia. Pada tahap ini, penyampaian iman yang terbaik adalah melalui cerita-cerita, gerak isyarat dan simbol-simbol yang berkaitan dengan pengajaran iman. b. Tahap Iman Mitis-Literal Tahap iman ini berlangsung pada usia 7 sampai 12 tahun. Ciri perkembangan pada tahap ini yaitu adanya peningkatan akurasi dalam melihat prespektif orang lain. Anak-anak mulai dapat membedakan hal-hal yang logis dengan hal-hal yang sifatnya khayalan atau imajinasi. Anak yang memasuki perkembangan pada tahap iman ini sudah mulai dapat menangkap makna ceritacerita dan kepercayaan. Makna kehidupan tersebut mulai anak-anak temukan dalam cerita-cerita atau dongeng keagamaan. Ketika mulai menemukan makna dalam cerita anak juga mulai bersikap kritis terhadap cerita-cerita atau dongeng tersebut. 51
Anak akan merasa aman memeluk satu iman kepada Tuhan karena anak memandang Tuhan sebagai sosok yang paling setia dan tidak akan pernah ingkar padanya. Dan yang perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua pada tahap ini adalah pemberian penjelasan yang logis dan memadai terhadap suatu hal sebab anak mulai bepikir kritis dan logis. c. Awal Tahap Iman Sintetis-Konvensional Tahap ini juga sering disebut dengan tahap iman penyesuaian (conforming faith). Tahap ini dialami oleh remaja dan orang yang beranjak dewasa dengan usia berkisar 12-20 tahun. Tahap ini berarti dimulai pada tahap akhir sekolah dasar yaitu sekitar umur 12 tahun. Bagian utama pada tahap ini adalah hubungan antar pribadi yang menjadi bagian krusial dalam perkembangan iman anak secara krusial dalam proses perkembangan iman mereka baik secara pribadi dan kelompok. Pada tahap ini remaja sudah memiliki “ideologi” tentang nilai-nilai dan iman, akan tetapi belum sungguh-sungguh direfleksikan secara mendalam. Mengingat umumnya remaja mengidentifikasi dirinya serupa dengan pandangan dan pengertian oleh orang lain atau masyarakat. Sebab identitas diri mereka dibentuk berdasarkan perasaan dipercaya dan dikuatkan oleh orang lain. 3. Ciri-Ciri Perkembangan Religius Anak Sekolah Dasar Perkembangan religius anak sekolah dasar memiliki cirinya sendiri. Menurut Abin Syamsuddin Makmun (2005: 109) pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
52
a. Sikap keagamaan bersifat resptif disertai dengan pengertian. b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya. c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral. Berdasarkan pendapat Abin Syamsuddin Makmun tersebut makna dari resptif ialah mau menerima atau terbuka. Jadi pada anak sekolah dasar sikap-sikap yang menunjukkan keagamaan seperti jujur dan amanah dapat diterima oleh anak. Namun perlu diberikannya pengertian atas makna sikap tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa (2006: 69) pada usia 8-9 tahun, mereka sekarang sadar bahwa ‘mencuri adalah salah’ dan bukan hanya ‘salah kalau mencuri sebuah bola’. Pada usia 10-12 tahun, anak sudah dapat mengetahui dengan baik alasan-alasan atau prinsip-prinsip yang mendasari suatu peraturan. Anak sudah mampu membedakan macam-macam nilai moral serta macam-macam situasi di mana nilai-nilai moral itu dapat dikenakan. E. Peran Lingkungan Keluarga, Internalisasi Karakter Religius Keberhasilan
dalam
Sekolah
internalisasi
dan
karakter
Masyarakat
religius
bukan
dalam
hanya
tanggungjawab sekolah, akan tetapi juga merupakan tanggungjawab lingkungan keluarga, serta masyarakat. Sehingga peran lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan terinternalisasinya karakter religius pada jiwa peserta didik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Akhmad Muhaimin Azzet (2011: 53) bahwa terbangunnya 53
karakter yang baik pagi para anggota masyarakat merupakan tanggungjawab ketiga pilar pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat yang saling mendukung. Berikut ini akan diuraikan peran lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membentuk karakter religius peserta didik. 1. Peran Lingkungan Keluarga Melalui keluarga anak mendapatkan pendidikan yang pertama dan utama di sepanjang hidup sang anak. Keluarga menjadai dasar yang penting dalam pembentukan karakter anak. Lingkungan keluarga ini yang pertama kali akan menanamkan karakter religius pada anak. Orang tua sebagai sosok yang dekat dengan anak sudah semestinya menjadi tauladan yang baik bagi anaknya. Akhmad Muhaimin Azzet (2011: 53-55) menyebutkan bahwa ada empat peran yang dapat dilakukan orang tua dalam menumbuhkan karakter yang baik yaitu: a) orang tua mendampingi anak-anaknya agar bisa tumbuh dan berkembang dalam panutan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, b) orang tua membimbing anak-anaknya agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan, c) orang tua mendidik anak-anaknya agar berkembang menjadi generasi yang baik, dan d) orang tua menjadi teladan bagi sang anak agar tumbuh dan berkembang dengan karakter yang baik. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan orang tua untuk mendidik anak supaya berkarakter religius yaitu melalui pembiasaan seperti 54
berdoa sebelum dan sesudah makan, makan dengan tangan kanan, mengucap salam ketika masuk rumah, berdoa sebelum dan sesudah tidur, tidak berbohong dan masih banyak yang lainnya. 2. Peran Lingkungan Sekolah Sekolah sebagai institusi pendidikan formal yang memiliki tugas menumbuhkan karakter baik bagi peserta didiknya merupakan lingkungan terdekat kedua bagi seorang anak. Selain di rumah anak juga belajar karakter baik di lingkungan sekolah dan di sini anak akan memperoleh berbagai pengetahuan tentang karakter baik yang semestinya dilakukan. Dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah, guru, dan karyawan memiliki tugas untuk memberikan contoh yang baik dalam bersikap dan berperilaku setiap hari. Guru merupakan aktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh sebab itu, guru memiliki peran yang penting dalam pembentukan karkater religius pesrta didik. Menurut Jamal Ma’mur Asmani (Uri Wahyuni, 2015: 5) menyebutkan peran guru dalam menumbuhkan karakter bagi peserta didiknya, yaitu: a) keteladanan, merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki guru. Keteladanan yang dibutuhkan oleh guru berupa konsentrasi dalam menjalankan perintah agama dan menjauhi larangnnya, b) inspirator, guru menjadi sosok inspirator yang mampu membangkitkan semangat untuk maju dengan menggerakkan segala potensi yang dimiliki peserta didiknya untuk maju,
55
c) motivator, guru dapat membangkitkan spirit, etos kerja, potensi yang luar biasa dalam diri peserta didik, d) dinamisator, artinya guru tidak hanya membangkitkan semangat tetapi juga menjadi lokomotif yang benar-benar mendorong gerbong ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dann kearifan yang tinggi, dan e) evaluator, guru harus selalu mengevaluasi metode pembelajaran yang selama ini dipakai dalam pendidikan karakter. Selain itu, ia juga harus mampu mengevaluasi sikap perilaku yang ditampilkan, sepak terjang, dan perjuangan yang digariskaan, dan agenda yang direncanakan. 3. Peran Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan bagian yang penting, sebab setelah anak dididik di keluarga dan di sekolah mereka akan hidup di lingkungan masyarakat. Anak akan berinteraksi dengan kelompok sosial yang lebih besear lagi. Lingkungan masyarakat mengambil bagian yang besar dalam penentuan karakter religius anak. Sebab anak akan meniru sikap dan tingkah laku orang dewasa atau yang lebih tua di sekitar lingkungannya. Oleh karena itu, jika orang yang lebih tua di lingkungan masyarakatnya menunjukkan karakter religius yang baik, maka anak akan menirunya begitu pula sebaliknya. Selain itu, pemberian fasilitas di lingkungan masyarakat seperti mushalla atau masjid dan tempat pendidikan AlQuran (TPA) dapat mendukung terinternalisasinya karkater religius pada anak. F. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Annis Titi Utami (2014) yang mengangkat judul “Pelaksanaan Nilai Religius dalam Pendidikan Karakter di SD 56
Negeri 1 Kutowinangun Kebumen”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan karakter religius dalam pendidikan karakter. Jenis penelitian yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian dari Annisa Titi Utami adalah: 1) persepsi guru tentang pentingnya nilai religius dalam pendidikan karkater sangat penting untuk ditanamkan pada anak sedini mungkin, karena akan menjadi bekal dimasa depan dan memperkokoh pondasi moral siswa dimasa depan, 2) adapun peran sekolah dalam mendukung pelaksanaan nila karakter religius yaitu melalui penyediaan fasilitas sekolah, memberikan izin kepada guru dalam pengadaan program kegiatan, mendukung kegiatan luar sekolah, serta menjadi tauladan yang baik, dan 3) pelaksanaan karakter religius melalui program pengembangan diri meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian lingkungan. Pelaksanaan melalui mata pelajaran serta pelaksanaan melalui budaya sekolah yang terdiri dari budaya yang ada di kelas, sekolah, dan luar sekolah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Annis Titi Utami ialah penelitian ini lebih memfokuskan pada: 1) upaya yang dilakukan dalam menginternalisasikan karakter religius melalui tiga strategi, 2) menemukan sikap siswa yang terbentuk sebagai dampak adanya internalisasi karakter religius yang dilakukan guru, serta 3) menemukan perilaku siswa yang muncul sebagai hasil dari internalisasi karakter religius yang dilakukan guru. Adapun strategi yang dapat digunakan guru meliputi 1) program pengembangan diri: kegiatan rutin, kegaiatan spontan, pemberian keteladanan, dan pengkondisian lingkungan, 2) pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan 3) budaya sekolah. Sedangkan 57
persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Annis Titi Utami adalah sama-sama melakukan penelitian tentang nilai atau karakter religius pada anak sekolah dasar. G. Alur Pikir Penelitian Berbagai permasalahan terkait karakter religius bangsa kian marak terjadi dan semakin mengkhawatirkan. Kasus anak sekolah dasar yang mencuri dan berbuat curang saat ujian merupakan salah satu contoh dari permasalahan religius anak. Dengan demikian, karakter religius penting untuk diinternalisasikan pada anak sejak dini mungkin. Sebab karkater religius merupakan fondasi yang melandasi pengembangan karakter yang lainnya. Oleh karena itu jika karakter religius anak sudah baik, maka karakter-karakter yang lainnya juga akan baik. Mengingat pentingnya karakter religius tersebut, maka diperlukan upaya guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui beberapa strategi. Adapun strategi dalam internalisasi karakter religius meliputi pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. Sehingga, nantinya dapat membentuk sikap siswa yang sesuai karakter religius atau sampai pada tahap moral feeling. Dan yang lebih diharapkan lagi dapat memunculkan perilaku siswa yang sesuai karakter religius dalam kehidupan sehari-hari atau yang disebut dengan moral action.
58
Dari uraian tersebut dapat digambarkan alur pikir penelitian ini, sebagai berikut. Masalah religius anak SD
Upaya internalisasi karakter religius pada anak SD
Sikap yang terbentuk dampak dari internalisasi karakter religius anak SD
Perilaku yang muncul dampak dari internalisasi karakter religius anak SD Gambar 1. Alur Pikir Penelitian
H. Pertanyaan Penelitian 1. Apa Macam karakter religius yang diinternalisasikan di SD Negeri Demakijo 1? 2. Bagaimana upaya internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1? 3. Bagaimana hambatan dalam upaya internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1? 4. Bagaimana sikap siswa yang terbentuk sebagai hasil internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1? 5. Bagaimana perilaku siswa yang muncul sebagai hasil internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1?
59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitiaan yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin mengungkap dan menggali secara dalam tentang upaya internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. Menurut Lexy J. Moleong (2007: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan Sugiyono (2011: 9) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisisi data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti ingin mengungkap secara lebih mendalam tentang internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 dengan cara mendeskripsikan menggunakan kata-kata yang menggambarkan segala keadaan 60
obyek yang diteliti secara alami. Data penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan pengumpulan dokumen yang dilakukan peneliti. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Lexy J. Moleong (2007: 11) bahwa dalam penelitian kualitatif terdapat ciri deskriptif yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah-naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Dengan demikian, peneliti berharap dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif ini, dapat mendeskripsikan atau menggambarkan secara apa adanya terkait internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 dengan cara mendeskripsikan dengan kata-kata. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut juga informan. Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data pada saat penelitian. Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiono, 2011: 216). Adapun pertimbangan peneliti dalam menentukan subjek penelitian yaitu karena fokus pengamatan peneliti dilakukan pada upaya internalisasi karakter religius di kelas rendah (kelas I-III), agar mendapatkan data yang memuaskan peneliti memilih empat orang guru, satu kepala sekolah, dan tujuh orang siswa. Empat guru tersebut, yaitu: 1) guru kelas III A, 2) III B, 3) guru agama kelas rendah, dan 4) guru kelas VA. Adapun pertimbangan memilih guru kelas V A karena guru tersebut merupakan salah satu guru yang memiliki program 61
kegiatan pembelajaran yang menarik dalam upaya menginternalisasikan karakter religius. Sedangkan pertimbangan memilih kepala sekolah karena merupakan orang yang tahu lebih banyak terkait program-program sekolah dalam internalisasikan karakter religius. Pemilihian tujuh orang siswa dikarenakan saran dari guru kelas III A, sebab siswa tersebut memiliki objektivitas yang tinggi jika menjawab pertanyaan. Objek penelitian ini adalah internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. C. Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di SD Negeri Demakijo 1 yang beralamat di Jalan Godean Km. 5,5. Guyangan, Nogotirto, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan SD Negeri Demakijo 1 sebagai lokasi penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain SD Negeri Demakijo 1 merupakan SD yang terdapat upaya internalisasi karakter religius melalui kegiatan-kegiatan yang di rancang oleh guru maupun sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas. Peneliti memfokuskan diri pada internalisasi karakter religius di kelas III A SD Negeri Demakijo 1. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan secara alamiah pada sumber data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif deskripstif di SD Negeri Demakijo 1 sebagai berikut.
62
1. Observasi Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2011: 145) observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi dilakukan peneliti untuk mengamati segala bentuk perilaku-perilaku, kegiatan, dan gejala-gejala yang dilakukan oleh sumber data. Penelitian ini menggunakan observasi non partisipan karena peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat yang independen. Peneliti akan mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan tentang internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. Sedangkan dari segi instrumentasi yang digunakan, penelitian ini menggunakan observasi terstruktur, karena sebelum melakukan observasi peneliti telah merancang secara sistematis terkait apa yang akan diamati, siapa yang menjadi informan, kapan pelaksanaannya dan tempat pengamatan yang semuanya terangkum dalam pedoman observasi. Sebelum melakukan observasi, peneliti membuat pedoman observasi sebagai acuan agar proses observasi tetap fokus dan tidak keluar dari konteks yang menjadi tujuan utama peneliti yaitu mendeskripsikan internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 dan hambatan dalam internalisasi karakter religius tersebut. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas 63
pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2011: 186). Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur supaya informan lebih terbuka ketika dimintai jawaban. Ketika melakukan wawancara peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Kegiatan wawancara di SD Negeri Demakijo 1 dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan. Pedoman wawancara dibuat agar pertanyaan yang diajukan lebih fokus. Pedoman wawancara dibuat terkait macam karakter religius yang diinternalisasikan, strategi internalisasi karakter religius melalui pengembangan diri, integrasi mata pelajaran, dan budaya sekolah serta faktor-faktor yang menjadi penghambatnya. Setiap informan akan diberikan pertanyaan yang sama. Sehingga akan ditemukan informasi secara lebih terbuka, dan terwawancara dapat diajak mengungkapakan ide dan pendapatnya. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan kumpulan dokumen-dokumen yang digunakan sebagai bukti untuk mendukung pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2011: 240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kulitatif. Dokumen menurut Lexy J. Moleong (2011: 216) dibagi menjadi dua yaitu dokumentasi resmi dan dokumentasi pribadi. Dokumentasi resmi yang dibutuhkan dalam penelitian adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan dokumen tentang program-program sekolah yang mendukung internalisasi karakter religius 64
di SD Negeri Demakijo 1. Dokumentasi pribadi yang diperlukan peneliti adalah catatan lapangan yang akan membantu peneliti dalam mendeskripsikan fenomenafenomena yang terjadi selama penelitian dan mencatat hasil wawancara yang tidak ada pada pedoman observasi, rekaman hasil wawancara yang akan membantu peneliti apabila kurang jelas memahami apa yang diucapakan oleh informan, dan foto berupa berbagai kegiatan atau lingkungan yang mendukung internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1. E. Instrumen Penelitian Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit sebab peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan sekaligus menjadi pelapor hasil penelitiannya. Sugiyono (2011: 223-224) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data
yang digunakan
adalah
observasi,
wawancara, dan
dokumentasi. Sehingga, dalam mengumpulkan data peneliti menggunkan instrumen pedoman observasi, pedoman wawancara, perekam, kamera, dan alat tulis. Kisi-kisi untuk menyusun pedoman observasi dan wawancara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
65
Tabel 3. Kisi-Kisi Penelitian Internalisasi Karakter Religius di SD Negeri Demakijo 1
No. 1.
2.
3.
4.
Aspek
Indikator
Macam karakter a. Sikap dan religius yang perilaku siswa diinternalisasikan. yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamanya. b. Toleransi siswa terhadap pelaksanaan ibadah agama lain. c. Siswa hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Internalisasi a. Kegiatan rutin karakter religius sekolah melalui program b. Kegiatan spontan pengembangan c. Pemberian diri. keteladanan d. Pengkondisian lingkungan Hambatan Faktor penghambat internalisasi karakter religius melalui program pengembangan diri. Internalisasi a. Karakter religius karakter religius tercantum dalam melalui silabus pengintegrasian b. Karakter religius dalam mata tercantum dalam pelajaran. RPP Karakter religius ada dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) Kegiatan Pendahuluan 2) Kegiatan Inti 3) Kegiatan Penutup 66
O 1
Butir Ke W KS G 1 1
S 1
2
1
1
2
3
1
1
3
1
2, 9
2,13
4,8,12
2 3
3 4
5 6,9
4
5
3 4,15,16, 17,18,19 5, 20
5
6
6
-
1
11
7
-
2
11
7
-
3
12
8
-
7
No. 5.
6.
Aspek Hambatan internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran Internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah.
7.
Hambatan internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah Keterangan: W O D KS G S
Indikator
O
Butir Ke W KS G 13 9
S -
Faktor penghambat
4
a. Internalisasi karakter religius ada dalam aturan sekolah. b. Internalisasi karakter religius di dalam kelas, sekolah dan luar sekolah Faktor penghambat
1
7
10
13
2
7, 8
11, 12
10,11
3
10
14
-
: Wawancara : Observasi : Dokumentasi : Kepala Sekolah : Guru : Siswa
F. Teknik Analisis Data Bogdan & Biklen (Lexy J. Moleong, 2011: 248) berpendapat bahwa analisisi data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan 67
kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu. Penelitian ini menggunakan teknis analisis data model Miles dan Huberman. Menurut konsep Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 246) aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. 1. Reduksi data (data reduction) Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2011: 247). Dalam penelitian ini peneliti mereduksi data yang diperoleh dari informan dengan cara memilah-milah data, kemudian mengelompokkan data yang tidak mendukung dan tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan. Selanjutnya menyederhanakan data agar mudah dipahami dalam penyajian data. 2. Penyajian data (data display) Sugiyono (2011: 249) menjelaskan bahwa melalui penyajian data, maka data dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. Dalam penelitian ini setelah data direduksi, maka dilakukan penyajian data dengan teks yang bersifat naratif dalam bentuk uraian 68
singkat agar mudah dipahami dan ditarik kesimpulan. Penelitian ini menyajikan data dengan bentuk uraian-uraian singkat agar lebih mudah untuk dideskripsikan dan ditarik kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/ verification) Langkah terakhir dalam analisisi data penelitian kualitatif yaitu menarik kesimpulan. Sugiono (2011: 253) kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori. Dalam penelitian ini kesimpulan diperoleh ketika reduksi data dan penyajian data mengenai internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 telah selesai dilakukan. G. Pengujian Keabsahan Data Data yang telah diperoleh selama penelitian perlu untuk diuji keabsahannya untuk menentukan apakah data tersebut valid sesuai dengan pedoman penelitian. Pada penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2011: 269). Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
transferbility
(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confrimability (obyektivitas). Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan membercheck. Pengujian kredibilitas penelitian ini menggunkan triangulasi. 69
Teknik tambahan yang digunakan yaitu dengan peningkatan ketekunan dan menggunakan bahan referensi. Teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik yang akan diuraikan sebagai berikut. 1. Triangulasi Sumber Triangluasi sumber digunakan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari sumber yang berbeda kemudian dideskripsikan, kemudian dikategorisasikan, mana yang sama, dan yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut (Sugiyono, 2011: 274). Pada penelitian
peneliti menggali informasi dengan menanyakan pada
beberapa sumber lainnya. 2. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono, 2011: 274). Triangulasi teknik dalam penelitian ini data tentang macam karakter religius yang diinternalisasikan, strategi internalisasi karakter religius melalui kegiatan pengembangan diri, integrasi dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah, sikap dan perilaku siswa akibat adanya internalisasi dan 70
hambatan selama internalisasi karakter religius tersebut di SD Negeri Demakijo 1 yang diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan teknik observasi, kemudian dengan dokumentasi. Tabel 4. Penggunaan Triangulasi Berdasarkan Pertanyaan Penelitian No. Pertanyaan Penelitian Teknik Triangulasi yang Digunakan 1. Macam Karakter Religius yang Triangulasi Sumber dan Triangulasi Diinternalisasikan. Teknik. 2. Upaya internalisasi karakter religius a. Strategi Pengembangan Diri. Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik. b. Strategi Pengintegrasian dalam Triangulasi Sumber dan Triangulasi Mata Pelajaran. Teknik. c. Strategi Budaya Sekolah. Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik. 3. Hambatan dalam Upaya Internalisasi Triangulasi Sumber dan Triangulasi Karakter Religius. Teknik. 4. Sikap Siswa yang Terbentuk Sebagai Triangulasi Sumber Hasil Internalisasi Karakter Religius. 5. Perilaku Siswa yang Muncul Triangulasi Sumber dan Triangulasi Sebagai Hasil Internalisasi Karakter Teknik. Religius.
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Demakijo 1 yang beralamatkan di Jalan Godean Km. 5,5 Dusun Guyangan, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah sekolah ini yaitu sebelah selatan berbatasan langsung dengan Jalan Godean, sebelah barat berbatasan dengan Jalan Nogotirto, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Kabupaten dan sebelah utara berbatasan dengan toko tossa Jaya Motor. Lokasi SD ini sangat strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum karena terletak di pinggir jalan. Situasi sekolah sangat mendukung untuk adanya internalisasi karakter religius pada siswa. Hal tersebut didukung oleh adanya berbagai programprogram kegiatan yang diadakan oleh guru maupun sekolah yang kental akan unsur religius dan didukung dengan tersedianya fasilitas-fasilitas sekolah yang digunakan untuk melaksanakan program tersebut. b. Kondisi Fisik Sekolah SD Negeri Demakijo 1 berdiri pada tahun 1928 di atas tanah yang berluaskan 1950 meter persegi. Kondisi fisik sekolah terlihat baik. Tampak lingkungan sekolah bersih karena siswa dibiaskan untuk membuang sampah pada tempat sampah serta adanya petugas piket disetiap kelas dan adanya satu orang 72
petugas kebersihan yang setiap hari membersihkan lingkungan sekolah. Dinding bangunan dicat dengan warna hijau dan pada bagian tembok bawah diberi kramik. Semua ruang kelas telah berlantaikan keramik. Di bagian pojok selatan halaman sekolah terdapat taman yang sengaja dibuat untuk menambah suasana sejuk lingkungan sekolah. Bangunan SD Negeri Demakijo 1 terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdiri dari satu ruang mushola yang dilengkapi dengan dua tempat wudhu untuk putra dan putri, kelas I A, kelas I B, kelas II A, kelas II B, kelas III B, lab. komputer, ruang kepala sekolah, kamar mandi putra dan putri, perpustakaan, ruang UKS, ruang guru, dapur, ruang agama, ruang penyimpanan dan tempat parkir. Lantai dua terdiri dari kelas III A, kelas IV A, kelas IV B, kelas V A, kelas V B, kelas VI A, dan kelas VI B. Kondisi perpustakaan cukup baik, terdapat banyak koleksi buku cerita dan pelajaran. Sekolah memiliki koperasi sekolah yang menjual berbagai perlengkapan alat tulis yang ada didalam ruang guru dan menjual makanan yang disajikan di atas meja yang berjajar di depan lab. komputer. c. Visi Sekolah Adapun visi SD Negeri Demakijo 1 adalah “Unggul dalam Prestasi dan Berakhlak Mulia”. d. Misi Sekolah Adapun misi SD Negeri Demakijo 1 yaitu: 1) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai tuntutan masyarakat.
73
2) Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga anak dapat berkembang secara optimal. 3) Menumbuhkan semangat kompetisi secara positif kepada semua warga sekolah. 4) Meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap agama yang menjadi harapan dalam perkataan maupun perbuatan. e. Tujuan Sekolah Adapun tujuan SD Negeri Demakijo 1 yaitu: 1) Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan pembiasaan. 2) Dapat melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga anak bisa berkembang secara optimal. 3) Dapat meraih prestasi akademik dan non akademik. 4) Menjadi sekolah yang diminati masyarakat. 2. Deskripsi Hasil Penelitian a. Macam Karakter Religius yang Diinternalisasikan Salah satu misi SD Negeri Demakijo 1 adalah meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap agama yang menjadi harapan dalam perkataan maupun perbuatan. Dan pada point pertama tujuan SD Negeri Demakijo 1 disebutkan bahwa dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan pembiasaan. Berdasarkan salah satu misi dan point pertama tujuan sekolah tersebut, maka di SD Negeri Demakijo 1 sudah terdapat upaya internalisasi karakter religius pada peserta didiknya. Walaupun SD Negeri Demakijo 1 berstatus sekolah negeri, bukan berarti guru maupun sekolah tidak mementingkan 74
tertanamnya karakter religius pada peserta didiknya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa program kegiatan yang diadakan oleh guru maupun sekolah dalam
mencerminkan
adanya
berbagai
macam
karkater
religius
yang
diinternalisasikan pada peserta didik. Berikut ini macam karakter religius yang diinternalisasikan di SD Negeri Demakijo 1. 1) Sikap dan Perilaku Siswa yang Patuh dalam Melaksanakan Ajaran Agamanya Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Adt terkait sikap dan perilaku siswa yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamanya, beliau mengungkapkan: “Diantaranya adalah untuk ibadah adalah rajin beribadah, ibadah tepat waktu, terus berinfaq, membantu sesama, kegiatan tadarus, yang tadi masuk kegiatan menolong sesama ya.., tadi ada infaq untuk bantu korban bencana lewat infaq, ada yang lainnya tapi mungkin pas event tertentu saja ya. Kalau pas puasa ada buka bersama untuk kebersamaan, ada juga penanaman nilai agama melalui kegiatan pengajian pada event tertentu seperti maulid Nabi.” (9 Januari 2017) Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Adt tersebut, sikap patuh terhadap ajaran agama adalah ketaatan dalam melaksanakan ajaran agamanya yang diwujudkan melalui kegiatan siswa untuk rajin beribadah, ibadah tepat waktu, berinfaq, membantu sesama, tadarus, buka bersama saat bulan ramadhan, dan pengajian untuk memperingati hari besar keagamaan. Selain kegiatan sholat dhuha dan sholat wajib di sekolah, terdapat ekstrakulikuler TPA yang diwajibkan bagi kelas rendah. Pelaksanaan kegiatan sholat dhuha dan sholat wajib dapat dilihat berdasarkan hasil observasi (lampiran 4. hal 286) pada tanggal 16 Januari 2017 pada hari Senin kelas VI A dan VI B mendapat jadwal melaksanakan sholat 75
dhuha. Sebelum melaksanakan sholat, siswa berwudhu terlebih dahulu. Selesai berwudhu, masing-masing siswa langsung melaksanakan sholat dhuha sendirisendiri atau tidak berjamaah. Selesai sholat dhuha siswa berdoa doa sholat dhuha sesuai dengan tulisan bacaan doa sholat dhuha yang terpasang di dinding depan dalam mushola. Terlihat masih banyak siswa yang ramai dan belum khusyuk saat melaksanakan sholat dhuha. Dari hasil observasi yang dilakukan pelaksanaan sholat dhuha dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu: 1) Senin: Kelas VI A dan VI B, 2) Selasa : Kelas V A dan V B, 3) Rabu : Kelas IV A dan IV B, 4) Kamis : Kelas III A dan III B, 5) Jumat : Kelas II A dan II B, dan 6) Sabtu : Kelas I A dan I B. Pelaksanaan sholat dhuha di kelas VI A-B dan V A-B dilakukan tidak berjamaah, sedangkan jika di kelas IV A-B, III A-B, II A-B, dan I A-B dilakukan secara berjamaah dengan diimami oleh salah satu guru laki-laki. Hasil observasi (lampiran 4 hal 286) pada tanggal 19 Januari 2017, kelas III A dan III B mendapat giliran untuk melaksanakan sholat dhuha. Hari ini Bu Mu, Bu Pri, dan Bu End mengikuti pelaksanaan sholat dhuha berjamaah bersama siswa dengan imam Pak Sr. Ketika sholat berlangsung masih terdapat beberapa siswa yang ramai dan sengaja mengakhiri gerakkan sholatnya. Selesai sholat anak-anak dengan bimbingan Pak Sr membaca doa sholat dhuha. Bagi siswa yang belum hafal bacaan doanya, dapat membaca pajangan tulisan doa sholat dhuha yang ada di depan mushola. Selain membaca arabnya, anak-anak juga membaca arti dari bacaan doa sholat dhuha tersebut. Selesai sholat anak-anak diberikan waktu istirahat 10 menit. Dari hasil observasi tersebut setiap selesai melaksanakan sholat
76
dhuha peserta didik dibiasakan untuk membaca doa sholat dhuha beserta artinya bersama-sama. Selain pelaksanaan sholat dhuha, sikap dan perilaku siswa yang patuh dalam melaksanakan ajarannya juga ditunjukkan melalui kegiatan sholat zuhur berjamaah. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 4 hal 286) pada tanggal 16 Januari 2017, sholat zuhur dilaksanakan oleh kelas tinggi yaitu kelas IV A-B, V A-B, dan VI A-B. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergantian tiap kelasnya. Bapak Ru berperan menjadi imam sholat zuhur, sebelum mulai sholat Pak Ru mengkondisikan siswa untuk meluruskan shaff sholatnya. Setelah selesai sholat Pak Ru segera mengucapkan zikir sebanyak tiga kali, doa kebaikan dunia akhirat, dan doa untuk ke dua orang tua yang kemudian diikuti oleh siswa. Selesai berdoa semua siswa keluar mushola supaya dapat bergantian dengan kelas lainnya yang belum sholat. Pelaksanaan sholat zuhur ini dilaksanakan oleh kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu dengan berjamaah. Selesai sholat siswa dibiasakan untuk membaca doa dan berdzikir. Hasil observasi tersebut juga didukung oleh hasil dokumentasi (gambar no. 21 hal 383) yaitu jadwal pelaksanaan kegiatan sholat dhuha dan zuhur berjamaah yang tertempel di jendela kaca mushola. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi maka dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku siswa yang patuh dalam pelaksanan ajaran agamanya ditunjukkan dengan mengikuti pelaksanaan ibadah sholat dhuha berjamaah, sholat zuhur berajamaah, bersedekah, infaq, tadarus, buka bersama saat bulan ramadhan, memperingati hari besar keagamaan baik siswa yang beragama muslim dan non muslim, dan ekstrakulikuler BTA. 77
2) Toleransi Siswa Terhadap Pelaksanaan Ibadah Agama Lain Macam karkater religius yang kedua yaitu toleransi siswa terhadap pelaksanaan ibadah agama lain. Bentuk toleransi ini terlihat dalam kegiatan sehari-hari siswa yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh Bu Pri bahwa toleransi yang ada di kelasnya yaitu kelas III B berjalan dengan baik dan toleransi ini dapat dilihat ketika pelaksanaan ibadah sholat dhuha, berikut ini pendapat Bu Pri: “Tapi alhamdullilah toleransi berjalan dengan baik. Jadi pada saat dhuha anak-anak yang tidak sholat dhuha karena beragama lain, tidak saya bolehkan langsung jajan. Dia di dalam menunggu, entah itu membaca, entah itu belajar atau apa atau main menggambar atau apa. Nanti setelah selesai sholat dhuha baru semua istirahat jajan saya kasih waktu pengganti istirahat.” (10 Januari 2017) Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang beragama non muslim sikap mereka ketika diminta untuk menunggu di kelas saat temannya melaksanakan ibadah sholat dhuha adalah tidak masalah karena itu merupakan kemauannya sendiri. Berikut ini hasil wawancara dengan Ta dan Sh yang merupakan siswa beragama kristen: Ta : Tidak masalah jika harus menunggu di kelas. Sh : Tidak masalah jika harus menunggu di kelas karena itu kemauan sendiri. Ketika kegiatan berdoa sebelum pelajaran di kelas III B siswa yang bergama non muslim tidak menyuarakan bacaan doanya. Sikap siswa tidak masalah jika tidak menyuarakan doanya. Berikut ini hasil wawancara dengan Ta dan Sh. Ta : tidak masalah jika tidak menyuarakan doanya. Sh : tidak masalah jika tidak menyuarakan doanya. 78
Saat kegiatan tadarus pun siswa yang beragama non muslim diminta untuk menunggu di luar sampai kegiatan tadarus selesai. Sikap siswa non muslim mau dan senang untuk menunggu di luar kelas ketika pelaksanaan kegiatan tadarus. Berikut ini hasil wawancara dengan Ta dan Sh. Ta : senang menunggu di luar saat tadarus. Sh : mau menunggu di luar kelas saat tadarus. Toleransi siswa terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, juga didukung oleh hasil wawancara dengan tujuh siswa di kelas III A (lampiran 3. hal 273) dengan pertanyaan bagaimana sikap kamu ketika melihat teman yang berbeda agama dengan kamu sedang beribadah? Berdasarkan jawaban ke tujuh siswa dapat disimpulkan bahwa ketika ada teman yang berbeda agama sedang beribadah sikap siswa ialah menunggunya dan menghormatinya. Bentuk toleransi dalam pelaksanaan ibadah agama lain juga didukung oleh hasil observasi pada tanggal 20 Januari 2017 (lampiran 4. hal 286) yang bertepatan dengan hari Jumat, maka dilaksanakan kegiatan tadarus di semua kelas. Siswa yang beragama non muslim diminta untuk menunggu di luar kelas sampai tadarus selesai. Terlihat Ov dan Adm siswa kelas VA yang beragama non muslim sedang duduk di luar kelas menunggu temannya selesai tadarus. Berdasarkan hasil dokumentasi tata krama siswa (lampiran 10. hal 368) pada point A. Etika/ Sopan Santun dalam Pergaulan no. 3 disebutkan bahwa “dalam pergaulan sehari-hari di sekolah siswa hendaknya saling menghormati dan menghargai sesama siswa di dalam maupun di luar sekolah.” Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi sikap dan perilaku toleransi siswa terhadap 79
pelaksanaan ibadah agama lain ditunjukkan dengan menunggu teman yang sedang melaksanakan ibadah, menghormati teman yang sedang melaksanakan ibadah dengan tidak mengganggunya, dan menghargai setiap bentuk perbedaan agama/ pendapat/ latar belakang sosial antar teman. 3) Siswa Hidup Rukun dengan Pemeluk Agama Lain Macam karakter religius yang ketiga yaitu siswa hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Pri pada tanggal 10 Januari 2017, siswa hidup rukun dengan pemeluk agama lain ditunjukkan ketika siswa sedang bermain bersama di halaman sekolah, mereka tidak membeda-bedakan agama temannya. Berikut hasil wawancara Bu Pri: “Misalkan memahami perbedaan itu kan tidak seperti orang dewasa, masih sekedar dolan ya dolan oh kamu kristen ya kristen aja mbak. Engga ada mbak nek kristen misalnya seperti ini, nek islam seperti ini engga ada.” Hasil wawancara dengan Bu Pri tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan siswa (lampiran 3. hal 273) dengan pertanyaan ketika di dalam kelasmu ada siswa yang berbeda agama dengan kamu bagaimana sikapmu? Berdasarkan jawaban dari keenam siswa dapat disimpulkan bahwa sikap siswa ketika di dalam kelasnya terdapat siswa yang berbeda agama dengannya adalah menghormatinya, tidak membeda-bedakan dalam berteman, serta menolongnya jika sedang dalam kesulitan. Hasil wawancara di atas juga didukung oleh hasil observasi (lampiran 4. hal 286) pada tanggal 16 Januari 2017 sampai dengan 27 Januari 2017, tampak waktu istirahat berlangsung siswa bermain bersama di halaman sekolah walaupun agama
80
mereka berbeda. Selain itu, hidup rukun juga dapat dilihat
ketika siswa
membantu temannya yang sedang kesulitan walaupun berbeda agama. Berdasarkan hasil dokumentasi (gambar 9. hal 379) yaitu foto kegiatan syawalan, terlihat semua warga sekolah baik yang beragama islam maupun non muslim saling berjabat tangan dan meminta maaf dalam rangka memperingati hari raya Idul Fitri. Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa hidup rukun dengan pemeluk agama lain diwujudkan melalui sikap siswa yang tidak membeda-bedakan dalam berteman, saling menghormati, menghargai dan saling tolong-menolong dalam kebaikan, serta saling memaafkan antar pemeluk agama lain. b. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Strategi Pengembangan Diri Berdasarkan data hasil penelitian, upaya yang dilakukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa melalui strategi pengembangan diri dilakukan dalam empat buah bentuk kegiatan, yaitu: 1) kegiatan rutin, 2) kegiatan spontan, 3) pemberian keteladanan, dan 4) pengkondisian lingkungan. Adapun nilai religius yang dikembangkan melalui strategi pengembangan diri ini meliputi nilai: taat beribdah, taat ajaran agama, sopan santun, peduli lingkungan, saling memaafkan, tolong-menolong, dan jujur.
81
Berikut ini digambarkan skema strategi pengembangan diri dan nilai yang dikembangkan melalui strategi tersebut. Ibadah dan berdoa Kegiatan Rutin
Jujur
Sopan Santun Kegiatan Spontan Pengembangan Diri
Peduli Lingkungan Pemberian Keteladanan
Saling Memaafkan
Pengkondisian Lingkungan
TolongMenolong
Gambar 2. Strategi Pengembangan Diri dan Nilai yang Dikembangkan Dampak dari upaya yang guru lakukan dalam internalisasi karakter religius melalui strategi pengembangan diri membentuk sikap dan memunculkan perilaku siswa yang bermacam-macam. Berikut ini akan uraikan masing-masing dari upaya, sikap, dan perilaku siswa yang muncul melalui strategi pengembangan diri tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. 1) Kegiatan Rutin Sekolah Berikut ini disajikan tabel 5. upaya, sikap dan perilaku siswa yang muncul hasil dari upaya internalisasi melalui bentuk kegiatan rutin.
82
Tabel 5. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Kegiatan Rutin Nilai yang No. Upaya Sikap Siswa Perilaku Siswa dikembangkan 1. Membiasakan Berdoa 4 siswa telah sadar mau Semua siswa berdoa siswa berdoa berdoa karena takut sebelum dan sesudah sebelum dan kepada Allah. pelajaran dengan sikap sesudah yang khusyuk. pelajaran. 2. Mengadakan Ibadah 4 siswa telah sadar Ada 3 siswa yang tidak kegiatan tadarus mengikuti tadarus serius saat tadarus. setiap hari Jumat. karena membaca AlQuran merupakan perintah Allah. 3 Mengadakan Ibadah 4 siswa sadar Semua siswa kegiatan sholat melaksanakan sholat mengikuti sholat dhuha dhuha dan zuhur karena merupakan sesuai jadwal yang berjamaah. kewajiban. telah ditentukan. 4. Mengadakan Ibadah 4 siswa sadar mengikuti Ada 3 orang siswa kegiatan TPA kegiatan TPA karena yang tidak mau sesuai jadwal ingin belajar membaca mengaji saat diminta yang ditentukan. Al-Quran dengan baik oleh guru. dan benar. 5. Membiaskan Ibadah 3 siswa sadar Ada 2 orang siswa siswa memotong memotong kuku pada yang belum memotong kuku. hari Jumat karena kuku. mereka tahu itu merupakan sunnah rasul serta untuk menjaga kebersihan kuku. 6. Membiaskan Jujur 4 siswa mau meminta Ada 3 orang siswa siswa untuk ijin terlebih dahulu yang meminta ijin meminta izin ketika akan meminjam meminjam alat tulis ketika akan barang orang lain karena milik temannya, dan meminjam ia takut dikatakan saat akan keluar kelas. barang orang mencuri. lain. 7. Membiaskan Sopan santun a. 3 siswa mau Siswa mengucapkan siswa untuk mengucapkan salam salam ketika bertemu mengucapkan pada guru untuk guru, masuk kelas, dan salam. memberi ketika akan pulang penghormatan pada sekolah. guru. b. 1 siswa sadar untuk mengucapkan salam pada guru. 83
No. 8.
Nilai yang dikembangkan Membiasakan Peduli siswa untuk lingkungan mencintai lingkungannya. Upaya
9.
Membiaskan Saling siswa saling memaafkan memaafkan jika berbuat salah.
10.
Membiaskan Tolong siswa saling menolong tolong-menolong.
Sikap Siswa
Perilaku Siswa
4 siswa sadar dan mau menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah karena tahu kebersihan itu penting, dan mau merapikan mukena yang berantakan. -
4 siswa mau menegur, menasehati, dan memaafkan temannya yang berbuat kesalahan padanya supaya tidak berdosa dan karena itu adalah perintah Allah. a. 2 siswa sadar dan mau menolong temannya yang sedang kesusahan dengan tidak terpaksa dan tahu jika itu perbuatan yang baik. b. 2 siswa mau menolong temannya karena kasihan.
Siswa melaksanakan piket kelas sesuai dengan jadwalnya. Siswa menyapu dan menyirami tanaman yang ada di depan kelas. Tidak ada siswa yang merapikan mukena.
Ada 6 siswa yang saling memaafkan karena berbuat salah.
Ada 3 orang siswa yang membantu temannya ketika dalam kesulitan.
Kegiatan rutin sekolah di SD Negeri Demakijo 1 dalam internalisasi karakter religius dilakukan melalui beberapa kegiatan yang dilakukan
secara
terus-menerus. Kegiatan rutin sekolah di SD Negeri Demakijo 1 dalam internalisasi karakter religius berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi selama penelitian berlangsung dilakukan melalui kegiatan rutin harian, mingguan, dan tahunan. 84
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (lampiran 2. hal 232) dan hasil dokumentasi (lampiran 11. hal 378) kegiatan rutin yang dilaksanakan tahunan meliputi kegiatan tadarus yang dilaksanakan setiap hari pada bulan ramdhan, zakat fitrah, buka bersama, tarawih, pesantren kilat, syawalan, pemotongan hewan kurban pada hari raya idul adha, pengajian
pada peringatan Maulid Nabi,
pemberian motivasi dan siraman rohani bagi kelas VI sebelum ujian nasional, dan peringatan Nuzulul Quran. Berikut ini hasil penelitian terkait kegiatan rutin sekolah dalam rangka menginternalisasikan karakter religius pada siswa. a) Membiasakan Siswa Berdoa Sebelum Pelajaran Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas III A pada tanggal 17 Januari 2017, sebelum masuk kelas siswa dibiasakan berbaris terlebih dahulu di depan kelas. Nau mendapat giliran menjadi pemimpin barisan hari ini. Selesai berbaris, satu persatu siswa masuk ke kelas dengan berjabat tangan terlebih dahulu dengan Bu Mu sambil mengucapakan salam “Assalammualaikum”. Ketika masuk kelas Bu Mu mengecek kuku siswa dan memperhatikan setiap langkah kaki siswa. Karena aturan ketika siswa masuk kelas adalah dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu dan mengucap basmallah. Semua siswa telah masuk kelas, Nau segera maju ke depan untuk memimpin pemberian salam dengan mengucap
“Beri
salam”.
Kemudian
siswa
yang
lain
mengucapkan
“Assalammualaikum” pada Bu Mu, dan dilanjutkan dengan berkata “Selamat pagi Bu Mu selamat pagi teman-teman”. Kemudian Nau memimpin doa dengan berkata, “Berdoa mulai”. Bu Mu dan siswa bersama-sama berdoa doa sebelum 85
belajar dan dilanjutkan dengan membaca artinya. Sikap siswa saat berdoa sangat khusyuk dengan kepala menunduk dan tangan sedekap di atas meja. Kegiatan rutin yang dibiasakan oleh guru sebelum siswa masuk kelas dan berdoa sebelum pelajaran yaitu berbaris di depan kelas. Kegiatan berbaris di depan kelas ini dipimpin oleh salah satu siswa secara bergiliran setiap harinya. Pemimpin barisan ini ditentukan berdasarkan urutan nomor presensi yang disesuaikan dengan tanggal pada hari tersebut. Pemimpin barisan ini nantinya juga akan menjadi pemimpin dalam pemberian salam dan doa sebelum belajar serta doa sebelum pulang sekolah. Siswa putra dan putri membentuk barisan secara terpisah, antara siswa putra dan putri tidak menjadi dalam satu barisan. Setelah siswa selesai berbaris, guru akan mempersilahkan siswa perempuan terlebih dahulu untuk masuk kelas. Adapun aturan saat masuk kelas dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu dengan mengucapkan basmallah dan bersalaman dengan guru sambil mengucapkan salam. Setelah semua siswa masuk kelas dan duduk, satu siswa yang bertugas menjadi pemimpin barisan tadi akan maju ke depan untuk memimpin pemberian salam pada guru dan doa. Pemimpin doa akan mengetuk meja menggunkan penghapus papan tulis sebagai tanda pemberian aba-aba. Pemimpin berkata “Beri Salam”, kemudian semua siswa akan mengucapkan salam “Assalammualaikum wr.wb.” Setelah itu pemimpin akan kembali duduk di kursi dan segera memimpin doa dengan berkata, “Berdoa mulai”. Selanjutnya semua siswa mulai berdoa, doa yang dibaca adalah doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca artinya.
86
Sikap siswa saat berdoa yaitu dengan duduk di kursi, menundukkan kepala dan tangan sedekap di atas meja. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017, doa sebelum belajar beserta artinya yang dibaca siswa, yaitu: “Bismillahhirrohman’nirrohim, Rodlittu billahirobba, wabi islamidina, wabimuhammadin na bi yyawwarasulla, rabbi zidnii ilmaa warzuqnii fahmaa.” Artinya: Atas asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, aku rela Allah Tuhanku, aku rela Islam agamaku, dan aku rela Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan Allah, Ya Allah tambahkanlah ilmuku dan berilah aku pengertian yang mudah, Semoga Allah mengabulkan permohonanku ini, amin. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru (lampiran 2. hal 232) dan observasi (lampiran 5 hal 295) di setiap awal pergantian jam pelajaran guru selalu membiasakan siswa untuk membaca basmallah. Kegiatan yang khas dilakukan ketika berdoa sebelum belajar, setelah siswa selesai mengucapkan arabnya kemudian dilanjutkan dengan membaca artinya supaya siswa dapat memahami arti doa yang dibacanya. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bu Mu, alasan siswa ketika selesai membaca berdoa sebelum belajar dilanjutkan dengan membaca artinya. Alasannya, supaya siswa lebih memahami isi dari doa yang dibacanya. Sehingga siswa lebih konkret dalam mengartikan tujuan dari doa yang dibacanya. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu terkait kegiatan rutin yang dilaksanakaan di sekolah serta alasan siswa diminta untuk mengucapkan arti doa sebelum belajar. “Bentuk kegiatan yang secara rutin diadakan oleh guru yaitu pembiasaan siswa untuk mengucapkan salam, masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu sambil mengucapkan basmallah, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran, melaksanakan sholat dhuha dan zuhur, dan BTA. Alasan ketika berdoa sebelum pelajaran itu dengan artinya supaya anak 87
lebih konkret dan memhami makna dari doa yang dibacanya..” (21 Januari 2017) Senada dengan yang disampaikan oleh Bu Mu, Bu End menjelaskan lebih lanjut alasan mengapa ketika berdoa sebelum belajar siswa membaca artinya dan doa sebelum pulang sekolah ditambakan dengan doa penutup majelis. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu End pada tanggal 10 Januari 2017: Doa sebelum belajar menggunakan artinya supaya siswa paham arti dari doa yang dibacanya, sehingga dapat menerpakannya dalam kehidupan seharihari. Pembiasaan berdoa sebelum belajar beserta artinya dilakukan sejak siswa berada di kelas I. Kemudian cara guru untuk mengajarkan arti dari doa sebelum belajar tersebut yaitu, pertama kali meminta siswa untuk menirukan apa yang diucapkan guru. Setelah itu siswa diberikan hafalan supaya mereka dapat menghafalkannya di rumah. Selanjutnya guru akan mengecek apakah siswa sudah hafal arti doa tersebut atau belum di sekolah. Jika belum hafal maka guru akan meminta siswa untuk menghafalkannya kembali dan akan mengecek kembali dihari selanjutnya. Hasil wawancara dan observasi terkait kegiatan berdoa sebelum pelajaran ini didukung oleh hasil dokumentasi tata krama (lampiran 10 hal 368) siswa di SD Negeri Demakijo 1. Pada point B. Kegiatan Keagamaan, nomor satu disebutkan berdoa sebelum pelajaran dimulai pada jam pertama dan jam terakhir saat hendak pulang. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan kegiatan rutin membiasakan siswa berdoa sebelum belajar dilakukan setiap hari sebelum mulai jam pelajaran pertama dan di setiap awal pergantian jam pelajaran. Kegiatan berdoa sebelum pelajaran pada jam pertama dipimpin oleh salah satu siswa sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Doa yang dibaca pada awal jam pelajaran pertama adalah doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca artinya. Sedangkan ketika awal
88
pergantian jam pelajaran siswa membaca basmallah. Sikap siswa saat berdoa yaitu dengan duduk, tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. b) Membiasakan Berdoa Setelah Pelajaran Kegiatan rutin membiasakan berdoa sesudah pelajaran dilakukan dengan mengajak siswa untuk membaca hamdallah bersama-sama disetiap akhir pergantian jam pelajaran dan membaca doa agar ditunjukkan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis sebelum siswa pulang sekolah. Hal ini didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ju pada tanggal 10 Januari 2017, beliau menyatakan bahwa: “Doa sebelum belajar itu juga pake artinya, ya karena supaya bisa diresapi oleh anak. Sebelum pulang sekolah itu doanya yang dibaca itu dua ya, kafaratul majelis sama doa untuk mohon ditunjukkan baik dan buruk.” Setelah bel tanda waktu pulang sekolah tiba, semua siswa akan berkemaskemas. Petugas pemimpin doa akan maju ke depan dan mengetuk meja sebagai tanda pemberian salam pada guru dengan mengucapkan “Beri salam.” Kemudian siswa lainnya akan mengucapkan “Assalammualaikum”. Setelah itu dilanjutkan dengan berdoa. Berikut ini doa yang dibaca siswa sebelum pulang sekolah yaitu doa sesudah belajar dan doa kafaratul majelis. Doa sesudah belajar: “Allahumma Arinal Haqqa Haqqa Warzuq nat tibaa’ah. Wa Arinalbaathila Baa-Thila Warzuqnajtinaaba.”. Doa kafaratul majelis: “Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allailahailla anta astaghfiruka wa’atubu ilaik.” Berdasarkan hasil observasi (lampiran 5. hal 295) sikap siswa saat berdoa dengan duduk di kursi, menundukkan kepala dan dengan tangan sedekap di atas meja. Selesai berdoa guru akan mempersilahkan siswa perempuan untuk keluar kelas terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan siswa laki-laki. Ketika keluar kelas 89
siswa bersalaman dengan guru sambil mengucapkan salam dan melangkahkan kaki kiri terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin membiasakan siswa berdoa setelah pelajaran dilakukan setiap hari pada akhir pergantian jam pelajaran dengan membaca hamdallah. Adapun kegiatan yang khas ketika berdoa sebelum pulang doa yang dibaca siswa adalah doa agar ditunjukkan jalan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis. c) Mengadakan Tadarus dan Hafalan Surat Pendek Kegiatan rutin selanjutnya adalah tadarus yang juga merupakan kegiatan hafalan surat pendek yang dilaksanakan setiap hari Jumat pagi. Pada kegiatan tadarus, siswa akan membaca surat-surat pendek yang ada di dalam juz amma. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada kegiatan tadarus selain membaca arabnya, terkadang siswa juga diminta untuk membaca artinya. Guru kadangkadang juga akan menjelaskan beberapa isi surat yang telah dibaca oleh siswa. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bu Pri yang berpendapat: “Nek tiap hari itu cuman tanya, tadi bangun jam berapa? Siapa yang sholat? Siapa yang tidak? Pasti saya tanya. Terus tiap hari Jumat itu membaca suratsurat pendek. Waktu baca tadarus saya di dalam kelas. Saya juga membaca bersama anak-anak nanti kemudian sekali tempo saya bahas isinya atau terjemahannya. Jadi kan anak-anak ngerti surat ini itu perintahnya untuk apa. Tapi tidak setiap kali, cuman sekali tempo. Misalkan surat itu sambil menghafalkan itu saya baca, nanti kalau anak-anak sudah lancar baru tak suruh bersama membaca artinya nanti tak jelaskan satu-satu.” (10 Januari 2017) Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil observasi pada tanggal 27 Januari 2017 yang bertepatan dengan hari Jumat, maka dilaksanakan kegiatan tadarus. Setelah selesai berdoa Bu Mu membuka pelajaran dengan mengucapkan 90
salam, “Assalammualaikum wr. wb.” Kemudian Bu Mu meminta petugas piket untuk mengambil juz amma yang ada di dalam almari. Siswa sangat senang ketika diminta untuk mengambil juz amma di dalam almari. Setelah semua juz amma selesai dibagikan, siswa diminta untuk membaca surat Al-Fatihah sampai surat Al-Ikhlas beserta artinya. Satu persatu ayat dibaca dengan artinya. Siswa tadarus dengan khusyuk. Saat membaca surat An-Nass ada satu bacaan yang dibaca salah oleh anak-anak. Bacaan yang seharusnya di baca pendek justru dibaca panjang. Oleh karena itu, Bu Mu mengingatkannya. Selesai tadarus Bu Mu menjelaskan isi surat Al-Fatihah kepada siswa. Bu Mu menekankan pada makna ayat ke lima surat Al-Fatihah yang menjelaskan bahwa kita harus memohon hanya kepada Allah. Bu Mu menasehati bahwa isi surat Al-Quran itu harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek dilakukan secara bersama-sama di setiap kelas. Metode yang digunakan guru dalam kegiatan hafalan surat pendek ini ialah dengan meminta siswa untuk membaca beberapa surat pendek yang ada dalam juz amma. Dalam setiap pertemuan akan ada sekitar tiga sampai lima surat yang dibaca siswa. Surat-surat tersebut akan diulangi selama dua kali kegiatan tadarus. Jika siswa telah hafal dengan surat sebelumnya guru akan menambah jumlah hafalan surat pendek siswa disetiap kegiatan tadarus. Adapun surat yang pertama kali dibaca yaitu Al-Fatihah, An-Nass, Al- Falaq, AlLahab, dan seterusnya. Surat Al-Fatihah merupakan surat wajib yang harus dibaca setiap kali tadarus. Siswa dinyatakan telah hafal surat pendek, jika mereka tidak perlu melihat bacaan surat pendek yang ada di dalam juz amma ketika tadarus 91
berlangsung. Terkadang selain membaca arabnya, guru juga meminta siswa untuk membaca arti ayat setiap surat ketika kegiatan tadarus berlangsung. Pada saat bulan ramdhan pelaksanaan kegiatan tadarus dilakukan setiap hari, dan bagi siswa non muslim tidak masuk ke kelas ketika kegiatan tadarus sedang berlangsung. Akan tetapi, menuju ke ruang agama untuk mendapat kajian agama oleh guru agama mereka sampai kegiatan tadarus selesai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Adt, sebagai berikut. “Kalau untuk bulan ramadhan tadarus itu setiap pagi, terus anak-anak memakai pakaian muslim. Yang beragama non muslim menyesuaikan, akan ada doa-doa atau istilahnya siraman rohani dari Bapak Ibu guru agamnya.” (9 Januari 2017) Berdasarkan fakta hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin mengadakan tadarus dan hafalan surat pendek dilakukan setiap hari Jumat pagi dan ketika bulan ramadhan kegiatan tadarus dilaksanakan setiap hari. Salah satu guru akan menjadi pembimbing dalam kegiatan tadarus. Pada kegiatan tadarus siswa membaca beberapa surat pendek yang ada di juz amma. Jumlah surat yang dibaca siswa akan terus ditambah oleh guru ketika siswa telah hafal dengan surat-surat pendek sebelumnya. Siswa dikatakan telah hafalan jika selama kegiatan tadarus berlangsung siswa tidak perlu melihat bacaan surat pendek yang ada di juz amma. Terkadang selain membaca arabnya siswa juga membaca arti dari surat yang dibacanya. Sesekali guru juga akan menjelaskan isi surat yang dibaca siswa setelah siswa selesai tadarus.
92
d) Mengadakan Sholat Dhuha Berjamaah Sesuai dengan Jadwal yang telah Ditentukan Kegiatan rutin lainnya adalah ibadah sholat dhuha yang dilaksanakan pada pukul 08.45 WIB. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, setiap hari akan ada dua kelas yang melaksanakan sholat dhuha berjamaah di mushola. Hal ini didukung oleh hasil observasi (lampiran 5 hal 295), adapun jadwal pelaksanaan sholat dhuha, yaitu: 1) Senin: kelas VI A-B, 2) Selasa: kelas V A-B, 3) Rabu: IV A-B, 4) Kamis: III A-B, 5) Jumat: II A-B dan 6) Sabtu: I A-B. Pada pelaksanaan sholat dhuha di kelas VI A-B dan V A-B tidak dilaksanakan secara berjamaah, sedangkan di kelas I A-B sampai kelas IV A-B dilaksanakan dengan berjamaah. Setiap selesai sholat dhuha siswa membaca doa sholat dhuha beserta artinya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017 pada pelaksanaan sholat dhuha di kelas III A dan III B yang mendapat giliran untuk melaksanakan sholat dhuha. Setelah bel tanda istirahat berbunyi, semua siswa melepas sepatunya di dalam kelas dan segera menuju ke mushola. Siswa laki-laki dan perempuan masing-masing berwudhu terlebih dahulu di tempat yang sudah disediakan. Selesai berwudhu anak-anak kemudian masuk ke mushola, siswa perempuan segera mengenakan mukena dan siswa laki-laki duduk menunggu siswa lainnya siap untuk melaksanakan sholat. Karena tidak ada bapak guru yang mengikuti sholat dhuha, Bu Mu meminta tolong pada anak kelas I untuk memanggil satu guru di ruang guru. Menyadari adanya pelaksanaan sholat dhuha Pak Sr yang sedang menjaga kantin, segera menuju ke mushola dan berwudhu. Hari ini Bu Mu, Bu Pri, dan Bu End mengikuti pelaksanaan sholat dhuha bersama anak-anak. Ketika sholat berlangsung masih terdapat beberapa siswa yang ramai 93
dan sengaja mengakhiri gerakkan sholatnya. Selesai sholat anak-anak dengan bimbingan Pak Sr membaca doa sholat dhuha. Bagi anak yang belum hafal dapat membaca pajangan tulisan doa sholat dhuha yang ada di bagian depan ruang mushola. Selain membaca arabnya, anak-anak juga membaca arti dari bacaan doa sholat dhuha tersebut. Selesai sholat anak-anak diberikan waktu istirahat 10 menit. Doa sholat dhuha yang dibaca siswa (gambar no.20 hal 382) adalah sebagai berikut. “Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita’ibadikash shalihin.” Artinya: Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiki berada di atas langit maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang sholeh. Pelaksanaan sholat dhuha sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan ini sesuai dengan hasil dokumentasi jadwal pelaksanaan sholat dhuha (gambar 21 hal 383) yang tertempel pada jendela mushola. Akan tetapi, jadwal yang tertempel di jendela mushola tersebut merupakan jadwal sholat dhuha tahun ajaran 2015/2016. Sedangkan jadwal pelaksanaan sholat dhuha tahun ajaran 2016/2017 belum ditempel di mushola. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan kegiatan rutin mengadakan sholat dhuha berjamaah dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan disetiap kelas. Jadwal pelaksanaan sholat dhuha hari Senin kelas VI A94
B, Selasa kelas V A-B, Rabu kelas IV A-B, Kamis kelas III A-B, Jumat kelas II A-B, dan Sabtu kelas I A-B. Sholat dhuha diwajibkan bagi semua kelas dari kelas I sampai dengan kelas VI. Setiap hari akan ada dua kelas yang melaksanakan sholat dhuha di mushola. Pelaksanaan sholat dhuha di kelas V A-B dan VI A-B dilakukan tidak berjamaah, sedangkan di kelas I A-B sampai dengan kelas IV A-B dilakukan secara berjamaah dengan dimami oleh satu guru laki-laki. Setiap selesai sholat siswa akan dibimbing untuk membaca doa sholat dhuha beserta artinya. e) Mengadakan Sholat Zuhur Berjamaah Sesuai dengan Jadwal yang telah ditentukan Berdasarkan pada hasil wawancara (lampiran 2 hal 232) dan hasil observasi (lampiran 5. hal 295) pelaksanaan sholat zuhur dilaksanakan oleh siswa kelas tinggi yaitu kelas IV A-B sampai dengan kelas VI A-B setiap hari Senin dan Rabu. Pelaksanaan sholat zuhur ini bertepatan dengan adanya kegiatan les pada kelas tinggi. Siswa secara bergiliran melaksanakan sholat zuhur di mushola sekolah. Karena ruang mushola yang tidak cukup besar, sehingga pelaksanaan sholat zuhur dibagi menjadi beberapa kolter. Sebelum melaksanakan sholat siswa berwudhu terlebih dahulu ditempat yang sudah disediakan. Siswa laki-laki wudhu di tempat wudhu sebelah luar sedangkan siswa perempuan wudhu di tempat wudhu yang berada di sebelah dalam. Selesai wudhu siswa masuk ke mushola dan bersiap-siap untuk melaksanakan sholat. Satu orang guru laki-laki akan menjadi imam disetiap kloter sholat. Setelah selesai sholat zuhur siswa akan dibimbing untuk membaca doa dan berdzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari 3 bacaan dzikir. Guru meringkas bacaan dzikir ini dengan alasan supaya siswa tidak merasa
95
berat dan lebih fokus. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada Ibu End, beliau berpendapat: “Setelah sholat zuhur anak dibimbing untuk berzikir mbak tapi secukupnya, misalkan zikir itu cuman kalau subbehanakallah itu kan 33 kali kan kalau anjuran dari tapi kita ambil 11 kali aja. Jadi 33 kali itu tiga macam, singkat kan anak maunya kan yang cepet jadi kita tidak menghilangkan istilahnya tidak menghilangkan sunnah-sunnahnya tapi tetep kita laksanakan. Tapi biar anak fokus kita ambil sedikit saja.” (10 Januari 2017) Pendapat yang diungkapakan oleh Ibu End tersebut juga didukung oleh hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 yaitu, sholat zuhur dilaksanakan oleh kelas IV A-B, V A-B, dan VI A-B secara bergantian dengan diimami oleh Pak Ru pada gelombang pertama. Saat sholat zuhur berlangsung anak-anak mengkutinya dengan khusyuk. Akan tetapi, beberapa siswa yang berada di luar untuk menunggu gilirannya sholat justru asik berbicara sendiri. Sehingga sedikit mengganggu temannya yang sedang melaksanakan sholat. Selesai sholat zuhur anak-anak membaca zikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir, serta doa untuk kebaikan dunia akhirat, dan doa untuk kedua orang tua. Pelaksanaan sholat zuhur sesuai jadwal yang telah ditentukkan ini sesuai dengan hasil dokumentasi jadwal pelaksanaan sholat zuhur (gambar 21. hal 383) yang tertempel pada jendela mushola. Akan tetapi, jadwal yang tertempel pada jendela mushola ini merupakan jadwal pelaksanaan sholat zuhur tahun 2015/2016 sehingga jadwal pelaksanaan sholat zuhur dapat dilihat berdasarkan hasil observasi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, kegiatan rutin mengadakan sholat zuhur berjamaah dilaksanakan oleh siswa kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu di mushola sekolah. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergiliran 96
setiap kelasnya dengan sistem kloter dengan urutan yang telah ditentukan. Satu orang guru laki-laki akan menjadi imam sholat. Setelah siswa selesai sholat siswa akan dibimbing untuk berzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir, doa kedua orang tua, dan doa kebaikan dunia akhirat. f) Mengucapkan Salam Sebelum dan Sesudah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan rutin selanjutnya yaitu membiasakan anak untuk mengucapkan salam sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 di awal kegiatan pembelajaran pada jam pertama akan ada satu siswa yang memimpin pemberian salam pada guru dengan mengetuk meja menggunakan penghapus sebagai tanda pemberian aba-aba. Pemimpin pemberi salam berkata, “Beri salam”, kemudian siswa lain akan memberikan ucapan salam dengan mengucapkan “Assalammualaikum wr.wb” pada guru. Sedangkan pada awal dan akhir pergantian jam pelajaran siswa akan menjawab salam yang diucapkan guru. Ketika jam pelajaran terakhir atau sebelum berdoa pulang sekolah siswa yang akan mengucapkan salam kepada guru. Seperti pada awal jam pelajaran pertama, akan ada satu siswa yang bertugas menjadi pemimpin pemberian salam Berdasarkan hasi dokumentasi Tata Krama Siswa (lampiran 10. hal 368) pada point A. Etika dan Sopan Santun dalam Pergaulan no. 1 disebutkan siswa mengucapkan salam antar siswa maupun kepada kepala sekolah, guru dan karyawan saat bertemu maupun akan berpisah. Berdasakan uraian hasil observasi dan dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan rutin dengan membiasakan peserta didik untuk 97
mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan pelajaran dilakukan pada awal jam pelajaran pertama dan akhir jam pelajaran terakhir. Akan ada satu orang siswa yang bertugas menjadi pemimpin pemberian salam pada guru. Pemimpin akan memberikan aba-aba dengan mengetuk meja dengan penghapus sebagai tanda dimulainya pemberian salam. g) Membiasakan Peserta Didik untuk Mengucap Salam ketika Bertemu dengan Guru Membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dapat dilihat berdasarkan hasil observasi I sampai dengan XI (lampiran 5 hal 295), nampak terlihat pada kegiatan sapa pagi yang setiap hari dilaksanakan pada pukul 06.45 WIB. Pada kegiatan sapa pagi ini guru yang mendapat jadwal piket akan menyambut siswa yang baru tiba di sekolah dengan berdiri di dekat gerbang sekolah. Siswa yang baru tiba di sekolah akan bersalaman dengan bapak ibu guru dengan mengucapakan salam “Assalammualaikum” bagi yang beragama islam dan “Selamat pagi” bagi yang beragama non muslim. Ketika hendak masuk kelas pada jam pertama dan keluar kelas untuk pulang sekolah, siswa juga dibiasakan untuk bersalaman sambil mengucapkan salam pada guru. Sebagaimana hasil observasi pada tanggal 17 Januari 2017 pada pukul 06.45 WIB seperti biasanya Bapak Ibu guru
yang mendapat jadwal piket telah
menyambut siswa yang baru tiba di sekolah. Pak Ju dengan wajah tersenyum sudah berdiri menyambut kedatangan para siswa yang baru tiba di sekolah. Sesampainya di gerbang sekolah siswa langsung menghampiri Pak Ju untuk bersalaman dan mengucapkan salam.
98
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Mu pada tanggal 21 Januari 2017 beliau menyebutkan bahwa ketika siswa sudah keluar kelas untuk pulang siswa dibiasakan untuk berpamitan dengan bapak ibu guru yang ada di dalam kantor guru. Berdasarkan hasil dokumentasi pada tata krama siswa dituliskan pada point A. Etika/ Sopan Santun dalam Pergaulan nomor satu disebutkan bahwa dalam pergaulan sehari-hari di sekolah siswa hendaknya mengucapkan salam antar siswa maupun kepada kepala sekolah, guru dan karyawan saat bertemu maupun akan berpisah. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dilakukan pada kegiatan sapa pagi, ketika siswa masuk kelas pada jam pertama dengan bersalaman dengan guru sambil ucap salam, ketika siswa keluar kelas akan pulang sekolah dengan bersalaman dengan guru sambil ucap salam, dan membiasakan siswa untuk berpamitan dengan bapak ibu guru yang ada di kantor guru ketika pulang sekolah, serta membiasakan siswa untuk mengucapkan salam ketika bertemu dan berpisah dengan teman, karyawan dan guru. h) Melatih Peserta Didik untuk Mencintai Lingkungan Sekitarnya Kegiatan rutin yang mengajarkan siswa untuk mencintai lingkungan sekitarnya yaitu pengadaan piket kelas yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dapat dilihat pada hasil observasi dari pengamatan I – XI (lampiran 5 hal 295). Piket kelas dilaksanakan pada pagi hari, sehingga bagi siswa yang mendapat giliran menjadi petugas piket diharuskan untuk berangkat lebih 99
pagi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh siswa saat mendapat giliran piket kelas mereka menyapu lantai, membersihkan jendela kelas, membersihkan papan tulis, mengganti tanggal, dan menyirami tanaman yang ada di depan kelasnya supaya tidak layu dan mati. Sebagaimana hasil observasi pada tanggal 17 Januari 2017, sebelum bel tanda masuk kelas berbunyi petugas piket di kelas III A sedang membersihkan kelas. Ada yang menyapu, membersihkan papan tulis, dan mengganti tanggal yang tertulis di papan tulis. Karena hari ini Li dan Ma mendapat jadwal menjadi petugas piket. Mereka berdua menyirami tanaman yang ada di depan kelasnya dengan air yang sudah disediakan di dalam botol. Setelah selesai menyirami tanaman, Li dan Ma mengisi kembali botol dengan air di kamar mandi. Berdasarkan hasil dokumentasi tata krama siswa, pada point C Kebersihan dan Kedisiplinan di sebutkan bahwa di setiap kelas membentuk team piket secara bergiliran. Adapun tugas team piket kelas yaitu a) membersihkan lantai, dinding, kaca jendela, meja siswa dan guru, b) mempersiapakan perlengkapan kelas (kapur, penghapus, penggaris, dll), c) mengisi papan absensi kelas sesuai dengan keadaan saat itu, d) melaporkan kepada guru piket atau kepala sekolah apabila ada pelanggaran yang berhubungan dengan kebersihan dan ketertiban kelas, dan e) bertanggungjawab atas kebersihan kelas dan lingkungannya. Selain membentuk team piket siswa juga dibiasakan menjaga kebersihan toilet dan halaman sekolah, dan membiasakan membuang sampah pada tempatnya. Selain melalui kegiatan piket kelas, membiasakan siswa mencintai lingkungannya juga dilakukan guru dengan cara mengingatkan siswa untuk 100
mengecek laci meja mereka ketika pulang sekolah apakah terdapat sampah atau tidak. Hal ini didukung oleh hasil observasi pada tanggal 21 Januari 2017 di kelas III A. Saat pelajaran SBK Bu Mu mengingatkan bagi siswa yang sudah selesai mewarnai diminta untuk mengecek laci mejanya ada sampah atau tidak. Selain itu, pembiasaan mencintai lingkungan sekitar juga guru ajarkan dengan mengadakan jadwal giliran siswa untuk menucuci taplak meja guru setiap akhir minggu di rumah dan dibawa kembali pada hari Senin. Berdasarkan fakta hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan sekolahnya dilakukan melalui pengadaan piket kelas sesuai jadwal yang telah ditentukan, pembiasan mengecek laci meja sebelum pulang sekolah, kegiatan mencuci taplak meja guru sesuai dengan jadwal yang telah ditentukkan, menjaga kebersihan toilet dan halaman sekolah, serta membiasakan siswa membuang sampah pada tempatnya. i) Membiasakan Peserta Didik untuk Mengucapkan Terima Kasih, Maaf, dan Tolong Kegiatan rutin selanjutnya yaitu membiasakan pserta didik untuk mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa (lampiran 3. hal 273) pembiasaan mengucapkan terima kasih dilakukan ketika mereka telah dibantu oleh orang lain, mengucapkan maaf dan saling memaafkan dilakukan ketika melakukan kesalahan, dan jika akan meminta bantuan orang lain mereka mengucapkan kata tolong. Hal tersebut juga didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh Bu Mu pada tanggal 21 Januari 2017, beliau menyatakan bahwa siswa dibiasakan untuk saling memaafkan. 101
Berdasarkan hasil observasi (lampiran 5. hal 295) peserta didik dibiasakan untuk mengucapkan terima kasih ketika sudah dibantu oleh orang lain atau temannya, mengucapkan maaf ketika berbuat salah pada temannya, dan mengucapkan tolong jika akan meminta bantuan kepada orang lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan di kelas seperti ketika sudah dipinjami barang mengucapkan terima kasih, ketika telah diijinkan pergi ke kamar kecil siswa mengucapkan terima kasih pada guru, saat sengaja atau tidak sengaja melukai temanya mengucapkan maaf, dan ketika akan meminta bantuan temannya mengucapkan kata tolong. Berdasarkan hasil dokumentasi tata krama siswa (lampiran 10. hal 368) pada point A Etika/ Sopan Santun dalam Pergaulan disebutkan bahwa dalam pergaulan sehari-hari di sekolah siswa hendaknya berani mengakui kesalahan dan meminta maaf apabila melanggar hak-hak orang lain. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan kegiatan rutin membiasakan peserta didik untuk mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di kelas dan sekolah. Ketika siswa telah dibantu siswa diminta untuk mengucapkan terima kasih, ketika siswa melakukan kesalahan ia diminta untuk meminta maaf, dan ketika siswa meminta bantuan orang lain mereka dibiasakan untuk mengucapkan kata tolong, ketika siswa telah dijinkan ke kamar kecil saat kembali ke kelas siswa dibiasakan mengucapkan terima kasih pada guru.
102
j) Membiasakan Peserta Didik untuk Meminta Izin ketika Meminjam Barang Orang Lain Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa yaitu Pu pada tanggal 16 Januari 2017, dengan pertanyaan apakah yang akan kamu lakukan ketika akan meminjam barang orang lain? Pu memberikan jawabannya: “Bilang dulu, kalau engga bilang berarti nyuri.” Hasil wawancara ini didukung oleh hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 dan 18 Januari 2017 di kelas III A. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017, ketika pelajaran matematika sedang berlangsung di kelas III A, beberapa siswa meminta izin pada Adt untuk meminta kertas label. Siswa bertanya pada Adt, “Adt boleh minta tidak?”. Terilhat juga Ram sedang meminta izin pada Bu Mu untuk meminjam penggaris yang ada di meja guru. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18 Januari 2017, terilhat Adt meminta izin pada Bu End saat akan izin keluar kelas untuk ke kamar kecil. Ketika pelajaran berlangsung, Arz meminta izin pada Ham untuk meminjam pensil yang ada di tempat pensil Ham. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan, pembiasan peserta didik untuk meminta izin ketika meminjam barang orang lain dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Selain itu, pembiasaan meminta izin juga guru ajarkan ketika siswa akan pergi ke kamar kecil untuk meminta izin terlebih dahulu kepada guru.
103
k) Mengadakan Ekstrakulikuler Baca Tulis Al-Quran (BTA) Sesuai Jadwal yang telah ditentukan Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (lampiran 2. hal 232) kegiatan ekstraulikuler baca tulis Al-Quran (BTA) diwajibkan bagi kelas rendah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sekolah bekerja sama dengan lembaga Fitri Insani untuk tenaga pengajarnya. Adapun dari hasil observasi pada tanggal 23 Januari 2017, sedang berlangsung kegiatan BTA di kelas III A. Pukul 12.00 WIB kegiatan BTA dilaksanakan. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Pada kegiatan BTA tempat duduk putra dan putri dipisahkan. Siswa putri duduk di sebelah selatan sedangkan siswa putra diduduk di sebelah utara. Pada awal pembelajaran guru meminta siswa membaca doa robbizitdini beserta artinya dan doa untuk kedua orang tua. Guru yang mengajar TPA berjumlah tiga orang. Sebelum mulai mengaji siswa diberikan tugas untuk menulis arab jilid 6 hal 6. Sambil menunggu dipanggil giliran untuk mengaji, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru. Beberapa siswa terlihat ramai sendiri yaitu Ai, Adt, dan Ev. Sehingga mereka diminta nanti untuk pulang terakhir. Beberapa siswa mengeluh pada tugas yang diberikan dan beberapa siswa justru ramai sendiri. Satu per satu siswa panggil untuk mengaji. Siswa yang sudah selesai menulis diminta menunjukkan tulisannya pada guru. Bagi siswa yang sudah selesai menulis dan mengaji diperbolehkan untuk pulang terlebih dahulu. Ism dan Arz menjadi siswa yang pertama selesai, sebelum pulang dengan madiri mereka berdoa sendiri. Waktu telah menunjukkan pukul 13.00 WIB anak-anak diminta untuk berkemas dan berdoa.. 104
Selama proses kegiatan BTA di dalam kelas III A terdapat tiga orang guru mengaji yang akan membimbing siswa mengaji. Tempat duduk siswa putra dan putri dipisahkan siswa putra di sebelah utara dan siswa putri di sebelah selatan. Bagi siswa yang iqra jilid 1,2,3,4 berada di ruang kelas atas, sedangkan yang iqra jilid 5,6, dan Al-Quraan berada di lantai bawah. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum kegaitan BTA dimulai. Kemudian siswa diberikan tugas untuk menulis arab yang ada dibuku iqra dan dilanjutkan dengan mengaji, satu per satu siswa akan dipanggil oleh guru untuk mengaji. Kegiatan BTA berakhir pukul 13.00 WIB. Sebelum pulang siswa berdoa terlebih dahulu. Dari hasil dokumentasi (gambar no. 21 hal 383) terdapat jadwal kegiatan ekstrakulikuler baca tulis Al-Quran yaitu: Senin kelas I A dan III A, Selasa kelas I B dan III B, Jumat kelas II A dan II B. Pelaksanaan BTA dilakukan setelah kegiatan pembelajaran di kelas selesai. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin mengadakan ekstrakulikuler baca tulis Al-Quran dilaksanakan wajib bagi kelas rendah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Adapun pengajar BTA berasal dari Lembaga Fitri Insani. Siswa dikelompokkan menjadi dua kelas, siswa yang telah menempuhh iqra jilid 5, 6 dan Al-Quran berada di kelas lantai satu sedangkan siswa yang iqra jilid 1, 2, 3, dan 4 berada di kelas lantai dua. Selama proses kegiatan BTA tempat duduk siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan. Satu per satu siswa akan dipanggil oleh guru untuk mendapat giliran mengaji. Sambil menunggu giliran mengaji siswa akan diberikan tugas untuk menulisakan beberapa tulisan arab yang ada pada buku iqra. 105
l) Pengecekkan Kuku Siswa Kegiatan rutin yang ditemukan selama penelitian selanjutnya adalah pengecekkan kuku siswa diakhir minggu. Selama proses kegiatan ini guru akan menunjuk dua siswa, satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki yang bertugas untuk mengecek kuku temannya. Bagi siswa perempuan pengecekkan kuku dilakukan oleh petugas perempuan sedangkan bagi siswa laki-laki pengecekkan kuku dilakukan oleh siswa laki-laki. Hal ini dibuktikan pada hasil observasi pada tanggal 21 Januari 2017 di kelas III A, pada pukul 07.00 WIB bel tanda masuk kelas telah berbunyi, semua siswa kelas III A langsung memposisikan diri untuk berbaris di depan kelas. Hari ini Ol mendapat giliran untuk memimpin berbaris dan berdoa. Di kelas Bu Mu setiap hari Sabtu merupakan hari Bahasa Jawa. Semua siswa wajib menggunkan Bahasa Jawa saat berkomunikasi, begitu pula dengan Bu Mu. Jadi Ol menyiapkan teman-temannya berbaris dengan menggunkan Bahasa Jawa. Sebelum siswa masuk kelas, terlebih dahulu Bu Mu meminta Ni dan Raf untuk masuk terlebih dahulu, karena mereka berdua mendapat giliran untuk mengecek kuku temantemanya. Hari kamis sebelumnya Bu Mu sudah mengingatkan anak-anak untuk memotong kukunya pada hari Jumat dan akan di cek Bu Mu pada hari Sabtunya. Bagi siswa putri pengecekan kuku dilakukan oleh Ni, sedangkan siswa laki-laki dicek oleh Raf. Akan tetapi Raf yang menjadi petugas pengecek kuku justru tidak memotong kukunya, oleh karena itu Raf ditegur Bu Mu dan diminta untuk memotong kukunya selesai pulang sekolah nanti.
106
Dengan demikian berdasarkan fakta hasil penelitian di atas kegiatan pengecekkan kuku dilangsungkan setiap akhir minggu sekali. Akan ada dua orang siswa yang bertugas menjadi pengecek kuku yaitu satu orang siswa laki-laki dan satu orang siswa perempuan. Bagi siswa perempuan akan dicek oleh siswa perempuan dan bagi yang laki-laki dicek oleh siswa laki-laki. Kegiatan pengecekkan kuku ini melatih siswa untuk menjalankan sunnah rasul supaya memotong kuku pada hari Jumat. 2) Kegiatan Spontan Kegiatan spontan yang dilakukan oleh guru berupa memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah, memperingatkan peserta didik yang tidak mengucapkan salam, memberikan nasehat pada peserta didik yang melakukan kesalahan dan memberikan pujian ketika peserta didik melakukan kebaikan. Melalui kegiatan spontan membentuk sikap dan memunculkan perilaku siswa yang bermacam-macam. Berikut ini ditampilkan sikap dan perilaku siswa yang muncul melalui kegiatan spontan yang disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 6. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Kegiatan Spontan Nilai yang No. Upaya Sikap Siswa Perilaku Siswa dikembangkan 1. Menegur siswa Ibadah 4 siswa mau segera Ada 5 siswa yang tidak yang tidak segera melaksnakan sholat segera melaksankan melaksanakan ketika sudah diingatkan sholat walaupun sudah ibadah. oleh guru. diingatkan oleh guru. 2.
Memberikan Ibadah nasehat pada siswa yang melakukan kesalahan.
3 siswa mau Ketika siswa mengucapkan istighfar melakukan kesalahan saat berbuat salah, mereka langsung karena takut kepada mengucapkan istighfar Allah. dan kepala menunduk.
3.
Memberikan pujian bagi siswa
3 siswa senang ketika Siswa tersenyum saat mendapat pujian dari dipuji oleh guru.
Ibadah
107
No. 4.
5.
6.
Nilai yang dikembangkan Guru mengikuti Ibadah kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Guru aktif Ibadah mengikuti kegiatan tadarus. Guru mengikuti Ibadah sholat dhuha dan zuhur berjamaah di sekolah. Upaya
Sikap Siswa
Perilaku Siswa
4 siswa mau mencontoh Semua siswa berdoa guru ketika berdoa dengan sikap yang dengan sikap yang khusyuk. khusyuk. 4 siswa mau menconoth guru dengan mengikuti membaca dan tadarus. 4 siswa mau ikut sholat.
Ada 3 orang siswa yang tidak mengikuti tadarus. Semua siswa mengikuti sholat dhuha dan zuhur di mushola sekolah.
Berikut ini deskripsi hasil penelitian internalisasi karakter religius melalui beberapa bentuk kegiatan rutin. a) Memperingatkan Peserta Didik yang Tidak Melaksanakan Ibadah Berdasarkan hasil wawancara siswa dengan pertanyaan apa yang akan dilakukan oleh bapak/ibu guru ketika ada siswa yang tidak ikut atau terlambat mengikuti ibadah sholat berjamaah atau mengaji, yaitu: : “Dingatkan” (9 Januari 2017) : “Disuruh ngulang.” (9 Januari 2017) : “Menasehati, memperingatkan.” (9 Januari 2017) : “Suruh mengulang” (10 Januari 2017) : “Mengulang, suruh baca tadarus sendiri.” (10 Januari 2017) : “Dinasehati, kalau tadarus sama Pak Yuli kalau rame dimarahin.” (16 Januari 2017) Key : “Ditegur, dinasehati” (16 Januari 2017) Adt Pu Na Ik Rai Vau
Berdasarkan hasil wawancara tersebut jika ada siswa yang tidak melaksanakan ibadah maka guru akan memberikan nasehat, menegurnya, memperingatkan, dan jika pada saat sholat berjamaah siswa ramai maka diminta untuk mengulang sholat sendiri.
108
Hal ini didukung oleh hasil observasi pada tanggal 17 Januari 2017 Ketika doa sebelum pelajaran jam pertama dimulai, Bu Mu mengingatkan siswa untuk duduk dengan kepala menunduk dengan mengingat Allah saat akan mulai berdoa. Sebelum pulang sekolah pukul 11.35 Bu Mu mengingatkan kembali pada siswa dengan berkata, “Supaya pecahnnya utuh harus sholat lima waktu.” Ketika ada siswa yang saat berdoa tidak khusyuk guru akan memperingatkan siswa tersebut supaya berdoa dengan sikap yang baik yaitu dengan menundukkan kepala. Guru juga selalu mengingatkan siswa supaya melaksanakan sholat lima waktu dengan genap. Ketika pelaksanaan sholat dhuha pada tanggal 26 Januari 2017 di kelas III A terlihat Bu End menegur Arz untuk segera berwudhu yang justru terlihat asik main sendiri di luar mushola. Selain memperingatkan siswa dalam hal ibadah menyembah kepada Tuhan, guru juga memperingatkan siswa untuk melakukan tindakan yang baik. Seperti memperingatkan siswa untuk jujur saat mengerjakan soal evaluasi dan soal diskusi, membantu orang tua saat di rumah, ketika makan sambil duduk dan dengan tangan kanan, serta memotong kuku setiap Hari Jumat. Sebagaimana hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017, Ketika siswa diminta untuk berdiksusi tentang sumber energi dan kegunannya Bu Mu mengatakan, “Mengerjaknnya harus jujur ya, tidak boleh mencuri pembicaraan orang lain.” Bu Mu mengajak siswa untuk bersyukur atas apa yang dmiliki dengan mengucap alhamdulilah. Selesai berdoa doa sebelum pulang sekolah Bu Mu mengingatkan siswa, “Anak-anak jangan lupa ya kukunya dipotong, besuk kan hari Jumat sesuai tuntunan. Besuk Sabtu ibu akan cek ya.” 109
Dan hasil observasi pada tanggal 21 Januari 2017, Saat siswa mulai keluar kelas untuk beristirahat, Bu Mu berkata,”Ingat lo nak kalau makan sambil duduk dengan tangan kanan ya.” Bu Mu juga menasehati siswa sebelum pulang sekolah untuk tidak lupa libur sekolah membantu orang tuanya. Saat akan berdoa sebelum pulang sekolah, Bu Mu memperingatkan Ik, Az, dan Ram berdoa dengan sikap yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada kegiatan spontan memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah dilakukan dengan cara memberikan nasehat, peringatan, dan teguran. Guru tidak hanya memperingatkan peserta didik dalam hal melaksanakan ibadah berupa menyembah kepada Tuhannya, akan tetapi juga memperingatkan siswa dalam hal melakukan sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. b) Memperingatkan Peserta Didik yang Tidak Mengucapkan Salam Hasil observasi pada tanggal 25 Januari 2017 pada pukul 07.40 WIB pelajaran dilanjutkan dengan Pendidikan Agama. Bu End membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Terlihat Ki tidak menjawab salam yang diucapkan oleh Bu End karena melamun, kemudian oleh Bu End ditegurnya. Bu End menasehati siswa dengan berkata, “Mengucapkan salam terlebih dahulu itu pahalanya lebih besar anak-anak, dibandingkan dengan menjawab salam. Jika diumpamakan mengucapkan salam pahalanya dua dan menjawab salam satu.” Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan spontan memperingatkan peserta didik yang tidak mengucapkan salam 110
dilakukan guru dengan memberinya nasehat dan meminta anak untuk mengulang sendiri jawaban salamnya. c) Memberikan Nasehat pada Peserta Didik yang Melakukan Kesalahan Berdasarkan pertanyaan yang diajukan peneliti kepada Bapak Ju tentang hal apa yang spontan dilakukan oleh bapak/ ibu guru ketika menjumpai siswa yang melakukan tindakan yang tidak baik. Bapa Ju memberikan pendapatnya yaitu: “Kita panggil kita bicara, lalu itu ringan ya cukup anaknya tapi kalau ada perlu konsultasi orang tuanya kita panggil orang tuanya. Untuk hukuman itu sudah dilakukan oleh guru kelasnya, ada yang ambil daun dan sampah di hitung berapa sekaligus untuk membimbing anak disiplin juga untuk melatih perhitungan matematika itu ada. Tapi tiap kelas tidak sama. Hukuman secara fisik tidak ada.” (10 Januari 2017) Berdasakan hasil wawancara dengan Bapak Ju, ketika ada siswa yang melakukan kesalahan, maka akan diberikan nasehat dan jika membutuhkan konsultasi dengan orang tua siswa maka guru akan meminta orang tua siswa untuk datang ke sekolah. Adapun hukuman yang diberikan pada anak jika melakukan kesalahan adalah diminta untuk mengambil sampah dengan jumlah yang sudah ditentukan. Untuk pemberian hukuman pada siswa yang melakukan kesalahan, disetiap kelas berbeda-beda tergantung setiap guru. Sejalan yang diungkapkan oleh Bapak Ju, Bu Pri memberikan pendapatnya : “Itu langsung saya panggil, dalam artian saya ajak berdua, kalau itu sendiri ya individu terus saya tanyai kemudian saya nasehati dan saya klarifikasi dengan orang tua. Kalau hukuman fisik engga, hukumannya ya cuman nanti misalkan kamu. Ya sebenarnya bukan hukuman mbak, cuman peringatan kalau kamu mau mengerjakan atau melakukan hal itu lagi ada sanksi dari sekolah. Dalam artian sanksinya misalnya tidak boleh mengikuti pelajaran atau ada tugas tambahan kayak gitu. Nek fisik engga.” (10 Januari 2017) Bu Pri menambahkan bahwa hukuman yang diberikan pada siswa yang melakukan kesalahan adalah dengan memberinya tugas tambahan dan tidak 111
diperbolehkan untuk mengikuti pelajaran. Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Bapak Ju dan Ibu Pri, Bu Mu menyatakan bahwa ketika ada siswa yang melakukan kesalahan, maka siswa tersebut diminta untuk mengucapkan istighfar. Jumlah untuk istighfar sendiri tergantung pada seberapa sering siswa tersebut melakukan kesalahan. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu terkait hal tersebut. “Saya ingatkan. Misalnya, kadang-kadang anak-anak makan minum dengan tangan kiri ya di kelas ya diluar kelas, “Ayo duduk dengan tangan kanan, minum dengan tangan kanan.” Menguap juga begitu, kadang-kadang saya tegur kemudian saat itu juga saya suruh untuk membetulkan kalau misalnya itu bisa. Nek menguap itu kan engga bisa, cuman saya tegur. Kalau makan minum kan bisa, terus kalau ada anak-anak yang berkata tidak sopan nanti saya suruh istighfar, biasanya sepuluh kali. Tapi tergantung mbak 20 kali tidak mesti. Untuk jumlah istighfarnya saya belum tentukan, tapi saya kan orangnya titen mbak. Jadi semisal ia semakin sering melanggar akan semakin jumlah istighfarnya banyak.” (21 Januari 2017) Pendapat yang diungkapkan oleh Bu Mu ini juga didukung dengan hasil observasi pada tanggal 25 Januari 2017, saat istirahat kedua terlihat Li menegur Ham yang duduk di atas meja sambil berkata, “Ham, tidak sopan.” Kemudian Ham turun dari meja. Ketika pelajaran berlangsung Ham berbuat kesalahan kemudian oleh Bu Mu diminta untuk mengucapkan istighfar. Saat pelajaran Arz berkata kotor, kemudian Bu Mu memintanya untuk beristighfar. Ketika semua siswa sudah pulang, tinggal Arz yang di dalam kelas dan diminta untuk duduk di dekat meja guru dengan kepala menunduk dan beristighfar merenungi kesalahannya. Setelah beristighfar Arz berdiri dan menerima nasehat dari Bu Mu. Arz dinasehati supaya tidak lagi mengucapkan kata-kata kotor dan kasar serta untuk memperbaiki sikapnya. Selesai dinasehati Arz diijinkan untuk pulang. Dari hasil observasi tersebut terlihat ketika ada siswa yang melakukan kesalahan 112
berulang kali, maka secara pribadi guru akan memberikan nasehat pada siswa tersebut sepulang sekolah. Kemudian anak tersebut akan diminta untuk duduk di dekat meja guru dengan kepala menunduk dengan maksud supaya siswa dapat merenungi kesalahannya dan setelah itu memintanya untuk beristighfar. Berdasarkan hasil observasi di atas, bahwa teguran dan nasehat untuk siswa yang melakukan kesalahan tidak hanya dilakukan oleh guru saja. Akan tetapi oleh siswa sendiri, ketika melihat sikap dan perilaku temannya yang tidak sesuai dengan ajaran agama, mereka dengan spontan akan menegurnya supaya sikap dan perilaku temannya tersebut kembali ke sikap dan perilaku yang benar. Hal ini didukung dengan hasil observasi pada tanggal 23 Januari 2017, yaitu di saat jam istirahat di dalam kelas III A, Ni yang sedang asik bermain terjatuh karena tersandung kaki Be. Melihat kejadian itu, Ky langsung menarik telingan Be dan memintanya untuk minta maaf pada Ni. Akhirnya Be minta maaf dengan Ni sambil bersalaman. Hasil observasi ini juga didukung oleh hasil dokumentasi tata krama siswa pada point B kegiatan keagamaan pada nomor empat disebutkan bahwa menegur atau mencegah teman yang melanggar norma/ aturan yang berlaku. Adapun kegiatan spontan lain yang ada di kelas, ketika ada siswa yang tidak mengerjakan PR, tugas, atau pun ramai saat pelajaran mereka akan dengan sendirinya menuliskan namanya di papan tulis. Hal ini bertujuan untuk melatih peserta didik menjadi anak yang jujur. Hal tersebut dibuktikan dari hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017 yaitu saat pembelajaran PKn Li tidak mengerjakan PR, kemudian Li maju dan menuliskan namanya di papan tulis. Selesai menulis Li 113
kembali duduk, dan oleh Bu Mu diminta untuk beristrighfar dengan kepala menunduk. Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan spontan memberikan nasehat pada peserta didik yang melakukan kesalahan dilakukan guru dengan memberinya nasehat yang dilandasakan dengan tuntunan agama supaya sikap dan perilaku siswa menjadi lebih baik, menegur secara langsung, meminta siswa untuk berbuat kebaikan dengan mengambil sampah yang jumlahnya sudah ditentukan, tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran, memberinya tugas tambahan, meminta anak mengucapkan istighfar, serta membiasakan siswa untuk menegur temannya yang melakukan kesalahan. d) Memberikan Pujian ketika Peserta Didik Melakukan Kebaikan Berdasarkan hasil observasi (lampiran 5 hal 295) guru memberikan pujian secara spontan ketika ada siswa yang berbuat kebaikan seperti jujur jika tidak mengerjakan PR, mengucapkan kata-kata yang baik, mematikan kipas dan lampu kelas jika tidak digunakan, berani saat diminta untuk berbicara di kelas, menyelesaikan tugas diskusi dengan baik, serta ketika siswa melakukan tindakan yang baik seperti saat siswa memberikan kejutan ulang tahu pada wali kelasnya. Hal ini ditemukan dari hasil observasi pada tanggal 18 Januari 2017, waktu itu siswa kelas III A memberikan kejutan ulang tahun pada Bu Mu selaku wali kelas mereka. Bu Mu memuji semua siswa kelas III A yang telah berbuat kebaikan memberikan kejutan ulang tahun pada beliau. Akan tetapi karena Bu Mu merasa khawatir dengan pemahaman siswa tentang perayaan ulang tahun, maka Bu Mu memberikan nasehat pada siswa. Sebelum Bu Mu memulai pelajaran 114
Bahasa Indonesia, Bu Mu memberikan saran kepada siswa dengan mengatakan, “Anak-anak yang kalian lakukan tadi pagi itu baik atau buruk?”. Siswa menjawab dengan
serempak, “Baik bu.” Bu Murti mengatakan “Nah ibu hanya
menyarankan, jika kalian besok bertemu dengan teman atau tetangga yang beragama islam sedang bertemu dengan tanggal lahirnya atau ulang tahunnya ucapkanlah Barakallah. Karena jika hanya selamat ulang tahun saja itu tidak ada doanya. Tetapi kalau barakallah ada doanya artinya semoga Allah selalu memberikan umur yang barokah. Sebenarnya ada terusannya yaitu barakallah fii umrik, tetapi buat anak-anak barakallah saja cukup.” Semua siswa mendengarkan penjelasan dari Bu Mu tersebut dan menirukan ucapan barakallah. Bu Mu kemudian meminta semua siswa untuk kembali bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan barakallah. Bu Mu, “Ayo dari Na bersalam dengan ibu sambil mengatakan barakallah Bu Mu.” Satu per satu siswa bersalaman dengan Bu Mu dan mengucapkan barakllah Bu Mu. Data hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Mu, beliau mengatakan: “Reward ya mbak, iya saya berikan. Biasanya pujian, untuk anak laki-laki nanti saya puji dengan menyebutnya sholeh. Kalau anak perempuan nanti saya puji dengan menyebutnya sholih.” (13 Maret 2017) Selain dalam bentuk pujian, guru juga akan memberikan tepuk tangan dengan mengajak siswa yang lainnya. Sehingga siswa dapat termotivasi untuk dapat terus melakukan kebaikan. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Pri, beliau mengatakan: “Reward, biasanya dalam bentuk kata-kata, misalnya bagus... sama saya florin di kelas jadi biar dapat apresiasi dari teman-temannya yang lain. 115
Nanti siswa yang lain saya minta untuk memberi tepuk tangan, pujian iya mbak. Kalau dalam hasil prestasi nanti saya kasih hadiah alat tulis.” (14 Maret 2017) Selain dalam bentuk pujian dan pemberian tepuk tangan guru juga akan memberikan hadiah bagi siswa yang berbuat kebaikan ataupun mendapat prestasi yang baik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pada kegiatan spontan selain memperingatkan siswa yang melakukan kesalahan guru juga memberikan pujian pada peserta didik ketika melakukan kebaikan. Ketika guru melihat ada siswa yang berbuat kebaikan guru memberikan reward berupa pujian, hadiah, dan pemberian
tepuk
tangan.
Supaya
siswa
dapat
termotivasi
dan
terus
mengembangkan perbuatan yang baik tersebut. 3) Pemberian Keteladanan Pemberian keteladanan yang diberikan guru kepada siswa dilakukan agar sikap dan perilaku guru yang mencerminkan karakter religius dapat dicontoh oleh siswa. Berikut ini disajikan tabel sikap dan perilaku siswa yang muncul hasil upaya yang guru lakukan melalui pemberian keteladanan. Tabel 7. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pemberian Keteladanan Nilai yang No. Upaya Sikap Siswa Perilaku Siswa dikembangkan 1. Guru mengikuti Ibadah 4 siswa mau mencontoh Semua siswa berdoa kegiatan berdoa guru ketika berdoa dengan sikap yang sebelum dan dengan sikap yang khusyuk. sesudah khusyuk. pelajaran. 2. Guru aktif Ibadah 4 siswa mau menconoth Ada 3 orang siswa mengikuti guru dengan mengikuti yang tidak mengikuti kegiatan tadarus. membaca dan tadarus. tadarus. 3. Guru mengikuti Ibadah 4 siswa mau ikut sholat. Semua siswa sholat dhuha dan mengikuti sholat dhuha zuhur berjamaah. dan zuhur di mushola. 116
Berikut deskripsi hasil penelitian terkait pemberian keteladanan yang diberikan guru berikan: a) Guru Berdoa Bersama Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Pelajaran Dimulai Keteladanan guru ikut berdoa sebelum pelajaran dapat dilihat berdasarkan hasil observasi (lampiran 5. hal 295) pada tanggal 16 Januari 2017, terlihat ketika jam pelajaran pertama yaitu Bahasa Inggris di kelas III A Ms. Na sudah masuk kelas. Kemudian Ms. Na duduk dan menundukkan kepala dengan tangan sedekap di atas meja. Setelah pemimpin doa memberikan aba-aba untuk mulai berdoa, Ms. Na segera membaca doa didalam hati. Data hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh Bu End, beliau mengungkapakan bahwa ketika siswa berdoa sebelum pelajaran guru pun ikut berdoa. Guru berdoa dengan tidak diucapkan, akan tetapi di dalam hati. Berikut hasil wawancara dengan Bu End: “Ikut mbak jelas, sebelumnya saya berdoa sendiri. Paling tidak robbisholi shoderiwayasshirli wahlulmukdata millisani yafkhohukouli itu doa saya sendiri. Terus nanti kita seketika bareng anak, apa yang dibaca anak kita baca.” (14 Maret 2017) Guru akan berdoa terlebih dahulu, dan setelah selesai guru akan mengamati cara berdoa siswa. Hal ini dilakukan guru karena terkadang masih terdapat siswa yang tidak khusyuk saat berdoa. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Mu, “Iya saya ikut berdoa. Tapi doa yang saya baca beda. Nantikan saya berdoa sendiri, dan setelah selesai nanti saya terus mengawasi anak-anak. Soalnya, kadang masih ada yang berdoanya itu tidak khusyuk. Masih ada yang liriklirik, terus nanti saya ingatkan dengan berkata tundukkan kepala, mata melihat ke meja, sambil ingat-ingat Allah.” (13 Maret 2017) 117
Guru juga memberikan keteladanan saat berdoa sesudah pelajaran, hal ini didukung oleh hasil observasi pada tanggal 17 Januari 2017, terlihat setiap pergantian jam pelajaran Bu Mu mengucapakan hamdallah bersama siswa. Saat akan pulang sekolah Bu Mu juga memberikan keteladanan dengan berdoa terlebih dahulu sebelum pulang. Hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu End. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu End, “Kita kan paling tidak mengucapkan alhamdulliah itu to mbak. Sebelum mengucapkan salam kan mengucapkan alhamdulliah kita sudah selesai pelajaran, kita telah diberi kelancaran.” (14 Maret 2017) Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, guru memberikan keteladanan dengan ikut berdoa sebelum pelajaran. Guru akan berdoa terlebih dahulu dan tidak disuarakan. Setelah guru selesai berdoa guru akan mengawasi sikap berdoa siswa. Keteladanan yang guru berikan saat berdoa sesudah pelajaran yaitu dengan ikut berdoa bersama peserta didik sesudah pelajaran dengan membaca hamdallah disetiap akhir pergantian jam pelajaran dan membaca doa agar ditunjukkan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis ketika akan pulang sekolah. a) Guru Memberikan Contoh Sikap Berdoa yang Khusyuk Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 sampai dengan tanggal 27 Januari 2017 (lampiran 5 hal 295), ketika berdoa guru memberikan keteladanan sikap berdoa yang khusyuk saat berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan sikap duduk, tangan sedekap di atas meja, dan kepala menunduk. Keteladanan dengan menunjukkan sikap berdoa yang khusyuk ini
118
ditunjukkan guru supaya siswa dapat mencontoh sikap berdoa yang baik pada guru. Hasil observasi ini didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh guru dengan pertanyaan bagaimana sikap berdoa yang khusyuk yang bapak/ibu guru tunjukkan saat berdoa sehingga dapat menjadi teladan bagi siswa? Berikut ini jawabannya, Pak Adt : “Sikap khusyuknya kalau misal saya sedang berdiri, ya dengan tangan ngapurancang ya sikap siap berdoa.” (13 Maret 2017) Bu End : “Yang jelas sikap duduk kita gimana nggeh, terus pandangan ke depan seakan-akan kita itu berhadapan dengan Allah. Tangan kita sedekap di atas meja.” (14 Maret 2017) Bu Pri : “Ya saya doanya di dalam hati tidak saya ucapkan, dengan tenang, tangan sedekap pandangan ke meja.” (14 Maret 2017) Bu Mu : “Dengan duduk, kepala menunduk, tangan kanan di atas tangan kiri, kemudian sedekap di atas meja.” (13 Maret 2017) Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Guru memberikan sikap berdoa yang khusyuk dengan duduk, tangan sedekap di atas meja, kepala menunduk pandangan ke bawah atau ke depan. b) Guru Berperan Aktif dalam Kegiatan Hafalan Surat Pendek Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa (lampiran 3. hal 273) ketika sedang berlangsung kegiatan tadarus di dalam kelas guru akan ikut serta untuk tadarus. Guru memberikan keteladanan saat kegiatan tadarus setiap hari Jumat pagi. Hal tersebut dapat dilihat berdasakan hasil observasi pada tanggal 20 Januari 2017 dan 26 Januari 2017. Hasil observasi pada tanggal 20 Januari 2017 menunjukkan hasil ketika siswa melakukan tadarus Pak Yu ikut membaca suratsurat pendek yang dibaca siswa. Pada tanggal 26 Januari 2017, saat kegiatan
119
tadarus Bu Mu ikut membaca surat beserta arti dari surat yang dibaca siswa. Setelah selesai tadarus Bu Mu menjelaskan isi ayat ke lima surat Al-Fatihah. Hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan pada guru dengan pertanyaan bagaimana peran aktif bapak/ibu guru dalam kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek setiap hari Jumat?. Berikut ini hasil wawancara dengan guru: Pak Adt : “Yang tadarus hari Jumat itu kan? Iya saya ikut bersama anakanak membaca surat-surat pendek.” (13 Maret 2017) Bu Pri : “Saya memandu mbak, nanti pertama kali yang anak-anak saya minta baca surat Al-Fatihah baru dilanjutkan dengan membaca surat-surat yang lain. Biasanya saya minta anak-anak untuk membaca dua buah surat.” (14 Maret 2017) Bu Mu : “Ikut tadarus mbak. Saya juga selalu ingatkan selain baca arabnya juga baca artinya. Walaupun baca arabnya dapat pahala, tapi kan kalau dengan artinya anak lebih tahu tidak kosong seperti itu mbak. Pertama kali yang dibaca itu surat Al-Fatihah itu wajib dibaca diawal, terus nanti dilanjutkan dengan membaca suratsurat lainnya.” (13 Maret 2017) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa guru berperan aktif dalam kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek yang dilaksanakan setiap hari Jumat pagi. Saat kegiatan tadarus guru ikut membaca surat bersama siswa dan ikut untuk memandu dan membimbing. Terkadang setelah siswa dan guru selesai tadarus, guru juga akan menjelaskan isi dari salah satu surat yang dibaca siswa saat tadarus. c) Guru dan Karyawan Sekolah menjadi Contoh yang Baik dalam Kegiatan Sholat Dhuha dan Zuhur Berjamaah Berdasarkan hasil wawancara, guru memberikan keteladanan sikap yang baik dengan mengikuti pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur berjamaah di mushola sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Pri 120
pada tanggal 10 Januari 2017 terkait bentuk keteladanan yang beliau berikan pada siswa yaitu dengan mengikuti ibadah sholat dhuha berjamaah di mushola. Selain mengikuti sholat dhuha berjamaah keteladanan yang diberikan oleh bapak ibu guru dan karyawan sekolah yaitu dengan ikut melaksanakan sholat zuhur berjamaah di mushola setiap hari dan saat sholat dengan sikap yang khusyuk. Hal tersebut didukung oleh hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 terlihat ketika waktu sholat dhuha Pak Sr sedang melaksanakan sholat dhuha di mushola. Dan waktu tiba sholat zuhur Pak Yu menjadi imam dalam pelaksanaan sholat zuhur berjamaah yang diikuti oleh lima guru perempuan sebagai makmumnya di mushola. Saat tiba giliran siswa melaksanakan sholat zuhur berjamaah, Pak Ru berperan sebagai imamnya. Selesai melaksanakan ibadah sholat Pak Ru langsung membimbing anak-anak untuk membaca dzikir sebanyak tiga kali dilanjutkan dengan doa keselamatan dunia akhirat dan doa untuk ke dua orang tua. Selain itu, berdasakan hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017 terlihat ketika pelaksanaan sholat dhuha Bu Mu, Bu Pri, Bu End, dan Pak Sr ikut mendampingi pelaksanaan ibadah sholat dhuha siswa kelas III A dan III B. Selesai sholat dhuha terlihat Bu Mu merapikan mukena yang kurang tertata dengan rapi dan ada beberapa mukena yang tidak ada pasangannya. Berdasarkan hasil wawancara, selain pemberian keteladanan dengan ikut serta dalam melaksanakan ibadah sholat dhuha dan zuhur berjamaah guru juga memberikan keteladanan dengan mengucapkan salam saat bertemu dengan orang lain, masuk kelas dengan kaki kanan sambil mengucapkan basmallah, dan makan
121
dengan tangan kanan. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu, yang menyatakan bahwa: “Saya memberi contoh kalau ini ya memberi salam, terus meminta anak memimpin berdoa, terus kalau saya masuk ya memberi salam kalau seingat saya ya masuk dengan kaki kanan ucap bismillah juga. Kemudian saya berusaha kalau zuhur ikut sholat berjamaah di sini, kalau dhuha saya juga ikut mendampingi juga, makan minum saya juga. Ya seperti yang saya ajarkan ke anak lah pokoknya. Kalau makan minum sih seinget saya, saya juga selalu duduk dan dengan tangan kanan.” (21 Januari 2017) Selain yang telah disebutkan di atas pemberian keteladanan yang diberikan guru adalah dengan mengenakan pakaian yang menutup aurat berikut ini hasil wawancara yang dilakukan Ibu End memberikan jawabnnya: “Satu kita datang lebih awal ya mbak, biar anak tidak mencontoh juga jangan datang terlambat, terus pakaian kita pakaian yang menunjukkan religius kita, kita orang islam paling tidak ya kita bisa menutup aurat biar ditiru anak, anak-anak kita bisa karena sesuai dengan tujuan kita tadi sekolah negeri mau mengislamkan sekolah negeri.” (10 Januari 2017) Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian keteladanan guru dan karyawan sekolah menjadi contoh yang baik dalam pelaksanaan sholat dhuha berjamaah dan zuhur berjamaah di mushola sekolah dilaksanakan dengan baik. Saat sholat berjamaah di mushola salah satu guru laki-laki akan menjadi imam sholat dan membimbing siswa berdoa setelah selesai sholat. Selain itu, pemberian keteladanan juga guru berikan dengan mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain, masuk kelas dengan kaki kanan sambil ucap basmallah, makan dengan tangan kanan, dan memakai pakaian yang menutup aurat.
122
4) Pengkondisian Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian pengkondisian lingkungan yang dilakukan sekolah dalam rangka mendukungan adanya internalisasi karakter religius melalui program pengembangan diri diilakukan dengan dua bentuk yaitu bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas dan bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas. Pengkondisian lingkungan yang dilakukan guru memberikan dampak pada sikap dan perilaku siswa yang muncul. Berikut ini disajikan tabel data terkait sikap dan perilaku siswa yang muncul hasil dari pengkondisian lingkungan yang dilakukan guru dan sekolah. Tabel 8. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pemberian Keteladanan Nilai yang No. Upaya Sikap Siswa Perilaku Siswa dikembangkan 1. Menyediakan Peduli 2 siswa mau menata dan Tidak ada siswa yang tempat dan alat Lingkungan merapikan mukena yang merapikan mukena. ibadah yang berantakan di mushola. layak. 2. Memajang tulisan Berdoa 4 siswa mau berdoa Siswa mengucapkan mengajak setiap kali melakukan basmallah setiap kali mematuhi sesuatu supaya tidak akan mulai pelajaran. perintah agama. tertimpa musibah. 3.
Memajang tulisan Ibadah tata cara beribadah.
4 siwa mau mempraktikan tata cara sholat yang benar sesuai dengan gambar yang ada dalam pajangan.
4.
Memberikan Ibadah pengumuman jika akan memperingati hari besar keagamaan.
4 siswa mau mengikuti Semua siswa baik perayaan hari besar muslim maupun non keagamaan. mengikut kegiatan syawalan di sekolah, menyembelih hewan kurban saat idul adha di sekolah. 123
Ada 4 siswa yang belum menunjukkan sikap sholat yang khusyuk.
Berikut ini bentuk pengkondisian di luar kelas berdasarkan hasil penelitian dilakukan, yaitu: a) Menyediakan Tempat Ibadah yang Nyaman Berdasarkan hasil observasi selama penelitian yang ada pada lampiran 5 hal 295. di SD Negeri Demakijo 1 terdapat satu ruang mushola dengan ukuran sekitar 5 m x 7 m yang setiap hari dalam kondisi yang bersih. Di dalam mushola terdapat tiga almari yang digunakan untuk meletakkan alat-alat ibadah seperti mukena, sajadah, peci, Al-Quran, iqra, dan tasbih. Di dalam ruang mushola juga dilengkapi dengan dua kipas angin. Di dekat mushola disediakan dua buah tempat wudhu yang berada di sebelah luar untuk siswa laki-laki dan tempat wudhu yang di sebelah dalam untuk siswa perempuan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa SD Negeri Demakijo 1 telah menyediakan tempat ibadah yang nyaman yaitu satu ruang mushola yang setiap hari dalam keadaan bersih. Selain itu, disediakan juga dua tempat wudhu untuk siswa putri yang berada di sebalah dalam dan untuk siswa laki-laki yang berada di sebelah luar. b) Menyediakan Alat Ibadah yang Layak Berdasarkan hasil observasi yang dapat dilihat pada lampiran 5 hal 295. di dalam mushola sekolah, disediakan alat ibadah seperti mukena, sarung, sajadah, dan peci dengan keadaan bersih dan wangi. Selain itu juga terdapat tasbih, iqra, dan Al-quran. Alat-alat ibadah tersebut masih layak dan tertata rapi di dalam almari. 124
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah telah menyediakan alat ibadah yang layak untuk digunakan siswa maupun guru saat melaksanakan ibadah di mushola. c) Memasang Tulisan Dinding yang Berisi Ajakan Mematuhi Perintah Agama Lingkungan kelas atau sekolah dikondisikan sedemikian rupa, sehingga dapat mendukung adanya internalisasi karakter religius pada siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru yang ada pada lampiran 2 hal 232 sekolah telah memajang tulisan-tulisan yang berisi ajakan mematuhi perintah agama di dinding luar kelas.
Namun menurut guru tulisan-tulisan tersebut
kondisinya sudah banyak yang rusak. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 dan 17 Januari 2017 bahwa tulisan ajakan mematuhi perintah agama tersebut dipajang di bagian dalam mushola dan dinding luar kelas. Tulisan yang ada di dalam mushola meliputi: 1) “Sebesar Keinsafanmu Sebesar itu Pula Keburuntunganmu”, 2) “Agama itu adalah Nasehat”, dan 3) “Agama Islam itu Tinggi dan Tidak Ada yang Melebihi”. Pajangan tulisan yang ada di dinidng luar kelas, yaitu: 1) “Awali Semua dengan Doa”. 2) “Cintailah Saudaramu seperti Mencintai Diri Sendiri”, 3) “Tangan di atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah”, dan 4) “Sayangi Saudaramu seperti Kamu Menyayangi Dirimu Sendiri.” Kondisi pajang tulisan tersebut sebenarnya belum rusak, hanya saja tulisannya sudah tidak terlalu jelas akan tetapi masih dapat dibaca. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah telah memajang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama di dinding luar kelas 125
dan dinding dalam mushola. Adapun tulisan yang ada di dalam mushola, yaitu: 1) Sebesar Keinsafanmu Sebesar Itu Pula Keburuntunganmu, 2) Agama Itu Adalah Nasehat, dan 3) Agama Islam Itu Tinggi Dan Tidak Ada Yang Melebihi. Sedangkan tulisan yang ada di dinding luar kelas, yaitu: 1) Awali Semua Dengan Doa, 2) Cintailah Saudaramu Seperti Mencintai Diri Sendiri, 3) Tangan Di Atas Lebih Baik Daripada Tangan Di Bawah, dan 4) Sayangi Saudaramu Seperti Kamu Menyayangi Dirimu Sendiri. d) Memajang Tulisan tentang Tata Cara Beribadah Dari hasil observasi yang dapat dilihat pada lampiran 5 hal 295 sekolah telah memajang tulisan tentang tata cara beribadah yang digantung di dinding dalam mushola. Tulisan tersebut meliputi: tulisan Asmaul Husna, Ilmu Tajwid, Jenis Bacaan Mad, dan Doa Sholat Dhuha. e) Memajang Pengumuman jika akan Memperingati Hari-Hari Besar Keagamaan Berdasarkan hasil observasi (lampiran 5. hal 295) di lingkungan sekolah disediakan satu buah papan pengumuman yang terbuat dari white board di dekat tempat parkir guru. Papan ini digunakan untuk menuliskan pengumumanpengumuman termasuk jika akan memperingati hari besar keagamaan yang akan diinformasikan kepada siswa dan wali murid. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bu Pri, sekolah memberikan pengumuman jika akan memperingati hari besar keagamaan. Berikut hasil wawancara dengan Bu Pri, “Iya diumumkan mbak, biasanya lewat surat edaran, kemudian lisan nanti saya yang mengumumkan, terus itu nanti biar wali murid tahu ditulis menggunakan papan pengumuman yang ada di depan itu.” (14 Maret 2017) 126
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sekolah memberikan pengumuan jika akan memperingati hari besar keagamaan melalui surat edaran, pengumuman lisan dari guru, serta menuliskan pengumuman di papan pengumuman. Berdasarkan uraian di atas merupakan contoh pengkondisian lingkungan yang di lakukan sekolah di luar kelas. Selain di luar kelas, bentuk pengkondisian lingkungan untuk mendukung internalisasi karakter religius juga dilakukan di dalam kelas oleh guru. Dari hasil wawancara dengan Bu Pri terkait bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas yaitu dengan memberikan keteladanan sikap serta di ruang kelasnya di bagian pojok depan kelas terdapat pojok perpus yang diisi dengan buku-buku agama. Berikut hasil wawancara dengan beliau, “Kelasnya itu, sementara ini belum ada dukungan tersendiri. Hanya mungkin keteladanan sikap saja mbak. Jadi berkata-kata yang halus atau yang tidak kasar. Apalagi yang sampai jorok atau saru katakanlah orang Jawa itu engga pernah, jadi setiap kali saya dengar itu pasti saya tegur anaknya. Paling cuman di situ aja. Jadi mengarahnya engga terlalu religius sih, tapi lebih kekepribadian. Selama ini di dalam kelas belum ada tempelan-tempelan tentang keagamaaan. Cuman ada buku-buku agama saja, itu kan di sana ada pojok buku nah itu pojok perpus istilahnya. Saya isi cerita-cerita ada juz amma di situ ada cerita tentang binatang, ada cerita bermacam-macam. Ada salah satunya tentang agama keteladanan sikap.” (10 Januari 2017) Berbeda dengan yang di sampaikan oleh Bu Pri, Bu Mu juga memberikan pendapat tekait bentuk pengkondisian lingkungan yaitu dengan cara membiasakan siswa untuk mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan. Berikut ini pendapat yang disampaikan Bu Mu. “Bentuk pengkondisian lingkungan kelas yang dilakukan yaitu membiasakan siswa mengingatkan temannya yang melakukan kesalahan, memberikan keteldanan sikap yang baik. Sedangkan bentuk pengkondisian 127
lingkungan sekolah yang dilakukan yaitu dengan memajang tulisan tentang ajakan mematuhi perintah agama.” (21 Januari 2017) Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasakan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi bentuk pengkondisian lingkungan yang ada dibagi menjadi dua yaitu bentuk pengkondisian di dalam kelas dan di luar kelas. Adapun bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas yaitu guru memberikan keteladanan sikap dan perilaku yang baik sehingga semua siswa di kelas dapat terkondisikan untuk mencontoh sikap dan perilaku guru. Selain itu, bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas dengan cara membiasakan siswa untuk mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan dan menyediakan pojok perpustakaan di dalam kelas yang diisi dengan buku-buku keagamaan. Sedangkan bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas yaitu dengan menyediakan tempat ibadah yang nyaman yaitu mushola yang setiap hari dalam keadaan bersih, menyediakan alat ibadah yang layak, memasang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama, memajang tulisan tentang tata cara beribadah, serta menyediakan satu buah papan pengumuman untuk menuliskan informasi kepada siswa atau wali murid termasuk jika akan memperingati hari besar keagamaan. c. Hambatan dalam Upaya Internalisasi melalui Strategi Pengembangan Diri Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak Adt pada tanggal 9 Januari 2017 dan Bu End pada tanggal 10 Januari 2017, menyatakan bahwa hambatan internalisasi karakter religius melalui program pengembangan diri adalah kurangnya dukungan dari orang tua dalam menginternalisasikan karkater 128
religius pada siswa. Jadi ketika di sekolah guru telah mengajarkan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan agama, sebaliknya di rumah orang tua tidak memberikan dukungan atau contoh sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama. Bu Mu selaku wali kelas III A, mengungkapkan bahwa hambatan dalam internalisasi karakter religius melalui pengembangan diri yang beliau temukan adalah belum terbiasanya anak, sehingga terkadang masih ditemukan siswa yang lupa ketika masuk kelas masih dengan kaki kiri. Berikut ini pendapat Bu Mu: “Belum terbiasa, jadi anak-anak itu. Sekali lagi mbak, ini kan kebiasaan di rumah mbak. Jadi masih ada satu dua anak yang lupa. Kalau masuk kaki kanan dengan bismillah, insyallah itu sedikit sekali anak yang lupa. Bahkan dalam seminggu itu paling satu dua kali. Itu anaknya satu ada dua aja, mungkin itu karena kan ada saya. Terus temen-temen anak itu sudah ngawasi kaki temennya. Jadi otomatis anak-anak itu kan terawasi. Jadi kan mesti ini kan lebih tertib, yang ini makan dan minum yang kadang sering lupa itu sih.” (21 Januari 2017) Berbeda dengan yang disampaikan oleh Bapak Adt, Ibu End, dan Bu Mu. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Pri, beliau mengungkapakan bahwa hambatan yang ditemukan dalam kegiatan pengembangan diri adalah kurangnya kesadaran akan kewajiban siswa dalam melaksanakan perintah agama sebab siswa masih tergolong kelas kecil yaitu kelas III. Berikut ini pendapat yang diungkapkan oleh Bu Pri tersebut, “Ya yang namanya anak-anak hambatannya ya kadang-kadang masih ingin bermain, masih ingin bergurau gitu. Jadi untuk ke tingkat serius memang tidak seperti yang kelas besar kalau saya. Karena kan saya kelas kecil, kalau kelas besar mungkin sudah ada pemahaman atau kesadaran kewajiban. Tapi kalau anak kecil itu mutenya beda. Kadang, suatu saat ada anteng sudah selesai mengikuti sesuai aturan kedisiplinan tapi suatu saat ya mungkin lagi ada sesuatu dia bikin ulah, kayak gitu.” (10 Januari 2017)
129
Sedangkan
berdasarkan
hasil
observasi
faktor
penghambat
dalam
pengembangan diri yaitu tingkat kesadaran siswa dalam bersikap dan bertindak yang sesuai dengan ajaran agama yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat masih ditemukan beberapa siswa yang masih mengucapkan kata-kata kotor, tidak mendengarkan ketika sedang diberi nasehat oleh guru, makan sambil berdiri dan dengan tangan kiri, dan ketika melaksanakan sholat berjamaah masih ramai sendiri. Hal tersebut didukung oleh hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 yaitu, Ram ketika di nasehati oleh Bu Mu masih belum patuh, justru tertawa sendiri dan masih mengulangi perbuatannya yang salah. Ketika waktu sholat dhuha masih banyak siswa yang belum khusyuk. Dan ketika sholat zuhur kondisi mushola terdengar sangat riuh karena siswa yang menunggu antrian sholat asik berbicara dengan temannya di luar. Selain itu, hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017, terdapat beberapa siswa yang masih mengucapkan kata-kata kotor walapun sudah diingatkan berulang kali oleh Bu Mu. Terlihat siswa belum dapat meletakkan mukena yang selesai digunakannya dengan rapi di almari dalam mushola. Dan hasil observasi pada tanggal 26 Januari 2017 saat istirahat berlangsung masih banyak ditemukan siswa yang makan sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri. Berdasakan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penghambat dalam kegiatan pengembangan diri adalah kurangnya kesadaran dalam diri siswa sendiri untuk menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehari-hari dan kurangnya dukungan orang tua serta pengaruh lingkungan sekitar siswa yang kurang baik. 130
d. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Strategi Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Berdasarkan data hasil penelitian upaya internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan dengan mencantumkan karakter religius dalam silabus, RPP dan ada dalam proses kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, dan awal). Adapun nilai religius yang dikembangkan melalui strategi ini adalah taat pada ajaran agama, kasih sayang, bersyukur, hemat dan rendah hati. Berikut ini disajikan gambar skema internalisasi karkater religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran tersebut. Berdoa Mencantumkan dalam silabus
Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran
Mencantumkan dalam RPP Ada dalam kegiatan pembelajaran: Pendahuluan, inti, penutup.
Kasih Sayang Bersyukur Sopan Santun Rendah Hati Jujur
Gambar 3. Strategi Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran dan Nilai yang Dikembangkan Dampak dari upaya yang guru lakukan dalam internalisasi karakter religius melalui strategi pengintegrasian dalam mata pelajaran membentuk sikap dan memunculkan perilaku siswa yang bermacam-macam. Berikut ini akan disajikan tabel terkait sikap dan perilaku siswa yang muncul berdasarkan hasil penelitan.
131
Tabel 9. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Nilai yang Upaya Sikap Siswa Perilaku Siswa dikembangkan Pengintegrasisan Berdoa 4 siswa mau Semua siswa dalam kegiatan: mengucapakan mengucapkan a) pendahuluan alhamdulliah karena itu alhamdulliah ketika b) inti perintah Allah dan ditanya kabar oleh c) penutup mereka lakukan dengan guru. tidak terpaksa. Sopan Santun 4 siswa mau Semua siswa mengucpakan salam mngucapkan salam sebagai pemberian diawal jam pelajaran penghormatan pada guru. pertama pada guru. Kasih sayang 4 siswa tidak terpaksa Ada 2 siswa yang mendoakan temannya segera yang tidak masuk menengadahkan sekolah karena ingin tangannya untuk temannya cepat sembuh. mendoakan temannya yang tidak masuk sekolah karena sakit. Bersyukur 4 siswa mau menysukuri Tidak tampak siswa sumber energi yang mensyukuri sumber diciptakan oleh Tuhan energi yang karena sadar bahwa diciptakan Tuhan. anugerah Tuhan harus disyukuri. Hemat 4 siswa setuju untuk Siswa mematikan menghemat energi. kipas angin dan lampu yang ada di dalam kelas ketika sudah tidak pakai. Rendah Hati 4 siswa tidak senang Ada 3 orang siswa mengejek pekerjaan yang memuji orang tua temannya, pekerjaan orang tua karena mereka tahu itu temannya. dosa dan kasihan jika temannya diejek. Jujur 3 siswa sadar Ada 5 siswa yang mengerjakan soal mengerjakan soal evaluasi dengan jujur. evaluasi sendiri. Berikut ini akan diuraiakan hasil penelitian tentang internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran. 132
1) Karakter Religius Tertulis dalam Silabus Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (lampiran 2. hal 232) karakter religius dicantumkan oleh guru di dalam silabus pembelajaran. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak Adt terkait pertanyaan apakah dalam membuat silabus dan RPP bapak/ibu guru sudah memuat karakter religius? Beliau memberikan jawabannya, “Ada beberapa materi ya... beberapa mata pelajaran yang turut mengimplementasikan hal tersebut. Mungkin seperti pada PKN, terus juga Bahasa Indonesia. Porsinya yang lebih banyak itu sih...” (9 Januari 2017) Menurut Bapak Adt mata pelajaran PKN dan Bahasa Indonesia mempunyai porsi yang lebih banyak dalam pengintergrasian karakter religius. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bapak Adt, Ibu Pri menyatakan bahwa dalam silabus dan RPP sudah mencantumkan karakter religius akan tetapi tidak terlalu banyak. Bahkan selama proses pembelajaran Bu Pri menemukan beberapa hambatan dalam menyampaikan karakter religius jika dikaitkan dengan materi pelajaran. Sebab di kelas Bu Pri yaitu kelas III B tidak semua siswanya beragama islam. Karakter religius yang tercantum di dalam silabus dan RPP juga didukung dari hasil dokumentasi yang diperoleh peneliti selama penelitian. Berdasarkan hasil dokumentasi pada lampiran 12. hal 379 yaitu silabus pembelajaran, karakter religius dicantumkan pada sub judul nilai budaya dan karakter bangsa. Dalam setiap mata pelajaran telah dicantumkan karakter religius di dalamnya. Bahkan dalam satu mata pelajaran ada beberapa karakter bangsa yang ikut dicantumkan tidak hanya karakter religius saja. Silabus yang guru
133
gunakan berasal dari pemerintah sehingga guru tinggal mengembangkan silabus ke dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru melakukan internalisasi karakter religius melalui mata pelajaran dengan mencantumkannya di dalam silabus pembelajaran. Pada setiap mata pelajaran telah tertuliskan karakter religius di dalamnya. Selain karakter religius, guru juga mencantumkan beberapa karakter bangsa yang ikut dituliskan dalam silabus pembelajaran. 2) Karakter Religius Tertulis dalam RPP Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (lampiran 2. hal 232) sebagaimana yang telah ditampilkan pada uraian hasil penelitian di atas guru telah mencantumkan karkater religius di dalam RPP. Berdasarkan hasil dokumentasi RPP (lampiran 13. hal 386) yang diperoleh peneliti saat penelitian, karakter religius sudah dicantumkan di dalam RPP yaitu pada point D pendidikan budaya dan karakter bangsa. Di dalam RPP pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dicantumkan tidak hanya karakter religius saja akan tetapi terdapat pula karakter yang lain seperti kreatif, kerja keras, bersahabat, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan dan masih banya yang lainnya. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa karakter religius sudah guru cantumkan di dalam RPP melalui pendidikan budaya dan karkater bangsa. Selain karakter religius, guru juga mencantumkan beberapa karakter bangsa yang lainnya.
134
3) Karakter Religius ada dalam Kegiatan Pendahuluan Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Pri pada tanggal 10 Januari 2017 terkait bagaimana bapak/ibu guru dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa selama proses pembelajaran? Bu Pri menyatakan: “Cara guru menginternalisasikan karakter religius selama proses pembelajaran yaitu dengan mengaitkannya dengan materi pelajaran, dan mata pelajaran yang banyak mengimplementasikan karakter religius tersebut adalah PKn. “(10 Januari 2017) Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Mu, bahwa selama proses pembelajaran karakter religius dikaitkan dengan kompetensi-kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Berikut ini pendapat yang diberikan Bu Mu, “Banyak sekali ya mbak, selama proses pembelajaran itu kebetulan kompetensi-kompetensi dasarnya itu bisa kita kaitkan. Apa saja, cuman kalau matematika itu agak sulit ya. Kita kaitkan dengan internalisasi agama. Jadi kalau saya eksidental saja sih mbak. Misalnya, kemarin materi energi ketemu sama matahari jadi seperti itu. Jadi pokoknya secara insidental itu sebisa mungkin materi-materi dalam pembelajaran itu kita kaitakan dengan nilai religius itu. Itu pasti ada banyak sekali. Jadi tidak harus semua pelajaran tidak, karena memang ada pelajaran-pelajaran yang memang agak susah dikaitkan. Yang paling banyak itu biasanya IPA, kemudian PKn banyak sekali agama jelas. Kalau matematika agak sulit, apalagi urusannya kalau pecahan. Tapi ya bisa juga sih, kayak kemarin sholat kan bisa juga.” (21 Januari 2017) Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil observasi selama proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti di dalam kelas III A. Berikut ini hasil observasi selama proses kegiatan pembelajaran pada kegiatan pendahuluan. Berdasakan hasil observasi pada kegiatan pendahulan pada tanggal 19 Januari 2017 yaitu Pukul 07.15 WIB pelajaran IPA dimulai, pada kegiatan pendahuluan Bu Mu menanyakan kabar siswa, “Bagaimana kabarnya hari ini?”. Siswa menjawab dengan serempak, “Alhamdulillah, baik bu.” Bu Mu melakukan 135
apersepsi dengan meminta siswa melihat keluar jendela kelas dan memandang langit, “Bagaimana kondisi langitnya anak-anak?”. Siswa menjawab, “Cerah bu, sedikit mendung.” Bu Mu menanggapi jawaban siswa, “Terang ya, kira-kira kenapa langitnya bisa terang? karena ada sinar matahari. Nah matahari itu merupakan salah satu dari sumber energi. Kira-kira matahari itu penting tidak?”. Siswa menjawab, “Penting bu.”. Bu Mu menanggapi, “Ya penting sebab tanpa matahari bisa tidak ada kehidupan di bumi ini. Tumbuhan membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis, manusia butuh sinar matahari untuk menjemur pakaian. Coba ada lagi, temannya matahari apa ya?” siswa antusias menjawab pertanyaan Bu Mu. Bu Mu meluruskan jawaban siswa, “Temannya matahari yang juga merupakan sumber energi adalah udara, angin. Kalau angin itu adalah udara yang bergerak.” Bu Mu menasehati siswa kembali, bahwa kita harus bersyukur atas apa yang telah Allah berikan contohnya tadi adalah matahari dan udara. Bu Mu memberi contoh, “Orang yang sakit di rumah sakit itu anak-anak kadang untuk bernafas saja harus beli oksigen yang harganya mahal.” Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 23 Januari 2017, pada pukul 11.00 WIB bel tanda masuk kelas berbunyi, pelajaran dilanjutkan dengan Pendidikan Agama. Bu End membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa bersama-sama membaca basmallah. Pada kegiatan pendahuluan Bu End bertanya pada siswa siapa yang tidak berangkat, Na menjawab “Pu dan Az bu, soalnya sakit.” Kemudian Bu End mengatakan, “Kalian punya tugas lo... yaitu mendoakannnya.” Lalu Na ditempat duduknya berdoa, “Ya Allah semoga Pu dan Az cepat sembuh.” Disetiap kegiatan pendahuluan jika ada siswa yang izin tidak 136
berangkat karena sakit guru akan mengajak siswa untuk mendoakan temannya tersebut supaya dapat segera sembuh. Selanjutnya karakter religius dapat dilihat pada kegiatan pendahuluan pada hasil observasi pada tanggal 25 Januari 2017 pukul 07.05 WIB pelajaran pertama yaitu Bahasa Indonesia dimulai. Pada kegiatan awal pembelajaran Bu Mu menyapa Az dan Pu yang sudah kembali masuk sekolah. Kemudian Bu Mu mengajak siswa untuk bersyukur dengan mengucapakan alhamdulilah. Ism menunjukkan pada Bu Mu bahwa tulisan hari “Rabu” yang ada di papan tulis salah. Kemudian oleh Bu Mu petugas piket yaitu Vau diminta untuk membetulkannya. Bu Mu juga menegur Ism yang salah memasang taplak meja karena terbalik, kemudian oleh Ism dibetulkannya. Selanjutnya Bu Mu menanyakan kabar siswa, “Apa kabar kalian hari ini anak-anak?” Siswa menjawab, “Alhamdulilah, baik bu.”. Di kelas Bu Mu mengingatkan Ham untuk beristighfar ketika melakukan kesalahan. Bu Mu bertanya pada siswa tentang pelajaran yang telah lalu yaitu tentang membuat kalimat tanya. Hari ini siswa akan belajar tentang mengajukan pertanyaan berdasarkan isi bacaan. Pukul 07.40 WIB pelajaran dilanjutkan dengan Pendidikan Agama. Bu End membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Terlihat Ki tidak menjawab salam dari Bu End karena ia justru melamun, kemudian oleh Bu End ditegurnya. Bu End menasehati siswa dengan berkata, “Mengucapkan salam terlebih dahulu itu pahalanya lebih besar anak-anak, dibandingkan dengan menjawab salam. Jika diumpamakan mengucapkan salam pahalanya dua dan menjawab salam satu.” Bu End membuka pelajaran dengan mengajak siswa membaca basmallah. Setelah itu 137
Bu End menanyankan kabar siswa, “Bagaimana kabarnya hari ini anak-anak?” Siswa menjawab, “Alhamdulliah, tetap semangat, Allahhu akbar.” Pukul 10.10 WIB pelajaran dilanjutkan dengan pelajaran PKn. Bu Mu meminta siswa yang piket hari ini untuk membagikan buku tulis PKn. Bu Mu memperingatkan Ev dan Ki untuk bicara yang sopan. Bu Mu menegur Ism, Zi dan Ev yang asik bermain sendiri di dalam kelas. Bu Mu berkata bahwa masih ada beberapa siswa yang melapor ke Bu Mu kalau ada anak yang mengucapkan katakata tidak sopan, sikapnya tidak sopan, bahkan menghina. Bu Mu melakukan apersepsi yang isinya supaya harga dirinya tinggi maka perlu ada usahanya. Bu Mu menerangkan bahwa harga diri terbentuk dari ucapan, sikap, dan perilaku. Bu Mu mengatakan, “Allah menciptakan mata, tangan itu untuk berbuat kebaikan dan untuk beribadah. Jangan menggunkan tangan, kaki untuk menyakiti temannya.” Bu Mu mengajak siswa untuk dapat mengontrol diri sendiri. Mengingatkan temannya jika berbuat salah. Bu Mu kembali berkata,”Jika setiap orang tidak peduli dengan harga dirinya masing-masing, maka dunia ini akan rusak. Kita beda dengan hewan, manusia punya akal dan budi sedangkan hewan tidak punya.” Hasil observasi pada tanggal 26 Januari 2017 yaitu pada pukul 07.15 WIB Bu Mu membuka pelajaran IPA dengan mengucapkan salam “Assalammualaikum wr. wrb.” Bu Mu melakukan presensi kehadiran siswa dengan bertanya, “Siapa yang tidak masuk?”. Siswa menjawab, “Ikhwan Bu, kemarin hujan-hujanan.” Bu Mu bertanya kabar pada siswa, “Apa kabar kalian hari ini?” Siswa menjawab, “Alhamdullilah, baik bu.” Kemudian Bu Mu bertanya pada siswa kembali, “Siapa yang tadi sholat subuh?” Beberapa siswa mengangkat tangan, “Yang lain kenapa 138
tidak sholat? Kenapa bangun kesiangan? Kalian kan bisa meminta tolong pada orang tua kalian untuk membangunkan kalian. Mati listrik dan gelap bukan alasan ya anak-anak. Jika kalian tahu, dahulu Nabi Muhammad itu sholat juga dalam keadaan gelap.” Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan pendahuluan guru sudah memasukkan karkater religius di dalamnya. Adapun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pemberian salam : di setiap awal pelajaran guru selalu mengucapkan salam. Bu End memberi nasehat pada siswa bahwa mengucapkan salam itu pahalanya lebih besar daripada menjawab salam. 2. Mengajak siswa berdoa: berdoa doa sebelum belajar beserta artinya pada jam pertama pelajaran. Di setiap awal pergantian jam pelajaran guru mengajak siswa membaca basmallah. 3. Menanyakan kabar : mengajak siswa untuk mengungkapkan syukur atas keadaannya dengan mengucapkan Alhamdullilah. 4. Melakukan presensi: guru mengajak siswa untuk ikut mendoakan siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit, agar cepat sembuh. 5. Memberikan motivasi : guru memberi nasehat pada siswa bahwa ulang tahun itu yang penting adalah ungkapan syukur atas umur yang panjang, bukan perayaannya. Mengingatkan siswa saat istirahat untuk makan dan minum sambil duduk dan dengan tangan kanan. Bertanya pada siswa siapakah yang sudah melaksanakan sholat subuh. Menceritakan kisah pendek para Nabi, supaya siswa dapat termotivasi meneladani sikap dan perilaku para Nabi. 139
6. Melakukan apersepsi : pada pelajaran IPA, guru mengajak siswa untuk menysukuri berbagai jenis energi yang telah Allah berikan. Pada pelajaran PKn, supaya harga diri tinggi maka harus menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang baik. 4) Karakter Religius ada dalam Kegiatan Inti Selanjutnya, pada kegiatan inti guru mengaitkan karakter religius ke dalam materi pembelajaran. Berikut ini hasil observasi internalisasi karakter religius yang diintegrasikan dalam mata pelajaran melalui kegiatan inti. a) Mata Pelajaran PKn Hasil observasi pada tanggal 18 Januari 2017, materi pembelajaran PKn hari ini adalah harga diri. Pada kegiatan inti, guru pertama kali menceritakan dua buah cerita pada siswa. Cerita pertama berlokasi di lingkungan rumah yang isinya mengajarkan siswa untuk tidak sombong dan pandai dalam bersyukur. Karena orang yang pandai bersyukur adalah orang yang memiliki harga diri yang tinggi. Cerita yang kedua berlokasi di sekolah yang isinya bahwa siswa itu harus belajar berusaha keras dengan saling mengingatkan dalam kebaikan, saling tolongmenolong dalam kebaikan. Selanjutnya guru memberi tugas pada siswa untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan dirinya. Bu Mu mengatakan bahwa, “Tidak mungkin mahkluk Allah itu sempurna, pasti punya kekurangan.” Ketika melihat siswa yang tidak menundukkan kepala saat berdoa, Bu Mu mengingatkan siswa tersebut dengan berkata “Anak-anak mbok ya kalau kalian berdoa itu kepalanya ditundukkan karena mengingat Allah. Supaya harga diri kalian itu tinggi dimata Allah.” 140
b) Mata Pelajaran IPS Hasil observasi pada tanggal 19 Januari 2017, ketika pelajaran IPS dengan materi tentang jenis-jenis pekerjaan siswa diminta untuk menyebutkan pekerjaan orang tuanya. Bu Mu mengajak siswa untuk mensyukuri setiap pekerjaan orang tuanya, “Anak-anak kalian harus bersyukur pada setiap pekerjaan orang tua kalian. Dan tidak boleh sombong karena pekerjaan orang tuamu mempunyai pangkat yang tinggi. Akan tetapi, kalian juga tidak perlu malu jika orang tuanya, maaf... hanya tukang cuci atau asisten rumah tangga. Yang penting pekerjaannya halal dan barokah.” c) Mata Pelajaran IPA Berdasarkan hasil observasi pada tangal 21 Januari 2017 ketika pelajaran IPA dengan materi tentang cara menghemat energi. Pada kegiatan inti Bu Mu menjelaskan tentang kebijakan pemerintah dalam meningkatkan tarif listrik untuk daya 900 Volt ke atas, yang mulai maret pelan-pelan akan dihilangkan. Bu Mu menjelaskan bahwa keluarga yang daya listriknya 900 Volt ke atas merupakan keluarga yang berkecukupan dalam segi materi. Sehingga begitu pentingnya anakanak dalam menghemat listrik supaya waktu membayar tidak banyak dan dapat berhemat. Ketika Bu Mu menerangkan anak-anak mendengarkannya dengan sangat antusias sekali. Kemudian anak-anak diminta menyebutkan kegiatan sehari-hari yang menggunakan listrik. Siswa menjawab dengan antusias. Bu Mu memberikan nasehat, “Orang yang boros katanya temannya setan. Bahkan rasullullah pernah wudhu hanya dengan segayung air.” Bu Mu mengingatkan siswa kembali, jika saat sholat dhuha pernah melihat ada anak yang tidak mematikan kran air yang masih menetes sendiri. Oleh karena itu Bu Mu 141
menekankan kembali pada siswa untuk bersyukur atas rezeki air yang telah Allah berikan. Dan juga untuk selalu menjaga lingkungan sekitar, supaya tetap hijau. Kemudian Bu Mu bertanya pada siswa bagaimana cara menghemat air. Siswa menjawab dengan antusias. Bu Mu kembali bertanya pada siswa, “Anak-anak siapa yang pernah mususi beras atau mencucui beras?” Bu Mu menjelaskan kepada siswa supaya menggunakan air bekas cucian beras untuk menyirami tanaman, dan air bekas cucian pakaian untuk menyirami halaman saat musim kemarau. d) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Pada tanggal 18 Januari 2017, pelajaran Pendidikan Agama Islam dilanjutkan dengan materi tata cara membaca surat Al-Lahab dengan cara yang benar. Pada kegiatan inti Bu Endi meminta salah satu siswa untuk maju menuliskan huruf latin dari ayat kedua suarat Al-Lahab. Kali ini Bu End menunjuk Na untuk maju menuliskan jawabannya di papan tulis. Setelah Na selesai menuliskan jawaban Bu End mengoreksinya. Bu End menyatakan jika jawaban Na sudah hampir benar hanya saja masih ada yang sedikit yang harus dibetulkan. Dan Bu End menilai jawaban Na 75, Bu End pun membetulkan jawaban Na yang salah tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada beberapa mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian karakter religius dalam kegiatan inti ada pada mata pelajaran PKn, IPS, IPA, dan Pendidikan Agama Islam. Bentuk pengintegrasian yaitu ketika menyampaikan materi guru menyisipkan pesan-pesan moral yang bernuansa religius ke dalam 142
pokok bahasan. Selain itu, guru juga mengaitkan materi pelajaran dengan kegiatan-kegiatan religius siswa yang dilakukannya dikehidupan sehari-hari. Contoh pengintegrasian dalam setiap mata pelajaran, yaitu: 1) PKn, dengan mengaitkan materi harga diri dengan sikap yang baik saat berdoa. Guru memberi pesan supaya harga diri siswa tinggi dimata Allah, maka siswa harus menundukkan kepala ketika berdoa, 2) IPS, dengan mengaitkan materi jenis-jenis pekerjaan dengan rasa syukur atas pekerjaan orang tuanya, 3) IPA, dengan mengaitkan materi sumber energi dengan rasa bersyukur atas penciptaan sumber energi oleh Allah. Mengaitkan materi cara menghemat energi dengan sikap hemat menggunkan air sebagaimana rasullah hanya wudhu dengan segayung air, dan 4) Pendidikan Agama Islam, dengan mengaitkan materi tata cara membaca dan menulis surat Al-Quran dengan membaca dan menulis surat Al-Lahab. 5) Karakter Religius ada dalam Kegiatan Penutup Adapun pada kegiatan penutup guru akan memberikan soal evaluasi dan selalu mengingatkan siswa untuk mengerjakannya dengan jujur, disetiap akhir pergantian
jam
pelajaran
guru
mengajak
siswa
membaca
hamdallah,
mengucapkan salam, memberi motivasi dengan memberi nasehat agar rajin sholat lima waktu, memotong kuku pada hari Jumat, membantu orang tua. Sebelum pulang sekolah siswa dibiasakan membaca doa agar diberi petunjuk yang baik dan buruk dan doa penutup majelis.
143
e. Hambatan dalam Upaya Internalisasi melalui Strategi Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Pak Adt, beliau mengungkapkan bahwa hambatan ketika menginternalisasikan karakter religiius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran, yaitu: “Waktu yang kurang, karena kebetulan ini rombongan kelasnya agak lumayan besar. Jadi waktu yang diperlukan itu agak sedikit berkurang. Karena nanti juga ada kegiatan-kegiatan lain setelah sekolah. Jadi kadang mau menelateni itu jadi kekurangan waktu.” (9 Januari 2017) Kemudian selain waktu yang kurang adalah perlu kehatian-hatian guru dalam menyampaikan, karena adanya perbedaan agama dalam satu kelas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bu Pri, yaitu: “Ya sebeneranya engga ada hambatan, cuman saya harus hati-hati dalam menyampaikan karena agamanya beda. Jadi kalau misalkan saya pas membahas tentang topik agama tapi saya tetap berpusat bahwa di Indonesia itu kan agama yang diakui sekian, karena agama itu beda-beda kita tidak boleh saling mengejek, saling menghina, saling melecehkan kita engga boleh. Tetap harus saling berdampingan menghormati. Sehingga semua berjalan dengan baik. Ya itu jadi engga ada rintangan yang, apalagi kan anak-anak kan belum se anu orang dewasa mbak.....” (10 Januari 2017) Hambatan lainnya adalah faktor dorongan orang tua yang kurang. Hal ini didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh Bu End: “Saya kira kalau hambatan itu apa ya mbak, tinggal dari anake mbak. Saya kira hambatan itu tidak begitu nganu mbak, ya hambatan itu tadi kita kurang dorongan dari orang tua dari rumah kurang, iya kembali ke orang tua lagi kurang dorongannya.” (10 Januari 2017) Sedangkan berdasarkan hasil observasi (lampiran 6. hal 326) hambatan yang ditemukan guru dalam mengintegrasikan karakter religius dalam mata pelajaran yaitu guru terlihat masih kesulitan dalam mengintergrasikan karakter religius dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Jawa, dan Penjaskes. 144
Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi faktor yang menjadi penghambat internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu kurangnya waktu untuk mengadakan kegiatan keagamaan di sekolah, dorongan dan dukungan orang tua yang rendah, adanya perbedaan agama dalam satu kelas menuntut guru untuk berhati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran, dan terlihat dalam mata pelajaran matematika, Bahasa Jawa, dan penjaskes karakter religius belum terintegrasikan dalam mata pelajaran tersebut. f. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Strategi Budaya Sekolah Berdasarkan data hasil penelitian upaya internalisasi karakter religius melalui strataegi budaya sekolah dilakukan dengan memuatkan karakter religius dalam aturan sekolah yang berwujud tata krama siswa, mengadakan kegiatan religius di dalam kelas, mengadakan kegiatan religius di sekolah, dan mengikuti kegiatan religius di luar sekolah yang berupa ekstrakulikuler TPA dan mengikuti lomba keagaamaan di luar sekolah. Adapun nilai religius yang dikembangan melalui strategi ini adalah taat aturan dan taat ajaran agama. Berikut ini disajikan gambar skema upaya internalisasi karakter religius melalui strategi budaya Tata Krama Siswa
sekolah. Budaya Sekolah
Taat Aturan
Kegiatan di kelas Kegiatan di Sekolah
Ibadah
Kegiatan di Luar Sekolah Gambar 4. Strategi Budaya Sekolah dan Nilai yang Dikembangkan 145
Dampak dari upaya yang guru lakukan dalam internalisasi karakter religius melalui strategi budaya sekolah membentuk sikap dan memunculkan perilaku siswa yang bermacam-macam. Berikut ini akan disajikan tabel terkait sikap dan perilaku siswa yang muncul berdasarkan hasil penelitan. Tabel 10. Upaya, Sikap, dan Perilaku Siswa melalui Strategi Budaya Sekolah No. Nilai yang Upaya Sikap Siswa Perilaku Siswa dikembangkan 1. Karakter Taat aturan 4 siswa mau mematuhi Siswa mematuhi tata religius ada tata krama siswa. krama siswa. dalam tata krama siswa. 2. Karakter Ibadah 4 siswa senang Ada 1 siswa yang religius ada mengikuti kegiatan menuliskan namanya dalam kegiatan keagamaan yang rutin dipapan tulis karena di kelas diadakan oleh guru di tidak mengerjakan kelas. PR. 3. Karakter Ibadah 4 siswa senang Semua siswa religius ada mengikuti kegiatan mengikuti peringatan dalam kegiatan keagamaan yang rutin hari besar keagamaan di sekolah diadakan sekolah. yang di adakan sekolah. 4. Karakter Ibadah 4 siswa senang Ada 4 orang siswa religius ada mengikuti yang ramai sendiri dalam kegiatan ekstrakulikuler BTA di saat TPA. di luar sekolah sekolah.
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah tersebut. 1) Karakter Religius Tertulis dalam Aturan Sekolah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (lampiran 2. hal 232) aturan sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa meliputi aturan untuk melaksanaan sholat berjamaah, tadarus setiap hari Jumat, sholat dhuha, berdoa sebelum belajar, bagi siswa perempuan yang beragama
146
muslim setiap hari Rabu dan Kamis diwajibkan menggunkan jilbab, serta aturan yang tercantum dalam tata krama siswa. Berikut ini isi dari Tata Krama Siswa. A. ETIKA/ SOPAN SANTUN DALAM PERGAULAN Dalam pergaulan sehari-hari di sekolah siswa hendaknya: 1. Mengucapkan salam antar siswa maupun kepada kepala sekolah, guru dan karyawan saat bertemu maupun akan berpisah. 2. Saling menghormati dan menghargai sesama siswa di dalam maupun di luar sekolah. 3. Saling menghargai dan menghormati terhadap perpbedaan pendapat maupun agama serta perbedaan latar belakang sosial. 4. Berani menyampaikan sesuatu yang benar atau salah secara sopan. 5. Berani mengakui kesalahan dan meminta maaf apabila melanggar hak-hak orang lain. 6. Senantiasa menggunakan bahasa yang sopan terhadap orang yang lebih tua maupun sesama siswa. B. KEGIATAN KEAGAMAAN 1. Berdoa sebelum pelajaran dimulai pada jam pertama dan jam terakhir saat hendak pulang. 2. Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan sekolah sesuai dengan keagamaan dan kepercayaan yang dianut. 3. Menjenguk dan mendoakan teman, guru, karyawan maupun kepala sekolah apabila ada yang sedang sakit. 4. Menegur atau mencegah teman yang melanggar norma/ aturan yang berlaku. C. KEBERSIHAN DAN KEDISIPLINAN 1. Setiap kelas membentuk team piket secara bergiliran. 2. Team piket kelas bertugas: a. Membersihkan lantai, dinding, kaca jendela, meja siswa dan guru. b. Mempersiapkan perlengkapan kelas (kapur, penghapus, penggaris, dll.) c. Mengisi papan absensi kelas sesuai dengan keadaan saat itu. d. Melaporkan kepada guru piket atau kepala sekolah apabila ada pelanggaran yang berhubungan dengan kebersihan dan ketertiban kelas. e. Bertanggung jawab atas kebersihan kelas dan lingkungannya. 3. Membiasakan kebersihan toliet dan halaman sekolah. 4. Membiasakan budaya antri pada kegiatan yang berlangsung bersamasama. 5. Menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan ketentuan. 6. Ikut menjaga ketenangan belajar baik di kelas, perpustakaan, laboratorium maupun di lingkungan sekolah. 7. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya. 8. Menaati jadwal kegiatan sekolah.
147
Di dalam tata krama siswa di atas jelas bahwa terdapat aturan yang mewajibkan siswa untuk dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan karakter religius dalam kehidupan sehari-harinya di lingkungan sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aturan sekolah yang mencerimkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa yaitu aturan yang mengatur tentang pelaksanaan sholat berjamaah, tadarus setiap hari Jumat, sholat dhuha, berdoa sebelum belajar, bagi siswa perempuan yang beragama muslim setiap hari Rabu dan Kamis diwajibkan menggunkan jilbab, serta aturan yang tercantum dalam tata krama siswa SD Negeri Demakijo 1. 2) Karakter Religius dilaksanakan dalam Kegiatan di Kelas Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (lampiran 2 hal 232) terkait budaya kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa yaitu puasa sunnah, mengucapakan salam, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Saat berdoa siswa yang beragama islam mengucapkan doa sebelum belajar beserta artinya dengan menyuarakan suaranya. Sedangkan yang beragama non muslim menundukkan kepala dan berdoa sesuai dengan agamanya. Hasil wawancara di atas didukung oleh hasil observasi pada pengamatan I sampai pengamatan XI (lampiran 7 hal 337). Dari hasil observasi budaya kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa yaitu pembiasaan berbaris di depan kelas dengan dipimpin oleh salah satu siswa yang mendapat giliran sebelum masuk kelas, mempersilahkan siswa perempuan terlebih dahulu yang masuk kelas, masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu dan mengucapkan basmallah sambil bersalaman dengan guru dan mengucapkan 148
salam, membiasakan anak berdoa doa sebelum belajar beserta artinya di awal jam pelajaran pertama, membiasakan anak berdoa doa agar diberi petunjuk yang baik dan doa penutup majelis sebelum pulang sekolah, ketika pulang sekolah keluar kelas sambil bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam dan keluar dengan kaki kiri, setiap awal pergantian jam pelajaran membaca basmallah dan mengucapkan hamdallah disetiap akhir pergantian jam pelajaran, melakukan pemeriksaan kuku oleh siswa, bagi siswa yang ramai/ tidak mengerjakan tugas/ tidak mengerjakan PR menuliskan namanya di papan tulis, dan siswa mengucapkan istighfar jika melakukan kesalahan. Berdasakan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat diambil kesimpulan tentang internalisasi karkater religius di kelas melalui pembiasaan berbaris di depan kelas sebelum masuk kelas dengan dipimpin oleh salah satu siswa yang mendapat giliran, mempersilahkan siswa perempuan terlebih dahulu yang masuk kelas, masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu dan mengucapkan basmallah sambil bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam, membiasakan anak berdoa doa sebelum belajar beserta artinya di awal jam pelajaran pertama, membiasakan anak berdoa doa agar diberi petunjuk yang baik dan doa penutup majelis sebelum pulang sekolah, ketika pulang sekolah keluar kelas sambil bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam dan keluar dengan kaki kiri, setiap awal pergantian jam pelajaran membaca basmallah dan mengucapkan hamdallah disetiap akhir pergantian jam pelajaran, melakukan pemeriksaan kuku oleh siswa, bagi siswa yang ramai/ tidak mengerjakan tugas/
149
tidak mengerjakan PR menuliskan namanya di papan tulis, dan siswa mengucapkan istighfar jika melakukan kesalahan. 3) Karakter Religius dilaksanakan dalam Kegiatan di Sekolah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (lampiran 2. hal 232) adapun budaya sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu saat bulan ramadhan diadakan kegiatan buka bersama, pesantren kilat tarawih, pengisian buku kegiatan ramadhan, siswa yang beragama islam wajib mengenakan baju muslim selama bulan Ramadhan, dan berzakat fitrah. Adanya kegiatan syawalan antara siswa, guru, dan karyawan sekolah saat hari Raya Idul Fitri. Saat Idul Adha dilakukan penyembelihan hewan kurban. Dan diadakannya pengajian untuk memperingati Maulid Nabi. Selain itu, pembiasaan sholat dhuha secara bergiliran. Setiap hari ada dua kelas yang melaksanakan ibadah sholat dhuha, sholat zuhur berjamaah untuk kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, berjabat tangan dengan bapak/ibu guru setiba di sekolah sambil mengucapkan salam, ketika pulang sekolah bersalaman dengan bapak/ibu guru yang ada di kantor guru, pembiasaan kebersihan, saling meminta maaf dan memaafakan jika salah. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa budaya sekolah yang mencerminkan adanya kegiatan religius di sekolah yaitu adanya peringatan hari besar keagamaan dengan melakukan beberapa kegiatan seperti pengajian. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 7. hal 337) budaya sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius nampak terlihat dari kegiatan sapa pagi. Pada kegiatan sapa pagi siswa bersalaman dengan bapak ibu guru sambil mengucapkan salam. Kemudian pelaksanaan ibadah sholat dhuha bagi 150
semua kelas sesuai dengan jadwal yang ditentukan, pelaksanaan ibadah sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, dan pelaksanaan kegiatan tadarus setiap hari Jumat pagi. Budaya sekolah yang mencerminkan adanya karakter religius juga terlihat saat interaksi antara guru dengan siswa. Sebagaimana hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2017 Saat upacara bendera Pak Ju selaku pembina upacara memberikan amanat upacara yang isinya diantaranya: 1) para siswa harus bersyukur karena masih diberikan kesempatan hidup oleh Allah SWT sampai saat ini. Karena banyak anak yang diusia mereka saat ini yang sudah meninggal, entah karena sakit ataupun kecelakaan, 2) siswa harus pandai berinstropeksi diri, dan 3) memperbanyak ilmu sebab ada sebuah ayat yang mengatakan “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang pada diri mereka.”. Selain yang telah disebutkan di atas, budaya sekolah yang mencerminkan adanya karakter religius yaitu pemberian motivasi yang berisikan siraman rohani dan doa bagi siswa kelas VI sebelum melaksanakan ujian nasional. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu terkait hal tersebut, “Pemberian motivasi itu dilakukan setiap mau ujian sekolah menjelang, semester dua lah itu pasti ada. Nanti itu sekitar dua atau empat kali kalau engga. Itu nanti biasanya mengundang narasumber dari luar itu, terus nanti doa bersama. Nanti pas saat doa bersama nanti yang muslim dengan Bapak Jumadi, yang bukan muslim dengan Bu Yuni. Itu nanti baisanya di bawah di kelas. Itu ada juga mbak pesantren kilat ada mbak setiap tahun pas ramdhan. Itu satu malam, ya itu nanti kerjasama dengan pondok pesantren nanti ada penyelenggaranya. Itu yang ikut kelas V kalau engga ya kelas VI.” (21 Januari 2017)
151
Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan budaya sekolah yang mencerminkan adanya karakter religius yaitu membiasakan siswa berpakaian rapi, membiasakan siswa bersalaman sambil mengucapkan salam saat tiba di sekolah, pelaksanaan ibadah sholat dhuha bagi semua kelas sesuai dengan jadwal yang ditentukan, pelaksanaan ibadah sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, dan pelaksanaan kegiatan tadarus setiap hari Jumat pagi, melakukan kegiatan selama bulan ramadhan seperti: buka bersama, pesantren kilat, pengisian buku kegiatan ramadhan, zakat fitrah, dan syawalan pada hari raya Idul Fitri, memperingati Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban, mengadakan pengajian waktu memperingati Maulid Nabi. 4) Karakter Religius dilaksanakan dalam Kegiatan di Luar Sekolah Berdasarkan hasil observasi dengan guru (lampiran 7. hal 337) terkait budaya luar sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter relligius pada siswa meliputi esktrakulikuler TPA atau BTA untuk kelas rendah yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal, dan lomba MTQ yang diikuti setiap tahun. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Bapak Ju ekstrakulikuler di sekolah yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius yaitu: “Dulu itu agak banyak, tapi sekarang berkurang yang masih itu TPA. Dulu itu ada hadroh juga qiroah ya karena pesertanya. Ya yang masih jalan ekstranya yang tinggal itu TPA. Kalau qiroah itu pesertanya yang sulit peminatnya yang kurang. TPA yang mengajar dari luar. Kita kerjasama dengan Fitri Insani.” Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang guru, dulu terdapat banyak kegiatan ektrakulikuler yang bertemakan keagamaan meliputi TPA, qiroah, dan hadroh. Untuk ekstrakulikuler qiroh dan hadroh sekarang sudah 152
tidak diadakan, karena peminatnya sedikit. Sehingga ektrakulikuler keagamaan yang sampai saat ini masih ada adalah TPA. Pada kegiatan TPA atau BTA bagi siswa yang telah lulus membaca iqra ataupun Al-Quran akan di wisuda. Pelaksanaan wisuda TPA ini dilakukan bersamaan dengan acara perpisahan siswa kelas VI. Adanya kegiatan BTA ini didukung oleh hasil observasi pada kegiatan BTA pada tanggal 16 Januari 2017, 17 Januari 2017, 20 Januari 2017, 23 Januari 2017, 24 Januari 2017, dan 27 Januari 2017 didapatkan hasil pelaksanaan BTA pada hari Senin di lakukan oleh kelas I A dan III A, Selasa dilaksanakan di oleh kelas I B dan III B, dan pada hari Jumat dilaksanakan oleh kelas II A dan II B. Adapun pengajar BTA berasal dari lembaga Fitri Insani yang sebelumnya telah bekerja sama dengan pihak sekolah. Kemudian budaya sekolah yang dilaksanakan di luar sekolah yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba yang bertemakan keagamaan yaitu MTQ pada setiap tahun. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan Pak Ju dengan pertanyaan bagaimana partisispasi sekolah dalam mengikuti perlombaan yang bertemakan keagamaan di luar sekolah. Berikut ini hasil wawancara dengan beliau, “Bagus ya, setiap ada lomba kita ikut ya. Yang pasti tiap tahun itu ada lomba di sini itu MTQ. Ya tiap tahun meskipun hanya harapan satu dua mesti ada. Pesertanya karena itu tingkat SD, untuk yang CCA hanya kelas VI. Tapi untuk yang lain bisa kita ikutkan, untuk pidato bisa kelas II. Kemudian untuk hafalan bisa kelas ya karena anaknya bisa kelas III. Jadi variasi anaknya, hanya khusus yang CCA yang kelas VI. Lomba di dalam sekolah yang rutin itu hanya spontanitas melihat situasi.” Peserta lomba MTQ dapat berasal dari semua kelas, dan hanya CCA saja yang pesertanya diambil dari siswa kelas VI. Bu End menambahkan bahwa untuk 153
pengambilan peserta lomba MTQ dilakukan dengan cara mengadakan perlombaan di sekolah dan siswa yang menjadi juara nyalah yang akan diikutkan menjadi peserta lomba MTQ. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu End. “Di luar sekolah itu ya seperti MTQ, bulannya sekitar September mbak. Yang diikutkan kelas satu pun kalau dia mampu lomba kita ikutkan. Di dalam sekolah ya ada lomba-lomba keagamaan dari kita mau MTQ itu kan ambil seleksi, kita lewatkan lomba per kelas kita ambil kita seleksikan nanti yang terbaik kita ambil untuk maju ke kecamatan. Per kelasnya kita pandang anak yang mampu nanti kan walaupun dia sama kelas satu kan nanti akan berbeda kan mbak.” (10 Januari 2017) Berdasarkan hasil dokumentasi (gambar 23. hal 385) terdapat catatan prestasi siswa dalam mengikuti lomba bertema keagamaan di luar sekolah. Selain itu, terdapat pula jadwal pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler BTA (gambar 22. hal 384) yang ditempel di setiap kelas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakter religius dilaksanakan dalam kegiatan di luar sekolah melalui kegiatan ektrakulikuler Baca Tulis Al-Quran atau TPA yang dilaksanakan oleh kelas rendah dengan jadwa hari Senin kelas I A dan III A, hari Selasa kelas I B dan III B, serta hari Jumat kelas II A dan II B. Pengajar TPA merupakan guru dari lembaga Fitri Insani. Selain itu, budaya sekolah di luar sekolah yaitu mengikuti lomba bertemakan keagamaan atau MTQ setiap tahunnya serta pemberian motivasi bagi kelas VI sebelum ujian nasional yang diisi dengan siraman rohani dan doa bersama. g. Hambatan dalam Upaya Internalisasi melalui Strategi Budaya Sekolah Berdasakan pertanyaan yang diajukan peneliti kepada guru tentang hambatan apa saja yang ditemukan ketika melaksanakan internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah? didapatkan hasil wawancara yang bervariasi. 154
Menurut Pak Adt hambatan yang ditemukan beliau dikarenakan waktu yang kurang dalam melaksanakan kegiatan keagaman karena satus sekolah negeri dan juga pengaruh lingkungan dan dukungan orang tua yang rendah. Berikut ini pendapat Pak Adt, “Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui budaya sekolah adalah kurangnya waktu mengadakan kegiatan religius di sekolah karena status sekolah yang negeri, kurangnya dukungan orang tua serta lingkungan sekitar siswa yang tidak baik.” (9 Januari 2017) Pendapat yang disampaikan oleh Pak Adt tersebut didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Bu Mu bahwa hambatan dalam internalisasi karkater religuis dalam budaya sekolah adalah rendahnya dukungan orang tua serta rendahnya tingkat kesadaran siswa dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Berikut ini hasil wawancara dengan Bu Mu, “Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui budaya sekolah adalah kesadaran siswa yang rendah dalam berperilaku sesuai karakter religius karena dukungan dan keteladanan orang tua yang rendah.” (21 Januari 2017) Berbeda dengan kedua pendapat yang disampaikan oleh dua guru di atas terkait hambatan dalam internalisasi karakter religius dalam budaya sekolah, Pak Ju mengungkapkan bahwa hambatan yang ditemukan lebih pada biaya untuk mengikuti lomba dan peserta lomba. Pendapat yang disampaikan oleh Pak Ju tentang sulitnya mencari peserta lomba MTQ juga diungkapkan oleh Bu End, bahwa guru kesulitan dalam mencari peserta lomba MTQ khususnya untuk lomba seni baca Al-Quran kategori siswa laki-laki. Bu End juga berpandangan hanya siswa yang memiliki bakat seni sejak lahir saja yang memiliki kemampuan baca seni Al-Quran yang baik. 155
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dan observasi hambatan internalisasi karkater religius melalui budaya sekolah yaitu waktu yang kurang, karena status sekolah yang negeri membuat porsi untuk kegiatan keagamaannya terbatas. Selain itu pengaruh lingkungan anak dan dukungan orang tua di rumah yang kurang. Jika dari segi siswa adalah kesadaraan siswa sendiri yang rendah. Ketersedian dana untuk mengikuti perlombaan. Ketika mencari peserta untuk lomba seni baca Al-Quran guru kesulitan menemukannya. Terutama untuk siswa laki-laki yang memiliki bakat seni baca Al-Quran yang bagus. B. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri Demakijo 1 telah melaksanakan internalisasi karakter religius pada siswa. Hal ini dibuktikan adanya berbagai macam karakter religius yang diinternalisasikan pada siswa. Dalam menginternalisasikan karakter religius tersebut, guru menggunkan tiga strategi yang diwujudkan dalam program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan Kemendiknas (2010: 15-20) bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui tiga hal yaitu 1) program pengembangan diri, 2) pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan 3) budaya sekolah. Berikut ini akan ditampilkan skema internalisasi karakter religius melalui tiga strategi tersebut serta bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan guru dan nilai yang
dikembangakan
dalam
masing-masing
156
kegiatan
tersebut.
Kegiatan Rutin Kegiatan Spontan Pengembangan Diri
Pemberian Keteladanan
Ibadah dan Berdoa Jujur
Sopan Santun
Pengkondisian Lingkungan Peduli Lingkungan Silabus Internalisasi Karakter Religius
Saling Memaafkan
Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran
RPP Proses Pembelajaran: 1) pendahuluan, 2) inti, dan 3) penutup)
Tolong- Menolong
Kasih Sayang Tata Krama Siswa Bersyukur
Budaya Sekolah Kelas, Sekolah, dan Luar Sekolah 157
Rendah Hati
Gambar 5. Upaya Internalisasi dan Nilai yang dikembangkan Taat Aturan
Berikut ini akan dibahas dari hasil penelitian apa sajakah macam-macam karakter religius yang diinternalisasikan pada siswa, strategi yang digunakan guru untuk menginternalisasikan karakter religius tersebut yang meliputi program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian juga akan diungkapkan hambatan yang ditemukan oleh guru dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa melalui masing-masing dari ketiga strategi tersebut. 1. Macam Karakter Religius yang diinternalisasikan pada Siswa Berdasarkan
hasil
penelitian
macam
karakter
religius
yang
diinternalisasikan pada siswa di SD Negeri Demakijo 1 yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamanya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Macam karakter religius ini sesuai dengan definisi dari karakter religius yang disampaikan oleh Kemendiknas (2010: 9) bahwa karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. a. Sikap dan Perilaku Siswa yang Patuh dalam Melaksanakan Ajaran Agamanya Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama diinternalisasikan
melalui
beberapa
kegiatan
keagamaan,
salah
satunya
membiasakan siswa melaksanakan ibadah sholat dhuha dan zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan ikut memperingati hari besar keagamaan. Pada kegiatan ini guru mencapai pada unsur kedua dalam mengembangkan religius siswa yaitu melatih ibadat. Sebagimana yang dinyatakan 158
oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4) bawa ada lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius pertama menanamkan keyakinan agama, kedua melatih ibadat, ketiga memahamkan pengetahuan agama, keempat menjalankan pengalaman agama, dan kelima aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Melatih ibadat ini ditunjukkan dengan membiasakan siswa mengikuti pelaksanaan ibadah sholat dhuha dan zuhur berjamaah di mushola sekolah dan mengajak siswa untuk memperingati hari besar keagamaan. b. Toleransi Siswa Terhadap Pelaksanaan Ibadah Agama Lain Sikap toleransi siswa terhadap pelaksanaan agama lain diwujudkan dengan membiasakan siswa untuk tidak menggangu teman yang berbeda agama ketika sedang beribadah, tidak menghina bentuk ibadah agama lain, dan menghargai pelaksanaan ibadah agama lain. Selain itu, dalam proses pembelajaran ditemukan bahwa bentuk toleransi ini dapat dilihat ketika proses disuksi kelompok di kelas yaitu siswa menghargai setiap pendapat yang diajukan temannya. Bentuk toleransi terhadap bentuk pelaksanaan ibadah agama lain dapat ditunjukkan ketika kegiatan berdoa sebelum pelajaran pada jam pertama dan sesudah pelajaran sebelum pulang serta dalam pelaksanaan ibadah sholat dhuha di kelas III B. Ketika sedang berdoa sebelum belajar siswa yang beragama muslim menyuarakan bacaan doanya dengan pelan, sedangkan siswa yang beragama non muslim berdoa di dalam hati atau tidak menyuarakan bacaan doanya. Selanjutnya ketika pelaksanaan ibadah sholat dhuha siswa yang beragama non muslim belum
159
diperbolehkan untuk istirahat di luar kelas sebelum siswa lainnya selesai melaksanakan ibadah sholat dhuha. Bentuk-bentuk kegiatan yang mengajarkan toleransi pada siswa ini sesuai dengan definisi toleransi menurut kemendiknas. Menurut Kemendiknas (2010: 26) toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dalam pengajaran toleransi ini guru mencapai unsur religius yang kelima dalam mengembangkan religius siswa yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 34) bahwa ada lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius pertama
menanamkan
keyakinan
agama,
kedua melatih ibadat,
ketiga
memahamkan pengetahuan agama, keempat menjalankan pengalaman agama, dan kelima aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Aktualisasi dari doktrin agama yang berupa sikap dan perilaku ini ditunjukkan dengan sikap siswa menghormati temannya yang berbeda agama sedang melaksanakan ibadah. Sikap menghormati ditunjukkan dengan perilaku siswa yang tenang ketika ada temannya sedang beribadah, tidak menggangu temannya ketika beribdah, dan tidak mengejek bentuk ibadah yang dilaksanakan temannya tersebut. Toleransi ini juga mengajarkan nilai peduli terhadap setiap bentuk ibadah agama lain.
160
c. Siswa Hidup Rukun dengan Pemeluk Agama Lain Macam karakter religius yang diinternalisasikan selanjutnya adalah hidup rukun dengan pemeluk agama lain. SD Negeri Demakijo 1 merupakan sekolah yang berstatus negeri sehingga tidak semua siswa, guru, serta karyawannya memeluk agama yang sama. Ada berbagai macam agama yang dianut oleh siswa, guru, dan karyawan sekolah diantaranya islam, kristen, dan katolik. Adanya perbedaan agama diantara warga sekolah ini merupakan salah satu bentuk pengkondisian lingkungan sekolah yang dapat melatih siswa untuk dapat hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dari hasil penelitian hidup rukun dengan pemeluk agama lain ditunjukkan ketika waktu istirahat tiba semua siswa bermain bersama di halaman sekolah walapun agama mereka berbeda. Ketika ada teman mereka yang sedang mengalami kesulitan mereka pun tidak sungkan untuk membantunya. Dalam pembiasaan hidup rukun terhadap sesama pemeluk agama lain ini guru telah mencapai unsur yang kelima sebagaimana yang dinyatakan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4) bahwa ada lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius yang kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Aktualisasi dari doktrin agama yang berupa sikap dan perilaku ini ditunjukkan dengan perilaku siswa berteman dan bermain bersama dengan teman yang berbeda agama, tidak membeda-bedakan saat berteman, dan saling membantu antar teman jika dalam kesulitan. Sikap dan perilaku siswa yang hidup 161
rukun dengan pemeluk agama lain ini juga mengembangkan nilai peduli sesama dan nilai tolong-menolong sesama umat beragama. 2. Internalisasi Karakter Religius melalui Kegiatan Pengembangan Diri Internalisasi karakter religius melalui kegiatan pengembangan diri dilaksanakan oleh guru melalui empat bentuk kegiatan, yaitu 1) kegiatan rutin sekolah, 2) kegiatan spontan, 3) keteladanan, dan 4) pengkondisian lingkungan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari bentuk kegiatan yang diadakan guru maupun sekolah dalam program pengembangan diri tersebut. a. Kegiatan Rutin Sekolah Kegiatan rutin yang dilaksanakan meliputi kegiatan yang dilakukan rutin harian, mingguan, dan tahunan. Bentuk-bentuk kegiatan rutin ini didesain oleh guru berupa kegiatan yang sederhana, konkret, dan dekat dengan aktivitas seharihari yang dilakukan siswa. Kegiatan yang sederhana berdasarkan hasil temuan penelitian: membiasakan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, membiasakan siswa mengucapkan salam sebelum dan sesudah pelajaran serta ketika bertemu dengan orang lain, membersihkan kelas dan menyirami tanaman saat piket, membiasakan siswa mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong, serta membiasakan siswa untuk meminta izin ketika meminjam barang orang lain. Kegiatan yang konkert berdasarkan hasil penelitian: masuk kelas dengan kaki kanan sambil ucap basmallah, membaca surat-surat pendek beserta artinya, membaca doa sebelum belajar beserta artinya, dan mengadakan sholat dhuha dan zuhur berjamaah, memotong kuku setiap hari jumat, serta mengadakan kegiatan BTA. 162
Sebagaimana menurut Kemendiknas (2010: 15) kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin ini dapat membentuk kebiasaan siswa dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan karkater religius. Hal tersebut senada dengan pendapat Zakiah Daradjat (2005: 131) bahwa satu hal yang perlu untuk diperhatikan guru dalam penyajian agama untuk anak, yaitu harus sesuai dengan pertumbuhan jiwa anak, dengan cara yang lebih konkret, dengan bahasa yang sederhana serta banyak bersifat latihan dan pembiasaan yang menumbuhkan nilainilai kepribadiannya. Melalui pembiasaan ini dalam jiwa anak akan timbul rasa untuk terus melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama dan jika tidak melakukannya ia akan merasa bersalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Edi Waluyo (Agus Wibowo, 2012: 126) bahwa pendidikan karkater terhadap anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik, sehingga ketika seseorang anak tidak melakukan kebiasaan baik itu, yang bersangkutan akan merasa bersalah. Dengan demikian, anak akan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukan kebiasaan baik itu. 1) Membiasakan Berdoa Sebelum Pelajaran Kegiatan rutin membiasakan siswa berdoa sebelum belajar dilakukan setiap hari sebelum mulai jam pelajaran pertama dan di setiap awal pergantian jam pelajaran. Pada kegiatan berdoa sebelum pelajaran jam pertama dipimpin oleh salah satu siswa sesuai dengan gilirannya. Doa yang dibaca pada awal jam pelajaran pertama adalah doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca artinya bagi siswa yang beragama muslim. Bagi siswa yang beragama non 163
muslim, ketika berdoa sebelum pelajaran tidak dibunyikan akan tetapi berdoa di dalam hati sesuai dengan bacaan doanya. Sedangkan ketika awal pergantian jam pelajaran siswa muslim membaca basmallah. Sikap siswa saat berdoa yaitu dengan duduk tangan sedakap di atas meja dan kepala menunduk. Strategi membiasakan siswa berdoa sebelum pelajaran ini sesuai dengan pendapat Novan Ardy Wiyani (2013: 223-228) yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan dipimpin oleh guru agama melalui pengeras suara dari ruang Guru I. Startegi ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Syamsul Kurniwan (2013: 128-129) bahwa kegiata religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dapat dijadikan pembiasaan yaitu berdoa dan bersyukur. Adapun pembiasan siswa berdoa sebelum pelajaran ini juga merupakan salah satu indikator keberhasilan kelas dalam menanamkan karakter religius (Kemendiknas, 2010: 26). Ketika berdoa sebelum belajar selain membaca arab dari doa tersebut siswa juga membaca arti dari doa sebelum belajar. Hal ini bertujuan supaya siswa dapat memahami dengan konkret maksud dari doa yang dibacanya tersebut. Sehingga siswa dapat menerapkan makna dari doanya dalam kehidupan nyata. Sebagaimana anak usia sekolah dasar memasuki tahap operasional konkret
sesuai yang
dinyatakan oleh Piaget (Nurul Zuriah, 2011: 34). Anak akan lebih mudah memahami suatu hal jika berdasakan hal yang konkret dan dengan membaca arti
164
dari doa yang dibacanya tersebut siswa dapat memahami isi dari permohonanya kepada Yang Maha Kuasa. Pada kegiatan rutin membiasakan siswa untuk berdoa sebelum pelajaran guru telah mencapai unsur yang kedua yaitu melatih ibadat. Sebagimana yang dinyatakan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4) bahwa ada lima unsur
yang
dapat
mengembangkan
manusia
menjadi
religius
pertama
menanamkan keyakinan agama, kedua melatih ibadat, ketiga memahamkan pengetahuan agama, keempat menjalankan pengalaman agama, dan kelima aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada pelaksanaan kegiatan ini guru telah melalui tahap internalisasi moral feeling dan moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100) bahwa dalam internalisasi karakter mulia dilakukan melalui tiga tahap yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Dengan membaca arti doa yang dibacanya, maka dapat melatih perasaan siswa untuk memahami isi doa yang dibacanya. Tahap moral feeling sesuai dengan tahap ngrasa dan tahap moral action sesuai dengan tahap nglakoni sebagaimana yang disampaikan oleh K.H Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124) bahwa dalam belajar siswa dapat memulai dari tahap ngerti (mengerti), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan). Nglakoni ini sesuai dengan tahap moral action/ tindakan moral yang diungkapkan oleh Thomas Likcona (2013: 85-100) yaitu merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Sebab, pada kegiatan rutin ini guru telah mengajak 165
anak untuk menerapkan pengetahuan dan pemahaman agama ke dalam wujud tindakan yang nyata. Moral feeling ditunjukkan melalui sikap senang berdoa karena takut kepada Allah dan supaya terhidnar dari musibah. Moral action ditunjukkan dnegan perilaku siswa yang berdoa dengan khusyuk yaitu duduk, tangan sedekap, dan kepala menunduk. 2) Membiaskan Berdoa Sesudah Pelajaran Kegiatan rutin membiasakan siswa berdoa setelah pelajaran dilakukan setiap hari pada akhir pergantian jam pelajaran dengan membaca hamdallah. Dan membaca doa agar ditunjukkan jalan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis sebelum pulang sekolah. Strategi membiasakan siswa berdoa sesudah pelajaran ini sesuai dengan pendapat Novan Ardy Wiyani (2013: 223-228) yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan dipimpin oleh guru agama melalui pengeras suara dari ruang Guru I. Startegi ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Syamsul Kurniwan (2013: 128-129) bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dapat dijadikan pembiasaan yaitu berdoa dan bersyukur. Adapun pembiasan siswa berdoa sesudah pelajaran ini juga merupakan salah satu indikator keberhasilan kelas dalam menanamkan karakter religius (Kemendiknas, 2010: 26).
166
Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kedua yaitu melatih ibadat untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85-100) bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Melalui tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Unsur melatih ibadat ditunjukkan dengan siswa berdoa setiap selesai pelajaran. Pada setiap akhir pergantian jam pelajaran siswa membaca hamdallah, sedangkan siswa jika sebelum pulang siswa membaca doa agar ditunjukkan yang baik dan yang buruk dan doa penutup majelis. Tahap moral action ditunjukkan dengan perilaku siswa dalam berdoa. Sedangkan moral feeling ditunjukkan dengan sikap siswa berdoa karena alasan takut kepada Tuhannya bukan karena disuruh oleh guru. 3) Mengadakan Tadarus dan Hafalan Surat Pendek Kegiatan rutin mengadakan hafalan surat pendek atau tadarus dilakukan setiap hari Jumat pagi dan ketika bulan ramadhan kegiatan tadarus dilaksanakan setiap hari. Salah satu guru akan menjadi pembimbing dalam kegiatan tadarus. Pada kegiatan tadarus siswa membaca beberapa surat pendek yang ada di juz amma. Jumlah surat yang dibaca siswa akan terus ditambah oleh guru ketika siswa 167
telah hafal dengan surat-surat pendek sebelumnya. Siswa dikatakan telah hafalan jika selama kegiatan tadarus berlangsung siswa tidak perlu melihat bacaan surat pendke yang ada di juz amma. Terkadang selain membaca arabnya siswa juga membaca arti dari surat yang dibacanya. Sesekali guru juga akan menjelaskan isi surat yang dibaca siswa setelah siswa selesai tadarus. Strategi internalisasi karkater religius dengan mengadakan hafalan surat pendek, sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Syamsul Kurniawan (2013: 128-129) bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dapat dijadikan pembiasaan adalah mengadakan kegiatan di mushalla. Kegiatan yang dapat dilakukan salah satunya yaitu mengadakan kegaiatan keagamaan sesuai dengan agama yang dianut peserta didiknya. Dengan demikian sekolah mengadakan kegiatan hafalan surat pendek bagi siswa yang beragama islam. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kedua yaitu melatih ibadat untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan mengadakan hafalan surat pendek siswa baru mencapai tahap moral knowing sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85-100) bahwa moral knowing mencakup bagaimana peserta didik mengetahui sikap dan perilaku yang baik. Kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek dapat membiasakan siswa untuk mengetahui bahwa membaca surat-surat Al-Quran merupakan perbuatan yang baik dan perlu untuk dilakukan setiap saat.
168
Tahap moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Unsur melatih ibadah ditunjukkan dengan membiaskaan siswa mengikuti tadarus setiap hari Jumat pagi. Pada upaya ini, siswa baru mencapai tahap internalisasi moral knowing. Sebab melalui kegiatan tadarus ini siswa mengetahui dan menghafal surat-surat pendek yang ada di dalam Al-Quran. Melalui tahap ngerti ini dapat memahamkan tentang pengetahuan religius siswa terutama pengetahuan tentang surat-surat dalam Al-Quran. 4) Mengadakan Sholat Dhuha Berjamaah Sesuai dengan Jadwal yang telah Ditentukan Kegiatan rutin mengadakan sholat dhuha berjamaah dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan disetiap kelas. Jadwal pelaksanaan sholat dhuha hari Senin kelas VI A-B, Selasa kelas V A-B, Rabu kelas IV A-B, Kamis kelas III A-B, Jumat kelas II A-B, dan Sabtu kelas I A-B. Sholat dhuha diwajibkan bagi semua kelas dari kelas I sampai dengan kelas VI. Setiap hari akan ada dua kelas yang melaksanakan sholat dhuha di mushola. Pelaksanaan sholat dhuha di kelas V A-B dan VI A-B dilakukan tidak berjamaah, sedangkan di kelas I A-B sampai dengan kelas IV A-B dilakukan secara berjamaah dengan dimami oleh satu guru laki-laki. Setiap selesai sholat siswa akan dibimbing untuk membaca doa sholat dhuha beserta artinya. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapakan oleh Syamsul Kurniwan (2013: 128-129) bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dijadikan sebagai pembiasaan yaitu mengadakan kegiatan di
169
mushalla. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di mushalla adalah pengadaan sholat dhuha berjamaah setiap hari. Kegiatan rutin mengadakan sholat dhuha berjamaah yang diadakan guru maupun sekolah ini sudah sesuai dengan salah satu ciri perkembangan religius anak sekolah dasar sebagaimana yang diungkapkan oleh Syamsuddin Makmun (2005: 109) yaitu penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral. Jadi ketika siswa diminta untuk melaksanakan kegiatan sholat dhuha mereka telah memahaminya bahwa hal tersebut merupakan salah satu kewajibannya. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kedua yaitu melatih ibadat untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral feeling dan moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85100). Moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral feeling sesuai dengan tahap ngrasa dan tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Moral feeling diwujudkan sikap siswa membaca arti dari doa sholat dhuha supaya mereka paham makna dari doa yang dibacanya. Sedangkan moral action diwujudkan dengan perilaku siswa mengikuti pelaksanakan ibadah sholat dhuha sesuai jadwal yang ditentukan. Tahap ngrasa dapat melatih peserta didik untuk merasakan apa yang telah dipahaminya tentang religius. 170
5) Mengadakan Sholat Zuhur Berjamaah Sesuai dengan Jadwal yang telah Ditentukan Kegiatan rutin mengadakan sholat zuhur berjamaah dilaksanakan oleh siswa kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu di mushola sekolah. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergiliran setiap kelasnya dengan sistem kloter dengan urutan yang telah ditentukan. Satu orang guru laki-laki akan menjadi imam sholat. Setelah siswa selesai sholat siswa akan dibimbing untuk berzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir, doa kedua orang tua, dan doa kebaikan dunia akhirat. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapakan oleh Syamsul Kurniwan (2013: 128-129) bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dijadikan sebagai pembiasaan yaitu mengadakan kegiatan di mushalla. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di mushalla adalah pengadaan sholat zuhur berjamaah setiap hari. Strategi mengadakan sholat zuhur berjamaah ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 223-228) yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah melakukan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kedua yaitu melatih ibadat untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini guru telah melalui tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85-100) bahwa 171
moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Unsur melatih ibadah ditunjukkan dengan sekolah mengadakan kegiatan sholat zuhur berjamaah bagi siswa kelas IV, V, dan VI setiap hari Senin dan Rabu. Tahap moral action yang dicapai siswa ditunjukkan dengan perilaku siswa yang melaksanakan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukkan di mushola sekolah. 6) Membiasakan Peserta Didik untuk Mengucapkan Salam Sebelum dan Sesudah Kegiatan Pelajaran Kegiatan rutin dengan membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan pelajaran dilakukan pada awal jam pelajaran pertama dan akhir jam pelajaran terakhir. Akan ada satu orang siswa yang bertugas menjadi pemimpin pemberian salam pada guru. Pemimpin akan memberikan aba-aba dengan mengetuk meja sebagai tanda dimulainya pemberian salam. Strategi ini sesuai dengan teori yang ungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 223-228) yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah setiap pergantian jam pelajaran, siswa memberi salam kepada guru. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang 172
disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85100) bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Unsur yang kelima ini diwujudkan dengan sikap siswa memberi salam sebelum pelajaran dimulai karena sebagai bentuk penghormatan pada guru. Perilaku siswa yang muncul yaitu siswa mengucapkan salam ketika akan mulai pelajaran jam pertama. Melalui tahap moral actian meningkatkan
kemampuan
siswa
untuk
atau nglakoni, dapat
melaksanakan
apa
yang
telah
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan mengucapkan salam sebelum dan sesudah pelajaran. 7) Membiasakan Peserta Didik untuk Mengucapkan Salam ketika Bertemu dengan Guru Kegiatan rutin membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dilakukan pada kegiatan sapa pagi, ketika siswa masuk kelas pada jam pertama dengan bersalaman dengan guru sambil ucap salam, ketika siswa keluar kelas akan pulang sekolah dengan bersalaman dengan guru sambil ucap salam, dan membiasakan siswa untuk berpamitan dengan bapak ibu guru yang ada di kantor guru ketika pulang sekolah, serta membiasakan siswa untuk mengucapkan salam ketika bertemu dan berpisah dengan teman, karyawan dan guru. 173
Strategi ini sesuai dengan teori yang ungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 223-228) yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah meminta anak untuk mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan, jika bertemu dengan guru, bicara dan bertindak dengan memperhatikan sopan santun. Pada kegiatan ini guru telah mencapai unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah melalui tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85100) bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feelig. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Unsur yang kelima ini ditunjukkan dengan perilaku siswa mengucapkan salam. Tahap moral action diwujudkan dengan perilaku siswa mengucapkan salam ketika bersalaman dengan guru dan ketika masuk kelas. Melalui tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru.
174
8) Melatih Peserta Didik untuk Mencintai Lingkungan Sekitarnya Kegiatan rutin melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan sekolahnya dilakukan melalui pengadaan piket kelas sesuai jadwal yang telah ditentukan, pembiasan mengecek laci meja sebelum pulang sekolah, kegiatan mencuci taplak meja guru sesuai dengan jadwal yang telah ditentukkan, menjaga kebersihan toilet dan halaman sekolah, serta membiasakan siswa membuang sampah pada tempatnya. Strategi ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nurul Zuriah (2011: 87) dalam memberikan contoh kegiatan rutin yang dapat dilakukan peserta didik adalah membersihkan kelas. Kegiatan memberikan kelas dapat melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan sekitarnya. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85100) bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Unsur kelima yang dapat mengembangkan siswa menjadi manusia religius ini dilakukan guru dengan membuat jadwal piket kelas supaya siswa mau 175
membersihkan kelasnya. Tahap moral action, ditunjukkan dengan perilaku siswa menyapu, membersihkan papan tulis dan membersihkan jendela, serta menyirami tanaman yang ada di depan kelasnya saat mendapat jadwal piket. Melalui tahap moral action ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu selalu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitarnya. 9) Membiaskan Peserta Didik untuk Mengucapkan Terima Kasih, Maaf, dan Tolong Kegiatan rutin membiasakan peserta didik untuk mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di kelas dan sekolah. Ketika siswa telah dibantu siswa diminta untuk mengucapkan terima kasih, ketika siswa melakukan kesalahan ia diminta untuk meminta maaf, dan ketika siswa meminta bantuan orang lain mereka dibiasakan untuk mengucapkan kata tolong, ketika siswa telah dijinkan ke kamar kecil saat kembali ke kelas siswa dibiasakan mengucapkan terima kasih pada guru. Strategi ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 228) yang memberikan contoh pemetaan kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan di sekolah dalam menanamkan karakter religius di sekolah melalui pembiasaan rutin. Anak dibiasakan untuk mengucapkan terima kasih, maaf, permisi dan tolong.. Pada kegiatan ini guru baru sampai pada unsur yang ke empat yaitu pengalaman agama dan unsur yang kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark 176
dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Pengamalan agama ditunjukkan dengan perasaan yang dialami peserta didik seperti rasa syukur, taat, dan bahagia ketika telah menerima pertolongan, dan rasa takut ketika membutuhkan pertolongan orang lain, Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa mencapai tahap moral feeling dan moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85-100) bahwa moral feeling berkaitan dengan emosi seseorang dalam merasakan apa yang terjadi di sekitar lingkungannya dan moral action yang merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral feeling ini sesuai dengan tahap ngrasa dan tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Unsur yang keempat yaitu menjalankan pengalaman agama dilakukan dengan membiasakan siswa untuk bersyukur atas nikmat yang diperolehnya, meminta maaf ketika melakukan kesalahan, dan menolong teman yang sedang dalam kesulitan. Tahap moral feeling ditunjukkan dengan sikap siswa yang mau memaafkan temannya yang berbuat salah padanya karena itu merupakan perintah Tuhan. Melalui tahap ngrasa guru dapat mengasah perasaan siswa untuk meningkatkan peahaman tentang apa yang diketahuinya dan pada tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Tahap moral action diwujudkan dengan perilaku siswa meminta maaf saat tidak sengaja mendorong temannya
177
hingga terjatuh, dan menolong teman untuk merapikan tempat pensilnya yang terjatuh karena tidak sengaja. 10) Membiasakan Peserta Didik untuk Meminta Izin ketika Meminjam Barang Orang Lain Pembiasan peserta didik untuk meminta izin ketika meminjam barang orang lain dilakukan dalam kegiatan sehari-hari baik di kelas maupun di luar kelas. Selain itu, pembiasaan meminta izin juga guru ajarkan ketika siswa akan pergi ke kamar kecil untuk meminta izin terlebih dahulu kepada guru. Strategi ini sesuai dengan teori yang ungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 228) yang memberikan contoh pemetaan kegiatan rutin sekolah dalam mengembangkan karakter religius siswa. Salah satu kegiatan pembiasaan rutin yang dapat dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan adalah membiasakan anak meminta izin untuk menggunakan barang orang lain. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa telah mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85100) bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Melalui tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. 178
Unsur kelima ini dilakukan dengan membiasakan siswa meminta ijin ketika akan meminjam barang orang lain dan ketika akan keluar kelas. Tahap moral action diwujudkan dengan sikap siswa yang meminta iji sebelum meminjam barang orang laian karen atakut dikatakan mencuri. Perilaku siswa yang muncul yaitu meminta ijin kepada guru ketika akan meminjam barang yang ada dimeja guru, dan ketika akan keluar kelas untuk pergi ke kamar kecil. 11) Mengadakan Ekstrakulikuler Baca Tulis Al-Quran Sesuai Jadwal yang Ditentukkan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan rutin mengadakan ekstrakulikuler baca tulis AL-Quran dilaksanakan wajib bagi kelas rendah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Adapun pengajar BTA berasal dari Lembaga Fitri Insani. Siswa dikelompokkan menjadi dua kelas, siswa yang telah menempuh iqra jilid 5, 6 dan Al-Quran berada di kelas lantai satu sedangkan siswa yang iqra jilid 1, 2, 3, dan 4 berada di kelas lantai dua. Selama proses kegiatan BTA tempat duduk siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan. Satu per satu siswa akan dipanggil oleh guru untuk mengaji. Strategi internalisasi karkater religius dengan mengadakan ekstrakulikuler BTA, sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Syamsul Kurniawan (2013: 128129) bahwa kegiatan religius yang dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah yang dapat dijadikann pembiasaan adalah mengadakan kegiatan di mushalla. Kegiatan yang dapat dilakukan salah satunya yaitu mengadakan kegiatan BTA. Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur ketiga yaitu memahamkan pengetahuan agama untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Melalui 179
kegiatan BTA ini sekolah berupaya untuk memahamkan pengetahuan siswa cara membaca AL-Quran yang baik. Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa baru mencapai tahap moral knowing sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85-100). Tahap moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Melalui tahap ngerti ini guru memahamkan tentang pengetahuan religius pada siswa. Unsur ketiga yaitu memahamkan pengetahuan agama ini ditunjukkan dengan sekolah mengadakan kegiatan ekstrakulikuler BTA yang diwajibkan bagi kelas I, II, dan III sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Melalui kegiatan ini guru memberikan pengetahuan siswa tentang cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Tahap moral knowing ini ditunjukkan bahwa siswa baru sebatas tahu tentang tata cara membaca Al-Quran yang benar. Sedangkan sikap yang terbentuk ialah siswa merasa senang mengikuti kegiatan TPA. 12) Pengecekkan Kuku Kegiatan pengecekkan kuku dilangsungkan setiap akhir minggu sekali. Akan ada dua orang siswa yang bertugas menjadi pengecek kuku yaitu satu orang siswa laki-laki dan satu orang siswa perempuan. Bagi siswa perempuan akan dicek oleh siswa perempuan dan bagi yang laki-laki dicek oleh siswa laki-laki. Kegiatan pengecekkan kuku ini melatih siswa untuk menjalankan sunnah rasul supaya memotong kuku pada hari Jumat. Strategi ini dapat melatih siswa menjalanakan perintah agama dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan rutin pengecekkan kuku, merupakan salah satu 180
contoh penggunaan metode pembelajaran aktif dalam rangka menerapkan penanaman nilai-nilai budaya sebagaimana yang diungkapkan oleh Kemendiknas (2011: 16). Pada kegiatan ini guru telah sampai pada unsur kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan untuk mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Berdasarkan tahap internalisasi karakter religius pada kegiatan ini siswa mencapai tahap moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013, 85-100) bahwa moral action merupakan wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni dalam internalisasi karakter religius yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Melalui tahap nglakoni, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan ini sikap siswa yang terbentuk ialah siswa sadar bahwa memotong kuku setiap hari Jumat merupakan sunnah rasul serta untuk menjaga kebersiahan. Moral action atau perilaku siswa yang muncul yaitu siswa memotong kuku setiap hari Jumat. b. Kegiatan Spontan Berdasarkan hasil penelitian kegiatan spontan yang dilakukan guru yaitu memberikan nasehat dan teguran atau peringatan ketika menjumpai siswa yang melakukan kesalahan serta memberikan pujian ketika menemukan siswa yang berbuat kebaikan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Kemendiknas 181
(2010: 16) kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan spontan dilakukan oleh guru supaya siswa yang melakukan kesalahan dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik. Sehingga siswa tahu bahwa perbuatan yang tidak baik tersebut tidak sesuai dengan moral yang berlaku. Ketika siswa melakukan kebaikan guru akan memberikan pujian, supaya siswa tahu bahwa perilaku baik tersebut merupakan hal yang benar dan perlu untuk dipertahankan dan dikembangkan. Berikut ini akan dibahas kegiatan spontan yang dilakukan guru dalam internalisasi karakter religius pada siswa. 1) Memperingatkan Peserta Didik yang Tidak Melaksanakan Ibadah Ibadah yang dimaksud dalam penelitian ini tidak hanya sebatas pada bentuk kegiatan seperti sholat, akan tetapi lebih luas lagi. Adapun yang dimaksud ibadah adalah segala sikap dan perilaku peserta didik yang senantiasa berlandasakan pada perintah agamanya. Seperti berkata jujur, berbuat baik pada orang lain, dan berkata yang sopan. Ketika menjumpai siswa yang melakukan tidak baik atau berkata tidak sopan dengan spontan guru akan memperingatkan siswa tersebut. Kemudian guru akan meminta siswa tersebut untuk mengucapkan istighfar. Ketika ada siswa yang sering sekali melakukan tindakan yang tidak baik di dalam kelas maupun di luar kelas guru akan memberikan bimbingan pada siswa tersebut setelah pulang sekolah. Seperti halnya, ketika penelitian berlangsung ditemukan satu siswa yang sering sekali melakukan perbuatan yang tidak baik dan berkatakata kotor di kelas. Ketika pulang sekolah siswa tersebut diminta untuk duduk didekat meja guru dan diminta untuk menundukkan kepalanya sambil merenungi 182
kesalahannya dan mengucapkan istighfar. Setelah itu guru akan memberikan nasehat pada siswa tersebut supaya sikap dan perilakunya dapat kembali menjadi lebih baik. Adapun untuk jumlah istighfar belum ditetapkan jumlahnya, artinya belum ada patokan khusus seberapa banyak siswa mengucapkan istighfar untuk kesalahannya. Guru hanya berpatokan semakin sering siswa berbuat kesalahan, maka jumlah istighfar yang diucapkannya akan semakin banyak. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 223) disebutkan bahwa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan dalam pembiasaan spontan adalah memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah. Melalaui upaya ini siswa mencapai tahap internalisasi moral feeling sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100) bahwa moral feeling akan menuntun seseorang untuk melakukan tindakan moral. Tahap moral feeling sesuai dengan tahap ngrasa sebagaimana yang disampaikan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 12). Kegiatan spontan memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah dilakukan dengan cara memberikan nasehat, peringatan, dan teguran. Guru tidak hanya memperingatkan peserta didik dalam hal melaksanakan ibadah berupa menyembah kepada Tuhannya, akan tetapi juga memperingatkan siswa dalam hal melakukan sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Moral feeling ditunjukkan dengan sikap siswa yang sedih dan tidak suka ketika ditegur oleh guru. Perilaku siswa yang muncul yaitu siswa segera melaksanakan ibadah, tidak mengucapkan kata-kata kotor. Dengan memberikan peringatan guru menyadarkan siswa untuk dapat mengetahui mana tindakan yang benar dan yang 183
tidak benar. Sehingga dalam diri siswa timbul pengendalian diri yang akan membantu siswa untuk berperilaku sesuai dengan etika dalam aturan agama 2) Memperingatkan Peserta Didik yang Tidak Mengucapkan Salam Kegiatan spontan memperingatkan peserta didik yang tidak mengucapkan salam dilakukan guru dengan memberinya nasehat dan meminta anak untuk mengulang sendiri jawaban salamnya. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 223) disebutkan bahwa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan dalam pembiasaan spontan adalah memperingatkan peserta didik yang tidak mengucapkan salam. Pada tahap ini guru mencapai unsur yang kelima dalam mengembangkan religius anak sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 4) yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh sesorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Tahap internalisasi karakter religius yang telah dilalui guru pada kegiatan ini adalah moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100). Guru mengajarkan siswa untuk membentuk pembiasaan mengucapkan salam ketika betemu dengan orang lain. Tahap moral action ini sesuai dengan tahap nglakoni sebagaimana yang telah diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Dengan memberi peringatan dan nasehat pada siswa yang tidak mengucapkan salam guru melatih siswa untuk dapat menerapkan keempat unsur yang dapat meningkatkan religius anak yaitu keyakinan agama, ibadat, pengetahuan agama, dan pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. 184
3) Memberikan Nasehat pada Peserta Didik yang Melakukan Kesalahan Kegiatan spontan memberikan nasehat pada peserta didik yang melakukan kesalahan dilakukan guru dengan memberinya nasehat yang dilandasakan dengan tuntunan agama supaya sikap dan perilaku siswa menjadi lebih baik, menegur secara langsung, meminta siswa untuk berbuat kebaikan dengan mengambil sampah yang jumlahnya sudah ditentukan, tidak diperbolehkan mengkuti pelajaran, memberinya tugas tambahan, meminta anak mengucapkan istighfar, serta membiasakan siswa untuk menegur temannya yang melakukan kesalahan. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Nurul Zuriah (2011: 87) bahwa kegiatan spontan yang dapat dilakukan guru ketika ada siswa yang melakukan kesalahan adalah dengan memberinya pengertian dan dibeitahu sikap dan berilaku yang baik. Kegiatan spontan yang berupa pemberian nasehat pada siswa yang berbuat kesalahan sudah sesuai dengan tahap perkembangan religius siswa. Ketika anak melakukan kesalahan guru akan menjelaskan alasan mengapa perbuatan yang dilakukannya tersebut salah. Jadi guru akan memberikan pemahaman pada anak disertai
dengan
alasan-alasan
yang
mendasarinya.
Sebagaimana
yang
diungkapkan oleh Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa (2006: 69) pada usia 8-9 tahun, mereka sekarang sadar bahwa ‘mencuri adalah salah’ dan bukan hanya ‘salah kalau mencuri sebuah bola’. Pada usia 10-12 tahun, anak sudah dapat mengetahui dengan baik alasan-alasan atau prinsip-prinsip yang mendasari suatu peraturan.
185
Tahap internalisasi karakter religius yang dicapai siswa melalui upaya yang dilakukan guru pada kegiatan ini mencapai tahap ngrasa (memahami) sebagaimana yang diungkapakan oleh KH. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Ngrasa ini sesuai dengan tahap moral feeling yang diungkapkan oleh Thomas Likcona (2013: 85-100) yaitu berkaitan dengan emosi seseorang dalam merasakan apa yang terjadi di sekitar lingkungannya. Moral feeling ini yang akan menuntun seseorang untuk melakukan tindakan moral Dengan memberikan nasehat bagi siswa yang berbuat kesalahan, maka mengajarkan siswa untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan agama. Sehingga nantinya dapat mengajarkan siswa untuk memahami apa yang seharusnya mereka lakukan dan tidak lakukan. 4) Memberikan Pujian ketika Peserta Didik Melakukan Kebaikan Kegiatan spontan selain memperingatkan siswa yang melakukan kesalahan guru juga memberikan pujian pada peserta didik ketika melakukan kebaikan. Ketika ada siswa yang berbuat baik seperti tenang saat pelajaran, mengerjakan tugas dengan rajin, dan berkata jujur guru akan memberikan pujian. Guru akan mmberikan pujian dengan menyebutnya sholeh jika itu anak laki-laki dan sholih jika anak perempuan. Selain pujian, guru terkadang juga memberikan hadiah berupa lata tulis bagi siswa yang melakukan kebaikan. Strategi pemberian pujian pada peserta didik yang melakukan kebaikan sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kemen`diknas (2010: 16) bahwa kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik dan yang
186
baik. Sehingga perilaku baik yang dilakukan siswa dapat terus dipertahankan siswa. Pujian ini diberikan secara klasikal supaya siswa yang lain dapat mengetahui bahwa perbuatan yang baik tersebut perlu untuk dipertahankan supaya dapat menjadi teladan bagi teman-temannya yang lain. Hal ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Nurul Zuriah (2011: 87) bahwa hal ini dilakukan sebagai penguatan bahwa sikap atau perilaku tersebut sudah baik dan perlu dipertahankan sehingga dapat dijadikan teladan bagi teman-teman. Tahap internalisasi karakter religius yang dicapai siswa pada kegiatan ini adalah moral feeling sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona. Pemberian pujian bagi siswa yang berbuat kebaikan ini akan mengajarkan siswa untuk mencintai perbuatan yang baik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100) di dalam salah satu enam unsur moral feeling yaitu loving the good/ mencintai kebaikan peserta didik tidak hanya diajarkan untuk mengetahui dan membedakan mana yang baik dan yang buruk. Akan tetapi juga, diajarkan untuk mencintai kebaikan sehingga mereka benarbenar terkait dengan segala hal yang baik. Tahap moral feeling ditunjukkan dengan sikap siswa yang senang mendapat pujian dari guru karena mereka berbuat kebaikan. Dengan pujian ini, maka siswa akan terus mengembangkan sikap yang mencintai kebaiakan. Sehingga ia akan selalu berperilaku yang baik.
187
c. Keteladanan Guru sebagai panutan bagi siswa di sekolah harus mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan karakter religius baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat. Sebab, segala tingkah laku guru ini nantinya akan dicontoh oleh siswa melalui proses imitasi. Menurut Kemendiknas (2010: 17) keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapakan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Dalam pemberian keteladanan ini guru telah memenuhi syarat dalam menggunakan startegi dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa sebagaimana yang dinyatakan oleh Darmiyati Zuchdi (2013: 36) ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh guru untuk menggunakan startegi keteladanan. Pertama, guru atau orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi murid-murid atau anak-anaknya. Kedua, anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal yang berakhlak mulia, terutama Nabi Muhammad SAW bagi yang bergama Islam dan para nabi yang lain. Dalam penerapan keteladanan ini guru menggunakan strategi berbagai perasaan dan menghindari kemunafikan sebagaiamana yang diungkapkan oleh Darmiyati Zuchdi (2013: 40). Strategi berbagi perasaan yang dilakukan guru dengan menunjukkan wajah yang marah dan tidak suka ketika ada siswa melakukan perbuatan yang tidak baik. Strategi menghindari kemunafikan dengan tidak melakukan tindakan yang ia larang sendiri. Berikut ini akan dibahas masing-masing bentuk keteladanan yang guru berikan melalui kegiatan pengembangan diri. 188
1) Guru Berdoa Bersama Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Pelajaran Dimulai Keteladanan yang diberikan guru dengan ikut berdoa bersama peserta didik sebelum pelajaran dengan berdoa terlebih dahulu dan tidak disuarakan. Setelah guru selesai berdoa guru akan mengawasi sikap berdoa siswa. Keteladanan yang guru berikan saat berdoa sesudah pelajaran yaitu dengan ikut berdoa bersama peserta didik sesudah pelajaran dengan membaca hamdallah disetiap akhir pergantian jam pelajaran dan membaca doa agar ditunjukkan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis ketika akan pulang sekolah. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 223) bahwa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan melalui pembiasaan keteladanan adalah guru berdoa bersama peserta didik sebelum dan setelah jam pelajaran. Keteladanan yang guru berikan dengan ikut berdoa bersama peserta didik sebelum dan seudah pelajaran ini memenuhi unsur yang ke dua yaitu melatih ibadat sesuai dengan yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3) bahwa terdapat lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius. Pada keteladaan ini guru mengembangkan moral feeling siswa. Pemberian keteladanan yang guru berikan ketika berdoa sebelum dan sesudah pelajaran akan mengasah emosi siswa untuk turut serta berdoa ketika sebelum dan sesudah pelajaran. Sehingga ketika siswa melihat guru berdoa sikap siswa akan mencontohnya.
189
2) Guru Memberikan Contoh Sikap Berdoa yang Khusyuk Keteladaan yang guru berikan saat berdoa dengan sikap yang khusyuk yaitu dengan duduk, tangan sedekap di atas meja, kepala menunduk pandangan ke bawah atau ke depan. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 223) bahwa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dan tenaga kependidikan melalui pembiasaan keteladanan adalah guru menjadi model yang baik dalam berdoa dengan khusyuk dan dalam Bahasa Indonesia sehingga dimengerti anak. Saat berdoa sudah seharusnya guru menunjukkan sikap berdoa yang khusyuk. Pemberian keteladanan dengan sikap yang khusyuk saat berdoa ini masuk ke dalam unsur yang kedua dalam mengembangkan religius anak yaitu melatih ibadat sesuai dengan pendapat Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3) bahwa terdapat lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius. Guru sebagai substitusi orang tua di sekolah sudah semestinya menjadi panutan bagi siswa. Pada kegiatan ini guru mengembangkan moral feeling siswa (Thomas Lickona, 2013: 85-188) yang berkaitan dengan emosi seseorang dalam mersakan apa yang terjadi di sekitarnya dan moral action. Moral feeling sesuai dengan tahap ngrasa sebagaimana yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Tahap internalisasi yang dicapai siswa yaitu moral feeling dan moral action. Moral feeling ditunjukkan ketika guru memberikan keteladnan sikap berdoa yang khusyuk, sikap siswa akan mencontohnya. Moral action ditunjukkan dengan perilaku siswa ketika berdoa dengan sikap yang khusyuk yaitu duduk tangan 190
sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Sehingga ketika siswa melihat sikap berdoa yang khusyuk pada guru secara langsung, akan membuat siswa untuk tergerak hatinya mencontoh sikap berdoa yang khusyuk tersebut. 3) Guru Berperan Aktif dalam Kegiatan Tadarus dan Hafalan Surat Pendek Keteladanan yang guru berikan dalam kegiatan tadarus dan hafalan surat pendek dilaksanakan pada hari Jumat pagi. Saat kegiatan tadarus guru ikut membaca surat bersama siswa dan ikut untuk memandu dan membimbing. Setelah kegiatan tadarus terkadang guru juga akan menjelaskan isi dari salah satu surat yang dibaca siswa saat tadarus. Strategi pemberian keteladanan guru ikut serta dalam kegiatan hafalan surat pendek memenuhi salah satu syarat yang harus diperhatikan oleh guru dalam keteladanan nilai sebagaimana yang diungkapkan Darmiyati Zuchdi (2015: 35). Guru atau orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi murid-murid atau anak-anaknya. Dengan ikut serta dalam pelaksanaan hafalan surat pendek guru telah memenuhi syarat tersebut sebagai contoh melaksanakan ibadah yang baik. Dengan ikut berperan serta dalam kegiatan tadarus ini guru telah mencapai unsur kedua dalam mengembangkan religius anak yaitu melatih ibadat sebagaimana yang diungkapkan oleh Strak dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3). Tahap internalisasi karakter religius yang dilalui siswa adalah moral action yaitu wujud nyata dari moral knowing dan moral feeling (Thomas Lickona, 2013: 85-100). Moral action ini sesuai dengan tahap internalisasi nglakoni sebagaimana yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). 191
Dengan guru ikut serta dalam kegiatan tadarus, siswa mencontoh yang guru lakukan dan ikut untuk membaca tadarus yang dilaksanakan setiap hari Jumat pagi. Dengan demikian siswa mencapai tahap moral action yang diwujudkan dengan perilaku ikut serta membaca surat-surat Al-Quran. 4) Guru dan Karyawan Sekolah menjadi Contoh yang Baik dalam Kegiatan Sholat Dhuha dan Zuhur Berjamaah Pemberian keteladanan guru dan karyawan sekolah menjadi contoh yang baik dalam pelaksanaan sholat dhuha berjamaah dan zuhur berjamaah di mushola sekolah dilaksanakan dengan baik. Saat sholat berjamaah di mushola salah satu guru laki-laki akan menjadi imam sholat dan membimbing siswa berdoa setelah selesai sholat. Selain itu, pemberian keteladanan juga guru berikan dengan mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain, masuk kelas dengan kaki kanan sambil ucap basmallah, makan dengan tangan kanan, dan memakai pakaian yang menutup aurat. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 223) bahwa pembiasaan keteldanan yang dapat diterapkan di SD oleh guru dan tenaga kependidikan adalah melakukan shalat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Selain memberikan keteldanan dalam mengikuti sholat zuhur berjamaah, guru juga sudah semestinya memberikan keteladanan dalam pelaksanaan sholat dhuha berjamaah. Bentuk keteladanan ini masuk ke dalam unsur yang kedua yaitu melatih ibadat dengan ditunjukkan guru mengikuti pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur berjamaah dan unsur yang kelima dalam yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan 192
ditunjukkan oleh sikap guru dengan mengucapkan salam ketiga masuk kelas dan ketika bersalaman dengan siswa, saat makan dengan tangan kanan dan sambil duduk, berbicara sopan dengan siapa pun, serta masuk kelas dengan kaki kanan sambil mengucapkan basmallah. Siswa telah melalui tahap internalisasi karakter religius moral feeling (Thomas Lickona, 2013: 85-188) yang berkaitan dengan emosi seseorang dalam mersakan apa yang terjadi di sekitarnya. Moral feeling sesuai dengan tahap ngrasa sebagaimana yang diungkapkan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Sehingga ketika siswa melihat guru dan karyawan melaksanakan ibadah sholat dhuha dan zuhur berjamaah secara langsung, maka akan membuat siswa untuk tergerak hatinya ikut melaksanakan ibadah sholat berjamaah. d. Pengkondisian Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian bentuk pengkondisian lingkungan yang ada di sekolah dibagi menjadi dua yaitu bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas dan bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas. Bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas yaitu guru memberikan keteladanan sikap dan perilaku yang baik sehingga semua siswa di kelas dapat terkondisikan untuk mencontoh sikap dan perilaku guru. Selain itu, bentuk pengkondisian lingkungan di dalam kelas dengan cara membiasakan siswa untuk mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan dan menyediakan pojok perpustakaan di dalam kelas yang diisi dengan buku-buku keagamaan. Sedangkan bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas yaitu dengan menyediakan tempat ibadah yang nyaman yaitu mushola yang setiap hari dalam keadaan bersih, menyediakan alat ibadah yang 193
layak, memasang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama, memajang tulisan tentang tata cara beribadah, serta menyediakan satu buah papan pengumuman untuk menuliskan informasi kepada siswa atau wali murid termasuk jika akan memperingati hari besar keagamaan. Menurut Kemendiknas (2010: 17-18) untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Lingkungan SD Negeri Demakijo 1 telah mencerminkan adanya internalisasi karakter religius dengan menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung adanya kegaiatan keagamaan di sekolah. Berikut ini akan dibahas bentuk pengkondisian lingkungan di luar kelas yang guru maupun sekolah lakukan. 1) Menyediakan Tempat Ibadah yang Nyaman SD Negeri Demakijo 1 telah menyediakan tempat ibadah yang nyaman yaitu satu ruang mushola yang setiap hari dalam keadaan bersih. Selain itu, disediakan juga dua tempat wudhu untuk siswa putri yang berada di sebalah dalam dan untuk siswa laki-laki yang berada di sebelah luar. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Nurul Zuriah (2011: 87) bahwa sekolah perlu untuk dikondisikan sedemikian rupa, dengan menyediakan sarana fisik untuk ibadah. Sarana fisik yang dimaksud adalah ruang ibadah seperti mushola dan ruang agama bagi siswa yang non muslim. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Kemendiknas (2010: 26) salah satu indikator keberhasilan sekolah dalam menanamkan karakter religius adalah memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. Sehingga SD Negeri Demakijo 194
ini sudah memenuhi indikator sekolah yang berhasil dalam menanamkan karakter religius pada siswa. Dengan menyediakan tempat ibadah yang nyaman bagi siswa dapat mendukung proses tahapan internalisasi karakter religius pada siswa yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action sebagaimana yang diungkapkan oaleh Thomas Lickona (2013: 85-100). Pengkondisian lingkungan dengan menyediakan tempat ibadah yang nyaman dapat mendukung pelaksanaan kegiatan religius yang dilakukan di sekolah. Dengan menyediakan ruang ibadah yang bersih dan rapi akan membuat peserta didik merasa nyaman ketika melaksanakan ibadah. Dengan demikian, hal ini dapat mendukung adanya proses internalisasi karakter religius pada siswa. 2) Menyediakan Alat Ibadah yang Layak Sekolah telah menyediakan alat ibadah yang layak untuk digunakan siswa maupun guru saat melaksanakan ibadah di mushola. Adapun alat-alat ibadah yang ada di dalam mushola meliputi mukena, sarung, sajadah, tasbih, peci, iqra, dan AlQuran. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Nurul Zuriah (2011: 87) bahwa sekolah perlu untuk dikondisikan sedemikian rupa, dengan menyediakan sarana fisik untuk ibadah. Sarana fisik yang dimaksud termasuk juga menyedian alat ibadah yang layak. Ketersedian alat ibadah yang layak ini akan mendukung kegiatan-kegiatan religius yang diadakan di sekolah. dengan menyediakan alat ibadah yang layak bagi siswa dapat mendukung internalisasi karakter religius pada siswa melalui tahapan moral knowing, moral feeling, dan 195
moral action sebagaimana yang diungkapkan oaleh Thomas Lickona (2013: 85100). Pengkondisian lingkungan dengan menyediakan alat ibadah yang layak dapat mendukung pelaksanaan kegiatan religius yang dilakukan di sekolah. Dengan menyediakan alat ibadah yang bersih, harum, dan tertata rapi di almari akan mempermudah peserta didik untuk melaksanakan ibadah di sekolah. Sebab perlengkapan ibadah yang dibutuhkan siswa telah tersedia di sekolah. Dengan demikian, hal ini dapat mendukung adanya proses internalisasi karakter religius pada siswa. 3) Memasang Tulisan Dinding yang Berisi Ajakan Mematuhi Perintah Agama Sekolah telah memajang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama di dinding luar kelas dan dinding dalam mushola. Adapun tulisan yang ada di dalam mushola, yaitu: 1) Sebesar Keinsafanmu Sebesar Itu Pula Keburuntunganmu, 2) Agama Itu Adalah Nasehat, dan 3) Agama Islam Itu Tinggi Dan Tidak Ada Yang Melebihi. Sedangkan tulisan yang ada di dinding luar kelas, yaitu: 1) Awali Semua Dengan Doa, 2) Cintailah Saudaramu Seperti Mencintai Diri Sendiri, 3) Tangan Di Atas Lebih Baik Daripada Tangan Di Bawah, dan 4) Sayangi Saudaramu Seperti Kamu Menyayangi Dirimu Sendiri. Strategi ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Nurul Zuriah (2011: 87) bahwa suasana sekolah perlu dikondisikan sedemikian rupa, dengan penyediaan sarana fisik. Memasang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama merupakan salah satu contoh dalam penyedian sarana fisik yang mendukung adanya internalisasi karakter religius pada siswa. 196
Dengan memasang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama, dapat membantu proses internalisasi karakter religius pada siswa yang meliputi tahap moral knowing, moral feeling, dan moral action dapat berjalan dengan baik. Melalui tulisan dinding ini akan menambah pengetahuan agama siswa, sehingga dapat meningkatkan pemahaman agama anak yang pada akhirnya dapat diwujudkannya dalam bentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan agama dalam kehidupan sehari-hari. 4) Memajang Tulisan tentang Tata Cara Beribadah Sekolah telah memajang tulisan tentang tata cara beribadah yang digantung didinding dalam mushola. Tulisan tersebut meliputi: tulisan Asmaul Husna, Ilmu Tajwid, Jenis Bacaan Mad, dan Doa Sholat Dhuha. Strategi ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Nurul Zuriah (2011: 208) dalam matrik penjabaran dan penerapan nilai-nilai budi pekerti taat kepada ajaran agama bentuk pengkondisian lingkungan yang dapat dilakukan adalah memajang gambar/ sarana lain yang mengenalkan ciri-ciri agama. memajang tulisan tentang tata cara beribadah merupakan salah satu contoh dalam mengenalkan ciri-ciri agama tentang tata cara ibadah. Dengan memajang tulisan tentang tata cara beribadah, dapat membantu proses internalisasi karakter religius pada siswa yang meliputi tahap moral knowing, moral feeling, dan moral action dapat berjalan dengan baik. Melalui tulisan tentang tata cara beribadah akan menambah pengetahuan siswa tentang ibadah, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terkait pelaksanaan ibadah yang benar. Sehingga pada akhirnya pengetahuan dan pemaham tentang 197
tata cara beribadah tersebut dapat diwujudkannya dalam bentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan agama dalam kehidupan sehari-hari. 5) Memajang Pengumuman jika akan Memperingati Hari-Hari Besar Keagamaan Ketika akan memperingati hari besar keagamaan sekolah akan memberikan pengumuman secara langsung dan melalui surat edaran. Selain itu, pengumuman juga akan dituliskan pada papan pengumuman dari white board yang diletakkan di dekat parkiran guru. Sekolah sering memperingati hari besar keagamaan seperti Maulid Nabi dengan mengadakan pengajian di sekolah. Pada hari raya Idul Fitri diadakan kegiatan syawalan dan pada hari raya Idul Adha diadakan kegiatan menyembelih hewan kurban. Strategi ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Nurul Zuriah (2011: 208) dalam matrik penjabaran dan penerapan nilai-nilai budi pekerti taat kepada ajaran agama bentuk pengkondisian lingkungan yang dapat dilakukan adalah memajang pengumuman mengenai memperingati hari-hari besar keagamaan. Melalui strategi ini siswa diharapakan dapat mengenal hari-hari besar keagamaan apa saja yang perlu untuk mereka peringati. Dengan memajang pengumuman mengenai memperingati hari-hari besar keagamaan, dapat membantu proses internalisasi karakter religius pada siswa yang meliputi tahap moral knowing, moral feeling, dan moral action (Thomas Lickona, 2013: 85-100) dapat berjalan dengan baik. Melalui pajangan pengumuman jika akan memperingati hari besar keagamaan ini dapat menambah pengetahuan siswa tentang hari-hari besar keagamaan, sehingga dapat siswa dapat
198
memahami bentuk peringatan hari besar keagamaan yang nantinya dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. e. Faktor Penghambat Internalisasi Karakter Religius melalui Kegiatan Pengembangan Diri Berdasarkan
hasil
penelitian
hambatan
yang
ditemukan
dalam
menginternalisasikan karakter religius pada siswa melalui kegiatan pengembangan diri adalah kurangnya kesadaran dalam diri siswa sendiri untuk menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehari-hari dan kurangnya dukungan orang tua serta pengaruh lingkungan sekitar siswa yang kurang baik. Kesadaran dalam diri siswa ini menjadi bagian yang penting untuk mendukung terinternalisasinya karakter religius pada diri bahkan jiwa siswa. Sebab, dengan kesadaran siswa yang tinggi akan mempermudah proses internalisasi karakter religius. Selain itu, dengan adanya kesadaran dalam diri siswa sendiri akan membuat siswa menjadi lebih nyaman karena tidak terbebani dengan alasan melakukan suatu hal karena keharusan dari orang lain, akan tetapi anak dengan sendirinya sadar bahwa itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dengan senang hati. Kesadaran diri ini masuk ke dalam tahap moral feeling yang berkaitan dengan emosi seseorang dalam merasakan apa yang terjadi di sekitar lingkungannya (Thomas Lickona, 2013: 85-100). Kesadaran diri siswa ini sesuai dengan dua unsur dalam moral feeling yaiu conscince/ hati nurani dan self control/ pengendalian diri. Conscince/ hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar dan sisi emosional yaitu merasa kewajiban untuk melakukan apa yang benar. Sedangkan self control/
199
pengendalian diri akan membantu peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan etika yang berlaku. Hambatan selanjutnya yaitu kurangnya dukungan orang tua yang dan pengaruh lingkungan masyarakat sekitar siswa yang kurang baik. Kedua hal ini juga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam internalisasi karakter religius pada siswa. Orang tua dan keluarga merupakan tempat pertama kali siswa memperoleh pendidikan karakter sejak ia dilahirkan. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Hurlock (Syamsu Yusuf, 2004: 138) keluarga merupakan “Training Centre” bagi penanaman nilai-nilai. Orang tua yang mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama di rumah akan mendukung internalisasi karakter religius pada siswa. Sebab anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya tersebut di rumah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yudrik Jahja (2013: 51) beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak yaitu 1) konsisten dalam mendidik anak, 2) sikap orang tua dalam keluarga, 3) penghayatan dan pengamalan agama yang dianut, dan 4) sikap orang tua dalam menerapkan norma. Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan membuat internalisasi karkater religius siswa kurang maksimal. Sebab, di lingkungan masyarakat dan teman sebayanya anak akan mencontoh perilaku orang dewasa yang ada di sekitarnya. Jika orang dewasa yang ada di lingkungan siswa mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai ajaran agama, maka siswa akan menirunya begitu pula sebaliknya semua sikap dan perilaku orang dewasa yang tidak sesuai dengan 200
ajaran agama pun akan ditiru oleh siswa. Dengan demikian masyarakat juga berperan penting dalam mendukung internalisasi karakter religius pada anak. f. Internalisasi Karakter Religius melalui Pengintegrasan dalam Mata Pelajaran Internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan guru supaya siswa mengenal nilai-nilai karakter religius dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui proses pembelajaran. Adapun dari hasil penelitian pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan guru dengan mencantumkan karakter religius di dalam silabus dan RPP. Selain karakter religius di dalam silabus dan RPP juga tercantum karakter-karakter yang lainnya. Karater religius juga dimasukkan disetiap kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Strategi internalisasi karakter religius melalui pengintegrasaian dalam mata pelajaran sesuai dengan teori yang diungkapakan oleh Kemendiknas. Kemndiknas (2010: 18) mengungkapkan bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karkater bangsa diintergrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. 1) Karakter Religius Tertulis dalam Silabus Guru melakukan internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran dengan mencantumkan karakter religius di dalam silabus pembelajaran. Di setiap mata pelajaran telah tertuliskan karakter religius di dalamnya. Selain karakter religius, guru juga mencantumkan beberapa karakter bangsa yang ikut dituliskan dalam silabus pembelajaran.
201
Pada tahap ini siswa mencapai tahap internalisasi karakter religius moral knowing yaitu memahamkan pengetahuan sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100) bahwa ada tiga tahap dalam internalisasi karakter yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti (mengetahui) pada tahap internalisasi karkater religius yang disampaikan oleh K.H. Dewantara (Dwi Sisworo, 2012: 124). Tahap ngerti ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang apa yang dipelajariya. Karakter religius yang telah dicantumkan di dalam silabus kemudian guru turun ke dalam RPP. Guru menentukan materi-mataeri pelajaran yang dapat diakitkan dengan nilai religius. Sehingga siswa akan mengatahu pengetahuan-pengetahuan tentang nilai agama yang harus mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Karakter Religius Tertulis dalam RPP Karakter religius sudah guru cantumkan di dalam RPP melalui point pendidikan budaya dan karkater bangsa. Selain karakter religius, guru juga mencantumkan beberapa karakter bangsa lainnya dalam RPP. Guru mengaitkan karkater religius ke dalam kompetensi-kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Pada tahap ini guru telah melalui tahap internalisasi karakter religius moral knowing yaitu memahamkan pengetahuan sebagaimana yang diungkapakn oleh Thomas Lickona (2013: 85-100) bahwa ada tiga tahap dalam internalisasi karakter yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti (mengetahui) pada tahap internalisasi karkater religius yang 202
disampaikan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124). Tahap ngerti ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang apa yang dipelajariya. Karakter
religius
yang
telah
dicantumkan
di
dalam
RPP
kemudian
diimplementasikan ke dalam kegiatan pembelajaran. 3) Karakter Religius ada dalam Kegiatan Pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan guru menyisipkan karakter religius ke dalam kegiatan awal seperti pertama, pemberian salam. Di setiap awal pembelajaran guru selalu mengucapkan salam pada siswa. Kedua mengajak siswa berdoa, pada awal jam pelajaran pertama siswa diminta untuk membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan membaca arti dari doa tersebut. Di setiap awal pergantian jam pelajaran siswa bersama guru akan mengucapkan bacaan basmallah. Ketiga menanyakan kabar siswa, guru mengajak siswa untuk mengungkapkan syukur atas keadaannya dengan mengucapkan alhamdullilah. Keempat melakukan presensi kehadiran siswa, ketika ada siswa yang tidak berangkat karena sakit guru pun mengajak siswa untuk dapat mendoakan temannya tersebut supaya segera sembuh dan dapat segera masuk sekolah. Kelima memberikan motivasi, pada kegiatan pendahuluan tidak jarang guru juga memberikan motivasi pada siswa. Pemberian motivasi ini berupa memberikan nasehat pada siswa, seperti halnya ketika penelitian berlangsung ditemukan bahwa saat siswa memberikan kejutan ulang tahun pada wali kelasnya guru memberi nasehat pada siswa bahwa ulang tahun itu yang penting adalah ungkapan syukur atas umur yang panjang, bukan perayaannya. Mengingatkan siswa saat istrahat untuk makan dan minum sambil duduk dan dengan tangan kanan. Bertanya pada siswa siapakah yang sudah 203
melaksanakan sholat subuh. Keenam yaitu melakukan apersepsi, ketika melakukan apersepsi guru selalu mengaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari siswa dengan ajaran agama. Seperti saat pelajaran IPA, guru mengajak siswa untuk mensyukuri berbagai jenis energi yang telah Allah berikan. Pada pelajaran PKn, supaya harga diri tinggi maka harus menudukkan kepala ketika berdoa. Di dalam kegiatan pendahulan, guru telah mencapai unsur yang kedua, ketiga, keempat, dan kelima dalam mengembangkan religius anak sebagaimana yang diungkapkan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Unsur yang kedua yaitu melatih ibadat ditunjukkan dengan kegiatan berdoa sebelum belajar yang dilanjutkan dengan membaca artinya. Unsur yang ketiga yaitu memahamkan pengetahuan agama ditunjukkan pada kegiatan apersepsi yang guru lakukan dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari siswa dengan berbgai segi dalam agama. Unsur yang keempat yaitu pengalaman agama ditunjukkan dengan mengajak siswa untuk memiliki rasa empati ketika ada temannya yang tidak masuk sekolah karena sakit. Unsur yang kelima yaitu aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Unsur kelima ditunjukkan ketika siswa mensyukuri keadaannya yang sehat dengan mengucapkan alhamdulilah. Pada tahap internalisasi karakter religius kegiatan pendahulan ini melalui tahap moral knowing, moral feeling, dan moral action sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100). Tahap moral knowing, moral feeling, dan moral action ini sesuai dengan tahap internalisasi karakter religius yang disampaikan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012: 124) yaitu ngerti 204
(mengerti), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan). Tahap ngerti ditunjukkan dengan siswa mengetahui sikap dan perilaku yang boleh atau tidak boleh anak lakukan karena tidak sesuai dengan ajaran agama. Ngrasa ditunjukkan dengan mengasah empati siswa ketika ada teman yang tidak masuk sekolah karena sakit. Nglakoni ditunjukkan dengan mengajak siswa untuk mendoakan teman jika tidak masuk sekolah karena sakit atau sedang terkena musibah dan mengajak siswa untuk mensyukuri atas kondisinya yang sehat dengan mengucapkan alhamdulliah. 4) Karakter Religius ada dalam Kegiatan Inti Pada kegiatan inti guru mengaitkan karakter religius dengan kompetensikompetensi dasar dan indikator pada materi pelajaran. Dalam kegiatan inti guru mendesain suatu kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan karakter religius siswa seperti membentuk kelompok diskusi untuk melatih siswa menghargai setiap pendapat anggota kelompoknya yang merupakan bentuk dari toleransi. Pada kegiatan inti guru menyisipkan karakter religius ketika menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Pengintegrasian karakter religius dalam kegiatan inti ada pada mata pelajaran PKn, IPS, IPA, dan Pendidikan Agama Islam. Bentuk pengintegrasian yaitu ketika menyampaikan materi guru menyisipkan pesan-pesan moral yang bernuansa religius ke dalam pokok bahasan. Selain itu, guru juga mengaitkan materi pelajaran dengan kegiatan-kegiatan religius siswa yang dilakukannya dikehidupan sehari-hari. Contoh pengintegrasian dalam setiap mata pelajaran, yaitu: 1) PKn, dengan mengaitkan materi harga diri dengan sikap yang baik saat 205
berdoa. Guru memberi pesan supaya harga diri siswa tinggi dimata Allah, maka siswa harus menundukkan kepala ketika berdoa, 2) IPS, dengan mengaitkan materi jenis-jenis pekerjaan dengan rasa syukur atas pekerjaan orang tuanya, 3) IPA, dengan mengaitkan materi sumber energi dengan rasa bersyukur atas penciptaan sumber energi oleh Allah. Mengaitkan materi cara menghemat energi dengan sikap hemat menggunkan air sebagaimana rasullah hanya wudhu dengan segayung air, dan 4) Pendidikan Agama Islam, dengan mengaitkan materi tata cara membaca dan menulis surat Al-Quran dengan membaca dan menulis surat Al-Lahab. Dalam kegiatan inti guru menceritakan beberapa kisah pendek para Nabi. Melalui kisah Nabi yang guru ceritakan ini, siswa dapat termotivasi untuk memcontoh sikap dan perilaku para Nabi . Pemberian keteladanan ini melalui kisah Nabi Muhammad SAW yang tetap melaksanakan ibadah sholat subuh walaupun dalam keadaan yang gelap serta bagaimana Nabi berwudhu hanya dengan segayung air. Pemberian keteladanan melalui cerita sangat sesuai dengan perkembangan religius siswa yang dinyatakan oleh James W. Fowler (Paulus Dwi Hardianto, 2014: 19-20) bahwa anak usia 7-12 tahun memasuki pada tahap iman mitis –literal yaitu anak sudah mulai dapat menangkap makna cerita-cerita dan kepercayaan. Makna kehidupan tersebut mulai anak-anak temukan dalam ceritacerita atau dongeng keagamaan. Pada kegiatan inti ini guru mencapai unsur yang ketiga dalam mengembangakan religius anak sebagaimana yang diungkapkan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 4) yaitu memahamakan pengetahuan agama. 206
Sedangkan tahap internalisasi karakter religius yang dicapai siswa baru tahap moral knowing (Thomas Lickona, 2013: 85-100). Pada tahap moral knowing peserta didik baru mengetahui sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan agama dari penjelasan yang guru berikan. Siswa baru mengetahui bahwa perbuatan yang baik itu seperti apa dan perbuatan yang buruk itu seperti apa. Sehingga siswa belum sampai pada sikap siswa yang setuju atau tidak seteju dengan perbuatan baik tersebut serta belum sampai pada perwujudan perilaku siswa yang tampak. 5) Karakter Religius ada dalam Kegiatan Penutup Adapun pada kegiatan penutup guru menyisipkan karakter religius dengan cara memberikan soal evaluasi kepada siswa. Ketika mengerjakan soal evaluasi guru akan selalu mengingatkan siswa supaya mengerjakan dengan jujur. Selain itu karakter religius juga dapat dilihat pada setiap akhir pergantian jam pelajaran dengan mengajak siswa membaca hamdallah, mengucapkan salam, memberi motivasi dengan memberi nasehat agar rajin sholat lima waktu, memotong kuku pada hari Jumat, membantu orang tua. Sebelum pulang sekolah siswa dibiasakan membaca doa agar diberi petunjuk yang baik dan buruk dan doa kafaratul majelis. Pada kegiatan penutup guru telah mencapai unsur yang kedua yaitu melatih ibadat, dan unsur yang ketiga yaitu memahamkan pengetahuan agama dalam mengembangkan religius anak sebagaimana yang diungkapkan oleh Strak dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-4). Tahap internalisasi karakter religius yang dicapai siswa dapamap dari upaya yang guru lakukan yaitu moral knowing dan moral action (Thomas Likcona, 207
2013: 85-100). Tahap moral knowing sesuai dengan tahap ngerti dan tahap moral action sesuai dengan tahap nglakoni yang diungkapkan K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo: 2012: 124). Pada tahap moral knowing anak mengetahui sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan agama dari nasehat yang guru berikan. Tahap moral action ditunjukkan melalui kegiatan mengucapkan salam setiap selesai pelajaran. Unsur
yang
kedua
melatih
ibadat
ditunjukkan
dengan
kegiatan
membiasakan siswa berdoa sesudah pelajaran. Unsur yang ketiga yaitu memahamkan pengetahuan agama ditunjukkan dengan kegiatan guru memberikan nasehat pada siswa. Tahap moral knowing ini siswa baru mengetahui perbuatan yang harus mereka lakukan, yang didapatkan dari nasehat guru. Tahap moral action ditunjukkan dengan siswa berdoa sebeleum pulang sekolah dengan khusyuk, mengucakan salam ketika berpamitan dengan guru sambil bersalaman. g. Hambatan Internalisasi Karakter Religius melalui Penginetgrasian dalam Mata Pelajaran Berdasarkan hasil penelitian faktor yang menjadi penghambat dalam internalisasi karkater religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu kurangnya waktu untuk mengadakan kegiatan keagamaan di sekolah, dorongan dan dukungan orang tua yang rendah, adanya perbedaan agama dalam satu kelas menuntut guru untuk berhati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran, dan terlihat dalam mata pelajaran matematika, Bahasa Jawa, dan penjaskes karakter religius belum terintegrasikan dalam mata pelajaran tersebut. Faktor penghambat yang pertama adalah kurangnya waktu untuk melaksanakan kegiatan keagamaan di skeolah karena sekolah berstatuskan 208
sekolah negeri. Pada sekolah negeri intensiitas kegiatan keagamaan tidak sebanyak yang ada di sekolah SD IT atau Muhammadiyah. Akan tetapi dalam pelaksanaanya
guru
dapat
menyisipkan
kegiatan
keagamaan
dengan
mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan penanaman nilai-nila budaya dengan menggunkan metode pembelajaran aktif (Kemendiknas, 2011: 16). Faktor penghambat yang kedua yaitu dukungan orang tua yang rendah. Dukungan orang tua ini memang sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan internalisasi karakter religius pada siswa. Oleh karena itu teladan orang tua menjadi bagian yang sangat penting. Hal ini didukung oleh pendapat yang diungkapkan Agus Wibowo (2012: 120-121) bahwa keteladanan orang tua adalah faktor utama keberhasilan pendidikan karakter di dalam keluarga. “Air cucuran atap, jatuhnya kepelimbahan juga” demikian kata peribahasa yang erat kaitannya dengan tauladan orang tua atas anak. Agus Wibowo menambahkan bahwa banyak penelitian psikologi yang mengungkapkan bahwa sebagian besar yang anak-anak pelajari tidak berasal dari apa yang orang tua katakan ketika mengajar anaknya, namun sebagaian besar anak-anak belajar dari teladan orang tuanya. Faktor penghambat yang ketiga yaitu adanya perbedaan agama dalam satu kelas menuntut guru untuk berhati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran. Di SD Negeri Demakijo 1 tidak semua kelas diisi oleh siswa yang beragama islam sehingga dalam penyampaian materi pelajaran yang dikaitkan dengan karakter religius membutuhkan kehatian-hatian dari guru.
209
Faktor penghambat yang keempat yaitu karakter relligius belum banyak diinternalisasiakan pada mata pelajaran matematika, Bahasa Jawa, dan penjaskes. Hal ini karena guru merasa kesulitan untuk mengntegrasikan materi pelajaran tersebut dengan karakter religius. Sehingga karakter religius lebih dominan diintegrasikan pada mata pelajaran IPA, PKn, IPS, dan Pendidikan Agama. h. Internalisasi Karakter Religius melalui Budaya Sekolah Budaya sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius siswa di SD Negeri Demakijo 1 meliputi internalisasi karkater religius yang tercantum dalam aturan sekolah, pelaksanaan budaya religius dalam kegiatan di kelas, sekolah, dan luar sekolah. Strategi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kemendiknas (2010: 20) bahwa pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. Dalam menerapkan budaya sekolah yang mencerminkan karkater religius guru dapat dilakukan melalui pengadaan kegiatan yang dilakukan di kelas, sekolah, dan di luar sekolah. 1) Karakter Religius Tertulis dalam Aturan Sekolah Aturan sekolah yang mencerimkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa yaitu aturan yang mengatur tentang pelaksanaan sholat berjamaah, tadarus setiap hari Jumat, sholat dhuha, berdoa sebelum belajar, bagi siswa perempuan yang beragama muslim setiap hari Rabu dan Kamis diwajibkan
210
menggunkan jilbab, serta aturan yang tercantum dalam tata krama siswa SD Negeri Demakijo 1. Pada tahap ini siswa baru mencapai tahap moral knowing dalam tahap internalisasi karakter religius pada siswa sebagaiman ayang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100) bahwa ada tiga tahap dalam internalisasi karkater yaitu moral knowing¸ moral feeling, dan moral action. Tahap moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti yang disampaikan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo: 124) bahwa dalam internalisasi karakter religius melalui tiga tahap yaitu ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan). Adanya aturan yang mengatur pelaksanaan karakter religius pada siswa, maka siswa akan mengetahui sikap seperti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di lingkungan sekolah. Sehingga dapat menambah pengetahuan siswa tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Dengan demikian, upaya yang dilakukan guru dengan menginegrasikan karkater religius dalam tata krama siswa, maka siswa hanya sebatas tahu saja apa perilaku yang diperbolehkan dan yang dilarang. 2) Karakter Religius dilaksanakan dalam Kegiatan di Kelas Internalisasi karkater religius di kelas melalui pembiasaan berbaris di depan kelas sebelum masuk kelas dengan dipimpin oleh salah satu siswa yang mendapat giliran, mempersilahkan siswa perempuan terlebih dahulu yang masuk kelas, masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu dan mengucapkan basmallah sambil bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam, membiasakan anak berdoa doa sebelum belajar beserta artinya di awal jam pelajaran pertama, membiasakan anak berdoa doa agar diberi petunjuk yang baik dan doa penutup 211
majelis sebelum pulang sekolah, ketika pulang sekolah keluar kelas sambil bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam dan keluar dengan kaki kiri, setiap awal pergantian jam pelajaran membaca basmallah dan mengucapkan hamdallah disetiap akhir pergantian jam pelajaran, melakukan pemeriksaan kuku oleh siswa, bagi siswa yang ramai/ tidak mengerjakan tugas/ tidak mengerjakan PR menuliskan namanya di papan tulis, dan siswa mengucapkan istighfar jika melakukan kesalahan. Budaya kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa mencakup unsur yang kelima yaitu aktualiasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-5) dalam mengembangkan religius manusia meliputi menanamkan keyakinan agama, melatih ibadat, memahamkan pengetahuan agama, menjalankan pengalaman agama, dan aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Pada tahap ini siswa mencapai tahap nglakoni (melakukan). Sebagaimana yang diungkapan oleh K.H Dewantara (Dwi Siswoyo, 2012) mncetuskan konsep “Tringa”
dalam
menginternalisasikan karakter pada siswa yang terdiri dari ngerti (mengerti), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan). Nglakoni dapat meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya (Dyah Kumalasari, 2010: 55). Melalui strategi yang guru lakukan dnegan membudaya kegiatan-kegiatan religius di dalam kelas, membuat siswa mencapai tahap nglakoni yaitu siswa 212
menunjukkan perilaku yang berlandasakan pada nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga upaya yang guru lakukan melalui strategi ini dapat dikatakan berhasil, karena dapat memunculkan perilaku siswa yang sesuai karakter religius. 3) Karakter Religius dilaksanakan dalam Kegiatan di Sekolah Budaya sekolah yang mencerminkan adanya karakter religius yaitu membiasakan siswa berpakaian rapi, membiasakan siswa bersalaman sambil mengucapkan salam saat tiba di sekolah, pelaksanaan ibadah sholat dhuha bagi semua kelas sesuai dengan jadwal yang ditentukan, pelaksanaan ibadah sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, dan pelaksanaan kegiatan tadarus setiap hari Jumat pagi, melakukan kegiatan selama bulan ramadhan seperti: buka bersama, pesantren kilat, pengisian buku kegiatan ramadhan, zakat fitrah, dan syawalan pada hari raya Idul Fitri, memperingati Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban, mengadakan pengajian waktu memperingati Maulid Nabi. Budaya sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa mencakup unsur yang kelima yaitu aktualiasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-5) dalam mengembangkan religius manusia meliputi menanamkan keyakinan agama, melatih ibadat, memahamkan pengetahuan agama, menjalankan pengalaman agama, dan aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Pada tahap ini 213
siswa mencapai tahap nglakoni (melakukan) yaitu menerapkan semua pengetahuan dan pemahaman agamannya dalam tindakan yang nyata. Upaya yang dilakukan sekolah dengan membudayakan kegiatan-kegiatan religius di sekolah, berdampak pada perilaku siswa yang senenatiasa berlandasakan pada nilai-nilai religius. Berdasarkan hasil penelitian nglakoni ini ditunjukkan dengan siswa berjabat tangan dengan guru setibanya di sekolah sambil mengucapkan salam, dan ikut serta dalam peringatan hari besar keagamaan di sekolah. 4) Karakter Religius dilaksanakan dalam kegiatan di Luar Sekolah Karakter religius dilaksanakan dalam kegiatan di luar sekolah melalui kegiatan ekstrakulikuler Baca Tulis Al-Quran atau TPA yang dilaksanakan oleh kelas rendah dengan jadwa hari Senin kelas I A dan III A, hari Selasa kelas I B dan III B, serta hari Jumat kelas II A dan II B. Pengajar TPA merupakan guru dari lembaga Fitri Insani. Selain itu, budaya sekolah di luar sekolah yaitu mengikuti lomba betemakan keagamaan atau MTQ setiap tahunnya serta pemberian motivasi bagi kelas VI sebelum ujian nasional yang diisi dengan siraman rohani dan doa bersama. Budaya luar sekolah yang mencerminkan karakter religius ini baru mencapai unsur
yang ketiga
yaitu memahamakan pengetahuan agama
sebagaimana yang disampaikan oleh Stark dan Glock (Mohamad Mustari, 2014: 3-5) dalam mengembangkan religius manusia meliputi menanamkan keyakinan agama, melatih ibadat, memahamkan pengetahuan agama, menjalankan pengalaman agama, dan aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh 214
seseorang yang berupa sikap, ucapan dan perilaku atau tindakan. Kegiatan BTA dan ikut serta perlombaan sebatas mengajarkan pengetahuan tentang agama pada anak. Pada tahap ini siswa baru mencapai tahap moral knowing dalam tahap internalisasi karakter religius pada siswa sebagaiman ayang diungkapkan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100) bahwa ada tiga tahap dalam internalisasi karkater yaitu moral knowing¸ moral feeling, dan moral action. Tahap moral knowing ini sesuai dengan tahap ngerti yang disampaikan oleh K.H. Dewantara (Dwi Siswoyo: 124) bahwa dalam internalisasi karakter religius melalui tiga tahap yaitu ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan). Unsur religius memahamkan pengetahuan agama siswa dapat dilihat dengan sekolah mengadakan kegiatan ekstrakulikuler BTA bagi siswa kelas I, II, dan III. Melalui esktrakulikuler BTA ini siswa bekali pengetahuan tentang tata cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Sehingga siswa baru mencapai pada tahap moral knowing, yaitu siswa baru memahami cara membaca Al-Quran yang benar. Selain itu, melalui kegiatan MTQ ini siswa juga mengetahui tentang pengetahuan-pengetahuan agama yang lebih banyak lagi seperti melalui lomba CCA, qiroah, hafalan, dan lainnya. i. Hambatan internalisasi Karakter Religius melalui Budaya Sekolah Berdasarkan hasil penelitian hambatan yang ditemukan guru dalam internalisasi karaktere religius melalui budaya sekolah yaitu waktu yang kurang dalam melaksanakan kegiatan keagamaan di sekolah karena status sekolah yang negeri membuat porsi untuk kegiatan keagamaannya terbatas. Selain itu pengaruh 215
lingkungan anak dan dukungan orang tua di rumah yang kurang. Jika dari segi siswa adalah kesadaraan siswa sendiri yang rendah. Ketersedian dana untuk mengikuti perlombaan. Ketika mencari peserta untuk lomba seni baca Al-Quran guru kesulitan menemukannya. Terutama untuk siswa laki-laki yang memiliki bakat seni baca Al-Quran yang bagus. Hambatan yang pertama yaitu waktu pelaksanaan kegiatan religius yang kurang karena status sekolah negeri. Di sekolah negeri kegiatan keagamaan memang sangat terbatas sehingga harus menuntut kreativitas guru untuk dapat menyisipkan kegiatan-kegiatan keagamaan pada waktu pembelajaran. Menurut Kemendiknas (2010: 16) terkait dengan pendidikan karakter, setiap satuan pendidikan dapat mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan penanaman nilai-nilai budaya dengan menggunkan metode pembelajaran aktif. Sehingga guru dapat menyisipkan kegiatan yang berkaitan dengan karakter religius ke dalam kegiatan sebelum awal pembelajaran, selama proses pembelajaran, pemberian tugas individu maupun kelompok. Hambatan yang kedua yaitu pengaruh lingkungan anak dan dukungan orang tua di rumah yang kurang. Orang tua dan rumah sebagai pusat pendidikan karakter yang pertama dan utama bagi anak sudah semestinya mampu menunjukkan teladan yang baik dalam bersikap sesuai dengan karakter religius. Jika orang tua dan lingkungan sekitar siswa tidak mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan karakter religius maka sudah pasti internalisasi karakter tersebut akan gagal. Hal ini didukung oleh pendapat yang disampaikan Melly Latifah (Agus Wibowo, 2012: 106) bahwa keberhasilan pendidikan karakter dalam 216
keluarga, akan memuluskan pendidikan karakter dalam lingkup-lingkup selanjutnya. Sebaliknya, kegagalan pendidikan karkater dalam keluarga, akan menyulitkan institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah), untuk memperbaiki kegagalan itu. Hambatan yang ketiga yaitu kesadaraan siswa yang rendah dalam menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan masih ditemukannya beberapa siswa yang makan sambil berdiri dan dengan tangan kiri, berbicara kotor, dan berbohong pada guru. Padahal dengan timbulnya kesadaraan dalam diri siswa akan membantu internalisasi karkater religius berjalan dengan baik. Sebab ketika kesadaraan siswa rendah, maka siswa telah gagal dalam mencapai tahap moral feeling sebagai mana yang disampaikan oleh Thomas Lickona (2013: 85-100) pada tahap internalisasi nilai.
Dengan
demikian ada beberapa aspek dalam moral feeling yang hilang diantaranya 1) conscience/ hati nurani yang memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar dan sisi emosional yaitu merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar, 2) self esteem/ harga diri, sebab peserta didik yang memiliki harga diri yang positif terhadap dirinya sendiri akan lebih mungkin untuk memperlakukan orang lain dengan cara yang positif, dan 3) self control/ pengendalian diri akan membantu peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan etika yang berlaku. Kendali diri juga diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan terhadap diri sendiri. Hambatan yang terakhir adalah ketersedian dana untuk mengikuti perlombaan serta sulitnya mencari peserta untuk lomba seni baca Al-Quran 217
terutama untuk siswa laki-laki. Anggaran dana yang diberikan kepada sekolah untuk biaya lomba keagamaan memang terbatas sehingga perlu adanya upaya dari sekolah sendiri supaya dapat ikut berpartispasi dalam kegiatan lomba keagamaan. Kesulitan dalam mencari peserta lomba seni baca Al-Quran khususnya untuk siswa laki-laki dirasakan guru karena siswa yang memiliki bakat dalam seni baca Al-Quran sulit ditemukan. Dan jika dilatihpun akan sulit, sebab guru berpendapat bahwa seni itu merupakan bakat yang dibawa sejak anak lahir. C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang berjudul “Internalisasi Karakter Religius di SD Negeri Demakijo 1” ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan peneliti. Kekurangan tersebut yakni peneliti tidak mengajak teman sejawat dalam melaksanakan penelitian sehingga peneliti tidak bisa mengamati internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 secara keseluruhan. Selain itu, kepala sekolah yang tadinya akan dijadikan narasumber tidak bisa diwawancarai karena ternyata sudah purna tugas. Sehingga peneliti memutuskan wakil pelaksana kepala sekolah yang dijadikan narasumber untuk wawancara. Oleh karena itu, peneliti masih terbatas untuk menyimpulkan lebih luas mengenai internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1.
218
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 sebagai berikut. 1. Internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 meliputi: upaya internalisasi yang dilakukan guru, sikap siswa yang terbentuk, serta perilaku siswa yang muncul. Upaya internalisasi dilakukan melalui: a) strategi pengembangan diri, meliputi; 1) kegiatan rutin, berupa kegiatan yang dilaksanakan setiap hari/minggu/tahun secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Sikap siswa yang terbentuk adalah sadar untuk melaksanakan ibadah karena itu merupakan perintah Tuhan. Perilaku siswa yang muncul yaitu: siswa berdoa sebelum pelajaran beserta artinya yang dipimpin oleh salah satu siswa secara bergiliran, membaca doa kafaratul majelis sebelum pulang sekolah, dan membaca doa sholat dhuha beserta artinya setelah selesai sholat; 2) kegiatan spontan, berupa: (a) memberikan peringatan pada siswa yang melakukan kesalahan dengan cara menasehati serta meminta anak untuk beristighfar, dan (b) memberikan pujian pada siswa yang berbuat kebaikan, caranya memberikan hadiah, tepuk tangan, dan memujinya dengan berkata “sholeh/ sholih, bagus, dan pintar”. Sikap siswa yang terbentuk yaitu siswa mau mengucapkan istighfar supaya dosa-dosanya hilang dan karena takut kepada Allah. Perilaku siswa yang muncul setiap kali siswa melakukan kesalahan siswa mengucapkan istighfar, 3) keteladanan, dengan cara guru ikut 219
serta dalam kegiatan keagamaan seperti: (a) berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan sikap yang khusyuk, (b) kegiatan tadarus, dan (3) sholat dhuha dan zuhur berjamaah di mushola sekolah. Sikap siswa yang terbentuk adalah akan mencontoh perilaku yang guru lakukan dalam mengikuti kegiatan keagamaan. Perilaku yang muncul yaitu siswa ikut berdoa dengan sikap yang khusyuk, sholat berjamaah, dan tadarus, 4) pengkondisian lingkungan, dengan cara menyediakan: (a) sarana dan prasarana ibadah yang memadai, (b) memajang tulisan tentang tata cara beribadah dan ajakan mematuhi perintah agama, serta (c) pemberian pengumuman saat akan memperingati hari besar keagamaan. Sikap siswa yang terbentuk siswa mau merapikan mukena yang berantakan di dalam mushola. Perilaku yang muncul tidak ada siswa yang merapikan mukena; b) strategi pengintegrasian dalam mata pelajaran dengan cara: 1) mencantumkan karakter religius pada silabus dan RPP, dan 2) menyisipkan pesan moral religius ke dalam setiap kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup) pada mata pelajaran IPA, IPS, PKn, dan Pendidikan Agama Islam. Sikap siswa yang terbentuk siswa mau mengucapkan alhamdulilah karena itu perintah Allah tidak terpaksa. Perilaku siswa yang muncul siswa mengucapkan alhamdulilah; c) strategi budaya sekolah, dengan cara: 1) menyisipkan pelaksanaan karakter tata krama siswa, serta 2) dalam kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, sekolah, dan luar sekolah. Sikap siswa yang terbentuk siswa senang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah. Perilaku siswa yang muncul siswa ikut dalam kegiatan keagamaan di sekolah. 220
2. Hambatan dalam upaya internalisasi karakter religius di SD Negeri Demakijo 1 yaitu: a) rendahnya kesadaran siswa untuk menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehari-hari, b) kurangnya dukungan orang tua, c) pengaruh lingkungan sekitar siswa yang tidak baik, d) kurangnya waktu untuk mengadakan kegiatan keagamaan di sekolah, e) adanya perbedaan agama dalam satu kelas menuntut guru untuk berhati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran, f) ketersedian dana untuk mengikuti lomba keagamaan yang terbatas, dan g) sulitnya mencari peserta lomba seni baca Al-Quran. B. Saran Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1. Sebaiknya guru membuat patokan khusus terkait jumlah istighfar yang diucapkan siswa ketika melakukan kesalahan. Supaya siswa tidak kembali melakukan kesalahan yang sama. 2. Sekolah sebaiknya membuat jadwal piket membersihkan mushola untuk siswa. Supaya siswa dapat berperan aktif dalam menjaga kebersihan mushola dan kerapian alat ibadah yang ada di mushola. 3. Sekolah sebaiknya memperdengarkan suara azan ketika waktu sholat zuhur tiba yang dikumandangkan oleh siswa dengan jadwal yang sudah ditentukan. 4. Guru sebaiknya membuat buku kegiatan sholat dan perilaku baik yang diberikan pada siswa yang berupa cek list. Sehingga guru dapat memantau apakah siswa sudah berperilaku sesuai dengan karakter religius dalam kehidupan sehari-harinya. 221
5. Sekolah sebaiknya mengadakan kegiatan parenting yang diadakan setiap berapa bulan sekali untuk meningkatkan dukungan orang tua dalam membimbing anak berperilaku sesuai dengan karakter religius. Kegiatan parenting ini bertujuan untuk membelajarkan orang tua siswa bagaimana cara membina anak supaya berkarakter religius.
222
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Munir. (2010). Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Abin Syamsuddin Makmun. (2005). Remaja Rosdakarya.
Psikologi Kependidikan. Bandung: PT
Agus Abdul Rahman. (2014). Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Agus Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yoyakarta: Pustaka Pelajar. Agus Wibowo. (2013). Pendidikan Karakter Berbasis Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Akhmad Muhaimin Azzet. (2013). Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Darmiyati Zuchdi. (2015). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dwi Siswoyo. (2012). Membangun Konstruk Filosofi Pendidikan Nasional Pancasila Sebuah Pendekatan Hermeneutika Dialektis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Dyah Kumalasari. (2010). “Konsep Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan Taman Siswa (Tinjauan Humanis-Religius). Jurnal Istoria, VIII (1): 55. Endah Sulityawati. (2012). Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. Fuad Ikhsan. (2005). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. http://daerah.sindonews.com/read/1133848/190/bocah-sd-jadi-korban-sodomisiswa-sma-1472063807 (25 Oktober 2016) http://fajar.co.id/2016/11/02/nekat-nyolong-buku-di-perpus-ternyata-duitnya untuk-main-game-online/ (diakses 3 November 2016 pukul 16.00) Jalaluddin. (2010). Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo. 223
Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press. Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Kemendiknas. (2011). Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Kirschenbaum, H. (1995). One hundred ways to enhance values and morality in schools and youth settings. Needham Heights, MA: Allyn and Bacon. Lexy J. Moleong. (2007). Metodologi Penelitaian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Masnur Muslich. (2011). Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Akasara. Mohamad Mustari. (2014). Nilai Karkater Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Muchlas Samani & Hariyanto. (2013). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhaimin dkk. (1996). Strategi Belajar Mengajar (Penerapan dalam pembelajaran pendidikan Agama). Surabaya: Citra Media Muller, Daniel J. (1992). Mengukur Sikap Sosial Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi. Terjemahan: Eddy Soewardi Kartawidjaja. Jakarta: Bumi Aksara. Novan Ardy Wiyani. (2013). Konsep, Praktik & Strategi Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Nurul Zuriah. (2011). Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Paulus Dwi Hardianto. (2014). “Pentingnya Pendidikan Interreligius di Sekolah Dasar”. Jurnal Teologi, 03 (01): 19-20. Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa. (2006). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
224
Psikologi
Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Melalui Peningkatan Pertimbangan Moral. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuanititatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanta. (2006). Sikap: Konsep dan Pengukuran. Jurnal Administrasi Bisnis, 2 (02). Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syamsul Kurniawan. (2013). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Thomas Lickona. (2013). Educating for character:how our schools can teach respect and responsbility. Terjemahan: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: PT Bumi Aksara. Uri Wahyuni. (2015). Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa di SD Jigudan Triharjo Pandak Bantul. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta. Diakses dari http://repository.upy.ac.id/318/1/Artikel%Uri%20Wahyuni%20(111426001 24).pdf pada tanggal 18 Desember 2016.
225
LAMPIRAN
226
Lampiran 1. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Data Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
No 1.
2.
3.
REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH MENGENAI INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 Pertanyaan Jawaban Reduksi Kesimpulan Apa sajakah karakter “Antara lain sholat dhuha, jamaah Karakter religius yang Menurut Kepala Sekolah macam karakter religius religius yang zuhur, 5 S di depan itu, PHBI tiap diinternalisasikan meliputi siswa yang diinternalisasikan adalah pembiasaan sholat diinternalisasikan di hari besar agama islam itu, mengikuti sholat dhuha dan zuhur dhuha dan sholat zuhur, memperingati setiap hari sekolah ini? kemudian bantuan anak-anak ke berjamaah, memperingati hari besar besar agama, pemberian bantuan kepada korban yang kena musibah bencana alam, keagamaan, membantu sesama, bencana, anak yang sedang sakit, pemberian anak sakit, keluarga yang mengikuti kegiatan tadarus, dan berdoa bantuan pada keluarga siswa yang meninggal, meninggal, korban, tadarus tiap sebelum dan sesudah pelajaran. tadarus setiap hari Jumat, serta membaca doa hari Jumat. Kemudian berbaris di sebelum dan sesudah pelajaran. depan kelas itu ya, berdoa semau belajar dan sehabis belajar.” Bentuk kegiatan apa “5 S itu tiap hari itu dengan cara Bentuk kegiatan rutin dalam rangka Kegiatan yang secara rutin dilaksanakan adalah yang secara rutin oleh piket ya, kemudian untuk yang internalisasi karakter religius yaitu pembiasaan 5 S, berdoa sebelum dan sesudah Bapak/ Ibu guru doa itu juga tiap hari, sholat itu kegiatan berdoa dan sholat berjamaah. pelajaran, pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur laksanakan dalam rangka juga tiap hari hanya waktu yang sesuai jadwal. menginternalisasikan berbeda. Kan tempatnya terbatas, karakter religius pada nanti kelas I kelas II tapi nanti siswa? semuanya kebagian.” Hal apa yang spontan “Kita panggil kita bicara, lalu itu Hal spontan yang dilakukan guru ketika Hal spontan yang akan dilakukan Kepala Sekolah dilakukan oleh ringan ya cukup anaknya tapi menjumpai siswa yang melakukan ketika menjumpai siswa yang melakukan Bapak/Ibu guru ketika kalau ada perlu konsultasi orang tindakan tidak baik yaitu dengan kesalahan yaitu memanggil anak yang menjumpai siswa tuanya kita panggil orang tuanya. memanggilnya, menasehati, dan bersangkutan kemudian dinasehati. Jika 227
4.
5.
melakukan tindakan yang Untuk hukuman itu sudah memberinya hukuman untuk tidak baik? dilakukan oleh guru kelasnya, ada mengambil sampah dengan jumlah yang yang ambil daun dan sampah di ditentukan. hitung berapa sekaligus untuk membimbing anak disiplin juga untuk melatih perhitungan matamatika itu ada. Tapi tidap kelas tidak sama. Hukuman secara fisik tidak ada.” Bagaimana bentuk “Termasuk memberi contoh kita 5 Keteladanan yang guru berikan yaitu keteladanan Bapak/ Ibu S, termasuk kita langsung memberi contoh dengan menerapkan 5 guru yang dapat memimpin sholat. Kemudian kita S, menjadi imam dalam pelaksanaan dijadikan teladan bagi berpakaian, kemudian pas sholat, berzikir setelah selesai sholat, siswa dalam istirahat kita juga memantau di dan berpakian rapi. mencerminkan karakter halaman sepertia apakah anak religius? kalau bermain. setelah sholat zuhur pun imamnya memimpin berzikir tapi zikirnya tidak yang terlalu panjang kita ambil yang pendek. Itu kan satu hari untuk sholat kan gantian, nanti kalau dikasih terlalu lama nanti kan... sebab itu kan nanti dilanjutkan kelas selanjutnya.” Bagaimana bentuk “Ya.. untuk lingkungan terutama Bentuk pengkondisian lingkungan yang pengkondisian untuk yang kelas itu dari anak- dilakukan yaitu dengan menyediakan 228
membutuhkan konsultasi dengan orang tuanya akan dipanggilkan orang tuanya. Hukuman lain yang biasa diberikan dengan memint siswa mengumpulkan sampah sesuai jumlah yang ditentukan.
Kepala Sekolah memberikan teladan dengan menerapkan 5 S, menjadi imam sholat dan memimpin ketika berdzikir selesai sholat, berpakian rapi.
Bentuk pengkondisian lingkungan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah supaya karakter religius
lingkungan baik sekolah maupun kelas yang Bapak/ Ibu lakukan untuk mendukung berkembangnya karakter religius siswa?
6.
7.
Hambatan apa yang sering ditemukan oleh Bapak/Ibu guru dalam menginternalisasikkan karakter religius melalui program pengembangan diri? Apa saja bentuk budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa?
anak sendiri, kemudian juga tempat ibadah yang nyaman dan dibantu secara umum oleh Pak memjang tulisan bertemakan bon sendiri dan ada satu lagi yang keagamaan di dinding luar kelas. khusus untuk mengurusi kamar mandi. Kemudian untuk yang mushola juga kita berikan pada Pak bonnya sendiri. Untuk pajangan ya ada tapi belum merata itu, umpa itu di sana ada berdoa tapi ya kita buatkan juga tapi sudah banyak yang rusak itu tulisan-tulisan itu.” “Hambatannya engga ada Guru tidak menemukan hambatan hambatannya.” melalui program pengembangan diri.
terinternalisasikan yaitu dengan memajang tulisan bertemakan keagamaan di dinding luar sekolah.
“Untuk budaya berpakaian itu, doa itu tadi, tadarus, ya hampir sama dengan yang nganu tadi ya yang pertama tadi. Yang muslim itu tidak diwajibkan berjilbab hanya disarankan kan itu nanti berkembang. Jadi yang tidak pake
Bentuk budaya sekolah yang mencerminkan adanya karakter religius adalah budaya berpakaian yang rapi. Walaupun tidak diwajibkan berjilbab hampir 100 persen siswa yang beragama muslim mengenakan jilbab, tadarus. Sedangkan budaya kelas yaitu pembiasaan berdoa sebelum belajar beserta artinya supaya dapat dihayati oleh siswa,
Bentuk budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu pembiasaan mengenakan pakaian yang menutup aurat, berdoa, tadarus, dan mengenakan jilbab bagi siswa perempuan yang beragama muslim. 229
Kepala Sekolah tidak menemukan hambatan dalam menginternalisasikan karakter religius melalui program pengembangan diri.
8.
Bagaimana partisipasi sekolah dalam mengikuti perlombaan yang bertema keagamaan di luar sekolah?
itu tetap pake hanya nanti kan lama-lama dia akan tahu sendiri. tapi ternyata sekarang ya hampir 100% untuk yang putri pake jilbab. Doa sebelum belajar itu juga pake artinya, ya karena supaya bisa diresapi oleh anak. Sebelum pulang sekolah itu doanya yang dibaca itu dua ya, tafaratul majelis sama doa untuk mohon ditunjukkan baik dan buruk.” “Bagus ya, setiap ada lomba kita ikut ya. Yang pasti tiap tahun itu ada lomba di sini itu MTQ. Ya tiap tahun meskipun hanya harapan satu dua mesti ada. Pesertanya karena itu tingkat SD, untuk yang CCA hanya kelas VI. Tapi untuk yang lain bisa kita ikutkan, untuk pidato bisa kelas II. Kemudian untuk hafalan bisa kelas ya karena anaknya bisa kelas III. Jadi variasi anaknya, hanya khusus yang CCA yang kelas VI. Lomba di dalam sekolah
doa sebelum pulang sekolah yaitu doa tafaratul majelis dan doa untuk mohon ditunjukkan baik dan buruk.
Partisipasi sekolah dalam mengikuti perlombaan yang bertema keagamaan di luar sekolah yaitu dengan mengikuti lomba MTQ.
230
Setiap tahun sekolah mengikuti perlombaan MTQ. Peserta lomba diambil dari kelas berapa pun, hanya cabang lomba CCA saja yang pesertanya siswa kelas VI.
9.
Apa sajakah kegiatan ekstrakulikuler di sekolah ini yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius?
10.
Menurut Bapak/ Ibu guru hambatan apa saja yang ditemukan ketika melaksanakan internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah?
11.
Apakah dalam membuat silabus dan RPP Bapak/Ibu guru sudah memuat karakter religius?
yang rutin itu hanya spontanitas melihat situasi.” “Dulu itu agak banyak, tapi sekarang berkurang yang masih itu TPA. Dulu itu ada hadroh juga qiroah ya karena pesertanya. Ya yang masih jalan ekstranya yang tinggal itu TPA. Kalau qiroah itu pesertanya yang sulit peminatnya yang kurang. TPA yang mengajar dari luar. Kita kerjasama dengan Fitri Insani.” “Hambatannya ya kadang ada satu dua masalah biaya, karena untuk itukan dibatasi ya. Kemudian untuk keduanya pesertanya, jadi kan kadang kita mudah mencarinya kadang tidak. Kemarin kita tidak bisa mencari yang ikut MTQnya, tapi untuk yang lain-lain bisa.” “Itu kan saya kepala sekolah tidak tahu persis ya mbak, saya baru PLT satu minggu ini ya mbak. Kalau di tempat agama ya ada ya mbak tapi untuk yang itu saya
Kegiatan ekstrakulikuler sekolah yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius yaitu Baca Tulis Al-Quran (BTA) yang bekerjasama dengan lembaga Fitri Insani sebagai tenaga pengajarnya.
Adapun ekstrakulikuler yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius adalah TPA atau BTA (Baca Tulis Al-Quran). Sekolah bekerja sama dengan lembaga Fitri Insani sebagai pengajarnya.
Hambatan yang ditemukan ketika internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah yaitu dana mengikuti lomba keagamaan yang terbatas serta sulitnya mencari peserta lomba MTQ.
Hambatan yang ditemukan menurut Kepala Sekolah dalam intenalisasi karakter religius melalui budaya sekolah adalah masalah dana yang terbatas dan sulit mencari peserta lomba MTQ yang memiliki kemampuan untuk mengikuti lomba.
Bapak/ibu guru sudah memuatkan Bapak Ibu guru sudah memuatkan karakater karakter religius dalam silabus dan RPP religius dalam setiap pembuatan silabus dan RPP. apalagi bagi kelas yang telah menerapkan K13. 231
12.
Bagaimana cara Bapak/ Ibu guru dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa selama proses pembelajaran?
13.
Hambatan apa saja yang ditemukan dalam internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran?
tidak tahu persis. Tapi kalau secara umum kelihatnnya sudah masuk mbak, apalagi yang K13 itu jelas sudah masuk ya mbak.” “Ya itu untuk awal itu memang kita buat anak supaya tertarik dulu, mungkin dengan permainan, kadang dengan nyanyian, kadang dengan tanya jawab, intinya ya pokoknya supaya anak tertarik dulu. Kan biasanya untuk anak kan juga sulit untuk menerima pelajaran praktiknya juga sulit.” Tidak ditemukan data selama proses wawancara.
Cara yang digunakan untuk menginternalisasikan karakter religius pada siswa selama proses pembelajaran yaitu dengan menarik perhatian siswa melalui permainan, nyanyian, dan tanya jawab.
Cara untuk menginternalisasikan karakter religius selama proses pembelajaran dengan menarik perhatian siswa melalu permainan ataupun nyanyian sert tanya jawab.
Tidak ditemukan data selama proses Tidak ditemukan data selama proses wawancara. wawancara.
232
Lampiran 2. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Data Hasil Wawancara dengan Guru REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN GURU MENGENAI INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 No. Pertanyaan Sumber Jawaban Reduksi Kesimpulan 1. Apa sajakah Pak Adt “Diantaranya adalah untuk ibadah adalah Karakter religius yang Karakter religius yang diinternalisasikan karakter rajin beribadah, ibadah tepat waktu, terus diinternalisasikan adalah ketaatan adalah rajin ibadah, ibadah tepat waktu, infaq, religius yang berinfaq, membantu sesama, kegiatan dalam ibadah yang diwujudkan tadarus, pengajian, pakaian yang menutup diinternalisasik tadarus, yang tadi masuk kegiatan melalui kegiatan rajin beribadah, aurat, sholat wajib, sholat dhuha, TPA, an di sekolah menolong sesama ya.., tadi ada infaq ibadah tepat waktu, berinfaq, pemberian bantuan pada korban bencana, ini? untuk bantu korban bencana lewat infaq, membantu sesama, tadarus, buka mengucapkan salam ketika bersalaman ada yang lainnya tapi mungkin pas event bersama saat ramadhan, dan dengan bapak ibu guru, masuk kelas dengan tertentu saja ya. Kalau pas puasa ada buka pengajian dalam memperingati hari kaki kanan dan mengucapkan basmallah bersama untuk kebersamaan, ada juga besar keagamaan. sebelumnya dengan bersalaman sambil penanaman nilai agama melalui kegiatan ucapkan salam, tata cara makan yang benar, pengajian pada event tertentu seperti bersikap sopan dengan orang lain dan orang maulid Nabi.” (9 Januari 2017) tua, memperingati hari besar keagamaan, siswa perempuan tidak Bu End “Ya seperti dari pakaian mbak jelas nggih, Karakter religius yang membiasakan pakaian kita walapun sekolah negeri diinternalisasikan adalah menyentuh siswa laki-laki dan sebaliknya tapikan mbake kan bisa lihat to itu yang pembiasaan siswa untuk karena bukan mahromnya. putri jilbab semua. Ya jilbab itu bukan mengenakan pakaian yang diwajibkan tapi kita menganjurkan. Yaitu menutup aurat dan pembiasaan kita mau menunjukkan walapun sekolah melaksanakan sholat wajib dan negeri tapi religiusnya mau kita kelihatkan dhuha berjamaah. kita nampakkan. Selain itu, kegiatan keagamaan misalnya sholat wajib, sholat 233
Bu Pri
Bu Mu
dhuha, yang di mana di sekolah negeri kebanyakan belum.” (10 Januari 2017) “Religius berarti pada agama ya mbak? Satu sholat dhuha, terus sholat wajib kalau pas ada kegiatan di sekolah. Jadi jam-jam itu, terus kemudian TPA, kemudian juga ada infaq latihan untuk, terus misalnya kalau ada sumbangan-sumbangan kalau ada bencana, ada orang meninggal itu juga bisa, kayaknya cuman itu.” (10 Januari 2017) “Yang jelas itu, saya itu sebisa mungkin kebetulan kelas III A itu kan muslim semua. Jadi buat saya itu lebih mudah menghandel ke arah yang sesuai dengan tuntutan islam. Sebisa mungkin apapun yang dilakukan siswa itu selama itu ada dan diajarkan oleh agama islam saya terapkan itu. Misalnya saat yang paling sederhana ketika bertemu dengan bapak ibu guru di depan, itu kan mengucapkan salam sambil bersalaman. Kalau masuk kelas, masuk dengan kaki kanan, sebelumnya nanti salaman dulu, dengan
Karakter religius yang diinternalisasikan adalah 1) ketaatan dalam melaksanakan ajaran agamanya yang diwujudkan melalui pelaksanaan kegiatan sholat dhuha dan wajib di sekolah, TPA, infaq, dan 2) hidup rukun dengan pemeluk agama lain dengan saling membantu jika ada teman yang sedang mengalami kesulitan. Karakter religius yang diinternalisasikan adalah ketaatan dalam melaksanakan ajaran agamanya yaitu dengan membiasakan anak untuk mengucap salam ketika bertemu dengan bapak ibu guru dan masuk ruangan, melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu sambil mengucap basmallah ketika masuk ruangan yang, sholat lima waktu, tata cara makan yang baik, bersikap sopan kepada orang lain, dan bersedekah. 234
2.
Bentuk kegiatan apa yang secara rutin oleh Bapak/ Ibu guru laksanakan dalam rangka menginternalis asikan karakter religius pada
assalammualaikum, melangkahkan kaki kanan dahulu dengan mengucapkan basmallah. Tidak untuk di sekolah saja, saya juga ingatkan kalau masuk ke ruangan pake bismillah. Sebaliknya, kalau ruangan itu banyak najisnya itu dengan kaki kiri dahulu, keluar dengan kaki kanan, kalau saat sholat iya saya tekankan anak-anak untuk sholat lima waktu. Saya juga berikan kepercayaan pada mereka, meskipun mereka belum baliq tapi harus berusaha sholat lima waktu dan itu mbak sampai hari ini saya sangat sedih. Jadi separuh itu belum ada yang genap sholat lima waktu.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Secara continue, untuk berinfaq, kemudian tadarus, dan sholat jamaah. Berinfaq setiap hari Senin merupakan program sekolah, tadarus setiap hari Jumat pagi. Kalau tadarus kita hanya membaca sama-sama, juga sholat dhuha setiap hari selasa untuk kelas V A. Sholat zuhurnya hanya untuk kelas tinggi IV, V, dan VI bertepatan dengan kegiatan les yaitu Senin, Rabu.” (9 Januari 2017) Bu End “Itu jabat tangan, itu lo mbak kalau masuk
Bentuk kegiatan yang secara rutin diadakan oleh guru yaitu pembiasaan berinfaq, tadarus, sholat berjamaah.
Kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah infaq setiap hari Senin, tadarus setiap hari Jumat saat tadarus kadang-kadang guru menjelaskan arti dari surat yang dibaca, sholat dhuha berjamaah, sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu selesai sholat anak-anak dibimbing untuk berdzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir, berjabat tangan sambil mengucapkan salam, masuk kelas dengan kaki kanan sambil Bentuk kegatan yang secara rutin mengucapkan basmallah, berdoa sebelum 235
siswa?
Bu Pri
Bu Mu
jabat tangan sambil mengucapkan salam, kemudian di sekolah itu terus masuk lo mbak pagi itu kita bu gurunya sudah di depan pintu untuk melihat cara masuk anak, pokoknya di kelihatkan gerak-gerik anak religiusnya kelihatan. Itu caranya masuk dia terus pake kaki kanan atau kiri, itu kita perhatikan.” (10 Januari 2017) “Nek tiap hari itu cuman tanya, tadi bangun jam berapa? Siapa yang sholat? Siapa yang tidak? Pasti saya tanya. Terus tiap hari Jumat itu membaca surat-surat pendek. Waktu baca tadarus saya di dalam kelas. Saya juga membaca bersama anakanak nanti kemudian sekali tempo saya bahas isinya atau terjemahannya. Jadi kan anak-anak ngerti surat ini itu perintahnya untuk apa. Tapi tidak setiap kali, cuman sekali tempo. Misalkan surat itu sambil menghafalkan itu saya baca, nanti kalau anak-anak sudah lancar baru tak suruh bersama membaca artinya nanti tak jelaskan satu-satu.” (10 Januari 2017) “Dari awal itu masuk ucapkan salam, terus melangkahkan kaki kanan dulu ucapkan bismillah, berdoa sebelum mulai pelajaran
diadakan guru yaitu pembiasaan bersalaman sambil mengucap salam, dan masuk kelas dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu.
Bentuk kegiatan yang secara rutin diadakan guru yaitu melakukan tanya jawab dengan siswa terkait pelaksanaan sholatnya, dan diadakannya kegiatan tadarus dengan siswa membaca arab dan arti dari surat yang dibacanya.
Bentuk kegiatan yang secara rutin diadakan oleh guru yaitu pembiasaan siswa untuk 236
mulai pelajaran beserta artinya supaya siswa dapat memahami apa yang dibacanya dan dapat mengena dalam hati siswa, berdoa sebelum pulang sekolah, setiap pergantian jam pelajaran mengucapkan salam dan basmallah, jika selesai pergantian jam pelajaran dan akan istirahat membaca hamdallah.
3.
Hal apa yang spontan dilakukan oleh Bapak/Ibu guru ketika menjumpai
dan sebelum pulang sekolah, terus setiap pergantian jam pelajaran itu saya mengucapkan salam terus membaca basmallah juga, kalau selesai pergantian pelajaran dan akan istirahat baca hamdallah bersama-sama, terus sholat dhuha tiap hari Kamis, TPA setiap hari Senin. Kalau mereka berdoa itu pake artinya, karena kalau kita membaca sesuatu itu kita tidak tahu artinya tidak ngena dihati. Misalnya kita baca AlFatihah, kalau kita tidak tahu artinya itu kan kurang merasuk. Tapi kan kalau kita baca sesuatu dengan artinya kita tahu artinya itu kita dengan harapan nanti bisa mengena dengan kuat di hati seperti itu. Soalnya kalau tidak dengan arti itu kadang-kadang abstrakkan mbak. Abstrak kan kurang mendalam lah mbak kurang konkret.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Dalam beberapa kasus, misal terjadi perkelahian saya temukan kami berikan pendekatan, terus arahan agar bisa berdamai kembali dan berteman seperti biasa. Terus kemudian kalau ada yang misalnya mengucap kata-kata kotor,
mengucapkan salam, masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu sambil mengucapkan basmallah, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran, melaksanakan sholat dhuha dan zuhur, dan BTA.
Hal spontan yang dilakukan guru yaitu memberikan nasehat dan arahan pada siswa yang berbuat kesalahan.
237
Kegiatan spontan yang dilakukan oleh bapak ibu guru ketika menjumpai siswa yang melakukan kesalahan adalah dengan memberinya nasehat, menegur secara langsung, memintanya untuk mengambil sampah dengan jumlah yang sudah ditentukan,
siswa melakukan tindakan yang tidak baik?
Bu End
Bu Pri
mengejek itu kami beri semacam apa ya.. arahan atau penjelasan, kurang lebih seperti itu.” (9 Januari 2017) “Kita panggil, kita beri arahan itu perbuatan anda itu salah yang benar, kita tunjukkan yang benar. Hukuman secara langsung, untuk satu dua belum hukuman itu nanti kalau kita sudah tiga kali lebih baru kita berikan. Hukumannya ya hukuman yang mendidik mbak, misalkan kita beri apa ya... kita hukum secara nganu aja engga-engga begitu.. ya yang mendidik engga berat-berat engga menyakitkan, tidak fisik mbak pokoknya yang berupa pendidikan. Dia mau misalkan mengambili sampah kita kumpulkan itu aja.” (10 Januari 2017) “Itu langsung saya panggil, dalam artian saya ajak berdua, kalau itu sendiri ya individu terus saya tanyai kemudian saya nasehati dan saya klarifikasi dengan orang tua. Kalau human fisik engga, hukumannya ya cuman nanti misalkan kamu. Ya sebenarnya bukan hukuman mbak, cuman peringatan kalau kamu mau mengerjakan atau melakukan hal itu lagi
tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran, memberi tugas tambahan dan memintanya mengucapkan istighfar ketika mengucapkan Hal spontan yang dilakukan guru kata-kata kotor. yaitu, memberikan nasehat dan hukuman bagi siswa melakukan kesalahan.
Hal spontan yang dilakukan guru yaitu memberikan nasehat dan peringatan bagi siswa yang melakukan kesalahan.
238
4.
Bagaimana bentuk keteladanan
ada sanksi dari sekolah. Dalam artian sanksinya misalnya tidak boleh mengikuti pelajaran atau ada tugas tambahan kayak gitu. Nek fisik engga.” (10 Januari 2017) Bu Mu “Saya ingatkan. Misalnya, kadang-kadang anak-anak makan minum dengan tangan kiri ya di kelas ya diluar kelas, “Ayo duduk dengan tangan kanan, minum dengan tangan kanan.” Menguap juga begitu, kadang-kadang saya tegur kemudian saat itu juga saya suruh untuk membetulkan kalau misalnya itu bisa. Nek menguap itu kan engga bisa, cuman saya tegur. Kalau makan minum kan bisa, terus kalau ada anak-anak yang berkata tidak sopan nanti saya suruh istighfar, biasanya sepuluh kali. Tapi tergantung mbak 20 kali tidak mesti. Untuk jumlah istighfarnya saya belum tentukan, tapi saya kan orangnya titen mbak. Jadi semisal ia semakin sering melanggar akan semakin jumlah istighfarnya banyak.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Biasanya mengajak siswa untuk mempersiapakan dulu dengan tenang khusyuk, kemudian mengajak untuk
Hal spontan yang dilakukan oleh guru yaitu memberikan nasehat dan meminta anak mengucapkan istigfar bagi siswa yang melkukan kesalahan. Jumlah istighfar yang dibaca siswa akan semakin banyak ketika siswa kerap melakukan kesalahan.
Ketladanan yang diberikan guru Bentuk keteladanan yang diberikan bapak ibu yaitu dengan ikut melksanakan guru melalui membacakan kisah-kisah nabi, sholat berjamaah di mushola datang ke sekolah tepat waktu, menggunakan 239
Bapak/ Ibu guru yang dapat dijadikan teladan bagi siswa dalam mencerminkan karakter religius? Bu End
Bu Pri
Bu Mu
sholat jamaah pada jadwal yang ditentukan, sama setiap ada seperti tadi kasus-kasus seperti itu memberikan semacam motivasi, kisah-kisah keteladanan nabi agar anak itu istilahnya itu nanti sadar akan kesalahannya dan harus berubah menjadi baik.” (9 Januari 2017) “Satu kita datang lebih awal ya mbak, biar anak tidak mencontoh juga jangan datang terlambat, terus pakaian kita pakaian yang menunjukkan religius kita, kita orang islam paling tidak ya kita bisa menutup aurat biar ditiru anak, anak-anak kita bisa karena sesuai dengan tujuan kita tadi sekolah negeri mau mengislamkan sekolah negeri.” (10 Januari 2017) “Saya ikut sholat dhuha, jadi kalau tidak pas ada halangan saya mesti ikut. Saya amati kemudian saya bahas, kalau ada yang ramai saya panggil sendiri, atau satu kelas saya kumpulkan kalau ramai itu. Ya pokoknya diberi nasehat supaya besok tidak ramai lagi sholat dengan lebih baik lagi.” (10 Januari 2017) “Saya memberi contoh kalau ini ya
sekolah.
Bentuk keteladanan yang diberikan guru yaitu dengan tidak terlambat ketika datang ke sekolah, dan mengenakan pakaian yang religius.
Bentuk keteladanan yang diberikan guru yaitu dengan ikut serta dalam pelaksanaan sholat dhuha di sekolah.
Bentuk keteladanan yang diberikan 240
pakaian yang menutup aurat, mengikuti sholat dhuha dan zuhur, memberi salam saat masuk kelas dan diawal pelajaran, masuk kelas dengan kaki kanan sambil mengucapkan bismillah, mengucapkan kata-kata yang baik, dan makan minum dengan cara yang benar.
5.
Bagaimana bentuk pengkondisian lingkungan baik sekolah maupun kelas yang Bapak/ Ibu lakukan untuk mendukung berkembangny a karakter religius siswa?
memberi salam, terus meminta anak memimpin berdoa, terus kalau saya masuk ya memberi salam kalau seingat saya ya masuk dengan kaki kanan ucap bismillah juga. Kemudian saya berusaha kalau zuhur ikut sholat berjamaah di sini, kalau dhuha saya juga ikut mendampingi juga, makan minum saya juga. Ya seperti yang saya ajarkan ke anak lah pokoknya. Kalau makan minum sih seinget saya, saya juga selalu duduk dan dengan tangan kanan.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Ya semacam tadi ya mbak... sebelumnya itu untuk mengkondisikan siswa agar siap untuk berdoa, sewaktu tadarus tenang. Untuk pajangan sendiri saya tidak ada mbak.” (9 Januari 2017) Bu End “Iya enggih, tatacara sholat ada kan mbak di kelas, gambar-gambar orang sholat itu. Terus di depan itu mau di pasang belum dipasang, sudah ada 5 S itu mbak salam senyum... itu kan termasuk. Itu mau ditempelkan di dinding depan mbak.” (10 Januari 2017) Bu Pri “Kelasnya itu, sementara ini belum ada dukungan tersendiri. Hanya mungkin
guru yaitu dengan memberi salam ketika masuk kelas, masuk kelas dengan kaki kanan dan mengucapkan basmallah, ikut melaksanakan sholat dhuha dan zuhur berjamaah, dan makan dengan tangan kanan sambil duduk.
Bentuk pengkondisian lingkungan kelas yang dilakukan yaitu dengan mengkondisikan siswa supaya tenang sebelum berdoa dan tadarus.
Bentuk pengkondisian lingkungan kelas dan sekolah yaitu membuat siswa tenang sebelum berdoa dan saat tadarus, membisakan siswa untuk mengingatkan temannya jika berbuat kesalahan, memajang tata cara sholat, di Bentuk pengkondisian lingkungan dalam kelas terdapat pojok perpus yang berisi kelas yang dilakukan yaitu dengan salah satunya buku-buku agama, dan juz memajang tulisan tata cara sholat amma, memajang tulisan bertema keagamaan di lingkungan sekolah. dan pajangan budaya 5 S.
Bentuk pengkondisian lingkungan kelas yang dilakukan yaitu dengan 241
Bu Mu
keteladanan sikap saja mbak. Jadberkatakata yang halus atau yang tidak kasar. Apalagi yang sampai jorok atau saru katakanlah orang Jawa itu engga pernah, jadi setiap kali saya dengar itu pasti saya tegur anaknya. Cuman ada buku-buku agama saja, itu kan di sana ada pojok buku nah itu pojok perpus istilahnya. Saya isi cerita-cerita ada juz amma di situ ada cerita tentang binatang, ada cerita bermacam-macam. Ada salah satunya tentang agama keteladanan sikap.” (10 Januari 2017) “Ya ini saya berusaha mengingatkan terus, jadi saya juga meminta anak untuk saling mengingatkan temennya. Jadi nek saya kadang entah lupa atau apa itu, anak-anak nanti yang mengingatkan. Jadi anak-anak itu sudah sebagian besar itu sudah terbiasa untuk seperti itu. Saya memberi contoh, kemudian ayo anak-anak berdoa memberi salam. Ya mengingatkan lah mbak, kan lama-lama terbiasa. Kalau untuk pajang belum ya mbak, untuk sementara di kelas memang belum ada ya mbak. Jadi kelas itu hanya pajangan yang berkaitan dengan
memberikan keteladanan sikap yang baik seperti berkata-kata yang halus dan menyediakan pojok perpustakaan yang diisi dengan buku-buku cerita tentang keteladanan sikap dan perilaku yang baik serta buku cerita, dan juz amma.
Bentuk pengkondisian lingkungan kelas yang dilakukan yaitu membiasakan siswa mengingatkan temannya yang melakukan kesalahan, memberikan keteldanan sikap yang baik. Sedangkan bentuk pengkondisian lingkungan sekolah yang dilakukan yaitu dengan memajang tulisan tentang ajakan mematuhi perintah agama.
242
6.
Hambatan apa yang sering ditemukan oleh Bapak/Ibu guru dalam menginternalis asikkan karakter religius melalui program pengembangan diri?
tugas-tugas siswa. Sebenarnya itu bisa sih, tapi kaitannya dengan pelajaran agama. Tapi kalau di sekeliling lingkungan sekolah itu ada.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Untuk karakter anak kita SD Negeri Demakijo 1 ini kan bermacam-macam, itu terbentuk dalam background orang tuanya ya.. kadang-kadang itu yang membuat kami kesulitan. Karena background dari orang tua kan belum tentu baik, kadang istilahnya saya harus berusaha sendiri untuk menyadarkan anak itu. Sedangkan orang tua itu terkesan kurang memperhatikan. Dan lingkungan juga.” (9 Januari 2017) Bu End “Hambatannya yang jelas, kita repotnya nganu ya mbak dukungan dari orang tua. Nanti di sekolah kita biasakan seperti ini tapi di rumah kita kan engga tahu di rumah orang tuanya gimana itu. Iya membutuhkan kerjasama orang tua dan sekolah. Kalau kita kan yang jelas kita sebatas kita di sekolah to mbak? Kalau di rumah kita sudah ndak tahu orang tua gimana ya. Ya saya kira cuman itu mbak, karena anak itu kan biasanya terbawa dari,
Hambatan yang ditemukan guru dalam kegiatan pengembangan diri yaitu kurangnya dukungan orang tua.
Hambatan yang ditemukan guru dalam kegiatan pengembangan diri yaitu kurangnya dukungan orang tua.
243
Hambatan dalam program pengembangan diri yaitu kurangnya dukungan dari orang tua siswa dan lingkungan sekitar siswa yang tidak baik. Ketika siswa di sekolah telah diajari halhal yang baik, namun ketika di rumah orang tua tidak mampu memberi contoh yang baik maka karakter religius pada siswa akan sulit berkembang. Selain itu, kesadaran siswa yang rendah dalam menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehari-harinya.
Bu Pri
Bu Mu
ya kalau di sekolah bisa iya iya.... tapi kalau di rumah kita sudah ndak tahu nanti terbawa lagi ke sekolah nanti di sekolah dia menyalahi atau menyimpang.” (10 Januari 2017) “Ya yang namanya anak-anak hambatannya ya kadang-kadang masih ingin bermain, masih ingin bergurau gitu. Jadi untuk ke tingkat serius memang tidak seperti yang kelas besar kalau saya. Karena kan saya kelas kecil, kalau kelas besar mungkin sudah ada pemahaman atau kesadaran kewajiban. Tapi kalau anak kecil itu mutenya beda. Kadang, suatu saat ada anteng sudah selesai mengikuti sesuai aturan kedisiplinan tapi suatu saat ya mungkin lagi ada sesuatu dia bikin ulah, kayak gitu.” (10 Januari 2017) “Belum terbiasa, jadi anak-anak itu. Sekali lagi mbak, ini kan kebiasaan di rumah mbak. Jadi masih ada satu dua anak yang lupa. Kalau masuk kaki kanan dengan bismillah, insyallah itu sedikit sekali anak yang lupa. Bahkan dalam seminggu itu paling satu dua kali. Itu anaknya satu ada dua aja, mungkin itu karena kan ada saya.
Hambatan yang ditemukan guru dalam kegiatan pengembangan diri yaitu kesadaran siswa yang kurang dalam berperilaku sesuai karakter religius karena siswa tergolong kelas rendah.
Hambatan yang ditemukan guru dalam kegiatan pengembangan diri yaitu belum terbiasanya anak dalam berperilaku sesuai dengan karakter religius.
244
7.
Apakah dalam membuat silabus dan RPP Bapak/Ibu guru sudah memuat karakter religius?
Terus temen-temen anak itu sudah ngawasi kaki temennya. Jadi otomatis anak-anak itu kan terawasi. Jadi kan mesti ini kan lebih tertib, yang ini makan dan minum yang kadang sering lupa itu sih.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Ada beberapa materi ya... beberapa mata pelajaran yang turut mengimplementasikan hal tersebut. Mungkin seperti pada PKN, terus juga Bahasa Indonesia. Porsinya yang lebih banyak itu sih...” (9 Januari 2017) Bu End “Sudah mbak, iya sudah.” (10 Januari 2017) Bu Pri “Ya ada tapi tidak terlalu, karena saya mengacunya gini tempat saya kan ya meski itu sekolah kita karakter ada sih ya.. tapi kan statusnya negeri. Apalagi kelas saya kan beda agama, bermacam-macam agama. Ada yang nasrani, yang katolik, kristen, sama islam jadi kalau saya bicara di depan kelas atau memberikan nasehat secara umum, saya engga bisa mbak tak fokuskan ke islam mbak. Jadi saya memberi nasehat secara umum, tapi nanti suatu saat kalau yang bermasalah itu yang
Guru sudah membuatkan karakter religius dalam silabus dan RPP dan mata pelajaran yang paling banyak mengimplemntasikan karakter religius adalam PKn dan Bahasa Indonesia. Guru sudah membuatkan karakter religius dalam silabus dan RPP. Guru sudah membuatkan karakter religius dalam silabus dan RPP.
245
Dalam membuat silabus dan RPP guru sudah sebagian besar memuatkan karakter religius di dalamnya. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA menurut guru mempunyai porsi yang lebih banyak dalam memuatkan karakter religius dibandingkan pelajaran yang lain.
beragama kristen misalkan ya saya harus kondisikan ke dia. Ya itu memang permasalahan yang kadang-kadang saya me.. kalau pas membaca juz amma kan yang nasrnai keluar ke guru lain yang sesuai. Kalau pas bimbingan bersama kan, satu kelas saya kan ada tiga macam agama. Jadi saya tidak bisa hanya fokus ke islam terus mengulas banyak jauh tentang islam kan engga mungkin saya lakukan. Soale nanti bisa menyinggung yang, soalnya kan yang nganu nya beda. Ya saya islam sih tapi nek toleransi kan ada. Jadi seperti itu, jadi kan yang saya sampaikan di kelas ya sebatas yang umum-umum. Nanti kan kalau misalkan ada anak tanya, nah dia agama apa ya saya harus ngerti. Kalau islam ya saya beralaskan Al-Quran kalau dia nasrani ya saya minta gurunya untuk memberi masukan. Dadi kalau ini kan engga baik, mau tanya sama Pak gurumu Bu gurumu gimana tindakanmu itu betul atau salah. Nek saya memberikan alasan tersendiri saya kan engga berani. Karena kan nganunya dia. Saya hanya berdasarkan 246
8.
Bagaimana cara Bapak/ Ibu guru dalam menginternalis asikan karakter religius pada siswa selama
baik buruk sesuai pengetahuan saya aja.” (10 Januari 2017) “Selama ini tidak ada pertikaian yang menyangkut agama, selama ini saya kebetulan sering tempat saya yang dijadikan area untuk bermacam agama, hindu ditempat saya juga pernah sekali. Tapi alhamdullilah toleransi berjalan dengan baik. Jadi pada saat dhuha anakanak yang tidak sholat dhuha karena beragama lain, tidak saya bolehkan langsung jajan. Dia di dalam menunggu, entah itu membaca, entah itu belajar atau apa atau main menggambar atau apa. Nanti setelah selesai sholat dhuha baru semua istirahat jajan saya kasih waktu pengganti istirahat.” (10 Januari 2017) Bu Mu “Sudah mbak.” (21 Januari 2017) Guru sudah membuatkan karakter religius dalam silabus dan RPP. Pak Adt “Setiap kami menjumpai suatu kasus ya Cara guru menginternalisasikan mbak, misalkan ada anak yang berkelahi, karakter religius selama proses anak yang mengejek teman, atau mencuri pembelajaran yaitu dengan itu langsung kami secara klasikal memberikan peringatan dan memberikan pengertian dan pemahaman pemahaman bagi siswa yang yang di dalamnya berisi norma-norma melakukan kesalahan saat pelajaran sosial ataupun agama. Respon siswapun berlangsung. 247
Cara menginternalisasikan karakter religius selama proses pembelajaran yaitu dengan membiasakan anak mengucapkan salam di awal pembelajaran, menanyakan kabar siswa serta mengaitkan karakter religius dengan kompetensi-kompetensi dasar dalam materi pelajaran dan kehidupan sehari-hari siswa.
proses pembelajaran?
Bu End
bermacam-macam, ada yang dengan teguran itu dia bisa berubah untuk tidak mengulangi ada juga ya.. mungkin karena sudah karakter yang terbentuk karena faktor orang tua dan lingkungan yang kurang baik ya... ada yang tetap. Ya seperti itu.... tapi rata-rata ya lebih baik lagi.” (9 Januari 2017) “Yang jelas kita nganu ya paling tidak untuk semangat, kita kan masuk mengucapkan salam itu kan kita sudah termasuk. Dan juga jangan yang jelas kita religius islam jangan sampai anak itu mengucapkan selamat pagi selamat siang, itu sudah nganu lo mbak. Harus kita salam, iya assalammualaikum jangan kita yaitu dikatakan kalau kita hanya mengucapkan selamat pagi bu guru, lau assalammualaikum untuk selanjutnya. Itu kan dari arti assalammualaikum dari rohmat, diberi rohmat, diberi keselamatan, diberi barokah oleh Allah kan gitu, tidak ada batasan waktu. Kalau cuman selamat pagi bu guru berarti kan ada batasan waktunya. Iya dia mendoakan kepada bu gurunya atau pak gurunya kepada nganu
Cara guru menginternalisasikan karakter religius selama proses pembelajaran yaitu dengan membiasakan siswa mengucapkan salam disetiap awal pembelajaran, meminta izin ketika akan keluar kelas ketika pelajaran sedang berlangsung, dengan menyanyi dan dengan bertanya kabar siswa supaya siswa dapat mensyukuri kesehatan yang telah diberikan oleh Tuhan.
248
Bu Pri
kan cuman berarti cuman nganu aja cuman waktu itu aja, yang diucapkan saja. Itu termasuk mbak, itu termasuk kita nganu to mbak apa istilahe membiasakan anak menginternalisasikan itu dari hal yang kecil terus nanti dari nganu ada anak yang keluar tanpa ijin tanpa pamit, mau ke mana saja kita harus nganu itu kan termasuk kita membiasakan anak. Selama proses pembelajaran supaya siswa tertarik dengan pelajaran agama iya kadang menyanyi. Kalau menyanyi itu yang jelas memang juga dia wal saya itu paling tidak ucapakan salam terus semangat ‘allhammdulliah gimana kabar anak-anak hari ini?’ nah itu seperti itu semangat. Terus nanti kita nyanyi yang bertautan dengan apa yang kita pelajari” (10 Januari 2017) “Karakter religius saya tanamkan didekatkan aja mbak dengan materi yang ada. Misal kan yang kaitannya langsung itu di PKN itu kan sikap kepribadian masuk situ. Nah, disitu yang banyak saya berikan. Kalau yang matematika engga, kalau yang IPA itu kan engga. Cuman
Cara guru menginternalisasikan karakter religius selama proses pembelajaran yaitu dengan mengaitkannya dengan materi pelajaran, dan mata pelajaran banyak mengimplementasikan karakter religius tersebut adalah 249
Bu Mu
yang saat PKN itu memang ada sedikit banyak agama yang saya masukan. Entah itu mengenal dosa, entah mengenal pahala, entah sholat yang lebih baik. Kalau yang nasrani ke gerejanya aktif seperti apa tapi semua tak singgung. Karena itu tadi yang saya katakan, tidak terlalu tinggi keberagamnnya. Tapi tetap banyak yang islam. Yang kristen hanya dua yang katolik satu kadang dua, dulu hindu satu pernah.” (10 Januari 2017) “Banyak sekali ya mbak, selama proses pembelajaran itu kebetulan kompetensikompetensi dasarnya itu bisa kita kaitkan. Apa saja, cuman kalau matematika itu agak sulit ya. Kita kaitkan dengan internalisasi agama. Jadi kalau saya eksidental saja sih mbak. Misalnya, kemarin materi energi ketemu sama matahari jadi seperti itu. Jadi pokoknya secara insidental itu sebisa mungkin materi-materi dalam pembelajaran itu kita kaitakan dengan nilai religius itu. Itu pasti ada banyak sekali. Jadi tidak harus semua pelajaran tidak, karena memang ada pelajaran-pelajaran yang memang agak
PKn.
Cara guru menginternalisasikan karakter religius yaitu dengan mengaitkan karakter religius pada kompetensi-kompetensi dasar pada mata pelajaran IPA dan PKn.
250
9.
Menurut Bapak/Ibu guru hambatan apa sajakah yang ditemukan ketika menginternalis asikan karakter religius melalui pengintegrasai an dalam mata pelajaran?
susah dikaitkan. Yang paling banyak itu biasanya IPA, kemudian PKn banyak sekali agama jelas. Kalau matematika agak sulit, apalagi urusannya kalau pecahan. Tapi ya bisa juga sih, kayak kemarin sholat kan bisa juga.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Waktu yang kurang, karena kebetulan ini rombongan kelasnya agak lumayan besar. Jadi waktu yang diperlukan itu agak sedikit berkurang. Karena nanti juga ada kegiatan-kegiatan lain setelah sekolah. Jadi kadang mau menelateni itu jadi kekurangan waktu.” (9 Januari 2017) Bu End “Saya kira kalau hambatan itu apa ya mbak, tinggal dari anake mbak. Saya kira hambat itu tidak begitu nganu mbak, ya hambatan itu tadi kita kurang dorongan dari orang tua dari rumah kurang, iya kembali ke orang tua lagi kurang dorongannya.” (10 Januari 2017) Bu Pri “Ya sebeneranya engga ada hambatan, cuman saya harus hati-hati dalam menyampaiakan karena da agama beda. Jadi kalau misalkan saya pas membahas tentang topik agama tapi saya tetap berpusat bahwa di Indonesia itu kan
Hambatan yang ditemukan guru dalam startegi pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu waktu yang kurang dalam menginternalisasikan karakter religius selama proses pembelajaran. Hambatan yang ditemukan guru dalam startegi pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu kurangnya dukungan orang tua.
Hambatan yang ditemukan guru dalam startegi pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu perlunya kehatian-hatian guru dalam menyampaikan materi pelajaran karena adanya perbedaan 251
Hambatan internalisasi karakter religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu waktu yang kurang, kurangnya dorongan orang tua di rumah, serta perlu adanya kehatian-hatian guru dalam menyampaikan materi sebab adanya perbedaan agama siswa dalam satu kelas.
10.
Menurut Bapak/Ibu guru bagaimana internalisasi karakter religius dalam aturan sekolah?
agama yang diakui sekian, karena agama itu beda-beda kita tidak boleh saling mengejek, saling menghina, saling melecehkan kita engga boleh. Tetap harus saling berdampingan menghormati. Sehingga semua berjalan dengan baik. Ya itu jadi engga ada rintangan yang, apalagi kan anak-anak kan belum se anu orang dewasa mbak. Misalkan memahami perbedaaan itu kan tidak seperti orang dewasa, masih sekedar dolan ya dolan oh kamu kristen ya kristen aja mbak. Engga ada mbak nek kristen misalnya seperti ini, nek islam seperti ini engga ada.” (10 Januari 2017) Bu Mu Pak Adt “aaa.... termasuk yang aturan ini kan untuk siswa berjamaah, sholat berjamaah ya termasuk dalam aturan. Terus kegiatan tadarus di setiap Jumat sama sholat dhuha termasuk dalam aturan sekolah.” “Sebelum mulai belajar doa anak beserta artinya, mungkin karena sudah tradisi ya. Akan tetapi menurut saya sendiri agar anak itu lebih paham tentang apa yang diucapkan dan pengertian itu istilahnya
agama dalam satu kelas.
Pelaksanaan karakter religius dalam aturan sekolah berupa aturan siswa sholat berjamaah di sekolah, pelaksanaan kegiatan tadarus setiap hari Jumat, membaca doa sebelum belajar beserta artinya.
252
Internalisasi karakter religius dalam aturan sekolah yaitu sholat berjamaah, tadarus setiap hari Jumat, sholat dhuha, berdoa sebelum belajar, bagi siswa perempuan yang beragama muslim setiap hari Rabu dan Kamis diwajibkan menggunkan jilbab, dan tercantum dalam tata krama siswa.
Bu End
Bu Pri
Bu Mu
dapat menambah khusyuk lagi dalam berdoa. Karena kan di dalamnya ada yang isinya untuk memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan. Jadi anak itu tahu berdoa itu tujuannya untuk itu.” “Sebelum masuk kelas itu ada aturannya. Sebelum masuk kelas salaman dengan guru, kemudian ucap salam itu juga dengan pulang sekolahnya salim dengan salam jabat tangan dengan salam.” “Doa sebelum pulang sekolah yang dibaca ada doa pulang sekolah sama doa penutup majelis.” (9 Januari 2017) “Saya juga engga hafale mbak, tata tertib anak biasanya terpasang, saya juga engga hafale mbak. Ada mbak tapi kelihatannya ada mbak.” (10 Januari 2017) “Itu mengacunya ke status sekolah juga mbak. Jadi di sini kan ada hari wajib pake jilbab itu hari Rabu dan Kamis itu yang islam jilbab.” (10 Januari 2017)
Pelaksanaan karakter religius dalam aturan sekolah ada dalam tata tertib sekolah.
Pelaksanaan karakter religius dalam aturan sekolah yaitu aturan mengenakan jilbab bagi siswa yang beragama muslim setiap hari Rabu dan Kamis. “Ini kan sekolah negeri, ada sih ada Pelaksanaan karakter religius beberapa misalnya itu di dalam tata krama dalam aturan sekolah terdapat siswa. Bisa mbak lihat sendiri di tata dalam tata krama siswa. krama siswa. Tapi tidak semuanya agama 253
11.
Apa saja bentuk budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius pada siswa?
islam, hanya saja karena kelas ini siswanya muslim semua jadi internalisasinya ya sesuai dengan agama islam.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Kira-kira hampir sama dengan yang tadi itu, sama misalnya ada kegiatan ya tapi cuman sunnah. Seperti puasa sunnah. Mungkin yang lain point-point awal yang tadi itu ya bu.” (9 Januari 2017) Bu End “Idul Fitri ada syawalan, antar siswa guru karyawan terus nanti kita sambil salamsalam to di halaman. Kalau Idul Adha ada korban kita penyembelihan hewan korban. Iya kita peringatan seperti kemarin maulid nabi itu kita manggil guru itu yang cerita itu lo mbak pendongeng, di luar mbak.. ada fotonya mbak. Puasa ada nanti ada buka bersama, tarawih bersama, ya itu nanti dari buka bersama kita sambung dengan tarawih selesai tarawih baru kita pulang. Terus Idul Fitri kita ada zakat fitrah pengumpulan dan pembagian zakat fitrah. Pembagiannya itu nanti tidak melibatkan siswa, nanti itu kita melibatkan wali kelas, wali kelas itu pun hanya memandang anak yang perlu diberi
Budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu budaya puasa sunnah. Budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu adanya kegiatan syawalan dalam memperingati Idul Fitri, penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha, pengajian ketika memperingati maulid nabi, buka bersama dan tarawih saat ramadhan, dan zakat fitrah.
254
Budaya sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu saat bulan ramdhan diadakan kegiatan buka bersama, pesantren kilat tarawih, pengisian buku kegiatan ramadhan, dan berzakat fitrah. Adanya kegiatan syawalan antara siswa, guru, dan karyawan sekolah. Saat Idul Adha dilakukan penyembelihan hewan kurban. Dan diadakannya pengajian untuk memperingati Maulid Nabi. Selain itu, pembiasaan sholat dhuha secara bergiliran. Setiap hari ada dua kelas yang melaksanakan ibadah sholat dhuha, sholat zuhur berjamaah untuk kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, bersalaman sambil mengucapkan salam. Adapun budaya kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu puasa sunnah, mengucapakan salam, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Saat berdoa yang beragama islam mengucapkan doa sebelum belajar beserta artinya dengan menyuarakan suaranya. Sedangkan yang beragama non muslim
Bu Pri
Bu Mu
lingkungan anak. Nanti kalau lebih itu anak sudah diberi pantas, pantas diberi terus masih sisa nanti kita keluarkan memang kalau ada yang mengejukan ke sini nanti kita beri.” (10 Januari 2017) “Kebiasaan sehari-hari itu ya ucap salam, pasti kalau ketemu pasti assalammualaikum yang islam. Kalau masuk kelas cuman salam, pertama penghormatan guru, terus setelah itu berdoa. Berdoa itu tempat saya karena bermacam-macam yang islam disuarakan yang non muslim menundukkan kepala. Jadi sudah saya sampaikan awal karena di kelas kita itu tidak hanya ada satu agama silahkan yang non muslim berdoa sesuai dengan agamanya dengan menundukkan kepala, yang islam di suarakan tapi tidak terlalu keras sedang aja. Terus setelah itu saya mengucap salam, terus kemudian belajar.” (10 Januari 2017) “Kalau yang kelas itu tadi mbak, jawaben podo wae. Kalau yang sekolah itu pembiasaaan untuk sholat dhuha itu bergiliran. Kemudian untuk sholat zuhur itu untuk kelas atas. Kalau sholat dhuha itu
menundukkan kepala dan berdoa sesuai dengan agamanya. Sedangkan budaya luar sekolah meliputi TPA untuk kelas rendah yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal, dan lomba MTQ yang diikuti setiap tahun. Budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu mengucapkan salam ketika bersalaman dengan guru dan sebelum pelajaran, serta berdoa sebelum pelajaran beserta artinya.
Budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu pembiasaan sholat dhuha berjamaah bagi semua kelas sesuai dengan jadwal yang 255
kelas I sampai VI secara bergiliran setiap hari. Maksudnya dua kelas satu hari. Kalau sholat zuhur itu kelas IV, V, VI setiap hari Senin dan Rabu sholat zuhur berjamaah. Kalau sabtu tidak karena kan cuman sampe jam 12.10 WIB. Terus salam, kalau bapak ibu berdiri di depan kan. Misalnya anak-anak disuruh salaman, kalau yang islam nanti disuruh ngucapin assalammualaikum, kalau yang bukan islam nanti yo selamat pagi siang sore. Kalau pulang anak-anak diminta untuk salaman ke ruang guru, yang ada di sana siapa. Sama salaman sambil ucapkan salam, terus pembiasaan kebersihan kan bisa mbak. Jadi kebersihan kan juga bagian dari iman kan. Terus meminta maaf, saling meminta maaf kalau salah. Kalau perayaan idul fitri nanti masuk pertama setelah idul fitri itu nanti koordinasi anak-anak berkumpul, kemudian saling maaf-memaafkan. Kemudian nanti urut semuanya bapak ibu guru, sama saling anak-anak juga. Pokoknya dibuat sedemikian sehingga bisa salaman semua. Terus kalau idul adha
ditentukan, sholat zuhur berjamaah bagi siswa kelas IV, V, dan VI setiap hari Senin dan Rabu, mengucapkan salam, dan mengadakan peringatan saat perayaan hari besar keagamaan dengan menyembelih hewan kurban saat Idul Adha, dan syawalan saat Idul Fitri, serta pengisian buku kegiatan Ramadhan ketika ramadhan.
256
nanti kalau yang lalu-lalu ada arissan kurban untuk bapak ibu guru. Biasanya setahun itu dapat dua kambing. Terus kalau yang kemarin itu ada iuran untuk latihan kurban, sukarela sih mau berapa. Mau ngasih ya boleh tidak pun gak papa. Jadi tidak terikat, itu nanti dapetnya berapa nanti nek cukup dibelikan kambing ya dibelikan kalau tidak ya cuman dibelikan daging. Nanti itu bapak ibu guru yang masak sama siswa kelas VI yang perempuan. Kalau pas bulan ramdhan itu nanti anak-anak kelas III sampai VI itu diberi buku kegiatan ramadhan. Jadi dibuku itu anak-anak nanti diminta menuliskan kegiatannya yang berkaitan dengan ibadah selama bulan ramadhan. Mulai sholat lima waktu sholat sunnah, baca Al-Quran. Nanti ada tadarus, terus nanti ada juga pas sepuluh hari terakhir itu biasanya ada ikhtikaf. Terus pas Idul Fitri itu nanti dia ikut sholat Idul Fitri tidak, eh sebelumnya ikut sholat tarawih tidak. Pokoknya yang berkaitan dengan agama dibuku itu tertuang semua. Terus selama ramdhan yang muslim pake baju muslim 257
berjilbab. Yang non muslim pake baju sopan saja.” (21 Januari 2017) 12.
Bagaimana partisipasi sekolah dalam mengikuti perlombaan yang bertema keagamaan di luar sekolah?
Pak Adt “Cukup baik dan rutin dilakukan, seperti kegiatan MTQ itu setiap tahun ada dan mengikuti, mewakilkan siswa. MTQ itu yang ikut kelas IV, V, VI. Walaupun tidak juara satu ya... juga sering dapat juara.” (9 Januari 2017) Bu End “Di luar sekolah itu ya seperti MTQ, bulannya sekitar September mbak. Yang diikutkan kelas satu pun kalau dia mampu lomba kita ikutkan. Di dalam sekolah ya ada lomba-lomba keagamaan dari kita mau MTQ itu kan ambil seleksi, kita lewatkan lomba per kelas kita ambil kita seleksikan nanti yang terbaik kita ambil untuk maju ke kecamatan. Per kelasnya kita pandang anak yang mampu nanti kan walaupun dia sama kelas satu kan nanti akan berbeda kan mbak.” (10 Januari 2017) Bu Pri “Bagus mbak, tiap tahun ada MTQ di semester 1 baru bulan kemarine mbak tapi saya tidak hafale mbak tapi tiap tahun ada mbak. sekolah nanti antar gugus, kemudian antar kecamatan bisa masuk
Partisipasi sekolah dalam mengikuti perlombaan bertema keagamaan di luar sekolah cukup baik yaitu dengan mengikuti lomba MTQ setiap tahunnya. Partisipasi sekolah dalam mengikuti perlombaan bertema keagamaan di luar sekolah cukup baik yaitu dengan mengikuti lomba MTQ setiap tahunnya dengan diadakan seleksi terlebih dahulu oleh sekolah.
Partisipasi sekolah dalam mengikuti perlombaan bertema keagamaan di luar sekolah cukup baik yaitu dengan mengikuti lomba MTQ setiap tahunnya, lomba 258
Sekolah setiap tahunnya secara rutin mengikuti lomba MTQ. Siswa yang diikutkan diseleksi terlebih dahulu oleh sekolah. Kemudian ajukan lomba ditingkat gugus terlebih dahulu. Jika juara makan dilanjutkan di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi.
13.
Apa sajakah kegiatan ekstrakulikuler di sekolah ini
propinsi kalau ada yang juara kabupaten ke tingkat propinsi dan seterusnya. Jadi awalnya dari tingkat gugus. Di dalam sekolah sendiri lomba bertema keagamaan kalau ada event. Misalkan kalau ada KKN mengadakan, moment hari besar islam atau apa itu ada menggambar. Misale ya menggambar atau mewarnai yang bertema islam. Tapi kalau sekolah sendiri paling cuman pengajian-pengajian, kalau lombalomba engga jarang paling pengajian. Misale pas hari Nuzulul Quran, mendatangkan pembicara dari luar terus nanti anak-anak itu di halaman luar.” (10 Januari 2017) Bu Mu “O.. iya rutin itu mbak setiap setahun sekali itu ada MTQ. Dan kami pasti mengirimkan siswa untuk mengikuti lomba itu. Jadi lombanya itu ada delapan macam kalau tidak sepuluh. Nanti itu setiap tahun ada untuk mengirimkan anak.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Baca tulis Al-Quran, tapi untuk anakanak kelas I, II, dan III. Yang mengajar kerjasama dengan pihak luar. Ada wisudanya juga, biasanya bebarengan
mewarnai dan menggambar yang diadakan mahasiswa KKN dan mengadakan pengajian untuk memperingati Nuzulul Quran.
Partisipasi sekolah dalam mengikuti perlombaan bertema keagamaan di luar sekolah cukup baik yaitu dengan mengikuti lomba MTQ setiap tahunnya.
Esktrakulikuler yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius yaitu ekstrakulikuler BTA bagi kelas I, II, dan III. 259
Ekstrakulikuler yang mencerminkan adanya karakter religius yaitu TPA. TPA diwajibkan bagi siswa kelas rendah yaitu kelas I, II dan III. Siswa yang sudah Al-Quran ataupun
yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius?
Bu End
Bu Pri
dengan acara perpisahan kelas VI, ada wisuda TPAnya digabung jadi satu.” (9 Januari 2017) “TPA, tapi yang jelas ya cuman TPA itu. Kalau dulua ada ya mbak seni baca AlQuran untuk sementara waktu ini udah sekitar 2 tahunan ini agak vacum mbak. Kalau TPA yang mengajar itu ada dari Bina Insani istilahnya kerjasama ada ustazah ustad yang, perkumpulan itu lo... mbak nanti ada ya itu tugasnya ada yang di SD-SD untuk mengajar dan juga guru agama jelas guru agamnya yang rendah seperti saya juga terlibat di situ. Di mana waktu ekstra itu saya juga ikut masuk ke situ, iya misalnya TPA kelas III sama kelas I A itu kemarin itu to saya masuk.” (10 Januari 2107) “Ya cuman TPA, dulu ada Al-Quran tapi peminatnya kan itu yang Al-Quran hanya pilihan, kalau TPA kan wajib untuk kelas I sampai III. Kalau kelas IV samapai VI dulu itu Al-Quran. Tapi pilihan yang berminat saja, dulu pernah banyak pas awal-awal saya di sini. Mendatangkan guru juga dari luar tapi lama-kelamaan
Esktrakulikuler yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius yaitu ekstrakulikuler BTA bagi kelas I, II, dan III. Sekolah bekerja sama dengan Lembaga Fitri Insani sebagai tenaga pengajarnya.
Esktrakulikuler yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius yang sekarang masih ada yaitu ekstrakulikuler BTA bagi kelas I, II, dan III.
260
khatam akan diwisuda yang diadakan bebarengan dengan perpisahan siswa kelas VI. Sekolah bekerja sama dengan Lembaga Fitri Insani untuk tenaga pengajar TPA. Walapun demikian Bu End selaku guru pendidikan agama islam kelas rendah juga turut mengajar TPA.
Bu Mu
tinggal tiga. Akhirnya diputuskan karena kan pembayarannya kan juga rutin kalau sekarang kan sudah tidak ada. TPA yang mengajar dari Fitri Insani itu khusus untuk mengajar TPA-TPA di sekolah-sekolah dan di pondok.” (10 Januari 2017) “TPA, jaman dahulu ada qira’ah tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Karena gurunya atau peminatnya yang engga ada. Kalau TPA yang mengajar dari luar, kita kerjasama dengan Fitri Insani itu nama lembaganya. Yang kegiatannya itu mbak setiap hari Jumat tadarus itu. Kalau dulu pas sebelum saya ngajar kelas ini, konsep saya agak berbeda dengan yang lain memang. Nek saya itu anak-anak itu baca dengan artinya, supaya engga abstrak to. Setelah itu, misalnya baca tiga ayat ya mbak nanti biasanya saya ambil satu surat atau tiga surat nanti saya jelaskan. Hari ini saya menjelaskan Al-Fatihah, besuk saya menjelaskan Al-Ikhlas, nek saya piket itu begitu. Kalau TPA ada wisudanya, cuman kalau tahun kemarin itu karena yang di wisuda sedikit atau karena mungkin malah engga ada, ada wisuda TPA itu.” (21
Esktrakulikuler yang berkaitan dengan internalisasi karakter religius yang sekarang masih ada yaitu ekstrakulikuler BTA bagi kelas I, II, dan III. Setiap tahunnya akan diadakan wisuda TPA bagi siswa yang sudah khatam atau sudah mulai membaca Al-Quran.
261
14.
Menurut Bapak/ Ibu guru hambatan apa saja yang ditemukan ketika melaksanakan internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah?
Januari 2017) Pak Adt “Mungkin untuk waktu ya mbak, waktu yang kurang begitu banyak dalam artian tidak seperti di SD-SD yang berbasis keagamaaan, misalnya seperti SD-IT, kan untuk porsi kegiatan agamaannya kan lebih besar. Dan kita SD Negeri, waktunya juga kita menurut pada istilahnya peraturan dari dinas ya diantara waktuwaktu itu nanti kita sisipkan tadi kegiatan. Kemudian juga point awal tadi seperti lingkungan dan dukungan orang tua ya... Karena ini SDnya itu istilahnya apa ya, bisa dikatakan kota ya belum begitu, desa juga sudah tidak lagi. Untuk penanaman karakter, norma-norma sosial pun kita agak kesulitan. Contoh kecil pun kadang, misalnya kalau di SD kampung saya itu, anak itu yang penting dibiasakan didikan orang tua. Bisa berkata dengan sopan memakai Bahasa Jawa Krama. Tapi kalau di sini sulit sekali, tapi kan tidak lepas dari dukungan orang tua. Pola asuhnya orang tua, yang bangga memakai Bahasa Indonesia atau gimana. Padahal Bahasa Jawa itu menurut saya lebih di dalamnya
Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui budaya sekolah adalah kurangnya waktu mengadakan kegiatan religius di sekolah karena status sekolah yang negeri, kurangnya dukungan orang tua serta lingkungan sekitar siswa yang tidak baik.
262
Adapun hambatan internalisasi karakter religius yang dirasakan guru melalui budaya sekolah yaitu waktu yang kurang, karena status s“Kalau untuk bulan ramadhan tadarus itu setiap pagi, terus anak-anak memakai pakaian muslim. Yang beragama non muslim menyesuaikan, akan ada doa-doa atau istilahnya siraman rohani dari Bapak Ibu guru agamnya.” (9 Januari 2017) sekolah yang negeri membuat porsi untuk kegiatan keagamaannya terbatas. Selain itu pengaruh lingkungan anak dan dukungan orang tua di rumah yang kurang. Jika dari segi siswa adalah kesadaraan siswa sendiri yang rendah. Ketika mencari peserta untuk lomba seni baca Al-Quran guru kesulitan menemukannya. Terutama untuk siswa laki-laki yang memiliki bakat seni baca Al-Quran yang bagus.
Bu End
itu sekaligus kita mengajarkan normanorma kesopanan. Di kelas saya ada hari Bahasa Jawa, Jumat Sabtu. Tapi kadangkadang anak-anak itu sukar memahami ya Bahasa Indonesia jadi campur gitu.” “Kalau tiba waktu sholat zuhur itu tidak diperdengarakan azan.” “Kalau untuk bulan ramadhan tadarus itu setiap pagi, terus anak-anak memakai pakaian muslim. Yang beragama non muslim menyesuaikan, akan ada doa-doa atau istilahnya siraman rohani dari Bapak Ibu guru agamnya.” (9 Januari 2017) “Kalau lomba itu yang sulit dari seni baca Al-Quran mbak, seni baca Al-Quran itu kalau saya rasa kok kalau memang ndak ada bakat tu susah seklai. Itu terbukti kemarin mbak, ada seni baca Al-Quran lesnya itu ya termasuk ekstranya itu susah anak mengikuti. Ternyata yang mengikuti itu anak cuman berapa anak dan hasilnya pun tidak maksimal. Karena ya itu kalau saya lihat itu kalau seni itu ya memang dari bakat, kalau tidak ada bakat ya memang susah sekali. Sekarang sampai dimana-mana kita pun mencari bibit anak
Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui budaya sekolah adalah sulitnya mencari peserta lomba seni baca Al-Quran, guru memnadang bahwa hanya siswa yang memiliki bakat seni baca Al-Quran yang sejak lahir yang bagus dalam membaca AlQuran dengan baik. Doa sebelum belajar menggunakan artinya supaya siswa paham arti dari doa yang dibacanya, sehingga 263
yang untuk MTQ susah mbak, kalau dapat menerpakannya cuman istilah baca itu bisa kita latih mbak, kehidupan sehari-hari. tapi ya tartil mbak harus tartil mbak kalau kita ajukan engga cukup dengan baca itu bisa kita pelajari. Terus sama hafalan, dan lagi kebanyakan SD Negeri Demakijo 1 itu susahnya kalau nyari bibit yang laki, kalau perempuan banyak kalau laki kurang. Memang hambatannya itu, kalau dari segi seni baca Al-Quran. Karena yang jelas itu kita lihat dari bakat yang lainnyakan kita bisa latih kan banyak latihan makin semakin bagus hasilnya. Tapi kalau seni baca Al-Quran memang susah sekali.” “Setelah sholat zuhur anak dibimbing untuk berzikir mbak tapi secukupnya, misalkan zikir itu cuman kalau subbehanakallah itu kan 33 kali kan kalau anjuran dari tapi kita ambil 11 kali aja. Jadi 33 kali itu tiga macam, singkat kan anak maunya kan yang cepet jadi kita tidak menghilangkan istilahnya tidak menghilangkan sunnah-sunnahnya tapi tetep kita laksanakan. Tapi biar anak fokus kita ambil sedikit saja.” (10 Januari 2017) 264
dalam
Bu Pri
Bu Mu
“Engga ada sih mbak, berjalan dengan baik saja. Asalkan kita saja yang bisa mengasuh anak-anak dengan baik semua. Belum pernah juga ada yang bermasalah karena perbedaan agama.” (10 Januari 2017) “Jadi kesadaran dari anak itu kurang, anak-anak itu melakukan itu karena diingatkan terus. Itu kemungkinannya karena di rumah penekanannya kurang mbak. Kalau dari kelas lain bisa jadi penekanan dari orang tua dan guru kurang. Kalau di kelas saya sebisa mungkin saya tekankan. Cuman kan kalau di rumah kurang ditekankan terus kan ya jadi, di sini diuyak-uyak dikon sholat nek rumah ora yo podho wae istilahnya kayak gitu. Hamabatnya itu sih, anak-anak itu belum sadar jadi dia kan belum terbiasa dan satu lagi kemungkinan penekanan dari keluarg itu kurang. Wong kadang ada kok yang bilang, “wong mamahku aja engga sholat” wong nek mbokne ora sholat kon yo mencontoh dari mana. Kan kadang dari orang tua ada sih mbak yang di rumah implementasi agamanya kurang, kalau di
Guru tidak menemukan hambatan dalam strategi budaya sekolah.
Hambatan yang ditemukan guru dalam menginternalisasikan karakter religius melalui budaya sekolah adalah kesadaran siswa yang rendah dalam berperilaku sesuai karakter religius karena dukungan dan keteladanan orang tua yang rendah.
265
sini... Tapi sebenarnya saya agak khawatir juga nanti terlalu fanatik atau engga. Seperti pas ulang tahun kemarin itu kan sebenarnya saya engga ngrayain. Bahkan untuk keluarga saya pun tidak, dan anakanakpun engga kalau ada yang ulang tahun engga saya, engga saya coba nyari tanggal berapa itu kan seberanya tujuannya itu. Makanya kemarin saya hati-hati sekali, kemarin mau bagaimana.. karena itu kan beda pemahaman. Karena itu kan riskan itu. Ohh... iya yang kelas VI itu pemberian motivasi itu dilakukan setiap mau ujian sekolah menjelang, semester dua lah itu pasti ada. Nanti itu sekitar dua atau empat kali kalau engga. Itu nanti biasanya mengundang narasumber dari luar itu, terus nanti doa bersama. Nanti pas saat doa bersama nanti yang muslim dengan Bapak Jumadi, yang bukan muslim dengan Bu Yuni. Itu nanti baisanya di bawah di kelas. Itu ada juga mbak pesantren kilat ada mbak setiap tahun pas ramdhan. Itu satu malam, ya itu nanti kerjasama dengan pondok pesantren nanti ada penyelenggaranya. Itu yang ikut kelas 266
15.
Apa sikap yang akan dilakukan oleh bapak/ibu guru ketika melihat siswa berbuat kebaikan, baik di kelas maupun di luar kelas?
V kalau engga ya kelas VI.” (21 Januari 2017) Pak Adt “Kadang-kadang dengan reward, biasanya uang. Pujian secara lisan juga iya. Kadang juga mengajak siswa untuk memberikan upplus atau tepuk tangan.” (13 Maret 2017) Bu End “Kita langsung menjelaskaan pada anak, paling tidak itu perbuatan baik yang perlu kita contoh. Dengan pesan kalau kebaikan seseorang itu kita ingat-ingat, tapi kalau kejelekannya jangan. Kalau kejelekkan kita lihat kita sendiri, kalau kejelekan orang lain jangan diingat-ingat dan jangan dilihat. Untuk memotivasi diri kita, kalau dia bisa melakukan perbuatan yang baik kenapa saya tidak. Tapi untuk kejelekkan kalau kita lihat-lihat akan semakin,, wah duwe bolo nah kan itu. Yang jelas kita lihatkan pada anak itu perbuatan yang terpuji, perlu kita contoh, nah dengan nasehat sebagai pemberian motivasi. Karena sifatnya seketika, jadi ya cukup pujian. Tapi kalau, itu sebagai
Ketika melihat siswa yang berbuat kebaikan guru akan memberikan reward, pujian lisan, dan tepuk tangan.
Ketika guru melihat ada siswa yang berbuat kebaikan guru memberikan reward berupa pujian, hadiah, dan pemberian tepuk tangan. Supaya siswa dapat termotivasi dan terus mengembangkan perbuatan yang baik Ketika melihat siswa yang berbuat tersebut. kebaikan guru akan memberikan penjelasan secara klasikal di kelas terkait perilaku baik yang dilakukan oleh siswa. Sehingga siswa tersebut dapat termotivasi dan siswa yang lainnya tahu bahwa perilaku baik tersebut perlu untuk dicontoh. Selain itu guru juga memberikan hadiah berupa makanan bagi siswa yang berbuat kebiakan.
267
16.
Bagaimana keteladanan yang bapak/ibu guru lakukan dalam kegiatan
pembelajaran kita siapakan hadiah. Hadiahnya cukup dengan makanan, yang penting anak merasa tersanjung.” (14 Maret 2017) Bu Pri “Reward, biasanya dalam bentuk katakata, misalnya bagus... sama saya florin di kelas jadi biar dapat apresiasi dari temantemannya yang lain. Nanti siswa yang lain saya minta untuk memberi tepuk tangan, pujian iya mbak. Kalau dalam hasl prestasi nanti saya kasih hadiah alat tulis.” (14 Maret 2017) Bu Mu “Reward ya mbak, iya saya berikan. Biasanya pujian, untuk anak laki-laki nanti saya puji dengan menyebutnya sholeh. Kalu anak perempuan nanti saya puji dengan menyebutnya sholih.” (13 Maret 2017) Pak Adt “Iya mengikuti, dengan berdoa bersama siswa.” (13 Maret 2017)
Bu End
Ketika melihat siswa yang berbuat kebaikan guru akan memberikan reward, pujian lisan, tepuk tangan, dan hadiah.
Ketika melihat siswa yang berbuat kebaikan guru akan memberikan reward berupa pujian dengan mengatakan sholeh bagi siswa lakilaki dan sholih bagi siswa perempuan.
Keteldanan yang guru lakukan dalam kegiatan berdoa sebelum pelajaran yaitu ikut berdoa bersama siswa sebelum pelajaran. “Ikut mbak jelas, sebelumnya saya berdoa Keteldanan yang guru lakukan 268
Guru memberikan keteldananan dengan ikut berdoa sebelum pelajaran. Guru akan berdoa terlebih dahulu dan tidak disuarakan. Setelah guru selesai berdoa guru akan mengawasi sikap berdoa siswa.
berdoa sebelum pelajaran?
Bu Pri
Bagaimana
dalam kegiatan berdoa sebelum pelajaran yaitu guru ikut berdoa sebelum pelajaran dengan membaca doa sendiri kemudian dilanjutkkan dnegan mnegikuti doa yang dibaca siswa. Keteldanan yang guru lakukan dalam kegiatan berdoa sebelum pelajaran yaitu guru memberikan keteldanan sikap berdoa sebelum pelejaran dengan tenang, kepala menunduk, dan membaca doa di dalam hati. Guru memberikan keteldanan dalam kegiatan berdoa sebelum pelajaran dengan ikut berdoa di dalam hati dan setelah selesai guru akan mengawasi perilaku berdoa siswa.
“Iya saya ikut berdoa. Tapi doa yang saya baca beda. Nantikan saya berdoa sendiri, dan setelah selesai nanti saya terus mengawasi anak-anak. Soalnya, kadang masih ada yang berdoanya itu tidak khusyuk. Masih ada yang lirik-lirik, terus nanti saya ingatkan dengan berkata tundukkan kepala, mata melihat ke meja, sambil ingat-ingat Allah.” (13 Maret 2017) Pak Adt “Iya ikut, sama seperti yang tadi mbak.” Guru ikut berdoa setelah pelajaran. Bu Mu
17.
sendiri. Paling tidak robbisholi shoderiwayasshirli wahlulmukdata millisani yafkhohukouli itu doa saya sendiri. Terus nanti kita seketika bareng anak, apa yang dibaca anak kita baca.” (14 Maret 2017) “Ya saya sikapny atenang, berdoa dengan baik, kepala menuduk dan tidak bersuara. Iya saya juga membaca doa seperti yang anak-anak baca tapi di dalam hati.” (14 Maret 2017)
269
Guru memberikan keteladanan dalam kegiatan
keteladanan yang bapak/ibu guru lakukan dalam kegiatan berdoa setelah pelajaran?
18.
Bagimana sikap berdoa yang khusyuk yang bapak/ibu guru tunjukkan saat berdoa sehingga dapat menjadi teladan bagi siswa?
(13 Maret 2017) Bu End “Kita kan paling tidak mengucapkan alhamdulliah itu to mbak. Sebelum mengucapkan salam kan mengucapkan alhamdulliah kita sudah selesai pelajaran, kita telah diberi kelancaran.” (14 Maret 2017) Bu Pri “Iya sama yang tadi.” (14 Maret 2017) Bu Mu “Iya saya ikut berdoa, seperti yang tadi.” (13 Maret 2017) Pak Adt “Sikap khusyuknya kalau misal saya sedang berdiri, ya dengan tangan ngapurancang ya sikap siap berdoa.” (13 Maret 2017) Bu End “Yang jelas sikap duduk kita gimana nggeh, terus pandangan ke depan seakanakan kita itu berhadapan dengan Allah. Tangan kita sedekap di atas meja.” (14 Maret 2017) Bu Pri “Ya saya doanya di dalam hati tidak saya ucapkan, dengan tenang, tangan sedekap pandangan ke meja.” (14 Maret 2017)
berdoa setelah pelajaran dengan mengucapkan Guru ikut berdoa setelah pelajaran hamdallah setiap akhir pergantian jam dengan mengucapkan pelajaran dan ikut berdoa bersama siswa sebelum pulang sekolah. alhamdulliah.
Guru ikut berdoa setelah pelajaran. Guru ikut berdoa setelah pelajaran. Sikap berdoa yang khusyuk yang ditunjukkan oleh guru yaitu dengan tangan ngapurancang ketika guru dalam keadaan berdiri. Sikap berdoa yang khusyuk yang ditunjukkan oleh guru yaitu dengan duduk, pandangan ke depan, dan tangan sedekap di atas meja. Sikap berdoa yang khusyuk yang ditunjukkan oleh guru yaitu dengan berdoa di dalam hati, tenang, tangan sedekap di atas meja dan pandangan ke bawah. 270
Guru memberikan sikap berdoa yang khusyuk dengan duduk, tangan sedekap di atas meja, kepala menunduk pandangan ke bawah atau ke depan.
“Dengan duduk, kepala menunduk, tangan Sikap berdoa yang khusyuk yang kanan di atas tangan kiri, kemudian ditunjukkan guru yaitu dengan duduk, kepala menunduk, dan sedekap di atas meja.” (13 Maret 2017) tangan sedekap di atas meja. Pak Adt “Yang tadarus hari Jumat itu kan? Iya saya Guru berperan aktif dengan kegiatan tadarus ikut bersama anak-anak membaca surat- mengikuti bersama siswa. surat pendek.” (13 Maret 2017) Bu End “Kalau hanya membimbing itu tidak bisa Guru berperan aktif dalam kegiatan mbak, kalau surat itu sudah kita berikan tadarus dengan cara memberikan kita pancing diawal. Kalau hafalan lo contoh membaca ayat-ayat AlQuran yang baik dan benar. mbak. Kalau yang dibaca tiap hari Jumat itu tidak hafalan, hanya tadarus bukan hafalan. Kalau hafalan kelas saya sendiri ada, kalau kelas yang lain ada. Tapi kebetulan kelas saya yang ngajar kelas itu, saya kasih hafalan. Conothnya kelas II B , kebetulan hari Jumat jam pertama. Itu ada hafalan. Kalau hafalan itu yang pertama satu kita bericontoh membaca yang benar, kemudian annati kita tuntun untuk menghafalan. Nanti dua ayat dulu, nanti diulang-ulang terus. Nanti boleh buka buku, nanti kalau sudah tidak buka juz Bu Mu
19.
Bagaimana peran aktif bapak/ibu guru dalam kegiatan hafalan surat pendek setiap hari Jumat?
271
Guru memberikan keteladanan dengan ikut dalam kegiatan tadarus. Saat kegiatan tadarus guru ikut membaca surat bersama-sama siswa dan ikut untuk memandu dan membimbing.
Bu Pri
Bu Mu
amma berarti anak itu sudah hafal. Nanti kalau sudah hafal kita ulang lagi kemudian kita sambung lagi ke ayat-ayat selanjutnya. Kalau tadarus awal itu anak diminta untuk membaca surat Al-Fatihah baru dilanjutkan dengan surat lainnya. Nanti kita kan kasih contoh cara membaca yang benar dulu soalnya kadang-kadang anak-anak itu masih membaca latinnya. Kalau sudah nanti kita tanya pada anak kemarin sampai surat apa kemudian melanjutkan” (14 Maret 2017) “Saya memandu mbak, nanti pertama kali yang anak-anak saya minta baca surat AlFatihah baru dilanjutkan dengan membaca surat-surat yang lain. Biasanya saya minta anak-anak untuk membaca dua buah surat.” (14 Maret 2017) “Ikut tadarus mbak. Saya juga selalu ingatkan selain baca arabnya juga baca artinya. Walaupun baca arabnya dapat pahala, tapi kan kalau dengan artinya anak lebih tahu tidak kosong seperti itu mbak.
Guru berperan aktif dalam kegiatan tadarus dengan cara memandu siswa membaca surat-surat pendek.
Guru berperan aktif dalam kegiatan tadarus dengan mengikuti tadarus bersama siswa, dan mengingatkan siswa untuk membaca arti dari doa yang dibacanya. 272
20.
Apakah sekolah memberikan pengumuman jika ada peringatan hari besar keagamaan?
Bu End
Bu Pri
Pertama kali yang dibaca itu surat AlFatihah itu wajib dibaca diawal, terus nanti dilanjutkan dengan membaca surat-surat lainnya.” (13 Maret 2017) “Iya, bentuknya ya sekedar pengumuman. Kalau kita memberikannya di waktu liburan misalnya Nuzulul Quran, otomatis kita kasih undangan. Kalau tidak cukup diumumkan diwali kelas masing-masing. Juga menggunkan papan pengumuman yang ada di dekat tempat parkir, itu nanti itu diperuntukkan untuk wali murid, kan berkaitan dengan penjemputan anak.”(14 Maret 2017) “Iya diumumkan mbak, biasanya lewat surat edaran, kemudian lisan nanti saya yang mengumumkan, terus itu nanti biar wali murid tahu ditulis menggunakan papan pengumuman yang ada di depan itu.” (14 Maret 2017)
Sekolah memberikan pengumuman jika ada peringatan hari besar keagamaan melalui undangan dan pengumuman langsung di dalam kelas serta menuliskannya di papan pengumuman.
Sekolah memberikan pengumuman jika ada peringatan hari besar keagamaan melalui surat edaran dan pengumuman langsung di dalam kelas serta menuliskannya di papan pengumuman.
273
Sekolah memberikan pengumuan jika akan memperingati hari besar keagamaan mellaui surat edaran, pengumuman lisan dari guru, serta menuliskan pengumuman di papan pengumuman.
Lampiran 3. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Data Hasil Wawancara dengan Siswa
No 1.
2.
REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA MENGENAI INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 Pertanyaan Sumber Jawaban Reduksi Kesimpulan Apakah kamu sering Adt “Iya, sholat duha. Sikap waktu sholat Siswa sering mengikuti sholat dhuha Siswa mengikuti sholat dhuha ikut sholat berjamaah tenang. Di shaf ke dua, tapi bacaannya berjamaah dengan sikap yang tenang. berjamaah. Ketika sholat dhuha di sekolah? belum hafal.” (9 Januari 2017) beberapa siswa ada yang sudah Pu “Iya, sholat duha. Sikap waktu sholat Siswa sering ikut sholat dhuha tenang, tapi ada juga yang masih ramai sendiri. tenang.” (9 Januari 2017) berjamaah dengan sikap yang tenang. Na “Sering, sholat duha. Sikap saat sholat Siswa sering ikut sholat dhuha tenang dan rapi sholatnya.” (9 Januari berjamaah dengan sikap tenang dan 2017) rapi. Ik “Iya, sholat dhuha, kadang-kadang Siswa sering ikut sholat dhuha ramai kalau sholat.” (10 Januari 2017) berjamaah dan terkadang ketika sholat masih ramai. Rai “Iya, sholat dhuha saat sholat kadang- Siswa sering ikut sholat dhuha kadang ramai.” (10 Januari 2017) berjamaah dan terkadang masih ramai. Vau “Iya, sholat dhuha. Kalau sholat dhuha Siswa sering ikut sholat dhuha engga ramai.” (16 Januari 2017) berjamaah dengan sikap yang tenang. Key “Iya, sholat dhuha, sikap sholatnya Siswa sering ikut sholat dhuha anteng.” (16 Januari 2017) berjamaah dengan sikap yang tenang. Bagaimana sikap Adt “Menunggu” (9 Januari 2017) Ketika siswa melihat temannya yang Ketika ada teman yang berbeda kamu ketika melihat berbeda agama dengan sedang agama sedang beribadah sikap siswa teman yang berbeda beribadah yaitu menunggunya. ialah menunggunya dan agama dengan kamu Pu “Menghomati, tenang.” (9 Januari 2017) Ketika siswa melihat temannya yang menghomatinya. 274
sedang beribadah?
Na
Ik
Rai
Vau
Key
3.
Ketika di dalam kelasmu ada siswa yang berbeda agama dengan kamu bagaimana sikapmu?
Adt
Pu
berbeda agama dengan sedang beribadah yaitu menghormatinya dan tenang. “Menunggunya.” (9 Januari 2017) Ketika siswa melihat temannya yang berbeda agama dengan sedang beribadah yaitu menunggunya. “Menunggu” (10 Januari 2017) Ketika siswa melihat temannya yang berbeda agama dengan sedang beribadah yaitu menunggunya. “Menunggu” (10 Januari 2017) Ketika siswa melihat temannya yang berbeda agama dengan sedang beribadah yaitu menunggunya. “Dihormati, tidak memilih teman.” (16 Ketika siswa melihat temannya yang Januari 2017) berbeda agama dengan sedang beribadah yaitu menghormatinya. “Menunggu” (16 Januari 2017) Ketika siswa melihat temannya yang berbeda agama dengan sedang beribadah yaitu menunggunya. “Menghormati, tidak membeda- Ketika didalam kelasnya ada siswa yang bedakan.” (9 Januari 2017) berbeda agama dengannya sikap siswa yaitu menghomatinya dan tidak membeda-bedakan. “Menghormati, tidak membeda- Ketika didalam kelasnya ada siswa yang bedakan.” berbeda agama dengannya sikap siswa (9 Januari 2017) yaitu menghomatinya dan tidak membeda-bedakan. 275
Sikap siswa ketika di dalam kelasnya terdapat siswa yang berbeda agama dengannya adalah mengormatinya, tidak membeda-bedakan dalam berteman, serta menolongnya jika sedang dalam kesulitan.
Na
Ik
Rai
Vau
Key
4.
Apa saja kegiatan keagamaan yang rutin kalian lakukan di sekolah?
Adt
Pu
“Menghormatinya dengan tolong- Ketika didalam kelasnya ada siswa yang menolong, tidak membeda-bedakan.” (9 berbeda agama dengannya sikap siswa Januari 2017) yaitu menghomatinya dan tidak membeda-bedakan serta saling tolongmenolong. “Berteman” (10 Januari 2017) Ketika didalam kelasnya ada siswa yang berbeda agama dengannya sikap siswa yaitu tetap berteman dengannya. “Diamkan aja” (10 Januari 2017) Ketika didalam kelasnya ada siswa yang berbeda agama dengannya sikap siswa yaitu mendiamkannya. “Menghargai” (16 Januari 2017) Ketika didalam kelasnya ada siswa yang berbeda agama dengannya sikap siswa yaitu menghargainya. “Menghormatinya, tolong-menolong, Ketika didalam kelasnya ada siswa yang tidak membeda-bedakan.” (16 Januari berbeda agama dengannya sikap siswa 2017) yaitu menghormatinya, tolongmrnolong, dan tidak membeda-bedakan. “Sholat duha, ngaji, berdoa sebelum dan Kegiatan keagamaan rutin yang sesudah belajar.” (9 Januari 2017) dilakukan siswa yaitu sholat dhuha, mengaji, dan berdoa sebelum dan sesudah belajar. “Sholat duha, ngaji atau TPA, berdoa Kegiatan keagamaan rutin yang sebelum dan sesudah belajar.” (9 dilakukan siswa yaitu sholat dhuha, Januari 2017) mengaji, TPA dan berdoa sebelum dan sesudah belajar. 276
Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan siswa di sekolah adalah berdoa sebelum dan sesudah pelajara, sholat dhuha, dan TPA.
Na
Ik
Rai
Vau
Key 5.
Apa yang akan dilakukan oleh Bapak/ Ibu guru ketika ada yang tidak ikut atau terlambat mengikuti ibadah sholat berjamaah atau mengaji?
Adt Pu Na Ik Rai Vau
“Berdoa sebelum dan sesudah belajar, Kegiatan keagamaan rutin yang TPA.” (9 Januari 2017) dilakukan siswa yaitu berdoa sebelum dan sesudah belajar serta TPA. “Pelajaran agama, TPA, Sholat” (10 Kegiatan keagamaan rutin yang Januari 2017) dilakukan siswa yaitu mengikuti pelajaran agama, TPA, dan sholat. “Berdoa, pelajaran agama, TPA, sholat Kegiatan keagamaan rutin yang dhuha, pengajian.” (10 Januari 2017) dilakukan siswa yaitu berdoa, menguikuti pelajaran agama, TPA, sholat dhuha, dan pengajian. “TPA, sholat dhuha” (16 Januari 2017) Kegiatan keagamaan rutin yang dilakukan siswa yaitu TPA dan sholat dhuha. “TPA, berdoa, baris” (16 Januari 2017) Kegiatan keagamaan rutin yang dilakukan siswa yaitu TPA dan berdoa. “Diingatkan” (9 Januari 2017) Guru akan mengingatkannya. “Disuruh ngulang.” (9 Januari 2017) Siswa diminta untuk mengulangi sholat/ mengaji sendiri. “Menasehati, memperingatkan.” (9 Guru akan memberikan nasehat dan Januari 2017) mengingatkannya. “Suruh mengulang” (10 Januari 2017) Siswa diminta untuk mengulangi sholat/ mengaji sendiri. “Mengulang, suruh baca tadarus Siswa diminta untuk mengulangi sholat/ sendiri.” (10 Januari 2017) tadarus sendiri. “Dinasehati, kalau tadarus sama Pak Siswa diminta tadarus sendiri dan Yuli kalau rame dimarahin.” (16 Januari terkadang guru akan memarahinya. 277
Menurut siswa, ketika ada siswa yang tidak ikut atau terlambat mengikti ibadah sholat berjamaah dan mengaji guru akan menasehatinya, menegurnya atau memperingatkan, dan diminta untuk mengulang sholat sendiri.
Key 6.
Apa yang biasanya dilakukan oleh Bapak/Ibu guru ketika kalian sedang melakukan sholat berjamaah atau ketika kalian sedang mengaji?
Adt Pu
Na
Ik Rai
Vau Key 7.
Alat ibadah apa saja yang ada di dalam musholla yang dapat kalian gunakan untuk melakukan kegiatan ibadah?
Adt
Pu
2017) “Ditegur, dinasehati” (16 Januari 2017)
Guru akan memberikan teguran dan nasehat. “Mengikuti sholat, kalau mengaji bu Guru akan mengikuti sholat dan guru di ruang guru.” (9 Januari 2017) mengaji. “Ikut sholat, terus pas ngaji kadang- Guru akan mengikuti sholat dan kadang bu guru di kantor.” (9 Januari mengaji. 2017) “Saat sholat mengkuti, saat ngaji Guru mengikuti sholat dan menunggu menunggu di ruang guru.” (9 Januari ketika di kantor guru ketika tadarus 2017) berlangsung. “Ikut sholat, kalau pas ngaji menunggu Guru mengikuti sholat dan menunggu di di ruang guru.” (10 Januari 2017) kantor guru ketika tadarus berlangsung. “Ikut sholat, ikut tadarus. Tapi kalau Guru mengikuti sholat dan tadarus. tadarus biasannya Pak Yuli.” (10 Januari 2017) “Mengikuti” (16 Januari 2017) Guru akan ikut kegiatan sholat dan tadarus. “Mengikuti sholat, ikut tadarus” (16 Guru akan ikut kegiatan sholat dan Januari 2017) tadarus. “Sajadah, sarung, Al-Quran, iqr’a, dan Alat ibadah yang ada di mushola yaitu tasbih.” (9 Januari 2017) sajadah, sarung, Al-Quran, iqra dan tasbih. “Sajadah, mukena, Al-Quran, Iqr’a, Alat ibadah yang ada di mushola yaitu tasbih.” (9Januari 2017) sajadah, mukena, Al-Quran, Iqra, dan tasbih. 278
Ketika siswa sedang melakukan sholat berjamaah atau mengaji bapak ibu guru akan ikut melaksanakan sholat dan mengaji atau tadarus.
Alat ibadah yang ada di dalam mushola yang dapat digunakan siswa untuk beribadah adalah sajadah, mukena, sarung, peci, tasbih, AlQuran, dan tasbih.
Na Ik Rai Vau Key 8.
Apa saja kegiatan yang kalian lakukan sebelum mulai belajar di kelas?
Adt
Pu
Na
Ik
Rai
“Tasbih, sajadah, mukena, Al-Quran.” (9 Januari 2017) “Sajadah, tasbih, sarung.” (10 Januari 2017) “Sajadah, sarung, peci, iqra.” (10 Januari 2017) “Mukena, Al-Quran, iqra, sajadah.” (16 Januari 2017) “Mukena, sajadah, Al-Quran, Iqra” (16 Januari 2017) “Berdoa doa sebelum belajar, menyanyi lagu Indonesia Raya setiap hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu.” (9 Januari 2017) “Berdoa doa sebelum belajar dan sesudah belajar, menyanyi lagu Indonesia Raya.” (9 Januari 2017) “Berdoa, berbaris, masuk kelas mengucapkan bismillah, salim sambil ucap salam, masuk harus pake kaki kanan, nyanyi lagu Indonesia Raya.” (9 Januari 2017)
Alat ibadah yang ada di mushola yaitu tasbih, sajadah, mukena, dan Al-Quran. Alat ibadah yang ada di mushola yaitu sajadah, tasbih, dan sarung. Alat ibadah yang ada di mushola yaitu sajadah, sarung, peci, dan iqra. Alat ibadah yang ada di mushola yaitu mukena, Al-Quran, iqra, dan sajadah. Alat ibadah yang ada di mushola yaitu mukena, Al-Quran, iqra, dan sajadah. Kegiatan yang dilakukan siswa sebelum Kegitan siswa sebelum mulai belajar mulai belajar di kelas yaitu berdoa. di kelas adalah berbaris, masuk kelas sambil mengucapkan bismillah, Kegiatan yang dilakukan siswa sebelum bersalaman dengan guru sambil mengucapkan salam, dan berdoa mulai belajar di kelas yaitu berdoa. sebelum belajar. Kegiatan yang dilakukan siswa sebelum mulai belajar di kelas yaitu berdoa, berbaris, masuk kelas sambil ucap basmallah, bersalaman sambil ucap salam, dan masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu. “Berdoa, baris, menyanyi.” (10 Januari Kegiatan yang dilakukan siswa sebelum 2017) mulai belajar di kelas yaitu berdoa dan berbaris. “Baris, berdoa, nyanyi.” (10 Januari Kegiatan yang dilakukan siswa sebelum 279
Vau
Key 9.
Saat menerangkan tentang materi pelajaran apakah bapak ibu guru sering menceritakan kisahkisah nabi?
2017) “Berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya tapi kecuali hari Senin dan Jumat.” (16 Januari 2017) “Berdoa, Baris” (16 Januari 2017)
Adt
“Pernah, Nabi Ibrahim.” (9 Januari 2017)
Pu
“Pernah, Nabi Ibrahim.” (9 Januari 2017)
Na
“Iya, Nabi Ibrahim dan Muhammad.” (9 Januari 2017)
Ik
“Engga” (10 Januari 2017)
Rai
“Pernah, tapi lupa.” (10 Januari 2017)
Vau
“Pernah, Nabi Ibrahim.” (16 Januari 2017)
Key
“Iya, Ibrahim” (16 Januari 2017)
280
mulai belajar di kelas yaitu berdoa. Kegiatan yang dilakukan siswa sebelum mulai belajar di kelas yaitu berdoa. Kegiatan yang dilakukan siswa sebelum mulai belajar di kelas yaitu berdoa. Guru pernah menceritakan kisah nabi Ibrahim saat menjelaskan materi pelajaran. Guru pernah menceritakan kisah nabi Ibrahim saat menjelaskan materi pelajaran. Guru pernah menceritakan kisah nabi Ibrahim dan Muhammad saat menjelaskan materi pelajaran. Guru tidak pernah menceritakan kisah Nabi saat menerangkan mataeri pelajaran. Guru pernah menceritakan kisah nabi saat menjelaskan materi pelajaran. Guru pernah menceritakan kisah Nabi Ibrahim saat menjelaskan materi pelajaran. Guru pernah menceritakan kisah Nabi Ibrahim saat menjelaskan materi pelajaran
Menurut siswa ketika sedang menjelaskan materi pelajaran guru pernah menceritakan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad.
10.
Ketika ada hari besar keaagamaan, biasanya di sekolah di adakan kegiatan apa saja?
Adt
Pu
Na
Ik
Rai
Vau
Key
“Pengajian, tukar kado atau kado Sekolah mengadakan peringatan hari silang.” (9 Januari 2017) besar keagamaan dengan pengajian dan kado silang bagi siswa. “Pengajian, Kado silang.” (9 Januari Sekolah mengadakan peringatan hari 2017) besar keagamaan dengan pengajian dan kado silang bagi siswa. “Pengajian, tukar kado, pas Idul Adha Sekolah mengadakan peringatan hari korban, Idul fitri salim-salim.” (9 besar keagamaan dengan pengajian, Januari 2017) kado silang bagi siswa, penyEmbelihan hewan kurban saat Idul Adha, dan syawalan saat Idul Fitri. “Mbeleh, mendengarkan, sedekah.” (10 Sekolah mengadakan peringatan hari Januari 2017) besar keagamaan dengan menyembelih hewan kurban dan mengdakan kegiatan sedekah. “Pengajian, mbeleh sapi, mbeleh Sekolah mengadakan peringatan hari kambing, tukar kado.” (10 Januari besar keagamaan dengan pengajian, 2017) menyembelih hewan kurban, dan kado silang. “Pengajian, mbeleh sapi, jabat tangan.” Sekolah mengadakan peringatan hari (16 Januari 2017) besar keagamaan dengan pengajian, menyembeilh hewan kurban, dan syawalan. “Pengajian, menyembeleh sapi atau Sekolah mengadakan peringatan hari hewan kurban.” (16 Januari 2017) besar keagamaan dengan pengajian dan menyembeilh hewan kurban. 281
Ketika ada peringatan hari besar keagamaan, di sekolah diadakan kegiatan pengajian, bersedekah, saat Idul Fitri terdapat kegiatan syawalan, dan saat Idul Adha menyembelih hewan korban.
11.
12.
Apakah kamu pernah mengikuti lomba keagamaan yang diikuti sekolah?
Kegiatan ekstrakulikuler keagamaan apa sajakah yang ada di
Adt
“Belum” (9 Januari 2017)
Pu
“Belum pernah.” (9 Januari 2017)
Na
“Belum pernah, tapi ada lomba-lomba saat wisuda akbar TPA lomba membaca Al-Quran.” (9 Januari 2017)
Ik
“Tidak” (10 Januari 2017)
Rai Vau
“Di sekolah pernah ikut lomba sholat, wudhu.” (10 Januari 2017) “Belum” (16 Januari 2017)
Key
“Belum” (16 Januari 2017)
Adt
“TPA setiap hari Senin, yang ngajar Kegiatan ekstrakulikuler keagamaan Mbak Erni, Mbak Warni, sama Mbak yang ada di sekolah yaitu TPA. Sri.” (9 Januari 2017) “TPA” (9 Januari 2017) Ektrakulikuler keagamaan yang ada di
Pu
282
Siswa belum pernah mengikuti kegiatan lomba keagamaan yang diiukuti sekolah. Siswa belum pernah mengikuti kegiatan lomba keagamaan yang diiukuti sekolah. Siswa belum pernah mengikuti kegiatan lomba keagamaan yang diiukuti sekolah. Akan tetapi terdapat lomba membaca Al-Quran saat wisuda akbar TPA. Siswa belum pernah mengikuti kegiatan lomba keagamaan yang diiukuti sekolah. Siswa pernah mengikuti lomba sholat dan wudhu. Siswa belum pernah mengikuti kegiatan lomba keagamaan yang diiukuti sekolah. Siswa belum pernah mengikuti kegiatan lomba keagamaan yang diiukuti sekolah. Ektrakulikuler keagamaan yang ada di sekolah yaitu TPA.
Lomba keagamaan yang pernah diikuti siswa adalah lomba saat wisuda akbar TPA, lomba membaca Al-Quran, lomba sholat, dan lomba wudhu.
sekolah?
13.
Menurut kamu, seperti apa tata tertib yang ada di kelas/ sekolah yang mengatur tentang pelaksanaan sholat dhuha/zuhur?
Na
“TPA.” (9 Januari 2017)
Ik
“TPA” (10 Januari 2017)
Rai
“TPA” (101 Januari 2017)
Vau
“TPA” (16 Januari 2017)
Key
“TPA” (16 Januari 2017)
Adt
“Tidak boleh ramai, wudhu dulu, berikhtiar.” (9 Januari 2017)
Pu
“Wajib ikut semua, tenang, wudhu dulu.” (9 Januari 2017)
Na
“Tenang, membaca doa dalam hati, wudhu, membaca doa sholat duha.” (9 Januari 2017)
283
sekolah yaitu TPA. Ektrakulikuler keagamaan yang ada di sekolah yaitu TPA. Ektrakulikuler keagamaan yang ada di sekolah yaitu TPA. Ektrakulikuler keagamaan yang ada di sekolah yaitu TPA. Ektrakulikuler keagamaan yang ada di sekolah yaitu TPA. Ektrakulikuler keagamaan yang ada di sekolah yaitu TPA. Tata tertib kelas/ sekolah yang mengatur pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur yaitu tidak boleh ramai, wudhu terlebih dahulu. Tata tertib kelas/ sekolah yang mengatur pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur yaitu semua siswa wajib mengukutinya dan berwudhu terlebih dahulu sebelum sholat. Tata tertib kelas/ sekolah yang mengatur pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur yaitu tenang, membaca doa di dalam hati, wudhu terlebih dahulu, serta membaca doa shoalt dhuha setiap selesai sholat.
Tata tertib kelas atau sekolah yang mengatur pelaksanaan sholat dhuha atau zuhur yaitu semua siswa wajib mengikuti sholat, saat sholat harus tenang dan tertib. Sebelum sholat berwudhu dahulu, membaca doa dalam hati, serta membaca doa sholat dhuha.
Ik
Rai
Vau
Key
14.
Apa yang akan dilakukan Bapak/ Ibu guru ketika ada siswa yang melakukan kesalahan?
Adt
Pu
Na
“Tidak boleh ramai, tertib” (10 Januari Tata tertib kelas/ sekolah yang 2017) mengatur pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur yaitu tidak boleh ramai dan harus tertib. “Tidak boleh ramai, harus anteng, kalau Tata tertib kelas/ sekolah yang ramai harus ngulangi.” (10 Januari mengatur pelaksanaan sholat dhuha dan 2017) zuhur yaitu tidak boleh ramai. “Engga boleh ramai.” (16 Januari 2017) Tata tertib kelas/ sekolah yang mengatur pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur yaitu tidak boleh ramai. “Tidak boleh ramai, harus tertib.” (16 Tata tertib kelas/ sekolah yang Januari 2017) mengatur pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur yaitu tidak boleh ramai dan harus tertib. “Diminta untuk istighfar 33 kali, dan Ketika ada siswa yang melakukan mengumpulkan sampah.” (9 Januari kesalahan guru akan meminta siswa 2017) untuk istighfar 33 kali dan mengumpulkan sampah. “Diminta untuk istighfar 33 kali, dan Ketika ada siswa yang melakukan mengumpulkan sampah.” (9 Januari kesalahan guru akan meminta siswa 2017) untuk istighfar 33 kali dan mengumpulkan sampah. “Ambil sampah, baca istighfar, sama Ketika ada siswa yang melakukan dinasehati.” (9 Januari 2017) kesalahan guru akan meminta siswa untuk mengumpulkan samapah, beristighfar dan menasehatinya. 284
Ketika ada siswa yang melakukan kesalahan bapak ibu guru akan menasehatinya, meminta siswa istighfar 33 kali, membantu piket, dan mencari sampah.
Ik
Rai Vau
Key
15.
Kegiatan apa saja yang kalian lakukan ketika piket?
Adt
Pu Na
Ik
“Disuruh bantu piket, dinasehati, sama Ketika ada siswa yang melakukan mencari sampah.” (10 Januari 2017) kesalahan guru akan meminta siswa untuk membantu petugas piket, menasehatinya, dan mencari sampah. “Menasehati” (10 Januari 2017) Ketika ada siswa yang melakukan kesalahan guru akan menasehatinya. “Dinasehati, nyari sampah, bantu Ketika ada siswa yang melakukan piket.” (16 Januari 2017) kesalahan guru akan menasehatinya, memintanya mencari sampah dan memintanya untuk membantu petugas piket. “Dinasehati, suruh nyari sampah.” (16 Ketika ada siswa yang melakukan Januari 2017) kesalahan guru akan menasehatinya dan memintanya untuk mencari sampah. “Nyapu, menyiram tanaman biar tidak Kegiatan yang dilakukan siswa ketika mati.” (9 Januari 2017) piket yaitu menyapu, menyirami tanaman. “Menyiram tanaman biar tidak layu dan Kegiatan yang dilakukan siswa ketika tidak mati.” (9 Januari 2017) piket yaitu menyirami tanaman. “Menyiram tanaman, menyapu, Kegiatan yang dilakukan siswa ketika membersihkan papan tulis, mematikan piket yaitu menyirami tanaman, kipas dan lampu, membersihkan menyapu, membersihkan papan tulis, jendela.” (9 Januari 2017) mematikan kipas dan lampu serta membersihkan jendela. “Membersihkan papan tulis, nyapu, Kegiatan yang dilakukan siswa ketika siram tanaman.” (10 Januari 2017) piket yaitu membersihkan papan tulis, 285
Ketika piket kegiatan yang dilakukan siswa adalah menyapu, membersihkan jendela, membersihkan papan tulis, mengganti tanggal di papan tulis, mengepel, dan menyirami tanaman supaya tidak mati.
Rai
Vau
Key
menyapu, dan menyirami tanaman. “Nyapu, nyulaki, menghapus papan Kegiatan yang dilakukan siswa ketika tulis, mengganti tanggal.” (10 Januari piket yaitu menyapu, menyulaki, 2017) menghapus papan tulis, dan menggantii tanggal di papan tulis. “Menyapu, menyulaki, mengepel, Kegiatan yang dilakukan siswa ketika menyiram tanaman.” (16 Januari 2017) piket yaitu menyapu, menyulaki, mengepel, dan menyirami tanaman. “Menghapus papan tulis, menyapu, Kegiatan yang dilakukan siswa ketika membersihkan debu.” (16 Januari 2017) piket yaitu membersihkan papan tulis, menyapu, dan membersihkan ruang dari debu.
286
Lampiran 4. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Observasi Macam-Macam Karakter Religius REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL OBSERVASI MENGENAI MACAM-MACAM No. Indikator Sub Indikator 1. Sikap dan a. Siswa perilaku siswa dibiasakan yang patuh dalam melaksanakan melaksanakan ibadah sholat ajaran agamanya. dhuha berjamaah.
Reduksi Hasil
Kesimpulan Pelaksanaan sholat dhuha dilakukan disetiap kelas Observasi I Hari Senin kelas VI A dan VI B melaksanakan sholat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, yaitu: dhuha di mushola dengan tidak berjamaah. 1. Senin: Kelas VI A dan VI B 2. Selasa : Kelas V A dan V B Observasi II Jadwal sholat dhuha hari Selasa adalah siswa kelas V 3. Rabu : Kelas IV A dan IV B A dan V B. Siswa sholat dhuha tidak berjamaah. 4. Kamis : Kelas III A dan III B 5. Jumat : Kelas II A dan II B Observasi III Jadwal sholat dhuha hari Rabu adalah siswa kelas IV 6. Sabtu : Kelas I A dan I B A dan IV B. Siswa sholat dhuha berjamaah. Observasi IV Hari ini yang mendapat jadwal melaksanakan ibadah sholat dhuha adalah siswa kelas III A dan III B yang diimami oleh Pak Sr. Observasi V Hari ini siswa kelas II A dan II B mendapat jadwal pelaksanaan sholat dhuha. Pak Sr berperan sebagi imam. Observasi VI Hari ini yang mendapat giliran melaksanakan sholat dhuha adalah siswa kelas I A dan I B. Siswa sholat dhuha berjamaah. Observasi VII Semua isswa kelas VI A dan VI B melaksanakan
287
ibadah sholat dhuha. Observasi VIII Hari ini siswa kelas V A dan V B mendapat giliran melaksanakan ibadah sholat dhuha di mushola. Terlihat beberapa siswa sedang antri menunggu giliran wudhu. Observasi IX Hari ini siswa yang melaksanakan ibadah sholat dhuha adalah siswa kelas IV A dan IV B. Observasi X Hari ini siswa kelas III A dan III B mendapat giliran melaksanakan ibadah sholat dhuha. Observasi XI Hari ini siswa kelas II A dan II B mendapat giliran melaksanakan ibadah sholat dhuha. b. Siswa Observasi I dibiasakan Sholat zuhur dilaksanakan oleh kelas tinggi yaitu kelas melaksanakan IV A-B, V A-B, dan VI A-B. Pelaksanaan sholat ibadah sholat zuhur secara bergantian tiap kelasnya. Yang berperan zuhur menjadi imam adalah Pak Ru. Selesai sholat Pak Ru berjamaah. membimbing siswa untuk berdzikir Observasi III Hari ini siswa kelas tinggi melaksanakan sholat zuhur di mushola secara berjamaah. Selesai shoat siswa berdzikir. Observasi VII Siswa kelas tinggi melaksanakan ibadah sholat zuhur berjamaah secara bergantian.
288
Ibadah sholat zuhur dilaksanakan oleh kelas tinggi yaitu kelas IV, V, dan VI setiap hari Senin dan Rabu. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergiliran dengan diimami oleh satu guru laki-laki. Selesai sholat siswa dibimbing untuk berdoa dan berzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir.
2.
Toleransi siswa a. Siswa terhadap dibiasakan pelaksanaan untuk tidak ibadah agama menggangu lain. teman yang berbeda agama ketika sedang beribadah.
Observasi IX Karena siswa kelas tinggi hari ini ada jadwal les, maka pukul 12.20 WIB semua siswa kelas tinggi keluar kelas dan melaksanakan ibadah sholat zuhru berjamaah. Secara bergantian. Observasi I Ketika ada siswa yang sedang melaksanakan ibadah sholat zuhur, siswa lain yang tidak melaksanakan sholat beristirahat di halaman sekolah. Observasi II Ketika siswa yang beragama muslim di kelas V A dan V B sedang melaksanakan ibadah sholat dhuha, siswa kelas lain tidak membuat kegaduhan di dekat mushola. Dan siswa yang lain bermain di halaman sekolah. Observasi III Ketika siwa kelas IV A dan IV B melaksanakan sholat dhuha siswa yang lain asik bermian di halaman sekolah. Observasi IV Ketika ada kelas yang sedang melaksanakan ibadah sholat dhuha, siswa lain tidak membuat ramai lingkungan sekitar mushola. Observasi V Karena setiap hari Jumat dilaksanakan kegiatan tadarus di semua kelas, maka siswa yang beragama non muslim diminta untuk menunggu di luar kelas sampai tadarus selesai. Observasi VI
289
Ketika ada siswa yang sedang melaksanakan ibadah sholat dhuha atau zuhur di mushola, siswa lain yang tidak melaksanakan tidak mengganggunya dan tetap bermain di halaman sekolah.
Ketiak kelas I A dan I B sedang melaksanakan sholat dhuha siswa lain bermain di halaman sekolah dan tidak menggangu siswa yang sedang sholat. Observasi VII Ketika ada kelas VI A dan VI B melaksanakan ibadah sholat dhuha siswa lain bermain di halaman sekolah. Observasi VIII Ketika siswa kelas V A dan V B melaksanakan sholat dhuha, siswa lain tidak membuat keramaian di dekat mushola. Observasi IX Ketika kelas IV A dan IV B sedang melaksanakan sholat dhuha siswa lain bermain di halaman sekolah dan tidak menggangu siswa yang sedang melaksanakan sholat. Observasi X Ketika ada siswa yang sedang melaksanakan ibadah sholat dhuha siswa lain bermain di halaman sekolah. Observasi XI Ketika ada siswa yang sedang melaksanakan ibadah sholat dhuha siswa lain bermain di halaman sekolah. b. Siswa Siswa tidak pernah menghina bentuk ibadah agama Observasi I dibiasakan Terlihat tidak ada siswa yang menghina kelas VI A lain. untuk tidak dan VI B ketika melaksnakan sholat dhuha. menghina Observasi II bentuk ibadah Ketika ada siswa yang melaksanakan sholat di agama lain. mushola siswa lain tidak menghinanya. Observasi V
290
Siswa tidak pernah menghina bentuk ibadah agama lain. Observasi X Tidak terlihat ada siswa yang menghina temanyya yang sedang melaksanakan sholat dhuha. Observasi XI Tidak terlihat ada siswa yang menghina temanyya yang sedang melaksanakan sholat dhuha. c. Siswa Observasi I dibiasakan Bagi kelas yang mendapatkan giliran melaksanakan untuk ibadah sholat dhuha, maka siswa lain yang beragama menghargai non muslim tidak diijinkan untuk beristirahat terlibih pelaksanaan dahulu sebelum temannya selesai sholat. ibadah agama Observasi II lain. Siswa non muslim di kelas V A dan V B tidak diijikan untuk istirahat terlebih dahulu sebelum teman sekelasnya selesai melaksanakan sholat dhuha. Observasi III Ketika siswa muslim di k elas IV A dan IV B sedang melaksanakan ibadah sholat dhuha siswa non muslim yang ada di kelas tersebut belum diperbolehkan jajan terlib dahulu. Akan tetapi harus menunggu temannya selsesai melaksanakan ibadah sholat dhuha. Observasi IV Bagi siswa yang beragama non muslim di kelas III A dan III B, belum diperbolehkan untuk beristirahat sebelum temannya selesai melaksanakan ibadah sholat dhuha.
291
Siswa dibiasakan untuk menghargai pelaksanaan ibadah agama lain. Bagi siswa non muslim yang kelasnya mendapat giliran untuk melaksanakan ibadah sholat dhuha, tidak diberbolehkan untuk keluar kelas dan istirahat. Akan tetapi diminta untuk menunggu temannya di dalam kelas sampai temannya selesai sholat dhuha. Ketika kegiatan tadarus berlangsung siswa non muslim diminta untuk menunggu di luar kelas sampai tadarus selesai.
Observasi V Siswa yang beragama non muslim di kelas II A dan II B, ketika temannya sedang melaksanakan sholat dhuha mereka menunggunya di dalam kelas dan tidak langsung istirahat. Observasi VI Bagi siswa non muslim di kelas I A dan I B belum diijinkan untuk istirahat, sebelum teman sekalnya selesai melaksanakan ibadah sholat dhuha. Observasi VII Ketika siswa muslim kelas VI A dan VI B melaksanakan ibadah sholat dhuha siswa non muslim di kelas tersebut menunggu di dalam kelas. Observasi VIII Ketika siswa muslim kelas V A dan V B melaksanakan sholat dhuha. Siswa kelas V A dan V B yang non muslim tidak diperbolehkan langsung jajan akan tetapi harus menunggu temannya yang sholat dhuha selesai. Observasi IX Ketika siswa muslim kelas IV A dan IV B melaksanakan sholat dhuha. Siswa kelas IV A dan IV B yang non muslim tidak diperbolehkan langsung jajan akan tetapi harus menunggu temannya yang sholat dhuha selesai. Observasi X Bagi siswa yang beragama non muslim di kelas III A dan III B, belum diperbolehkan untuk beristirahat
292
3.
sebelum temannya selesai melaksanakan ibadah sholat dhuha. Observasi XI Saat pelaksanaan tadarus bagi siswa yang beragama non muslim diminta untuk menunggu di luar kelas sampai kegiatan tadarus selesai. Bagi siswa yang beragama non muslim di kelas II A dan II B, belum diperbolehkan untuk beristirahat sebelum temannya selesai melaksanakan ibadah sholat dhuha. Siswa hidup a. Siswa bermain Observasi I rukun dengan bersama dengan Siswa bermain bersama saat istirahat tanpa membedapemeluk agama teman yang bedakan agama. lain. berbeda agama. Observasi II Terlihat ketika istirahat berlangsung, semua siswa berbaur dan bermain bersama tanpa membedabedakan agama yang dianut temannya. Observasi III Saat istirhat terlihat semua siswa dari kelas yang berbeda dan agama yang berbeda sedang asik bermain di halaman sekolah. Observasi IV Saat istirahat semua siswa bermain bersama walau beda agama. Observasi V Terlihat ketika istirahat semua siswa berbaur bersama tanpa membedakan agamnya. Observasi VI Terlihat ketika sedang istirahat semua siswa bermain
293
Ketika sedang istirahat semua siswa berbaur bersama dan bermain bersama di halaman sekolah maupun di luar sekolah walaupun agama mereka berbeda.
b. Siswa dibiaskan untuk menolong teman yang sedang kesulitan walau berbeda agama.
bersama di halaman sekolah dengan ceria. Observasi VII Saat istirahat semua siswa bermain bersama di halaman sekolah dengan gembira walapun mereka berbeda agama Observasi VIII Terlihat ketika bel tanda istirahat berbunyi semua siswa keluar kelas untuk bermian dengan temanya. Observasi IX Ketika istirahat berlangsung siswa bermain bersama dengan temannya walapun berbeda agama dengan gembira. Observasi X Saat istirahat berlangsung semua siswa bermain bersama walapun agama mereka berbeda. Observasi XI Saat istirahat berlangsung semua siswa bermain bersama walapun agama mereka berbeda. Siswa dibiasakan menolong temannya yang sedang Observasi I Saat pelajaran Fa terluka karena tergores paku saat dalam kesulitan walapun berbeda agama. bermain memasukkan tangannya ke dalam laci meja. Kemudian Ik membantunya untuk mengobati luka Fa dengan betadine.
294
Lampiran 5. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Observasi Strategi dan Hambatan melalui Kegiatan Pengembangan Diri
No. Indikator 1. Kegiatan Rutin Sekolah
REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL OBSERVASI MENGENAI STRATEGI DAN HAMBATAN INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI Sub Indikator Reduksi Kesimpulan a. Membiasakan Observasi I Kegiatan rutin membiasakan berdoa sebelum berdoa Ma memimpin doa, semua siswa membaca doa sebelum pelajaran pelajaran dilakukan setiap hari. Sebelum siswa sebelum beserta artinya dengan duduk tangan sedakp di atas meja dan kepala masuk kelas di jam pertama siswa berbaris pelajaran. menunduk. Di awal pergnatian jam pelajaran mataematika dan terlebih dahulu di depan kelas dengan dipimpin Pendidikan Agama guru mengajak siswa membaca basmallah. oleh salah satu siswa secara bergiliran sesuai dengan nomor presensi dan tanggal. Satu siswa Observasi II Siswa berbaris di depan kelas sebelum masuk kelas dengan dipimpin yang memimpin berbaris ini, nantinya juga akan oleh Nau. Kemudian siswa masuk kelas sambil bersalaman dan memimpin pemberian salam dan doa di awal mengucapkan salam pada Bu Mu. Ketika masuk kelas Bu Mu pembelajaran serta memimpin pemberian salam mengecek kuku siswa. Setelah itu Nau memimpin doa, semua siswa dan doa ketika pulang sekolah. Setelah berbaris, berdoa sebelum belajar beserta artinya. siswa masuk kelas dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu sambil mengucapkan Observasi III Sebelum masuk kelas siswa berbaris terlebih dahulu dengan dipimpin basmallah dan bersalaman dengan guru sambil oleh Na. Selesai berbaris siswa masuk kelas. Siswa sebelum belajar mengucapkan salam. Kemudian salah satu siswa membaca doa sebelum belajar beserta artinya. Siswa berdoa dengan memimpin pemberian salam dengan mengetuk sikap duduk tangan sedakp di atas meja dan kepala menunduk. Di meja dengan penghapus sebagai pemberian abasetiap awal pergantian jam guru mengajak siswa membaca basmallah aba. Setelah itu dilanjutkan dengan berdoa doa bersama-sama. sebelum belajara dan dilanjutkan dengan membaca artinya. Ketika berdoa, sikap siswa Observasi IV Sebelum masuk kelas dan berdoa, siswa kelas III A terlebih dahulu yaitu dengan duduk tangan sedekap di atas meja berbaris di depan kelas. Hari ini yang memimpin barisan adalah Naf. dan kepala menunduk. Di setiap awal pergantian Setelah Naf mengatakan, “Berdoa mulai.” semua langsung berdoa jam pelajaran, siswa juga dibiasakan membaca doa sebelum belajar beserta artinya. Setelah istirahat kedua dan basmallah. 295
dilanjutkan dengan mata pelajaran IPS Bu Mu membuka pelajaran dengan mengajak siswa membaca basmallah. Observasi V Pu mendapat giliran untuk memimpin pemberian salam dan doa. Siswa berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Sikap siswa saat berdoa dengan duduk, tangan sedekap di atas meja, dan kepala menunduk. Observasi VI Hari ini Ol mendapat giliran untuk memimpin berbaris dan berdoa.. Bagi siswa yang putri pengecekan kuku dilakukan oleh Ni, sedangkan siswa laki-laki dicek oleh Raf. Di awal pergantian jam pelajaran Bahasa Jawa siswa membaca basmallah. Observasi VII Hari ini Raf mendapat giliran memimpin berdoa. Siswa berdoa, dengan tangan sedekap di atas meja kepala menunduk anak- anak membaca doa doa sebelum belajar berserta artinya. Observasi VIII Di awal pembelajaran Bahasa Indonesia jam ke 5 siswa membaca basmallah bersama-sama. Setelah istirahat kedua dan akan melanjutkan pelajaran SBK siswa membaca basmallah. Observasi IX Sebelum masuk kelas semua siswa berbaris di depan kelas yang dipimpin oleh Ev. Semua siswa duduk di kursi dengan tangan sedekap dan kepala menunduk. Seperti biasa doa yang dibaca saat awal pembelajaran adalah doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan artinya. Siswa berdoa dengan khusyuk. Observasi X Sebelum masuk kelas siswa berbaris di depan kelas dengan dipimpin
296
b. Membiasakan berdoa sesudah pelajaran.
Nin. Siswa perempuan dipersilahkan masuk kelas terlebih dahulu. Pemimpin doa yaitu Ki, semua siswa berdoa sebelum pelajaran beserta artinya. Observasi XI Hari ini Ram mendapat giliran untuk memimpin berbaris. Setelah siswa siap satu persatu siswa masuk kelas dengan bersalaman dan mengucapkan salam pada Bu Mu. Ram memimpin ucapan salam pada Bu Mu dan doa. Seperti biasa siswa berdoa dengan sikap duduk tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Observasi I Pada akhir pembelajaran Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama Islam siswa membaca hamdallah. Observasi II Selesai pelajaran IPS siswa membaca hamdallah. Sebelum pulang sekolah siswa membaca doa agar ditunjukkan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis yang dipimpin oleh Na. Observasi III Selesai pelajaran Bahasa Indonesia dan PKn siswa membaca hamdallah. Sebelum pulang sekolah siswa berdoa doa minta agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis. Observasi IV Selesai pelajaran PKn Bu Mu mengajak siswa membaca hamdallah. Selesai satu jam pelajaran IPS Bu Mu mengajak siswa membaca hamdallah sebelum istirahat. Observasi V Sebelum pulang anak-anak berdoa terlebih dahulu. Pu maju untuk memimpin pemberian salam dan doa. Adapun doa yang dibaca adalah doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis.
297
Kegiatan rutin membiasakan berdoa sesudah pelajaran di lakukan setiap hari pada akhir pergantian jam pelajaran atau sebelum beristirahat siswa diajak untuk membaca hamdallah. Sebelum siswa pulang, dibiaskan untuk membaca doa agar diberi petunjuk yang baik dan buruk serta doa penutup majelis. Ketika akan keluar kelas untuk pulang, siswa bersalaman dengan guru serta mengucapkan salam.
Sikap siswa ketika berdoa dengan tangan sedekap di atas meja, kepala menunduk, dan duduk. Observasi VI Di akhir pelajaran Bahasa Jawa siswa membaca hamdallah. Sebelum pulang sekolah siswa seperti biasaya berdoa-doa supaya di tunjukkan yang benar dan doa penutup majelis. Sikap siswa saat berdoa tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Observasi VII Selesai pelajaran Ketika pendidikan agama islam berakhir siswa membaca hamdallah oleh Bu End. Sebelum pulang sekolah seusai BTA siswa membaca doa agar ditunjukkan yang benar, doa penutup majelis, doa kedua orang tua, beserta artinya. Observasi VIII Sebelum istirahat ke dua Bu Mu mengakhiri pelajaran SBK dengan mengajak siswa membaca hamdallah. Ketika akan pulang Ray maju di depan kelas untuk memimpin berdoa. Siswa berdoa minta ditunjukkan yang benar dan doa penutup majelis. Observasi IX Diakhir pelajaran Bahasa Indonesaia, pendidikan agama, dan PKn siswa membaca hamdallah. Sebelum pulang sekolah siswa membaca doa agar diberi petunjuk yang benara dan doa penutup majelis. Sikap saat siswa berdoa dengan duduk tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Observasi X Siswa membaca hamdallah ketika jam pelajaran IPA telah berakhir. Setelah semua kelas selesai berkemas-kemas Ki langsung maju untuk memimpin berdoa. Semua siswa duduk dengan tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Semua siswa berdoa dengan
298
c. Mengadakan tadarus dan hafalan surat pendek.
d. Mengadakan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
khusyuk membaca bacaan doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis. Selesai berdoa semua siswa keluar kelas dengan bersalam dengan Bu Mu dan mengucapkan salam. Observasi XI Sebelum menutup pelajaran Bu Mu mengajak siswa membaca hamdallah dan pelajaran diakhiri dengan Bu Mu mengucapkan salam. Observasi V Siswa membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nass. Saat tadarus siswa tidak menggunakan Juz Amma. Kegiatan tadarus diakhiri dengan membaca shadaqallah’hulazim. Obsrevasi XI Siswa diminta untuk tadarus membaca surat Al-Fatihah sampai surat Al-Ikhlas beserta artinya. Satu persatu ayat dibaca dengan artinya. Siswa tadarus dengan khusyuk. Selesai tadarus Bu Mu menjelaskan isi surat Al-Fatihah kepada siswa. Bu Mu menenkankan pada makna ayat ke lima surat Al-Fatihah yang menjelaskan bahwa kita harus memohon hanya kepada Allah. Bu Mu menasehati bahwa isi surat Al-Quraan itu harus diamalakan dalam kehidupan sehari-hari. Observasi I Sholat zuhur dilaksanakan oleh kelas tinggi yaitu kelas IV A-B, V AB, dan VI A-B. Pelaksanaan sholat zuhur secara bergantian tiap kelasnya. Yang berperan menjadi imam adalah Pak Ru. Selesai sholat Pak Ru membimbing siswa untuk berdzikir Observasi II Setiap Selasa siswa kelas tinggi tidak diwajibkan melaksanakan sholat zuhur berjamaah di sekolah karena mereka pulang lebih awal, sebab tidak ada jadwal les. Observasi III
299
Kegiatan rutin mengadakan hafalan surat pendek dilakukan setiap hari Jumat pagi. Siswa membaca surat-surat pendek. Terkadang selain membaca arabnya siswa juga membaca artinya saat tadarus. Dan guru terkadang juga menjelaskan isi dari salah satu surat yang dibaca siswa.
Kegiatan rutin sholat zuhur berjamaah dilaksanakan setiap hari Senin dan Rabu yang diiukuti oleh seluruh siswa kelas IV, V, dan VI. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergiliran karena ruang mushola terbatas dengan diimami oleh guru laki-laki di setiap kloternya. Selesai sholat, siswa dibimbing untuk membaca doa kebaikan dunia akhirat, doa kedua orang tua, serta berdzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir.
Hari ini siswa kelas tinggi melaksanakan sholat zuhur di mushola secara berjamaah. Selesai shoat siswa berdzikir. Observasi VII Siswa kelas tinggi melaksanakan ibadah sholat zuhur berjamaah secara bergantian. Observasi IX Karena siswa kelas tinggi hari ini ada jadwal les, maka pukul 12.20 WIB semua siswa kelas tinggi keluar kelas dan melaksanakan ibadah sholat zuhru berjamaah. Secara bergantian. e. Mengadakan Observasi I sholat dhuha Hari Senin yang melaksanakan sholat dhuha adalah kelas VI A dan berjamaah VI B. sesuai dengan Observasi II jadwal yang Jadwal kelas yang melaksanakan sholat dhuha adalah siswa kelas V telah A dan V B ditentukan. Observasi III Kelas IV A dan IV B hari ini mendapat giliran untuk melaksanakan sholat dhuha. Pak Ru berperan sebagai imamnya. Setelah selesai pelasksanaan sholat dhuha Pak Ru langsung mengajak siswa untuk membaca doa sholat dhuha, bagi siswa yang belum hafal dapat membaca tulisan doa sholat dhuha di dinding depan dalam mushola. Observasi IV Hari ini kelas III A dan III B mendapat giliran untuk melaksanakan sholat dhuha. Pak Sr menjadi imamnya. Selesai sholat anak-anak dengan bimbingan Pak Sr membaca doa sholat dhuha. Selain membaca arabnya, anak-anak juga membaca arti dari bacaan doa sholat dhuha tersebut. Selesai sholat anak-anak diberikan waktu istirahat 10 menit.
300
Kegiatan sholat dhuha dilaksanakan disetiap kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, yaitu 1. Senin : kelas VI A dan VI B 2. Selasa : kelas V A dan V B 3. Rabu : kelas IV A dan IV B 4. Kamis : kelas III A dan III B 5. Jumat : kelas II A dan II B 6. Sabtu : kelas I A dan I B Pada kelas VI dan V pelaksanaan sholat dhuha dilakukan tidak berjamaah. Sedangkan di kelas IV, III, II, dan I pelaksanaan sholat dhuha dilakukan secara berjamaah dengan diimami oleh salah satu orang guru laki-laki. Setelah selesai sholat dhuha, guru kemudian membimbing siswa untuk membaca doa sholat doa sebagaimana yang sudah terpajang di dinding depan dalam mushola.
Observasi V Hari ini yang mendapat jadwal pelaksanaan sholat dhuha adalah siswa kelas II A dan II B. Pelaksanaan sholat dhuha diimami oleh Pak Sr. Selesai sholat anak-anak dibimbing untuk membaca doa sholat dhuha beserta artinya. Observasi VI Hari ini yang mendapat giliran melaksanakan sholat dhuha adalah siswa kelas I A dan I B. Sholat dhuha dilaksanakan secara berjamaah. Selesai sholat anak-anak dibimbing untuk membaca doa sholat dhuha. Observasi VII Semua siswa kelas VI A dan VI B melaksanakan ibadah sholat dhuha secara tidak berjamaah di mushola. Selesai sholat anak-anak membaca doa sholat dhuha. Observasi VIII Hari ini siswa kelas V A dan V B mendapat giliran melaksanakan sholat dhuha. Terlihat siswa sedang antri untuk berwudhu. Observasi IX Siswa kelas IV A dan IV B melaksanakan ibadah sholat dhuha. Pak Ru akan menjadi imam pada sholat dhuha hari ini. Setelah selesai sholat anak-anak tidak langsung keluar, akan tetapi secara bersamasama membaca doa sholat dhuha. Observasi X Hari ini siswa kelas III A dan III B sholat dhuha di mushola dengan diimami oleh Pak Ju. Setelah selesai sholat anak-anak dibimbing untuk membaca bacaan doa sholat dhuha berserta artinya. Selesai sholat anak-anak diizinkan untuk beristirahat. Observasi XI
301
Siswa kelas II A dan II B melaksanakan sholat dhuha dengan khusyuk dengan Pak Sr sebagai imamnya. Selesai sholat, siswa dibimbing untuk membaca doa sholat dhuha beserta artinya. Selesai berdoa siswa diperbolehkan untuk beristirahat. f. Membiasakan Observasi I peserta didik Siswa mengucap salam pada guru ketika awal jam pelajaran pertama untuk dan akhir pelajaran terakhir. Bu Mu masuk dengan mengucap salam mengucapkan “Assalammualaikum”. Siswa masuk kelas juga dengan mengucap salam sebelum salam. dan sesudah Observasi II kegiatan Di awal pembelajaran jam pertama dan sebelum pulang sekolah siswa pelajaran. mengucapkan salam pada guru. Sedangkan pada setiap awal dan akhir pergantian jam pelajaran guru yang mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa. Observasi III Awal jam pertama semua siswa mengucapkan salam pada Bu Mu. Ketika akan pulang sekolah semua siswa juga mengucapkan salam pada Bu Mu. Ketika pelajaran agama islam siswa menjawab salam yang diucapkan Bu End. Observasi IV Di awal jam pelajaran yang pertama yaitu IPA siswa mengucapkan salam pada Bu Mu. Ketika selesai jam pelajaran terakhir sebelum berdoa pulang siswa mengucapkan salam pada Bu Mu. Dan di setiap pergantian jam pelajaran siswa yang menjawab salam dari guru. Observasi V Sebelum berdoa Pu memimpin pemberian salam pada Pak Yu dengan aba-aba “Beri salam”. Kemudian siswa mengucapkan “Assalammualaikum wr.wb.” Sebelum doa pulang sekolah Pu juga
302
Siswa sudah terbiasa mengucapkan salam pada guru diawal jam pelajaran pertama dan ketika akan berdoa sebelum pulang sekolah. Sedangkan disetiap awal dan akhir pergantian jam pelajaran siswa yang menjawab salam dari guru.
memimppin pemeberian salam. Observasi VI Di awal jam pertama pembelajaran, sebelum berdoa siswa mengucapkan salam pada Bu Mu yang dipimpin oleh Ol. Sebelum pembacaan doa sebelum pulang sekolah memimin pemberian salam pada Bu Mu. Observasi VII Hari ini pada jam pertama Raf yang bertugas untuk memimpin doa dan ucapan salam. Seperti biasa siswa mengucapakan “Assalammualaikum Ms. Na” .. “Good Morning Ms. Na, good morning my friends.” Observasi VIII Di setiap pergantian jam pelajaran siswa menjawab salam dari Bu Mu. Ketika akan berdoa sebelum pulang siswa mengucapkan salam pada Bu Mu dengan dipimpin oleh Raf. Observasi IX Sebelum berdoa Ev maju untuk memimpin pemberian salam pada Bu Mu dengan memberikan tanda mengetuk meja dengan pengahapus dan berkata, “Beri salam” Siswa “Assalamulaiakumum wr. wb.” Ketika akan berdoa sebelemum pulang sekolah pun siswa juga memebrikan salam dengan dipimpin oleh Ev. Observasi X Di awal jam pelajaran pertama siswa mengucapkan salam pada Bu Mu dengan dipimpin oleh Ki. Sebelum doa pulang sekolah siswa mengucapkan salam pada Bu Mu. Observasi XI Ram memimpin pemberian salam pada Bu Mu dan semua siswa mengucapkan ,”Assalammualaikum wr. wb.”
303
g. Membiasakan peserta didik untuk mengucap salam ketika bertemu dengan guru.
Observasi I Hari ini Pak Ju menyambut anak-anak di depan gerbang sekolah. Siswa yang baru tiba sekolah langsung bersalaman sambil mengucapkan salam pada Pak Ju. Ketika peneliti sedang mengamati tiba-tiba Su anak kelas VI, menghampiri peneliti dan bersalaman sambil mengucapkan salam. Observasi II Sesampainya di gerbang sekolah siswa langsung menghampiri Pak Ju untuk bersalaman dan mengucap salam. Ketika pulang sekolah siswa bersalaman dengan Bu Mu yang sudah berdiri di dekat pintu. Siswa bersalaman sambil mengucapkan asslammualaikum pada Bu Mu saat keluar kelas. Observasi III Saat bersalaman dengan bapak ibu guru setiba di sekolah siswa mengucapakan salam. Saat akan masuk kelas di jam pertama siswa bersalam dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Saat akan keluar kelas untuk pulang sekolah, siswa bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Observasi IV Saat kegiatan sapa pagi, siswa yang baru tiba di sekolah bersalaman dengan Pak Ju dan Bu Pri sambil mengucapkan salam “Assalammualaikum”bagi yang beragama islam dan “selamat pagi” bagi yang non muslim. Setelah selesai berbaris siswa msuk kelas dengan bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Begitu pula ketika pulang siswa keluar kelas sambil salaman dengan Bu Mu dan mengucapkan salam. Observasi V Ketika tiba di sekolah siswa langsung menghampiri Pak Ju dan
304
Ketika bertemu dengan bapak ibu guru di sekolah siswa bersalaman sambil mengucapkan salam. Kebiasaan ini dapat dilihat ketika kegiatan sapa pagi, ketika siswa masuk kelas pada jam pertama, ketika siswa keluar kelas akan pulang, serta ketika siswa menemuai bapak ibu guru di luar kelas.
bersalaman sambil mengucapkan salam. Observasi VI Pak Ju dan Pak Sr sudah berdiri di depan halaman Terlihat siswa yang baru tiba di sekolah menghampiri Pak Ju dan Pak Sr untuk bersalaman sambil mengucapkan salam. Siswa yang lain keluar kelas untuk pulang sekolah dengan bersalam sambil mengucapkan salam pada Bu Mu. Observasi VII Ketika Bu End tiba di kelas Na langsung menghampiri Bu End dan mengajak beliau berjabat tangan sambil mengucapkan salam. Observasi VIII Selesai berdoa sambil keluar kelas siswa bersalaman dengan guru sambil mengucapkan salam. Observasi IX Ketika masuk kelas setelah berbaris siswa masuk kelas bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Ketika keluar kelas akan pulang skeolah siswa mengucapkan salam sambil bersalaman dengan Bu Mu. Observasi X Siswa masuk kelas diawal jam pelajaran pertama dengan bersalaman sambil mengucapkan salam. h. Melatih Observasi II peserta didik Siswa menyapu, membersihkan papan tulis, dan mengganti tanggal untuk yang tertulis di papan tulis. Li dan Ma menyirami tanaman yang ada mencintai di depan kelasnya dengan air yang sudah disediakan di dalam botol. lingkungan Setelah selesai menyirami Li dan Ma mengisi kembali botol dengan sekolahnya. air di kamar mandi. Observasi III
305
Siswa dilatih untuk mencintai lingkungan sekolahnya melalui kegiatan piket kelas yang sudah ditentukan dalam jadwal regu piket setiap harinya. Adapun bentuk kegiatan untuk melatih siswa mencintai lingkungan sekolahnya yaitu menyapu ruang kelas dan sekitar luar ruang kelas, membersihkan jendela kelas dengan
Petugas piket kelas membersihkan lingkungan kelasnya dengan menyapu, membersihkan jendela, dan membuang sampah pada tempatnya. Ketika pelajaran Ki dan Fa menegur Be untuk berbuat kebaikan dengan mengambil sampah yang ada di dekat tempat Be. Observasi IV Terlihat petugas piket sedang membersihkan kelas, ada yang menyapu, membersihkan jendela dengan kemoceng, menghapus papan tulis, dan menyirami tanaman yang ada di depan kelasnya. Observasi V Terlihat petugas piket sedang membersihkan ruang kelas, ada yang menyapu, memersikahan jendela, menyirami tanaman , dan ada pula yang menyapu ditangga dekat kelas. Observasi VII Petugas piket membersihkan ruang kelas dan lingkungan luar sekitar kelas. Ada juga petugas piket yang sedang menyiram tanaman. Observasi IX Pagi hari sebelum bel tanda masuk kelas berbunyi, petugas piket membersihkan ruang kelas dan menyirmai tanaman yang ada di depan kelas. Observasu XI Terlihat petugas piket hari Jumat sedang membersihkan ruang kelas, ada yang sedang menyapu dan ada pula yang sedang membersihkan jendela dengan kemoceng. i. Membiasakan Observasi I peserta didik Pu berkata kalau bilang terima kasih itu kalau ditolong, kalau berbuat untuk salah bilang maaf, kalau minta tolong bilang tolong. mengucapkan Observasi II terima kasih, Bu Mu mengucapkan terima kasih kepada Nau karena sudah
306
kemoceng, membersihkan papan tulis, menyirami tanaman, membersihkan laci meja, dan membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya walapun bukan sampah miliknya, serta setiap hari Sabtu guru akan menunjuk satu siswa sesuai gilirannya untuk mencuci taplak meja guru di rumah dan membawa kembali ke sekolah pada hari Senin.
Peserta didik dibiasakan untuk mengucapkan terima kasih ketika sudah dibantu oleh orang lain atau temannya, mengucapkan maaf ketika berbuat salah pada temannya, dan mengucapkan tolong jika akan meminta bantuan kepada orang
maaf, tolong.
dan memimpin bernyanyi lagu Indonesia Raya sebelum pelajaran. Saat pelajaran Ham usil dengan teman sebangkunya, kemudian oleh Bu Mu dimnta untuk meminta maaf. Pu dan Vau meminta izin untuk ke kamar mandi, ketika kembali ke kelas Pu mengucapkan salam dan mengucapkan terimakasih pada Bu Mu. Ketika pelajaran SBK belangsung Ma dan Ism duduk bersebelahan, terlihat saat Ma akan keluar dari tempat duduknya Ism menutupi jalannya, melihat kejadian tersebut Bu Mu menegurnya supaya Ism memberikan jalan pada Ma dan saling memaafkan. Observasi III Ism mengganggu Na saat di dalam kelas, kemudian oleh Bu Mu Ism diminta meminta maaf kepada Na sambil bersalaman. Observasi IV Adt meminta izin pada Bu Mu untuk keluar membuang sampah. Ketika pembelajaran sedang berlangsung tidak sengaja tempat pensil Vau tersenggol tangnnya dan terjatuh. Melihat kejadian tersebut Bu Mu meminta siswa lain untuk membantu membereskan tempat pensil Vau yang jatuh tersebut. Terlihat Adt dan Pu ikut membantu membereskan tempat pensil Vau. Bu Mu meminta Ca dan Ar untuk bermaafan karena mereka bertengkar. Observasi VI Ada satu orang siswa yang izin ke kamar mandi dan setelah masuk ke kelas kembali mengucapkan terima kasih pada Bu Mu. Az mengembalikan potongan kuku pada Bu Mu dengan mengucapkan terima kasih. Observasi VIII Di saat jam istirahat di dalam kelas III A, Ni yang sedang asik bermain terjatuh karena tersandung kaki Be. Melihat kejadian itu, Ky
307
lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan di kelas seperti ketika sudah dipinjami barang mengucapkan terima kasih, saat sengaja atau tidak sengaja melukai temanya mengucapkan maaf, dan ketika akan meminta bantuan temannya untuk menolongnya.
j. Membiasakan peserta didik untuk meminta izin ketika meminjam barang orang lain.
langsung menarik telingan Be dan memintanya untuk minta maaf pada Ni. Akhirnya Be minta maaf dengan Ni sambil bersalaman. Bu Mu meminta tolong Li untuk mengembalikan buku pada Na di meja guru. Observasi IX Bu Mu mengucap terima kasih pada Ev yang sudah mempimpin menyanyi lagu Indonesia Raya. Observasi X Bu Mu menegur Rai supaya berkata, “Minta tolong Ham.” ketika akan meminta tolong temannya. Adt mengucapkan ,”Terima kasih bu.” pada Bu Mu. Observasi XI Selesai tadarus, Arz dan Ham mengembalikan juz amma ke dalam almari. Ketika Arz tidak dapat membuka pintu almari karena kedua tangannya memegang juz amma, Li membantunya dengan membukakan pintu almari. Observasi I Pu berkata kalau engga bilang berarti nyuri. Waktu pelajaran matematika beberapa siswa kelas III A meminta kertas label pada Adt dengan bertanya “Adt boleh minta tidak?”. Ram juga meminta izin pada Bu Mu untuk meminjam penggaris yang ada di meja guru. Observasi II Pu meminta izin pada Bu Mu untuk meminjam minyak kayu putih yang ada di meja guru. Observasi III Adt meminta izin pada Bu End saat izin keluar kelas, karena akan ke kamar mandi. Arz meminta izin pada Ham untuk meminja barang yang ada di tempat pensil Ham
308
Peserta didik dibiasakan untuk meminta izin ketika meminjam barang milik temannya dan ketika meminjam barang yang ada di meja guru. Selain itu ketika akan ke kamar mandi peserta didik juga meminta izin kepada guru.
k. Mengadakan ekstrakulikuler Baca Tulis AlQuran sesuai jadwal yang ditentukan.
.Observasi VI Ki meminta ijin pada Bu Mu untuk meminjam pastel di almari guru. Bu Mu menegur Raf supaya meminta izin dahulu kalau mau meminjam spidol Riz. Observasi VIII Ca meminta izin pada Bu Mu untuk meminjam penggaris yang ada di meja guru. Observasi IX Ham meminta izin pada Na untuk meminta kertas label. Observasi X El meminta izin meminjam penggaris yang ada di meja guru pada Bu Mu. Rai meminta izin pada Bu Mu untuk mengambil kertas di meja guru. Observasi I Baca Tulis Al-Quran di laksanakan pada hari Senin untuk kelas I A dan III A. Bagi siswa yang sudah jilid 5, 6, dan Al-Quran berkelas di lantai bawah. Sedangkan yang jilid 1, 2, 3, 4 berada di kelas lantai atas. Sambil menunggu giliran untuk mengaji anak-anak diberikan materi oleh guru TPA yang berasal dari Fitri Insani. Materi yang diberikan yaitu menuliskan ayat dari suatu surat beserta artinya. Kegiatan TPA akan berakhir pada pukul 13.00 WIB. Observasi II BTA dilaksanakan di kelas I B dan III B. Observasi V Hari ini yang mendapat jadwal melaksanakan BTA adalah siswa kelas II A dan II B. Observasi VII Pukul 12.00 WIB kegiatan BTA dilaksanakan. Guru membuka
309
Kegiatan rutin Baca Tulis Al-Quran (BTA) atau TPA dilaksanakan untuk kelas rendah dengan jadwal sebagai berikut. 1. Senin : kelas I A dan III A 2. Selasa : kelas I B dan III B 3. Jumat : kelas II A dan II B Pengajar BTA berasal dari lembaga Fitri Insani. Selama proses kegiatan BTA di dalam kelas III A terdapat tiga orang guru mengaji. Tempat duduk siswa putra dan putri dipishkan siswa putra di sebelah utara dan siswa putri di sebelah selatan. Bagi siswa yang iqra jilid 1,2,3,4 berada di ruang kelas atas, sedangkan yang iqra jilid 5,6, dan Al-Quraan berada di lantai bawah. Sebelum dimulai guru mengajak siswa untuk berdoa.
2.
Kegiatan Spontan
pelajaran dengan mengucapkan salam. Pada kegiatan BTA tempat duduk putra dan putri dipisahkan. Putri duduk di sebelah selatan sedangkan putra diduduk di sebelah utara. Pada awal pembelajaran guru meminta siswa membaca doa robbizitdini beserta artinya dan doa untuk kedua orang tua. Sebelum mulai mengaji siswa diberikan tugas untuk menulis arab jilid 6 hal 6. Sambil menunggu dipanggil giliran untuk mengaji, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru. Kegiatan TPA berakhir pada pukul 13.00 WIB Observasi VIII Hari ini yang melaksanakan kegiatan BTA adalah kelas I B dan III B. Observasi XI Kelas II A dan II B hari ini mendapat giliran melaksanakan kegiatan BTA. a. Memperingat Observasi II kan peserta Bu Mu mengingatkan siswa untuk duduk dengan kepala menunduk didik yang dengan mengingat Allah saat akan mulai berdoa. Sebelum pulang tidak sekolah pukul 11.35 Bu Mu mengingatkan kembali pada siswa melaksanakan dengan berkata, “Supaya pecahnnya utuh harus sholat lima waktu.” ibadah. Observasi III Ketika selesai mencocokkan soal latihan matematika Bu Mu bertanya pada siswa, “Siapa yang betul semua? yang jujur ya.” Observasi IV Bu Mu mengingatkan kembali pada siswa, “Hayo anak-anak posisi kepala menunduk sambil mengingat-ingat Allah.” Ketika siswa diminta untuk berdiksusi tentang sumber energi dan kegunannya Bu Mu mengatakan, “Mengerjaknnya harus jujur ya, tidak boleh mencuri pembicaraan orang lain.” Bu Mu mengajak siswa untuk bersyukur atas apa yang dmiliki dengan mengucap alhamdulilah. Selesai berdoa
310
Kemudian siswa diberikan tugas untuk menulis arab yang ada dibuku iqra dan dilanjutkan dengan mengaji, satu per satu siswa akan dipanggil oleh guru. Kegiatan BTA berakhir pukul 13.00 WIB. Sebelum pulang siswa berdoa terlebih dahulu.
Bu Mu memperingatkan siswa ketika akan berdoa supaya dengan sikap yang baik yaitu kepala menunduk, mengingatkan siswa supaya sholat lima waktu, mengingatkan Arz untuk segera wudhu, memperingatkan siswa untuk jujur saat mengerjakan soal evaluasi dan soal diskusi, membantu orang tua, ketika makan sambil duduk dan dengan tangan kanan, serta memotong kuku setiap hari Jumat.
doa sebelum pulang sekolah Bu Mu mengingatkan siswa, “Anakanak jangan lupa ya kukunya dipotong, besuk kan hari Jumat sesuai tuntunan. Besuk Sabtu ibu akan cek ya.” Observasi VI Siswa yang tadi belum memotong kukunya, menuliskan namanya di papan tulis. Observasi VII Bu Mu mengingatkan siswa untuk mengerjakan soal evaluasi mataemtaik dengan jujur. Observasi VIII Ketika akan pulang sekolah Bu Mu mengingatkan anak-anak untuk rajin belajar dan membantu orang tua. Observasi IX Ketika akan berdoa sebelum belajar Bu Mu memperingatkan Nau untuk menundukkan kepala. Bu Mu berkata, “Anak-anak tundukkan kepala ingat-ingat Allah.” Observasi X Bu Mu menegur beberapa siswa yang belum melaksanakan sholat subuh dengan alasan bangun kesiangan. Bu Mu menasehati siswa supaya meminta orang tuanya untuk membangunkannya. Bu End menegur Arz untuk segera berwudhu saat pelaksanaan sholat dhuha. Observasi XI Bu Mu memperingatkan siswa, “Ayo berdoa yang benar.” b. Memperingat Observasi III kan peserta Bu Mu meminta Ram untuk mengulangi jawaban salam dari Bu Mu didik yang sendiri. tidak Observasi V mengucapkan Ketika semua siswa sudah masuk kelas, Zid terlambat datang. Pak Yu
311
Bu Mu memperingatkan siswa untuk menjawab salam sendiri ketika tidak menjawab salam yang diberikan guru. Bagi siswa yang datang terlambat, oleh Bu Mu dan Pak Yu diminta untuk mengucapkan salam sendiri pada teman-
salam.
memintanya mengucapkan salam sendiri pada teman-temannya. Observasi VIII Bu Mu menegur siswa yang tidak menjawab salam. Observasi IX Ketika masuk Ki lupa tidak mengucapkan salam ketika bersalaman dengan Bu Mu. Siswa tersebut kemudian diingatkan oleh Bu Mu untuk mengucapkan salam. Bu End menegur Ki yang tidak menjawab salam yang diucapkan Bu End. Kemudian Bu End menasehati siswa jika mengucapkan salam lebih dahulu itu pahalanya lebih besar. Observasi X Karena Ki datang terlambat kemudian oleh Bu Mu diminta untuk mengucapkan salam pada teman-temannya. Ki ditegur oleh Bu Mu karena tidak menjawab salam Bu Mu saat membuka pelajaran. c. Memberikan Observasi I nasehat pada Guru memberikan nasehat pada siswa tidak mengerjakan PR, berkata peserta didik kotor, menguap, dan siswa yang makan sambil berdiri. yang Observasi II melakukan Bu Mu menegur Arz supaya bicara yang baik saja. Waktu pelajaran kesalahan. Ham mengusili teman sebangkunya, oleh Bu Mu mengatakan, “Tangan ini diciptakan oleh Allah untuk berbuat kebaikan.” Ketka Ram berkata kotor Bu Mu menasehatinya dan mengingatkan siswa lain supaya temannya mengingatkan dan memintanya beristighfar. Observasi III Bu Mu menasehati siswa supaya mengucap ‘Barakallah’ jika menjumpai teman/ tetangganya yang islam sedang berulang tahun. Bu End juga mengingatkan siswa, “Kalian harus belajar agama di rumah tidak hanya les mapel saja.” Guru selalu mengakan siswa untuk makan dengan tangan kanan.
312
temannya. Bu End memperingatkan siswa bahwa mengucapkan salam pahalanya lebih besar dari pada menjawab salam.
Kegiatan spontan yang dilakukan guru ketika ada siswa yang melakukan kesalahan ialah dengan mmeberikan nasehat yang dilandasakan dengan tuntunan agama supaya sikap dan perilaku siswa menjadi lebih baik, meminta siswa mengucapkan istighfar, dan memberikan hukuman kepada siswa untuk berbuat kebaikan dengan mengambil sampah.
Observasi IV Saat pembelajaran PKn Li tidak mengerjakan PR, kemudian Li maju dan menuliskan namnya di papan tulis. Selesai menulis Li kembali duduk, dan beristrighfar dengan kepala menunduk. Observasi VI Bu Mu mengingatkan siswa, jika sedang mengingatkan temannya tidak perlu berterika. Bu Mu mengingatkan siswa untuk mengembalikan buku dengan tangan kanan dan tidak dilemparkan. Bu Mu menegur Ram supaya bicara yang sopan. Terlihat saat waktu istirahat Vau mengingatkan Ram untuk duduk saat makan. Vau juga mengingatkan Na yang duduk di atas meja supaya tidak duduk di atas meja. Terlihat ketika pelajaran SBK berlangsung Ev menegur Na, “Serakah” karena meja Na tidak mau berbagi meja dengan Ev. Selesai berdoa Bu Mu mengingatkan pada Ca dan Raf untuk memotong kukunya terlebih dahulu sebelum pulang. Observasi VII Ketika Bu Mu sedang menjelaskan Ram terus saja bicara, oleh Bu Mu ditegurnya, “Bicara yang sopan, kendalikan lidahmu.” Waktu Ki menerima lembar soal dari Bu Mu dengan tangan kiri, kemudian Bu Mu menegurnya supaya menggunakan tangan kanan. Li menegur Ram yang mengucapkan kata tidak baik. Observasi VIII Ketika Bu Mu sedang menjelaskan ada beberapa anak yang mengatakan kata-kata tidak baik. Kemudian oleh Bu Mu ditegur, “Kalian itu jangan menjadi korban sinetron ya. Apalagi memakai pakaian yang menunjukkan aurat kalian.”. Observasi IX Siswa mengingatkan temannya yang duduk di atas meja. Bu Mu
313
meminta Arz untuk mengucapkan istighfar karena berkata kotor. Observasi X Bu Mu mengingatkan Ram untuk duduk saat minum dan memberikan nasehat padanya untuk selalu bersyukur. Terlihat Adt yang sedang asik minum sambil berdiri, kemudian oleh Kay ditegurnya dan Kay berusaha untuk mendudukkan Adt. Kay juga melihat Ism yang makan sambil berdiri, kemudian oleh Key ditegurnya. Kemudian Ism duduk. d. Memberikan Observasi II pujian ketika Bu Mu memuji Key yang sudah jujur bahwa dirinya belum peserta didik mengumpulkan PR matematikanya. melakukan Observasi III kebaikan. Bu Mu memuji semua siswa kelas III A yang telah berbuat kebaikan memberikan kejutan ulang tahun pada beliau. Observasi VI Bu Mu memuji siswa, yang sudah mematikan lampu dan mengingatkan kembali untuk mematika kipas angin dalam kelas saat tidak diperlukan. Observasi VIII Bu Mu memuji kelompok Adt yang telah selesai mengerjakan tugas kelompok Bahasa Indonesia dengan cepat dan hasilnya baik. Observasi IX Bu Mu memuji Zi yang menyebutkan istilah “Surga ada ditelapak kaki ibu” ketika Bu Mu meminta siswa untuk berbakti kepada orang tuanya. Observasi X Ketika pelajaran PKn Bu Mu meminta Key untuk membacakan jawaban soal no. 5. Key yang termasuk anak pendiam di kelas ketika membacakan jawabnnya dengan suara yang lantang, Bu Mu pun
314
Guru memberikan pujian secara spontan ketika ada siswa yang berbuat kebaikan seperti jujur jika tidak mengerjakan PR, mengucapkan katakata yang baik, mematikan kipas dan lampu kelas jika tidak digunakan, berani saat diminta untuk berbicara, dan menyelesaikan tugas diskusi dengan baik.
3.
Keteladanan
memujinya, “Nah seperti Key ini lo.. kalau pelajaran anteng, tapi disaat untuk membacakan jawabannya suaranya lantang dan keras.” a. Guru berdoa Observasi I bersama Ketika di awal pembelajaran bahasa Inggris Bu Na bersama siswa peserta didik berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Ketika pelajaran sebelum Matematika Bu Mu membaca basmallah bersama siswa. Begitu pula pelajaran saat pelajaran Pendidikan Agama Bu End membuka pelajaran dengan dimulai salam dan membaca basmallah bersama siswa. Observasi II Bu Mu berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Observasi III Bu Mu ikut berdoa bersama siswa doa sebelum belajar dan dilanjutkan membacakan artinya. Ketika awal pembelajaran matemtaika Bu Mu mengajak siswa membaca basmallah. Observasi IV Bu Mu ikut membaca doa sebelum belajar beserta artinya. Bu Mu mengajak siswa membaca basmallah ketika membuka pelajara IPS setelah istirahat. Observasi V Pak Yu mengikuti doa sebelum belajar beserta artinya. Observasi VI Bu Mu ikut berdoa bersama siswa sebelum belajar. Bu Mu membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan membaca artinya. Observasi VII Ms. Na ikut berdoa doa sebeum belajara beserta artinya. Bu End membuka pelajaran denan mngajak siswa membaca basmallah Observasi VIII Bu Mu ikut membaca basmallah ketika membuka pelajaran Bahasa
315
Guru memberikan keteladanan dengan ikut berdoa bersama siswa sebelum pelajaran jam pertama dimulai dengan membaca doa sebelum belajar beserta artinya dan disetiap awal pergantian jam pelajaran guru mengucapkan basmallah.
Indonesia dan SBK. Observasi IX Bu Mu ikut berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Bu End dan Bu Mu membaca basmallha bersama siswa ketika akan mengawali pelajaran. Observasi X Terlihat Bu Mu ikut berdoa doa sebelum belajar. Observasi XI Bu Mu ikut berdoa sebelum belajar. b. Guru berdoa Observasi I bersama Di akhir pelajaran Bahasa Indonesia Bu Mu membaca hamdallah peserta didik bersama siswa. Pelajaran terakhir Pendidikan Agama Bu En sesudah membaca bacaan hamdallah bersama siswa untuk mengakhiri pelajaran pelajaran. dimulai Observasi II Di setiap akhir perhantian jam pelajaran Bu Mu membaca hamdallah bersama siswa. Bu Mu ikut membaca doa agar ditunjukkan yang benar dan doa penutup majelis saat siswa akan pulang sekolah. Observasi III Bu Mu mengajak siswa mengucap hamdallah setiap pergantian jam ke jam istirahat atau diakhir pelajarannya. Bu Mu juga ikut berdoa ketika akan pulang sekolah. Observasi IV Ketika jam pelajaran IPS berakhir dan anak-anak akan istirahat, Bu Mu mengajak siswa membaca hamdallah bersama-sama. Observasi V Bu Mu ikut berdoa bersama siswa saat akan pulang sekolah. Doa yang dibaca adalah doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa
316
Guru memberikan keteladanan dengan ikut berdoa bersama siswa setelah pelajaran jam pelajaran terakhir dengan membaca doa agar diberi petunjuk yang baik dan doa penutup majelis, dan disetiap akhir pergantian jam pelajaran guru mengucapkan hamdallah.
penutup majelis. Observasi VI Sebelum istirahat Bu Mu mengucapkan hamdallah bersama siswa. Sebelum pulang sekolah Bu Mu ikut berdoa doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis. Observasi VII Bu Mu membaca hamdallah bersama siswa ketika menutup pelajaran matematika. Bu End membaca hamdallah bersama siswa ketika menutup pelajaran pendidikan agama islam. Observasi VIII Bu Mu menutup pelajaran SBK dengan membaca hamdallah dan ikut berdoa doa agar diberi petunjuk yang benar serta doa penutup majelis ketika akan pulang sekolah. Observasi IX Bu Mu dan Bu Mu membaca hamdallah bersama siswa ketika diakhir pergantian jam peljaaran. Observasi X Bu Mu ikut mengucapkan hamdallah dan berdoa doa agar diberi petunjuk yang benar serta doa penutup majelis. Observasi XI Bu Mu mengucap hamdallah setelah pelajaran Bahasa Jawa. c. Guru Observasi I memberikan Bu Na memberikan contoh sikap berdoa dengan tangan bersedekap di contoh sikap atas meja dan duduk dengan kepala menunduk. berdoa yang Observasi II khusyuk Bu Mu memposisikan diri duduk di kursi dengan tangan sedekap dan kepala menunduk mengikuti doa sebelum belajar berserta artinya. Observasi III
317
Guru memberikan keteladanan sikap berdoa yang khusyuk ketika berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dengan sikap duduk, tangan sedekap di atas meja, dan kepala menunduk.
Bu End memberi contoh sikap berdoa yang khusyuk dengan kepala menunduk dan tangan sedekap di atas meja ketika berdoa sebelum pulang sekolah Observasi IV Bu Mu memberikan contoh sikap berdoa yang baik dengan duduk di kursi tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk saat membaca doa sebelum belajar dan ketika pembacaan doa sebelum pulang sekolah. Observasi V Saat berdoa Pak Yu duduk di kursi guru dengan tangan sedekap di atas meja, dan kepala menunduk. Observasi VI Bu Mu juga memberikan sikap khusyuk saat berdoa, dengan tangan sedekap di atas meja mata terpejam. Observasi VII Ms. Na menunjukkan sikap berdoa yang baik dengan duduk, tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Observasi VIII Saat berdoa sebelum pulang sekolah, Bu Mu memberikan contoh sikap berdoa dengan duduk tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Observasi IX Ketika berdoa sikap Bu Mu duduk di kursi dengan tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Observasi X Saat berdoa sebelum pelajaran dan doa akan pulang sikap Bu Mu duduk di kursi dengan tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk.
318
d. Guru berperan aktif dalam kegiatan hafalan surat pendek
e. Guru dan karyawan sekolah menjadi contoh yang baik dalam kegiatan sholat zuhur dan dhuha berjamaah
Observasi XI Bu Mu juga menunjukkan sikap berdoa yang khusyuk yaitu duduk dan tangan sedekap di atas meja sambil kepala menunduk. Observasi I Hafalan surat pendek setiap hari Jumat pagi. Observasi V Ketika siswa melakukan tadarus Pak Yu ikut membaca surat-surat pendek yang dibaca siswa. Observasi XI Saat kegiatan tadarus Bu Mu ikut membaca surat beserta arti dari surat yang juga dibaca siswa. Setelah selsai tadarus Bu Mu menjelaskan isi ayat ke lima surat Al-Fatihah. Observasi I Terlihat saat waktu sholat dhuha Pak Sr sedang melaksanakan sholat dhuha. Saat sholat zuhur bapak ibu guru melaksanakan sholat zuhur berjamaah di mushola. Observasi II Ketika waktu sholat zuhur tiba bapak ibu guru segera menuju mushola untuk melaksanakan sholat zuhur berjamaah yang hari ini di imami oleh Pak Ju. Observasi III Pak Ru menjadi imam pelaksanaan sholat dhuha siswa kelas IV A dan IV B. Bu Ri pun ikut mendampingi siswa melaksanakan ibadah sholat dhuha. Ketika pelaksanaan sholat zuhur beberapa bapak ibu guru ikut melaksanakan ibadah sholat zuhur berjamaah dengan siswa. Observasi IV Terlihat ketika pelaksanaan sholat dhuha Bu Mu, Bu Pri, Bu End, dan Pak Sr ikut mendampingi pelaksanaan ibadah sholat dhuha siswa
319
Guru memberikan keteladanan saat kegiatan tadarus setiap hari Jumat pagi. Guru ikut membaca surat-surat pendek. Dan setelah selesai Bu Mu menjelaskan isi dari salah satu surat yang dibaca siswa.
Keteladanan yang diberikan bapak ibu guru dan karyawan sekolah yaitu dengan ikut melaksanakan sholat dhuha dan zuhur berjamaah di mushola setiap hari dan saat sholat dengan sikap yang khusyuk.
4.
Pengkondisia a. Menyediakan
kelas III A dan III B. Selesai sholat dhuha terlihat Bu Mu merapikan mukena yang kurang tertata dengan rapi dan ada beberapa mukena yang tidak ada pasangannya. Observasi V Terlihat Pak Sr menjadi imam saat pelaksanaan sholat dhuha di kelas II A dan II B. Observasi VI Terlihat ketika pelaksanaan sholat dhuha Bu En dan Bu Fi ikut melaksanakan ibadah sholat dhuha. Observasi VII Terlihat Pak Ju ikut melaksanakan ibadah sholat dhuha. Observasi VIII Terlihat Pak Ru berjalan menuju mushola untuk melaksanakan ibadah sholat dhuha. Saat pelaksanaan sholat dhuha di kelas V A dan V B terlihat Pak Sr, Pak Adt, dan Bu Wu ikut melaksanakan sholat dhuha. Observasi IX Hari ini Pak Ru dan Bu Ri ikut mendampingi pelaksanaan ibadah sholat dhuha. Observasi X Terlihat Bu Mu, Bu Pri, Bu End, dan Pak Ju mengikuti pelaksanaan sholat dhuha kelas III A dan III B. Saat sholat zuhur terlihat Pak Yu, Bu Fi dan beberapa siswa kelas VI sedang melaksanakan ibadah sholat zuhur berjamaah. Observasi XI Terlihat Bu Ar, Bu End, dan Pak Sr mengikuti pelaksanaan sholat dhuha. Pengkondisian lingkungan dengan menyediakan Observasi I
320
n Lingkungan
tempat ibadah Terdapat mushola dengan ukuran sekitar 5 m x 7 m. Mushola dalam yang nyaman keadaan bersih dan rapi. Di dalam mushola terdapat tiga almari yang berfungsi untuk meletakkan alat-alat ibadah seperti mukena, sajadah, peci, Al-Quran, jilid, dan tasbih. Di dalam mushola dilengkapi dua kipas angin. Tempat wudhu untuk putra ada di sebelah luar, sedangkan yang putri berada di dalam. Observasi II Mushola dalam keadaan bersih dan rapi. Dan di sediakan dua tempat wudhu yaitu untuk putri dan putra Observasi III Mushola dalam keadaan yang bersih, tempat wudhu juga bersih, dan alat ibadah tertata dengan rapi. Observasi IV Mushola dalam keadaan nyaman dan bersih, yang sebelumnya telah disapu oleh Pak Sa selaku petugas kebersihan sekolah. Observasi V Mushola dalam kondisi yang bersih, tempat wudhu putra dan putri juga dalam keadaan yang bersih. Alat ibadah tertata rapi di almari. Observasi VI Mushola dalam keadaan yang bersih, alat ibadah tertata rapi di almari dalam mushola. Observasi VIII Mushola dalam kondisi yang bersih, tempat wudhu yang tersedia juga dalam kondisi yang bersih. Observasi IX Mushola dalam keadaan yang bersih, alat ibadah tertata dengan rapi, tempat wudhu juga bersih. Observasi X
321
tempat ibadah yang nyaman yaitu terdapat satu mushola dengan ukuran sekitar 5 m x 7 m yang setiap hari dalam kondisi yang bersih. Di dalam mushola terdapat tiga almari yang digunakan untuk meletakkan alat-alat ibadah, dan dua buah kipas angin. Di dekat mushola juga disediakan dua buah tempat wudhu yang berada di sebelah luar untuk siswa laki-laki dan tempat wudhu yang di sebelah dalam untuk siswa perempuan.
Mushola dalam keadaan yang bersih, alat ibadah tertata rapi di almari dalam mushola. Observasi XI Mushola dalam keadaan bersih, di depan mushola disediakan beberapa keset. b. Menyediakan Observasi I alat ibadah Terdapat banyak mukena yang bersih dan harum, sajadah, sarung, yang layak peci, Al-Quran, jilid, dan tasbih. Observasi II Di dalam mushola terdapat mukena, sajadah, sarung yang layak dan biasa digunakan oleh siswa dan bapak ibu guru untuk sholat. Observasi III Mukena, sarung, sajadah dalam keadaan yang bersih dan harum. Selain itu, juga terdapat alat ibadah Al-Quran, iqr’a, tasbih, dan peci. Observasi IV Di dalam almari mushola terdapat mukena, sarung, sajadah dalam kondisi yang bersih dan harum. Observasi V Di dalam almari mushola terdapat beberapa pasang mukena berukuran kecil yang bagus khusus digunakan untuk siswa. Terdapat pula mukena yang berukuran besar untuk digunakan guru. Ada pula bebrapa sajadah yang layak digunakan. Observasi VI Terdapat beberapa mukena berukuran kecil dan berukuran besar dalam kondisi yang bersih dan harum. Terdapat sajadah yang berukuran besar dan sedang. Observasi VII Di dalam almari mushola terdapat alat ibadah mukena, sarung, peci,
322
Di dalam mushola disedikan alat ibadah seperti mukena, sarung, sajadah, dan peci yang dalam keadaan bersih dan wangi. Selain itu juga terdapat tasbih, iqra, dan Al-quran. Alat-alat ibadah tersebut masih layak dan tertata rapi di dalam almari.
sajadah, tasbih, iqra dan Al-Quran. Observasi VIII Mukena, sarung, sajadah, peci, tasbih, Al-Quran, dan iqra dalam kondisi yang baik. Observasi IX Mukena, sarung, sajadah dalam keadaan yang bersih dan harum. Observasi X Terdapat beberapa mukena berukuran kecil dan berukuran besar dalam kondisi yang bersih dan harum. Terdapat sajadah yang berukuran besar dan sedang. Observasi XI Di dalam almari mushola terdapat alat ibadah mukena, sarung, peci, sajadah, tasbih, iqra dan Al-Quran. c. Memasang Observasi I tulisan dinding Di dalam mushola terdapat tulisan dinding: yang berisi “Sebesar keinsfanmu sebesar itu pula keberuntunganmu.” ajakan “Agama itu adalah nasehat” mematuhi “Agama Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihi.” perintah Sedangkan di dinding luar kelas terdapat tulisan: agama “Awali semua dengan doa.” “Cintailah saudaramu seperti mencintai diri sendiri.” “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Observasi II Di dalam mushola dan sepanjang dinding luar sekolah dipasang beberapa tulisan ajakan mematuhi perintah agama. Observasi III Di dalam ruang mushola dan di luar dinding kelas terdapat pajang tulisan yang berisi ajakan mematuhi perintah agama seperti mulai lah
323
Pengkondisian lingkungan dengan memasang tulisan dinding yang berisi ajakan mematuhi perintah agama baik di dalam mushola atapun didinding luar kelas. Tulisan yang ada di dalam mushola yaitu: 1. Sebesar Keinsafanmu Sebesar Itu Pula Keburuntunganmu. 2. Agama Itu Adalah Nasehat. 3. Agama Islam Itu Tinggi Dan Tidak Ada Yang Melebihi. Tulisan yang ada di dinidng luar kelas, yaitu: 1. Awali Semua Dengan Doa. 2. Cintailah Saudaramu Seperti Mencintai Diri Sendiri. 3. Tangan Di Atas Lebih Baik Daripada Tangan
d. Memajang tulisan tentang tata cara beribadah
5.
Faktor penghambat
e. Memajang pengumuman jika akan memperingatai hari-hari besar keagamaan Faktor penghambat
semua dengan doa, dan tangan di atas lebih baik dari pada tangan di Di Bawah. bawah. 4. Sayangi Saudaramu Seperti Kamu Menyayangi Dirimu Sendiri. Pengkondisian lingkungan dengan memajang Observasi I Di dalam mushola terdapat tulisan dan bacaan tentang: asmaul husna, tulisan tentang tata cara beribadah yang ilmu tajwid, jenis bacaan mad, dan bacaan doa sholat dhuha. terpajang di dalam mushola. yaitu: tulisan Asmaul Husna, Ilmu Tajwid, Jenis Bacaan Mad, Observasi III Di dalam mushola terdapat pajang tentang tata cara membaca Al- dan Doa Sholat Dhuha. Quran dengan ilmu tajwid yang baik dan benar, dan jenis-jenis bacaan mad. Observasi IV Di dinding dalam mushola terpajang tulisan Jenis Bacaan Mad, Doa Sholat Dhuha, Ilmu Tajwid, Asmaul Husna. Berdasarkan hasil observasi disediakan satu buah Observasi I Disediakan satu buah papan pengumuman dengan papan white board papan pengumumann yang terbuat dari white untuk menulisakan pengumuman-pengumuman termasuk tentang board di dekat tepmat parkir guru. Papan ini peringatan hari besar keagamaan. digunakan untuk menulisakan pengumuman. pengumuman termasuk tentang peringatan hari besar keagamaan kepada siswa dan wali murid. Faktor penghambat dalam pengembangan diri Observasi I Ram ketika di nasehati oleh Bu Mu masih belum patuh, justru tertawa yaitu tingkat kesadaran siswa dalam bersikap sendiri dan masih mengulangi perbuatannya yang salah. Ketika waktu dan bertindak yang sesuai dengan ajaran agama sholat dhuha masih banyak siswa yang belum khusyuk. Dan ketika yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat masih sholat dhuhur kondisi mushola terdengar sangat riuh karena siswa ditemukan beberapa siswa yang masih yang menunggu antrian sholat asik berbicara dengan temannya di mengucapkan kata-kata kotor, tidak luar. mendengarkan ketika sedang diberi nasehat oleh guru, makan sambil berdiri dan dengan tangan Observasi II Masih banyak siswa yang tidak mendengarkan ketika guru kiri, dan saat sholat berjamaah masih ramai
324
memberikan nasehat. sendiri. Observasi III Ketika Bu End memberi nasehat pada siswa saat di dalam kelas, masih banyak terdapat siswa yang asik mengobrol sendiri. Observasi IV Beberapa siswa masih mengucapkan kata-kata kotor walapun sudah diingatkan berulang kali oleh Bu Mu. Terlihat siswa belum dapat meletakkan mukena yang selesai digunakannya dengan rapi di almari dalam mushola. Observasi V Ketika pelaksanaan tadarus masih ada beberapa siswa yang tidak ikut mengaji. Observasi VI Ada dua orang siswa yang lupa memotong kuku padahal hari sebelumnya sudah diingatkan oleh Bu Mu. Observasi VII Beberapa siswa masih lupa masuk kelas dengan melangkahkan kaki kanan dan mengucap salam. Observasi VIII Ketika istirahat masih terlihat banyak siswa yang makan sambil berdiri. Observasi IX Siswa masih perlu untuk diingatkan kembali untuk bicara yang sopan. Observasi X Ketika istirahat masih banyak siswa yang makan dan minum sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri.
325
Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Observasi Strategi dan Hambatan melalui Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL OBSERVASI MENGENAI STRATEGI DAN HAMBATAN INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS MELALUI PENGINTEGRASAIAN DALAM MATA PELAJARAN No. Indikator Sub Indikator Reduksi 1. Karakter religius ada a. Kegiatan Observasi I dalam kegiatan Pendahuluan Di awal jam pertama yaitu pelajaran Bahasa Inggris Ms. Na mengajak siswa membaca doa sebelum belajar pembelajaran beserta artinya. Di awal pergantian jam pelajaran matematika Bu Mu mengajak siswa membaca basmallah dan bertanya kabar pada siswa. Siswa menjawabnya dengan ungkapan syukur karena diberi kesehatan dengan mengucapkan Alhamdullilah. Ketika ada siswa yang tidak masuk Bu Mu mengajak siswa untuk mendoakan siswa tersebut. Di awal pergantian jam pelajaran agama Bu End mengajak siswa membaca basmallah Observasi II Pada kegiatan pendahuluan jam pertama yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia guru mengajak siswa untuk membaca doa sebelum belajar beserta artinya. Ketika awal pergantian jam pelajaran SBK Bu Mu mengajak siswa membaca basmallah. Observasi III Pelajaran jam pertama adalah Bahasa Indonesia, sebelum pembelajaran dimulai Bu Mu mengajak siswa membaca doa sebelum belajar beserta artinya. Ketika awal pergantian jam pelajaran Pendidikan Agama Islam Bu End mengucapkan salam dan bertanya kabar pada siswa. Siswa mengucapkan “Allahmdullilah Bu, tetap semangat” sebagi bentuk ungkapan syukur. Di awal pelajaran Bu End juga memberikan nasehat pada siswa bahwa ulang tahun yang paling penting adalah rasa bersyukur karena telah diberi umur yang panjang. Di awal pergantian jam pelajaran Bu Mu mengajak siswa membaca basmallah. Observasi IV Pukul 07.15 WIB pelajaran IPA dimulai Bu Mu melakukan apersepsi tentang materi pelajaran hari ini yaitu sumber energi yang merupakan ciptaak Allah. Observasi V Pada kegiatan awal Pak Yu mengajak siswa untuk berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Dan dilanjutkan 326
dengan tadarus Observasi VI Sebelum mulai belajar siswa berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Pukul 07.15 WIB pelajaran IPA dimulai, pada kegiatan pendahuluan Bu Mu menanyakan kabar kebada siswa. Ternyata hari ini Ray masih belum berangkat, padahal sudah hampir 1 minggu. Mengetahui hal tersebut, Bu Mu meminta tolong Ik yang kebetulan rumahnya dekat dengan rumah Ray untuk menengoknya dan memastikan Ray sakit apa. Bu Mu pun mengajak anak-anak untuk mendoakan Ray supaya lekas sembuh dan dapat kembali masuk sekolah. Observasi VII Pukul 11.00 WIB bel tanda masuk kelas berbunyi, pelajaran dilanjutkan dengan Pendidikan Agama. Bu End membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa bersama-sama membaca basmallah. Pada kegiatan pendahuluan Bu End bertanya pada siswa siapa yang tidak berangkat, Na menjawab “Pu dan Az bu, soalnya sakit.” Kemudian Bu End mengatakan, “Kalian punya tugas lo... yaitu mendoakannnya.” Lalu Na ditempat duduknya berdoa, “Ya Allah semoga Pu dan Az cepat sembuh. Observasi VIII Pukul 09.05 WIB bel tanda usai istirahat berbunyi. Semua siswa kelas III A masuk ke kelas. Jam ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Bu Mu membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa membaca basmallah. Observasi IX Pukul 07.05 WIB pelajaran pertama yaitu Bahasa Indonesia dimulai. Pada kegiatan awal pembelajaran Bu Mu menyapa Az dan Pu yang sudah kembali masuk sekolah. Kemudian Bu Mu mengajak siswa untuk bersyukur dengan mengucapakan alhamdulilah. Selanjutnya Bu Mu mennaykan kabar siswa, “Apa kabar kalian hari ini anak-anak?” Siswa menjawab, “Alhamdulilah, baik bu.”. Di kelas Bu Mu mengingatkan Ham untuk beristighfar ketika melakukan kesalahan. Bu End membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Terlihat Ki melamun, kemudian oleh Bu End ditegurnya. Bu End menasehati siswa dengan berkata, “Mengucapkan salam terlebih dahulu itu pahalanya lebih besar anak-anak, dibandingkan dengan menjawab salam. Jika diumpamakan mengucapkan salam pahalanya dua dan menjawab salam satu.” Bu End membuka pelajaran dengan mengajak siswa membaca basmallah. Setelah itu Bu End menanyankan kabar siswa, “Bagaimana kabarnya hari ini anakanak?” Siswa menjawab, “Alhamdulliah, tetap semangat, Allahhu akbar.” Pukul 10.10 WIB pelajaran
327
dilanjutkan dengan pelajaran PKn. Bu Mu melakukan apersepsi yang isinya supaya harga dirinya tinggi maka perlu ada usahanya. Bu Mu menerangkan bahwa harga diri terbentuk dari ucapan, sikap, dan perilaku. Bu Mu mengatakan, “Allah menciptakan mata, tangan itu untuk berbuat kebaikan dan untuk beribadah. Jangan menggunkan tangan, kaki untuk menyakiti temannya.” Bu Mu mengajak siswa untuk dapat mengontrol diri sendiri. Mengingatkan temannya jika berbuat salah. Bu Mu kembali berkata,”Jika setiap orang tidak peduli dengan harga dirinya masing-masing, maka dunia ini akan rusak. Kita beda dengan hewan, manusia punya akal dan budi sedangkan hewan tidak punya.” Observasi X Pukul 07.15 WIB Bu Mu membuka pelajaran IPA dengan mengucapkan salam “Assalammualaikum wr. wrb.” Bu Mu melakukan presensi kehadiran siswa dengan bertanya, “Siapa yang tidak masuk?”. Siswa menjawab, “Ikhwan Bu, kemarin hujan-hujanan.” Bu Mu bertanya kabar pada siswa, “Apa kabar kalian hari ini?” Siswa menjawab, “Alhamdullilah, baik bu.” Kemudian Bu Mu bertanya pada siswa kembali, “Siapa yang tadi sholat subuh?” Beberapa siswa mengangkat tangan, “Yang lain kenapa tidak sholat? Kenapa bangun kesiangan? Kalian kan bisa meminta tolong pada orang tua kalian untuk membangunkan kalian. Mati listrik dan gelap bukan alasan ya anak-anak. Jika kalian tahu, dahulu Nabi Muhammad itu sholat juga dalam keadaan gelap.” Observasi XI Siswa dan guru berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Kemudian Bu Mu membuka pelajaran Bahasa Jawa dengan mengucapkan salam, “Assalammualaikum wr.wb.” Kesimpulan : Pada kegiatan pendahuluan ada beberapa kegiatan yang dilakukan guru sebelum masuk ke kegiatan inti yaitu: 1. Pemberian salam : di setiap awal pelajaran guru selalu mengucapkan salam. Bu End memberi nasehat pada siswa bahwa mengucapkan salam itu pahalanya lebih besar daripada menjawab salam. 2. Mengajak siswa berdoa: berdoa doa sebelum belajar beserta artinya pada jam pertama pelajaran. Di setiap awal pergantian jam pelajaran guru mengajak siswa membaca basmallah. 3. Menanyakan kabar : mengajak siswa untuk mengungkapkan syukur atas keadaannya dengan mengucapkan Alhamdullilah. 4. Melakukan presensi: guru mengajak siswa untuk ikut mendoakan siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit, agar cepat sembuh. 5. Memberikan motivasi : guru memberi nasehat pada siswa bahwa ulang tahun itu yang penting adalah ungkapan syukur atas umur yang panjang, bukan perayaannya. Mengingatkan siswa saat istirahat untuk makan dan minum sambil duduk dan dengan tangan
328
kanan. Bertanya pada siswa siapakah yang sudah melaksanakan sholat subuh. 6. Melakukan apersepsi : pada pelajaran IPA, guru mengajak siswa untuk menysukuri berbagai jenis energi yang telah Allah berikan. Pada pelajaran PKn, supaya harga diri tinggi maka harus menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang baik. b. Kegiatan Inti Observasi I Pelajaran agama islam oleh Bu End diisi dengan materi tentang ilmu tajwid yaitu cara membaca surat Al-Lahab dengan benar. Siswa antusias saat diminta untuk menuliskan tulisan latin dan arab di papan tulis. Observasi III Bu End kemudian melanjutkan materi tentang tata cara membaca surat Al-Lahab dengan cara yang benar. Bu End meminta salah satu siswa untuk maju menuliskan huruf latin dari ayat dua surat Al-Lahab. Kegiatan pelajaran PKn diisi oleh Bu Mu dengan bercerita. Cerita pertama yang berlokasi dirumah, yang isinya sebagai orang yang memiliki harga diri yang tinggi anak-anak tidak boleh sombong, dan harus pandai bersyukur. Bu Mu menasehati siswa kembali, “Sebagai orang islam kalian harus rajin ibadah, sholat lima waktu.” Bu Mu kembali memberi nasehat pada siswa, bahwa sebagai orang islam kita itu harus berusaha. Selanjutnya Bu Mu memberi tugas pada masing-masing siswa untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan dirinya. Ternyata masih terdapat beberapa siswa yang bingung untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan dirinya. Bu Mu pun menegurnya dan berkata, “Kalau kalian tahu akan harga dirinya, kalian itu pasti akan tahu kekurangnnya.” Setelah semua siswa selesai menulisakan kelebihan dan kekurangan dirinya Bu Mu meminta siswa untuk membacakan hasilnya. Na pun bersedia mempresentasikan hasilnya, “Kelebihan saya, saya pandai, rajin, dan pintar menggambar. Kekurangan saya, saya tidak bisa berenang.” Setelah dua orang siswa membacakan hasilnya Bu Mu kembali menasehati siswa, “Tidak mungkin mahluk Allah itu sempurna, pasti punya kekurangan.” Observasi IV Pada kegiatan inti pembelajaran pelajaran IPS materi tentang jenis-jenis pekerjaan siswa diminta untuk menyebutkan pekerjaan orang tuanya. Bu Mu mengajak siswa untuk mensyukuri setiap pekerjaan orang tuanya, “Anak-anak kalian harus bersyukur pada setiap pekerjaan orang tua kalian. Dan tidak boleh sombong karena pekerjaan orang tuamu mempunyai pangkat yang tinggi. Akan tetapi, kalian juga tidak perlu malu jika orang tuanya, maaf... hanya tukang cuci atau asisten rumah tangga. Yang penting pekerjaannya halal dan barokah.” Observasi VI Pada kegiatan inti Bu Mu menjelaskan tentang kebijakan pemerintah dalam meningkatkan tarif listrik untuk
329
daya 900 Volt ke atas, yang mulai maret pelan-pelan akan dihilangkan. Bu Mu menjelaskan bahwa keluarga yang daya listriknya 900 Volt ke atas merupakan keluarga yang berkecukupan dalam segi materi. Sehingga begitu pentingnya anak-anak dalam menghemat listrik supaya waktu membayar tidak banyak dan dapat berhemat. Ketika Bu Mu menerangkan anak-anak mendengarkannya dengan sangat antusias sekali. Kemudian anak-anak diminta menyebutkan kegiatan sehari-hari yang menggunakan listrk. Siswa menjawab dengan antusias. Bu Mu memberikan nasehat, “Orang yang boros katanya temannya setan. Bahksan rasullullah pernah wudhu hanya dengan segayung air.” Bu Mu mengingatkan siswa kembali, jika saat sholat dhuha pernah melihat ada anak yang tidak mematikan kran air yang masih menetes sendiri. Oleh karena itu Bu Mu menekankan kembali pada siswa untuk bersyukur atas rezeki air yang telah Allah berikan. Dan juga untuk selalu menjaga lingkungan sekitar, supaya tetap hijau. Kemudian Bu Mu bertanya pada siswa bagaimana cara menghemat air. Siwa menjawab dengan antusias. Bu Mu kembali bertanya pada siswa, “Anak-anak siapa yang pernah mususi beras atau mencucui beras?” Bu Mu menjelasakan kepada siswa supaya menggunakan siswa cucian beras untuk menyirami tanaman, dan aiar bekas cucian untuk menyirami halaman saat musim kemarau. Observasi VIII Pada kegiatan inti Bu Mu menjelaskan materi tentang Tata Bahasa yaitu membuat kalimat tanya berdasarakan kata tanya. Terlebih dahulu siswa mendengarkan penjelaskan Bu Mu tentang macam-macam kata tanya. Siswa diajak bersama untuk membaca macam kata tanya yang ada di papan tulis. Kemudian Bu Mu menjelaskan penggunaan kata tanya. Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk mencatat. Ram bertanya pada Bu Mu ketika ada Pak Ru yang masuk ke kelas dan kemudian keluar, “Bu kenapa Pak Ru badannya besar?” Kemudian Bu Mu menasehati bahwa Allah itu menciptakan manusia dengan berbeda-beda. Ada yang diciptakan pendek, tinggi, gemuk, dan kurus. Itu semua harus disyukuri. Observasi IX Pada pelajaran pendidikan agama islam siswa mengerjakan soal latihan yang ada di buku paket yaitu menuliskan arab berdasarkan tulisan latin. Terlihat ketika siswa lain sedang mengerjakan, Ism berulang kali berusaha mengingatkan Ham untuk segera mengerjakan bukannya asik bermain sendiri. Anak-anak nampak kesulitan mengerjakan soal latihan. Melihat hal tersebut, akhirnya Bu End menuliskan huruf hijaiyah apa saja yang dibutuhkan untuk menjawab soal tersebut. Bel tanda berakhirnya jam pelajaran Agama berbunyi. Siswa mengumpulkan semua hasil pekerjaannya. .” Hari ini pada mata pelajaran PKn siswa akan belajar cara supaya
330
harga diri kita itu baik. Siswa dan Bu Mu mengulas kembali hasil diskusi yang kemarin tentang contoh sikap yang menunjukkan bentuk harga diri yang tinggi dan rendah. Setelah semua kelompok menyampaikan hasil diskusinya, siswa diminta untuk menuliskan cara-cara meningkatkan harga diri yang akan di dektekan Bu Mu. Ram meminta Bu Mu untuk melemparkan penghapus miliknya yang sebelumnya diambil oleh Bu Mu karena Ram ramai saat pelajaran. Bu Mu pun menegurnya, “Ayo Ram beristighfar kalau berbuat salah itu.” Pukul 11.00 WIB pelajaran dilanjutkan kembali, siswa membaca bersama-sama catatan yang telah ditulisnya. Siswa melanjutkan mencatat kembali sesuai apa yang didektekan Bu Mu dan kembali membaca bersama-sama. Bu Mu bertanya, “Dari kelima sikap yang dapat meningkatkan harga diri tadi, siapakah yang sudah melakukannya?” Beberapa siswa mengangkat tangan. Bu Mu menasehati siswa kembali bahwa kita harus berbakti kepada orang tua, karena hal tersebut adalah cara yang wajib dilakukan sesuai dengan yang diajarkan oleh agama kita. Zidane berkata, “Surga ada ditelapak kaki ibu.”. Observasi X Hari ini anak-anak akan mengulas kembali materi tentang energi. Siswa diajak untuk membahas soal yang ada di LKS. Ketika pembahasan soal di LKS, terlihat beberapa siswa masih bingung dalam memahami maksud sumber energi dan energi yang dihasilkan. Az tertinggal menuliskan jawaban soal no. 10 kemudian Bu Mu menegurnya, “Ayo Az bangun... Bangun...” Ketika membahas soal tentang sumber energi terbesar yaitu matahari Bu Mu mendekati Ram dan berkata, “Ayo Allah sudah memberikan matahari kepada kita semua, siapa tadi yang tidak sholat subuh? (sambil melihat Ram yang tadi mengangkat tangan tidak sholat subuh).” Pelajaran dilanjutkan dengan mata pelajaran PKn Pelajaran di lanjutkan kembali dengan pembahsan materi semangat kerja. Ketika sedang menjelaskan Bu Mu menegur Ism yang asik bermain ludah. Kemudian Bu Mu menasehati siswa, “Anakanak seluruh anggota tubuhmu itu nanti akan dimintai pertanggungjawaban kelak diakhirat nanti. Malaikat akan bertaya Na matamu itu untuk apa?, Ram lidahmu itu untuk apa? Allah itu sudah memberikan kesempuranaan anggota tubuh kepada kita semua. Di luar sana masih banyak anak-anak yang tidak dikaruniani kesempurnaan mempunyai anggota tubuh yang lengkap. Kalian itu lo.. sholat saja minta diskon. Apa kalian mau anggota tubuh kalian didiskon? Tanggungjawab sebagai mahluk Allah adalah untuk beribadah, siswa untuk belajar, dan anak untuk berbakti kepada orang tua.” Kesimpulan : Pada kegiatan inti guru mengaitkan karakter religius dengan beberapa materi pelajaran yang ada hubungannya dengan religius. Selain
331
itu, guru juga mengaitkan materi pelajaran dengan kegiatan-kegiatan religius siswa yang dilakukannya dikehidupan sehari-hari. Adapun karakter religius tampak jelas ada dalam kegiatan inti pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, PKn, IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. a. Kegiatan Observasi I Penutup Waktu pembelajaran Bahasa Indonesia sudah akan berakhir. Pada kegiatan penutup siswa dengan bimbingan Bu Mu menyimpulkan pembelajaran hari ini. Bu Mu mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam dan mengajak siswa membaca hamdallah bersama-sama. Pelajaran agama islam berakhir pukul 11.35 WIB. Bu End menutup pelajaran dengan mengajak siswa membaca hamdallah dan mengucapkan salam. Observasi II Saat jam pelajaran terakhir yaitu SBK selesai Na kembali memimpin doa pulang sekolah. Sebelum pulang sekolah semua siswa membaca doa agar diberi petunjuk mana yang benar dan doa penutup majelis, serta bacaan hamdallah. Sebelum pulang sekolah pukul 11.35 Bu Mu mengingatkan kembali pada siswa dengan berkata, “Supaya pecahnnya utuh harus sholat lima waktu.” Bu Mu memberi instruksi yang keluar kelas duluan adalah siswa putri baru kemudian siswa laki-laki. Bu Mu memposisikan diri di dekat pintu keluar supaya siswa dapat berslaman. Siswa bersalam sambil mengucapkan asslammualaikum pada Bu Mu saat keluar kelas. Observasi III Pada kegiatan akhir pelajaran Bahasa Indonesia Bu Mu mengajak siswa membaca hamdallah. Pukul 10.45 WIB pelajaran PKn berakhir, Bu Mu meminta siswa untuk mengucap hamdallah dan mengucapkan salam. Waktu menunjukkan pukul 11.45 WIB pelajaran PKn telah usai, waktunya anak-anak pulang sekolah. Na memimpin pemberian salam dan doa. Karena anak-anak begitu ramai, Bu Mu mengkondisikan siswa dengan berkata, “Diam 10 detik.” Semua siswa langsung diam dan tenang. Na kemudian melanjutkan untuk memimpin doa. Doa yang dibaca ketika pulang sekolah adalah allahhumma’arinal haqqa haqqa dan doa penutup majelis. Sebelum keluar kelas, Bu Mu menunjuk yang pulang terlebih dahulu adalah siswa putri baru di susul siswa putra. Bu Mu memposisikan diri di dekat pintu, semua siswa bersalam dengan Bu Mu sambil mengucap salam sebelum keluar kelas. Observasi IV Pukul 11.45 WIB bel tanda berakhirnya jam pelajaran IPS dan bel tanda pulang sekolah berbunyi siswa segara berkemas-kemas. Naf segera maju dan memimpin pemberian salam dan memimpin doa. Semua siswa duduk
332
dengan tangan sedekap kepala menunduk dan membaca doa tunjukkan kebenaran (haq) dan doa penutup majelis. Selesai berdoa Bu Mu mengingatkan siswa, “Anak-anak jangan lupa ya kukunya dipotong, besuk kan hari Jumat sesuai tuntunan. Besuk Sabtu ibu akan cek ya.” Kemudian anak-anak keluar kelas dengan bersalaman dengan Bu Mu. Observasi V Sebelum pulang setelah pelajaran Bahasa Jawa, Bu Mu mengajak siswa berdoa doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis Observasi VI Pada kegiatan penutup Bu Mu memberikan soal evaluasi dan meningkatkan kembali pada siswa untuk mengerjakan dengan jujur. Semua siswa menjawab soal dan diberi waktu selama 20 menit. Terlihat pada meja Vau dan Az diberi sekat dengan tempat pensil supaya tidak ada yang saling menyontek. Bu Mu bertanya pada Raf, “Raf kenapa kemarin kamu tidak berangkat?”. Raf menjawab, “Sakit bu.”. Bu Mu mengingatkan Raf untuk mengirim sms atau Wa jika tidak masuk. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, Bu Mu dan siswa bersama-sama mengoreksi jawabnnya dengan menukarkan kertas jawabnnya pada meja di depannya. Selesai mngoreksi, semua siswa mengumpulkan lembar jawab pada Bu Mu. Kemudian Bu Mu bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Ketika jam pertama pelajaran Bahasa Jawa berakhir pada pukul 08.50 WIB. Bu Mu menutup pelajaran dengan mengajak siswa membaca hamdallah dan mengucapkan salam. Pada kegiatan penutup pelajaran SBK Ol maju ke depan untuk memimpin pemberian salam dan doa. Semua siswa seperti biasaya berdoa-doa supaya di tunjukkan yang benar dan doa penutup majelis. Sikap siswa saat berdoa tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Selesai berdoa Bu Mu mengingatkan pada Ca dan Raf untuk memotong kukunya terlebih dahulu sebelum pulang. Bagi siswa yang belum selesai mewarnai diminta untuk melanjutkannya. Siswa yang lain keluar kelas dengan bersalam sambil mengucapkan salam pada Bu Mu. Bu Mu juga menasehati siswa untuk tidak lupa libur sekolah membantu orang tuanya. Observasi VII Kemudian siswa mengerjakan soal latihan evaluasi dengan tenang. Setelah selesai mengerjakan siswa diminta menukar jawabnnya dengan teman yang ada dibelakangnya. Siswa dengan guru mencocokkan soal bersmasama. Saat mencocokan soal evaluasi siswa terlihat antusias. Setelah itu, Bu End memanggil satu persatu siswa untuk menyebutkan jumlah jawaban yang salah. Pelajaran agama ditutup dengan membaca hamdallah bersama-
333
sama, bu End mengucap salam. Hari ini anak-anak melaksanakan kegiatan baca tulis Al-Quran. Observasi VIII Waktu menunjukkan pukul 10.45 WIB waktunya untuk istirahat ke dua. Pelajaran ditutup dengan membaca hamdallah dan Bu Mu mengucapkan salam. Diakhir pelajaran SBK pada pukul 11.45 WIB bel tanda pulang sekolah berbunyi semua siswa diminta berkemas-kemas dan siap berdoa. Ray bertugas untuk memimpin berdoa dan mengucap salam pada Bu Mu. Siswa berdoa minta ditunjukkan yang benar dan doa penutup majelis. Selesai berdoa siswa bersalaman dengan guru sambil mengucapkan salam. Bu Mu mengingatkan anak-anak untuk rajin belajar dan membantu orang tua. Observasi IX Jam pelajaran Bahasa Indonesia sudah berakhir, Bu Mu mengajak siswa mengucapkan hamdallah dan menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Jam pelajaran pendidikan agama islama berakhir siswa membaca hamdallah bersama-sama. Pelajaran ditutup oleh Bu End dengan mengucapkan salam. Bel tanda istrirahat kedua berbunyi pada pukul 10.45 WIB. Bu Mu mengajak siswa untuk membaca hamdallah dan menutup pelajaran PKn dengan salam. Sebelum mengakhir pelajaran PKn dan pulang sekolah Bu Mu memberikan soal evaluasi yaitu siswa diminta menuliskan sikap yang telah dilakukan terhadap terhadap orang tua, kakak atau adik yang menunjukkan harga diri yang tinggi di rumah yang sudah kalian lakukan. Tiba-tiba-tiba Adt mengampiri Bu Mu yang sedang duduk di kursi guru dan berkata, “Bu kalau adiknya masih di dalam perut gimana?” Bu Mu menjawab, “Ya kamu bisa mengelus-elus perut ibu mu.”. Ketika siswa yang lain sedang mengerjakan Ry sibuk bermain sendiri, dari jauh Riz memanggil namnya supaya ia segera tenang. Karena waktu pelajaran sudah hampir habis, bagi sepuluh siswa pertama yang dapat segera mengumpulkan nanti diperbolehkan pulang terlebih dahulu. Bel tanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi. Semua siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya dan berkemas-kemas. Ev maju untuk memimpin pemberian salam dan doa. Sebelum berdoa anak-anak menutup gordyn yang ada dijendela kelas. Semua siswa berdoa dengan khusyuk sambil membaca doa agar ditunjukkan yang benar dan doa penutup majelis. Sepuluh siswa pertama yang dapat menyelesaikan tugasnya tadi dipanggil satu per satu untuk pulang terlebih dahulu. Bu Mu mengingatkan pada siswa supaya jangan lupa untuk mengaji, membantu orang tua. dan mengingatkan orang tua untuk beribadah. Observasi X Selesai membahas soal IPA yang ada di LKS, siswa diberikan soal latihan sejumlah sepuluh soal pilihan ganda
334
dan lima soal isian singkat yang akan didektekan oleh Bu Mu soalnya untuk melatih konsentrasi siswa. Siswa diminta untuk duduk tegap dan rileks supaya peredaran darahnya lancar. Satu per satu Bu Mu membacakan soal. Bu Mu mengingatkan kmbali, “Harus jujur ya, jangan sampai temanmu dapat melihat jawabanmu.” Setelah soal pilihan ganda selesai dibacakan, maka dilajutkan kembali dengan soal isian singkat. Semua siswa telah selesai mengerjakan soal, kemudian dilanjutkan untuk mencocokkan jawabnya. Di kelas Arz kembali melakukan tindakan yang tidak baik, kemudian oleh Bu Mu diingatkan untuk beristighfar. Pukul 08.45 WIB bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, semua siswa segera mengucap hamdallah dan salam. Selesai mendengarkan penjelasan dari Bu Mu tentang materi semangat kerja pada pelajaran PKn, siswa diberikan soal evaluasi yang ada dibuku paket. Setelah slesai mengerjakan, siswa diminta untuk menukarkan pekerjaannya dengan teman yang ada di depannya. Setelah semua soal sudah dicocokkan dan waktu menunjukkkan pukul 11.45 WIB siswa berdoa pulang sekolah. Observasi IX Sebelum menutup pelajaran Bu Mu mengajak siswa membaca hamdallah dan pelajaran diakhiri dengan Bu Mu mengucapkan salam.
2.
Faktor penghambat
Kesimpulan : Pada kegiatan penutup guru memberikan soal evaluasi dan selalu mengingatkan siswa untuk mengerjakannya dengan jujur, disetiap akhir pergantian jam pelajaran guru mengajak siswa membaca hamdallah, mengucapkan salam, memberi motivasi dengan memberi nasehat agar rajin sholat lima waktu, memotong kuku pada hari Jumat, membantu orang tua. Sebelum pulang sekolah siswa siswa dibiasakan membaca doa agar diberi petunjuk yang baik dan buruk dan doa penutup majelis. Faktor penghambat Observasi I Walapun sudah berulang kali dingatkan untuk mengucapkan kata-kata yang baik, tetap saja ada beberpaa siswa yang secara spontan mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Observasi II Guru merasa kesulitan dalam mengintegrasikan karakter religius dalam mata pelajaran matematika. Walapun begitu terlihat ketika pulang sekolah Bu Mu dapat memberikan nasehat pada siswa yang ada kaitannya dengan materi bilangan pecahan yaitu supaya pecahnnya utuh, maka sholat lima waktunya harus genap. Observasi III Bu Mu merasa sulit mengintegrasikan karakter religius dalam mata pelajaran matematika.
335
Kesimpulan
Observasi V Untuk pelajaran Penjaskes dan Bahasa Jawa terlihat guru kesulitan dalam menginternalisasikan karakter religius pada siswa melalui materi pemebelajaran. Observasi VI Pada mata pelajaran Bahasa Jawa terlihat guru merasa kesulitan dalam mengintegrasikan karakter religius dalam materi pelajaran. Observasi VII Pada mata pelajaran matematika guru sulit mengintergrasikan karakter religius dalam materi yang diajarkan. Observasi X Pada pelajaran Bahasa Indonesia guru belum menunjukkan adanya integrasi karakter religius selama proses pembelajaran. Observasi IX Guru merasa kesulitan dalam mengintegrasikan karakter religius di dalam mata pelajaran Bahasa Jawa dan penjaskes. Faktor penghambat yang ditemukan guru dalam pengintergrasian karakter religius dalam mata pelajaran yaitu guru terlihat masih kesulitan dalam mengintergrasikan karakter religius dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Jawa, dan Penjaskes.
336
Lampiran 7. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Observasi Strategi dan Hambatan melalui Budaya Sekolah REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL OBSERVASI MENGENAI STRATEGI DAN HAMBATAN INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS MELALUI BUDAYA SEKOLAH No. Indikator Sub Indikator Reduksi Kesimpulan 1. Internalisasi Karakter religius Observasi VI-VIII Internalisasi karakter religius ada dalam aturan sekolah karakter religius ada tertulis dalam aturan Karakter religius tertulis di dalam Tata Krama yaitu di dalam Tata Krama Siswa yang dibagi dalam 3 Bab dalam aturan sekolah siswa yang terdiri dari 3 point utama, sebagi yaitu : sekolah. berikut. 1) Etika/ Sopan Santun dalam pergaulan A. Etika/ Sopan Santun dalam Pergaulan 2) Kegiatan Keagamaan B. Kegiatan Keagamaan Kebersihan dan 3) Kebersihan dan Kedisiplinan Keidsipilanan 2. Internalisasi Karakter religius Observasi I Karakter religius dilaksanakan di dalam kelas melalui karakter religius dilaksanakan dalam Sebelum masuk kelas siswa dibiasakan pembiasaan berbaris di depan kelas dengan dipimpin oleh dilakukan di dalam kegiatan di kelas bersalam dengan guru sambil mengucapkan salah satu siswa yang mendapat giliran sebelum masuk kelas, sekolah, dan salam, masuk kelas dengan kaki kanan sambil kelas, mempersilahkan siswa perempuan terlebih dahulu luar sekolah. mengucapkan basmallah. Sebelum pelajaran yang masuk kelas, masuk kelas dengan kaki kanan terlebih berdoa doa doa sebelum belajar beserta artinya. dahulu dan mengucapkan basmallah sambil bersalaman Setiap akhir pelajaran guru mengajak siswa dengan guru dan mengucapkan salam, membiasakan anak untuk membaca hamdallah dan di setiap awal berdoa doa sebelum beajara beserta artinya di awal jam pergantian jam pelajaran guru mengajak siswa pelajaran pertama, membiasakan anak berdoa doa agar membaca basmallah. Sebelum pulang sekolah diberi petunjuk yang baik dan doa penutup majelis sebelum siswa membaca doa agar minta diberikan pulang sekolah, ketika pulang sekolah keluar kelas sambil petunjuk yang benar dan doa penutup majelis. bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam dan Bagi siswa yang ramai, tidak mengerjakan keluar dengan kaki kiri, setiap awal pergantian jam tugas ataupun PR dengan jujur mereka pelajaran membaca basmallah dan mengucapkan menuliskan namanya di papan tulis. hamdallah disetiap akhir pergantian jam pelajaran, melakukan pemeriksaan kuku oleh siswa, bagi siswa yang Observasi II
337
Sebelum masuk kelas siswa kelas III A berbaris ramai/ tidak mengerjakan tugas/ tidak mengerjakan PR di depan kelas. Sebelum masuk kelas siswa menuliskan namanya di papan tulis, dan siswa bersalam dengan Bu Mu sambil mengucapkan mengucapkan istighfar jika melakukan kesalahan. salam dan melangkahkan kaki kanan sambil ucap basmallah. Pengecekkan kuku siswa setiap hari Sabtu. Di setiap akhir pergantian jam pelajaran guru mengajak siswa membaca hamdallah. Dan di setiap awal jam pelajaran guru mengajak siswa membaca basmallah.. Sebelum pulang sekolah siswa membaca doa agar diberi petunjuk yang haq dan doa penutup majelis. Siswa pulang sekolah dengan terlebih dahulu bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Observasi III Sebelum masuk kelas siswa berbaris di depan kelas. Setelah masuk kelas siswa berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Sikap siswa dan guru saat berdoa duduk dengan tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Setiap pergantian jam pelajaran guru mengajak siswa membaca hamdallah dan di awal pergantian jam pelajaran guru mengajak siswa membaca basmallah. Setiap awal jam pelajaran pertama dan di jam pelajaran terakhir siswa yang mengucapkan salam pada guru dengan dipimpin oleh satu siswa yang secara bergiliran dijadwal sesuai dengan tanggal dan no.presensi.
338
Bagi siswa yang tidak mengerakan tugas, PR, dan ramai wajib menuliskan namanya di papan tulis sesaui dengan kategori kesalahnnya. Sebelum pulang sekolah siswa membaca doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis. Kemudian siswa bersalaman dengan guru sambil mengucapkan salam. Observasi IV Sebelum masuk kelas siswa berbaris di depan kelas. Kemudian siswa masuk kelas bersalaman dengan Bu Mu dan mengucap salam. Masuk kelas dengan melangkahkan kaki kanan terlibah dahulu sambil mengucapkan basmallah. Siswa membaca doa sebelum belajar beserta artinya dengan sikap tangan sedekap di atas meja, duduk dan kepala menunduk. Bu juga menunjukkan sikap berdoa yang khusyuk dengan kepala menunduk, duduk, dan tangan sedekap di atas meja. Bagi siswa yang tidak mengerjakan PR menuliskan namanya di papan tulis dan mengucapkan istighfar. Sebelum pulang sekolah siswa membaca doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis. Keluar kelas dengan bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam dan keluar dengan kaki kira. Observasi V Sebelum mulai belajar anak dibiasakan berdoa
339
doa sebelum belajar dan dilanjutkan membaca artinya. Sebelum pulang sekolah anak dibiasakan berdoa doa agar diberi petunjuk yang benar dan membaca doa penutup majelis. Sikap siswa saat berdoa adalah dengan duduk tangan sedakap di atas meja dan kepala menunduk. Observasi VI Sebelum pembelajaran dimulai siswa berbaris di depan kelas. Kemudian masuk kelas sambil bersalaman dengan Bu Mu dan mengucapkan salam. Masuk kelas dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu dan mengucapkan basmallah. Hari ini diadakan pemeriksaan kuku yang dilakukan oleh siswa. Sebelum belajar siswa dibiasakan berdoa doa sebelum belajar beserta artinya dan membaca basmallah setiap akan mulai pergantian jam pelajran. Sebelum pulang sekolah siswa membaca doa agar diberi petunjuk yang benar dan membaca hamdallah setiap selesai jam pelajaran. Siswa yang tidak memotong kuku menuliskan namanya di papan tulis. Jika berbuat salah siswa diminta oleh Bu Mu mengucapkan istighfar. Observasi VII Kegiatan awal pembelajaran yaitu masuk kelas degan kaki kanan, sambil baca basmallah dan bersalaman dengan guru sambil mngucapkan
340
salam. Kemudian siswa membaca doa sebelum belajar beserta artinya dan mengucapkan hamdallah setiap selesai pelajaran dan mengucap basmallah ketika awal pergantian jam pelajaran. Observasi VIII Di awal pergantian jam pelajaran siswa dan guru membaca basmallah. Sedangkan di akhir pergantian jam pelajaran siswa dan guru membaca hamdallah. Siswa meminta izin pada Bu Mu ketika akan meminjam barang yang ada di meja guru. Sebelum pulang sekolah siswa membaca doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis. Sikap ketika berdoa duduk dengan tangan sedekap di atas meja dan kepala menunduk. Ketika keluar kelas dan hendak pulang siswa bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Observasi IX Sebelum masuk kelas siswa bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Masuk kelas dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu sambil mengucapkan basmallah. Satu siswa memimpin berdoa, doa sebelum belajar beserta artinya. Setiap awal pergantian jam pelajaran siswa membaca basmallah dan ketika diakhir pergantian jam pelajaran siswa membaca hamdallah. Ketika akan pulang siswa
341
membaca doa agar ditunjukkan yang benar dan doa penutup majelis. Selsai berdoa satu per satu siswa keluar kelas sambil bersalaman dengan Bu Mu dan mengucapkan salam. Siswa keluar dengan melangkahkan kaki kiri. Observasi X Siswa masuk kelas dengan kaki kanan terlebih dahulu sambil mengucapkan salam. Siswa masuk kelas dengan bersalaman sambil mengucapkan salam. Sebelum mulai berdoa siswa mengucapkan salam. Berdoa sebelum belajar dipimpin oleh satu siswa yang mendapat giliran. Doa yang dibaca sebelum peljaran adalah doa sebelum belajar beserta artinya. Setiap kali tidak mengerjakan PR, dan tugas siswa menuliskan namanya di papan tulis. Siswa yang melakukan kesalahan diminta untuk mengucapkan istighfar. Setiap awal pergantian jam pelajaran siswa dan guru membaca basmallah. Diakhir pergantian jam pelajaran siswa membaca hamdallah. Sebelum berdoa pulang sekolah siswa mengucapkan salam pada Bu Mu. Sebelum pulang sekolah siswa membaca doa agar diberi petunjuk yang benar dan doa penutup majelis. Dilanjutkan dengan bersalaman dnegan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Observasi XI
342
Siswa masuk kelas dengan kaki kanan sambil mengucapkan basmallah. Kemudian ketika masuk kelas siswa bersalaman dengan Bu Mu sambil mengucapkan salam. Berdoa doa sebelum belajar beserta artinya. Tadarus membaca surat-surat pendek beserta artinya. Mengucapkan hamdallah di akhir pergantian jam pelajaran. Karakter religius Observasi I dilaksanakan dalam Ketika bertemu dengan guru, siswa diminta kegiatan di sekolah untuk bersalam dengan bapak ibu guru sambil mengucapkan salam bagi yang beragama islam. Setiap hari Senin yang melaksanakan sholat dhuha adalah siswa kelas VI A dan VI B. Sholat zuhur dilaksanakan oleh semua siswa kelas tinggi serta bapak ibu guru dan karyawan sekolah. Observasi II Siswa bersalaman sambil ucap salam dengan guru setibanya di sekolah. Hari ini siswa kelas V A dan V B melaksanakan ibadah sholat dhuha di mushola. Pukul 12.00 WIB beberapa guru menuju mushola untuk melaksanakan ibadah sholat zuhur yang diimami oleh Pak Ju. Observasi III Siswa bersalaman sambil ucap salam dengan guru setibanya di sekolah. Pelaksanaan sholat dhuha hari ini dilaksankaan oleh siswa kelas IV
343
Karakter religius dilaksanakan dalam kegiatan di sekolah yaitu melalui pemberian amanat saat upacara yang isinya berkaitan dengan keagamaan, kegiatan sapa pagi yaitu siswa bersalaman dengan bapak ibu guru dengan mengucapkan salam, pelaksanaan ibadah sholat dhuha bagi semua kelas sesuai dengan jadwal yang ditentukan, pelaksanaan ibadah sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, dan pelaksanaan kegiatan tadarus setiap hari Jumat pagi.
A dan IV B yang didampingi oleh Pak Ru dan Bu Ri. Pada Pukul 12.20 WIB dilaksanakan ibadah sholat zuhur yang diikuti oleh seluruh siswa kelas tinggi secara bergantian. Observasi IV Saat kegiatan sapa pagi siswa yang baru tiba di sekolah bersalaman dengan Bu Pri dan Pak Ju sambil mengucapkan salam. Pelaksanaan ibadah sholat dhuha dilakukan oleh siswa kelas III A dan III B dengan diimami oleh Pak Sr. Pelaksanaan ibadah sholat zuhur berjamaah diikuti oleh bapak ibu guru. Observasi V Terlihat saat kegiatan sapa pagi siswa bersalaman dengan Pak Ju sambil mengucapkan salam. Di hari Jumat semua kelas melaksanakan tadarus bersama di pagi hari. Siswa membaca surat-surat pendek bersama dengan bimbingan guru. Kelas yang mendapat giliran melaksanakan sholat dhuha adalah kelas II A dan II B dengan berjamaah yang dimimami oleh Pak Sr. Observasi VI Saat kegiatan sapa pagi siswa bersalaman dengan Pak Ju dan Pak Sr sambil mengucapkan salam. Kegiatan sholat dhuha hari ini dilaksanakan di kelas I A dan I B. Observasi VII
344
Hari ini siswa kelas VI A dan VI B melaksanakan ibadah sholat dhuha, dan siswa kelas tinggi melaksanakan ibadah sholat zuhur berjamaah secara bergantian. Observasi VIII Terlihat hari ini kegiatan sholat dhuha dilaksanakan oleh kelas V A dan V B. Bapak ibu guru melaksanakan badah sholat zuhur berjamaah. Observasi IX Hari ini siswa kelas IV A dan IV B melaksanakan sholat dhuha. Ketika waktu sholat zuhur tiba, siswa kelas tinggi dan bapak ibu guru melaksanakan sholat zuhur berjamaah. Observasi X Siswa bersalaman dengan Bapak Ibu guru sambil mengucapkan salam. Siswa kelas III A dan III B hari ini melaksanakan kegiatan sholat dhuha berjamaah. Ketika tiba waktu sholat zuhur, bapak ibu guru segera menuju ke mushola untuk melaksanakan sholat zuhur berjamaah. Observasi XI Bersalaman dengan bapak ibu guru ketika tiba di sekolah sambil mengucapkan salam. Tadarus di setiap kelas. Karakter religius Observasi I Karakter religius dilaksanakan dalam kegiatan di luar dilaksanakan dalam Hari ini kelas melaksanakan kegiatan BTA sekolah melalui kegiatan ektrakulikuler Baca Tulis Al-
345
kegiatan sekolah
3.
Faktor penghambat
di
luar adalah siswa kelas I A dan III A. Observasi II Hari ini yang melaksanakan kegiatan TPA adalah kelas I B dan III B. Adapun yang mengajar adalah guru TPA dari Fitri Insani. Observasi V Kelas II A dan II B melaksanakan kegiatan BTA sepulang sekolah. Observasi VII Hari ini siswa kelas I A dan III A melaksanakan kegiatan BTA. Observasi VIII Hari ini yang melaksanakan kegiatan BTA siswa kelas I B dan III B. Observasi XI Siswa kelas II A dan III B melaksanakan kegiatan BTA. Faktor penghambat Observasi I dalam budaya sekolah Masih dijumpai beberapa siswa yang setibanya di sekolah tidak bersalaman dengan bapak ibu guru terlebih dahulu akan tetapi langsung menuju ke kelas. Observasi II Masih terdapat siswa yang lupa bersalaman dengan Pak Ju saat tiba di sekolah. Dan beberapa siswa lupa mengucapkan salam. Dan di dalam kelas Arz masih berulang kali mengucapkan kata-kata kotor, walaupun sudah
346
Quran atau TPA yang dilaksanakan oleh kelas rendah dengan jadwa hari Senin kelas I A dan III A, hari Selasa kelas I B dan III B, serta hari Jumat kelas II A dan II B. Pengajar TPA merupakan guru dari lembaga Fitri Insani.
Faktor penghambat dalam budaya sekolah yaitu masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengucapkan salam saat bersalaman atau bertemu dengan bapak ibu guru, ketika sedang melaksanakan sholat masih ramai sendiri, beberapa siswa masih saja mengucapkan kata-kata kotor walaupun sudah ditegur oleh guru, dan saat pelaksanaan BTA beberapa siswa ada yang tidak mau segera mengaji.
diingatkan berulang kali. Observasi III Saat pelaksanaan sholat zuhur berjamaah terlihat masih ada beberapa siswa yang asik bermain di halaman sekolah dan tidak segera mengambil air wudhu. Observasi IV Beberapa siswa masih ada yang lupa mengucapkan salam ketika masuk kelas. Observasi V Saat sapa pagi masih terdapat siswa yang lupa mengucapkan salam. Observasi VII Beberapa siswa laki-laki masih sulit diminta untuk mengaji ketika sudah dipanggil guru ngajinya untuk segera mengaji. Observasi VIII Masih ditemukan beberapa siswa yang belum mengucapkan salam ketika bertemu dengan bapak ibu guru. Observasi IX Masih dijumpai beberapa siswa yang masuk kelas tidak mengucapkan salam. Observasi X Masih terdapat bebrapa siswa yang belum mengucap salam saat bertemu dengan bapak ibu guru.
347
Lampiran 8. Reduksi, Display, dan kesimpulan hasil wawancara sikap siswa REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA SIKAP SISWA DAMPAK INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 A. Macam Karakter Religius Toleransi Siswa terhadap Pelaksanaan Ibadah Agama lain (Ta dan Sh beragama Kristen) No. Pertanyaan Sumber Jawaban Reduksi Kesimpulan 1. Kenapa ketika temanmu yang beragama Ta “Tidak masalah.” Siswa tidak masalah jika harus Ketika siswa non muslim muslim sedang melaksanakan ibadah sholat menunggu di kelas. diminta untuk menunggu di dhuha di mushola kamu mau menunggunya di Sh “Tidak terpaksa, senang, Siswa tidak masalah jika harus dalam kelas, saat temannya kelas, apakah kamu tidak masalah? karena kemauan sendiri.” menunggu di kelas karena itu melaksanakan sholat dhuha siswa tidak masalah karena itu kemauan sendiri. merupakan kemauannya sendiri. 2. Apakah kamu merasa senang atau tidak, ketika Ta “Senang.” Siswa senang menunggu Siswa non muslim mau dan kamu diminta untuk menunggu di luar kelas temannya di luar saat tadarus. senang untuk menunggu di luar karena temanmu yang beragama muslim ketika pelaksanaan Sh “Mau menunggunya.” Siswa mau menunggu di luar kelas sedang tadarus di dalam kelas? kegiatan tadarus. kelas saat temannya tadarus. 3. Bagaimana perasaanmu ketika berdoa sebelum Ta “Tidak apa-apa.” Siswa tidak masalah jika tidak Siswa tidak masalah jika tidak dan sesudah pelajaran kamu tidak menyuarkan menyuarakan doanya. menyuarakan doanya. doamu karena agamamu yang berbeda dengan Sh “Tidak kenapa-kenapa, Siswa tidak masalah jika tidak temanmu? tidak masalah.” menyuarakan doanya. 4. Jika di dalam kelasmua ada teman yang Ta “Menghormatinya.” Siswa akan menghormati Siswa akan menghormati berbeda agama denganmu bagaimana sikapmu? temannya yang berbeda agama temannya yang berbeda agama dengannya. dengannya. Sh “Menghormatinya.” Siswa akan menghormati temannya yang berbeda agama dengannya.
348
B. Strategi Pengembangan Diri 1. Kegiatan Rutin No. Pertanyaan Sumber 1. Kenapa kamu mau berdoa Ol sebelum dan sesudah pelajaran? Na Key Vau
2.
Kenapa kamu mau membaca surat-surat pendek yang ada dalam juz amma ketika tadarus?
Ol Na Key Vau
3.
Kenapa kamu mau melaksanakan sholat dhuha dan zuhur di sekolah?
Ol Na Key
Jawaban Reduksi “Saat berdoa tertib, berdoa karena Siswa berdoa karena takut kepada takut kepada Allah.” Tuhannya. “Saat berdoa tertib, Berdoa karena Siswa berdoa karena takut kepada takut Allah.” Tuhannya. “Takut Allah.” Siswa berdoa karena takut kepada Tuhannya. “Senang berdoa bukan karena Siswa berdoa dengan senang hati dan disuruh guru, karena tahu kalau bukan karena terpaksa ia tahu bahwa harus berdoa sebelum melakukan harus berdoa setiap akan melakukan kegiatan.” kegiatan. “Saat tadarus ikut tadarus karena Siswa ikut tadarus karena takut kepada takut kepada Allah.” Tuhannya. “Saat tadarus ikut membaca dan Siswa ikut tadarus dengan tertib karena tertib, karena takut kepada Allah.” takut kepada Tuhannya. “Karena takut Allah.” Siswa ikut tadarus karena takut kepada Tuhannya. “Kemauan sendiri, disuruh Allah Siswa ikut tadarus karena kemauan bukan karena takut.” sendiri dan karena disuruh Allah bukan karena takut kepada Allah. “Sikap saat sholat dengan sopan, Siswa ikut sholat karena sadar itu ikut sholat karena itu kewajiban.” kewajiban. “Sikap sholat sopan, ikut sholat Siswa ikut sholat karena sadar itu karena itu wajib.” kewajiban. “Karena itu kewajiban.” Siswa ikut sholat kerana sadar itu kewajiban. 349
Kesimpulan Siswa berdoa karena takut kepada Tuhannya dan mereka tahu bahwa setiap akan melakukan kegiatan harus berdoa.
Siswa mengikuti tadarus karena takut kepada Tuhannya, atas kemauan sendiri, dan ia sadar bahwa membaca Al-Quran merupakan perintah Allah.
Siswa mau melaksanakan sholat dhuha dan zuhur di sekolah karena sadar sholat itu kewajiban. Dan jika tidak ada jadwal sholat di sekolah mereka tetap akan melaksanakannya.
Vau
4.
Kenapa kamu mengucapkan salam kepada bapak ibu guru ketika bertemu?
Ol
Na
Key Vau 5.
Kenapa kamu mau menjaga kebersihan kelas dan sekolah?
Ol
Na
Key Vau
6.
Kenapa kamu mau memaafkan temanmu yang berbuat keslaahan padamu?
Ol Na
“Senang sholat dhuha, sholat karena sadar sendiri, dan mau sholat walaupun tidak ada jadwalnya.” “Saat mengucapkan salam sikapnya spoan, itu untuk memberi penghormatan pada guru.” “Saat mengucapakan salam sengan sopan, salam itu untuk memberi penghormatan.” “Pemberi penghormatan pada guru.” “Bukan pemberi penghormatan tapi sadar sendiri.” “Biar bersih, karena sadar menjaga kebersihan itu penting.” “Biar nyaman dan bersih, menjaga kebersihan karena sadar kebersihan itu penting.” “Menjaga kebersihan karena sadar sendiri.” “Kalau bersih maka nyaman terhindar dari penyakit itu penting.” “Memaafkannya karena perintah Allah.” “Menegurnya, menasehatinya, dan
350
Siswa senang jika sholat, ia shoat karena kesadaran diri sendiri dan mau sholat jika tidak ada jadwal sholat di sekolah. Siswa mau mengucapakan salam kepada guru sebagai bentuk penghormatan. Siswa mau mengucapkan salam kepada guru sebagai bentuk penghormatan. Siswa mengucapkan salam pada guru sebagai bentuk penghormatan. Siswa mengucapakan salam karena kesadaran diri sendiri. Siswa menjaga kebersihan kelas dan sekolah supaya lingkungannya bersih dan atas kesadaran sendiri. Siswa menjaga kebersihan kelas karena sadar menjaga kebersihan itu penting serta supaya nyaman dan bersih. Siswa menjaga kebersihan karena kesadaran sendiri. Siswa menjaga kebersihan supaya lingkunganya bersih, nyaman, dan terhindar dari penyakit. Siswa mau memaafkan karena perintah Tuhannya. Siswa akan menergurnya,
Siswa mau mengucapkan salam kepada guru ketika bertemu karena ingin memberi penghormatan dan atas kesadaran sendiri.
Siswa mau menjaga kebersihan kelas dan sekolah karena sadar bahwa kebersihan itu penting serta supaya lingkungannya nyaman, dan terhindar dari penyakit.
Ketika ada teman yang berbuat kesalahan pada siswa, maka ia akan menegurnya, menasehatinya, serta
Key Vau
7.
Kenapa kamu mau menolong temanmu yang sedang kesusahan?
Ol
Na
8.
Kenapa kamu meminta ijin ketika akan meminjam barang orang lain?
9.
Kenapa kamu mengikuti kegiatan yang ada di sekolah?
mau TPA
memaafkannya karena itu perintah Allah.” “Memaafkannya karena merupakan perintah Tuhan.” “Memaafkan, supaya tidak berdosa, dan itu perintah Allah.” “Karena itu perbuatan yang baik. Aku menolong teman tidak terpaksa.” “Karena itu perbuatan yang terpuji dan kasihan kalau tidak ditolong.”
Key
“Karena kasihan.”
Vau
“Karena kasihan.”
Ol Na Key Vau
“Karena takut dikatakan mencuri.” “Takut dibilang mencuri.” “Takut dikatakan mencuri.” “Meminta ijin dulu sebelum meminjam.” “Karena ingin belajar membaca AlQuran dengan baik dan benar.” “Karena ingin belajar membaca AlQuran dengan baik dan supaya pintar.”
Ol Na
351
menasehatinya, dan memaafkannya karena perintah Allah. Siswa akan memaafkannya karena itu perintah Allah. Siswa akan memaafkannya, sehingga ia tidak berdosa. Dan ia sadar bahwa itu perintah Allah. Siswa mau menolong temannya karena ia sadar itu merupakan perbuatan yang baik. Ketika menolong ia tidak terpaksa. Siswa tahu bahwa menolong adalah perbuatan yang terpuji dan ia merasa kasihan jika meliat temannya sedang kesusahan. Siswa merasa kasihan pada temannya yang sedang kesusahan. Siswa merasa kasihan pada temannya yang sedang kesusahan. Siswa takut dikatakan mencuri. Siswa takut dikatakan mencuri. Siswa takut dikatakan mencuri. Siswa meminta ijin sebelum meminjam barang orang lain. Siswa ingin belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Siswa ingin belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar.
memaafkannya supaya tidak berdoa dan ia sadar bahwa memaafkan itu perintah Allah.
Siswa mau menolong temannya yang sedang kesusahan karena kesadaran diri sendiri. Siswa tahu bahwa menolong adalah perbutaan yan baik dan terpuji. Siswa juga merasa kasihan jika melihat temannya yang sedang kesusahan.
Siswa meminta ijin terlebih dahulu ketika akan meminjam barang orang lain karena ia takut dikatakan mencuri. Siswa mau mengikuti kegiatan TPA karena kesadaran sendiri ingin belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar.
Key Vau 10.
Kenapa kamu mau/ tdk mau memotong kuku pada hari Jumat?
Ol
Na
Key Vau
2. Kegiatan Spontan No. Pertanyaan 1. Bagaimana sikapmu ketika kamu diingatkan oleh bapak ibu guru untuk segara melaksanakan sholat? 2.
Ketika kamu lupa megucapkan salam ketika masuk kelas atau ketika bersalaman dan oleh bapak ibu guru ditegur bagimana
Sumber Ol Na Key Vau Ol
Na
“Ingin belajar membaca Al-Quran Siswa ingin belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar.” dengan baik dan benar. “Karena kemauan sendiri.” Siswa ikut TPA karena kemauan sendiri. “Engga potong kuku tiap hari Siswa tidak memotong kuku pada hari Jumat tapi hari Sabtu. Kalau Jumat, akan tetapi ia tahu bahwa potong potong kuku hari Jumat itu sunnah kuku tiap hari Jumat adalah sunnah rasul.” rasul, “Iya mau potong kuku hari Jumat, Siswa mau memotong kuku karena sunnah rasul dan untuk kebersihan sunnah rasul dan untuk menjaga kuku, biar nyaman dilihat.” kebersihan kuku. “Sunnah rasul.” Siswa mau potong kuku karena tahu sunnah rasul. “Dikasih tahu guru.” Siswa mau potong kuku karena diberi tahu gurunya.
Jawaban “Mematuhinya.” “Segara melaksanakan sholat dan mematuhinya.” “Mematuhinya.” “Mau mematuhinya.” “Sedih, tapi segera mengucapkan salam.”
Reduksi Siswa akan mematuhinya. Siswa mematuhinya dengan segera melaksanakan sholat. Siswa akan mematuhinya. Siswa akan mematuhinya. Siswa merasa sedih, akan tetapi segera mengucapkan salam. “Senang, segera Siswa merasa senang, dan mengucapkan salam.” akan segera mengucapkan 352
Siswa mau memotong kuku pada hari Jumat karena mereka tahu itu merupakan sunnah rasul serta untuk menjaga kebersihan kuku.
Kesimpulan Sikap siswa ketika diingatkan oleh guru untuk segera melaksanakan sholat yaitu mematuhinya dengan segera melaksanakan sholat.”
Perasaan siswa ketika ditegur oleh guru karena lupa mengucapkan salam adalah merasa bersalah dan segera mengucapakan salam.
perasaanmu? Key Vau
3.
Kenapa kamu mau mengucapkan istighfar ketika berbuat kesalahan?
Ol Na
Ol Na Key Vau Ol Na Key Vau
“Senang.” “Senang.” “Senang.” “Senang.”
Vau
5.
Kenapa ketika kamu tidak mengerjakan PR/ tugas/ ramai saat pelajaran, kamu menuliskan namamu di papan tulis? Jika kamu dipuji oleh guru karena berbuat kebaikan bagimana sikapmu?
3. Pemberian Keteladanan No. Pertanyaan 1. Bagaimana sikapmu jika melihat bapak/ibu guru ikut berdoa?
salam. Siswa tidak senang. Siswa merasa bersalah dan segera mengucapkan salam.
Siswa tahu bahwa itu perbuatan terpuji. Siswa tahu dengan mengucapakan istighfar dosadosanya akan hilang. kepada Siswa takut kepada Allah.
“Karena takut Allah.” “Mengucapakan istighfar karena disuruh orang tua.” “Memang ingin jujur.” “Memang ingin jujur.” “Memang ingin jujur.” “Karena disuruh guru.”
Key
4.
“Tidak senang.” “Merasa bersalah, segera mengucapkan salam ketika lupa kemudian ditegur.” “Karena itu perubuatan terpuji.” “Supaya dosa-dosanya hilang.”
Sumber Ol Na
Siswa mengucap istighfar karena disuruh orang tua. Siswa benar ingin jujur. Siswa benar ingin jujur. Siswa benar ingin jujur. Siswa melakukannya karena disuruh guru. Siswa merasa senang dipuji. Siswa merasa senang dipuji. Siswa merasa senang dipuji. Siswa merasa senang dipuji.
Jawaban “Mencontohnya.” “Mengikutinya 353
Siswa mau mengucapakan istighfar ketika berbuat keslaahan karena takut kepada Allah, dan tahu itu merupakan perbuatan terpuji, dan akan menghilangkan dosa-dosanya.
Siswa mau menuliskan namnaya saat tidak mengerjakan PR/ tugas/ ramai karena ingin jujur.”
Siswa senang dipuji oleh guru ketika melakukan kebaikan.
Reduksi Kesimpulan Siswa akan mencontohnya. Sikap siswa ketika meilihat dan Siswa akan mencontohnya bapak/ibu guru ikut berdoa
2.
Bagaimana sikapmu jika melihat bapak ibu guru berdoa dengan sikap berdoa yang khusyuk?
3.
Bagaimana sikapmu jika melihat bapak ibu guru ikut tadarus setiap hari Jumat?
4.
Bagaimana sikapmu jika melihat bapak ibu guru ikut sholat dhuha dan zuhur berjamaah di mushola sekolah?
Key Vau Ol Na Key Vau Ol Na Key Vau Ol Na Key Vau
mencontohnya.” dengan mengikutinya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mengikuti tadarus seperti bu Siswa akan mengikuti tadarus. guru.” “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya dan Siswa akan mencontohnya dan mengikutinya.” mengikutinya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya. “Mencontohnya.” Siswa akan mencontohnya.
adalah mencontohnya dengan ikut berdoa. Ketika siswa melihat bapak/ibu guru berdoa dengan sikap yang khusyuk mereka akan mencontohnya. Ketika melihat bapak/ibu guru ikut tadarus siswa akan mencontohnya dengan mengikuti tadarus. Ketika siswa melihat bapk/ibu guru sholat dhuha dan zuhur berjamaah di mushola siswa akan mencontohnya dengan mengikutinya.
4. Pengkondisian Lingkungan No. Pertanyaan 1. Bagaimana sikapmu jika melihat mukena yang tidak tertata rapi di mushola?
2.
Di luar kelas itu kan ada pajangan tulisan
Sumber Ol Na
Key Vau Ol
Jawaban “Tidak merapikannya.” “Menatanya dan memasukkannya ke lemari.” “Merapikannya.” “Tidak merapikannya.” “Berdoa sebelum
354
Reduksi Siswa tidak merapikannya. Siswa akan menatanya memasukkanya ke almari.
Kesimpulan Ketika melihat mukena yang tidak dan tertata rapi di mushola dua orang siswa menyatakan akan merapikannya dan dua lainnya tidak akan merapikannya.
Siswa akan merapikannya. Siswa tidak akan merapikannya. Siswa akan berdoa setiap akan Siswa
akan
berdoa
sebelum
“Awali semua dengan doa”,Berdasarkan tulisan tersebut apakah kamu akan selalui berdoa sebelum memulai sesuatu?
Na
Key Vau 3.
4.
Jika kamu melihat pajangan gambar yang menunjukkan tata cara sholat yang benar di mushola. Apakah kamu akan mempraktikannnya? Ketika sekolah sedang mengadakan perayaan hari besar keagamaan (Hari raya idul fitri/ adha/ natal) apakah kamu akan ikut memperingatinya?
Ol Na Key Vau Ol Na Key Vau
melakukan sesuatu karena takut kepada Allah.” “Iya supaya dijauhi setan dari setan dan tidak terkena musibah.” “Iyaa berdoa, karena takut Allah.” “Selalu berdoa, karena takut.” “Mempraktikannya.” “Iya, mempraktikannya.” “Mempraktikannya.” “Mau mempraktikannya.” “Ikut memperingatinya.” “Iya, memperingatinya.” “Ikut memperingatinya.” “Ikut memperingatinya.”
C. Strategi Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran No. Pertanyaan Sumber Jawaban 1. Ketika kamu mengucapkan Ol “Tidak terpaksa.” alhamdulliah saat ditanya kabar oleh Na “Tidak terpaksa, karena guru, Kenapa kamu mau perintah Allah.” melakukannya? Key “Tidak terpaksa.” Vau “Tidak terpaksa.” 2. Kenapa kamu mau mendoakan Ol “Tidak terpaksa.” temanmu yang tidak berangkat ke Na “Tidak terpaksa, supaya sekolah karena sakit? teman kita cepat sembuh.” 355
melakukan sesuatu karena takut memulai sesuatu karena takut kepada Allah. kepada Tuhannya, jauh dari setan Siswa berdoa supaya dijauhi setan dan tidak tertimpa musibah. dan tidak tertimpa musibah. Siswa akan berdoa karena takut Tuhannya. Siswa selalu berdoa, karena takut kepada Tuhannya. Siswa akan mempraktikannya. Siswa akan mempraktikannya. Siswa akan mempraktikannya. Siswa akan mempraktikannya. Siswa akan ikut memperingatinya. Siswa akan ikut memperingatinya. Siswa akan ikut memperingatinya. Siswa akan ikut memperingatinya.
Reduksi Siswa tidak terpaksa. Siswa tidak terpaksa, karena tahu itu perintah Allah. Siswa tidak terpaksa. Siswa tidak terpaksa. Siswa tidak terpaksa. Siswa tidak terpaksa, karena ia ingin temannya cepat sembuh.
Siswa akan mempraktikan tata cara sholat yang benar sesuai dengan gambar yang ada dalam pajangan. Siswa akan ikut memperingati perayaan hari besar keagamaan.
Kesimpulan Siswa mau mengucapakan alhamdulliah karena itu perintah Allah dan mereka lakukan dengan tidak terpaksa.
Siswa mendoakan temannya yang tidak masuk sekolah dengan tulus, karena ingin temannya cepat sembuh.
Key Vau 3.
Kenapa kamu mau ketika diminta oleh guru untuk mensykurui setiap bentuk sumber energi yang diciptakan oleh Tuhan?
Ol Na Key
Vau 4.
Apakah kamu setuju ketika kamu diminta oleh guru untuk menghemat sumber energi yang diciptakan oleh Tuhan kamu mau melakukannya?
Ol Na Key Vau
5.
Apakah kalian senang mengejek pekerjaan orang tua teman kalian?
Ol Na Key Vau
“Tidak terpaksa.” “Tulus.”
Siswa tidak terpaksa. Siswa melakukannya dengan tulus. “Mau.” Siswa mau mensyukuri sumber energi yang diciptakan Tuhan. “Karena anugerah Allah Siswa sadar bahwa anugerah harus disyukuri.” Tuhan harus disyukuri. “Setuju.” Siswa setuju untuk mensyukuri sumber energi yang diciptakan Tuhan. “Bersyukur.” Siswa mau mensyukur sumber energi yang dicipatakan Tuhan. “Setuju.” Siswa setuju untuk menghemat energi. “Setuju.” Siswa setuju untuk menghemat energi. “Setuju.” Siswa setuju untuk menghemat energi. “Setuju.” Siswa setuju untuk menghemat energi. “Tidak.” Siswa tidak senang mengejek pekerjaan orang tua temannya. “Tidak, kasihan.” Siswa tidak senang mengejek pekerjaan orang tua temannya. “Tidak.” Siswa tidak senang mengejek pekerjaan orang tua temannya. “Tidak senang, karena Siswa tidak senang mengejek berdosa.” pekerjaan orang tua temannya, 356
Siswa mau menysukuri sumber energi yang diciptakan oleh Tuhan karena sadar bahwa anugerah Tuhan harus disyukuri.
Siswa setuju untuk menghemat energi.
Siswa tidak senang mengejek pekerjaan orang tua temannya, karena mereka tahu itu dosa dan kasihan jika temannya diejek.
karena itu dosa. D. Strategi Budaya Sekolah No. Pertanyaan 1. Apakah kamu mau mematuhi tata krama siswa?
2.
3.
4.
Apakah kamu senang mengikuti kegiatan yang secara rutin diadakan oleh guru di kelas? (berdoa, masuk kelas harus dengan kaki kanan, dan mengucap basmallah? Apakah kamu senang mengikuti kegiatan keagamaan yang secara rutin diadakan sekolah? (bersalaman sambil ucap salam ketika tiba di sekolah, memperingati perayaan hari raya idul adha, dll) Apakah kamu senang mengikuti ekstrakulikuler BTA?
Sumber Ol Na Key Vau Ol Na Key Vau
“Iya.” “Iya.” “Mematuhi.” “Mematuhi.” “Senang.” “Senang.” “Senang.” “Senang.”
Reduksi Siswa mau mematuhi tata krama siswa. Siswa mau mematuhi tata krama siswa. Siswa mau mematuhi tata krama siswa. Siswa mau mematuhi tata krama siswa. Siswa merasa senang. Siswa merasa senang. Siswa merasa senang. Siswa merasa senang.
Key Vau
“Senang.” “Iya, supaya dapat pahala dan disenangi guru.” “Senang.” “Senang.”
Siswa merasa senang. Siswa merasa senang mengikuti kegiatan Siswa merasa senang dan ia ingin rutin yang diadakan sekolah. supaya mendapat pahala Siswa merasa senang. Siswa merasa senang.
Ol Na Key Vau
“Senang.” “Iya.” “Senang.” “Senang.”
Siswa merasa senang. Siswa merasa senang. Siswa merasa senang. Siswa merasa senang.
Ol Na
Jawaban
357
Kesimpulan Siswa mau mematuhi tata krama siswa.
Siswa merasa senang mengikuti kegiatan rutin yang diadakan oleh guru di kelas.
Siswa merasa senang mengikuti ekstrakulikuler BTA di sekolah.
Lampiran 9. Triangulasi Sumber dan Cross Chek Hasil Wawancara TRIANGULASI SUMBER DAN CROSS CHEK HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH, GURU, DAN SISWA MENGENAI INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 No. Indikator Kepala Sekolah Guru Siswa Kesimpulan 1. d. Sikap dan perilaku Menurut Kepala Sekolah Karakter religius yang Siswa mengikuti sholat Macam karakter religius yang siswa yang patuh macam karakter religius yang diinternalisasikan adalah rajin dhuha berjamaah. Ketika diinternalisasikan adalah 1) dalam diinternalisasikan adalah ibadah, ibadah tepat waktu, infaq, sholat dhuha beberapa siswa sikap dan perilaku yang patuh melaksanakan pembiasaan sholat dhuha dan tadarus, pengajian, pakaian yang ada yang sudah tenang, tapi dalam melaksanakan agamanya ajaran agamanya. sholat zuhur, memperingati menutup aurat, sholat wajib, ada juga yang masih ramai melalui pembiasaan ibadah setiap hari besar agama, sholat dhuha, TPA, pemberian sendiri. sholat dhuha dan zuhur pemberian bantuan kepada bantuan pada korban bencana, berjamaah, infaq, tadarus korban bencana, anak yang mengucapkan salam ketika setiap hari Jumat, berdoa sedang sakit, pemberian bersalaman dengan bapak ibu sebelum dan sesudah pelajaran, bantuan pada keluarga siswa guru, masuk kelas dengan kaki memperingati setiap hari besar yang meninggal, tadarus setiap kanan dan mengucapkan agama, sedekah, pengajian, hari Jumat, serta membaca doa basmallah sebelumnya dengan mengenakan pakaian yang sebelum dan sesudah pelajaran. bersalaman sambil ucapkan menutup aurat, TPA, salam, tata cara makan yang bersalaman sambil benar, bersikap sopan dengan mengucapkan salam, masuk orang lain dan orang tua, kelas dengan kaki kanan membiasakan siswa perempuan sambil mengucapkan tidak menyentuh siswa laki-laki basmallah, makan dengan cara dan sebaliknya karena bukan yang benar, bersikap sopan mahromnya. dengan orang lain, 2) toleransi e. Toleransi siswa Ketika ada teman yang terhadap pelaksanaan ibadah lain dengan terhadap berbeda agama sedang agama pelaksanaan beribadah sikap siswa ialah membiasakan anak menunggu 358
ibadah agama lain. f. Siswa hidup rukun dengan pemeluk agama lain. -
2.
e. Kegiatan sekolah
rutin Kegiatan yang secara rutin dilaksanakan adalah pembiasaan 5 S, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, pelaksanaan sholat dhuha dan zuhur sesuai jadwal dan TPA.
-
Kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah infaq setiap hari Senin, tadarus setiap hari Jumat saat tadarus kadang-kadang guru menjelaskan arti dari surat yang dibaca, sholat dhuha berjamaah, sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu selesai sholat anak-anak dibimbing untuk berdzikir sebanyak 11 kali yang terdiri dari tiga bacaan dzikir, berjabat tangan sambil mengucapkan salam, masuk kelas dengan kaki kanan sambil mengucapkan basmallah, berdoa sebelum mulai pelajaran beserta artinya supaya siswa dapat
359
menunggunya dan menghomatinya. Sikap siswa ketika di dalam kelasnya terdapat siswa yang berbeda agama dengannya adalah mengormatinya, tidak membeda-bedakan dalam berteman, serta menolongnya jika sedang dalam kesulitan. Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan siswa di sekolah adalah berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, sholat dhuha, dan TPA.
dan menghormati siswa lain yang sedang beribadah walaupun berbeda agam, dan 3) Siswa hidup rukun dengan pemeluk agama lain dengan tidak membeda-bedakan teman dan saling menolong dalam kebaikan.
Kegiatan rutin sekolah yaitu berdoa sebelum pelajaran beserta artinya supaya siswa memahami apa yang dibaca, berdoa sesudah pelajaran, setiap pergantian jam pelajaran mengucapkan basmallah, selesai pergantian jam mengucapkan hamdallah, sholat dhuha, sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi sesuai jadwal, berzdikir setelah sholat zuhur, TPA, infaq setiap hari Senin, tadarus setiap hari Jumat, bersalaman sambil mengucapkan salam, masuk kelas dengan kaki kanan
f. Kegiatan spontan
g. Pemberian keteladanan
Hal spontan yang akan dilakukan Kepala Sekolah ketika menjumpai siswa yang melakukan kesalahan yaitu memanggil anak yang bersangkutan kemudian dinasehati. Jika membutuhkan konsultasi dengan orang tuanya akan dipanggilkan orang tuanya. Hukuman lain yang biasa diberikan dengan meminta siswa mengumpulkan sampah sesuai jumlah yang ditentukan. Kepala Sekolah memberikan teladan dengan menerapkan 5 S, menjadi imam sholat dan memimpin ketika berdzikir
memahami apa yang dibacanya dan dapat mengena dalam hati siswa, berdoa sebelum pulang sekolah, setiap pergantian jam pelajaran mengucapkan salam dan basmallah, jika selesai pergantian jam pelajaran dan akan istirahat membaca hamdallah, ekstrakulikuler TPA bagi kelas rendah. Kegiatan spontan yang dilakukan oleh bapak ibu guru ketika menjumpai siswa yang melakukan kesalahan adalah dengan memberinya nasehat, menegur secara langsung, memintanya untuk mengambil sampah dengan jumlah yang sudah ditentukan, tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran, memberi tugas tambahan dan memintanya mengucapkan istighfar ketika mengucapkan kata-kata kotor. Bentuk keteladanan yang diberikan bapak ibu guru melalui membacakan kisah-kisah nabi, datang ke sekolah tepat waktu,
360
sambil basmallah.
mengucapkan
Menurut siswa, ketika ada siswa yang tidak ikut atau terlambat mengikti ibadah sholat berjamaah dan mengaji guru akan menasehatinya, menegurnya atau memperingatkan, dan diminta untuk mengulang sholat sendiri.
Kegiatan spontan yang dilakukan guru yaitu memberikan nasehat, menegur secara langsung, memberi hukuman untuk mengambil sampah, siswa tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran, diberikan tugas tambahan, meminta siswa mengucapkan istighfar ketika berkata kotor, dan diminta untuk mengulang sholat sendiri saat ramai waktu sholat.
Ketika siswa sedang melakukan sholat berjamaah atau mengaji bapak ibu guru akan ikut melaksanakan
Pemberian keteladanan yang dilakukan guru yaitu mengikuti sholat dhuha dan zuhur, berdoa selesai sholat, berpakaiakan
h. Pengkondisian lingkungan
selesai sholat, berpakian rapi.
menggunakan pakaian yang menutup aurat, mengikuti sholat dhuha dan zuhur, memberi salam saat masuk kelas dan diawal pelajaran, masuk kelas dengan kaki kanan sambil mengucapkan bismillah, mengucapkan kata-kata yang baik, dan makan minum dengan cara yang benar.
sholat dan mengaji atau tadarus. Menurut siswa ketika sedang menjelaskan materi pelajaran guru pernah menceritakan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad.
Bentuk pengkondisian lingkungan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah supaya karakter religius terinternalisasikan yaitu dengan memajang tulisan bertemakan keagamaan di dinding dalam sekolah.
Bentuk pengkondisian lingkungan kelas dan sekolah yaitu membuat siswa tenang sebelum berdoa dan saat tadarus, membisakan siswa untuk mengingatkan temannya jika berbuat kesalahan, memajang tata cara sholat, di dalam kelas terdapat pojok perpus yang berisi salah satunya buku-buku agama, dan juz amma, memajang tulisan bertema keagamaan di lingkungan sekolah.
Alat ibadah yang ada di dalam mushola yang dapat digunakan siswa untuk beribadah adalah sajadah, mukena, sarung, peci, AlQuran, dan tasbih.
361
rapi, membacakan kisah-kisah nabi, tidak terlambat, mengucapkan salam saat masuk kelas dan diawal pelajaran, masuk kelas dengan kaki kanan sambil mngucapkan bismillah, menucapkan katakata yang baik, makan minum dengan cara yang benar, ikut tadarus. Pengkondisian lingkungan yang dilakukan adalah dengan memajang tulisan bertemakan keagamaan di dinding luar kelas, memajang tata cara sholat, membiasakan anak tenang sebelum beribadah, siswa diminta mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan, mengadakan pojok perpustakaan di dalam kelas yang diisi dengan buku-buku agama, dan juz amma, menyediakan mushola yang nyaman, dan alat ibadah yang layak yaitu sajadah, mukena, sarung, peci, tasbih, dan AlQuran.
3.
Faktor penghambat Kepala Sekolah tidak melalui program menemukan hambatan dalam pengembangan diri menginternalisasikan karakter religius melalui program pengembangan diri.
4.
c. Karakter religius Bapak Ibu guru sudah tercantum dalam memuatkan karakater religius silabus dalam setiap pembuatan d. Karakter religius silabus dan RPP. tercantum dalam RPP
Karakter religius ada dalam kegiatan pembelajaran, meliputi:
Cara untuk menginternalisasikan karakter religius selama proses pembelajaran dengan menarik
Hambatan dalam program pengembangan diri yaitu kurangnya dukungan dari orang tua siswa dan lingkungan sekitar siswa yang tidak baik. Ketika siswa di sekolah telah diajari halhal yang baik, namun ketika di rumah orang tua tidak mampu memberi contoh yang baik maka karakter religius pada siswa akan sulit berkembang. Selain itu, kesadaran siswa yang rendah dalam menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehariharinya. Dalam membuat silabus dan RPP guru sudah sebagian besar memuatkan karakter religius di dalamnya. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA menurut guru mempunyai porsi yang lebih banyak dalam memuatkan karakter religius dibandingkan pelajaran yang lain. Cara menginternalisasikan karakter religius selama proses pembelajaran yaitu dengan membiasakan anak mengucapkan
362
Hambatan melalui program pengembangan diri yaitu kurangnya dukungan orang tua, pengaruh lingkungan siswa yang kurang baik, dan kesadaran siswa yang rendah dalam menerapkan karakter religius dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembuatan RPP dan silabus guru sudah memuatkan karakter religius. Menurut guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA mempunyai porsi yang lebih banyak dalam memuatkan karakter religius dibandingkan pelajaran yan lain. Cara menginternalisasikan karakter religius dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan menarik perhatian
4) Kegiatan Pendahuluan 5) Kegiatan Inti 6) Kegiatan Penutup
5.
6.
perhatian siswa melalui salam di awal pembelajaran, permainan ataupun nyanyian menanyakan kabar siswa serta serta tanya jawab. mengaitkan karakter religius dengan kompetensi-kompetensi dasar dalam materi pelajaran dan kehidupan sehari-hari siswa.
Faktor penghambat Tidak ditemukan data selama Hambatan internalisasi karakter melalui integrasi proses wawancara. religius melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran dalam mata pelajaran yaitu waktu yang kurang, kurangnya dorongan orang tua di rumah, serta perlu adanya kehatian-hatian guru dalam menyampaikan materi sebab adanya perbedaan agama siswa dalam satu kelas. c. Internalisasi Tidak ditemukan data saat Internalisasi karakter religius karakter religius wawancara. dalam aturan sekolah yaitu sholat ada dalam aturan berjamaah, tadarus setiap hari sekolah. Jumat, sholat dhuha, berdoa sebelum belajar, bagi siswa perempuan yang beragama muslim setiap hari Rabu dan Kamis diwajibkan menggunkan jilbab, dan tercantum dalam tata krama siswa.
363
-
Tata tertib kelas atau sekolah yang mengatur pelaksanaan sholat dhuha atau zuhur yaitu semua siswa wajib mengikuti sholat, saat sholat harus tenang dan tertib. Sebelum sholat berwudhu dahulu, membaca doa dalam hati, serta membaca doa sholat
siswa melalui permainan, nyanyian, membiasakan anak mengucapkan salam di awal pembelajaran, bertanya kabar siswa, dan mengaitkan karakter religius dengan kompetensikompetensi dasar dalam materi pelajaran dan kehidupan sehari-hari siswa. Faktor penghambat melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu waktu yang kurang, dorongan orang tua, dan adanya perbedaan agama dalam satu kelas menuntut guru berhati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran. Internalisasi karakter religius dalam aturan sekolah yaitu aturan siswa wajib mengikuti sholat dhuha dan zuhur berjamaah, selesai sholat dhuha membaca doa sholat dhuha, tadarus setiap hari Jumat, berdoa sebelum belajar, dan setiap hari Rabu dan Kamis siswa yang beragama muslim
d. Internalisasi karakter religius di dalam kelas, sekolah dan luar sekolah
Bentuk budaya sekolah yang mencerminkan adanya karakter religius adalah budaya berpakaian yang rapi. Walaupun tidak diwajibkan berjilbab hampir 100 persen siswa yang beragama muslim mengenakan jilbab, dan tadarus. Sedangkan budaya kelas yaitu pembiasaan berdoa sebelum belajar beserta artinya supaya dapat dihayati oleh siswa, doa sebelum pulang sekolah yaitu doa tafaratul majelis dan doa untuk mohon ditunjukkan baik dan buruk. Setiap tahun sekolah mengikuti perlombaan MTQ. Peserta lomba diambil dari kelas berapa pun, hanya cabang lomba CCA saja yang pesertanya siswa kelas VI.
Budaya sekolah yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu saat bulan ramdhan diadakan kegiatan buka bersama, pesantren kilat tarawih, pengisian buku kegiatan ramadhan, dan berzakat fitrah. Adanya kegiatan syawalan antara siswa, guru, dan karyawan sekolah. Saat Idul Adha dilakukan penyembelihan hewan kurban. Dan diadakannya pengajian untuk memperingati Maulid Nabi. Selain itu, pembiasaan sholat dhuha secara bergiliran. Setiap hari ada dua kelas yang melaksanakan ibadah sholat dhuha, sholat zuhur berjamaah untuk kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, bersalaman sambil mengucapkan salam. Adapun budaya kelas yang mencerminkan adanya internalisasi karakter religius yaitu puasa sunnah, mengucapakan salam, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Saat berdoa
364
dhuha. Ketika ada peringatan hari besar keagamaan, di sekolah diadakan kegiatan pengajian, bersedekah, saat Idul Fitri terdapat kegiatan syawalan, dan saat Idul Adha menyembelih hewan korban. Lomba keagamaan yang pernah diikuti siswa adalah lomba saat wisuda akbar TPA, lomba membaca Al-Quran, lomba sholat, dan lomba wudhu.
wajib menggunkan jilbab. Internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah yaitu membiasakan berpakaian rapi, tadarus, sholat dhuha, sholat zuhur bagi kelas tinggi setiap hari Senin dan Rabu, mengucapkan salam ketika bersalaman, melakukan kegiatan selama bulan ramadhan seperti: buka bersama, pesantren kilat, pengisian buku kegiatan ramadhan, zakat fitrah, dan syawalan pada hari raya Idul Fitri, memperingati Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban, mengadakan pengajian waktu memperingati Maulid Nabi. Melalui budaya kelas yaitu dengan membiasakan untuk berdoa sebelum belajar beserta artinya, berdoa sebelum pulang yaitu doa supaya ditunjukkan yang baik dan buruk dan doa penutup majelis, saat berdoa yang beragama muslim disuarakan sedangkan
7.
Faktor melalui sekolah
penghambat Hambatan yang ditemukan budaya menurut Kepala Sekolah dalam intenalisasi karakter religius melalui budaya sekolah adalah masalah dana yang terbatas dan sulit mencari peserta lomba MTQ yang memiliki kemampuan untuk mengikuti lomba.
yang beragama islam mengucapkan doa sebelum belajar beserta artinya dengan menyuarakan suaranya. Sedangkan yang beragama non muslim menundukkan kepala dan berdoa sesuai dengan agamanya. Sekolah setiap tahunnya secara rutin mengikuti lomba MTQ. Siswa yang diikutkan diseleksi terlebih dahulu oleh sekolah. Kemudian ajukan lomba ditingkat gugus terlebih dahulu. Jika juara makan dilanjutkan di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Adapun hambatan internalisasi karakter religius yang dirasakan guru melalui budaya sekolah yaitu waktu yang kurang, karena status sekolah yang negeri membuat porsi untuk kegiatan keagamaannya terbatas. Selain itu pengaruh lingkungan anak dan dukungan orang tua di rumah yang kurang baik. Jika dari segi siswa adalah kesadaraan siswa sendiri yang rendah. Ketika
365
yang non muslim dibatin, dan mengucapkan salam. Budaya luar sekolah yaitu mengikuti lomba MTQ setiap tahun, dan TPA.
Faktor penghambat melalui budaya sekolah yaitu keterbatasan dana untuk mengikuti lomba, sulitnya mencari peserta lomba MTQ, keterbatasan waktu melakukan kegiatan keagamaan karena status sekolah negeri, dan kurangnya dukungan orang tua serta lingkungan siswa yang tidak baik.
mencari peserta untuk lomba seni baca Al-Quran guru kesulitan menemukannya. Terutama untuk siswa laki-laki yang memiliki bakat seni baca Al-Quran yang bagus.
366
Lampiran 10. Triangulasi Teknik Data Hasil Penelitian TRIANGULASI TEKNIK DATA HASIL PENELITIAN INTERNALISASI KARAKTER RELIGIUS DI SD NEGERI DEMAKIJO 1 No. Aspek Indikator Sub Indikator Wawancara Observasi Dokumentasi Kesimpulan 1. Macam Sikap dan a. Siswa dibiasakan Siswa dibiasakan Pelaksanaan sholat dhuha Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. karekter perilaku siswa melaksanakan sholat dhuha sesuai dilakukan disetiap kelas jadwal pelaksanaan religius yang patuh ibadah sholat dengan jadwal yang sesuai dengan jadwal yang sholat dhuha yang dalam dhuha berjamaah. ditentukan. telah ditentukan. berjamaah. diinternalisa melaksanakan 1. Senin: VI A-B sikan ajaran agamnya 2. Selasa: V A-B 3. Rabu: IV A-B 4. Kamis: III A-B 5. Jumat: II A-B 6. Sabtu: I A-B b. Siswa dibiasakan melaksanakan ibadah sholat zuhur berajamaah.
Siswa dibiasakan sholat zuhur berjamaah di mushola sekolah setiap hari Senin dan Rabu karena bertepatan dengan jadwal les kelas tinggi.
367
Ibadah sholat zuhur dilaksanakan oleh kelas tinggi yaitu kelas IV, V, dan VI setiap hari Senin dan Rabu. Pelaksanaan sholat zuhur dilakukan secara bergiliran dengan diimami oleh satu guru laki-laki. Selesai sholat siswa dibimbing untuk berdoa dan berzikir sebanyak 11 kali yang
Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. jadwal pelaksanaan sholat zuhur berjamaah.
Tolerasni siswa terhadap pelaksanaan ibadah agama lain
c. Siswa diajak untuk memberikan infaq.
terdiri dari tiga bacaan dzikir. Kegiatan infaq pada Selama observasi Tidak semester ini dilakukan tidak ditemukan dokumentasi. dihentikan sementara. kegiatan berinfaq. Karena ada issu bahwa infaq termasuk kataegori pungli.
a. Siswa dibiasakan untuk tidak mengganggu teman yang berbeda agama ketika sedang beribadah.
Ketika ada teman yang berbeda dengannya sedang beribadah siswa akan menunggunya dan tidak mengganggunya.
b. Siswa dibiasakan untuk tidak menghina bentuk ibadah agama lain.
Ketika ada siswa yang sedang melaksanakan ibadah sholat dhuha atau zuhur di mushola, siswa lain yang tidak melaksanakan tidak mengganggunya dan tetap bermain di halaman sekolah. Siswa tidak menghina Siswa tidak pernah bentuk ibadah agama menghina bentuk ibadah lain justru agama lain. menghormatinya.
368
Ada dalam Siswa etika/ dalam 3.
Ada dalam Siswa etika/ dalam 3.
ada Data dinyatakan tidak valid, karena pelaksanaan kegiatan berinfaq hanya didapat dari hasil wawancara. Kegiatan infaq sementara ini dihentikan, karena ada issu yang menyatakan bahwa infaq termasuk kategori pungli. dokumentasi Data dinyatakan valid. Tata Krama pada point A. sopan santun pergaulan no.
dokumentasi Data dinyatakan valid. Tata Krama pada point A. sopan santun pergaulan no.
Siswa hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Internalisasi karakter religius melalui program pengemban gan diri.
Kegiatan rutin sekolah
c. Siswa dibiasakan untuk menghargai pelaksanaan ibadah agama lain.
Siswa akan Siswa dibiasakan untuk menunggu temannya menghargai pelaksanaan yang berbeda agama ibadah agama lain. ketika sedang beribadah.
a. Siswa bermain bersama dengan teman yang berbeda agama.
Siswa bermain Ketika sedang istirahat dokumentasi Data dinyatakan valid. bersama dengan siswa semua siswa berbaur Tata Krama yang berbeda agama. bersama dan bermain pada point A. bersama di halaman sopan santun sekolah maupun di luar pergaulan no. sekolah walaupun agama mereka berbeda. Siswa akan Siswa dibiasakan Tidak ada Data dinyatakan valid. memberikan bantuan menolong temannya yang dokumentasi. atau pertolongan jika sedang dalam kesulitan temanya dalam walapun berbeda agama. kesulitan.
b. Siswa dibiasakan untuk menolong teman yang sedang kesulitan walau berbeda agama. a. Membiasakan berdoa sebelum pelajaran.
b. Membiasakan berdoa sesudah
Ada hasil wawancara Siswa dibisakan berdoa siswa dibiasakan sebelum pelajaran dengan berdoa sebelum membaca doa sebelum pelajaran. pelajaran beserta artinya. Di setiap awal pergantian jam pelajaran sisiwa diajak membaca basmallah. Siswa dibiasakan Siswa dibiasakan berdoa berdoa sesudah sesudah pelajaran dengan
369
Ada dalam Siswa etika/ dalam 3. Ada dalam Siswa etika/ dalam 3.
dokumentasi Data dinyatakan valid. Tata Krama pada point A. sopan santun pergaulan no.
Ada hasil Data dinyatakan valid. dokumentasi pada tata krama siswa point B. Kegiatan Keagamaan no. 1.
Ada dokumentasi
hasil Data dinyatakan valid. pada
pelajaran.
c. Mengadakan hafalan surat pendek. d. Mengadakan kegiatan berinfaq bagi yang beragama muslim. e. Mengadakan sholat zuhur berjamaah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. f. Mengadakan sholat dhuha berjamaah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
pelajaran dengan membaca doa agar ditunjukkan jalan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis.
membaca doa agar ditunjukkan jalan yang baik dan yang buruk serta doa kafaratul majelis. Di setiap akhir pergantian jam pelajaran siswa diajak membaca hamdallah. Ada hasil wawancara Ada hafalan surat pendek mengadakan kegiatan setiap hari Jumat pagi. hafalan surat pendek steiap hari Jumat. Sekarang tidak ada Tidak ditemukan kegaiatan kegiatan berinfaq. berinfaq.
Ada kegiatan sholat zuhur berjamaah bagi kelas tinggi tiap hari Senin dan Rabu
Ada kegiatan sholat dhuha berjamaah, setiap hari ada dua kelas yang melaksanaknnya.
370
tata krama siswa point B. Kegiatan Keagamaan no. 1.
Ada hasil dokumentasi pada tata krama dan etika dalam pergaulan. Tidak ada dokumentasi kegiatan infaq.
Data dinyatakan valid.
Data dinyatakan tidak valid, karena hanya ditemukan dalam hasil wawancara. Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. jadwal pelaksaaan kegiatan sholat zuhur.
Ada kegiatan sholat zuhur bagi kelas tinggi tiap hari Senin dan Rabu. Sholat zuhur dilaksanakan berjamaah. Selesai sholat siswa dibimbing untuk berzikir. Ada kegiatan sholat dhuha Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. berjamaah bagi semua jadwal pelaksanaan kelas sesuai dengan jadwal sholat dhuha. yang ditentukan. Selesai sholat siswa dibimbing untuk membaca doa sholat
g. Membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. h. Membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. i. Melatih peserta didik untuk mencintai lingkungan sekolahnya. j. Membiasakan peserta didik untuk mengucapkan terima kasih, maaf, dan tolong.
dhuha beserta artinya. Siswa mengucap Siswa sudah terbiasa salam sebelum dan mengucapkan salam sesudah pelajaran. sebelum dan sesudah pelajaran.
Ada pembiasaan siswa mengucap salam ketika bertemu guru pada kegiatan sapa pagi.
Terlihat siswa terbiasa mengucap salam ketika bertemu dengan guru, sperti saat tiba di sekolah, saat akan masuk kelas pada jam pertama, dan saat aka keluar kelas untuk pulang sekolah. Ada pembiasaan Siswa membersihkan kelas membersihkan kelas dan menyiram tanaman melalui regu piket di saat piket. tiap kelas.
Ada hasil Data dinyatakan valid. dokumentasi pada tata krama siswa point A. etika/ sopan santun dalam pergaulan no. 1.
Ada hasil Data dinyatakan valid. dokumentasi pada tata krama siswa point A. etika/ sopan santun dalam pergaulan no. 1.
Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. aturan sekolah dalam Tata Krama Siswa point C. Kebersihan dan Kedisiplinan. Ada pembiasaan Siswa sudah terbiasa Ada hasil Data dinyatakan valid. siswa mengucapkan mengucapkan terima dokumentasi pada terima kasih, maaf, kasih, maaf, dan tolong. tata krama siswa dan tolong. point A. etika/ sopan santun dalam pergaulan no. 5.
371
Kegiatan Spontan
k. Membiasakan peserta didik untuk meminta izin ketika meminjam barang orang lain. l. Mengadakan ekstrakulikuler Baca Tulis AlQuran sesuai jadwal yang ditentukan. a. Memperingatkan peserta didik yang tidak melaksanakan ibadah. b. Memperingatkan peserta didik yang tidak mengucapkan salam.
c. Memberikan nasehat pada
Ada hasil wawancara siswa dibiasakan meminta izin ketika meminjam barang.
Siswa dibiasakan meminta izin ketika meminjam barang orang lain dan ketika akan pergi ke kamar mandi.
Tidak ada Data dinyatakan valid. dokumentasi siswa dibiasakan meminta izin jika meminjam barang orang lain.
Ekstrakulikuler BTA Ekstrakulikuler wajib bagi Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. diwajibkan bagi kelas kelas rendah sesuai dnegan jadwal rendah. jadwal yang ditentukan. ekstrakulikuler BTA.
Guru memperingatkan dan menasehati siswa yang tidak melaksanakan ibadah. Guru menegur dan memperingatkan siswa yang tidak mengucap salam.
Guru memperingatkan Tidak terdapat Data dinyatakan valid. siswa yang tidak dokumentasi. melaksanakan ibadah.
Guru menegur siswa yang tidak mengucapkan salam, dan memberinya nasehat bahwa mengucapakan salam lebih dahulu pahalanya lebih banyak. Meminta siswa yang tidak menjawab salam untuk menjawab salam sendiri Guru memberi Guru meminta siswa nasehat pada siswa mengcap istighfar dan
372
Tidak terdapat Data dinyatakan valid. dokumentasi.
Ada dokumentasi
hasil Data dinyatakan valid. pada
peserta didik yang melakukan kesalahan.
Keteladanan
d. Memberikan pujian ketika peserta didik melakukan kebaikan. a. Guru berdoa bersama peserta didik sebelum dan sesudah pelajaran dimulai. b. Guru memberikan contoh sikap berdoa yang khusyuk.
yang melakukan kesalahan dan meminta anak mengucap istighfar.
memberinya nasehat jika melakukan kesalahan. Selain guru yang memberikan teguran pada siswa yang melakukan kesalahan, siswa juga menegur temannya yang melakukan kesalahan. Guru memberikan Guru memberi pujian bagi pujian dan reward siswa yangmelakukan bagi siswa yang kebaikan. melakukan kebaikan.
tata krama siswa point B. Kegiatan Keagamaan no.4.
Tidak terdapat Data dinyatakan valid. dokumentasi.
Guru memberi keteladanan dengan ikut berdoa sebelum dan sesudah pelajaran
Terlihat guru ikut berdoa Tidak bersama siswa doa dokumentasi. sebelum dan sesudah pelajaran.
ada Data dinyatakan valid.
Guru memberikan contoh sikap berdoa yang khusyuk dengan duduk, kepala menunduk, dan tangan sedekap. Ketika berdiri guru memberikan contoh sikap berdoa yang khusyuk dengan
Ketika berdoa guru duduk Tidak dikursi, kepala menunduk, dokumentasi. dan tangan sedekap di atas meja.
ada Data dinyatakan valid.
373
c. Guru berperan aktif dalam kegiatan hafalan surat pendek. d. Guru berperan aktif dalam memberikan infaq.
Pengkondisian Lingkungan
tangan ngapurancang. Guru ikut membaca Guru ikut tadarus bersama surat-surat pendek siswa. Terkadang guru bersama siswa. juga memberikan penjelasan tentang makna surat yang dibaca siswa. Sekarang sudah tidak Tidak ditemukan kegiatan ada infaq. infaq.
e. Guru dan karyawan sekolah menjadi contoh yang baik dalam kegiatan sholat dhuha dan zuhur berjamaah. a. Menyediakan tempat ibadah yang nyaman.
Guru ikut dhuha dan berjamaah.
sholat Guru dan karyawan zuhur sekolah ikut melaksanakan sholat dhuha dan zuhur berjamaah di mushola sekoalh.
Tidak ada wawancara
b. Diperdengarkan suara azan pada
Tidak ada wawancara.
hasil Sekolah menyediakan satu ruang mushola dan satu ruang agama dalam keadaan bersih setiap hari. hasil Tidak ditemukan data dari hasil observasi
374
Tidak dokumentasi.
ada Data dinyatakan valid.
Tidak dokumentasi kegiatan infaq.
ada Data dinyatakan tidak valid, karena kegiatan infaq ditiadkaan pada semester ini. Sehingga tidak ada keteladanan guru berperan aktif dalam memberikan infaq. Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. jadwal giliran guru menjadi pendamping dalam kegiatan sholat dhuha dan zuhur berjamaah. Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. foto ruang mushola.
Tidak dokumentasi.
ada Data dinyatakan tidak valid, karena data
waktu sholat.
c. Menyediakan alat ibadah yang layak.
3.
Hambatan internalisasi karakter religius
Faktor penghambat
d. Memasang tulisan dinding yang bersisi ajakan mematuhi perintah agama. e. Memajang tulisan tentang tata cara beribadah. f. Memajang pengumuman jika akan memperingati hari-hari besar keagamaan Faktor penghambat
Ada hasil wawancara Alat ibadah yaitu mukena, sekolah menyediakan sarung, sajadah, peci, Alalat-alat ibadah. Quran, Iqra, dan tasih dalam keaadaan bersh dan bagus. Sekolah memajang Di luar kelas dan di dalam tulisan ajakan mushola dipajang tulisan mematuhi perintah dinding berisi ajakan agama di dinding luar mematuhi perintah agama. sekolah. Tidak ada hasil Tulisan tata cara beribadah wawancara ada di dalam mushola.
Tidak dokumentasi.
tidak ditemukan dalam tiga teknik pengumpulan data selama penelitian berlangsung. ada Data dinyatakan valid.
Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. foto tulisan ajakan mematuhi perintah agama.
Sekolah memberi pengumuman jika akan memperingati hari besar keagamaan.
Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. tulisan tata cara beribadah. Ada papan pengumuman Ada dokumentai foto Data dinyatakan valid. untuk menulisakan papan pengumuman. peringatan hari-hari besar keagamaan
Guru mengungkapakan ada hambatan internalisasi karakter religius
Ditemukan hambatan Tidak internalisasi karakter dokumentasi. religius melalui kegitan pengembangan diri.
375
ada Data dinyatakan valid.
4.
melalui program pengemban gan diri Internalisasi karakter religius melalui pengintegra sian dalam mata pelajaran
melalui kegiatan pengembangan diri.
Karakter religius tercantum dalam silabus Karakter religius tercantum dalam RPP Karekter religius ada dalam kegiatan pembelajaran
Karakter religius tertulis dalam silabus
Karakter religius tertulis dalam RPP
a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti c. Kegiatan Penutup
5.
Hambatan internalisasi karakter religius melalui pengintegra sian dalam mata pelajaran
Faktor penghambat
Faktor penghambat
Guru sudah Tidak ditemukan hasil. mencantumkan karakter religius dalam silabus. Guru sudah Tidak ditemukan hasil. mencantumkan karakter religius dalam RPP. Ada hasil wawancara Karakter religius ada dalam kegiatan pendahuluan. Karakter religius ada dalam kegiatan inti. Karakter religius ada dalam kegiatan penutup. Ada hambatan Diteumkan hambatan internalisasi karakter selama proses religius melalui pembelajaran. penginetgrasaian dalam mata pelajaran.
376
Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. karakter religius tercantum dalam silabus. Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. karakter religius tercantum dalam silabus. Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. RPP. Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. RPP. Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. RPP. Tidak ada Data dinyatakan valid. dokumentasi.
6.
Internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah
Internalisasi karakter religius ada dalam aturan sekolah. Internalisasi karakter religius dilakukan di dalam kelas, sekolah, dan luar sekolah.
Karakter religius tertulis dalam aturan sekolah Karakter religius dilaksanakan dalam kegiatan di kelas Kegiatan religius dilaksanakan di sekolah Karakter religius dilaksanakan dalam kegiatan di luar sekolah
7.
Hambatan internalisasi karakter religius melalui budaya sekolah
Faktor penghambat
Karakter religius ada Ada aturan sekolah yang dalam aturan sekolah. mencerminkan karkater religius yaitu pada Tata Krama Siswa. Tidak ada hasil Karakter religius ada wawancara. dalam kegiatan rutin di kelas. Ada hasil wawancara karakter religius dalam kegiatan di sekolah. Ada hasil wawancara karakter religius dalam kegiatan di luar sekolah.
Karakter religius ada dalam kegiatan rutin di sekolah. Karakter religius ada dalam kegiatan rutin mingguan dan tahunan di luar sekolah.
Faktor penghambat Ada hasil wawancara Ada hambatan internalisasi dalam budaya sekolah hambatan internalisasi karakter religius melalui karakter religius budaya sekolah. melalui budaya sekolah.
377
Ada dokumentasi Data dinyatakan valid. tata krama dan etika dalam pergaulan. Ada hasil dokumentasi pada tata krama dan etika dalam pergaulan. Ada hasil dokumentasi pada tata krama dan etika dalam pergaulan. Ada hasil dokumentasi catatan prestasi siswa dan ada jadwal kegiatan BTA. Tidak ada dokumentasi.
Data dinyatakan valid.
Data dinyatakan valid.
Data dinyatakan valid.
Data dinyatakan valid.
Lampiran 11. Dokumentasi Tata Krama Siswa TATA KRAMA SISWA A. Etika/ Sopan Santun dalam Pergaulan Dalam pergaulan sehari-hari di sekolah siswa hendaknya: 1. Mengucapkan salam antar siswa maupun kepada kepala sekolah, guru dan karyawan saat bertemu maupun akan berpisah. 2. Saling menghormati dan menghargai sesama siswa di dalam maupun di luar sekolah. 3. Saling menghargai dan menghormati terhadap perpbedaan pendapat maupun agama serta perbedaan latar belakang sosial. 4. Berani menyampaikan sesuatu yang benar atau salah secara sopan. 5. Berani mengakui kesalahan dan meminta maaf apabila melanggar hak-hak orang lain. 6. Senantiasa menggunakan bahasa yang sopan terhadap orang yang lebih tua maupun sesama siswa. B. Kegiatan Keagamaan 1. Berdoa sebelum pelajaran dimulai pada jam pertama dan jam terakhir saat hendak pulang. 2. Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan sekolah sesuai dengan keagamaan dan kepercayaan yang dianut. 3. Menjenguk dan mendoakan teman, guru, karyawan maupun kepala sekolah apabila ada yang sedang sakit. 4. Menegur atau mencegah teman yang melanggar norma/ aturan yang berlaku. C. Kebersihan dan Kedisiplinan 1. Setiap kelas membentuk team piket secara bergiliran. 2. Team piket kelas bertugas: a. Membersihkan lantai, dinding, kaca jendela, meja siswa dan guru. b. Mempersiapkan perlengkapan kelas (kapur, penghapus, penggaris, dll.) c. Mengisi papan absensi kelas sesuai dengan keadaan saat itu. d. Melaporkan kepada guru piket atau kepala sekolah apabila ada pelanggaran yang berhubungan dengan kebersihan dan ketertiban kelas. e. Bertanggung jawab atas kebersihan kelas dan lingkungannya. 3. Membiasakan kebersihan toliet dan halaman sekolah. 4. Membiasakan budaya antri pada kegiatan yang berlangsung bersamasama. 5. Menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan ketentuan. 6. Ikut menjaga ketenangan belajar baik di kelas, perpustakaan, laboratorium maupun di lingkungan sekolah. 7. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya. 8. Menaati jadwal kegiatan sekolah.
378
Lampiran 12. Dokumentasi Gambar Kegiatan Religius
Gambar 6. Pengajian sebelum Buka Bersama
Gambar 7. Buka Bersama di Bulan Ramadhan
Gambar 8. Doa Bersama Siswa dan Wali Murid kelas VI
Gambar 9. Kegiatan Syawalan
Gambar 10. Siswa kelas VI Memasak pada Hari Raya Idul Adha
Gambar 11. Penyembelihan Hewan Kurban pada Hari Raya Idul Adha
379
Gambar 12. Pengajian peringatan Maulid Nabi
Gambar 13. Kegiatan Tadarus
Gambar 14. Kegiatan Baca Tulis AlQuran
Gambar 15. Siswa Berdoa Bersama sebelum Pelajaran
Gambar 16. Kegiatan Sholat Zuhur
Gambar 17. Kegiatan Sholat Dhuha
380
Gambar 18. Pajangan Tulisan tentang Perintah Agama
Gambar 19. Ruang Mushola
381
Gambar 20. Doa Sholat Dhuha
382
Gambar 21. Jadwal Sholat Dhuha dan Zuhur
383
Gambar 22. Jadwal Kegiatan Ekstrakulikuler
384
Gambar 23. Catatan Prestasi Siswa dalam Kegiatan Lomba Keagamaan 385
Lampiran 13. Silabus
386
Standar Kompetensi PKn 3. Memiliki harga diri sebagai individu
Kompetensi Dasar
3.1 Mengenal pentingnya memiliki harga diri. 3.3 Memberi contoh bentuk harga diri, seperti menghargai diri sendiri, mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan lainlain.
SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SD NEGERI DEMAKIJO 1 KELAS III SEMESTER 2 TEMA: PERISTIWA Nilai Budaya Materi dan Kegiatan Belajar Indikator Pokok Karakter Bangsa Memiliki harga diri.
Religius Percaya diri Tanggung jawab
Bentukbentuk harga diri
Siswa mengidentifikasi harga diri. Siswa menjelaskan kelebihan harga diri manusia dengan mahkluk lain. Siswa mengasumsikan manusia sebagai mahkluk Tuhan. Siswa memberi alasan mengapa manusia penting memiliki harga diri. Siswa
3.1.1 Menjelaskan pengertian harga diri. 3.1.2 Menyebutkan manfaat memiliki harga diri. 3.2.1 Menuliskan contoh perilaku menghargai diri sendiri. 3.2.2 Mengakui kelebihan dan kekeurangan diri sendiri. 3.2.3 Mengakui kelebihan dan
Penilaian
Teknik - Tes - Non tes Bentuktes - Tertulis - Lisan - Pengamat an Penilaian hasil karya
Alokasi Waktu
8 JP x 35 menit
Sumber/ Bahan/ Alat Buku PKn media cetak, elektronik dan ensikloped ia.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
Kegiatan Belajar
IPS 2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan.
Jenis-jenis pekerjaan.
2.2 Memahami pentingnya semangat kerja
Semangat kerja
Religius Toleransi Kerja keras
menyebutkan cara menjaga harga diri dalam hidup bermasyarakat. Siswa mengidentifikasi bentuk-bentuk harga diri.
Siswa mengenal jenis-jenis pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar kita Siswa menyebutkan jenis-jenis pekerjaan yang menghsilkan barang Siswa menyebutkan jenis-jenis
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
kekurangan orang lain.
2.1.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar kita. 2.1.2 Menyebutkan jenis-jenis pekerjaan yang menghasikan barang. 2.1.3 Menyebutkan
Teknik - Tes - Non tes Bentuktes - Tertulis - Lisan - Pengamat an Penilaian hasil karya
12 JP x 35 menit
Buku IPS, media cetak, dan elektronik, ensikloped ia
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
IPA 4. 4.1Menyimpulka Memahami n hasil berbagai cara pengamatan gerak benda, bahwa gerak hubungannya benda dengan dipengaruhi energi dan oleh bentuk sumber dan ukuran energi. 5.2 Menerapkan cara menghemat
Materi Pokok
Gerak benda
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
Menghemat energi
Religius Rasa ingin tahu Peduli lingkunga n
Kegiatan Belajar
Indikator
pekerjaan yang menghasilkan jasa Siswa membuat daftar orang tua kelas 3 Siswa menyebutkan manfaat semangat kerja
jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan jasa. 2.1.4 Membuat daftar orang tua kelas 3 2.2.1 Menyebutkan manfaat semangat kerja.
Siswamengidentif ikasi gerak benda melalui percobaan Siswa mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi gerak benda Siswa membuat daftar kegunaan gerak benda dalam kehidupan
4.1.1 Mengidentifikasi gerak benda melalui percobaan. 4.1.2 Mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi gerak benda. 4.1.3. Membuat daftar kegunaan
Penilaian
Teknik - Tes - Non tes Bentuk tes - Tertulis - Lisan - Pengamat an Penilaian hasil karya
Alokasi Waktu
16 JP x 35 menit
Sumber/ Bahan/ Alat
Buku IPA, media cetak dan elektronik, ensikloped ia
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar energy dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pokok
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
Kegiatan Belajar
Indikator
sehari-hari Siswa menerapkan berbagai gerak benda untuk berbagai keperluan Siswa menjelaskan pentingnya menghemat energy Siswa memberi contoh menghemat energy dai lingkungan rumah Siswa memberi contoh menghemat energy dilingkungan sekolah Siswa member
gerak benda dalam kehidupan sehari-hari. 4.1.4 Menerapkan berbagai gerak benda untuk berbagai keperluan. 5.2.1 Menjelaskan pentingnya menghemat energi. 5.2.2 Memberi contoh Contoh menghemat energi di lingkungan rumah. 5.2.3 Memberi conoth
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
Kegiatan Belajar
Indikator
contoh menghemat energy dalam kehidupan seharihari Siswa menerapkan cara menghemat energy disekolah Siswa menyebutkan manfaat menghemat energy dalam kehidupan seharihari
menghemat energi di lingkungan sekolah. 5.2.4 Memberi contoh menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari. 5.2.5 Menerapkan cara menghemat energi di sekolah. 5.2.6 Menyebutkan manfaat menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Standar Kompetensi Matematika 3. Memahami pecahan sederhana dan menggunkan nya dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
3.1Mengenal pecahan sederhana
Pecahan
3.2Membanding kan pecahan sederhana
Membanding kan dua buah pecahan
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Religius Kreatif Rasa ingin tahu
Kegiatan Belajar
Indikator
Siswa menyajikan gambar dengan menuliskan pecahanya Siswa membilang pecahan dengan kata-kata Siswa menuliskan pecahan dengan lambang Siswa menuliskan pecahan dengan kata-kata Siswa membilang pecahan dengan lambang Siswa membandingkan dua buah pecahan Siswa menggunakan pembanding lebih dari atau tanda pemban
3.1.1Menyajikan gambar dengan menuliskan pecahannya. 3.1.2 Membilang pecahan dengan kata-kata. 3.1.3 Menuliskan pecahan dengan lambang. 3.1.4 Menuliskan pecahan dengan kata-kata. 3.2.1 Membilang pecahan dengan lambang. 3.2.2 Membandingkan dua buah pecahan. 3.2.3 Menggunakan
Penilaian Teknik - Tes - Non tes
Bentuk tes - Tertulis - Lisan - Pengamat an - Penilaian hasil karya
Alokasi Waktu 29 JP x 35menit
Sumber/ Bahan/ Alat Buku Matematik a, gambar dan elektronik, ensikloped ia
Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia 5. Memahami cerita dan teks drama anak yang dilisankan
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
5.1 Memberikan tanggapan sederhana tentang cerita pengalaman teman yang didengarnya.
Mendengark an dan menanggapi cerita
6.1 Melakukan percakapan melalui telepon/ alat komunikasi
Melakukan percakapan melalui telepon
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
Religius Gemar membaca Toleransi Percaya diri
Kegiatan Belajar
Indikator
Siswa menggunakan pembanding kurang dari atau tanda pembanding
pembanding lebih dari atau tanda pembanding. 3.2.4 Menggunakan pembanding kurang dari atau tanda pembanding.
6.Mengungk apkan pikiran, perasaan, dan
Siswa menaggapi masalah di sekitar kita. Siswa mendnegarkan pembacaan cerita. Siswa menaggapi secara lisan masalah yang kita dengar. Siswa melakukan
5.1.1Mendengar kan cerita pengalaman teman. 5.1.2 Menanggapi cerit apengalaman teman dengan cara bertanya atau memberikan
Penilaian
Teknik - Tes - Non tes Bentuk tes - Tertulis - Lisan - Pengamat an - Penilaian hasil karya
Alokasi Waktu
29 JP x 35 menit
Sumber/ Bahan/ Alat
Buku Matematik a, gambar dan elektronik, ensikloped ia
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
pengalaman secara lisan dengan bertelepon dan bercerita 7. Memahami teks dengan membaca intensif (150200 kata) dan membaca puisi.
sederhana dengan menggunakan kalimat ringkas 7.1 Menjawab atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150-220 kata) yang dibaca secara intensif.
Materi Pokok
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
Kegiatan Belajar
percakapan melalui telepon dengan kalimat ringkas. Siswa menjawab pertanyaan yang dibaca. Siswa mengajukan pertanyaan dari bacaan.
Indikator kritik dan saran. 6.1.1 Menjelaskan tata cara berbicara melalui telepon dengan benar dan sopan. 6.1.2 Melakukan percakapan mellaui telepon menggunakan kalimat ringkas dan jelas. 7.1.1 Menjelaskan arti kata-kata sulit dari teks agak panjang. 7.1.2 Menjawab pertanyaan sesuai isi teks. 7.1.3 Mengajukan pertanyaan
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
Kegiatan Belajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
tentang isi teks. SBK 9. Mengekspers ikan diri melalui karya seni rupa
9.2 Memberi hiasan/ warna pada benda tiga dimensi.
Memberi hiasan pada benda tiga dimensi
Religius Kreatif Bertangg ungjawab
Menghias bendabenda karya seni tiga dimensi yang ada di sekitar siswa.
9.2.1 Menghias benda-benda karya seni tiga dimensi dengan bahan dari alam.
Penilian bentuk: Produk Penilaian Teknik: Analistik
6 JP x 35 menit
Mengetahui
Sleman, 2 Januari 2017
Pengampu SD Negeri Demakijo 1
Guru Kelas IIIA
Suprayana, S.Pd.
Murti Setiyowati, S.Pd.
NIP 19630304 198201 1 001
NIP 19810118 201406 2 002
Benda tiga dimensi, pasir putih, biji-bijian.
Lampiran 14. RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Tema
: Peristiwa
Minggu : III Kelas/ Semester : III/ II Alokasi Waktu : 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi 1. Bahasa Indonesia
: 5. Memahami cerita dan teks drama peserta didik
dilisankan. 2. IPS
: 2. Memahami jensi pekerjaan dan penggunaan uang.
3. SBK
: 9. Mengekspersikan diri melalui karya seni rupa
B. Kompetensi Dasar 1. Bahasa Indonesia
: 5.2 Menirukan dialog dengan ekspresi yang tepat
dari pembacaan teks drama peserta didik yang didengarnya. 2. IPS
: 2.2 Memahami pentingnya semangat kerja.
3. SBK
: 9.2 Memberi hiasan/ warna pada benda tiga
dimensi. C. Indikator 1. Bahasa Indonesia
:
5.2.1 Menanggapi dialog atau drama yang diperdengarkan
atau
disaksikan. 5.2.2 Menirukan atau mempraktekkan dialog dengan ekspresi yang tepat dari dialog atau percakapan peserta didik yang didengarnya atau disaksikan. 2. IPS : 2.2.1 Memberikan alasan orang harus bekerja. 3. SBK : 9.2. 1 Membuat hiasan sebagai tambahan pada karya seni tiga dimensi. D. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 1. Religius : Mensyukuri segala bentuk pekerjaan orang tuanya dan selalu berdoa ketika akan melakukan kegiatan.
2. Toleransi : Menerima pendapat teman yang berbeda dari pendapat dirinya. 3. Menghargai prestasi : Menghargai tradisi dan hasil karya masyarakat di sekitarnya 4. Bersahabat/ komunikatif : Bekerja sama dengan kelompok di kelas 5. Kreatif : Membuat suatu karya dari bahan yang tersedia di kelas 6. Kerja keras: menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah,dan daya tahan belajar 7. Mandiri:
menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja mandiri 8. Rasa ingin tahu:
menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin
tahu E. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui tanya jawab peserta didik dapat menanggapi dialog atau drama yang diperdengarkan atau disaksikan. 2. Melalui bermain peran peserta didik dapat menirukan atau mempraktekkan dialog dengan ekspresi yang tepat dari dialog atau percakapan peserta didik yang didengarnya atau disaksikan. 3. Melalui diskusi peserta didik dapat memberikan alasan orang harus bekerja. 4. Melalui demonstrasi peserta didik dapat membuat hiasan sebagai tambahan pada karya seni tiga dimensi. F. Materi Pembelajaran 1. Menanggapi dialog/ drama 2. Pentingnya bekerja keras 3. Karya seni dan kerajinan G. Metode Pembelajaran 1. Ceramah variasi 2. Demontrasi 3. Tanya jawab 4. Bermain peran
H. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : 1. Guru membimbing peserta didik untuk berdoa belajar. 2. Guru mempresensi preserta didik. 3. Mengkondisikan peserta didik untuk pembelajaran. 4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti : 1. Peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok yang perspektif gender. 2. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru cara mengekspresikan sebuah drama dengan tepat, baik, dan benar, kemudian peserta didik supaya menanggapi drama yang diperdengarkan atau disaksikan. 3. Peserta didik diminta oleh guru untuk menirukan atau mempraktekkan dialog atau drama peserta didik
yang didengarkan dan disaksikan
(eksplorasi). 4. Peserta didik bersama kelompoknya mempraktekkan dialog yang terdapat pada soal Lembar Kerja Siswa dengan ekspresi yang tepat (elaborasi). 5. Peserta didik pada kelompok lain menanggapi peran yang dilakukan oleh kelompok yang telah maju (eksplorasi). 6. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru tentang seni rupa dan hasil kerajinan tangan. 7. Guru meminta pada semua peserta didik supaya menyebutkan sedikitnya 3 hasil seni rupa dan 3 hasil kerajinan tangan (eksplorasi). 8. Peserta didik bersama guru melakukan tanya jawab tentang alasan mengapa setiap orang harus bekerja (elaborasi). 9. Peserta didik bersama kelompoknya mengerjakan tugas untuk membuat kerajinan tangan (elaborasi). Kegiatan Akhir : 1. Peserta didik bersama-sama guru menyimpulkan secara lisan materi yang telah disampaikan. 2. Mengerjakan soal evaluasi.
3. Refleksi: Guru membimbing peserta didik untuk melakukan refleksi dengan bertanya: Bagaimana pembelajaran hari ini? Apa yang belum kalian pahami? Kegiatan apa yang paling menyenangkan? 4. Berdoa dan memberi salam I. Alat dan Sumber/ Bahan 1. Alat:
Gambar aktivitas kerja
Lem dan gunting
Potongan kertas
2. Sumber Bahan :
Buku Bahasa Indonesia kelas 3
Buku IPS kelas 3
Buku SBK kelas 3
J. Penilaian 1. Prosedur tes: Tes dalam proses : unjuk kerja Tes akhir
: tertulis
2. Jenis tes: Unjuk kerja dan tertulis 3. Alat tes : Soal tes (disusun guru)
Mengetahui
Sleman, 2 Januari 2017
Pengampu SD Negeri Demakijo 1
Guru Kelas IIIA
Suprayana, S.Pd.
Murti Setiyowati, S.Pd.
NIP 19630304 198201 1 001
NIP 19810118 201406 2 002
LAMPIRAN A. Lembar Kerja Siswa 1. Bahasa Indonesia Bacalah contoh naskah drama anak berikut ini! Beberapa anak berada di atas panggung. Mereka mengelilingi penjual makanan. Mereka adalah Tono, Didit, dan Ari. Mereka membicarakan pengalamannya pergi ke desa. Tiba-tiba seorang anak datang. Anak itu adalah siswa baru di sekolah mereka, pindahan dari sekolah lain. Tono
: (Sambil tangannya mengambil jajanan) Eh, Temanteman, aku kemarin pergi ke desa. Aduh, ternyata desa itu tenang sekali suasananya.
Ari
: (Menghampiri Tono dan Didit) Ya, memang benar kata Tono. Desa itu keadaannya tenang, tidak bising seperti di kota.
Tono
: Aku pikir, desa itu tidak mengenakkan karena keadannya sepi; tidak ada penerangan, tidak ada hiburan,dan tidak ada supermarket, tapi ternyata ....
Didit
: Ternyata sebaliknya, ‘kan? Apa kamu tidak pernah melihat berita televisi atau membaca koran, Ton?
Ari
: Iya ... di koran ‘kan sering disebutkan listrik masuk desa, televisi masuk desa, dan masih banyak lagi tentang kemajuan desa. Di tengah-tengah percakapan itu, tiba-tiba datang seorang anak
laki-laki sebaya dengan mereka. Sigit
: (Sambil membungkukkan badan) Selamat siang, Kak. Di mana ruang kepala sekolah?
Tono
: (Berlagak sok) Cari saja sendiri!
Ari
: (Agak jengkel) Hai ... Ton, jangan begitu! Dia Tanya baik-baik, malah kamu jawab ketus.
Tono
: Ah ... biar saja, memangnya aku pikirin?
Ari
: (Sambil mengulurkan tangan kepada anak baru itu) Selamat siang, Dik. Kenalkan, saya Ari. Kamu siapa?
Sigit : (Sambil mengulurkan tangan juga) Saya Sigit. Saya datang dari desa. Saat ini desa saya hancur akibat gunung meletus. Saya tidak punya siapa-siapa. Saya mengungsi di daerah ini. Tono : (Dengan wajah menyesal) Aku Didit. Keperluanmu ke sini untuk apa? Sigit : Kalau boleh, aku akan belajar di sini sampai desaku pulih. Didit : Kalau begitu, ayo kita menghadap kepala sekolah. Tono : (Sambil menggandeng lengan Sigit) Ayo, kita ke ruang kepala sekolah! Mereka berjalan bersama-sama ke ruang kepala sekolah. Bentuklah kelompok dalam kelasmu sesuai jumlah pemain dalam drama di atas! Tentukan temanmu yang akan memerankan tokoh Tono, Didit, Ari, dan Sigit! Selanjutnya, perankan tokohtokoh tersebut dan ucapkan dialog masing-masing! Lakukan dengan mimik (ekspresi) yang tepat! B. Soal evaluasi 1. Ilmu Pengetahuan Sosial Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !! a.
Apakah hasil kerja seorang petani ?
b.
Apakah hasil kerja seorang sopir ?
c.
Bagaimana jika salah satu orang tidak mau bekerja ?
d.
Mengapa setiap orang harus bekerja ?
2. Seni Budaya dan Keterampilan Buatlah gambar hiasan seperti pada perisai asmat lalu beri warna dan perhatikan komposisinya !
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Tema Minggu
: Peristiwa : III
Kelas/ Semester
: III / 2
Alokasi Waktu
: 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Matematika : Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. 2. PKn
: Memiliki harga diri sebagai individu.
3. SBK
: Mengekspresikan karya seni rupa.
B. Kompetensi Dasar 1. Matematika : 3.1 Mengenal pecahan sederhana. 2. Pkn
: 3.1 Mengenal pentingnya memiliki harga diri.
3. SBK
: 8.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap simbol-simbol
dalam karya seni tiga dimensi. C. Indikator 1. Matematika : 3.1.1
Menyajikan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai bentuk gambar.
3.1.2
Membilang dan menuliskan pecahan dengan kata-kata dan bilangan
2. Pkn
: 3.1.1 Menyebutkan aspek-aspek yang menentukan baik buruk
harga diri seseorang 3. SBK
: 8.2.1 Melalui contoh-sontoh dari guru peserta didik dapat
membuat karya seni tiga dimensi D. Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa 1. Religius: Mengenal dan mensyukuri tubuh dan bagiannya sebagai ciptaan Tuhan melalui cara merawatnya dengan baik.
2. Kreatif : Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya fikir dan bertindak kreatif. 3. Kerja keras: menciptakan kondisi etos kerja,pantang menyerah,dan daya tahan belajar. 4. Bersahabat/komunikatif: Bekerja sama dalam kelompok di kelas. 5. Mandiri:
menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja mandiri. 6. Rasa ingin tahu:
menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin
tahu. 7. Semangat kebangsaan : bekerja sama dengan teman sekelas tanpa saling membeda- bedakan status sosial ekonomi. E. Tujuan pembelajaran 1. Melalui demonstrasi peserta didik dapat menyajikan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai bentuk gambar. 2. Melalui demonstrasi dan penugasan peserta didik dapat membilang dan menuliskan pecahan dengan kata-kata dan bilangan. 3. Melalui diskusi peserta didik dapat menyebutkan aspek-aspek yang menentukan baik buruk harga diri seseorang. 4. Melalui contoh-sontoh dari guru peserta didik dapat membuat karya seni tiga dimensi. F. Materi pokok 1. Pecahan 2. Harga diri 3. Karya seni rupa G. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Demonstrasi 4. Tugas 5. Diskusi
H. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal 1. Peserta didik dengan bimbingan guru, berdoa bersama-sama. 2. Peserta didik dipresensi oleh guru. 3. Peserta didik mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru. 4. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada peserta didik, “Penahkah kalian minum obat berbentuk tablet dibagi dua?” Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Guru memperlihatkan berbagai bentuk gambar pecahan. 2. Peserta didik diminta untuk mengamati nilai pecahan berbagai bentuk. 3. Guru menulis lambang bilangan pecahan dan membaca nama bilangan dan menulis lambang bilangan. 4. Peserta didik secara individu menulis lambang bilangan berbagai bentuk pecahan. 5. Peserta didik mendengarkan penjelaskan dari guru tentang menentukan baik buruk harga diri seseorang. Elaborasi 6. Peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok yang berperspektif gender. 7. Peserta didik berdiskusi tentang contoh yang memiliki harga diri tinggi dan yang memiliki harga diri rendah. 8. Presentasi hasil diskusi. Konfirmasi 9. Guru memberi umpan balik terhadap hasil kerja peserta didik dan memberi penghargaan kepada peserta didik yang telah berhasil menyelesaikan tugas dan memberikan motivasi pada yang belum berhasil. 10. Guru memperlihatkan kepada peserta didik contoh hasil-hasil karya tiga dimensi. 11. Peserta didik memperhatikan penjelaskan dari guru cara membuat karya tiga dimensi.
Kegiatan Akhir 1. Siswa bersama-sama guru menyimpulkan secara lisan materi yang telah disampaikan. 2. Mengerjakan soal evaluasi. 3. Refleksi: Guru membimbing peserta didik untuk melakukan refleksi dengan bertanya: Bagaimana pembelajaran hari ini? Apa yang belum kalian pahami? Kegiatan apa yang paling menyenangkan? 4. Berdoa dan memberi salam. I. Alat dan Sumber Bahan 1. Alat b. Peraga pecahan c. Gambar-gambar berbagai bentuk pecahan d. Karya seni rupa tiga dimensi 2. Sumber bahan Buku Matematika BSE kelas III Buku PKN BSE kelas III Buku SBK BSE kelas IIII J. Penilaian 1. Prosedur tes a. Tes dalam proses : unjuk kerja b. Tes akhir : tertulis 2. Jenis tes : Unjuk kerja dan tertulis 3. Alat tes : Soal tes ( disusun guru ) Mengetahui
Sleman, 3 Januari 2017
Pengampu SD Negeri Demakijo 1
Guru Kelas IIIA
Suprayana, S.Pd.
Murti Setiyowati, S.Pd.
NIP 19630304 198201 1 001
NIP 19810118 201406 2 002
LAMPIRAN A. Lembar Kerja I Berilah contoh sikap yang menunjukan memiliki harga diri tinggi dan harga diri rendah. Diskusikan dengan teman sekelompokmu!
No. 1.
Harga Diri Tinggi
Harga Diri Rendah
Polisi mengatur lalu lintas yang Polisi macet.
meminta
uang
kepada
pelanggar lalu lintas.
2. 3. 4.
B. Lembar Kerja II Buatlah sebuah karya seni tiga dimensi1
C. SOAL EVALUASI 1. Matematika No
Gambar
Lambang bilangan
Nama Bilangan
1.
................................
................................
2.
................................
................................
3.
................................
................................
4.
................................
................................
5.
................................
................................
2. PKn Isilah titik-titik bawah ini dengan singkat! a. Apabila kita melakukan kesalahan segera . . . . b. Dalam berteman kita tidak boleh . . . . c. Orang yang mempunyai harga diri berarti bersikap . . . . d. Orang yang mempunyai harga diri bila janji tidak pernah . . . . e. Meminjam barang milik orang lain terlebih dahulu . . . .
Lampiran 15. Surat-Surat Penelitian