INTENSITAS PROMOSI UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN DI OBYEK WISATA MANGROVE WONOREJO Moch. Nur Effendi Dosen Manajemen Kepariwisataan Sekolah Tinggi Pariwisata Satya Widya Surabaya Jl. Bendul Merisi Utara VIII/23 Surabaya Email :
[email protected] Abstract : Mangrove Wonorejo Tourism Object is located in the east of Surabaya, precisely in Wonorejo Village, is the only Conservation Forest that still exist in the city of Surabaya. When developed for tourism, it can provide conservation and economic benefits, both for the surrounding community and for the government of Surabaya. From the aspects of vegetation, habitation and zonation, Mangrove Wonorejo forest that has good natural tourism potential and should be utilized and developed proficiently. Promotion has an important role to convey the message of Mangrove tourism products to tourists or potential tourists. Problems can be formulated as follows: (1) How tourism object management in managing and developing Mangrove Wonorejo Tourism Object, (2) How promotion effort Mangrove Wonorejo Tourism Object in increasing the number of tourists, (3) What kind of constraints faced by the manager of tourist object Local in promoting Mangrove Wonorejo Tourism Object. The data obtained in the analysis by qualitative descriptive. Sources of data used are primary and secondary data. The data are processed and analyzed using qualitative descriptive. With the concept of basic principles of Conservation forest management. After that is done SWOT analysis to know the advantages and disadvantages of Mangrove Ecotourism Conservation Institute as a determination of policy development Mangrove tourism Wonorejo. The conclusion obtained is the manager of Mangrove Wonorejo Tourism Object, in the intensity of his promotion is still experiencing limitations, both in terms of facilities and infrastructure, limited human resources. The intensity of promotion in the form of: Advertising, Public Relation, Sales Promotion, Personal Selling, and Direct Marketing are still lacking and need to be developed to increase tourist visit to Mangrove Wonorejo tourism object. Keyword : Intensity of Promotion, Conservation Forest, Mangrove Tourist Attraction Abstrak Objek Wisata Mangrove Wonorejo terletak di sebelah timur Kota Surabaya , tepatnya di Kelurahan Wonorejo, merupakan satu-satunya Hutan Konservasi yang masih ada di Kota Surabaya. Bila dikembangkan untuk pariwisata, maka dapat memberikan manfaat konservasi dan ekonomi, baik bagi masyarakat sekitar maupun bagi pemerintah Kota Surabaya. Dari aspek vegetasi, habitasi dan zonasi, hutan Mangrove Wonorejo yang memiliki potensi wisata alam yang bagus dan seharusnya dimanfaatkan dan dikembangkan secara profisional. Promosi memiliki peran penting guna menyampaikan pesan produk wisata Mangrove kepada wisatawan atau calon wisatawan. Permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana usaha pengelola objek wisata dalam mengelola dan mengembangkan Objek Wisata Mangrove Wonorejo, (2) Bagaimana usaha promosi Objek Wisata Mangrove Wonorejo dalam meningkatkan jumlah wisatawan, (3) Kendala apa saja yang dihadapi pihak
1
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
pengelola objek wisata setempat dalam mempromosikan Objek Wisata Mangrove Wonorejo. Data yang diperoleh di analisis dengan cara deskriptif kualitatif . Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Datadata tersebut diolah dan dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Dengan konsep prinsip dasar pengelolaan hutan Konservasi. Setelah itu dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Lembaga Konservasi Ekowisata Mangrove sebagai penentuan kebijakan pengembangan obyek wisata Mangrove Wonorejo. Kesimpulan yang diperoleh adalah pengelola Objek Wisata Mangrove Wonorejo, dalam intensitas promosinya masih mengalami keterbatasan, baik dari segi fasilitas sarana dan prasarana, keterbatasan sumbar daya manusia. Intensitas promosi dalam bentuk: Advertising, Public Relation, Sales Promotion, Personal Selling, dan Direct Marketing masih kurang dan perlu untuk dikembangkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke obyek wisata Mangrove Wonorejo. Kata Kunci: Intensitas Promosi, Hutan Konservasi, Objek Wisata Mangrove PENDAHULUAN Objek Wisata Mangrove Wonorejo terletak di sebelah timur Kota Surabaya, tepatnya di Kelurahan Wonorejo, merupakan satu-satunya Hutan Konservasi yang masih ada di Kota Surabaya. Hutan Mangrove adalah hutan yang terdapat didaerah pantai yang selalu secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut, tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir daerah aliran sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kemiringan kurang dari 8% (Santoso, 2000). Hutan Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon dan semak yang tergolong kedalam 8 famili dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000). Ekosistem Mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri. Terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh species pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000). Dari aspek vegetasi, habitasi dan zonasi, hutan Mangrove Wonorejo yang memiliki potensi wisata alam yang bagus dan seharusnya dimanfaatkan dan dikembangkan secara profisional. Pada tanggal 1 Januari 2010 Objek Wisata Mangrove diresmikan oleh Wali Kota Surabaya, sebagai kawasan wisata penelitian bahari untuk mendukung upaya pelestarian sumberdaya hayati dan rehabilitasi wilayah pesisir/laut. Saat ini, kawasan Mangrove sudah menjadi tempat wisata alam yang menarik untuk dikunjungi. Untuk lebih meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke obyek wisata Mangrove, maka Pemerintah Kota Surabaya berupaya untuk meningkatkan promosi tentang wisata Mangrove ini. Promosi mempunyai peranan penting dalam mendorong ketertarikan akan wisatawan untuk mendatangi Objek Wisata Mangrove Wonorejo. Oleh karena itu promosi memiliki peran penting guna menyampaikan pesan produk wisata Mangrove kepada wisatawan atau calon wisatawan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian untuk menganalisis intensitas promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo. Adapun permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana usaha pengelola objek wisata dalam mengelola dan mengembangkan Objek Wisata Mangrove Wonorejo, (2) Bagaimana usaha promosi Objek Wisata Mangrove Wonorejo dalam meningkatkan jumlah wisatawan, (3) Kendala apa saja yang
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 |
2
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
dihadapi pihak pengelola objek wisata setempat dalam mempromosikan Objek Wisata Mangrove Wonorejo. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah mengetahui sejauh mana usaha yang telah dilakukan oleh pengelola objek wisata dalam mengelola dan mengembangkan Objek Wisata Mangrove Wonorejo, mengevaluasi upaya apa saja yang dilakukan dalam usaha mempromosikan Objek Wisata Mangrove Wonorejo, serta mengetahui dan menyelesaikan kendala yang dihadapi pengelola objek wisata dalam mempromosikan Objek Wisata Mangrove Wonorejo. Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung, serta mengembangkan potensi Objek Wisata Mangrove Wonorejo sebagai salah satu obyek wisata favorit di Kota Surabaya. KAJIAN PUSTAKA Wisatawan Menurut Undang-undang no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Menurut INPRES No. 9 tahun 1969 “wisatawan (tourism) adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”. Dengan demikian dapat disebut bahwa wisatawan adalah individu atau kelompok yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan atau bersenang-senang menikmati perjalanan wisata. Intensitas Intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intensity yang berarti: kemampuan, kekuatan, gigih atau kehebatan. Intensitas dapat diartikan sebagai seberapa besar responden individu atas suatu stimulus yang diberikan kepadanya ataupun seberapa sering melakukan kunjungan terhadap suatu objek yang dikunjunginya. Dalam penelitian ini, istilah intensitas diartikan sebagai seberapa sering responden atau pengunjung untuk menikmati layanan terhadap suatu objek daya tarik wisata yang dikunjunginya itu. Intensitas kunjungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseringan responden atau pengunjung yang berkunjung ke Objek Wisata Mangrove Wonorejo dalam satu tahun, baik hanya sekedar untuk bersantai ataupun menikmati alam dalam menyusuri hutan Mangrove dengan menggunakan perahu motor ataupun bisa dengan jalan kaki atau soft tracking yang sudah disediakan oleh pengelola Objek Wisata Mangrove Wonorejo. Intensitas kunjungan responden tersebut dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu: responden yang melakukan 1 kali kunjungan, responden yang melakukan 2 kali kunjungan, dan responden yang melakukan lebih dari 2 kali kunjungan. Frekuensi kunjungan dari responden tersebut tidak terlepas dari daya tarik Objek Wisata Mangrove Wonorejo yang menarik minat para wisatawan dan juga dipengaruhi oleh Intensitas Promosi dalam menyampaikan pesan yang menarik, sehingga wisatawan merasa tergugah dan penasaran untuk mengunjungi objek wisata yang bersangkutan. Promosi dan Pemasaran Wisata Promosi adalah salah satu teknik yang berhasil menerobos selera dan keinginan orang-orang, menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang-orang yang ingin mengenalkan dirinya sendiri melalui citra tersebut. Pemasaran wisata adalah penyesuaian yang sistematis dan terkordinasi mengenai kebijakan dari badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sektor pariwisata pada tingkat pemerintah, lokal, regional, nasional dan internasional, guna mencapai suatu titik kepuasan optimal bagi kebutuhan
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 |
3
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
kelompok pelanggan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, sekaligus untuk mencapai tingkat keuntungan yang memadai (Wahab, 2003). Dengan demikian, promosi dan pemasaran wisata sangat erat hubungannya dalam mengenalkan objek wisata ke masyarakat umum, sehingga promosi dan pemasaran tidak dapat dipisahkan. Promosi dan pemasaran harus menjadi satu kesatuan untuk tercapainya suatu tujuan bersama yaitu mengenalkan objek wisata ke masyarakat umum supaya meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung di lokasi objek wisata. Beberapa fungsi peran promosi dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung di Objek Wisata Mangrove Wonorejo, antara lain: mengenalkan kepada masyarakat umum bahwa Objek Wisata Mangrove Wonorejo, dimana hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan daerah dari Objek Wisata Mangrove Wonorejo. Oleh sebab itu, peran promosi bagi Objek Wisata Mangrove Wonorejo adalah dapat mengembangkan dan mengenalkan suatu objek wisata, sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Objek Wisata Mangrove Wonorejo, serta meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah Kota Surabaya. Bentuk-bentuk promosi adalah Advertising, Public Relation, Sales Promotion, Personal Selling, dan Direct Marketing. Periklanan (Advertising) adalah salah satu bentuk berkomunikasi yang sangat ampuh dengan calon para wisatawan, aktivitas periklanan biasanya melalui surat-surat kabar, majalah dan terbitan-terbitan khusus usaha perjalan. Penetapan tujuantujuan promosi adalah setiap Organisasi Pariwisata Nasional hendaknya menyadari bahwa dia bekerja dalam suatu lingkungan kerja yang dinamis dalam setiap pasar wisata yang telah dipilih dan karena itu dia merencanakan dan merealisasi program-program promosi yang fleksibel guna mudah menyesuaikannya dengan perubahan pola perjalanan dan keinginan konsumen prasarana wisata negara tersebut (Wahab, 2003). Teori Promosi Promosi merupakan upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa kepada calon konsumen, dengan tujuan untuk menarik calon konsumen dalam menggunakan produk yang ditawarkan. Hal ini tidak mudah untuk dlakukan karena pengelola obyek wisata harus bisa menyampaikan pesan dari promosi tersebut, agar terjadi kesadaran calon konsumen untuk membeli barang atau jasa yang akan digunakan. Promosi yang dilakukan oleh pemerintah setempat lebih difokuskan kepada periklanan (advertising) yang ditunjukkan melalui website tampilan wisata bahari yang ada dan promosi penjualan (sales promotion) yang ditunjukan melalui penjualan perjalanan wisata (tour) untuk mempromosikan wisata Mangrove. Untuk mengembangkan dan meningkatkan promosi objek wisata Mangrove Wonorejo sebagai objek wisata yang terkenal di Kota Surabaya dengan mengutamakan prinsip dasar pengelolaan hutan konservasi yaitu memberikan unsur pendidikan (edukasi), memberikan dukungan terhadap upaya konservasi dengan melalui berbagai aspek, antara lain: aspek promosi dan pemasaran dari Objek Wisata Mangrove Wonorejo, atraksi-atraksi apa saja yang ditonjolkan dari Objek Wisata Mangrove Wonorejo untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung. Obyek wisata Hutan Mangrove Wonorejo mempunyai kriteria-kriteria, sebagai berikut: (1) Fasilitas yang tersedia cukup memadai bagi pengunjung, menjadi tempat singgah bagi ribuan burung migran dari Australia pada bulan juni dan November, (2) Mangroves merupakan tanaman yang sangat unik dimana dapat hidup di area dengan salinitas yang tinggi dan masyarakat membudidayakan mangrove menjadi beraneka ragam kegunaan, dan (3) Ekowisata Mangrove sebagai area konservasi mempunyai berbagai fungsi bagi
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 |
4
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
masyarakat sekitar yang bermanfaat secara ekologis dan ekonomis. Bagi Kota Surabaya yang sungainya sangat terpolusi, maka fungsi ekologi mangrove adalah: (1) Sebagai pelindung garis pantai dari abrasi, (2) Mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan, (3) Mencegah intruisi air laut ke daratan, (4) Sebagai tempat berpijah aneka biota laut, (5) Sebagai tempat berlindung dan berkembangbiaknya berbagai jenis burung dan mamalia, reptil, dan seranga, serta (6) sebagai pengatur iklim mikro. Pada tanggal 1 Januari 2010, hutan mangrove diresmikan sebagai Taman Wisata Mangrove di Wonorejo oleh Walikota Surabaya, sebagai kawasan wisata penelitian bahari untuk mendukung upaya pelestarian sumberdaya hayati dan rehabilitasi wilayah pesisir/laut. Misi awalnya adalah mengembalikan hutan mangrove akibat penebangan liar. Selama perjalanan, misi ini berkembang menjadi ekowisata, yaitu konservasi dan restorasi alam dan satwa. Kegiatannya meliputi menjaga dan mengembalikan hutan Mangrove, melaksanakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pengelolaan hutan Mangrove yang berkesinambungan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif deskriptif. Menurut Lexy. J Moeleong (2007) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Tempat/ lokasi penelitian adalah di Hutan Mangrove Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya Jawa Timur.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sedangkan, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini, adalah: (1) Pengorganisasian Data,(2) Pengelompokan Data berdasarkan kategori, Tema dan Pola Jawaban, (3) Menulis hasil penelitian. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Wisata Mangrove Wonorejo Ekowisata Mangrove terletak di Pantai Timur Surabaya, tepatnya di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Bagi wisatawan yang akan mengunjungi objek wisata ini harus menempuh jarak sekitar lima kilometer dari jembatan MERR II-C yang ada di kawasan Pondok Nirwana menuju kearah timur. Ekowisata Mangrove di Wonorejo, Rungkut Surabaya menjadi salah satu wakil Indonesia sebagai contoh kawasan Mangrove. Kawasan itu akan masuk dalam proyek Mangrove Ekosystem Conservation and sustainable Use (MECS) yang dikerjakan menteri kehutanan RI dengan Jepang International Coorperation Agency (JICA). Ekowisata Mangrove Wonorejo adalah sebuah lembaga Swadaya masyarakat yang terbentuk dengan tujuan ikut memberi sumbangsih pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kesadaran dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pengelola dalam memperomosikan Objek Wisata Mangrove Wonorejo supaya dapat dikenal oleh para wisatawan, adalah: (1) Melalui Media Elektronik, dengan melalui televisi local SBO Tv, dan (2) Melalui Media Cetak, dengan cara menyebarkan brosur di Tourism information center Surabaya. Kendala yang dihadapi pihak pengelola dalam melaksanakan kegiatan memasarkan dan mempromosikan objek wisata Mangrove Wonorejo adalah: (1) Sumber Daya Manusia, terutama dalam hal latar belakang pendidikan petugas, (2) Jangkauan Wilayah Promosi yang masih bersifat local, (3) Kurangnya Kebersihan, (4)
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 |
5
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
Pendanaan Terbatas. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam mengembangkan objek wisata Mangrove Wonorejo agar dapat bersaing dengan objek wisata lain adalah dengan memenuhi persyaratan yang terkandung dalam metode 4A, yaitu: (1) Atraksi (Attraction), yaitu sebuah daerah tujuan wisata harus memiliki sebuah daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan sebuah ciri khas yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung di objek wisata tersebut, (2) Aksesbilitas (Accebility), yaitu daerah tujuan wisata harus memiliki akses jalan yang bagus dan memadai untuk mempermudah wisatawan menuju lokasi objek wisata tersebut. Selain itu, dilengkapi dengan sarana transportasi yang mendukung sehingga banyak akses yang dapat dilalui oleh wisatawan untuk berkunjung, (3) Amenitas (Amenity), yaitu tersedianya fasilitas seperti tempattempat restoran atau rumah makan, kios, toilet umum, mushola, transportasi local, serta alat-alat komunikasi,dan (4) Aktivitas (Activity), yaitu banyaknya aktivitas kegiatan yang dapat dilakukan di area obyek wisata, seperti memancing, bersantai, menanam mangrove, belajar alam dan soft trekking yang dapat dilakukan dari area dermaga menuju ke hutan Mangrove. (Nyoman S Pendit, 2003). Profil Wisatawan dan Persepsi Wisatawan Dari hasil pengolahan data primer, diperoleh informasi bahwa responden yang berkunjung ke objek wisata Mangrove Wonorejo lebih didominasi oleh pengunjung perempuan, yaitu sebanyak 28 responden (56%). Sedangkan pengunjung laki-laki sebanyak 22 responden (44%). Berdasar tingkat pendidikan, diperoleh hasil bahwa banyaknya responden yang berkunjung ke obyek wisata Mangrove Wonorejo didominasi pengunjung yang mempunyai tingkat pendidikan SMA, yaitu 50% atau sebanyak 25 responden. Kemudian diikuti oleh responden yang mempunyai tingkat pendidikan perguruan tinggi, yaitu 40% atau sebanyak 20 responden. Sisanya, 10% atau sebanyak 5 responden mempunyai tingkat pendidikan SMP. Berdasarkan pendapat responden pada objek wisata mangrove menunjukan bahwa profesi responden adalah 2 responden berprofesi sebagai pedagang/wiraswasta (4%), 2 responden berprofesi sebagai buruh (4%), berprofesi sebagai karyawan swasta sebanyak 20 responden (40%), 4 responden berprofesi sebagai pegawai negeri (8%), tidak ada responden yang berprofesi sebagai petani (0%), sedangkan profesi lain-lain sebanyak 22 responden (44%). Profesi lain-lain yang dimaksud disini adalah responden mengisikan keterangan sebagai ibu rumah tangga dan pelajar. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Mangrove Wonorejo didominasi oleh responden dengan profesi sebagai ibu rumah tangga atau pelajar. Berdasarkan hasil dari pendapat responden mengenai kunjungan mereka yaitu kunjungan yang baru pertama kali sebanyak 22 responden (44%), kunjungan yang kedua kali sebanyak 12 responden (24%). Sedangkan responden yang mengatakan telah berkunjung lebih dari dua kali sebanyak 16 responden (32%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang datang di objek wisata Mangrove Wonorejo lebih banyak yang baru pertama kali. Dari hasil penelitian pendapat responden mengenai tujuan wisatawan berkunjung ke objek wisata Mangrove yaitu yang lebih memilih berlibur sebanyak 92% atau sebanyak 46 orang, dan sisanya sebanyak 4 responden 8 % menyatakan bertujuan untuk pendidikan (belajar). Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap wisatawan yaitu tentang perolehan informasi untuk mengetahui keberadaan objek wisata Mangrove Wonorejo, yaitu dari travel agent sebanyak 2 responden (4%), dari brosure tidak ada (0%), sedangkan wisatawan yang mengetahui dari teman jumlahnya lebih banyak yaitu 40 responden (80%),
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 |
6
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
sedangkan wisatawan yang mengetahui dari media informasi sebanyak 8 responden (16%). Berdasarkan hasil pengolahan data tentang cara kedatangan wisatawan, yaitu yang menjawab bersama datang bersama keluarga sebanyak 20 responden (40%), bersama rombongan sebanyak 14 responden (28%), bersama pacar sebanyak 8 responden (16%), dan tidak ada responden yang memilih datang secara individu (nol 0%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang datang paling banyak bersama keluarga. Tabel 1 menggambarkan pendapat responden tentang fasilitas umum yang tersedia di Objek Wisata Mangrove. Terlihat bahwa sebagian besar responden (82%) menyatakan bahwa fasilitas umum yang tersedia dianggap memadai. Tabel 2 menggambarkan pendapat responden tentang tingkat keamanan di Objek Wisata Mangrove. Terlihat bahwa sebagian besar responden (82%) menyatakan bahwa obyek wisata Mangrove Wonorejo dianggap aman. Tabel 1 Hasil pengolahan data berdasarkan fasilitas umum yang tersedia Fasilitas yang tersedia Sangat memadai Memadai Tidak memadai Sangat tidak memadai Jumlah
Rating 4 3 2 1 10
Frekuensi 8 41 1 0 50
Prosentase 16 % 82 % 2% 0% 100
Score 32 123 2 0 157
Tabel 2 Hasil pengolahan data berdasarkan tingkat keamanan Faktor keamanan Sangat aman Aman Tidak aman Sangat tidak aman Jumlah
Rating 4 3 2 1 10
Frekuensi 9 41 0 0 50
Prosentase 18 % 82 % 0% 0% 100 %
Score 36 123 0 0 159
Tabel 3 menggambarkan hasil pengolahan data tentang pendapat wisatawan yang menjadi responden dalam hal sarana dan prasarana Objek Wisata Mangrove yang berkaitan dengan retribusi masuk lokasi obyek wisata. Terlihat bahwa sebagian besar responden (66%) menyatakan bahwa harga retribusi masuk di Objek Wisata Mangrove adalah sangat tidak mahal. Tabel 3 Hasil pengolahan data berdasarkan Retribusi Masuk Objek Wisata Retribusi Tidak mahal Sangat tidak mahal Mahal Sangat mahal Jumlah
Rating 4 3 2 1 10
Frekuensi 15 33 2 0 50
Prosentase 30 % 66 % 4% 0 100
Score 60 99 4 0 163
Tabel 4 menggambarkan hasil pengolahan data tentang pendapat wisatawan yang menjadi responden dalam hal sarana dan prasarana Objek Wisata Mangrove yang berkaitan dengan area parker yang tersedia di lokasi obyek wisata. Terlihat bahwa sebagian besar responden (64%) menyatakan bahwa area parker yang tersedia di lokasi objek wisata Mangrove adalah luas. Tabel 4 Hasil pengolahan data berdasarkan area parkir yang tersedia Area parkir Sangat luas Luas Tidak luas Sangat tidak Luas Jumlah
Rating 4 3 2 1 10
Frekuensi 12 32 6 0 50
Prosentase 24 % 64 % 12 % 0% 100 %
Score 48 96 12 0 156
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 |
7
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada wisatawan sebagaimana Tabel 5, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (48%) menyatakan akses transportasi menuju lokasi obyek wisata adalah mudah. Selanjutnya, 32% responden menyatakan tidak mudah. Hasil pengolahan data yang lengkap dapat dilihat pada Table 5 yang menggambarkan hasil pengolahan data tentang pendapat wisatawan yang menjadi responden dalam hal sarana dan prasarana Objek Wisata Mangrove yang berkaitan dengan akses transportasi menuju lokasi obyek wisata. Tabel 5 Hasil pengolahan data berdasarkan akses transportasi Akses Sangat mudah Mudah Tidak mudah Sangat tidak mudah Jumlah
Rating 4 3 2 1 10
Frekuensi 6 24 16 4 50
Prosentase 12 % 48 % 32 % 8% 100 %
Score 24 72 32 4 132
Tabel 6 menggambarkan tentang pendapat wisatawan yang menjadi responden tentang tingkat pelayanan yang ada di lokasi obyek wisata. Terlihat bahwa 84% responden menyatakan pelayan yang diberikan kepada wisatawan adalah baik. Demikian juga bila ditinjau berdasarkan tingkat kebersihan, maka diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden (86%) menyatakan bahwa obyek wisata Mangrove adalah bersih. Hasil secara lengkap tentang gambaran pendapat responden tentang tingkat kebersihan obyek wisata Mangrove dituliskan dalam Tabel 7. Tabel 6 Hasil pengolahan data berdasarkan tingkat pelayanan Pelayanan Sangat baik Baik Tidak baik Sangat tidak baik
Rating 4 3 2 1 10
Frekuensi 5 42 3 0 50
Prosentase 10 % 84 % 6% 0% 100 %
Score 20 126 6 0 152
Tabel 7 Hasil pengolahan data berdasarkan tingkat kebersihan Kebersihan Sangat bersih Bersih Tidak bersih Sangat tidak bersih
Rating 4 3 2 1 10
Frekuensi 2 43 5 0 50
Prosentase 4% 86 % 10 % 0% 100 %
Score 8 129 10 0 147
Jika ditinjau berdasarkan kelestarian lingkungan di lingkungan obyek wisata Mangrove, maka diperoleh hasil bahwa 64% responden menyatakan Baik, 28% responden menyatakan Sangat Baik, 8% responden menyatakan Tidak Baik, dan tidak ada responden yang menyatakan Sangat Tidak Baik. Sedangkan bila ditinjau berdasarkan daya tarik obyek wisata Mangrove, maka diperoleh hasil bahwa 76% responden menyatakan obyek wisata Mangrove adalah Menarik, 24% responden menyatakan Sangat Menarik, dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa 8% responden menyatakan Tidak Baik. Tidak ada responden yang menyatakan bahwa obyek wisata Mangrove Tidak Menarik. Demikian juga, tidak ada responden yang menyatakan bahwa obyek wisata Mangrove Sangat Tidak Menarik. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui juga bahwa semua responden (100%) yang menjadi wisatawan di obyek wisata Mangrove Wonorejo menyatakan bahwa objek wisata Mangrove sebagai objek wisata yang berkualitas dan dapat diungulkan di kota Surabaya. Selain itu, diketahui juga bahwa sebagian besar responden (66%) menyatakan bahwa penambahan fasilitas umum masih Sangat Perlu untuk dilakukan. 30% responden menyatakan
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 |
8
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
Perlu untuk penambahan fasilitas umum di obyek wisata Mangrove dan hanya 4% responden yang menyatakan tidak diperlukan penambahan fasilitas umum. Tabel 8 menggambarkan nilai score persepsi wisatawan obyek wisata Mangrove yang menjadi responden. Berdasar table 8 diperoleh bahwa nilai R (Reability) adalah 152.2, di mana hal ini akan menentukan pada faktor internal atau eksternal. Tabel 9 dan Tabel 10 menggambarkan nilai score persepsi wisatawan terhadap factor pendukung dan factor penghambat yang digunakan dalam analisis. Tabel 8 Score Terhadap Persepsi Wisatawan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Macam persepsi Wisatawan Fasilitas umum Retribusi masuk ke Objek Wisata mangrove Keamanan lokasi Objek Wisata Mangrove Area parkir di Objek Wisata mangrove Akses Transportasi Pelayanan yang ada di Objek Wisata Mangrove Kebersihan Objek Wisata Mangrove Kelestarian Alam Objek Wisata Mangrove Daya tarik Objek Wisata Mangrove Penambahan fasilitas umum Jumlah
1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0
Rating 2 3 1 41 2 33 0 41 6 32 16 24 3 42 5 43 4 32 0 38 2 15
Score 4 8 15 9 12 6 5 2 14 12 33
157 163 159 156 132 152 147 160 162 134 1522
Tabel 9 Faktor Pendukung No 1. 2. 3.
Macam persepsi wisatawan Kelestarian lingkungan Daya tarik alam Penambahan fasilitas
score 3 2 3
Drajat 160 162 134
Internal/eksternal Internal Internal Eksternal
Tabel 10 Faktor Penghambat No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Macam persepsi wisatawan Keamanan lokasi Fasilitas yang tersedia Pelayanan yang ada di Objek Wisata Mangrove Kebersihan lingkungan Retribusi masuk Objek Wisata Mangrove Akses transportasi Area parkir yang ada di Objek Wisata Mangrove
Score 1 2 3 3 4 5 6
Derajat 159 157 152 147 163 132 156
Internal/eksternal Internal Internal Internal Internal Eksternal Eksternal Internal
Analisa terhadap upaya pengelola dalam intensitas promosi objek wisata Mangrove Wonorejo. Dalam intensitas promosi Obyek Wisata Mangrove Wonorejo pihak pengelola selalu berdasarkan pada visi dan misi Lembaga Ekowisata Mangrove Wonorejo. Pengelola telah mempertimbangkan perlunya melakukan pengembangan fasilitas umum, maupun daya tarik alam obyek wisata. Hal ini dikarenakan bahwa Ekowisata Mangrove adalah sebagai lahan Konservasi alam yang perlu dilindungi. Pengembangan yang dilakukan tetap berpedoman pada peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya, yaitu bahwa pengembangan yang dilakukan tidak mengubah Zone yang sudah ditetapkan. Analisa Sarana dan Prasarana dalam Segmen Pelayanan Pariwisata. Dalam suatu objek wisata harus tersedia sarana dan prasarana untuk mendukung aktivitas wisatawan di obyek wisata tersebut. Untuk itu, pengelola Ekowisata Mangrove telah menyediakan faktor-faktor sebagai berikut: (1) Fasilitas transportasi, dimana dalam perhitungan score reability persepsi wisatawan akses transportasi termasuk faktor penghambat, (2) Obyek dan atraksi wisata, seperti menyediakan perahu motor untuk menikmati
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 |
9
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
pemandangan alam hutan Mangrove, (3) Fasilitas Umum Objek Wisata Mangrove, dimana dalam perhitungan score reability persepsi wisatawan fasilitas yang tersedia masih kurang dan menjadi faktor penghambat. Hal-hal yang menyangkut sarana dan prasarana penunjang yang masih perlu diperhatikan adalah: (1) Penambahan jumlah kantin terutama yang menyediakan makanan khas jawa timur, (2) Membangun toko souvenir, (3) Memperluas lagi area parkir. Analisa persepsi wisatawan mengenai fasilitas sarana dan prasarana Dalam suatu perjalanan wisata, wisatawan akan mencari suatu hal yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dimana kebutuhan tersebut berbeda-beda berdasarkan motivasi wisatawan itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian terhadap wisatawan yang datang ke Objek Wisata Mangrove Wonorejo memilih berlibur dengan prosentase 92%. Hal ini menunjukan bahwa wisatawan yang datang bermotivasi berlibur dan bersenang-senang. Untuk itu, pengelola Objek Wisata Mangrove harus perlu melengkapi fasilitas sarana dan prasarana demi kelancaran aktivitas wisatawan. Berdasar hasilpengolahan data, dapat disimpulkan bahwa Objek Wisata Mangrove sebagai sebagai obyek wisata yang berkualitas di Surabaya, Jawa Timur dengan kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dan akan meningkatkan daya tarik Objek Wisata Mangrove. Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Lembaga Konservasi Ekowisata Mangrove sebagai penentuan kebijakan. Analisis SWOT dimulai dengan menganalisa kesempatan dan ancaman, serta peluang dan ancaman. Atau dengan kata lain, Analisa SWOT bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang muncul diluar dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Table 11 Tabel Analisis SWOT INTERNAL
Streng (kekuatan) a. Kelestarian lingkungan di area konservasi Objek Wisata Mangrove b. Daya tarik panorama alam Objek Wisata mangrove
EKSTERNAL Opportunitis (peluang) a. Rencana penambahan joging trayek sebelah utara akan menambah daya tarik Objek Wisata Mangrove. b. Penambahan fasilitas akan memberi peluang untuk mendukung Objek Wisata mangrove.
(S vs O) - Dalam mengembangkan fasilitas yang ada, harus melihat kelastarian alam.
Weakness (kelemahan) a. Kurangnya fasilitas umum yang tersedia di Objek Wisata Mangrove b. Kurangnya keamanan lokasi Objek Wisata Mangrove . c. Kurang luasnya area parkir kendaraan. d. Kurang bersihnya lingkungan Objek WIsata Mangrove. e. Kurangnya pelayanan dari pihak pengelola. (W vs O) - meningkatkan semua fasilitasfasilitas umum yang ada melaui keinginan wisatawan. - meningkatkan keamanan,kebersihan lingkungan melaui penambahan fasilitas-fasilitas pada tiap sektornya. - meningkatkan pelayanan intanjibel untuk mendukung pelayanan atraksi sebagai daya tarik Objek Wisata mangrove.
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 | 10
Intensitas Promosi Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Obyek Wisata Mangrove Wonorejo | Moch. Nur Effendi
Threath (Ancaman) - Sulitnya transportasi menuju Objek Wisata Mangrove Wonorejo.
(S vs T) - perlunya menambah sarana transportasi sampai dengan area Objek Wisata mangrove. - mengotimalkan daya tarik dari Objek Wisata Mangrove dengan keindahan alamnya.
(W vs T) - meningkatkan fasilitas umum, menciptakan lingkungan bersih, memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan sehingga wisatawan merasa nyaman berada di Objek Wisata Mangrove.
SIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Hutan Mangrove di daerah Wonorejo memiliki potensi besar sebagai Obyek Wisata Konservasi alam yang memiliki nilai strategis untuk menjaga/melindungi Ekosistem baik dari pengaruh abrasi, biota laut dan masyarakat local, (2) Obyek Wisata alam Mangrove dalam pelestarian dan pengembangannya/pemanfaatannya sudah melibatkan peran masyarakat dan pengusaha dengan membentuk lembaga pengelola yang unsur-unsurnya terdiri dari pemerintah, masyarakat, dan pengusaha, (3) Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka prioritas progam yang utama adalah penambahan fasilitas umum dan meningkatkan kebersihan lingkungan, (4) Kendala yang dihadapi oleh pengelola dalam melaksanakan kegiatan mempromosikan Objek Wisata Mangrove Wonorejo, yaitu keterbatasan Sumber Daya Manusia, khususnya dalam pendidikan, wawasan, serta pengetahuan yang berhubungan dengan kepariwisataan, (5) Bentuk-bentuk promosi yang perlu di intensitaskan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Diantaranya dengan menggunakan bentuk promosi: Advertising, Public Relation, Sales Promotion, Personal Selling, dan Direct Marketing. DAFTAR RUJUKAN Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Indonesia Moeleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta. Indonesia Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Tourism, Hospitality and Culinary Journal | Vol. 1 No. 2 | 11