INTEGRASI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Afakhrul Masub Bakhtiar1 Pipit Andriani2 Dosen PGSD, Universitas Muhammadiyah Gresik1 Guru SDN Balasklumprik I/434 Surabaya2
[email protected] [email protected] Abstrak Deteriorasi lingkungan ini ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya flora dan fauna liar, dan kerusakan ekosistem. Langkah konkret yang perlu ditempuh salah satunya ialah pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan usaha melestarikan lingkungan dengan mengajarkan di sekolah secara formal. Pendidikan Lingkungan Hidup bukanlah suatu bidang studi yang berdiri sendiri. Namun, dapat diintegrasikan ke dalam suatu bidang studi di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengintegrasikan Pendidikan Lingkungan Hidup ke dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan metode studi dokumen. Hasil penelitian, bahwa Pendidikan Lingkungan Hidup dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar melalui analisis kompetensi dasar. Kata Kunci : integrasi, pendidikan lingkungan hidup, pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Abstract Deterioration of the environment is characterized by the loss of soil resources, water, air, the extinction of wild flora and fauna, and the damage to ecosystems. One of concrete stepisenvironmental education. Environmental education is an effort to preserve the environment by teaching in formal school. Environmental education is not an area of study that stands alone. However, it can be integrated into a field of study in the school. The purpose of this study is to integrate environmental education into learning Social Science in primary schools. This research is a research library with study method document. The results of the research, that environmental education can be integrated into learning Social Science in primary schools through the analysis of basic competence. Keywords : Integrated, Environmental Education, Social Science Education
kehidupan manusia. Tingkat kerusakan alam pun meningkatkan risiko bencana alam. Penyebab terjadinya kerusakan alam dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu akibat peristiwa alam dan
PENDAHULUAN Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia semakin hari kian parah. Kondisi tersebut secara langsung telah mengancam
1
2
akibat ulah manusia. Kerusakan lingkungan hidup dapat diartikan sebagai proses deteriorasi atau penurunan mutu lingkungan. Deteriorasi lingkungan ini ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya flora dan fauna liar, dan kerusakan ekosistem (Prigi, 2012). Kerusakan lingkungan hidup memberikan dampak langsung bagi kehidupan manusia. Pada tahun 2004, High Level Threat Panel, Challenges and Change PBB, memasukkan degradasi lingkungan sebagai salah satu dari sepuluh ancaman terhadap kemanusiaan. World Risk Report yang dirilis German Alliance for Development Works (Alliance), United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNUEHS) dan The Nature Conservancy (TNC) pada 2012 pun menyebutkan bahwa kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya risiko bencana di suatu kawasan. Pencermaran banyak terjadi dibeberapa negara, salah satunya China. Dilansir dalam jurnal yang dimotori oleh Greenpeace, kondisi air China dibeberapa propinsinya tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya, dan ini diperkirakan juga terjadi di sungai-sungai Indonesia. Kinsella (2008) menyatakan bahwa di masyarakat hari ini kita menjadi semakin khawatir tentang pemanasan global, perubahan iklim dan kesejahteraan planet ini dan habitat untuk generasi masa depan. Dengan demikian degradasi menjadi ancaman yang serius karena akan berdampak pada semua aspek kehidupan. Apa yang dilakukan sekarang akan berdampak pada saat ini dan waktu yang
Didaktika, Vol. 23, Nomor 1, September 2016
akan datang. Menurut Supardi (2013) dari sisi manusia, masalah lingkungan disebabkan karena ketidakmampuan mengembangkan nilai sosial yang selaras dengan lingkungan alam. Mengembangkan nilai sosial agar hidup selaras dengan lingkungan alam bukan pekerjaan mudah dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 65 poin keempat tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa setiap orang berhak dan berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini berarti setiap individu harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungannya. Berangkat dari filosofi pendidikan sebagai motor penggerak kemajuan bangsa, sekolah diharapkan turut serta mengambil peran dalam pengelolaan lingkungan terutama sekolah dasar. Melalui sekolah dasar diharapkan mampu menanamkan kesadaran terhadap lingkungan kepada generasi muda sejak dini. “Penanaman pondasi lingkungan sejak dini menjadi solusi utama yang harus dilakukan, agar generasi muda memiliki pemahaman tentang lingkungan hidup dengan baik dan benar (Sumarmi, 2008). Sullivan dalam Bezzina (2006) menyatakan bahwa krisis lingkungan merupakan masalah sosial dan bukan semata-mata sesuatu yang alami. Pendidikan Lingkungan Hidup memiliki peran yang sangat penting dalam menangani masalah lingkungan yang muncul saat ini. Pendidikan Lingkungan Hidup dapat diintegrasikan melalui bidang studi di sekolah, Pendidikan Lingkungan Hidup dapat
Afakhrul Masub Bakhtiar, Pipit Andriani : Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup
dilaksanakan dengan pendekatan interdisipliner, multidisipliner dan transdisipliner di sekolah (Barlia, 2008). Beberapa penelitian mengungkap pentingnya pendidikan lingkungan hidup, seperti yang dinyatakan Chen (2008) bahwa pendidikan lingkungan merupakan alat yang sangat penting dalam menyediakan pengetahuan, sikap positif terhadap lingkungan serta membangun keterampilan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar dirasa sangat tepat dalam mengajarkan Pendidikan Lingkungan Hidup kepada siswa. Menurut Sapriya (2011), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menegah. Pendidikan Lingkungan Hidup diintegrasikan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan cara memasukan pokok bahasan isu-isu global tentang lingkungan. Dengan memasukan pokok bahasan yang berkaitan dengan lingkungan akan memotivasi siswa untuk belajar responsif terhadap isu-isu lingkungan. Termotivasinya siswa untuk responsif diharapkan mampu menumbuhkan nilai-nilai sosial agar bisa hidup selaras dengan lingkungan alam. 2. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilaksanakan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu (Hasan, 2002). Sumber data dari penelitian ini adalah dokumen atau studi
3
dokumen. Studi dokumen yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menelaah berbagai sumber seperti buku, majalah, standar isi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), jurnal hasil penelitian, artikel, makalah, surat kabar, web (internet), atau informasi lain yang berhubungan penelitian. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini adalah menganalisis dan mensintesis dokumen tersebut untuk dikaji dan menjadi gagasan baru sebagai hasil penelitian. 3. Temuan dan Pembahasan Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan Lingkungan Hidup adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru (UNESCO, 1977). Senada dengan pendapat UNESCO, Pratomo (2009) menegaskan bahwa Pendidikan Lingkungan Hidup adalah suatu program pendidikan untuk membina anak atau peserta didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta
4
Didaktika, Vol. 23, Nomor 1, September 2016
Plan
Do
See Gambar 1 Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik antara penduduk dengan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Tujuan umum Pendidikan Lingkungan Hidup menurut UNESCO dalam konferensi Tbilisi (1977) adalah: (1) untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan; (2) untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan; dan (3) untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok, dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai tersebut meliputi aspek: (1) pengetahuan; (2) sikap; (3) kepedulian; (4) keterampilan; dan (5) partisipasi. Pendidikan Lingkungan Hidup dikategorikan menjadi dua yaitu: (1) Pendidikan Lingkungan Hidup formal, yaitu kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang
monolitik atau tersendiri; (2) Pendidikan Lingkungan Hidup nonformal, adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, misalnya analisis dampak lingkungan (AMDAL), International Organization for Standardization (ISO), Hinder Ordonantie (HO), Traffic Impact Analysis (TIA). Berdasarkan pendapat di atas, Pendidikan Lingkungan Hidup diharapkan dapat dilakukan melaui jalur formal maupun nonformal. Dari dua jalur, jalur formal dinilai lebih efektif karena diselenggarakan melalui sekolah yang dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik. Melalui pendidkan di sekolah, Pendidikan Lingkungan Hidup dapat memberikan pengetahuan, sikap, kepedulian, keterampilan, dan partisipasi terhadap setiap individu akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Konsep Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah dasar Menurut Somantri (2001) “Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kepustakaan asing disebut dengan berbagai istilah seperti sosial studies, sosial education, citizenship education
Afakhrul Masub Bakhtiar, Pipit Andriani : Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup
dan social science education”. Sementara Djahriri dan Ma’mun (dalam Gunawan, 2011) berpendapat bahwa: “Ilmu Pengetahuan Sosial atau studi sosial konsep-konsepnya merupakan konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa”. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bidang studi yang mempelajari, menelaah, dan menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu (Sapriya, dkk. 2007). Secara terpadu diartikan Ilmu Pengetahuan Sosial mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora yaitu, geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi. Masih senada dengan pendapat (Sapriya, dkk. 2007) Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, Ilmu Pengetahuan Sosial mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Badan Nasional Standar Pendidikan, 2006). Adapun tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yaitu: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2)
5
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Badan Nasional Standar Pendidikan, 2006). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar diharapkan mengintegrasikan Pendidikan Lingkungan Hidup sesuai dengan tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pendidikan Lingkungan Hidup yang terintegrasi dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, membuat siswa berpikir secara luas (global) namun bertindak secara lokal untuk menyelesaikan masalah lingkungan. Dengan demikian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan mampu menumbuhkan nilai-nilai sosial yang selaras dengan lingkungan alam. Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup Melalui Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup ke dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) pemilihan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar, dengan menganalisis standar isi pada kurikulum; (2) melakukan analisis tujuan pembelajaran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Lingkungan Hidup yang akan dicapai; (3) melakukan analisis tujuan terhadap permasalahan lingkungan hidup yang
6
Didaktika, Vol. 23, Nomor 1, September 2016
telah dihubungkan dengan pokok bahasan; (4) menyusun alat evaluasi; (5) membuat peta konsep pembelajaran berorientasi pendidikan lingkungan hidup. Berdasarkan analisis kompetensi dasar pada kurikulum, didapat dua hasil analisis pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup pada pembelajaran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kedua analisis tersebut yaitu: (1) analisis berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006; (2) analisis berdasarkan Kurikulum 2013. Adapun hasil analisis kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup tersaji pada tabel sebagai berikut. Tabel 1 Hasil Analisis Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
No Kelas / Smt 1
I/2
2
III/1
3 4
5
6
IV/1
V/1
VI/2
Kompetensi Dasar Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam
Pada hasil analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan ke Pendidikan Lingkungan Hidup meliputi kelas satu pada semester dua ada satu kompetensi dasar. Untuk kelas dua, tidak didapat kompetensi dasar yang bisa diintegrasikan, sedangkan pada kelas tiga, ada dua kompetensi dasar, dan pada kelas empat, lima, serta enam, masing-masing ada satu kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan ke Pendidikan Lingkungan Hidup. Tabel 2 Hasil Analisis Standar Isi Kurikulum 2013 Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial
No
Kelas
Kompetensi Dasar
1
IV
Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi Menceritakan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi Menunjukkan perilaku peduli, gotong royong, tanggungjawab dalam berpartisipasi penanggulangan permasalahan lingkungan hidup Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi dengan lingkungan alam,
2
3
4
5
6
7
8
V
Afakhrul Masub Bakhtiar, Pipit Andriani : Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup
No
Kelas
9
10
VI 11
12
13
14
15
Kompetensi Dasar sosial, budaya, dan ekonomi Menyajikan pemahaman tentang manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, percaya diri dalam mengembangkan pola hidup sehat, kelestarian lingkungan fisik, budaya, d a n p e n i n g g a l a n b e r h a rg a d i masyarakat Memahami keterkaitan manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia serta pengaruhnya bagi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya Menelaah landasan dari dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi Mengemukakan hasil pemahaman mengenai keterkaitan manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia serta pengaruhnya bagi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya dalam berbagai bentuk media (lisan, tulisan, gambar, oto, dan lainnya) Menyajikan hasil telaah mengenai landasan dari dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi dalam berbgai bentuk media (lisan, tulisan, gambar, oto, dan lainnya)
Pada hasil analisis Kurikulum 2013 Sekolah Dasar, kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan ke Pendidikan Lingkungan Hidup hanya pada kelas tinggi meliputi kelas empat, lima, dan enam. Masing-masing kelas ada lima
7
kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan ke Pendidikan Lingkungan Hidup. Jauh berbeda dari hasil analisis kompetensi dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, ada enam kompetensi dasar sedangkan pada Kurikulum 2013 ditemukan sebanyak lima belas kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan. Untuk contoh peta konsep integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup melalui pembelajaran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. Misalnya kompetensi dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 pada kelas tiga: (1) menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah; (2) memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah. Lingkungan Alam
Lingkungan Alam
Contoh Lingkungan Alam: 1. gunung 2. laut, dan lain-lain.
Lingkungan Buatan
Contoh Lingkungan Buatan: 1. sawah 2. waduk, dan lain-lain.
Cara memelihara dan memanfaatkan Gambar 1 Peta Konsep Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup-Ilmu Pengetahuan Sosial Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006
Dari gambar 1, pembelajaran dapat dimulai dengan tema utama lingkungan alam. Dari lingkungan alam dapat disubtemakan ke
8
Didaktika, Vol. 23, Nomor 1, September 2016
dua tema, lingkungan alam dan lingkungan buatan. Dengan pembahasan materi ke Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi gunung, laut, sawah, waduk, dan lain-lain. Dengan materi tersebut dapat diproyeksikan ke dalam keterampilan cara memelihara dan memanfaatkan lingkungan alam dan lingkungan buatan secara bijak dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup dan sosial. Contoh peta konsep integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. Misalnya kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 pada kelas lima: menunjukkan perilaku peduli, gotong royong, tanggungjawab dalam berpartisipasi penanggulangan permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan Lingkungan Hidup
Perliaku yang baik
1. reboisasi; 2. ekoefesiensi; 3. konservasi; dan lain-lain.
Berpartisipasi dalam penanggulangan permasalahan lingkungan hidup
Perliaku yang baik
1. eksploitasi; 2. merusak; 3. mencemari; dll.
Menyebabkan permasalahan lingkungan hidup
Gambar 2 Peta Konsep Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup-Ilmu Pengetahuan Sosial Kurikulum 2013
Pada gambar 2 diatas, integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup ke dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial dimulai dengan topik utama permasalahan lingkungan hidup. Dari topik permasalahan lingkungan hidup, siswa diajak untuk memetakan contoh konkret perilaku yanb baik dan tidak baik yang terkait dengan permasalahan lingkungan hidup. Dengan mengetahui dampak dari perilaku yang diambil, tentu akan memberi wawasan pada siswa untuk bersifat bijak dalam memilah dan memilih mana-mana yang terkategori perilaku yang menyebabkan permasalahan lingkungan hidup atau perilaku yang dapat menanggulangi permasalahan lingkungan hidup. Dengan memberi wawasan tentang dampak dari perilaku tentu akan mempengaruhi pola pikir dan pola bertindak siswa. Sejalan dengan itu menurut jurnal “Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau” dengan mengetahui dampak perilaku manusia terhadap lingkungan alam akan memberi wawasan agar bisa bersikap bijaksana dalam menjaganya. SIMPULAN Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan usaha melestarikan lingkungan dengan mengajarkan di sekolah secara formal. Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup dapat memberikan pengetahuan, sikap, kepedulian, keterampilan, dan partisipasi terhadap setiap individu akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Pendidikan Lingkungan Hidup yang terintegrasi dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, membuat siswa berpikir global namun bertindak secara lokal untuk menyelesaikan masalah
Afakhrul Masub Bakhtiar, Pipit Andriani : Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup
lingkungan. Dengan demikian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan mampu menumbuhkan nilai-nilai sosial yang selaras dengan lingkungan alam. Pendidikan Lingkungan Hidup dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar, melalui analisis kompetensi dasar. DAFTAR PUSTAKA Apulsari, Mahmud. (2013). Analisis Kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup Pada Sekolah Dasar Riau: Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 2.10-17.
9
Gunawan, Rudy. (2011). Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kinsella, Pand Garland, A. (2008). Cognitive Behavioural Therapy For Mental Health Workers, A Beginner’s Guide. New York: Routledge 270 Madison Avenue, 11-13. Pratomo, Suko. (2009). Model Pembelajaran Tematik dalam Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar No. 11 2009 Halaman 815. Bandung: Respository UPI.EDU. diakses Januari 2013.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Prigi. (2012). Ekosistem Lingkungan Hidup. Surabaya: Ecoton.
BSNP. (2006). Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Sapriya. (2011). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Barlia, Lily. (2008). Teori Pembelajaran Lingkungan Hidup di Sekolah Dasar. Subang: Royyan Press.
Sapriya, dkk. (2007). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI Press
Bezzina, C., Pace, Paul. (2006). School improvement, school effectiveness or scholl development. London: Trentham Books Limited. Chen, Judith., Cheng, Hsuan (2008). Children, Teachers and Nature: An Analysis of An Environmental Education Program. University of Florida. Depkumham. (2009). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Jakarta: Depkumham.
Somantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sumarmi. (2008). Sekolah Hijau Sebagai Alternatif Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 15 Nomor 1 Halaman 19-25. Malang: LPTK (Lembanga Pendidikan dan Tenaga Pendidikan) dan ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia).
10
Supardi. (2013). Permasalahan Lingkungan Hidup. Surabaya: Unesa press. UNESCO. (1977). Konferensi Tbilisi tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. Tbilisi: UNESCO
Didaktika, Vol. 23, Nomor 1, September 2016