INTEGRASI E-LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH TERMODINAMIKA Raghel Yunginger *) Abstract: Integration of E-Learning and of Discovery Learning. Result of grad expected do not only reaching for good praised, but have skill and can apply science in society. Among concept and applying of concept have to earn to be mastered by student, is so that needed by the efforts lecturer to look for correct innovation in study as according to interest which must reach by student. Pursuant to problems t which is dominant to be found in course of learning to teach for the Thermodynamic subject, hence a research of action to repair and improve result of study quality with problem formula is " Do integration of E-Learning and of Discovery Learning can improve result learn student at Subject Thermodynamics ?. Trouble action by using integration of E-Learning and Discovery Learning based on found condition in course of learning to teach. With E-Learning student can find and add knowledge with newest items. Integration of E-Learning and of discovery learning applied systematically and also appropriate time allocation, planned and regular make process learn to teach student centre on, and centre on shall no longger lecturer. Student can tell their idea so that happened interaction learn to teach which expected. From research result both for executed at cycle of I, II and cycle of III, showing that there is improvement of result learn student to every discussion fundamental of thermodynamic. Make-Up of result learn student look from analysis result of learning the bearing hand in gloveness of with usage of model study of integrated E-Learning with learning discovery. Model this is study more at student activity to get newest itemses, and can find earlierly of items concept later on can be told in class discussion. Kata Kunci: E-Learning, Pembelajaran Discovery, Termodinamika, Mutu lulusan pendidikan merupakan salah satu masalah dalam usaha pengembangan pendidikan. Peningkatan mutu melibatkan tenaga pendidik yang lebih kreatif dalam mengimplementasikan inovasi pendidikan. Antara konsep dan penerapan konsep harus dapat dikuasai oleh mahasiswa, sehingga diperlukan usaha-usaha dosen untuk mencari inovasi yang tepat dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa -----------------------------------------------------------------------*) Dosen Pada Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo
1
Salah satu mata kuliah yang memadukan konsep dan penerapan konsep sebagai fenomena fisis adalah mata kuliah termodinamika. Di alam nyata banyak fenomena yang dapat dijelaskan dengan konsep termodinamika, bahkan peralatan-peralatan mesin yang diciptakan dengan teknologi menerapkan konsep termodinamika. Namun ketika ditanyakan kepada mahasiswa, contoh penerapan dari konsep yang telah diajarkan, mereka tidak tahu. Mahasiswa terkesan hanya menghafal materi namun tidak mengetahui penerapan konsep dan prosesnya. Adanya fakta yang ditemukan pada mahasiswa antara lain bahwa 1) mahasiswa cenderung menghafal rumus yang diajarkan, 2) mahasiswa tidak mampu mengaitkan antara konsep dan penerapan materi yang lebih mutakhir, 3) mahasiswa tidak mampu menemukan dan menguraikan proses termodinamika dalam aplikasinya, 4) mahasiswa kurang memperoleh informasi yang lebih mutakhir tentang penerapan konsep melalui teknologi informasi sebagai suatu pembelajaran berbasis elektronik. 5) mahasiswa sulit mengemukakan ide dan bekerja sama dalam memecahkan masalah sehingga tidak menemukan jawaban dari permasalahan, (6) mahasiswa tidak mampu menemukan dan mengetahui lebih awal konsep termodinamika, tetapi mereka akan tahu setelah dosen memberikan materi. Di dalam mata kuliah termodinamika terhimpun materi pokok yang meliputi : 1. Konsep dasar termodinamika 2. Persamaan keadaan 3. Kekekalan energi dalam termodinamika 4. Pengubahan kalor menjadi usaha 5. Entropi 6. Potensial termodinamika
2
Materi ini memiliki keterkaitan konsep yang harus dikuasai oleh mahasiswa, serta keterkaitan dengan penerapan atau aplikasinya. Mahasiswa diharapkan dapat mengemukan ide-ide untuk menemukan jawaban dari proses termodinamika yang diterapkan. Dengan demikian mahasiswa tidak hanya menjadi penghafal tetapi menguasai kompetensi yang ditentukan dalam mata kuliah, dan selebihnya dapat menciptakan ide-ide baru untuk pengembangan teknologi. Konsep-konsep yang dipelajari pada mata kuliah termodinamika membutuhkan kemampuan mahasiswa dalam menghubungkan teori dengan fenomena alam. Disamping itu mata kuliah ini perlu korelasional dengan mata kuliah fisika lainnya yang ada di Jurusan Fisika, seperti Fisika Dasar 2 yang memperkenalkan konsep dasar termodinamika. Pada dasarnya dituntut kemampuan mahasiswa untuk lebih menguasai konsep dan dapat menerapkanya. Dua kemampuan ini yang menjadi skala utama untuk diberikan perhatian dalam proses belajar mengajar. Agar gejala yang ditemukan pada mahasiswa tidak berkelanjutan, diperlukan kajian dengan melakukan tindakan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan inovasiinovasi pembelajaran yang juga mengikuti perkembangan teknologi dalam menghasilkan mutu pendidikan yang handal, yaitu integrasi E-Learning dan Discover Learning dalam meningkatkan hasil belajar mata kuliah termodinamika. Berdasarkan akar permasalahan yang dominan ditemukan dalam proses belajar mengajar untuk mata kuliah termodinamika, maka dilakukan suatu penelitian tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil kualitas pembelajaran dengan rumusan masalah adalah “ Apakah integrasi E-learning dan Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah termodinamika ?.
3
Tindakan pemecahan masalah dengan menggunakan integrasi E-Learning dan Discovery Learning didasarkan pada kondisi yang ditemukan dalam proses belajar mengajar. Dengan E-Learning mahasiswa dapat menemukan dan menambah wawasan dengan materi terbaru. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan model pembelajaran, yaitu integrasi E-Learning dan Discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah termodinamika. Dalam
prakteknya
E-Learning
memerlukan
bantuan
teknologi.
Dalam
perkembangannya, komputer yang paling populer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran secara electronic, karena itu dikenal dengan istilah: •
computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan
•
computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
(Soekartawi 2002): • Technology based learning, dan • Technology based web-learning. Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (misalnya: video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based weblearning pada dasarnya adalah Data Information Technologies (misalnya: Internet, e-mail, ). Dalam pelaksanaan pembelajaran mata kuliah termodinamika yang akan ditindaki menekankan pada Technology based web-learning, karena
4
mahasiswa dituntut untuk
memperoleh materi lebih banyak, untuk meningkatkan kreativitas berpikir mereka dalam menemukan jawaban dari suatu permasalahan.
Dengan demikian pemanfaatan e-Learning
tidak terlepas dari jasa internet, karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan membantu mahasiswa untuk lebih interaktif dalam proses belajar. Jadi E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut: a.
E-learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
b.
E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
c.
Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Pemanfaatan kemajuan teknologi komputer dan internet semakin mendekatkan sumber
informasi kepada dosen dan mahasiswa, sehingga dapat memperoleh kemudahan akses informasi dari berbagai sumber, khususnya yang berkaitan dengan materi yang paling mutakhir di bidang pendidikan/ pembelajaran. Fasilitas internet diharapkan dapat membantu para pengembang pembelajaran (instructional developers) dan dosen untuk mengemas dan
5
menyajikan materi pelajaran yang lebih berkualitas dan variatif.
Dengan metode
pembelajaran E-Learning dimungkinkan adanya berbagai variasi yang dapat dilakukan dalam proses belajar dan mengajar, diperolehnya ketrampilan yang berganda dan dicapainya efisiensi. Pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan satu komponen penting di dalam pendekatan konstruktivisme (Depdiknas, 2002). Mahasiswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka dengan konsep-konsep, atau prinsip-prinsip. Pendekatan discovery learning memiliki beberapa keuntungan antara lain membangkitkan keingintahuan, memotivasi mahasiswa untuk melanjutkan dengan penelitian sehingga mereka menemukan jawabannya, belajar memecahkan masalah secara mandiri dan berpikir kritis (Corebima, 2002). Pendekatan pembelajaran discovery berkaitan dengan informasi tentang konsep belajar dan pembelajaran yang banyak dipakai dalam merancang metode-metode mengajar konsep. Tennyson dan Park (Ibrahim, 2003), menetapkan sebuah konsep sebagai satu set obyek, simbol atau kejadian-kejadian yang menetapkan atribut atau ciri-ciri yang dapat direferensikan oleh sebuah nama atau simbol yang khusus. Discovery learning memiliki beberapa keuntungan antara lain, membangkitkan keingintahuan, memotivasi mereka untuk melanjutkan dengan penelitian sehingga mereka menemukan jawabannya, belajar memecahkan masalah secara mandiri dan berlatih berpikir secara kritis. Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru/dosen hanya pendorong siswa untuk memiliki pengalaman sehingga memungkinkan untuk menemukan sendiri konsep atau prinsip. Untuk itu ditawarkan inovasi pembelajaran yaitu e- learning dan discovery learning
6
yang diintegrasikan untuk melahirkan kreatifitas mahasiswa dan keterampilan sosialnya. Proses pembelajaran mengutamakan aktifitas mahasiswa, dimana untuk merangsang pengetahuan mereka, diperlukan suatu penemuan melalui discovery learning. Hasil temuan ini tidak terleas dari usaha mahasiswa dalam mencari informasi yang berbasis e- learning yang menggunakan Technology based web-learning.
Hal ini
memunculkan ide-ide yang bervariatif dan mahasiswa saling sharing dalam menyampaikan idenya tersebut di ruang kelas nanti secara berkelompok. Oleh karena itu penelitian tindakan ini mengintegrasikan e- learning dan Discovery learning dalam meningkatkan penguasaan materi dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah termodinamika. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan dengan yang diterapkan pada mahasiswa yang memprogramkan matakuliah termodinamika tahun ajaran 2006/2007. Penelitian ini mengikuti prosedur yang telah diuraikan pada rancangan penelitian, dengan melakukan tahapan-tahapan yang telah diuraikan. Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dilakukan persiapan untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutukan dalam penelitian nanti. Setelah itu pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Untuk setiap siklus dilakukan dalam 4 kali pertemuan termasuk ujian formatif sebagai evaluasi. Untuk setiap siklus dosen melaksanakan observasi dan refleksi untuk mengetahui kekurangan pada setiap siklus. Selama proses pembelajaran, dilakukan penilaian dan pada akhir setiap pokok bahasan diadakan ujian formatif untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dengan indikator keberhasilan :
7
a. untuk kualitas proses pembelajaran berhasil apabila 85 % ke atas dari seluruh aspek yang dinilai memperoleh kategori Sangat Baik (SB) dan Baik (B) ditinjau dari kegiatan dosen maupun aktifitas belajar mahasiswa. b. Hasil belajar mahasiswa secara perorangan, menetapkan standar ketuntasan belajar minimal 75% materi mekanika yang diberikan dikuasai.
Selanjutnya secara
klasikal ditetapkan tuntas dengan kriteria minimal 85 % dari seluruh siswa yang dikenai tindakan mencapai nilai minimal 6,5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pelaksanaan penelitian tindakan telah berlangsung dalam 3 siklus pembelajaran, dimana setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Hal ini disebabkan hasil belajar mahasiswa pada siklus I hanya 30 % mahasiswa yang menguasai materi. Kelemahan yang ditemukan pada siklus I adalah mahasiswa cenderung menunggu hasil yang telah dikerjakan oleh teman, karena mereka berada dalam kelompok kerja. Aktivitas setiap mahasiswa belum terlihat. Siklus I Pengamatan pada siklus I dilakukan secara bersama-sama oleh peneliti dan pengamat. Kegiatan dosen maupun mahasiswa selama proses belajar mengajar berlangsung dipantau melalui lembar observasi kegiatan dosen, dan lembar observasi kegiatan mahasiswa sebagai peserta didik, dan hasilnya diuraikan sebagai berikut : a. Hasil pengamatan terhadap kegiatan dosen Pengamatan kegiatan dosen dilakukan oleh seorang dosen mitra yang bertindak sebagai pengamat dalam penelitian ini. Untuk materi konsep-kosep dasar dari 10 aspek yang diamati dan dinilai, terdapat 5 aspek (50 %) diantaranya memperoleh nilai pengamatan
8
dengan kriteria baik sekali/baik.
Sedangkan 5 aspek lainnya (50 %) memperoleh nilai
pengamatan dengan kriteria cukup/kurang. Pada materi persamaan keadaan, dari 10 aspek yang diamati dan dinilai terdapat 6 aspek (60%) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 4 aspek (40 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. b. Hasil Pengamatan terhadap kegiatan mahasiswa Pengamatan terhadap mahasiswa dilakukan oleh dosen partisipan. Aspek-aspek yang diamati terdiri dari 7 aspek. Untuk materi konsep-konsep dasar terdapat 3 aspek (43 %) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 4 aspek (57 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. Pada materi persamaan keadan, dari 7 aspek terdapat 3 aspek (43 %) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 4 aspek (57 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. c. Hasil Belajar Mahasiswa Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan ini ditentukan juga oleh hasil belajar mahasiswa pada materi konsep-konsep dasar, dan persamaan keadaan, yang diperoleh melalui evaluasi/penilaian dengan tes berbentuk essay. Tes pada siklus I untuk materi konsep-konsep dasar terdiri dari 3 butir soal dengan bobot maksimum yang dicapai mahasiswa adalah 100, serta rentang nilai 0 sampai dengan 5. Hasil analisis tes diperoleh bahwa dari 30 orang mahasiswa terdapat 2 orang yang memperoleh nilai 3 dengan kategori B dan 7 orang yang memperoleh nilai 2 dengan kategori C. Selebihnya yaitu 21 orang mahasiswa memperoleh nilai kurang dari 2 atau hanya 30% yang menguasai materi. Pada materi persamaan keadaan terdiri dari 5 butir soal dengan bobot maksimum 100. hasil analisis tes diperoleh bahwa 3 orang yang memperoleh nilai 3 (B), dan 6 orang yang memperoleh nilai 2 (C). Sedangkan 21 orang lainnya memperoleh nilai kurang dari 2. Nilai rata-rata kelas adalah 1,38 dan ketuntasan belajar hanya 30%.
9
Kegiatan pada siklus I direfleksi melalui diskusi dengan dosen mitra yang bertindak sebagai pengamat dalam proses belajar mengajar. Refleksi dilakukan untuk memperoleh gambaran hasil tindakan dan melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dari hasil refleksi disimpulkan bahwa tindakan kelas yang dilakukan belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Masih terdapat beberapa aspek dalam proses pembelajaran yang harus dibenahi karena belum optimal, yaitu : 1. pemberian motivasi terhadap mahasiswa masih kurang sehingga minat mahasiswa untuk belajar belum tumbuh . 2. pemberian materi masih didominasi oleh dosen, karena mahasiswa tidak aktif mengemukan konsep-konsep yang mereka temukan. 3. Dosen kurang memberikan petunjuk terhadap mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar. Selain kegiatan dosen beberapa kegiatan mahasiswa juga belum berlangsung secara optimal, seperti : 1. mahasiswa cenderung mengharapkan hasil pekerjaan teman yang diakses lewat internet, sehingga terkesan pasif dimana yang aktif hanya ketua kelompok. 2. mahasiswa belum tahu cara yang cepat untuk mengakses materi dari internet 3. mahasiswa tidak aktif dalam menemukan dan mengemukan ide dalam diskusi kelompok. 4. mahasiswa kesulitan dalam membuat resume berdasarkan pemikiran mereka yang melahirkan suatu konsep yang dituntut dalam pembelajaran. 5. cara belajar mahasiswa masih bersifat menghafal, sehingga sulit untuk berinteraksi di dalam proses belajar mengajar.
10
Berdasarkan kesimpulan dari refleksi, masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam tindakan, maka dilanjutkan dengan siklus II. Siklus II Tindakan siklus II merupakan penyempurnaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pada siklus II dilakukan aspek-aspek yang belum muncul dan menjadi kelemahan pada siklus I, baik kegiatan dosen maupun mahasiswa yang meliputi : Kegiatan dosen yang dioptimalkan pada siklus II meliputi : 1. memberikan motivasi terhadap mahasiswa pada awal pembelajaran dengan memberikan penejelasan tentang materi yang diberikan terutama aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Disamping itu memberikan penjelasan tentang kegunaan
pembelajaran E-learning yang menggunakan internet dalam proses belajar mengajar. Minat belajar ditumbuhkan dengan merangsang mahasiswa untuk lebih kreatif dalam mengakses materi-materi terbaru melalui internet, termasuk berdiskusi dengan teman atau dosen dari universitas lain. 2.
memberikan
perhatian
lebih
dan
kesempatan
kepada
mahasiswa
untuk
mengemukakan konsep-konsep yang mereka temukan. 3. Memberikan petunjuk terhadap mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar terutama dalam membuat resume materi yang melahirkan konsep. 4. mahasiswa tidak dibentuk kelompok dalam memperoleh materi melalui internet tetapi lebih pada tugas individu agar setiap mahasiswa lebih bertanggung jawab pada tugas mereka. Kegiatan mahasiswa yang dioptimalkan pada siklus II adalah :
11
1. mahasiswa dituntut hasil pekerjaan sendiri berdasarkan kreatifitas mereka, terutama dalam mengakses materi-materi terbaru, sehingga tidak mengharapkan hasil pekerjaan temannya. 2. Mahasiswa diberikan cara-cara yang cepat untuk mengakses materi 3. Setiap mahasiswa diberikan motivasi untuk lebih aktif dalam membuat resume terutama dalam mengemukakan ide-ide yang diutarakan dalam diskusi kelas. 4. Mahasiswa ditugaskan untuk membuat alur-alur sendiri sesuai cara berpikir mereka dalam melahirkan ide pembelajaran namun tetap berpedoman pada materi yang telah mereka peroleh dari internet. Dengan demikian mahasiswa tidak hanya menghafal, tetapi dapat mengemukakan dengan cara mereka. Selanjutnya pengamatan kegiatan dosen dan mkegiatan mahasiswa dilakukan oleh seorang dosen mitra yang bertindak sebagai pengamat, dan hasilnya diuraikan sebagai berikut : 1. Hasil pengamatan kegiatan dosen Pada materi kekekalan energi dalam termodinamika, terdapat 10 aspek yang diamati dan dinilai, terdapat 8 aspek (80 %) diantaranya memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria baik sekali/baik. Sedangkan 3 aspek lainnya (20 %) memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria cukup/kurang. Pada materi pengubahan kalor menjadi usaha, dari 10 aspek yang diamati dan dinilai terdapat 8 aspek (80%) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 2 aspek (20 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. b. Hasil Pengamatan terhadap kegiatan mahasiswa Pengamatan terhadap mahasiswa dilakukan oleh dosen partisipan. Aspek-aspek yang diamati terdiri dari 7 aspek. Untuk materi kekekalan energi dalam termodinamika terdapat 4 aspek (57 %) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 3 aspek ( 43 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. Pada materi pengubahan kalor menjadi usaha, dari 7
12
aspek terdapat 5 aspek (71 %) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 2 aspek (29 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. c. Hasil Belajar Mahasiswa Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan ini ditentukan juga oleh hasil belajar mahasiswa pada materi kekekalan energi dalam termodinamika, dan pengubahan kalor menjadi usaha, yang diperoleh melalui evaluasi/penilaian dengan tes berbentuk essay. Tes pada siklus II untuk materi kekekalan energi dalam termodinamika terdiri dari 5 butir soal dengan bobot maksimum yang dicapai mahasiswa adalah 100, serta rentang nilai 0 sampai dengan 5. Hasil analisis tes diperoleh bahwa dari 30 orang mahasiswa terdapat 3 orang memperoleh nilai 4 (A), 5 orang yang memperoleh nilai 3 dengan kateogeri B dan 10 orang yang memperoleh nilai 2 dengan kategori C.
Selebihnya yaitu 12 orang mahasiswa
memperoleh nilai kurang dari 2. Pada materi pengubahan kalor menjadi usaha terdiri dari 5 butir soal dengan bobot maksimum 100. Hasil analisis tes diperoleh bahwa 3 orang memperoleh nilai 4 (A),
6 orang yang memperoleh nilai 3 (B), dan 9 orang
yang
memperoleh nilai 2 (C). Sedangkan 12 orang lainnya memperoleh nilai kurang dari 2. Nilai rata-rata kelas adalah 1,98 dan ketuntasan 60 %. Kegiatan pada siklus II direfleksi melalui diskusi dengan dosen mitra yang bertindak sebagai pengamat dalam proses belajar mengajar. Refleksi dilakukan untuk memperoleh gambaran hasil tindakan dan melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus II. Dari hasil refleksi disimpulkan bahwa tindakan kelas yang dilakukan belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Masih terdapat beberapa aspek dalam proses pembelajaran yang harus dibenahi karena belum optimal, yaitu : 1. dosen masih kurang menuntun masih menguraikan alur atau prinsip kerja dari aplikasi yang diberikan dalam materi
13
2. dosen masih kurang memberikan contoh soal untuk mempermantap pemahaman mahasiswa Selain kegiatan dosen beberapa kegiatan mahasiswa juga belum berlangsung secara optimal, seperti : 1. mahasiswa kesulitan dalam menguraikan alur atau prinsip kerja dari suatu aplikasi materi 2. mahasiswa masih sulit mengerjakan contoh soal Berdasarkan kesimpulan dari refleksi, dimana masih ada kekurangan pada tindakan siklus II, maka dilanjutkan dengan siklus III. Siklus III Tindakan siklus III merupakan penyempurnaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, maka pada siklus II dilakukan aspek-aspek yang belum muncul dan menjadi kelemahan pada siklus II, baik kegiatan dosen maupun mahasiswa yang meliputi : Kegiatan dosen yang dioptimalkan pada siklus III meliputi : 1. Dosen lebih memperhatikan dan menuntun mahasiswa untuk menguraikan masih alur atau prinsip kerja dari aplikasi yang diberikan dalam materi berdasarkan cara mereka. 2. Memberikan soal-soal latihan untuk mempermantap pemahaman mahasiswa Kegiatan mahasiswa yang dioptimalkan pada siklus II adalah : 1. mahasiswa memperhatikan lebih seksama alur atau prinsip kerja dari suatu aplikasi materi dan mengemukakan berdasarkan cara mereka sendiri 2. mahasiswa lebih aktif dalam menyelesaikan soal-soal latihan Selanjutnya pengamatan kegiatan dosen dan kegiatan mahasiswa dilakukan oleh seorang dosen mitra yang bertindak sebagai pengamat, dan hasilnya diuraikan sebagai berikut :
14
1. Hasil pengamatan kegiatan dosen Pada materi entropi, terdapat 10 aspek yang diamati dan dinilai, terdapat 9 aspek (90 %) diantaranya memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria baik sekali/baik. Sedangkan 1 aspek lainnya (10 %) memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria cukup/kurang. Pada materi potensial termodinamik, 10 aspek yang diamati dan dinilai seluruhnya memperoleh kategori baik sekali/baik. b. Hasil Pengamatan terhadap kegiatan mahasiswa Pengamatan terhadap mahasiswa dilakukan oleh dosen partisipan. Aspek-aspek yang diamati terdiri dari 7 aspek. Untuk materi entropi terdapat 5 aspek (71 %) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 2 aspek (29 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. Pada materi pengubahan kalor menjadi usaha, dari 7 aspek terdapat 6 aspek (86 %) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 1 aspek (14 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. c. Hasil Belajar Mahasiswa Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan ini ditentukan juga oleh hasil belajar mahasiswa pada materi entropi, dan potensial termodinamik, yang diperoleh melalui evaluasi/penilaian dengan tes berbentuk essay. Tes pada siklus III untuk materi entropi terdiri dari 5 butir soal dengan bobot maksimum yang dicapai mahasiswa adalah 100, serta rentang nilai 0 sampai dengan 5. Hasil analisis tes diperoleh bahwa dari 30 orang mahasiswa terdapat 8 orang yang memperoleh nilai 4 (A),
10
orang yang memperoleh nilai 3 (B), dan 8 orang memperoleh nilai 2 (C).
Sedangkan 4 orang memperoleh nilai kurang dari 2. Pada materi potensial termodinamika terdapat 8 mahasiswa yang memperoleh nilai 4 (A). 12 orang yang memperoleh nilai 3 (B),
15
dan 6 orang memperoleh nilai 2 (C). Sisanya 4 orang memperoleh nilai kurang dari 2. Nilai rata-rata kelas adalah 2,77 dan ketuntasan 87%. Selanjutnya dilakukan refleksi melalui diskusi dengan tim peneliti, untuk memperoleh gambaran hasil siklus III. Dari refleksi yang dilakukan disimpulkan bahwa tindakan kelas yang dilakukan telah terlaksana sebagaimana yang direncanakan sehingga mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan.
Dengan demikian tidak perlu lagi dilaksanakan siklus
lanjutan. Pembahasan Masalah pembelajaran yang dihadapi di ruang kuliah menjadi perhatian yang penting bagi dosen dalam mencapai hasil belajar mahasiswa yang diharapkan. Kondisi apa pun yang dihadapi harus dicari pemecahannya agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang dapat berhasil. Demikian juga yang terjadi pada mahasiswa jurusan fisika Universitas Negeri Gorontalo. Agar kondisi ini tidak berlatur-larut, maka dilakukan pemecahannya dengan jalan mengubah model pembelajaran dengan menerapkan integrasi E-learning dan discovery learning. Dengan model pembelajaran ini diharapkan proses belajar mengajar tidak lagi berpusat pada dosen, tetapi siswa lebih aktif dan mendiri sehingga hasil belajar meningkat. Integrasi E-learning dan discovery learning diterapkan secara sistematis serta alokasi waktu yang sesuai, terencana dan teratur menjadikan proses belajar mengajar berpusat pada mahasiswa, dan tidak lagi berpusat pada dosen. Mahasiswa mampu mengemukakan gagasan mereka sehingga terjadi interaksi belajar mengajar yang diharapkan. Evaluasi yang diperoleh pada setiap siklus menjadi pedoman untuk memperbaki kegiatan tindakan siklus selanjutnya. Seperti pada siklus I, dari 30 orang mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah termodinamika hanya 2 orang yang memperoleh nilai 3 dengan
16
kategori B dan 7 orang yang memperoleh nilai 2 dengan kategori C. Selebihnya yaitu 21 orang mahasiswa memperoleh nilai kurang dari 2 atau hanya 30% yang menguasai materi. Pada materi persamaan keadaan terdiri dari 5 butir soal dengan bobot maksimum 100. hasil analisis tes diperoleh bahwa 3 orang yang memperoleh nilai 3 (B), dan 6 orang
yang
memperoleh nilai 2 (C). Sedangkan 21 orang lainnya memperoleh nilai kurang dari 2. Nilai rata-rata kelas adalah 1,38
dan ketuntasan belajar
hanya 30%, yang masih rendah
dibandingkan dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Hasil analisis tes ini sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Kondisi ini terjadi karena mahasiswa sudah terlebih dahulu menemukan sendiri konsep dan aplikasi teori yang lebih mutakhir melalui E-learning yang memanfaatkan internet. Dengan demikian proses pembelajaran tidak lagi terpusat pada dosen, namun mahasiswa lebih aktif dalam mengemukan ide dan konsep yang berhubungan dengan materi. Dengan pembelajaran Elearning mahasiswa dituntut lebih aktif dan bertanggung jawab serta berinteraksi dalam proses pembelajaran. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : 1. Penerapan model pembelajaran yakni integrasi E-learning dan discovery learning pada penyajian mata kuliah termodinamika dapat meningkatkan hasil belajar, dimana pada siklus III hasil belajar mahasiswa 87 % yang menguasai materi dan sudah memenuhi indikator keberhasilan secar klasikal. 2. Hal yang penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran adalah mahasiswa yang dihadapi, tujuan yang ingin dicapai, situasi kelas/mahasiswa, fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar, serta kemampuan dosen dalam mengatur waktu untuk setiap model pembelajaran.
17
SARAN Berdasarkan hasil evaluasi penelitian tindakan ini maka dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran integrasi E-learning dan discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah termodinamika. Oleh karena itu model pembelajaran ini perlu untuk diterapkan pada materi yang sesuai dengan metode ini. RUJUKAN Anwas
2002. Model inovasi E-Learning dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal Teknodik No. 12/VII/10/2003. UNJ
!Corebima, 2002. Filosofi Konstruktivisme. Depdiknas : Jakarta DePorter, Bobbi, dkk, 2000. Quantum Teaching. Translation Copyright PT Mizan Pustaka : Bandung Depdiknas, 2002. Teori Belajar Konstruktivisme. Depdiknas, 2002. 2002. Pembelajaran Kontekstual Ibrahim, Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Press : Surabaya Ibrahim, Nurdin. 2003. Penerapan Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran. Jurnal Teknodik No. 12/VII/10/2003. UNJ Soekartawi.
2002. Prinsip Dasar E-Learning teori dan Apliksinya Di Indonesia. Jurnal
Teknodik No. 12/VII/10/2003. UNJ Tafiardi, 2005. Meningkatkan mutu pendidikan melalui E-Learning . Jurnal Pendidikan No. 04/Tb IV/2005 UNJ.
18