Integral Henstock-Stieltjes ... (Umi Mahnuna Hanung)
INTEGRAL HENSTOCK-STIELTJES FUNGSI BERNILAI VEKTOR
Umi Mahnuna Hanung dan Ch. Rini Indrati Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta, Indonesia
[email protected]
Abstract This paper discusses about the generalization of the Henstock-Stieltjes integral for vector-valued functions which are defined on a closed interval π, π β β. The generalization has been done up to the existance of this integral. Key words: Henstock-Stieltjes integral, vector-valued function and bounded function. PENDAHULUAN Teori integral mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan masalah keteknikan dan bidang teknologi. Karena itulah, teori integral banyak mengalami perkembangan sejak pertama kali diperkenalkan oleh Newton (1642-1727), terlebih lagi setelah diperkenalkan integral Riemann pada tahun 1854. Teori integral Riemann kemudian memicu perkembangan teori integral dan salah satunya dilakukan oleh Stieltjes (1856-1894) yang memodifikasi integral Riemann dan integral hasil modifikasi tersebut dikenal dengan integral Riemann-Stieltjes. Sementara itu, integral Riemann mempunyai kelemahan, yaitu fungsi yang terintegral Riemann hanya fungsi terbatas dan kontinu hampir dimana-mana pada daerah integrasi (Gordon, 1994). Kelemahan pada integral Riemann diperbaiki oleh Lebesgue yang membangun integral melalui pengertian dan sifat-sifat ukuran. Ternyata setiap fungsi terintegral Riemann akan terintegral Lebesgue pada interval yang sama, sebaliknya belum tentu barlaku. Integral Lebesgue mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmu, khususnya di bidang matematika (Chae, 1995). Namun demikian integral ini mempunyai kelemahan pula, di mana ada fungsi yang tidak terintegral Lebesgue. Adapun contohnya yaitu fungsi f yang terdefinisi pada [0,1] dengan rumus: 1 2 1 2π₯ sin β cos 2 π π₯ = π₯ π₯ π₯2 0
, π₯ β 0,1 ,π₯ = 0
45
Vol. 5, No. 2, Desember 2009: 45-56
tidak terintegral Lebesgue pada [0,1]. Selanjutnya, masalah yang timbul di dalam integral Lebesgue diselesaikan oleh Denjoy, Perron dan Henstock yang berturut-turut mendefinisikan pengertian integral Denjoy Khusus (restricted Denjoy integral) pada tahun 1912, integral Perron pada tahun 1914, dan integral Henstock-Kurzweil (dikenal juga sebagai integral Henstock) pada akhir tahun 1959. Integral Henstock tersebut mendapat perhatian dari para peneliti untuk menggali sifat-sifat dan pemakaiannya serta mengembangkannya sehingga ruang lingkupnya lebih luas. Salah satu bentuk pengembangannya dilakukan oleh Lim dkk (1998), dan Hanung dan Darmawijaya (2005) dengan menggeneralisasi integral Henstock berdasarkan pengertian integral Stieltjes, dan integral tersebut dinamakan integral Henstock-Stieltjes. Prinsip dari integral Henstock-Stieltjes yaitu disamping fungsi f (yang disebut integrand) juga melibatkan fungsi positif ο€ (fungsi yang menjamin adanya partisi Perron ο€-fine) dan fungsi οͺ (yang disebut integrator). Adapun perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Lim dkk (1998) dan Hanung dan Darmawijaya (2005) terletak pada fungsi integrator
οͺ. Dimana, fungsi integrator pada integral Henstock-Stieltjes yang didefinisikan oleh Lim dkk (1998) merupakan fungsi naik monoton (increasing function), sedangkan fungsi integrator pada integral Henstock-Stieltjes yang didefinisikan oleh Hanung dan Darmawijaya (2005) berupa fungsi bervariasi terbatas (bounded variation function). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa permasalahan menghitung luas area merupakan salah satu topik integral yang menarik di dalam ruang Euclide berdimensi-n. Dengan demikian, pembahasan integral tidak hanya berada pada garis lurus saja, tetapi juga pada ruang Euclide berdimensi-n. Di mana pada umumnya, penyelesaian masalah di dalam ruang Euclide berdimensi-n dilakukan dengan menggeneralisasi pengertianpengertian yang ada pada garis lurus. Perumuman telah berhasil dilakukan mengingat pengertian pada garis lurus merupakan kejadian khusus pengertian yang bersesuaian di dalam ruang Euclide berdimensi-n. Oleh karena itu, dengan memperhatikan pengertian pada garis lurus sebagai kejadian khusus maka dilakukanlah pengembangan integral Henstock ke ruang Euclide berdimensi-n (yaitu pengembangan integral Henstock untuk fungsi π: β π β β). Pengembangan integral Henstock pada bidang (ruang Euclide) telah dilakukan oleh Ostaszweski (1986), Lee (1989), Pfeffer (1993), Lee (1996/1997), dan
46
Integral Henstock-Stieltjes ... (Umi Mahnuna Hanung)
Indrati (2002). Hasil penelitian beberapa ilmuwan di atas yang mengembangkan integral Henstock untuk fungsi π: β π β β, memberikan ide untuk mengembangkan integral Henstock-Stieltjes untuk fungsi yang nilainya dalam ruang Euclide atau biasa dikenal fungsi bernilai vektor (ditulis π: β β β π ).
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam paper ini dibahas beberapa definisi dan sifat dasar integral Henstock Stieltjes fungsi bernilai vektor yang terdefinisi pada [π, π] β β. Eksistensi partisi Perron
ο€-fine pada [a,b] beserta sifat-sifatnya merupakan dasar pengembangan integral Henstock-Stieltjes fungsi bernilai vektor. Oleh karena itu, di dalam pendefinisian integral Henstock-Stieltjes fungsi bernilai vektor mengacu pada pengertian integral HenstockStiletjes fungsi bernilai real disamping memperhatian sifat-sifat yang dimiliki oleh ruang βπ .
Definisi 2.1 Diberikan fungsi terbatas π: [π, π] β β. Fungsi bernilai vektor π terdefinisi pada [π, π] (atau biasa ditulis π = π1 , π2 , β¦ , ππ : [π, π] β β π ) dikatakan terintegral Henstock-Stiletjes terhadap οͺ pada [π, π] jika terdapat vektor πΏ β β π dengan sifat untuk setiap bilangan π > 0 terdapat fungsi positif πΏ: [π, π] β β sehingga untuk setiap partisi Perron ο€-fine π· =
π’π , π£π , π₯π
π π=1
pada [a,b] berlaku
π
π·
π π₯π π π’π , π£π
βπΏ
π=1
dengan π π’π , π£π
<π β
= π π£π β π π’π untuk 1 β€ π β€ π.
Vektor πΏ dalam Definisi 2.1 disebut nilai integral Henstock-Stieltjes fungsi π terhadap fungsi οͺ pada [π, π], dan dituliskan dengan π
πΏ = π»π
π ππ. π
Fungsi π disebut integrand dan fungsi π disebut integrator. Jika fungsi π terintegral Henstock-Stieltjes (terintegral-HS) terhadap π pada π, π maka vektor πΏ dalam Definisi 2.1 adalah tunggal, hal ini dapat dinyatakan dalam Teorema 2.2.
47
Vol. 5, No. 2, Desember 2009: 45-56
Teorema 2.2 Jika π : [π, π] β β π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π maka vektor πΏ pada Definisi 2.1 adalah tunggal.
Bukti. Katakan ada dua vektor πΎ dan πΏ yang masing-masing merupakan nilai integral-HS fungsi π terhadap integrator π pada π, π . Jadi, menurut Definisi 2.1, untuk sebarang bilangan π > 0 (1) ada fungsi positif πΏ1 : π, π β β sehingga jika π·1 =
π’π , π£π , π₯π
π1 π=1
partisi
π2 π=1
partisi
Perron πΏ1 βfine pada [π, π] maka berlaku π1
π·1
π π₯π π π’π , π£π
βπΎ
π=1
<
π , 2
β
(2) ada fungsi positif πΏ2 : π, π β β sehingga jika π·2 =
π’π , π£π , π₯π
Perron πΏ2 βfine pada [π, π] maka berlaku π2
π·2
π π₯π π π’π , π£π
βπΏ
π=1
π . 2
β
Dibentuk fungsi positif πΏ: π, π β β diperoleh πΏ π₯ β€ πΏπ π₯
<
dengan rumus πΏ π₯ = min πΏ1 π₯ , πΏ2 π₯ ,
π = 1,2 untuk setiap π₯ β π, π , yang berarti setiap partisi
Perron πΏ βfine pada [π, π] merupakan partisi Perron πΏπ βfine π = 1,2 pada [π, π]. Oleh karena itu, untuk setiap partisi Perron πΏ βfine π· =
π π=1
π’π , π£π , π₯π
π
π·
π π₯π π π’π , π£π
βπΎ
π=1
<
π , 2
<
π . 2
pada [π, π] berlaku
β
dan π
π·
π π₯π π π’π , π£π
βπΏ
π=1
β
Diperoleh, π
πΎβπΏ
β
β€ πΎβ π·
π
π π₯π π π’π , π£π π=1
Dengan kata lain terbukti bahwa πΎ = πΏ. β
48
+ β
π·
π π₯π π π’π , π£π π=1
βπΏ
< π. β
Integral Henstock-Stieltjes ... (Umi Mahnuna Hanung)
Hubungan antara fungsi bernilai vektor terintegral-HS dan fungsi bernilai real terintegral-HS diberikan dalam Teorema 2.3 di bawah ini.
Teorema 2.3 Fungsi bernilai vektor π = π1 , π2 , β¦ , ππ terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π jika dan hanya jika fungsi bernilai real ππ terintegral-HS π pada π, π untuk setiap π = 1,2, β¦ , π.
Bukti. (Syarat perlu) Karena π = π1 , π2 , β¦ , ππ
terintegral-HS terhadap integrator π
pada π, π maka terdapat vektor πΏ = πΏ1 , πΏ2 , β¦ , πΏπ β β π dengan sifat untuk setiap bilangan π > 0 terdapat fungsi positif πΏ: π, π β β sehingga untuk setiap partisi Perron πΏ βfine π· =
π’π , π£π , π₯π
π π=1
pada [π, π] berlaku π
π·
π π₯π π π’π , π£π
βπΏ
π=1
<π β
atau dapat ditulis sebagai max1β€π β€π π·
π π=1 ππ
π₯π π π’π , π£π
β πΏπ < π.
Hal ini berakibat π·
π π=1 ππ
π₯π π π’π , π£π
β πΏπ < π,
untuk setiap π = 1,2, β¦ , π. (Syarat perlu) Diberikan sebarang bilangan π > 0. Diketahui ππ : π, π β β terintegralHS terhadap integrator π pada [π, π] untuk setiap π = 1,2, β¦ , π; hal ini berarti untuk bilangan π > 0 tersebut di atas terdapat bilangan real πΏπ dan fungsi positif πΏπ : π, π β β sehingga untuk setiap partisi Perron πΏπ βfine π·π = π·
π π=1 ππ
π₯π π π’π , π£π
π’π , π£π , π₯π
ππ π=1
pada [π, π] berlaku
β πΏπ < π,
untuk setiap π = 1,2, β¦ , π. Didefinisikan fungsi positif πΏ: π, π β β menurut rumus πΏ π₯ = min πΏπ π₯ : π = 1,2, β¦ , π . Oleh karena πΏ π₯ β€ πΏπ π₯ untuk setiap π = 1,2, β¦ , π, maka setiap partisi Perron πΏ βfine π·=
π’π , π£π , π₯π
π π=1
pada [π, π] merupakan partisi Perron πΏπ βfine pada π, π untuk
setiap π = 1,2, β¦ , π. Dengan demikian berlaku π·
π π=1 ππ
π₯π π π’π , π£π
β πΏπ < π,
49
Vol. 5, No. 2, Desember 2009: 45-56
untuk setiap π = 1,2, β¦ , π. Hal ini berakibat π
π·
π
π π₯π π π’π , π£π
βπΏ
π=1
= max
1β€π β€π
π·
ππ π₯π π π’π , π£π
β πΏπ < π,
π=1
β
dengan πΏ = πΏ1 , πΏ2 , β¦ , πΏπ β β π . β Teorema 2.4 Diberikan πΏ, π: π, π β β fungsi-fungsi terbatas. (i) Jika π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π dan πΌ β β maka πΌπ terintegral-HS terhadap integrator π pada
π, π , π terintegral-HS terhadap
integrator πΌπ pada π, π dan π
π»π
π
πΌπ ππ = πΌ π»π π
π
π ππ = π»π π
π π πΌπ . π
(ii) Jika π dan π masing-masing terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π maka π + π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π dan π
π»π
π
π + π ππ = π»π
π
πππ + π»π
π
π
πππ. π
(iii)Jika π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π dan π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π maka π terintegral-HS terhadap integrator π + π pada π, π dan π
π»π
π
π π π + π = π»π
π
π ππ + π»π
π
π
π ππ. π
Bukti. Diberikan bilangan π > 0 sebarang. (i) Diketahui π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π dan πΌ β β berarti untuk bilangan π > 0 tersebut di atas terdapat fungsi positif πΏ: π, π β β dengan sifat untuk setiap partisi Perron πΏ βfine π·=
π’π , π£π , π₯π
π π=1
pada [π, π] berlaku π
π
π·
π π₯π π π’π , π£π π=1
50
β π»π
πππ π
< β
π . πΌ +1
Integral Henstock-Stieltjes ... (Umi Mahnuna Hanung)
Oleh karena itu, untuk partisi Perron πΏ βfine π· pada [π, π] tersebut di atas diperoleh π
π
π·
πΌπ π₯π π π’π , π£π
β πΌ π»π
π=1
πππ π
β π
π
= πΌ
π·
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
πππ
< π.
π
β
Juga, untuk partisi Perron πΏ βfine π· pada [π, π] tersebut di atas diperoleh π
π
π·
π π₯π πΌπ
π’π , π£π
β πΌ π»π
π=1
πππ π
β π
π
= πΌ
π·
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
πππ
< π.
π
β
(ii) Diketahui π dan π masing-masing terintegral-HS terhadap integrator π pada [π, π], berarti untuk bilangan π > 0 tersebut di atas (1) terdapat fungsi positif πΏ1 : π, π β β dengan sifat untuk setiap partisi Perron πΏ1 βfine π·1 =
π’π , π£π , π₯π
π1 π=1
pada [π, π] berlaku
π1
π
π·1
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
π ππ π
<
π 2
β
(2) terdapat fungsi positif πΏ2 : π, π β β dengan sifat untuk setiap partisi Perron πΏ2 βfine π·2 =
π’π , π£π , π₯π
π2 π=1
pada [π, π] berlaku
π2
π·2
π
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
πππ π
<
π . 2
β
Dibentuk fungsi positif πΏ: π, π β β dengan rumus πΏ π₯ = min πΏ1 π₯ , πΏ2 π₯ , maka diperoleh πΏ π₯ β€ πΏπ π₯ π’π , π£π , π₯π
π π=1
π = 1,2
untuk setiap π₯ β π, π . Akibatnya, jika π· =
partisi Perron πΏ βfine pada [π, π] maka D juga merupakan partisi
Perron πΏπ βfine π = 1,2 pada [π, π] sehingga berlaku π
π
π·
π π₯π π π’π , π£π π=1
β π»π
π ππ π
<
π , 2
β
51
Vol. 5, No. 2, Desember 2009: 45-56
dan π
π
π·
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
πππ
<
π
π . 2
β
Dengan demikian untuk partisi Perron πΏ βfine D pada [π, π] di atas berlaku π
π
π·
π + π π₯π π π’π , π£π
β
π»π
π=1
π
π ππ + π»π π
π
π·
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
πππ π
β
π
π
+
β
π
π
β€
πππ
π·
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
πππ π
< π. β
(iii) Diketahui π terintegral-HS terhadap integrator π pada [π, π] berarti untuk bilangan π > 0 tersebut di atas terdapat fungsi positif πΏ1 pada [π, π] dengan sifat untuk setiap partisi Perron πΏ1 βfine π·1 =
π’π , π£π , π₯π
π1 π=1
pada [π, π] berlaku
π1
π
π·1
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
πππ π
<
π 2
β
Diketahui π terintegral-HS terhadap integrator π pada [π, π] berarti untuk bilangan π > 0 tersebut di atas terdapat fungsi positif πΏ2 pada [π, π] dengan sifat untuk setiap partisi Perron πΏ2 βfine π·2 =
π’π , π£π , π₯π
π2 π=1
pada [π, π] berlaku
π2
π·2
π
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
π < . 2
πππ π
β
Dibentuk fungsi positif πΏ: π, π β β dengan rumus πΏ π₯ = min πΏ1 π₯ , πΏ2 π₯ , maka diperoleh πΏ π₯ β€ πΏπ π₯ π’π , π£π , π₯π
π π=1
π = 1,2
untuk setiap π₯ β π, π . Akibatnya, jika π· =
partisi Perron πΏ βfine pada [π, π] maka D juga merupakan partisi
Perron πΏπ βfine π = 1,2 pada [π, π] sehingga berlaku π
π
π·
π π₯π π π’π , π£π π=1
52
β π»π
π ππ π
< β
π , 2
Integral Henstock-Stieltjes ... (Umi Mahnuna Hanung)
dan π
π
π·
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π ππ
π=1
π
<
π . 2
β
Dengan demikian untuk partisi Perron πΏ βfine D pada [π, π] di atas berlaku π
π
π·
π π₯π π + π
π’π , π£π
β
π»π
π
π ππ + π»π
π=1
π
π
π·
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
π·
πππ π
β
π
π
+
β
π
π
β€
π ππ
π π₯π π π’π , π£π
β π»π
π=1
π ππ π
< π. β β
Berdasarkan Teorema 2.4 ((i) dan (ii)) di atas diperoleh bahwa keluarga semua fungsi bernilai vektor yang terintegral Henstock-Stieltjes terhadap integrator π pada [π, π], ditulis HS(οͺ,[a,b]), merupakan ruang linear atas β.
Teorema 2.4 Diketahui π: [π, π] β β fungsi terbatas dan π fungsi bernilai vektor yang terdefinisi pada [π, π]. Jika π = 0 hampir dimana-mana pada [π, π], maka π terintegralHS terhadap integrator π pada [π, π] dan π
π»π
π ππ = 0. π
Bukti. Diketahui π = 0 hampir dimana-mana pada [π, π], ini berarti terdapat himpunan π΄ β [π, π] dengan π π΄ = 0 sehingga π = 0 berlaku pada himpunan
π, π β π΄.
Selanjutnya dibentuk himpunan π΄π dengan π β π© sebagai berikut π΄π = π₯ β π΄: π β 1 < π
β
β€π ,
53
Vol. 5, No. 2, Desember 2009: 45-56
maka diperoleh β
π΄π = π΄
dan
π π΄ = 0 untuk setiap π.
π=1
Selanjutnya, diberikan sebarang bilangan π > 0 dan didefinisikan fungsi positif πΏ: π, π β β menurut rumus π πΏ π₯ = π. 2π+1 1 Jika π· =
π’π , π£π , π₯π
π π=1
, jika π₯ β π΄π , jika π₯ β π΄π .
partisi Perron πΏ βfine pada [π, π] maka diperoleh
π
π·
π π₯π π π’π , π£π
β0
π=1
β π
=
π·
π π₯π π π’π , π£π π=1
=
β
π·
π π₯π π π’π , π£π
+ π·
π₯βπ΄
=
π π₯π π π’π , π£π π₯βπ΄
π·
π π₯π π π’π , π£π
+ π·
π₯βπ΄
0π π’π , π£π π₯βπ΄ β
=
π·
π π₯π π π’π , π£π
<
π₯βπ΄
β
β
π=1
β
2ππ = π. β π. 2π+1
Teorema 2.5 di atas sekaligus menunjukkan eksistensi fungsi bernilai vektor yang terintegral Henstock-Stieltjes. Berdasarkan Teorema 2.5 juga dapat dibuktikan Teorema 2.6 di bawah ini. Teorema 2.6 Jika fungsi π : [π, π] β β π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π dan π = π hampir dimana-mana pada π, π , maka π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π dan π
π»π
πππ = π»π π
54
π
πππ. π
Integral Henstock-Stieltjes ... (Umi Mahnuna Hanung)
Bukti. Diketahui π β π = 0 hampir dimana-mana pada
π, π , maka berdasarkan
Teorema 2.5 diperoleh π β π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π dan π
π»π
π β π ππ = 0. π
Oleh karena π = π β π + π dan π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π , maka jelas π terintegral-HS terhadap integrator π pada π, π dan menurut Teorema 2.4 diperoleh π
π»π
π
πππ = π»π π
π
π β π ππ + π»π
π ππ
π
π π
= 0 + π»π
π
π ππ = π»π π
πππ . β π
DAFTAR PUSTAKA Chae, B.1995. Lebesgue Integration, Second edition. New York: Springer-Verlag. Gordon, B.G. 1994. The Integral of Lebesgue, Denjoy, Perron and Henstock. American Mathematical Society. Indarti, Ch.R. 2002. Integral Henstock-Kurzweil di Dalam Ruang Euclide Berdimensi-n, Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Lim, J.S., Yoon, J.H. & Eun, G.S. 1998. On Henstock-Stieltjes Integral. KangweonKyungki Mathematics Journal, 6: 87-96. Ostaszweski, K.M. 1986. Henstock Integration in the Plane. Memoirs of AMS 67. Lee, P.Y. 1989. Lanzhou Lectures on Henstock Integration.World Scientific. Lee, P.Y. 1996. The Radon Nikodym Theorem for the Henstock Integral in Euclidean Space. Real Analysis Exchange, 22: 677-687. Lee, P.Y. & Vyborny, R. 2000. Integral: An Easy Approach after Kurzweil and Henstock. New York: Cambridge University Press. Hanung, U.M. & Darmawijaya, S. 2005. Integral Henstock-Stieltjes. Prosiding Seminar Nasional, FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
55
Vol. 5, No. 2, Desember 2009: 45-56
Hanung, U.M. 2007. Some Convergence Theorems for the Henstock-Stieltjes Integral. Proceeding of the 5th SEAMS-GMU International Conference on Mathematics and Its Applications, FMIPA-Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia, 24th 27th July 2007. Pfeffer, W. F. 1993. The Riemann Approach to Integration. New York: Cambridge University Press.
56