INSEMINASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM PELAJARAN EKONOMI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI YOGYAKARTA III
Junanah Rahmani Timorita Yulianti Yusdani Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta E-mail:
[email protected] [email protected] [email protected]
Abstract This article is the result of research that aims to describe the Islamic values in economic subjects in MAN Yogyakarta III. In addition, based on the findings of this research used as a basis for designing modules economic subjects charged Islamic values as a guide teachers to teach economics at MAN Yogyakarta III. Subjects in this study was the deputy head of the curriculum MAN Yogyakarta III, MAN Yogyakarta III economics teacher, and several students majoring in social studies MAN Yogyakarta III. Selection of subjects in this study was porpusive sampling. Primary data were collected through interviews and secondary data supported by relevant documents. The data were analyzed using descriptive qualitative method by steps: data collection, data reduction, data display and analysis. The results of this study has been indicated that the economic subjects in MAN Yogyakarta III still tend to be dominated valuesliberal capitalist economy, while Islamic economics or economics based on Islamic values have not taught formally. As for the design of the modules loaded Islamic values in economic subjects in MAN Yogyakarta III proposed consists of three stages, namely; analysis, design, and development. Keywords : Economics subject, Islamic value, insemination, State Islamic Senior High Scool III of Yogyakarta
92 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015
A. PENDAHULUAN Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup ini dapat dilakukan dengan meningkatkan sumber daya yang ada melalui kegiatan produksi, konsumsi, distribusi, dan kegiatan ekonomi lainnya. Oleh karena itu, semua kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan manusia akan selalu bersinggungan dengan ilmu ekonomi. Pentingnya ilmu ekonomi sebagaimana tersebut di atas meniscayakan pembelajaran ilmu ekonomi melalui jalur pendidikan formal. Hal ini dapat dipahami bahwa di Indonesia, ilmu ekonomi diajarkan kepada peserta didik sejak di bangku SMA atau MA. Karena ilmu ekonomi yang begitu penting dalam kehidupan, maka penting pula untuk menilik bahan yang diajarkan kepada para siswa. Suatu fenomena di dunia pendidikan menunjukkan bahwa kurikulum pengajaran ekonomi (ekonomi umum= ekonomi konvensional) di sekolah pada level SMA atau Madrasah Aliyah diindikasikan cenderung lebih menekankan kepada sisi pengetahuan (kognitif) peserta didik tentang ekonomi konvensional. Indikatornya dapat dilihat dari bahan atau sumber belajar yang menjadi rujukan para pendidik dan peserta didik yang lebih berorientasi kepada aspek materi. Selain itu proses evaluasi belajar mengajar yang biasa dilakukan, baik di tingkat satuan pendidikan maupun pada tingkat regional dan nasional, hanya mengukur aspek-aspek kognisi siswa yang kurang memperhatikan aspek afeksi. Gambaran umum pembelajaran di atas sebagaimana dikemukakan oleh Djahiri bahwa operasionalisasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah dewasa ini cenderung memiliki sifat yaitu; pertama, bersifat guru sentries yakni apa yang menurut guru baik dan seharusnya dibelajarkan, tanpa memperhitungkan kegunaan dan kemampuan siswa atau lingkungannya. Kedua, curriculum based dan scientific based, yaitu suatu model perancangan pembelajaran hanya mengacu dan mengoperasionalkan pokok materi pelajaran dalam kurikulum atau buku saja, tanpa banyak rekayasa yang bersifat kontekstual. Ketiga,
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 93
pencapaian hasil belajar dengan harapan yang optimal, sehingga siswa dipacu untuk menghafal apa yang diberikan guru atau buku. Keempat, waktu atau durasi pembelajaran terbatas, sesuai dengan yang ditetapkan dalam kurikulum dan selama jam pelajaran di kelas saja.1 Fenomena pengajaran ekonomi tersebut di atas, bukan hanya terjadi di lingkungan sekolah umum, melainkan juga di lingkungan sekolah yang berciri khas keagamaan, seperti madrasah. Padahal sebagai sekolah yang berciri khas keagamaan seharusnya lebih banyak mengusung nilai-nilai agama Islam yang dijabarkan dalam semua mata pelajaran, terutama dalam mata pelajaran ekonomi. Dalam konteks mata pelajaran ekonomi, nilai-nilai ekonomi kapitalis-liberalis mendominasi dalam tatanan perekonomian nasional. Hal ini juga berimplikasi pada dunia pendidikan yang membentuk pemahaman para siswa sebagai salah satu pelaku ekonomi. Kenyataan madrasah sebagai bagian dari dunia pendidikan secara mikro, mengajarkan nilai-nilai ekonomi konvensional. Dengan begitu, ekonomi sebagai disiplin ilmu yang menjadi bahan ajar di madrasah, hendaknya juga dilandasi oleh nilai-nilai Islam. Nilai-nilai tersebut pada hakikatnya merupakan landasan dalam pengembangan dan perwujudan manusia seutuhnya. Pengajaran ekonomi konvensional yang demikian adanya, adalah wajar jika diajarkan pada SMA (Sekolah Menengah Atas) yang notabenenya mempelajari ilmu-ilmu umum. Namun menjadi sebuah “keganjilan” jika ekonomi konvensional diajarkan di Madrasah Aliyah tanpa dikuatkan nilai-nilai Islam yang menjadi ciri khas identitasnya. Dengan begitu, pengajaran ekonomi di Madrasah Aliyah, semestinya bukan hanya bertujuan agar peserta didik menguasai pengetahuan semata, melainkan juga membentuk manusia yang sadar akan eksistensi dirinya sebagai makhluk Allah SWT. Selain itu, juga terdapat kecenderungan berbagai studi atau penelitian pengembangan ekonomi Islam dewasa ini lebih didominasi oleh riset Kosasih Djahiri, Kapita Selekta Pembelajaran, (Bandung: Lab PMPKN FPIPS UPI Bandung, 2007), h. 5-6 1
94 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 tentang kurikulum ekonomi Islam di perguruan tinggi dan lembaga keuangan Islam baik bank maupun non bank. Hal ini menunjukkan masih jarang ditemukan suatu riset atau studi ekonomi Islam di lembaga pendidikan di level SMA atau yang sederajat. Sementara itu, untuk mensosialisasikan ekonomi Islam di kalangan masyarakat melalui sekolah keislaman seperti MAN merupakan suatu langkah yang strategis. Berpangkal tolak dari uraian di atas, penelitian ini menelaah secara mendalam tentang mata pelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Yogyakarta III. Berdasarkan observasi sebagai pre elemenery research diperoleh informasi awal bahwa pengajaran mata pelajaran ekonomi di madrasah pada umumnya belum memuat nilai-nilai Islam. Begitu pula dengan buku ajar yang digunakan. Realitasnya, para siswa hanya dibekali ilmu ekonomi konvensional. Hal ini disebabkan oleh masih langkanya buku ajar yang secara langsung memuat ekonomi Islam.2 Bahkan diinformasikan lebih lanjut bahwa di MAN Yogyakarta III adalah, tidak ada buku ajar ekonomi secara khusus yang diajarkan di dalam kelas. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Perpustakaan MAN Yogyakarta III sebagai berikut. “Buku ekonomi yang ada di MAN Yogyakarta III sangat banyak, ada yang dari penerbit Erlangga, Tiga Serangkai, Yudistira, Gramedia, dan yang lainnya. sepengetahuan saya sih guru ekonomi tidak memakai satu buku acuan, siswa juga pegang LKS, jadi buku-buku yang ada diperpustakaan tidak menjadi buku wajib siswa, tapi sering siswa meminjam buku-buku ekonomi itu, mungkin untuk mencari penjelasan lebih lanjut, atau guru yang meyarankan. Tapi ya itu…, buku-buku Ekonomi yang dipakai untuk belajar”.3
Data diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta, Madrasah Aliyah Negeri 3 Yogyakarta (MAN MODEL), dan Madrasah Aliyah Negeri 1 (Model) Bandar Lampung. Peneliti melakukan wawanacara dengan guru mata palajaran ekonomi dan beberapa siswa di MAN 1 dan MAN 3 Yogyakarta serta melakukan pengamatan terhadap buku ajar yang digunakan. 2
Wawancara dengan Ibu Rina (Kepala Perpustakaan MAN Yogyakarta III), pada hari Senin 21 April 2014. 3
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 95
Berdasarkan pengamatan peneliti, buku ajar mata pelajaran ekonomi sebagaimana disebutkan di atas, masih sangat minim muatan nilainilai Islamnya. Bahkan tidak ada satu bukupun yang secara eksplisit menjalaskan nili-nilai Islam dalam ekonomi. Atas dasar itu, maka perlu kiranya dilakukan riset untuk menelaah dan memberi penguatan nilai-nilai Islam dalam mata pelajaran ekonomi di MAN Yogyakarta III, kemudian selanjutnya akan dilakukan studi kemungkinan untuk mendesain modul mata pelajaran ekonomi Islam yang dapat dijadikan acuan guru dalam mengajar mata pelajaran ekonomi. Berangkat dari realitas di satu pihak fenomena dan potret booming ekonomi Islam yang ditandai oleh semaraknya pembukaan program ekonomi baik di perguruan tinggi umum maupun di pergruan tinggi agama (Islam) yang menawarkan /membuka program pendidikan S1, S2 dan S3 dan demikian pula pesatnya pertumbuhan lembaga keuangan Islam baik bank maupun non bank. Sedangkan di pihak lain di dunia pendidikan Islam level Madrasah (Aliyah) kemungkinan diajarkan ekonomi Islam belum tersentuh sama sekali karena kenyataannya kurikulum diajarkan adalah mata pelajaran ekonomi konvensional. Informasi ini menjelaskan bahwa belum adanya kurikulum tentang ekonomi Islam. Berdasarkan latar belakang tersebut, pertanyaan penelitian yang menjadi fokus riset ini sebagai berikut: (1) Bagaimana potret pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang dilakukan di MAN Yogyakarta III? (2) Bahan atau sumber belajar apa saja yang dipergunakan dalam pembelajaran mata pelajaran ekonomi di MAN Yogyakarta III? (3) Apakah mata pelajaran ekonomi yang diajarkan di MAN Yogyakarta III sebagai sekolah agama (Islam) yang berada di bawah naungan Kemenag sudah mulai memperkenalkan nilai-nilai Islam dalam mata pelajaran ekonomi? (4) Bagaimana kemungkinan untuk mendesain modul bahan ajar ekonomi Islam sebagai suplemen mata pelajaran ekonomi di MAN Yogyakarta III? Selanjutnya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan juga penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
96 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam pengistilahannya.4 Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan informasi tentang nilai-nilai Islam dalam mata pelajaran ekonomi di MAN Yogyakarta III. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mengintegrasikan pendekatan filosofis dan pedagogis. Pendekatan filosofis karena dalam riset ini membahas nilai sedangkan pendekatan pedagogis karena penelitian ini menyangkut ranah pendidikan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penguatan nilai-nilai Islam. Sedangkan variabel terikatnya adalah mata pelajaran ekonomi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah in dept interview. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung (dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara). Sedangkan metode pendukung pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun Langkah kerja dari analisis data penelitian ini menggunakan analisis yang dipaparkan oleh Miles dan Huberman. Miles dan Huberman menyampaikan bahwa dalam menganalisis data terdapat empat langkah. Empat langkah tersebut da[at digambarkan dalam yang dipaparkan oleh Miles dan Huberman.5
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 4 4
Maatthew B Miles, dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. (Jakarta: UI Press, 1992), h. 20 5
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 97
Data Collection
Data Reduction
Data Display
Conclusion: Drawing / Verifying
Gambar 1. Scheme Content Analysis with Interactive Model
B. KAJIAN TEORI 1. Nilai Islam ekonomi Islam adalah nilai-nilai Islam itu sendiri. Nilai-nilai Islam secara hirarkis pertingkatannya dapat dibagi menjadi enam level, yang dapat dipahami dari diagram di bawah ini.
Gambar 2. Level Norma Dalam Islam Sumber: Jamaluddin Atiyah, 2001: 219-221
98 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 Norma-norma Islam tersebut di atas dapat disederhanakan menjadi tiga lapis (jenjang), yaitu pertama, norma-norma dasar atau nilai-nilai filosofis (al-qiyam al-asasiyah), yaitu norma-norma abstrak yang merupakan nilai-nilai dasar dalam Islam seperti kemaslahatan, keadilan, kebebasan, persamaan, persaudaraan, akidah, dan ajaranajaran pokok dalam etika Islam. Kedua, norma-norma tengah, yang terletak antara dan sekaligus menjembatani nilai-nilai dasar dengan norma Islam konkret. Norma tengah ini dalam merupakan doktrin atau asas umum Islam, dan secara konkretnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu annazariyyat (asas-asas Islam) dan al-qawa’id (kaidah-kaidah). Ketiga, norma-norma Islam konkret (al-far’iyyah atau al-furu’).6 Ketiga lapisan norma Islam di atas, tersusun secara hirarkis yaitu norma yang paling abstrak dikonkretisasi atau diimplementasikan dalam norma yang lebih konkret. Dengan kata lain nilai-nilai dasar (filosofis) dikonkretisasi dalam norma-norma tengah baik berupa asas-asas (an-nazariyyat) maupun kaidah-kaidah (al-qawa’id). Normanorma tengah (doktrin-doktrin umum) Islam pada gilirannya lebih dikonkretkan lagi dengan mengimplementasikannya dalam bentuk norma-norma Islam konkret ( far’iyyah). Agar mudah dipahami tiga lapis norma Islam dapat dijelaskan:
Syamsul Anwar, “Pengembangan Metode Penelitian Hukum Islam” dalam Profetika Jurnal Studi Islam, Vol. 4, No. 1, Program Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Januari 2002, h. 131–132, lihat juga Syamsul Anwar, “Membangun Good Governance dalam Penyelenggaraan Birokrasi Publik di Indonesia Tinjauan dari Perspektif Syariah dengan Pendekatan Ilmu Usul Fikih”, Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Usul Fikih pada Faklutas Syari’ah di Hadapan Rapat Senat Terbatas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tanggal 26 September 2005, h. 2-5. Bandingkan juga dengan Muntoha, Otonomi Daerah dan Perkembangan Peraturan Daerah Bernuansa Syari’ah, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2010), h. 35-36 6
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 99
Nilai-nilai Filosofis Asas-Asas Umum Norma Konkrit
Berdasarkan deskripsi di atas dapat ditegaskan bahwa nilai-nilai Islam di atas merupakan norma moral Islam. Moral Islam sebagai pilar ekonomi Islam perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai-nilai yang lebih terinci, sehingga pada akhirnya dapat menjadi rumusan penuntun perilaku para pelaku ekonomi. Nilai-nilai ini merupakan sisi normatif dari ekonomi Islam yang berfungsi mewarnai atau menjamin kualitas perilaku ekonomi setiap individu. Keberadaan nilai semata pada perilaku ekonomi dapat menghasilkan suatu perekonomian yang normatif dan tidak dapat berjalan secara dinamis. Oleh karena itu, implimentasi nilai-nilai ini harus secara bersama-sama didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi yang digali dari al-Quran dan al-Sunnah.7 Nilai-nilai dalam al-Quran dan hadits terkait dengan ekonomi sangatlah banyak. Dari berbagai pandangan ekonomi Muslim dapat disimpulkan bahwa inti dari nilai ajaran Islam adalah tauhid yaitu, segala aktivitas manusia termasuk ekonomi hanya dalam rangka untuk ditujukan mengikuti satu kaidah hukum, yaitu hukum Allah. Pada praktik pelaksanaannya, nilai tauhid ini diterjemahkan dalam banyak nilai. Setidaknya terdapat tiga nilai dasar yang menjadi pembeda ekonomi Islam dengan lainnya, yaitu: keadilan (adl). Seluruh makna adil tersebut akan terwujud jika setiap orang 7 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia (P3EI UII), Ekonomi Islam, (Jakarta: PT rajaGrafindo Persada, 2011), h. 58
100 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 menjunjung tinggi nilai kebenaran, kejujuran, keberanian, kelurusan dan kejelasan. Selanjutnya khilafah, konsep ini dapat dijabarkan sebagai amanah dan tanggung jawab manusia terhadap apa-apa yang telah dikuasakan kepadanya, seperti tanggung jawab berperilaku ekonomi dengan cara yang benar, mewujudkan mashlahah maksimum dan kesejahteraan setiap individu. Labih jauh lagi adalah takaful konsep ini dapat diartikan sebagai upaya mewujudkan hubungan baik antara individu dengan masyarakat melalui konsep penjaminan seperti pemilikan dan pengelolaan sumber daya oleh individu, menikmati hasil bangunan atau output, untuk membangun keluarga sakinah dan amar ma’ruf nahi munkar.8 2. Modul Pembelajaran Modul merupakan sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis. Sebuah kompetensi dan sub kompetensi dikemas dalam satu modul yang utuh (self contained) untuk memenuhi kebutuhan belajar pada mata pelajaran tertentu dan proses pembelajaran tertentu. Materi modul disusun secara menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan serta dapat digunakan untuk belajar mandiri (self instructional), dan penggunaannya tidak tergantung dengan media lain (self alone). Modul memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk latihan, merangkum dan mengukur kemampuan dengan melakukan tes sendiri (self test). Modul mengakomodasi kesulitan belajar siswa dengan memberikan tindak lanjut dan memberi kesempatan mengembangkan diri dengan materi pengayaan. Modul sekurangkurangnya memiliki sampul atau topik yang jelas, rumusan kompetensi dasar atau kemampuan akhir sebagai berikut:
Ibid., h. 59-64
8
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 101
3. Sejarah Singkat dan Profil MAN Yogyakarta III Sejarah Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III tidak dapat dilepaskan bahwa pada tahun 1950 berdiri tiga madrasah/sekolah Departemen Agama di Yogyakarta, yaitu SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama), SGAI (Sekolah Guru Agama Islam) putri, dan SGAI putra. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa berdirinya Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III erat kaitannya dengan berdirinya tiga madrasah tersebut. Dalam perkembangan berikutnya, dapat dijelaskan bahwa pendidikan di lingkungan Departemen Agama, SGHA kemudian berubah menjadi PHIN (Pendidikan Hakim Islam Negeri), dan sekarang menjadi MAN Yogyakarta I, SGAI Putri berubah menjadi PGA (Pendidikan Guru Agama) Putri dan sekarang menjadi MAN Yogyakarta II, sedang SGAI Putra berubah menjadi PGAN dan akhirnya menjadi MAN Yogyakarta III. Lokasi atau tempat belajar SGAI, PGA, PGA V tahun putra dan putri semula menyewa di Jl. Malioboro pada SR Netral (sekarang lokasinya persis ditempati Toko Sami Jaya). Dapat pula diuraikan bahwa ketika Sekolah Pemerintah Pusat RI pindah dari Yogyakarta ke Jakarta, PGA Putri pindah ke Jl. KH Ahmad Dahlan sampai sekarang, menempati yang semula untuk Kementerian Agama. Setelah PTAIN pindah dari Jl. Simanjuntak ke Demangan menjadi IAIN, gedung itu untuk PHIN, yang dahulunya merupakan perubahan dari SGHA. Sedangkan PGA Putra itu (sekarang MAN Yogyakarta III), tetap masih menyewa dan pindah ke Jl. Kapas, selanjutnya menyewa dan pindah ke gedung Mu’alimin Muhamadiyah, dan terakhir pindah ke Sinduadi (Jl. Magelang Km.4) dengan sudah memiliki tanah dan gedung sendiri. Berdasarkan deskripsi dan penjelasan di atas dapat diuraikan bahwa MAN Yogyakarta III atau yang lebih dikenal dengan sebutan MAYOGA didirikan pada tanggal 1 juli 1992 yang berawal dari PGAN menjadi MAN di seluruh Indonesia. Alih fungsi dari PGAN di seluruh Indonesia menjadi MAN berdasarkan keputusan Menteri
102 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 Agama No. 64/1990. Pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) memandang penting peningkatan para guru.Para lulusan PGAN yang semula berhak mengajar di SD, kini untuk menjadi Guru Agama Islam di SD harus lulus D3 Pendidikan Guru Agama Islam. Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III pernah menjadi MAN percontohan untuk Yogyakarta. Sebagaimana diketahui bahwa sebelum tahun 2014 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dapat dimaksudkan sebagai MAN percontohan, masing-masing daerah tentunya memiliki sebuah sekolah yang dapat dijadikan teladan atau contoh. Pada dasarnya hanya satu lembaga pendidikan Islam yang berhak menyandang MODEL di setiap daerah. Layaknya sebagai madrasah percontohan bagi Madrasah yang lain dengan syarat memiliki keunggulan dalam semua bidang. BerdasarkanSK Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI No.E.IV/PP.00.6/ KEP/17.A/98, MAN Yogyakarta III untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai MAN Model. MAN Yogyakarta III (MAYOGA) terletak di Jalan Magelang Kilometer 4. Secara geografis, batas-batas wilayah MAN Yogyakarta III, di wilayah bagian Timur berbatasan dengan MIN Yogyakarta I, bagian Selatan berbatasan dengan MTsN Yogyarakarta, bagian Barat berbatasan dengan kantor kelurahan Sinduadi, bagian Utara berbatasan dengan TVRI. Adapun Visi, Misi dan Tujuan MAN Yogyakarta III adalah sebagai berikut: Visi MAN Yogyakarta III adalah Terwujudnya Lulusan Madrasah yang Unggul, Terampil Berkepribadian Matang (ULTRA PRIMA). Adapun Misi MAN Yogyakarta III adalah menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, berbudaya keunggulan, kreatif, inovatif dan menyenangkan, membekali siswa dengan Life skill, baik general life skill maupun, specific life skill, memadukan penyelenggaraan program pendidikan umum dan kejuruan dengan pendidikan agama, menghidupkan pendidikan ber-Ruh Islam, menggiatkan ibadah, memperteguh
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 103
keimanan dan akhlakul karimah, meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga pendidik dankependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan dan melaksanakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel dan berwawasan lingkungan. Adapun tujuan MAN Yogyakarta III menampilkan kinerja yang memiliki karakteristik: populis, islami dan berkualitas. Secara khusus MAN Yogyakarta III sebagai madrasah Aliyah bertujuan menghasilkan keluaran pendidikan yang memiliki keunggulan dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sekolah yang berciri khas islam, Nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, berwawasan iptek yang mendalam dan luar, motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan keunggulan serta memiliki kepribadian yang kokoh, kepekaan sosial dan kepemimpinan, disiplin yang tinggi dan ditunjang oleh kondisi fisik yang prima. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran pembelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III (MAYOGA) menunjukkan bahwa masih cenderung didominasi nilai-nilai ekonomi kapitalis-liberalis dalam tatanan perekonomian nasional tidak terlepas dari peran serta dunia pendidikan yang membentuk pemahaman para pelaku ekonomi. Dunia pendidikan secara mikro yang memberikan pengaruh dalam proses pembentukan pemahaman para pelaku ekonomi di antaranya adalah satuan pendidikan atau sekolah. Fenomena di lapangan di atas membuktikan pula bahwa kurikulum pengajaran ekonomi seperti halnya di persekolahan umum lainnya cenderung lebih menekankan kepada pembentukan pengetahuan anak (kognitif). Indikator ini dapat dilihat dari buku sumber yang menjadi rujukan para pendidik dan peserta didik yang lebih berorientasi kepada aspek materi (subject matter oriented), serta proses evaluasi belajar mengajar yang biasa dilakukan, baik di tingkat satuan pendidikan
104 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 maupun pada tingkat regional dan nasional hanya mengukur aspekaspek kognisi siswa dengan mengabaikan aspek afeksi. Dengan begitu, dapat ditegaskan bahwa di MAN Yogyakarta III belum memiliki buku ajar khusus tentang pelajaran ekonomi yang bermuatan nilai-nilai Islam, apalagi ekonomi Islam. Pembahasan dan pemberian materi khusus tentang ekonomi Islam hanya bahasan kecil tentang bank syariah (kelembagaan), produksi dan konsumsi dll ada nuansa dalam pengembangan di kelas. Bahkan hanya disinggung tentang menggunakan produk sesuai dengan ajaran agamanya. Informasi ini mengafirmasi masih dominannya materi ajar ekonomi kapitalis – liberalis. Sekalipun di Madrasah Negeri Yogyakarta III oleh para guru pengajar ekonomi sudah ada upaya untuk memperkenalkan kepada para siswa tentang ekonomi syariah. Hal ini diperoleh dari penjelasan bahwa pernah ada kajian tentang akuntansi syariah. Selain itu, juga pelatihan yang pernah dilakukan tentang perdagangan internasional, pasar modal. Sudah ada upaya memberi nuansa syariahmeskipun hanya sedikit. Dengan demikian, pemahaman yang diberikan kepada para siswa Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III masih cenderung menyamakan tentang ekonomi Islam dan konvensional. Dalam hubungan ini yang lebih ditekankan adalah bahwa yang lebih islami yang mensejahterakan, bukan semata mata akad. Berdasarkan gambaran di atas, terkait dengan mata pelajaran ekonomi yang diajarkan di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III dapat dikemukakan lebih lanjut yang menjadi latar belakang pentingnya adalah bahwa ekonomi adalah salah satu kajian dalam rumpun ilmuilmu sosial yang cukup mendapat perhatian luas dari masyarakat. Oleh karena itu, membicarakan ekonomi tidak akan dapat dipisahkan dari kehidupan baik secara makro maupun secara mikro. Dalam tataran mikro ekonomi yang lebih menitikberatkan pada masalah-masalah ekonomi dalam ruang lingkup produksi, distribusi dan konsumsi, kebutuhan dan alat pemuas kebutuhan serta upaya untuk memaksimalkan kepuasan dalam berbagai keterbatasan. Sedangkan
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 105
dalam makro ekonomi lebih menitikberatkan pada persoalan-persoalan pokok dalam perekonomian secara lebih luas dalam kehidupan bernegara yaitu masalah pertumbuhan, pengangguran, inflasi dan neraca pembayaran. Oleh karena itu sangatlah wajar dan penting sekali ekonomi diajarkan sebagai ilmu pada berbagai jenjang pendidikan di Indonesia dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi yang diharapkan akan tertanam dalam diri peserta didik pemahaman dan kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup dan melaksanakanan aktifitas ekonomi itu sendiri sesuai dengan bidang kehidupan yang dijalaninya. Pemikiran ini juga yang dijadikan dasar pijak pengjaran ekonomi di Mayoga. Atas dasar itu, membicarakan pengajaran ilmu ekonomi termasuk di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III tidak dapat juga dilepaskan dari sistem ekonomi yang berkembang di dunia hari ini dan arah serta orientasi kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara. Dua sistem ekonomi yang cukup mendominasi dalam perkembangan dunia masa kini adalah sistem ekonomi liberal yang diusung oleh Amerika Serikat dan Eropah serta sistem ekonomi sosialis yang diusung oleh RRC dan Rusia, di samping itu beberapa negara di kawasan timur tengah memakai sistem ekonomi Islam. Bahkan di Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir ini pengembangan ekonomi Islam, terutama di berbagai perguruan tinggi sangat pesat sekali. Dalam kaitan dengan pembelajaran ekonomi Islam inilah sebenarnya betapa strategisnya madrasah aliyah baik negeri maupun swasta yang notabenenya di bawah Kementerian Agama. Dalam implementasi dan praktiknya pada berbagai negara memperlihatkan bahwa tidak ada negara yang murni melaksanakan sistem ekonomi liberal secara penuh karena di dalamnya ternyata juga ditemui adanya peran negara dengan sejumlah kebijakan-kebijakan yang secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai intervensi untuk kepentingan nasional negara bersangkutan, begitu juga dengan negara yang memakai sistem ekonomi sosialis seperti Cina dan Rusia dimana kebebasan individu dan berusaha masih terbuka, namun tidak berarti ciri masing-masingnya sebagai sistem ekonomi hilang sama sekali.
106 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 Bertitik-tolak dari penjelasan di atas adalah wajar misalnya Indonesia sebagai negara dengan Pancasila sebagai dasar negara pernah ada gerakan bahkan sampai sekarang mengajarkan sistem ekonomi Pancasila, intisari Pancasila menurut Bung Karno adalah gotong royong atau kekeluargaan, sedangkan dari segi politik trisila yang diperas dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme), sosionasionalisme, dan sosio-demokrasi, Dalam kaitan ini Profesor Mubyarto (2003) mengartikan sistem ekonomi pancasila adalah: sistem ekonomi yang bermoralkan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang mengacu pada Pancasila, baik secara utuh (gotong royong, kekeluargaan) dan mengacu pada setiap silanya, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa: perilaku setiap warga Negara digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral, sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab: ada tekad seluruh bangsa untuk mewujudkan kemerataan nasional, sila ketiga Persatuan Indonesia: Nasionalisme ekonomi, sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan: Demokrasi Ekonomi, sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Desentralisasi dan Otonomi Daerah Defenisi ini secara tegas mengatakan bahwa bahwa nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah pedoman dan tolak ukur perilaku untuk menjalankan aktifitas perekonomian baik secara makro maupun secara mikro sehingga tidak boleh bertentangan dengan tatanan nilai yang sudah tertera dalam Pancasila itu sendiri. Oleh beberapa pihak, dikatakan bahwa ekonomi Pancasila itu secara substantif etis tidak bertentangan dengan Ekonomi Islam. Pemikiran tentang ekonomi Pancasila adalah sebuah produk dan karya besar dari para pendiri bangsa ini yang menggali dari nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia yang kemudian diwujudkan dengan kesepakatan bersama untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang tidak ada tawar menawar lagi. Atas dasar pertimbangan inilah, sudah sewajarnya juga ekonomi Pancasila ini terlihat nyata dalam praktik dan pengajaran ekonomi di Indonesia yang diajarkan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi sehingga akan melahirkan manusiamanusia pancasilais yang menjalankan aktifitas perekonomian Pancasila.
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 107
Selanjutnya berdasarkan informasi tentang BUKU AJAR yang dipergunakan dan RPP yang diperoleh di MAYOGA dapat dikatakan cenderung memperkokoh suatu anggapan bahwa pengajaran ilmu ekonomi di Indonesia baik di sekolah menengah terlebih perguruan tinggi sangat didominasi oleh pemikiran-pemikiran ekonomi klasik dan neoklasik, buku-buku teks ekonomi di sekolah lanjutan hanyalah derivasi ajaran ekonomi neoklasik di perguruan tinggi yang “disederhanakan” sesuai dengan taraf berpikir siswa. Atas dasar itulah Salah satu “kelemahan” mendasar ajaran ekonomi Neoklasik adalah terlalu “bias” kepada pengusaha (besar). Materi ekonomi yang diajarkan dalam ekonomi Neoklasik adalah materi-materi yang berpijak pada keyakinan manusia sebagai homo economicus, yang selalu mengejar self interest secara efisien. Efisiensi ekonomi dianggap hanya terwujud melalui maksimisasi profit dan minimisasi biaya. Materi-materi ini juga diajarkan di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III. Demikian pula halnya, efisiensi dipercaya hanya dapat dicapai melalui persaingan pasar (pasar bebas), sehingga ajaran yang ditonjolkan adalah persaingan (kompetitivisme), dan bukannya kerja sama atau kooperasi. Hal ini juga menampakkan kekeliruan ajaran ekonomi Neoklasik yang terlalu mengagungagungkan “pasar”, dengan melupakan aspek kelembagaan sosial-budaya, politik, dan ideologi “gotong royong” yang dianut Indonesia. Dalam hubungan dengan kesulitan mencari buku teks ekonomi yang memuat bahasan mengenai keadilan ekonomi (sosial), termasuk diantaranya bahasan kemiskinan dan ketimpangan yang dialami oleh rakyat di Indonesia. Hal ini karena adanya anggapan bahwa keadilan bukanlah masalah dalam ilmu ekonomi, melainkan sudah masuk wilayah hukum ataupun politik. Jadi mudah dipahami apabila bahasan mengenai ekonomi rakyat “dihindari” dalam buku ajar ekonomi. Padahal lebih dari 90% pelaku usaha di Indonesia adalah ekonomi rakyat, yang berkecimpung dalam usaha berskala mikro, kecil, dan menengah selama ini materi-materi ajar ekonomi di sekolah lanjutan banyak “dipasok” oleh perguruan tinggi (fakultas ekonomi), sehingga ajaran ekonomi yang dipelajari relatif sama. Dengan demikian, tidak ada perbedaan
108 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 mendasar antara kurikulum ekonomi di SMU/SMA dan MAN. Bahkan memperkuat bahwa pengajaran praktek pengaturan perekonomian negara kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah sangat kentara dengan nuansa ilmu ekonomi klasik dan neoklasik yang nota bene adalah model ekonomi kapital liberal. Selain itu, juga lahirnya kebijakan-kebijakan ini sangat dipengaruhi oleh para ilmuan dan ahli ekonomi yang menduduki posisi strategis bidang perekonomian yang banyak menamatkan studinya di negaranegara yang melahirkan sistem ini terutama Amerika, menurut Mubyarto (1987) bahwa pada era Orde Baru banyak teknokrat-teknokrat dari Universitas Indonesia yang diangkat menjadi menteri terutama pada beberapa pos strategis di bidang perekonomian sehingga melahirkan julukan baru bagi Fakultas Ekonomi UI ini sebagai Fakultas yang mengajarkan paham liberal. Terkait erat dengan uraian di atas, Nasution (2008) juga menyatakan bahwa saat ini ilmu ekonomi yang diajarkan di Kampus maupun sekolah merupakan ilmu ekonomi yang dikembangkan dari praktik ekonomi barat, tepatnya ilmu ekonomi neoklasik, baik moneterist maupun keynesian dan pengajaran ekonomi ini menjadi doktrin sehingga dalam praktiknya ekonomi pasar yang dilandasi oleh faham neoklasik menjadi lebih dominan dalam aktifitas ekonomi di Indonesia, baik dalam tataran pelaku usaha, konsumen maupun pengambil kebijakan. Pengajaran ekonomi klasik dan neoklasik khususnya di Indonesia tidaklah dapat disalahkan karena disatu sisi sebagai negara berkembang yang ingin melakukan akselerasi dalam pembangunan harus melakukan berbagai terobosan dan mengadospi berbagai kemajuan dari perkembangan dunia yang ada. Akan tetapi semangat untuk mengikuti kemajuan dan perkembangan dengan mengadospinya secara mentah-mentah tanpa adanya proses seleksi dan kesepkatan secara nasional yang mempertimbangkan berbagai aspek adalah sesuatu tindakan yag sangat keliru. Sistem ekonomi liberal kapitalis yang lahir dan berkembang di negara asalnya merupakan wujud yang sesuai dengan karaktersistikbangsa Amerika sekaligus merupakan jelmaan dari negara Amarika yang
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 109
menganut ideologi liberalisme, kebijakan-kebijakan ekonomi yang ditempuh Amerika juga merupakan wujud nyata dari idelogi liberalisme yang sangat sesuai dengan bangsa Amerika. Indonesia sebagai negara yang memiliki ideologi Pancasila dengan nilai-nilai yang dikandungnya merupakan sebuah warisan budaya yang telah dijadikan sebagai jati diri bangsa juga memiliki prinsip-prinsip dasar dan asumsi-asumsi pokok dalam mengatur perekonomian negara. Pengajaran ekonomi yang ada sekarang ternyata sangat menjauh dari nilai-nilai yang ada dalam Pancasila dan terjadi pergeseran yang lebih memilih pengajaran ekonomi klasik dan neoklasik sebagai yang utama dalam pengajarannya. Sri Edi Swasono (1988) memaparkan sembilan kekeliuran pengajaran ekonomi di Indonesia khususnya di perguruan tinggi yaitu (1) Pengajaran ilmu ekonomi saat ini belum mampu melepaskan diri dari pemikiran neoklasikal (2) Pengajaran ilmu ekonomi menyandarkan diri pada paham kompetitivisme dengan kuatnya (3) Pengajaran ekonomi di kampus-kampus sejak semula telah kita awali dengan paham market fundamentalism (4) Telah diakui adanya apa yang disebut micro-macro ills(atau micro-macro rifts) (5) Pengajaran ilmu ekonomi kurang memberikan perhatian cukup tentang sistem ekonomi komparatif di luar ortodoksi kapitalisme vs sosialisme (6) Pengajaran ilmu ekonomi sejak awal telah diberikan kepadamahasiswa tanpa membedakan antara prinsip-prinsip ekonomi dan hukum-hukum ekonomi (7) Pelajaran ilmu ekonomi di sekolah-sekolah menengah kita, yang tidaksaja sepenuhnya menjiplak kekeliruan yang terjadi di kampuskampus (8) Pengajaran ilmu ekonomi banyak mengabaikan metode induktif dan lebih menekankan pada metode deduktif (9) di ruang-ruang kelas globalisasi ekonomi banyak diungkapkan sebagai suatu cita-cita untuk mencapai efisiensi ekonomi dunia. Kekeliruan besar di atas sudah saatnya disadari khususnya para pengajar ekonomi pada berbagai jenjang pendidikan di Indonesia karena kesalahan fatal yang dilakukan ini akan berdampak luas terhadap masa depan bangsa Indonesia pada masa depan karena generasi hari ini adalah aset penting yang akan melajutkan tonggak estafet perjuangan
110 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 bangsa, maka dipandang perlu untuk menyusun dan merekonstruksikan kurikulum ekonomi.9 D. KESIMPULAN Sebagai penutup dari keseluruhan deskripsi, uraian, pembahasan, analisis dan diskusi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bahwa pembelajaran ekonomi di MAYOGA dilaksanakan melalui mata pelajaran ekonomi konvensional yang memberikan pemahaman kepada siswa tentang berbagai permasalahan dan konsep ekonomi dan manajemen keuangan konvensional yang dicapai melalui pengajaran ekonomi dan memberikan pemahaman tentang konsep dan praktek ekonomi secara umum. Sedangkan ekonomi Islam atau ekonomi yang berbasis nilainilai Islam belum diajarkan secara formal. Dalam hubungan ini sudah ada upaya mengenalkan ekonomi Islam dengan berbagai kegiatan pembelajaran informal. Selain itu, ekonomi juga diupayakan diinseminasikan dengan pendidikan karakter. Bahwa idealnya setiap materi pelajaran ekonomi di Madrasah Aliyah Yogyakarta III (MAYOGA) diintegrasikan atau diinseminasikan dengan nilai-nilai substansial Islam seperti: al-‘Adl (keadilan), khilafah (tanggungjawab berperilaku), takaful (penjaminan). 2. Desain modul bermuatan nilai-nilai Islam dalam mata pelajaran ekonomi di MAN Yogyakarta III diusulkan terdiri dari tiga tahapan yaitu; analisis, desain, dan development. Berpangkal-tolak dari hasil dan temuan penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa MAN yang berada di bawah naungan Kemenag, sudah saatnya untuk melakukan inseminasi nilai-nilai Islam dalam mata pelajaran ekonomi. Bahkan idealnya sudah menyusun buku ajar Rino, “Pengembangan Kurikulum Ekonomi Pancasila Teori dan Implementasinya di Pendidikan Menengah”, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, 2010), h. 1-6 9
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 111
ekonomi Islam yang dijadikan acuan guru dalam pembelajaran ekonomi, karena MAN adalah sekolah menengah berbasis keislaman. Selain itu, bagi Kemenag agar mereview sumber belajar di Madrasah-madrasah Aliyah, kemudian membuat kebijakan agar pembelajaran ekonomi di Madrasah-madrasah Aliyah diinseminasi dengan nilai-nilai Islam, karena Perguruan Tinggi di bawah Kemenag sudah menyelenggarakan program studi ekonomi Islam. Dengan demikian tidak terjadi kesenjangan pada saat mempersiapkan lulusan yang berkompeten. Oleh karena itu sudah saatnya, program studi S1, S2, dan S3 ekonomi Islam di bawah Kemenag, agar responsif mengisi peluang strategis dalam mensosialisasikan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam di Madrasah-madrasah Aliyah.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Amin.“Al-Ta’wil al-‘Ilmi: Ke Arah Perubahan Paradigma Penafsiran Kitab Suci”, Al-Jami’ah, vol. 39, 2. 2001 Alwani, Thaha al-Jabir. Source Methodology in Islamic Jurisprudence, (terj) Yusuf Talal De Lorenzo dan Anas S. al-Shaikh-Ali, Herdon –Virginia: IIIT, 1416/1994. Anwar, Syamsul. “Pengembangan Metode Penelitian Hukum Islam” dalam Profetika Jurnal Studi Islam, Vol. 4, No. 1, Program Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Januari 2002. Anwar, Syamsul. “Membangun Good Governance dalam Penyelenggaraan Birokrasi Publik di Indonesia Tinjauan dari Perspektif Syariah dengan Pendekatan Ilmu Usul Fikih”, Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Usul Fikih pada Faklutas Syari’ah di Hadapan Rapat Senat Terbatas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tanggal 26 September 2005. Asymawi, Muhammad Said. Ushul asy-Syari’ah.Beirut: Dar Iqra’, 1983. Auda, Jasser. Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law A Systems Approach. London & Washington: IIIT, 2007.
112 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Chapra, M. Umer. Islam dan Tangan Ekonomi, Terj. Nur Hadi Ihsan dan Fiqfi Amar (Surabaya: Risalah Gusti), Dikutip dari M. Anas Zarqa, (1982), “Capital Allocation, Efficiency and Growth in an Interest- free Islamic Economy”, Makalah, 1999. Djahiri, Kosasih. Kapita Selekta Pembelajaran. Bandung: Lab PMPKN FPIPS UPI Bandung, 2007. Fasi, Alla al-. Maqashid as-Syari’ah al-Islamiyyah wa Makarimuha. Casablanca: Maktabah al-Wahdah al-‘Arabiyah, 1963. Garisyah, Ali. Metode Pemikiran Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1989. Hallaq, Wael B. A. History of Islamic Legal Theories: An Introduction to Sunni Ushul Fiqh, Cambridge: Cambridge University Press, 1987. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga, 2009. Imarah, Muhammad. al-‘Amal al-Kamilah li al-Imam Muhammad ‘Abduh., Beirut: Al-Mu’assasah al-‘Arabiyah li ad-Dirasah wa an-Nasyr, 1972. Iqbal, Muhammad. The Reconstruction of Religious Thought in Islam. Lahore: Ashraf Press, 1971. Jabiri, Muhammad al-Abied. Takwin al ‘Aql al-‘Arabi. Beirut: Markaz Dirasat al-Wahdah al’Arabiyah, 1989. Jamaluddin Atiyah. Nahwa Taf’il Maqasid al-Syari’ah. Syria, Damaskus: IIIT, 2001. Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: IIIT Indonesia, 2002. ______, Sejarah Ekonomi Islam. Jakarta: IIIT Indonesia, 2003.
Inseminasi Nilai-Nilai Islam dalam Pelajaran Ekonomi ..... | 113
Khallaf, Abdul Wahhab. Masadir at-Tasyri’ fi ma la Nashsha fih, Kairo: Dar al-Kitab al-Arabi, 1955. Lahsasna, Ahcene. Maqasid al-Syari’ah in Islamic Finance. Kuala Lumpur: IBFIM, 2013. Light, D., Keller, S., & Calhoun, C. Sociology. New York: Alfred A. Knopf, 1989. Macionis, J. J. Society the basics. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1970. Madjid, Abdul. Swasno, Sri Edi (Eds), Wawasan Ekonomi Pancasila.Jakarta. UI Press, 1988. Miles, Maatthew B dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Mubyarto, Ekonomi Pancasila Gagasan dan Kemungkinan.Jakarta. LP3ES, 1987. Muslehuddin, Muhammad. Economics and Islam, New Delhi: Marzkazi Maktaba Islami, 1982. Muntoha. Otonomi Daerah dan Perkembangan Peraturan Daerah Bernuansa Syari’ah. Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2010. Na’im, Abdullahi Ahmed. Toward an Islamic Reformation: Civil Liberties, Human Rights, and International Law. Syracus: Syracus University Press, 1990. Nasution, R., Asas-asas Kurikulum, Bandung : Jamars, 1993. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia (P3EI UII). Ekonomi Islam. Jakarta: PT rajaGrafindo Persada, 2011.
114 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 Rahman, Fazlur. Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. Chicago: The University of Chicago Press, 1982. Rahman, Fazlur. ”Toward Reformulating the Methodology of Islamic Law: Sheikh Yamani on Public International on Islamic Law”, New York University Journal of International Law and Politics 12, 1979. Rino.”Pengembangan Kurikulum Ekonomi Pancasila Teori dan Implementasinya di Pendidikan Menengah”, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, 2010. Saeed, Abdullah. Pemikiran Islam Sebuah Pengantar, terj.Tim Penerjemah Baitul Hikmah Editor Sahiron Syamsuddin dan M. Nur Prabowo S. Yogyakarta: Kaukaba, 2014. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2007. Sulaiman, Abdul Hamid A. Abu. Crisis in The Muslim Mind, Herdon Virginia: IIIT, 1413/1993. Syahrur, Muhammad. Al-Kitab wa al-Qur’an dan Qira’ah Mu’asirah. Damaskus: al-Ahab li ath-Thiba’ah li an-Nasyr wa at-Tauzi, 1992. Syatibi, Abu al-Ishaq. al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah. Kairo: Maktabat wa Matba’at Muhammad Ali Sabih wa Auladih, 1969. Taha, Mahmoud Muhammad. The Second Message of Islam, alih bahasa: Abdullahi Ahmed an-Na’im. Syracuse: Syracuse University Press, 1987. Turabi, Hasan. Tajdid Ushul al-Fiqh, Beirut and Khortoum: Dar al-Fikr, 1980. _____, Tajdid al-Fikr al-Islami, Rabat: Dar al-Qarafi li an-Nasyr wa at-Tauzi, 1993. Wicaksono, Erick, dan Endang Mulyadi, Ekonomi, jilid 1-2,Ciawi Bogor: Yudistira, 2014.