Inilah Sepuluh Peneliti dalam Top Scientist versi Webometrics UNAIR NEWS – Awal pekan lalu, lembaga perankingan perguruan tinggi dunia Webometrics merilis daftar 602 top peneliti di Indonesia. Mereka adalah para peneliti dengan h-index (indeks kepakaran) di atas sepuluh. Sepuluh dari 602 nama itu merupakan para peneliti dari Universitas Airlangga. “Kita patut bersyukur ada sepuluh peneliti yang terdapat dalam daftar tersebut,” ujar Badri Munir Sukoco, Ph.D, Ketua Badan Perencanaan dan Pembangunan UNAIR. Indeks kepakaran versi Webometrics itu dihitung berdasarkan jumlah penelitian dan sitasi publikasi penelitian yang diunggah setiap peneliti melalui akun Google Cendekia (Google Scholar). Pada tahap awal, peneliti harus melakukan aktivasi akun Google Cendekia, lalu mengubah profil dengan status publik. Selain itu, peneliti diharapkan untuk menggunakan alamat e-mail institusional UNAIR. Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengunggah penelitian yang terpublikasi adalah peneliti harus memastikan bahwa karya tersebut memang miliknya. Sebab, dalam beberapa kasus di luar, sitasi peneliti banyak tercatat namun ia tidak terdaftar dalam peneliti top Webometrics. Jika hal ini ditemukan, reputasi universitas bisa menurun. “Hati-hati masukkan data. Diakui betul-betul, karya sendiri atau bukan. Begitu masuk, orang pasti akan ngecek track record-nya. Kalau ternyata salah, nama kita bisa di banned (dicekal),” ujar Badri. Selain Google Cendekia, Badri mengatakan, akun media sosial khusus peneliti yang bisa dimanfaatkan untuk mempublikasikan
hasil risetnya antara lain Research Gate, Academia.Edu, Orcid, dan Mendeley. Sebab, ketika peneliti mengaktivasi akun-akun tersebut, peneliti lainnya bisa dengan mudah mengunduh penelitian tersebut untuk disitasi dan dijadikan referensi. Dengan begitu, jumlah sitasi akan meningkat. “Makanya, kami berupaya agar dosen punya akun-akun itu dan terus memperbarui media tersebut,” tambah Badri. Agar sitasi semakin meningkat, UNAIR menargetkan 20 persen dosen harus sudah bergelar guru besar pada tahun 2020 nanti. Saat ini, ada sejumlah 177 gubes aktif UNAIR. Mereka diharapkan semakin giat untuk melakukan penelitian dan publikasi sehingga jumlah sitasi yang berasal dari penelitipeneliti di UNAIR ikut meningkat. “Dengan publikasi, akan dapat gelar guru besar, sitasi ikut naik. Terkait reputasi, bagaimana reputasi akan menjadi baik kalau kita tidak pernah melakukan publikasi. Reputasi dosen pasti akan dilihat dari apa kompetensinya,” ujar Badri yang memiliki indeks H-11 berdasarkan Webometrics. Badri
menambahkan,
saat
ini
UNAIR
tengah
berupaya
menghangatkan iklim akademik para dosen. Berikut kesepuluh peneliti UNAIR yang masuk daftar 602 peneliti di Indonesia. Mereka adalah Gunawan Indrayanto (Fakultas Farmasi), Maria Inge Lusida (Fakultas Kedokteran), Aty Widyawuruyanti (FF), Soetjipto Koesnowidagdo (FK), Indah Setyawati Tantular (FK), Badri Munir Sukoco (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Aucky Hinting (FK), Wiwied Ekasari (FF), Moh. Yasin (Fakultas Sains dan Teknologi), Agoes Soegianto (FST). (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Syiar Quran Melalui MTQM 2017 UNAIR NEWS – Sekitar 400 mahasiswa Universitas Airlangga mengikuti seleksi Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa (MTQM) tingkat internal. Kegiatan yang bertujuan untuk mencari bakat mahasiswa dan mensyiarkan alquran ini, dilaksanakan di Masjid Ulul Azmi Kampus C, Sabtu (11/3). “Kegiatan ini bukan hanya sekedar kompetisi, tapi kita harus mampu mengimplementasikan ayat-ayat Alquran pada kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan masyarakat maupun di dalam kampus”, tutur Dr. M. Hadi Shubhan., S.H., M.H., CN., selaku Direktur Kemahasiswaan saat menyampaikan sambutannya dalam pembukaan Seleksi MTQM UNAIR tahun 2017. Dari hasil seleksi ini, nantinya para juara akan mengikuti pembinaan yang diselenggarakan tim “Buroq Sakti”. Jika Garuda Sakti membantu prestasi mahasiswa dalam bidang PKM dan mawapres, sedangkan Buroq Sakti ini berada pada bidang MTQ. Pembinaan tersebut dipersiapkan untuk menghadapi MTQM Nasional yang akan diselenggarakan di Universitas Negeri Malang dan Universitas Brawijaya pada bulan Juni 2017 nanti. Pada Musabaqah kali ini ada 8 cabang yang dilombakan. Adapun jumlah peserta yang mendaftar sesuai cabang lomba yang diikuti meliputi Karya Tulis Ilmiah Alquran 54 tim, Tilawatil Quran 23 peserta, Tartilil Quran 101 peserta, Kaligrafi (Khottil Quran) 19 peserta, Hifdzil Quran 1 Juz 47 peserta, Hifdzil Quran 5 juz 9 peserta, Syarah Alquran 27 peserta, Sari Tilawah 21 peserta, Debat Bahasa Inggris Kandungan Isi Alquran 10 peserta, Debat Bahasa Arab Kandungan Isi Alquran 12 peserta, dan desain aplikasi Alquran 6 peserta, MFQ (Pengetahuan Islam) 39 peserta, MFQ (Tajwid dan Ghinail Qur’an) 27 peserta, dan MFQ (Ulumul Qur’an) 18 peserta.
Dari setiap cabang tersebut diambil juara 1,2,3 dan sebagian dibedakan putra dan putri. Dari sekian pemenang, juara umum diraih oleh Fakultas Sains dan Teknologi. “Jadi selain jago di bidang PKM dan Mawapres, Universitas Airlangga harus mampu mempunyai prestasi di bidang Alquran, salah satunya melalui MTQM Nasional nanti,” tutur Ahmad Fauzi, sebagai Ketua Umum MTQM UNAIR. Selamat bertanding kafilah UNAIR. Semoga dengan diadakannya MTQM UNAIR 2017 ini mampu memotivasi seluruh civitas akademika terkhusus mahasiswa UNAIR untuk selalu mencintai, belajar, dan mengamalkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mampu mewujudkan kampus yang Excellence with Morality.
Oleh
: Rohiim Ariful
Editor
: Nuri Hermawan
Fatma Ayu, Putri Indonesia Jawa Timur 2017 Diwisuda UNAIR NEWS – Di antara 2.018 peserta wisuda periode Maret 2017 Universitas Airlangga, ada Putri Indonesia Jawa Timur tahun 2017, Fatma Ayu Husnasari. Fatma, sapaan akrabnya, bersama 1.010 peserta, mengikuti acara prosesi wisuda yang dilangsungkan di Airlangga Convention Center, Minggu (12/3). Fatma merupakan alumnus program studi S-1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, UNAIR tahun angkatan 2013 yang berhasil menyelesaikan studi selama 3,5 tahun.
Selama berkuliah, Fatma tak hanya berhasil menumpuk prestasi di bidang keputrian, tetapi juga prestasi dari setiap kompetisi yang pernah ia ikuti. Di FH, Fatma berhasil meraih juara II mahasiswa berprestasi (mawapres) tingkat fakultas pada tahun 2014. Di tahun berikutnya, Fatma kembali terpilih sebagai juara III mawapres FH tahun 2015. Gadis yang memiliki tinggi badan 173 cm ini juga pernah menjabat sebagai Diajeng Kota Blitar. Ia juga pernah menjadi finalis Top Guest suatu kompetisi yang diadakan perusahaan penerbitan tahun 2012. Selain itu, Fatma merupakan semifinalis Wajah Femina tahun 2016. Ia juga sempat membintangi beberapa iklan, seperti iklan salah satu operator telekomunikasi. Fatma mengatakan, kedua bidang akademik maupun non akademik harus berjalan maksimal dan seimbang. “Selain bisa memupuk jiwa kompetisi di bidang akademik, softskil juga harus terus berkembang dan berprestasi,” tutur Putri Indonesia Jatim. Fatma memiliki punya arti sendiri dalam memaknai prestasi yang diperolehnya. Bagi Fatma, raihan prestasi adalah buah manis dari persiapan yang panjang dan menampilkan performa sebaik mungkin. Selain itu, prestasi itu akan bermanfaat ketika ia nanti akan mengimplementasikan ilmunya ke masyarakat. “Tuntutlah ilmu sebaik mungkin. Teruslah mencoba karena membangun semangat itu dimulai dari diri sendiri. Yang penting, Anda harus tahu akan tujuan dan bagaimana harus mencapainya,” tutur Fatma. Saat ini, Fatma tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi pemilihan Putri Indonesia 2017. Ia tengah fokus dalam membekali diri dengan pengetahuan, mental, dan persiapan fisik. Yang paling penting baginya adalah merepresentasikan perempuan Jawa Timur, sebagaimana daerah yang diwakilinya di ajang nanti. Penulis: Helmy Rafsanjani
Editor: Defrina Sukma S
Peduli Kesehatan, FKM Luncurkan Pos Pembinaan Kesehatan Terpadu UNAIR NEWS – Guna menanggulangi penyakit tidak menular, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga meluncurkan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), Jumat (10/3). Kegiatan Posbindu nantinya melibatkan peran serta masyarakat agar faktor risiko bisa dideteksi dini secara mandiri dan berkesinambungan. “Karyawan biasanya rentan terhadap penyakit tidak menular. Di sini nantinya selain karyawan, mahasiswa juga boleh karena Posbindu ini diperuntukan bagi yang berusia 15 tahun ke atas,” tutur Wakil Dekan II FKM UNAIR Dr. Thinni Nurul Rochman, dalam acara “Launching Posbindu dan Pojok Laktasi”. Acara peluncuran tersebut juga dihadiri oleh Kepala Puskesmas Mulyorejo dokter Riana Restuti. Dalam sambutannya, Thinni menyampaikan bahwa Posbindu akan dibuka setiap Jumat pada pekan kedua selama sebulan sekali. Selain konsultasi dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular, para ibu menyusui juga akan dibekali pengetahuan seputar laktasi. “Mudah-mudahan kita menjadi pelopor hidup sehat di FKM,” tutur Thinni. Riana merespon positif terkait Posbindu yang baru diluncurkan FKM. Kepala Puskesmas Mulyorejo ini berharap, dengan adanya Posbindu, masyarakat juga bisa mendeteksi penyakit-penyakit tidak menular secara mandiri.
“Program ini sejalan dengan program Kementerian Kesehatan dan Puskesmas Mulyorejo. Masyarakat diharap bisa mendeteksi penyakit-penyakit secara mandiri. Nantinya, Posbindu akan sama dengan Posyandu (pos pelayanan terpadu) yang terdiri dari lima meja,” ujar Riana. “Untuk pojok laktasi sendiri sangat perlu bagi yang berusia produktif, karena meskipun bekerja ASI eksklusif sangat penting untuk bayi dan ibunya,” tegas Riana.
Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S
Mahasiswa Pecinta Alam Adakan Konservasi Penyu Hijau di Meru Betiri UNAIR NEWS – Sebanyak 12 mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (WANALA) Universitas Airlangga ikut serta dalam kegiatan konservasi penyu hijau di Pantai Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur. Kegiatan tersebut berlangsung selama delapan hari pada tanggal 1 sampai 8 Maret 2017. Dalam kegiatan konservasi bertajuk “Studi Pelestarian Penyu Hijau dan Identifikasi Hutan Pantai di TN Meru Betiri”, peserta dari WANALA bekerja sama dengan Kepolisian Resor Sukamade. Sekadar informasi, Pantai Sukamade adalah salah satu tempat pendaratan penyu hijau.
Dalam kegiatan konservasi penyu hijau, mereka menggunakan prinsip kerja 3P yakni pengolahan dan perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan. “Kami dari WANALA berangkat dengan membawa misi untuk belajar bagaimana cara melestarikan penyu. Menurut data, status keberadaan penyu hijau saat ini hampir punah,” tutur Citra Nurul Ariadi, salah satu peserta konservasi. Pada saat konservasi dilakukan, peserta dari WANALA didampingi oleh polisi hutan. Tim WANALA yang berasal dari berbagai program studi dibagi menjadi dua tim. Mereka akan menganalisis vegetasi dan mengamati penyu. Tim analisis vegetasi bertugas mengumpulkan data tumbuhan di kawasan “rumah penyu” atau bibir pantai, sedangkan tim pengamatan penyu bertugas mengobservasi pola perilaku penyu yang mendarat untuk bertelur. Inisiatif kegiatan tahunan UKM WANALA yang befokus untuk menyelematkan lingkungan hidup tersebut mendapat respon positif dari berbagai pihak. Pihak kepolisian setempat merasa terbantu dengan adanya kegiatan itu. “Saya harap ada penelitipeneliti dari UNAIR yang mau mampir kesini untuk membantu memberi solusi,” kata Polres Sukamade. Selama ini, konservasi penyu hijau memiliki sejumlah permasalahan. Tumbuhan waru dan pandan yang berada di area bibir pantai tak dapat beradaptasi sehingga jumlahnya berkurang. Selain itu, tumbuh-tumbuhan di wilayah Meru Betiri juga mengalami kerusakan akibat ulah penyu, babi hutan, serta kondisi cuaca. Selain itu, penyu hijau sensitif terhadap cahaya sehingga petugas mengupayakan pantai terbebas dari adanya cahaya. Cahaya tersebut datang dari perahu nelayan yang menangkap benur di malam hari. Dari hasil kegiatan konservasi yang dilakukan, tim WANALA akan
mendokumentasikan kegiatan menjadi buku yang berisi catatan perjalanan serta data-data sebagai wujud sumbangsih pembelajaran lingkungan hidup. Harapannya, buku-buku tersebut dapat menambah wawasan pembaca terkait konservasi sekaligus menumbuhkan kecintaan dan keinginan untuk melestarikan penyu di Indonesia. Penulis: Citra Nurul Ariadi (anggota UKM WANALA) Editor: Defrina Sukma S
IG Bagus Yatna Wibawa, Wisudawan Terbaik S-2 Sekolah Pascasarjana UNAIR NEWS – Terkejut dan tidak menyangka. Begitulah gambaran perasaan I Gde Bagus Yatna Wibawa, ST., M.T., ketika dinyatakan sebagai wisudawan terbaik S-2 Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. Ia lulus program studi Teknobiomedik, dengan IPK 3,95. ”Saya terkejut, karena saya merasa biasa-biasa saja. Masih banyak teman-teman yang lebih kritis. Tetapi dengan IPK setinggi itu, tentu akan membawa tantangan bagi saya. Pandangan orang terhadap saya akan menjadi tinggi,” tutur Bagus kepada Warta UNAIR. Apa kiatnya? Dalam perkuliahan, ia selalu mengerjakan tugas semaksimal mungkin dan memperbaiki kekurangan-kekurangan sebelumnya. Menurutnya, semakin banyak ia belajar, semakin banyak hal yang justru ia tidak ketahui. Selain itu, selama kuliah ia menyibukkan diri dengan mengikuti penelitian dosen
pembimbing tentang pengembangan produk fotodinamik untuk kedokteran gigi dan akupunktur, kegiatan pameran, dan akreditasi prodi. Beragam kegiatan tak membuat Bagus lupa akan tantangan orang tuanya untuk menyelesaikan studi S-2 di UNAIR kurang dari dua tahun. “When you want to give up, remember why you started (Ketika kamu ingin menyerah, ingatlah mengapa kamu memulai). Pesan dari Evan Charmichael itulah yang membuat saya tetap semangat,” tutur Bagus. Dalam tesisnya, ia membahas pemanfaatan laser di bidang kedokteran gigi. Ia meneliti tentang periodontitis (penyakit pada jaringan pendukung gigi). Sumber penularannya adalah kuman-kuman yang bersifat patogen pada gigi, jumlahnya meningkat karena kurangnya perhatian host dalam menjaga kebersihan mulut. Ketika diuji, bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dapat menyebabkan infeksi endokartitis apabila masuk ke peredaran darah. Masyarakat terkadang mengabaikan perawatan gigi dan masih beranggapan laser sebagai benda berbahaya. Ia memanfaatkan low level power laser diode yang tidak berbahaya terhadap jaringan tubuh manusia, namun dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri. “Penelitian ini dan penelitian terdahulu dapat menjadi acuan untuk dikembangkan menjadi produk, sehingga nanti dapat digunakan masyarakat secara luas,” terangnya. (*) Penulis: Siti Nur Umami Editor: Defrina Sukma S.
Juara Silat dan Organisasi, Anggi Wisudawan Berprestasi FPK UNAIR UNAIR NEWS – Ketika menempuh pendidikan formal, mahasiswa wajib mengikuti kegiatan akademik dan organisasi. Anggi Setiya Aji aktif menempuh keduanya. Hingga akhirnya ia berhasil merengkuh gelar sebagai wisudawan berprestasi Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga. Setelah lulus, Anggi sudah memperoleh beasiswa untuk S2 di Thailand. ”Alhamdulillah saya sudah dapat beasiswa ke Thailand, Pak,” katanya ketika di wisuda, hari Sabtu 911/3) kemarin, di Gedung ACC UNAIR. Keaktifannya itu bisa dilihat dari SKP (Satuan Kredit Prestasi) yang dikumpulkan hingga mencapai 4.815 poin. Ini terbesar kedua setelah yang dihimpun Michael Jonatan, wisudawan berprestasi FK UNAIR dengan 7.847 poin. Peraih IPK 3,13 mengakui bahwa dirinya lebih banyak bergiat pada nonakademik dibandingkan yang akademik. “Saya menyadari bahwa kemampuan akademik saya cenderung paspasan. Jadi saya lebih aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM),” pengakuan Anggi, seraya tertawa. Anak pertama dari dua bersaudara ini sudah aktif di UKM sejak semester pertama menjadi mahasiswa. Anggi bergabung dengan dua UKM sekaligus, UKM Setia Hati Terate dan UKM Pramuka. Dari aktivitasnya itu, wajar kalau ia mengoleksi segudang prestasi yang cukup membanggakan. Anggi pernah menyabet juara II ganda putra International PSHT Competition di Universitas Negeri Surakarta, juara I ganda putra National Competition Pencak Silat Rector Cup Unhas Hassanudin, juara I ganda putra National Airlangga Cup Setia
Hati Competition di UNAIR. Selain itu, ada 20 penghargaan lain yang ia peroleh dari aktivitasnya tersebut. Selain aktif di UKM, Anggi juga pernah dan masih menjadi bagian sejumlah organisasi ekstra kampus yakni Rumah Indonesia Cerdas, Be Revolutioner, Himpunan Mahasiswa Padangan (HIMAPA), Airlangga Bojonegoro Community (ABC), Surabaya Youth Entrepreneur Community dan Saka Bhayangkara. Tahun 2015 Anggi juga pernah menjabat Ketua Forum Komunikasi UKM UNAIR. “Hoby” Anggi di organisasi, ia suka membakar semangat rekanrekannya. “Ayoo… tetap semangat. Jangan lupa, kita harus punya aktivitas tambahan yang dapat menampung dan menghilangkan kepedihan dalam usaha kita.” Itu kata-kata yang selalu ia gelorakan. Di bidang akademik, ia mengaku menyelesaikan tugas akhir merupakan perjuangan cukup menantang. “Perjuangan dalam penelitian saya cukup menantang, dan urusan itu baru selesai selama enam bulan,” ujar penulis skripsi berjudul “Karakteristik Kitosan dari Cangkang Kerang Kampak (Atrina Pectinata) dengan Perbedaan Konsentrasi Natrium Hidroksida (NAOH) pada Tahap Deproteinasi” ini. Mantab. (*)
Penulis: Achmad Janni Editor: Bambang Bes
Ilhami Ginang P, Lulus Terbaik S-2 FH UNAIR dengan
IPK 4,0 UNAIR NEWS – Siapa bilang kuliah sambil bekerja menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih prestasi? Tidak benar. Ilhami Ginang Pratidina sudah membuktikan hal itu dan meraih prestasi di bidang pendidikan. Pasalnya, setelah berhasil menjadi wisudawan terbaik saat menyelesaikan studi S-1 di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, beberapa tahun lalu, sekarang ini prestasi yang sangat membanggakan itu dapat kembali digapai oleh perempuan kelahiran Magetan, 31 Juli 1992 ini. Ginang, sapaan karibnya, dalam gelaran wisuda UNAIR periode Maret 2017 ini kembali dinobatkan sebagai wisudawan terbaik jenjang studi S-2. Ia lulus dari Program Studi Kenotariatan FH UNAIR ini dengan nilai IPK sempurna, yakni 4,00. Guna menunjang kelulusannya yang sempurna itu, Ginang menulis tesis yang linear dengan tema skripsinya saat studi S-1 dulu. Judul tesisnya itu ”Keabsahan Perjanjian Elektronik Melalui Agen Elektronik dalam Sistem Hukum Kontrak Indonesia”. Salama menjalani studi di Program Magister itu, Ginang bekerja sebagai paralegal di KJD Law Firm sejak tahun 2014. Untuk menunjang karirnya itu, Ginang sering mengikuti seminar maupun pelatihan seperti Pendidikan Khusus Professi Advokat (tahun 2014), Pelatihan Advokasi dan Social Justice (tahun 2013), serta Seminar Nasional Perburuhan (tahun 2012). “Studi S-2 saya itu dapat dikatakan penuh dengan perjuangan. Mengingat saya kerja di sebuah kantor firma hukum yang pada praktiknya memang tidak memiliki jam kerja, sehingga kendala terbesar jelas masalah manajemen waktu dan stamina, bagi saya sendiri,” tuturnya. Ditanya apa progress setelah menyelesaikan S-2 ini? Dikatakan Ginang bahwa ia berencana mengajukan beasiswa untuk melanjutkan studi di jenjang Doktoral (S-3). Selain itu ia
juga mengajukan tawaran untuk mengajar di suatu perguruan tinggi di sela waktunya yang ada. “Bagi rekan-rekan yang menempuh studi di S-2, baik yang sambil bekerja maupun yang tidak dijalani sambil bekerja, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua itu hanya soal pola piker kita saja. Maka selalulah berpikir positif dan bangunlah karakter yang kuat, sehingga dapat menyelesaikan studi itu dengan baik dan dapat bermanfaat untuk sesama,” demikian ginang ketika dimintai sarannya untuk adik tingkatnya. (*)
Penulis: Pradita Desyanti Editor: Binti Quryatul M
Reuni Akbar Alumni Farmasi, Terapkan Falsafah Sapu Lidi UNAIR NEWS – “Kita ini harus menerapkan falsafah sapu lidi”. Itulah pernyataan yang dilontarkan oleh perwakilan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Airlangga (PP IKA-UA) Dr. Suko Hardjono, MS., Apt., pada saat menghadiri reuni akbar IKA Fakultas Farmasi di Semarang, Sabtu (11/3). Di hadapan peserta alumni yang tergabung dalam Alumni Farmasi Airlangga Surabaya (ALFAS), Suko juga menjelaskan peran IKA baik di pusat, wilayah, maupun cabang. Suko meminta kepada para alumnus agar tetap menjalin hubungan baik dengan kolega lainnya, meski berbeda fakultas dan berbeda bidang keilmuan. “Lidi itu kalau cuma satu kan tidak ada gunanya, tapi ketika bersatu bisa digunakan untuk banyak hal. Nah reuni ini semoga
bisa demikian, menyatukan kita untuk melakukan banyak hal. Pengurus pusat bangga dengan kekompakan ALFAS,” terangnya dalam acara yang dihadiri alumnus FF tahun 1963-2002. Untuk menjaga dan mengembangkan jaringan antar alumni, Suko juga menjelaskan bahwa pihaknya tengah mengembangkan IKA di berbagai wilayah dan cabang. Selain itu, ke depan pihaknya juga akan mengadakan kongres IKA-UA yang akan menghadirkan berbagai alumni dari lintas generasi. “Insya Allah tanggal 15 April nanti kita akan gelar kongres IKA. Saya berharap teman-teman di daerah bisa mendukung IKA pusat maupun wilayah masing-masing,” papar Suko yang juga pengajar FF. Senada dengan Suko, perwakilan IKA-UA Provinsi Jawa Tengah M. Sadikin mengatakan bahwa kekompakan alumni sangat dibutuhkan. Di dalam dunia kerja, misalnya, Sadikin menjelaskan bahwa ia kerap melibatkan tenaga dan bantuan alumni diluar keilmuannya. “Di sini (jateng, red) IKA saling membantu. Kita sudah waktunya saling untuk terus sinergi. Kalau tidak, bisa kalah dengan kampus yang lain. Kita juga harus berkarya sampai mati,” terang alumnus angkatan tahun 1974 tersebut. Selain
kekompakan,
ada
satu
hal
penting
yang
menjadi
pembahasan dalam reuni akbar lintas angkatan tersebut, yakni kas alumni. Drs. Suharno, Apt., selaku Sekretaris Jenderal IKA-FF UNAIR mengatakan bahwa keberadaan kas tidak hanya untuk kebutuhan alumni saja. Dana kas yang ada bisa digunakan untuk membantu riset mahasiswa FF yang masih studi dan juga membantu mahasiswa saat mengikuti perlombaan di luar negeri. “Kemarin ada mahasiswa yang ke Jepang, Alhamdulillah alumni bisa membantu. Saya berharap untuk kas alumni ini tidak hanya bersumber dari iuran, tapi bisa dari usaha bersama yang kita lakukan,” tegas Suharno.
Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Prosesi Wisuda Jadi Ladang Bisnis Bagi Mahasiswa dan Warga UNAIR NEWS – Kelulusan para mahasiswa berjalan begitu meriah. Sanak famili, teman dekat, hingga orang spesial berbondongbondong mengucapkan selamat kepada para wisudawan Universitas Airlangga. Suasana yang meriah ditambah dengan banyaknya orang yang datang dimanfaatkan oleh para mahasiswa dan warga sekitar untuk mengais keuntungan. Ya, wisuda UNAIR memang menjadi ladang bisnis dadakan. Pada prosesi-prosesi wisuda sebelumnya, termasuk periode Maret tahun 2017, sepanjang jalan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat hingga Airlangga Convention Center, tempat wisuda dilaksanakan, banyak ditemui mahasiswa UNAIR dan warga sekitar yang menggelar dagangannya. Barang yang mereka jual pun variatif, mulai dari makanan dan minuman, boneka, hingga bunga asli seperti mawar. Karina, mahasiswa program studi D-3 Sistem Informasi, telah memanfaatkan momen wisuda untuk berjualan sebanyak dua kali sejak tahun 2016. Ia memilih untuk berjualan makanan ringan seperti gorengan yang dikemas rapi dalam plastik. “Alasannya, karena di sini sudah banyak yang berjualan bunga.
Karena kalau jualan makanan, pasti banyak yang laku,” tutur mahasiswa tahun angkatan 2014 seraya tertawa. Ia berjualan bersama rekan-rekannya yang memang memiliki niat untuk berjualan saat prosesi wisuda. Karina berkata, setiap anak masing-masing mendapat tugas untuk memasak makanannya yang akan dijual. Saat proses jualan berlangsung, mereka juga berbagi tugas. “Ada yang bagian nunggu, dan ada yang bagian jalan-jalan untuk memasarkan barang dagangan,” cerita Karina. Barang dagangannya dijual dengan harga terjangkau dari kisaran Rp 2.500 sampai Rp 5.000 per itemnya. Keuntungannya pun tak sedikit meski ia menolak untuk menyebutkan nilai pastinya. Selain
Karina,
ada
pula
Oky,
mahasiswa
Manajemen
yang
berjualan bunga. Bunga mawar yang dijualnya adalah bunga mawar asli. Ia menyediakan dua pilihan paket bunga. Yakni, setangkai bunga mawar yang dibungkus plastik bermotif. Satunya lagi, buket bunga mawar. Oky yang sudah berjualan di prosesi wisuda sejak tahun 2016 mengaku, barang yang ia jual disuplai dari pedagang bunga di salah satu kawasan di pusat Surabaya. Ia mensuplai sebanyak 50 tangkai mawar untuk pilihan paket pertama. “Yang lebih banyak laris yang setangkai mawar,” tuturnya. Mahasiswa Manajemen tahun angkatan 2014 itu menjualnya dengan harga Rp 10.000 per tangkai, dan Rp 50.000 per buket bunga. Dari hasil penjualan bunga, ia memperoleh keuntungan sekitar Rp 150.000 selama satu hari berjualan. Menurut pengalamannya selama berjualan saat wisuda, ia belajar untuk menentukan waktu yang efektif untuk memasarkan dagangan. “Kalau saya berjualan sejak pagi, nunggunya lebih lama. Mending saya datang agak siangan karena kalau sebelum jam sepuluh kan masih sepi,” tuturnya.
Penulis: Defrina Sukma S