Ini Ciri Khas Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNAIR NEWS – Setiap jurusan memiliki keunikan tersendiri. Begitu pula, jurusan Ilmu Komunikasi. Akhir pekan lalu, tim UNAIR News berbincang dengan salah satu dosen muda di jurusan tersebut, Rendy Pahrun Wadipalapa S.Ikom., MA. Topik bahasannya seputar ciri khas mahasiswa Ilmu Komunikasi UNAIR. Berdasarkan obrolan tersebut, setidaknya dua karakter utama dari mereka yang dibahas. Berikut rinciannya. Santun dalam Menggunakan Media Sosial Di era keterbukaan informasi dan gelombang kebebasan berpendapat, dibutuhkan sikap baik dalam memanfaatkan teknologi. Salah satunya, kesantunan dalam melontarkan pemikiran. Khususnya, di media sosial dan ranah internet. Sudah menjadi rahasia umum, media sosial belakangan sarat dengan hoax, fitnah, kabar bohong, dan sharing tautan yang kebenarannya belum jelas. Para mahasiswa Ilmu Komunikasi pasti dekat dengan dunia maya. Sebab, sarana komunikasi yang lagi ngehits memang ada di sana. Namun, kata Rendy, bisa dipastikan para mahasiswa umumnya santun dalam menggunakan media sosial. Mereka tidak akan mudah percaya dengan berita yang didapatkan. Pun, tidak mudah terpancing dengan kabar-kabar yang belum terklarifikasi. Mengapa? Karena di Ilmu Komunikasi, ada begitu banyak mata kuliah yang membahas tentang bagaimana etika dalam mengirim maupun menerima pesan. Sopan santun menjadi pertimbangan fundamental. Bila seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi masih sering lalai dan alay dalam bermedia sosial, keseriusannya dalam kuliah patut dipertanyakan. Lihai buat Meme, Animasi, dan Pesan Visual
Belakangan, ujar Rendy, para mahasiswa Ilmu Komunikasi begitu gethol mengemas pesan melalui media visual. Ada yang berupa animasi sederhana, komik strip ringkas, dan lain sebagainya. Isinya, berbagai pokok bahasan sehari-hari. Mulai kritik sosial, hingga cerita-cerita ringan anak kost. “Meme itu adalah ekspresi paling sederhana. Saat ini, eksplorasi visual mahasiswa itu ekspresinya sangat luar biasa,” ujar Rendy. Pesan yang dimaksud biasanya dibagi di grup-grup media sosial. Misalnya, WhatsApp dan Line. Untuk karya-karya yang dinilai cukup resisten atau kelewat privat, para mahasiswa biasanya tidak berani secara frontal membagikannya di tautan facebook yang bisa dibilang “lebih bebas”. Yang jelas, kelihaian mereka menjelajah ruang visual menjadi bukti kalau jebolan Ilmu Komunikasi tidak hanya pintar ngomong. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Penelitian Media Sosial Lagi Ngetrend di Bidang Komunikasi UNAIR NEWS – Ada banyak topik penelitian yang menarik didalami dalam bidang ilmu komunikasi. Salah satunya, tentang media sosial. Tema ini tak hanya sedang ngetrend. Lebih dari itu, pergerakan dan interaksi di dalam media sosial, kerap dianggap cermin dari masyarakat yang sebenarnya. Secara prinsip, hubungan media sosial dengan ilmu komunikasi tergolong dekat. Sebab, media sosial adalah sarana komunikasi kekinian yang akrab di tiap lapisan masyarakat. Memang, belum semua kawasan di Indonesia terjamah media sosial. Tapi paling tidak, sebagian besar wilayah yang telah tersentuh internet,
masyarakatnya pasti mengenal aplikasi atau jejaring seperti facebook, twitter, whatsapp, blackberry, dan lain-lain. Ada begitu banyak hal yang bisa ditelaah di media sosial. Yang kemudian, dijadikan rujukan untuk menentukan langkah, kebijakan, atau merumuskan solusi di ranah politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya. “Belakangan, banyak riset yang mengupas persoalan politik yang dikaitkan dengan media sosial,” kata Rendy Pahrun Wadipalapa S.Ikom., MA, Dosen Ilmu Komunikasi UNAIR. Selama ini, pengguna media sosial semakin meningkat jumlahnya. Rentang usia pun makin luas. Meski umur pengguna masih relatif muda. Fenomena politik, tanggapan, dan kecenderungan perspektif para netizen (para pengguna media sosial), menarik untuk dipelajari. Mengapa? Karena dari sana, branding politik di media sosial bisa dirumuskan. Seperti yang disampaikan di atas, tak hanya ranah politik yang dapat dikaji. Pergeseran budaya, pola interaksi sosial, dan asumsi masyarakat terhadap kebijakan publik pun dapat dieksplorasi di media sosial. Terlebih, saat ini instansi plat merah juga sudah menguatkan pondasinya di dunia maya. Sosialisasi program, penyebaran informasi, dan interaksi dengan warga dimaksimalkan melalui konsep “chatting” di media sosial. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Mahasiswa Komunikasi Siswa SD Mendongeng
Ajak
UNAIR NEWS – Salah satu cara untuk membangkitkan imajinasi seorang anak adalah dengan membacakan dongeng. Dengan dongeng, anak diajak untuk menikmati gambar-gambar dan gerakan lucu, mendengarkan pengisi suara yang menirukan karakter suara si tokoh, tertawa, dan mendapat amanah dari cerita yang disampaikan. Hari Ulang Tahun ke-28 Departemen Komunikasi (HUTKOM), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, memiliki banyak rangkaian acara. Salah satu rangkaian acara yang melibatkan partisipasi masyarakat, dalam hal ini adalah pelajar sekolah dasar, ialah Communication Social Responsibility atau Commcar. Pelaksanaan Commcar tahun ini mengusung tema ‘Berbagi Ilmu melalui Dongeng untuk Anak Negeri’. “Dalam acara ini, kami selaku panitia menyajikan tiga dongeng kepada anak-anak SD. Dari dongeng yang kami tampilkan, kami berharap nantinya mereka bisa membuat dongeng sendiri. Kami juga akan ajarkan kepada mereka caranya membuat dongeng,” tutur Dwinita Ayuni Larasati, penanggung jawab acara Commcar. Dalam rentang waktu satu pekan, pelaksanaan Commcar diadakan di dua sekolah dasar di Surabaya. Kedua sekolah dasar yang beruntung itu adalah SD Al Falah pada tanggal 15 dan 24 Maret 2016, serta Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 pada tanggal 18 dan 24 Maret 2016. Mereka menyasar pelajar kelas V SD sebagai target pembelajaran dongeng. Rencananya, tim Commcar akan mementaskan tiga dongeng di masing-masing sekolah. Untuk mementaskan itu, mereka berlatih secara rutin, mulai hafalan naskah hingga olah vokal. Saat ini mereka juga tengah mempersiapkan properti yang akan mereka
gunakan saat pentas di hadapan murid-murid sekolah dasar. Bahkan, demi memberikan hasil yang maksimal, mereka juga dilatih oleh komunitas Future Leader for Anti-Corruption (FLAC) Indonesia. Nantinya, panitia akan menerbitkan dua buku dongeng yang telah ditulis sendiri oleh pelajar di dua SD yang telah mendapatkan pelatihan. “Karya mereka akan dikumpulkan, di-scan, dan kami upload. Agar karya mereka bisa dinikmati oleh anak-anak Indonesia. Jadi, anak-anak tak hanya mengenal dongeng Cinderella saja. Kita juga kepengin membawakan karya anak-anak dari Surabaya. Ini lho dongengnya anak SD Al Falah dan Muhammadiyah. Dongeng juga bisa diunduh secara gratis,” tutur Atikah Ayu Taqiyyah selaku panitia acara Commcar. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Rio F. Rachman
Prodi S2 Media dan Komunikasi Perluas Jaringan Internasional UNAIR NEWS – Program Studi (prodi) S2 Media dan Komunikasi FISIP UNAIR berencana memperluas jaringan internasional. Hal itu dilakukan untuk mencapai mimpi kampus untuk menjadi World Class University. “Kami sudah rutin menjalankan konferensi tiap tahun. Ke depan, kami akan meningkatan kualitas konferensi tersebut dengan mengundang lebih banyak pemakalah dan pembicara kunci dari luar negeri,” kata Ketua Prodi S2 Media dan Komunikasi Dr. Santi Isnaini S.Sos., MM., saat diwawancara di ruang kerjanya Jumat lalu (12/2). Di sisi lain, terdapat rencana menggeser momentum pelaksanaan konferensi tersebut. Biasanya, kegiatan diadakan saban akhir tahun. Nah, tercetus rencana untuk menggesernya di seputar bulan Mei. “Kami ingin menggandengnya dengan rangkaian peringatan HUT departemen komunikasi,” ujar dia. Selain itu, Prodi tersebut juga kerap menyelenggarakan seminar internasional. Para dosen pun secara bergiliran berangkat ke luar negeri untuk mengikuti konferensi maupun seminar internasional. Baik sebagai pembicara, pemakalah, atau peserta. Santi menambahkan, pihaknya juga akan meningkatkan kualitas jurnal. Baik dari sisi akreditasi, maupun dari sisi variasi
penulis. Termasuk, latar belakang institusi dan tempat asal mereka. Dengan demikian, khazanah keilmuan yang terlahir melalui jurnal tersebut bakal lebih berwarna. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Depkom Langganan Penghargaan, Memegang Prinsip Egaliter Dosen-Mahasiswa UNAIR NEWS – Salah satu departemen di FISIP yang langganan meraih penghargaan adalah komunikasi. Baru-baru ini, salah satu majalah terkemuka melakukan survey. Respondennya adalah para orang tua calon mahasiswa dan users (institusi atau dunia kerja). Melalui jajak pendapat itu, Depkom UNAIR dinobatkan dan diberi penghargaan sebagai sekolah komunikasi terbaik di Indonesia. Departemen yang berdiri sejak 19 Mei 1988 ini menyisihkan kampus-kampus negeri maupun swasta lainnya. “Kami sudah sering mendapat apresiasi seperti ini. Kami berterimakasih pada semua pihak karena sudah memberi kepercayaannya pada kami,” ujar Dr. Yayan Sakti Suryandaru S.Sos., M.Si., ketua departemen komunikasi. Depkom memiliki banyak keunggulan. Tak mengherankan, bila kemudian berhasil memeroleh beragam opini positif dari banyak kalangan. Atmosfer perkuliahan di Depkom bisa dibilang menarik. Salah satunya, terkait prinsip egaliter antara dosen dan mahasiswa.
Salah satu dosen (paling kiri) berinteraksi dengan mahasiswa Depkom di laboratorium Audio Visual. (Foto: UNAIR NEWS) Pengajar bernama Kandi Aryani S.Sos., MA. mengutarakan, pihaknya menganggap mahasiswa sebagai mitra. Tidak ada sedikit pun ambisi mau mendominasi. “Yang muncul adalah perasaan ingin berbagi,” kata perempuan lulusan Utrech Univeristy tersebut. Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu dilaksanakan kegiatan nonton film bareng. Lantas, film itu ditelaah bersama. Semua mahasiswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Termasuk, mendiskusikannya bersama para dosen. Dalam momen tersebut, baik dosen maupun mahasiswa berada dalam posisi setara. “Saya mendapat banyak wawasan baru dalam diskusi itu. Artinya, saya juga belajar dari mereka,” kata Kandi. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Fasilitas Lengkap, Departemen Komunikasi Siap Bersaing di Dunia Global UNAIR NEWS – Departemen Komunikasi (Depkom) FISIP UNAIR dikenal memiliki banyak fasilitas pendukung perkuliahan. Terdapat sejumlah laboratorium di sana. Misalnya, laboratorium simulasi design, simulasi public relations, radio, broadcast, grafis, fotografi dan film. Selain itu, komunitas atau himpunan mahasiswanya pun beragam. Hal ini membuat para mahasiswa bebas berekspresi dan menyalurkan bakat. Dengan demikian, semangat untuk kuliah pun ikut terpompa. Himpunan mahasiswa yang dimaksud antara lain, Corat-Coret (bidang seni lukis/gambar), Commic (fotografi), Public Relation, Audio Visual, Peeping (film), Commpor (olahraga basket dan futsal), Seo (event organizer), Rocs (radio), dan Koma (jurnalistik). Tak heran, Depkom optimistis dapat bersaing di dunia global. “Kita pernah dengar jargon Pak Rektor yang berbunyi: we are going there. Maksudnya, kita sedang berproses untuk menuju level tertinggi di tingkat internasional. Departemen ini sudah siap. Bahkan, sudah berjalan sejak jauh hari,” kata Suko Widodo, salah satu dosen pengajar. Ketua Depkom Dr Yayan Sakti Suryandaru S.Sos., M.Si., membenarkan, pihaknya sudah banyak melakukan terobosan. Berbagai seminar baik nasional maupun internasional sudah dilaksanakan. Para pembicara dari luar negeri selalu dihadirkan untuk berbagi ilmu dalam beragam kesempatan.
“Alumnus Depkom berkecimpung di banyak bidang baik di tingkat nasional bahkan di level internasional. Bisa disimpulkan, lulusan departemen ini langsung berbaur di masyarakat dan diserap dunia kerja,” kata dia. Untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar, sejumlah dosen difasilitasi guna melakukan studi lanjutan. Sebagian besar menempuhnya di luar negeri. Selama ini, Depkom sudah bekerja sama dengan institusi maupun kampus asing. Contohnya, Oslo University College, University of Quensland, Edit Cowan University, dan Auckland University of Technology. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Ajak Masyarakat Umum Nikmati Kreativitas Anak Komunikasi UNAIR NEWS – Anak-anak komunikasi memang gudangnya kreativitas. Kali ini, untuk memperingati ulang tahun ke-28 Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR menyelenggarakan rangkaian kegiatan. Rangkaian kegiatan itu terdiri dari Commersale (thematic market), Commgames, Commosphere, Proyeksi, Communication Student Summit (CS2), Commnight, dan Comcar (Communication charity). Diantara ketujuh acara itu, commersale, cs2, proyeksi, dan commosphere, dapat diikuti oleh masyarakat umum. Sisanya, adalah acara yang dimeriahkan oleh kalangan sendiri. Terhitung sejak sekarang, event terdekat yang bisa diikuti oleh kalangan mahasiswa dan masyarakat umum adalah commersale. Rencananya, event bazaar a la anak Komunikasi UNAIR ini
menyediakan 80 spot yang bisa disewa oleh masyarakat umum. Spot-spot tersebut masing-masing diisi oleh 25 stan yang bergerak di bidang mode (fashion), 25 stan di bidang lifestyle, 30 stan yang bergerak di bidang makanan. Event commersale akan diselenggarakan di Tunjungan Plaza Surabaya pada tanggal 18-20 Maret 2016.(*) Penulis: Nuri Hermawan
Problem Komunikasi Mahasiswa Asing Saat menempuh studi magister di FISIP Universitas Airlangga (Unair) dalam rentang 2013-2015, saya memiliki kawan seorang mahasiswa asing asal Madagaskar. Kerap kali, saya melihat kesukarannya dalam melakukan komunikasi (khususnya, verbal) dengan mahasiswa Indonesia. Terlebih, bila mahasiswa yang dimaksud menggunakan bahasa Jawa. Problem yang dihadapi teman itu, membuat saya tertarik untuk melakukan penelitian khusus mengenai ini. Tepatnya, tentang bagaimana lika-liku adaptasi yang dilakukan mahasiswa asing di Unair sehubungan dengan upaya berkomunikasi dengan dosen dan mahasiswa Indonesia. Terlebih, bahasa pengantar di Unair umumnya adalah bahasa Indonesia. Persoalan menjadi lebih kompleks, bila ternyata mereka berasal dari negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. Sedangkan untuk bisa belajar di Unair, mereka lebih dulu melakukan tes internasional yang berbahasa Inggris. Logikanya begini, untuk berbicara bahasa Indonesia, mereka harus lebih dulu mentranslate “bahasa ibu” mereka ke bahasa Inggris, kemudian baru menerjemahkannya ke bahasa Indonesia.
Kompleks, bukan?! Sampai dengan tahun 2014 tercatat sebanyak 122 mahasiswa asing yang aktif menempuh masa belajar di berbagai Fakultas di Unair. Sebanyak 51 mahasiswa asing mulai angkatan 2011 hingga 2014 merupakan mahasiswa dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi program Regular Undergraduate (S1) dari Malaysia. Brunei Darussalam sebanyak 19 mahasiswa dan satu orang mahasiswa dari Jerman yang mengikuti program Short Course AMERTA. Program Darmasiswa untuk belajar Budaya dan Bahasa Indonesia selama satu tahun sebanyak 10 mahasiswa yang berasal dari Cina, Australia, Kamboja, dan Polandia. Sedangkan sisanya merupakan mahasiswa jenjang lanjut S2 dan S3, Exchange Student (pertukaran pelajar) dan Training Program(program pelatihan) yang berjumlah 26 mahasiswa asing yang masuk melalui program KNB (Kemitraan Negara Berkembang) yang berasal dari Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara, Papua Nugini. Sementara itu, program Exchange Student, Training Program dan Pasca Sarjana reguler sebanyak 15 mahasiswa yang berasal dari Timor Leste, Afrika, Palestina dan Kyrgikistan. Sedangkan 1 orang mahasiswa program BIPA yang berasal dari Thailand. Keberadaan mahasiswa asing tidak hanya menjadikan kampus ini sebagai perguruan tinggi yang mampu bersaing di tingkat nasional. Tetapi juga, internasional. Keberadaan mahasiswa asing di menjadi pelengkap dari keberagaman budaya. Jika diibaratkan, Unair merupakan miniatur Indonesia yang mahasiswanya berasal dari Sabang sampai Merauke plus luar negeri. Dalam keberagaman budaya, mahasiswa asing secara tidak langsung harus mampu menyesuaikan diri. Penyesuaian diri perlu dilakukan agar mahasiswa asing bisa berinteraksi dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang di lingkungan belajarnya. Dengan berinteraksi dan menjalin komunikasi maka
kebutuhan akan terpenuhi.
informasi
di
lingkungan
baru
juga
bisa
Perbedaan latar sosial budaya di lingkungan belajar Indonesia dengan negara asal tentunya menjadi tantangan tersendiri. Mereka dituntut sanggup membangun komunikasi agar dapat beradaptasi dengan orang-orang di lingkungan baru. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh seorang mahasiswa asing berkaitan dengan budaya yang dibawa olehnya baik secara verbal maupun non verbal. Persoalan bahasa Dalam beradaptasi di lingkungan belajar, penggunaan Bahasa Indonesia dalam kegiatan akademik di kelas merupakan masalah utama bagi mahasiswa asing. Baik mahasiswa asing yang sudah pernah belajar di Indonesia, maupun yang baru pertama kali belajar di Indonesia menyatakan kesulitan dalam memahami Bahasa Indonesia. Para mahasiswa asing berusaha sekuat mungkin menggunakan komunikasi verbal guna mengurangi ketidakpastian. Mereka meramunya dengan komunikasi non verbal melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan teknik persuasi. Teknik persuasi dalam berkomunikasi dilakukan untuk mengajak dan membujuk secara halus agar teman mahasiswa Indonesia mengikuti pesan yang disampaikannya. Mahasiswa asing juga menggunakan bahasa konotatif, dimaksudkan mereduksi kemungkinan timbulnya konflik. Termasuk, menutup peluang kesalahpahaman maupun kemungkinan negatif lain yang bisa mengganggu proses belajar. Sikap membuka diri, meredam ego, sportif terhadap perbedaan budaya membantu mahasiswa asing beradaptasi di lingkungan belajar Unair. Motivasi, persepsi, pengalaman sosial budaya, situasi lingkungan sosial merupakan faktor yang mempengaruhi gaya personal mahasiswa asing dalam melakukan strategi komunikasi.
Bekal multikultural yang komprehensif Berdasarkan argumen dan pengamatan di atas, kiranya Unair perlu menciptakan pendidikan multikultural yang jauh lebih komprehensif. Hendaknya, mahasiswa asing tidak hanya dibekali oleh pengetahuan Bahasa Indonesia. Sebab, interaksi mahasiswa asing dengan lingkungan belajar tidak hanya persoalan bahasa, tetapi juga mengenai perbedaan sosial dan budaya. Kehidupan sosial dan budaya yang diperkenalkan meliputi karakteristik masyarakat Indonesia dan Surabaya. Juga, budaya Universitas hingga fakultas masing-masing. Sehingga muncul dorongan dalam diri mahasiswa asing itu untuk hormat, cinta dan memiliki perasaan bahwa mereka adalah bagian dari Unair. Jadi, mereka siap mengesampingkan ego sebagai mahasiswa asing yang ingin diperhatikan dan diistimewakan. Mengenai pelatihan bahasa, tampaknya perlu ditambah dengan praktek penggunaan bahasa Indonesia. Termasuk, detail istilahistilah apa saja yang keraap dipakai di Surabaya. Tentu, tidak semua mahasiswa asing memiliki motivasi dan pengalaman yang sama di Indonesia. Bagi mahasiswa yang pernah belajar di Indonesia sebelumnya, pasti sangat membantu di pendidikan lanjutannya sekarang. Namun, bagi mahasiswa yang baru pertama kali belajar di Indonesia pendampingan ekstra.
maka
perlu
pelatihan
dan