INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI (JALAN DAN PELABUHAN LAUT) SEBAGAI PENUNJANG ARUS LALU LINTAS DI PULAU TIDORE Fatmawaty Rahim*) Abstract : Transportation is a major component to the functioning of a community activity. Transportation related to the pattern of life of local communities and service areas or regions influence activities and social production and the goods and services that can be consumed. Progress of a society that is characterized by high mobility due to the availability of adequate transportation facilities, the opposite is the regional transportation system unfavorable economic conditions resulted societies are in a state of static or in stages inmobilitas. "Morlok", expressly stated that progress in the field of transportation allows for changes in the way of life and the way in which society is organized.. Keywords : Transportation, Infrastructure Traffic
PENDAHULUAN Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, transportasi merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang perdagangan antar daerah dan pengembangan ekonomi suatu wilayah. Keterkaitan antara proses transportasi dan pembangunan ekonomi adalah cukup kompleks, kaitan sebab-pengaruh (causeeffect relationship) tidak dapat dipisahkan. Sehingga kajian tentang pembangunan sarana transportasi tidak hanya dari dimensi ekonomi dan teknis saja tapi juga dimensi sosial, kualitas sumber daya manusia, politik, kelembagaan dan Antar Disiplin. Jika pendekatan dan pengkajiannya dilakukan secara tepat, maka strategi dan langkahlangkah pengembangannya akan lebih mudah dan terarah (Adisasmita, 1992 : 4-11). Prasarana transportasi mempunyai dua peran utama yaitu sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut. Suatu kawasan tidak akan dapat berkembang jika tidak tersedia sistem prasarana transportasi, hal ini akan mengakibatkan biaya
transportasi menjadi sangat tinggi. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dimulai pada Pelita I tahun 1969 hingga sekarang secara nyata telah berhasil mengangkat martabat bangsa Indonesia dari lingkaran kemiskinan dan keterbelakangan kepada tingkat hidup yang lebih baik secara material dan spiritual. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya pertumbuhan di segala bidang yang ternyata menuntut pula adanya peningkatan kebutuhan transportasi yang selaras, serasi dan seimbang dengan pelaksanaan pembangunan berikut hasil-hasilnya. Luas wilayah Indonesia didominasi oleh kepulauan dan dihubungkan dengan perairan yang sangat luas sehingga untuk mengembangkan dan menggerakkan Pembangunan Nasional sektor perhubungan udara dan perhubungan laut memegang peranan yang sangat penting dalam mendekatkan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, suatu daerah dengan pulau terpencil serta wilayah perbatasan dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara, sehingga dapat mengarahkan tumbuhnya perdagangan dan kegiatan pembangunan umumnya (Trisalyono, 1996 : 43-44). Sektor perhubungan pada 321
umumnya mempunyai korelasi positif dengan pembangunan ekonomi, sehingga semakin tinggi tingkat kegiatan perekonomian suatu Negara tuntutan akan kebutuhan jasa perhubungan akan semakin besar pula (Morlok, 1995 : 34). Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa seiring dengan jalannya pembangunan ekonomi Indonesia, sektor perhubungan akan memainkan peran yang semakin besar dan penting dalam posisinya sebagai faktor penunjang proses pembangunan (Widjaja Adi, 1992 : 26). Sistem transportasi sangat penting dalam pengembangan wilayah terutama bagi propinsi yang terdiri dari banyak pulau baik meliputi transportasi laut melalui pelabuhan maupun kelancaran arus lalu lintas di jalan. Dalam usaha pengembangan wilayah, peranan sarana dan prasarana transportasi laut di Propinsi Maluku Utara dapat dikatakan sangat besar sekali. Hal ini disebabkan karena wilayah tersebut sebagian besar berupa lautan dan daratan berbentuk kepulauan yang tersebar di beberapa tempat, sehingga pengembangan sarana dan prasarana transportasi sangat berperan dalam peningkatan interaksi antarwilayah dan interwilayah. Propinsi Maluku Utara terdiri dari ± 326 pulau dimana transportasi laut memegang peranan yang dominan dalam melayani angkutan penumpang dan barang antar pulau di daratan pulau. Tersedianya sarana jalan sangat penting dalam menunjang arus lalu lintas yang menghubungkan antar kota maupun kota dengan daerah produksi yang merupakan wilayah pengaruhnya. Pulau Tidore dengan luas wilayah 150,21 km2 terdiri dari tiga kecamatan dengan jumlah penduduk sebanyak 53.029 jiwa merupakan tempat Ibukota Tidore Kepulauan berposisi. Kota Tidore Kepulauan merupakan salah satu kota di Propinsi Maluku Utara yang baru dimekarkan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Tidore Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4264). Kota Tidore Kepulauan merupakan kota pemekaran dari Kabupaten Halmahera Tengah dimana Pulau/Kota Tidore sebagai ibukota kabupaten. Dengan dimekarkannya Kota Tidore Kepulauan dari Kabupaten Halmahera Tengah maka Posisi Pulau Tidore sebagai Ibukota Kabupaten Halmahera Tengah berubah status menjadi Ibukota dari Kota Tidore Kepulauan. Pembangunan prasarana transportasi dan sarana wilayah yang dapat membuka berbagai keterisolasian wilayah dan memberikan manfaat serta dampak yang luas bagi pengembangan dan peningkatan perekonomian masyarakat setempat, merupakan salah satu permasalahan aktual yang dihadapi oleh daerah-daerah yangmengalami pemekaran. Pembangunan sistem prasarana dan sarana transportasi secara optimal akan memberikan dampak bagi penataan dan pengembangan wilayah. Potensi infrastruktur transportasi darat yang dimiliki oleh Pulau Tidore yaitu jalan yang menghubungan wilayahwilayah dalam Pulau Tidore dengan panjang secara keseluruhan 124,9 km dengan 98,5 km jalan aspal, 11 km jalan kerikil japat, dan 15,4 km masih merupakan jalan tanah. Sedangkan untuk infrastruktur transportasi laut Pulau Tidore memiliki empat pelabuhan laut/dermaga yang menghubungkan Pulau Tidore dengan pulau- pulau lainnya di wilayah Maluku Utara. Adanya pelabuhan laut dan tersediaanya jaringan jalan mempunyai dampak penting terhadap perkembangan Pulau Tidore, walaupun perkembangan Pulau Tidore relatif lebih kecil 322
dibandingkan dengan perkembangan Pulau Ternate yang sudah lebih maju namun sebagai bagian dari kota yang baru dimekarkan perlu diketahui peranannya seberapa besar terhadap kelancaran arus lalu lintas di Pulau Tidore itu sendiri. Berdasarkan latar belakang yang ada maka masalah yang akan dibahas/dikaji dalam penelitian ini yaitu : Berapa besar tingkat pelayanan jasa pelabuhan dan jalan di Pulau Tidore, Berapa besar tingkat pemanfaatan dermaga pelabuhan laut di Pulau Tidore, Berapa besar tingkat kinerja transportasi jalan raya, Bagaimana merumuskan strategi pengembangan transportasi di Pulau Tidore. Tujuan dari penelitin ini adalah untuk Mengetahui kegiatan pelayanan jasa pelabuhan laut dan jalan di Pulau Tidore, Mengetahui tingkat pemanfaatan dermaga pelabuhan laut di Pulau Tidore dan perkembangannya, Mengetahui kinerja transportasi jalan rayaMerumuskan strategi pengembangan transportasi di Pulau Tidore berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kedudukan Pulau Tidore Analisis Kedudukan Pulau Tidore Dalam Konteks Transportasi Regional Pulau Tidore yang juga merupakan bagian dari gugusan pulau di wilayah Maluku Utara terletak antara Pulau Ternate yang merupakan pintu gerbang keluar–masuk wilayah Maluku Utara dan Kota Baru Sofifi yang sedang dalam proses pembangunan infrastruktur untuk menjadi Ibukota Propinsi Maluku Utara. Ditinjau dari letaknya yang strategis serta didukung oleh kedekatan
jarak menyebabkan mobilitas orang dan barang dari Tidore menuju Ternate tergolong tinggi yaitu 279.690 orang dan 54.461 ton barang (untuk tahun 2005) yang bergerak dari Tidore ke Ternate. Lain halnya dengan Sofifi, walaupun merupakan tempat Ibukota Propinsi Maluku Utara berlokasi namun karena masih dalam proses pembangunan dan merupakan kota yang sedang dalam proses transisi untuk tumbuh dan berkembang serta masih berada dalam wilayah administrasi Kota Tidore Kepulauan dimana Pulau Tidore sebagai pusat kota, maka mobilitas orang dan barang dari Tidore ke Sofifi masih tergolong rendah. Dalam hal ini penulis tidak memperoleh data spesifik mengenai jumlah orang dan barang yang bergerak dari Tidore ke Sofifi sebab dari Pelabuhan Goto melayani pergerakan dari Pulau Tidore ke Pulau Halmahera yang selain ke Sofifi juga ke Gita. Kondisi wilayah Maluku Utara yang merupakan daerah kepulauan mengakibatkan sebagian besar kegiatan transportasi antar wilayah dilakukan melalui transportasi laut. Sebagai pusat aktivitas ruang di wilayah Maluku Utara saat ini, pergerakan orang dan barang di wilayah Maluku Utara terfokus ke Ternate yang pergerakannya tentu saja melalui perhubungan laut. Dengan transportasi melalui laut ini setiap pergerakan orang dan barang dari pelabuhan-pelabuhan di wilayah Maluku Utara langsung berhubungan ke pelabuhan yang ada di Ternate tanpa melalui pelabuhan lainnya di luar Pulau Ternate. Pelabuhan tujuan dari Pulau Tidore terarah ke pulau-pulau yang ada disekitarnya seperti ke Pulau Ternate terutama, ke Pulau Halmahera dengan tujuan Gita/Payahe dan Sofifi, ke Pulau Mare dan Pulau Moti, serta ke Pulau Maitara. Begitupun dengan alur 323
kedatangan ke Pulau Tidore berasal dari pulau-pulau yang sudah disebutkan tadi. Analisis Kedudukan Tidore Kaitannya Dengan Transportasi Darat
Pulau Sistem
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa posisi Pulau Tidore dalam konteks transportasi regional adalah berdiri sendiri maka demikian halnya dengan transportasi darat di Pulau Tidore yang hanya melayani pergerakan orang/jasa dan barang dalam lingkup internal Pulau Tidore. Barang yang masuk ke Tidore dari Ternate sebagian besar melalui pelabuhan di Rum yang kemudian berpindah moda transportasi ke angkutan darat yang bergerak melalui jalur arteri Rum-Soasio menuju ke Pasar Rum dan pusat perdagangan Pasar Sarimalaha di Soasio/Indonesiana. Pasar Rum pada umumnya melayani masyarakat dalam wilayah administrasi Kecamatan Tidore Utara dan sebagian wilayah Kecamatan Tidore Selatan. sedangkan Pasar Sarimahala secara umum melayani kebutuhan masyarakat dalam Pulau Tidore yaitu masyarakat di wilayah administrasi Kecamatan Tidore dan Tidore Selatan bahkan masyarakat di Pulau Tidore bagian utara, serta masyarakat di Pulau Mare dan Pulau Moti yang notabene merupakan pulau kecil dan masih berada dalam wilayah administrasi Kota Tidore yang melakukan aktivitas sosial ekonominya secara umum di kota ini. Analisis Ekonomi
Pengembangan
Sektor
Analisis Keterkaitan Sosial Analisis Sektor Pendidikan Besarnya peluang akan keterbukaan dari proses globalisasi yang terus berlangsung sehingga arus informasi, teknologi, modal, barang dan
jasa mengalir semakin deras dan kurang hambatannya, membuat rodaroda ekonomi bisa berputar lebih cepat. Selain tuntutan global, sumber daya manusia menjadi salah satu prasyarat suatu daerah untuk menjalankan pembangunan terlebih dengan pemberlakuan Undang- Undang Otonimi Daerah. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sikap maju dan berfikir moderen, produktif dan profesional sehingga mampu lebih kreatif dan inovatif dalam proses penyelengaraan pembangunan. Demikian pentingnya pengembangan sumber daya manusia sehingga ketersediaan akan fasilitas pendidikan di suatu daerah mutlak adanya. Untuk Pulau Tidore ketersediaan sarana pendidikan relatif memadai yang ditunjukkan dengan tersedianya fasilitas pendidikan untuk semua jenjang yang dimulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai dengan perguruan tinggi (PT). Ketersediaan fasilitas pendidikan di Pulau Tidore bukan hanya dalam jumlah yang cukup namun juga tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Pulau Tidore. Dengan demikian ketersediaan fasilitas pendidikan yang ada telah mampu menampung penduduk Pulau Tidore yang bersekolah dengan tujuan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan luas dalam meningkatkan dan memajukan pembangunan di Pulau Tidore. Analisis Sektor Kesehatan Tingkat derajat kesehatan masyarakat sangat berkaitan erat dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Derajat kesehatan sangat mempengaruhi tingkat produktifitas dan kreatifitas seseorang. Analisis kesehatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar peran fasilitas kesehatan terhadap pelayanan masyarakat dan pola perilaku 324
masyarakat akan arti pentingnya kesehatan. Dari data menunjukkan sebanyak 75 unit fasilitas kesehatan telah tersedia di Pulau Tidore yang terdiri dari rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan posyandu yang tersebar di seluruh kecamatan di Pulau Tidore yang selama ini telah melayani masyarakat. Dari semua fasilitas kesehatan yang ada hanya rumah sakit yang tersedia satu unit dan terdapat di Ibukota Tidore. Ketersediaan fasilitas kesehatan tersebut telah memberikan kontribusi pelayanan, namun masih perlu ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis Pelayanan Pos dan Telokomunikasi Pos dan telekomunikasi merupakan salah satu sarana perhubungan untuk membuka keterisolasian suatu daerah. Data menunjukkan bahwa fasilitas pelayanan pos telah tersedia di Pulau Tidore yang tidak hanya melayani penduduk di Ibukota Tidore namun juga melayani sampai ke pelosok-pelosok desa yang pelayanannya dilakukan oleh pos keliling kota dan pos keliling desa. Untuk pelayanan telekomunikasi sebagian besar wilayah telah terlayani, namun karena keterbatasan yang diakibatkan oleh struktur geografi daerah dan pola permukiman penduduk yang berpencar sehingga untuk pemasangan instalansi dibutuhkan biaya yang relatif besar sedangkan pangsa pasarnya tidak terlalu besar. Dengan demikian secara umum pelayanan pos dan telekomunikasi di Pulau Tidore telah tersedia secara memadai dalam mendorong peningkatan akses untuk mempercepatpertumbuhan wilayah.
Analisis Sosial Budaya Masyarakat Seperti yang telah dibahasakan dalam pembahasan sebelumnya bahwa sosial budaya merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam perencanaan wilayah dan kota oleh karena masyarakat merupakan objek sekaligus subjek dalam pembangunan yang senantiasa memiliki nilai-nilai sosial badaya yang selalu dijalankan dalam kehidupannya. Dalam konteks masyarakat Pulau Tidore dapat dikatakan merupakan masyarakat yang terbuka yang ditandai dengan diterimanya dengan baik perubahanperubahan yang datang dari luar baik itu perkembangan teknologi maupun informasi. Tidak bisa dilupakan bahwasanya tragedi kerusuhan yang bernuansa SARA pada tahun 1999 sampai 2001 kemarin sangat berpengaruh terhadap kemajuan proses pembangunan secara global di wilayah Maluku dan Maluku Utara termasuk Pulau Tidore, yang karena kejadian tersebut rasa kebersamaan, rasa saling menghargai perbedaan, rasa saling menghargai antara sesama masyarakat kembali dipertanyakan apakah masyarakat Pulau Tidore adalah masyarakat yang selalu menjunjung budayanya atau tidak. Namun dalam tahun-tahun berikutnya proses menuju perbaikan sudah mulai dirasakan dengan kembalinya beberapa kelompok masyarakat yang terusir dan masyarakat setempat juga menyambut dengan baik. Pada dasarnya sosial budaya masyarakat Pulau Tidore merupakan modal yang besar dalam pembangunan. Adat istiadat yang kaya dan berpotensi merupakan sabuah daya tarik tersendiri dalam pembangunan yang termasuk dalam sektor pariwisata.
325
Analisis Infrastruktur Jaringan Jalan Analisis Pergerakan Angkutan Umum Dari RUTRK Pulau Tidore yang menitik beratkan peran dan fungsi Pulau Tidore sebagai Ibukota Kota Tidore Kepulauan sebagai pusat kegiatan Kota Administrasi, Pendidikan, Perdagangan dan Jasa, dengan penduduk merupakan penggerak kegiatan tersebut yang membutuhkan tiga hal pokok yaitu tempat untuk tinggal, tempat untuk melaksanakan kegiatan dan tempat dimana dapat dipenuhi kebutuhan sehariharinya penduduk/masyarakat. Untuk mengantisipasi kebutuhan ruang untuk jalan yang sebagian besar pengguna jalan adalah barang dan penumpang, perlu dilihat dalam beberapa faktor :
jenis ojek, bentor (becak motor) dan becak, sedangkan untuk angkutan barang menggunakan angkutan jenis truk dan mobil pick up. 3) Distribusi Pergerakan Sebagian besar pergerakan orang dapat dilayani dengan kendaraan pribadi dan fasilitas angkutan penumpang umum dengan asumsi pergerakan : a) Pada pagi hari akan terjadi pergerakan dari tempat tinggal menuju tempat kerja/sekolah. b) Pada siang hari akan terjadi pergerakan dari tempat tinggal menuju tempat fasilitas umum (perdagangan dan jasa). c)
Pada
sore
hari akan terjadi dari tempat kerja menuju tempat tinggal. Pergerakan kendaraan akan bergerak seiring dengan pergerakan orang, dimana pada pagi hari kendaraan akan bergerak dari pusat-pusat lingkungan permukiman menuju pusat perkantoran dan pendidikan, sedangkan untuk siang hari kendaraan akan bergerak kearah pusat fasilitas umum (perdagangan dan jasa), dan untuk sore hari kendaraan akan bergerak menuju ke pusat-pusat lingkungan permukiman. Dari kesemuanya itu, pergerakan angkutan umum di Pulau Tidore akan berpusat di Kecamatan Tidore khususnya di kawasan perdagangan “Terminal Pasar Sarimalaha”. Pergerakan angkutan barang akan terjadi di ruas jalan pelabuhan Rum/Pelabuhan Fery menuju ke pusat perdagangan (Pasar Sarimalaha, Kecamatan Tidore). Dari beberapa faktor diatas, diperkirakan pergerakan barang dan penumpang akan terkonsentrasi pada ruas jalan arteri Rum- Soasio (Indonesiana).
pergerakan
1) Pembangkit dan Penarik Lalu Lintas Sejalan dengan berkembangnya aktivitas Pulau Tidore, angkutan barang dan penumpang pun akan meningkat yang disebabkan oleh tumbuhnya berbagai kegiatan perkotaan seperti perdagangan dan jasa dan juga bertambahnya penduduk sebagai akibat dari pertumbuhan kota. Berdasarkan hasil pengamatan, pembangkit lalu lintas terbesar di Pulau Tidore adalah lingkungan permukiman dan pelabuhan, sedangkan penarik lalu lintas terbesar adalah lokasi kerja, pelabuhan dan pusat perdagangan dan penarik lalu lintas barang utama adalah pasar/pusat perdagangan dan juga pelabuhan. 2) Moda Angkutan Moda angkutan penumpang/ umum yang digunakan di Pulau Tidore adalah jenis carry dan mikrolet untuk angkutan jarak jauh sedangkan untuk angkutan dalam jarak kurang dari 4 kilometer selain jenis carry dan mikrolet juga menggunakan angkutan
Analisis Tingkat Pelayanan Jaringan Jalan Kondisi ruas jalan berpengaruh terhadap kecepatan lalu lintas yang melalui ruas jalan tersebut. Dari hasil
326
pencatatan dan analisis, Lalu Lintas Harian terbesar yang melewati jalan-jalan utama di Pulau Tidore tahun 2005 adalah jalur arteri Rum-Soasio dengan Volume Lalu Lintas Harian untuk ruas jalan arteri SoasioRum adalah sebesar 109 smp/jam untuk 2 arah, dengan kecepatan rata-rata ruang 60 km/jam dan waktu tempuh kendaraan 30 menit. Sedangkan Lalu Lintas Harian terendah terjadi di jalur Soasio-Kalaodi dengan Volume Lalu Lintas Hariannya adalah sebesar 14 smp/jam untuk 2 arah dengan kecepatan rata-rata ruang 38,4 km/jam dan waktu tempuh kendaraan 20 menit. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pelayanan jaringan jalan utama di Pulau Tidore disajikan pada tabel 24. Berdasarkan hasil analisis lalu lintas dari tabel yang di sajikan menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan jalan utama yang ada di Pulau Tidore termasuk dalam Tingkat Pelayanan A yang artinya jalan dengan arus lalu lintasnya bebas hambatan. Hal itu terlihat dari nilai V/C yang lebih kecil dari 0,3. Rendahnya kecepatan rata-rata ruang pada beberapa ruas jalan utama disebabkan oleh jaringan jalan yang berkelok-kelok dan atau menanjak sehingga menyebabkan laju kendaraan menjadi lambat dan mengakibatkan waktu tempuh menjadi lama untuk jarak yang relatif dekat. Tingginya tingkat pelayanan jaringan jalan-jalan utama ini mengidentifikasikan bahwa wilayah Pulau Tidore sudah terlayani oleh jaringan jalan yang memadai sehingga jangkauan ke dan dari seluruh wilayah dapat dilakukan secara teratur. Selain itu keberadaan jaringan jalan yang baik ini diharapkan akan mampu menunjang kebutuhan masyarakat dan mendukung tumbuh dan berkembangnya Pulau Tidore itu sendiri. Dengan demikian bila dilihat dari kebutuhan sektoral dalam hal ini kaitannya dengan perkembangan Pulau Tidore maka dengan adanya prasarana transportasi jalan raya yang memadai diharapkan akan mampu : 1) Meningkatkan pemanfaatan potensi daerah secara maksimal. 2) Mengembangkan potensi sumber daya
alam seperti pertanian, perkebunan, perikanan, dan lain-lain dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan yang berorientasi pasar. Dalam kaitannya dengan pengembangan sistem transportasi darat, maka kebijaksanaan pemerintah daerah tentang pengembangan sistem transportasi darat lebih ditujukan untuk mendukung dan mendorong berlangsungnya kegiatan perekonomian wilayah yaitu sebagai prasarana utama untuk mengangkut hasilhasil pertanian dengan prioritas utama pembangunan dan pengembangan prasarana jaringan jalan guna membuka keterisolasian daerah-daerah permukiman dan menghubungkan daerah-daerah pusat produksi dan pusat pengumpul. Dengan jumlah volume LHR sebesar 109 smp/jam dan jumlah penduduk sebanyak 53.029 jiwa, maka rasio antara jumlah volume LHR dan jumlah pendudukberbanding 1 : 487 untuk tahun 2004. Dengan demikian berdasarkan proyeksi jumlah penduduk untuk sepuluh tahun kedepan tahun 2014 yaitu sebanyak 59.881 jiwa maka proyeksi jumlah volume LHR untuk tahun 2014 yaitu sebanyak 123 smp/jam. Dengan jumlah volume LHR sebesar 123 smp/jam dan nilai kapasitas jalan yang tidak berubah yaitu 2039 smp/jam pada tahun 2004, maka tingkat pelayanan jaringan jalan (V/C) pada ruas jalan arteri Soasio-Rum untuk sepuluh tahun mendatang tahun 2014. Analisis Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan data jaringan jalan yang diperoleh, kondisi jaringan jalan di Pulau Tidore relatif memadai dan menjangkau ke seluruh desa dan anak desa/dusun. Dengan kondisi wilayah yang berupa pulau dimana hampir sebagian besar permukiman penduduk terkonsentrasi di wilayah pesisir, menempatkan jaringan jalan lingkar yang melingkari Pulau Tidore pada posisi yang memiliki peran penting dalam menghubungkan daerah yang satu dengan daerah yang lain. Namun demikian, walaupun jaringan jalan yang ada telah menjangkau seluruh desa dan anak desa/dusun di Pulau Tidore, akan tetapi jaringan jalan yang ada tidak
327
semuanya menghubungkan secara langsung antara desa/anak desa/dusun yang satu dengan yang lainnya. Desa dan anak desa/dusun yang dimaksud adalah desa dan anak desa/dusun yang terletak pada daerah ketinggian/gunung, sehingga walaupun ada jalur itu merupakan jalan rintisan hutan yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki dan itupun hanya dilalui oleh para petani yang mengolah lahannya di hutan. Hal tersebut mengakibatkan penduduk harus melalui beberapa rute perjalanan jika hendak berkunjung ke desa atau anak desa/dusun tetangga, sehingga jarak menjadi jauh walaupun secara fisik lokasi memiliki kedekatan jarak.
Analisis Infrastruktur Pelabuhan Lalu Lintas Barang dan Penumpang di Pelabuhan Lalu lintas barang dan penumpang di empat pelabuhan yang ada di Pulau Tidore dari tahun ke tahun semakin menunjukan peningkatan. Hal ini terlihat dari aktivitas yang terjadi di pelabuhan seperti aktivitas bongkar muat dan naik turunnya penumpang mengalami peningkatan. Perkembangan kegiatan bongkar muat barang dan lalu lintas penumpang yang terjadi di empat pelabuhan yang ada di Pulau Tidore dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Perkembangan Trafik Pelabuhan di Pulau Tidore Tahun 2003 – 2005 No
Pelabuhan
Luas Pelabuhan
Kegiatan
2003
Tahun 2004
Penumpang 1.493 1.528 Naik 2.072 2.123 Turun 01. 42 x 4 meter Goto Barang (ton) 187 211 Bongkar 139 150 Muat Penumpang 5.002 5.138 Naik 7.423 7.781 Turun 02. 30 x 2 meter Tomalou Barang (ton) 193,02 210 Bongkar 74,25 96 Muat Penumpang 177.988 181.870 Naik 38.999 40.623 Turun 03. 25 x 3 meter Rum Barang (ton) 67,51 81,09 Bongkar 43,20 55,50 Muat Penumpang 73.757 80.234 Naik 60.230 63.805 Turun 04. 46 x 6,7 meter Fery Barang (ton) 32.999 40.347 Bongkar 50.787 52.015 Muat Sumber : Kantor Syahbandar Pelabuhan dan Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Kota Tidore Kepulauan, 2010
Bongkar muat di pelabuhan dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan di kuli panggul. Dalam kurun waktu 2003 – 2005 seperti yang tersaji dalam tabel 26 diatas pertumbuhan lalu lintas penumpang dan barang terdapat perbedaan antara bongkar dan muat serta naik dan turunnya penumpang di setiap pelabuhan. Dimana jumlah penumpang turun di Pelabuhan Goto dan Pelabuhan Tomalou lebih besar dari jumlah penumpang naik begitu juga dengan barang yang dibongkar jumlahnya
2005 1.792 2.203 224 161 5.250 8.050 220,5 109,3 190.910 42.096 94 65 88.780 67.930 44.647 54.396
lebih besar dari jumlah barang yang dimuat, sedangkan di Pelabuhan Rum jumlah penumpang naik lebih banyak dari jumlah penumpang turun dan jumlah penumpang naik – turun terbesar berada di pelabuhan ini dengan selisih jumlah yang sangat signifikan dari ketiga pelabuhan yang ada lainnya, namun demikian jumlah barang yang dimuat di Pelabuhan Rum ini lebih sedikit dari jumlah barang yang dibongkar. Lain halnya dengan Pelabuhan Pelabuhan Goto dan Pelabuhan
328
Tomalou melayani pelayaran/penyeberangan dari Pulau Tidore yang merupakan Pulau tempat Ibukota Kota Tidore Kepulauan berada ke wilayah belakangnya dimana Tidore sebagai pusatnya. Berbeda dengan Pelabuhan Rum dan Fery yang melayani penyeberangan antara Tidore – Ternate dimana Ternate merupakan pusat kegiatan dan pertumbuhan di wilayah Maluku Utara saat ini sehingga pergerakan orang dan barang terbesar terpusat ke sana (Ternate). Jenis barang yang dibongkar di pelabuhan Rum dan Fery terdiri dari komoditi kebutuhan pokok masyarakat dan komoditi pembangunan, sedangkan jenis barang yang dimuat/diangkut terdiri dari komoditi hasil pertanian, perkebunan dan perikanan. Untuk Pelabuhan Goto dan Pelabuhan Tomalou jenis barang yang dibongkar dan diangkut merupakan kebalikan dari Pelabuhan Rum dan Fery, dimana jenis barang yang dibongkar merupakan komoditi hasil pertanian dan perkebunan sedangkan jenis barang yang dimuat merupakan komoditi kebutuhan pokok masyarakat. Proyeksi Perkembangan Arus Lalu Lintas Penumpang dan Barang Proyeksi arus lalu lintas penumpang dan barang di pelabuhan menggunakan rumus proyeksi bunga berganda seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya dengan time series 5 tahun (high projection), dapat diketahui arus lalu lintas penumpang dan barang di pelabuhan tahun 2010 mendatang. Namun karena keterbatasan peneliti yang disebabkan oleh pemekaran wilayah yang terjadi di lokasi penelitian, maka data yang diperoleh hanya mencakup data untuk 3 tahun terakhir yaitu data tahun 2003 – 2005 sehingga berdasarkan data time series 5 tahun (tahun 2006 - tahun 2010) proyeksi arus lalu lintas penumpang dan barang di pelabuhan dengan menggunakan rumus proyeksi seperti yang telah disajikan pada bab sebelumnya, sehingga diperoleh hasil untuk proyeksi seperti yang tersaji dalam tabel berikut: Analisis Kebutuhan Kapal Analisis Kebutuhan Kapal dilakukan untuk melihat apakah moda transportasi laut berupa kapal/kapal motor dan speed
boat yang ada sekarang di Pulau Tidore masih mampu melayani lonjakan arus penumpang dan barang ataukah dibutuhkan penambahan moda angkutan laut untuk mengantisipasi meningkatnya arus lalu lintas penumpang dan barang pada tahun-tahun mendatang seperti yang ditunjukkan oleh hasil analisis proyeksi arus lalu lintas penumpang dan barang untuk lima tahun kedepan. Pelabuhan-pelabuhan di Pulau Tidore sebagian besar aktivitas penyeberangan antar pulau menggunakan speed boat karena faktor kedekatan jarak dan kecepatan waktu tempuh. Untuk Pelabuhan Rum berdasarkan data jumlah speed boat yang tersedia sekarang sejumlah 24 unit yang melayani penumpang sebanyak kurang lebih 638 penumpang perhari dengan jumlah tarikan untuk setiap speed boat rata-rata 2 rit per hari. Jika proyeksi arus penumpang Pelabuhan Rum lima tahun kedepan tahun 2010 sebanyak 6241 penumpang perhari maka dengan jumlah speed boat yang sebanyak 24 unit setiap speed boat akan melayani kurang lebih 260 penumpang perhari dengan jumlah tarikan yang tergolong tinggi yaitu rata-rata 21 rit per hari. Asumsi ini mengartikan bahwa dengan tingginya jumlah rit per hari untuk tiap speedboat maka tinggi pula pendapatan yang diperoleh para penyelengara angkutan laut ini, sehingga dengan demikian penambahan jumlah unit speedboat dan kapal motor tidak merupakan suatu hal yang perlu dilakukan namun tidak juga menutup kemungkinan bagi penyelenggara angkutan laut untuk berinvestasi di bidang ini. Untuk Pelabuhan Tomalou memiliki 2 unit kapal motor kayu yang melayani penyeberangan ke dan dari Pulau Mare dan Pulau Moti jumlah penumpang sebanyak ± 36 penumpang perhari dengan frekuensi pelayaran rata-rata 2 kali sehari. Jika berdasarkan hasil proyeksi untuk 5 tahun kedepan dimana jumlah penumpang yang harus dilayani bertambah menjadi ± 43 penumpang perhari, maka untuk Pelabuhan Tomaluo tidak dibutuhkan penambahan jumlah unit kapal motor kayu karena penambahan penumpang tidak terlalu besar dari jumlah penumpang yang ada sekarang bahkan dengan adanya penambahan jumlah penumpang tersebut
329
tidak berpengaruh terhadap peningkatan frekuensi pelayanan pelayaran kapal. Untuk Pelabuhan Goto dengan jumlah sarana angkutan laut sebanyak 7 unit yang terdiri dari 4 unit speed boat dan 3 unit kapal motor kayu melayani penumpang sebanyak ± 12 penumpang per hari. Ini berarti jumlah sarana angkutan laut yang ada di Pelabuhan Goto tidak efisien karena jumlah penumpang yang dilayani tidak seimbang dengan jumlah kapal yang tersedia. Jika berdasarkan jumlah penumpang hasil proyeksi untuk 5 tahun kedepan yaitu sebanyak ± 16 penumpang perhari, maka kondisi demikian ini sama halnya dengan Pelabuhan Tomalou dimana tidak dibutuhkan penambahan jumlah unit kapal karena penambahan penumpang tidak terlalu besar dari jumlah penumpang yang ada sekarang bahkan dengan adanya penambahan jumlah penumpang tersebut hanya sedikit berpengaruh terhadap peningkatan frekuensi pelayanan pelayaran kapal. Besarnya jumlah sarana angkutan laut yang tersedia dibanding jumlah penumpang yang ada perharinya di Pelabuhan Goto disebabkan tingginya permintaan speed carteran oleh pejabat setempat yang melakukan perjalanan dinas ke Sofifi dan atau ke Gita/Payahe yang merupakan bagian wilayah administrasi Kota Tidore Kepulauan. Sedangkan untuk kapal fery yang melayani penyeberangan Tidore-Ternate tidak diperlukan adanya penambahan jumlah kapal fery walaupun jumlah barang dan penumpang bertambah pesat untuk tahuntahun mendatang.
untuk masing-masing dermaga masih berada jauh dibawah tingkat pemanfaatan normal yaitu 70 %, kecuali untuk Pelabuhan Rum yang tergolong dalam pelabuhan dengan tingkat pemanfaatan mendekati normal. Untuk lebih jelasnya mengenai prosentase penggunaan tambatan oleh kapal tiap dermaga di Pulau Tidore dapat dilihat pada tabel berikut :
Analisis Tingkat Pelayanan Dermaga Pelayanan dermaga diukur berdasarkan prosentase penggunaan tambatan oleh kapal. Berdasarkan analisis menggunakan alat analisis seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa prosentase penggunaan tambatan oleh speed boat untuk Pelabuhan Goto sebesar 3,97 %, Pelabuhan Tomalou sebesar 8,33%, Pelabuhan Rum sebesar 64 % dan Pelabuhan Fery sebesar 6,79 %. Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pelayanan dermaga pelabuhan-pelabuhan yang ada di Pulau Tidore tergolong masih sangat tinggi dimana BOR (Berth Occupaty Ratio)
Arahan Pengembangan Transportasi Pulau Tidore Strategi pengembangan transportasi Pulau Tidore dalam penelitian ini diarahkan berdasarkan analisis SWOT seperti yang sudah dijelasan pada metodologi penelitian sebelumnya. Untuk menentukan strategi pengembangan transportasi berdasarkan analisis SWOT maka hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan strategi atau program yang digambarkan dalam matriks pada tabel berikut :
Tabel 3. Prosentase Penggunaan Tambatan Oleh Kapal Tiap Dermaga di Kota Tidore 2010
No (%) 01. 02. 03. 04.
Pelabuhan / Dermaga Goto Tomalou Rum Fery
BOR 3,97 8,33 64,00 6,79
Sumber :Hasil Analisis, 2010
Dari data yang tersaji dalam tabel diatas, terlihat bahwa dermaga Pelabuhan Rum memiliki nilai BOR tertinggi dan dermaga Pelabuhan Goto memiliki nilai BOR terendah. Tingginya tingkat pelayanan dermaga yang terlihat dari rendahnya nilai prosentase penggunaan tambatan (BOR) oleh speed boat/motor kayu menunjukkan bahwa dermaga pelabuhan tersebut mampu menampung arus kunjungan speedboat/kapal motor kayu yang ada. Berdasarkan tingkat pelayanan dermaga dan perkembangan arus bongkar muat barang dan arus penumpang yang melalui pelabuhan-pelabuhan di Kota Tidore tiap tahunnya mengindikasikan bahwa Pulau Tidore akan berkembang secara dinamis karena didukung oleh sistem transportasi yang mantap.
330
Tabel 4. Matriks Analisis SWOT Eksternal
Internal Kekuatan (S) Otonomi daerah Potensi pulau RTRK Tersedianya Infrastruktur transportasi yang memadai Adanya fasilitas ekonomi Kelemahan (W) Nilai ekonomi SDM yang masih minim Mobilitas dan aksesibilitas dari dank e beberapa desa dan anak desa/dusun terbatas Jangkauan pelayanan angkutan/kendaraan ke beberapa desa dan anak desa/dusun masih minim
Peluang (O) Dekat dari Ternate sebagai pusat aktivitas Tersedianya pemasaran produksi Investasi Tersedinya lapangan kerja Sinergisitas sistem antar moda
Ancaman (T) Kompetisi antar daerah Biaya transportasi cukup tinggi
S vs O Perencanaan master plan jaringan jalan Penyelenggaraan sistem transportasi yang terpadu
S vs T Peningkatan pembangunan jalan akses
W vs O Meningkatkan kualitas fungsi infrastruktur transportasi Penyelenggaraan sistem angkutan antar kota dan desa
W vs T Memberikan peluang munculnya pengusaha jasa angkutan Penetapan sistem trayek angkutan penumpang
Dari hasil analisis SWOT sebagaimana pada tabel matriks diatas, diidentifikasi beberapa strategi yang dapat dilakukan kaitannya dengan pengembangan transportasi Pulau Tidore. Strategi tersebut antara lain : 1. Perencanaan master plan jaringan jalan 2. Penyelenggaraan sistem transportasi yang terpadu 3. Peningkatan pembangunan jalan akses 4. Meningkatkan kualitas fungsi infrastruktur transportasi 5. Penyelenggaraan sistem angkutan antar kota dan desa 6. Memberikan peluang munculnya pengusaha jasa angkutan Setelah ditetapkan strategi untuk pengembangan transportasi, selanjutnya dilakukan analisis nilai (value analisis) untuk menentukan prioritas dari masing-masing strategi dengan mempertimbangkan keuntungan (benefit) dan implikasi negatif dari setiap program. Analisis nilai dari strategi SWOT yang telah ditetapkan dijabarkan dalam tabel 30. Berdasarkan value analisis SWOT terlihat strategi prioritas untuk pengembangan transportasi Pulau Tidore. Tahapan-tahapan prioritas strategi yang harus dilakukan antara lain 1. Perencanaan master plan jaringan jalan 2. Meningkatkan kualitas fungsi
infrastruktur transportasi 3. Memberikan peluang munculnya pengusaha jasa angkutan 4. Penetapan sistem trayek angkutan Penumpang 5. Peningkatan pembangunan jalan akses 6. Penyelenggaraan sistem angkutan antar kota dan desa 7. Penyelenggaraan sistem transportasi yang terpadu PENUTUP Berdasarkan analisis dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan penelitian ini antara lain : Tingkat pelayanan jaringan jalan utama di Pulau Tidore tergolong dalam tingkat pelayanan jalan tertinggi Pergerakan Penumpang dan barang tertinggi di Pulau Tidore terkonsentrasi pada ruas jalan arteri Soasio-Rum. Jaringan jalan yang ada di Pulau Tidore masih mampu menampung arus pergerakan lalu lintas jalan raya hingga paling tidak sepuluh tahun mendatang. Tingkat pelayanan dermaga pelabuhan tergolong tinggi untuk semua pelabuhan yang ada karena masih berada dibawah tingkat pemanfaatan normal. Tersedianya infrastruktur transportasi jalan dan pelabuhan laut yang memadai menunjang kelancaran arus transportasi dalam Pulau Tidore serta kelancaran transportasi ke dan dari Pulau
331
Tidore.
DAFTAR PUSTAKA Hobbs,
F.D. (Terjemahan Suprapto dan Waldiyono), 1995, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gadjah Mada University, Press, Yogyakarta.
Morlok, Edward K, 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi (Terjemahan Jhon Kencana Putra Hainim), Penerbit Erlangga, Jakarta. Ofyar Z. Tamin, 2000, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Bidang Khusus Rekayasa Transportasi Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. Warpani Suwardjoko, 1993, Rekayasa Lalu Lintas, Penerbit Bharata, Bandung
Alik Ansyari Alamsyah “ Rekayasa lalu Lintas “ UMM Press Malang 2005 Direktorat Bina Sistem :Lalu Lintas dan Angkutan Kota, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat “ Sistem Tranportasi” Jakarta 1998. Direktorat
Jenderal Bina Marga Dep. Pekerjaan Umum “ Manual Kapasitas Jalan Indonesia” Jakarta, 1996.
*) Penulis adalah Handayani Makassar
Dosen
STMIK
332
322
323