Malam Renungan AIDS Nusantara 2001: Paket I
Informasi tentang Penyelengaraan Malam Renungan AIDS Nusantara di Indonesia Penyelenggaraan Malam Renungan AIDS Nusantara di Indonesia bermula di kota Surabaya pada 1991 dengan sebutan “Malam Tirakatan Mengenang Korban-Korban AIDS” Malam tirakatan AIDS tersebut diselenggarakan pada hari minggu, 19 Mei 1991 dengan koordinasi oleh Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) bekerja sama dengan Persatuan Waria Kotamadya Surabaya (Perwakos). Para hadirin tidak berasal dari kedua organisasi tersebut saja tetapi hadir juga para pekerja sosial, dan pemuka masyarakat yang prihatin dan peduli AIDS. Acara Tirakatan AIDS dengan menyalakan lilin dilakukan dalam rangka menunjukkan rasa solidaritas terhadap mereka yang menderita AIDS termasuk dua orang di Surabaya. Malam tirakatan AIDS juga dalam rangka mengenang mereka yang sudah meninggal karena AIDS sekaligus untuk saling menyadarkan bagaimana menjalani kehidupan seksual yang sehat dan bebas dari AIDS. Termasuk dalam acara Malam Tirakatan ini adalah melakukan penyuluhan mengenai seks aman dan AIDS khususnya penggunaan kondom yang baik dan benar. Melalui Malam Tirakatan AIDS ingin dihapus rasa ketakutan pada kelompok-kelompok yang biasanya disisihkan masyarakat seperti lesbian, gay, waria, pekerja seks komersial (perempuan atau laki-laki), pengguna narkoba dan lain-lain. Penyelenggaraan MRAN di Jakarta baru dimulai pada 1993 bertempat di alua PKBI Pusat jalan Hang Jebat Kebayoran Baru. Ikatan Persaudaraan Orang-Orang Sehati bekerjasama dengan PKBI Pusat sebagai penyelengara berhasil mengumpulkan sebanyak kurang lebih 300 orang termasuk beberapa aktivis, tokoh LSM, ketua IDI dan LSM lainnya. Acara ini mendapat perhatian media massa seperti RRI, TPI, RCTI dan media cetak lainnya. MRAN 1994 di Jakarta, Sulawesi Selatan dan Yogyakarta cukup meriah. Di Yogyakarta penyelenggaraan dilakukan di suatu rumah dengan penyelenggara IGS dan acara yang dilakukan selain pembacaan puisi dan penyalaan lilin, juga diadakan diskusi. Di Sulawesi Selatan Penyelenggaraan dilakukan oleh Gaya Celebes. Acara diadakan di Bantimurung dengan mengambil bentuk khusus, api unggun. Selain doa dan renungan, juga dilakukan lomba ketrampilan pengubahan lirik iklan menjadi iklan AIDS. Di penghujung acara diadakan pembacaan puisi tentang seorang yang terinfeksi HIV, yang pada waktu itu difokuskan kepada ibu SUM seorang dengan HIV yang pada waktu itu akan melahirkan bayinya. Acara juga dimeriahkan dengan berjalan keliling membawa poster dan mengumpulkan kurang lebih 50 pesan peduli AIDS yang dituliskan oleh para hadirin di atas sehelai kain putih. Di Jakarta acara dilakukan di PKBI Pusat bekerja sama dengan beberapa LSM, IDI dan media masa. MRAN 1995 dilakukan di kota Tana Toraja dan Jakarta. Di Tana Toraja acara ini dilaksanakan dengan partisipasi anak remaja SLTA. Penyelenggaraan acara diikuti dengan penyuluhan kepada kelompok remaja. Sekitar 75 orang remaja SLTA menghadiri acara ini. Di Jakarta penyelenggaraan dilakukan di diskotik dengan penyelenggara IPOOS. Pembacaan puisi dilakukan oleh seorang PSK dari Keramat Tunggak yang secara aktif menjadi penyuluhan sebaya. Sekitar 300 orang hadir dalam acara ini. Pada 1996 MRAN menjadi salah satu pusat perhatian masyarakat sebab di Ibukota Jakarta, acara ini dilaksanakan di halaman parkir Taman Ismail Marzuki dengan melibatkan sebanyak kurang lebih 33 LSM. Dalam acara ini juga hadir wakil Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Dr. Suyono Yahya (Sekjen KPA), dirjen P2MPLP, para anggota KPAD DKI, artis ibukota seperti Ruth Sahanaya, Katon Bagaskara, James F Sundah, Rita Effendi, Nugie, IKAPARI dan street band dan artis lainnya. Penyelenggaraan MRAN96 ini juga dilakukan di Pare-Pare Sulawesi Selatan (melibatkan tokoh masyarakat, pemilik hotel dan wakil ormas), kota Ambon (melibatkan 800 orang dengan tokoh LSM, dr Nafsiah Mboi), Ujung Pandang (melibatkan 200 orang sebagian besar adalah kelompok remaja dan kaum muda), Bali (yang berhasil menyatukan KPA, LSM dan lembaga donor dalam penyelenggaraan). Penyelenggaraan MRAN 1997 tidak berbeda jauh dengan penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya. Penyelenggaraan di Pare-pare Sulawesi Selatan dilaksanakan di suatu mall dan mendapat perhatian masyarakat yang berkunjung ke mall tersebut sehingga mereka turut berpartisipasi sehingga tempat penyelenggaraan menjadi penuh seksak. Pembacaan doa dilakukan dengan khusuk dan seluruh peserta berpegangan tangan satu sama lain untuk menyatukan semangat dalam kepedulian menghadapi masalah AIDS. Di pulau Lembata dan
Malam Renungan AIDS Nusantara 2001: Paket I Pulau Adonora NTT MRAN97 dipadukan dengan acara dewan paroki Lewoleba dan paroki Witihama. Perhatian masyarakat cukup tinggi terlihat dari sejumlah orang mengintip dari luar gedung. Di Jakarta, para PSK dan ibu rumah tangga saling solider dan menyelenggarakan MRAN. Di Surabaya MRAN 1997 ditandai dengan pelepasan balon gas yang disertai dengan pesan dukungan AIDS. Di Semarang kerjasama antara dunia usaha dan LSM dalam MRAN97 ditandai dengan pemberian beasiswa selama satu tahun kepada 50 anak jalanan. Penyelenggaraan MRAN 1998 diselenggarakan dalam situasi sosial ekonomi dan politik yang sangat tidak menentu. Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 berkelanjutan dengan kerusuhan pada tanggal 13 –14 Mei 1998 membuat setiap kegiatan yang melibatkan orang banyak dmenjadi lebih sulit sehingga GKNMAN mengimbau agar setiap penyelenggara mengambil keputusan sendiri dan menjaga agar kegiatan ini tidak menelan korban. Dari 180 orgainsasi yang dihubungi ada 93 organisasi di 46 kota besar dan kota kecil seluruh nusantara yang menyatakan akan turut ambil bagian dalam menyelenggarakan MRAN 1998. Di Jakarta, menjelang MRAN98 dilakukan acara fund raising “Mengharap Gajah” sekaligus jumpa pers dan promosi MRAN. Dalam suasana penuh keprihatinan di Jakarta penyelenggaraan MRAN ditandai dengan penyalaan 34 pelita dan penggelaran perca yang mewakili Odha yang meninggal selama tahun ini. Di Medan MRAN ditandai dengan suatu instalasi seni yang unik dan menarik perhatian pengunjung. Denpasar – Bali 1998 ini menyelenggarakan MRAN dengan suatu sukses besar sebab Gubernur dan jajaran petinggi lainnya turut hadir. Dengan promosi yang cukup besar dan meluas, sekitar 500 orang memperingati acara MRAN ini. Suasana penuh keprihatinan juga dikemas dengan MRAN di kota Banjarmasin. Sedangkan di Jogya walaupun kepastiaan ijin penyelenggaraan sempat membuat panitia setempat kebingungan, akhirnya MRAN 1998 terselenggara dengan khusus dan ditandai dengan lampion-lampion. Masih dalam suasana politik, sosial ekonomi yang tidak menentu Malam Renungan AIDS Nusantara 1999 terselenggara di beberapa daerah di tanah air. Sekitar 24 LSM yang tersebar dari Ambon, hingga Sumatera menyelenggarakan malam renungan AIDS ini. Di Medan, Sumatera Utara, Malam Renungan AIDS terselenggara atas kerjasama antara Yayasan Humaniora, SMU Negeri I Medan, dan SOLUSI. Sementara di Bengkulu MRAN99 terselenggara atas kerjasama antara KPAD Bengkulu dan CCRR-PKBI. Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah MRAN99 diselenggarakan dengan rasa yang masih diliputi kekuatiran keamanan di aula PSBR Kanwil Depsos propinsi Kalteng dengan jumlah hadirin sekitar 300 orang yang terdiri dari unsur masyarakat seperti Pramuka, Remaja Mesjid, PMII, HMI Mahasiswa dari Unpar. Penyelenggaraan yang serupa juga terlaksana di Jambi atas prakarsa SIKOK-PKBI dengan melibatkan remaja, pramuka, siswa SMU, PSK Waria dan tentunya KPAD Tk. II Jambi. Di Jayapura, siswa SMU juga berpartisipasi dalam MRAN99 yang dikoordinir oleh MRC-PKBI dan melibatkan sejumlah pendidik sebaya dalam kepanitiaan. Di beberapa kota di Indonesia MRAN99 terselenggara dengan dukungan dari sektor swasta seperti misalnya perusahaan kondom Durex mendukung MRAN99 di Jakarta yang diprakarsai oleh Forum LSM Peduli AIDS Sejabotabek, perusahaan kondom Artica mendukung MRAN99 yang diselenggarakan oleh Spiritia di kafe Kupu-kupu di Kebayoran Jakarta. Perusahaan minuman Nestle di Banjarmasin Kalimantan Selatan mendukung acara MRAN99 yang diselenggarakan oleh CMR-PKBI. Namun dengan semangat dan rasa mengasihi sesama manusia MRAN99 juga bisa terselenggara seperti misalnya di Desa Boru Kecamatan Wulanggintang Flores Timur. MRAN99 juga diselenggarakan dengan mengadakan mobilisasi dan kampanye kepedulian AIDS serta pendidikan pencegahan HIV seperti yang dilakukan di Tomohon - Sulut. Makassar Sulsel, Jakarta, dan Bali di mana PKBI menggelar spanduk raksasa pita merah di gedung PKBI. Inti pengadaan MRAN99 seperti tahun-tahun yang lalu adalah mengenang Odha yang meninggal dan mendukung Odha dan Ohidha, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar LSM, KSM dan pemerintah, baik secara terpisah maupun secara bersama. Dukungan juga datang dari pemerhati AIDS ibu Nafsiah Mboi yang banyak melakukan advokasi di tingkat pemerintah, dengan menulis suatu surat terbuka kepada para penyelenggara MRAN99 di Indonesia (lihat surat terbuka pada akhir bagian ini)
Malam Renungan AIDS Nusantara 2001: Paket I
Laporan Penyelenggaraan MRAN 2000 Malam Renungan AIDS Nusantara 2000 di Indonesia diselenggarakan dalam suasana prihatin mengingat kerusuhan dan suasana yang mencekam di Aceh, Kepulauan Maluku dan Timor. Di samping itu dengan era keterbukaan isu-isu tentang AIDS khususnya Odha akan menjadi rentan terhadap berbagai penilaian moral yang jelas tidak mendukung. Namun demikian kepedulian dan dukungan terhadap Odha dan Ohidha serta perhatian terhadap masalah HIV/AIDS di Indonesia tetap berlangsung. Secara umum penyelenggaraan MRAN2000 bagi sebagian besar penyelenggara tidak berbeda jauh dengan penyelenggaraan tahun lalu. Upaya melibatkan masyarakat, baik itu kelompok binaan maupun masyarakat umum, serta Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat, pemuka agama dan para pejabat dari berbagai instansi pemerintah setempat ikut terlibat. Sebagian dari peserta penyelenggara telah menjalin hubungan baik dengan KPAD I maupun II, sehingga tidak terdapat lagi kesenjangan dntara masyarakat dengan pemerintah. Sebanyak 25 kelompok dan organisasi dari Sumatera sampai Papua Barat mengirimkan bukti penyelenggaraan MRAN2000 yang diadakan didaerahnya, baik berupa laporan, foto, video, dan berbagai contoh materi cetak yang disebarkan dalam rangka MRAN. Jumlah penyelenggara tersebut mungkin jauh dari kenyataan jumlah individu, kelompok, organisasi, LSM dan instansi pemerintah yang memang benar menyelenggarakan MRAN2000 tetapi tidak berbagi pengalamannya dengan yang lain di wilayah nusantara. Di Sumatera MRAN2000 diselenggarakan di kota Medan, Jambi, Sekupang-Batam, dan Palembang. Penyelenggaraan MRAN tahun ini di Jambi cukup menarik untuk diperhatikan. Sebanyak 8 LSM bergabung menyelenggarakan MRAN2000 dan berhasil menggerakkan 1.100 orang untuk memperingati MRAN2000. Penyelenggaraan yang terkoordinir pada tingkat propinsi diadakan di dua tempat dengan koordinator penyelenggara Pusat Informasi Kesehatan dan Jender. Selain penyelenggaraan MRAN terkoordinir di tingkat propinsi, penyelenggara mampu menjadikan suasana desa sebagai pusat penyelenggaraan MRAN. Hal yang sama juga terjadi di beberapa daerah semenjak beberapa tahun, misalnya di desa Hewa, Wulanggitang Flores Timur, NTT, atau desa Naiola, Miomaffo Timur, TTU-NTT. Di samping itu ada beberapa daerah tingkat II menyelenggarakan MRAN dengan koordinasi KPAD II, ini merupakan suatu pemberdayaan dan persiapan yang baik dalam menuju Otonomi Daerah. Tujuan menyelenggarakan MRAN bukan semata-mata upacara lilin mengenang Odha yang telah meninggal dunia dan memberi dukungan kepada yang masih hidup beserta Ohidha, akan tetapi hampir setiap penyelenggaraan MRAN memasukkan program penyelenggaraan penyuluhan atau penyampaian informasi pencegahan HIV/AIDS. Di Pare-Pare, para mahasiswa, OSIS, remaja beserta tokoh masyarakat dan pemuka agama mengadakan bakti sosial pada pagi hari dengan puncak acara MRAN pada malam hari. Sementara itu di Medan MRAN diselenggarakan dengan suatu pagelaran musik di 30 cafe tempat berkumpulnya para PS beserta para tamunya. Penyelenggara ingin mensosialisasikan AIDS dengan cara yang santai, walaupun masih banyak yang enggan berpartisipasi karena khawatir dikira Odha. MRAN di Jambi juga mempunyai tujuan khusus yaitu untuk mendorong dan membantu para pemuka agama agar nyaman membahas masalah seks dan AIDS. Di beberapa tempat, penyelenggara MRAN memasukkan diskusi, seminar maupun dialog langsung dengan para pengunjung tentang narkoba dan masalah HIV/AIDS dalam acaranya. Seperti di Palangkaraya-Kalimantan Tengah penyelenggara MRAN mengangkat isu narkoba dan masalah HIV/AIDS, dalam suatu seminar, diskusi atau dialog dengan para pengunjung. Tempat penyelenggaraan MRAN2000 bervariasi dari halaman balai desa, ruang kelas, auditorium, tepi pantai, pelataran Mall, Mesjid, Gereja, bahkan sampai pada pelataran tugu. Sementara itu berbagai promosi menjelang MRAN telah dilakukan melalui penempelan poster, distribusi brosur, pengumuman di Gereja, koran, radio lokal dan pawai keliling sebelum hari MRAN diadakan, seperti di Jayapura-Papua Barat. Kalau pada thun lalu spanduk raksasa di Bali, maka pada MRAN2000 pita merah peduli AIDS raksasa sebesar 30X1meter pada ketinggian 20 meter di pasang di tugu Tinggal Landas Nabire-Papua Barat.
Malam Renungan AIDS Nusantara 2001: Paket I
Isu-Isu Seputar MRAN 1. MRAN diselenggarakan secara terkoordinir di wilayah propinsi dengan memobilisasi masyarakat di tingkat desa agar menjadi penyelenggara MRAN. Contoh MRAN di Jambi yang memberdayakan masyarakat dalam mempersiapkan era Otonomi Daerah. 2. Acara MRAN tidak semata-mata upacara lilin dan renungan saja, tetapi dilengkapi dan diawali dengan kegiatan-kegiatan lain seperti seminar, diskusi panel, lomba dan kontes yang bertema AIDS, penyampaian informasi kepada khalayak melalui pameran, penyebaran brosur dan bazar. Isu narkoba dan HIV/AIDS mulai dibahas (contohnya di Medan). 3. MRAN diselenggarakan dengan melibatkan pihak-pihak yang sering mendapatkan stigma atau dianggap kaum pinggiran seperti PSK, anak jalanan, Waria dan Homoseks, pecandu narkoba, preman selain LSM, pemuka agama, tokoh masyarakat dan berbagai instansi pemerintahan. 4. Penyelenggaraan MRAN2000 telah menunjukkan kerjasama yang baik antara KPAD I dan II dengan unsur-unsur masyarakat. 5. Penyelenggara MRAN2000 di daerah telah menunjukkan kemandiriannya dalam mendanai acara tersebut, misalnya melalui pundi-pundi khusus, kerjasama dengan pihak swasta setempat, sumbangan dan donasi-donasi. Ini membuktikan bahwa MRAN dapat diselenggarakan dengan pendanaan semampunya (tidak dipaksakan untuk mewah dan mencerminkan ciri daerahnya), yakni sudah dapat disesuaikan dengan situasi, kepedulian masyarakat setempat. 6. Beberapa daerah terpaksa harus menyelenggarakan MRAN 2000 dalam suasana yang mencekam, seperti NTT, Kepulauan Maluku serta Banjarmasin. Namun ini tidak menjadi penghambat untuk meneruskan acara mereka. 7. Tempat penyelenggaraan MRAN2000 bervariasi dari halaman balai desa, ruang kelas, tepi pantai, auditorium, pelataran Mall, Mesjid, Gereja, bahkan sampai pada pelataran tugu. 8. Promosi MRAN2000 dilakukan melalui penempelan poster, distribusi brosur, pengumuman di Gereja, koran, radio lokal dan pawai keliling sebelum MRAN diadakan, seperti di Jayapura-Papua Barat.
RENCANA PENYELENGGARAAN MALAM RENUNGAN AIDS NUSANTARA 2001 Pada 2001 ini Grup Koordinasi nasional telah menghubungi 160 organisasi, individu dan lembaga di 71 kota seluruh Nusantara untuk turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Malam Renungan AIDS. Walaupun Indonesia saat ini masih berada dalam keadaan ekonomi yang sulit. GKN menghimbau agar setiap penyelenggara memperhatikan kondisi umum perekonomian Indonesia yang sedang sulit, dan kondisi politik yang belum 100% mantap dengan masih adanya niat untuk memisahkan diri dari negara kesatuan RI yang kita cintai seperti pergolakan politik di Aceh dan Papua, serta kondisi sosial yang ditandai dengan berbagai ketakutan, kericuhan, dan pembantai manusia seperti di Ambon dan Kalimantan yang sangat menyedihkan. Marilah kita peringati Malam Renungan AIDS Nusantara tahun ini sesuai dengan kemampuan kita masing-masing dan menjadi moment yang penting dan berkesan bukan saja untuk mengenang Odha yang telah meninggal dan mendukung Odha dan Ohidha yang masih hidup, tetapi juga berdoa dan berharap agar segala bentuk kekerasan, ketakutan, diskriminasi dan ketidakadilan segera hilang. Semoga tahun ini dan tahun-tahun mendatang kita bisa keluar dari segala permasalahan dan menuju suatu masyarakat yang penuh dengan perdamaian, sejahtera dan saling mencintai. GKNMAN sangat mengharapkan agar para partisipan MRAN2001 bersedia mengirimkan kembali formulir rencana penyelenggaraan MRAN2001 agar bisa dimasukkan dalam siaran pers. Batas terakhir mengirimkan kembali formulir tersebut adalah tanggal 23 Maret 2001.
Malam Renungan AIDS Nusantara 2001: Paket I
Surat terbuka dalam rangka Malam Renungan AIDS 1999 dari Ibu Nafsiah Mboi Saudara Saudariku yang tercinta,
P
ada tanggal 16 Mei 1999, di seluruh dunia akan dinyalakan lilin-lilin untuk memperingati sesama yang telah meninggal karena AIDS, dan menyatakan
kepedulian dan kesetiakawanan kita terhadap mereka yang saat ini hidup dengan HIV/AIDS. Tema Malam Renungan AIDS (Candlelight Memorial) tahun ini adalah:
membangun solidaritas dunia melawan ketidakadilan dan rasa takut menuju kehidupan tanpa AIDS. Dalam diriku timbul pertanyaan: apakah lilin-lilin akan menyala tahun ini di Ambon, di Timor Timur, Kalimantan, dan daerah-daerah lain, dimana telah terjadi kerusuhankerusuhan, dimana saudara/saudari dan anak-anak kita menderita karena ketidakadilan dan perasaan takut yang mencekam? Dengan sepenuh hati saya doakan semoga jawabannyu adalah – “ya” -- mungkin lilin-lilin menyala di jendela-jendela rumah, di persimpangan jalan, di tangga mesjid dan gereja, di depan pintu kantor-kantor, tokotoko, dimana saja!! Kita butuhkan terang, kita butuhkan harapan, dan lilin di daerah dimana terjadi kekerasan akan memberikan pijar yang khusus di tahun 1999 ini. Mengapa harapan saya begitu besar?
T
iga tahun yang lalu, bulan Mei 1996, saya diundang ke Ambon, dan saya mengalami Malam Renungan AIDS dalam suatu kebersamaan ekumenis yang penuh inspirasi,
dan kasih. Saya masih ingat, ada orang-orang muda dan tua, ibu-ibu rumah tangga, pemuka-pemuka agama dan masyarakat, para pejabat dan anak-anak sekolah. Malam itu kita memperingati semua mereka, laki-laki, perempuan dan anak-anak di seluruh dunia, yang telah meninggal karena AIDS. Kita satukan doa-doa kita, dipimpin secara bergantian oleh alim ulama dan pemuka agama dan berbagai agama: Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Kita bernyanyi bersama, kita tertawa dan kita berikrar untuk bekerjasama melawan ketidak-tahuan, diskriminasi dan ketidakadilan yang menyebabkan epidemi AIDS menyebar dengan cepat, yang menciptakan jurang pemisah antara sesama manusia, dan menyebabkan sesama kita yang hidup dengan HIV/AIDS memikul beban sosial dan psikologis yang melampaui peri kemanusiaan.
M
alam itu, saya memberikan paparan tentang HIV/AIDS dan saya bersyukur, karena pertanyaan banyak, yang sebagian besar berasal dari kaum muda yang ingin
tahu, terbuka dan mau belajar. Suasana yang akrab, penuh persaudaraan masih teringat olehku sampai hari ini.
Malam Renungan AIDS Nusantara 2001: Paket I Dengan tulus kuharap, bahwa dalam saat-saat yang sulit ini, kita akan ingat kembali, bahwa pengalaman saling percaya dan kebersamaan itu merupakan kekuatan yang dapat membantu kita dalam menyambung kembali ikatan-ikatan keakraban yang telah putus oleh desas desus, rasa takut dan kekerasan. Janganlah biarkan kesempatan ini berlalu tak bermakna! Marilah kita jadikan tanggal 16 Mei, Candlelight Memorial 1999, sebagai awal yang baru.
N
yalakanlah lilin-lilinmu, dan berikanlah terang kepada sesama dan kepada kita sekalian. Pada saat menyalakan lilin, nyatakanlah pada dirimu: “Saya adalah bagian dan cahaya ini. Saya adalah bagian dan persaudaraan di dunia yang bersatu melawan diskriminasi, ketidakadilan dan kekerasan yang menyebabkan ketakutan. Bersama dengan saudara saudariku di seluruh dunia, saya menjunjung tinggi toleransi, hak asasi manusia dan solidaritas terhadap sesama. Saya membela hak setiap laki-laki, perempuan dan anak, untuk hidup dengan harga din, kepercayaan diri dan harkat martabat yang tinggi”.
B
ila teman masih ragu-ragu memilih antara menyalakan lilin atau “menunggu saat yang lebih baik”, saya mohon ingatlah anak-anak kita di semua daerah dimana terjadi kerusuhan dan kekerasan. Anak-anak tidak “menunggu sampai saat lebih baik”, mereka bertumbuh dan berkembang sekarang !! Mereka melihat, mendengar dan belajar -dan sadar atau tidak, semua itu terpateri dalam hati dan benaknya. Karena itu, kalau teman memilih untuk menyalakan lilin, nyalakanlah itu bersama seorang anak. Bicaralah pada anak itu. Katakan padanya mengapa kau nyalakan lilin itu, apa artinya bagimu, apa maknanya bagi dunia, apa artinya lilin menyala bagi mereka yang ketakutan, yang menderita, yang mengalami ketidakadilan dan merasa sendiri. Beri kesempatan anak itu hidup dan bangga akan perbuatannya yang menunjukkan keberanian, kasih dan solidaritas. Janganlah membiarkan anak-anak dalam kesendirian, gemetar ketakutan atau justru membalas dengan kekerasan karena kehilangan arah.
S
ejak tahun 1983, Candlelight Memorial merupakan simbol dari penyembuhan, harapan dan kebersamaan dalam mobilisasi global melawan AIDS. Semoga pesan dan lilin-lilin yang dinyalakan malam itu, melenyapkan kegelapan dan cahayanya bersinar jauh ke masa depan, untuk setiap orang yang hidup dengan HIV/AIDS, dan saudara dan saudari kita, tua dan muda di Timor Timur, Maluku, dan semua daerah yang mengalami penderitaan. Sambil menyalakan him, marilah kita saling mendoakan, semoga Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu menyertai kita dan tidak akan membiarkan satu orangpun dalam kesendirian, dan ketakutan. Amin.