1
INDONESIA ART AWARDS 2013 Yayasan Seni Rupa Indonesia Indonesia Art Award adalah program Yayasan Seni Rupa Indonesia yang diselenggarakan sejak 1994, mula-‐mula dengan nama Phillip Morris Indonesia Art Awards, bagian dari Phiilp Morris ASEAN Art Awards. Pemberian penghargaan ini merupakan hasil akhir sebuah kompetisi terbuka di mana perupa mengirim informasi tentang karya-‐karya mereka untuk dinilai sebuah tim juri. Setelah berlangsung sekitar 10 tahun, tidak bisa dipungkiri hampir semua perupa terkemuka Indonesia dari angkatan 1990 ke atas pernah singgah pada program tahunan Yayasan Seni Rupa Indonesia ini. Pada 1999 perusahaan Phillip Morris menghentikan program art award itu di tingkat negara-‐negara anggota ASEAN maupun di tingkat Asia Tenggara. Pada 2001 Yayasan Seni Rupa Indonesia memutuskan untuk meneruskan program ini dengan nama Indonesia Art Awards (IAA) dan diselenggarakan dua tahun sekali. Didorong keinginan meningkatkan peran IAA pada perkembangan seni rupa Indonesia, Indonesia Art Awards 2013 menerapkan pendekatan baru pada penyeleksian peserta dan penentuan penerima penghargaan. Penyeleksian IAA 2013 melibatkan penilaian yang lebih luas dari biasanya. Meliputi penelitian karya-‐karya peserta selama lima tahun terakhir, konsistensi berkarya para peserta, dan pengkajian latar belakang mereka. Penelitian yang dilakukan sebuah tim khusus akan menjadi materi pertimbangan utama bagi Tim Juri untuk menentukan penerima penghargaan. Pengembangan konsep penyeleksian itu berkaitan dengan semakin jelasnya kedudukan seni rupa Indonesia di forum seni rupa global yang sekarang ini sedang memperlihatkan perubahan-‐perubahan, di antaranya kemunculan seni rupa Asia. Yayasan Seni Rupa Indonesia berniat menemukan seniman Indonesia unggulan untuk menghadapi tantangan di forum seni rupa global ini.
Yayasan Seni Rupa Indonesia Titiek Soeharto – Ketua Umum
2
Tema Indonesia Art Awards 2013
“Idiolect“ “Idiolect” adalah istilah sosio-‐linguistik yang merupakan gabungan dua suku kata yaitu, “idio” (berasal dari istilah ‘idiosyncratic’ yaitu kapasitas unik yang bersifat personal) dan “lect” (berasal dari istilah ‘dialect’ yaitu tekanan kedaerahan pada sesuatu bahasa yang dikenal juga sebagai bahasa daerah ). Maka pengertian ‘idiolect’ secara harafiah adalah semacam ‘dialek’ di mana tekanan-‐tekanan yang muncul bukan pada sesuatu kelompok (kedaerahan) tapi muncul dari kapasitas personal. Dalam semiotika, ‘idiolect’ mempunyai pengertian lebih luas, yaitu kode personal dalam komunikasi yang dekat dengan gaya personal. Kode adalah konsep mendasar dalam semiotika, yaitu seperangkat aturan tentang pengkombinasian ‘tanda-‐tanda’ yang membuat sesuatu pesan bisa dikomunikasikan dari seseorang kepada orang lain. Dalam ungkapan seni ‘tanda-‐tanda’ itu adalah elemen-‐elemen ungkapan yang menghasilkan makna berdasarkan ‘kode tekstual’ (textual codes), ‘kode sosial’ (social codes) dan ‘kode interpretatif’ (interpretative codes). Dalam ungkapan seni, spesifikasi ungkapan seperti seni rupa, seni musik, seni tari dan sebagainya menunjukkan ‘kode tekstual’. Melihatnya khusus pada seni rupa, elemen-‐elemen yang menghasilkan makna pada ungkapan seni rupa dibaca sebagai ‘teks visual’. ‘Idiolect’ menunjuk peluang pada penciptaan karya seni di mana seniman melakukan proses overcoding, yaitu modifikasi kode yang menghasilkan aturan baru (new codes). ‘Idiolect’ di satu sisi menunjukkan keunikan, di sisi lain memperlihatkan kode yang bisa ditemukan sistemnya dan memungkinkan makna di baliknya dikomunikasikan. Teoretis ‘idiolect’ pada ungkapan seni mencerminkan kapasitas senimannya dalam mengembangkan intuisi, inspirasi, wawasan, pemikiran, kreativitas dan penguasaan media atau medium untuk menampilkan simbol, metafor, dan tanda-‐tanda yang memiliki pesona (enchantment) dan sekaligus keterbacaan (readability). Pada tingkat luar biasa bisa memunculkan pencerahan (enlightenment). Tema ‘idiolect’ akan digunakan sebagai patokan untuk menentukan penerima IAA 2003. Diterapkan dalam meneliti karya-‐karya peserta kompetisi yang masuk dan dalam
3
menentukan karya-‐karya yang masuk nominasi. Digunakan juga untuk bingkai diskusi pada proses penjurian IAA 2003. Pendekatan pada penilaian dan penjurian ini tidak menempatkan wacana-‐wacana spesifik dan sejarah seni rupa pada tempat utama, kendati digunakan sebagai referensi.
Kategori Penghargaan IAA 2013 A. Penghargaan Unggulan Utama berikut hadiah Rp. 100. 000. 000. Diberikan kepada peserta kompetisi yang karya-‐karyanya sudah bisa memperlihatkan tanda-‐tanda lanjut dalam mengembangkan kepekaan dan intuisi untuk menampilkan ungkapan yang bermakna secara visual maupun tekstual. B. Penghargaan Unggulan Madya berikut hadiah Rp. 75. 000.000. Diberikan kepada peserta kompetisi yang karya-‐karyanya memperlihatkan tanda-‐tanda istimewa dalam mengembangkan gagasan-‐gagasan karya, atau tanda-‐tanda istimewa dalam mengembangkan kode pada pengolaham medium atau media. C. Penghargaan Pemula Berbakat dan hadiah Rp. 50. 000.000. Diberikan pada peserta kompetisi yang karya-‐karyanya sudah memperlihatkan tanda-‐ tanda keistimewaan dalam mengembangkan gagasan, medium atau media, dan pemikiran yang menuju ke pembentukan kode.
Persyaratan Mengikuti Kompetisi 1. IAA 2013 menggunakan sistem open call dan terbuka bagi perupa yang bekerja secara individual maupun berkelompok. Kompetisi ini juga terbuka untuk seniman-‐seniman yang sebelumnya pernah ikut serta atau terpilih menjadi pemenang pada Phillip Morris Art Award atau Indonesia Art Award sebelumnya.
4
2. Pengumuman kompetisi, persyaratan, pendaftaran, pemasukan materi dan korespondensi lain yang berkaitan dengan kompetisi dilakukan online. 3. Peserta diminta mengirimkan porto-‐folio yang terdiri dari: 3.1. Data pribadi, Curriculum Vitae atau Biografi Kronologis. 3.2 Artist’s Statement, konsep berkarya, atau keterangan lain. 3.3 Data visual enam karya yang dibuat pada lima tahun terakhir diikuti keterangan dimensi, jenis media, tahun pembuatan, dan uraian tentang setiap karya, maksimal 500 kata. Seluruh materi data pendaftaran yang dikirimkan harus dimasukkan ke dalam satu file yang dengan diberi keterangan sebagai berikut: a. Nama seniman/Tahun lahir/Kota asal b. Format penamaan file foto karya: Nama seniman–Judul Karya–Medium–Dimensi karya–Tahun pembuatan c. Format penamaan file CV: Nama seniman–CV d. Format penamaan file Artists’s Statement, konsep, dan deskripsi karya: Nama seniman–Artist’s Statement, Konsep dan deskripsi karya–Judul karya e. Format penamaan file Portofolio karya: Nama seniman – Portofolio ***Jika file dikirimkan melalui email maka keterangan peserta dapat dicantumkan di dalam kolom subject. Berikut adalah sample pengiriman data melalui email:
5
4. Peserta individual mau pun kelompok mengajukan satu karya yang dibuat dalam dua tahun terakhir untuk disertakan dalam kompetisi. Karya yang disertakan belum pernah dipamerkan, belum pernah disertakan pada kompetisi lain, dan masih menjadi milik perupa secara individual maupun kelompok. 5. Ketentuan karya-‐karya yang disertakan 5.1. Karya dua dimensional maksimal berukuran 200 cm x 300 cm. Format foto karya untuk penilaian dan penjurian, JPEG dengan resolusi 700 KB (2000 x 1500 dpi). 5.2. Karya tiga dimensional dan instalasi yang akan ditempatkan di dalam ruangan (indoor) maksimal berukuran 400 cm x 500 cm x 350 cm. Format foto karya empat sisi untuk penilaian dan penjurian, JPEG dengan resolusi 700 KB (2000 x 1500 dpi). 5.3. Karya tiga dimensional dan instalasi yang akan ditempatkan di luar ruangan (outdoor) maksimal berukuran 400 cm x 500 cm x 500 cm. Format foto karya empat sisi untuk penilaian dan penjurian, JPEG dengan resolusi 700 KB (2000 x 1500 dpi). 5.4. Karya yang disertakan dengan medium video berdurasi tidak lebih dari 25 menit.
6
5.5.
5.6.
5.7.
Karya yang disertakan dalam bentuk performance berdurasi tidak lebih dari 25 menit dan sudah dilaksanakan. Data yang dikirimkan untuk penilaian dan penjurian, berupa dokumentasi foto (jumlah tidak dibatasi) dan dokumentasi video. Karya yang disertakan dan dibuat di ruang publik, adalah karya yang sudah dilaksanakan. Data yang dikirimkan untuk penilaian dan penjurian berupa peta, situasi lokasi dimana public art ditampilkan, reportase tentang karya ini, dokumentasi foto (jumlah tidak dibatasi) dan dokumentasi video. Karya yang disertakan dalam bentuk project adalah karya yang sudah dilaksanakan. Data yang dikirimkan untuk penilaian adalah deskripsi rinci tentang proyek ini, dokumentasi foto (jumlah tidak dibatasi) dan dokumentasi video.
6. Data digital karya bisa dikirimkan langsung melalui email
[email protected]. Atau dalam bentuk cakram padat (CD/DVD) ke alamat YSRI : Kepada Panitia IAA 2013. Jl. Salak No.24 Guntur. Jakarta Selatan. 12980. Batas tenggat pengiriman selambat-‐lambatnya tanggal 1 Agustus 2013.
Mekanisme Seleksi dan Penjurian 1. Semua materi kompetisi yang masuk akan menjadi materi kajian sebuah tim peneliti yang akan melakukan observasi sejarah menyeluruh. Pada proses pengkajian ini tim peneliti akan melakukan korespondensi on line dengan peserta apabila diperlukan. Tim peneliti ini adalah: A. Rikrik Kusmara (Ketua) Irma Damajanti Annisa Rahadi Rizky Akhmad Zaelani Jim Supangkat
7
2. Pada pengkajian ini akan dilakukan scoring yang ikut mendasari penyeleksian untuk menemukan peserta yang masuk nominasi. Peserta yang masuk nominasi diminta mengirimkan karya-‐karya mereka ke Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur nomor 14, Gambir, Jakarta 10110 antara tanggal 15 – 29 September 2013. (Akan diinformasikan khusus kepada nominasi) 3. Karya-‐karya yang masuk nominasi ini akan menjadi materi pameran Indonesia Art Awards 2013 yang akan diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober – 6 November 2013 dan disusun oleh Jim Supangkat (kurator) dan A. Rikrik Kusmara (ko-‐kurator). Karya-‐ karya ini akan menjadi materi Tim Juri untuk menentukan dan memastikan penerima IAA 2013. Tim Juri : Jim Supangkat (Ketua) A. Rikrik Kusmara. Rizky Akhmad Zaelani Anusapati Suwarno Wisetrotomo Sri Astari Yusuf Soesilo -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐