INDIKATOR SOSIAL BUDAYA
KOTA MANADO 2013
KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MANADO FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
LAPORAN AKHIR
INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA MANADO
KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MANADO FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2013
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera Kegiatan penyusunan laporan indikator sosial budaya kota Manado merupakan hasil dari usaha nyata yang bersifat luas dan menyeluruh untuk tidak sekedar menyediakan data tetapi juga sikap yang dapat ditempuh pemerintah kota melalui badan perencanaan pembangunan daerah dalam membuat kebijakan, usul-saran kepada pimpinan yang berdampak pada program-program pembangunan yang mensejahterakan warga kota. Hasil laporan ini berisi tentang analisis indikator sosial budaya yang dapat menjadi ukuran dan petunjuk sejauhmana pembangunan lingkungan sosial budaya di kota Manado. Oleh karena itu laporan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak, terutama instansi di daerah yang terkait langsung atau pun tidak langsung dengan urusan dan penanganan aspekaspek sosial budaya dan lingkungan yang mengitarinya. Didalamnya juga bagaimana perubahan sosial kemasyarakatan diperhadapkan dengan tanggungjawab pemerintah kota dalam mengahadapinya, tentu juga dengan kesiapan teknologi informasi sebagai alat mediasi untuk bisa terhubung dan dipadukan, baik keinginan pemerintah maupun masyarakat. Dari sana dapat diambil kebijakan yang tepat dalam hal mengantisipasi tinggi rendahnya aspirasi, partisipasi masyarakat di berbagai bidang lingkup sosial budaya. Selesainya laporan ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak. Untuk itu kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan laporan ini diucapkan terima kasih. Penghargaan khusus diberikan kepada tim penyusun yang telah memberikan waktu, tenaga serta pikiran penuh dari awal kegiatan perencanaan penelitian/penulisan hingga selesainya laporan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga laporan ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Manado, Agustus 2013 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Manado
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi Manado
Dra. Troutje A. Rotty, M.Hum. NIP. 196002031990032002
Peter K. B. Assa, Ph.D NIP. 196705151994031003 ii
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR BAGAN
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
5
1.3 TUJUAN PENELITIAN/PENULISAN
6
1.4 MANFAAT PENELITIAN
6
BAB II LANDASAN KONSEP 2.1 KONSEP INDIKATOR SOSIAL BUDAYA
7
2.2 MODEL PENELITIAN
10
BAB III METODOLOGI 3.1 RANCANGAN LAPORAN
11
3.2 LOKASI PENELITIAN
13
3.3 JENIS DAN SUMBER DATA
13
3.4 INSTRUMENT PENELITIAN
13
3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
14
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA
15
3.7 TEKNIK PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA
15
iii
BAB IV. INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA MANADO
16
4.1 DIMENSI INDIKATOR SOSIAL BUDAYA
16
4.2 MEDIA MASSA
30
4.3 LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
38
4.4 PARTISIPASI MASYARAKAT DI BIDANG OLAHRAGA
56
BAB V. SIMPULAN
68
DAFTAR PUSTAKA
70
iv
DAFTAR TABEL hlm
Tabel 1
Jumlah Penduduk Kota Manado
29
Tabel 2
Media yang Bertumbuh di Manado
32
Tabel 3
Data Gereja Protestan dan Denominasinya
39
Tabel 4
Data Gereja dan Kapel Umat Katolik
41
Tabel 5
Data Masjid di Kota Manado
42
Tabel 6
Tempat Ibadah Per-Kecamatan, Data Mutakhir Thn. 2013
47
Tabel 7
Data Sanggar Kesenian
50
Tabel 8
Cabang Olahraga dan Jumlah Club Olahraga
59
v
DAFTAR GAMBAR hlm.
Gambar 1
Peta Kota Manado
12
Gambar 2
Piramida Penduduk Kota Manado
28
Gambar 3
Pengaruh Media Massa Terhadap Individu, Masyarakat Pemerintah
38
vi
DAFTAR BAGAN
hlm Bagan 1
Tingkat Partisipasi Masyarakat di Bidang Olahraga
vii
57
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan kemasyarakatan di kota Manado semakin kompleks, dan aras kompleksitas pengaruhnya tidak hanya terbatas pada aspek sosial budaya yang menjadi titik pijak pembahasan, namun akan tetap menyentuh berbagai aspek terkait. Membicarakan sosial budaya sudah pula menyangkut aspek politik, aspek ekonomi, dan sebagainya. Sulit dibatasi lagi ketika membicarakan aspek sosial, itupun sudah menyangkut aspek budaya, demikian sebaliknya. Begitupun ketika kedua kata tersebut disatukan menjadi sosial budaya, maka berbagai aspek apapun itu sudah terkait langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan masyarakat kota. Sebagai suatu kota yang berkembang dari kota benteng, Manado sebagai suatu kota telah bertumbuh sedemikian rupa sampai dengan wajahnya
kekinian.
Sejarah
mencatat
bahwa
perkembangan
dan
pertumbuhan kota Manado telah berbilang abad, sudah sejak lama kosmopolitan. Sejak awal didiami, lokasi yang awalnya disebut Wenang tumbuh
sebagai
tempat
rendesvouz
atau
tempat
bertemu,
tempat
dilakukannya perdagangan, tempat barter antara penduduk pribumi Minahasa pedalaman dengan orang asing dari pulau-pulau terluar kota Manado, bahkan berkembang kemudian dengan adanya perjumpaan dengan bangsa Spanyol dan Portugis pada periode awal abad ke-16 dan 17, dilanjutkan kemudin dengan VOC-Belanda. Hingar-bingar tiga kekuatan bangsa Eropa ini kemudian silih berganti menposisikan diri sebagai yang terkuat dan berkuasa di perairan Sulawesi. Bagi siapa saja yang mampu Indikator Sosial Budaya Kota Manado
1
menguasai laut Sulawesi, merekalah yang kemudian dapat menguasai perdagangan regional, berupa hasil rempah-rempah dari pedalaman Minahasa, seperti padi/beras, tali ijuk, kelapa, kayu cendana, dan lainnya. Perang tanding di laut dan sifat keramahan yang diperlihatkan orang Minahasa menjadikan bangsa asing betah untuk tinggal dan menetap di lokasi Manado yang sekarang. Benteng berhasil dibangun, yang walaupun awalnya hanya dari kayu oleh Spanyol dan Portugis silih berganti, akhirnya VOC-Belanda mampu membangun benteng dari beton dan menjadi yang dipertuan atau penguasa di daerah ini, walaupun bagi Minahasa sendiri, Belanda adalah sahabat dengan perjanjian melindungi daerah ini dari bercokolnya kembali Spanyol akibat pengalaman yang tidak mengenakkan bagi kedua pihak yang berujung pada Perang Minahasa-Spanyol tahun 16431644. Perkembangan kemudian, lokasi benteng menjadi pelabuhan atau Bandar (bendar) dan sekitarnya kemudian disebut sampai kini pasar 45. Sejak masa kolonial, daerah Manado sebagai suatu wilayah sudah didiami oleh berbagai sukubangsa, daerah ini sudah pluralisme sejak lama, hal ini dibuktikan dengan hadirnya orang-orang Eropa, dan Asia yang diwakili orang Tionghoa, India, Arab, dan orang Melayu lainnya. Bukti mengenai
kehadiran
mereka,
keanekaragaman
sukubangsa,
dan
multikulturalismenya dengan adanya kampung Cina dan Kampung Arab di sebelah timur benteng sejak masa kolonial sampai kini, kemudian kampung Ternate sebelah sungai arah timur-utara benteng, sedangkan kelompok pribumi Minahasa, diatur oleh pemerintah kolonial secara segregatif lurus mengikuti arah jalan sebelah selatan benteng, mulai dari Pondol sampai batas aliran sungai Sario atau sekarang sepanjang jalan Sam Ratulangi.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
2
Selanjutnya, dari waktu ke waktu, Manado sebagai suatu kota menjadi tujuan migrasi penduduk sekitar Manado dengan berbagai alasan. Baik alasan
untuk
mendapatkan
kehidupan
yang
lebih
layak,
seperti
mendapatkan pekerjaan, tetapi juga untuk mengecap pendidikan yang lebih tinggi, dengan adanya dua perguruan tinggi besar di daerah ini, yakni Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan Universitas Negeri Manado (Unima) tanpa mengesampingkan beberapa Perguruan Tinggi Swasta lainnya yang tumbuh kemudian. Saat ini kota Manado telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sebagai suatu kota yang kosmopolitan. Selain itu sebagai suatu kota mandiri dan otonom dengan visi pembangunan Manado sebagai kota model ekowisata (Manado Model City for Ecotourism, 2015 dan misi Manado menjadikan kota Manado sebagai kota yang menyenangkan (to Take Manado a City of Happines), maka berbagai penelitian dilakukan untuk mengisi perkembangan,
pertumbuhan
kota
yang
serbadimensi
seperti
yang
dilakukan ini, yakni Indikator Sosial Budaya Kota Manado. Penelitian dan penyusunan laporan Indikator Sosial Budaya kota Manado juga sesuai dengan penjabaran visi misi yang akan diwujudkan dalam masa lima tahun pembangunan, walaupun dalam laporan ini, tujuan visi-misi itu jika dihitung mulainya sejak tahun 2010, maka terhitung dari tahun 2013, sisa spirit pembangunan itu, 2 tahun lagi sampai tahun 2015. Untuk
jelasnya,
jabaran
visi-misi
sebagai
tujuan
yang
ditetapkan
dikelompokkan menjadi lima pokok grand strategi goals pembangunan daerah kota Manado, yakni: 1. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas, rukun dan damai Indikator Sosial Budaya Kota Manado
3
2. Menciptakan lingkungan perkotaan yang nyaman 3. Membangun identitas dan citra kota sebagai kota model ekowisata 4. Meningkatkan
peran
Manado
dalam
pengembangan
ekonomi
kawasan 5. Menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (Evaluasi RPJMD, 2012). Untuk mencapai grand strategi goals dengan puluhan sasaran dan skala prioritas pembangunan di daerah kota Manado, maka penting dilakukan penelitian Indikator Sosial Budaya guna menunjang capaian strategi dan tujuan dimaksud. Luasnya cakupan indikator sosial budaya, maka dalam penelitian ini dibatasi pada aspek media masa, lingkungan sosial budaya, dan partisipasi masyarakat di bidang olahraga. Untuk spasial geografis meliputi seluruh wilayah administrasi pemerintahan dan pembangunan kota Manado yang meliputi 187 kelurahan didalam 11 kecamatan, yakni: 1. Kecamatan Malalayang 2. Kecamatan Wanea 3. Kecamatan Sario 4. Kecamatan Wenang 5. Kecamatan Tikala 6. Kecamatan Paal II 7. Kecamatan Mapanget 8. Kecamatan Tuminting 9. Kecamatan Singkil 10. Kecamatan Bunaken 11. dan Kecamatan Bunaken Kepulauan. Indikator Sosial Budaya Kota Manado
4
Indikator merupakan instrumen atau alat untuk evaluasi, ukuran untuk mengukur hasil yang dicapai dan menilai realisasi tingkat capaian yang diinginkan dalam suatu cara objektif dan terus-menerus. Indikator dapat didasarkan pada informasi kuantitatif (berdasarkan angka-angka numerik statistik) maupun kualitatif (melalui suatu proses, pengaruh faktorfaktor penentu) untuk menilai luaran (output) dan input.
1.2 Rumusan Masalah Pada
hakekatnya
pembangunan
merupakan
usaha
untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sejak semula pemerintah menyadari bahwa pembangunan bukanlah hal yang mudah karena mencakup banyak segi dan multidimensi. Proses pembangunan semacam ini merupakan suatu usaha jangka panjang yang memerlukan data penunjang untuk setiap tahap dan bidangnya. Oleh karena kebutuhannya bersifat terus menerus dan tersebar di segala bidang itulah, maka usaha pembangunan harus dibarengi juga dengan kebutuhan untuk setiap saat menyempurnakan
dan
mengembangkan
informasi/data
yang
ada.
Pengukuran hasil-hasil pembangunan pun menjadi beraneka ragam. Segala macam informasi dikumpulkan, baik sebagai data dasar maupun sebagai indikator untuk menyusun dan mengevaluasi kebijakan dan program yang telah dilaksanakan. Kaitannya dengan kebutuhan penulisan, maka masalah dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa sajakah dimensi indikator sosial budaya di kota Manado
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
5
2. Sejauhmana indikator sosial budaya khususnya media masa, lingkungan sosial budaya, dan partisipasi masyarakat di bidang olahraga mempengaruhi pembangun kota Manado.
1.3 Tujuan Penelitian/Penulisan Adapun tujuan penelitian dan penyusunan indikator sosial budaya kota Manado secara umum dapat menjadi alat ukur untuk pengambilan kebijakan kaitannya dengan fokus masalah: 1. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran umum apa saja bentuk atau dimensi indikator sosial budaya di kota Manado 2. Untuk mengetahui dan mendapatkan penjelasan sejauhmana pengaruh indikator media masa, indikator lingkungan sosial budaya, dan indikator partisipasi masyarakat di bidang olahraga terhadap pembangunan kota Manado 1.4 Manfaat Penelitian Mengacu kepada rumusan masalah dan tujuan penelitian, adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan manfaat: 1. Dapat bermanfaat untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pemerintah dan instansi terkait, dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial budaya di kota Manado. 2. Dapat
memberikan
kontribusi
bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuan di bidang perencanaan dan pembangunan wilayah yang berwawasan sosial dan budaya. 3. Dapat dijadikan acuan di masa akan datang untuk pihak-pihak yang berkepentingan, dan yang mempunyai relevansi dengan perencanaan dan pembangunan kota dari aspek sosial budaya. Indikator Sosial Budaya Kota Manado
6
BAB II LANDASAN KONSEP DAN MODEL PENELITIAN
Konsep sangat penting dalam suatu penelitian. Teori dapat dibangun apabila telah ada pemahaman dengan baik konsep-konsep analitis serta diketahui cara penerapannya dalam penelitian. Untuk itu dalam penelitian ini akan dikemukakan satuan konsep yang mendukung pembahasan, yaitu konsep indikator sosial budaya.
2.1 Konsep Indikator Sosial Budaya Indikator sama dengan tanda atau penunjuk. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia,
memberikan
indikator
(menjadi)
diartikan petunjuk
sebagai
sesuatu
yang
dapat
atau
dapat
memberikan
informasi/keterangan. Indikator sosial budaya kaitannya dengan variable atau faktor-faktor sosial budaya yang menentukan, menjadi petunjuk atau dapat memberikan informasi, baik dalam bentuk keterangan/data dalam bentuk angka-angka (statistic) maupun dalam bentuk keterangan, penjelasan, gambaran, deskripsi kritis terhadap sesuatu atau sejumlah permasalahan. Bentuk-bentuk indicator itu dapat dibagi atas indicator sosial dan indicator budaya atau juga digabung keduannya. Indikator sosial antara lain: kependudukan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kemiskinan, organisasi lingkungan sosial, media, dan partisipasi masyarakat di bidang olahraga. Ada juga yang memasukannnya dengan sub-struktur indikator sosial, seperti infrastruktur kota (termasuk infrastruktur pendidikan, kesehatan, lingkungan sosial dan lainnya); substruktur kesehatan dan kemiskinan terkait dengan penanggulan masyarakat Indikator Sosial Budaya Kota Manado
7
miskin, kualitas pendidikan dan SDM pengelola kesehatan; sub-struktur lingkungan sosial budaya, terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan beragama, perlindungan dan kesejahteraan sosial. Selanjutnya indikator budaya antara lain: sistem nilai dalam masyarakat, lembaga atau organisasi kebudayaan termasuk keberdayaan organisasi dan kelembagaannya dan keberdayaan sumberdaya manusia yang terlibat didalam proses indikator tersebut.
Sub-struktur
indikator
budaya
termasuk
pembangunan
kependudukan (SDM) dan pembinaan kepemudaan serta berbagai kegiatan olahraga, termasuk didalamnya soal keagamaan, ketertiban dan keamanan. Jadi, jelas dalam membicarakan indikator sosial sudah turut juga mencakapkan indikator budaya. Dalam tulisan ini, kedua indikator digabung menjadi satu disebut indikator lingkungan sosial budaya. Dalam tataran teoretis, ketika membicarakan masalah-masalah sosial sudah juga menyangkut masalah kebudayaan beserta lingkungan yang menyertainya atau disebut substruktur atau yang mengikutinya/terkait langsung ataupun tidak langsung. Indikator sosial budaya termasuk indikator pembangunan yang menjadi alat ukur kemajuan dalam proses pembangunan. Adapun peran indikator dapat menjadi instrument untuk: 1. Membuat kebijakan yang lebih baik dan perkembangan dalam monitoring pelaksanaan pembangunan 2. Mengidentifikasi dampak dari pelaksanaan kebijakan yang telah dilakukan 3. Mengidentifikasi aktor dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi pembangunan sosial budaya
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
8
4. Mengungkap berbagai hal dalam proses pembangunan yang masih perlu dibenahi 5. Memberikan peringatan dini akan adanya potensi pelanggaran dan mendorong adanya tindakan pencegahan 6. Meningkatkan consensus sosial budaya dalam usaha mengatasi berbagai kesulita, berbagai persoalan yang sementara dihadapi dalam proses pembangunan 7. Memberikan issu-issu penting berbagai persoalan/masalah yang diabaikan, dikesampingkan, belum ditangani secara serius atau disembunyikan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
9
2.2 Model Penelitian
VISI
MISI
INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA MANADO
MEDIA MASSA
LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
PARTISIPASI MASY. DI BID. OLAHRAGA
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MANADO
Catatan: Pengaruh Langsung Saling Mempengaruhi
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
10
BAB III METODOLOGI 3.1 Rancangan Laporan Penelitian Penelitian ini dirancang sesuai dengan paradigma keilmuan sosial budaya. Paradigma berkaitan dengan keyakinan ilmiah, yang menjadi sudut pandang peneliti dalam memahami fenomena sosial budaya, dan mengkaji serta menyajikannya dalam bentuk laporan penelitian. Paradigma membantu peneliti untuk membedakan antara satu komunitas ilmiah tertentu dari komunitas ilmiah yang lain. Menurut Filsuf Thomas Khun, paradigma didefinisikan seperti di bawah ini. Paradigma adalah gambaran fundamental mengenai masalah pokok dalam ilmu tertentu. Paradigma membantu dalam menentukan apa yang mesti dikaji, pertanyaan apa yang mestinya diajukan, bagaimana cara mengajukannya, dan apa aturan yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. Paradigma adalah unit konsensus terluas dalam bidang ilmu tertentu dan membantu membedakan satu komunitas ilmiah atau (sub komunitas) tertentu dari komunitas ilmiah yang lain. Paradigma menggolongkan, menetapkan, dan menghubungkan eksemplar, teori, metode, dan instrumen yang ada di dalamnya. (Ritzer & Goodman, 2007: Apendiks A – 12). Sebagai sebuah penelitian sosial budaya, dalam hal ini penelitian indikator sosial budaya menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan kuantitatif adalah penunjang. Metode penelitian kualitatif berupaya memahami berbagai peroalan kemasyarakatan, persoalan sosial budaya, situasi atau peristiwa yang diberikan kepadanya secara nyata. Penelitian kualitatif
berusaha memahami fenomena sosial budaya empirik yang
kompleks melalui observasi lapangan. Penelitian kualitatif adalah wilayah Indikator Sosial Budaya Kota Manado
11
kajian multimetode, antardisiplin, lintasdisiplin, yang menyiratkan prosesual dan pemaknaan (Denzin & Lincoln, 2009), dan yang menfokuskan interpretasi dan pendekatan naturalistic, etnografi bagi suatu persoalan dengan beragam paradigma. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan khas dalam memahmi aspek sosial terutama sosial budaya, dan unik dalam dimensi naturalistik (data lapangan), kukuh dalam pemahaman interpretatif mengenai berbagai pengalaman kemanusiaan (Endraswara, 2006; Denzin & Lincoln, 2009). Gambar 1 Peta Kota Manado
Sumber: Manado dalam Angka Tahun 2012
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
12
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Daerah kota Manado dimaksud adalah suatu kota otonom yang secara geografis memiliki luas daratan 157,26 km2 dengan garis pantai 18,7 km2, dan meliputi 11 kecamatan dengan 87 kelurahan.
3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif sebagai penunjang. Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata yang deskripsikan, sedangkan data kuantitatif adalah data penunjang yang berupa angka-angka, misalnya dalam menyatakan jumlah penduduk. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan wawancara yang dilakukan secara terbuka. Sementara data kuantitatif diperoleh melalui buku, dokumen-dokumen, laporan-laporan penelitian berkaitan dengan kota Manado, dan transkrip lainnya. Mengenai jenis sumber data, terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah objek yang diobservasi langsung dari lapangan dan dari informan terpilih, yang ditentukan berdasarkan pertimbangan purposif atau tujuan yang ingin dicapai. Sumber data sekunder berupa dokumen atau sumber-sumber tertulis pada umumnya, seperti data statistik penduduk, dokumen, laporan-laporan penelitian, peta Manado, serta berbagai naskah lainnya yang relevan.
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang utama adalah tim peneliti sendiri selain menggunakan alat penelitian, yaitu pedoman wawancara yang didukung alat Indikator Sosial Budaya Kota Manado
13
rekaman, blocknote untuk pencatatan hal-hal yang penting di samping kartu ikhtisar dan catatan lainnya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis dan sumber datanya, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) studi dokumen. Observasi atau pengamatan lapangan penting dilakukan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data berkenaan dengan kondisi objektif yang ada di lapangan. Observasi lapangan dilakukan dengan mendatangi subjek penelitian, seperti perusahaan yang mengelola media massa, instansi terkait, lembaga/institusi yang berhubungan dengan organisasi sosial kemasyarakatan, berbagai kegiatan dan pembinaan pemuda dan olahraga. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara tim
peneliti
dan
informan.
Teknik
wawancara
digunakan
untuk
mendapatkan berbagai informasi, keterangan lisan dari informan yang berkaitan dengan permasalahan kajian. Teknik wawancara dan observasi atau pengamatan lapangan, keduanya sangat membantu dalam melengkapi laporan
penelitian
untuk
perbandingan
data
dan
saling
mengisi
kekurangannya. Selain observasi dan wawancara, studi dokumen juga dilakukan. Dokumen dalam penelitian ini adalah berupa bahan-bahan tertulis berupa naskah-naskah ketikan, laporan-laporan penelitian kaitan dengan kota Manado dan atau masalah penelitian.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
14
3.6 Teknik Analisis Data Seperti sudah diuraikan di atas bahwa penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sehingga analisis data juga menggunakan analisis deskripsi kualitatif, sedangkan data kuantitatif sebagai penunjang. Ada beberapa tahapan dalam analisis data kualitatif, yaitu tahapan open coding, axial coding, dan selective coding. 1) Pada tahapan open coding, peneliti berusaha memperoleh sebanyakbanyaknya variasi data yang terkait dengan objek penelitian kemudian dilakukan breaking down atau proses merinci data yang diperoleh, examining atau
memeriksa,
comparing
membandingkan,
conceptualizing
menkonseptualisasikan dan terakhir categorizing mengkategorikan data-data atas data primer dan sekunder. 2) Pada tahapan axial coding data diorganisir kembali berdasarkan kategori sebagai lanjutan dari open coding kemudian dianalisis hubungan antardata/kategori atau pengelompokkan data. 3) Pada selective coding dilakukan klasifikasi proses pemeriksaan data atas kategori data, dibandingkan, dihubungkan dan diperiksa kategori data kemudian ditarik satu kesimpulan akhir dan akhirnya dibuat general design (Sudikan 2001).
3.7 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Sebagai sebuah laporan penelitian, data akan disajikan dalam bentuk informal, dengan uraian/narasi, deskriptif kata-kalimat yang baik sesuai dengan bahasa ilmiah sehingga mudah dipahami. Di samping itu, dilakukan secara formal berupa tabel statistik, gambar, bagan, dan peta. Penyajian hasil analisis dituangkan ke dalam beberapa bab. Indikator Sosial Budaya Kota Manado
15
BAB IV INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA MANADO
4.1 Dimensi Indikator Sosial Budaya Kota Manado Dimensi sosial budaya merupakan salah satu faktor penentu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah, disamping faktor lainnya seperti faktor ekonomi dan politik. Sebagaimana masalah yang dirumuskan, penelitian ini lebih difokuskan pada bentuk dimensi faktor sosial budaya yang dapat dilihat melalui beberapa indikator sosial budaya yaitu; kependudukan,
pendidikan,
kesehatan,
ketenagakerjaan,
kemiskinan,
organisasi lingkungan sosial, media, kesehatan, dan partisipasi masyarakat di bidang olahraga. Beberapa indikator sosial budaya tidak mudah diukur dengan motode pendekatan statistic (kuantifikasi). Kriteria kemiskinan misalnya, atau kegiatan yang berkaitan dengan organisasi lingkungan sosial, media masa dengan berbagai bentuknya, baik tradisional maupun media masa modern, kesehatan masyarakat, dan partisipasi masyarakat di bidang olahraga.
Mengapa
demikian,
karena
dimensi
indikator
ini
secara
kuantifikasi ukurannya adalah perspektif, dan angka statistik yang seharusnya bersifat kepastian, ketika diperhadapkan dengan realitas kehidupan masyarakat, realitas sosial budaya yang sesungguhnya di lapangan, terkadang jauh dari usaha pemerintah untuk dapat melangkah dengan pasti dalam mengatasi patologi sosial budaya. Kompleksitas persoalan pembangunan sosial budaya antara indikator sosial budaya yang satu dengan yang lain saling terintegrasi, maka dalam pembahasan ini metode kualitatif dan kuantitatif dipadukan, disebut dengan metode research development. Indikator Sosial Budaya Kota Manado
16
Membaca Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Manado 2010-2015 ada beberapa permasalahan pembangunan kota Manado yang diprediksi menonjol sampai tahun 2015. Beberapa indikator inipun merupakan masalah krusial setiap kota berkembang di Indonesia. Adapun isu-isu utama yang berkaitan dengan dimensi sosial budaya pembangun kota Manado sebagi berikut.
4.1.1 Infrastruktur Perkotaan Menyangkut infrastrukur perkotaan diperhadapkan dengan sejumlah persoalan yang terkait langsung dengan manusia penghuni kota. Makin besar pertumbuhan jumlah penduduk kota Manado, maka makin besar pula berbagai kebutuhan yang kaitannya dengan infrastruktur, seperti: a.
Penyediaan sarana dan prasarana yang belum terasa belum optimal baik di daratan (mainland) maupun di wilayah kepulauan, Prasarana dasar wilayah yang masih terbatas dan belum representatif seperti jaringan jalan dan sistem jaringan transportasi kota yang terintegrasi dalam sistem transportasi nasional bahkan internasional yang didukung fasilitas terminal serta fasilitas transport yang nyaman dan aman. Sediaan energi listrik, prasarana dan jaringan komunikasi, informasi yang belum mendukung Manado memasuki komunitas informasi global, selanjutnya infrastruktur permukiman seperti jaringan drainase, prasarana dan sarana
sanitasi
kota
berupa
air
minum/bersih,
persampahan,
pengelolaan limbah, penyediaan penerangan jalan umum yang belum memenuhi standard yang merujuk pada peningkatan daya saing kota yang mengusung pariwisata sebagai leverage perekonomiannya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
17
b. Penataan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), yang belum mendapat perhatian yang besar dimana pemanfaatannya belum mencerminkan kearah water front city. c.
Fasilitas dan utilitas pasar-pasar tradisional yang tidak memadai, serta fasilitas perdagangan yang masih belum memenuhi kualitas yang diharapkan dengan ruang pasar yang berwawasan lingkungan.
d. Belum maksimalnya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang obyek kepariwisataan maupun obyek sejarah dan budaya.
4.1.2 a.
Penataan Ruang Kota
Belum
diperdakannya
dokumen
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengendalian bidang penataan ruang yaitu rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang merupakan alat operasional dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan pembangunan sektoral secara spasial. Dokumen lainnya seperti rencana detail tata ruang kawasan (RDTRK),
rencana teknis ruang kawasan (RTRK), serta rencana tata
bangunan dan lingkungan belum semuanya tersedia. b. Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) (skilled, knowledgeable, competent, excellent service mentality ) dimulai dari mereka yang terlibat langsung, berada paling depan front liner seperti pemandu wisata, sopir taksi, pelayan, receptionist, office boy sampai pada upper level seperti pegawai teknis Dinas Pariwisata (middle management) yang harus menguasai pengembangan kepariwisataan. c.
Dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata, masyarakat yang berada di dalam kawasan wisata tersebut masih belum ikut “memiliki”, manfaat yang dihasilkan belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
18
sekitarnya, sehingga kepedulian untuk menjaga dan menunjang kegiatan pariwisata masih kurang.
4.1.3
Lingkungan Hidup
Prinsip pembangunan berkelanjutan ini harus dipegang teguh untuk pelestarian sumber daya alam di Kota Manado bukan hanya untuk kepentingan masa sekarang ini, tetapi juga untuk kepentingan anak cucu kita di masa depan. Pembangunan Kota Manado ke depan haruslah memikirkan aspek keberlanjutan (sustainable). Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) lebih cenderung pada pemahaman bahwa dalam setiap proses pembangunan harus mengutamakan faktor kelestarian lingkungan. a.
Belum tersedianya tempat pembuagan air limbah masyarakat dimana pengolahan air limbah domestik pada umumnya dilakukan secara individual (on-site sanitation). Air limbah dari sarana
tersebut pada
umumnya tidak diolah sama sekali dan langsung ke saluran terbuka atau ke sungai b. Perlunya pengelolahan lingkungan yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat
untuk mencegah dan menangulangi kerusakan dan
pencemaran lingkungan, yang jika tidak di optimalkan pelaksanaannya memberi dampak terhadap rawannya terkena bencana. c.
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kebersihan lingkungan dimana masih ada kebiasaan sering membuang sampah sembarangan.
d. Belum optimalnya penerapan pendekatan reduce, reuse, dan recycle (3R) ditunjukkan dengan masih rendahnya keterlibatan masyarakat dalam Indikator Sosial Budaya Kota Manado
19
pengomposan, hal ini menyebabkan masih banyaknya sampah organik yang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). e.
Perlu dicarikan solusi penggunaan pupuk hasil komposting yang selama ini masih terbatas pada penggunaan rumah tangga, sehingga ketika terjadi surplus sementara fasilitas pemasaran tidak tersedia hal ini mempengaruhi motivasi rumah tangga untuk melakukan komposting.
4.1.4
Distribusi Pendapatan, Pengangguran dan Kemiskinan Iklim ketenagakerjaan yang sehat dan kondusif sangat penting sebagai
salah satu faktor penentu untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang layak yaitu lapangan kerja produktif dan memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja. Iklim usaha yang kondusif tentunya menjadi prasyarat bagi terciptanya investasi yang mampu menciptakan kesempatan kerja produktif sebesar-besarnya agar pengangguran terbuka semakin berkurang.
Beberapa
faktor
yang
menyebabkan
tingginya
tingkat
pengangguran terbuka antara lain rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja yang masuk pasar kerja. Rendahnya tingkat produktivitas disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas atau kompetensi yang dimiliki untuk bekerja terlebih di sektor produksi formal. Kemudian kurangnya
pelatihan
profesionalisme,
dan
kerja pelatihan
berbasis
kompetensi,
kewirausahan
guna
peningkatan meningkatkan
produkfivitas pencari kerja.
4.1.5
Perekonomian Kota dengan Pariwisata Belakangan ini pariwisata berkembang pesat di kota Manado. Bahkan
dinilai bahwa sektor pariwisata adalah sektor yang paling siap dan Indikator Sosial Budaya Kota Manado
20
menjanjikan dijadikan unggulan Manado di masa yang akan datang. Oleh karenanya dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Manado 2005-2025 pariwisata ditetapkan sebagai leading sector. Berkat visi misi serta strategi pembangunan daerah kota Manado 2005-2010; 20102015 yang terarah pada pariwisata, maka pariwisata kota Manado dalam 5 tahun berlalu mengalami kemajuan yang pesat. Manado tumbuh dan berkembang menjadi daerah tujuan wisata yang semakin di kenal dunia dan mulai berkembang menjadi kota MICE tourism. Dalam perannya sebagai leading sektor perekonomian kota Manado kedepan, masih terdapat beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut: a.
Taman Nasional Bunaken tetap menjadi primadona tujuan wisata di kota Manado, dan kedepan diharapkan tetap menjadi daya tarik utama. Namun demikian sebagai wisata alam, kelestariannya sangat tergantung pada kemampuan seluruh pihak untuk menjaganya. Masalah yang masih belum sepenuhnya terpecahkan adalah bersihnya lingkungan Bunaken ini dari sampah, ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung seperti transportasi yang aman dan nyaman, listrik dan air bersih serta permukiman dan perumahan yang layak sebagai daerah tujuan wisata berskala internsional serta keterlibatan masyarakat lokal baik dalam arti ekologis maupun ekonomis.
b. Objek-objek wisata lokal termasuk situs-situs budaya belum dapat dimanfaatkan secara optimal, demikian juga jejaring perjalanan wisata dengan memanfaatkan objek-objek wisata di hinterland meskipun sudah terbangun namun belum secara maksimal. c.
Masih ditemukan aktivitas/kegiatan pengurusan perizinan yang tidak mengikuti
prosedur
yang
sebenarnya
untuk
menunjang
upaya
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
21
menjadikan prosedur investasi di daerah yang terbebas dari ekonomi biaya tinggi (high cost economy) dengan mengoptimalkan fungsi pelayanan satu pintu yang diharapkan memberikan sistem dan mekanisme pelayanan perijinan yang mudah, cepat dan murah sesuai standar pelayanan. d. Masih belum optimalnya kualitas iklim usaha, promosi dan kerjasama investasi. e.
Belum terselenggaranya secara optimal sentra pelatihan wirausaha dan fasilitasi pemasaran di setiap kecamatan. Terbatasnya ketersediaan lembaga yang memberikan jasa seperti pelatihan kewirausahaan, bimbingan pembinaan dan konsultasi serta fasilitasi pemasaran dan pengembangan usaha Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Padahal pemberdayaan UMKM merupakan upaya penting untuk
meningkatkan
kesempatan
kerja
dan
berusaha
sehingga
mengurangi angka pengangguran terbuka serta meningkatkan taraf hidup. f.
Belum optimalnya produktifitas perikanan, peternakan dan pertanian maupun industri kerajinan (handycraft) berorientasi pariwisata.
g. Kurangnya intensitas pembinaan yang diberikan terhadap koperasi yang ada
sehingga
menyebabkan
banyak
koperasi
yang
tidak
aktif.
Perkembangan usaha UMKM nampaknya terhambat disebabkan karena kurangnya modal karena regulasi perbankan yang mempersyaratkan adanya agunan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
22
4.1.6
Kualitas Pendidikan Pendidikan
mempunyai
peran
penting
dalam
peningkatan
kesejahteraan masyarakat, karenanya pendidikan menjadi prioritas utama secara nasional dengan kebijakan minimal 20% anggaran disediakan untuk pendidikan. Meskipun demikian permasalahan yang masih ditemui terkait bidang pendidikan, seperti : a.
Meski budaya belajar sudah tinggi seperti ditunjukkan oleh angka buta huruf yang rendah serta rata-rata lama belajar 12 tahun, yang artinya rata-rata setiap penduduk di kota Manado mengecap pendidikan sampai dengan kelas 3 SMA, kondisi pendidikan secara umum belum merata, pelayanan pendidikan serta akses untuk mendapatkan pendidikan formal belum sepenuhnya baik. Di sana-sini masih terdapat banyak ketimpangan pendidikan, terutama persoalan biaya pendidikan dan kebutuhan
lain-lain
ke
arah
menyediakan bantuan dan
itu.
Meskipun
pemerintah
telah
berbagai fasilitas namun kesenjangan
partisipasi pendidikan terlihat makin mencolok pada jenjang menengah dan tinggi. b. Ketersediaan dan sebaran, serta kualitas pendidik. Sejalan dengan perhatian yang besar terhadap pendidikan, tingkat kesejahteran tenaga pendidikan dalam beberapa tahun terakhir ini semakin membaik namun hal ini belum sepenuhnya diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan dan kapasitas pendidik agar mereka dapat mengemban tugas dengan baik, sehingga melalui program pendidikan yang dilaksanakan dapat melahirkan lulusan-lulusan yang bermutu atau SDM yang berkualitas.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
23
c.
Belum tersedianya secara merata sarana, prasarana dan fasilitas penunjang pendidikan seperti perpustakaan, buku pelajaran dan laboratorium terutama di wilayah kepulauan.
d. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi seperti akses internet dalam menunjang proses belajar mengajar masih belum memadai. e.
Persoalan yang juga semakin terasa saat ini adalah kesesuaian antara hasil pendidikan dengan kebutuhan dunia pasar kerja. Tingkat pengangguran yang cukup tinggi di kota Manado, ketika ditelusuri lebih jauh menunjukan adanya lapangan kerja yang kualifikasinya tidak dapat dipenuhi oleh tenaga kerja lokal.
f.
Masalah lainnya antara lain rehabilitasi dan revitalisasi gedung sekolah, kualitas dan kesejahteraan pendidik serta distribusi yang tidak merata, cakupan pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
4.1.7
Kualitas Pelayanan Kesehatan Sebagai ujung tombak pembangunan, kesehatan merupakan suatu
pilar yang harus diletakkan sebagai dasar yang kokoh, sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai oleh Kota Manado dalam bidang kesehatan, namun
dalam
pelaksanaannya
penanganan
kesehatan
perlu
untuk
diperhatikan terlebih peningkatan akses terhadap fasilitas kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat miskin, adapun masalah yang dihadapi antara lain: a.
Peningkatan
penanganan
penyakit
infeksi
menular
yang
masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol, masalah gizi kurang dan gizi buruk terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita, serta berbagai masalah gizi utama lain. Indikator Sosial Budaya Kota Manado
24
b. Belum
optimalnya
penyediaan
obat
dan
perbekalan
kesehatan,
pengawasan obat dan makanan, dan keamanan pangan. c.
Perilaku hidup sehat yang belum menjadi budaya dalam masyarakat baik
karena
faktor
sosial
ekonomi
maupun
karena
kurangnya
pengetahuan. Di bidang keluarga berencana, pertumbuhan penduduk yang diperkirakan terus meningkat; dan jaminan penyediaan alat/obat KB serta pelayanan KB bagi penduduk miskin merupakan masalah dan tantangan pokok kedepan d. Kualitas pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas belum merata. Puskesmas masih menghadapi berbagai masalah seperti keterbatasan prasarana dan sarana fisik termasuk tenaga medis dan paramedis yang difungsikan pada Puskesmas dan Pusat Pelayanan Terpadu (Pustu). Di samping itu citra puskesmas masih kurang baik dalam hal mutu pelayanan. e.
Belum seluruhnya puskesmas mengoptimalkan fungsi tenaga medis dan kurangnya para medis yang memiliki daya saing dan professional dibidangnya.
f.
Permasalahan akses terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin diakibatkan lemahnya pemantauan terhadap ketepatan targetting penerima bantuan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin sehingga masih banyak penduduk miskin yang berhak mendapatkan bantuan tidak bisa terakomodir, sementara ada yang bukan merupakan masyarakat miskin malah mendapatkan bantuan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
25
4.1.8
Keuangan Daerah Keuangan daerah merupakan aspek penting dalam pengelolaan
desntralisasi dan otonomi daerah. Dalam beberapa tahun terakhir ini pendapatan daerah kota Manado mengalami peningkatan yang signifikan yaitu rata-rata …% pertahun. Khusun PAD bahkan meningkat lebih tinggi lagi yaitu rata-rata ….% pertahun. Namun demikian peningkatan tersebut dilampaui oleh laju peningkatan belanja aparatur yaitu rata-rata …% per tahun sehingga belanja yang dapat disediakan untuk pembangunan dan khususnya pelayanan justru semakin terbatas dan menurun dari tahun ketahun. Disamping itu manajemen keuangan daerah perlu mendapatkan perhatian yang serius. Menggunakan hasil audit BPK atas kinerja pengelolaan APBD Kota Manado yang pengelolaan keuangan daerah ini harus menjadi prioritas.
4.1.9
Kapasitas Birokrasi Tata pemerintahan yang baik merupakan kunci untuk menjadikan
masyarakat mendukung pemerintah sebagai lokomotif pembaharuan. Untuk itu, maka tata pemerintahan yang baik yang bebas dari Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) haruslah menjadi landasan utama bagi pelaksanaan pembangunan di Kota
Manado.
Prinsip-prinsip
dalam
membangun
kepercayaan dari masyarakat harus dimiliki oleh segenap aparatur pemerintah dalam jajaran pemerintah Kota Manado. Dengan demikian apa yang menjadi visi, misi dan program Pemerintah Kota Manado akan terlaksana dengan baik. Untuk mengoptimalkan hal ini, perlu adanya pengawasan juga dari masyarakat. Fungsi pengawasan ini adalah wujud Indikator Sosial Budaya Kota Manado
26
”public controling” yang dapat mencerminkan sebuah kehidupan demokratis yang baik pada daerah ini. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: a.
Perlu adanya peningkatan profesionalisme, tingkat kompetensi, serta etika aparatur pemerintahan kota sehingga lebih berdaya guna, produktif, dan transparan
b. Walaupun dari segi pendidikan formal sudah memadai, namun ketrampilan dan keahlian teknis dirasakan
masih kurang dalam
mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan dan pelayanan publik yang efektif dan efisien c.
Belum optimalnya kualitas pengembangan pemasaran pariwisata dan pengelolaan destinasi wisata
d. Pentingnya kepekaan birokrat sesuai tugas dan pekerjaan yang diembannya sehingga tantangan dan permasalahan mampu dihadapi disamping kreativitas dan inovatif terhadap kinerja semakin tinggi.
Semua aspek dimensi sosial budaya yang sudah dijelaskan di atas, langsung atau pun tidak langsung sangat berhubungan dengan penyakit sosial masyarakat yang jika tidak segera diatasi maka penyakit sosial (patologi),
seperti
merajalelanya
kemiskinan,
kriminalitas-kejahatan,
pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian, dan berbagai tingkah laku yang menyimpang berkaitan dengan itu (Kartono, 2003), termasuk korupsi akan berkembang lebih luas dan melebar. Fenomena penyakit sosial ini akan saling berintegrasi lagi dengan hal-hal yang tidak diharapkan sebelumnya, maka jalannya pemerintahan dan pembangunan di daerah, apalagi Manado Indikator Sosial Budaya Kota Manado
27
dengan misinya ingin menjadikan Manado sebagai kota yang menyenangkan akan sulit dicapai jika tidak sesegera mungkin dicari jalan keluarnya. Dari sejumlah permasalahan di atas, berikut akan dijelaskan tiga dimensi sosial budaya yang menjadi subjek pembahasan dari berbagai dimensi sosial budaya di atas. Diharapkan ketiga dimensi dimaksud, yakni Media Masa, Lingkungan Sosial Budaya, dan Partisipasi Masyarakat dalam bidang Olahraga dapat memberikan pijakan ukur bagi pemerintah, seluruh perangkat kerja stakeholder dalam mengambil kebijakan pembangunan yang terkait dengan kota Model Ekowisata dan menjadikan kota Manado sebagai kota yang menyenangkan di tahun 2015. Untuk data awal yang terkait dengan sosial budaya adalah manusia dan aktivitasnya, maka data kependudukan perlu diketengahkan. Berikut keadaan piramida penduduk kota Manado.
Gambar 2 Piramida Penduduk Kota Manado
Sumber: Manado dalam Angka 2012 Indikator Sosial Budaya Kota Manado
28
Komposisi penduduk Kota Manado didominasi oleh penduduk usia produktif. Hal yang menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah adanya perubahan arah perkembangan penduduk dimana kelompok penduduk usia 35 tahun ke bawah memiliki jumlah lebih besar dari penduduk usia 35 tahun ke atas. Jika tingkat pertumbuhan ini terus dipertahankan, maka diperkirakan akan terjadi pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini seharusnya dapat menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan di bidang kependudukan ke depan. Tabel 1 Jumlah Penduduk Kota Manado Indikator Kependudukan Manado URAIAN Jumlah penduduk Pertumbuhan Penduduk
2009
2010
2011
406.705 0,56
410.481 0,93
415.114 1,13
2.586
2.610
2.623
98
101
97
Jumlah Rumah Tangga
-
106.340
111.308
Rata-rata ART % Penduduk Menurut kelompok umur
-
3,9
3,73
25,9
27,0
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Sex Ratio
0-14 Tahun 15-64 Tahun
68,6
69,8
68,3
65+ Tahun
5,2
4,3
4,6
Sumber: Manado dalam Angka 2012 Indikator Sosial Budaya Kota Manado
29
Jumlah penduduk Kota Manado mencapai 415.114 jiwa pada tahun 2011. Angka ini terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu. Tingkat pertumbuhan penduduk juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Selama periode tahun 2007-2011 rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk tercatat sebesar 0,9 persen. Dengan luas wilayah sebesar 157,26 km2, setiap km2 diperkirakan dihuni penduduk sebanyak 2.623 jiwa pada tahun 2011. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100. Pada tahun 2011, jumlah penduduk perempuan lebih banyak 3 persen daripada jumlah penduduk laki-laki.
4.2 Media Massa Media massa menjadi salah satu indikator sosial budaya karena perannya yang signifikan sebagai media sosial dan jejaring melalui penyebaran informasi berita, baik lisan maupun tulisan. Informasi itu dapat bersifat positif dan yang berdampak positif bagi pembangunan, namun di lain pihak juga ada berita yang dapat memperkeruh suasana, mempertajam konflik dalam masyarakat, gap opini, dan sebagainya. Untuk memahami lebih jauh, tentang peran media massa sebagai salah satu faktor penentu dalam pelaksanaan, proses pembangunan suatu kota, maka perlu kiranya diberikan batasan, apa dan bagaimana media massa itu. Media merupakan salah satu issu global dari lima dimensi globalisasi, yakni etnoscapes (migrasi besar-besaran penduduk dari satu tempat ke tempat lain, contohnya maraknya kegiatan pariwisata), technoscapes (kemajuan pesat di bidang teknologi informasi, internet dsb), finanscapes (bank-bank dan Indikator Sosial Budaya Kota Manado
30
perusahaan transnasional antar negara), ideoscapes (munculnya berbagai aliran, paham, ideology baru, seperti terorisme, neoliberalisme), dan mediascapes. Media yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan agen pemberitaan/publikasi, baik secara visual maupun secara tercatat (tertulis), antara lain, buku, majalah, brosur, iklan, televisi, radio, dan situs website internet. Era globalisasi menmepatkan media sebagai salah satu faktor penting dalam dimensi perubahan sosial budaya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Appadurai (Ritzer dan Goodman: 2007), media menjadi penting mengacu pada sejenis gerakan: “Mediascapes. …yang terlibat di sini adalah “distribusi kapabilitas elektronik untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi (Koran, majalah, televisi, studio pembuat film), yang sekarang tersedia untuk kepentingan televisi dan swasta yang semakin banyak, dan ….imaji dunia-dunia yang diciptakan oleh media ini” (Ritzer dan Goodman, 2007). Penjelasan di atas menunjukkan bagaimana media diasumsikan merujuk pada pelbagai institusi atau bisnis dalam menyebarkan informasi dan berkomunikasi dengan para konsumen, terutama dalam menyediakan pengisi waktu luang/hiburan. Melalui media, banyak imaji, opini tentang dunia dapat diciptakannya. Menurut Burton (2008), tugas dan peran media memang memediasi, yaitu mereka merekonstruksi materi sumber dengan pelbagai cara, untuk pelbagai alasan, terutama untuk menjadikannya menarik bagi masyarakat. Media biasanya ditunjukkan dengan adanya lembaran-lembaran surat kabar, majalah, tabloid, televisi yang berisi berita dan berbagai peristiwa dunia yang dapat dibaca, kemudian media radio yang darinya dapat Indikator Sosial Budaya Kota Manado
31
diperoleh berita dan televisi dari melihat dan mendengar, dan selanjutnya media televisi yang berisi berbagai program informasi, film, dan sebagainya. Media semacam ini dapat dikelompokkan sebagai media cetak, radio, dan televisi yang keduanya disebut media elektronik termasuk di dalamnya media internet. Media juga dapat diartikan sebagai suatu institusi yang kompleks, multidimensional yang melahirkan banyak relasi institusi, yang di dalamnya juga media telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian manusia (Mursito, 2006). McLuhan (Bungin, 2005) menyebutkan bahwa media telah menjadi sahabat baru manusia.
Tabel 2 Media yang Bertumbuh di Manado JENIS
NAMA MEDIA
Media Cetak a. Koran
JUMLAH PRODUK TERBITAN (dalam ribuan) 55 oplah/hari 30 – 35.000 20 – 25.000 15.000 10.000 2000
b. Majalah
Manado Post Posko Radar Komentar Metro Swara Kita Media Sulut Koran Manado Reportase Jurnal Sulut Cahaya Pagi Tribun Manado Kabar Otomanado
c. Tabloid
Identitas
1- 2000
5 - 6000 5.300 5.300 1000 1000 45.000 1000 1 - 2000
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
32
Media Radio
Radio Smart FM RAL FM Delta FM Sumber Kasih Mitra Kawanua RRI Trendy Cosmo Female Memora KDFM ROM2 Radio Manado
Media Online
beritamanado.com manadotoday.com beritakawanua.com suaramanado.com swaramanado.com fokussulut.com suluttoday.com clickmanado.com identitasnews.com idmanado.com manadoinside.com antaranews.com
Media Televisi
TVRI Manado Pacifik TV TV Manado
Cakupan lokal, nasional dan internasional
Cakupan lokal, nasional dan internasional Berita, gambar dan film
Cakupannya lokal, nasional dan internasional Berita, Gambar dan Film
Sumber: Observasi Data Tim Peneliti, Juli 2013
Dari sejumlah dan ragam media berdasarkan tabel di atas, ada beberapa media yang belum terangkum. Hal tersebut disebabkan belum Indikator Sosial Budaya Kota Manado
33
terdaftar atau belum melaporkan statusnya. Untuk yang sudah tercatat dalam tabel di atas, inilah media-media yang mempengaruhi kognitif masyarakat dan pemerintah kota dalam keseharian, media sudah menjadi sahabat baik melalui bacaan maupun pendengaran. Sebagai bagian dari kehidupan keseharian manusia, dan sebagai sahabat, media sangat mempengaruhi pola pikir manusia. Menurut Rogers (Bungin, 2005), ada empat kategori media yang mempengaruhi manusia, yaitu media tulisan (writing), media cetak (printing), media telekomunikasi (telecommunication),
dan
media
komunikasi
interaktif
(interactive
communication). Adanya persahabatan manusia dengan media menjadikan dunia ini semakin kecil, tanpa batas dengan pola hubungan yang luas dan transparan. Inilah dunia baru yang dikonstruksi oleh media dan sebenarnya dunia masa depan adalah dunia yang berada di atas “telapak tangan” media. Terminologi massa dalam kaitannya dengan media massa, dalam komunikasi massa dipahami sebagai komunikasi yang berhadapan dengan massa atau komunikasi melalui media massa atau banyak orang, dan dapat disebut media saja. Di Indonesia istilah lain yang banyak digunakan hubungannya dengan media adalah pers (Mursito, 2006). Menurut Kasiyan (2007), perihal media massa tidak dapat dipisahkan dari kerangka diskursus tentang budaya massa, produk budaya yang terstandarisasi dan homogen, budaya yang sangat populer, disukai orang banyak dan term budaya massa disebut juga budaya populer. Mediascpaes tidak bisa dihindari, sebagaimana ungkapan berikut ini.
“Saat ini, kita hidup dalam dunia multimedia. “Multi” tidak hanya dalam hal keaneka-ragaman pesan, sistem penandaan, dan corak Indikator Sosial Budaya Kota Manado
34
wacana yang dilemparkan kepada kita dalam kecepatan tinggi, tetapi juga dalam bentuk media tersebut. Kita mencari informasi dan hiburan-atau “infotainment” dari buku, radio, pers, televisi, sinema, video kaset, cd-rom, laserdisc, internet” (Sardar dan van Loon, 2005).
Banyak contoh, dunia media dengan multimedianya sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari manusia, yang dalam perkembangannya sekarang, media tidak hanya diartikan secara sempit lagi, media telah berkembang maju (post-teknologi), era virtualitas dan telah ‘mengepung’ manusia, baik di ruang publik maupun di ruang privat, yaitu budaya media visual. Visualisasi telah merambah kehidupan manusia, sebagai contoh di lokasi lampu lalulintas, ada banyak visual spanduk dan baliho (terutama yang elektronik) dengan berbagai pesan iklan di sepanjang jalan-jalan utama, dan visual “pembangunan” (program pemerintah kota) dapat dijumpai di banyak tempat, seperti Mall-Mall, pusat perbelanjaan, yang setiap waktu dikonsumsi dan mengiring manusia menciptakan berbagai imajinasi dan opini sebagai warga kota (konsumen). Dalam proses komersialisasi, media menempatkan dirinya sebagai agen pemegang kekuasaan distribusi, sesekali sebagai produsen dalam relasinya dengan konsumen (warga kota dan pemerintah). Tawaran-tawaran media menjadikan suatu produk sosial budaya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari (Tester, 2003). Tanpa disadari pula, media telah menggiring manusia modern (pemerintah dan warganya) menjadi konsumen yang telah di selaraskan dengan ideologi media, bukan melalui suatu paksaan, melainkan melalui suatu hiburan, kegiatan sosial, dan budaya hiburan. Media pula memediasi berbagai kegiatan sosial budaya dalam Indikator Sosial Budaya Kota Manado
35
media menjadi budaya instan yang erat kaitannya dengan kepentingan bisnis, bahkan kegiatan sosial budaya sebenarnya hanya mendapatkan porsi yang tidak sebesar dengan porsi berbagai promosi produk lain untuk kepentingan
komersial
(Wibowo,
2007).
Dengan
kata
lain,
produk
pembangunan misalnya, visi-misi pemerintah kota atau pun sejumlah masalah penting kota dapat dijadikan kendaraan dan kesempatan oleh media untuk promosi produk barang dan jasanya sendiri bukan untuk kepentingan kolektif (masyarakat). Media massa sebagai salah satu faktor penentu, tidak bisa dilepaskan oleh pemerintah sebagai mitranya dalam mendistribusi program-program pembangunan terutama menyampaikan visi-misinya. Persoalan kemudian pemerintah pun tidak bisa membatasi kontrol sosial media terhadap pandangan kritisnya terhadap jalannya pembangunan. Namun demikian, dibalik dari semua ideology dan kekuatan antara media massa dan pemerintah, sebenarnya masyarakat yang menjadi tujuan produk dan distribusi kepentingan keduanya, sedang diseleksi oleh masyarakat atas semua pemberitaan dan kepentingan. Apalagi Manado dengan tingkat kemelekkan huruf dan pendidikannya yang tinggi, sudah mampu memilah kebenaran informasi dan berita yang diperolehnya. Untuk itu, pemerintah pun harus selektif dan kerja keras dalam soal menggunakan media sebagai sumber informasi. Sudah tepat ketika bagian Humas Pemerintah Kota Manado memiliki websitenya sendiri, artinya sumber berita tidak hanya satu pintu saja, produk informasi dapat diminimalisir oleh websitenya pemkot apabila terjadinya penyimpangan pemberitaan yang dapat merugikan pemerintah dan masyarakat umumnya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
36
Secara sosial issu-issu pembangunan yang keliru diterima oleh masyarakat pada umumnya, dapat mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pembangunan yang diproduk oleh pemerintah kota. Apa yang diinginkan pada tahun 2015, jika tidak diantisipasi oleh pemberitaan yang benar dan dapat membangkitkan spirit warga kota kepada hal yang positif, maka terlalu jauh rasanya untuk menjadikan Manado sebagai kota yang menyenangkan. Pemberitaan melalui beberapa media pers kriminal misalnya, sudah sangat mengganggu opini masyarakat kelas menengah ke atas. Hal tersebut menunjukkan kehidupan sosial masyarakat sudah berada pada garis patologi sosial, artinya adanya penyakit secara sosial dalam kehidupan masyarakat yang harus dicari jalan keluarnya, termasuk, bukan dibatasi hadirnya sejumlah gambar, potret yang vulgar mengenai tubuh perempuan, kekerasan lainnya dalam bentuk gambar atau visualisasi cucuran darah, tabrakan maut, perkosaan, pembunuhan, perampokan, dan berbagai pelecehan lainnya, tetapi bagaimana kemudian berbagai perangkat sosial budaya, seperti tokoh agama, lembaga-lembaga keagamaan, institusi yang peduli dengan itu dapat memberikan informasi, pemberitaan yang lebih kuat lagi untuk membendung opini masyarakat yg mulai kuatir tentang masa depannnya. Paling tidak ada banyak upaya dari berbagai pihak, tidak saja terkait langsung dengan penegakan hukum, kepolisian dan alat Negara lainnya untuk keamanan, tetapi usaha nyata pemerintah kota menciptakan rasa aman itu melalui peranan media massa. Berikut gambar pengaruh media terhadap individu, masyarakat, dan pemerintah serta hasilnya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
37
Gambar 3 Pengaruh Media Massa Terhadap Individu, Masyarakat, Pemerintah dan Dampaknya
Kognitif Opini
Individu
Media
Masyarakat
Opini
Pemerintah
Kebijakan
Perubahan Sikap
Perubahan Sikap
Massa
Program
4.3 Lingkungan Sosial Budaya Lingkungan sosial budaya menyangkut aspek-aspek terkait dengan kehidupan sosial budaya masyarakat kota. Integrasi antar institusi atau pranata dalam kehidupan masyarakat, sistem nilai yang mengaturnya, baik tertulis
maupun
tidak
tertulis
mempengaruhi
perkembangan
dan
pertumbuhan suatu kota. Kegiatan keagamaan merupakan salah satu indikator sosial budaya. Untuk itu dibawah ini diberikan data indikator, rumah ibadah (Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, dan Budha.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
38
Tabel 3 Data Gereja Protestan dan Denominasinya NO
NAMA GEREJA
1
Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Kerapatan Gereja Protestan Minahasa Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Gereja Advent Hari ketujuh (GMAHK) Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Gereja Sidang Pantekosta Filadelfia Gereja Pantekosta (GP) Gereja Adven Pembaharuan Gereja Kristen Bahtera Injil (GKBI) Gereja Bala Keselamatan Gereja Betel Indonesia (GBI) Gereja Bethel Injil Sepenuh
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Gereja Bethel Tabernakel Kerapatan gereja Baptis Indonesia Gereja Masehi Protestan Umum (GMPU) Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) Kerukunan Gereja Masehi Protestan Indonesia Gereja Penyebaran Injil (GPI) Gereja Segala Bangsa (Gesba)
ALAMAT Kantor Talete II Tomohon
TEMPAT IBADAH 126
Jl. Sea Malalayang
21
Jl. Samrat
98
Jl. Yos Sudarso Paal II
37
Bahu Lingk. I Jln. Mongisidi 80 Bahu Babe Palar Rike
1 4
Jln Diponegoro Tumumpa Lingk VI Jln. Korengkeng 55 Jl. Sarapung No. 37
2 1 2 5
Jl. Toar No. 21 Jl. Pomorow No. 22 Jl. Soegiono No. 22 Pinaesaan Jl. Babe Palar Rike Jl. Sarapung Jl. Achmad Yani
3 19 1
Tanjung Batu Jl. Mawar Sario
8 7
Pogidon Tumumpa Ling III Kleak No. 22 Jl. 14 Februari
13
1
1 6 7
6 7
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
39
23 24
Gereja Pantekosta Rahmat Gereja Kemah Injil Indonesia
25
Gereja Pantekosta Merdeka
26 27
Gereja Kristen PB Fajar Kebenaran Gereja Pekabaran Injil Rahmat Ilahi
28 29 30
Gereja Pantekosta Kharismatik Gereja Pantekosta Isa Almasih Gereja Pantekosta Serikat Indonesia Gereja Sidang Jemaat Kristus Gereja Pimpinan Rohulkudus
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Gereja Tuhan Indonesia Gereja Pantekosta Serikat di Indonesia Gereja Alkitab Anugerah Gereja Kerasulan Baru di Indonesia Gereja Kerapatan Injil Bangsa Indonesia (KIBAID) Gereja Isa Alamasih (GIA) Gereja Injil Se-utuh Inter Jemaat Kalvari (GISI) Gereja Kristen Baitani
43 44 45
Gereja Cahaya Rohulkudus Gereja Injil Kasih Karunia Indonesia (GIKKI) Gereja Kalam Kudus Gereja City Blessing Gereja Pekabaran Injil Jalan Suci
46 47
Gereja Bethani Indonesia Gereja Mawar Sharon
Jl. 17 Agustus Jl. 17 Agustus Lorong Harmoni Jl. Gunung Lokon Wanea Jl. Garuda No 12 Jl. Pumorow Kompleks SMPN 6 Jln Samrat No.8 Jln Martadinata Jl. Salak 13 Lingk II Tikala Baru Jl. Sawangan Paal IV Jl. Pingkan Matindas 17/203 Dendal Jl. Stadion Klabat
1 1 1 1 5 7 2 2 1 1 1 31
Jl. Tololiu Supit Jl. Lumimuut IV No 25 Tikala Pakowa Lingk IV
1 0
Jln. TNI 68 Manado Winangun
1 1
Jl. Maesa 11 Ranomuut Jl. Martadinata VII Jl. Garuda No. 43 Mahakeret Jl. Walanda Maramis Jl. 17 Agustus Jln. Maesa 11a Ranomuut Wanea Plaza Jl. Piere Tendean Jumlah
1
1
0 1 0 0 0 0 1 437
Sumber: Arsip Kantor Agama
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
40
Tabel 4 Data Gereja dan Kapel Umat Katolik NO 1
NAMA GEREJA/KAPEL GEREJA Hati Tersuci Maria Katedral
2
Hati Kudus Yesus
3
Santo Yoseph Pekerja
4
Santa Theresia
5
Yesus Gembala yang Baik
6
Santo Ignatius
7
Santo Mikael
8
Raja Damai
9 10 11
Santo Antonius Salib Suci Ratu Rosario Suci
12 13 14 15
Santo Fransiscus Xaverius Bunda Hati Kudus Bunda Hati Kudus Santo Cosmas Damianus
16
Yesus Gembala Baik
17 18 19
Santa Veronika Santa Veronika Santa Rosa Mistica
ALAMAT Jln. Sam Ratulangi 55 A Kec. Wenang 95111 Lingk. 2 RT.013/RW/06 Karombasan Kec. Wanea Jl. Santo Joseph No. 17 Kec. Malalayang Jl. Woloter Mongisidi Malalayang I Barat Ling. I Jl. Babe Palar No. 48 Rike Kec. Wanea 95117 Jl. Sudirman No. 34 Manado Kec. Wenang Jl. Flamingo No. 78 Perkamil Kec. Tikala Jln. Daan Mogot No. 49 Tikala Baru Kec. Tikala Paal IV Kec. Tikala Taas Kec. Tikala Jl. Pogidon I No. 26 Lingk. II Karang Ria Kec. Tuminting Buha Kec. Mapanget Kairagi Weru Kec. Tikala Pandu Kec. Mapanget Pandu Pemukiman Kec. Mapanget Jl. AA. Maramis, Paniki Manado Kec. Mapanget Kairagi II Kec. Mapanget Perum Paniki II Kec. Mapanget Lapangan Kec. Mapanget
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
41
20 21
1
Santo Petrus Santo Yohanes
Mapanget Barat Kima Atas Kec. Mapanget
KAPEL Kapel St. Josep Keuskupan Manado Kapel Biara JMJ St. Joseph
Jl. Sam Ratulangi No. 66 Kec. Wenang 2 Jl. Sam Ratulangi No. 60 Kec. Wenang 3 Kapel Biara Hati Kudus Yesus Karombasan Lingk. II Kec. Wanea 4 Kapel Biara Frater CMM Jl. Sudirman Kec. Wenang Sumber: Penyelenggara Bimas Katolik, Pemutakhiran Data Thn 2012
Tabel 5 Data Masjid di Kota Manado NO 1 2 3 6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
MASJID Al Furqan Ulil Albab Al Mubasyirin Asmaul Husna Azidin Al Muhajirin Al Fallah Nurul Rahman Perum Dolog Asmaul Hussnah Al-Fatah Asyifah RSU Prof. Kandou Jabal Nur Al Bayinah An Nur At Taqwa Al Muttaqin Al Hikmah Al Falah An Nur
KELURAHAN Bahu Kleak Kleak Malalayang Dua Malalayang Malalayang I Malalayang Malalayang Malalayang II Malalayang Satu Malalayang Malalayang I Timur Malalayang I Timur Manibang Winangun Winangun Teling Atas Teling Atas Teling Atas
TAHUN TERDAFTAR 1976 1985 1998 1990 1997 1987 1985
1960
1999 1986 1990 1982 1980 1937
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
42
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Laelatul Qadri Nurul Birri Ikhlas Al Abrar Al Fajar Jamiatul Muslimin Al Amin Al Ikhlas Iqra Nurul Iman Baitul rahim Al Amanah Firdaus Miftahul Jannah Al Furqan Nurul Jihad Nurul Hakim Hidayatulah Al Mujahidin Al Hijrah Al Kautsar An Nur Al Muhajirin Al Hijrah W Nusantara Baitur rahman Raudatul Jannah Polda Baitush Solihin Al Muhajirin Al Azim Hijatrus Salam Al Amanah Nurul Khaerat Al Hikmah Sabilal Muhladin DarunNaim Al Muhajirin Nurul Iman Asyuhada Al Ikhsan As Sholihin At Takmir
Teling Atas Teling Atas Teling Atas Pakowa Pakowa Ranotana Weru Wanea Pakowa Karombasan Karombasan Tingkulu Malendeng Titiwungen Titiwungen Titiwungen Sario Sario Tumpaan Sario Utara Sario Kotabaru Kairagi I Kairagi II Kairagi II Paniki Bawah Paniki Bawah Paniki Bawah Paniki Bawah Paniki I Paniki II Lapangan Mapanget barat Mapanget Barat Mapanget Barat Buha Camar Buha Asri Buha Bhayangkara Bengkol Pandu Pandu Panjian Dendengan Dalam V Dendengan Dalam III Tikala VI
1985 1978 1984 1963 1984 1978 1973 1960 1985 1986 1996 1996 1994 1992 1987 1986 1989 1986 1976 2002 1990 1991 1967 1997 1993 1998 1995 1981 1975 1997 1997 1998 1999 1998 2002 1997 1978 1978 1981 1959 1982
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
43
64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104
Al Hijrah Al Rhmah Uswatun Hassanah At Taqwa Al Anshar Al Wunawarah Al Kautsar TVRI Al Gufran Al Hidayah Darus Saadah Thulul Arqan Al Istiqamah Al Muhajirin Nurul Jannah Al fatah Al Mustaqin Al Mubaraq Nurul Taqwa Al Iskandaria Al Djufri Al Amin Al Hijrah Nurul jariah Awwal Fathul Mubien Baitul makmur At Taufiq Alfalah Al Inayah Al Hidayah Al Munnawarah Al Djihad Ibnul Min Mahawin Al Ridwan Darus Salam I Al Ihwan Nur Muhammad Darus Salam II Baitur Rahman An Nur Darul Istiqamah Al Ilham
Takala Baru V Banjer II Banjer V Perkamil VI Takila Baru VI Tikala Baru V Banjer Malendeng Malendeng Tikala Baru Banjer V Tikala Baru IV Tikala Banjer II Ranomuut Paal II –IV Paal II-I Dendengan Dalam Malendeng Ranomuut I Malendeng Dendengan Dalam V Dendengan Luar IV Tikala Baru VI Kel. Islam II Tuminting Tumumpa Sindulang II Tumumpa Dua VII Maasing II Mahawu VI Maasing Tuminting VII Mahawu Sindulang Satu Tuminting VII Tuminting Bitung Karangria Kel. Islam II Tuminting Bailang Tuminting
1986 1982 1990 1986 1994 1994 1985 1994 1993 1982 1989 1987 1985 1992 1975 1983 1986 1976 1974 1982 1984 1992 1977 1760 1984 1986 1994 1982 1984 1988 1986 1992 1982 1994 1987 1984 1986 1982 1980 1988 1994
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
44
105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145
Al Huda Nurul Falah Al Ihwan MAN Manado Jabal Rahmah LP Manado Al Hijrah Al Falah Al Muhajirin Nurul Huda Al Maqfirah Al Amanah Al Misbah Al Ikhlas An Ni’mah Al Hasanah Al Mufid Darul Arqam Nurul Iman At Taqwa Walfajri Miftahul Janah PKP Manado Aisyah Manado Al Mikmin Jabal Nur Babul Jannah Wadil Arqam Ahmad Yani Arsyad Tawil Anwabin Nurulah Masyur Al Khaeriyah Al Mutaqin Al Jihad RA Kartini As Salam Al Amin Al Kautsar Al Munawarah
Sindulang I Sindulang II Kel. Islam Islam Tuminting Tuminting Tuminting Kel. Islam Tuminting Wawonasa Ketang Baru Karame Wawonasa Singkil Wawonasa Kombos Ternate Baru Ternate tanjung Ternate tanjung Singkil II Wawonasa Wawonasa Ternate Kombos Ketang Baru Singil Singkil Ternate Kombos Wenang Wenang Wenang Wenang Wenang Wenang Wenang Wenang Wenang Wenang Bunaken Bunaken Bunaken
1996 1993 1996 2001 1993 1992 1987 1986 1938 1947 1951 1956 1998 1965 1965 1968 1972 1975 1991 1983 1986 1987 1977 1980 1989 1994 1988 1994 1999 1974 1978 1984 1993 1988 1968 1988 1985 1987 1996 1994 1990
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
45
146 147 148 149 150 151 152 153
Al Hikmah Darus salam III Darul Istiqamah Irsyadud Ibad Al Aqshar Al Baiats Al Taubah Hidayatullah
Bailang Bailang III Bailang Bailang Molas Meras Bailang Molas
2000 1986 1988 1994 1995 1998 2000 1999
Sumber: Kantor Departemen Agama Kota Manado Catatan: Banyak masjid yang sudah berdiri jauh sebelumnya Memperhatikan data statistik tempat ibadah umat Kristen dan Islam dan kelompok agama lainnya, setiap tahun bertambah jumlahnya seiring dengan perkembangan kota, terutama perluasan pemukiman dengan banyaknya kehadiran perumahan di kota Manado. Adanya pemukiman baru berupa perumahan menuntut kehadiran fasilitas keagamaan, yakni tempat ibadah. Untuk jelasnya data mutakhir berkaitan dengan perkembangan tempat ibadah yang sudah diperinci seperti masjid dan mushola untuk Umat Islam, atau gereja dan kapel untuk umat Kristen dan katolik, dan golongan agama lainnya per kecamatan dapat dilihat pada tabel 6. Pada tabel 6 dibawah ini, pertumbuhan gereja dan masjid cukup signifikan sejak tahun 2010 – 2013. Pertambahan itu rata-rata pertahun ketambahan 10-15 tempat ibadah, baik gereja maupun masjid. Tahun 2010/11 jumlah masjid 150-an, di tahun 2013 mencapai angka 187 ditambah lagi dengan mushola yang berjumlah angka 29. Begitupun pertumbuhan gedung gereja terutama yang Kristen protestan. Di tahun 2010/11, jumlah gedung gereja 430-an, di tahun 2013 mencapai angka 523, dan angka ini belum ditambah dengan gedung gereja katolik, berupa gereja dan kapel. Berikut data lengkapnya pada tabel dibawah ini. Indikator Sosial Budaya Kota Manado
46
Tabel 6 Tempat Ibadat Per Kecamatan Data Mutakhir Tahun 2013 NO
KECAMATAN
MASJID
MUSHOLA
GEREJA Katolik 6
PURA
4
GEREJA Kristen 5
7
VIHARA /TITD 8
1
2
3
1
Malalayang
15
-
63
2
-
2
2
Sario
7
3
25
-
1
2
3
Wanea
18
1
74
2
-
-
4
Wenang
14
5
27
2
-
8
5
Tikala
38
11
82
5
2
4
6
Mapanget
27
2
99
9
-
1
7
Singkil
24
8
38
-
-
1
8
Tuminting
28
7
50
1
-
-
9
Bunaken
16
2
65
-
-
-
523
21
3
18
JUMLAH 187 29 TOTAL Sumber: Kantor Agama, Agustus 2013
Catatan: Belum dipisahkan kecamatan yang baru, yakni kecamatan Paal II termasuk di Kecamatan Tikala, dan Kecamatan Bunaken untuk Kecamatan Bunaken Kepulauan.
Banyak sedikitnyanya tempat ibadah, didasarkan pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk, selain ruang yang diberikan oleh pemerintah dengan adanya kemudahan untuk mendirikan tempat ibadah. Jika diamati, angka tahun berdirinya rumah ibadah masjid di kota Manado sesuai angka tahun di atas, eksistensi rumah ibadah bagi umat Islam sejak tahun 1760, kemudin tahun 1937 dan berlanjut terus pemberian ijinnya Indikator Sosial Budaya Kota Manado
47
sesudah Indonesia merdeka sampai kini. Pertumbuhan pembangunan masjid semakin intens terutama pada masa pemerintahan Orde Baru sampai kekinian. Adanya jumlah rumah ibadah masjid yang begitu banyak, menunjukkan pluralisme dan multikulturalisme di kota Manado sudah sejak lama hidup rukun dan damai. Bukan hal yang baru kebersamaan telah dibangun di antara umat beragama di kota ini. Walaupun image dibanyak tempat dan ruang, bahwa kota Manado dan Minahasa pada umumnya adalah daerah Kristen tetapi keterbukaan terhadap umat beragama yang lain selalu ada. Sebagai suatu kota yang terbuka dengan tingkat religiusitasnya yang tinggi, maka persoalan keagamaan, hubungan antar umat beragama menjadi perhatian serius pemerintah. Persoalan kemudian di masa depan, apabila rumah ibadah sudah banyak secara kuantitatif maka harus memberi dampak pada sikap kehidupan warga kota. Semoga dapat memberikan pencerahan pada persoalan meminimalisir tindakan kriminalitas berbanding dengan jumlah rumah ibadah yang meluas di banyak tempat. Langkah-langkah ke arah itu, bukan tidak ada, namun justru intens dengan adanya beberapa lembaga, baik yang didirikan oleh pemerintah dengan prakarsa masyarakat penganut agamanya atau sebaliknya. Organisasi dimaksud seperti, Badan Kerjasama Antar Umat Beragama (BKSUA), dan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), dan lainnya. Agama didalamnya termasuk membangun tempat ibadah sebagai suprastrukturnya
juga
merupakan
bagian
dari
kebudayaan.
Aspek
keagamaan ini terkait langsung secara mendasar dalam perkembangan dan pertumbuhan kota Manado sebagai bagian dari indikator kebudayaan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
48
Selanjutnya, membahas kebudayaan terkait dengan pelestarian, pengembangan dan perlindungan, namun ketiga hal ini harus pula memperhatikan tiga kemampuan dasar sub-struktur indikator kebudayaan sebagai konsep memberdayakan kebudayaan. Artinya ada ruang sosial bagi masyarakat dalam memenuhi aspek pelestarian, pengembangan, dan perlindungan. Tidak hanya itu, pemerintah dan swasta juga harus dapat duduk bersama, memikirkan secara bersama bagaimana perlindungan, pengembangan,
dan
perlindungan
kebudayaan
dapat
maju
dalam
menyeimbangkan kehidupan kemasyarakatan. Adapun ketiga kemampuan itu sebagai sub indikator kebudayaan adalah: 1. Ruang kebudayaan untuk kemampuan kreatif-inovatif 2. Ruang kebudayaan untuk kemampuan adaptif, dan 3. Ruang kebudayaan untuk kemampuan akulturatif Keberdayaan kebudayaan merupakan kemampuan suatu kebudayaan untuk tumbuh dan berkembang secara kreatif, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pengaruh perkembangan dan perubahan global, serta kemampuan untuk mengolah dan mengambil manfaat terhadap berbagai peluang dalam keterbukaan kebudayaan. Disadari ataupun tidak, menerima atau pun menolak, pengaruh arus budaya global dalam berbagai dimensi pertumbuhan dan perkembangan kota sangat terasa. Tanpa kekuatan dan spirit kebudayaan yang tertata baik sebagai cerminan identitas lokalitas Manado sebagai bagian dari tanah Minahasa, dan dengan spirit yang harus dijaga sebagai bagian dari penerimaan pluralisme, kemajemukan, keanekaan suku, ras, agama, tradisi, budaya yang secara alamiah ada dan terus tersemaikan di kota Manado, maka bukan tidak mungkin muncul berbagai konflik yang bersumber dari Indikator Sosial Budaya Kota Manado
49
penafsiran agama yang keliru dari komunitas atau oknum. Ini adalah modal sosial budaya yang tidak semua kota di Indonesia memilikinya. Modal sosial budaya ini dapat dijadikan instrumen pemerintah kota dalam membangun masyarakatnya. Berikut beberapa organisasi kesenian (sanggar) yang hidup dan berkembang di kota Manado. Tabel 7 Data Sanggar Kesenian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
NAMA SANGGAR Gema Sangkakala Vox Angelica Kitawaya Senggigilang Tumumpa Sebelas (Jln. Sarapung) Lumimuut (SMK VI) Blue Choir Imanuel Choir Bethesda Choir Manado Chatolic Choir Solagratia Tikala Choir Imanuel Bunaken Putra Galangan Tumumpa Anugerah Kayuwatu SMA Neg. I Manado Orkes Cakrawala Tumumpa Mahamba Bantik (Buha) Mahamba Bantik (Bengkol) Mahamba Bantik (Meras) Mahamba Bantik (Molas) Musik Kolintang Panbers Musik Kolintang SMP Fr. Donbosco Group Hadrah Kel. Karame Group Qasidah Kampung Arab Group Teater Nazaret Tumumpa Teater Club Fak. Sastra Teater Kronis Artsas
SPESIAL/FOKUS Seni Suara Seni Suara Seni Tari Seni Tari Seni Tari Seni Tari Seni Suara Seni Suara Seni Suara Seni Suara Seni Suara Seni Musik (Bambu) Seni (Massamper) Seni (Massamper Seni Suara/Tari Seni Musik (Orkes) Seni Tari Seni Tari Seni Tari Seni Tari Seni Musik Seni Musik
Seni Teater Seni Teater Seni Teater
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
50
28 29
Sanggar Seni Budaya Citra Fak. Sastra Unsrat Tim Kesenian Nyong dan Nona Manado
Seni Tari (Maengket) Seni Tari
Sumber: Hasil Survai Tim Peneliti ke Dinas Pariwisata Kota Manado Apabila memperhatikan data pada tabel 7 di atas, maka terlihat kurangnya organisasi-organisasi yang bergerak aktif di bidang kesenian di kota Manado. Data ini memang didasarkan pada data keaktifan dalam beberapa kegiatan kesenian (seni budaya) yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Manado selang beberapa tahun terakhir ini. Namun demikian, data dilapangan secara acak menunjukan, ada begitu banyak organisasi sosial budaya yang turut membangun lewat jalur kesenian. Sebut saja dalam banyak pagelaran seni budaya di kota Manado, seperti misalnya lomba paduan suara (koor), maka akan berjubel puluhan group paduan suara yang mewakili lembaga, instansi, kelurahan, kecamatan dan lainnya. Organisasi gerejawi memang terbanyak kemudian perguruan tinggi negeri dan swasta di kota Manado, diikuti instansi dan lembaga tertentu. Begitu pun halnya, dengan berbagai kesenian lainnya, seperti seni teater dan kesenian lainnya, baik melalui oragnisasi yang disebut di atas maupun lainnya. Namun ada juga karena inisiatif dari masyarakat sendiri, terutama ketika lembaga-lembaga pemerintah mulai mengucurkan dana pembinaan terhadap sanggar-sanggar seni budaya atau adanya festival seni budaya. Angka statistik, sekali lagi menunjukkan perkembangan yang signifikan tinggi atau pun rendah, namun untuk perkembangan seni budaya sulit diukur dari kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, baik oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, instansi tertentu lainnya, seperti Dinas Pendidikan, Taman Budaya Manado, Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado dan sebagainya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
51
Untuk berbagai kegiatan kesenian dalam kehidupan Masyarakat itu selalu ada, hanya saja tidak terekspose/terpublikasi secara massal sehingga tidak diketahui atau dapat menjadi indikator pengukur, namun aktifitas kesenian bagi masyarakat kota Manado sudah menjadi bagian hidup. Di masa depan aspek indikator sosial budaya terutama di bidang kesenian perlu mendapat perhatian besar dari pemerintah dalam hal memberi ruang apresiasi dalam kreativitas dan inovatifnya para seniman di kota Manado. Ruang publik ekpresi seni bagi seniman dalam berkesenian, sebaiknya tidak ditentukan oleh kuasa pemerintah tetapi sebisanya dapat duduk bersama untuk membahas dimana seharusnya ruang yang tepat bagi seniman dalam mengekspresi hasil imajinasinya. Gedung kesenian di kota Manado yang tidak terurus-rawat seperti keadaannya sekarang ini, menunjukkan perkembangan seni budaya tidak sejalan dengan kemampuan adaptif pemerintah yang bersinergi dengan kelompok seniman di kota Manado. Harusnya ada ruang, lokasi yang tepat sebagai tempat bertemu, berdiskusi, berekspresi dalam berkesenian, namun juga mengakomodatif hasil-hasil karya, produk seniman untuk dicarikan jalan keluar untuk diproduksi. Lingkaran atau ekosistemnya berkesenian, biasanya terhambat pada memproduksi karya dalam wujudnya, dan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menfasilitasi, baik memberikan lokasi, gedung yang representatif, dana pembinaan, maupun penghargaan dalam banyak festival atau lainnya, sehingga semakin terasa hidup ekspresi berkesenian seniman di kota Manado yang tidak kalah kreatifnya dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Semua ini juga adalah modal sosial budaya kota ekowisata Manado.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
52
Untuk menjadikan modal sosial budaya ini sebagai instrument pembangunan
masyarakat,
maka
perlu
memperhatikan
4
indikator
keberdayaan kebudayaan sebagai berikut:
1.
Sistem Nilai Sistem nilai berkaitan dengan kekuatan yang dimiliki lembaga,
institusi atau pun organisasi-organisasi yang mengelola kebudayaan (pelestarian, pengembangan, dan perlindungan kebudayaan daerah). Sistem nilai pada hakekatnya menyangkut rung-ruang dialog yang dikembangkan dan tumbuh sendiri dalam kehidupan masyarakat, seperti sistem gotong-royong, mapalus, dan sejenisnya, ataupun nilai-nilai dasar dan instrument yang menyertainya untuk hidup rukun dan damai dalam berdialog, beradaptasi dan bersinergi dengan nilai-nilai baru yang muncul. Munculnya konflik di daerah lain, benturan peradaban dengan arus migrasi penduduk urban tidak semudah merapuhkan sistem nilai yang tetap terjaga, berkelanjutan sebagai sistem nilai yang berentitas dalam jatidiri masyarakat kota. Adanya ruang ekspresi, kreatif dan inovatif untuk menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat, harus lebih diberi ruang oleh pemerintah seperti adanya Badan Kerjasama Antar Umat Beragama (BKSUA), Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dan sejenisnya. Namun juga ruang kesenian dalam arti yang luas sebagai bagian dari membangun mentalitas warga kota. Perlu dihidupkan dan diberi ruang hadirnya sanggar-sanggar senibudaya, teater rakyat, festival, pagelaran, lomba seni budaya, dsb. Jika persoalan di atas dapat berkembang maka keberdayaan lembaga, institusi kebudayaan mampu mengelola, baik Indikator Sosial Budaya Kota Manado
53
mengelola
peluang
maupun
ancaman
dalam
menghadapi
berbagai
perubahan zaman. Dalam konteks kebudayaan masyarakat kota Manado, ikatan-ikatan kekerabatan sosial budaya, arisan rukun keluarga, rukun tetangga,
ibadah-ibadah
berjemaah,
kelompok-kelompok
keagamaan,
organisasi gereja, organisasi mesjid, pura dan vihara menjadi kekuatan bersama yang menjadi modal utama pembangunan.
2. Sistem Simbolik Sistem simbolik adalah kemampuan budaya simbol bagi warga kota dengan ruang kreativitasnya mampu mengakomodatif simbol-simbol kota, baik yang fisik maupun nonfisik tanpa terpengaruh dengan arus budaya luar. Jatidiri tetap dipertahankan walaupun pengaruh teknologi mulai merambah tetapi substansi symbol tetap nyata. Simbol-simbol keagamaan dijadikan pererat antar umat kedalam maupun dengan umat yang beragama lain, artinya ada toleransi untuk tidak merusak atau pun melecehkan. Kemudian symbol-simbol budaya yang dominan seperti ornament, ragam hias yang menjadi milik bersama dan memberi semangat, seperti adanya patung-patung bersejarah yang menghiasi kota Manado, benda-benda peninggalan masa lampau yang memiliki nilai dan makna kolektif, ataupun aspek fisik ynag lebih modern, bagian dari spirit membangun kota, yakni monument Adipura sebagai kota terbersih, dan sebagainya.
3. Unsur Budaya yang Fungsional Keberdayaan unsur-unsur budaya dengan kemampuan menfungsikan unsure-unsur budaya yang menjadi perekat, seperti ekonomi kerakyatan,
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
54
organisasi sosial, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, sistem religi yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat kota.
4. Sumber Daya Manusia Pendukung Kebudayaan Keberdayaan sumber daya manusia adalah kemampuan manusia dan masyarakat pendukung kebudayaan menposisikan diri sebagai subyek pembangunan, mampu berkomunikasi lintas budaya, lintas sektoral, melalui pengembangan kemampuan kreatif, inovatif dalam memberikan respon terhadap perubahan, peluang dan tantangan dalam konteks lokal, lingkup kota Manado khususnya, dan Sulawesi Utara umumnya. Beberapa indikator Budaya yang perlu mendapat perhatian antara lain: a) Meningkatnya perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara b) Meningkatnya kerukunan hidup bermasyarakat dan berbudaya c) Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan d) Meningkatnya kreasi di bidang seni budaya e) Meningkatnya kesadaran sejarah dalam kehidupan bermasyarakat f) Meningkatnya pengelolaan industry budaya g) Meningkatnya inventarisasi dan dokumentasi warisan budaya h) Meningkatnya perlindungan, penghargaan terhadap pelaku budaya daerah dan hasil ciptaannya i) Berkurangnya secara nyata praktik korupsi di birokrasi j) Terciptanya sistem ketatalayanan dan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan, professional, dan akuntabel Indikator Sosial Budaya Kota Manado
55
k) Terhapusnya berbagai praktik hukum yang diskriminatif terhadap warga Negara, kelompok, atau golongan tertentu l) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan public m) Meningkatnya
sumberdaya
manusia
yang
berkualitas
yang
professional pelayananya di bidang kebudayaan n) Meingkatnya
peranserta
masyarakat
dalam
pelestarian,
pengembangan, dan perlindungan kebudayaan o) Meningkatnya perlindunganterhadap peninggalan bersejerah dan kepurbakalaan p) Meningkatnya
kerjasama
inter
dan
antar
daerah
di
bidang
kebudayaan
4.4 Partisipasi Masyarakat di Bidang Olahraga Mengapa olahraga dijadikan sebagai indikator pembangunan sosial budaya? Olahraga berkaitan dengan kesehatan/gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat ini akan mengurangi resiko terkena penyakit, dan jika begitu mempengaruhi kesehatan seseorang, dan semakin banyak orang sehat maka angka harapan hidup menjadi tinggi. Jika orang sehat maka kemungkinan tersedianya untuk SDM yang produktif, dan SDM produktif berarti akan mempegaruhi kesejahteraan seseorang atau masyarakat umumnya. Jika kesejahteraan
tercapai
oleh
masyarakat
maka
akan
meningkatkan
pembangunan sosial. Masyarakat sehat negara kuat. Adapun paritispasi masyarakat di bidang olahraga dapat dilihat dari beberapa pandangan:
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
56
1. Apa yang disebut dengan bentuk partisipasi masyarakat di bidang olahraga? 2. Bagimana luas jangkauannya partisipasi masyarakat di bidang olahraga 3. Mengapa mereka berpartisipasi Partisipasi masyarakat di bidang olahraga adalah keikutsertaan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung yang terkait dengan usaha, upaya berkegiatan, menunjang di bidang keolahragaan. Tindakan nyata ikut ambil bagian, dapat berupa pimpinan salah satu organisasi di bidang olahraga, anggota organisasi keolahragaan, pendukung, penggemar, praktisi
dan
pengamat
di
bidang
olahraga,
sedang
melakukan,
melaksanakan, menyelenggarakan atau pelaku usaha di bidang pendidikan atau sekolah olahraga, atlit atau pelaku olahraga, partisipan atau karena hobi berolahraga, dan sebagainya. Persoalan kemudian adakah hubungan antara berbagai komponen aktivitas olahraga masyarakat dengan menempatkan pada posisi hirarkis atas luasnya partisipan di bidang olahraga. Bagan 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat di Bidang Olahraga 1. Menduduki jabatan secara administratif di organisasi keolahragaan 2. Anggota aktif di salah satu cabang organisasi olahraga 3. Keangotaan pasif di salah satu cabang olahraga 4. Penulis Rubrik Olahraga 5. Pengamat dan Praktisi Olahraga 6. Usaha/Bisnis Olahraga (Toko) 7. Usaha dan Bisnis Olahraga (Pendidikan dan Pelatihan) Indikator Sosial Budaya Kota Manado
57
8. Penggemar olahraga (rutinitas olahraga kelompok/komunitas 9. Penggemar Olahraga (rutinitas olahraga pribadi) 10. Pelatih untuk cabang olahraga tertentu 11. Atlit Olahragawan
Pada bagan di atas terlihat partisipasi masyarakat olahraga dalam menunjang pembangunan di bidang olahraga. Secara hirarkis bagan di atas sudah menunjukkan keterlibatan aktif dan pasifnya tingkat partisipatif. Namun demikian, bagan di atas tidak serta merta menunjukkan realitas yang sebenarnya. Pada berbagai tingkatan partisipatifnya tentu berbeda-beda dalam pelaksanaannya, termasuk jika posisi paling atas tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka dapat mempengaruhi aspek hirarkis lain dibawahnya, terutama atlit olahragawan. Sungguhpun yang lain walau dalam posisi di atas atau di bagian tengah hirarkis, tetapi aktivitas lebih banyak, ketika melakukan penelitian, penulisan, pengamatan di bidang olahraga. Di tingkat hirarkis bawah, pada keterlibatan individual tidak terpengaruh jika hirarkis di atasnya goyah atau terjadi konflik. Hal itu ditandai dengan kesadaran masyarakat kota untuk berolahraga. Di kota Manado sendiri aktivitas olahraga justru terjadi dengan kesadaran sendiri. Di pagi dan sore hari, terlihat aktivitas rutin pemuda dan orang tua lanjut usia melakukan olahraga seperti di lapangan Koni, Lapangan Tikala, seputaran Mall sepanjang boulevard atau di tempat lainnya yang dirasa cocok. Kemudian di hari-hari khusus yang sudah ditetapkan, sejumlah organisasi keolahragaan melakukan rutinitas latihan, terutama cabang-cabang olahraga yang membutuhkan banyak tenaga, yang biasanya latihannya di sore hingga menjelang malam hari. Olahraga dimaksud, seperti Indikator Sosial Budaya Kota Manado
58
dalam gimnastik, olahraga seni beladiri: karate, yudo, kempo, silat dan senamsenam lainnya.
Tabel 8 Cabang Olahraga dan Jumlah Club Olahraga NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
CABANG OLAHRAGA JUMLAH CLUB Sepak Bola 30 Bola Volley 24 Bulutangkis 16 Tinju 8 Bridge 10 Karate 14 Silat 19 Taekwondo 17 Tenis Meja 10 Tenis Lapangan 12 Sof Ball 4 Wushu 2 Catur 8 Menembak 4 Kempo 3 Renang 1 Panjat Tebing 9 Jumlah 191 Sumber: Evaluasi Satu Tahun Pelaksanaan RPJMD Kota Manado, 2012 Disadari memang, beberapa tahun terakhir ini, aktivitas olahraga terkesan menurun karena kurangnya fasilitas dan fasilitasi olahraga. Fasilitasi kaitannya dengan ruang yang diberikan pemerintah atau pun swasta lainnya dalam menggelar iven-iven olahraga. Fasilitas kaitannya Indikator Sosial Budaya Kota Manado
59
dengan infrastruktur yang sifatnya fisik, seperti tersedianya lapangan olahraga yang memadai, jumlah alat olahraga yang digunakan, pelatih dan minat masyarakat. Minat kaitannya dengan cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan secara nasional maupun internasional, seperti di Pekan Olahraga Nasional (PON) atau Sea Games, dan lainnya. Kalau untuk olahraga pada umumnya animo masyarakat cukup tinggi yang kasat mata dapat dilihat ketika menjelang sore hari di banyak tempat. Di beberapa kelurahan yang memiliki lapangan sepak bola, sejumlah aktivitas olahraga rakyat kebanyakan banyak dilakukan, selain untuk tujuan olahraga kesehatan, lainnya untuk hiburan dan rekreasi. Banyak faktor yang menyebabkan kemandekan cabang-cabang olahraga tertentu yang awalnya, dulu menjadi kebanggaan daerah, seperti di cabang olahraga berkuda, cabang olahraga sepakbola (club persma, panther Manado, Taji Wenang, dll); kemudian cabang bridge, bulutangkis, catur, menembak, anggar, atletik dan apalagi tinju. Kemandekan itu disebabkan antara lain: 1. Pendanaan, sarana dan prasarana 2. Kurangnya iven / kegiatan olahraga 3. Sponsorship 4. Minat dan spirit di bidang olahraga menurun 5. Belum menjanjikan sebagai suatu profesi di masa depan 6. Kurangnya pembinaan dan perekrutan atlit 7. Management pengelolaan sumberdaya dan organisasi yang kurang 8. Tingkat profesionalitas yang masih rendah 9. Zaman yang berbuah dan berkembang dengan banyak pilihan hobi yang lebih modern, dan Indikator Sosial Budaya Kota Manado
60
10. Faktor lainnya
Untuk perbandingan sejumlah permasalahan kaitannya dengan perkembangan olahraga di kota Manado, berikut laporan kegiatan Liga Pelajar putaran pertama di tahun 2013. a. Latar Belakang Kegiatan Liga Pelajar Dalam sistim pembinaan olahraga, sebelumnya pembinaan akrab dengan sistim pembinaan piramidal yang banyak dianut oleh berbagai organisasi cabang olahraga di tanah air. Namun hingga saat ini, sistim yang menekankan pada tiga tahapan penting dalam pembinan prestasi yakni, pemasssalan, pembibitan dan peningkatan prestasi ini, belum mampu dijabarkan dengan berdaya guna dan berhasil guna. Kota Manado sebagai ibukota propinsi yang sekaligus menjadi barometer pembinaan olahraga di Sulawesi Utara, juga mengalami stagnasi pembinaan prestasi olahraga yang berkepanjangan. Hal itu disebabkan ada mata rantai sistim pembinaan yang hilang; yakni pada tahap pemassalan yang dilaksanakan oleh
beberapa cabang olahraga, seolah-olah berdiri
sendiri dan lebih bersifat seremonial belaka. Demikian pula dengan tahap pembibitan yang lebih banyak menitikberatkan pada aspek prestasi sesaat dan bukannya pada; 1). Penggalian potensi dasar fisik (kebutuhan anthropometrik, fisik, psikis, riwayat medik, dst). 2). Potensi psikis (minat dan bakat). 3). Faktor sosial (orang tua dan lingkungan). Lebih dari pada itu, pada tahap peningkatan prestasi banyak kali dilupakan tiga hal pokok yakni Indikator Sosial Budaya Kota Manado
61
1). faktor kondisional pelatihan (pelatih, fasilitas/instrumen dan alat penunjang, bantuan medis, dll) 2). Penyelenggaraan kompetisi (teratur, terarah dan kontinyu) 3). pemberian apresiasi dalam bentuk dan cara yang tepat. Cabang olahraga yang bericiri individu seperti, atletik, bulutangkis, tenis lapangan, pencaksilat dan bridge adalah cabang olahraga yang memiliki komponen gerak bervariasi, komponen kondisi fisik penunjang yang banyak dan organisasi kompetisi yang tidak sederhana, oleh karena itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk membentuk ataupun melahirkan seorang atlit yang handal, mengingat potensi sumber daya manusia dan dana seringkali menjadi kendala utama. Namun di era kompetisi yang serba ketat ini, tidak ada pilihan lain bagi kita yang peduli dengan
prestasi olahraga di Kota Manado, selain
dengan jalan men”set-up” para pelajar Kota Manado yang memiliki potensi di beberapa cabang olahraga
melalui suatu model
pembinaan prestasi
olahraga yang tepat-guna; yakni Liga Pelajar Kota Manado.
b. Dasar Pelaksanaan. Dasar pelaksanaan Liga Pelajar Kota Manado untuk cabang olahraga atletik, bulutangkis, dan pencak silat adalah : 1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keoahragaan Nasional 3. Peraturan
Pemerintah
Nomor
16
tahun
2007
tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan. Indikator Sosial Budaya Kota Manado
62
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga. 5. Peraturan
Pemerintah
Nomor
18,
tentang
Pendanaan
Keolahragaan. 6. Surat
Keputusan
Bapak
Walikota
Manado
Nomor
13/KEP/D.02/PORA/2013 tentang Pembentukan Pelaksana Liga Pelajar Kota Maado
c. Tujuan Pelaksanaan. Tujuan pelaksanaan Liga Pelajar Kota Manado adalah : 1. Menjaring calon atlit dan pelatih yang memiliki potensi dicabang olahraga atletik, bulutangkis, tenis lapangan, pencak silat dan bridge; diantara Pelajar dan Guru Pendidikan Jasmani (Guru Olahraga) di Kota Manado. 2. Membentuk
klub
sekolah
untuk
cabang
olahraga
atletik,
bulutangkis, dan pencak silat, di Kota Manado. 3. Menyelenggarakan
model
pembinaan
secara
terpadu
dan
berkesinambungan mulai dari tahapan pemassalan, pembibitan dan
peningkatan
prestasi
untuk
cabang
olahraga
atletik,
bulutangkis, dan pencak silat. 4. Menyelenggarakan kompetisi dalam bentuk sirkuit dengan system kompetisi penuh untuk cabang olahraga atletik, bulutangkis, dan pencak silat.
d. Sasaran
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
63
Sasaran pelaksanaan Liga Peajar Kota Manado adalah seluruh pelajar kelas 4 (empat) dan 5 (lima) Sekolah Dasar dan kelas 7 (tujuh) Sekolah Menengah Pertama.
e. Bentuk Kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan cabang olahraga : No Cabang Olahraga 1 Atletik 2 Bulutangkis 3 Pencak Silat 4 5
adalah Liga Pelajar Kota Manado untuk Nomor/Jenis Lomba Lari 60 m Beregu Putra dan Putri Tunggal baku Putra dan Putri
Ket Pa/Pi Pa/Pi Pa/Pi
Bridge Tenis Lapangan
f. Tahapan Pelaksanaan dan Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan. 1. Koordinasi antar institusi terkait. (telah dilaksanakan pada bulan September- Desember 2012) 2. Sosialisasi dan pembentukan Badan Liga Pelajar Kota Manado. (telah dilaksanakan pada Januari 2013) 3. “Training Camp” untuk guru penjasorkes dan pelajar Kota Manado,untuk
masing-masing
cabang
olahraga,
sekaligus
pemanduan minat dan bakat. Dimana masing-masing sekolah mengutus 1 (satu) orangg Guru Penjas dan 8 orang pelajar putra dan putri. (telah dilaksanakn pada bulan Pebruari-Maret 2013 dan diikuti oleh 96 Sekolah Dasar dan 16 Sekolah Menegah Pertama)
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
64
4. Pembinaan dan Pelatihan di masing-masing sekolah, pendataan sarana- prasarana kompetisi, penyusunan jadwal kompetisi. (telah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 5. Pertemuan Teknis untuk 3 (tiga) cabang olahraga
(telah
dilaksanakan pada 27 April 2013, diikuti oleh 86 sekolah) 6. Pelaksanaan
Liga
Pelajar
bulutangkis, dan pencak silat monitoring, evaluasi
untuk
cabang
olahraga
atletik,
dengan sistim”Home & Away”,
dan promosi. ( telah
dilaksanakan sejak
tanggal 4 Mei 2013 dan berkhir pada 6 Juli 2013).. g. Jumlah Peserta Masing-Masing Cabang Olahraga. Tingkat Sekolah Dasar : CABANG NO OLAHRAGA 1 ATLETIK 2 B. TANGKIS 3 P. SILAT TOTAL
JUMLAH KLUB/SEKOLAH 20 27 10 64
JUMLAH ATLIT PUTRA PUTRI 80 80 108 108 45 16 233 204
Tingkat Sekolah Menengah Pertama: CABANG JUMLAH NO OLAHRAGA KLUB/SEKOLAH 1 ATLETIK 5 2 B. TANGKIS 11 3 P. SILAT 7 23 TOTAL
JUMLAH ATLIT PUTRA PUTRI 20 20 22 20 9 17 51 57
h. Dampak Pelaksanaan. Dampak Langsung Pelaksanaan Liga Pelajar Kota Manado, adalah : 1. Terbentuknya klub sekolah yang dinamis dan terkontrol. Indikator Sosial Budaya Kota Manado
65
2. Terselenggaranya kegiatan ekstra kurikuler yang terencana, terarah dan berkesinambungan. 3. Terciptanya wadah pembinaan sekaligus wadah penyaluran minat dan bakat olahraga dari para pelajar se Kota Manado. 4. Terbinanya cabang olahraga secara berjenjang dan komprehensif dari segi pelatihan hingga kompetisi. 5. Terjaringnya calon atlit potensial melalui kompetisi yang “fair” dan berkesinambungan yang bermuara pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS).
Dampak tidak langsung dari kegiatan liga pelajar Kota Manado adalah, 1. Pelatihan olahraga dan kompetisi jangka panjang menjadi saluran hasrat beraktifitas para pelajar, yang dipercaya dapat menekan angka kenakalan dikalangan pelajar. 2. Pengisian waktu luang dengan kegiatan yang positif dan terarah, akan mempersempit peluang bagi para pelajar untuk melakukan kegiatan yang kontra produktif. 3. Tercipta hubungan emosional diantara pelajar secara intra dan antar sekolah. 4. Terbangun usaha aktualisasi diri dan pengenalan potensi diri sejak usia muda. 5. Terbina sikap sportif, kerjasama, tenggang-rasa, taat aturan dan jiwa kompetitif; sejak usia muda.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
66
Dampak Ikutan dari pelaksanaan Liga Pelajar Kota Manado adalah, pelaksanaan kompetisi Liga Pelajar memberi nuansa baru bagi para peserta Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dalam berkompetisi. Hal tersebut diindikasikan dengan terpilihnya beberapa orang pelajar Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama pada cabang olahraga atletik, bulu tangkis dan tenis lapangan yang terpilih dan diikutsertakan pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional, mewakili Sulawesi Utara.
i. Permasalahan Rancangan
pembinaan
komprehensif,
berjenjang
dan
berkessinambungan ini, masih memiliki beberapa kelemahan yakni: -
Sumber daya manusia pelaksana dalam hal ini, wasit, tenaga pelaksanna dan pengawas pertandingan masih sangat kurang baik dari segi kualitas dan kuantiitas, untuk kelima cabang olahraga yang dipertandingan/diperlombakan.
-
Peralatan/perlengkapan perlombaan dan pertandingan masih terbatas baik dari segi jumlah dan kualitas.
-
Sesuai rencana semula, semua pertandingan/perlombaan akan dilaksanakan di masing-masing sekolah peserta, namun karena kondisi yang belum memungkinkan hal tersebut belum terpenuhi.
-
Sumber
dana
dari
pihak
sponsor
yang
telah
disepakati
sebelumnya, tidak terealisasi sebagaimana penjelasan dari pihak event organizer
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
67
BAB V. SIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai indikator sosial budaya kota Manado disimpulkan sebagai berikut. Pertama, indikator sama dengan tanda atau penunjuk. Indikator diartikan sebagai sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau dapat memberikan informasi/keterangan. Indikator sosial budaya kaitannya dengan variable atau faktor-faktor sosial budaya yang menentukan, menjadi petunjuk
atau
dapat
memberikan
informasi,
baik
dalam
bentuk
keterangan/data dalam bentuk angka-angka (statistic) maupun dalam bentuk keterangan, penjelasan, gambaran, deskripsi kritis terhadap sesuatu atau sejumlah permasalahan. Bentuk-bentuk indicator itu dapat dibagi atas indicator sosial dan indicator budaya atau juga digabung keduannya. Indikator
sosial
antara
lain:
kependudukan,
pendidikan,
kesehatan,
ketenagakerjaan, kemiskinan, organisasi lingkungan sosial, media, dan partisipasi masyarakat di bidang olahraga. Ada juga yang memasukannnya dengan sub-struktur indikator sosial, seperti infrastruktur kota (termasuk infrastruktur pendidikan, kesehatan, lingkungan sosial dan lainnya); substruktur kesehatan dan kemiskinan terkait dengan penanggulan masyarakat miskin, kualitas pendidikan dan SDM pengelola kesehatan; sub-struktur lingkungan sosial budaya, terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan beragama, perlindungan dan kesejahteraan sosial. Selanjutnya indicator budaya antara lain: sistem nilai dalam masyarakat, lembaga atau organisasi kebudayaan termasuk keberdayaan organisasi dan kelembagaannya dan keberdayaan sumberdaya manusia yang terlibat didalam proses indikator Indikator Sosial Budaya Kota Manado
68
tersebut.
Sub-struktur
indikator
budaya
termasuk
pembangunan
kependudukan (SDM) dan pembinaan kepemudaan serta berbagai kegiatan olahraga, termasuk didalamnya soal keagamaan, ketertiban dan keamanan. Kedua, Indikator sosial budaya termasuk indikator pembangunan menjadi instrument atau alat ukur kemajuan dalam proses pembangunan untuk membuat kebijakan yang lebih baik dan perkembangan dalam monitoring pelaksanaan pembangunan dalam hal: Mengidentifikasi dampak dari pelaksanaan kebijakan yang telah dilakukan; Mengidentifikasi aktor dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi pembangunan sosial budaya; Mengungkap berbagai hal dalam proses pembangunan yang masih perlu
dibenahi;
Memberikan
peringatan dini
akan
adanya
potensi
pelanggaran dan mendorong adanya tindakan pencegahan; Meningkatkan konsensus sosial budaya dalam usaha mengatasi berbagai kesulitan yang sementara dihadapi dalam proses pembangunan; Memberikan issu-issu penting berbagai persoalan/masalah yang diabaikan, dikesampingkan, belum ditangani secara serius atau disembunyikan. Apabila ternyata aspekaspek temuan melalui kajian indikator sosial budaya ini tidak diperhatikan atau ditindaklanjuti untuk berbagai persoalan krusial, maka akan ada banyak kesulitan dengan berbagai perubahan dalam proses pembangunan kota Manado, dan perubahn-perubahan yang begitu cepat ini tanpa kesadaran sosial budaya akan sulit mencapai target Manado sebagai kota yang menyenangkan di tahun 2015.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
69
DAFTAR PUSTAKA Dokumen (Naskah Ketikan) - Analisis Pengangguran Terdidik Kota Manado, tahun 2012. Kerjasama Bapedda Kota Manado dan BPS Kota Manado. -
Kajian Perumusan Kebijakan Tentang Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Manado, tahun 2012. Kerjasama Bapdedda Manado dan BPS Kota Manado
-
Laporan Olahraga Liga Pelajar, Januari 2013.
-
Laporan Pendataan Keagamaan Kristen Kantor Kementerian Agama Kota Manado tahun 2012. Seksi Bimbingan Masyarakat Kristen.
-
Laporan Pemutakhiran Data Rumah Ibadah Katolik. Bimas Katolik Manado. 2012.
-
Manado dalam Angka, tahun 2012. Badan Pusat Statistik Kota Manado.
-
Pemerintah Kota Manado: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Manado. Tahun 2010-2015. Bapedda Tahun 2011.
-
Pemerintah Kota Manado: Evaluasi Satu Tahun Pelaksanaan RPJMD Kota Manado Tahun 2010-2015. Manado: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Manado, tahun 2012.
-
Statistik Daerah Kota Manado, Tahun 2012. Badan Pusat Statistik Kota Manado
-
Bungin, Burhan. 2005. Pornomedia, Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika, & Perayaan Seks di Media Massa. (Edisi Revisi). Jakarta: Prenada Media.
Buku
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
70
-
Burton, Graeme. 2008. Pengantar untuk Memahami Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra.
-
Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvone S. 2009. Handbook of Qualitative Research. (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
-
Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
-
Kasiyan. 2008. Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan Dalam Iklan. (Kata Pengantar St. Sunardi). Yogyakarta: Penerbit Ombak.
-
Keith, Tester. 2003. Media, Budaya dan Moralitas. (Terj. Muh. Syukri). Yogyakarta: Kerjasama Juxtapose dan Kreasi Wacana.
-
Makello, Ilham Daeng. 2010. Kota Seribu Gereja, Dinamika Keagamaan dan Penggunaan Ruang di Kota Manado. Yogyakarta: Ombak.
-
Mursito, BM. 2006. Memahami Institusi Media. Jateng: Lindu Pustaka.
-
Ritzer dan Goodman, Douglas J. 2007. Teori Sosiologi Modern, (Terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
-
Sardar, Ziauddin dan van Loon, Borin. 2005. Seri Mengenal dan Memahami Cultural Studies. (Terj). Batam Centre: Scientific Press.
-
Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Kebudayaan, Surabaya: Citra Wacana.
-
Tim Penyusun, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
-
Wibowo, Fred. 2007. Kebudayaan Menggugat: Menuntut Perubahan atas Sikap, Perilaku, Serta Sistem yang Tidak Berkebudayaan. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
71
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
72