e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
IMPLIKATUR PADA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Ida Ayu Putu Nikke Widhi Ariani1, I Wayan Rasna2, Ni Made Rai Wisudariani3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) jenis implikatur pada Iklan Layanan Masyarakat pada stasiun televisi (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV) dan (2) implikasi pragmatis percakapan/pernyataan pada Iklan Layanan Masyarakat pada stasiun televisi (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV). Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah percakapan/pernyataan pada iklan layanan masyarakat yang disiarkan pada stasiun televisi (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV) bulan November 2015-April 2016. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Data dianalisis dengan tahapan (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan simpilan/verifikasi. Dari 14 iklan layanan masyarakat, terdapat jenis implikatur konvensional sebanyak 42,1% (8 percakapan/pernyataan) dan implikatur percakapan sebanyak 57,9% (11 percakapan/ pernyataan). (2) Implikasi pragmatis yang muncul dalam percakapan/pernyataan pada iklan layanan masyarakat dikelompokkan menjadi 7, yaitu implikasi meminta, memberi tahu, mengimbau, menginformasikan, mengingatkan, menyarankan, dan menyindir. Iklan layanan masyarakat yang disiarkan pada stasiun televisi bulan November 2015-April 2016 mengandung implikatur konvensional dan implikatur percakapan, serta percakapan/pernyataan dalam iklan berimplikasi pragmatis. Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu Pragmatik. Kata kunci: iklan layanan masarakat, implikatur, teori Grice ABSTRACT This research aimed to describe (1) types of implicature at public service advertisement on TV (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, and Metro TV) and (2) pragmatic implications statement/conversation at public service advertisement on TV (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, and Metro TV). This research used descriptive qualitative design. Subject of this research is statement/conversation at public service advertisement on TV (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, and Metro TV) on November 2015 – April 2016 with purposive sampling method.. Data collection of this research is by documenting. Data analysis of this research used descriptive technique with procedure (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) concluding/verification. Result showed that (1) public service advertisement on TV contains conventional and conversational implicature. From 14 public service advertisements, it shows 42,1% (8 conversations/ statements) at conventional implicature and 57,9% (11 conversations/statements) on conversational implicature. (2) There are 7 types of pragmatic implications shown in conversations/statements at public service advertisement; those are implication of asking, telling, appealing, informing, reminding, suggesting, and quipping. Public service advertisement broadcast on television in November 2015-April 2016 containing conventional implicature and conversation
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
implicature, and conversation/statements in the ad pramatic implication. This research is expected to add to the treasures of knowledge, especially in Pragmatics. Keywords: public service advertisement, implicature, and Grice’s theory.
PENDAHULUAN Manusia bisa memenuhi kebutuhannya dengan cara berkomunikasi dengan yang lain. Dalam hal ini, bahasa memiliki peran penting untuk kelancaran komunikasi tersebut. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang berlangsung apabila antara penutur dan mitra tutur memiliki kesamaan makna tentang pesan yang dikomunikasikan. Agar komunikasi berjalan efektif, penutur dan mitra tutur mesti mengetahui maksud ujaran yang diucapkan oleh lawan bicara. Kesamaan makna antara penutur dan mitra tutur sangat bergantung pada konteks tuturannya. Artinya, makna sebuah tuturan akan berbeda jika konteks tuturannya berbeda. Untuk mempelajari dan memahami makna bahasa, dibutuhkan disiplin ilmu yang mampu menjabarkan bentuk bahasa dengan konteksnya, yaitu Pragmatik. Wijana (dalam Nadar, 2013:4 menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Dalam penyampaian informasi, makna komunikasi tidak hanya sekadar mengerti apa yang telah diujarkan oleh si penutur tetapi juga memahami konteks yang digunakan dalam ujaran tersebut. Hal ini patut dipahami karena penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi salah paham yang menyebabkan maksud dan informasi dari sebuah ujaran tidak tersampaikan dengan baik. Salah satu unsur penentu dalam menganalisis maksud yang berpokok pada penggunaan bahasa dalam konteks adalah implikatur. Konsep implikatur kali pertama diungkapkan oleh Paul Grice dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation. Implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Bach dan Harnish (dalam Windari, 2013:18) mengatakan bahwa hakikat implikatur adalah makna yang terselubung dari sebuah tuturan yang diujarkan penutur atau
petutur. Jadi, konsep implikatur itu dipakai untuk menjelaskan perbedaan yang sering terjadi antara “Apa yang diujarkan” dengan “Apa yang diimplikasikan”. Menurut Levinson (1992:97-100), konsep implikatur memiliki empat kegunaan sebagai berikut. (1) Implikatur mampu memberi penjelasan fungsional yang bermakna atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjelaskan, kemudian dimasukkan ke dalam “keranjang-keranjang sampah pengecualian” oleh teori-teori gramatikal formal. (2) Implikatur mampu memberikan penjelasan mengapa suatu tuturan, misalnya dalam bentuk pertanyaan tetapi bermakna perintah. (3) Implikatur dapat menyederhanakan deskripsi semantik perbedaan antarklausa. (4) Implikatur dapat menjelaskan berbagai fenomena kebahasaan yang tampak tidak berkaitan atau bahkan berlawanan, tetapi ternyata mempunyai hubungan yang komunikatif. Grice (dalam Leech, 1993:17) membagi implikatur menjadi dua jenis, yaitu implikatur konvensional (conventional implicature) dan implikatur percakapan (conversation implicature). Implikatur konvensional yaitu implikasi pragmatik yang diperoleh langsung dari makna kata, bukan dari prinsip-prinsip percakapan. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Sedangkan implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi. Pemahaman terhadap “maksud tuturan” sangat tergantung pada konteks terjadinya percakapan. Oleh karenanya, implikatur tersebut bersifat temporer (terjadi saat berlangsung tindak percakapan) dan nonkonvensional (sesuatu yang diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan). Dalam hal ini, implikatur menjadi penting untuk dipahami karena dapat menjaga hubungan harmonis antarpenutur dan
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
petutur. Ketika suatu ujaran disampaikan dengan dengan maksud menyindir atau mengkritik secara implisit maka diharapkan tidak muncul kesalahpahaman dan ketersinggungan. Berkenaan dengan penyampaian informasi, alat penyaji informasi yang tidak pernah lekang oleh zaman adalah media massa. Media massa menyajikan informasi baik informasi yang bersifat aktual maupun faktual. Umumnya, pemberian informasi oleh media massa (koran, majalah, radio, atau televisi) kepada masyarakat bersifat satu arah. Artinya, masyarakat hanya mampu menerima tanpa bisa melakukan konfirmasi langsung terhadap informasi yang diterima. Salah satu jenis tayangan televisi yang memiliki porsi penayangan hingga ratusan kali per hari adalah iklan. Iklan adalah alat yang sangat efektif digunakan untuk mempengaruhi khalayak umum. Hal ini dikarenakan informasiinformasi yang ditayangkan memberikan pengaruh tersendiri pada tingkah laku dan pola pikir masyarakat. Keberagaman media saat ini dibarengi juga dengan menjamurnya produksi periklanan dengan kreativitas dan inovasi baru. Ratusan bahkan ribuan iklan komersial menghiasi media cetak maupun media elektronik. Dalam bidang ekonomi, iklan komersial dibuat untuk mengajak masyarakat agar mengonsumsi produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, iklan komersial dibuat dengan tujuan meraup keuntungan setinggi-tingginya. Lain halnya dengan Iklan Layanan Masyarakat. Iklan ini cenderung mengarah kepada kepentingan umum atau orang banyak dengan tujuan sosial ekonomis, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pencapaian kondisi kehidupan yang lebih baik. Sebuah iklan dikatakan baik atau efektif apabila iklan tersebut bersifat persuasif. Persuasi biasanya terjadi ketika produk yang diiklankan dapat memberikan keuntungan tambahan bagi konsumen (Shimp, 2003:415). Salah satu iklan yang masih setia menghiasi layar kaca adalah iklan layanan masyarakat. Pujiyanto (2013:7) berpendapat bahwa iklan layanan masyarakat adalah iklan yang menyajikan
pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keselarasan dan kehidupan masyarakat umum. Iklan layanan masyarakat adalah salah satu upaya untuk mempersuasi masyarakat dengan cara mengajak dan mengimbau mereka untuk mengerti, menyadari, turut memikirkan, serta menempatkan posisinya agar tidak larut dan terjerumus dengan permasalahan. Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bermanfaat untuk menggerakkan solidaritas masyarakat ketika mengahadapi suatu masalah sosial. Iklan layanan masyarakat merupakan bagian dari kampanye sosial marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Iklan Layanan Masyarakat yang selanjutnya disingkat ILM dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini karena ILM tidak memihak atau menonjolkan sebuah merk, tidak memarginalkan siapa pun, mengantarkan kepada kondisi kehidupan yang lebih baik, dan tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum. Keberadaan ILM sangat penting untuk mengkomunikasikan pesan-pesan terhadap isu-isu sosial yang sedang marak terjadi. Sejalan dengan tujuan dibuatnya iklan layanan masyarakat ini, maka peneliti tertarik untuk menggunakan ILM sebagai subjek penelitian. Tujuan pembuatan iklan layanan masyarakat adalah untuk kepentingan sosial dan bukan semata-mata untuk mendapat keuntungan berupa material, sehingga media komunikasi yang digunakan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dari semua lapisan. Bahasa yang digunakan dalam iklan layanan masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk menentukan sampai tidaknya pesan yang ingin disampaikan dalam iklan tersebut. Bahasa yang digunakan dalam iklan dituntut harus singkat, jelas, dan persuasif. Oleh karena itu, tidak sedikit percakapan-percakapan dalam iklan mengandung maksud yang disampaikan secara tersirat. Berdasarkan beberapa data yang penulis dapatkan,
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
terdapat pernyataan-pernyataan maupun jawaban atas pertanyaan pada percakapan dalam iklan tidak disampaikan secara tersurat. Terkadang jawaban yang dilontarkan bukan merupakan jawaban langsung atas pertanyaan yang diberikan. Namun, dari jawaban tersebut, penyimak harus bisa menyimpulkan maksud yang terkandung dalam percakapan tersebut, seperti yang tampak pada percakapan berikut. A: Kenapa ayah membuang sampah tidak pada tempatnya? B: Kan tidak ada Satpol PP. (Sumber: iklan “Anak Kecil Saja Tahu”) Dilihat dari percakapan (1) di atas, pesan akan tersampaikan dengan baik apabila Pn dan Mt sama-sama memahami hubungan antara membuang sampah sembarangan dengan Satpol PP. Kalimat yang disampaikan A berupa kalimat tanya, namun maksud dari kalimat tersebut bermakna perintah, yaitu memerintahkan supaya B membuang sampah pada tempatnya. Namun, B memberikan respon dengan mengatakan Kan tidak ada Satpol PP. Hal ini berarti antara Pn dan Mt memiliki pengetahuan umum mengenai Satpol PP tersebut, yaitu Satpol PP adalah satuan polisi yang biasa menindaklanjuti orang-orang yang melakukan pelanggaran hukum. B mengatakan tidak ada Satpol PP, berarti tidak akan ada yang menindaklanjuti perbuatannya jika ia berbuat diluar peraturan. Dalam konteks manapun, kata Satpol PP tidak akan dimaknai berbeda oleh penikmat iklan karena makna Satpol PP sudah diketahui oleh masyarakat umum. Menurut Djajasudarma (2012:49), pengertian ujaran tidak hanya ditarik dari unsur itu sendiri. Pengertian ujaran itu ditambah sesuatu yang kita ketahui sebelumnya. Prediksi pengetahuan bersama itu merupakan prasyarat untuk meyakini sesuatu yang dibicarakan itu benar atau salah. Jadi, hal-hal seperti itulah yang jika tidak dipahami oleh mitra tutur akan mengakibatkan komunikasi yang tidak efektif dan tentunya pesan yang terkandung dalam tuturan tidak tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu, digunakanlah teori implikatur untuk memahami makna tuturan berdasarkan konteksnya.
Data penelitian ini diperoleh di delapan stasiun televisi swasta, yaitu MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV) bulan November 2015-April 2016. Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Apa saja jenis implikatur pada Iklan Layanan Masyarakat di televisi (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV)? Dan (2) Bagaimana implikasi pragmatis percakapan/pernyataan pada Iklan Layanan Masyarakat di televisi (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV)? Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) menemukan jenis implikatur pada Iklan Layanan Masyarakat di televisi (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV), dan (2) mendeskripsikan implikasi pragmatis percakapan/pernyataan pada Iklan Layanan Masyarakat di televisi (MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV). Dari hasil pengamatan penulis, belum ada penelitian implikatur pada iklan layanan masyarakat. Jadi, penelitian ini merupakan penelitian baru. Untuk itulah penelitian ini penting dilakukan guna menyikapi tuturan-tuturan iklan secara cerdas dan kritis, serta memahami maksud tuturan berdasarkan konteks tuturan tersebut.
METODE PENELITIAN Metode penelitian berguna untuk menuntun peneliti dalam melaksanakan penelitian. Metode penelitian menjelaskan mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam penyelenggaraan penelitian. Mahsun (2012:72) mengemukakan bahwa pada bagian metode penelitian dijelaskan cara penelitian itu dilakukan, yang di dalamnya mencakup rancangan penelitian, subjek dan objek penelitian, alat/instrumen, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Ketepatan menggunakan metode penelitian adalah tindakan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti.
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta dari setiap populasi (Margono, 2003:36). Rancangan ini juga digunakan sebagai prosedur mengidentifikasi dan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan saat melakukan penelitian tanpa adanya manipulasi data. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan Teori Implikatur Grice yang diharapkan bisa membedah makna-makna terselubung yang ada pada percakapan dalam iklan layanan masyarakat. Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan implikasi pragmatis pada percakapanpercakapan dalam iklan layanan masyarakat. Subjek dari penelitian ini adalah iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi bulan November 2015-April 2016. Peneliti mengambil data di 8 stasiun televisi swasta, yaitu MNCTV, TransTV, Trans7, TV One, SCTV, Net TV, TVRI, dan Metro TV. Penentuan subjek penelitian sejalan dengan pandangan yang menyatakan “Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian”. Objek penelitian ini mencakup tuturan/percakapan pada iklan layanan masyarakat di televisi yang dianalisis menggunakan teori implikatur. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi. Dokumentasi adalah proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan data-data atau informasi. Peneliti melakukan pengumpulan data, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan data-data atau informasi yang berupa percakapan-percakapan atau tuturan-tuturan dalam iklan layanan masyarakat yang ada di televisi dengan menggunakan metode dokumentasi. Sesuai dengan karakteristik data, metode dokumentasi dengan teknik perekaman dan pencatatan merupakan metode pengumpulan data yang tepat digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut
dikarenakan data dari penelitian ini berupa video iklan layanan masyarakat yang disiarkan di televisi. Dalam penelitian ini, instrumen utamanya adalah peneliti (human instrument). Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiyono, 2013:8). Instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah alat perekam, alat tulis, dan kartu data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur dengan model analisis Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013: 337) yang meliputi (1) reduksi data (memilah-milah data yang sesuai digunakan sebagai data penelitian), (2) penyajian data (menguraikan data dan hasil analisis yang didapat secara deskriptif), dan (3) penarikan simpulan/verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini meliputi (1) jenis implikatur yang terdapat dalam iklan layanan masyarakat pada siaran televisi dan (2) implikasi pragmatis percakapanpercakapan maupun pernyataan dalam iklan layanan masyarakat pada siaran televisi. Langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan analisis data adalah mengumpulkan data penelitian berupa iklan layanan masyarakat yang ditayangkan pada siaran televisi bulan November 2015April 2016. Peneliti mencatat judul-judul iklan layanan masyarakat yang ditemukan di televisi, kemudian mengunduh iklan lengkapnya melalui youtube. Data yang terkumpul pada rentang bulan November 2015-April 2016 sebanyak 41 iklan. Setelah data terkumpul, 41 percakapan atau pernyataan dalam iklan layanan masyarakat dicatat ke dalam kartu data tanpa disertai pemaparan lebih terperinci mengenai jenis implikatur dan implikasi pragmatisnya. Hal ini dilakukan agar analisis data lebih efektif dan efisien. Berdasarkan reduksi data, diperoleh 14
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
iklan layanan masyarakat yang mengandung implikatur. Jenis implikatur terbagi menjadi dua, yaitu implikatur konvensional dan implikatur percakapan. Pembagian ini berdasarkan pandangan penutur terhadap kaidah percakapan. Jika penutur mematuhi kaidah dengan benar dan secara langsung, bisa terjadi implikatur langsung yang melahirkan implikatur baku atau konvensional. Implikatur ini tidak memerlukan syarat konteks khusus agar dapat ditarik simpulannya. Jenis lain yang muncul akibat dilanggarnya kaidah percakapan adalah implikatur percakapan. Implikatur ini terjadi apabila “apa yang diimplikasikan” berbeda dengan “apa yang diujarkan”. Pemahaman terhadap hal “yang dimaksud” sangat tergantung pada konteks terjadinya percakapan. Oleh karena itu, implikatur tersebut bersifat temporer (terjadi saat berlangsung tindak percakapan) dan nonkonvensional (sesuatu yang diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan). Berdasarkan identifikasi data, muncul kedua jenis implikatur yang dikemukakan oleh Grice dalam percakapan atau pernyataan pada iklan layanan masyarakat pada siaran televisi. Dalam satu iklan tidak hanya mengandung satu jenis implikatur saja, tetapi memungkinkan mengandung dua jenis implikatur. Implikatur konvensional adalah implikatur yang diperoleh langsung dari makna kata, bukan dari prinsip-prinsip percakapan. Berikut contoh data jenis implikatur konvensional. No. Data : 15 Sumber Data (Stasiun TV) : Trans7 Data : Iklan Label BPOM dalam Kemasan Produk Ditayangkan orang-orang yang sedang membaca label BPOM dalam kemasan suatu produk diikuti dengan pernyataan “Badan POM menjamin keamanan, manfaat, mutu obat, dan makanan sebelum dan sesudah beredar. Satu tindakan untuk masa depan.” Jenis Implikatur : Implikatur Konvensional
Implikasi Pragmatis
: Mengimbau
Kata tindakan pada pernyataan di atas bermakna sesuatu yang dilakukan; perbuatan; langkah; tingkah laku. Kata ini tidak akan bermakna lain apabila ditempatkan pada konteks yang berbeda, karena secara harfiah makna kata tindakan memang demikian. Jadi, jenis implikatur yang ada pada pernyataan di atas adalah Implikatur Konvensional. No. Data : 40 Sumber Data (Stasiun TV) : Trans7 Data : Iklan Raskin Penyimpangan Raskin sebabkan kelaparan. Mari awasi agar distribusi raskin tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu. Ibu: sekarang kami bisa menikmati beras raskin. Jenis Implikatur Implikasi Pragmatis
: Implikatur Konvensional : Mengimbau dan Menyindir
Pada pernyataan yang terdapat dalam iklan tersebut tersebut, frasa tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu merupakan kata-kata umum yang maknanya sudah diketahui oleh masyarakat luas. Frasa tepat sasaran memiliki arti mengena/sesuai dengan yang dituju. Dalam hal ini berarti raskin tepat diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu. Frasa tepat jumlah berarti banyaknya sesuai (tidak dikurangi atau tidak dilebihkan. Artinya, jumlah raskin yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu sesuai dengan jumlah yang didapat dari pusat. Frasa tepat waktu berarti saat yang tepat kapan hal tersebut direncanakan. Berkaitan dengan raskin, distribusi raskin harus tepat waktu. Artinya, pemberian raskin kepada masyarakat harus sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan. Frasa tepat mutu berarti berkualitas/memiliki kualitas yang baik. Distribusi raskin yang tepat mutu berarti raskin yang dibagikan kepada masyarakat harus memiliki kualitas yang baik. Frasa-
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
frasa tersebut tidak akan bermakna lain meski berada dalam konteks yang berbeda. Jadi, jenis implikatur yang terkandung dalam pernyataan tersebut adalah Implikatur Konvensional. Implikatur percakapan adalah implikatur yang terjadi apabila “apa yang diimplikasikan” berbeda dengan “apa yang diujarkan”. Pemahaman mengenai “apa yang dimaksud” bergantung pada konteks dalam percakapan tersebut. Berikut contoh data jenis implikatur percakapan. No. Data :6 Sumber Data (Stasiun TV) : TV One Data : Iklan Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan A: Kita harus bersyukur ada kado istimewa di penutup tahun ini. B: Serikat kerja itu harus menjadi pilar di tempat kerja dan bukan di jalan C: Iya formulanya cukup jelas kok sekarang ini. B: pasti naik kok A: dan tetap aman dalam menghadapi inflasi dan perkembangan ekonomi. Yang penting kita kerja dengan baik untuk kita dan Indonesia. Jenis Implikatur Implikasi Pragmatis
: Implikatur Percakapan : Menginformasikan dan Mengimbau
Pada ujaran A(1), yang dimaksud dengan “kado istimewa” dalam konteks percakapan tersebut adalah PP No. 78 tahun 2015 tentang pengupahan. Peraturan pemerintah ini akan segera diberlakukan dipenghujung tahun 2015. Pemaknaan frasa “kado istimewa” harus melihat percakapan selanjutnya karena bisa saja frasa tersebut bermakna lain jika berada pada konteks yang berbeda. B memahami implikatur ujaran A tanpa menanyakan secara lebih rinci maksud dari “kado istimewa” tersebut. Implikatur yang terkandung dalam ujaran B(1) adalah serikat kerja tidak baik melakukan aksi demo di jalan untuk menolak PP No. 78 tahun 2015, serikat kerja cukup menjadi dasar di tempat kerja saja. Ketiga penutur
dalam percakapan di atas memiliki pengetahuan yang sama tentang PP No. 78 tahun 2015 sehingga setiap ujaran yang dilontarkan selalu dipahami oleh lawan bicara dan pesan dapat tersampaikan dengan baik. Jadi, jenis implikatur yang terdapat dalam percakapan tersebut adalah Implikatur Percakapan.
No. Data : 11 Sumber Data (Stasiun TV) : SCTV Data : Iklan ASI Eksklusif Di sebuah perusahaan. Atasan : Vira, Nisa.. sudah waktunya menyiapkan ASI bayimu? Nisa : Makasi, Bu sudah diingat kan. Yuuuk… (mengajak Vira menyiapkan ASI) ------Laki-laki : Ruang ASI ini disediakan agar pekerja perempuan bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Perempuan: ASI eksklusif diberikan selama enam bulan. Laki-laki : Pekerja tidak sering absen dan target produksi tercapai. Jenis Implikatur : Implikatur Percakapan Implikasi Pragmatis : Mengingatkan Percakapan yang mengandung implikatur adalah percakapan antara Atasan dan Nisa. Pada percakapan tersebut, ujaran yang dilontarkan oleh Atasan dalam bentuk kalimat tanya, namun implikasi pragmatis yang terkandung dalam ujaran tersebut bermakna mengingatkan. Jadi, apa yang diujarkan oleh atasan berbeda dengan yang diimplikasikan. Atasan berujar seperti itu untuk mengingatkan Vira dan Nisa bahwa sudah waktunya menyiapkan ASI Eksklusif untuk bayi mereka. Ujaran itu bisa dipahami oleh lawan tutur berdasarkan adanya konteks dalam percakapan tersebut. Konteks hadir untuk memperjelas makna dalam sebuah tuturan. Jadi, jenis implikatur yang ada dalam percakapan tersebut adalah Implikatur Percakapan. Implikatur itu
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
dipahami oleh Vira dan Nisa. Hal itu terlihat dari respon Nisa terhadap ujaran tersebut, Nisa mengajak Vira menuju ruang ASI untuk menyiapkan ASI Eksklusif. Nisa merespon demikian karena memang sudah waktunya memberikan ASI untuk bayi mereka. Perusahaan tempat Vira dan Nisa bekerja secara khusus telah menyiapkan Ruang ASI untuk pekerja perempuan agar mereka bisa memberikan ASI Eksklusif kepada bayi mereka. Dengan begitu, pekerja tidak sering absen dan target produksi perusahaan tersebut bisa tercapai. Dari 14 iklan layanan masyarakat, diperoleh implikatur konvensional (convensional implicature) sebanyak 42,1% (8 percakapan/pernyataan), dan implikatur percakapan (conversation implicature) sebanyak 57,9% (11 percakapan/ pernyataan). Bila diuraikan jumlah kemunculannya, jenis implikatur yang paling banyak muncul adalah implikatur percakapan (conversation implicature) sebanyak 57,9% (11 percakapan/ pernyataan). Pemilihan jenis implikatur percakapan bertujuan menyampaikan maksud secara tidak langsung atau implisit. Sesuai dengan karakteristik iklan yang merupakan sarana untuk menyampaikan imbauan, informasi, larangan, maupun sindiran semenarik mungkin, implikatur percakapan digunakan untuk mengungkapkan hal-hal tersebut. Ada halhal yang bersifat aib atau cela yang tidak bisa diungkapkan secara langsung. Dengan implikatur ini disampaikan maksud tersebut dan menghindari ketersinggungan lawan tutur atau penikmat iklan. Hal itu juga dilakukan untuk menjaga komunikasi agar tidak menimbulkan konflik atau perdebatan. Implikatur terdapat dalam percakapan atau pernyataan pada iklan layanan masyarakat di televisi, baik itu implikatur konvensional dan implikatur percakapan sesuai dengan teori implikatur oleh Grice. Pengungkapan maksud secara tidak langsung atau mengimplikasi maksud yang berbeda dengan makna secara harfiahnya terjadi dengan dua cara. Jenis implikatur konvensional terjadi dengan cara-cara yang betul langsung dari makna kata yang digunakan, sedangkan jenis impliktur percakapan terjadi dengan cara sengaja
melanggar kaidah percakapan. Hal ini membuktikan bahwa teori Grice bersifat universal dan masih relevan. Teori Grice dikatakan universal karena teori tersebut tidak hanya berlaku pada bahasa Inggris, tetapi juga berlaku pada bahasa Indonesia, terbukti terdapat dalam percakapan atau pernyataan dalam iklan layanan masyarakat pada siaran televisi nasional. Teori implikatur dari Grice ini pula masih relevan digunakan sampai saat ini. Setelah jenis implikatur pada masingmasing percakapan diketahui, kemudian ditentukan implikasi pragmatisnya. Makna percakapan dan pernyataan tersebut disesuaikan dengan konteksnya mengimplikasikan maksud lain yang berbeda dengan makna harfiahnya. Implikasi yang muncul dikelompokkan menjadi 7, yaitu implikasi meminta, memberi tahu, mengimbau, menginformasikan, mengingatkan, menyarankan, dan menyindir. Implikasi meminta muncul sebanyak 4,5% (1 percakapan), implikasi memberi tahu muncul sebanyak 9,1% (2 percakapan), implikasi mengimbau muncul sebanyak 59,1% (13 percakapan), implikasi menginformasikan muncul sebanyak 9,1% (2 percakapan), implikasi mengingatkan muncul sebanyak 4,5% (1 percakapan), implikasi menyarankan muncul sebanyak 4,5% (1 percakapan), dan implikasi menyindir muncul sebanyak 9,1% (2 percakapan). Jumlah kemunculan terbanyak dari implikasi-implikasi tersebut adalah implikasi mengimbau, yaitu sebanyak 13 percakapan. Bila dikaitkan dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Kd. Nita Kristina pada tahun 2015 yang berjudul “Implikatur dalam Wacana “Bang Podjok” Bali Post: Kajian Teori Grice”, hasil penelitian yang peneliti peroleh sangat mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kd. Nita Kristina tersebut. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Kd. Nita Kristina menunjukkan bahwa dalam wacana Bang Podjok lebih banyak ditemukan implikatur percakapan. Implikatur percakapan digunakan untuk mengungkapkan gagasan secara implisit tanpa menimbulkan ketersinggungan mitra tutur. Hal tersebut
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
didukung pula oleh penelitian yang peneliti lakukan, yaitu percakapan/ pernyataan pada iklan layanan masyarakat juga mengandung lebih banyak implikatur percakapan dibandingkan dengan implikatur konvensional. Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan mitra tutur atau penikmat iklan dan menjaga hal-hal aib/cela yang tidak bisa diungkapkan secara langsung. Atas dasar itulah maka digunakan implikatur percakapan dalam ujaran. PENUTUP Ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, jenis implikatur yang terdapat dalam iklan layanan masyarakat di televisi bulan November 2015-April 2016 adalah implikatur konvensional (convensional implicature) dan implikatur percakapan (conversation implicature). Dari 14 iklan layanan masyarakat, diperoleh implikatur konvensional (convensional implicature) sebanyak 42,1% (8 percakapan/ pernyataan), dan implikatur percakapan (conversation implicature) sebanyak 57,9% (11 percakapan/pernyataan). Bila diuraikan jumlah kemunculannya, jenis implikatur yang paling banyak muncul adalah implikatur percakapan (conversation implicature) sebanyak 57,9% (11 percakapan/pernyataan). Kedua, Implikasi pragmatis yang muncul dalam percakapan/pernyataan pada iklan layanan masyarakat dikelompokkan menjadi 7, yaitu implikasi meminta, memberi tahu, mengimbau, menginformasikan, mengingatkan, menyarankan, dan menyindir. Implikasi meminta muncul sebanyak 4,5% (1 percakapan), implikasi memberi tahu muncul sebanyak 9,1% (2 percakapan), implikasi mengimbau muncul sebanyak 59,1% (13 percakapan), implikasi menginformasikan muncul sebanyak 9,1% (2 percakapan), implikasi mengingatkan muncul sebanyak 4,5% (1 percakapan), implikasi menyarankan muncul sebanyak 4,5% (1 percakapan), dan implikasi menyindir muncul sebanyak 9,1% (2 percakapan). Jumlah kemunculan terbanyak dari implikasi-implikasi tersebut
adalah implikasi mengimbau, yaitu sebanyak 59,1% (13 percakapan). Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu (1) temuan penelitian mengenai implikatur pada iklan layanan masyarakat, penikmat iklan jangan sematamata memahami dari makna harfiahnya saja tetapi sebaiknya menghubungkan dengan konteks di dalam percakapan karena pengungkapan maksud tidak selalu dilakukan dengan vulgar, (2) temuan implikasi pragmatis dalam percakapan/pernyataan dalam iklan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori implikatur sebagai salah satu bidang kajian pragmatik. Butir-butir temuan yang berkaitan dengan implikasi pragmatis percakapan/pernyataan pada iklan layanan masyarakat diharapkan dapat memperkaya khasanah teori implikatur khususnya dalam implikasiimplikasi pragmatis dalam sebuah tuturan/percakapan. (3) Bagi pengajar bahasa, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu acuan dan tambahan informasi mengenai teori implikatur oleh Grice. (4) Penelitian ini bisa dijadikan kontribusi dan bahan referensi bagi peneliti lain. Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti, penelitian ini hanya dilakukan di salah satu media elektronik saja, yaitu televisi. Masih banyak lagi media publikasi lainnya yang belum pernah diteliti. Dengan demikian, tentu akan lebih baik jika penelitian pada masa mendatang dilakukan di berbagai media dan dari berbagai lintas ilmu disipliner sehingga analisis dan hasil penelitian yang diperoleh lebih akurat, tajam, dan mendalam. DAFTAR PUSTAKA Djajasudarma, Fatimah. 2012. Wacana dan Pragmatik. Bandung: Refika Aditama Kristina, Kadek Nita. 2015. Implikatur dalam Wacana “Bang Podjok” Bali Post: Kajian Teori Grice. Universitas Pendidikan Ganesha (Tidak diterbitkan)
e-Journal JPBSI Undiksha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Levinson, S. C. 1992. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers Margono. 2003. Metodologi Yogyakarta: Bumi Aksara
Penelitian.
Nadar, F.X. 2013. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Shimp, Terence. A. 2003. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan (Komunikasi, Pemasaran, Terpadu). Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Windari, I.G.A. Ida. 2013. “Implikasi Pragmatis Pertanyaan Guru Bahasa Indonesia dalam Proses BelajarMengajar di SMA Negeri 2 Mengwi”. Skripsi. (Tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha.